STRATEGI PROMOSI BATIK GUNAWAN SETIAWAN (Studi Deskriptif Kualitatif mengenai Strategi Promosi Batik Gunawan Setiawan dalam Menarik Minat Konsumen untuk Mendukung Penjualan dalam Rangka Melestarikan Batik) Oleh MAYA RIZKY AMALIA D0207124 Disusun untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 ii iii HALAMAN MOTTO “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar dengan Qalam. Dialah yang mengajar manusia segala yang belum diketahui” (Q.S Al-‘Alaq 1-5). “Barang siapa menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga” (Hadist Riwayat Muslim) Bekerjalah bagaikan tak butuh uang. Mencintailah bagaikan tak pernah disakiti. Menarilah bagaikan tak seorang pun sedang menonton. (Mark Twain) iv HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Sang Pencipta Allah SWT Papa Mahmudi Mama Sarwanti Ibu Nurbaya Adek Fakhrizal Adek Nafika Adek Rayhan Almamater, Ilmu Komunikasi Fisip Universitas Sebelas Maret v KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “STRATEGI PROMOSI BATIK GUNAWAN SETIAWAN (Studi Deskriptif Kualitatif mengenai Strategi Promosi Batik Gunawan Setiawan dalam Menarik Minat Konsumen untuk Mendukung Penjualan dalam Rangka Melestarikan Batik)”. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Allah SWT atas karunia yang telah diberikan petunjuk, kemudahan, kesempatan dan kesehatan kepada penulis. 2. Kedua orang tua saya Papa dan Mama yang telah memberikan dukungan, doa, dan semangat kepada anaknya agar bisa menjadi anak yang sukses. 3. Ibu Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph.D, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNS. 4. Terkhusus, penulis menyampaikan banyak ucapan terima kasih kepada pembimbing skripsi, Bapak Prof. Drs. H. Totok Sarsito SU, MA, Ph.D atas vi keikhlasannya membimbing penulis dan memberikan masukan dalam mengerjakan skripsi ini. 5. Bapak Drs. Agung Priyono, M.Si, Pembantu Dekan I yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 6. Semua dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret yang telah mengajar saya selama 4 tahun. 7. Gunawan Setiawan, SE (Ketua Paguyuban dan Pemilik Batik Gunawan Setiawan), Drs. Abdul Mukid Agus Riyanto (Sekretaris Paguyuban), dan semua pegawai Batik Gunawan Setiawan atas segala informasi dan bantuannya dalam penyelesaian penelitian ini. 8. Teman-teman seperjuangan di Ilmu Komunikasi FISIP UNS angkatan 2007, terima kasih atas kebersamaan selama masa perkuliahan dan dukungannya selama pengerjaan skripsi. 9. Sahabatku-sahabatku yang selalu memberi bantuan dan motivasi. 10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan studi dan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pihak. vii Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Surakarta, 28 Juli 2012 Penulis viii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….. i HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………...… iii HALAMAN MOTTO ……………………………………………………….... iv HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………….... v KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. viii DAFTAR ISI ………………………………………………………………...... ix DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….... xii DAFTAR TABEL ……………………………………………………………. xiii ABSTRAK ……………………………………………………………………. xiv BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ……………………………………… 1 B. RUMUSAN MASALAH …………………………………… 4 C. TUJUAN PENELITIAN ……………………………………. 5 D. MANFAAT PENELITIAN …………………………………. 5 E. KERANGKA TEORI ……………………………………….. 6 1. Promosi …………………………………………………… 6 2. Strategi ……………………………………………………. 7 3. Promosi Dalam Organisasi Profit ……………………….. 10 F. METODOLOGI PENELITIAN …………………………… 26 1. Jenis Penelitian ………………………………………….. 26 2. Lokasi Penelitian ………………………………………... 27 3. Sumber Data …………………………………………….. 27 4. Metode Pengumpulan Data ……………………………... 27 5. Teknik Sampling ……………………………………….. 29 6. Teknik Validitas Data ………………………………….. 29 7. Teknik Analisis Data …………………………………... 30 ix BAB II DESKRIPSI LOKASI A. ASAL-USUL KAUMAN ………………………………….. 32 1. Sejarah Kauman …………………………………………. 32 2. Latar Belakang Sosial Masyarakat Kauman …………….. 35 B. BATIK KAUMAN ………………………………………… 37 1. Sejarah Batik Kauman …………………………………... 37 2. Perkembangan Industri Batik di Kauman ………………. 40 C. PAGUYUBAN KAMPUNG WISATA BATIK KAUMAN …………………………………………………. 44 1. Sejarah Paguyuban ……………………………………… 44 2. Visi dan Misi Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman Surakarta………………………………………...46 3. Sejarah dan Gambaran Industri Batik Gunawan Setiawan ………………………………………………... 50 3.1 Produk dan Pemasarannya ………………………… 50 3.2 Struktur Organisasi ………………………………... 52 3.3 Produk: Pengembangan Produk, Pengembangan Proses ……………………………………………… 52 3.3.1 Perkembangan Produk Batik Gunawan Setiawan ………………………………………... 52 3.3.2 Perkembangan Proses ………………………… 54 3.3.3 Proses Pembuatan ……………………………… 54 3.3.4 Bahan Baku ……………………………………. 55 3.3.5 Warna ………………………………………….. 56 x 3.3.6 Sumber Daya Manusia ………………………… 57 3.3.7 Keuangan : Sumber Modal, Pengelolaan Uang …………………………………………... 57 3.3.8 Pemasaran: Strategi, Jaringan Pemasaran …….. 59 BAB III STRATEGI PROMOSI BATIK GUNAWAN A. Langkah-Langkah Merumuskan Strategi Promosi ………... 61 B. Proses / Tahapan Pelaksanaan Aktivitas Promosi ………… 69 C. Analisis Strategi Promosi Batik Gunawan Setiawan ……... 82 BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN …………………………………………... 95 B. SARAN …………………………………………………... 97 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Marketing Communication Mix ……………………………….. 15 Gambar 1.2 Teknik Analisis AInteraktif ……………………………………. 31 Gambar 2.1 Logo Paguyuban Batik Kauman ………………………………. 45 Gambar 2.2 Struktur Organisasi Batik Gunawan …………………………... 52 xii DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Kegiatan Batik Gunawan Setiawan …………………………….. 73 xiii ABSTRAK MAYA RIZKY AMALIA, D0207124, STRATEGI PROMOSI BATIK GUNAWAN SETIAWAN (Studi Deskriptif Kualitatif mengenai Strategi Promosi Batik Gunawan Setiawan dalam Menarik Minat Konsumen untuk Mendukung Penjualan dalam Rangka Melestarikan Batik), Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret (FISIP UNS) Surakarta, 2012. Salah satu perusahaan batik yang berskala nasional adalah Batik Gunawan. Industri Batik Gunawan yang sebelumnya memiliki motif batik hanya bersandar pada pakem-pakem yang ada, namun seiring perkembangan jaman motif batik kian bervariasi lantaran telah terjadi akulturasi. Batik Gunawan hadir sebagai wujud tanggung jawab dalam melestarikan budaya bangsa melalui seni membatik pada khususnya dan usaha batik di Indonesia pada umumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan serta mengevaluasi strategi promosi yang dilakukan Batik Gunawan dalam menarik minat konsumen untuk mendukung penjualan dalam rangka melestarikan batik serta untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat strategi promosi yang dilakukan Batik Gunawan dalam menarik minat konsumen untuk mendukung penjualan dalam rangka melestarikan batik. Peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu suatu metode yang memaparkan gambaran dan/atau pemahaman (understanding) mengenai bagaimana dan mengapa suatu gejala atau realitas komunikasi terjadi. Sedangkan pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam (indepth interview), dan studi dokumen/teks. Teknik purpossive sampling digunakan untuk memilih para informan penelitian, sementara validitas data diuji melalui teknik triangulasi sumber (data) dan analisa data menggunakan model interaktif Miles dan Huberman. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa untuk dapat mengembangkan aktivitas promosi agar tetap berjalan dengan efektif harus melakukan tahapan mengidentifikasi target audience, menentukan tujuan promosi, merancang pesan, memilih saluran promosi, menetapkan total anggaran promosi, memutuskan bauran promosi, mengulur hasil promosi, dan mengelola proses komunikasi pemasaran terpadu. Penelitian ini juga menemukan bahwa aktivitas promosi yang telah dijalankan bertujuan agar merek dapat dikenal oleh khalayak dan dapat memberikan berbagai informasi melalui kegiatan promosi tersebut. Dengan cara promosi seperti itu ternyata omset penjualan bisa selalu meningkat. xiv ABSTRACT MAYA RIZKY AMALIA, D0207124, THE PROMOTING STRATEGY OF BATIK GUNAWAN SETIAWAN (A Descriptive-Qualitative Study of the Promoting Strategy of Batik Gunawan Setiawan in Attracting Consumers’ Interest for Supporting Sale in the Efforts of Batik’s Perpetuation), Thesis, Communication Science Faculty of Social and Political Science University of Sebelas Maret, Surakarta, 2012. One of the national scalable batik corporations in Indonesia is Batik Gunawan. Previously, Batik Gunawan only had several batik motifs based on many source books for the Java shadow play stories which are still exist. However, along with the expansion of the age, the acculturation made batik motifs become more varied. Batik Gunawan, the national scalable batik corporation in Indonesia, appears as the realization of responsibility actions to conserve batik culture itself, especially in the art point-view. Based on the backgrounds above, this research has certain purposes; to describe the supporting factors and inhibit factors in promotion strategy, and also to evaluate the promotion strategy to attract the consumer and to raise the market sale. The research employed the descriptive method with the qualitative approach, which is a method explaining the image and/or the understanding about how and why an indication or a reality of communication happens. While the collecting data used the in depth interview and the document/text study. Technique of purposive sampling was used to choose the research informants, while the data validity was tested through triangulation technique of the source (data) and the data analysis used interactive model of Miles and Huberman. The result of this research shown that to expand the promotion activity, so that its effectiveness still keeps running, is to do certain steps such as: audience target’s identification, determining promotion purposes, designing orders, choosing promotion channels, establishing total budgets in promotion, settling up the promotion diffusion, paying out the promotion’s result, and managing the integrated communication process in promotion. This research also represents that promotion activity has several purposes so that the brand will be known by the mass willfully, and also it will give many benefit information along itself. As the result, the sale turnover is always increase by such promotion’s way. xv 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Solo adalah sebuah kota di Jawa Tengah yang memiliki nilai-nilai kejawaan yang cukup kental. Sebagai sebuah kota di Jawa Tengah, Solo memiliki sebuah slogan berbahasa Inggris yang berbunyi Solo The Spirit of Java, sebuah upaya pengenalan Solo lengkap dengan berbagai nilai-nilai kejawaan yang masih dianut pada kalangan turis asing. Solo terkenal dengan wilayah penghasil batik. Solo sudah cukup lama dikenal sebagai kota budaya. Salah satu identitas Solo sebagai kota budaya adalah batik. Penghargaan terhadap batik Solo sangatlah membanggakan. Namun yang terpenting adalah bagaimana agar kita sebagai bangsa yang besar mampu melestarikan batik sebagai warisan budaya bangsa. Untuk itu, sangatlah penting membangun kesadaran bersama agar batik tidak hanya menjadi euforia dan tren sesaat yang kemudian hilang begitu saja. Batik harus tetap dikembangkan agar identitas sebagai kota Solo tidak pudar dan kecintaan terhadap batik juga tidak luntur. Dengan demikian, batik tidak hanya menjadi warisan sebagai bagian masa lalu, tetapi tetap eksis di masa kini dan semakin berkembang di masa yang akan datang. Kota Solo didirikan pada masa Kesultanan Mataram tahun 1745 di desa Sala di tepi Bengawan Solo dan pernah menjadi pusat pemerintahan pada masa akhir Kesultanan tersebut. Ketika pada akhirnya Mataram pecah, Solo kemudian menjadi pusat pemerintahan Kasunanan Surakarta dan Praja Mangkunegaraan. 