ketabahan korban gempa dan tsunami di aceh program studi

advertisement
KETABAHAN KORBAN GEMPA DAN TSUNAMI DI ACEH
Oleh :
TRIANA UTARY
QUROTUL UYUN
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2006
NASKAH PUBLIKASI
KETABAHAN KORBAN GEMPA DAN TSUNAMI DI ACEH
Telah Disetujui Pada Tanggal
..................................
Dosen Pembimbing Utama
(Qurotul Uyun, S.Psi.,M.Si)
KETABAHAN KORBAN GEMPA DAN TSUNAMI DI ACEH
Triana Utary
Quratul Uyun
INTISARI
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ketabahan korban gempa dan tsunami
di Aceh. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif,
yang bertujuan untuk mendapatkan wawasan tentang fenomena yang akan diteliti.
Responden dalam penelitian ini berjumlah empat orang yang secara langsung
mengalami gempa dan tsunami di Aceh. Wawancara dan observasi merupakan cara yang
digunakan untuk melakukan pengumpulan data penelitian.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada empat komponen yang merupakan tema
– tema ketabahan korban gempa dan tsunami di Aceh, yaitu perasaan – perasaan
responden sebelum dan di saat gempa dan tsunami, perasaan – perasaan pacsa gempa dan
tsunami, serta perasaan – perasaan responden saat ini, faktor pendukung ketabahan, dan
cara responden memaknai arti musibah itu sendiri. Faktor – faktor pendukung ketabahan
responden meliputi : Dukungan dari keluarga dan peran teman dekat. Cara responden
memaknai arti musibah melalui : 1. Nilai Spiritual dan 2. Pengalaman Spiritual.
Sedangkan Perasaan – perasaan responden di saat dan ketika, perasaan pasca gempa dan
tsunami merupakan faktor pendukung internal bagi ketabahan responden yang membantu
responden untuk menuju keproses ketabahan yaitu perasaan responden saat ini.
Kata Kunci : Ketabahan, resilliency, Ketabahan Korban.
Pengantar
Setahun sudah lewat sejak tsunami, jumlah total masyarakat Aceh yang menjadi
pengungsi masih sangat tinggi. Gelombang besar tsunami dengan pusat gempa dekat
pulau Sumatra melanda Indonesia dan beberapa negara sekitarnya di Samudra Hindia. Di
daerah pinggir pantai Aceh, lebih dari 130.000 orang meninggal dan 500.000 orang
kehilangan tempat tinggal. Lebih dari 1.000.000 orang tidak punya rumah dan banyak
daerah yang hancur. Contoh: di Meuraksa, Banda Aceh, 67% infrastruktur rusak, 74% di
Darul Imarah, Aceh Besar dan 59% di Pidie. Di beberapa daerah, setiap orang mengenali
orang yang kehilangan harta benda dan keluarganya.
WHO memperkirakan 50% ( populasi ) akan mengalami gangguan dan sebesar 5
– 10% memerlukan perawatan khusus. Sebuah survei (diluar WHO) mengatakan 40%
stress pasca-tsunami dialami oleh anak – anak. Survei dan penelitian yang dilakukan
menemukan adanya 3 jenis gangguan kesehatan mental pada orang – orang yang selamat
: 1) Mereka yang selamat dan menderita stres ringan; bisa sembuh dalam beberapa hari.
2) Orang – orang dengan tingkat stres menengah atau kronis ringan. 3) Orang dengan
gangguan mental, terbagi 2 yaitu : gangguan mental ringan dan gangguan mental parah (
NGO Mede cins Sans Frontie res Belgium (MSF-B) Sigli (dokter lintas batas), 2005 ).
Peristiwa tsunami memang telah setahun berlalu, namun peristiwa tersebut tidak
membuat rakyat Aceh menyerah dalam kesedihan. Mereka tetap menjalani hidup seperti
biasa, mereka belajar untuk memperbaiki semuanya. Seperti penelitian yang dilakukan
Oleh Muamar Vebry, ST, M.Sc. Researcher for the Aceh Institute Urban, Regional and
Environment Research Division ”Telah setahun bencana tsunami meluluhlantakkan
Nangroe Aceh Darussalam dan menyisakan begitu banyak kisah duka, ketabahan,
kegigihan, kekuatan, semangat dan perjuangan masyarakat Aceh untuk terus tabah dan
pantang menyerah dalam menghadapi cobaan hidup.
