AKAD MUDHARABAH DALAM PERBANKAN SYARIAH SRI ASTUTIK, SH., MH. [email protected] ABSTRACT Sharia Bank has the function of collecting funds from the community and channeling funds to the public. One of the contracts used in the transaction is done by Mudharabah contract. Mudharabah is a business cooperation between two parties where the first party (shahibul maal) provides all capital, while the other party becomes the manager (mudharib). Making Mudharabah Agreement as part of Muamalah can be modified in accordance with the times and adjust to the needs, however, making mudharabah contract in sharia banking must still fulfill the principles of sharia. Keywords: Akad Mudharabah, Banking, Sharia ABSTRAK Bank Syariah mempunyai fungsi menghimpun dana dari masyarakat dan penyaluran dana kepada masyarakat. Salah satu akad yang digunakan dalam transaksi tersebut dilakukan dengan akad Mudharabah. Mudharabah adalah kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Pembuatan Akad Mudharabah sebagai bagian dari Muamalah dapat dilakukan modifikasi sesuai dengan perkembangan zaman dan menyesuaikan dengan kebutuhan, namun demikian pembuatan akad mudharabah dalam perbankan syariah harus tetap memenuhi prinsip-prinsip syariah. Kata kunci: Akad Mudharabah, Perbankan, Syariah. *Sri Astutik, SH.,MH. Dosen Fakultas Hukum Universitas Dr. Soetomo. 1. Pendahuluan menurut Sutandyo,1 hukum telah berkembang sebagai suatu tatanan dan sistem, dari dalam fungsinya yang sebatas untuk usaha, berdirinya lembaga-lembaga memenuhi ekonomi dan keuangan atau bank- kebutuhan perniagaan komunitas-komunitas lokal bank yang ke baru, Islam fungsinya yang dan kegiatan menggunakan dalam bentuk transaksi mereka dengan kehidupan nasabahnya bermasyarakat sistem transaksi- sebagai pengontrol ketertiban serta para majunya dan bernegara pada skala- perdagangan dengan negara-negara nasional. Sementara itu, apa Timur Tengah yang menggunakan yang disebut bisnis telah pula sistem Islam dalam bertransaksi, berkembang merupakan kegiatannya lokal dari yang (dalam pola semula pasar-pasar salah digunakannya satu hukum menurut hukum Islam. alasan kontrak Mayoritas yang konkret) ke pola-pola penduduk Indonesia yang beragama kegiatannya yang siap untuk Islam, maka wajar kalau hukum berdinamika Islam, menjadi hukum yang hidup nasional, umat menjalankan muamalah, khususnya di bahkan kancah ruang dalam masyarakat lingkup global. Law), termasuk Untuk melayani kebutuhan kontrak syariah.2 Islam Indonesia dalam (The Living dalam hukum Hukum kontrak Syariah sebagai bagian dari Hukum Islam di 1 Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum, Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya, Elsam dan Huma, Jakarta, 2002, hlm. 291-297. bidang Muamalah, juga memiliki 2 Mardani, Hukum Perikatan Syariah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hlm. 10. sifat “terbuka” yang berarti segala dan kemaslahatan. Oleh karena itu sesuatu di bidang Muamalah boleh muamalah diadakan modifikasi perubahan mengalami sesuai dengan melanggar perkembangan masyarakat.4 Nabi yang sudah ditentukan Muhammad SAW tentunya tidak bertentangan larangan selama tidak dapat atau dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi memberikan Muhammad SAW.3 Hal inilah yang terperinci memungkinkan ekonomi/ perbankan. Sebagaimana Syariah Hukum Kontrak dapat perkembangan mengikuti zaman dan aturan-aturan mengenai yang masalah dinyatakan oleh Nabi sendiri bahwa “antum a’lamu bi umuri al menyesuaikan dengan kebutuhan. dunyakum” (kalian lebih mengetahui Demikian juga yang dilakukaan urusan dunia kalian).5 Aplikasi dan dalam pembuatan akad mudharabah modifikasi dalam bidang muamalah pada Bank Syariah. sangat dimungkinkan karena pada Hukum yang dasarnya pada muamalah segala berkenaan dengan praktik muamalah sesuatu boleh dilakukan kecuali pada memuat yang dilarang. sebagai Hukum dasarnya norma-norma Islam hanya dasar kontrak Islam, pedoman. Sedangkan operasionalnya sebagai suatu ketentuan hukum secara rinci diserahkan kepada umat yang relatif dianggap baru berlaku, manusia sesuai dengan kebutuhan 4 3 Gemala Dewi (1), Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, Edisi Revisi, Cetakan ke 4, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2007, hlm. 9. Ecip S. Sinansari dkk., Ketika Bagi Hasil Tiba, Bank Muamalat, Jakarta, 2002, hlm. 130 5 Adiwarman Karim, Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm, 15. masih menimbulkan persoalan, diartikan suatu perjanjian antara dua dalam orang atau lebih yang menciptakan misalnya penyusunan akad, adanya beberapa karena belum kesesuaian dengan prinsip Islam. kewajiban tidak untuk berbuat berbuat sesuatu atau hal yang khusus (contract is an agreement Untuk mengatasi persoalan between two or more persons which tersebut, tentu saja perlu solusi yang creates an obligation to do or not to terbaik demi terwujudnya akad yang do a peculiar things).6 Ada tiga saling menguntungkan para pihak, unsur dari kontrak, yaitu : disatu sisi memberikan keadilan dan di satu sisi memberikan manfaat (maslahat), tidak saja di dunia tetapi juga di akhirat, dengan tetap tidak melanggar ketentuan hukum Islam. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka isu hukum yang akan penulisan dibahas ini Mudharabah adalah dalam Akad Dalam Pembiayaan 1. Adanya kesepakatan tentang fakta antara kedua belah pihak (the fact between the parties), 2. Persetujuan tersebut dibuat secara tertulis (the agreement is written), dan 3. Adanya orang-orang yang berhak dan berkewajiban untuk membuat kesepakatan dan persetujuan tertulis.7 Ala’ Eddin Kharofa dalam Transaction in Islamic Law, Perbankan Syariah. 2. Pembahasan 2.1. Konsep Akad Istilah kontrak merupakan kesepadanan dari istilah “contract” dalam bahasa Inggris. Menurut Black’s Law Dictionary ; contract 6 Henry Campbel Black, Black’s Law Dictionary, West Pubhlishing Co, 1979, hlm. 291-292. 7 Fathurrahman Djamil (1), Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan Syariah, Cetakan pertama, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm. 12. sebagaimana dikutip oleh Dr. Abd. (tali)9. Dikatakan ikatan (al-rabth) Shomad, definisi maksudnya adalah menghimpun atau contract dalam Hukum Islam :8 mengumpulkan dua ujung tali dan 1. The world ‘aqad ( contract) in the Arabis language originally means tying tightly, as in tying a rope, Arabs also used the word to speak about firm belief or determination. 2. The word contract in Islamic Jurisprudential usage means an engagement and agreement between two person in a legally accepted, impactful and binding manner. Kontrak dalam bahasa Arab disebut dengan akad. Ada dua istilah mengakibatkan salah satunya pada yang lainnya hingga keduanya bersambung dan menjadi seperti seutas tali yang satu.10 Kata al-‘aqdu terdapat dalam QS Al Maidah ayat 1, yang artinya , “bahwa manusia diminta untuk memenuhi akadnya”. Menurut Fathurrahman Djamil, istilah al‘aqdu dapat disamakan dengan istilah verbintenis dalam Bugerlijk Weetboek.11 Adapun istilah al- dalam Al-Quran yang berhubungan dengan kontrak, yaitu al-‘aqdu (akad) dan al-‘ahdu (janji). Pengertian akad secara etimologi adalah menyimpulkan, mengikatkan 9 Ahmad Warson Al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir, Pesantern Krafyak, Yogyakarta, tth., hlm. 1023. 10 Ghufron A. Mas’adi, Fiqih Muamalah Kontekstual, Cetakan 1, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 75. 8 Abd, Shomad (1), Hukum Islam : Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010, hlm. 177. 11 Fathurrahman Djamil (2), “Hukum Perjanjian Syariah” sebagaimana dikutip Mariam Darus Badrulzaman et.,al., dalam Kompilasi Hukum Perikatan, Cetakan 1, Citra ‘ahdu dapat dipersamakan dengan tertentu.14 Akad secara terminologi istilah atau hukum fiqih adalah : “Perikatan suatu antara Ijab (penawaran) dengan pernyataan dari seseorang untuk Kabul (penerimaan) secara yang mengerjakan atau dibenarkan syara’ (Hukum Islam), mengerjakan sesuatu perjanjian overeenkomst, berkaitan yaitu dengan tidak yang tidak lain.12 orang yang menetapkan (kerelaan) kedua belah pihak”.15 Istilah ini terdapat dalam QS. Ali Imran ayat 76, yang keridhaan Senada dengan Hasbi, artinya Ahmad Azhar Basyir menyebutkan, “sebenarnya siapa yang menepati akad adalah perikatan antara ijab janji yang dibuatnya dan bertakwa, dan maka sesungguhnya Allah mencintai dibenarkan syara’ dan menetapkan orang-orang yang bertakwa”. Pengertian akad 13 kabul cara yang adanya akibat-akibat hukum pada dalam obyeknya. Ijab adalah pernyataan Kompilasi Hukum Ekonomi Islam pihak (KHES) kontrak didefinisikan dengan sebagai pertama mengenai isi yang diinginkan, sedang kesepakatan antara dua pihak atau kabul adalah pernyataan pihak kedua lebih untuk melakukan dan atau untuk menerimanya.16 Abdul tidak melakukan perbuatan hukum 14 Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm. 247248. 12 13 Ibid., hlm. 248. Kementrian Agama RI, AlQur’anulkarim, Miracle The Reference, Sygma Publishing, Bandung, 2010, hlm. 115. Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Buku II tentang Akad, Bab I Pasal 20 butir (1). 15 T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqih Muamalah, Bulan Bintang, Jakarta, 1974, hlm. 21. 16 Ahmad Azha Basyir, AsasAsas Hukum Muamalat (Hukum Ghafur Anshari mengatakan, akad yang dimaksud akad tidak hanya adalah perjanjian yang menimbulkan sekedar kontrak antara dua pihak kewajiban berprestasi pada salah yang satu pihak, dan pihak lain atas keterkaitan prestasi Hukum Islam. Dalam hukum Islam tanpa tersebut, dengan melakukan atau kewajiban kontraprestasi. Kewajiban bagi salah satu pihak merupakan hak bagi pihak lain, begitu sebaliknya”.17 Menurut Pasal 1 angka 13 Undang-Undang No, 21 Tahun 2008 tetang Perbankan Syariah, adalah “akad kesepakatan tertulis antara bank syariah atau Unit Usaha Syariah (UUS) dan pihak lain yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai dengan prinsip syariah”. Dari pendapat beberapa pakar tersebut, dapat disimpulkan Perdata Islam), Cetakan ke 3, UII Press, Yogyakarta, 2009, hlm. 65. 17 Abdul Ghofur Anshari (1), Hukum Perikatan Islam di Indonesia, UGM Press, Yogyakarta, 2010, hlm. 24. bertransaksi, dengan namun ada ketentuan dikenal dua jenis akad, yaitu :18 1. Akad Tabarru, yaitu akad yang dimaksudkan untuk menolong dan murni sematamata karena mengharapkan ridha dan pahala dari Allah Ta’ala, sama sekali tidak ada unsur mencari “return” ataupun motif mencari keuntungan, misalnya AlQardh. 2. Akad Tijari, yaitu akad yang dimaksudkan untuk mencari dan mendapatkan keuntungan di mana rukun dan syarat telah dipenuhi semuanya, misalnya murabahah, salam, istishna’, ijarah, ijarah muntahiya bittamlik, mudharabah, serta musyarakah. 