2 Bagi masyarakat Solo, batik dan budaya Jawa merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Sudah sejak lama masyarakat Solo mengenakan batik baik dalam acara-acara di keraton maupun dalam kehidupan sehari-hari. Batik dalam anggapan umum adalah “sebentuk kain yang memiliki motif-motif tertentu”, yang mana motif-motif tersebut telah digunakan beratus tahun (mentradisi) pada sebuah wastra (kain yang bermotif). Pengertian seperti di atas telah menjadi semacam aksioma bahwa batik atau wastra batik adalah motif itu sendiri. Dari aspek kultural, batik adalah seni tingkat tinggi. Batik tak sekadar kain yang ditulis dengan menggunakan malam (cairan lilin). Pola-pola yang ada di batik, lanjutnya memiliki filosofi yang sangat erat dengan budaya masyarakat. Batik adalah kebanggaan bangsa Indonesia, sebuah identitas yang telah diwarisi sejak ratusan tahun lalu. Sayang, identitas ini terancam karena batik-batik ini pun telah diupayakan bangsa lain untuk didaftarkan sebagai warisan nenek moyang mereka. Sebagai suatu kebudayaan tradisional yang telah berlangsung secara turun temurun, maka Hak Cipta atas seni batik ini akan dipegang oleh negara sebagaimana diatur dalam Pasa1 10 ayat 2 Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, yaitu : ”Negara memegang Hak Cipta atas folklore dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama, seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi, dan karya seni lainnya”. Dalam penjelasan Pasal 10 ayat (2) Undang-Undang No. 19 Tahun 2002, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan folklore adalah sekumpulan ciptaan 3 tradisional, baik yang dibuat oleh kelompok maupun perorangan dalam masyarakat, yang menunjukkan identitas sosial dan budayanya berdasarkan standar dan nilai-nilai yang diucapkan atau diikuti secara turun temurun termasuk hasil seni antara lain berupa : lukisan, gambar, ukir-ukiran, pahatan, mosaik, perhiasan, kerajinan tangan, pakaian, instrumen musik dan tenun tradisional (termasuk batik di dalamnya). Perangkat hukum yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta belum mencukupi kebutuhan masyarakat akan perlunya perlindungan ekspresi budaya tradisional termasuk di dalamnya adalah motif batik tradisional. Namun demikian motif batik tradisional tidak dapat digolongkan sama seperti karya cipta konvensional lain yang dilindungi oleh UU Hak Cipta. Maka motif batik tradisional lebih tepat digolongkan bukan sebagai karya cipta biasa, namun sebagai bentuk dari Ekspresi Budaya Tradisional (Traditional Cultural Expressions/Expressions of Folklore). Salah satu perusahaan batik yang berskala nasional adalah Batik Gunawan. Batik Gunawan merupakan salah satu batik besar di kota Solo. Batik Gunawan berdiri sejak tahun 1972 dan menghasilkan produk batik tulis, batik klasik khas Surakarta dan batik saudagaran yang memadukan gaya klasik dan tradisional; diproses secara alami, menggunakan bahan pewarna alam (natural) yang diambil dari kayu teger, kayu tingi, kayu jambal dan bahan alami lain yang diperoleh dari alam Indonesia. Industri Batik Gunawan yang sebelumnya memiliki motif batik hanya bersandar pada pakem-pakem yang ada, namun seiring perkembangan jaman motif batik kian bervariasi lantaran telah terjadi akulturasi. Batik Gunawan hadir sebagai wujud tanggung jawab dalam melestarikan budaya bangsa melalui 4 seni membatik pada khususnya dan usaha batik di Indonesia pada umumnya. Batik Gunawan kian mendunia dengan menghadirkan koleksi-koleksi baru yang selaras perkembangan mode, mengacu pada kualitas, dan merambah berbagai bidang. Batik Gunawan memiliki keunikan yang berupa Museum Batik Gunawan. Sebagai salah satu cara untuk mempromosikan batik Indonesia, Gunawan Setiawan, pemilik Batik Gunawan ini mendirikan Museum Batik Gunawan yang berisi ratusan lembar kain batik berusia di atas 35 tahun dan berbagai peralatan membatik. Di Museum itu juga terdapat Batik Tulis Tradisional khas Surakarta Hadiningrat dengan motif klasik/kuno. Berbagai kegiatan dilakukan oleh Gunawan Setiawan untuk memperkenalkan dan mencintai batik kepada masyarakat luas dengan cara membagikan ilmu membatik. Tamu-tamu yang datang berbelanja di Rumah Batik Gunawan Setiawan selalu diajak menyaksikan proses membatik ditempat produksi batik yang berada di rumahnya. Cara demikian dapat memudahkan orang-orang untuk mengenal batik. Gunawan Setiawan membuka pintu rumah produksi batik untuk tempat belajar membatik bagi kalangan pendidikan, termasuk dari luar negeri. B. RUMUSAN MASALAH Walaupun memiliki berbagai keunikan, batik Gunawan Setiawan tetap harus bertahan dalam persaingan bisnis mengingat persaingan industri batik ini semakin ketat. Oleh karena itulah batik Gunawan Setiawan sebagai salah satu perusahaan batik terbesar di kota Solo harus mampu merumuskan strategi promosi yang tepat guna menarik minat konsumen sehingga dapat mendukung penjualan 5 dan sekaligus juga melestarikan batik. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana strategi promosi yang dilakukan Batik Gunawan Setiawan dalam menarik minat konsumen untuk mendukung penjualan dalam rangka melestarikan batik? C. TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mendeskripsikan serta mengevaluasi strategi promosi yang dilakukan Batik Gunawan Setiawan dalam menarik minat konsumen untuk mendukung penjualan dalam rangka melestarikan batik. 2. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat strategi promosi yang dilakukan Batik Gunawan Setiawan dalam menarik minat konsumen untuk mendukung penjualan dalam rangka melestarikan batik. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Manfaat Teoritis yang diperoleh dari penelitian ini, dapat menambah literatur tentang strategi promosi Batik Gunawan Setiawan sebagai salah satu topik utama dalam kajian ilmu komunikasi. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Batik Gunawan Setiawan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dalam merumuskan kebijakan strategi prmosi dalam menarik minat pengunjung Batik Gunawan Setiawan. 6 b. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan konsep-konsep dasar ilmu komunikasi khususnya teori strategi promosi yang telah diperoleh dibangku perkuliahan. E. KERANGKA TEORI Dalam upaya menarik minat konsumen dalam mendukung penjualan dan pelestarian Batik Gunawan Setiawan telah melakukan promosi. Agar promosi dapat mencapai sasaran diperlukan strategi promosi yang tepat dan handal. Berikut ini akan diuraikan berbagai pengertian tentang strategi promosi dan halhal yang terkait dengan masalah tersebut. 1. Promosi Promosi merupakan salah satu variabel IMC yang digunakan oleh perusahaan untuk mengadakan komunikasi dengan pasarnya, dengan tujuan untuk memberitahukan bahwa suatu produk itu ada dan memperkenalkan produk serta memberikan keyakinan akan manfaat produk tersebut kepada pembeli atau calon pembeli. Promosi merupakan salah satu cara yang dibutuhkan perusahaan dalam meningkatkan volume penjualan. Oleh karena itu, kegiatan promosi ini harus dapat dilakukan sejalan dengan rencana pemasaran serta diarahkan dan dikendalikan dengan baik sehingga promosi tersebut benar-benar dapat memberikan kontribusi yang tinggi dalam upaya meningkatkan volume penjualan. Promosi berasal dari kata promote dalam bahasa Inggris yang diartikan sebagai mengembangkan atau meningkatkan. Pengertian tersebut jika 7 dihubungkan dengan bidang penjualan berarti sebagai alat untuk meningkatkan omzet penjualan (Freddy, 2009: 49). 2. Strategi Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani, yang berarti “kepemimpinan” (leadership). Strategi adalah keseluruhan tindakan-tindakan yang ditempuh oleh sebuah organisasi untuk mencapai sasaran-sasarannya (Winardi, 1989: 46). Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya (Effendy, 1993: 7). Untuk mencapai strategi promosi suatu organisasi perlu memiliki cita-cita atau gambaran masa depan yang diinginkan, sehingga suatu organisasi perlu memikirkan kegiatan apa yang akan dilakukan dalam beberapa tahun kedepan untuk mencapai apa yang dicita-citakan tersebut. Dalam menjamin masa depan organisasi perlu menyepakati arah, sasaran dan program jangka panjangnya. Apabila organisasi menjadi semakin besar dengan kegiatan yang semakin beragam, maka akan sulit untuk dikelola dengan baik tanpa memiliki rencana stratejik sebagai arahan jangka panjang. Rencana stratejik juga menjadi semakin penting jika lingkungan berubah, misalnya apa yang harus dilakukan Batik Gunawan ketika masyarakatnya meninggalkan budaya batik. Untuk mengatasi perubahan-perubahan lingkungan tersebut, Batik Gunawan perlu melakukan 8 perubahan-perubahan mendasar agar tetap bertahan atau bahkan bisa berkembang (Permas dan Sedyono, 2003: 35). Tujuan dari stratejik adalah kunci dari arahan perubahan masa depan. Artinya bahwa ia mengarahkan apa yang hendak dikejar diwaktu yang akan datang, yaitu dalam jangka waktu 3 sampai 5 tahun. Arahan itu harus jelas dan tegas bagi keseluruhan organisasi. Sering juga dikatakan bahwa tujuan stratejik merupakan planning umbrella (paying perencanaan) dalam mengintegrasikan usaha dari semua unit kerja dan personil kedalam suatu kegiatan menyeluruh dan menyatu dari suatu organisasi. Untuk dapat melakukan itu, tujuan stratejik harus lebih tajam daripada misi, tetapi masih cukup luas untuk dapat mendorong lahirnya kreatifitas dan inovasi bagi semua unit kerja. Langkah-langkah dalam merumuskan rencana stratejik menurut Permas dan Sedyono (2003-37) yaitu: a. Menetapkan jangka waktu perencanaan stratejik, penetapan jangka waktu perencanaan stratejik berkisar antara 3 sampai 5 tahun. b. Menetapkan dan mengkaji ulang misi dan visi organisasi, misi merupakan alasan dasar mengapa kita mendirikan organisasi. Misi ini juga tercantum dalam anggaran dasar organisasi. Pernyataan misi pada umumnya mengandung 4 (empat) hal yaitu, why (maksud atau alasan mendirikan organisasi), what (bidang kegiatan yang akan dilaksanakan), who (siapa saja yang akan dilibatkan), dan how (cara dan nilai-nilai yang dianut dalam melaksanakan kegiatan). Sedangkan visi adalah pernyataan cita-cita, keinginan atau harapan dari para pendiri, pemimpin dan anggota 9 organisasi mengenai bentuk dan karakteristik organisasi dimasa depan. Visilah yang akan mengarahkan bagi organisasi dimasa yang akan datang. Penetapan visi dan misi dilakukan dengan mempertimbangkan harapan stakeholder (pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi). c. Menganalisis perkembangan dan kecenderungan faktor-faktor eksternal yang berpengaruh, yaitu faktor-faktor eksternal apa yang sangat berpengaruh terhadap keputusan stratejik. d. Mengidentifikasi posisi organisasi melalui analisis SWOT yang berupa peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan. Organisasi hendaknya melakukan analisis SWOT sehingga dapat memperjelas sifat ketegangan dengan cara menjajarkan dua dimensi pokok, baik (kekuatan atau peluang) dan buruk (kelemahan atau ancaman) dan masa dating (peluang dan ancaman). Menurut J.M. Bryson (2003: 147), analisis SWOT (strange, weakness, opportunity and threat) merupakan bagian dari langkah pengembangan strategi yang tehniknya dilakukan melalui empat pertanyaan yaitu: peluang eksternal terpenting apakah yang dimiliki, ancaman eksternal terpenting apakah yang dihadapi, apa kekuatan internal apa yang dimiliki, dan apa kelemahan internal terpenting yang dimiliki. e. Merumuskan sasaran jangka panjang Program jangka panjang ini yang nantinya dijabarkan lebih lanjut menjadi rencana kerja operasional tahunan dan bulanan. Selain memperhatikan langkah-langkah perumusan tersebut, organisasi dalam menentukan strategi juga harus secara komprehensif melakukan analisis 10 situasi. Hal ini penting agar strategi yang digunakan dapat berjalan efektif dan efisien. Sangatlah penting bagi organisasi untuk mengamati dan beradaptasi dengan lingkungan yang berubah secara terus-menerus, artinya bahwa organisasi untuk mengambil suatu keputusan strategi dapat melihat peluang dari lingkungan yang berubah terus-menerus (Salusu, 2002: 88). 