Jurnal Kompilasi Ilmu Ekonomi - Journals | STIE Kesuma Negara

advertisement
ISSN. 2088-6268
Vol.3, No. 1, Juni 2011
ISSN 2088-6268
JURNAL
JURNAL KOMPILEK
KOMPILEK
Jurnal Kompilasi Ilmu Ekonomi
Jurnal Kompilasi Ilmu Ekonomi
Diterbitkan oleh Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) STIE Kesuma
Negara Blitar sebagai terbitan berkala yang menyajikan informasi dan analisa
Zubaidah Nasution/
RISIKO
SYARIAH
PADAmaupun
SEKTORakuntansi.
persoalan ANALISIS
ilmu ekonomi
baikPEMBIAYAAN
studi ekonomi,
manajemen
Achmad Saiful Ulum
EKONOMI
Anis Wulandari/ Fariyana
Kusumawati/ Siti
Latifatul Kamalia
PENGARUH NET PROFIT MARGIN, RETURN ON ASSETS, RETURN
Pelindung:
ON EQUITY, EARNING PERSHARE,
DEBT TO EQUITY RATIO,
Ketua
STIE
Kesuma
Negara Blitar
TERHADAP HARGA SAHAM PADA
PERUSAHAAN
SEKTOR
PROPERTY DAN REAL ESTATE DI BURSA EFEK INDONESIA
(BEI) TAHUN 2009-2013
Retno Murni Sari
AKUNTABILITAS PENGELOLAAN
ANGGARAN
Aris Sunandes
SE.,MMPENDAPATAN DAN
BELANJA DESA (APBDes) DI DESA BENDOSARI KECAMATAN
NGANTRU KABUPATEN TULUNGAGUNG
Moch. Wahyu Widodo/
Ismayantika Dyah
Puspasari
Pemimpin Redaksi:
Sekretaris Redaksi:
Vera
SE., Ak
PERBEDAAN LABA SEBELUMNoviana,
DAN SESUDAH
PENAMBAHAN
EXTRAORDINARY INCOME : ANALISIS PADA PERUSAHAAN LQ
45 TAHUN 2010-2011 Pelaksana Redaksi:
Siti Sunrowiyati, SE., MM
Andy Kurniawan/
Suyanto
PERAN RASIO KEUANGAN
DALAM
MENINGKATKAN
Sandi Eka
Suprajang
SE.,MM RETURN ON
ASSET PERUSAHAAN MANUFAKTUR PADA BURSA EFEK
INDONESIA
Penyunting:
Shara Merry Palupi/
Sandi Eka Suprajang
PENGARUH LINGKUNGAN, GAYA KEPEMIMPINAN DAN ROLE
IwanTERHADAP
Setya Putra,
SE.,
MM. Ak.
– STIE
KesumaPT
Negara
DEMANDS
JOB
STRESS
PADA
KARYAWAN
GRIYA
Yudhanta
Sambharakreshna
ASRI
MANDIRI
KOTA BLITAR SE.,Msi.,Ak – Universitas Trunojoyo
Noviana Anjarsari/
Siti Sunrowiyati
ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI PERSEDIAAN BAHAN BAKU
DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA PADA PR ALAINA
TULUNGAGUNG
Alamat Redaksi:
Dea Clara Valentina/
Yudhanta
Sambharakreshna
DAMPAK PENGELOLAAN MODAL KERJA TERHADAP KINERJA
Jl. Mastrip No. 59, Blitar, Jawa Timur - 66111
KEUANGAN PERUSAHAAN MENGGUNAKAN RETURN ON ASSET
(STUDI KASUS PADA PDAM TIRTA PENATARAN KABUPATEN
Telepon/Fax:
BLITAR)
Rony Ika Setiawan
PERSEPSI TENAGA KERJA LOKAL PADA INVASI TENAGA KERJA
ASING DI INDONESIA: TANTANGAN
MENGHADAPI
on-line:
MASYARAKAT EKONOMI
ASEAN
(MEA)
TAHUN 2015
http//www.stieken.ac.id
JURNAL KOMPILEK
Prof. Dr. H. Pudjihardjo, SE, MS – Universitas Brawijaya
Kampus STIE Kesuma Negara
(0342)802330 / (0342)813779
E-mail:
[email protected]
[Vol 7, No. 2]
Hal. 110 - 218
Desember 2015
Diterbitkan oleh:
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (LPPM)
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI KESUMA NEGARA BLITAR
Jl. Mastrip 59 Blitar 66111, Telp./Fax : (0342) 802330/813779
Email : [email protected]
[STIE KESUMA NEGARA BLITAR]
Vol.7, No. 2, Desember 2015
ISSN 2088-6268
JURNAL KOMPILEK
Jurnal Kompilasi Ilmu Ekonomi
Diterbitkan pleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)
STIE Kesuma Negara Blitar sebagai terbitan yang menyajikan informasi dan
analisa persoalan ilmu ekonomi, manajemen, maupun akuntansi.
Pelindung
Iwan Setya Putra, SE., Ak., MM.
Pemimpin Redaksi
Aris Sunandes, SE., MM.
Sekretaris Redaksi
Vera Noviana, SE., Ak.
Pelaksana Redaksi
Siti Sunrowiyati, SE., MM.
Sandi Eka Suprajang, SE., MM.
Penyunting
Tanto Askriyandoko Putro, SE., MM.
Reviewers:
Prof. Dr. HM. Pudjihardjo, SE, MS – Universitas Brawijaya
Iwan Setya Putra, SE., Ak., MM – STIE Kesuma Negara
Yudhanta Sambharakreshna SE., MSi., Ak – Universitas Trunojoyo
Alamat Redaksi:
Kampus STIE Kesuma Negara
Jl. Mastrip No. 59, Blitar, Jawa Timur – 66111
Telepon/Fax:
(0342) 802330 / (0342) 813788
on-line:
http//www.stieken.ac.id
E-mail:
[email protected]
ii
Vol.7, No. 2, Desember 2015
ISSN 2088-6268
JURNAL KOMPILEK
Jurnal Kompilasi Ilmu Ekonomi
Daftar Isi :
Zubaidah Nasution/
Achmad Saiful Ulum
ANALISIS RISIKO PEMBIAYAAN SYARIAH PADA SEKTOR
EKONOMI
(Hal. 110-122)
Anis Wulandari/ Fariyana
Kusumawati/ Siti
Latifatul Kamalia
PENGARUH NET PROFIT MARGIN, RETURN ON ASSETS, RETURN
ON EQUITY, EARNING PERSHARE, DEBT TO EQUITY RATIO,
TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN SEKTOR
PROPERTY DAN REAL ESTATE DI BURSA EFEK INDONESIA
(BEI) TAHUN 2009-2013
(Hal. 123-138)
Retno Murni Sari
AKUNTABILITAS PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA DESA (APBDes) DI DESA BENDOSARI KECAMATAN
NGANTRU KABUPATEN TULUNGAGUNG
(Hal. 139-148)
Moch. Wahyu Widodo/
Ismayantika Dyah
Puspasari
PERBEDAAN LABA SEBELUM DAN SESUDAH PENAMBAHAN
EXTRAORDINARY INCOME : ANALISIS PADA PERUSAHAAN LQ
45 TAHUN 2010-2011
(Hal. 149-155)
Andy Kurniawan/
Suyanto
PERAN RASIO KEUANGAN DALAM MENINGKATKAN RETURN ON
ASSET PERUSAHAAN MANUFAKTUR PADA BURSA EFEK
INDONESIA
(Hal. 156-162)
Shara Merry Palupi/
Sandi Eka Suprajang
PENGARUH LINGKUNGAN, GAYA KEPEMIMPINAN DAN ROLE
DEMANDS TERHADAP JOB STRESS PADA KARYAWAN PT GRIYA
ASRI MANDIRI KOTA BLITAR
(Hal. 163-175)
Noviana Anjarsari/
Siti Sunrowiyati
ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI PERSEDIAAN BAHAN BAKU
DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA PADA PR ALAINA
TULUNGAGUNG
(Hal. 176-188)
Dea Clara Valentina/
Yudhanta
Sambharakreshna
DAMPAK PENGELOLAAN MODAL KERJA TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PERUSAHAAN MENGGUNAKAN RETURN ON ASSET
(STUDI KASUS PADA PDAM TIRTA PENATARAN KABUPATEN
BLITAR)
(Hal. 189-201)
Rony Ika Setiawan
PERSEPSI TENAGA KERJA LOKAL PADA INVASI TENAGA KERJA
ASING DI INDONESIA: TANTANGAN MENGHADAPI
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) TAHUN 2015
(Hal. 202-218)
iii
Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 2 Desember 2015
ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI PERSEDIAAN BAHAN BAKU DAN
PENGARUHNYA TERHADAP LABA PADA PR ALAINA TULUNGAGUNG
Noviana Anjarsari
Siti Sunrowiyati
Program Studi Akuntansi STIE Kesuma Negara
Abstrak: Penulis melakukan penelitian dengan objek penelitian pada PR Alaina
Tulungagung. Dengan menggunakan variable penelitian yaitu : perlakuan akuntansi
persediaan bahan baku, mempengaruhi laporan laba rugi dan neraca perusahaan. Tujuan
penelitian adalah untuk menentukan besarnya nilai retur yang terjadi pada tahu 2012
sampai 2014 dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan. Dengan adanya pencatatan
retur menyebabkan beban pokok produksi dan biaya pokok produksi menjadi lebih rendah
jika dibandingkan sebelum pencatatan retur. Pencatatan retur ini akan menjelaskan
persediaan bahan baku yang sesuai dengan yang sebenarnya.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan antara laba bersih sebelum pencatatan
retur dan sesudah pencatatan retur. Laba bersih sebelum pencatatan retur lebih sedikit
dibandingkan dengan laba bersih setelah retur dicatat. Perbedaan ini dikarenakan beban
pokok produksi setelah pencatatan retur lebih rendah dari pada sebelum pencatatan retur.