18 Abd, Shomad (1), Op. Cit., hlm. 171. Lihat juga Sutan Remy Syahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1999, hlm. 66. Dengan adanya akad, maka para pihak terikat konsep hukum kontrak Syariah oleh ketentuan adalah bersumber dari Al-Qur’an hukum Islam (Syariat) yang berupa dan As-Sunnah, sedangkan kaidah- hak-hak dan pemenuhan kewajiban- kaidah kewajiban pemahaman (iltizam) yang harus fiqih berfungsi dari syariah sebagai yang diwujudkan. Oleh karena itu, akad dilakukan oleh manusia (para ulama harus dibentuk oleh hal-hal mazhab) merupakan suatu bentuk dibenarkan akad syariat menurut ditentukan Islam. Sahnya hukum oleh yang dari Ar-Ra’yu (Ijtihad)20. Islam terpenuhinya rukun19 dan syarat akad tersebut. 2.2. Prinsip-prinsip langsung dengan di Perbankan Syariah Kaidah-kaidah hukum yang berhubungan Syariah Prinsip mempunyai arti yang sama dengan asas, yaitu dasar kebenaran yang menjadi pokok dasar 19 Rukun diambil dari bahasa Arab “Ruknun” yang dalam bentuk jamak disebut “Arkaan” yang berarti the strongest side of something. (Abdurrahman Raden Aji Haqqi, The Philosophy of Islamic Law of Transaction, Universtity Press, Kuala Lumpur, hlm. 72. Rukun adalah sesuatu yang harus ada dalam kontrak. Syarat adalah persyaratan yang harus dipenuhi oleh rukun-rukun tersebut. Abd. Shomad (2), “Rekontruksi Akad Bank Syariah Untuk Mencapai Kemaslahatan Sebagai Wujud Rahmatan lil-Alamin”, Pidato Pengukuhan Guru Besar, Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 1 Juni 2013, hlm. 21. berpikir, bertindak dan sebagainya. Asas berasal dari bahasa 20 Arab Ijtihad, berasal dari kata “jahada” dalam bahasa Arab yang berarti bersungguh-sungguh. Dalam arti terminologi hukum ialah usaha yang sungguh-sungguh dengan mengunakan segenap kemampuan yang ada, dilakukan oleh orang (ahli hukum) yang memenuhi syarat untuk mendapatkan garis hukum yang belum jelas atau tidak ada ketentuannya di dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah. H.M. Daud Ali, Asas-asas Hukum Islam, Bulang Bintang, Jakarta, 1983, hlm.104. asasun yang berarti dasar, basis dan atau kesetaraan, asas keadilan, asas pondasi. Secara terminologi asas kerelaan, adalah dasar atau sesuatu yang kebenaran, menjadi Gemala Dewi, et.al., tumpuan berpikir atau asas kejujuran dan dan asas tertulis”.23 mengatakan berpendapat”.21 A. Djazuli menye- bahwa : asas utama yang mendasari butkan setiap perbuatan manusia, termasuk ada beberapa asas yang harus dilindungi dan dijamin dalam wadah Undang-Undang Perbankan perbuatan muamalat, yaitu ilahiah atau asas tauhid. Syariah. Asas-asas yang dimaksud adalah : asas 24 Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Islam (KHES) dinyatakan, a. Asas Ridha’iyyah ( rela sama rela ); bahwa akad dilakukan berdasarkan atas asas : Ikhtiyari (Sukarela); b. Asas Maslahat (Manfaat ); Amanah (Menepati Janji); Ikhtiyati c. Asas A’dalalah (Keadilan) ; (Kehati-hatian); d. Asas Ta’awwun (Saling Menguntungkan).22 Fathurrahman berubah); Luzum Ta’awwun (Tidak (Saling menguntungkan); Taswiyah (keseDjamil, taraan); Transparansi; Kemampuan ; mengemukakan enam asas, yaitu “asas kebebasan, asas persamaan 23 21 Gemala Dewi (2), Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2013, hlm. 30. 22 A. Djazuli, Fikih Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat Islam dalam Rambu-rambu Syariah, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 207-208. Fathurrahman Djamil, dalam Mariam Darus Badrulzaman, et.al., Op. Cit., hlm. 249-251. 24 Gemala Dewi, Wirdyaningsih, dan Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Cetakan ke empat, Kencana Prenada Media Group, Kerjasama dengan Badan Penerbit Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 2013, hlm. 30. a particular form of transaction may be exempled from the general rule if it has been shown to be in common practice to facilitate business. Taisir (Kemudahan ); Itikad Baik ; Sebab yang halal. Kamal Khir, Lokesh Gupta dan Bala Shanmugam menge- mukakan tiga prinsip yang mendasar pada akad syariah, yaitu :25 a. The principle of justice : ensures that neither party to a contract may exploit the other. Hence the riba is strictly prohibited. b. The principle of transparency : those concerned must share all avaiable information. Withholding crucial information which has bearing on the transaction could render the contract invalid. Furthermore, contracts involving a hih degree of gharar are strictly prohibited. The objective is to prevent transactions that lead to dispute and lack of trust. c. The principle of ‘maslaha’ : means the common interest supported by the spirit of syariah and not by a specific text. On the basis of maslaha, 25 Kamal Khir, Lokesh Gupta dan Bala Shanmugam, Islamic Banking A Practical Perspective, Pearson Malaysia Sdn BHd, 2008, hlm. 43. Prinsip/asas yang terkait dengan hukum akad syariah yang dirangkum dari pendapat Gemala Dewi, Abdul Ghofur Anshori, Burhanuddin Susanto dan Agus Yudha berikut : Hernoko adalah sebagai 26 a. Ibadah (asas diniatkan Ibadah).27 26 Gemala Dewi (2), Op. Cit., hlm. 42. Hal yang sama dibahas oleh Abdul Ghofur Anshori, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia, Citra Media, Yogyakarta, 2000; Burhanuddin Susanto., Hukum Kontrak Syariah, BPFE, Yogyakarta, 2009. Periksa juga Trisadini P. Usanti, Prinsip Kehatihatian Pada Transaksi Perbankan, Airlangga University Press, Surabaya, 2013, hlm. 129-135. Abd. Shomad (3), “Teori Hukum Islam”.Materi Kuliah, Program Doktor Ilmu Hukum, Universitas Airlangga Surabaya. 