3. Promosi dalam Organisasi Profit Pakar manajemen selalu mengajarkan bahwa hubungan antara market share dan profitabilitas tampaknya tidak hanya sekadar berkorelasi, tetapi sudah merupakan sebab akibat. Artinya, kalau market share besar, pasti profitabilitasnya meningkat. Faktor utama penyebab meningkatnya profitabilitas sebenarnya bukan market share, melainkan kemampuan perusahaan untuk melakukan efisiensi dengan memanfaatkan learning curve sehingga perusahaan berhasil bekerja dengan biaya rendah. Perusahaan-perusahaan yang efisien ini, rata-rata tidak memiliki market share yang cukup besar, tetapi memiliki profitabilitas yang sangat mengagumkan (Freddy, 2009: 9). Pengertian promosi adalah: “Suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk merubah sikap da tingkah laku pembeli, yang tadinya tidak mengenal menjadi mengenal sehingga menjadi pembeli dan tetap mengingat produk tersebut (Saladin, 1991: 66). 11 Sedangkan menurut Tjiptono (2002: 200) promosi adalah: “Semua kegiatan yang dimaksudkan untuk menyampaikan atau mengkomunikasikan suatu produk kepada pasar sasaran, untuk memberi informasi tentang keistimewaan, kegunaan, dan yang paling penting adalah tentang keberadaannya, untuk mengubah sikap ataupun untuk mendorong orang untuk bertindak”. Agar kegiatan komunikasi dapat efektif perusahaan harus benar-benar memperhatikan langkah-langkah kegiatan promosi dengan cermat. Menurut Uyung Sulaksana (2003: 50-51), terdapat delapan perencanaan tahapan kegiatan komunikasi yang utama yaitu: a. Mengidentifikasi audiens sasaran Promosi harus dimulai dengan audiens sasaran yang jelas. Audiens itu mungkin pembeli potensial produk perusahaan, pemakai sekarang, orang yang memutuskan, atau orang yang mempengaruhi. Audiens dapat berupa individu, kelompok, publik tertentu, atau publik umum. Identifikasi audiens dapat dilakukan dengan membaginya kedalam segmen-segmen (segmentasi). Terdapat pembagian konsumen dalam berbagai segmen, yaitu: Geografis: pembagian konsumen berdasarkan wilayah, baik itu ibu kota maupun daerah berkembang. Demografis: pembagian konsumen berdasarkan data-data kependudukan misalnya usia, jenis kelamin, status perkawinan, pendapatan, pendidikan, pekerjaan dan agama. 12 Psikologis: Pembagian konsumen berdasarkan hal-hal kejiwaan seperti kebutuhan, kepribadian, persepsi, pembelajaran, sikap dan gaya hidup (Soemanagara, 2006: 72). b. Menentukan tujuan komunikasi Setelah audiens sasaran teridentifikasi, komunikator pemasaran harus memutuskan respon audiens yang diharapkan. Komunikator pemasaran harus mengetahui bagaimana memindahkan audiens sasaran ketingkat kesiapan membeli yang lebih tinggi (Kotler dan Susanto, 2001: 784). c. Merancang pesan Perusahaan atau organisasi perlu mengembangkan pesan yang efektif. Pesan itu harus memperoleh perhatian, menarik minat, membangkitkan keinginan, dan menghasilkan tindakan. Dalam memutuskan pesan sendiri membutuhkan pemecahan empat masalah yaitu: apa yang dikatakan (isi pesan), bagaimana mengatakan secara logis (struktur pesan), bagaimana mengatakan secara simbolis (format pesan) dan siapa yang harus mengatakannya (sumber pesan) (Kotler dan Susanto, 2001: 784). d. Memilih saluran komunikasi Saluran komunikasi terdiri dari dua jenis utama, personal dan non personal. Saluran komunikasi personal melibatkan dua orang atau lebih yang langsung berkomunikasi satu sama lain. Mereka dapat berkomunikasi dari muka ke muka, satu orang terhadap audiens, lewat telepon, atau melalui surat. Sedangkan saluran komunikasi non personal menyampaikan pesan tanpa melalui kontak personal atau interaksi. 13 Saluran ini meliputi media, suasana (atmosphere) dan peristiwa (event) (Kotler dan Susanto, 2001: 789). e. Mengalokasikan total anggaran promosi Perusahaan harus pandai memperhitungkan anggaran, jangan sampai anggaran yang berlebihan tidak menghasilkan tujuan. Anggaran disesuaikan dengan kemampuan perusahaan. Pengeluaran untuk promosi bervariasi tergantung pada produk yang akan ditawarkan (Uyung Sulaksana, 2003: 164). f. Memutuskan mengenai bauran promosi Bauran promosi dapat dibagi menjadi empat elemen yaitu advertising, public relations, personal selling, dan sales promotion (Kotler dan Susanto, 2001: 774). g. Mengukur hasil promosi Pengukuran efektivitas sangat penting dilakukan bagi manager. Tanpa dilakukan pengukuran efektivitas akan sulit diketahui apakah tujuan perusahaan atau organisasi dapat dicapai atau tidak (Kotler dan Susanto, 2001: 778). h. Mengatur dan mengelola komunikasi pemasaran terpadu Setelah dilakukan pengukuran efektivitas, perusahaan harus mempertimbangkan jenis-jenis media baru yang lengkap. Pelaksanaan langkah-langkah promosi dapat membantu tercapainya tujuan komunikasi. Satu kegiatan pemasaran belum tentu sama tujuannya dengan 14 kegiatan komunikasi yang lainnya. Tujuan promosi secara umum adalah untuk mencapai tiga tahap perubahan yaitu: a. Perubahan Pengetahuan Dalam tahap ini perusahaan memberikan pengetahuan kepada konsumen tentang keberadaan produk, bentuk produk, untuk apa produk itu diciptakan dan ditujukan kepada siapa. b. Perubahan Sikap Tahap perubahan sikap tentunya mengarah pada keinginan untuk mencoba produk. Pada tahap ini ditentukan oleh tiga komponen: cognition (pngetahuan), affection (perasaan) dan conation (perilaku). c. Perubahan Perilaku Perubahan perilaku dimaksudkan agar konsumen tidak beralih pada produk lain, dan terbiasa menggunakannya (Sulaksana, 2003: 119). Promosi pada dasarnya sama dengan istilah Komunikasi Pemasaran, karena terdapat konteks pengertian yang sama dalam memahami proses untuk konteks pijakan dasar 4P (Price, Place, Placement, dan Promotion). Pada dasarnya promosi sendiri terdiri atas 4 (empat) elemen dasar, menurut De Loizer, yang dilanjutkan oleh Kotler, yang kemudian bentuknya dimodifikasi oleh Croiser dan Shimp dan kemudian konsepsi tersebut dirumuskan oleh Belt pada tahun 1995 menjadi marketing communication mix, menurut Prisgunanto (2006: 9), terdiri atas empat kegiatan dasar, yaitu: 15 Gambar 1.1 Marketing Communication Mix Public Advertising Relation Sales Personal Promotion Selling Sumber: Ilham Prisgunanto, 2006, Komunikasi Pemasaran (strategi dan taktik), Ghalia Indonesia, Bogor Menurut Kotler dan Susanto (2001: 774), empat bauran promosi dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Periklanan (advertising) Periklanan memuat bentuk-bentuk komunikasi massa melalui berbagai macam media seperti koran dan majalah, radio dan televisi, madia outdoor (poster, rambu dan spanduk udara), souvenir (kotak korek dan kalender), media berjalan (bis, taksi), katalog, agenda dan referensi, jadwal acara dan menu, brosur dengan sponsor tertentu. Media-media tersebut dapat menjadi media iklan berjangka panjang (Andreasen, 1995: 685). Pengertian diatas sama dengan pendapat yang dikemukakan Rhenal Kasali (1993: 8), bahwa iklan biasanya disampaikan melalui saluran media massa, baik televisi, radio, surat kabar, majalah, bahkan internet melalui situs-situs tertentu. Tidak hanya itu, iklan juga disampaikan melalui media luar ruang seperti baliho, poster dan visual merchandising. 16 Secara umum media sendiri dikelompokkan menjadi: 1) Media cetak adalah media yang statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar, foto, dalam tata warna dan halaman putih. Seperti televisi dan radio, dalam jajaran medium penyiaran, fungsi utama media cetak adalah memberikan informasi dan menghibur. 2) Media elektronik, yaitu media dengan teknologi elektronik dan hanya bisa digunakan bila ada jasa transmisi siaran. 3) Media luar ruang, yaitu media iklan (biasanya berukuran besar) yang dipasang ditempat-tempat terbuka. Jenis-jenis media luar ruang meliputi billboard, baleho, poster, spanduk, umbul-umbul dan lain-lain (Tjiptono, 1997: 243). Periklanan merupakan bagian dari promosi, dimana iklan dianggap sebagai alat yang paling efektif karena jangkauan iklan luas sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh masyarakat luas. Dalam penyampaiannya, iklan menggunakan imbuhan yang membuat persuasif yang kuat terhadap konsumen untuk melakukan tindakan berupa pembelian. Baik melalui ilustrasi atau visualisasi, copywriting, sampai pada kemasannya. Iklan membujuk melalui penampilan restis, rasa lapar, kebutuhan, dan dahaga pengakuan sosial yang semua itu mengacu pada sifat dasar manusia sebagai upaya memikat perhatian yang dituju (Kasali, 1993: 10). Periklanan dalam lingkungan organisasi nirlaba, Kotler (1995: 684) menyebutnya dengan periklanan sosial yaitu pesan yang disampaikan disebut 17 dengan iklan layanan masyarakat. Mencakup segala bentuk periklanan dengan sejumlah alokasi tempat dan waktu pada suatu media, yang diberikan cuma-cuma oleh pengelola media yang bersangkutan. Biasanya iklan layanan dalam radio maupun televisi disiarkan lepas tengah malam atau hari minggu pagi ketika jam tayangan tersebut tidak diminati audiens dan tidak ada pemasang spot iklan. b. Penjualan Personal (Personal Selling) Alat promosi yang sering diabaikan oleh organisasi bukan pencari laba adalah personal selling (penjualan tatap muka). Perilaku ini terjadi akibat dua sikap. Pertama, manajer nirlaba umumnya menganggap bahwa apa yang mereka tawarkan sudah baik, dan hanya perlu penyediaan agar dapat dinikmati oleh masyarakat. Kedua, mereka sering percaya bahwa penjualan pribadi sama dengan manipulasi dan oleh karenanya tidak etis dalam derajat tinggi atau rendah. Hal ini tidak menjadi masalah apabila situasi penjualan melibatkan suatu transaksi ekonomi seperti yang terjadi ditoko-toko hadiah. Tetapi dalam keadaan dimana pekerja nirlaba membujuk orang-orang untuk menyumbang acara amal, menghadiri kuliah, atau bergabung dengan partai politik, perpustakaan, atau gereja, sering timbul keengganan untuk menggunakan pendekatan yang terencana dengan baik (Andreasen, 1995 : 748). c. Promosi Penjualan (Sales Promotion) Promosi penjualan merupakan berbagai kumpulan alat-alat intensif, yang sebagian besar berjangka pendek, yang dirangsang untuk merancang pembelian produk atau jasa tertentu dengan lebih cepat dan lebih besar oleh konsumen (Kotler dan Susanto, 2001: 803). 18 Promosi penjualan merupakan berbagai ragam alat-alat promosional berupa intensif jangka pendek yang dirancang untuk menstimulir pasar yang dituju agar segera memberi respon (tindakan) atas penawaran yang diberikan. Alat-alat tersebut bisa dikelompokkan dalam sub-sub kelompok menjadi kelompok alat consumer promotion (misal, memberi contoh produk, kupon undian, hadiah langsung berupa barang, potongan harga pembelian, dan demonstrasi produk), middleman promotion (misalnya, pemberian produk cumacuma, keanggotaan perkumpulan pedagang, kerjasama iklan, dan kontes penjualan antar dealer), dan sales forc promotion (misalnya pemberian bonus penjualan, kontes). Meski biasanya digunakan oleh perusahaan komersial untuk meningkatkan volume penjualan produk barang dan jasa, alat-alat promosi juga bisa digunakan untuk mempengaruhi perilaku sosial seperti donor darah, pendaftaran sekolah, pendaftaran anggota militer, dan sebagainya. Consumer uses price as an important extrinsic cue and indicator of product quality or benefits. High price brands are often perceived to be of higher quality and less vulnerable to competitive price cuts than low-price brands (Blattberg and Winniewski 1989 : Dodds Monroe and, Grewal 1991 : Kamakura and Russell 1993: Milgrom and Roberts 1986 : Olsn 1977). Therefore price is positively related to perceived quality. Rao and Monroe (1989) show that a positive relationship between price and perceived quality has been supported trough previous research. By increasing perceived quality, price is positively related to brand equity. (http://www.springerlink.com/content/ow587880v4557076/) Kotler (1995: 712), juga mengatakan bahwa promosi penjualan tidak hanya dipraktekkan dalam organisasi laba, tetapi juga dipraktekkan dalam organisasi nirlaba, seperti contohnya beberapa perguruan tinggi yang memberikan 19 beasiswa atau membiayai liburan ketempat-tempat eksklusif bagi mahasiswa yang berpresatasi, rumah sakit menyediakan fasilitas hiburan bagi para pasien. d. Hubungan Masyarakat (Public Relations) Pada hakekatnya kegiatan humas adalah kegiatan komunikasi yang bersifat timbal balik. Humas merupakan upaya komunikasi menyeluruh dari suatu perusahaan untuk mempengaruhi persepsi, opini, keyakinan, dan sikap berbagai kelompok terhadap perusahaan tersebut (Tjiptono, 1997: 230). Para pemraktek public relations yang terhimpun dalam “The International Public Relations Association” (IPRA) juga mendefinisikan public relations (hubungan masyarakat) sebagai komunikasi dua arah antara organisasi dengan publik secara timbal balik dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerja sama dan pemenuhan kepentingan bersama (Effendy, 1992: 23). Kegiatan Public Relations adalah kegiatan komunikasi yang didalamnya terdapat suatu usaha untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara suatu badan dengan publiknya, usaha untuk menanamkan kesan yang menyenangkan sehingga akan timbul opini publik yang menguntungkan bagi kelangsungan hidup badan atau instansi tersebut. Pada hakekatnya Public Relations adalah kegiatan komunikasi kendati agak lain dengan kegiatan komunikasi lainnya, karena ciri hakiki dari kegiatan Public Relations adalah komunikasi dua arah/timbal balik (two way communication). Arus komunikasi timbal balik ini harus dilakukan dalam kegiatan Public Relations, sehingga terciptanya umpan balik yang merupakan 20 prinsip pokok dalam Public Relations (Rachmadi, 1994: 7). Sementara menurut Rex F. Harlow, Public Relations (hubungan masyarakat) adalah fungsi manajemen yang khas yang mendukung dan memelihara jalur bersama bagi komunikasi, pengertian, penerimaan, dan kerja sama antara organisasi dengan khalayaknya (Effendy, 1992: 21). Dalam Public Relations terdapat dua macam publik yang menjadi tujuan yaitu: 1) Public Intern Public Intern adalah publik yang menjadi bagian dari unit/perusahaan/instansi itu sendiri. 