KETABAHAN KORBAN GEMPA DAN TSUNAMI DI ACEH Oleh : TRIANA UTARY QUROTUL UYUN PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2006 NASKAH PUBLIKASI KETABAHAN KORBAN GEMPA DAN TSUNAMI DI ACEH Telah Disetujui Pada Tanggal .................................. Dosen Pembimbing Utama (Qurotul Uyun, S.Psi.,M.Si) KETABAHAN KORBAN GEMPA DAN TSUNAMI DI ACEH Triana Utary Quratul Uyun INTISARI Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ketabahan korban gempa dan tsunami di Aceh. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yang bertujuan untuk mendapatkan wawasan tentang fenomena yang akan diteliti. Responden dalam penelitian ini berjumlah empat orang yang secara langsung mengalami gempa dan tsunami di Aceh. Wawancara dan observasi merupakan cara yang digunakan untuk melakukan pengumpulan data penelitian. Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada empat komponen yang merupakan tema – tema ketabahan korban gempa dan tsunami di Aceh, yaitu perasaan – perasaan responden sebelum dan di saat gempa dan tsunami, perasaan – perasaan pacsa gempa dan tsunami, serta perasaan – perasaan responden saat ini, faktor pendukung ketabahan, dan cara responden memaknai arti musibah itu sendiri. Faktor – faktor pendukung ketabahan responden meliputi : Dukungan dari keluarga dan peran teman dekat. Cara responden memaknai arti musibah melalui : 1. Nilai Spiritual dan 2. Pengalaman Spiritual. Sedangkan Perasaan – perasaan responden di saat dan ketika, perasaan pasca gempa dan tsunami merupakan faktor pendukung internal bagi ketabahan responden yang membantu responden untuk menuju keproses ketabahan yaitu perasaan responden saat ini. Kata Kunci : Ketabahan, resilliency, Ketabahan Korban. Pengantar Setahun sudah lewat sejak tsunami, jumlah total masyarakat Aceh yang menjadi pengungsi masih sangat tinggi. Gelombang besar tsunami dengan pusat gempa dekat pulau Sumatra melanda Indonesia dan beberapa negara sekitarnya di Samudra Hindia. Di daerah pinggir pantai Aceh, lebih dari 130.000 orang meninggal dan 500.000 orang kehilangan tempat tinggal. Lebih dari 1.000.000 orang tidak punya rumah dan banyak daerah yang hancur. Contoh: di Meuraksa, Banda Aceh, 67% infrastruktur rusak, 74% di Darul Imarah, Aceh Besar dan 59% di Pidie. Di beberapa daerah, setiap orang mengenali orang yang kehilangan harta benda dan keluarganya. WHO memperkirakan 50% ( populasi ) akan mengalami gangguan dan sebesar 5 – 10% memerlukan perawatan khusus. Sebuah survei (diluar WHO) mengatakan 40% stress pasca-tsunami dialami oleh anak – anak. Survei dan penelitian yang dilakukan menemukan adanya 3 jenis gangguan kesehatan mental pada orang – orang yang selamat : 1) Mereka yang selamat dan menderita stres ringan; bisa sembuh dalam beberapa hari. 2) Orang – orang dengan tingkat stres menengah atau kronis ringan. 3) Orang dengan gangguan mental, terbagi 2 yaitu : gangguan mental ringan dan gangguan mental parah ( NGO Mede cins Sans Frontie res Belgium (MSF-B) Sigli (dokter lintas batas), 2005 ). Peristiwa tsunami memang telah setahun berlalu, namun peristiwa tersebut tidak membuat rakyat Aceh menyerah dalam kesedihan. Mereka tetap menjalani hidup seperti biasa, mereka belajar untuk memperbaiki semuanya. Seperti penelitian yang dilakukan Oleh Muamar Vebry, ST, M.Sc. Researcher for the Aceh Institute Urban, Regional and Environment Research Division ”Telah setahun bencana tsunami meluluhlantakkan Nangroe Aceh Darussalam dan menyisakan begitu banyak kisah duka, ketabahan, kegigihan, kekuatan, semangat dan perjuangan masyarakat Aceh untuk terus tabah dan pantang