IDENTIFIKASI DAN SUKSESI GULMA PADA PERMUKAAN DAN KEDALAMAN TANAH DI KEBUN TANAMAN KELAPA SAWIT Oleh : ILHAM SAH NIM. 120500051 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015 IDENTIFIKASI DAN SUKSESI GULMA PADA PERMUKAAN DAN KEDALAMAN TANAH DI KEBUN TANAMAN KELAPA SAWIT Oleh : ILHAM SAH NIM. 120500051 Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015 IDENTIFIKASI DAN SUKSESI GULMA PADA PERMUKAAN DAN KEDALAMAN TANAH DI KEBUN TANAMAN KELAPA SAWIT Oleh : ILHAM SAH NIM. 120500051 Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015 HALAMAN PENGESAHAN Judul : Identifikasi dan Suksesi Gulma Pada Permukaan dan Kedalaman Tanah di Kebun Kelapa Sawit Nam a : Ilham Sah Nim : 120500051 Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan : Manajemen Pertanian Pembimbing Penguji I Penguji II Riama Rita Manullang, SP, MP. NIP. 197011162000032002 Faradilla, SP, M.Sc. NIP. 197401092000122001 Rusmini, SP, MP. NIP. 198111302008122002 Menyetujui, Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Nur Hidayat, SP, M.Sc. NIP. 19721025 2001121 001 Ir. M. Masrudy, MP. NIP. 196008051988031003 Lulus ujian pada tanggal ABSTRAK ILHAM SAH . Identifikasi dan Suksesi Gulma Pada Permukaan dan Kedalaman Tanah di Kebun Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq), di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (di bawah bimbingan Riama Rita Manullang). Penelitian ini dilatar belakangi oleh suksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis gulma yang tumbuh pada permukaan serta kedalaman tanah, melihat perbedaan jenis-jenis gulma pada kedalaman tanah dengan jenis gulma pada permukaan tanah. Penelitian dilaksanakan pada kebun percntohan kelapa sawit di Politeknik Pertanian Negerti Samarinda selama 6 bulan terhitung dari tanggal 1 Desember 2014 sampa 30 Mei 2015. Meliputi proses pengukuran kebun kelapa sawit, identifikasi gulma di kebun kelapa sawit, menentukan titik-titik yang akan di ambil sampel tanah, pengambilan sample tanah pada setiap titik yang telah ditentukan, penyemaian sampel tanah dan identifikasi gulma pada baki semai. Hasil dari identifikasi gulma pada permukaan tanah di kebun kelapa sawit adalah Ageratum conyzoides, Asystasia ganggetica (L), Axonopus compressus, Chromolaena odorata, Clidemia Hirta (L), Colocasia sp, Cyperus rotundus, Davallia denticulata, Eleusine indica, Lantana camara, Melastoma malabratichum, Mikania micranthan, Nheprolepis biserata, Stenochlaena palustris. Suksesi yang terjadi pada baki semai adalah Crotococcum accrescens (Trin) stapf, Paspalum commersonii dan Peperomia pellucida. Kata Kunci : Identifikasi, suksesi dan gulma.. RIWAYAT HIDUP ILHAM SAH, lahir pada tanggal 3 November 1994 di Desa Balik Buaya, Kabupaten Kota Madia, Merupakan anak ke empat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Warkim dan Ibu Esih. Pendidikan dimulai di Sekolah Dasar Negri 017 Bukuan dan lulus pada tahun 2006. Kemudian melanjutkan ketingkat Sekolah Menengah Pertama Yayasan Pendidikan Ma’arif Diponegoro Tenggarong Seberang dan lulus pada tahun 2009. Melanjutkan ketingkat Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 01 Sanga-sanga dan lulus pada tahun 2012. Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2012 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. Pada bulan Maret-April 2014 mengikuti program Praktek Kerja Lapang di perusahaan perkebunan PT. Sawit Sukses Sejahtera, Desa Senyiur, Kecamatan Muara Ancalong, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, karena atas berkat Rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Kebun Percontohan Tanaman Kelapa Sawit Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, yang kemudian di lanjutkan dengan persemaian dan identifikasi di rumah penulis. Penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini dilaksanakan selama 6 (enam) bulan, yaitu dari bulan Desember tahun 2014 – Mei tahun 2015, yang merupakan syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan mendapat sebuah Ahli Madya. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan ucapan terimakasih dan penghargaan kepada: 1. Dosen pembimbing Ibu Riama Rita Manullang, SP, MP. 2. Dosen Penguji 1 (satu), yaitu Ibu Faradila, SP, M.Sc. 3. Dosen Penguji 2 (dua), yaitu Ibu Rusmini, SP, MP. 4. Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan, yaitu Bapak Nur Hidayat, SP, M.Sc. 5. Ketua Jurusan Manajemen Pertanian, yaitu Bapak Ir. M. Marsudy, MP. 6. Direktur Politeknik Negeri Samarinda, yaitu Ir. Hasanudin, MP. 7. Pada staf pengajar, administrasi dan teknisi di Program Studi Buidiaya Tanaman Perkebunan. 8. Seluruh anggota keluarga atas dukungannya serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Walaupun sudah berusaha dengan sungguh-sungguh, Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan ini, namun semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Amin. Samarinda, 30 Agustus 2015 Penulis Kampus Sei Keledang, DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI vi DAFTAR TABEL vii DAFTAR LAMPIRAN ix I. PENDAHULUAN 1 II. TINJAUAN PUSTAKA 2 A. B. C. D. Difinisi Gulma Pengelompokan Gulma Identifikasi Gulma Suksesi 3 3 7 8 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian B. Alat dan Bahan Penelitian C. Prosedur Penelitian D. Pengolahan Data 11 11 11 11 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil B. Pembahasan 14 14 35 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran 39 39 39 DAFTAR PUSTAKA 40 LAMPIRAN 43 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Alat dan bahan pelaksanaan penelitian 44 2. Layout identifikasi gulma dan pengambilan sampel tanah 46 3. Kegiatan penelitian 47 4. Persemaian dan identifikasi pada plot semai 50 5. Hasil identifikasi pada kebun kelapa sawit 51 6. Hasil identifikasi pada baki semai 55 DAFTAR TABEL Nomor Tubuh Utama Halaman 1. Identifikasi Gulma Pada Lahan Kelapa Sawit di Kebun Percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda 14 2. Identifikasi Gulma Pada Baki Semai 32 1 I. PENDAHULUAN Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis yang berasal dari Afrika Barat. Tanaman ini dapat tumbuh di luar daerah asalnya, termasuk Indonesia. Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional. Selain mampu menyediakan lapangan kerja, hasil dari tanaman ini juga merupakan sumber devisa negara (Fauzi dkk, 2002). Gulma merupakan salah satu masalah utama dalam budidaya tanaman perkebunan. Secara umum penurunan hasil tanaman budidaya akibat kehadiran gulma dapat mencapai 20-80% bila gulma tidak dikendalikan (Moenandir, 1985). Suksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Dengan perkataan lain suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak seimbang menuju ekosistem seimbang. Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Akhir proses suksesi komunitas yaitu terbentuknya suatu bentuk komunitas klimaks. Komunitas klimaks adalah suatu komunitas terakhir dan stabil (tidak berubah) yang mencapai keseimbangan dengan lingkungannya. Komunitas klimaks ditandai dengan tercapainya homeostatis atau keseimbangan, yaitu suatu komunitas yang mampu mempertahankan kestabilan komponennya dan dapat bertahan dari berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan (Spurr, 1964). Suksesi secara keseluruhan berkembang sebagai akibat dari interaksi organisme-organisme dengan lingkungannya. Perubahan selama suksesi terjadi akibat pengaruh faktor-faktor eksternal seperti input unsur hara. Konsep yang menyatakan bahwa suksesi berlangsung secara teratur, pasti, terarah, dapat 2 diramalkan dan berakhir dengan komunitas klimaks, merupakan konsep lama yang umumnya masih diikuuti dan diterima. Dari konsep itu dapat dinyatakan bahwa suksesi ekologi menuju kepada perkembangan suatu komunitas atau ekosistem. Mengingat perkembangan ekosistem merupakan proses teratur, terarah dan dapat diramalkan, maka dalam proses itu terjadi perkembangan organisme hidup yang terkendali dan menjadi stabil jika tercapai keanekaragaman spesies dan biomassa maksimum dalam kondisi lingkungan yang ada. Status perkembangan ekosistem atau komunitas dapat diketahui melalui penilaian terhadap aliran energi, struktur komunitas, dan peredaran unsur hara (Indriyanto, 2006). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui jenis-jenis gulma yang tumbuh pada kedalaman tanah, melihat perbedaan jenis-jenis gulma pada kedalaman tanah dengan jenis gulma pada permukaan tanah. Hasil yang di harapkan dari penelitian ini adalah mengetahui e j nis-jenis gulma pada permukaan dan kedalaman tanah di kebun kelapa sawit. 3 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Identifikasi Gulma Tanda-tanda yang dipakai dalam identifikasi dan penelaahan spesies gulma terbagi atas sifat-sifat vegetatif yang bisa berubah sesuai dengan lingkungan dan sifat-sifat generatif yang cenderung tetap. Sifat vegetatif gulma antara lain : perakaran, bagian batang dan cabangnya, kedudukan daun, bentuk daun, tepi daun dan permukaan daun, terdapat alat-alat tambahan misalnya daun penumpu atau selaput bumbung, beragam dan berbeda-beda untuk tiap spesies gulma. Bagian generatif yang dapat digunakan sebagai kriteria tanaman antara lain adalah : jumlah dan duduknya bunga, bagian-bagian bunga, warna kelopak bunga, warna mahkota bunga, jumlah benang sari, serta bentuk ukuran -warna-jumlah buah/biji (Siska, 2012). Menurut Tjitrosoedirdjo, (1984). Tanda-tanda yang dipakai dalam identifikasi dan penelaan gulma terdiri dari dua bagian yaitu : 1. Bagian vegetatif gulma Bagian ini meliputi perakaran, misalnya dapat berupa akar tunggang, akar serabut, berimpang, berstolon. Kemudian bagian batang dan cabangnya, ada gulma yang menjalar, tegak, melilit. Kedudukan daun yang ada berhadapan, bersilang, beradapan silang, dan sebagainya. Permukaan daun ada yang kusam, mengkilap, berbulu, berbulu bintang 2. Bagian generatif gulma Bagian ini dipergunakan untuk perkembangbiakan dan terdiri dari bunga, buah, dan biji. Jumlah dan duduknya bunga pada gulma ada yang tunggal atau majemuk dan dapat terletak di ketiak atau di ujung 4 daun. Bunga majemuk dapat berbentuk tongkol, bulir, dan malai. Bagian bagian bunga umumnya terdiri dari kelopak, mahkota bunga, benang sari, dan putik. Mahkota bunga yang satu dengan yang lain umumnya sangat bervariasi warnanya ada yang biru, merah, merah muda, kuning, putih, dan sebagainya. Kedudukan bakal biji ada yang sejajar, duduk atau tenggelam dengan dasar perhiasan bunga. Bentuk, ukuran, warna, dan jumlah buah- pun berlain-lainan. Dikenal adanya buah kotak (Ludwigia affine D), buah polong (Aeschynomene americana L), Buah buni (Melastoma affine D), dan lain-lain. Biji juga dapat ditandai dengan ciri-ciri yang berlainan, misal bentuk, warna, ukuran, dan keadaan ukuran yang tidak sama. B. Difinisi Gulma Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh salah tempat. Sebagai tumbuhan, gulma selalu berada di sekitar tanaman yang dibudidayakan dan berasosiasi dengannya secara khas. Gulma adalah tumbuhan yang mudah tumbuh pada setiap tempat yang berbeda-beda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi. Sifat inilah yang membedakan gulma dengan tanaman yang dibudidayakan (Moenandir,1993). Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang tidak diinginkan manusia (Sukman dan Yakub, 2002). Gulma antaralain didefinisikan sebagai tumbuh-tumbuhan yang yang tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki manusia (Tjitrosoedirdjo, 1984). 5 C. Pengelompokan Gulma Menurut Sukman dan Yakub, (1991). Berdasarkan klasifikasinya gulma dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu rumput, teki, dan gulma daun lebar. 1. Rumput (Grasses) Rumput memiliki batang bulat atau pipih dan berongga, kesamaannya dengan teki karena bentuk daunnya sama-sama sempit, tetapi dari sudut pengendalian terutama responnya terhadap herbisida berbeda. Berdasarkan bentuk masa pertumbuhan dibedakan rumput semusim (annual) dan tahunan (perennial). Rumput semusim biasanya tumbuh melimpah tetapi kurang menimbulkan masalah dibandingkan dengan rumput tahunan. 2. Teki (Sedges) Teki mempunyai batang berbentuk segitiga, kadang-kadang bulat tidak berongga, daun berasal dari nodia dan berwarna ungu tua. Gulma ini memiliki sistem rhizoma dan umbi sangat luas. Sifat yang menonjol adalah cepatnya membentuk umbi baru yang bersifat dorman pada lingkungan tertentu. 3. Gulma daun lebar (Broad-leaved weeds) Daun-daun gulma berdaun lebar dibentuk pada meristem apikal dan sangat sensitif terhadap khemikelia. Pada permukaan daun terutama permukaan bawah terdapat stomata yang memungkinkan cairan masuk. Gulma ini memiliki tunas-tunas pada nodus atau titik memencarnya daun. Meristem apikal dari gulma berdaun lebar adalah bagian batang 6 yang terbentuk sebagai bagian terbuka yang sensitif terhadap perlakuan kimia. Menurut Sasatroutomo, (1990). Ditinjau dari siklus hidupnya gulma di bedakan menjadi 3 yaitu gulma semusim, dua musim, dan tahunan. 1. Gulma semusim (annual) Gulma semusim merupakan gulma yang mempunyai daur hidup hanya satu tahun atau kurang dari mulai perkecambahan hingga dapat menghasilkan biji lagi. Gulma semusim dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu semusim dingin (winter annuals) dan semusim panas (summer annuals). Gulma semusim panas akan berkecambah di musim semi, menghasilkan biji dan kemudian mati pada musim panas dari tahun yang sama. Gulma semusim dingin akan berkecambah di musim gugur, istirahat di musim dingin, tumbuh lagi untuk menghasilkan biji kemudian mati di musim semi atau panas musim berikutnya. Gulma semusim merupakan kelompok yang paling banyak dari jenis-jenis gulma yang kita ketahui khususnya dalam persaingannya dengan tanaman pangan yang semusim. 2. Gulma dua musim (biennial) Gulma biennial memerlukan dua musim pertumbuhan untuk menyelesaikan siklus hidupnya, biasanya berbentuk roset pada tahun pertama dan pada tahun kedua menghasilkan bunga, memproduksi biji lalu mati. gulma dua musim merupakan gulma yang hidup lebih satu tahun tetapi kurang dari dua tahun. 7 3. Gulma tahunan (perennial) Gulma perennial atau menahun merupakan gulma yang hidup lebih dari dua tahun. Ciri-ciri gulma jenis ini adalah setiap tahunya pertumbuhan dimulai dengan perakaran yang sama. Menurut Sukman dan Yakub, (1991). Berdasarkan bentuk masa pertumbuhan terdiri atas gulma berkayu, gulma air, gulma perambat termasuk ephipytes dan parasit. 1. Gulma berkayu (woody weeds) Golongan ini mencakup tumbuh-tumbuhan yang batangnya membentuk cabang-cabang skunder. Gulma berkayu yaitu gulma spesifik dimana batangnya akan mengalami penebalan setiap musimnya yang ditandai dengan peningkatan pertumbuhan lingkar tahun (termasuk jenis semak dan pohon), dan gulma air yang kebanyakan menahun. 2. Gulma air (Aquatic weeds) Tumbuhan air adalah tumbuhan yang beradaptasi terhdap keadaan air kontinu atau paling tidak toleran terhadap kondisi tanah berair untuk periode waktu hidupnya. Tidak mudah mendefinisikan vegetasi air secara tepat, mengingat suatu jenis mungkin ditemukan dilingkungan perairan maupun daratan dan terdapat kisaran yang luas terhadap kadar air. Dalam praktek gulma air diklasifikasikan sebagai marginal (tepian), emergen (gabungan antara tenggelam dan terapung), submerged (melayang), anchored with floating leaves (tenggelam), free floating (mengapung), dan plankton algae. 8 3. Gulma perambat (climbers) Tumbuhan merambat yang berstatus sebagai gulma, bisa sangat agresif dan perlu pengendalian. Gulma ini mungin menimbulkan masalah mekanis seperti Mikania chordata di pertanaman karet, kelapa sawit dan kehutananan, atau semi parasit seperti Coscuta campestris dan cassytha filiformis. Karakternya yang melilit dan memanjat dapat menyebabkan penutupan areal yang luas dengan cepat. 4. Gulma epifit dan parasit Perambat kadang-kadang juga epifit atau semiparasit. Parasit benalu dilakukan oleh berbagai spesies dari famili Viscaceae, Loranthaceae, Santalaseae, dan Mydendraceae. Akibat serangan parasit tersebut biasanya pepohonan yang terserang akan kehilangan daun karena cabang-cabangnya telah dimatikan oleh parasit tersebut. D. Suksesi Suksesi adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah dengan lambat secara teratur pasti terarah dan dapat diramalkan. Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks. Dalam tingkat ini komunitas sudah mengalami homoestatis. Menurut konsep mutakhir suksesi merupakan pergantian jenis-jenis pionir oleh jenis-jenis yang lebih mantap yang sangat sesuai dengan lingkungannya (Irwan, 2007). Menurut Ewusie (1990), bahwa suksesi merupakan hasil dari tumbuhan itu sendiri, dalam arti bahwa tumbuhan yang berbeda dalam daerah itu pada waktu mengubah lingkungannya, yang terdidiri dari tanah, 9 tumbuhan dan iklim mikro yang berada diatasnya, sedemikian rupa sehingga membuatnya cocok untuk jenis yang lain daripada bagi tumbuhan itu sendiri. 1. Macam-macam sukesi Menurut Manan (1987), berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi, dapat dibedakan dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder. a. Suksesi Primer Suksesi primer terjadi jika suatu komunitas asal terganggu secara total sehingga kemudian membentuk komunitas baru. Komunitas tersebut terdiri atas jenis makhluk hidup yang berbeda dengan jenis makhluk hidup komunitas asal. Gangguan yang dialami komunitas tersebut dapat terjadi secara alami maupun oleh campur tangan manusia. Gangguan secara alami dapat berupa tanah longsor, letusan gunung berapi, dan endapan lumpur di muara sungai. Gangguan oleh campur tangan manusia dapat berupa kegiatan penambangan (batu bara, timah, dan minyak bumi). b. Suksesi Sekunder Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas tidak bersifat merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat kehidupan / substrat seperti sebelumnya. Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari tahap awal, tetapi tidak dari komunitas pionir. Gangguan yang menyebabkan terjadinya suksesi sekunder dapat berasal dari peristiwa alami atau akibat kegiatan manusia. Gangguan alami misalnya angin topan, erosi, banjir, kebakaran, 10 pohon besar yang tumbang, aktivitas vulkanik, dan kekeringan hutan. Gangguan yang disebabkan oleh kegiatan manusia contohnya adalah pembukaan areal hutan. Proses suksesi sangat terkait dengan faktor lingkungan, seperti letak lintang, iklim, dan tanah. Linkungan sangat menentukan pembentukan struktur komonitas klimaks. Misalnya, jika proses suksesi berlangsung di daerah beriklim kering, maka proses tersebut akan terhenti (klimaks) pada tahap komunitas rumput; jika berlangsung di daerah beriklim dingin dan basa, maka proses suksesi akan terhenti pada komunitas (hutan) conifer; serta jika berlangsung di daerah beriklim hangat dan basah, maka kegiatan yang sama akan terhenti pada hutan hujan tropik. 11 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini di lakukan di kebun percontohan tanaman kelapa sawit Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Waktu yang dibutuhkan untuk penelitian adalah selama 6 bulan, dimulai pada tanggal 1 Desember 2014 sampai 30 Mei 2015 meliputi Proses pengeukuran luasan kebun percontohan, menentukan titik-titik yang akan di ambil sampel tanah, indentifikasi gulma pada titik-titik yang telah ditentukan, pengambilan sample tanah pada setiap titik dengan kedalaman yang berbeda-beda, penyemaian sampel tanah dan identifikasi gulma. B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran, baki persemaian, plastik gula, kantong plastik, alat tulis menulis, bor tanah, cangkul, parang, dan kamera. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah, air dan tali rapia. Alat dan bahan penelitian dapat dilihat pada lampiran 1. C. Prosedur Penelitian 1. Pengukuran areal kebun kelapa sawit Pengukuran lahan dilakukan di kebun percontohan tanaman kelapa sawit, pengukuran lahan tanaman kelapa sawit dengan luas 100 x 100 ? ? . Dapat dilihat pada lampiran 2 2. Identifikasi gulma di kebun kelapa sawit Identifikasi bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis gulma yang tumbuh di lahan tanaman kelapa sawit. Adapun langkah-langkah dalam identifikasi gulma menurut Tjitrosoedirjo (1984) adalah sebagai berikut : 12 a. Membuat plot dengan ukuran 1 x 1 ? semua jenis gulma pada plot ? kemudian mengidentifikasi tersebut kemudian dan di dokumentasikan. b. Kemudian membuat kembali plot dengan ukuran 1 x 1 ? ? , mengidentifikasi semua jenis yang ada di plot tersebut dan di dokumentasikan, namun apabila masih terdapat gulma yang berbeda maka dilanjutkan dengan membuat plot dengan ukuran 2 x 2 ? ? . c. Kegiatan identifikasi dilakukan sampai plot yang dibuat tidak terdapat lagi gulma yang berbeda. Bagan Identifikasi gulma dapat dilihat pada lampiran 3. 3. Menentukan titik pengambilan sampel tanah Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan cara menarik garis silang dari kanan ke kiri dan kiri ke kanan kemudian mengambil titik pengambilan sampel tanah dari kanan ke kiri dan kiri kekanan, kemudian pengambilan sampel tanah dari tep kanan atas dan bawah dan tepi kiri atas dan bawah titik pengambilan terakhir di bagian tengah bagan pengambilan tanah ini dapat di lihat pada lampiran 2. 4. Mengambil sampel tanah Setelah menentukan pengambilan sampel tanah kemdian dilakukan pengambilan sampel tanah dengan cara : (a) membersihkan semua gulma yang ada di permukaan tanah, (b) mengambil sampel tanah dengan mengunakan bor tanah, (c) pengambilan sampel pertama dengan kedalaman 15 cm dari atas permukaan tanah, (d) pengamblan sempel kedua dengan kedalaman 15 cm dari lubang sebelumnya, (e) tanah yang 13 diambil dimasukan ke dalam kantung pelastik, untuk di semaikan. Dapat dilihat pada lampiran 6. 5. Persemaian Tanah yang telah diambil, kemudian disemaikan dengan menggunakan baki. Diusahakan tanah selalu dalam keadaan lembab, jika kekeringan dilakukan penyiraman dengan mengunakan air. Dapat dilihat pada lampiran 7. 6. Identifikasi pada baki semai Identifikasi dilakukan setelah tanah yang disemaikan ditumbuhi gulma dan dapat di identifikasi jenisnya. Hal yang harus dilakukan adalah mengamati jenis-jenis gulma. Dapat dilihat pada lampiran 7. 7. Pengolahan data Data yang diambil dibuat dalam bentuk tabel dan gambar. 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Identifikasi pada kebun kelapa sawit Dari hasil identifikasi gulma pada lahan kelapa sawit di kebun percontohan politeknik pertanian negri samarinda ada 14 jenis gulma yang dapat di identifikasi jenis-jenisnya, dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Identifikasi gulma pada lahan kelapa sawit di kebun percontohan politeknik pertanian negri samarinda. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Nama Latin Ageratum conyzoides Asystasia ganggetica (L) Axonopus compressus Chromolaena odorata Clidemia Hirta (L) Colocasia sp. cyperus rotundus Davallia denticulata Eleusine indica Lantana camara Melastoma malabratichum Mikania micranthan Nephrolepis biserata stenochlaena palustris Nama Lokal Bandotan / Babandota Ara sungsang Jukut pahit Kirinyuh Harendong bulu Talas Teki Paku tertutup Rumput belulang Kembang telek Harendong Mikania Paku Paku udang Adapun ciri-ciri gulma pada lahan kelapa sawit di kebun percontohan adalah sebagai berikut : a. Bandotan (Ageratum conyzoides) Ageratum conyzoides termasuk dalam Kingdom : Plantae (Tumbuhan), Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji), Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil), Sub Kelas : Asteridae, Ordo : Asterales, Famili : Asteraceae, Genus : Ageratum, Spesies : Ageratum conyzoides L. Ageratum conyzoides adalah tumbuhan 15 terna semusim yang berasal dari Amerika tropik, tumbuh pada tanah kering atau lembab di daerah terbuka atau sedikit ternaung. Daerah penyebarannya meliputi 0-2100 m di atas muka laut, berbunga sepanjang tahun. Mudah tersebar melalui biji yang ringan. Gulma ini menimbulkan masalah sebagai saingan tanaman karet muda di pembibitan, adakalanya di dalam polybag, merupakan pengganggu tanaman penutup tanah kacangan. Gulma ini juga terdapat di perkebunan kelapa sawit, coklat, teh, tebu dan tanaman palawija (Nasution, 1986). Menurut Tjitrosoepomo (1989). Bandotan termasuk tumbuhan terna semusim, tumbuhnya tegak dan bercabang. Tinggi bandotan mencapai 30-90 cm. Batangnya bulat berambut panjang dan jika menyentuh tanah akan mengeluarkan akar. Daunnya bertangkai dengan letak saling berhadapan. Helaian daun berbentuk bulat telur dengan pangkal membulat dan ujung runcing, tepi bergerigi, berambut dan warnanya hijau. Bunga bandotan termasuk bunga majemuk berkumpul 3 atau lebih, yang keluar dari ujung tangkai dan berwarna putih. Buahnya berwarna hitam dan berukuran kecil. b. Ara sungsang (Asystasia ganggetica L) Asystasia ganggetica (L) termasuk dalam Kingdom : Plantae, Divisi : Magnoliophyta, Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Acanthales, Famili : Acanthaceae, Genus : Asystasia, Spesies : Asystasia ganggatica (L) (CRC, 2003). 