2) Public Ekstern Public Ekstern adalah publik umum/masyarakat dimana industri atau usaha itu berada, yang harus diberi penerangan/informasi dari tumbuhnya goodwill dari mereka (Rachmadi, 1994: 13). Sifat humas adalah: 1) Kredibilitas tinggi, dimana artikel dan berita dimedia massa lebih dipercaya daripada iklan. 2) Terbuka, yakni hubungan masyarakat dapat menjangkau pihak-pihak yang menghindari wiraniaga atau iklan. 3) Dramatization, yaitu hubungan masyarakat memiliki potensi untuk mendramatisasi suatu perusahaan atau produk tertentu (Rachmadi, 1994: 80). 21 Mengenai konsep fungsional dijelaskan sebagai berikut: 1) Memudahkan dan menjamin arus opini yang bersifat mewakili dari publikpublik suatu organisasi, sehingga kebijaksanaan beserta operasionalisasi organisasi dapat dipelihara keserasiannya dengan ragam kebutuhan dan pandangan publik-publik tertentu. 2) Menasehati manajemen mengenai jalan dan cara menyusun kebijaksanaan dan operasionalisasi organisasi untuk dapat diterima secara maksimal oleh publik. 3) Merencanakan dan melaksanakan program-program yang dapat menimbulkan penafsiran yang menyenangkan terhadap kebijaksanaan dan operasionalisasi organisasi (Effendy, 1992: 34-36). Peningkatan profit ini harus dirasakan manfaatnya bukan hanya untuk sisi internal perusahaan saja, melainkan harus juga dirasakan untuk sisi eksternal perusahaan. Artinya, profit itu harus mampu memberikan manfaat secara materi (madiyah) dan nonmateri (insaniyah). Profit yang bersifat insaniyah berarti perusahaan juga akan memberikan manfaat yang bersifat kemanusiaan melalui kesempatan kerja, bantuan sosial, dan keselamatan lingkungan. Profit yang bersifat insaniyah juga akan memberikan manfaat berupa etika bisnis yang terpuji karena dilandasi oleh akhlak yang baik, serta akan memberikan manfaat berupa semakin dekatnya diri kepada Sang Pencipta. Artinya, semakin meningkatnya profit yang diperoleh suatu perusahaan, hal itu akan menyebabkan tindakan dan perilaku semua karyawan yang ada di perusahaan tersebut semakin mendapat 22 simpati dan dukungan masyarakat karena keberadaan perusahaan itu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya buat kemanusiaan dan lingkungan. Secara internal, profit yang diperoleh perusahaan akan digunakan untuk meningkatkan loyalitas karyawan, dalam bentuk peningkatan gaji, suasana kerja, fasilitas kerja, dan sebagainya sehingga karyawan akan sukarela melakukan kegiatan marketing keluar secara luar biasa dan berinteraksi dengan para pelanggannya (Freddy, 2009: 9-10). Pemasaran sosial (social marketing) dapat didefinisikan sebagai suatu penerapan dari konsep pemasaran pada aktivitas non komersial yang berhubungan dengan kepedulian kemasyarakatan, kesejahteraan rakyat dan pelayanan sosial. Social communication berkaitan dengan aktivitas-aktivitas program kesejahteraan kemasyarakatan, kepemerintahan, pembangunan sumberdaya melalui pendidikan, aktivitas lembaga sosial pemerintah atau pihak swasta non komersial dan lain sebagainya, baik secara terbatas (lokal) maupun nasional. Produk dalam pemasaran sosial hampir sama dengan produk-produk komersial, hanya saja wujud dan tujuan pemasaran dari produk pemasaran sosial ini tidak seperti produk pemasaran komersial. Apabila produk dari pemasaran komersial berwujud benda yang nyata serta mengutamakan profit oriented, maka pemasaran sosial kebanyakan produknya berwujud idea tau gagasan. Sehingga produk-produk pemasaran sosial dipasarkan untuk membangun kesadaran masyarakat agar menindak lanjuti secara positif atas fenomena sosial tertentu secara berkesinambungan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemasaran sosial adalah 23 penerapan konsep dan teknik pemasaran untuk mendapatkan manfaat sosial (Ruslan, 2002: 268). Ada sedikit perbedaan menurut Notoatmodjo (2005: 184), antara pemasaran bidang usaha dengan pemasaran sosial, yaitu: a. Penggunaan produk sosial biasanya lebih rumit daripada produk komersial b. Produk sosial hasilnya tidak cepat dirasakan c. Saluran distribusi untuk produk-produk sosial lebih sulit dikontrol karena biasanya menyangkut banyak pihak d. Konsumen pada umumnya tidak mampu dan berpendidikan rendah Menurut Rahmadi (1994: 192), tujuan dari komunikasi pemasaran sosial sendiri adalah menciptakan hubungan batin yang baik antara lembaga dan khalayak untuk menciptakan persepsi dan penilaian positif mengenai jasa yang dikomunikasikan. Tahapan-tahapan yang perlu dilakukan dalam memasarkan sebuah ide atau produk sosial pada tahap adopter (kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dari target pemasaran sosial), yaitu: a. Analizing the social marketing environment Tahap pertama dalam proses pemasaran sosial adalah melakukan analisis lingkungan yang terkait dengan kampanye sosial, disini komunikator melihat keadaan lingkungan sesungguhnya. Dimana perlu diketahui masalah sebenarnya yang dialami oleh target adopter itu sendiri. Berdasarkan tahapan ini analisa lingkungan dilakukan dengan penelitian dan pengumpulan fakta. 24 b. Reseaching the target adopter population Pemasar sosial perlu memiliki pengertian lengkap dan mendalam tentang kelompok target adopter dan kebutuhan mereka. Dengan membuat segmentasi target adopter berdasarkan populasi total target adopter, maka dapat dilihat karakteristik umum target adopter dalam merespon promosi yang akan dilakukan. Berdasarkan segmentasi itu, maka pemasar sosial dapat melakukan promosi dengan berbagai cara yang telah disesuaikan dengan target adopter. c. Designing social marketing objectives and strategies Strategi pemasaran sosial menentukan taktik untuk pencapaian tujuan atau sasaran. Dilakukannya komunikasi pemasaran sosial dimana strategi ini juga mencakup alokasi pemasaran (marketing allocation), bauran pemasaran (marketing mix) dan sistem budgeting pemasaran (marketing expenditures) yang dipandang mampu mencapai tujuan atau sasaran segmen target adopter dan tidak lupa bahwa strategi tersebut haruslah spesifik, dapat diukur dan dapat dicapai. Pemasar sosial harus menentukan bagaimana anggaran kepada aspek-aspek social marketing mix yang akan digunakan, aspek-aspek ini dikenal sebagai 4P yaitu: 1) Product, merupakan program-program yang ditawarkan kepada target adopter. 2) Price, biaya yang harus dikeluarkan target adopter 3) Place, bagaimana suatu produk sosial di sosialisasikan kepada target adopter 25 4) Promotion, cara produk sosial dipromosikan kepada target adopter. The 4Ps Marketing Mix has been often the subject of debate and research as to its capacity to address the relationship marketing. Research done by Ailawadi et al. (2001) questions the effect of promotions and advertising as marketing tools for customer retention while the study of Alsem et al. (1996) confirms that creating long-term relationships with customers is considered as the main company marketing focus of approximately 60% of the companies surveyed (this percentage has gone up by 20% in five years). (//www.ingentaconnect.com/content/westburn/jmm/2006/00000022/0000 0003/art00008) Penerapan teknik pemasaran dalam melaksanakan program-program organisasi nirlaba membutuhkan strategi. Tentu saja strategi yang diterapkan sedikit berbeda dibandingkan dengan memasarkan produk barang. Perbedaan yang prinsip terletak pada tambahan 2P, yaitu: 1) Patnership (Kemitraan) Kemitraan adalah upaya untuk melibatkan berbagai sector kelompok masyarakat, lembaga pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk bekerjasama berdasarkan atas kesepakatan prinsip dan peranan masingmasing. 2) Policy (Kebijakan) Produk pemasaran sosial tidak ada artinya apabila kemitraan tidak dijadikan tujuan organisasi. Penekanannya adalah pada masyarakat luas, langsung mempengaruhi perilaku, dan kebutuhan serta kepentingan target sasaran sebagai dasar pertimbangan. Demikian juga, pemasaran sosial tidak ada artinya apabila tidak diikuti atau dilanjutkan dengan upaya 26 mendorong tersusunnya sebuah kebijakan (Kotler dan Robert, 1989: 3946). a. Planning social marketing programs Setelah strategi pemasaran diformulasikan, program social marketing mix harus dsiapkan, dimana elemen marketing mix harus dibuat dalam tactical program dibuat untuk mendukung proses distribusi langsung dan komunikasi personal pada akhirnya. b. Organizing, implementing, controlling an evaluating the social marketing plan Dalam manajemen proses pemasaran sosial tahap akhirnya adalah untuk mengatur sumber-sumber pemasaran, mengimplementasikan program sosial marketing mix, melakukan control terhadap pelaksanaan program dan melakukan evaluasi hasil pelaksanaan program (Kotler dan Robert, 1989: 39-47). F. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Bogdam dan Taylor (lihat Moleong, 2005: 4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Bersifat deskriptif karena merupakan metode yang menggambarkan variabel demi variabel tanpa berusaha untuk menjelaskan lebih lanjut hubungan antar variabel. Data deskriptif yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, laporan 27 penelitian. Dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen. Penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat (Rakhmat, 2001: 22). Metode deskriptif yang digunakan peneliti bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang Strategi Promosi batik Gunawan Setiawan Dalam Menarik Minat Konsumen Untuk Mendukung Penjualan Dalam Rangka Melestarikan Batik. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Jl. Cakra 21, Kampung Wisata Batik Kauman Solo. 3. Sumber Data Sumber data yang penulis gunakan saat ini, ialah : a. Data Primer, yaitu semua pihak yang terkait langsung dengan permasalahan yang diteliti, dimana pihak-pihak tersebut adalah semua orang yang diikutsertakan dalam wawancara. b. Data Sekunder, yaitu data yang meliputi keterangan-keterangan yang diperoleh melalui studi pustaka, termasuk literatur, dokumen, dan sumbersumber lain yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. 4. Metode Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data digunakan metode sebagai berikut ini: 28 a. Wawancara Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan tanya jawab dengan responden dan informan, dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian. Tujuan umum wawancara adalah untuk mendapatkan pernyataan empiris mengenai keadaan pribadi, peristiwa, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan, dan sebagainya, untuk merekonstruksi beragam hal seperti itu sebagai bagian dari pengalaman masa lampau, dan memproyeksikan hal-hal itu dikaitkan dengan harapan yang bisa terjadi di masa yang akan dating (HB Sutopo, 1998: 58). b. Observasi Observasi ini berguna untuk menjelaskan, memberikan, dan merinci gejala yang terjadi (Rakhmat, 2001 : 84). Menurut Guba dan Lincoln (dalam Moleong, 1995 : 126), teknik observasi memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit. Dari data observasi ini, peneliti terjun langsung kelapangan yaitu batik Gunawan Setiawan Surakarta untuk melihat dan mencatat hal-hal penting yang akan digunakan untuk melengkapi data yang diperlukan. c. Dokumentasi Dokumentasi diperlukan guna melengkapi hal-hal yang dirasa belum cukup dalam data-data yang telah diperoleh melalui pengumpulan lewat dokumen atau catatan yang ada dan dianggap relevan dengan masalah yang diteliti. 