Ketabahan dan Korban
Ketabahan adalah kemampuan manusia untuk dapat mengendalikan emosi dan
bertahan dalam keadaan yang kurang menyenangkan secara psikologis. Selain itu
kelapangdadaan memiliki kesamaan makna dengan ketabahan dimana kelapangdadaan
(al-basith, al-samhah) adalah suatu kondisi psiko-spiritual yang ditandai oleh
kemampuan menerima berbagai kenyataan yang tidak menyenangkan dengan tenang dan
terkendali. Nashori, 2004a (Nashori, 2005). Tabah adalah tabah hati, tetap dan kuat hati
dalam menghadapi segala bahaya dan sebagainya ; berani menghadapi kesukaran,
penderitaan; sabar menderita dan sebagainya (Rama, 2001).
Korban bencana adalah semua makhluk hidup yang secara langsung
mengalami atau berada dilokasi bencana. Dalam situasi seperti ini survivor
(orang-orang yang selamat), tidak sedikit mengalami gangguan kejiwaan tapi ada
sebagian survivor yang mampu bertahan menjalani hidupnya. Kemampuan
manusia dalam menghadapi dan bertahan dalam keadaan sulit (adversitas). (
Sasmitawati, 2004). Istilah dalam psikologi yang dekat dengan istilah ketabahan
adalah resiliency.
Resiliency
Reivich. K dan Shatte. A dalam bukunya “the resiliency factor” menjelaskan arti
resiliensy itu sendiri adalah kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi bila terjadi
sesuatu yang salah dalam hidupnya. Bertahan dalam keadaan tertekan sekali pun, atau
bahkan berhadapan dengan kesengsaraan ( adversity ) atau trauma yang dialami
sepanjang kehidupannya ( Reivich. K & Shatte. A, 2002 ).
Reivich dan Shatte mengatakan bahwa tingkat resiliensy seseorang itu dapat
diukur dengan menggunakan alat ukur yang disebut RQ (Recilience Quotient). Dalam RQ
terdapat 7 aspek yang dapat mengukur tingkat resiliency seseorang, sebagai berikut :
1. Regulasi (Pengaturan) Emosi dan Ketahanan.
Pengaturan emosi adalah kemampuan untuk tetap tenang ketika berada di
bawah tekanan. Orang yang sabar menggunakan serangkaian keahlian
yang
terbangun
dengan
baik
yang
membantu
mereka
untuk
mengendalikan emosi dan perhatian mereka. Pengendalian diri penting
untuk membentuk hubungan yang intim, mencapai sukses dalam
pekerjaan dan menjaga kesehatan fisik. Tidak disangsikan lagi bahwa
pastilah tidak setiap emosi perlu diperbaiki atau dikendalikan. Kita tidak
percaya bahwa semua kemarahan, kesedian, kepanikan dan rasa bersalah
harus diminimalkan, dikelola atau dihentikan. Sebaliknya ekspresi emosi
negatif dan positif adalah sesuatu yang sehat dan membangun karenanya
ekspresi emosi yang sesuai adalah bagian dari menjadi sabar. Beberapa
orang terlihat mengalami lebih banyak kecemasan, kesedihan, dan
kemarahan dari pada orang – orang lainnya yang
menggunakan banyak
waktunya untuk mengontrol emosi saat mereka marah. Contohnya korban
gempa dan tsunami di Aceh, sebagian besar dari mereka mengalami
trauma dan sebagian lainnya mampu mengendalikan rasa marah dan sedih
mereka atas kehilangan orang – orang yang mereka sayangi.