Sehingga laba yang diperoleh setelah pencatatan retur akan lebih besar jika dibandingkan
dengan sebelum pencatatan retur. Laba tahun 2012 sebelum pencatatan retur sebesar Rp
Rp 288.947.975, setelah pencatatan retur sebesar Rp Rp 290.540.658. Selisih sebesar Rp
1.592.683. Laba tahun 2013 sebelum pencatatan retur sebesar Rp 414.202.961, setelah
pencatatan retur sebesar Rp 418.720.317. Terdapat selisish sebesar Rp 4.517.356. Laba
tahun 2014 laba bersih sebesar Rp 1.014.001.249, sedangkan untuk laba bersih setelah
pencatatan retur sebesar Rp 1.018.232.644. Terdapat selisih sebesar Rp 4.231.395. Dari
perhitungan jumlah neraca sebelum retur dicatat lebih rendah dari pada setelah retur
dicatat. Hal ini dikarenakan perbedaan jumlah persediaan antara sebelum pencatatan
retur dan sesudah pencatatan retur.
Kata kunci: Persediaan, Laporan Laba Rugi, Laporan Neraca
PENDAHULUAN
Dalam dunia bisnis sekarang ini
berkembang sangat pesat. Semakin
ketatnya persaingan dalam dunia bisnis,
menyebabkan perusahaan berlombalomba untuk mencapai tujuan masingmasing perusahaan, baik tujuan jangka
pendek maupun jangka panjang.
Pada
perusahaan
manufaktur
persediaan merupakan elemen yang
sangat penting, karena persediaan bahan
baku inilah yang menjadi bahan yang
akan diproses dari bahan mentah
menjadi barang jadi yang siap untuk
dipasarkan.
Persediaan mempunyai pengaruh
terhadap neraca dan laporan laba rugi.
Pencatatan persediaan atau penggunaan
suatu metode penilaian persediaan yang
dipakai
oleh
perusahaan
akan
mempengaruhi besarnya beban pokok
persediaan. Kesalahan dalam pencatatan
persediaan mulai dari bahan baku hingga
produk jadi akan berdampak pada nilai
persediaan produk yang tidak tepat dan
laba yang dihasilkan.
PR Alaina merupakan produsen
rokok yang memproduksi 5 merk rokok
kretek yang dipasarkan di beberapa
daerah. PR Alaina dalam melakukan
pembelian bahan baku masih mencatat
dalam buku harian. Hal ini berpengaruh
pada nilai persediaan bahan baku yang
digunakan. Sehingga berpengaruh pula
pada nilai persediaan produk jadi yang
176
berakibat pula pada beban pokok
penjualan serta mempengaruhi laba
yang dihasilkan.
PR Alaina masih melakukan pencatatan
dalam buku harian tidak dicatat secara
terperinci pada kartu persediaan. Selain
itu adanya pengembalian barang yang
rusak dari konsumen tidak dicatat
meskipun barang itu dalam jumlah yang
sedikit. Dari rokok retur tersebut diambil
tembakaunya saja, namun penambahan
tembakau dalam pemrosesan kembali
rokok tidak diperhitungkan secara jelas
dalam kartu persediaan sehingga akan
mempengaruhi
besarnya
persediaan
yang ada. Hal ini dapat mempengaruhi
laba
perusahaan
dan
dalam
pelaporannya. Adapun tujuan penelitian
adalah untuk mengetahui Perlakuan
Akuntansi Persediaan bahan baku yang
tepat untuk PR Alaina Tulungagung dan
pengaruhnya terhadap laba.
LANDASAN TEORI
Penelitian Terdahulu
1. Herlina Damayanti (2009) melakukan
penelitian dengan judul “Perlakuan
Akuntansi
Persediaan
Serta
Pengaruhnya Terhadap Neraca Dan
Laporan Laba Rugi (Studi Kasus Pada
Apotek
Prima
Husada
Blitar)”.
Berdasarkan hasil pengolahan data
dan pembahasan hasil penelitian
menunjukkan
bahwa
adanya
perbedaan
penggunaan
metode
Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 2 Desember 2015
a.
b.
c.
d.
2.
a.
b.
c.
d.
3.
a.
persediaan yaitu penggunaan metode
FIFO dan Metode LIFO. Harga
perolehan barang dagangan pada
Apotek Prima Husada cenderung
mengalami kenaikan. penggunaan
metode FIFO dan Metode LIFO :
Perlakuan
persediaan
dengan
menggunakan
metode
FIFO
mempunyai jumlah yang lebih besar
dari pada menggunakan metode Lifo,
hal ini karena metode FIFO lebih
mencerminkan harga barang yang
berlaku pada tanggal neraca.
Jumlah neraca dengan menggunakan
metode FIFO lebih besar daripada
LIFO. Selain itu metode LIFO harga
perolehan
persediaan
tidak
mencerminkan keadaan pada tanggal
neraca, dan aktiva lancar serta total
aktiva akan dilaporkan lebih rendah
dari harga yang berlaku pada tanggal
neraca.
Beban pokok penjualan metode FIFO
lebih rendah dibandingkan dengan
metode LIFO.
Penerapan
dengan
menggunakan
metode FIFO menimbulkan laba
bersih yang lebih besar dibandingkan
dengan menggunakan metode LIFO.
Vie Vie Sentosa (2001) melakukan
penelitian dengan judul “Evaluasi
Perlakuan
Akuntansi
Untuk
Persediaan
Dan
Pengaruhnya
Terhadap Laba Pada PT Maju Citra
Kemika Sentosa”. Kesimpulan yang di
dapat adalah :
Perusahaan
telah
melakukan
kesalahan dalam mencatat harga
perolehan
persediaan.
Hal
ini
disebabkan
karena
perusahaan
memasukkan
biaya-biaya
lainnya
dalam harga perolehan persediaan
yang
seharusnya
dicatat
dalam
perkiraan
biaya
operasional
perusahaan.
Kesalahan
pencatatan
harga
perolehan
persediaan
akan
berpengaruh
terhadap
kesalahan
pada harga pokok pembelian dan
penyusunan laporan rugi laba yang
akhirnya perusahaan tidak mampu
bersaing dalam hal harga.
Perusahaan
tidak
melakukan
perhitungan fisik atas persediaan
barang
sejak
barang
tersebut
disimpan di gudang sampai terjadinya
proses penjualan.
Kesalahan yang disebabkan karena
tidak adanya perhitungan fisik dan
kartu
persediaan,
maka
akan
mempengaruhi
besarnya
nilai
persediaan dan tingkat laba.
Fera Refita Layla Nurita (2013)
melakukan penelitian dengan judul
“Analisa Pengelolaan Persediaan dan
Pengaruhnya Terhadap Laba Pada
Anugerah Tani Srengat”. Kesimpulan
yang di dapat adalah :
Perlakuan
persediaan
dengan
menggunakan
metode
FIFO
mempunyai jumlah yang lebih besar,
karena dalam metode Average lebih
mencerminkan harga barang yang
berlaku pada tanggal neraca.
b. Pengaruh terhadap Beban pokok
penjualan per semester terdapat
hasil. Jumlah Beban Pokok Penjualan
dengan menggunakan metode FIFO
lebih tinggi dibandingkan dengan
menggunakan metode Average.
c. Diperoleh jumlah neraca dengan
menggunakan metode FIFO memiliki
jumlah yang lebih besar dibanding
dengan
menggunakan
metode
Average.