29 5. Teknik Sampling Teknik Sampling merupakan teknik pengambilan sample (Sugiyono, 2009: 81). Peneliti menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu atau sampel bertujuan. Sampel ini cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian yang tidak melakukan generalisasi (Sugiyono, 2009: 85). Hal yang sama juga dikatakan oleh Pawito yaitu bahwa sifat metode sampling dari penelitian kualitatif adalah purposive sampling (Pawito, 2007:88). 6. Teknik Validitas Data Validitas menunjukkan sampai sejauh mana data yang diperoleh telah secara akurat mewakili realitas atau gejala yang diteliti. Sementara reliabilitas berkaitan dengan tingkat konsistensi hasil dari penggunaan cara pengumpulan data (Pawito, 2007: 97). Validitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi data. William dalam Sugiyono menyatakan bahwa triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu (Sugiyono, 2009: 273). Pawito (2007: 99-100) mengetengahkan beberapa macam teknik triangulasi yaitu: (a) Triangulasi data, (b) Triangulasi metode, (c) Triangulasi teori, (d) Triangulasi peneliti. Dari keempat data yang dikemukakan oleh Pawito (2007) hanya triangulasi data yang digunakan dalam penelitian ini. Hal tersebut untuk mengetahui validitas data yang diperoleh. Penggunaan beberapa sumber data yang 30 berbeda sangat penting dalam penelitian ini guna mendapatkan hasil penelitian atau kesimpulan yang valid. 7. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Lexy J. Moleong, 2001: 103). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi langkah-langkah reduksi, display data, kesimpulan dan verifikasi (HB Sutopo, 2002: 37). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Analisis Interaktif (Interactive Models of Analysis), seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Penelitian ini bergerak diantara tiga komponen, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, dimana aktivitas ketiga komponen tersebut bukanlah linear namun lebih merupakan siklus dalam struktur kerja interaktif. Di dalam penelitian kualitatif, proses analisis yang digunakan tidak dilakukan setelah data terkumpul seluruhnya, tetapi dilakukan pada waktu bersamaan dengan proses pengumpulan data. Hal ini dilakukan karena analisis ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran khusus yang bersifat menyeluruh tentang apa yang tercakup dalam permasalahan yang akan diteliti. Setelah data terkumpul, dilakukan reduksi data. Data ini sebagai bahan deskripsi keadaan, kemudian dilakukan penarikan kesimpulan. Adapun teknik analisis data digambarkan sebagai berikut: 31 Gambar 1.2 Teknik Analisis AInteraktif Pengumpulan data Data reduksi Data display Conclusion drawing Yang akan dijelaskan sebagai berikut: a. Reduksi data Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data (kasar) yang ada dalam fieldnote. b. Penyajian data Merupakan suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan riset yang dilakukan. c. Penarikan Kesimpulan Dalam awal pengumpulan data, peneliti sudah harus mulai mengerti apa arti dari hal-hal yang ditemui dengan melakukan pencatatan peraturanperaturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, dan proposisi-proposisi. Kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai proses pengumpulan data berakhir. 32 BAB II DESKRIPSI LOKASI A. ASAL-USUL KAUMAN 1. Sejarah Kauman Kauman, yang begitu dikenal oleh hampir seluruh masyarakat Jawa, sebagai nama kampung yang terletak di tengah-tengah kota, berdekatan dengan Masjid Agung dan Alun-Alun Keraton atau Alun-alun Kabupaten. Hampir di setiap Kabupaten atau Kotamadya di Propinsi Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur terdapat nama Kampung Kauman. Kampung Kauman yang berada di Kota Surakarta terletak di sebelah barat alun-alun dan dekat dengan Masjid Agung Keraton, dan namanya memiliki cerita tersendiri yang sejarah kelahirannya mempunyai kisah yang panjang. Nama Kauman memiliki keterkaitan dengan keberadaan Keraton Kasunanan Surakarta. Berdiri seumur dengan dibangunnya Masjid Agung Surakarta oleh PB III tahun 1757 M. Masjid ini dibangun oleh raja sebagai bentuk kewajiban raja dalam memimpin rakyatnya di mana raja sebagai Sayyidin Panatagama Khalifatullah, yang berarti raja selain menjadi pemimpin Negara (kerajaan) raja juga sebagai pemimpin agama agar rakyat dapat hidup damai dan sejahtera. Setelah Masjid berdiri, maka berfungsilah masjid tersebut sebagai pusat dakwah Islam bagi keraton Kasunanan Surakarta karena kerajaan Surakarta adalah kelanjutan dari kerajaan Mataram Islam, yang diawali dari kerajaan Islam Demak kemudian pindah ke kerajaan Pajang, Mataram Islam (Sultan Agung), 33 kerajaan Kartasura dan yang terakhir kerajaan Surakarta Hadiningrat. Raja untuk melaksanakan tugasnya sebagai Sayyidin Panatagama Khalifatullah ini, maka raja mengangkat dan menempatkan seorang Penghulu (seorang ahli dibidang agama sekaligus penasehat raja) di Masjid tersebut. Penghulu ini diberi hak pakai atas sebidang tanah yang terletak di sebelah utara Masjid. Tanah di sekitar masjid ini oleh keraton hanya boleh ditempati oleh rakyat yang beragama Islam, maksudnya adalah bahwa Masijid Agung dan sekitarnya, tanahnya adalah milik Keraton yang disebut Bumi Pamijen Keraton atau Domein Keraton Surakarta (DKS). Sedangkan Kauman disebut bumi mutihan atau bumi pamethakan, yaitu wilayah yang hanya boleh dihuni oleh rakyat (kawulo dalem) yang beragama Islam (dalam, Musyawaroh 2000). Lahirnya kampung Kauman dimulai dengan adanya penempatan abdi dalem pamethakan yang bertugas dalam bidang keagamaan dan kemasjidan yaitu Kanjeng Kyai Penghulu Mohammad Thohar Hadiningrat (Penghulu dalem ing keraton dalem Surakarta), yang bermukim di sekitar masjid Agung. Penghulu membawahi tanah di sekitar masjid yang warganya terdiri dari Abdi dalem pamethakan dan ulama sebagai pembantu atau mewakili tugas Penghulu apabila berhalangan. Tanah yang beliau tempati adalah pemberian dari Sunan PB III dengan status tanah anggaduh, yang berarti hanya berhak menempati atau nglungguhi dan tidak punya hak milik. Tanah yang ditempati penghulu dan para abdi dalem pamethakan tersebut oleh keraton diberi nama Perkauman, artinya tanah tempat tinggal para kaum dan sampai sekarang menjadi Kauman (dikenal dengan sebutan Kauman). Nama Kampung Kauman ini dijelaskan juga oleh RM 34 Sajid dalam kutipan Babad Sala halaman 42: “Panggenahing abdi dalem ngulama, saking pangkat bupati sakandhahanipun sadaya, dumugi kaum, naminipun kampung kauman”. Jadi penduduk pertama kali kampung Kauman adalah seorang penghulu yang membawahi beberapa jabatan di bawahnya yang mengurusi dan membantu tugas penghulu dalam bidang kemasjidan khususnya Masjid Agung. Adapun Abdi dalem dan ulama tersebut antara lain: 1. Ketib atau Khotib, yaitu ulama yang bertugas memberikan khotbah pada saat sholat jumat dan sebagai Iman sholat rowatib. 2. Modin, yaitu orang yang bertugas memukul bedhug atau kenthongan saat tanda waktu sholat wajib telah tiba, kemudian mengumandangkan adzan. Namun dalam kehidupan sehari-hari modin juga melaksanakan tugas untuk mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan perkawinan dan kematian, memberikan doa dalam acara selamatan, memandikan jenazah dan sebagainya. 3. Qoyyim, yaitu orang yang bertugas membantu tugas dan pekerjaan modin. 4. Merbot, yaitu orang yang bertugas sebagai juru bersih dan mengelola fisik masjid, seperti menyediakan air, tikar dan alat-alat perkakas masjid. Dari pernyataan-pernyataan di atas mengenai sejarah Kauman dapat dikatakan bahwa keberadaan kampung Kauman ada karena memang dikehendaki keraton sebagai bagian dari 4 komponen pola kota pemerintahan kerajaan Mataram Islam, yang terdiri dari keraton, alun-alun, masjid dan pasar. Dan para abdi dalem pamethakan inilah yang mencitrakan Kauman sebagai kampung yang 35 didominasi oleh para Priyayi dari golongan Ulama atau Santri yang ditempatkan oleh pihak kerajaan (atas kehendak raja) yang mengemban tugas mulia untuk “meng-Islamkan” masyarakat dan mereka menempati tanah disekitar masjid kerajaan. Namun tidak menutup kemungkinan sebelum ditempatkannya para abdi dalem pamethakan oleh raja pada tanah yang berada di sekitar masjid tersebut, yang jauh sebelumnya telah berpenghuni. 2. Latar Belakang Sosial Masyarakat Kauman Kampung Kauman sebagai bagian integral dari keberadaan Keraton Surakarta, merupakan suatu bentuk komunitas. Komunitas adalah konsep Sosiologi yang menunjuk pada bentuk kesatuan sosial. Warga suatu komunitas biasanya mempunyai perasaan kesatuan sedemikian kerasnya sehingga rasa kesatuan itu menjadi sentiment persatuan, hal ini dapat diwujudkan dengan rasa kepribadian kelompok serta rasa bangga dan cinta pada wilayah dan kelompok (Koentjaraningrat, 1984). Demikian pula dengan kampung Kauman menurut tulisan tentang sejarah Kauman di atas, pada awalnya khusus diperuntukkan bagi abdi dalem pametahakan yang berada dibawah otoritas Penghulu (Reh Pengulon) yaitu yang mengurusi masalah keagamaan keraton. Masyarakat Kauman dulu, sebagian besar berprofesi sebagai abdi dalem pamethakan menampakkan dirinya sebagai komunitas muslim. Mereka ini ditempatkan di Kauman untuk menyelenggarakan kegiatan keagamaan dari keraton. Sebagai suatu bentuk komunitas masyarakat Kauman memiliki perasaan yang begitu kuat mempertahankan komunitas tersebut. Perasaan tersebut mengandung unsur: seperasaan, sepenanggungan dan 36 saling memerlukan (Soekanto, 1982). Dalam masyarakat Kauman perasaanperasaan sosial individu diorganisasikan untuk menciptakan ikatan-ikatan sosial. Ikatan-ikatan itu dapat berupa ikatan keagamaan dan pertalian darah. Ikatan keagamaan masyarakat Kauman merupakan mayoritas masyarakat Kauman beragama Islam, meminjam istilah dari Clifford Geertz dalam bukunya Abangan, Santri dan Priyayi dalam masyarakat Jawa (1981) maka masyarakat Kauman termasuk kategori Santri. Santri menurut Geertz adalah mereka yang mendasarkan diri pada etikaetika Islam dalam kehidupan sehari-harinya. Kauman sebagai kampung santri keberadaannyapun dikehendaki oleh raja sebagai tempat domisili para abdi dalem pamethakan dan pusat dakwah atau syiar Islam, sehingga kampung Kauman punya hukum atau aturan khusus yang ditetapkan oleh raja. Peraturan tersebut seperti disebutkan dalam naskah No. 86 b yang berupa undang-undang bagi para buruh dan Pangindhung yang tinggal di tanah Pakauman Surakarta untuk tidak berbuat maksiat dan menyembunyikan gamelan pada saat hajatan. Peraturan ini dikeluarkan oleh Paku Buwana VII ditujukan kepada penghulu sebagai orang yang dipercaya untuk melaksanakan hukum Islam di Kauman. Adanya peraturan-peraturan tersebut menjadikan kehidupan di kampung Kauman pada masa lalu lebih religius dibandingkan dengan kampung lain. Simbol lain yang menunjukkan kampung tersebut adalah kampung santri adalah Masjid Agung. Masjid Agung adalah salah satu Masjid Kerajaan yang ada di pulau Jawa. Masjid kerajaan adalah sebagai salah satu dari 4 (empat) komponen yang membentuk suatu pola kota tradisional di Jawa, komponen yang 37 lain adalah keraton, alun-alun dan pasar. Masjid Agung Surakarta didirikan oleh PB III pada tahun 1757 M. Kenyataan bahwa masyarakat Kauman mayoritas Islam, tidak mengherankan karena pada awalnya penduduk pertama di sana adalah para abdi dalem pamethakan bertugas mengurusi segala macam kegiatan keagamaan di Kauman dan Masjid Agung milik kerajaan. Pertalian darah maksudnya di sini adalah seperti telah dikemukakan di atas bahwa sebagian besar masyarakat Kauman pada saat itu atau awalnya adalah abdi dalem pamethakan, sebagai abdi dalem keraton Surakarta maka mereka dapat dikategorikan sebagai golongan priyayi yang didasarkan atas tingkatan jabatan dalam birokrasi administrasi keraton dan atas dasar keturunan. Gambaran ikatan keagamaan dan pertalian darah