2. Pengendalian keinginan dan Ketahanan
Dalam pengendalian keinginan dan kesabaran sering menyebabkan
konsekuensi negatif yang mengganggu kesabaran anda, sama dengan
pengendalian emosi, skill kunci pertama untuk pengendalian keinginan
adalah mengetahui seluk beluk kehidupan anda. Seluk-beluk tersebut
menelusuri kembali bagaimana pikiran – pikiran kita menentukan emosi
dan kebiasaan kita. Setelah menguasai seluk beluk tersebut, akan bisa
untuk menuju penghindaran jebakan pikiran, yang akan membimbing kita
untuk mendeteksi keyakinan-keyakinan impulsif yang biasa dikeluarkan
dan bagaimana keyakinan-keyakinan tersebut berhasil mengganggu
kesabaran kita. Mereka korban gempa dan tsunami diaceh dapat
mengendalikan pikiran dan perasaan sedih mereka dengan memperbanyak
beribadah, lebih mendekatkan diri mereka kepada Sang Khaliq, yang
menciptakan langit, bumi dan seluruh isinya. Mereka mengendalikan
pikiran mereka pada hal-hal yang positif dan tidak terlalu melarutkan diri
dalam kesedihan.
3. Optimisme dan Ketahanan
Orang-orang yang sabar adalah orang-orang yang optimis. Mereka
percaya bahwa semua hal bisa berubah menjadi lebih baik. Mereka
memiliki harapan untuk masa depannya dan percaya bahwa mereka bisa
mengendalikan arah hidup mereka. Contoh Iqbal salah satu korban gempa
dan tsunami di Aceh (Vebry. M, 2006), seorang penarik becak yang juga
bekerja sebagai Office Boy di sebuah kantor, yang becaknya merupakan
sumbangan kemanusiaan dari Koran Kompas. Iqbal juga masih begitu
bersemangatnya untuk terus melanjutkan hidup dengan senyuman yang
khas dan tidak pernah pupus di bibirnya, padahal dia kehilangan seluruh
anak dan istrinya. Optimisme menunjukan bahwa kita percaya bahwa kita
memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah yang mungkin
akan muncul dimasa mendatang. Pastilah hal ini merefleksikan perasaan
percaya diri kita, keyakinan kita, pada kemampuan kita untuk
memecahkan masalah-masalah kita sendiri dan menguasai dunia kita,
yang merupakan kemampuan penting lainnya dalam kesabaran.
4. Analisa Sebab dan Ketahanan
Analisa sebab adalah sebuah istilah yang kita gunakan untuk menyebut
kemampuan orang-orang untuk mengidentifikasi penyebab-penyebab
masalah mereka secara akurat. Jika kita tidak mampu menemukan
penyebab masalah kita secara akurat, maka kita akan cendrung membuat
kesalahan yang sama terus-menerus. Dalam hal ini mereka (korban) harus
menyadari bahwa sebab dari semua kehilangan ini adalah akibat gempa
dan tsunami bukan akibat dari ulah manusia tetapi alam. Apabila mereka
terus larut dan menyalahkan diri sendiri atas bencana ini, maka mereka
akan terpuruk dan tidak menutupkemungkinan mereka akan mengalami
depresi yang sangat berat.
5. Empati dan Ketahanan
Nilai empati anda menunjukkan bagaimana baiknya anda mampu untuk
membaca tanda psikologis dan emosional orang lain. Beberapa dari kita
adalah orang yang ahli dalam mengartikan apa yang disebut psikolog
sebagai tanda non-verbal dari orang lain – ekspresi wajah, tekanan suara,
bahasa tubuh mereka – dan mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakan
oleh orang lain tersebut.
6. Keyakinan Diri dan Kesabaran
Keyakinan diri adalah perasaan bahwa kita adalah orang yang efektif
didunia ini. Ini menunjukkan kepercayaan kita, bahwa kita bisa
memecahkan masalah yang cendrung kita alami dan keyakinan kita
mengenai kemampuan kita untuk menjadi sukses.
7. Pencapaian dan Ketahanan
Kita telah membicarakan tentang 6 kemampuan yang mampu membuat
seseorang menjadi sabar dalam menghadapi masalah. Tetapi seperti yang
telah kita lihat, kesabaran tidak hanya tentang mengatasi, mengarahkan
dan melepaskan diri dari masalah. Kesabaran juga memampukan kita
untuk memperluas aspek-aspek positif dalam kehidupan. Kesabaran
adalah sumber kemampuan kita untuk pencapaian & sejumlah orang
secara mengejutkan tidak mampu melakukannya. Mengapa beberapa
orang takut pada pencapaian? Bagi beberapa orang ini dikarenakan
mereka mempelajari diawal hidup mereka bahwa rasa malu harus
dihindari sebisa mungkin. Lebih baik untuk tetap bersembunyi meskipun
hal ini berarti hidup dalam ketidak puasan, dari pada harus menunjukan
kegagalan dan kekonyolan dirinya di muka umum.