menyerah dalam menghadapi cobaan hidup. Ketabahan dan Korban Ketabahan adalah kemampuan manusia untuk dapat mengendalikan emosi dan bertahan dalam keadaan yang kurang menyenangkan secara psikologis. Selain itu kelapangdadaan memiliki kesamaan makna dengan ketabahan dimana kelapangdadaan (al-basith, al-samhah) adalah suatu kondisi psiko-spiritual yang ditandai oleh kemampuan menerima berbagai kenyataan yang tidak menyenangkan dengan tenang dan terkendali. Nashori, 2004a (Nashori, 2005). Tabah adalah tabah hati, tetap dan kuat hati dalam menghadapi segala bahaya dan sebagainya ; berani menghadapi kesukaran, penderitaan; sabar menderita dan sebagainya (Rama, 2001). Korban bencana adalah semua makhluk hidup yang secara langsung mengalami atau berada dilokasi bencana. Dalam situasi seperti ini survivor (orang-orang yang selamat), tidak sedikit mengalami gangguan kejiwaan tapi ada sebagian survivor yang mampu bertahan menjalani hidupnya. Kemampuan manusia dalam menghadapi dan bertahan dalam keadaan sulit (adversitas). ( Sasmitawati, 2004). Istilah dalam psikologi yang dekat dengan istilah ketabahan adalah resiliency. Resiliency Reivich. K dan Shatte. A dalam bukunya “the resiliency factor” menjelaskan arti resiliensy itu sendiri adalah kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi bila terjadi sesuatu yang salah dalam hidupnya. Bertahan dalam keadaan tertekan sekali pun, atau bahkan berhadapan dengan kesengsaraan ( adversity ) atau trauma yang dialami sepanjang kehidupannya ( Reivich. K & Shatte. A, 2002 ). Reivich dan Shatte mengatakan bahwa tingkat resiliensy seseorang itu dapat diukur dengan menggunakan alat ukur yang disebut RQ (Recilience Quotient). Dalam RQ terdapat 7 aspek yang dapat mengukur tingkat resiliency seseorang, sebagai berikut : 1. Regulasi (Pengaturan) Emosi dan Ketahanan. Pengaturan emosi adalah kemampuan untuk tetap tenang ketika berada di bawah tekanan. Orang yang sabar menggunakan serangkaian keahlian yang terbangun dengan baik yang membantu mereka untuk mengendalikan emosi dan perhatian mereka. Pengendalian diri penting untuk membentuk hubungan yang intim, mencapai sukses dalam pekerjaan dan menjaga kesehatan fisik. Tidak disangsikan lagi bahwa pastilah tidak setiap emosi perlu diperbaiki atau dikendalikan. Kita tidak percaya bahwa semua kemarahan, kesedian, kepanikan dan rasa bersalah harus diminimalkan, dikelola atau dihentikan. Sebaliknya ekspresi emosi negatif dan positif adalah sesuatu yang sehat dan membangun karenanya ekspresi emosi yang sesuai adalah bagian dari menjadi sabar. Beberapa orang terlihat mengalami lebih banyak kecemasan, kesedihan, dan kemarahan dari pada orang – orang lainnya yang menggunakan banyak waktunya untuk mengontrol emosi saat mereka marah. Contohnya korban gempa dan tsunami di Aceh, sebagian besar dari mereka mengalami trauma dan sebagian lainnya mampu mengendalikan rasa marah dan sedih mereka atas kehilangan orang – orang yang mereka sayangi. 2. Pengendalian keinginan dan Ketahanan Dalam pengendalian keinginan dan kesabaran sering menyebabkan konsekuensi negatif yang mengganggu kesabaran anda, sama dengan pengendalian emosi, skill kunci pertama untuk pengendalian keinginan adalah mengetahui seluk beluk kehidupan anda. Seluk-beluk tersebut menelusuri kembali bagaimana pikiran – pikiran kita menentukan emosi dan kebiasaan kita. Setelah menguasai seluk beluk tersebut, akan bisa untuk menuju penghindaran jebakan pikiran, yang akan membimbing kita untuk mendeteksi keyakinan-keyakinan impulsif yang biasa dikeluarkan dan bagaimana keyakinan-keyakinan tersebut berhasil mengganggu kesabaran kita. Mereka korban gempa dan tsunami diaceh dapat mengendalikan pikiran dan perasaan sedih mereka dengan memperbanyak beribadah, lebih mendekatkan diri mereka kepada Sang Khaliq, yang menciptakan langit, bumi dan seluruh isinya. Mereka mengendalikan pikiran mereka pada hal-hal yang positif dan tidak terlalu melarutkan diri dalam kesedihan. 