tersebut dapat dikatakan bahwa masyarakat Kauman terbentuk oleh simpul ikatan tali keagamaan, darah keluarga dan birokrasi keraton. Perkembangan masyarakat Kauman selanjutnya terus mengalami perubahan sesuai perkembangan peradaban, dan sampai saat ini nilai keislaman dari masyarakat Kauman tetap menonjol dibandingkan dengan masyarakat di kampung lain. B. BATIK KAUMAN 1. Sejarah Batik Kauman Sejarah pembatikan di Indonesia, tidak jauh berbeda karena seperti diketahui keberadaan Kauman sejak awal memang tidak bisa dilepaskan dari keberadaan keraton, yang sejak awal memang telah menempatkan Kauman sebagai suatu bingkai sistem sosial. Keraton sebagai muara sistem sosial, dan 38 Kauman adalah salah satu sub sistemnya. Realitas pemenuhan kebutuhan sehariharipun juga menjadi salah satu bagian yang disediakan oleh pihak keraton. Sebagai bagian dari salah satu abdi dalem keraton yaitu abdi dalem pamethakan atau ulama, yang mengabdi pada raja pihak keraton tetap memenuhi kebutuhan para abdi dalem tersebut yaitu gaji dan jaminan hidup, mereka tidak begitu mempermasalahkan gaji yang diberikan keraton karena yang menjadi perhatian mereka adalah bagaimana mereka mengabdi pada raja. Namun demikian istri-istri mereka yang umumnya pandai membatik tulis halus mampu mencukupi atau menambah penghasilan bagi keluarga. Kepandaian membatik ini ilmunya diperoleh lewat media pembelajaran antara sesama kerabat yang pada awalnya memang berasal dari kerabat kebangsawanan keraton. Istri-istri tersebut membuat batik dengan pertimbangan untuk memenuhi kebutuhan sandang dan utamanya menutup aurat. Bermula dari hanya membatik sebagai pengisi waktu luang dan hanya mencukupi untuk konsumsi keraton, kemudian batik di Kauman ini berkembang menjadi suatu usaha yang menguntungkan karena seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan. Keraton tidak mungkin dapat memenuhi semua kebutuhan para abdi dalemnya secara keseluruhan dan para abdi dalem pametahakan di Kaumanpun juga melakukan aktifitas yang sifatnya produktif. Batik adalah alternatif yang paling memungkinkan bagi mereka. Dimana dengan pola pembagian kerja yang menempatkan para suami pada tempat-tempat publik dalam bentuk mengajar/memberi materi agama, sementara istrinya mengisi waktunya dengan memproduksi batik. 39 Pada perkembangannya selanjutnya ketrampilan tersebut secara intensif dikembangkan oleh para perempuan istri abdi dalem pamethakan tersebut. Dengan mengembangkan ketrampilan membatik, sebagian besar warga Kauman terutama istri-istri abdi dalem memiliki kemampuan untuk menghasilkan kain batik dalam jumlah besar, ditambah pola kekerabatan yang dimiliki pada akhirnya mampu mengakumulasi jumlah produksi sebanyak mungkin untuk dikomersilkan. Perubahan dinamika masyarakat, pada perubahan ruang dan teknologi dilakukan oleh kaum kolonial juga turut mempengaruhi terhadap berkembangnya peluang dalam bentuk perdagangan, peluang ini dianggap sangat dinamis seiring dengan perkembangan, dan semakin beragamnya kebutuhan yang disediakan oleh pasar. Hal ini membawa dampak yang pada awalnya industri rumah tangga ini yang hanya untuk konsumsi keraton kemudian meluas menjadi produsen dan pedagang batik untuk masyarakat luas. Perkembangan industri batik cukup pesat membuat bermunculan pengusaha dan pedagang batik, dimana pengusaha batik meluas, tidak hanya istri-istri para abdi dalem pamethakan akan tetapi meluas sampai kekeluarga dan kerabatnya serta masyarakat umum juga tinggal di Kauman. Menurut Darban dalam Musyawaroh (2001), profesi rangkap ini berhasil mengangkat taraf ekonomi/perekonomian masyarakat Kauman sendiri dan masyarakat luas. Kampung tersebut menjadi makmur karena hidupnya usaha batik yang mendominasi kehidupan masyarakat di wilayah tersebut dan pengusahanya dapat membangun rumah yang megah. 40 2. Perkembangan Industri Batik di Kauman Menilik dari sejarah batik kauman yang ada pada era 1800an, produksi batik Kauman pada masa itu hanya mengkhususkan pada pemenuhan kebutuhan batik Keraton yang berupa batik tulis bermotif klasik atau pakem (kuno). Seiring dengan pemenuhan kebutuhan para produsen batik hal ini para abdi dalem pamethakan dan istrinya, mereka mulai melebarkan sayapnya tidak hanya untuk konsumsi keraton saja akan tetapi untuk konsumsi masyarakat luas khususnya wilayah Surakarta, perluasan ini dilakukan karena melihat peluang pasar dimana batik pada masa itu merupakan pakaian wajib atau resmi bagi masyarakat. Perkembangan industri batik di Kauman semakin maju dari tahun ke tahun, ditandai dengan munculnya inovasi teknis dalam membatik. Inovasi teknis ini mulai dikenal di Kauman pada tahun 1850an dimana metode membatik yang baru dari Semarang diperkenalkan oleh seorang pengusaha batik di Kauman. Metode baru ini menggunakan cap yang terbuat dari garis-garis tembaga yang ditempelkan pada sebuah alas dan diberi pegangan, sebuah alat yang mampu membuat batik dalam jumlah banyak dengan tenaga kerja sedikit. Batik dengan metode ini kemudian oleh masyarakat disebut batik cap. Dengan munculnya metode cap para pengusaha atau Juragan batik di Kauman yang menggunakan metode cap semakin banyak jumlahnya. Adanya batik cap serta merta menggeser batik tulis yang merupakan andalan utama pengusaha batik Kauman era 1850an. Bercermin dari pola-pola perkembangan sejarah industri batik di kota Surakarta, terlihat adanya pengkhususan produksi batik di masing-masing wilayah kota. Seperti Kauman, Keprabon, dan Pasar Kliwon terus membuat batik halus, 41 sementara itu Tegalsari dan Laweyan mengkhususkan diri pada produksi cap untuk konsumsi massa. Untuk pembidangan ini, Kauman dan Laweyan menduduki posisi sentral di Surakarta. Kauman sebuah pusat produksi batik yang sudah cukup lama menjadi pusat perdagangan batik, selain Kauman adalah tempat bermukimnya para abdi dalem pamethakan. Pada perjalanan dan perkembangan industri batik selanjutnya yaitu sampai akhir tahun 1910an batik Surakarta termasuk di dalamnya batik Kauman terus mendominasi pasar nasional sekaligus pasar setempat, walaupun persaingan dengan industri batik daerah lain seperti Pekalongan dan Jawa Barat semakin ketat. Batik yang berkembang di Kauman bukanlah sekedar batik sebagai barang dagangan atau produk industri. Tetapi batik Kauman adalah batik pakem yang bercita rasa seni sangat tinggi. Batik pakem adalah motif batik klasik yang mempunyai makna filosofi pada setiap motifnya, pemakainyapun harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi, bahkan dengan syarat-syarat tertentu. Motif yang semula hanya terpaku pada motif pakem pada awal abad 20 yaitu setelah tahun 1910an. Perkembangan batik Kauman tidak hanya menampilkan motif klasik saja, tetapi telah memasuki era modifikasi bersifat kontemporer (menyesuaikan dengan perkembangan zaman). Hal ini tidak menjadikan nilai seninya berkurang, justru karya-karya pengusaha-pengusaha batik (juragan/saudagar) semakin bervariasi pada akhinya menjadi ciri khas dari batik Kauman. 42 Dampak dari semua perjalanan dan perkembangan industri batik yang dialami Kauman khususnya, juga turut andil mempengaruhi dunia tekstil, dimana tahun 1950an benar-benar dikuasi oleh batik, semua wanita pribumi menggunakan kain batik dan yang laki-laki menggunakan kain sarung batik, bahkan untuk pakaian guru, pegawai pemerintah, pegawai keraton, dan para siswa sekolah juga memakai kain batik.. Jenis kain batik yang diproduksi di Kauman pada masa itu adalah kain jarik, sarung, dodot, iket dan selendang. Produksi batik pada saat itu dilakukan secara besar-besaran, di mana pemasaran batik telah melewati batas propinsi, antara lain Tuban, Gresik, Bojonegoro, Surabaya dan sebagainya. Pada era 1800an sampai 1950an pakaian batik khususnya batik tulis halus terus diproduksi di Kauman oleh saudagarsaudagar batik, jenis batik tulis halus yang diproduksi di Kauman untuk menyediakan kebutuhan untuk acara-acara penting seperti perkawinan, selamatan atau acara-acara resmi lainnya. Selain itu masyarakat Kauman juga memproduksi jenis batik kasaran yang harganya juga lebih murah dan dapat dipakai oleh semua lapisan masyarakat. Pada perkembangan selanjutnya, perubahan zaman yang disebabkan oleh kemajuan industri tekstil yang mampu menghasilkan kualitas dan kuantitas dari berbagai jenis kain dengan warna dan motif yang beraneka ragam pada era 1960an secara langsung berpengaruh terhadap dunia batik. Hal ini semakin diperparah dengan naiknya harga mori yang berakibat tak terjangkaunya ongkos produksi oleh pengusaha batik pada umumnya memacu mereka untuk bangkrut keadaan itu tidak hanya berlaku untuk industri batik Kauman saja, tetapi hampir 43 di seluruh daerah di Indonesia yang menghasilkan kain batik. Hadirnya industriindustri tekstil pada era tersebut, memang membuat perekonomian Indonesia pada umumnya semakin maju karena tekstil lebih praktis dan luwes sifatnya, kondisi seperti ini semakin menyudutkan posisi ekonomi para pengusaha (juragan) batik. Berkembangnya industri tekstil ini juga berpengaruh terhadap pola tata busana kehidupan masyarakat Jawa, karena masyarakat yang dulunya menggunakan kain batik untuk busana sehari-hari seperti jarik dan sarung sejak tahun 1970an sudah mulai banyak yang meninggalkannya. Mereka lebih cenderung menggunakan rok, blus, kemeja dan celana, kondisi ini berlaku untuk semua kalangan masyarakat segala usia. Industri batik pun akhirnya dimulai pada tahun 1960an akhirnya mengalami penurunan omzet, kalah dengan tekstil pabrik. Begitu pula yang terjadi dengan industri batik di Kauman. Para pengusaha batik mulai merasakan dampaknya, mereka sudah mulai mengurangi produksinya hal ini terlihat pada batik yang dulunya dikirim sampai luar kota kini sudah tidak banyak dilakukannya. Produksi batiknya hanya untuk memenuhi pasar lokal saja, kalaupun dikirim keluar kota hanyalah sekedar memenuhi pesanan saja dan sebagian pengusaha batik Kauman lebih senang menitipkan dagangan batiknya di kios batik di Pasar Klewer. Keadaan seperti ini berlangsung kurang lebih hingga paruh 1980an, sehingga suasana kampung Kauman semakin sepi tidak ada riuh suara pembatik dan gemuruh suara api saat membabar kain. Keadaan ini diperkuat dengan semakin majunya perkembangan di dunia ilmu pengetahuan, para generasi 44 penerus dari pengusaha-pengusaha batik di Kauman ini banyak yang lebih memfokuskan pada jenjang pendidikan, sehingga sebagian besar dari generasi penerus yang menjalankan usaha batik leluhurnya sudah banyak yang tidak melanjutkannya dan beralih ke profesi lain. Untuk melanjutkan usaha batik dari orang tuanya dan masih aktif berproduksi walaupun ada pengurangan kapasitas hanya sedikit sekali. Ironisnya lagi para keturunan pengusaha batik ini, sebagian besar dari mereka mewujudkan pengabdiannya di luar kota, di Jakarta, Surabaya, Semarang, dsb, sehingga usaha batik yang dimiliki oleh orang tuanya banyak yang berhenti, karena minimnya SDM-SDM yang mengerti dunia batik. Hanya sebagian kecil saja yang sampai saat ini masih mau meneruskan usaha batik tersebut. Demikianlah perjalanan dan perkembangan batik Kauman sebagai salah satu sentra dari sekian banyak sentra industri batik di Surakarta dan cukup berpengaruh bagi pertumbuhan ekonomi perdagangan batik, pasar sandang batik di Surakarta pada khususnya. C. PAGUYUBAN KAMPUNG WISATA BATIK KAUMAN 1. Sejarah Paguyuban Pada awal mulai tumbuh dan berkembangnya industri batik Kauman sampai sekarang pengusaha-pengusaha batik dan pedagang batik Kauman tidak terhimpun dalam suatu wadah atau asosiasi, akan tetapi sejak diadakannya festival 1200 pembatik anak di Kauman tanggal 12 Februari 2006 yang digagas oleh salah satu pengusaha batik di Kauman dengan menggandeng Karang Taruna (muda- 45 mudi) pemikiran untuk membentuk Paguyuban Batik mulai terbangun. Sejak pertengahan tahun lalu, sejumlah pengusaha batik di Kampung Kauman mulai menampakkan eksistensinya kembali. Follow up dari pemikiran pembentukan paguyuban tersebut akhirnya dapat terealisasi yaitu pada tanggal 7 April 2006 masyarakat Kauman yang terdiri dari pengusaha dan pedagang batik serta pengusaha yang lain telah membentuk dan melantik kepengurusan Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman Surakarta. Paguyuban berasal dari kata Guyub yang berarti rukun. Istilah paguyuban sebagai nama organisasi karena masyarakat kampung Kauman yang memiliki ikatan kekeluargaan dan gotong royong yang cukup kuat. Guyub menjadi salah satu modal sosial untuk mengembangkan Kampung Wisata Batik Kauman Surakarta. Paguyuban memiliki logo yang hampir serupa dengan lambing Keraton Kasunanan Surakarta karena adanya sejarah hubungan Kampung Kauman dengan Keraton. Gambar 2.1 Logo Paguyuban Batik Kauman 46 Keterangan Logo Paguyuban: 1. Burung / Lar: pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Padi dan kapas: menunjukkan kesejahteraan dan kemakmuran Kampung Batik Kauman 3. Lingkaran: menunjukkan satu kesatuan 4. Bintang: banyaknya UKM (Usaha Kecil Menengah) yang terwadahi 5. Canting: menunjukkan batik, tunggangan menuju kemakmuran 6. Warna coklat (salah satu warna batik khas Solo): sebagai alat kesejahteraan Dalam perkembangnnya muncul paguyuban ini semakin banyak tumbuh pedagang-pedagang batik di Kauman, para pedagang batik ini memanfaatkan rumah-rumah mereka yang kosong untuk dijadikan show room atau toko dan mereka mengambil produk batik yang mereka jual sebagian juga berasal dari pengusaha-pengusaha batik yang berproduksi di Kauman. 