2014. 27 Gemala Dewi menggunakan asas Ilahiah bahwa kegiatan muamalah termasuk perbuatan perikatan tidak akan Hakikat kehidupan manusia berkontrak. Ruang adalah untuk beribadah kepada kebebasan berkontrak Allah (QS. Adz-Dzariyat (51) : berupa : 56). Keyakinan terhadap unsur 1. Menentukan obyek perjan- Ketuhanan dalam aspek ibadah, merupakan hal yang prinsip lingkup dapat jian; 2. Menentukan bentuk perjan- dalam hukum Islam. Keyakinan jiannya; ini harus diwujudkan melalui 3. Mengajukan syarat-syarat amalan niat (aqidah) sebelum dalam merumuskan hak dan memulai kewajiban; perbuatan. Selain aqidah, suatu perbuatan akan bernilai ibadah apabila sesuia dengan hukum syara’. 4. Menentukan pihak yang bertransaksi ; 5. Menentukan cara Keberadaan prinsip inilah yang penyelesaian apabila terjadi menjadi perselisihan/sengketa.28 antara perbedaan hukum mendasar kontrak/akad Dasar hukum kebebasan ber- syariah dengan kontrak lainnya. kontrak yang mengikat ialah : b. Hurriyah at-Ta’uqud (Kebebasan “kaum muslimin itu setia kepada Berkontrak). Prinsip Hurriyah syarat-syarat yang mereka buat, at-Ta’uqud merupakan wujud dari kebebasan kecuali mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang pernah lepas dari nilai-nilai ketauhidan sehingga manusia memiliki tanggung jawab kepada masyarakat, tanggung jawab pada pihak kedua, tanggung jawab pada diri sendiri dan tanggung jawab pada Allah SWT. syarat haram” (HR Tirmidzi, Tabrani dan Baihaqi). “Kaum muslimin harus memenuhi syarat28 Trisadini P. Usanti, Op. Cit., hlm. 130. syarat yang mereka sepakati, menjatuhkan selama masih lingkup dan mematikan berada dalam sebagai lawan kontrak, justru kebenaran” (HR sebaliknya asas ini menempatkan Bukhori).29 para pihak sebagai mitra kontrak Menurut Agus Yudha Hernoko, dalam asas mereka.30 kebebasan berkontrak menempatkan para pihak yang pertukaran kepentingan c. Al Musawah (Persamaan). berkontrak dalam posisi yang Para setara, yang proporsional. Asas kedudukan (bargaining position) ini tidak menempatkan para pihak yang untuk menentukan term and condition saling berhadapan, pihak sama, mempunyai sehingga dalam dari suatu akad, setiap pihak 29 Makna dalam hadist ini sama dengan makna pada Pasal 1338 BW, Pasal 1320 BW, Pasal 1335 BW dan Pasal 1337 BW, bahwa perjanjian yang dibuat secara sah dalam arti memenuhi syarat keabsahan perjanjian sebagaimana diatur pada Pasal 1320 BW berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Hal ini merupakan perwujudan dari asas pacta sunt servanda. Bedanya untuk keabsahan perjanjian syariah instrumen causa, di samping tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, ketertiban umum, causanya tidak boleh bertentangan dengan syariah. Dalam arti perjanjian itu sah menurut BW tetapi belum tentu sah menurut syariah pabila causanya bertentang dengan syariah. mempunyai kesetaraan kedudukan yang seimbang. atau 31 d. At-Tawazun (Keseimbangan) Prinsip keseimbangan dalam akad terkait dengan pembagian hak dan kewajiban. Misal adanya hak untuk mendapatkan keuntungan dalam investasi, berarti harus disertai dengan menanggung 30 risiko. kewajiban Menurut Agus Yudha Hernoko (3), “ Azas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial”, Disertasi, 2007, hlm. 121. 31 Ibid. Agus Yudha Hernoko, dalam dilaksanakan asas tercipta kemaslahatan”. Namun proporsionalitas tidak maka pastilah mempermasalahkan apabila dalam pelaksanaan akad keseimbangan (kesamaan) hasil ternyata terjadi suatu perbuatan secara sistematis, namun lebih melawan menekankan proporsi pembagian menimbulkan hak dan kewajiban di antara para pihak lain, maka kaidah fiqih pihak yang berlangsung secara yang layak berikut dan patut (fair and reasonableness).32 adalah “Segala dharatan yang dibuat para pihak harus kemudharatan berlaku : sehingga sebagai apa yang menyebabkan terjadinya kumu- e. Maslahah (Kemaslahatan). Akad hukum bertujuan untuk (bahaya) maka hukumnya haram.33 f. Al Amanah (Kepercayaan). mewujudkan kemaslahatan bagi Amanah mereka kepercayaan yang timbul karena dan tidak menimbulkan boleh kerugian merupakan bentuk adanya itikad (mudharat) atau keadaan yang baik dari masing-masing pihak memberatkan (masyaqqah). untuk mengadakan akad. Dalam Maslahat dalam Islam meliputi hukum akad syariah, terdapat dimensi kehidupan dunia dan bentuk akhirat. menjamin amanah. Amanah dapat diartikan tercapainya kemasalahatan maka kepercayaan kepada pihak lain Untuk akad yang bersifat kaidah fiqih yang berlaku : “Apabila 32 hukum sara’ Agus Yudha Hernoko (3), Op. Cit., hlm. 93. 