Dengan
menggunakan
metode Average harga perolehan
persediaan
tidak
mencerminkan
keadaan pada tanggal neraca, dan
aktiva lancar serta total aktiva akan
dilaporkan lebih rendah dari harga
yang berlaku pada tanggal neraca.
d. Penerapan
dengan
menggunakan
metode FIFO menimbulkan laba
bersih yang lebih besar dibandingkan
dengan menggunakan metode LIFO.
Persediaan
1. Pengertian Persediaan
Menurut Martani et al (2012:245)
“Persediaan merupakan salah satu
aset yang paling penting bagi suatu
entitas baik bagi perusahaan ritel,
manufaktur, jasa maupun entitas
lainnya.”
2. Tujuan persediaan
Menurut
Soemarso
(2005:274)
mengatakan
bahwa
tujuan
perusahaan mengadakan persediaan
adalah untuk memisahkan operasi
satu unit dari unit yang lain di dalam
perusahaan agar satu fungsi tidak
tergantung pada fungsi yang lain.
3. Klasifikasi Persediaan
Menurut
Rudianto
(2013:16)
persediaan
dalam
perusahaan
manufaktur dibedakan menjadi :
a. Persediaan bahan baku, yaitu bahan
dasar yang menjadi komponen utama
dari suatu produk.
b. Persediaan barang dalam proses,
yaitu bahan baku yang telah diproses
untuk diubah menjadi barang jadi
tetapi sampai pada tanggal neraca
belum selesai proses produksinya.
c. Persediaan barang jadi, yaitu bahan
baku yang telah diproses menjadi
produk jadi yang siap pakai dan siap
dipasarkan.
4. Penentuan kuantitas persediaan
Tujuan
penentuan
kuantitas
persediaan
menurut
Jusup
(2015:101) adalah untuk menetapkan
jumlah unit (satuan) persediaan yang
dimiliki perusahaan pada tanggal
neraca.
a. Perhitungan fisik persediaan
Perhitungan fisik persediaan meliputi
pekerjaan menghitung, menimbang,
atau mengukur tiap-tiap jenis barang
yang berada dalam perjalanan. Untuk
177
Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 2 Desember 2015
b.
5.
a.
b.
6.
memperkecil kemungkinan terjadi
kesalahan dalam perhitungan fisik
persediaan, sebaiknya perusahaan
menerapkan prosedur pengendalian
intern.
Barang Dalam Perjalanan
1) FOB (free on board)
Apabila syarat yang digunakan
FOB (free on board) shipping
point, maka pemilikan atas barang
akan berpindah ke tangan pembeli
pada
saat
pihak
pengangkut
menerima barang dari tangan
penjual.
2) FOB destinatin
Apabila FOB destinatin, maka hak
milik atas barang akan tetap
berada di tangan penjual sampai
barang diserahkan ke tangan
pembeli
oleh
perusahaan
pengangkut.
Metoda penetapan harga perolehan
Menurut Jusup (2015:103) harga
perolehan
meliputi
semua
pengeluaran yang diperlukan untuk
mendapat
barang
dan
menempatkannya dalam kondisi yang
siap untuk dijual.
Harga perolehan persediaan bisa
dipandang sebagai kumpulan harga
perolehan yang terdiri dari dua
elemen yaitu :
Harga perolehan persediaan awal
Harga perolehan barang yang dibeli
(pembelian) selama periode yang
bersangkutan.
Jumlah kedua elemen ini sama
dengan harga perolehan (beban
pokok) barang yang tersedia untuk
dijual. Untuk menentukan laba bersih
periode yang bersangkutan, maka
pada akhir periode harga perolehan
barang yang tersedia untuk dijual
harus dialokasikan menjadi harga
perolehan persediaan akhir dan harga
pokok penjualan. Langkah-langkah
pengalokasiannya adalah :
1) Tentukan
harga
perolehan
persediaan akhir
2) Harga perolehan persediaan akhir
dikurangkan
dari
harga
perolehan barang yang tersedia
untuk dijual
3) Harga pokok penjualan untuk
periode yang bersangkutan dapat
ditentukan.
Metode Penetapan Harga Perolehan
Atas dasar Aliran Fisik Sesungguhnya
Menurut Martani et al (2012:252)
berdasarkan metoda harga perolehan
atas dasar aliran fisik sesungguhnya
adalah dengan menggunakan metode
Identifikasi khusus biaya artinya
biaya-biaya
tertentu
yang
didistribusikan ke unit persediaan
tertentu. Berdasarkan metode ini
maka
suatu
entitas
harus
mengidentifikasikan
barang
yang
dijual dengan tiap jenis dalam
persediaan secara spesifik. Metode ini
178
7.
a.
b.
8.
a.
b.
9.
pada dasarnya merupakan metode
yang paling ideal karena terdapat
kecocokan
antara
biaya
dan
pendapatan (matching costagainst
revenue), tetapi karena dibutuhkan
pengidentifikasian barang persediaan
secara satu persatu, maka biasanya
metode ini hanya ditetapka pada
suatu
entitas
yang
memiliki
persediaan sedikit, nilainya tinggi,
dan dibedakan satu sama lain.
Metoda Penetapan Harga Perolehan
Atas Dasar Aliran Anggapan
Menurut Reeve (2009:348) metode
penetapan harga perolehan atas
dasar aliran anggapan menggunakan
beberapa metode yaitu :
Metode
masuk
pertama
keluar
pertama (first in first out FIFO)
Metode ini
mengasumsikan unit
persediaan yang pertama dibeli akan
dijual atau digunakan terlebih dahulu
sehingga unit yang tertinggal dalam
persediaan akhir adalah yang dibeli
atau diproduksi kemudian.
Metode Rata-rata Tertimbang
Martani et al (2012:254) metode
rata-rata
tertimbang
digunakan
dengan menghitung biaya setiap unit
berdasarkan
biaya
rata-rata
tertimbang dari unit yang serupa
pada awal periode dan biaya unit
serupa yang dibeli atau diproduksi
selama
satu
periode.
Untuk
menghitung biaya persediaan dengan
metode rata-rata tertimbang adalah
dengan rumus : harga perolehan
barang yang tersedia untuk dijual :
jumlah unit tersedia dijual = rata rata
tersedia per unit. Kemudian harga
perolehan rata-rata per unit dikalikan
dengan jumlah unit yang ada dalam
persediaan untuk menentukan harga
perolehan persediaan akhir.
Metode Biaya Persediaan dalam
Sistem Persediaan Perpetual
Metode FIFO
Menurut
Kieso,
Weygandt
dan
Warfield (2007:418) dalam metode
FIFO barang yang digunakan akan
keluar
sesuai
dengan
urutan
pembeliannya.
Pada
metode
ini
berasumsi
bahwa
barang
yang
pertama dibeli adalah barang yang
pertama di produksi. Jadi, persediaan
yang tersisa tersebut merupakan
barang yang dibeli paling akhir.
Metode Rata-rata
Reeve (2009:351) metode rata-rata
digunakan dalam system perpetual,
biaya unit rata-rata untuk setiap jenis
barang dihitung setiap kali terjadi
pembelian. Kemudian, biaya unit ini
digunakan untuk menghitung biaya
setiap penjualan sampai pembelian
lain dilakukan dan biaya rata-rata
baru dihitung. Teknik rata-rata seperti
ini disebut rata-rata bergerak.
Perbedaan antara metode FIFO dan
metode Rata-rata tertimbang
Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 2 Desember 2015
Menurut Siregar (2013:126) jika
terjadi
perubahan
harga
input
manufakfur dari satu periode ke
periode
berikutnya,
FIFO
menghasilkan biaya per unit yang
lebih akurat (sehingga lebih terkini)
daripada
metode
rata-rata
tertimbang. Biaya per unit yang lebih
akurat berarti pengendalian biaya
yang lebih baik, keputusan penentuan
harga yang lebih baik dan lain-lain.
Namun, jika suatu periode sangat
pendek seperti satu minggu atau satu
bulan biaya per unit yang telah
dihitung dengan kedua metode ini
tidak jauh beda. Dalam hal ini,
metode FIFO kurang menguntungkan
daripada
metode
rata-rata
tertimbang.
10. Biaya persediaan
Menurut Martani et al (2012:249)
“Biaya persediaan meliputi semua
biaya pembelian, biaya konversi, dan
biaya lain yang timbul sampai
persediaan berada dalam kondisi dan
lokasi saat ini.
