ILHAM SAH NIM. 120500051 - Repository Politeknik Pertanian

advertisement
IDENTIFIKASI DAN SUKSESI GULMA PADA PERMUKAAN DAN
KEDALAMAN TANAH
DI KEBUN TANAMAN KELAPA SAWIT
Oleh :
ILHAM SAH
NIM. 120500051
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2015
IDENTIFIKASI DAN SUKSESI GULMA PADA PERMUKAAN DAN
KEDALAMAN TANAH
DI KEBUN TANAMAN KELAPA SAWIT
Oleh :
ILHAM SAH
NIM. 120500051
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2015
IDENTIFIKASI DAN SUKSESI GULMA PADA PERMUKAAN DAN
KEDALAMAN TANAH
DI KEBUN TANAMAN KELAPA SAWIT
Oleh :
ILHAM SAH
NIM. 120500051
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2015
HALAMAN PENGESAHAN
Judul
: Identifikasi dan Suksesi Gulma Pada Permukaan
dan Kedalaman Tanah di Kebun Kelapa Sawit
Nam a
: Ilham Sah
Nim
: 120500051
Program Studi
: Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan
: Manajemen Pertanian
Pembimbing
Penguji I
Penguji II
Riama Rita Manullang, SP, MP.
NIP. 197011162000032002
Faradilla, SP, M.Sc.
NIP. 197401092000122001
Rusmini, SP, MP.
NIP. 198111302008122002
Menyetujui,
Ketua Program Studi Budidaya Tanaman
Perkebunan
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Nur Hidayat, SP, M.Sc.
NIP. 19721025 2001121 001
Ir. M. Masrudy, MP.
NIP. 196008051988031003
Lulus ujian pada tanggal
ABSTRAK
ILHAM SAH . Identifikasi dan Suksesi Gulma Pada Permukaan dan Kedalaman
Tanah di Kebun Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq), di Politeknik Pertanian
Negeri Samarinda (di bawah bimbingan Riama Rita Manullang).
Penelitian ini dilatar belakangi oleh suksesi adalah suatu proses
perubahan, berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi pada suatu
komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yang
berbeda dengan komunitas semula. Tujuan penelitian adalah untuk
mengidentifikasi jenis-jenis gulma yang tumbuh pada permukaan serta
kedalaman tanah, melihat perbedaan jenis-jenis gulma pada kedalaman tanah
dengan jenis gulma pada permukaan tanah.
Penelitian dilaksanakan pada kebun percntohan kelapa sawit di Politeknik
Pertanian Negerti Samarinda selama 6 bulan terhitung dari tanggal 1 Desember
2014 sampa 30 Mei 2015. Meliputi proses pengukuran kebun kelapa sawit,
identifikasi gulma di kebun kelapa sawit, menentukan titik-titik yang akan di ambil
sampel tanah, pengambilan sample tanah pada setiap titik yang telah ditentukan,
penyemaian sampel tanah dan identifikasi gulma pada baki semai.
Hasil dari identifikasi gulma pada permukaan tanah di kebun kelapa sawit
adalah Ageratum conyzoides, Asystasia ganggetica (L), Axonopus compressus,
Chromolaena odorata, Clidemia Hirta (L), Colocasia sp, Cyperus rotundus,
Davallia denticulata, Eleusine indica, Lantana camara, Melastoma
malabratichum, Mikania micranthan, Nheprolepis biserata, Stenochlaena
palustris. Suksesi yang terjadi pada baki semai adalah Crotococcum accrescens
(Trin) stapf, Paspalum commersonii dan Peperomia pellucida.
Kata Kunci : Identifikasi, suksesi dan gulma..
RIWAYAT HIDUP
ILHAM SAH, lahir pada tanggal 3 November 1994 di
Desa Balik Buaya, Kabupaten Kota Madia, Merupakan
anak ke empat dari empat bersaudara dari pasangan
Bapak Warkim dan Ibu Esih.
Pendidikan dimulai di Sekolah Dasar Negri 017 Bukuan
dan lulus pada tahun 2006. Kemudian melanjutkan
ketingkat Sekolah Menengah Pertama Yayasan Pendidikan Ma’arif Diponegoro
Tenggarong Seberang dan lulus pada tahun 2009. Melanjutkan ketingkat
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 01 Sanga-sanga dan lulus pada tahun
2012. Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2012 di Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian Program Studi Budidaya Tanaman
Perkebunan.
Pada bulan Maret-April 2014 mengikuti program Praktek Kerja Lapang di
perusahaan perkebunan PT. Sawit Sukses Sejahtera, Desa Senyiur, Kecamatan
Muara Ancalong, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, karena atas berkat
Rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini
disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Kebun Percontohan
Tanaman Kelapa Sawit Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, yang kemudian
di lanjutkan dengan persemaian dan identifikasi di rumah penulis. Penelitian dan
penyusunan karya ilmiah ini dilaksanakan selama 6 (enam) bulan, yaitu dari
bulan Desember tahun 2014 – Mei tahun 2015, yang merupakan syarat untuk
menyelesaikan tugas akhir di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan
mendapat sebuah Ahli Madya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan ucapan terimakasih dan
penghargaan kepada:
1.
Dosen pembimbing Ibu Riama Rita Manullang, SP, MP.
2.
Dosen Penguji 1 (satu), yaitu Ibu Faradila, SP, M.Sc.
3.
Dosen Penguji 2 (dua), yaitu Ibu Rusmini, SP, MP.
4.
Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan, yaitu Bapak Nur
Hidayat, SP, M.Sc.
5.
Ketua Jurusan Manajemen Pertanian, yaitu Bapak Ir. M. Marsudy, MP.
6.
Direktur Politeknik Negeri Samarinda, yaitu Ir. Hasanudin, MP.
7.
Pada staf pengajar, administrasi dan teknisi di Program Studi Buidiaya
Tanaman Perkebunan.
8.
Seluruh anggota keluarga atas dukungannya serta semua pihak yang tidak
dapat disebutkan satu-persatu.
Walaupun sudah berusaha dengan sungguh-sungguh, Penulis menyadari
masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan ini, namun
semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Amin.
Samarinda, 30 Agustus 2015
Penulis
Kampus Sei Keledang,
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
v
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
I.
PENDAHULUAN
1
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2
A.
B.
C.
D.
Difinisi Gulma
Pengelompokan Gulma
Identifikasi Gulma
Suksesi
3
3
7
8
III.
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
B. Alat dan Bahan Penelitian
C. Prosedur Penelitian
D. Pengolahan Data
11
11
11
11
13
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
B. Pembahasan
14
14
35
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
39
39
39
DAFTAR PUSTAKA
40
LAMPIRAN
43
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Alat dan bahan pelaksanaan penelitian
44
2. Layout identifikasi gulma dan pengambilan sampel tanah
46
3. Kegiatan penelitian
47
4. Persemaian dan identifikasi pada plot semai
50
5. Hasil identifikasi pada kebun kelapa sawit
51
6. Hasil identifikasi pada baki semai
55
DAFTAR TABEL
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1. Identifikasi Gulma Pada Lahan Kelapa Sawit di Kebun Percontohan
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
14
2. Identifikasi Gulma Pada Baki Semai
32
1
I. PENDAHULUAN
Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis yang
berasal dari Afrika Barat. Tanaman ini dapat tumbuh di luar daerah asalnya,
termasuk Indonesia. Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi
pembangunan nasional. Selain mampu menyediakan lapangan kerja, hasil dari
tanaman ini juga merupakan sumber devisa negara (Fauzi dkk, 2002).
Gulma merupakan salah satu masalah utama dalam budidaya tanaman
perkebunan. Secara umum penurunan hasil tanaman budidaya akibat kehadiran
gulma dapat mencapai 20-80% bila gulma tidak dikendalikan (Moenandir, 1985).
Suksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara
teratur yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga
terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Dengan
perkataan lain suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak
seimbang menuju ekosistem seimbang. Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi
lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Akhir proses suksesi
komunitas yaitu terbentuknya suatu bentuk komunitas klimaks. Komunitas
klimaks adalah suatu komunitas terakhir dan stabil (tidak berubah) yang
mencapai keseimbangan dengan lingkungannya. Komunitas klimaks ditandai
dengan tercapainya homeostatis atau keseimbangan, yaitu suatu komunitas
yang mampu mempertahankan kestabilan komponennya dan dapat bertahan
dari berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan (Spurr, 1964).
Suksesi secara keseluruhan berkembang sebagai akibat dari interaksi
organisme-organisme dengan lingkungannya. Perubahan selama suksesi terjadi
akibat pengaruh faktor-faktor eksternal seperti input unsur hara. Konsep yang
menyatakan bahwa suksesi berlangsung secara teratur, pasti, terarah, dapat
2
diramalkan dan berakhir dengan komunitas klimaks, merupakan konsep lama
yang umumnya masih diikuuti dan diterima. Dari konsep itu dapat dinyatakan
bahwa suksesi ekologi menuju kepada perkembangan suatu komunitas atau
ekosistem. Mengingat perkembangan ekosistem merupakan proses teratur,
terarah dan dapat diramalkan, maka dalam proses itu terjadi perkembangan
organisme
hidup
yang
terkendali
dan
menjadi
stabil
jika
tercapai
keanekaragaman spesies dan biomassa maksimum dalam kondisi lingkungan
yang ada. Status perkembangan ekosistem atau komunitas dapat diketahui
melalui penilaian terhadap aliran energi, struktur komunitas, dan peredaran unsur
hara (Indriyanto, 2006).
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui jenis-jenis gulma yang tumbuh
pada kedalaman tanah, melihat perbedaan jenis-jenis gulma pada kedalaman
tanah dengan jenis gulma pada permukaan tanah.