33 Burhanuddin Susanto (2), Op. Cit., hlm. 44. untuk menjalin kerja sama.34 Asas - “Wahai orang-orang yang kepercayaan dapat berlaku baik beriman ! Janganlah kamu dalam akad yang bersifat tijarah mengkhianati Allah dan Rasul maupun tabarru’. Dalam akad dan (juga) janganlah kamu tijarah, kepercayaan mengkhianati shahibul maal kepada mudharib dipercayakan untuk menjalankan usaha melalui sedang akad mudharabah. Sedangkan ”(QS. Al- Anfal (8) : 27). akad yang tabarru’ Surat An-Anfal ini tercantum keper- pada perjanjian pembiayaan di misalnya misalnya bersifat memberikan amanat yang kepadamu, kamu mengetahui cayaan kepada orang lain untuk perbankan memelihara titipan dasar bahwa hubungan antara Dasar bank melalui barang akad wadiah. syariah syariah dan nasabah hukumnya adalah Firman Allah didasarkan yang menyatakan bahwa : sehingga harus dijaga amanah - “Sesungguhnya menyuruh Allah kamu menyam- pada sebagai amanah tersebut. g. Al Adalah (Keadilan) paikan amanat kepada yang Pelaksanaan berhak menerimanya” (QS, dalam suatu akad menuntut para An-Nisa (4) : 58) ; pihak untuk melakukan yang - “Maka dipercayai hendaklah itu yang menunaikan benar prinsip dalam kehendak keadilan pengungkapan dan keadaan, amanatnya” (QS. Al Baqaroh memenuhi semua kewajibannya. (2) : 283); Akad harus senantiasa mendatangkan keuntungan yang 34 Trisadini P. Usanti, Op. Cit., hlm. 133. adil dan seimbang, serta tidak boleh mendatangkan kerugian bagi salah satu pihak.35 Para kepada takwa. Dan bertakwalah pihak yang penyusunan akad, kepada wajib pada Allah Maha Mengetahui apa yang prinsip keadilan. Demikian juga kamu kerjakan” (QS.Maidah (5) : dikemukakan 8) berpegang Hernoko, teguh Agus Yudha bahwa hakekat Allah, sesungguhnya h. Al Ridha (Kerelaan). kontrak/akad adalah perwujudan Prinsip ini menyatakan bahwa pertukaran hak dan kewajiban segala transaksi yang dilakukan berlangsung propor- harus atas dasar kerelaan antara sional.36 Hal ini sesuai dengan setiap pihak, harus didasarkan Firman Allah : “Hai orang-orang pada kesepakatan bebas dari para yang beriman, hendaklah kamu pihak dan tidak boleh ada unsur jadi orang-orang yang selalu paksaan, tekanan, penipuan, dan menegakkan kebenaran karena mis-statemen. Dasar hukum asas Allah, menjadi saksi dengan adil. kerelaan dalam akad terdapat Dan dalam QS An-Nisa (4) : 29, yang secara janganlah sekali-kali suatu artinya “Hai orang-orang yang kaum, membuat kamu cenderung beriman, janganlah kamu saling untuk berlaku tidak adil. Berlaku memakan adillah karena adil itu lebih dekat dengan jalan yang bathil, kecuali kebencianmu terhadap harta sesamamu dengan jalan perniagaan yang 35 Abdul Ghofur Anshori (2) , Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia, Citra Media, Yogyakarta, 2006, hlm. 27. 36 Agus Yudha Hernoko (3), Op. Cit., hlm. 87 berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyanyang kepadamu”. Kata “suka sama suka” menunjukkan bahwa dalam hal membuat akad, tertulis merupakan perwujudan khususnya di lapangan dari prinsip kehati-hatian, sebab perniagaan harus senantiasa bilamana perjanjian tidak dibuat pada asas kerelaan dalam bentuk tertulis dan timbul didasarkan atau kesepakatan para pihak secara bebas.37 akan sulit dalam hal pembuktian. i. Al-Kitabah ( Asas Tertulis). Setiap perjanjian dibuat secara berkaitan sengketa dikemudian hari, maka j. Ash-Shiddiq (Kejujuran). hendaknya tertulis, demi lebih Prinsip Kejujuran diamalkan dalam harus penyusunan kepentingan akad muamalah, jika tidak, maka pembuktian jika dikemudian hari akan merusak keridhaan (uyub al- terjadi sengketa. Dalam QS Al- ridha). Allah berfirman : “Hai Baqarah orang-orang (2) : 282-283, yang beriman, mengisyaratkan agar akad yang bertakwalah kamu kepada Allah, dilakukan berada dan berkatalah perkataan yang semua benar” (QS. Al-Azhab (33) : 70). dalam benar-benar kebaikan bagi pihak. Bahkan juga di dalam Dalam pembuatan akad hendaknya juga SAW bersabda : “Jika kamu disertai dengan adanya saksi- menjual barang dagangan, maka saksi (syahadah), rahn (jaminan katakanlah tidak ada penipuan”. untuk kasus tertentu) dan prinsip (HR Bukhari). tanggung jawab individu.38 Perjanjian yang dibuat secara Hadistnya Rasulullah k. Itikad Baik Akad harus dilaksanakan berdasarkan itikad baik. Dalam 37 Abdul Ghofur Anshori (2), Op. Cit., hlm. 27. 38 Ibid., hlm. 28. pandangan Islam, niat merupakan prinsip mendasar terkait dengan unsur kepercayaan sebelum melakukan suatu amal perbuatan. Menurut Muhammad Syafi’i Dalil syariah yang menjadi dasar Antonio, Mudharabah adalah akad hukum berlakunya asas itikad kerjasama usaha antara dua pihak, di baik adalah Hadist Nabi yang mana pihak pertama (shahibul maal) menyatakan menyediakan : “Sesungguhnya seluruh modal, amal perbuatan tergantung pada sedangkan pihak lainnya (mudharib) niat, dan sesungguhnya tiap-tiap menjadi orang tergantung dari apa yang usaha secara mudharabah dibagi diniatkannya”. (HR Bukhari). menurut pengelola. Keuntungan kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Apabila 2.3. Akad Mudharabah Dalam ditanggung Perbankan Syariah Kata mudharabah mengalami kerugian, maka kerugian oleh pemilik modal berasal selama kerugian itu bukan akibat dari dharb fi al-‘ard, yang artinya kelalaian pihak pengelola. Apabila orang-orang yang berjalan di muka kerugian itu sebagai akibat dari bumi untuk mencari karunia Allah. kecurangan atau kelalaian pengelola, Mudharabah adalah suatu perjanjian maka untuk bertanggungjawab berpartisipasi dalam keuntungan dengan modal harta dari pengelola tersebut. satu mitra dan modal keahlian dari mitra lainnya. Menurut terminologi, harus atas kerugian 40 Nabil A. Saleh, mengartikan mudharabah dalam pengertian : mudharabah disebut juga dengan “A contract between at least two muqaradhah atau qiradh.39 parties 39 Mervyn K. Lewis dan Latifa M. Algaoud, Perbankan Syariah, Prinsip, Praktek dan Prospek, Serambi Ilmu Semeste, Jakarta, 2004, hlm. 67. 