11. Jenis dan pengelompokkan biaya
Menurut Rudianto (2013:16) biaya
dalam
perusahaan
manufaktur
dikelompokkan
menjadi
beberapa
kelompok
menurut
spesifikasi
kegunaannya, yaitu : Biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung,
dan biaya overhead seperti : biaya
bahan penolong, biaya tenaga kerja
penolong, biaya pabrikase lain (biaya
pemasaran, biaya administrasi dan
umum)
12. Dampak
kesalahan
akuntansi
persediaan
Menurut Kartikahadi et al (2012:288)
mengatakan akuntansi persediaan
berperan penting terhadap kewajaran
laporan keuangan. Kesalahan dalam
akuntansi pembelian, penjualan, dan
persediaan akhir akan mempunyai
dampak atas laporan posisi keuangan
(neraca) dan perhitungan laba rugi.
13. Perhitungan beban pokok Produksi
Menurut Hansen (2013:62) pada
akhir periode akuntansi dihitung
harga pokok bahan baku yang telah
digunakan dalam proses produksi
serta biaya lain yang menunjang
dalam
kegiatan
produksi.
Perhitungannya laporan laba rugi
sebagai berikut :
Tabel 1.
Laporan Beban pokok Produksi
Persediaan Barang dalam Proses awal
Biaya Produksi :
Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik :
Biaya Bahan Baku Penolong
xxx
Biaya Tenaga Krja Tak Lngsng
xxx
Biaya Listrik Pabrik
xxx
Biaya Bahan Bakar/LPG
xxx
Biaya Pmlihran dan Reprsi msn
xxx
Biaya Peralatan Pabrik
xxx
Total BOP
Jumlah Biaya Produksi
Persediaan brang dlm proses akhir
Beban Pokok Produksi
Neraca
1. Pengertian neraca
Menurut
Kieso,
Weygandt
dan
Warfield
(2007:190)
mengatakan
neraca atau laporan posisi keuangan
melaporkan aktiva, kewajiban, dan
ekuitas pemegang saham perusahaan
bisnis pada suatu tanggal tertentu.
2. Penggolongan pos-pos neraca
Menurut
Kieso,
Weygandt
dan
Warfield (2007:193) penggolongan
pos pos neraca adalah sebagai berikut
: aktiva lancar, aktiva tidak lancar,
kewajiban
(kewajiban
lancar,
kewajiban jangka panjang) , ekuitas.
Laporan Laba Rugi
1. Pengertian laba
Menurut Nafarin (2007;132) laba
(income)
merupakan
perbedaan
antara pendapatan dengan dengan
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
keseimbangan
biaya-biaya
dan
pengeluaran untuk periode tertentu.
2. Pengertian laporan laba rugi
Menurut
Kieso,
Weygandt
dan
Warfield (2007:140) Laporan laba
rugi adalah laporan yang mengukur
keberhasilan
operasi
perusahaan
selama periode waktu tertentu.
3. Kegunaan laporan laba rugi
Menurut
Kieso,
Weygandt
dan
Warfield (2007:140) kegunaan dari
laporan laba rugi adalah :
a. Mengevaluasi kinerja masa lalu
perusahaan,
b. Memberikan
dasar
untuk
memprediksi kinerja masa depan.
c. Membantu menilai risiko atau
ketidakpastian pencapaian arus
kas masa depan.
4. Unsur-unsur laporan laba rugi
Menurut
Kieso,
Weygandt
dan
Warfield (2007:143) unsur utama
179
Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 2 Desember 2015
laporan laba rugi adalah
berikut
:
Pendapatan,
Keuntungan, dan Kerugian.
sebagai
Beban
Hubungan
Perlakuan
Akuntansi
Persediaan terhadap Laba
Dengan adanya Perlakuan Akuntansi
Persediaan pencatatan persediaan bahan
baku dapat dilakukan dengan baik dan
tepat.
Sehingga
menghasilkan
pencatatan yang sesuai dengan nilai
persediaan
bahan
baku
yang
sebenarnya. Karena nilai persediaan
bahan baku ini akan mempengaruhi laba
perusahaan dan dalam pelaporannya.
METODE PENELITIAN
Definisi Operasional Variabel
Untuk
menghindari
adanya
perbedaan persepsi antara penulis dan
pembaca, maka perlu adanya uraian
definisi variabel variabel yang digunakan
yaitu sebagai berikut :
1. Perlakuan Akuntansi Persediaan
Perlakuan persediaan adalah cara
yang digunakan untuk pengukuran,
pengakuan dan pelaporan persediaan
untuk mencapai tujuan perusahaan.
Perlakuan
persediaan
dengan
menggunakan metode yang berbeda
akan memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap laporan laba rugi
dan neraca.
2. Laba
Laba adalah selisih antara pendapatan
yang diperoleh setelah dikurangi
dengan beban atau biaya yang
digunakan dalam kegiatan usaha.
Populasi Penelitian dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam
penelitian adalah laporan Keuangan dan
data-data
yang
terkait
dengan
Persediaan Bahan Baku sedangkan
sampel yang digunakan adalah data-data
yang terkait dengan Persediaan Bahan
Baku dan laporan keuangan tahun 2012
sampai tahun 2014.
Jenis Penelitian
1. Jenis penelitian adalah kuantitatif
karena data yang diperoleh dari PR
Alaina
Tulungagung
bersifat
sistematis dan berupa angka-angka
yang berhubungan dengan masalah
yang diajukan oleh penulis.
2. Jenis data yang digunakan adalah
data primer yaitu data yang langsung
diperoleh
dari
PR
Alaiana
Tulungagung, yaitu berupa data
persediaan.
3. Sumber data yang digunakan adalah
sumber data primer karena data
diambil langsung dari perusahaan
yang berasal dari bagian terkait
dengan kegiatan persediaan.
Metode Pengumpulan Data
Dalam
penelitian
ini,
180
metode
pengumpulan data yang digunakan
peneliti antara lain:
1. Wawancara atau interview
Merupakan pengumpulan data secara
langsung
berkomunikasi
dengan
responden pihak perusahaan yaitu PR
Alaina
Tulungagung.
Interview
dilakukan untuk mengetahui data
tentang kebijaksanaan perusahaan
berkaitan dengan persediaan bahan
baku.
2. Dokumentasi
Untuk
metode
ini
peneliti
mengadakan
penelitian
dengan
melihat dokumentasi yang berkaitan
dengan masalah instansi yang terkait.
Dokumen tersebut meliputi :Kartu
persediaan, Laporan Beban Pokok
Produksi dan Laporan Laba Rugi dan
Neraca
Teknik Analisis Data
1. Mengidentifikasi
pengakuan
persediaan bahan baku.
2. Menganalisa beban pokok produksi
Menganalisa perhitungan persediaan
bakan baku setelah akibat terjadinya
pengembalian barang (retur) yang
terjadi untuk tahun 2012, tahun 2013
dan tahun 2014.
3. Menganalisa pengaruhnya Laporan
Biaya Produksi.
4. Menganalisa pengaruhnya terhadap
Laporan Laba Rugi
5. Menganalisa pengaruhnya terhadap
Laporan Neraca
6. Kesimpulan
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dimulai bulan
November 2014 sampai dengan bulan
Mei 2015. Penelitian ini dilakukan di PR
Alaina yang beralamat di dsn. Ngantru
RT. 02 RW. 03 Ds. Ngantru Kec. Ngantru
Tulungagung.
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum
1. Sejarah berdirinya perusahaan
PR Alaina merupakan perusahaan
manufaktur
yang
bergerak
dalam
produksi rokok kretek.
PR Alaina
didirikan pada tahun 2006 oleh bapak KH
Amu
Sugito
dengan
nomor
SIUP.503.3/0027/601/2013.
Namun
dalam pelaksanaan kegiatan produksi
dijalankan oleh orang kepercayaan beliau
yaitu bapak Lilik Warsito. Awal berdirinya
perusahaan rokok ini adalah untuk
memberikan lapangan pekerjaan kepada
para santri. Karena bapak KH Amu
Sugito merupakan pendiri sekaligus
peimimpin pondok, sehingga awal mula
berdiri pabrik rokok ini karyawan hanya
para santri pondok, yang memproduksi
rokok dalam jumlah kecil. Tetapi seiring
berjalannya waktu terjadi perkembangan
yang cukup baik serta peningkatan
permintaan
pasar
yang
semakin
Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 2 Desember 2015
meningkat
sehingga
membutuhkan
produksi rokok yang lebih banyak. Agar
mampu
memenuhi
kebutuhan
konsumen, maka perusahaan membuka
lapangan pekerjaan bagi masyarakat
disekitar pabrik.
