BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting dan harus segera ditangani. Menurut World Health Organisation (WHO), setiap tahun terdapat lebih dari tujuh juta penderita kanker payudara dan lima juta meninggal, hal ini dikarenakan penderita datang terlambat dengan stadium III dan IV (Hariwijaya dkk, 2007). Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia (16,85%), disusul kanker leher rahim (11,78%). Kanker tertinggi yang diderita wanita Indonesia adalah kanker payudara dengan angka kejadian 26 per 100.000 perempuan, disusul kanker leher rahim dengan 16 per 100.000 perempuan. Laporan terbaru dari International Agency for Research on Cancer (IARC) mengeksplorasi beban kanker secara global, yang diperkirakan akan menjadi penyebab kematian utama pada tahun 2010 (Tjandra, 2010). Sedangkan berdasarkan Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2011, kejadian Kanker Payudara di RSUD Buleleng berjumlah 27 kasus, RSUD Negara 10 kasus, RSUD Tabanan 21 kasus, RSUD Badung 56 1 2 kasus, RSUD Bangli 34 kasus, RSUD Gianyar 5 kasus, RSUD Klungkung 10 kasus, RSUD Karangasem 11 kasus, RSUP Sanglah 316 kasus, dan total 531 kasus (Dinkes Bali, 2011). Seiring dengan perubahan gaya hidup dan perubahan kondisi lingkungan, kemungkinan besar kanker payudara menyerang usia muda (<22 tahun). Berdasarkan data yang dihimpun oleh Bagian Onkologi RSUP Sanglah, pada bulan Januari 2007- April 2012, terdapat lima orang remaja yang berusia 13-22 tahun menderita tumor ganas payudara. Hal ini menunjukan bahwa pada usia remaja, gejala kanker payudara sudah semakin tinggi. Di Indonesia sekitar 30% pasien Kanker Payudara berusia kurang dari 40 tahun, paling muda berusia 20 tahun, sisanya 30-40 tahunan, (Samuel, 2012). Pada Tahun 2010 American Cancer Society mempublikasikan bahwa dari 207.090 kasus Kanker Payudara, 5-7% adalah wanita muda umur kurang dari 40 tahun (Seattle, 2012). Deteksi dini kanker payudara adalah program pemeriksaan untuk mengenali kanker payudara sewaktu masih berukuran kecil, dan sebelum kanker tersebut mempunyai kesempatan untuk menyebar, (Dixon dan Leonard, 2006). Dalam perkembangan teknologi dunia kedokteran, ada berbagai macam cara untuk mendeteksi adanya kelainan pada payudara, diantaranya dengan mammography, MRI (Magnetic Resonance Imaging), 3 ABVS (Automated Best Value System) dan USG payudara. Disamping itu ada juga cara yang lebih efisien dan dapat dilakukan sendiri yang dikenal dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Diperkirakan 95% wanita yang terdiagnosis pada tahap awal kanker payudara dapat bertahan hidup lebih dari lima tahun setelah diagnosis dan dapat menekan angka kematian sebesar 2530%, sehingga banyak dokter yang merekomendasikan agar para wanita menjalani SADARI, (Indira, 2010). SADARI merupakan salah satu langkah deteksi awal adanya tumor atau benjolan pada payudara yang akan lebih efektif jika dilakukan sedini mungkin ketika wanita mencapai usia reproduksi (Suryaningsih, 2009). Informasi yang benar diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan sehingga mampu mengubah sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab. Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk dan dipelajari sepanjang perkembangan. Sikap mampu berubah-ubah sesuai dengan lingkungan dan transisi emosi. Masa transisi emosi masih dialami oleh remaja untuk menemukan jati dirinya. Salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran remaja menurunkan kejadian kanker payudara adalah dengan meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku remaja putri tentang deteksi dini kanker payudara. Pendeteksian kanker payudara stadium awal sangat mudah dilakukan dengan SADARI. Pemeriksaan payudara sendiri dilakukan 7 hari setelah menstruasi bersih. 4 Dari hasil penelitian yang dilakukan Putri (2011), dengan judul Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang SADARI, menunjukkan bahwa dari 120 responden didapatkan, 10,83% responden dengan tingkat pengetahuan baik, 71,67% responden dengan pengetahuan kurang. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kurangnya informasi remaja putri tentang teknik SADARI. Semua informasi ini didapatkan melalui upaya kesehatan yaitu promosi kesehatan Promosi kesehatan dapat dilakukan melalui penyuluhan. Penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat. Penyuluhan memiliki banyak metode salah satunya metode ceramah. Metode ceramah cocok untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Berdasarkan hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terhadap 30 orang siswi kelas XI dengan metode wawancara, diperoleh hasil 23 dari 30 orang siswi tidak mengetahui tentang SADARI. Hanya 7 orang siswi yang mengetahui tentang SADARI sebatas kepanjangan dan pengertian SADARI dari sumber-sumber seperti internet dan brosur kesehatan, dan dari 30 orang tersebut, terdapat 5 orang yang mau melakukan SADARI. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti efek dari Penyuluhan terhadap Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Tentang Pemeriksaan 5 Payudara Sendiri (SADARI) Dalam Upaya Deteksi Awal Kanker Payudara Pada Siswi Di SMAN Mengwi Badung 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian di atas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu, “Apakah Penyuluhan Meningkatkan Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Dalam Upaya Deteksi Awal Kanker Payudara Pada Siswi Di SMAN Mengwi Badung”?. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Penyuluhan Meningkatkan Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Dalam Upaya Deteksi Awal Kanker Payudara Pada Siswi Di SMAN Mengwi Badung. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Penyuluhan SADARI dapat meningkatkan pengetahuan untuk deteksi awal Kanker Payudara pada siswi SMAN Mengwi Badung. 2. Penyuluhan SADARI dapat meningkatkan sikap untuk deteksi awal Kanker Payudara pada siswi SMAN Mengwi Badung. 6 3. Penyuluhan SADARI dapat meningkatkan perilaku untuk deteksi awal Kanker Payudara pada siswi SMAN Mengwi Badung. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Remaja Penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan dan pemahaman kepada para remaja mengenai cara mendeteksi dini kanker payudara sehingga remaja dapat mengetahui tindak lanjut yang akan dilakukan apabila menemukan kelainan pada payudaranya. 1.4.2 Bagi Petugas Kesehatan (Bidan Penyuluh) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada petugas kesehatan Puskesmas dalam meningkatkan kualitas kesehatan perempuan melalui pendidikan kesehatan tentang deteksi dini penyakit payudara dengan SADARI pada remaja untuk mendukung program pemerintah dalam upaya preventif dan promotif dalam mendeteksi secara dini penyakit payudara. 1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya Melalui penelitian ini diharapkan dapat menerapkan teori penelitian yang diperoleh di Institusi Pendidikan dalam menganalisa suatu masalah yang terjadi di masyarakat. 7 1.4.4 Bagi Institusi Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian untuk penelitian selanjutnya serta dapat menambah referensi di perpustakan.