Ketabahan Korban
Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa ketabahan adalah proses dimana
seseorang tidak berkeluh kesah dan tidak akan merasa takut dengan ancaman dunia
karena kedekatannya kepada Allah SWT. Tabah itu identik dengan sabar, dan kesabaran
itu ada diawal ekspresi bukan diakhir. Tabah bukan setelah kita berkeluh kesah dan
menghujat Tuhan diawal bencana, tapi diawal bencana kita sudah menerima bahwa ini
semua adalah ujian dari-Nya.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana ketabahan korban gempa
dan tsunami di Aceh, faktor-faktor yang menyebabkan munculnya atau melatarbelakangi
ketabahan dan bagaimana responden memaknai musibah tersebut.
Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara teoritis maupun
secara prakitis. Penelitian ini secara teoritis dapat memperkaya, memperjelas, dan
meningkatkan fungsi ilmu psikologi islami dan psikologi klinis. Di samping itu dapat
digunakan sebagai media yang dapat menjelaskan masalah-masalah klinis khususnya
dalam masalah jiwa manusia dan bisa memberikan saran dalam menyelesaikan dan
menanggulangi masalah-masalah dalam menghadapi masalah trauma seseorang. Secara
praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi orang-orang atau
berbagai pihak yang menangani para korban gempa dan tsunami di Aceh. Serta sebagai
masukan bagi masyarakat luas tentang ketabahan seseorang dalam menghadapi masalah
dalam hidupnya, khususnya bagi mereka para korban tsunami lainnya.
Pertanyaan Penelitian
a. Perasaan sebelum, saat, setelah pasca bencana dan perasaan responden saat
ini!
b. Bagaimana responden memaknai musibah tersebut ?
c. Bagaimana ketabahan korban gempa dan tsunami ?
d. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan munculnya atau melatar belakangi
ketabahan ?
Metode Penelitian
Desain penelitian kualitatif bersifat alamiah, dalam arti peneliti tidak berusaha
memanipulasi setting penelitian, melainkan melakukan studi terhadap suatu fenomena
dalam situasi dimana fenomena tersebut ada. Penelitian kualitatif menghasilkan dan
mengolah data yang bersiftat deskriptif, seperti transkripsi wawancara, catatan lapangan,
gambar, foto rekaman vidio dan lain sebagainya (Poerwandari, 1998). Data yang muncul
dalam penelitian kualitatif berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka (Miles dan
Huberman, 1992).
Penelitian ini menggunakan rancangan studi kasus, yang dilakukan untuk
memperoleh pengertian yang mendalam mengenai situasi dan makna sesuatu atau subyek
yang diteliti. Penelitian studi kasus lebih mementingkan proses daripada hasil, lebih
mementingkan konteks daripada suatu variabel khusus, lebih ditujukan untuk
menemukan sesuatu daripada kebutuhan konfirmasi. Pemahaman yang diperoleh dari
studi kasus dapat secara langsung mempengaruhi kebijakan, praktek, dan penelitian
berikutnya (Alsa, 2004).
Reponden Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah korban gempa dan tsunami di Aceh, yang
mengalami langsung kejadian tersebut, mereka mampu untuk terus melanjutkan hidupnya
meski pun telah kehilangan harta benda dan kedua orang tuanya
Metode Pengumpulan Data
Ketabahan seseorang merupakan suatu hal yang bersifat pribadi, karena berkaitan
dengan perasaan yang mereka alami dan membutuhkan metode atau cara yang tepat
untuk dapat mengungkapnya. Peneliti menggunakan wawancara mendalam (In depth
Inderview) dan observasi untuk memperoleh data.
Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis tematik.
Boyatzis (Poerwandari, 2001) menyatakan bahwa penggunaan analisis tematik ini
memungkinkan peneliti menemukan pola yang yang pihak lain tidak melihatnya secara
jelas. Pola atau tema tersebut tampil seolah sacara acak dalam tumpukan informasi yang
tersedia. Setelah kita menemukan pola (seeing), kita akan mengklarifikasi atau
mengencode pola tersebut (seeing as), dengan memberi label , definisi atau deskripsi.