PR
Alaina
sekarang
mampu
memproduksi rokok yang banyak dan
memproduksi rokok kretek dengan merk
Fajar Berlian. Dalam dunia usaha setiap
perusahaan
pasti
akan
memiliki
hambatan dan persaingan yang sejenis
seperti pabrik rokok lain serta merk
rokok lain yang menjadi saingannya.
Oleh karena itu perusahaan rokok Alaina
harus mampu
mengatasi segala
masalah dan hambatan yang timbul.
Selain itu perusahaan harus mampu
meningkatkan
kualitas
rokok
yang
mengutamakan
kepuasan
konsumen
serta mampu bersaing dengan rokok
merk lain.
2. Tujuan perusahaan
a. Tujuan jangka pendek
Adalah tujuan yang ingin dicapai oleh
perusahaan dalam waktu satu tahun.
Tujuan jangka pendek ini antara lain :
1) Melakukan
kegiatan
produksi
seefesien mungkin
2) Meningkatakan kualitas hasil dari
produksinya
3) Meningkatkan laba dan jumlah
penjualan
serta
meningkatan
produktivitas kerja karyawan.
b. Tujuan jangka panjang
1) Menjaga
kelangsungan
hidup
perusahaan
2) Meningkatkan
dan
mengembangkan perusahaan
3) Menjaga nama baik perusahaan di
sekitar pabrik maupun dengan luar
pabrik.
3. Lokasi perusahaan
Pemilihan
lokasi
perusahaan
merupakan suatu faktor yang penting
dalam
kegiatan
operasinal
suatu
perusahaan.
Hal
ini
karena
mempengaruhi
perusahaan
dalam
memenuhi permintaan pasar dan para
konsumen. Jadi perusahaan memilih
lokasi yang berada di Lingkungan Pondok
Desa Ngantru RT 02 RW 03 Ngantru
Kecamatan
Ngantru
Kabupaten
Tulungagung.
4. Struktur Organisasi
Pemilik
Kepala Pabrik
Bagian Kantor
Bagian Produksi
Bagian Adm.
Dan Keuangan
Pengawasan
Bagian
Marketing
Sales
Bagian
Mekanik
Driver
Pencampuran
Pelaporan
Reparasi
Mesin
Penggilingan
Pengadaan
Bahan Baku
Packing
Sumber : PR Alaina Tulungagung
Gambar 1.
Struktur Organisasi PR Alaina Tulungagung
5. Jam Kerja
Jam kerja yang berlaku pada PR
Alaina adalah sebagai berikut :
a. Sabtu – Kamis: 07.00 - 15.30
b. Istirahat : 11.30 – 12.30
c. Hari Jumat : Libur
6. Produksi
a. Bahan yang digunakan
Bahan bahan yang digunakan dalam
proses kegiatan produksi PR Alaina
yang terdiri dari bahan baku dan
bahan penolong seperti berikut
No.
1
2
1) Bahan
utama
tembakau,
Cengkeh,Saos
2) Bahan penolong seperti Ambri,
Etiket, Lem, Karton, Kertas Bal,
Kertas Slop dan plastik Opp.
b. Peralatan yang digunakan
Terdapat peralatan yang digunakan
dalam proses produksi pembuatan
rokok. Mesin Rajang, Mesin Molen,
Alat Giling, dan Gunting.
c. Produk
yang
dihasilkan
Tabel 2.
Harga Rokok Per Pack PR Alaina
Nama Merk Rokok
Harga
Fajar Berlian Biru
Rp 3.850
Fajar Berlian Ungu
Rp 4.500
181
Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 2 Desember 2015
3
Fajar Berlian Coklat
4
Fajar Berlian Hijau
5
Jati Mulyo
Sumber : PR Alaina
Rp 3.600
Rp 4.000
Rp 5.000
d. Proses produksi
Tembakau
Perajangan
Tembakau
Tembakau
di disporator
Cengkeh
Perajangan
Cengkeh
Pengeringan
Cengkeh
Siap
dipasarkan
Pengemasan
rokok
Pemberian Saos
ke I dan ke II
Pengadukan
(pencampuran)
Tembakau dan
Cengkeh
Penggilingan
rokok
Sumber PR Alaina
Gambar 2.
Proses Produksi PR Alaina
e. Pemasaran
Pada PR Alaina dalam melaksanakan
aktifitas penjualan hasil produksi,
menggunakan sistem kredit dan
tunai, dimana untuk kredit jika waktu
yang diberikan berkisar satu minggu
sampai
satu
bulan
untuk
pengembaliannya, atau jika rokok
dinilai rusak dalam jangka waktu
yang
telah
disepakati
oleh
dikembalikan ke perusahaan. Dalam
memasarkan produksinya perusahan
perlu mempertimbangkan kwalitas
produksi,
pelayanan
yang
memuaskan,
dan
harga
yang
terjangkau.
Perusahaan
ini
memasarkan produknya di wilayah
Tulungagung dan sekitarnya dan
beberapa wilayah, seperti wilayah
Jawa Timur (Malang, Blitar, Kediri,
Tuban dan Madura), untuk wilayah
Sumatera (Lampung), dan wilayah
Kalimantan (Banjarmasin).
7. Informasi Keuangan
a. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi pada PR Alaina
Tulungagung untuk tahun 2012,
tahun
2013
dan
tahun
2014.
Tabel 3.
PR. Alaina Tulungagung
Laporan Laba Rugi
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2012
Rp 7.635.795.900
Penjualan
Bban pkok pnjualan
Pers. brng jadi awal
Bban pkok prduksi
Brng trsedia untk dijual
Pers. brang jadi akhir
Jumlah bbn pokok pnjulan
Laba kotor penjualan
Biaya adm dan umum
Biaya Praltan Kntor
Biaya Bonus
Biaya Admin Bank
Biaya Prbaian Kenda
Biaya Pjk Kndraan
Biaya Telepon
Biaya Srgm & Klndr
Biaya Peny. Kndran
Biaya Peny. Bngnan
Biaya Peny. Alat
Biaya Alt Tls/Fc/Obt
Biaya Uji Air Lmbh
Biaya Pmbngnan
Biaya Smbangan
Biaya Promosi
Biaya Pajk Pnjualn
182
Rp
Rp
Rp
Rp
33.987.000
4.079.456.956
4.113.443.956
(100.518.000)
Rp(4.012.925.956)
Rp 3.622.869.944
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
8.207.750
55.945.000
610.000
5.701.400
4.610.900
1.575.000
5.400.000
62.375.000
3.750.000
4.562.500
8.762.380
900.000
52.807.300
4.206.000
48.995.000
3.002.543.434
Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 2 Desember 2015
Biaya BBM/Tol/Park
Biaya Kaos
Jmlh Biaya Adm & Umm
Laba Bersih
Rp
Rp
54.285.305
8.685.000
Rp(3.333.921.969)
Rp 288.947.975
Sumber : Bagian Keuangan PR. Alaina Tulungagung, 2012
Tabel 4.
PR. Alaina Tulungagung
Laporan Laba Rugi
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2013
Penjualan
Rp 8.063.461.750
Beban pokok penjualan
Pers. barang jadi awal
Rp 100.518.000
Beban pokok produksi
Rp4.262.963.754
Brng tersedia untuk dijual
Rp4.363.481.754
Pers. barang jadi akhir
Rp (60.690.000)
Jumlah harga pokok penjualan
Rp (4.302.791.754)
Laba kotor penjualan
Rp 3.760.669.996
Biaya administrasi dan umm
Biaya Bonus
Rp
60.045.000
Biaya Admin Bank
Rp
5.000
Biaya Perbaikan Kndraan
Rp
10.004.700
Biaya Pajak Kendaraan
Rp
6.067.000
Biaya Telepon
Rp
3.550.700
Biaya Sragm dan Klender
Rp
18.976.000
Biaya Penyu. Kendaraan
Rp
75.875.000
Biaya Penyu. Bangunan
Rp
3.750.000
Biaya Penyusutan Mesin
Rp
4.562.500
Biaya Alat Tulis/Fc/Obat
Rp
10.141.400
Biaya Konsumsi
Rp
11.877.200
Biaya Sumbangan
Rp
1.689.500
Biaya Promosi
Rp
68.285.500
Biaya Pajak Penjualan
Rp3.015.738.814
Biaya BBM / Tol / Parkir
Rp
47.307.421
Biaya Kaos
Rp
5.448.300
Biaya Banner dan Stiker
Rp
3.143.000
Jmlh Biaya Adm dan Umum
Rp (3.346.467.035)
Laba Bersih
Rp
414.202.961
Sumber : Bagian Keuangan PR. Alaina Tulungagung, 2013
Tabel 5.