Hasil yang di harapkan dari penelitian ini adalah mengetahui e
j nis-jenis
gulma pada permukaan dan kedalaman tanah di kebun kelapa sawit.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Identifikasi Gulma
Tanda-tanda yang dipakai dalam identifikasi dan penelaahan spesies
gulma terbagi atas sifat-sifat vegetatif yang bisa berubah sesuai dengan
lingkungan dan sifat-sifat generatif yang cenderung tetap. Sifat vegetatif
gulma antara lain : perakaran, bagian batang dan cabangnya, kedudukan
daun, bentuk daun, tepi daun dan permukaan daun, terdapat alat-alat
tambahan misalnya daun penumpu atau selaput bumbung, beragam dan
berbeda-beda untuk tiap spesies gulma. Bagian generatif yang dapat
digunakan sebagai kriteria tanaman antara lain adalah : jumlah dan
duduknya bunga, bagian-bagian bunga, warna kelopak bunga, warna
mahkota bunga, jumlah benang sari, serta bentuk ukuran -warna-jumlah
buah/biji
(Siska, 2012).
Menurut Tjitrosoedirdjo, (1984). Tanda-tanda yang dipakai dalam
identifikasi dan penelaan gulma terdiri dari dua bagian yaitu :
1. Bagian vegetatif gulma
Bagian ini meliputi perakaran, misalnya dapat berupa akar tunggang,
akar serabut, berimpang, berstolon. Kemudian bagian batang dan
cabangnya, ada gulma yang menjalar, tegak, melilit. Kedudukan daun
yang ada berhadapan, bersilang, beradapan silang, dan sebagainya.
Permukaan daun ada yang kusam, mengkilap, berbulu, berbulu bintang
2. Bagian generatif gulma
Bagian ini dipergunakan untuk perkembangbiakan dan terdiri dari
bunga, buah, dan biji. Jumlah dan duduknya bunga pada gulma ada
yang tunggal atau majemuk dan dapat terletak di ketiak atau di ujung
4
daun. Bunga majemuk dapat berbentuk tongkol, bulir, dan malai. Bagian
bagian bunga umumnya terdiri dari kelopak, mahkota bunga, benang
sari, dan putik. Mahkota bunga yang satu dengan yang lain umumnya
sangat bervariasi warnanya ada yang biru, merah, merah muda, kuning,
putih, dan sebagainya.
Kedudukan bakal biji ada yang sejajar, duduk atau tenggelam
dengan dasar perhiasan bunga. Bentuk, ukuran, warna, dan jumlah
buah- pun berlain-lainan. Dikenal adanya buah kotak (Ludwigia affine
D), buah polong (Aeschynomene americana L), Buah buni (Melastoma
affine D), dan lain-lain.
Biji juga dapat ditandai dengan ciri-ciri yang berlainan, misal
bentuk, warna, ukuran, dan keadaan ukuran yang tidak sama.
B. Difinisi Gulma
Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh salah tempat. Sebagai
tumbuhan, gulma selalu berada di sekitar tanaman yang dibudidayakan dan
berasosiasi dengannya secara khas. Gulma adalah tumbuhan yang mudah
tumbuh pada setiap tempat yang berbeda-beda, mulai dari tempat yang
miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi. Sifat inilah yang membedakan gulma
dengan tanaman yang dibudidayakan (Moenandir,1993). Gulma merupakan
tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang tidak
diinginkan manusia (Sukman dan Yakub, 2002). Gulma antaralain
didefinisikan sebagai tumbuh-tumbuhan yang yang tumbuh pada tempat
yang tidak dikehendaki manusia (Tjitrosoedirdjo, 1984).
5
C. Pengelompokan Gulma
Menurut Sukman dan Yakub, (1991). Berdasarkan klasifikasinya
gulma dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu rumput, teki, dan gulma daun
lebar.
1. Rumput (Grasses)
Rumput memiliki batang bulat atau pipih dan berongga, kesamaannya
dengan teki karena bentuk daunnya sama-sama sempit, tetapi dari
sudut pengendalian terutama responnya terhadap herbisida berbeda.
Berdasarkan bentuk masa pertumbuhan dibedakan rumput semusim
(annual) dan tahunan (perennial). Rumput semusim biasanya tumbuh
melimpah tetapi kurang menimbulkan masalah dibandingkan dengan
rumput tahunan.
2. Teki (Sedges)
Teki mempunyai batang berbentuk segitiga, kadang-kadang bulat tidak
berongga, daun berasal dari nodia dan berwarna ungu tua. Gulma ini
memiliki sistem rhizoma dan umbi sangat luas. Sifat yang menonjol
adalah cepatnya membentuk umbi baru yang bersifat dorman pada
lingkungan tertentu.
3. Gulma daun lebar (Broad-leaved weeds)
Daun-daun gulma berdaun lebar dibentuk pada meristem apikal dan
sangat sensitif terhadap khemikelia. Pada permukaan daun terutama
permukaan bawah terdapat stomata yang memungkinkan cairan masuk.
Gulma ini memiliki tunas-tunas pada nodus atau titik memencarnya
daun. Meristem apikal dari gulma berdaun lebar adalah bagian batang
6
yang terbentuk sebagai bagian terbuka yang sensitif terhadap perlakuan
kimia.
Menurut Sasatroutomo, (1990). Ditinjau dari siklus hidupnya gulma di
bedakan menjadi 3 yaitu gulma semusim, dua musim, dan tahunan.
1. Gulma semusim (annual)
Gulma semusim merupakan gulma yang mempunyai daur hidup hanya
satu tahun atau kurang dari mulai perkecambahan hingga dapat
menghasilkan biji lagi. Gulma semusim dapat dibagi menjadi dua
kelompok yaitu semusim dingin (winter annuals) dan semusim panas
(summer annuals). Gulma semusim panas akan berkecambah di musim
semi, menghasilkan biji dan kemudian mati pada musim panas dari
tahun yang sama. Gulma semusim dingin akan berkecambah di musim
gugur, istirahat di musim dingin, tumbuh lagi untuk menghasilkan biji
kemudian mati di musim semi atau panas musim berikutnya. Gulma
semusim merupakan kelompok yang paling banyak dari jenis-jenis
gulma yang kita ketahui khususnya dalam persaingannya dengan
tanaman pangan yang semusim.
2. Gulma dua musim (biennial)
Gulma
biennial
memerlukan
dua
musim
pertumbuhan
untuk
menyelesaikan siklus hidupnya, biasanya berbentuk roset pada tahun
pertama dan pada tahun kedua menghasilkan bunga, memproduksi biji
lalu mati. gulma dua musim merupakan gulma yang hidup lebih satu
tahun tetapi kurang dari dua tahun.
7
3. Gulma tahunan (perennial)
Gulma perennial atau menahun merupakan gulma yang hidup lebih dari
dua tahun. Ciri-ciri gulma jenis ini adalah setiap tahunya pertumbuhan
dimulai dengan perakaran yang sama.
Menurut Sukman dan Yakub, (1991). Berdasarkan bentuk masa
pertumbuhan terdiri atas gulma berkayu, gulma air, gulma perambat
termasuk ephipytes dan parasit.
1. Gulma berkayu (woody weeds)
Golongan ini mencakup tumbuh-tumbuhan yang batangnya membentuk
cabang-cabang skunder. Gulma berkayu yaitu gulma spesifik dimana
batangnya akan mengalami penebalan setiap musimnya yang ditandai
dengan peningkatan pertumbuhan lingkar tahun (termasuk jenis semak
dan pohon), dan gulma air yang kebanyakan menahun.
2. Gulma air (Aquatic weeds)
Tumbuhan air adalah tumbuhan yang beradaptasi terhdap keadaan air
kontinu atau paling tidak toleran terhadap kondisi tanah berair untuk
periode waktu hidupnya. Tidak mudah mendefinisikan vegetasi air
secara tepat, mengingat suatu jenis mungkin ditemukan dilingkungan
perairan maupun daratan dan terdapat kisaran yang luas terhadap kadar
air. Dalam praktek gulma air diklasifikasikan sebagai marginal (tepian),
emergen (gabungan antara tenggelam dan terapung), submerged
(melayang), anchored with floating leaves (tenggelam), free floating
(mengapung), dan plankton algae.
8
3. Gulma perambat (climbers)
Tumbuhan merambat yang berstatus sebagai gulma, bisa sangat agresif
dan perlu pengendalian. Gulma ini mungin menimbulkan masalah
mekanis seperti Mikania chordata di pertanaman karet, kelapa sawit dan
kehutananan, atau semi parasit seperti Coscuta campestris dan
cassytha filiformis. Karakternya yang melilit dan memanjat dapat
menyebabkan penutupan areal yang luas dengan cepat.
4. Gulma epifit dan parasit
Perambat kadang-kadang juga epifit atau semiparasit. Parasit benalu
dilakukan oleh berbagai spesies dari famili Viscaceae, Loranthaceae,
Santalaseae, dan Mydendraceae. Akibat serangan parasit tersebut
biasanya pepohonan yang terserang akan kehilangan daun karena
cabang-cabangnya telah dimatikan oleh parasit tersebut.
D. Suksesi
Suksesi adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung
menuju ke satu arah dengan lambat secara teratur pasti terarah dan dapat
diramalkan. Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan
fisik dalam komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ini berakhir
dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks. Dalam
tingkat ini komunitas sudah mengalami homoestatis. Menurut konsep
mutakhir suksesi merupakan pergantian jenis-jenis pionir oleh jenis-jenis
yang lebih mantap yang sangat sesuai dengan lingkungannya (Irwan, 2007).
Menurut Ewusie (1990), bahwa suksesi merupakan hasil dari
tumbuhan itu sendiri, dalam arti bahwa tumbuhan yang berbeda dalam
daerah itu pada waktu mengubah lingkungannya, yang terdidiri dari tanah,
9
tumbuhan dan iklim mikro yang berada diatasnya, sedemikian rupa sehingga
membuatnya cocok untuk jenis yang lain daripada bagi tumbuhan itu sendiri.