Hasil Penelitian
Analisis data penelitian ini dilakukan dengan pengelompokan data berdasarkan tema
yang ditentukan sesuai dengan aspek-aspek yang ingin diungkap dengan berpedoman
pada panduan wawancara. Analisis tersebut menghasilkan gambaran sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Analisis Isi; kategori, sub kategori, dan tema
Kategori
Sub – Kategori
Tema
?
Perasaan sebelum
dan di saat terjadi
Gempa dan
Tsunami
Proses –
Proses
Subjek
Menuju
Ketabahan
Tindakan yang
dilakukan
?
?
?
?
?
?
?
Firasat ; malam sebelum tsunami
bermimpi yang tidak menyenangkan,
tiba – tiba merasa akan kehilangan
orang tua.
Panik dan ketakutan
Kacau
Bingung
Menangis dan berdzikir
Menyebut Asma Allah
Lebih mendekatkan diri pada Allah
SWT dengan ibadah sunnah lainnya
Membaca buku – buku yang dapat
memotivasi
dan
mendangarkan
ceramah
Perasaan Pasca
Gempa dan
Tsunami
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
Perasaan Subjek
Saat Ini
Faktor –
Faktor
Pendukung
Ketabahan
Peran keluarga dan
teman dekat
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
Merasa putus asa
Menyalahkan diri sendiri
Cemas
Kecewa
Sedih
Trauma
Stress
Empati
Depresi
Ragu tidak mampu menjalai hidup
Hilang rasa percaya diri
Hilang selera (nafsu) makan
Pantang menyerah
Introspeksi diri
Tidak akan melupakan kejadian 24
Desember 2004
Lebih menghargai hidup
Ingin berguna bagi orang lain
(mengamalkan ilmu yang dimiliki),
jadi guru yang baik
Merasa semua ini (musibah) adalah
anugerah berupa musibah
Bersosialisasi
Lebih mandiri
Optimism ; yakin dapat menata
kembali hidupnya.
Kesabaran tidak dapat dinilai dan tiada
batasan
Memberi dukungan
Memberi tempat tinggal
Termotivasi
untuk
tetap
menjalani hidup
Tempat mencurahkan isi
perasaan – perasaan sedih
kuat
hati,
Pasrah dan berserah diri (tawakal)
pada Allah SWT
Ikhlas dan bersabar pada cobaan yang
Nilai Spiritual
Memaknai
arti Musibah
?
?
?
?
?
?
?
?
Pengalaman
Spiritual
?
?
?
?
diberikan oleh Allah SWT
Berkomunikasi dengan Allah SWT
Lebih meyakini Maha Besar Allah
SWT
Lebih mendalami Islam dengan
memperbanyak membaca Al-qur’an
dan sholat
Mendekatkan diri pada Allah dengan
ibadah sunnah lainnya
Berfikir positif bahwa Allah sedang
menguji kesabaran
Mendapat
kesempatan
untuk
memperbaiki diri dengan cara
bertaubat dijalan Allah SWT
Allah sedang menegur atas kesalahan
– kesalahan yang dulu pernah
dilakukan
Yakin Allah SWT bersama orang –
orang yang sabar dan tabah
Melihat banyak kejadian aneh
Allah
selalu
menolong
(menyelamatkan ketika terjadi gempa
dan tergulung ombak)
Merasa Allah SWT sangat dekat
Mendapat kekuatan lebih
Pembahasan
Bagan 1 : Model tema – tema ketabahan korban (survivor) Gempa dan Tsunami di Aceh
Proses Menuju Ketabahan
Nilai Spiritual :
? Pasrah &
Berserah diri
(tawakal) pada
Allah SWT
? Ikhlas &
Bersabar pada
cobaan yg
diberikan oleh
Allah SWT
? Berkomunikas
i dengan Allah
? Lebih
mendekatkan
diri
? Lebih
meyakini
keBesaran
Allah SWT
Pengalaman
Spiritual :
? Merasa Allah
SWT sangat
dekat
? Allah SWT
selalu menolong
? Melihat banyak
kejadian aneh
? Mendapat
kekuatan lebih
Perasan Sebelum & di
saat Musibah :
? Mendapat firasat
? Bingung
? Panik & takut
? Menangis &
berdzikir
Faktor Pendukung
Ketabahan
Peran Keluarga dan
Teman dekat
? Memberi
dukungan
? Memberikan
tempat tinggal
? Termotivasi untuk
tetap kuat
menjalani hidup
? Tempat
mencurahkan isi
hati dan perasaan perasaan sedih
Perasaan Pasca :
? Putus asa
? Menyalahkan diri
sendiri
? Trauma
? Frustrasi
? Ragu mampu
menjalani hidup
? Hilang PD
Perasaan saat ini :
? Introspeksi diri
? Lbh menghargai
hidup
? Berfikir positif
? Lbh mandiri
? Optimis
? Rasa empati
? Bersosialisasi
Berdasarkan bagan tersebut dapat dijelaskan adanya tiga (3) kategori utama yang
mempengaruhi ketabahan responden, yaitu faktor – faktor pendukung ketabahan, cara
memaknai arti musibah dan proses menuju ketabahan. Ketiga komponen tersebut
sangatlah mempengaruhi proses ketabahan responden.