PR. Alaina Tulungagung
Laporan Laba Rugi
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2014
Penjualan
Rp11.078.923.650
Bban pkk penjualan
Pers. brng jd awl
Rp
60.690.000
Bbn pkk prduksi
Rp5.968.929.824
Brng trsdia tuk djual
Rp6.029.619.824
Pers brng jd akhir
Rp(377.437.000)
Jmlh bbn pkk pnjualn
Rp(5.652.182.824)
Laba kotor penjualan
Rp 5.426.740.826
Biaya adm & umm
Biaya Prltn Kntr
Rp
25.784.650
Biaya Bonus
Rp
81.457.500
Biaya Admin Bank
Rp
15.000
Biaya Perbkn Kndran
Rp
21.307.975
Biaya Pjk Kndran
Rp
5.498.000
Biaya Telepon
Rp
1.210.730
Biaya Srgm & Klndr
Rp
10.455.500
Biaya Peny Kndran
Rp
36.000.000
Biaya Peny Bngunn
Rp
3.750.000
Biaya Peny Alat
Rp
4.562.000
Biaya Alt Tls/Fc/Obt
Rp
15.734.230
Biaya Konsumsi
Rp
12.265.720
Biaya Sumbangan
Rp
30.457.000
Biaya Promosi
Rp
21.025.670
183
Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 2 Desember 2015
Biaya Pjk Pnjualn
Rp4.008.887.952
BiayaBBM/Tol/Park
Rp
80.188.000
Biaya Kaos
Rp
30.669.700
Biaya Bner & Stikr
Rp
23.469.950
Jmlh Biaya Adm & Umm
Laba Bersih
Sumber : Bagian Keuangan PR. Alaina Tulungagung, 2014
Hasil Analisa Data
1. Mengidentifikasi
pengakuan
persediaan bahan baku.
Mengidentifikasi
pengakuan
persediaan bahan baku di PR Alaina
Tulungagung
dapat
dilihat
dari
kebijakan
perusahaan.
Adapun
pencatatan transaksi persediaan di PR
Alaina Tulungagung adalah sebagai
berikut :
a) Pencatatan transaksi
Pencatatan transaksi dilakukan secara
manual
(belum
terkomputerisasi)
perhari.
b) Pencatatan persediaan
Pencatatan
persediaan
dilakukan
secara perpetual setiap ada transaksi
pemasukan
dan
pengeluaran
(pemakaian) bahan baku.
c) Periode akuntansi
Penetapan periode akuntansi dimulai
pada tanggal 1 Januari dan berakhir
pada tanggal 31 Desember.
2. Analisa
Pengakuan
terhadap
persediaan bahan baku
Setelah
dilakukan
analisa
data
terdapat
kesalahan
yaitu
dalam
pengakuan persediaan bahan baku.
Pada bulan April dan Oktober terjadi
retur yang tidak dicatatat oleh
perusahaan. Padahal retur tersebut
oleh perusahaan digunakan kembali
Rp(4.412.739.577)
Rp 1.014.001.249
sebagai bahan baku.
3. Menganalisa beban pokok produksi
Akibat dari perbedaan jumlah bahan
baku antara sebelum retur dicatat dan
sesudah retur dicatat dari tahun
2012, 2013 dan 2014, akan berakibat
pula pada beban pokok produksinya
untuk setiap tahun. Tahun 2012
sebesar Rp 4.077.863.873, tahun
2013 Rp 4.258.446.398, tahun 2014
Rp 5.964.698.829.
4. Analisa Biaya Produksi
Analisa biaya produksi pada PR Alaina
pada tahun 2012, tahun 2013 dan
tahun 2014. Akibat dari penambahan
retur
bahan
baku
tembakau
berpengaruh pula pada biaya produksi
pada
tahun
2012
sesar
4.060.900.480,
tahun
2013
Rp4.536.749.880 dan tahun 2014 Rp
6.281.283.326.
5. Analisis
Pengaruhnya
terhadap
Laporan Laba Rugi
Dari analisis biaya pokok produksi
untuk tahun 2012, tahun 2013 dan
tahun
2014
setelah
adanya
pencatatan retur terlihat bahwa beban
pokok produksi lebih rendah hal ini
berpengaruh
pada
laba
yang
dihasilkan oleh perusahaan. Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 6.
PR. Alaina Tulungagung
Laporan Laba Rugi
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2012
Penjualan
Rp 7.635.795.900
Beban pokok penjualan
Pers. brng jd awal
Rp 33.987.400
Bbn pkk prodksi
Rp4.077.863.873
Brng trsdia tuk djual
Rp4.111.851.273
Pers. brng jd akhir
Rp(100.518.000)
Jmlh bbn pkk penjualan
Rp(4.011.333.273)
Laba kotor penjualan
Rp 3.624.462.627
Biaya adm dan umum
Biaya Perltn Kntor
Rp
8.207.750
Biaya Bonus
Rp
55.945.000
Biaya Admin Bank
Rp
610.000
Biaya Prbkn Kndraan
Rp
5.701.400
Biaya Pjk Kndraan
Rp
4.610.900
Biaya Telepon
Rp
1.575.000
Biaya Srgm dan Klndr
Rp
5.400.000
Biaya Peny. Kndraan
Rp
62.375.000
Biaya Peny. Bngnan
Rp
3.750.000
Biaya Peny. Alat
Rp
4.562.500
Biaya Alat Tls/Fc/Obt
Rp
8.762.380
Biaya Uji Air Lmbah
Rp
900.000
Biaya Pembangunan
Rp
52.807.300
Biaya Sumbangan
Rp
4.206.000
184
Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 2 Desember 2015
Biaya Promosi
Biaya Pajak Penjualan
Biaya BBM/Tol/Park
Biaya Kaos
Jumlah Biaya Adm & Umm
Laba Bersih
Sumber : Diolah Penulis
Rp
48.995.000
Rp3.002.543.434
Rp
54.285.305
Rp
8.685.000
Rp(3.333.921.969)
Rp 290.540.658
Tabel 7.
PR. Alaina Tulungagung
Laporan Laba Rugi
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2013
Rp 8.063.461.750
Penjualan
Bbn pkk pnjualan
Pers brng jd awal
Bbn pkk prduksi
Brng trsdia tuk djual
Per brng jad akhir
Jmlh hrg pkk pnjualn
Laba ktr pnjualn
Biaya adm & umm
Biaya Bonus
Biaya Admin Bank
Biaya Prbkn Kndran
Biaya Pjk Kndran
Biaya Telepon
Biaya Srgm &Klndr
Biaya Peny.Kndran
Biaya Peny. Bngnn
Biaya Peny. Alat
Biaya Alt Tls/Fc/Obt
Biaya Knsumsi
Biaya Sumbangan
Biaya Promosi
Biaya Pjk Pnjualn
BiayaBBM/Tol/Park
Biaya Kaos
Biaya Bner & Stkr
Jumlah Biaya Adm & Umum
Laba Bersih
Sumber : Diolah Penulis
Rp
100.518.000
Rp 4.258.446.398
Rp 4.358.964.398
Rp
(60.690.000)
Rp (4.298.274.398)
Rp 3.765.187.352
Rp
60.045.000
Rp
5.000
Rp
10.004.700
Rp
6.067.000
Rp
3.550.700
Rp
18.976.000
Rp
75.875.000
Rp
3.750.000
Rp
4.562.500
Rp
10.141.400
Rp
11.877.200
Rp
1.689.500
Rp
68.285.500
Rp3.015.738.814
Rp
47.307.421
Rp
5.448.300
Rp
3.143.000
Rp (3.346.467.035)
Rp
418.720.317
Tabel 8.