1. Macam-macam sukesi
Menurut Manan (1987), berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi,
dapat dibedakan dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi
sekunder.
a. Suksesi Primer
Suksesi primer terjadi jika suatu komunitas asal terganggu secara
total sehingga kemudian membentuk komunitas baru. Komunitas
tersebut terdiri atas jenis makhluk hidup yang berbeda dengan jenis
makhluk hidup komunitas asal. Gangguan yang dialami komunitas
tersebut dapat terjadi secara alami maupun oleh campur tangan
manusia. Gangguan secara alami dapat berupa tanah longsor,
letusan gunung berapi, dan endapan lumpur di muara sungai.
Gangguan oleh campur tangan manusia dapat berupa kegiatan
penambangan (batu bara, timah, dan minyak bumi).
b. Suksesi Sekunder
Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu
komunitas tidak bersifat merusak total tempat komunitas tersebut
sehingga masih terdapat kehidupan / substrat seperti sebelumnya.
Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari tahap awal, tetapi tidak
dari komunitas pionir.
Gangguan yang menyebabkan terjadinya suksesi sekunder dapat
berasal dari peristiwa alami atau akibat kegiatan manusia.
Gangguan alami misalnya angin topan, erosi, banjir, kebakaran,
10
pohon besar yang tumbang, aktivitas vulkanik, dan kekeringan
hutan.
Gangguan
yang
disebabkan
oleh
kegiatan
manusia
contohnya adalah pembukaan areal hutan.
Proses suksesi sangat terkait dengan faktor lingkungan, seperti letak
lintang,
iklim,
dan
tanah.
Linkungan
sangat
menentukan
pembentukan struktur komonitas klimaks. Misalnya, jika proses
suksesi berlangsung di daerah beriklim kering, maka proses tersebut
akan terhenti (klimaks) pada tahap komunitas rumput; jika
berlangsung di daerah beriklim dingin dan basa, maka proses
suksesi akan terhenti pada komunitas (hutan) conifer; serta jika
berlangsung di daerah beriklim hangat dan basah, maka kegiatan
yang sama akan terhenti pada hutan hujan tropik.
11
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini di lakukan di kebun percontohan tanaman kelapa sawit
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Waktu yang dibutuhkan untuk penelitian adalah selama 6 bulan,
dimulai pada tanggal 1 Desember 2014 sampai 30 Mei 2015 meliputi Proses
pengeukuran luasan kebun percontohan, menentukan titik-titik yang akan di
ambil sampel tanah, indentifikasi gulma pada titik-titik yang telah ditentukan,
pengambilan sample tanah pada setiap titik dengan kedalaman yang
berbeda-beda, penyemaian sampel tanah dan identifikasi gulma.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran, baki
persemaian, plastik gula, kantong plastik, alat tulis menulis, bor tanah,
cangkul, parang, dan kamera.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah, air dan tali
rapia. Alat dan bahan penelitian dapat dilihat pada lampiran 1.
C. Prosedur Penelitian
1. Pengukuran areal kebun kelapa sawit
Pengukuran lahan dilakukan di kebun percontohan tanaman
kelapa sawit, pengukuran lahan tanaman kelapa sawit dengan luas
100 x 100 ? ? . Dapat dilihat pada lampiran 2
2. Identifikasi gulma di kebun kelapa sawit
Identifikasi bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis gulma yang
tumbuh di lahan tanaman kelapa sawit. Adapun langkah-langkah dalam
identifikasi gulma menurut Tjitrosoedirjo (1984) adalah sebagai berikut :
12
a. Membuat plot dengan ukuran 1 x 1 ?
semua
jenis
gulma
pada
plot
?
kemudian mengidentifikasi
tersebut
kemudian
dan
di
dokumentasikan.
b. Kemudian membuat kembali plot dengan ukuran 1 x 1 ? ? ,
mengidentifikasi semua jenis yang ada di plot tersebut dan di
dokumentasikan, namun apabila masih terdapat gulma yang berbeda
maka dilanjutkan dengan membuat plot dengan ukuran 2 x 2 ? ? .
c. Kegiatan identifikasi dilakukan sampai plot yang dibuat tidak terdapat
lagi gulma yang berbeda.
Bagan Identifikasi gulma dapat dilihat pada lampiran 3.
3. Menentukan titik pengambilan sampel tanah
Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan cara menarik garis
silang dari kanan ke kiri dan kiri ke kanan kemudian mengambil titik
pengambilan sampel tanah dari kanan ke kiri dan kiri kekanan, kemudian
pengambilan sampel tanah dari tep kanan atas dan bawah dan tepi kiri
atas dan bawah titik pengambilan terakhir di bagian tengah bagan
pengambilan tanah ini dapat di lihat pada lampiran 2.
4. Mengambil sampel tanah
Setelah menentukan pengambilan sampel tanah kemdian dilakukan
pengambilan sampel tanah dengan cara : (a) membersihkan semua
gulma yang ada di permukaan tanah, (b) mengambil sampel tanah
dengan mengunakan bor tanah, (c) pengambilan sampel pertama dengan
kedalaman 15 cm dari atas permukaan tanah, (d) pengamblan sempel
kedua dengan kedalaman 15 cm dari lubang sebelumnya, (e) tanah yang
13
diambil dimasukan ke dalam kantung pelastik, untuk di semaikan. Dapat
dilihat pada lampiran 6.
5. Persemaian
Tanah
yang
telah
diambil,
kemudian
disemaikan
dengan
menggunakan baki. Diusahakan tanah selalu dalam keadaan lembab, jika
kekeringan dilakukan penyiraman dengan mengunakan air. Dapat dilihat
pada lampiran 7.
6. Identifikasi pada baki semai
Identifikasi dilakukan setelah tanah yang disemaikan ditumbuhi
gulma dan dapat di identifikasi jenisnya. Hal yang harus dilakukan adalah
mengamati jenis-jenis gulma. Dapat dilihat pada lampiran 7.
7. Pengolahan data
Data yang diambil dibuat dalam bentuk tabel dan gambar.
14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1.
Identifikasi pada kebun kelapa sawit
Dari hasil identifikasi gulma pada lahan kelapa sawit di kebun
percontohan politeknik pertanian negri samarinda ada 14 jenis gulma
yang dapat di identifikasi jenis-jenisnya, dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Identifikasi gulma pada lahan kelapa sawit di kebun
percontohan politeknik pertanian negri samarinda.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Nama Latin
Ageratum conyzoides
Asystasia ganggetica (L)
Axonopus compressus
Chromolaena odorata
Clidemia Hirta (L)
Colocasia sp.
cyperus rotundus
Davallia denticulata
Eleusine indica
Lantana camara
Melastoma malabratichum
Mikania micranthan
Nephrolepis biserata
stenochlaena palustris
Nama Lokal
Bandotan / Babandota
Ara sungsang
Jukut pahit
Kirinyuh
Harendong bulu
Talas
Teki
Paku tertutup
Rumput belulang
Kembang telek
Harendong
Mikania
Paku
Paku udang
Adapun ciri-ciri gulma pada lahan kelapa sawit di kebun percontohan
adalah sebagai berikut :
a. Bandotan (Ageratum conyzoides)
Ageratum conyzoides termasuk dalam Kingdom : Plantae
(Tumbuhan), Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji),
Divisi
:
Magnoliophyta
(Tumbuhan
berbunga),
Kelas
:
Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil), Sub Kelas : Asteridae, Ordo
: Asterales, Famili : Asteraceae, Genus : Ageratum, Spesies :
Ageratum conyzoides L. Ageratum conyzoides adalah tumbuhan
15
terna semusim yang berasal dari Amerika tropik, tumbuh pada
tanah kering atau lembab di daerah terbuka atau sedikit ternaung.
Daerah penyebarannya meliputi 0-2100 m di atas muka laut,
berbunga sepanjang tahun. Mudah tersebar melalui biji yang ringan.
Gulma ini menimbulkan masalah sebagai saingan tanaman karet
muda di pembibitan, adakalanya di dalam polybag, merupakan
pengganggu tanaman penutup tanah kacangan. Gulma ini juga
terdapat di perkebunan kelapa sawit, coklat, teh, tebu dan tanaman
palawija (Nasution, 1986).
Menurut
Tjitrosoepomo
(1989).
Bandotan
termasuk
tumbuhan terna semusim, tumbuhnya tegak dan bercabang. Tinggi
bandotan mencapai 30-90 cm. Batangnya bulat berambut panjang
dan jika menyentuh tanah akan mengeluarkan akar. Daunnya
bertangkai
dengan
letak
saling
berhadapan.
Helaian daun
berbentuk bulat telur dengan pangkal membulat dan ujung runcing,
tepi bergerigi, berambut dan warnanya hijau. Bunga bandotan
termasuk bunga majemuk berkumpul 3 atau lebih, yang keluar dari
ujung tangkai dan berwarna putih. Buahnya berwarna hitam dan
berukuran kecil.
b. Ara sungsang (Asystasia ganggetica L)
Asystasia ganggetica (L) termasuk dalam Kingdom : Plantae,
Divisi : Magnoliophyta, Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Acanthales,
Famili : Acanthaceae, Genus : Asystasia, Spesies : Asystasia
ganggatica (L) (CRC, 2003).