Nilai spiritual yang dimiliki oleh reponden sangat mempengaruhi perasaan –
perasaan responden baik pasca maupun perasaan saat ini dan proses ketabahan. Nilai
spiritual juga mempunyai hubungan timbal balik dengan pengalaman spiritual yang
responden alami.
Proses responden menuju ketabahan tidak secara spontan mereka rasakan. Tetapi
responden mengambil pengalaman tersebut dari perasaan responden yaitu perasaan
sebelum dan disaat gempa dan tsunami, perasaan pasca gempa dan tsunami sehingga efek
yang dirasakan saat ini adalah responden mampu belajar mengatasi perasaan – perasaan
sedihnya dari semua pengalaman hidup yang dirasakannya. Responden juga dapat
mengambil hikmah di balik musibah.
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa korban
yang
mangalami gempa dan tsunami di Aceh, mereka tidak akan pernah bisa melupakan
kejadian yang Maha dasyat pada tanggal 26 Desember 2004, yang telah
menghancurkan sekaligus menghilangkan seluruh harta benda dan orang – orang
yang mereka sayangi. Faktor pendukung (internal) seperti nilai dan pengalaman
spiritual, kepribadian dan perasaan – perasaan yang pernah dialami responden sangat
mempengaruhi mereka untuk dapat tetap menjalani hidup dengan tegar.
Faktor pendukung (eksternal) lain seperti dukungan keluarga dan teman dekat
juga membantu mereka dalam mengatasi perasaan – perasaan sedih mereka, yang
telah memberikan motivasi dan harapan baru bagi mereka untuk dapat menjalani
hidup. Dalam penelitian ini peneliti menemukan bahwa responden mampu bertahan
(tabah) karena nilai spritual yang subjek miliki, pengalaman spiritual (kejadian aneh)
yang responden alami dan kepribadian juga ikut mendukung proses memaknai arti
ketabahan.
Saran
Beberapa saran dapat peneliti ungkapkan berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, antara lain :
1. Bagi Para Korban
Agar tetap tabah menjalani hidup ini, karena Allah SWT memberikan cobaan
pada umatnya tidak mungkin diluar batas kemampuannya. Mengikhlaskan sesuatu
yang sangat kita sayangi dan kita sukai adalah suatu perbuatan yang sangat mulia
dan akan mendapatkan pahala yang berlimpah dari Allah SWT. Memang Ikhlas
bukan sesuatu yang mudah, sangat sulit dilakukan maka cobalah dengan banyak –
banyak bertawakal dan lebih mendekatkan diri pada Allah SWT, dengan begitu
kita akan lebih mudah untuk melakukannya yaitu ikhlas dengan hati.
2. Bagi keluarga dan teman dekat
Keluarga dan teman dekat korban diharapkan terus memberikan motivasi dan
dukungan pada korban. Agar korban dapat lebih tabah menjalani hidup dan
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi korban sehingga korban merasa lebih
nyaman dalam proses menata kembali hidup dan perasaan kehilangannya.
3. Bagi Peneliti berikutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan tema yang sama, diharapkan
melihat latar belakang keluarga korban, dan lingkungan tempat tinggal korban
sebelumnya.
Agar dapat melihat seberapa besar pengaruh keluarga dan
lingkungan tempat tinggal korban dalam proses memaknai arti ketabahan.
Download