PR. Alaina Tulungagung
Laporan Laba Rugi
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2014
Rp 11.078.923.650
Penjualan
Bbn pkk pnjualn
Pers brng jd awal
Bbn pkk prdksi
Brng trsdia tuk djual
Per brng jd akhir
Jmlh bbn pkk pnjualn
Laba ktor pnjualn
Biaya adm & umm
Biaya Peraltn Kntr
Biaya Bonus
Biaya Admin Bank
BiayaPrbaikn Kndran
Biaya Pjk Kndran
Biaya Telepon
Biaya Srgm & Klnder
Biaya Peny. Kndran
Biaya Peny. Bngnn
Biaya Peny. Alat
Biaya Alt Tls/Fc/Obt
Rp
60.689.700
Rp 5.964.698.829
Rp6.025.388.529
Rp (377.437.100)
Rp (5.647.951.429)
Rp 5.430.972.221
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
25.784.650
81.457.500
15.000
21.307.975
5.498.000
1.210.730
10.455.500
36.000.000
3.750.000
4.562.000
15.734.230
185
Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 2 Desember 2015
Biaya Konsumsi
Rp
12.265.720
Biaya Sumbangan
Rp
30.457.000
Biaya Promosi
Rp
21.025.670
Biaya Pjk Pnjualn
Rp4.008.887.952
Biaya BBM/Tol/Park
Rp
80.188.000
Biaya Kaos
Rp
30.669.700
Biaya Bner & Stker
Rp
23.469.950
Jumlah Biaya Administrasi dan Umum
Laba Bersih
Sumber : Diolah Penulis
6. Analisis
Pengaruhnya
terhadap
Laporan Neraca Perusahaan
Adanya penambahan retur pada
persediaan
bahan
baku
pada
tembakau akan berpengaruh pada
laporan Neraca yaitu pada nilai akhir
persediaan bahan baku pada neraca
yang juga akan berpengaruh pada
persediaan awal bahan baku tahun
berikutnya. Untuk tahun 2012 total
neraca sebesar Rp973.377.000, tahun
2013
sebesar
Rp1.418.424.500,
tahun
2014
sebesar
Rp2.129.636.000.
Analisis Pembahasan
Dari analisa perlakuan persediaan
bahan baku tembakau diatas terjadi
perbedaan jumlah persediaan bahan
baku
akibat
adanya
retur
yang
menyebabkan harga bahan baku lebih
murah. Selain itu jumlah persediaan
bahan baku terlihat jelas dengan adanya
pencatatan
retur
tersebut.
Untuk
persediaan bahan baku tembakau tahun
2012 sebelum retur dimasukkan sebesar
Rp
150,900,652
sedangkan
untuk
persediaan bahan baku tembakau tahun
2012 setelah retur dimasukkan sebesar
Rp 155.200.535. Jadi terdapat selisih
sebesar Rp 4.299.883 . Untuk tahun
2013 bahan baku tembakau sebelum
retur dimsukkan sebesar Rp 352.500.000
sedangkan untuk bahan baku tahun
2013 setelah retur dimasukkan sebesar
Rp360.225.817. Jadi terdapat selisih
sebesar Rp 7.725.817. Untuk tahun 2014
bahan baku tembakau sebelum retur
dimasukkan sebesar Rp 619.896.632
sedangkan untuk bahan baku tahun
2014 setelah retur dimasukkan sebesar
Rp 630.922.314. Jadi terdapat selisih
sebesar Rp 11.025.682.
Perbedaan jumlah bahan baku ini
terjadi akibat dari penambahan retur
yang menyebabkan adanya penambahan
jumlah bahan baku pada tembakau. Hal
ini berpengaruh pada jumlah bahan baku
dan total harga bahan baku serta
berpengaruh pada harga rata-rata yang
akan
digunakan
untuk
produksi.
Penambahan
retur
ini
akan
menyebabkan harga atau total biaya
yang digunakan untuk produksi semakin
sedikit.
Dari analisa beban produksi diatas
dapat
diketahui
bahwa
adanya
pencatatan retur dapat meminimalkan
186
Rp (4.412.739.577)
Rp 1.018.232.644
beban produksi untuk setiap tahun nya.
Hal ini dikarenakan perbedaan harga
yang
lebih
murah
bila
dilakukan
pencatatan retur. Untuk tahun 2012
beban
produksi
sebesar
Rp
4.262.963.754, sedangkan untuk tahun
2012 setelah pencatatan retur beban
pokok
produksi
sebesar
Rp
4.077.863.873. Terdapat selisih sebesar
Rp 1.593.083 lebih sedikit daripada
sebelum pencatatan retur. Untuk tahun
2013 beban pokok produksi sebesar Rp
4.262.963.754, sedangkan untuk tahun
2013 setelah pencatatan retur beban
pokok
produksi
sebesar
Rp
4.258.446.398. Sehingga terdapat selisih
sebesar Rp 4.517.356 lebih sedikit dari
pada sebelum pencatatan retur. Untuk
tahun 2014 beban pokok produksi
sebesar Rp 5.968.929.824, sedangkan
untuk tahun 2014 setelah pencatatan
retur beban pokok produksi sebesar Rp
5.964.698.829. Jadi terdapat selisih
sebesar Rp 4.230.995 lebih sedikit dari
pada sebelum dilakukan pencatatan
retur.
Dari analisa laporan biaya pokok
produksi pada PR Alaina dari tahun 2012,
tahun 2013 dan tahun 2014 antara
sebelum pencatatan retur dan setelah
pencatatan retur terdapat selisih yang
menunjukkan
bahwa
biaya
pokok
produksi yang dikeluarkan untuk setiap
akhir
tahun
lebih
sedikit
jika
dibandingkan
dengan
sebelum
pencatatan retur. Untuk tahun 2012
biaya pokok produksi sebelum retur
dicatat
sebesar
Rp
4.062.493.563,
sedangkan untuk biaya pokok produksi
setelah
retur
dicatat
sebesar
Rp
4.060.900.480. Jadi terdapat selisih
sebesar Rp 1.593.083 . Untuk tahun
2013 biaya pokok produksi sebelum retur
dicatat
sebesar
Rp
4.537.841.302,
sedangan biaya pokok produksi setelah
retur dicatat sebesar Rp4.536.749.880.
Jadi
terdapat
selisih
sebesar
Rp
1.091.422. Untuk tahun 2014 biaya
pokok produksi sebelum retur dicatat
sebesar Rp 6.282.214.456, sedangakan
untuk biaya pokok produksi setelah retur
dicatat sebesar Rp 6.281.283.326. Jadi
terdapat selisih sebesar Rp 931.130.
Dari tahun 2012 sampai tahun 2014
biaya pokok produksi terdapat selisih
lebih sedikit murah jika dibanding
sebelum dilakukan pencatatan retur. Hal
ini terjadi karena biaya yang dikeluarkan
Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 2 Desember 2015
untuk bahan baku lebih sedikit jika
dibandingkan sebelum pencatatan retur.
Dari analisa laporan laba rugi diatas
di tahun 2012, tahun 2013 dan tahun
2014
dapat
diketahui
laba
yang
dihasilkan pada tahun setelah dilakukan
pencatatan retur akan lebih banyak. Hal
ini dikarenakan beban pokok produksi
pada tahun setelah retur dicatat lebih
sedikit jika dibandingkan sebelum retur
dicatat. Pada tahun 2012 laba sebesar
Rp 288.947.975, sedangkan laba setelah
pencatatan
retur
sebesar
Rp
290.540.658. Terdapat selisih sebesar Rp
1.592.683. Untuk tahun 2013 laba
sebesar Rp 414.202.961, sedangkan laba
setelah pencatatan retur sebesar Rp
418.720.317. Terdapat selisish sebesar
Rp 4.517.356. Untuk tahun 2014 laba
perusahaan sebesar Rp 1.014.001.249,
sedangkan
untuk
laba
setelah
pencatatan
retur
sebesar
Rp
1.018.232.644. Terdapat selisih sebesar
Rp 4.231.395. Jadi dapat diketahui
bahwa pencatatan retur pada bahan
baku yang benar dan sesuai akan dapat
menambah laba pada perusahaan.
Selisih laba yang dihasilkan dari
setelah pencatatan retur ini terjadi
karena adanya pengaruh penambahan
bahan baku yang berpengaruh pada
harga atau biaya bahan baku yang
mengakibatkan beban pokok produksi
lebih rendah. Beban pokok produksi yang
rendah akan menambah laba.
Dari analisa laporan neraca diatas
tahun 2012, tahun 2013 dan tahun 2014.
Pencatatan retur pada penambahan
bahan baku akan berpengaruh pada
persediaan akhir bahan baku untuk
setiap
akhir
periode,
yang
akan
berpengaruh pada persediaan awal untuk
tahun berikutnya. Untuk tahun 2012
persediaan akhir bahan baku sebesar Rp
171.852.000 dengan jumlah neraca
sebesar Rp 969.077.000. Sedangkan
untuk tahun 2012 setelah pencatatan
retur, persediaan akhir bahan baku
sebesar Rp176.152.000 dengan jumlah
neraca sebesar Rp 973.377.000. Jadi
terdapat selisih jumlah neraca sebesar
Rp 4.300.000. Untuk tahun 2013
persediaan akhir bahan baku sebesar Rp
446.730.000 dengan jumlah neraca
sebesar Rp 1.410.698.500. Sedangkan
untuk tahun 2013 setelah pencatatan
retur, persediaan akhir bahan baku
sebesar Rp 454.456.000 dengan neraca
sebesar Rp 1.418.424.500. Terdapat
selisih jumlah neraca sebesar Rp
7.726.000. Untuk tahun 2014 persediaan
akhir
bahan
baku
sebesar
Rp
760.015.000 dengan jumlah neraca
sebesar Rp2.118.611.000. Sedangkan
untuk tahun 2014 setelah pencatatan
retur, persediaan bahan baku sebesar Rp
771.040.000 dengan neraca sebesar
Rp2.129.636.000. Jadi terdapat selisih
jumlah neraca sebesar Rp 11.025.000.