40 whereby one party, Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta, 2001, hlm. 95. called the investor (rabb al-mal) kedua (amil, mudharib, atau Bank entrusts money to the other party Syariah) yang bertindak sebagai called manager pengelola dana dengan membagi (mudarib) who is to trade with in keuntungan usaha sesuai dengan an agreed manner and then kesepakatan yang dituangkan dalam returnto theinvestor the principal Akad. the agent and a pre-agreed share of the profits and keep for himself what Huruf c : remains of such profits”.41 Akad mudharabah dalam pembiayaan adalah akad kerjasama Dalam Undang-Undang suatu usaha antara pihak pertama Perbankan Syariah, pengertian akad (malik, shahibul mal atau bank mudharabah dalam syariah) yang menyediakan seluruh Penjelasan Pasal 19 huruf b dan modal dan pihak kedua (‘amil, huruf c yang menyatakan sebagai mudharib, berikut : bertindak selaku pengelola dana Huruf b : dengan membagi keuntungan sesuai Yang dimaksud akad mudharabah dengan dalam menghimpun dana adalah dituangkan dalam akad, sedangkan akad kerjasama antara pihak pertama kerugian (malik, shahibul mal atau nasabah) oleh bank syariah, kecuali jika pihak sebagai pemilik dana dan pihak kedua melakukan kesalahan yang dijelaskan atau kesepakatan ditanggung disengaja, 41 Nabil A. Saleh, Unlawful Gain and Legitimate Profit in Islamic Law, Cambridge University Press, London, 1986, hlm. 103. nasabah) perjanjian”. lalai atau yang yang sepenuhnya menyalahi Landasan syariah dalam akad mudharabah diatur dalam : 42 dan mencampurkan gandum dengan 1. QS. Al-Muzammil ayat 20, tepung keperluan rumah, untuk bukan ”....dan dari untuk dijual”. (HR. Ibnu orang-orang yang berjalan Majjah No. 2280, kitab al- di Tijarah ). yang artinya muka sebagian bumi mencari karunia Allah SWT....”. 4. Hadist dari yang Ibnu diriwayatkan Abbas bahwa 2. QS. Al-Jumu’ah ayat 10, Sayyidina Abbas bin Abdul yang artinya : “Apabila telah Mutholib jika memberikan ditunaikan dana ke mitra usahanya, sholat maka bertebaranlah di muka bumi secara dan carilah karunia Allah mensyaratkan agar dananya SWT...” tidak 3. Hadist Shuhaib dari Shalih ra. bin Bahwa mudharabah dibawa , mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau ternak. Jika Rasulullah SAW bersabda : membeli “Tiga hal yang di dalamnya menyalahi peraturan tersebut, terdapat keberkahan, yaitu : yang jual beli secara tangguh, bertanggung jawab atas dana maqaradhah (mudharabah), tersebut. bersangkutan Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada 42 Mohammad Ghufron, Pengaturan Prinsip Pembiayaan Mudharabah Dalam Undang-Undang Perbankan Syariah, Bayumedia Publishing, Malang, 2013, hlm. 101102. Rasulullah SAW dan Rasulullah pun membolehkannya. (HR Thabrani). Berkaitan dengan pembuatan akad tersebut, mengatakan bahwa prinsip-prinsip pembuatan bertindak : Penerapan sendiri di dalam perbankan untuk atau dirinya mewakili c. Tempat dan syarat akad dibuat 1. Subyek hukum atau para pihak untuk seyogyanya yang membuat akad. kebaikan, disebutkan dengan jelas. a. Para pihak harus cakap hukum, apakah sebuah badan hukum. syariah, adalah sebagai berikut :43 melakukan jelas, Hirsanuddin syariah akad harus 2. Tujuan dan Obyek Akad. perbuatan artinya a. orang Tujuan harus dibuatnya disebut akad secara dewasa dan bukan berada di jelas, misalnya jual beli, bawah dan bagi hasil dan seterusnya perwalian. Seorang yang yang telah dijelaskan oleh belum dewasa atau berada ajaran Islam. di pengampuan bawah perwalian, di b. Obyek akad tidak boleh dalam membuat akad wajib yang diwakili oleh wakil atau ketentuan hukum Islam atau pengampunya. ‘urf (kebiasaan/kepatuhan) b. Identitas para pihak dan kedudukannya dilarang oleh yang sejalan dengan ajaran masing- Islam. Dengan kata lain, masing pihak dalam akad obyek akad harus halal dan thayyib. 43 Hirsanuddin, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, Genta Press, Yogyakarta, 2008, hlm. 911. 3. Adanya Kesepakatan dalam hal yang berkaitan a. Waktu akad ; baik bermula atau berakhirnya akad, jangka waktu angsuran dan d. Jaminan berakhirnya harus diketahui jaminan, seberapa dan disepakati sejak awal jumlah dan akad atau jaminan tersebut serta hal- boleh hal lain yang berkaitan oleh nasabah. bank Tidak berubah di tengah atau di ujung e. Penyelesaian kecuali penyelesaian kedua belah dibutuhkan, nisbah yang : Cara yang dan yang memerlukan f. Obyek yang diperjanjikan. 4. Pilihan Hukum hal-hal emergency biaya-biaya perselisihan /ketidaksesuaian para pihak. disepakati, yang diperlukan terjadi atau biaya-biaya Harus dinyatakan dengan jelas pilihan hukum Dalam c. Mekanisme disepakati kerja sejauh : mana kebolehan melakukan operasional pengawasan penilaian usaha pembiayaan dalam akad tersebut. lain. suatu kegunaan apa yang harus dilalui, jika b. Jumlah dana : dana yang dan besar disepakati, tahapan-tahapan pihak. margin kedudukan dengannya. pelaksanaan kesepakatan, disepakati : Fatwa DSN, disebutkan bahwa dalam pembuatan akad syariah, yang perlu diperhatikan, antara lain sebagai berikut :44 terhadap (khususnya mudharabah dan musyarakah). 44 75-76. Mardani, Op. Cit., hlm. 1. Hal yang diperjanjikan dan obyek akad haruslah halal Ekonomi 1. Shahibul-maal 2. Tidak terdapat ketidakjelasan dalam rukun mudharabah adalah : menurut syariat. (gharar) Syariah, ( pemilik modal) ; rumusan 2. Mudharib akad maupun prestasi yang (pelaku usaha); dan diperjanjikan. 