3. Optimisme dan Ketahanan Orang-orang yang sabar adalah orang-orang yang optimis. Mereka percaya bahwa semua hal bisa berubah menjadi lebih baik. Mereka memiliki harapan untuk masa depannya dan percaya bahwa mereka bisa mengendalikan arah hidup mereka. Contoh Iqbal salah satu korban gempa dan tsunami di Aceh (Vebry. M, 2006), seorang penarik becak yang juga bekerja sebagai Office Boy di sebuah kantor, yang becaknya merupakan sumbangan kemanusiaan dari Koran Kompas. Iqbal juga masih begitu bersemangatnya untuk terus melanjutkan hidup dengan senyuman yang khas dan tidak pernah pupus di bibirnya, padahal dia kehilangan seluruh anak dan istrinya. Optimisme menunjukan bahwa kita percaya bahwa kita memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah yang mungkin akan muncul dimasa mendatang. Pastilah hal ini merefleksikan perasaan percaya diri kita, keyakinan kita, pada kemampuan kita untuk memecahkan masalah-masalah kita sendiri dan menguasai dunia kita, yang merupakan kemampuan penting lainnya dalam kesabaran. 4. Analisa Sebab dan Ketahanan Analisa sebab adalah sebuah istilah yang kita gunakan untuk menyebut kemampuan orang-orang untuk mengidentifikasi penyebab-penyebab masalah mereka secara akurat. Jika kita tidak mampu menemukan penyebab masalah kita secara akurat, maka kita akan cendrung membuat kesalahan yang sama terus-menerus. Dalam hal ini mereka (korban) harus menyadari bahwa sebab dari semua kehilangan ini adalah akibat gempa dan tsunami bukan akibat dari ulah manusia tetapi alam. Apabila mereka terus larut dan menyalahkan diri sendiri atas bencana ini, maka mereka akan terpuruk dan tidak menutupkemungkinan mereka akan mengalami depresi yang sangat berat. 5. Empati dan Ketahanan Nilai empati anda menunjukkan bagaimana baiknya anda mampu untuk membaca tanda psikologis dan emosional orang lain. Beberapa dari kita adalah orang yang ahli dalam mengartikan apa yang disebut psikolog sebagai tanda non-verbal dari orang lain – ekspresi wajah, tekanan suara, bahasa tubuh mereka – dan mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh orang lain tersebut. 6. Keyakinan Diri dan Kesabaran Keyakinan diri adalah perasaan bahwa kita adalah orang yang efektif didunia ini. Ini menunjukkan kepercayaan kita, bahwa kita bisa memecahkan masalah yang cendrung kita alami dan keyakinan kita mengenai kemampuan kita untuk menjadi sukses. 7. Pencapaian dan Ketahanan Kita telah membicarakan tentang 6 kemampuan yang mampu membuat seseorang menjadi sabar dalam menghadapi masalah. Tetapi seperti yang telah kita lihat, kesabaran tidak hanya tentang mengatasi, mengarahkan dan melepaskan diri dari masalah. Kesabaran juga memampukan kita untuk memperluas aspek-aspek positif dalam kehidupan. Kesabaran adalah sumber kemampuan kita untuk pencapaian & sejumlah orang secara mengejutkan tidak mampu melakukannya. Mengapa beberapa orang takut pada pencapaian? Bagi beberapa orang ini dikarenakan mereka mempelajari diawal hidup mereka bahwa rasa malu harus dihindari sebisa mungkin. Lebih baik untuk tetap bersembunyi meskipun hal ini berarti hidup dalam ketidak puasan, dari pada harus menunjukan kegagalan dan kekonyolan dirinya di muka umum. Ketabahan Korban Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa ketabahan adalah proses dimana seseorang tidak berkeluh kesah dan tidak akan merasa takut dengan ancaman dunia karena kedekatannya kepada Allah SWT. Tabah itu identik dengan sabar, dan kesabaran itu ada diawal ekspresi bukan diakhir. Tabah bukan setelah kita berkeluh kesah dan menghujat Tuhan diawal bencana, tapi diawal bencana kita sudah menerima bahwa ini semua adalah ujian dari-Nya. Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana ketabahan korban gempa dan tsunami di Aceh, faktor-faktor yang menyebabkan munculnya atau melatarbelakangi ketabahan dan bagaimana responden memaknai musibah tersebut. Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara prakitis. Penelitian ini secara teoritis dapat memperkaya, memperjelas, dan meningkatkan fungsi ilmu psikologi islami dan psikologi klinis. Di samping itu dapat digunakan sebagai media yang dapat menjelaskan masalah-masalah klinis khususnya dalam masalah jiwa manusia dan bisa memberikan saran dalam menyelesaikan dan menanggulangi masalah-masalah dalam menghadapi masalah trauma seseorang. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi orang-orang atau berbagai pihak yang menangani para korban gempa dan tsunami di Aceh. Serta sebagai masukan bagi masyarakat luas tentang ketabahan seseorang dalam menghadapi masalah dalam hidupnya, khususnya bagi mereka para korban tsunami lainnya. Pertanyaan Penelitian a. Perasaan sebelum, saat, setelah pasca bencana dan perasaan responden saat ini! b. Bagaimana responden memaknai musibah tersebut ? c. Bagaimana ketabahan korban gempa dan tsunami ? d. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan munculnya atau melatar belakangi ketabahan ? Metode Penelitian Desain penelitian kualitatif bersifat alamiah, dalam arti peneliti tidak berusaha memanipulasi setting penelitian, melainkan melakukan studi terhadap suatu fenomena dalam situasi dimana fenomena tersebut ada. Penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang bersiftat deskriptif, seperti transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, foto rekaman vidio dan lain sebagainya (Poerwandari, 1998). Data yang muncul dalam penelitian kualitatif berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka (Miles dan Huberman, 1992). Penelitian ini menggunakan rancangan studi kasus, yang dilakukan untuk memperoleh pengertian yang mendalam mengenai situasi dan makna sesuatu atau subyek yang diteliti. Penelitian studi kasus lebih mementingkan proses daripada hasil, lebih mementingkan konteks daripada suatu variabel khusus, lebih ditujukan untuk menemukan sesuatu daripada kebutuhan konfirmasi. Pemahaman yang diperoleh dari studi kasus dapat secara langsung mempengaruhi kebijakan, praktek, dan penelitian berikutnya (Alsa, 2004). Reponden Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah korban gempa dan tsunami di Aceh, yang mengalami langsung kejadian tersebut, mereka mampu untuk terus melanjutkan hidupnya meski pun telah kehilangan harta benda dan kedua orang tuanya Metode Pengumpulan Data Ketabahan seseorang merupakan suatu hal yang bersifat pribadi, karena berkaitan dengan perasaan yang mereka alami dan membutuhkan metode atau cara yang tepat untuk dapat mengungkapnya. Peneliti menggunakan wawancara mendalam (In depth Inderview) dan observasi untuk memperoleh data. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis tematik. Boyatzis (Poerwandari, 2001) menyatakan bahwa penggunaan analisis tematik ini memungkinkan peneliti menemukan pola yang yang pihak lain tidak melihatnya secara jelas. Pola atau tema tersebut tampil seolah sacara acak dalam tumpukan informasi yang tersedia. Setelah kita menemukan pola (seeing), kita akan mengklarifikasi atau mengencode pola tersebut (seeing as), dengan memberi label , definisi atau deskripsi. Hasil Penelitian Analisis data penelitian ini dilakukan dengan pengelompokan data berdasarkan tema yang ditentukan sesuai dengan aspek-aspek yang ingin diungkap dengan berpedoman pada panduan wawancara. Analisis tersebut menghasilkan gambaran sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Analisis Isi; kategori, sub kategori, dan tema Kategori Sub – Kategori Tema ? Perasaan sebelum dan di saat terjadi Gempa dan Tsunami Proses – Proses Subjek Menuju Ketabahan Tindakan yang dilakukan ? ? ? ? ? ? ? Firasat ; malam sebelum tsunami bermimpi yang tidak menyenangkan, tiba – tiba merasa akan kehilangan orang tua. Panik dan ketakutan Kacau Bingung Menangis dan berdzikir Menyebut Asma Allah Lebih mendekatkan diri pada Allah SWT dengan ibadah sunnah lainnya Membaca buku – buku yang dapat memotivasi dan mendangarkan ceramah Perasaan Pasca Gempa dan Tsunami ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? Perasaan Subjek Saat Ini Faktor – Faktor Pendukung Ketabahan Peran keluarga dan teman dekat ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? Merasa putus asa Menyalahkan diri sendiri Cemas Kecewa Sedih Trauma Stress Empati Depresi Ragu tidak mampu menjalai hidup Hilang rasa percaya diri Hilang selera (nafsu) makan Pantang menyerah Introspeksi diri Tidak akan melupakan kejadian 24 Desember 2004 Lebih menghargai hidup Ingin berguna bagi orang lain (mengamalkan ilmu yang dimiliki), jadi guru yang baik Merasa semua ini (musibah) adalah anugerah berupa musibah Bersosialisasi Lebih mandiri Optimism ; yakin dapat menata kembali hidupnya. Kesabaran tidak dapat dinilai dan tiada batasan Memberi dukungan Memberi tempat tinggal Termotivasi untuk tetap menjalani hidup Tempat mencurahkan isi perasaan – perasaan sedih kuat hati, Pasrah dan berserah diri (tawakal) pada Allah SWT Ikhlas dan bersabar pada cobaan yang Nilai Spiritual Memaknai arti Musibah ? ? ? ? ? ? ? ? Pengalaman Spiritual ? ? ? ? diberikan oleh Allah SWT Berkomunikasi dengan Allah SWT Lebih meyakini Maha Besar Allah SWT Lebih mendalami Islam dengan memperbanyak membaca Al-qur’an dan sholat Mendekatkan diri pada Allah dengan ibadah sunnah lainnya Berfikir positif bahwa Allah sedang menguji kesabaran Mendapat kesempatan untuk memperbaiki diri dengan cara bertaubat dijalan Allah SWT Allah sedang menegur atas kesalahan – kesalahan yang dulu pernah dilakukan Yakin Allah SWT bersama orang – orang yang sabar dan tabah Melihat banyak kejadian aneh Allah selalu menolong (menyelamatkan ketika terjadi gempa dan tergulung ombak) Merasa Allah SWT sangat dekat Mendapat kekuatan lebih Pembahasan Bagan 1 : Model tema – tema ketabahan korban (survivor) Gempa dan Tsunami di Aceh Proses Menuju Ketabahan Nilai Spiritual : ? Pasrah & Berserah diri (tawakal) pada Allah SWT ? Ikhlas & Bersabar pada cobaan yg diberikan oleh Allah SWT ? Berkomunikas i dengan Allah ? Lebih mendekatkan diri ? Lebih meyakini keBesaran Allah SWT Pengalaman Spiritual : ? Merasa Allah SWT sangat dekat ? Allah SWT selalu menolong ? Melihat banyak kejadian aneh ? Mendapat kekuatan lebih Perasan Sebelum & di saat Musibah : ? Mendapat firasat ? Bingung ? Panik & takut ? Menangis & berdzikir Faktor Pendukung Ketabahan Peran Keluarga dan Teman dekat ? Memberi dukungan ? Memberikan tempat tinggal ? Termotivasi untuk tetap kuat menjalani hidup ? Tempat mencurahkan isi hati dan