Terjadinya perbedaan jumlah neraca
ini karena persediaan bahan baku akhir
setelah pencatatan retur menunjukkan
lebih banyak jika dibandingkan dengan
sebelum
pencatatan
retur.
Karena
persediaan akhir bahan baku ini akan
berpengaruh pada persediaan bahan
baku awal di tahun berikutnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Terdapat pengaruh dari pengakuan
persediaan sebelum pencatatan retur
dan sesudah pencatatan retur. Hal ini
menyebabkan nilai persediaan bahan
baku berbeda, yaitu untuk tahun
2012
persediaan
bahan
baku
tembakau terdapat selisih sebesar Rp
4.299.883, untuk tahun 2013 selisih
sebesar Rp 7.725.817, untuk tahun
2014 terdapat selisih sebesar Rp
11.025.682.
Maka jumlah persediaan bahan baku
tembakau setelah pencatatan retur
terlihat
lebih
banyak
daripada
sebelum pencatatan retur untuk
tahun ke tahun. Karena dengan
adanya
pencatatan
retur
akan
mencerminkan keadaan persediaan
bahan baku yang sesungguhnya.
2. Pengaruh terhadap laporan beban
pokok produksi di setiap akhir periode
terjadi karena adanya perbedaan
harga bahan baku yang lebih murah
untuk setelah adanya pencatatan
retur. Sehingga jumlah beban pokok
produksi setelah retur dicatat lebih
rendah dari pada sebelum retur
dicatat Untuk tahun 2012 laporan
beban pokok produksi selisih sebesar
Rp 1.593.083, untuk tahun 2013
laporan beban pokok produksi selisih
sebesar Rp 4.517.356, dan untuk
tahun 2014 laporan beban pokok
produksi
selisih
sebesar
Rp
4.230.995.
3. Adanya penambahan bahan baku
akibat
retur
akan
berpengaruh
terhadap laporan biaya produksi
untuk setiap akhir periode.. Sehingga
biaya
pokok
produksi
setelah
pencatatan retur akan lebih sedikit
dibanding sebelum pencatatan retur.
Untuk tahun 2012 laporan biaya
pokok
produksi
terdapat
selisih
sebesar Rp 1.593.083, untuk tahun
2013 laporan biaya pokok produksi
terdapat
selisih
sebesar
Rp
1.091.422, dan untuk tahun 2014
laporan
biaya
pokok
produksi
terdapat selisih sebesar Rp 931.130.
4. Pencatan retur pada persediaan
bahan
baku
akan
berpengaruh
terhadap laporan laba rugi setiap
akhir periode, sehingga laba yang
dihasilkan akan lebih banyak. Untuk
tahun 2012 laba bersih selisih sebesar
Rp 1.592.683, untuk tahun 2013 laba
bersih selisih sebesar Rp 4.517.356,
187
Jurnal Kompilek Vol. 7 No. 2 Desember 2015
dan untuk tahun 2014 laba bersih
selisih
sebesar
Rp
4.231.395.
Perbedaan ini karena adanya beban
pokok produksi setelah pencatatan
retur menghasilkan beban pokok
produksi yang lebih sedikit dan
menghasilkan laba yang lebih besar.
5. Nilai persediaan akhir bahan baku
setelah
pencatatan
retur
akan
berpengaruhnya terhadap laporan
neraca setiap akhir periode. Nilai
persediaan
bahan
baku
setelah
pencatatan retur akan lebih besar,
maka total neraca yang dihasilkan
akan lebih banyak jika dibandingkan
sebelum pencatatan retur. Untuk
tahun 2012 terdapat selisih jumlah
neraca sebesar Rp 4.300.000, Untuk
tahun tahun 2013 terdapat selisih
jumlah neraca sebesar Rp 7.726.000,
dan untuk tahun 2014 terdapat selisih
jumlah
neraca
sebesar
Rp
11.025.000.
Saran
1. Sebaiknya perusahaan harus selalu
mencatatat
setiap
retur
(pengembalian) barang yang rusak
dari
penjualan
meskipun
dalam
jumlah
kecil,
karena
akan
berpengaruh
terhadap
jumlah
persediaan bahan baku dan nilai akhir
bahan baku.
2. Perhitungan persediaan bahan baku
sangat penting dilakukan karena akan
berpengaruh pada beban pokok
produksi yang akan mempengaruhi
laba yang dihasilkan oleh perusahaan.
3. Pencatatan penambahan bahan baku
akibat dari adanya retur ini akan
berpengaruh pada nilai persediaan
akhir pada neraca. Jadi perusahaan
harus
mencatat
retur
agar
menghasilkan nilai persediaan bahan
baku yang sesungguhnya.
4. Pencatatan persediaan bahan baku
sebaiknya
dilakukan
dengan
komputerisasi agar lebih mudah
menghitung untuk setiap barang
datang, barang keluar dan juga
barang tambahan dari retur.
5. Sebaiknya PR Alaina Tulungagung
dalam
melakukan
pencatatan
persediaan bahan baku yang sesuai
dengan Standar Akuntansi Persediaan
agar menghasilkan laporan keuangan
yang relevan serta menghasilkan laba
yang sesungguhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, Herlina. 2009. Perlakuan
Akuntansi
Persediaan
Serta
188
Pengaruhnya Terhadap Neraca Dan
Laporan Laba Rugi. Blitar: STIE
Kesuma Negara Blitar.
Hansen, Don R. 2013. Akuntansi
Manajerial Edisi 8 Buku 1. Jakarta
: Salemba Empat.
Horngren,Charles
T.
Srikan,
M.
Datar. dan George, Foster.
2008. Akuntansi Biaya Penekanan
Manajerial Edisi Keduabelas Jilid 2.
Diterjemahkan oleh Adhariani, D.
Jakarta: PT.Indeks.
Jusup, Al Haryono. 2005. Dasar-dasar
Akuntansi Jilid
2. Yogyakarta :
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
YKPN.
Kartikahadi,
Hans
dkk.
2012.
Akuntansi Keuangan Berdasarkan
PSAK Berbasis IFRS. Jakarta:
Salemba Empat.
Kieso,Donald E. Jerry, J Weygandt.
Dan Terry, D. Warfield. 2008.
Akuntansi
Intermediate
Edisi
Kedua Belas Jilid 3. Jakarta:
Erlangga.
Manullang, M. 2006. Dasar-dasar
Manajemen. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Martani,Dwi.Sylvia,Veronika.Ratna,
Wardhani.Aria,Farahmita.Edwa
rd,Tanujaya.2012.
Akuntansi
Keuangan
Menengah
Berbasis
PSAK .Jakarta: Salemba Empat.
Mulyadi. 2010. Akuntansi Biaya, Edisi 5,
Cetakan Kesepuluh. Yogyakarta :
UPP STIM YKPN.
Nafarin
M.2007.
Penganggaran
Perusahaan, Edisi 3. Jakarta:
Salemba Empat.
Nurita, Fera Refita Layla, 2013.
Analisa Pengelolaan Persediaan
Pengaruhnya Terhadap Laba Pada
Anugerah Tani Srengat. Blitar:
STIE Kesuma Negara Blitar.
Reeve, James M. 2013. Pengantar
Akuntansi Adaptasi Indonesia Buku
1. Jakarta : Salemba Empat.
Rudianto. 2013. Akuntansi Manajemen.
Jakarta : Erlangga.
Santosa,
Iman.
2006.
Akuntansi
Keuangan Menengah. Jakarta :
Rifika Aditama.
Sentosa, Vie Vie. 2001. Evaluasi
Perlakuan
Akuntansi
Untuk
Persediaan
Dan
Pengaruhnya
terhadap laba. Jakarta: Universitas
Bina
Nusantara.
http://thesis.
binus.ac.id/doc/a/lhm20010012.pdf
Soemarso. 2004. Akuntansi Suatu
Pengantar 2 Edisi Lama. Jakarta :
Salemba Empat.
Download