3. Akad. 3. Para pihak tidak menzalimi Sedangkan dan tidak dizalimi. menurut Gemala Dewi, rukun dari Mudharabah 4. Transaksi harus adil. adalah adanya Ijab Kabul dan 5. Transaksi tidak mengandung tidak disyaratkan dengan lafaz unsur perjudian (maysir). 6. Terdapat prinsip tertentu menunjukkan tujuan dan maknanya.46 kehati- hatian. 7. Tidak dengan Syarat mudharabah membuat barang- yang tidak Ekonomi Syariah adalah sebagai Islam berikut : barang bermanfaat dalam menurut dari maupun barang najis.45 Kompilasi 1. Pemilik modal Hukum wajib menyerahkan dana dan atau Rukun dan Syarat yang harus barang yang berharga kepada dipenuhi dalam Akad Mudharabah, pihak lain untuk melakukan sebagai kerjasama dalam usaha ; Menurut syarat sahnya Kompilasi akad. Hukum 45 Fatwa DSN No.20/DSNMUI/IX/2000 juncto fatwa DSN No.40/DSN-MUI/X/2003. 46 25 Gemala Dewi (2), Op. Cit., hlm. 2. Penerima modal menjalankan negeri, barang atau pada usaha dalam bidang yang waktu disepakati ; menurut Abu Hanifah dan 3. Kesepakatan bidang usaha yang akan dilakukan ditetapkan dalam akad. menyatakan syarat-syarat Ahmad dalam pembuatan akad mudharabah adalah :47 sah Namun pula dengan maqayyad (terikat). Selain Lebih lanjut Gemala Dewi, tertentu. rukun dan syarat, dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah ada beberapa hal yang harus dipenuhi, yaitu : 1. Kesepakatan bidang usaha 1. Modal berbentuk uang tunai yang akan dilakukan, dapat 2. Modal itu harus diketahui bersifat bebas (muthlaqah) dengan jelas, agar dapat dan terbatas (muqayyadah) dibedakan dari keuntungan pada bidang usaha tertentu, yang akan dibagikan sesuai tempat tertentu dan waktu dengan kesepakatan. tertentu. 3. Keuntungan yang menjadi 2. Pihak pelaku usaha dalam milik pekerja dan pemilik mudharabah harus memiliki modal ketrampilan yang diperlukan jelas presentasinya (1/2, 1/3, 1/4). dalam usaha. 4. Mudharabah itu bersifat 3. Modal harus berupa uang dan mutlak, tidak ada atau barang yang berharga. persyaratannya si pelaksana Modal harus diserahkan (pekerja) untuk berdagang di kepada pihak pelaku usaha dengan jumlah yang pasti. 47 4. Pembagian keuntungan hasil Ibid. usaha antara shahibul maal dengan mudharib dinyatakan menunjukkan tujuan dari secara jelas dan pasti. akad ; 5. Akad tidak mudharabah yang memenuhi syarat sebagaimana diuraikan b. Penerimaan penawaran di atas adalah batal. dan dilakukan pada saat akad ; c. Menurut Hirsanuddin, rukun Akad dituangkan secara tertulis, melalui kores- dan syarat akad mudharabah adalah pondensi sebagai berikut :48 menggunakan cara-cara 1. Penyedia dana dan pelaku usaha (shahibul maal dan mudharib) harus cakap bertindak dalam hukum 3. Modal adalah sejumlah uang atau aset yang diberikan oleh maal dengan syarat : untuk a. kehendak mengadakan mereka dalam akad dengan memperhatikan a. dan penerimaan dilakukan secara b. Modal berbentuk uang atau barang ; c. Penawaran eksplisit yang Modal diketahui jumlah dan jenisnya ; hal-hal sebagai berikut : Modal 4. Keuntungan boleh Mudharabah adalah sejumlah uang yang dari sebagai modal memenuhi Hirsanuddin, Op.Cit., tidak berbentuk piutang. didapat 48 hlm. 28. kepada mudharib untuk tujuan usaha dinyatakan oleh para pihak menunjukkan dengan komunikasi modern; shohibul 2. Pernyataan ijab dan kabul atau berikut : kelebihan dan syarat harus sebagai a. Keuntungan harus diperuntukkan penyedia bagi berhak melakukan pengawasan ; keuntungan b. Shohibul maal tidak proporsional bagi setiap boleh pihak tindakan mudharib yang diketahui dan mempersempit dinyatakan pada waktu dapat akad tercapainya keuntungan disepakati dan menghalangi dalam bentuk presentase dalam atau mudharabah ; nisbah dari keuntungan c. tetapi shohibul maal kedua belah pihak ; b. Bagian jasa, sesuai c. kegiatan Kegiatan usaha yang kesepakatan. Perubahan dilakukan oleh mudharib nisbah harus didasarkan tidak boleh bertentangan atas kesepakatan ; dengan syariah. Shahibul maal menanggung semua Suatu akad berakhir apabila : kerugian sudah tercapai tujuannya, apabila kecuali apabila mudharib terjadi fasakh (pembatalan) atau melakukan telah kesalahan berakhir waktunya. yang disengaja, kelalaian Berakhirnya atau dapat terjadi karena : melanggar kesepakatan. 5. Kegiatan dilakukan Mudharabah, 1. Tidak terpenuhinya syarat usaha oleh Akad yang pengelola sahnya. Jika ternyata satu syarat mudharabah tidak harus memperhatikan : terpenuhi a. Kegiatan usaha adalah pelaksana sudah memegang hak eksklusif mudharib modal dan sudah tanpa diperdagangkan, maka campur tangan sedangkan dalam keadaan seperti ini ia Transaksi berhasil mendapatkan bagian dituangkan dari Praktek sebagian upahnya, muamalah dalam bentuk akad. pembuatan akad karena tindakannya adalah Mudharabah berdasarkan izin dari pemilik dari modal dan ia melakukan syariah, yang bersumber dari Al tugas Qur’an dan Hadist atau Sunnah, yang ia berhak mendapatkan upahnya. 