perasaan perasaan sedih Perasaan Pasca : ? Putus asa ? Menyalahkan diri sendiri ? Trauma ? Frustrasi ? Ragu mampu menjalani hidup ? Hilang PD Perasaan saat ini : ? Introspeksi diri ? Lbh menghargai hidup ? Berfikir positif ? Lbh mandiri ? Optimis ? Rasa empati ? Bersosialisasi Berdasarkan bagan tersebut dapat dijelaskan adanya tiga (3) kategori utama yang mempengaruhi ketabahan responden, yaitu faktor – faktor pendukung ketabahan, cara memaknai arti musibah dan proses menuju ketabahan. Ketiga komponen tersebut sangatlah mempengaruhi proses ketabahan responden. Nilai spiritual yang dimiliki oleh reponden sangat mempengaruhi perasaan – perasaan responden baik pasca maupun perasaan saat ini dan proses ketabahan. Nilai spiritual juga mempunyai hubungan timbal balik dengan pengalaman spiritual yang responden alami. Proses responden menuju ketabahan tidak secara spontan mereka rasakan. Tetapi responden mengambil pengalaman tersebut dari perasaan responden yaitu perasaan sebelum dan disaat gempa dan tsunami, perasaan pasca gempa dan tsunami sehingga efek yang dirasakan saat ini adalah responden mampu belajar mengatasi perasaan – perasaan sedihnya dari semua pengalaman hidup yang dirasakannya. Responden juga dapat mengambil hikmah di balik musibah. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa korban yang mangalami gempa dan tsunami di Aceh, mereka tidak akan pernah bisa melupakan kejadian yang Maha dasyat pada tanggal 26 Desember 2004, yang telah menghancurkan sekaligus menghilangkan seluruh harta benda dan orang – orang yang mereka sayangi. Faktor pendukung (internal) seperti nilai dan pengalaman spiritual, kepribadian dan perasaan – perasaan yang pernah dialami responden sangat mempengaruhi mereka untuk dapat tetap menjalani hidup dengan tegar. Faktor pendukung (eksternal) lain seperti dukungan keluarga dan teman dekat juga membantu mereka dalam mengatasi perasaan – perasaan sedih mereka, yang telah memberikan motivasi dan harapan baru bagi mereka untuk dapat menjalani hidup. Dalam penelitian ini peneliti menemukan bahwa responden mampu bertahan (tabah) karena nilai spritual yang subjek miliki, pengalaman spiritual (kejadian aneh) yang responden alami dan kepribadian juga ikut mendukung proses memaknai arti ketabahan. Saran Beberapa saran dapat peneliti ungkapkan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, antara lain : 1. Bagi Para Korban Agar tetap tabah menjalani hidup ini, karena Allah SWT memberikan cobaan pada umatnya tidak mungkin diluar batas kemampuannya. Mengikhlaskan sesuatu yang sangat kita sayangi dan kita sukai adalah suatu perbuatan yang sangat mulia dan akan mendapatkan pahala yang berlimpah dari Allah SWT. Memang Ikhlas bukan sesuatu yang mudah, sangat sulit dilakukan maka cobalah dengan banyak – banyak bertawakal dan lebih mendekatkan diri pada Allah SWT, dengan begitu kita akan lebih mudah untuk melakukannya yaitu ikhlas dengan hati. 2. Bagi keluarga dan teman dekat Keluarga dan teman dekat korban diharapkan terus memberikan motivasi dan dukungan pada korban. Agar korban dapat lebih tabah menjalani hidup dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi korban sehingga korban merasa lebih nyaman dalam proses menata kembali hidup dan perasaan kehilangannya. 3. Bagi Peneliti berikutnya Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan tema yang sama, diharapkan melihat latar belakang keluarga korban, dan lingkungan tempat tinggal korban sebelumnya. Agar dapat melihat seberapa besar pengaruh keluarga dan lingkungan tempat tinggal korban dalam proses memaknai arti ketabahan.