16 Asystasia ganggatica ssp. Micrantha dikategorikan kedalam golongan herba yang dapat tumbuh tegak hingga 0.5m atau merayap hingga menutupi tanaman lain. Penampang batang berbentuk segi empat, rapuh dan beruas-ruas. Serta ditumbuhi rambut yang tersebar secara acak Masing-masing ruas dapat membentuk perakaran baru apabila terjadi kontak dengan tanah yang cukup lembab. Daun tumbuh berpasangan dan saling berhadapan, berbentuk oval, bertepian rata dengan ujung daun yang meruncing dan pangkal daun yang membulat. Ukuran daun bervariasi mulai dari 6.45 x 25.5 mm hingga 152.4 x 76.2 mm dengan panjang tangkai daun hingga 50.8 mm. Tandan bunga majemuk muncul dari ujung batang atau ketiak daun, tidak bercabang, braktea kecil dan kelopak lanset dengan panjang sekitar 3-50 berwarna putih dengan panjang 20-25 mm. bawah mahkota bunga tertekuk ungu yang saling berhadapan. dengan sepasang Buah berbentuk kapsul Bibir bercak dengan panjang sekitar 25-35 mm. Tiap kapsul buah berisi 4 biji yang berwarna coklat kehitaman pada saat matang. Kapsul biji akan mengering dan pecah pada saat buah matang, dan biji akan terlempar keluar. Produksi biji Asystasia gangetica diperkirakan mencapai 27 juta per hektar. Setelah berkecambah, tanaman akan tumbuh dengan cepat dan menginvasi area disekitarnya. Tunas baru dapat tumbuh dapat membentuk dari pangkal ruas-ruas batang. Tiap tunas percabangan baru dan tumbuh menjadi tanaman baru saat menyentuh tanah. Tunas-tunas baru akan 17 terus terbentuk hingga menekan pertumbuhan tanaman disekitarnya (Akamine, 1947). Gulma ini mampu tumbuh dengan baik pada daerah tropis dan subtropis. Memiliki toleransi yang baik terhadap berbagai jenis tanah dan dapat ditemukan hingga ketinggian 500 mdpl (CRC, 2003). c. Jukut pahit (Axonopus compressus) Axonopus compressus termasuk dalam Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta, Subdivisio : Angiospermae, Kelas : Dicotyledoneae, Ordo : Poales, Family : Poaceae, Genus : Axonopus, Spesies : Axonopus compressus (Swartz) Beauv. Tumbuh menjalar dan menanjak hinga 50 cm. Batang berbuku, padat, tiap buku berakar, berumur tahunan. Daun berbentuk lanset, tepinya berbulu halus, permukaan atas berbulu jarang, permukaan bawah gundul, lidah daun pendek, berbulu pendek. Bunga berbentuk malai, mirip bulir, bercabang dua hingga banyak, anak bulir jorong. Berkembang biak dengan biji dan setek batang. Tumbuh di tempat terbuka/agak terlindung hingga 1.400 m dpl (Tjokrowardojo dan Djauhariya, 2015). Akar jukut pahit (Axonopus compressus (Swartz) Beauv.) merupakan sistem perakaran tunggang. Akar jukut pahit memiliki panyak percabangan. Akar jukut pahit memliki warna coklat keputihputihan. Akar jukut pahit tidak lagi memiliki rambut-rambut halus. Akar jukut pahit keluar dari pangkal batang yang tegak dan kadang terbaring. Batang jukut pahit tidak berongga, bentuknya tertekan ke 18 arah lateral sehingga agak pipih, tidak berbulu, tumbuh tegak berumpun, sering membentuk geragih yang pada setiap ruasnya dapat membentuk akar dan tunas baru, di lapangan sering tumbuh rapat membentuk “sheet”. Daun jukut pahit berbangun daun lanset, pada bagian pangkal meluas dan lengkung, ujungnya agak tumpul, permukaan sebelah atas ditumbuhi bulu-bulu halus yang tersebar sedang sebelah bawah tidak berbulu, ukuran panjangnya 2,5-37,5 cm dan ukuran lebar 6-16 mm. Bunga jukut pahit terdiri dari dua sampai tiga tangkai yang ramping tergabung secara simpodial muncul dari upih daun paling atas berkembang secara berturutturut, tangkai perbungaan tidak berbulu, pada bagian ujung (apex) terbentuk dua cabang bunga atau bulir (spica) yang berhadapan berbentuk huruf V. Buah jukut pahit tersusun dalam dua baris yang berselang-seling pada kedua sisi sumbu yang rata. Buah jukut pahit tidak saling tumpang tindih. Buah jukut pahit berwarna hijau muda. Buah jukut pahit berukuran kecil. Buah jukut pahit memiliki ukuran yang kecil. Biji jukut pahit berbentuk sangat kecil. Biji jukut pahit berada di dalam buahnya. Biji jukut pahit tidak memiliki rambutrambut halus atau bulu-bulu halus diseluruh permukaan bijinya. Biji jukut pahit memiliki warna putih atau memiliki warna putih kehijauhijauan (Nasution, 1986). d. Kirinyuh (Chromolaena odorata) Menurut Biller dkk, (1993), chromolaena odorata termasuk dalam Kingdom : plantae Diviso : Magnoliohyta Kelas : 19 Magnoliopsida Sub-kelas : Asterales Familia : Asteraceae Genus : Chromolaena Spesies : Chromolaena odorata. Biller dkk, (1993), Kirinyuh berbunga pada kemarau, perbungaannya serentak selama 3-4 musim minggu. Pada saat biji masak, tumbuhan mengering. Pada saat itu biji pecah dan terbang terbawa angin. Kira-kira satu bulan setelah awal musim hujan, potongan batang, cabang dan pangkal batang bertunas kembali. Biji-biji yang jatuh ke berkecambah sehingga tanah juga mulai dalam waktu dua bulan berikutnya kecambah dan tunas-tunas telah terlihat mendominasi area. Daunnya berbentuk oval, bagian bawah lebih lebar, makin ke ujung makin runcing. Panjang daun 6-10 cm dan lebarnya 3-6 cm. Tepi daun bergerigi, menghadap ke pangkal. Letak daun juga berhadap-hadapan. Karangan bunga terletak di ujung cabang (terminal). Setiap karangan terdiri atas 20 - 35 bunga. Warna bunga selagi muda kebiru-biruan, semakin tua menjadi coklat. Menurut Yadav dan Tripatih menunjukkan bahwa pada komunitas yang rapat, tanaman pengamatan (1981), kepadatan bisa mencapai 36 tanaman dewasa per m2 ditambah dengan tidak kurang dari 1300 kecambah, padahal setiap tanaman dewasa masih berpotensi untuk menghasilkan tunas. e. Harendong bulu (Clidemia Hirta L) Clidemia Hirta (L) termasuk dalam Kingdom : Plantae Division : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Order : Myrtales 20 Family : Melastomataceae Genus : Clidemia Species : Clidemia hirta (L.). Clidemia Hirta (L) memiliki ciri-ciri batang tegak, keras, berkayu, seluruhnya berambut halus berwarna merah kemudian menjadi pucat, pada buku bukunya dua daun bertangkai berhadapan. Helai daun bulat telur , pangkalnya berbentuk jantung, ujungnya panjang dan meruncing, tepinya bergerigi, tangkai daun dan daun berambut jarang. Pembungaan berbentuk malai, ukurannya kecil, tumbuh diketian daun di ujung cabang. Satu pembungaan berjumlah enam sampai dua puluh, ibu tangkai pembungaan dan bunga ditumbuhi rambut-rambut agak rapat dan panjang. Bunga bertangkai, berbentuk tabung kelopak melebar membentuk lonceng, tepinya seperti selaput, bertajuk sangat pendek. Daun mahkota berbentuk bulat telur terbalik berwarna putih seringjuga berwarna merah muda. Buah bundar berwarna hitam kebiru-biruan dimahkota tajuk kelopak. Gulma ini tumbuh pada tanah lembab atau agak kering. Lokasi terbuka atau ternaung penyebarannya meliputi 5 – 1350 mdpl. Selain pada tanaman kelapa sawit gulma ini terdapat pada perkebunan karet, kelapa dan diladang pengembalaan (Nasution, 1986). f. Talas (Colocasia sp) Menurut Hambali (1978), colocasia sp termasuk dalam Kingdom : Plantae Divisi : Angiosperms Kelas : Monocots Order : Alismatales Family : Araceae Subfamily : AroideaeTribe : Colocasieae Genus : Colocasia Species : Colocasia.sp 21 Tumbuhan berupa terna, tegak. Sistem perakaran liar, berserabut, dan dangkal. Batang yang tesimpan dalam tanah pejal, menyilinder atau membulat, biasanya coklat tua, dilengkapi dengan kuncup ketiak yang terdapat di atas lampang daun tempat munculnya umbi baru, tunas atau stolon. Daun memerisai dengan tangkai panjang dan besar. Perbungaan tongkol dikelilingi oleh seludang dan didukung oleh gagang yang lebih pendek dari tangkai daun, bunga jantan dan betina kecil, tempatnya terpisah pada tongkol, bunga betina di bagian pangkal, hijau, bunga jantan pada bagian atasnya warna putih steril, ujung tongkol dilengkapi dengan organ steril. Perbuahan seperti kepala yang berisi buah buni yang rapat. Biji membundar telur. Talas bertoleransi terhadap sistem pengelolaan dan lingkungan yang berkisaran luas. Bila tumbuh sebagai tanaman yang akan dipanen, pemanenan terbaik dicapai bila curah hujan 2000 mm/tahun atau lebih dan curah hujan tersebar secara merata. Talas juga tumbuh baik di tanah-tanah basah termasuk tanah-tanah sawah dengan irigasi yang teratur, tanah-tanah beririgasi dan tanah di paya-paya yang miskin akan drainase. Suhu 25-30°C dan kelembaban yang tinggi akan mendukung pertumbuhan talas.Talas dapat tumbuh mulai dari pantai sampai ketinggian 1800 m dpl. di Filipina; 1200 m dpl. di Malaysia dan 2700 m dpl. di Papua New Guinea, walaupun sangat lambat proses pemasakannnya pada ketinggian yang terakhir. Talas bertoleransi pada naungan dan seringkali tumbuh sebagai tanaman sela dengan tumbuhan pohon. Beberapa kultivar 22 bertoleransi terhadap salinitas yang tinggi.Talas tumbuh pada berbagai macam jenis tanah, tetapi pertanian yang bagus membutuhkan fertilitas yang tinggi. Di Malaysia, jenis tersebut bertoleransi terhadap pH tanah 4.2-7.5. g. Teki (Cyperus rotundus L) Menurut Holm (1986), Cyperus rotundus termasuk dalam Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Sub Kelas : Commelinidae Ordo : Cyperales Famili : Cyperaceae Genus : Cyperus Spesies : Cyperus rotundus L. Golongan teki meliputi semua jenis gulma yang termasuk kedalam keluarga Cyperaceae. Golongan teki terdiri dari 4000 spesies, lebih menyukai air kecuali Cyperus rotundus L. Contoh: rumput teki, walingi, rumput sendayan, jekeng, rumput 3 segi, dan rumput knop. Batang rumputnya berbentuk segitiga dan tajam. Daunnya berjumlah 4-10 helai yang terkumpul pada pangkal batang. Akar dengan pelepah daunnya tertutup tanah. Helaian daun panjang bersilang sejajar berukuran 10-30 cm dan lebar 3-6 cm (Mercodo, 1979). Permukaan diatas berwarna hijau mengilat. Tanaman ini mudah dikenali kerana bunga-bunganya berwarna hijau kecoklatan, terletak di ujung tangkai dengan tiga tunas mengumtum benang sari berwarna kuning jernih, membentuk bunga-bunga berbulir, terkumpul menjadi satu berupa payung. Ciri khasnya terletak pada buah-buahnya yang berbentuk kerucut besar pada pangkalnya, 23 kadang-kadang melekuk berwarna coklat, dengan panjang 1,5 – 4,5 cm dengan diameter 5 – 10 mm. Pada rizomnya yang sudah tua terdapat banyak tunas yang menjadi ubi berwarna coklat atau hitam. Rasanya kelat kepahit-pahitan dan baunya wangi. Ubi-ubi nya benkumpul seumpama rumpun (K. Heyen, 1950). h. Paku tertutup (Davallia denticulata) Menurut Sastrapradja dkk (1980), Davallia denticulata termasuk dalam Kingdom : Plantae, Subkingdom : Tracheobionta, Divisi : Pteridophyta, Kelas : Pteridopsida, Sub Kelas : Polypoditae, Ordo : Polypodiales, Famili : Polypodiaceae, Genus : Davallia, Spesies : Davallia denticulata (Brum) Mett. Termasuk jenis paku yang umumnya menumpang pada tumbuhan lain. Meskipun demikian tidak berarti tumbuhnya hanya menumpang saja. Paku ini dapat pula tumbuh pada tanah-tanah cadas, karang atau batu-batu. Biasanya banyak dijumpai tumbuh pada batang jenis palem. Tumbuh bersama-sama dengan paku cecerenean, paku sarang burung atau jenis-jenis paku lainnya. Rimpangnya kuat, berdaging kuat, berdaging dan agak menjalar. Bila tumbuhan ini masih muda, rimpang-rimpangnya ditutupi oleh sisik-sisik yang padat, warnanya coklat terang. Entalnya berjumbai, panjangnya sampai 1m. Bentuk ental tersebut segitiga, menyirip ganda tiga atau empat. Tangkainya bewarna coklat gelap, mengkilat. Helaian daunnya berbentuk segitiga dengan tepi yang berringgit. Daun-daun ini kaku dan kuat. Permukaan daunnya licin mengkilat, sehingga mudah sekali terlihat dengan jelas. Indusia berbentuk hampir menyerupai setengah 24 lingkaran. Panjang dan lebarnya ± 1 mm. Perbanyakan melalui rimpang. Secara seksual spora dapat digunakan untuk memperbanyak diri. Penyebaran meliputi Asia tropika, Polinesia dan Australia. Tumbuh pada dataran rendah terutama pada daerahdaerah disekitar pantai. Bentuknya cukup menarik sebagai tanaman hias. Dapat ditanam ditempat-tempat yang terlindung maupun tempat-tempat yang terbuka. Pernah dilaporkan bahwa paku tertutup mengandung asam hidrosianik. Daun berbentuk segitiga 60 – 100 kali 40 – 70, seperti kulit, menyirip rangkap, tangkai 15 – 60 cm, anak daun bulat telur memanjang, beringgit, bergerigi dengan urat-urat yang bebas. Tangkai berwarna coklat gelap mengkilap. Bila tumbuhan ini masi muda rimpangnya ditutupi sisik-sisik padat. Bentuk entalnya segitiga, menyirip ganda tiga atau empat. Helaian daun berbentuk segitiga dan tepi yang bergerigi serta daun yang kaku. Indusia terdapat pada lekuk-lekuk sepasang tepi daun, menyerupai setengah lingkaran i. (K. Heyen, 1950). Rumput belulang (Eleusine indica) Eleusine indica termasuk dalam Kingdom : Plantae (tumbuhan), Divisio : Magnoliophyta (berbunga), Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil), Ordo : Poales, Familia : Poaceae (suku rumput-rumputan), Genus : Eleusine, Spesies : Eleusine indica (Anonim, 2014). Eleusine indica adalah gulma semusim, berumur pendek, dan berkembang biak dengan biji (dapat tumbuh hingga 200 m dpl). 25 Gulma Lulangan termasuk ke dalam gulma berdaun sempit, mempunyai batang yang selalu berbentuk cekungan, menempel pipih (Sastroutomo, 1990). Menurut Nobis et al, (2011), Eleusine indica merupakan rumput tahunan, dengan tinggi dapat mencapai 90 cm. Dasar Eleusine indica bercabang, bentuk batangnya pipih, dengan beberapa rambut. Eleusine indica ini sering tumbuh di sepanjang trotoar, jalan atau di ladang pertanian. Menurut Breeden (2013), Eleusine indica disebut juga Goosegrass, tumbuh dalam rumpun dari akar, dan memiliki sistem akar berserat. Daunnya halus saat disentuh, dan terdapat sedikit rambut pada daunnya. Goosegrass juga memiliki membrane ligula dengan tepi bergerigi. Goosegrass berbiji pada akhir musim panas, dan berkecambah di akhir musim semi. Perkecambahan biji Goosegrass biasanya terjadi 4-6 minggu. j. Kembang telek (Lantana camara) Klasifiksai gulma lantana camara Menurut Tjitrosoepomo (1988) adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta, Subdivisio : Angiospermae, Kelas : Monocotyledoneae, Ordo : Lamiales, Family : Verbinaceae, Genus : Paspalum, Spesies : Lantana camara L. Pelepah menempel kuat, lidah daun pendek seperti selaput dan tumbuh dalam rumpun, dan batangnya seringkali bercabang. Daun terdiri dari dua baris, tetapi kasar pada tiap ujungnya. Pada pangkal helai daun berambut. Bunga, bulir menjari 3-5, berkumpul 26 pada sisi poros yang bersayap dan bertunas. Anak bulir berselingseling, tersusun seperti genting. Akar Eleusine indica ini sangat kuat, tumbuh liar biasanya di pinggir jalan atau di lapangan. Tinggi tanaman ini dapat mencapai 80 cm (Moenandir, 1988). Menurut Soedarsan dan Rifai (1975), lantana camara merupakan tanaman perdu yang banyak tumbuh di daerah tropis dan subtropis, bunganya yang menarik dan beraneka warna mulai dari putih, merah muda, jingga, kuning, dan ungu membuat tanaman ini sering ditanam sebagai tanaman hias baik yang ditanam dalam pot atau taman. Lantana camara mengandung triterpenoid, flavonoid, fenilpropanoid, furanophthaquinon, dan beberapa senyawa hidrokarbon. Tanaman ini memiliki efek alelopati dengan menghambat perkecambahan biji, pemanjangan akar, dan pertumbuhan beberapa spesies tanaman. Lantana camara merupakan herba batang berbulu dan berduri serta berukuran lebih kurang 2 m. Daunnya kasar, beraroma dan panjang beberapa sentimeter dengan bagian tepi daun yang bergerigi. Bercabang banyak, ranting bentuk segi empat, ada varietas berduri dan ada varietas yang tidak berduri. Daun tunggal, duduk berhadapan bentuk bulat telur ujung meruncing pinggir bergerigi tulang daun menyirip, permukaan atas berambut banyak terasa kasar dengan perabaan permukaan bawah berambut jarang. Bunga dalam rangkaian bersifat rasemos mempunyai warna putih, merah muda, jingga kuning, dsb. Buah seperti buah buni berwarna hitam mengkilap bila sudah matang. 27 k. Harendong (Melastoma malabratichum) Melastoma malabratichum termasuk dalam Kingdom : Plantae (Tumbuhan), Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh), Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji), Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil), Sub Kelas : Rosidae, Ordo : Myrtales, Famili : Melastomataceae, Genus : Melastoma, Spesies : Melastoma malabathricum. Batang perdu tegak setinggi 0,5m – 4m yang bercabang banyak dan dapat tumbuh pada tempat-tempat yang mendapat cukup sinar matahari seperti di lereng gunung, semak, lapangan yang tidak terlalu gersang. Daunnya tunggal, bertangkai, letaknya berhadapan bersilang dan berbentuk bulat telur dengan ujung lancip, pangkal membulat, tepi rata, permukaan berambut pendek yang jarang dan kaku sehingga teraba kasar dengan 3 tulang daun yang melengkung, panjang 2 – 20 cm, lebar 0,75 – 8,5 cm, warnanya hijau. Bunganya keluar di ujung cabang, berupa malai rata dengan jumlah bunga tiap malai 4-18 yang berwarna ungu kemerahan, kuntumnya berdiri sendiri dengan bentuk yang indah. Buahnya berwarna merah, berbentuk oval, dan kecil-kecil ± 6 mm. Biji kecil-kecil, warnanya cokelat. Buahnya dapat dimakan, sedangkan daun muda bisa dimakan sebagai lalap atau disayur (Soedarsan dan Rifai, 1975). 28 l. Mikania (Mikania micranthan) Mikania micrnthan termasuk dalam Kingdom : Plantae (Tumbuhan), Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji), Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil), Sub Kelas : Asteridae, Ordo : Asterales, Famili : Asteraceae, Genus : Mikania, Spesies : Mikania micrantha Kunth Mikania micrantha merupakan tumbuhan herba tahunan memiliki ciri-ciri batang tumbuh menjalar berwarna hijau muda, bercabang dan ditumbuhi rambutrambut halus. Panjang batang dapat mencapai 3-6m. Pada tiap ruas terdapat dua helai daun yang saling berhadapan, tunas baru dan bunga. Helai daun berbentuk segitiga menyerupai hati dengan panjang daun 4-13cm dan lebar daun 2-9cm. Permukaan daun menyerupai mangkok dengan tepi daun bergerigi, bunga berwarna putih, berukuran kecil dengan panjang 4-6 mm, dan tumbuh dari ketiak daun atau pada ujung tunas, biji dihasilkan dalam jumlah besar, berwarna coklat kehitaman dengan panjang 2 mm (Fahmi, DKK. 2012). m. Paku (Nephrolepis biserata) Nheporlepis biserrata termasuk dalam Kingdom : Plantae, Subkingdom : Tracheobionta, Divisi : Pteridophyta, Kelas : Pteridopsida, Sub Kelas : Polypoditae, Ordo : Polypodiales, Famili : Dryopteridaceae, Genus : Nephrolepis, Spesies : Nephrolepis biserrata. 29 Di alam paku ini tumbuh di tempat yang terbuka, kadangkadang tumbuh di tempat yang terlindung, di dataran rendah yang tidak terlalu kering. Selain hidup di tanah, dijumpai pula di pohonpohon palem secara epifit, dapat pula tumbuh di sela-sela bebatuan apabila terisi dengan humus. Orang Sunda menyebutnya paku harupat, mungkin karena suka tumbuh di pohon-pohon palem, kata harupat sebenarnya berarti lidi aren. Mungkin juga nama tersebut berasal dari tangkai daunnya yang tegak dan kaku seperti lidi. Nephrolepis dapat ditemukan pada dataran tinggi, daerah kering seperti padang pasir, daerah berair atau area-area terbuka. Selain itu dapat ditemukan 4 tipe habitat Nephrolepis yaitu, hutan rindang yang memiliki celah permukaan berkarang, khususnya yang terlindung dari sinar matahari, terdapat di daerah rawa dan tergenang air, dan tumbuh sebagai epifit pada pohon-pohon tropik. Pada umumnya tersebar di seluruh daerah Asia tropika. Paku ini jarang ditemukan di lereng-lereng gunung namun menyukai dataran rendah (Sastrapraja dkk, 1980). Nephrolepis tergolong kromofita sejati, karena sudah menyerupai tumbuhan tinggi yaitu Batangnya bercabang-cabang dan ada yang berkayu dan Daunnya sudah memiliki urat-urat daun, tetapi ada yang tidak berdaun, Rhizoidnya sudah berkembang ke bentuk akar, sudah memiliki berkas pembuluh angkut (xylem dan floem) tipe radiair/menjari, atau tipe konsentris. Batang Nephrolepis berbentuk bulat, tetapi pada spesies ini terdapat seperti lekukan dipermukaannya sepanjang batang tersesut. umumnya merupakan 30 tanaman kecil dengan sedikit daun, tingginya kurang dari 0.5m tinggi. Warna batang kecoklatan.permukaan halus akan tetapi seperti tedapat rambut-rambut yang sangat halus pada batangnya. Nephrolepis memiliki akar serabut yang tumbuh dibawah permukaan tanah bersifat nonfotosintesis, yang berfungsi menyerap air dan nutrsi dari tanah. Akar ini berukuran kecil. Daun pada spesies ini terdapat percabangan pada tulang daun. Ujung dari urat daunnya yang menjari tidak sampai menyentuh tepi daun dan bebas, pada ujung urat daun perdapat sporangium yang tertata dengan rapi disepanjang tepi daun. Daun tumbuhan paku ada beberapa macam, yaitu tropofil (daun khusus untuk fotosintesis, tidak mengandung spora), sporofil (daun penghasil spora), dan yang kecil-kecil disebut mikrofil, dan yang besar disebut makrofil. Pada spesiens ini daunnya ternasuk mikrofol. Ujungnya seringkali bebas, ada yang tidak mencapai tepi, sampai atau sangat dekat dengan tepi atau bahkan sampai diluar tepi daun seperti pada Hymenophyllaceae (Lamberton, 1939). n. Paku udang (Stenochlaena palustris) Menurut Sastrapradja, (1980), Stenochlaena palustris termasuk dalam Kingdom : Plantae, Divisio : Pteridophyta, Class : Filicopsida, Ordo : Filicales, Family : Blechnaceae, Genus : Stenochlaena, Spesises : Stenochlaena palustris. Steno stenochlaena palustris merupakan paku tanah, yang memiliki panjang 5-10 m dengan akar rimpang yang memanjat tinggi, kuat, pipih, persegi, telanjang atau bersisik kerapkali dengan 31 tubas yang merayap, tumbuhnya secara perlahan atau epifit dengan akar utama berada di tanah. Daun kelakai menyirip tunggal, dan dimorph. Tangkai daun tumbuhan kelakai berukuran 10-20 cm, yang cukup kuat. Daunnya steril, 30-200 x 20-50 cm, kuat, mengkilat, gundul, yang muda kerap kali berwarna keungu-unguan; anak daunnya banyak, bertangkai pendek, berbentuk lanset, dengan lebar 1,5-4 cm, meruncing denan kaki lacip baji atau membulat, kedua sisi tidak sama, diatas kaki begerigi tajam dan halus, yrat daun berjarak lebar, anak daun fertil lebarnya 2-5 mm. Hidup di daerah tanah gambut, air tawar dan hutan belukar. Tanaman tersebut banyak dijumpai di Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan yang memiliki struktur tanah gambut. Habitat tanaman kelakai ini memang di daerah yang basah dan tergenang. Tanaman cukup mudah berkembang dan bila dibiarkan akan menutupi area yang cukup luas. Cara penyebaran kelakai dengan tunas dan sulur serta spora (Sastrapradja, 1979). 2. Identifikasi pada baki semai Dari hasil identifikasi pada baki semai terdapat 3 jenis gulma yang dapat di identifikasi jenis-jenisnya, dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Identifikasi Gulma pada baki semai No Nama latin Nama lokal 1 Crotococcum accrescens (Trin) 2 Paspalum commersonii Rumput gegenjuran 3 Peperomia pellucida L Rangu-rangu (Jawa) 32 Adapun ciri-ciri gulma ke tiga tersebut adalah sebagai berikut : a. Crotococcum accrescens (Trin) Crytococcum accrescens (Trin) termasuk dalam Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta, Subdivisio : Angiospermae, Kelas : Monocotyledoneae, Ordo : Poales, Family : Poaceae, Genus : Cyrtococcum, Spesies : Cyrtococcum acrescens ( Trin.) Stapf. Akar berbentuk serabut, berasal dari buku-buku batang dan cabang akar sedikit. Akar berwarna kecoklat-coklatan, panjang akar bisa mencapai hingga 20 cm, pda ujung akar terdapat bulu-bulu akar yang halus. Batang berbentuk bulat tidak beronnga, bagian pangkal tumbuh menjalar dan membentuk akar yang memanjang dan tunas baru pada buku-bukunya; bagian ujung tumbuh tegak, miring atau memanjang bila menjumpai sandaran, bagian yang tumbuh tegak tingginya 20-165 cm. Bagian yang menjalar membentuk akar memanjang dan tunas baru dari buku-bukunya (Nasution, 1986). Helai daun berbentuk lanset meruncing berukuran panjang 3-18 cm dan lebar 4-27 mm, kedua permukaan daun ditumbuhi bulu-bulu halus semasa daun masih muda, dan bila daun semakin tua bulunya semakin jarang, permukaan daun terasa kasar. Bila diraba, pangkalnya sering tidak simetris. Upih daun 3.5-5.5 cm panjangnya, ditumbuhi bulu-bulu halus, pada bagian tepinya bulu-bulu yang tumbuh lebih panjang, pertautan upih daun dan helai dan berbulu. Lidah daun merupakan membran yang tidak jelas tampak (Tjitrosoepomo, 2009). 33 Bunga berbentuk malai besar tapi longgar, berukuran panjang 30 cm dan lebar 15 cm atau lebih, cabang-cabang tumbuh tersebar sepanjang tangkai dan membentuk cabang-cabang yang halus, pada cabang-cabang yang halus tersebut tumbuh buliran yang jarang pada tangkai yang lebih panjang dari buliran. Buliran jumlahnya banyak, bentuknya bulat tertekan ke arah lateral, penampangnya tidak simetris, ukuran pangjang 1.4 mm, tidak berbulu, warnyanya coklat keungu-unguan, tangkainya agak panjang bentuk berombak, benang sari 1mm panjangnya dan kepala sari tiga. Cyrtococcum acrescens (Trin.) Stapf tumbuh pada tanah yang tidak terlalu lembab, sering terdapat pada tempat-tempat ternaung, penyebarannya meliputi 01300 m dpl, berbunga sepanjang tahun. Cyrtococcum acrescens (Trin.) Stapf merupakan gulma yang dominan, dijumpai pada areal TBM maupun TM karena toleransinya terhadap suasana ternaung. Gulma ini dipandang tidak berbahaya dalam persaingan dengan tanaman budidaya. Tumbuhan ini bermanfaat permukaan tanah sebagai pelindung terutama pada lokasi yang curam (Nasution, 1986). b. Paspalum commersonii Paspalum commersonii termasuk dalam Divisi : Spermatophyta, Sub divisi : Angiospermae, Class : Dicotiledoneae, Ordo : Poales, Famili : Poaceae, Genus : Paspalum, Spesies : Paspalum conjugatum. Akar Paspalum commersonii Merupakan akar serabut, memiliki rambut akar yang banyak. Dan akarnyasering keluar dari buku-buku batang. Dan berbulu akar yang relatif banyak. Batang 34 padat, agak pipih, tingginya 20-75 cm, tidak berbulu, warnanya hijau bercorak ungu, tumbuh tegak berumpun, membentuk geragih yang bercabang-cabang. Pada tiap buku dari geragih dapat membentuk akar dan batang baru. Geragih merupakan sarana perkembangbiakan secara vegetatif. Helai daun berbentuk pita atau pita lanset ujungnya lancip, berbulusepanjang tepinya dan permukaannya. Helai daun paling atas seringrudimenter. Upih daun berwarna hijau atau bercorak ungu, berbentuk lunas perahu yang sangat pipih, tepinya berbulu halus. Tandan (rasemosa) hampir selalu tumbuh berhadapan disatu titik (conjugate), jarang sekali terdapat tandan ketiga dibawahnya. Tandan mula-mula tumbuh tegak dan rapat belakang-membelakangi, tetapi kemudianterpisah satu sama lain, 3-15 cm panjangnya. Buah berbentuk sumbuh sempit (1-1,25 mm), tidak berbulu, sisi belakang berwarna hijau mengkilap, dibagian ujung menyempit dan menyaring. Biji sangat kecil (1,75-2mm), berbentuk ellips lebar dengan ujung yangtumpul, sepanjang sisinya terdapat bulu-bulu halus yang panjang, warnanyahijau sangat pucat, bertangkai pendek 0,3-0,75 mm (Tjitrosoepomo, 2001). c. Rangu-rangu (Peperomia pellucida L) Pepermia pellucida termasuk dalam Kingdom : Plantae (Tumbuhan), Subkingdom : (Tumbuhan berpembuluh), Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji), Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua / dikotil), Sub Kelas : Magnoliidae, Ordo : Piperales, Famili: Piperaceae (Suku Sirih-sirihan), Genus : Peperomia, Spesies : Peperomia pellucida (L). 35 Peperomia pellucida Berasal dari Amerika tropis, tumbuh liar ditempat lembab atau dibawah naungan pada tempat-tempat yang kurang subur seperti batu karang, tembok yang lama, jalan yang mencekung atau sebagai gulma di pekarangan atau diperkebunan. Tanaman ini dapat ditemukan di dataran rendah sampai 100m diatas permukaan laut. Gulma semusim ini tumbuh tegak, kalau agak tiggi kadang menggantung. Tinggi tanaman antara 20-40 cm, dengan batang yang bulat berdiameter 5 mm, becabang-cabang, berair, dengan warna coklat kemerahan. Daun tunggal, lonjong tebal, ujung dan pangkal tumpul, pertulangan menyirip, panjang kurang lebih 7 cm, hijau kekuningan. Bunga majemuk bentuk bulir tanpa perhiasan bunga berkelamin dua benaorgasi banyak kepala putik tiga, bunga berwarna hijau. Buah buni, bulat kecil dan berwarna hijau. Biji kecil keras dan berwarna coklat (Heyne, 1987). B. Pembahasan 1. Identifikasi pada kebun kelapa sawit Berdasarkan hasil identifikasi gulma pada lahan kelapa sawit di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, gulma yang berada di lahan tersebut merupakan gulma yang sering muncul atau dominan di kebun kelapa sawit. Hal ini sesuai dengan pendapat (Fauzi Dkk, 2002; Sugito, 2000; Pahan, 2008), Gulma dominan pada kebun kalapa sawit adalah : Imperata cylindrica, Axonopus compresses, Paspalum conjugatum, Cyperus rotundus, Cyperus cyperoidis, Chromolaena odorata, Rhynchospora corymbosa, Ottodoa nodosa, Panicum repens, Mikania mikrantha, Eupatorium odoratum, Ageratum conzoides, Ageratum 36 houstonianum, Boreira ratifolia, Gleichenia liniearis, Mimosa invisa, Amarantus spinosus, Melastoma malabathricum, Clidemia hirata, Lantana camara, Dicrapnoteris linearis, Stenochalena palustris, pteridium esclunetum dan musa spp. Sedangkan menurut Bangkit, (2012) berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, pada perkebunan Kelapa Sawit di PT. Budiduta Agromakmur jenis gulma yang mendominasi adalah Paspalum conjugatum Berg, Asystasia coromandeliana Nees, Clidemia hirta (L.) D. Don, Axonopus compressus (Swartz) Beauv, Eupatorium odoratum L.f, Ageratum conyzoides L, Imperata cylindrica (L.) Beauv, Borreria alata (Aubl.) DC, Euphorbia hirta L, Melastoma malabathricum Auct. non L. Manullang R (2013) menambahkan dari hasil penelitian yang dilakukan pada lahan kelapa sawit di perkebunan rakyat terdapat 30 jenis gulma yaitu : Asystasia ganggetica, Axonopus compressus, Choromolaena odorata, Clibadium surinamese, Cytococcum acrescens, Erigeron sumatrensis, Melastoma malabatrichum, Mikania micrantha, Nephorlepis beserrata, Scleria sumatrensis, Ageratum conyzoides, Cytococcum oxyphylhum, Erechtites valerianifolia, Ottochloa nodosa, Panicum repens, Fymbristyles glabulosa, Imperata cylindrica, Lygodium flexuosum, Pennisetum polystachyon, phyllanthus niruri, Sporobolus diander, Solanum torvum, Borreria alata, Cyperus rotundus, Emilia sonchifolia, Stenochlaena polustris, Panicum maksima, Passiflora poutida, Clidemia hirata, Gleichenia linearis. 37 2. Suksesi Dari hasil identifikasi gulma pada plot semai terdapat plot yang mengalami suksesi yaitu pada plot 3A, 4A, 4B dan 5A. Terjadinya suksei dapat di pengaruhi beberapa faktor yaitu iklim, topografi dan biotik (Whittaker, 1975). a. Iklim Tumbuhan tidak akan dapat tumbuh teratur dengan adanya variasi yang lebar dalam waktu yang lama. Fluktuasi keadaan iklim kadang-kadang membawa akibat rusaknya vegetasi baik sebagian maupun seluruhnya. Dan akhirnya suatu tempat yang baru (kosong) berkembang menjadi lebih baik (daya adaptasinya besar) dan mengubah kondisi iklim. Kekeringan, hujan salju/air dan kilat seringkali membawa keadaan yang tidak menguntungkan pada vegetasi. b. Topografi Suksesi terjadi karena adanya perubahan kondisi tanah, antaralain : 1) Erosi Erosi dapat terjadi karena angin, air dan hujan. Dalam proses erosi tanah menjadi kosong kemudian terjadi penyebaran biji oleh angin (migrasi) dan akhirnya proses suksesi dimulai. 2) Pengendapan Erosi yang melarutkan lapisan tanah, di suatu tempat tanah diendapkan sehingga menutupi vegetasi yang ada dan merusakkannya. Kerusakan vegetasi menyebabkan suksesi berulang kembali di tempat tersebut. 38 c. Biotik Pemakan tumbuhan seperti serangga yang merupakan pengganggu di lahan pertanian demikian pula penyakit mengakibatkan kerusakan vegetasi. Di padang penggembalaan, hutan yang ditebang, panen menyebabkan tumbuhan tumbuh kembali dari awal atau bila rusak berat berganti vegetasi. Suksesi pada plot semai ini merupakan suksesi sekunder yaitu suksesi yang bermula dari suatu habitat yang sudah ditumbuhi vegetasi yang kemudian terjadi kerusakan yang disebabkan adanya gangguan, seperti bencana alam (kebakaran, longsor, banjir, gunung meletus) atau kerusakan yang terjadi karena adanya perladangan, vegetasi rusak vegetasi musnah dan digantikan oleh jenis tumbuhan baru yang sesuai dengan keadaan tempat terbuka. Selain itu terjadinya suksesi pada plot semai di pengaruhi oleh lingkunga karena proses suksesi sangat terkait dengan faktor lingkungan, seperti letak lintang, iklim, dan tanah. Linkungan sangat menentukan pembentukan struktur komonitas klimaks. Misalnya, jika proses suksesi berlangsung di daerah beriklim kering, maka proses tersebut akan terhenti (klimaks) pada tahap komunitas rumput; jika berlangsung di daerah beriklim dingin dan basa, maka proses suksesi akan terhenti pada komunitas (hutan) conifer; serta jika berlangsung di daerah beriklim hangat dan basah, maka kegiatan yang sama akan terhenti pada hutan hujan tropik (Manan, 1978). 39 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Identifikasi gulma pada permukaan tanah di kebun kelapa sawit adalah Ageratum conyzoides, Asystasia ganggetica (L), Axonopus compressus, Chromolaena odorata, Clidemia Hirta (L), Colocasia sp, Cyperus rotundus, Davallia denticulata, Eleusine indica, Lantana camara, Melastoma malabratichum, Mikania micranthan, Nheprolepis biserata, Stenochlaena palustris. 2. Hasil identifikasi pada baki semai adalah Crotococcum accrescens (Trin), Paspalum commersonii dan Peperomia pellucida. B. Saran Dari hasil penelitian diatas dapat diambil refleksi ditujukan pada pembaca agar mengaplikasi konsep suksesi untuk diterapkan pada kehidupan kita sehari-hari agar dapat meminimalisir dampak kerusakan alam. 40 DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2014. Rumput Belulang. http://id.mwikipedia.org/wiki/rumput_belulang.com. Diakses pada tanggal 21 Agustus 2015. Anonim. 2015. Herbarium Bandungense Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati. http://www.sith.itb.ac.id. Diakses pada tanggal 8 juli 2015. Akamine, E. K. 1947. Germination of Asystasia gangetica L. Seed With Special Refrence to the Effect Of Age On the Temperature Requirements For Germination. Plan Physiol. Baker, Kenneth R. 1974. Introduction to Sequencing and Scheduling. New York John Wiley & Sons, Inc. Bangkit, S. 2014. Identifikasi dan Pengendalian Gulma Pada Lahan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis gueenensis Jack) Menghasilkan Di PT. Budiduta Agromakmur. Biller, A. Boppere, M. Ludge Witte and hartamnn, T. 1993. Pyrolizidine Alkaloids in Chromolena odorata, Chemical and chemoecologica Aspects. Phytochemystry. CRC. 2003. Weed Management guilde. Asystasia gangetica spp. Micrantha. Alert List For Environtmental weeds (ed) CRC. Australian weed Management. Ewusi, J. Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Fahmi, Haryani, T.S, dan Ismanto. 2012. Inventarisasi Familia Asteracaeae Di Kebun Raya Bogor. Fauzi Y, Widyastuti YE, Setyawibawa I dan Hartono R. 2002. Kelapa Sawit:Budidaya, Pemanfaatan Hasil Limbah, Analisa Usahan dan Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta. Hambali, G. G. 1978. Biologi Talas. Laporan Tahunan Lembaga Biologi Nasional LIPI. Bogor. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid 2. Yayasan Sarana Wanajaya. Jakarta. Holm, L. G. Plucknett, J. V. Pancho, and J. F. Herberger. 1986. The World’s Worst Weeds. Distribution and Biology, Univ. Hawaii Press, Honolulu, Hawaii. Indriyanto. 2006. Ekologi hutan. PT Bumi Aksara. Jakarta 41 Irwan, Zoer’aini Djamal. 2007. Prinsip-Prinsip Ekologi. PT Bumi Aksara. Jakarta. K. Heyen, 1950. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta. Lamberton, Becker May. 1939. Golden Tales of England. London. Manan, S. 1978. Masalah Pembinaan Kelestarian Ekologi Hutan. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Manulang, R. R. 2013. Identifikasi Dan Dominasi Gulma Pada Lahan Tanaman Kelapa Sawit EKS Lahan Tanaman Pisang, Ilalang dan Semak Belukar Di Perkebunan Rakyat Pola Pir Swadaya Kecamatan Muara Badak. Mercodo, B. J. N. Sierra, and Begonia. 1979. Control of Cyperus rontundus L. With Napropamide, Weed Science, SEARCA. UPLB Philipines. Moenandir, J. 1988. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Cv Rajawali. Jakarta Utara. ___________. 1985. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Rajawali Press. Jakarta. ___________. 1993. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. Radar Jaya Offset. Jakarta Utara. Nasution, U. 1985. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh. PT. Gramedia. Jakarta. ___________. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa (P4TM), Tanjung Morawa. Nobis, Marcin, Tomaz, K. Arkadiusz, N. 2011. Eleusine indica (Poacea) A New Alien Species In The Flora of Tajikistan. Polish Botanical Journal Vol. 56. Pahan. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Suwadaya. Jakarta. Sastrapradja, S, J. J. 1979. Jenis Paku Indonesia. Lembaga Biologi Nasional LIPI. Bogor. Sastrapradja, S, J. J. Afriastini, D. Darneadi dan Elizabeth. 1980. Jenis Paku Indonesia. Lembaga Biologi Nasional. Bogor. Sastroutomo, S. S. 1990. Ekologi Gulma. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Soedarsan, A. dan M. Rifai. 1975. 50 Gulma di Perkebunan. 68 hal. 42 Soetikno.S dan Sastroutomo. 1990. Ekologi Gulma. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Spurr, S. H. 1964. Forest Ekology. The Ronald Press Company. USE New York. Sugito, J. 2000. Kelapa Sawit. Penebar Suwadaya. Jakarta Sukman.Y dan Yakub. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. CV. Rajawali. Jakarta Utara Tjitrosoepomo, G. 1988. Taksonomi Tumbuhan (Sprematophyta). Gajah Mada Universitas Press. Yogyakarta. _______________. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Gajah Mada Universitas Press. Yogyakarta. _______________. 2001. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada Universitas Press. Yogyakarta. _______________. 2007. Press. Yogyakarta. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada Universitas _______________. 2009. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada Universitas Press. Yogyakarta Tjirosoedirdjo.S Dkk. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT. Gramedia. Jakarta. Yadav, A. S. And R. S. Tripathi. 1981. Population Dynamic of the ruderal weed Eupatorium odoratum and its natural regulation. Oikos No. 36. Copenhagen. 43 LAMPIRAN 44 Lampiran 1. Alat dan bahan pelaksanaan penelitian. Gambar 1. Bor tanah Gambar 2. Meteran 45 Gambar 3. Parang Gambar 4. Arit 46 Gambar 5. Hand spreyer Gambar 6. Tali rafiah 47 Lampiran 2. Layout identifikasi gulma dan pengambilan sampel tanah 2x2m 2x2m 8x8m 4x4m Gambar 1. identifikasi gulma 3 4 5 1 2 Gambar 2. Pengambilan sampel tanah 48 Lampiran 3. Kegiatan penelitian Gambar 1. Pembuatan petak identifikasi dengan ukuran 1 x 1 m. Gambar 2. Pembuatan petak identifikasi 1 x 1 m ke 2 49 Gambar 3. Identifikasi gulma pada plot 2 x 2 m Gambar 4. Identifikasi pada plot 4 X4 m, 8 x 8 m dan 16 x 16 m 50 Gambar 5. Pengambilan sampel tanah lapisan atas Gambar 6. Pengambilan sampel tanah lapisan bawah 51 Gambar 7. Pengukuran sampel tanah Gambar 8. Pengemasan sampel tanah 52 Lampiran 4. Persemaian dan identifikasi pada baki semai Gambar 1. Persemaian sampel tanah pada baki semai. Gambar 2. Persemaian sampel tanah usia 5 minggu. 53 Lampiran 5. Hasil identifikasi pada kebun kelapa sawit Gambar 1. Ageratum conyzoides Gambar 2. Asystasia gangetica L. 54 Gambar 3. Axonopus compressus Gambar 4. Chromolaena odorata 55 Gambar 5. Clidemia hirtaL Gambar 6. Colocasia sp. 56 Gambar 7. Cyperus rotundus Gambar 8. Davallia denticulata 57 Gambar 9. Elesine indica Gambar 10. Lantana camana 58 Gambar 11. Melastoma malabatricum Gambar 12. Mikania micranthan 59 Gambar 13. Nheprolepis biserata Gambar 14. Steno claena palustris 60 Lampiran 6. Hasil identifikasi pada baki semai Gambar 1. Crotococcum accrescens Gambar 2. Paspalum commersonii 61 Gambar 3. Peperomia pellucida