16
Asystasia ganggatica ssp. Micrantha dikategorikan kedalam
golongan herba yang dapat tumbuh tegak hingga 0.5m atau
merayap hingga menutupi tanaman lain. Penampang batang
berbentuk segi empat, rapuh dan beruas-ruas. Serta ditumbuhi
rambut yang
tersebar secara acak Masing-masing ruas dapat
membentuk perakaran baru apabila terjadi kontak dengan tanah
yang cukup lembab. Daun
tumbuh
berpasangan
dan saling
berhadapan, berbentuk oval, bertepian rata dengan ujung daun
yang meruncing dan pangkal daun yang membulat. Ukuran daun
bervariasi mulai dari 6.45 x 25.5 mm hingga 152.4 x 76.2 mm
dengan
panjang tangkai daun hingga 50.8 mm. Tandan bunga
majemuk muncul dari ujung
batang
atau
ketiak
daun,
tidak
bercabang, braktea kecil dan kelopak lanset dengan panjang
sekitar 3-50 berwarna putih dengan panjang 20-25 mm.
bawah
mahkota
bunga tertekuk
ungu yang saling berhadapan.
dengan
sepasang
Buah berbentuk
kapsul
Bibir
bercak
dengan
panjang sekitar 25-35 mm. Tiap kapsul buah berisi 4 biji yang
berwarna
coklat kehitaman pada saat matang. Kapsul biji akan
mengering dan pecah pada saat buah matang, dan biji akan
terlempar keluar. Produksi biji Asystasia gangetica diperkirakan
mencapai 27 juta per hektar. Setelah berkecambah, tanaman akan
tumbuh dengan cepat dan menginvasi area disekitarnya. Tunas
baru
dapat
tumbuh
dapat membentuk
dari pangkal ruas-ruas batang. Tiap tunas
percabangan
baru dan tumbuh menjadi
tanaman baru saat menyentuh tanah. Tunas-tunas baru
akan
17
terus
terbentuk
hingga menekan pertumbuhan tanaman
disekitarnya (Akamine, 1947).
Gulma ini mampu tumbuh dengan baik pada daerah tropis
dan subtropis. Memiliki toleransi yang baik terhadap berbagai
jenis
tanah
dan
dapat ditemukan hingga ketinggian 500 mdpl
(CRC, 2003).
c. Jukut pahit (Axonopus compressus)
Axonopus compressus termasuk dalam Kingdom : Plantae,
Divisio : Spermatophyta, Subdivisio : Angiospermae, Kelas :
Dicotyledoneae, Ordo : Poales, Family : Poaceae, Genus :
Axonopus, Spesies : Axonopus compressus (Swartz) Beauv.
Tumbuh menjalar dan menanjak hinga 50 cm. Batang berbuku,
padat, tiap buku berakar, berumur tahunan. Daun berbentuk lanset,
tepinya
berbulu halus,
permukaan
atas berbulu jarang,
permukaan bawah gundul, lidah daun pendek, berbulu pendek.
Bunga berbentuk malai,
mirip bulir,
bercabang
dua hingga
banyak, anak bulir jorong. Berkembang biak dengan biji dan setek
batang. Tumbuh di tempat terbuka/agak terlindung hingga 1.400 m
dpl (Tjokrowardojo dan Djauhariya, 2015).
Akar jukut pahit (Axonopus compressus (Swartz) Beauv.)
merupakan sistem perakaran tunggang. Akar jukut pahit memiliki
panyak percabangan. Akar jukut pahit memliki warna coklat keputihputihan. Akar jukut pahit tidak lagi memiliki rambut-rambut halus.
Akar jukut pahit keluar dari pangkal batang yang tegak dan kadang
terbaring. Batang jukut pahit tidak berongga, bentuknya tertekan ke
18
arah lateral sehingga agak pipih, tidak berbulu, tumbuh tegak
berumpun, sering membentuk geragih yang pada setiap ruasnya
dapat membentuk akar dan tunas baru, di lapangan sering tumbuh
rapat membentuk “sheet”. Daun jukut pahit berbangun daun lanset,
pada bagian pangkal meluas dan lengkung, ujungnya agak tumpul,
permukaan sebelah atas ditumbuhi bulu-bulu halus yang tersebar
sedang sebelah bawah tidak berbulu, ukuran panjangnya 2,5-37,5
cm dan ukuran lebar 6-16 mm. Bunga jukut pahit terdiri dari dua
sampai tiga tangkai yang ramping tergabung secara simpodial
muncul dari upih daun paling atas berkembang secara berturutturut, tangkai perbungaan tidak berbulu, pada bagian ujung (apex)
terbentuk dua cabang bunga atau bulir (spica) yang berhadapan
berbentuk huruf V. Buah jukut pahit tersusun dalam dua baris yang
berselang-seling pada kedua sisi sumbu yang rata. Buah jukut pahit
tidak saling tumpang tindih. Buah jukut pahit berwarna hijau muda.
Buah jukut pahit berukuran kecil. Buah jukut pahit memiliki ukuran
yang kecil. Biji jukut pahit berbentuk sangat kecil. Biji jukut pahit
berada di dalam buahnya. Biji jukut pahit tidak memiliki rambutrambut halus atau bulu-bulu halus diseluruh permukaan bijinya. Biji
jukut pahit memiliki warna putih atau memiliki warna putih kehijauhijauan (Nasution, 1986).
d. Kirinyuh (Chromolaena odorata)
Menurut Biller dkk, (1993), chromolaena odorata termasuk
dalam Kingdom : plantae Diviso : Magnoliohyta Kelas :
19
Magnoliopsida Sub-kelas : Asterales Familia : Asteraceae Genus :
Chromolaena Spesies : Chromolaena odorata.
Biller dkk, (1993), Kirinyuh
berbunga
pada
kemarau, perbungaannya serentak selama 3-4
musim
minggu. Pada
saat biji masak, tumbuhan mengering. Pada saat itu biji pecah
dan terbang terbawa angin. Kira-kira satu bulan setelah awal
musim hujan, potongan batang,
cabang dan pangkal batang
bertunas kembali. Biji-biji yang jatuh ke
berkecambah
sehingga
tanah
juga
mulai
dalam waktu dua bulan berikutnya
kecambah dan tunas-tunas telah terlihat mendominasi area.
Daunnya berbentuk oval, bagian bawah lebih lebar, makin ke ujung
makin runcing. Panjang daun 6-10 cm dan lebarnya
3-6 cm. Tepi daun bergerigi, menghadap ke pangkal. Letak
daun juga berhadap-hadapan. Karangan bunga terletak di ujung
cabang (terminal). Setiap karangan terdiri atas 20 - 35 bunga.
Warna bunga selagi muda kebiru-biruan, semakin tua menjadi
coklat.
Menurut
Yadav
dan
Tripatih
menunjukkan bahwa pada komunitas
yang
rapat,
tanaman
pengamatan
(1981),
kepadatan
bisa mencapai 36 tanaman dewasa per m2 ditambah
dengan tidak
kurang
dari 1300
kecambah,
padahal
setiap
tanaman dewasa masih berpotensi untuk menghasilkan tunas.
e. Harendong bulu (Clidemia Hirta L)
Clidemia Hirta (L) termasuk dalam Kingdom
:
Plantae
Division : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Order : Myrtales
20
Family : Melastomataceae Genus : Clidemia Species : Clidemia
hirta (L.).
Clidemia Hirta (L) memiliki ciri-ciri batang tegak, keras,
berkayu, seluruhnya berambut halus berwarna merah kemudian
menjadi pucat, pada buku bukunya dua daun bertangkai
berhadapan. Helai daun bulat telur , pangkalnya berbentuk jantung,
ujungnya panjang dan meruncing, tepinya bergerigi, tangkai daun
dan daun berambut jarang. Pembungaan berbentuk malai,
ukurannya kecil, tumbuh diketian daun di ujung cabang. Satu
pembungaan berjumlah enam sampai dua puluh, ibu tangkai
pembungaan dan bunga ditumbuhi rambut-rambut agak rapat dan
panjang. Bunga bertangkai, berbentuk tabung kelopak melebar
membentuk lonceng, tepinya seperti selaput, bertajuk sangat
pendek. Daun mahkota berbentuk bulat telur terbalik berwarna putih
seringjuga berwarna merah muda. Buah bundar berwarna hitam
kebiru-biruan
dimahkota tajuk kelopak. Gulma ini tumbuh pada
tanah lembab atau agak kering. Lokasi terbuka atau ternaung
penyebarannya meliputi 5 – 1350 mdpl.
Selain pada tanaman
kelapa sawit gulma ini terdapat pada perkebunan karet, kelapa dan
diladang pengembalaan (Nasution, 1986).
f.
Talas (Colocasia sp)
Menurut Hambali (1978), colocasia sp termasuk dalam
Kingdom : Plantae Divisi : Angiosperms Kelas : Monocots Order :
Alismatales Family : Araceae Subfamily : AroideaeTribe :
Colocasieae Genus : Colocasia Species : Colocasia.sp
21
Tumbuhan berupa terna, tegak. Sistem perakaran liar,
berserabut, dan dangkal. Batang yang tesimpan dalam tanah pejal,
menyilinder atau membulat, biasanya coklat tua, dilengkapi dengan
kuncup ketiak yang terdapat di atas lampang daun tempat
munculnya umbi baru, tunas atau stolon. Daun memerisai dengan
tangkai panjang dan besar. Perbungaan tongkol dikelilingi oleh
seludang dan didukung oleh gagang yang lebih pendek dari tangkai
daun, bunga jantan dan betina kecil, tempatnya terpisah pada
tongkol, bunga betina di bagian pangkal, hijau, bunga jantan pada
bagian atasnya warna putih steril, ujung tongkol dilengkapi dengan
organ steril. Perbuahan seperti kepala yang berisi buah buni yang
rapat. Biji membundar telur. Talas bertoleransi terhadap sistem
pengelolaan dan lingkungan yang berkisaran luas. Bila tumbuh
sebagai tanaman yang akan dipanen, pemanenan terbaik dicapai
bila curah hujan 2000 mm/tahun atau lebih dan curah hujan
tersebar secara merata. Talas juga tumbuh baik di tanah-tanah
basah termasuk tanah-tanah sawah dengan irigasi yang teratur,
tanah-tanah beririgasi dan tanah di paya-paya yang miskin akan
drainase. Suhu 25-30°C dan kelembaban yang tinggi akan
mendukung pertumbuhan talas.Talas dapat tumbuh mulai dari
pantai sampai ketinggian 1800 m dpl. di Filipina; 1200 m dpl. di
Malaysia dan 2700 m dpl. di Papua New Guinea, walaupun sangat
lambat proses pemasakannnya pada ketinggian yang terakhir.
Talas bertoleransi pada naungan dan seringkali tumbuh sebagai
tanaman sela dengan tumbuhan pohon. Beberapa kultivar
22
bertoleransi terhadap salinitas yang tinggi.Talas tumbuh pada
berbagai macam jenis tanah, tetapi pertanian yang bagus
membutuhkan fertilitas yang tinggi. Di Malaysia, jenis tersebut
bertoleransi terhadap pH tanah 4.2-7.5.
g. Teki (Cyperus rotundus L)
Menurut Holm (1986), Cyperus rotundus termasuk dalam
Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi :
Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Sub Kelas :
Commelinidae Ordo : Cyperales Famili : Cyperaceae Genus :
Cyperus Spesies : Cyperus rotundus L.
Golongan teki meliputi semua jenis gulma yang termasuk
kedalam keluarga Cyperaceae. Golongan teki terdiri dari 4000
spesies, lebih menyukai air kecuali Cyperus rotundus L. Contoh:
rumput teki, walingi, rumput sendayan, jekeng, rumput 3 segi, dan
rumput knop. Batang rumputnya berbentuk segitiga dan tajam.
Daunnya berjumlah 4-10 helai yang terkumpul pada pangkal
batang. Akar dengan pelepah daunnya tertutup tanah. Helaian daun
panjang bersilang sejajar berukuran 10-30 cm dan lebar 3-6 cm
(Mercodo, 1979).
Permukaan diatas berwarna hijau mengilat. Tanaman ini
mudah dikenali kerana bunga-bunganya berwarna hijau kecoklatan,
terletak di ujung tangkai dengan tiga tunas mengumtum benang sari
berwarna
kuning
jernih,
membentuk
bunga-bunga
berbulir,
terkumpul menjadi satu berupa payung. Ciri khasnya terletak pada
buah-buahnya yang berbentuk kerucut besar pada pangkalnya,
23
kadang-kadang melekuk berwarna coklat, dengan panjang 1,5 – 4,5
cm dengan diameter 5 – 10 mm. Pada rizomnya yang sudah tua
terdapat banyak tunas yang menjadi ubi berwarna coklat atau
hitam. Rasanya kelat kepahit-pahitan dan baunya wangi. Ubi-ubi
nya benkumpul seumpama rumpun (K. Heyen, 1950).
h. Paku tertutup (Davallia denticulata)
Menurut Sastrapradja dkk (1980), Davallia denticulata
termasuk dalam Kingdom : Plantae, Subkingdom : Tracheobionta,
Divisi : Pteridophyta, Kelas : Pteridopsida, Sub Kelas : Polypoditae,
Ordo : Polypodiales, Famili : Polypodiaceae, Genus : Davallia,
Spesies : Davallia denticulata (Brum) Mett. Termasuk jenis paku
yang umumnya menumpang pada tumbuhan lain. Meskipun
demikian tidak berarti tumbuhnya hanya menumpang saja. Paku ini
dapat pula tumbuh pada tanah-tanah cadas, karang atau batu-batu.
Biasanya banyak dijumpai tumbuh pada batang jenis palem.
Tumbuh bersama-sama dengan paku cecerenean, paku sarang
burung atau jenis-jenis paku lainnya. Rimpangnya kuat, berdaging
kuat, berdaging dan agak menjalar. Bila tumbuhan ini masih muda,
rimpang-rimpangnya ditutupi oleh sisik-sisik yang padat, warnanya
coklat terang. Entalnya berjumbai, panjangnya sampai 1m. Bentuk
ental tersebut segitiga, menyirip ganda tiga atau empat. Tangkainya
bewarna coklat gelap, mengkilat. Helaian daunnya berbentuk
segitiga dengan tepi yang berringgit. Daun-daun ini kaku dan kuat.
Permukaan daunnya licin mengkilat, sehingga mudah sekali terlihat
dengan jelas. Indusia berbentuk hampir menyerupai setengah
24
lingkaran. Panjang dan lebarnya ± 1 mm. Perbanyakan melalui
rimpang.
Secara
seksual
spora
dapat
digunakan
untuk
memperbanyak diri. Penyebaran meliputi Asia tropika, Polinesia dan
Australia. Tumbuh pada dataran rendah terutama pada daerahdaerah disekitar pantai. Bentuknya cukup menarik sebagai tanaman
hias. Dapat ditanam ditempat-tempat yang terlindung maupun
tempat-tempat yang terbuka. Pernah dilaporkan bahwa paku
tertutup mengandung asam hidrosianik.
Daun berbentuk segitiga 60 – 100 kali 40 – 70, seperti kulit,
menyirip rangkap, tangkai 15 – 60 cm, anak daun bulat telur
memanjang, beringgit, bergerigi dengan urat-urat yang bebas.
Tangkai berwarna coklat gelap mengkilap. Bila tumbuhan ini masi
muda rimpangnya ditutupi sisik-sisik padat. Bentuk entalnya
segitiga, menyirip ganda tiga atau empat. Helaian daun berbentuk
segitiga dan tepi yang bergerigi serta daun yang kaku. Indusia
terdapat pada lekuk-lekuk sepasang tepi daun, menyerupai
setengah lingkaran
i.
(K. Heyen, 1950).
Rumput belulang (Eleusine indica)
Eleusine
indica
termasuk
dalam
Kingdom
:
Plantae
(tumbuhan), Divisio : Magnoliophyta (berbunga), Kelas : Liliopsida
(berkeping satu / monokotil), Ordo : Poales, Familia : Poaceae
(suku rumput-rumputan), Genus : Eleusine, Spesies : Eleusine
indica (Anonim, 2014).
Eleusine indica adalah gulma semusim, berumur pendek, dan
berkembang biak dengan biji (dapat tumbuh hingga 200 m dpl).
25
Gulma Lulangan termasuk ke dalam gulma berdaun sempit,
mempunyai batang yang selalu berbentuk cekungan, menempel
pipih (Sastroutomo, 1990).
Menurut Nobis et al, (2011), Eleusine indica merupakan
rumput tahunan, dengan tinggi dapat mencapai 90 cm. Dasar
Eleusine indica bercabang, bentuk batangnya pipih, dengan
beberapa rambut. Eleusine indica ini sering tumbuh di sepanjang
trotoar, jalan atau di ladang pertanian.
Menurut Breeden (2013), Eleusine indica disebut juga
Goosegrass, tumbuh dalam rumpun dari akar, dan memiliki sistem
akar berserat. Daunnya halus saat disentuh, dan terdapat sedikit
rambut pada daunnya. Goosegrass juga memiliki membrane ligula
dengan tepi bergerigi. Goosegrass berbiji pada akhir musim panas,
dan berkecambah di akhir musim semi. Perkecambahan biji
Goosegrass biasanya terjadi 4-6 minggu.
j.
Kembang telek (Lantana camara)
Klasifiksai gulma lantana camara Menurut Tjitrosoepomo
(1988) adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae, Divisio :
Spermatophyta,
Subdivisio
:
Angiospermae,
Kelas
:
Monocotyledoneae, Ordo : Lamiales, Family : Verbinaceae, Genus :
Paspalum, Spesies : Lantana camara L.
Pelepah menempel kuat, lidah daun pendek seperti selaput
dan tumbuh dalam rumpun, dan batangnya seringkali bercabang.
Daun terdiri dari dua baris, tetapi kasar pada tiap ujungnya. Pada
pangkal helai daun berambut. Bunga, bulir menjari 3-5, berkumpul
26
pada sisi poros yang bersayap dan bertunas. Anak bulir berselingseling, tersusun seperti genting. Akar Eleusine indica ini sangat
kuat, tumbuh liar biasanya di pinggir jalan atau di lapangan. Tinggi
tanaman ini dapat mencapai 80 cm (Moenandir, 1988).
Menurut Soedarsan dan Rifai (1975), lantana camara
merupakan tanaman perdu yang banyak tumbuh di daerah tropis
dan subtropis, bunganya yang menarik dan beraneka warna mulai
dari putih, merah muda, jingga, kuning, dan ungu membuat
tanaman ini sering ditanam sebagai tanaman hias baik yang
ditanam dalam pot atau taman. Lantana camara mengandung
triterpenoid, flavonoid, fenilpropanoid, furanophthaquinon, dan
beberapa senyawa hidrokarbon. Tanaman ini memiliki efek alelopati
dengan menghambat perkecambahan biji, pemanjangan akar, dan
pertumbuhan
beberapa
spesies
tanaman.
Lantana
camara
merupakan herba batang berbulu dan berduri serta berukuran lebih
kurang 2 m. Daunnya kasar, beraroma dan panjang beberapa
sentimeter dengan bagian tepi daun yang bergerigi. Bercabang
banyak, ranting bentuk segi empat, ada varietas berduri dan ada
varietas yang tidak berduri. Daun tunggal, duduk berhadapan
bentuk bulat telur ujung meruncing pinggir bergerigi tulang daun
menyirip, permukaan atas berambut banyak terasa kasar dengan
perabaan permukaan bawah berambut jarang. Bunga dalam
rangkaian bersifat rasemos mempunyai warna putih, merah muda,
jingga kuning, dsb. Buah seperti buah buni berwarna hitam
mengkilap bila sudah matang.