2. Bahwa pelaksana tidak akan terlepas prinsip-prinsip perjanjian sehingga prinsip yang dijadikan sengaja dasar dalam penyusunan akad atau tidak melakukan tugas mengandung kebenaran yang sebagaimana mestinya dalam bersumber dari Allah. memelihara melakukan modal atau Dalam menerapkan prinsip- sesuatu yang prinsip syariah harus diformulasikan bertentangan dengan tujuan sesuai akad. Dalam keadaan ini dengan mudharabah menjadi batal prinsip-prinsip yang telah digariskan dan dalam ia berkewajiban dengan kondisi tetap Hukum saat berpedoman Islam. ini pada Transaksi menjamin modal jika rugi, dalam perbankan syariah tidak boleh karena mengandung unsur gharar, maysir, dialah penyebab kerugian. riba, zalim, risywah, barang haram, 3. Bahwa pelaksana meninggal dunia atau si pemilik dan maksiat. Prinsip-prinsip yang harus diterapkan dalam pembuatan modalnya. Jika salah seorang akad meninggal, syariah adalah : Ibadah/Tauhid ( asas mudharabah menjadi fasakh (batal ). 3. Penutup mudharabah di perbankan diniatkan ibadah) atau disebut juga Asas Ilahiah ; Hurriyah at-Ta’uqud (kebebasan bekontrak) ;Al Musawwah (persamaan); At- Perdata Islam), Cetakan ke 3, UII Press, Yogyakarta, 2009. Tawazun (keseimbangan); Maslahah (kemaslahatan); Al Amanah (kepercayaan); Al Adalah (keadilan); Al Ridha (kerelaan); Al-Kitabah (asas tertulis); (kejujuran) Kepatuhan prinsip Ash-Shiddiq dan Itikad menjalankan syariah dalam Baik. prinsipakad mudharabah dan setiap kegiatan usahanya akan menjadi Dewi, Gemala,Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, Edisi Revisi, Cetakan ke 4, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2007. sangat penting bagi eksistensi perbankan syariah. DAFTAR BACAAN Anshori, Abdul Ghofur, Hukum Perbankan Syariah ( UU No. 21 Tahun 2008), Refika Aditama, Bandung, 2009. ........., Hukum Perikatan Islam di Indonesia, UGM Press, Yogyakarta, 2010. Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta, 2001. Basyir, Ahmad Azha, Asas-Asas Hukum Muamalat (Hukum ..........., Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2013, Dewi, Gemala; Wirdyaningsih; Barlinti, Yeni Salma; Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Cetakan ke – 4, Diterbitkan atas kerja sama dengan Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2013. Djamil Fathurrahman, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan Syariah, Sinar Grafika, Jakarta, 2012. Djazuli, A., Fikih Siyasah Implementasi Kemaslahan Umat Islam dalam Ramburambu Syariah, Kencana, Jakarta, 2008. Ghufron, Muhammad, Pengaturan Prinsip Pembiayaan Mudharabah Dalam Undang-Undang Perbankan Syariah, Bayumedia Publishing, Malang, 2013. Hernoko, Agus Yudha, Hukum Perjanjian Azas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, Laksban Mediatama, Yogyakarta, 2008 .........., Azas Proporsionalitas Sebagai Perwujudan Doktrin Keadilan Berkontrak Dalam Perkembangan dan Dinamika Hukum Perdata Indonesia, Lutfansah Mediatama, Surabaya, 2009. Hirsanuddin, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, Genta Press, Yogyakarta, 2008. Karim, Adiwarman, Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007. Kharafa, Ala’ Eddin, Transaction in Islamic Law, A.S. Noordeen, Kuala Lumpur, 2000, Khir, Kamal, Gupta, Lokesh dan Shanmugam, Bala, Islamic Banking A Practical Perspective, Pearson Malaysia Sdn BHd, 2008. Lewis, Mervyn K. dan Algaoud, Latifa M, Perbankan Syariah, Prinsip, Praktek dan Prospek, Serambi Ilmu Semeste, Jakarta, 2004. Mardani, Hukum Perikatan Syariah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2013. Saleh, Nabil A., Unlawful Gain and Legitimate Profit in Islamic Law, Cambridge University Press, London, 1986. Shomad Abd., Hukum Islam, Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Indonesia, Edisi Revisi, Cetakan ke-2, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012. Sinansari, Ecip S. dkk., Ketika Bagi Hasil Tiba, Bank Muamalat, Jakarta, 2002, Susanto, Burhanuddin., Hukum Kontrak Syariah, BPFE, Yogyakarta, 2009. .........., Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, UII Press, Yogyakarta, 2008. Usanti, Trisadini P., Prinsip Kehatihatian Pada Transaksi Perbankan, Airlangga University Press, Surabaya, 2013. Usanti, Trisadini P., dan Shomad Abd., Transaksi Bank Syariah, Bumi Aksara, Jakarta, 2013. Warendorf Hans, Thomas Richard, and Summer Ian Curry, The Civil Code of the Netherlands, Kluwer Law International BV, The Netherlands, 2013. Wignjosoebroto, Soetandyo, Hukum, Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya, Elsam dan Huma, Jakarta, 2002. Jurnal, Makalah, Disertasi, Materi Kuliah : Hernoko, Agus Yudha, “ Azas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial”, Disertasi, 2007. .........., “Perbandingan Hukum Kontrak” , Materi Kuliah, Program Doktor Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Airlangga , Surabaya, 2014, Shomad, Abd, Rekonstruksi Akad Bank Syariah Untuk Mencapau Kemaslahatan Sebagai Wujud Rahmatan Lil-Alamin, Pidato Pengukuhan Guru Besar, Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, 2013. ..........,“Teori Hukum Islam”. Materi Kuliah, Program Doktor Ilmu Hukum, Universitas Airlangga Surabaya. 2014. Peraturan Perundang-undangan : Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Undang Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Peraturan Bank Indonesia No. 10/16/PBI/2008 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia No. 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah. Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/16/PBI/2008 tentang Perubahan Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Perbankan. Fatwa DSN-MUI Nomor 7/DSNMUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh ) Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah