profil keterampilan sosial siswa sekolah dasar berdasarkan latar

advertisement
p-ISSN 2355-5343
http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar
Article Received: 16/04/2015; Accepted: 20/08/2015
Mimbar Sekolah Dasar, Vol 2(2) 2015, 152-166
DOI: 10.17509/mimbar-sd.v2i2.1326
PROFIL
KETERAMPILAN
SOSIAL
SISWA
SEKOLAH
DASAR
BERDASARKAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN PRASEKOLAH (TK
DAN NON TK)
Ipah Saripah1 & Lia Mulyani2
1,2Program
Studi Bimbingan dan Konseling FIP UPI
Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung
1Email: [email protected]
2Email: [email protected]
1,2Jl.
ABSTRACT
The background of this research is importance of
mastering social skills by elementary school
students, both of which had entered formal
education (kindergarten) or informal education
(family). The research objective is obtaining
students' social skills profiles based on preschool
educational background (kindergarten and nonkindergarten). The study was conducted in
elementary schools Cijerokaso 1 and 2 Bandung
using a quantitative approach and descriptive
study method. The results have shown: (1) profile
of social skills of elementary school students with
a kindergarten background in general are at
high qualifications and social skills profile of
elementary school students with a non
kindergarten background in general are at high
and medium qualifications; (2) There is no
difference in term of average social skills
between elementary school students with
kindergarten background and elementary
school
students
with
non
kindergarten
background, either in general or by each
category.
ABSTRAK
Penelitian dilatarbelakangi oleh pentingnya
penguasaan keterampilan sosial oleh siswa
sekolah dasar (SD), baik yang pernah memasuki
jalur pendidikan formal (taman kanak-kanak/TK)
maupun yang belajar secara informal (keluarga).
Tujuan penelitian ialah diperolehnya profil
keterampilan sosial siswa berdasarkan latar
belakang pendidikan prasekolah (TK dan non
TK). Penelitian dilakukan di SD Negeri Cijerokaso 1
dan 2 Bandung dengan pendekatan kuantitatif
dan metode studi deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkan: (1) profil keterampilan sosial siswa
SD berlatar belakang TK secara umum berada
pada kualifikasi tinggi, dan profil keterampilan
sosial siswa SD berlatar belakang non TK secara
umum berada pada kualifikasi tinggi dan
sedang; (2) Tidak terdapat perbedaan rata-rata
keterampilan sosial antara siswa SD berlatar
belakang TK dengan siswa SD berlatar belakang
non TK, baik secara umum maupun berdasarkan
tiap kategori.
Kata kunci: keterampilan sosial, siswa SD, latar
belakang pendidikan prasekolah.
Keywords: social skills, elementary school student,
preschool educational background.
How to Cite: Saripah, I., & Mulyani, L. (2015). PROFIL KETERAMPILAN SOSIAL SISWA SEKOLAH DASAR BERDASARKAN
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN PRASEKOLAH (TK DAN NON TK). Mimbar Sekolah Dasar, 2(2), 152-166.
doi:http://dx.doi.org/10.17509/mimbar-sd.v2i2.1326.
PENDAHULUAN
~
Sebagai
jenjang
No. 28 Tahun 1990), serta mempersiapkan
pendidikan formal pertama dan mendasar
peserta didik utuk mengikuti pendidikan
bagi anak, sekolah dasar (SD) memiliki
menengah (UUSPN No.20 Tahun 2003 Pasal
tujuan memberikan bekal kemampuan
17).
dasar kepada siswa (peserta didik) untuk
mengembangkan kehidupannya secara
Saat mengalami peralihan dari kehidupan
pribadi,
warga
prasekolah ke kehidupan sekolah, siswa di
negara dan anggota umat manusia (PP
SD dihadapkan pada berbagai keadaan
anggota
masyarakat,
[152]
Ipah Saripah & Lia Mulyani, Profil Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar…
yang
cenderung
sebelumnya.
lingkungan
aturan
Siswa
fisik,
baru
berbeda
dari
dihadapkan
pada
individu-individu
sehingga
Connoly & Rivest,; Ladd, et al., (dalam
Spodek,
dan
1993)
menunjukkan
bahwa
keterampilan sosial anak lebih baik jika
memerlukan
diajarkan
di
lingkungan
rumah
dan
keterampilan-keterampilan yang mampu
keluarga. Di sisi lain, hasil penelitian Mueller
membuat anak bertahan dan diterima,
& Brenner; serta Howes (dalam Spodek,
yakni
1993),
keterampilan
memasuki
SD,
sosial.
siswa
Sebelum
memperoleh
keterampilan sosial melalui
memperlihatkan
TK
dapat
meningkatkan interaksi dan keterampilan
pendidikan
sosial
anak.
Berdasarkan
kedua
hasil
prasekolah, baik jalur informal (keluarga
penelitian, baik anak yang berasal dari TK
dan masyarakat), formal (taman kanak-
maupun
kanak/TK
masyarakat)
dan
ataupun
raudhatul
nonformal
(tempat
anak/TPA/daycare
dan
bermain/KB).
memberi
entering
behavior
TK
(keluarga
sama-sama
dan
menunjukkan
penitipan
keunggulan dalam keterampilan sosial.
kelompok
Guna memperoleh konfirmasi dan data
dari
empiris tentang profil keterampilan sosial
Pendidikan
keluarga/masyarakat,
TPA/KB
athfal/RA),
non
TK/RA,
maupun
pengaruh
terhadap
keterampilan
siswa
SD
berdasarkan
latar
belakang
pendidikan prasekolah, maka perlu untuk
sosial
dikaji lebih lanjut mengenai hal tersebut.
siswa ketika hendak memasuki SD.
Keterampilan
Kurangnya
sosial
penguasaan
dapat
keterampilan
sosial
dapat
diartikan
sebagai kemampuan untuk berinteraksi
menimbulkan
potensi
dengan orang lain pada konteks sosial
sebaliknya
dengan
dalam cara-cara spesifik yang secara
memiliki keterampilan sosial siswa mampu
sosial diterima atau bernilai dan dalam
mencapai kesuksesan di sekolah dan
waktu yang sama memiliki keuntungan
masyarakat, seperti yang diungkapkan
untuk pribadi dan orang lain (Combs &
oleh Brigman, et al. (2001, p. 323), ”...social
Slaby dalam Cartledge & Milburn, 1986, p.
skills (working-playing cooperatively with
7). Lebih lanjut, Stephen (Cartledge &
others
maintaining
Milburn, 1986, p.15) kemudian membagi
for
keterampilan sosial dalam empat kategori,
permasalahan,
and
friendship)
forming
are
and
essential
school
success.”
yakni:
1)
environmental
interpersonal
Penelitian
dan
data
mengenai
behavior;
behavior;
3)
2)
self-related
behavior; dan 4) task-related behavior.
keterampilan sosial anak yang berasal dari
lingkungan
keluarga
maupun
Environmental Behavior (Perilaku terhadap
dari
lembaga pendidikan prasekolah seperti TK
Lingkungan)
menunjukkan hasil yang beragam. Hasil
Environmental behavior (perilaku terhadap
penelitian
lingkungan) merupakan bentuk perilaku
Field
&
Roopnarine;
Doyle,
[153]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
yang menunjukkan tingkah laku sosial
menerima
individu
beretika; 3) mengungkapkan perasaan; 4)
dalam
memperlakukan
Lingkup
lingkungan
1)
sikap
behavior
peduli
berkenaan
dan
hidupnya.
environmental
mencakup:
perilaku
mengenal
lingkungan;
dengan
konsekuensi;
positif
terhadap
perilaku bertanggung
2)
2)
diri
perilaku
sendiri;
5)
jawab; serta 6)
peduli diri (Cartledge & Milburn, 1986).
keadaan
darurat; 3) perilaku di ruang makan; serta
Task-Related
Behavior
(Perilaku
4) gerak mengitari lingkungan (Cartledge
Berhubungan dengan Tugas)
& Milburn, 1986).
Task-related
behavior
(perilaku
yang
yang
berhubungan dengan tugas), menurut
Interpersonal
Behavior
(Perilaku
Cartledge & Milburn (1986) adalah bentuk
Interpersonal)
perilaku atau respon individu terhadap
Cartledge & Milburn (1986) memberika
sejumlah tugas akademis. Wujud-wujud
batasan bahwa interpersonal behavior
task-related
(perilaku
beberapa hal berikut: 1) mengajukan dan
interpersonal)
ialah
bentuk
perilaku yang menunjukkan tingkah laku
menjawab
sosial
mengikuti
individu
dalam
mengenal
dan
behavior
pertanyaan;
mencakup
2)
perilaku
pelajaran; 3) menyelesaikan
mengadakan hubungan dengan sesama
tugas-tugas;
individu lain (dengan teman sebaya atau
aktivitas kelompok; 6) kerja mandiri; 7)
guru).
perilaku berdasarkan
Ragam
bentuk
interpersonal
4)
mengikuti
arahan;
5)
tugas; 8) tampil
behavior meliputi: 1) menerima otoritas; 2)
sebelum yang lain; serta 9) kualitas kerja
mengatasi konflik; 3) memperoleh/menarik
(Cartledge & Milburn, 1986).
perhatian; 4) memberi salam pada orang
lain;
5)
membantu
orang
lain;
6)
METODE
bercakap-cakap; 7) melakukan kegiatan
Penelitian
permainan; 8) bersikap positif terhadap
kuantitatif dengan metode studi deskriptif.
orang lain; 9) bermain secara informal;
Instrumen
serta 10) menjaga milik sendiri dan orang
penelitian ialah angket dalam bentuk
lain (Cartledge & Milburn, 1986).
force choice bagi orang tua siswa yang
anaknya
Self-Related
Behavior
(Perilaku
yang
menggunakan
yang
menjadi
Pengolahan
pendekatan
digunakan
sampel
penelitian.
data
penelitian
Berhubungan dengan Diri Sendiri)
menggunakan
Self-related behavior behavior (perilaku
teknik persentase dilengkapi penafsiran
yang berhubungan dengan diri sendiri)
dan pemaknaan sehingga didapatkan
yaitu bentuk perilaku yang menunjukkan
gambaran tentang keterampilan sosial
tingkah
siswa SD berlatar belakang pendidikan
laku
sosial
individu
terhadap
dirinya sendiri, yang tergambar melalui
perilaku-perilaku
sebagai
berikut:
analisis
dalam
statistik
prasekolah (TK dan non TK).
1)
[154]
dengan
Ipah Saripah & Lia Mulyani, Profil Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar…
Populasi penelitian ialah seluruh siswa kelas
HASIL DAN PEMBAHASAN
I SD Negeri Cijerokaso 1 dan 2 Bandung.
Profil Keterampilan Sosial Siswa SD Berlatar
Penarikan
Belakang TK dan Non TK
sampel
siswa
SD
berlatar
belakang non TK menggunakan teknik
Sesuai
dengan
sampel jenuh (sensus) sebanyak 15 orang.
sosial
Pengambilan sampel 15 orang siswa SD
didapat
berlatar belakang TK menggunakan teknik
menghasilkan profil keterampilan sosial
simple random sampling dengan jumlah
siswa SD Negeri Cijerokaso 1 dan 2
yang sama yakni sebanyak 15 orang.
Bandung berlatar belakang TK dan non TK
yang
klasifikasi
telah
keterampilan
dibuat,
skor
didistribusikan
yang
sehingga
seperti pada Diagram 1 berikut.
100.0%
90.0%
80.0%
70.0%
Rendah Sekali
60.0%
Rendah
50.0%
40.0%
Sedang
33.3% 33.3%
40.0%
Tinggi
30.0%
Tinggi Sekali
20.0%
10.0%
0.0%
TK
Non TK
Keterampilan Sosial
Diagram 1. Profil Keterampilan Sosial Siswa SD Berlatar belakang TK dan Non TK
Pada
Diagram
1
mayoritas
keterampilan sosial kualifikasi tinggi dan
keterampilan sosial siswa SD yang berasal
sedang. Artinya, selain sebagian besar
dari TK berada pada kualifikasi tinggi
siswa
(40.0%). Menggambarkan, sebagian besar
menguasai
siswa SD yang berasal dari TK, cenderung
mengarah kepada pencapaian optimal,
peduli
sebagian
terhadap
terlihat,
lingkungan
sekitar,
SD
berlatar
belakang
keterampilan
besar
untuk
non
sosial
TK
yang
masih
memerlukan
dapat
menunjukkan
memiliki keterampilan untuk mengadakan
penguatan
hubungan dengan orang lain melalui
perilaku-perilaku keterampilan sosial, baik
cara-cara yang dapat diterima, serta
kepada lingkungan, orang lain, diri sendiri,
menunjukkan tingkah laku sosial terhadap
maupun tugas.
diri sendiri dan tugas. Siswa SD yang
berasal
dari
non
TK,
menunjukkan
Profil keterampilan sosial siswa SD Negeri
persentase yang sama, yakni 33.3% pada
Cijerokaso 1 dan 2 Bandung berlatar
[155]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
belakang TK dan non TK tiap kategori
100.0%
90.0%
80.0%
70.0%
60.0%
50.0%
40.0%
30.0%
20.0%
10.0%
0.0%
disajikan pada Diagram 2 berikut.
73.3%
40.0%
40.0% 40.0%
46.7% 46.7%
Rendah Sekali
40.0%
33.3% 33.3%
Rendah
Sedang
Tinggi
Tinggi Sekali
TK
Non
TK
TK
Environmental
Behavior
Non
TK
Interpersonal
Behavior
TK
Non
TK
Self-Related
Behavior
TK
Non
TK
Task-Related
Behavior
Diagram 2. Profil Keterampilan Sosial Siswa SD Berlatar belakang TK dan Non TK Tiap Kategori
Diagram
2
menggambarkan
profil
mengadakan hubungan dengan sesama
berlatar
individu lain, mampu menunjukkan tingkah
belakang TK dan non TK pada tiap
laku sosial terhadap diri sendiri serta tugas,
kategori, yakni environmental behavior
namun
(perilaku
untuk
keterampilan
sosial
siswa
SD
terhadap
lingkungan),
masih
memerlukan
dapat
mengenal
interpersonal
behavior
(perilaku
memperlakukan
interpersonal),
self-related
behavior
Kategori
keterampilan
(perilaku yang berhubungan dengan diri
berlatar
belakang
sendiri),
dan
task-related
antaranya
(perilaku
yang
berhubungan
behavior
dengan
sedang,
tugas).
penguatan
lingkungan
berada
yakni
hidupnya.
sosial
non
dan
TK,
pada
siswa
SD
tiga
di
kualifikasi
environmental
behavior
(40.0%), interpersonal behavior (40.0%),
self-related behavior (46.7%), serta berada
Tiga kategori keterampilan sosial siswa SD
pada
berlatar
sekaligus
belakang
kualifikasi
tinggi,
behavior
(40.0%),
TK
berada
yakni
pada
interpersonal
self-related
kualifikasi
untuk
sedang
dan
tinggi
kategori
task-related
behavior (33.3%). Artinya, sebagian besar
behavior
siswa SD yang berasal dari non TK, masih
(46.7%), dan task-related behavior (40.0%),
memerlukan
serta satu kategori berada pada kualifikasi
mengenal
sedang,
lingkungan hidup, sesama individu lain,
yakni
kategori
environmental
contoh
dan
mampu
memperlakukan
behavior (73.3%). Dapat diartikan, secara
dan
umum siswa SD berlatar belakang TK
terhadap
cenderung
kemampuan menunjukkan tingkah laku
mampu
mengenal
dan
[156]
menunjukkan
untuk
dirinya
tingkah
laku
sendiri.
sosial
Pada
Ipah Saripah & Lia Mulyani, Profil Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar…
sosial terhadap tugas, siswa SD berlatar
Perhitungan uji beda dua rata-rata pada
belakang non TK selain sebagian besar
penelitian
dilakukan
membutuhkan penguatan, sebagian lain
perbedaan
keterampilan
mampu
siswa SD berdasarkan latar belakang TK
menunjukkan
tingkah
laku
sosialnya terhadap tugas.
untuk
melihat
sosial
antara
dan non TK. Hasil perhitungan uji beda dua
rata-rata menggunakan uji Mann-Whitney
Perbedaan
Keterampilan
Sosial
antara
(uji-U) melalui perangkat SPSS versi 16.0,
Siswa SD Berlatar Belakang TK dan Non TK
diperlihatkan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Hasil Uji Mann-Whitney Keterampilan Sosial Siswa SD Berlatar Belakang TK dan Non TK
Env_Behv
Int_Behv
Self_Behv
Mann-Whitney U
106
97.5
110.5
101.5
102.5
Wilcoxon W
226
217.5
230.5
221.5
222.5
-0.277
-0.624
-0.084
-0.461
-0.415
Asymp. Sig. (2-tailed)
0.782
0.533
0.933
0.645
0.678
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.806a
.539a
.935a
.653a
.683a
Z
Pada
Tabel
1
tampak
Soc_Skills
peluang
ditolak. Jika sig. < α (0,05), maka H1
(Asymp. Sig.) keterampilan sosial secara
diterima dan H0 ditolak), maka keputusan
keseluruhan ialah 0,678. Secara terpisah,
yang diambil ialah H0 diterima dan H1
keterampilan sosial kategori environmental
ditolak. Artinya, tidak terdapat perbedaan
behavior ialah memperoleh nilai sig. =
rata-rata keterampilan sosial antara siswa
0,782,
SD berlatar belakang TK dengan siswa SD
keterampilan
nilai
Task_Behv
sosial
kategori
interpersonal behavior memiliki nilai sig. =
berlatar belakang non TK.
0,533, keterampilan sosial kategori selfrelated behavior bernilai sig. = 0.933, dan
Selanjutnya,
nilai sig. untuk keterampilan sosial task-
sosial secara umum, kategori dan indikator
related behavior ialah 0,645. Mengacu
pada siswa SD Negeri Cijerokaso 1 dan 2
pada
Bandung yang berasal dari TK dan non TK
dasar
pengambilan
keputusan,
yakni dengan melihat Asymp. Sig. (Jika p-
rekapitulasi
keterampilan
disajikan pada Tabel 2 berikut ini.
value. ≥ α (0,05), maka H0 diterima dan H1
[157]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
Tabel 2. Rekapitulasi Keterampilan Sosial Siswa SD Berlatar Belakang TK dan Non TK secara
Umum, Kategori, dan Indikator
Jenis Keterampilan
Non TK
Kualifikasi
%
Kualifikasi
%
Keterampilan Sosial
Tinggi
40.0%
Tinggi & Sedang
33.3%
Environmental Behavior
Sedang
73.3%
Sedang
40.0%
Tinggi
66.7%
Rendah & Tinggi
46.7%
Rendah
53.3%
Tinggi
66.7%
Gerak Mengitari Lingkungan
Rendah Sekali
73.3%
Tinggi
46.7%
Interpersonal Behavior
Tinggi
40.0%
Sedang
40.0%
a.
Peduli Lingkungan
b.
Berkenaan dengan Keadaan
Darurat
c.
TK
a.
Menerima Otoritas
Tinggi
60.0%
Tinggi
46.7%
b.
Mengatasi Konflik
Sedang
46.7%
Rendah
40.0%
c.
Memperoleh atau menarik
Sedang
40.0%
Tinggi
53.3%
Rendah
40.0%
Tinggi
46.7%
Rendah
40.0%
Rendah
53.3%
Tinggi
60.0%
perhatian
d.
Memberi salam pada orang
lain
e.
Membantu orang lain
f.
Bercakap-cakap
Tinggi
53.3%
g.
Melakukan permainan
Tinggi
46.7%
h.
Bersikap positif terhadap orang
Rendah
53.3%
Rendah
53.3%
Tinggi
66.7%
Tinggi
53.3%
Tinggi
80.0%
Tinggi
60.0%
Tinggi
46.7%
Sedang
46.7%
lain
i.
Bermain secara informal
j.
Properti: Milik sendiri dan milik
orang lain
Self-related Behavior
Rendah, Sedang
& Tinggi
33.3%
a.
Menerima konsekuensi
Tinggi
40.0%
Tinggi
40.0%
b.
Perilaku beretika
Tinggi
60.0%
Tinggi
60.0%
c.
Mengungkapkan perasaan
Rendah Sekali
53.3%
d.
Sikap positif terhadap diri sendiri
Tinggi
40.0%
Sedang
40.0%
e.
Perilaku bertanggung jawab
Sedang
93.3%
Sedang
100.0%
f.
Peduli Diri
Tinggi
60.0%
Tinggi
53.3%
Tinggi
40.0%
Tinggi & Sedang
33.3%
Tinggi
53.3%
Tinggi
60.0%
Task-related Behavior
a.
Mengajukan dan menjawab
pertanyaan
Rendah Sekali,
Sedang & Tinggi
33.3%
b.
Perilaku mengikuti pelajaran
Tinggi
80.0%
Tinggi
46.7%
c.
Menyelesaikan tugas-tugas
Tinggi
66.7%
Tinggi
66.7%
d.
Mengikuti arahan
Sedang
100.0%
Sedang
66.7%
e.
Aktivitas kelompok
Rendah
60.0%
Tinggi
60.0%
[158]
Ipah Saripah & Lia Mulyani, Profil Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar…
TK
Jenis Keterampilan
Non TK
Kualifikasi
%
Kualifikasi
%
Tinggi
60.0%
Tinggi
60.0%
Sedang
80.0%
Sedang
80.0%
f.
Kerja mandiri
g.
Perilaku berdasarkan tugas
h.
Tampil sebelum yang lain
Tinggi
66.7%
Tinggi
53.3%
i.
Kualitas kerja
Tinggi
66.7%
Rendah & Tinggi
40.0%
sosial
Metode
Salah satu alasan tingginya keterampilan
keterampilan
sosial siswa SD berlatar belakang TK, ialah
pengajaran di TK dan kelompok bemain
karena siswa SD yang berasal dari TK
(KB)
mendapatkan stimulus dan kesempatan
bercakap-cakap, diskusi, tanya jawab,
untuk
mengucapkan
mengembangkan
keterampilan
pada
di
umumnya
TK.
ialah
syair,
tugas,
bercerita,
dramatisasi,
sosial di rumah maupun di TK sekaligus.
pemberian
Montessori (Hurlock dalam Syaodih, 2003,
demonstrasi, atau percobaan/eksperimen,
p. 8) menegaskan, periode anak usia tiga
pantomim, menyanyi, skolastik/calistung
sampai enam tahun merupakan periode
dan kinestetik, bermain, wisata bermain,
sensitif (masa peka), yakni periode suatu
kerja kelompok, gerak dan lagu, senam,
fungsi perlu dirangsang sehingga tidak
menari, serta permainan musik dan atraktif
terhambat perkembangannya. Anwar &
(Hidayat, 2003, p. 21). Dengan keadaan
Ahmad (2009, p. V) menambahkan, saat
baru
anak mencapai usia empat tahun, 80%
dihadapi
jaringan otaknya telah tersusun, dan akan
mengembangkan keterampilan sosial.
serta
metode
anak
di
praktik
langsung,
pengajaran
yang
TK,
mulai
anak
berkembang optimal apabila mendapat
rangsangan
dari
berupa
Tersebarnya keterampilan sosial siswa SD
pengalaman-pengalaman. Stimulus yang
berlatar belakang non TK pada kualifikasi
diterima
sebelumnya
tinggi dan rendah dengan masing-masing
memasuki TK lebih luas mencakup situasi
persentase 33.3%, mengisyaratkan anak
sekolah TK, sehingga keterampilan sosial
dapat
siswa TK cenderung tinggi. Di TK, anak
sosialnya di rumah atau keluarga. Seperti
“mau
siswa
tidak
luar
SD
yang
mau”
mengembangkan
mengembangkan
keterampilan
dituntut
untuk
yang diungkapkan Soekanto (1990, p. 23),
keterampilan
sosial
salah satu peranan keluarga batih (inti)
karena mulai bertemu dengan lingkungan
ialah
menumbuhkan
dasar-dasar
fisik, peran-peran serta aturan baru selain
kaidah-kaidah
yang ada di keluarganya.
sebagai wadah bagi manusia mengalami
pergaulan
hidup
bagi
dan
proses sosialisasi awal, yakni suatu proses
Ragamnya
menarik
metode
juga
pengajaran
merupakan
salah
yang
mempelajari
satu
dan
mematuhi
kaidah-
kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam
bentuk stimulus untuk mengembangkan
masyarakat.
[159]
Keterampilan
sosial
yang
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
diajarkan oleh orang tua kepada anak
sosial, atau bahkan tidak memiliki model
melalui
yang
proses sosialisasi
di
antaranya
dapat
penguasaan diri, penanaman nilai-nilai,
membina
serta
kerap
pengenalan
peran-peran
sosial
(Hamid, 2010).
dalam
dijadikan
kehidupan
contoh
sosial,
memunculkan
bersosialisasi.
dalam
sehingga
permasalahan
Artinya,
kapasitas
anggota keluarga dalam mengajarkan
Menyebarnya keterampilan sosial siswa SD
dan menjadi model keterampilan sosial di
berlatar belakang non TK pada kualifikasi
rumah amat berguna, terlebih Michelson
tinggi dan sedang disebabkan karena
(dalam Ma’ruf, 2010, p. 1) menegaskan,
kapasitas
keterampilan
anggota
“guru”
keluarga
yang
keterampilan
cenderung
mengembangkan
sosial
anak
di
berbeda-beda.
anggota
sebagai
merupakan
keterampilan yang tidak dapat diperoleh
rumah
sendiri, tetapi melalui proses belajar.
Kapasitas
keluarga
mengembangkan
sosial
dalam
keterampilan
Hasil
menunjukkan,
tidak
terdapat
perbedaan
anak bergantung pada pola kehidupan
keterampilan
sosial
keluarga yakni tingkat pendidikan dan
berlatar belakang TK dengan siswa SD
pekerjaan,
berlatar belakang non TK, baik secara
seperti
contoh
sosial
penelitian
yang
maupun
rata-rata
antara
tiap
siswa
kategori.
SD
diungkapkan Soekanto (1990, p. 25), pola
umum,
kehidupan keluarga batih (inti) pegawai
terdapatnya
negeri berbeda dengan keluarga ABRI,
keterampilan
dan selanjutnya juga berbeda dengan
berlatar belakang TK dan non TK secara
keluarga swasta.
umum, maupun kategori mengindikasikan
perbedaan
sosial
Tidak
rata-rata
antara
siswa
SD
tiga hal, yang akan diuraikan di bawah ini.
Pemahaman anggota keluarga dalam
mengembangkan
keterampilan
sosial
Karakteristik Kondisi Siswa Memengaruhi
anak juga berpengaruh. Berbeda antara
Keterampilan Sosial
keluarga yang paham dan mengajarkan
Kondisi siswa memiliki perbedaan satu
kepada
berinteraksi
sama lain, baik fisik maupun psikologis.
dalam konteks sosial, dengan keluarga
Alasan kondisi fisik mampu memengaruhi
yang kurang paham dan menganggap
keterampilan sosial ialah karena menurut
anak akan menguasai keterampilan sosial
Kartono (1995, p. 465), keterampilan (skill)
dengan sendirinya. Kurniati (2006, p. 113)
merupakan suatu kemampuan bertingkat
mengungkapkan,
tinggi
anak
cara-cara
banyak
anak
tidak
yang
memungkinkan
seseorang
pernah belajar tentang sikap yang dapat
melakukan satu perbuatan motorik yang
diterima lingkungannya, barangkali tidak
kompleks
dengan
diarahkan baik di rumah maupun di
ketepatan.
Artinya,
sekolah untuk dapat menguasai perilaku
mengandung unsur motorik, dan untuk
[160]
lancar
satu
disertai
keterampilan
Ipah Saripah & Lia Mulyani, Profil Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar…
dapat melakukan satu perbuatan motorik
19)
yang kompleks dengan lancar disertai
berempati
ketepatan
keterampilan
(keterampilan)
dibutuhkan
menjelaskan
bahwa
juga
kemampuan
berperan
sosial
dalam
terutama
dalam
kondisi fisik yang memadai. Cattel, et al.
keterampilan interpersonal seperti menjalin
(dalam Yusuf & Nurihsan, 2008, p. 21)
persahabatan
menambahkan, kemampuan belajar dan
dengan orang lain.
dan
mengatasi
konflik
penyesuaian diri individu dibatasi oleh
sifat-sifat inheren pada organisme individu
Kondisi psikologis lain yang memengaruhi
sendiri,
contohnya
(perawakan,
energi,
kemenarikannya),
intelektual
kapasitas
fisik
keterampilan sosial ialah perkembangan
kekuatan,
dan
kognitif dan bahasa. Dilihat dari segi
kapasitas
kognitif, Robinson & Garber (Fajar, 2007, p.
serta
(cerdas,
normal,
atau
1) menyatakan bahwa kemampuan sosial
terbelakang).
kognitif dapat memengaruhi keterampilan
sosial anak, seperti kemampuan melihat
Dilihat dari sisi psikologis, kondisi yang
dari perspektif orang lain (perspective
mempengaruhi
sosial
taking) dan kemampuan berempati. Pada
contohnya ialah emosi dan kemampuan
perkembangan bahasa, Suherman (2008,
berempati. Rubin, Coplan, Fox & Calkins
p. 185) mengungkapkan, pada masa SD
(dalam Fajar, 2007, p. 1) melaporkan
ditandai dengan perbendaharaan kata
penelitiannya, bahwa pengaturan emosi
yang
sangat membantu, baik bagi anak yang
sekolah, anak telah mampu menguasai
mampu
lancar
sekitar 2.500 kata, dan pada masa akhir
maupun yang tidak. Anak yang mampu
sekolah (sekitar usia 11 sampai 12 tahun)
bersosialisasi dan mengatur emosi, akan
anak telah mampu menguasai sekitar
memiliki keterampilan sosial yang baik.
5.000
Anak yang kurang mampu bersosialisasi
Sugandhi, 2011, p. 62).
namun mampu mengatur emosi, walau
bertambahnya
jaringan sosialnya tidak luas tetapi mampu
dan
bermain secara konstruktif dan mampu
mampu memperluas lingkungan sosialnya.
keterampilan
bersosialisasi
dengan
bertambah.
kata
Pada
(Syaodih
awal
dalam
Yusuf
&
Artinya, dengan
perbendaharaan
kemampuan
masa
berbahasa,
kata
anak
bereksplorasi saat bermain sendiri. Anak
yang mampu bersosialisasi namun kurang
Selain emosi, serta perkembangan kognitif
dapat mengontrol emosi, cenderung akan
dan bahasa, motivasi serta cara ”coba-
berperilaku agresif dan merusak. Anak
coba” (trial and error) juga memengaruhi
yang
dan
keterampilan sosial, seperti diungkapkan
lebih
Daeng (Syaodih & Agustin, 2008, p. 2.23),
berani
terdapat empat faktor yang berpengaruh
tidak
mampu
bersosialisasi
mengontrol
emosi,
cenderung
pencemas
dan
bereksplorasi.
Dilihat
kurang
dari
kemampuan
pada
berempati, Cartledge & Milburn (1986, p.
kemampuan
bersosialisasi
anak,
yaitu: 1) kesempatan bergaul dengan
[161]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
orang-orang sekitarnya dari berbagai usia
dengan teman sebaya memberi anak
dan latar belakang; 2) minat dan motivasi
standar
untuk
dan
kelompok sosialnya dan memberi anak
pengajaran dari orang lain, yang biasanya
sumber motivasi untuk mengikuti standar
menjadi ”model” bagi anak; 4) cara
perilaku
”coba-coba” (trial and error) yang dialami
ketidaksetujuan sosial.
bergaul;
3)
bimbingan
perilaku
yang
melalui
disetujui
oleh
persetujuan
dan
anak; dan 5) kemampuan berkomunikasi
yang baik.
Guna menjalani proses agar dapat sesuai
dan
Pengaruh
Teman
Sebaya
terhadap
sebaya
persetujuan
sosial,
anak kemudian saling meniru satu sama
Keterampilan Sosial
Teman
mendapatkan
lain. Meniru pada anak merupakan proses
dapat
memengaruhi
penting dalam pembentukkan tingkah
keterampilan sosial anak, karena dalam
laku, seperti yang dijelaskan oleh Mulyadi
proses
dan
(2008, p. 3), anak-anak senang meniru,
mulai
karena salah satu proses pembentukan
serta
tingkah laku anak diperoleh dengan cara
sebayanya.
meniru. Di SD, siswa yang berasal dari TK
Respon yang diberikan teman sebaya
bertemu dengan anak yang berasal dari
kepada
non
saling
mengenal
berhubungan,
anak
mempertimbangkan
penerimaan
dari
perilaku
akan
pandangan
teman
sosial
anak
berupa
TK.
Siswa
yang
dari
TK
penguatan positif atau negatif (positively
mengetahui
or negatively reinforce), dan penerimaan
keterampilan sosial pada satu indikator,
dari teman sebaya (socially acceptable)
dan siswa yang berasal dari non TK
menjadi unsur yang diperhatikan anak
mengetahui
dalam
keterampilan sosial pada indikator lainnya,
sosial,
mengembangkan
karena
selain
keterampilan
teman
sebaya
siswa
cara
berasal
mengembangkan
cara
kemudian
mengembangkan
saling
meniru
keterampilan
dan
merupakan teman dengan karakteristik
mengembangkan
sosial
dan irama perkembangan yang sejalan,
yang mampu mendapatkan penguatan
anak juga tidak ingin apabila sampai
positif (positively or negatively reinforce)
dijauhi teman karena perilaku sosialnya
dan dapat diterima secara sosial (socially
tidak dapat diterima. Pentingnya respon
acceptable).
positif dan penerimaan yang diberikan
teman sebaya juga dijelaskan Syaodih
Keterampilan
(2004, p. 8), bahwa pengaruh interaksi
dipelajari dan dimiliki siswa SD sehingga
teman sebaya terhadap perkembangan
antara keterampilan sosial siswa SD yang
perilaku
anak
pada
akhirnya
termasuk
tinggi.
berasal dari TK dan non TK tidak terdapat
interaksi
teman
perbedaan yang signifikan. Kesempatan
sebaya terhadap perkembangan perilaku
menjalin hubungan teman sebaya dan
sosial anak dapat terjadi karena interaksi
saling mempelajari perilaku membawa
Besarnya
sosial
sosial
pengaruh
[162]
Ipah Saripah & Lia Mulyani, Profil Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar…
keuntungan
bagi
keterampilan
sosial,
Kecenderungan
menyiapkan
anak
ke
seperti diungkapkan Syaodih (2004, p. 8),
arah ketercapaian kemampuan akademik
melalui interaksi dengan teman sebaya,
juga diketahui melalui laporan Mulyana
anak tidak saja mempunyai kesempatan
(2004, p. 46) yang mengutip pengamatan
untuk belajar tentang perilaku-perilaku
tim APEID dan UNESCO yakni, adanya
yang
kecenderungan
harus ditampakkan, tetapi
juga
salah
kaprah
dalam
mendapatkan kesempatan untuk orang
pendidikan prasekolah (TK) di Indonesia,
lain menilai perilaku anak. Hetherington &
karena
Parke (Fajar, 2007, p. 1) menambahkan,
(tuntutan orang tua dan masyarakat) dan
pemberian kesempatan pada anak untuk
pandangan
menjalin
teman
merupakan pendidikan prasekolah (pra-
sebaya merupakan media bagi anak
SD), maka fungsi TK lebih mengutamakan
untuk mencoba dan mengembangkan
penyiapan anak untuk memasuki SD.
hubungan
dengan
kuatnya
tekanan
pendidik
lingkungan
mengenai
TK
keterampilan sosial yang telah didapatnya
dari orang tua dan sekolahnya.
Kecenderungan
pada
mengarahkan
ketercapaian
akademik
anak
bukan
Kecenderungan Persiapan Ketercapaian
pada keterampilan sosial, pada dasarnya
Kemampuan Akademik di TK
didukung oleh faktor tuntutan masyarakat
Tidak terdapatnya perbedaan rata-rata
serta faktor tenaga kependidikan TK yang
yang signifikan antara keterampilan sosial
masih belum memenuhi kualifikasi. Dari
siswa SD berlatar belakang TK dan non TK
segi faktor tuntutan masyarakat (termasuk
disebabkan
orang tua), Anwar & Ahmad (2009, p. 56)
karena
pembelajaran
kecenderungan
dan
kegiatan
yang
mengemukakan, masih banyak orang tua
diberikan di TK lebih mengarah pada
belum
ketercapaian
kecakapan anak tidaklah hanya pada
kemampuan
akademik
sebagai persiapan masuk SD.
menyadari
perkembangan
tiga kemampuan akademis semata, yaitu
baca tulis dan hitung (calistung). Pada
Diungkapkan
oleh
Semiawan
(2003),
segi tenaga kependidikan yang masih
menjadi kenyataan di TK ataupun kelas
belum
awal
pengajaran
Mariyana (2007, p. 35) yang mengutip
pengetahuan yang tidak mantap. Artinya,
Data the UNESCO/OEDC Early Childhood
bukan
Policy Review Project, The Background
di
SD
adalah
terutama
keterampilan
untuk
dijelaskan
Report of Indonesia yakni, kualifikasi lulusan
dipergunakan pada taraf perkembangan
guru TK yang ada di Indonesia adalah:
lebih
pengetahuan
untuk
kualifikasi
kemudian
lanjut,
tertentu
memperoleh
memenuhi
melainkan
penjajakan
51%
lulusan
untuk
dihafalkan,
spesialisasi pendidikan TK, 10% SLTA atau
atau
pendidikan
SPG
dengan
diungkapkan secara berkala dalam ujian
SPG
tertentu.
spesialisasi TK, 30% berpendidikan empat
[163]
tanpa
SLTA
tambahan
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
tahun S1 dari berbagai jurusan, 6% dari
sesuai memperlihatkan perilaku kelas yang
program D2 PGTK, dan 4.1% dari program
lebih sesuai, kemampuan memimpin, serta
S1 pendidikan. Data
menggambarkan
kebiasaan belajar dan bekerja yang lebih
kualifikasi guru TK yang memadai dan
baik di kelas satu, dibanding siswa yang
sesuai
memasuki TK dengan tidak mengacu
dengan
bidang
pekerjaannya
hanya 6% dan hanya kualifikasi lulusan D2.
pada tahap perkembangan yang sesuai.
Tidak semua TK hanya berfokus pada
ketercapaian akademik. Penelitian yang
SIMPULAN
dilakukan Agustin (2006) di sebuah TK
Berdasarkan
hasil
penelitian
menghasilkan
pembahasan
yang
telah
data,
dari
delapan
dilakukan,
kecerdasan jamak yang dimiliki anak,
diperoleh
pada
Pertama, profil keterampilan sosial siswa SD
kecerdasan
interpersonal
yakni
simpulan
dan
berlatar
situasi sosial, anak menunjukkan perilaku:
berada pada kualifikasi tinggi, secara
a) senang bersosialisasi dengan teman
kategori yaitu: environmental behavior
sebaya; b) memiliki kemampuan menjadi
tergolong sedang, interpersonal behavior
pemimpin; c) memiliki empati kepada
termasuk
teman-temannya;
tergolong tinggi, dan task-related behavior
memiliki
banyak
menerapkan
yang
cenderung
teman.
proses
mengacu
d)
secara
self-related
umum
behavior
yang
termasuk tinggi. Profil keterampilan sosial
belajar-mengajar
siswa SD berlatar belakang non TK secara
pada
TK
tinggi,
TK
berikut.
kecerdasan yang berhubungan dengan
dan
belakang
sebagai
tahap
umum tinggi dan sedang, secara kategori
mampu
yaitu: environmental behavior tergolong
memperlihatkan hasil yang lebih baik
sedang, interpersonal behavior termasuk
terhadap perilaku anak di kelas satu,
sedang, self-related behavior tergolong
seperti diungkapkan Harts, et al. (Santrock,
sedang,
2004, p. 254): “In one study, the children
termasuk sedang dan tinggi. Kedua, Tidak
who
terdapat
perbedaan
appropriate kindergartens displayed more
keterampilan
sosial
appropriate classroom behavior and had
berlatar belakang TK dengan siswa SD
better conduct and better work and study
berlatar belakang non TK, baik secara
habits in the first grade than did the
umum, maupun tiap kategori.
perkembangan
semua
anak,
attended
developmentally
dan
task-related
antara
behavior
rata-rata
siswa
SD
children who attended developmentally
inappropriate kindergartens”.
REFERENSI
Agustin, M. (2006). Profil kecerdasan jamak
anak usia dini di TK Laboratorium
Universitas
Pendidikan
Indonesia.
Pedagogia (Jurnal Ilmu Pendidikan).
4(2), pp. 146-161.
Makna yang terkandung pada ungkapan
di atas ialah, pada sebuah penelitian,
anak
yang
mengacu
memasuki
pada
TK
dengan
perkembangan
yang
[164]
Ipah Saripah & Lia Mulyani, Profil Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar…
Anwar & Ahmad, A. (2009). Pendidikan
anak usia dini (panduan praktis bagi ibu
& calon ibu). Bandung: Alfabeta.
Pedagogia (Jurnal Ilmu Pendidikan).
5(1), pp. 35-46.
Mulyadi, S. (2008). Mengembangkan
Kreativitas Anak Sejak Usia Dini.
Makalah
pada
Seminar
Mengembangkan
Kreativitas
Anak
Sejak Usia Dini BEM KEMA Psikologi UPI.
Bandung.
Brigman, G. et al. (2001). Teaching children
school success skills. Journal Of
Educational Research. 92(6), pp. 323329.
(Online).
Tersedia:
http://www.studentsuccessskills.com/Bri
gman,%20Lane,%20Lane.%20Switzer,%2
0and%20Lawrence%2099.pdf
(10
Oktober 2010).
Mulyana, R. (Ed.) (2004). Membangun
bangsa melalui pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Cartledge, G. & Milburn, J. A. (1986).
Teaching social skills to children
(innovative approaches). 2nd edition.
New York: Pergamon.
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun
1990
tentang
Pendidikan
Dasar.
(Online).
Tersedia:
http://www.mappel.org/downloaddocument?gid=320 (10 Oktober 2010).
Fajar. (2007). Keterampilan sosial pada
anak
menengah
akhir
(Online).
Tersedia:
http://f4jar.multiply.com/journal/item/19
1/Keterampilan_Sosial_Pada_Anak_Me
nengah_Akhir (05 April 2011).
Santrock,
J.
W.
(2004).
Life-span
development. 9th Edition. New York:
McGraw-Hill.
Semiawan, C. R. (2003). Pengembangan
rambu-rambu belajar sambil bermain
pada pendidikan anak usia dini. Buletin
PADU: Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini
(Menu Pembelajaran PADU). 2(1), pp.
14-19.
Hamid, M. A. (2010). Pengaruh lingkungan
keluarga terhadap kepribadian anak.
(Online).
Tersedia:
http://www.uns.ac.id/data/sp4.pdfhttp:
//mustofaabihamid.blogspot.com/2010
/06/pengaruh-lingkungan-keluargaterhadap.html (20 Agustus 2011).
Soekanto, S. (1990). Sosiologi keluarga
(tentang ikhwal keluarga, remaja, dan
anak). Jakarta: Rineka Cipta.
Hidayat, H. (2003). Aktivitas mengajar anak
TK. Bandung: Katarsis.
Spodek, B. (1993). Handook of research on
the education of young children. New
York: Macmillan Publishing Company.
Kartono, K. (Ed.) (1995). Kamus lengkap
psikologi.
Jakarta:
Raja
Grafindo
Persada.
Suherman. (Ed.) (2008). Konsep & aplikasi
bimbingan dan konseling. Bandung:
Jurusan Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan
Universitas
Pendidikan
Indonesia.
Kurniati. E. (2006). Program bimbingan
untuk mengembangkan keterampilan
sosial
anak
melalui
permainan
tradisional. Pedagogia (Jurnal Ilmu
Pendidikan). 4(2), pp. 112-128.
Syaodih, E. & Agustin, M. (2008). Bimbingan
dan konseling untuk anak usia dini
(Modul). Jakarta: Universitas Tebuka.
Ma’ruf, H. (2010). Intervensi perilaku agresif
siwa
melalui
pembelajaran
keterampilan sosial dan emosional.
(Online).
Tersedia:
http://hidayahilayya.blogspot.com/2009/08/intervensiperilaku-agresif-aggressive_31.html (05
Oktober 2010).
Syaodih, E. (2003). Bimbingan di taman
kanak-kanak. Bandung: Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal
Pendidikan
Tinggi
Bagian
Proyek
Peningkatan
Pendidikan
Tenaga
Kependidikan.
Mariyana, R. (2007). Kompetensi guru
dalam
pembelajaran
berbasis
bimbingan di taman kanak-kanak.
[165]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
Syaodih, E. (2004). Peranan pengasuhan
orang tua, bimbingan guru, dan
interaksi teman sebaya terhadap
perkembangan perilaku sosial anak
taman kanak-kanak. Semarang: Unnes.
Undang-Undang
Republik
Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. (Online). Tersedia:
http://www.inherentdikti.net/files/sisdiknas.pdf (10 Oktober
2010).
Yusuf, S. & Nurihsan, A. J. (2008). Teori
kepribadian.
Bandung:
Remaja
Rosadakarya.
Yusuf, S. & Sugandhi, N. M. (2011).
Perkembangan peserta didik. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
[166]
Download