27
k. Harendong (Melastoma malabratichum)
Melastoma malabratichum termasuk dalam Kingdom : Plantae
(Tumbuhan),
Subkingdom
:
Tracheobionta
(Tumbuhan
berpembuluh), Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji),
Divisi
:
Magnoliophyta
(Tumbuhan
berbunga),
Kelas
:
Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil), Sub Kelas : Rosidae, Ordo :
Myrtales, Famili : Melastomataceae, Genus : Melastoma, Spesies :
Melastoma malabathricum.
Batang perdu tegak setinggi 0,5m – 4m yang bercabang
banyak dan dapat tumbuh pada tempat-tempat yang mendapat
cukup sinar matahari seperti di lereng gunung, semak, lapangan
yang tidak terlalu gersang. Daunnya tunggal, bertangkai, letaknya
berhadapan bersilang dan berbentuk bulat telur dengan ujung
lancip, pangkal membulat, tepi rata, permukaan berambut pendek
yang jarang dan kaku sehingga teraba kasar dengan 3 tulang daun
yang melengkung, panjang 2 – 20 cm, lebar 0,75 – 8,5 cm,
warnanya hijau. Bunganya keluar di ujung cabang, berupa malai
rata dengan jumlah bunga tiap malai 4-18 yang berwarna ungu
kemerahan, kuntumnya berdiri sendiri dengan bentuk yang indah.
Buahnya berwarna merah, berbentuk oval, dan kecil-kecil ± 6 mm.
Biji kecil-kecil, warnanya cokelat. Buahnya dapat dimakan,
sedangkan daun muda bisa dimakan sebagai lalap atau disayur
(Soedarsan dan Rifai, 1975).
28
l.
Mikania (Mikania micranthan)
Mikania micrnthan termasuk dalam Kingdom : Plantae
(Tumbuhan), Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji),
Divisi
:
Magnoliophyta
(Tumbuhan
berbunga),
Kelas
:
Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil), Sub Kelas : Asteridae, Ordo
: Asterales, Famili : Asteraceae, Genus : Mikania, Spesies : Mikania
micrantha Kunth
Mikania micrantha merupakan tumbuhan herba tahunan
memiliki ciri-ciri batang tumbuh menjalar berwarna hijau muda,
bercabang dan ditumbuhi rambutrambut halus. Panjang batang
dapat mencapai 3-6m. Pada tiap ruas terdapat dua helai daun yang
saling berhadapan, tunas baru dan bunga. Helai daun berbentuk
segitiga menyerupai hati dengan panjang daun 4-13cm dan lebar
daun 2-9cm. Permukaan daun menyerupai mangkok dengan tepi
daun bergerigi, bunga berwarna putih, berukuran kecil dengan
panjang 4-6 mm, dan tumbuh dari ketiak daun atau pada ujung
tunas, biji dihasilkan dalam jumlah besar, berwarna coklat
kehitaman dengan panjang 2 mm (Fahmi, DKK. 2012).
m. Paku (Nephrolepis biserata)
Nheporlepis biserrata termasuk dalam Kingdom : Plantae,
Subkingdom : Tracheobionta, Divisi : Pteridophyta, Kelas :
Pteridopsida, Sub Kelas : Polypoditae, Ordo : Polypodiales, Famili :
Dryopteridaceae, Genus : Nephrolepis, Spesies : Nephrolepis
biserrata.
29
Di alam paku ini tumbuh di tempat yang terbuka, kadangkadang tumbuh di tempat yang terlindung, di dataran rendah yang
tidak terlalu kering. Selain hidup di tanah, dijumpai pula di pohonpohon palem secara epifit, dapat pula tumbuh di sela-sela bebatuan
apabila terisi dengan humus. Orang Sunda menyebutnya paku
harupat, mungkin karena suka tumbuh di pohon-pohon palem, kata
harupat sebenarnya berarti lidi aren. Mungkin juga nama tersebut
berasal dari tangkai daunnya yang tegak dan kaku seperti lidi.
Nephrolepis dapat ditemukan pada dataran tinggi, daerah kering
seperti padang pasir, daerah berair atau area-area terbuka. Selain
itu dapat ditemukan 4 tipe habitat Nephrolepis yaitu, hutan rindang
yang memiliki celah permukaan berkarang, khususnya yang
terlindung dari sinar matahari, terdapat di daerah rawa dan
tergenang air, dan tumbuh sebagai epifit pada pohon-pohon tropik.
Pada umumnya tersebar di seluruh daerah Asia tropika. Paku ini
jarang ditemukan di lereng-lereng gunung namun menyukai dataran
rendah
(Sastrapraja dkk, 1980).
Nephrolepis
tergolong kromofita sejati, karena sudah
menyerupai tumbuhan tinggi yaitu Batangnya bercabang-cabang
dan ada yang berkayu dan Daunnya sudah memiliki urat-urat daun,
tetapi ada yang tidak berdaun, Rhizoidnya sudah berkembang ke
bentuk akar, sudah memiliki berkas pembuluh angkut (xylem dan
floem) tipe radiair/menjari, atau tipe konsentris. Batang Nephrolepis
berbentuk bulat, tetapi pada spesies ini terdapat seperti lekukan
dipermukaannya sepanjang batang tersesut. umumnya merupakan
30
tanaman kecil dengan sedikit daun, tingginya kurang dari 0.5m
tinggi. Warna batang kecoklatan.permukaan halus akan tetapi
seperti tedapat rambut-rambut yang sangat halus pada batangnya.
Nephrolepis
memiliki
akar
serabut
yang
tumbuh
dibawah
permukaan tanah bersifat nonfotosintesis, yang berfungsi menyerap
air dan nutrsi dari tanah. Akar ini berukuran kecil. Daun pada
spesies ini terdapat percabangan pada tulang daun. Ujung dari urat
daunnya yang menjari tidak sampai menyentuh tepi daun dan
bebas, pada ujung urat daun perdapat sporangium yang tertata
dengan rapi disepanjang tepi daun. Daun tumbuhan paku ada
beberapa macam, yaitu tropofil (daun khusus untuk fotosintesis,
tidak mengandung spora), sporofil (daun penghasil spora), dan
yang kecil-kecil disebut mikrofil, dan yang besar disebut makrofil.
Pada spesiens ini daunnya ternasuk mikrofol. Ujungnya seringkali
bebas, ada yang tidak mencapai tepi, sampai atau sangat dekat
dengan tepi atau bahkan sampai diluar tepi daun seperti pada
Hymenophyllaceae
(Lamberton, 1939).
n. Paku udang (Stenochlaena palustris)
Menurut
Sastrapradja,
(1980),
Stenochlaena
palustris
termasuk dalam Kingdom : Plantae, Divisio : Pteridophyta, Class :
Filicopsida, Ordo : Filicales, Family : Blechnaceae, Genus :
Stenochlaena, Spesises : Stenochlaena palustris.
Steno stenochlaena palustris merupakan paku tanah, yang
memiliki panjang 5-10 m dengan akar rimpang yang memanjat
tinggi, kuat, pipih, persegi, telanjang atau bersisik kerapkali dengan
31
tubas yang merayap, tumbuhnya secara perlahan atau epifit dengan
akar utama berada di tanah. Daun kelakai menyirip tunggal, dan
dimorph. Tangkai daun tumbuhan kelakai berukuran 10-20 cm,
yang cukup kuat. Daunnya steril, 30-200 x 20-50 cm, kuat,
mengkilat, gundul, yang muda kerap kali berwarna keungu-unguan;
anak daunnya banyak, bertangkai pendek, berbentuk
lanset,
dengan lebar 1,5-4 cm, meruncing denan kaki lacip baji atau
membulat, kedua sisi tidak sama, diatas kaki begerigi tajam dan
halus, yrat daun berjarak lebar, anak daun fertil lebarnya 2-5 mm.
Hidup di daerah
tanah
gambut, air tawar dan
hutan belukar.
Tanaman tersebut banyak dijumpai di Kecamatan Gambut
Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan yang memiliki
struktur tanah
gambut. Habitat tanaman kelakai ini memang di
daerah yang basah dan tergenang. Tanaman cukup mudah
berkembang dan bila dibiarkan akan menutupi area yang cukup
luas. Cara penyebaran kelakai dengan tunas dan sulur serta spora
(Sastrapradja, 1979).
2. Identifikasi pada baki semai
Dari hasil identifikasi pada baki semai terdapat 3 jenis gulma yang
dapat di identifikasi jenis-jenisnya, dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Identifikasi Gulma pada baki semai
No
Nama latin
Nama lokal
1
Crotococcum accrescens (Trin)
2
Paspalum commersonii
Rumput gegenjuran
3
Peperomia pellucida L
Rangu-rangu (Jawa)
32
Adapun ciri-ciri gulma ke tiga tersebut adalah sebagai berikut :
a. Crotococcum accrescens (Trin)
Crytococcum accrescens (Trin) termasuk dalam Kingdom :
Plantae, Divisio
: Spermatophyta, Subdivisio : Angiospermae,
Kelas : Monocotyledoneae, Ordo : Poales, Family : Poaceae, Genus :
Cyrtococcum, Spesies : Cyrtococcum acrescens ( Trin.) Stapf. Akar
berbentuk serabut, berasal dari buku-buku batang dan cabang akar
sedikit.
Akar
berwarna
kecoklat-coklatan, panjang akar bisa
mencapai hingga 20 cm, pda ujung akar terdapat bulu-bulu akar yang
halus. Batang berbentuk bulat tidak beronnga, bagian pangkal
tumbuh menjalar dan membentuk akar yang memanjang dan tunas
baru pada buku-bukunya; bagian ujung tumbuh tegak, miring atau
memanjang bila menjumpai sandaran, bagian yang tumbuh tegak
tingginya 20-165 cm. Bagian yang menjalar
membentuk akar
memanjang dan tunas baru dari buku-bukunya (Nasution, 1986).
Helai daun berbentuk lanset meruncing berukuran panjang 3-18
cm dan lebar 4-27 mm, kedua permukaan daun ditumbuhi bulu-bulu
halus semasa daun masih muda, dan bila daun semakin tua bulunya
semakin jarang, permukaan daun terasa kasar.
Bila diraba,
pangkalnya sering tidak simetris. Upih daun 3.5-5.5 cm panjangnya,
ditumbuhi bulu-bulu halus, pada bagian tepinya bulu-bulu yang
tumbuh
lebih
panjang,
pertautan upih daun dan
helai
dan
berbulu. Lidah daun merupakan membran yang tidak jelas
tampak (Tjitrosoepomo, 2009).
33
Bunga berbentuk malai besar tapi longgar, berukuran panjang
30 cm dan lebar 15 cm atau lebih, cabang-cabang tumbuh tersebar
sepanjang tangkai dan membentuk cabang-cabang yang halus, pada
cabang-cabang yang halus tersebut tumbuh buliran yang jarang pada
tangkai yang lebih panjang dari buliran. Buliran jumlahnya banyak,
bentuknya bulat tertekan ke arah lateral, penampangnya tidak
simetris, ukuran pangjang 1.4 mm, tidak berbulu, warnyanya coklat
keungu-unguan, tangkainya agak panjang bentuk berombak, benang
sari 1mm panjangnya dan kepala sari tiga. Cyrtococcum acrescens
(Trin.) Stapf tumbuh pada tanah yang tidak terlalu lembab, sering
terdapat pada tempat-tempat ternaung, penyebarannya meliputi 01300 m dpl, berbunga sepanjang tahun. Cyrtococcum acrescens
(Trin.) Stapf merupakan gulma yang dominan, dijumpai pada areal
TBM maupun TM karena toleransinya terhadap suasana ternaung.
Gulma ini dipandang tidak berbahaya dalam persaingan dengan
tanaman budidaya. Tumbuhan ini bermanfaat
permukaan tanah
sebagai pelindung
terutama pada lokasi yang curam (Nasution,
1986).
b. Paspalum commersonii
Paspalum commersonii termasuk dalam Divisi : Spermatophyta,
Sub divisi : Angiospermae, Class : Dicotiledoneae, Ordo : Poales,
Famili : Poaceae, Genus : Paspalum, Spesies : Paspalum
conjugatum. Akar Paspalum commersonii Merupakan akar serabut,
memiliki rambut akar yang banyak. Dan akarnyasering keluar dari
buku-buku batang. Dan berbulu akar yang relatif banyak. Batang
34
padat, agak pipih, tingginya 20-75 cm, tidak berbulu, warnanya hijau
bercorak ungu, tumbuh tegak berumpun, membentuk geragih yang
bercabang-cabang. Pada tiap buku dari geragih dapat membentuk
akar
dan
batang
baru.
Geragih
merupakan
sarana
perkembangbiakan secara vegetatif. Helai daun berbentuk pita atau
pita
lanset
ujungnya
lancip,
berbulusepanjang
tepinya
dan
permukaannya. Helai daun paling atas seringrudimenter. Upih daun
berwarna hijau atau bercorak ungu, berbentuk lunas perahu yang
sangat pipih, tepinya berbulu halus. Tandan (rasemosa) hampir selalu
tumbuh berhadapan disatu titik (conjugate), jarang sekali terdapat
tandan ketiga dibawahnya. Tandan mula-mula tumbuh tegak dan
rapat belakang-membelakangi, tetapi kemudianterpisah satu sama
lain, 3-15 cm panjangnya. Buah berbentuk sumbuh sempit (1-1,25
mm), tidak berbulu, sisi belakang berwarna hijau mengkilap, dibagian
ujung menyempit dan menyaring. Biji sangat kecil (1,75-2mm),
berbentuk ellips lebar dengan ujung yangtumpul, sepanjang sisinya
terdapat bulu-bulu halus yang panjang, warnanyahijau sangat pucat,
bertangkai pendek 0,3-0,75 mm (Tjitrosoepomo, 2001).
c. Rangu-rangu (Peperomia pellucida L)
Pepermia pellucida termasuk dalam Kingdom : Plantae
(Tumbuhan), Subkingdom : (Tumbuhan berpembuluh), Divisi :
Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Super Divisi : Spermatophyta
(Menghasilkan biji), Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua / dikotil),
Sub Kelas : Magnoliidae, Ordo : Piperales, Famili: Piperaceae (Suku
Sirih-sirihan), Genus : Peperomia, Spesies : Peperomia pellucida (L).
35
Peperomia pellucida Berasal dari Amerika
tropis, tumbuh liar
ditempat lembab atau dibawah naungan pada tempat-tempat yang
kurang subur seperti batu karang, tembok yang lama, jalan yang
mencekung atau sebagai gulma di pekarangan atau diperkebunan.
Tanaman ini dapat ditemukan di dataran rendah sampai 100m diatas
permukaan laut. Gulma semusim ini tumbuh tegak, kalau agak tiggi
kadang menggantung. Tinggi tanaman antara 20-40 cm, dengan
batang yang bulat berdiameter 5 mm, becabang-cabang, berair,
dengan warna coklat kemerahan. Daun tunggal, lonjong tebal, ujung
dan pangkal tumpul, pertulangan menyirip, panjang kurang lebih 7
cm, hijau kekuningan. Bunga majemuk bentuk bulir tanpa perhiasan
bunga berkelamin dua benaorgasi banyak kepala putik tiga, bunga
berwarna hijau. Buah buni, bulat kecil dan berwarna hijau. Biji kecil
keras dan berwarna coklat (Heyne, 1987).
B. Pembahasan
1. Identifikasi pada kebun kelapa sawit
Berdasarkan hasil identifikasi gulma pada lahan kelapa sawit di
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, gulma yang berada di lahan
tersebut merupakan gulma yang sering muncul atau dominan di kebun
kelapa sawit. Hal ini sesuai dengan pendapat (Fauzi Dkk, 2002; Sugito,
2000; Pahan, 2008), Gulma dominan pada kebun kalapa sawit adalah :
Imperata cylindrica, Axonopus compresses, Paspalum conjugatum,
Cyperus
rotundus,
Cyperus
cyperoidis,
Chromolaena
odorata,
Rhynchospora corymbosa, Ottodoa nodosa, Panicum repens, Mikania
mikrantha, Eupatorium odoratum, Ageratum conzoides, Ageratum
36
houstonianum, Boreira ratifolia, Gleichenia liniearis, Mimosa invisa,
Amarantus spinosus, Melastoma malabathricum, Clidemia hirata,
Lantana
camara,
Dicrapnoteris
linearis,
Stenochalena
palustris,
pteridium esclunetum dan musa spp. Sedangkan menurut Bangkit,
(2012) berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, pada perkebunan
Kelapa Sawit di PT. Budiduta Agromakmur jenis gulma yang
mendominasi
adalah
Paspalum
conjugatum
Berg,
Asystasia
coromandeliana Nees, Clidemia hirta (L.) D. Don, Axonopus
compressus (Swartz) Beauv, Eupatorium odoratum L.f, Ageratum
conyzoides L, Imperata cylindrica (L.) Beauv, Borreria alata (Aubl.) DC,
Euphorbia hirta L, Melastoma malabathricum Auct. non L. Manullang R
(2013) menambahkan dari hasil penelitian yang dilakukan pada lahan
kelapa sawit di perkebunan rakyat terdapat 30 jenis gulma yaitu :
Asystasia ganggetica, Axonopus compressus, Choromolaena odorata,
Clibadium surinamese, Cytococcum acrescens, Erigeron sumatrensis,
Melastoma malabatrichum, Mikania micrantha, Nephorlepis beserrata,
Scleria sumatrensis, Ageratum conyzoides, Cytococcum oxyphylhum,
Erechtites
valerianifolia,
Ottochloa
nodosa,
Panicum
repens,
Fymbristyles glabulosa, Imperata cylindrica, Lygodium flexuosum,
Pennisetum polystachyon, phyllanthus niruri, Sporobolus diander,
Solanum torvum, Borreria alata, Cyperus rotundus, Emilia sonchifolia,
Stenochlaena polustris, Panicum maksima, Passiflora poutida, Clidemia
hirata, Gleichenia linearis.
37
2. Suksesi
Dari hasil identifikasi gulma pada plot semai terdapat plot yang
mengalami suksesi yaitu pada plot 3A, 4A, 4B dan 5A. Terjadinya suksei
dapat di pengaruhi beberapa faktor yaitu iklim, topografi dan biotik
(Whittaker, 1975).
a. Iklim
Tumbuhan tidak akan dapat tumbuh teratur dengan adanya variasi yang
lebar dalam waktu yang lama. Fluktuasi keadaan iklim kadang-kadang
membawa akibat rusaknya vegetasi baik sebagian maupun seluruhnya.
Dan akhirnya suatu tempat yang baru (kosong) berkembang menjadi
lebih baik (daya adaptasinya besar) dan mengubah kondisi iklim.
Kekeringan, hujan salju/air dan kilat seringkali membawa keadaan yang
tidak menguntungkan pada vegetasi.
b. Topografi
Suksesi terjadi karena adanya perubahan kondisi tanah, antaralain :
1) Erosi
Erosi dapat terjadi karena angin, air dan hujan. Dalam proses erosi
tanah menjadi kosong kemudian terjadi penyebaran biji oleh angin
(migrasi) dan akhirnya proses suksesi dimulai.
2) Pengendapan
Erosi yang melarutkan lapisan tanah, di suatu tempat tanah diendapkan
sehingga menutupi vegetasi yang ada dan merusakkannya. Kerusakan
vegetasi menyebabkan suksesi berulang kembali di tempat tersebut.
38
c. Biotik
Pemakan tumbuhan seperti serangga yang merupakan pengganggu di
lahan pertanian demikian pula penyakit mengakibatkan kerusakan
vegetasi. Di padang penggembalaan, hutan yang ditebang, panen
menyebabkan tumbuhan tumbuh kembali dari awal atau bila rusak berat
berganti vegetasi.
Suksesi pada plot semai ini merupakan suksesi sekunder yaitu
suksesi yang bermula dari suatu habitat yang sudah ditumbuhi vegetasi
yang kemudian terjadi kerusakan yang disebabkan adanya gangguan,
seperti bencana alam (kebakaran, longsor, banjir, gunung meletus) atau
kerusakan yang terjadi karena adanya perladangan, vegetasi rusak
vegetasi musnah dan digantikan oleh jenis tumbuhan baru yang sesuai
dengan keadaan tempat terbuka. Selain itu terjadinya suksesi pada plot
semai di pengaruhi oleh lingkunga karena proses suksesi sangat terkait
dengan faktor lingkungan, seperti letak lintang, iklim, dan tanah.
Linkungan sangat menentukan pembentukan struktur komonitas
klimaks. Misalnya, jika proses suksesi berlangsung di daerah beriklim
kering, maka proses tersebut akan terhenti (klimaks) pada tahap
komunitas rumput; jika berlangsung di daerah beriklim dingin dan basa,
maka proses suksesi akan terhenti pada komunitas (hutan) conifer;
serta jika berlangsung di daerah beriklim hangat dan basah, maka
kegiatan yang sama akan terhenti pada hutan hujan tropik (Manan,
1978).
39
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Identifikasi gulma pada permukaan tanah di kebun kelapa sawit adalah
Ageratum conyzoides, Asystasia ganggetica (L), Axonopus compressus,
Chromolaena odorata, Clidemia Hirta (L), Colocasia sp, Cyperus
rotundus, Davallia denticulata, Eleusine indica, Lantana camara,
Melastoma malabratichum, Mikania micranthan, Nheprolepis biserata,
Stenochlaena palustris.
2. Hasil identifikasi pada baki semai adalah Crotococcum accrescens
(Trin), Paspalum commersonii dan Peperomia pellucida.
B. Saran
Dari hasil penelitian diatas dapat diambil refleksi ditujukan pada
pembaca agar mengaplikasi konsep suksesi untuk diterapkan pada
kehidupan kita sehari-hari agar dapat meminimalisir dampak kerusakan
alam.
40
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2014.
Rumput
Belulang.
http://id.mwikipedia.org/wiki/rumput_belulang.com. Diakses pada tanggal
21 Agustus 2015.
Anonim. 2015. Herbarium Bandungense Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati.
http://www.sith.itb.ac.id. Diakses pada tanggal 8 juli 2015.
Akamine, E. K. 1947. Germination of Asystasia gangetica L. Seed With Special
Refrence to the Effect Of Age On the Temperature Requirements For
Germination. Plan Physiol.
Baker, Kenneth R. 1974. Introduction to Sequencing and Scheduling. New York
John Wiley & Sons, Inc.
Bangkit, S. 2014. Identifikasi dan Pengendalian Gulma Pada Lahan Tanaman
Kelapa Sawit (Elaeis gueenensis Jack) Menghasilkan Di PT. Budiduta
Agromakmur.
Biller, A. Boppere, M. Ludge Witte and hartamnn, T. 1993. Pyrolizidine
Alkaloids in Chromolena odorata, Chemical and chemoecologica Aspects.
Phytochemystry.
CRC. 2003. Weed Management guilde. Asystasia gangetica spp. Micrantha. Alert
List For Environtmental weeds (ed) CRC. Australian weed Management.
Ewusi, J. Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Fahmi, Haryani, T.S, dan Ismanto. 2012. Inventarisasi Familia Asteracaeae Di
Kebun Raya Bogor.
Fauzi Y, Widyastuti YE, Setyawibawa I dan Hartono R. 2002. Kelapa
Sawit:Budidaya, Pemanfaatan Hasil Limbah, Analisa Usahan dan
Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hambali, G. G. 1978. Biologi Talas. Laporan Tahunan Lembaga Biologi Nasional
LIPI. Bogor.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid 2. Yayasan Sarana
Wanajaya. Jakarta.
Holm, L. G. Plucknett, J. V. Pancho, and J. F. Herberger. 1986. The World’s
Worst Weeds. Distribution and Biology, Univ. Hawaii Press, Honolulu,
Hawaii.
Indriyanto. 2006. Ekologi hutan. PT Bumi Aksara. Jakarta
41
Irwan, Zoer’aini Djamal. 2007. Prinsip-Prinsip Ekologi. PT Bumi Aksara.
Jakarta.
K. Heyen, 1950. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Yayasan Sarana Wana Jaya.
Jakarta.
Lamberton, Becker May. 1939. Golden Tales of England. London.
Manan, S. 1978. Masalah Pembinaan Kelestarian Ekologi Hutan. Departemen
Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Manulang, R. R. 2013. Identifikasi Dan Dominasi Gulma Pada Lahan Tanaman
Kelapa Sawit EKS Lahan Tanaman Pisang, Ilalang dan Semak Belukar Di
Perkebunan Rakyat Pola Pir Swadaya Kecamatan Muara Badak.
Mercodo, B. J. N. Sierra, and Begonia. 1979. Control of Cyperus rontundus L.
With Napropamide, Weed Science, SEARCA. UPLB Philipines.
Moenandir, J. 1988. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Cv
Rajawali. Jakarta Utara.
___________. 1985. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Rajawali
Press. Jakarta.
___________. 1993. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. Radar Jaya Offset.
Jakarta Utara.
Nasution, U. 1985. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet
Sumatera Utara dan Aceh. PT. Gramedia. Jakarta.
___________. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet
Sumatera Utara dan Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan Tanjung Morawa (P4TM), Tanjung Morawa.
Nobis, Marcin, Tomaz, K. Arkadiusz, N. 2011. Eleusine indica (Poacea) A New
Alien Species In The Flora of Tajikistan. Polish Botanical Journal Vol. 56.
Pahan. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Suwadaya. Jakarta.
Sastrapradja, S, J. J. 1979. Jenis Paku Indonesia. Lembaga Biologi Nasional
LIPI. Bogor.
Sastrapradja, S, J. J. Afriastini, D. Darneadi dan Elizabeth. 1980. Jenis Paku
Indonesia. Lembaga Biologi Nasional. Bogor.
Sastroutomo, S. S. 1990. Ekologi Gulma. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta
Soedarsan, A. dan M. Rifai. 1975. 50 Gulma di Perkebunan. 68 hal.
42
Soetikno.S dan Sastroutomo. 1990. Ekologi Gulma. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
Spurr, S. H. 1964. Forest Ekology. The Ronald Press Company. USE New York.
Sugito, J. 2000. Kelapa Sawit. Penebar Suwadaya. Jakarta
Sukman.Y dan Yakub. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. CV.
Rajawali. Jakarta Utara
Tjitrosoepomo, G. 1988. Taksonomi Tumbuhan (Sprematophyta). Gajah
Mada Universitas Press. Yogyakarta.
_______________. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Gajah Mada Universitas
Press. Yogyakarta.
_______________. 2001. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada Universitas
Press. Yogyakarta.
_______________. 2007.
Press. Yogyakarta.
Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada Universitas
_______________. 2009. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada Universitas
Press. Yogyakarta
Tjirosoedirdjo.S Dkk. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT. Gramedia.
Jakarta.
Yadav, A. S. And R. S. Tripathi. 1981. Population Dynamic of the ruderal weed
Eupatorium odoratum and its natural regulation. Oikos No. 36.
Copenhagen.
43
LAMPIRAN
44
Lampiran 1. Alat dan bahan pelaksanaan penelitian.
Gambar 1. Bor tanah
Gambar 2. Meteran
45
Gambar 3. Parang
Gambar 4. Arit
46
Gambar 5. Hand spreyer
Gambar 6. Tali rafiah
47
Lampiran 2. Layout identifikasi gulma dan pengambilan sampel tanah
2x2m
2x2m
8x8m
4x4m
Gambar 1. identifikasi gulma
3
4
5
1
2
Gambar 2. Pengambilan sampel tanah
48
Lampiran 3. Kegiatan penelitian
Gambar 1. Pembuatan petak identifikasi dengan ukuran 1 x 1 m.
Gambar 2. Pembuatan petak identifikasi 1 x 1 m ke 2
49
Gambar 3. Identifikasi gulma pada plot 2 x 2 m
Gambar 4. Identifikasi pada plot 4 X4 m, 8 x 8 m dan 16 x 16 m
50
Gambar 5. Pengambilan sampel tanah
lapisan atas
Gambar 6. Pengambilan sampel tanah
lapisan bawah
51
Gambar 7. Pengukuran sampel tanah
Gambar 8. Pengemasan sampel tanah
52
Lampiran 4. Persemaian dan identifikasi pada baki semai
Gambar 1. Persemaian sampel tanah pada baki semai.
Gambar 2. Persemaian sampel tanah usia 5 minggu.
53
Lampiran 5. Hasil identifikasi pada kebun kelapa sawit
Gambar 1. Ageratum conyzoides
Gambar 2. Asystasia gangetica L.
54
Gambar 3. Axonopus compressus
Gambar 4. Chromolaena odorata
55
Gambar 5. Clidemia hirtaL
Gambar 6. Colocasia sp.
56
Gambar 7. Cyperus rotundus
Gambar 8. Davallia denticulata
57
Gambar 9. Elesine indica
Gambar 10. Lantana camana
58
Gambar 11. Melastoma malabatricum
Gambar 12. Mikania micranthan
59
Gambar 13. Nheprolepis biserata
Gambar 14. Steno claena palustris
60
Lampiran 6. Hasil identifikasi pada baki semai
Gambar 1. Crotococcum accrescens
Gambar 2. Paspalum commersonii
61
Gambar 3. Peperomia pellucida
Download