2. Visi dan Misi Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman Surakarta Adapun visi dan misi Paguyuban Kampung Batik Kauman adalah sebagai berikut: Visi Terwujudnya kampung batik Kauman menjadi kawasan wisata, perdagangan dan budaya yang santun, damai dan penuh berkah; mempertahankan kerajinan batik supaya tetap bertahan dengan segala inovasi dan seninya. 47 Misi a. Menciptakan suasana kampung wisata, perdagangan dan budaya yang terkoordinasi dengan baik. b. Meningkatkan potensi kampung Kauman. c. Menciptakan lingkungan kerja yang trampil. d. Pengembangan kreatifitas generasi penerus Kauman terhadap batik dan kerajinan yang lain. e. Pembangunan kampung wisata batik Kauman secara fisik maupun non fisik. Tujuan utama dari terbentuknya paguyuban ini adalah untuk mempromosikan Kauman terutama dikalangan masyarakat Solo bahwasanya Kauman ini mempunyai potensi dan keunikan serta mewadahi para pengusaha batik kauman dan landasan dasarnya adalah meningkatkan taraf ekonomi masyarakat kauman di dalam bidang sektor batik. Dengan berdirinya paguyuban ini cita-cita menjadikan kampung Kauman sebagai kampung wisata batik Kauman seperti halnya Laweyan akhirnya dapat terwujud melalui kerjasama yang terbangun antara paguyuban, departemen pariwisata kota Surakarta, pemerintah kota, Kelurahan Kauman, dan agen-agen biro perjalanan wisata. Dalam perkembangnnya muncul paguyuban ini semakin banyak tumbuh pedagangpedagang batik di Kauman, para pedagang batik ini memanfaatkan rumah-rumah mereka yang kosong untuk dijadikan show room atau toko dan mereka mengambil produk batik yang mereka jual sebagian juga berasal dari pengusahapengusaha batik yang berproduksi di Kauman. Program-program yang 48 selama ini dilakukan paguyuban, dari awal mulai terbentuk sampai sekarang lebih mengarah ke promosi, yaitu mempromosikan kampung batik Kauman, kegiatannya seperti: 1. Diawali dengan pameran-pameran foto kauman tempo dulu. 2. Mengajukan proposal-proposal yang diajukan ke dinas-dinas, dimana ini disetujui dan mendapat perhatian. Serta pada pertengahan 2006 kelurahan memberikan bantuan blockgrant untuk pengembangan Kampung Wisata Batik Kauman. 3. Dengan adanya bantuan dana dari Kelurahan Kauman dan para pengusaha batik Kauman, pameran foto-foto mulai sering dilakukan. 4. Mengikuti pameran-pameran perdagangan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah ataupun pihak swasta. 5. Pembuatan dan pemasangan MMT (poster besar) di salah satu jalan sentral di Kauman yang merupakan jalan yang banyak terdapat pengusaha dan pedagang batik, serta pengusaha lain. 6. Pembuatan leaflet dan buklet yang berisi daftar dan peta wisata batik di Kauman. 7. Mengikuti pelatihan-pelatihan dan seminar yang diadakan oleh departemen pariwisata, perindustrian dan perdagangan Kota Surakarta. Pelatihan ini diikuti oleh pedagang dan pengusaha batik yang terhimpun dalam Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman. 49 8. Pembuatan buku tentang Kuman yang dibiayai oleh dana block grant, dimana pembuatan buku ini di dukung oleh para ekspert dosen-dosen UNS yang tertarik pada pengembangan Kauman. 9. Launching buku Kauman : Religi, Tradisi dan Seni, pada bulan Februari 2007. (Sumber: Koran dan kesekretariatan Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman.) Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman (PKWBK) selain berfungsi sebagai wadah untuk menjembatani antar anggota paguyuban juga berfungsi sebagai media publikasi dari industri-industri batik yang ada di Kauman dan media informasi serta sebagai wadah aspirasi para anggotanya. Dalam mengatur jalannya paguyuban ada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang telah dibuat dan disepakati bersama. Dalam struktur organisasi paguyuban ini terdapat ketua, sekretaris, bendahara, tim pameran dan publikasi. Namun paguyuban ini sifatnya tidak mengikat atau mengekang, jadi untuk pertemuan rutin setiap bulannya saat ini belum ada karena mengingat aktivitas dan kesibukan yang sangat padat dari anggotanya yang berprofesi sebagai pengusaha dan pedagang, sehingga jika diadakan bertemuan rutin nanti takutnya mengganggu kesibukan mereka. Pengaturan pertemuannya lebih bersifat informal, yaitu jika bertemu dalam acara-acara tertentu lalu membicarakan masalah paguyuban, atau komunikasi via telepon dan jika akan ada kegiatan yang berhubungan dengan Kampung Wisata Batik Kauman. 50 3. Sejarah dan Gambaran Industri Batik Gunawan Setiawan Batik sebagai aset budaya dan sebagai penunjang ekonomi rakyat memang harus seiring sejalan. Geliat batik benar-benar terasa di kota Solo, ini bisa dilihat dengan gairah para usahawan batik yang berada di Kampung Batik Laweyan dan yang di Kampung Wisata Batik Kauman. Gunawan Setiawan, Ketua Paguyuban Usahawan Batik Kauman yang sekaligus pemilik Gallery Batik Gunawan Setiawan bersama kawan-kawannya menjelaskan kemajuan pesat tentang jumlah UKM batik di kampungnya itu, yang sekarang telah mencapai 44 UKM. Masingmasing UKM punya ciri khas masing-masing, mulai dari yang cuma sebagai kepanjangan usaha dari pengrajin, kemudian ada yang memang kuat modalnya & memang mempekerjakan pengrajin, hingga yang menjual khusus batik tulis, batik cap, motif pakem sampai dengan yang kontemporer. Lorong-lorong Kampung Kauman benar-benar terasa hidup, walau utamanya batik, tapi usaha lain pun tak kalah ikut meriah, seperti mereka yang berjualan baju muslim dan kerudung, warung makan sampai homestay. Kejayaan batik sebagai produk asli Indonesia diharapkan bisa kembali mencuat dan mendunia. 3.4 Produk dan Pemasarannya Batik Gunawan Setiawan merupakan Perusahaan Batik Tulis Tradisional yang menghasilkan produk Batik Tulis, Batik Klasik Khas Surakarta dan Batik Saudagaran yang memadukan gaya klasik dan tradisional; diproses secara alami, menggunakan bahan pewarna alam (natural) yang diambil dari kayu teger, kayu tingi, kayu jambal dan bahan alami lain yang diperoleh dari alam Indonesia. 51 Untuk memudahkan para pecinta batik mendapatkan koleksi yang berkwalitas dan bernilai seni tinggi, Batik Gunawan Setiawan juga hadir di: a. Jalan Veteran 339 B, Solo | 0271 - 765 5003 b. Lobby Bandara Adi Sumarmo Solo | 0271 - 632 214 c. Jalan Solo km 9,5 Sorogenen, Maguwo, Yogyakarta | 0274 - 496 459 d. Jalan Kemang I No. 12 F, Jakarta Selatan | 021 - 717 932 63 Batik Gunawan Setiawan menyediakan berbagai macam batik tulis dan cap dengan gaya Solo & batik Indonesia. Dengan harga bersaing dan produk yang spesial. Sehingga para costumer akan memiliki batik lain dari yang lain. Dalam memasarkan produknya Batik Gunawan Setiawan memiliki sebuah kampung wisata yaitu “Kampung Wisata Kauman” yang menawarkan berbagai fasilitas wisata seperti wisata pendidikan, wisata rumah-rumah kuno, wisata religi, wisata berbelanja, sehingga wisata-wisata inilah yang bisa dijadikan sebagai daya tarik bagi pengunjung agar mau berkunjung ke Kampung Kauman. Ketua Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman Gunawan Setiawan mengakui bahwa semakin sedikit perajin batik yang mau mencoba menggunakan pewarna alami. Alasannya tidak efisien dan justru menambah biaya produksi. “Prosesnya lama, biaya tinggi, butuh kesabaran, dan harga jualnya tinggi”. Dia mencontohkan, untuk mewarnai kain sepanjang 2 meter dibutuhkan satu kilogram warna alami. Sedangkan jika menggunakan pewarna kimia, hanya butuh satu gram. Belum lagi dengan proses pewarnaan yang dilakukan berkali-kali. “Standarnya butuh 30 kali celupan. Tapi sekarang kami cukup dengan 5-7 kali dengan konsekuensi warna batik tidak terlalu kental”. 52 3.5 Struktur Organisasi Gambar 2.2 Struktur Organisasi Batik Gunawan 3.3 Produk: Pengembangan Produk, Pengembangan Proses 3.3.1 Perkembangan Produk Batik Gunawan Setiawan Perkembangan produk selain berubah seiring perkembangan jaman juga seiring beralih fungsi batik bagi masyarakat yang mana saat jaman kerajaan fungsi batik yaitu menjadi baju sehari-hari masyarakat sehingga saat generasi pertama Gunawan Setiawan saat itu bernama batik Putra Mas dan belum begitu banyak pesaing. Seiring perkembangan zaman pada tahun 70an mulai muncul batik printing dan baju-baju kasual berbahan katun menjadi pesaing utama produk batik saat itu. Citra batik saat itu menjadi baju formal yang mana masyarakat memakai hanya saat-saat acara formal saja dan untuk anak muda batik terkesan tua atau serius. Akan tetapi pada tahun 2008 saat UNESCO mematenkan batik sebagai 53 seni budaya Indonesia, maka batik mulai bangkit kembali. Dan mulai berinovasi dengan model dan desain yang lebih bervariatif. Batik Gunawan Setiawan adalah salah satu family bussiness yang mana Gunawan menjadi generasi ke tiga yang mana penerus dari generasi ke dua batik MHD dan Putra Emas sebagai pendiri family bussiness ini. Produk Gunawan Setiawan menyesuaikan perkembangan jaman. Akan tetapi batik Gunawan Setiawan tetap konsisten pada filosofi-filosofi yang terdapat pada setiap motif batik tersebut. Seperti halnya batik Gunawan Setiawan memiliki ciri khas batik tertentu bernama “ Dopo Dipo Cemeng”. Batik Dopo Dipo Cemeng ini hanya ada di batik Gunawan Setiawan. Melihat dari warna batik Gunawan Setiawan ini lebih cenderung kalem terkesan gelap itu dikarenakan filosofi yang tertanam bahwa Solo itu daerah pedalaman sehingga warna yang digunakan pun terkesan kalem atau gelap. Akan tetapi seiring perkembangan jaman batik Gunawan Setiawan juga harus melihat selera pasar dan kemauan pasar maka dari itu model- model batiknya pun lebih beraneka ragam, yang mana memberi kesan batik juga dapat digunakan sebagai baju santai. Selain itu batik Gunawan Setiawan juga lebih memberi inovasiinovasi dalam desain segmen anak muda yang mana batik juga dimasukan dalam aksen-aksen pembuatan tas, desain baju batik untuk segmen anak muda lebih modis. 54 3.3.2 Perkembangan Proses Perkembangan proses pembuatan batik di dalam Gunawan Setiawan itu menggunakan beberapa cara mulai cara lama hingga cara terbaru. Seperti menggunakan teknik klasik, teknik kontemporer dan pengecapan. Teknik klasik dilakukan dengan cara seperti halnya membatik dengan menggunakan malam dan canting yang mana membuatnya membutuhkan waktu yang lama. Teknik Kontemporer dilakukan dengan cara membatik diatas kain dengan menggunakan pensil atau dengan kata lain membuat pola, lalu pola tersebut diberi lilin lalu kemudian dengan pola tersebut dipertebal. Teknik pengecapan dilakukan dengan cara mencelupkan cetakan pola batik di dalam malam lalu. Seiring perkembangan jaman semua teknik dilakukan oleh gunawan setiawan agar selalu mengikuti selera pasar. 3.3.3 Proses Pembuatan Proses batik tradisional adalah merupakan proses yang digunakan pada pembuatan batik tradisional, yaitu batik yang menggunakan warna biru indigo dan soga dengan tahapan sebagai berikut: 1. Nyorek: Menggambarkan pola batik pada kain mori putih memakai pensil. 2. Mbathik: Membuat pola pada mori dengan menempelkan lilin batik menggunakan canthing tulis. 3. Nembok: Menutup bagian-bagian pola yang akan dibiarkan tetap berwarna putih dengan lilin batik. 4. Medel: Mencelup mori yang sudah diberi lilin batik ke dalam warna biru. 55 5. Ngerok dan Nggirah: Menghilangkan lilin dari bagian-bagian yang akan diberi warna soga (coklat). 6. Mbironi: Menutup bagian-bagian yang akan tetap berwarna biru dan tempat-tempat yang terdapat cecek. 7. Nyoga: Mencelup mori kedalam warna soga. 8. Nglorod: Menghilangkan lilin batik dengan air mendidih. Tahap ini sekaligus tahap terakhir dari proses batik tradisional. 9. Njemur: Batik yang sudah terselesaikan kemudian dijemur di atas tratag pada kasau-kasau. 3.3.4 Bahan Baku Bahan baku yang paling tepat untuk membuat kain batik adalah: kapas, sutera, rayon dan lain-lain. Meskipun demikian pada jaman sekarang proses membuat kain batik dapat dilakukan di atas kain berbahan serat tiruan. Penggunaan katun, yaitu kain yang terbuat dari benang kapas, sebagai bahan utama kain batik, mulai digunakan sekitar abad 17. Jenis kain ini dibawa oleh pedagang-pedagang dari India dengan pasokan terbesar dari pabrik-pabrik di India dan Inggris. Pada masa berikutnya digunakanlah mori (sebutan umum dunia batik untuk kain putih sebagai bahan baku membuat kain batik) dari Belanda dengan cap dagang Cap Sen, Cap Jangkrik, dan Cap Leo. Menyusul kemudian mori dari Jepang dengan merek dagang Cap Kupu dan Cap Ruji. Perkembangan mori ini kemudian dapat diproduksi di Indonesia dengan kualitas yang lebih bagus lagi 56 dengan sebutan Primissima, dengan merek dagang Cap Kereta Kencana, Cap Gong, Cap Tari Kupu, dan Cap Canting Mas. Selain mori sebagai bahan baku, pembuatan kain batik juga menggunakan bahan pembantu berupa malam atau lilin batik sebagai bahan perintang dan pewarna. Malam atau lilin batik sebagai bahan perintang dalam proses pembatikan digunakan untuk menutup hiasan sehingga membebaskannya dari bahan pewarna ketika dilakukan proses pencelupan. Lilin batik merupakan campuran dari beberapa macam bahan, antara lain: parafin, kote (lilin lebah), gondorukem, damar “mata kucing”, microwax, lilin gladhangan (lilin bekas), dan minyak kelapa atau lemak hewan. Kecuali microwax, semua bahan tersebut dapat diperoleh di dalam negeri. 3.3.5 Warna Bahan pewarna pada proses pewarnaan bisa terbuat dari bahan alami (nabati) dan pewarna buatan (kimia). Zat pewarna alami dapat berasal dari daun, kulit kayu, pokok kayu, akar pohon atau umbi. Contoh pewarna nabati adalah: daun nila untuk pewarna biru atau biru-hitam, akar pohon mengkudu untuk warna merah, kayu tegeran atau kunyit untuk warna kuning, kulit kayu tingi untuk warna merah-coklat, dan kayu soga untuk warna coklat. Semua bahan pewarna alami dapat diperoleh di dalam negeri, sedangkan zat pewarna buatan sampai saat ini masih didatangkan dari luar negeri, antara lain dari Jerman (Hoechst), Inggris (ICI), Swiss (CIBA), Perancis (Francolor), Amerika (Du Point), dan Italy (ACNA). 57 3.3.6 Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam perekrutan pegawai peruasahaan Batik Gunawan Setiawan tidak menspesifikkan pada lulusan tertentu tetapi lebih diutamakan pada bagaimana niat dan kemauan dari calon karyawan tersebut untuk bekerja. Setelah perekrutan dilakukan, karyawan akan mendapatkan pelatihan untuk memperkenalkan dan mengembangkan kemampuan mereka dalam hal membatik. Hal ini menjadi salah satu bagian penting yang memang harus dilakukan oleh setiap perusahaan terhadap karyawan demi menjaga kelancaran dari proses pekerjaan itu sendiri. Untuk lebih meminimalkan kesalahan yang terjadi, diadakan evaluasi yang dihadiri oleh orang-orang tertentu dalam Batik Gunawan Setiawan. Hasil dari evaluasi ini sendiri nantinya akan disampaikan oleh perwakilan dari pihak yang menghadiri forum evaluasi kepada pihak terkait baik itu berupa kritik ataupun saran untuk dapat mempertahankan ataupun meningkatkan kinerja mereka. Namun, tidak jarang pemilik dari batik Gunawan Setiawan turun langsung untuk mengevaluasi pada pihak-pihak yang terkait. 3.3.7 Keuangan : Sumber Modal, Pengelolaan Uang Menurut Gunawan Setiawan yang merupakan pemilik dari Batik Gunawan Setiawan naik turunnya batik dipengaruhi oleh perkembangan zaman, seperti zaman dahulu batik merupakan pakaian kerjaan keraton yang sangat dikagumi oleh seluruh masyarakat di sekitarnya sehingga pada saat itu batik sangat menjadi trend dan memiliki nilai tersendiri bagi pemakainya, tetapi sesuai dengan perkembangan zaman yang masyarakat tidak lagi menggunakan batik sebagai pakaian sehari-hari, oleh karena itu kini batik lebih banyak digunakan sebagai 58 pakaian formal untuk berbagai event resmi. Maka bapak Setiawan merasa dimana permintaan (demand) akan bahan baku batik lebih tinggi daripada penawarannya (Supply). Saat memulai bisnisnya modal awal tidak menggunakan pinjaman apapun dan selama menjalankan usahanya, Batik Gunawan Setiawan memiliki manajerial yang baik dalam memanage keuangannya, mereka memiliki laporan keuangan berupa neraca, laporan laba/rugi, dan kegiatan surat menyurat yang baik pula. Sehingga mereka dapat mengetahui seberapa besar laba kotor dan laba bersih dari seluruh total penjualan yang ada. Penjualan Batik Gunawan Setiawan per hari rata-rata berkisar 20-30 lembar untuk baju dan bahan. Dimana harga untuk baju dan bahan pada Batik Gunawan Setiawan sangat beragam, hal ini karena penyesuaian harga dilihat dari kualitas, motif, dan proses dari pembuatan batik itu sendiri. Adapun kisaran harga Batik Gunawan Setiawan : a. Batik tulis asli berkisar Rp 1.000.000 – Rp 2.500.000/ lmbr b. Batik tulis dengan kualitas kurang baik berkisar Rp 600.000/ lmbr c. Batik tulis pelimis (Bahan) : panjang 2 meter berkisar Rp 325.000 dan panjang 2,5 meter berkisar Rp 550.000 Dari hasil penjualan, pembagian keuntungan yang di peroleh dilakukan dengan azaz kekeluargaan, dimana kesepakatan keluarga dan rasa patriotisme dari keluarga besar Gunawan Setiawan sangat tinggi. Sehingga bisnis keluarga Batik Gunawan Setiawan dapat terus berproduksi dan berkembang dengan baik hingga sekarang. 59 3.3.8 Pemasaran : Strategi, Jaringan Pemasaran Strategi pemasaran dan jaringan pemasaran yang dilakukan oleh Gunawan Setiawan ialah dengan menggunakan: 1. Saluran internet atau menggunakan web 2. Dengan memaanfaatkan bentuk-bentuk wisata yang ada di solo tepatnya kampung kauman ini, wisata – wisata tersebut seprti wisata religi, wisata pendidikan dan wisata batik. 3. Strategi lainnya dilakukan dengan cara membuat acara- acara yang berhubungan dengan batik seperti 1000 anak membatik dan pelatihanpelatihan membatik yang gunawan setiawan itu menyediakan khusus untuk orang-orang yang berminat membatik. 4. Dengan aktif dalam kegiatan pameran. 60 BAB III STRATEGI PROMOSI BATIK GUNAWAN SETIAWAN Batik Gunawan Setiawan merupakan salah satu bentuk kreativitas seni yang dimiliki negeri ini. Keberadaan karya seni ini yang masih tetap dilestarikan menjadi suatu icon bahwa batik merupakan warisan leluhur dan sebagai simbol kekayaan karya seni negeri ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan supaya warisan leluhur ini dapat lestari adalah dengan memanfaatkan karya seni ini menjadi sesuatu yang bermanfaat dari segi finansial, yaitu dengan membuat usaha atau bisnis batik. Dengan melakukan usaha atau bisnis batik, akan muncul ide-ide atau kreativitas-kreativitas baru tentang motif-motif batik, sehingga kelestariannya tetap terjaga. Dalam dunia bisnis dagang yang profit oriented, peran promosi sangat penting terutama dalam memperlancar kegiatan pemasaran. Dalam dunia pemasaran, salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran adalah promosi. Pada hakikatnya promosi adalah bentuk komunikasi pemasaran, karena merupakan aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi, dan mengingatkan pasar sasaran atau perusahaan dan produknya agar bisa menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Batik Gunawan Setiawan sebagai salah satu merek dagang produk batik yang berada di kompleks sentra pengusaha batik yaitu kelurahan Kauman, kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo, Propinsi Jawa Tengah. Dalam menjalankan 61 usahanya yang telah berjalan selama 40 tahun, batik Gunawan Setiawan menunjukkan eksistensinya dengan dukungan dari berbagai elemen perusahaan mulai dari produksi sampai promosi. Kegiatan promosi tidak serta merta hanya berupa tindakan menyampaikan atau memperkenalkan suatu produk kepada masyarakat, akan tetapi supaya dalam kegiatan promosi dapat mencakup atau menjangkau pangsa pasar yang dikehendaki, perlu adanya sebuah strategi promosi yang baik dan matang. Pada bab ini akan membahas strategi promosi yang dilakukan dalam usaha batik Gunawan Setiawan, yang dijelaskan sebagai berikut ini. A. Langkah-Langkah Merumuskan Strategi Promosi 1. Menetapkan jangka waktu perencanaan stratejik Perusahaan batik Gunawan telah berdiri sejak tahun 1972. Dalam kurun waktu tersebut, perusahaan secara matang menentukan waktu perencanaan promosi yang telah ditetapkan oleh manajemen perusahaan, dalam hal ini langsung dikoordinir oleh Bapak Gunawan Setiawan sendiri selaku pemiliknya. Penetapan jangka waktu strategi promosi yang hendak digunakan ditetapkan selama 3 tahun. Artinya dalam jangka waktu 3 tahun, perusahaan dengan menggunakan strategi promosi yang dipilih mengalami peningkatan laba bersih atau justru mengalami penurunan. 2. Menetapkan dan mengkaji ulang visi dan misi organisasi Visi dan misi dari usaha batik Gunawan secara umum adalah bekerja sebagai salah satu sarana ibadah. Sementara dari segi manfaat, dalam menjalankan usahanya, Bapak Gunawan Setiawan memiliki suatu 62 pemikiran yang terinspirasi dari amanah orang-orang tua jaman dulu bahwa hidup itu harus bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, lingkungan, karyawan, dan agama. Pesan dari orang tua tersebut, juga diaplikasikan dalam usaha batiknya tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: Kalau visi misi secara umum ya kita pengen kerja sebagai salah satu sarana ibadah. Tujuannya itu. Apa ya, manfaatnya itu. Bermanfaat bagi diri sendiri, bermanfaat untuk keluarga, bermanfaat untuk lingkungan, bermanfaat untuk karyawan, dan bermanfaat untuk agama. Dulu welinge orang tua kan kira-kira hanya seperti itu. Lha itu diterapkan di pekerjaaan. Mugkin kemampuan masih skalanya baru apa. Diri sendiri alhmdulillah sudah, keluarga Alhamdulillah hampir sudah. Ke masyarakat belum. Baru mulai. Ke karyawan ya sudah, ya ini kita pengen kalau bisa maksimal semua. Istilahe kalau botol-botol kemanfaatan itu tadi sudah terpenuhi semua. Itu visi misinya seperti itu (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 21 April 2012). Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat dilihat bahwa dalam menjalankan usahanya, Bapak Gunawan Setiawan menerapkan unsur religi yang lebih kental, karena pada dasarnya kelurahan Kauman mayoritas warganya beragama Islam, dan sangat kental ke-Islamannya, sehingga dalam menjalankan usaha batik yang dilakukan oleh sebagain warga kelurahan ini, selalu menanamkan nilai-nilai luhur agama Islam. 3. Menganalisis perkembangan dan kecenderungan faktor-faktor eksternal yang berpengaruh Usaha dagang yang profit oriented membutuhkan strategi pemasaran atau promosi yang terkondisikan dengan terlebih dahulu mencari informasi sebanyak mungkin mengenai faktor-faktor eksternal 63 yang berpengaruh cukup kuat terhadap usaha yang digeluti, diantaranya adalah persaingan usaha, perkembangan teknologi, dan permintaan selera pasar yang berubah-ubah sesuai dengan trend fashion waktu tertentu. Faktor eksternal pertama yang menjadi landasan bagi batik Gunawan dalam merancang strategi promosi adalah terkait dengan persaingan usaha. Batik Gunawan dalam menjalankan usahanya senantiasa menerapkan nilai-nilai Islami, sehingga setiap bentuk-bentuk penyimpangan dari ajaran Islam dalam prktek perdagangan batik Gunawan akan langsung ditegur oleh pemiliknya yaitu Bapak Gunawan Setiawan. Kelurahan Kauman pada mulanya dikenal sebagai kampung agamis, karena mayoritas atau bahkan hampir semua penduduknya memeluk agama Islam yang taat. Saat ini kelurahan Kauman justru dikenal oleh wisatawan domestik maupun mancanegara sebagai kampung batik, karena di kampung tersebut berdiri banyak usaha batik. Hampir di setiap jalan di kampung ini, terdapat toko atau butik yang menjual batik. Persaingan usaha yang terjadi antara pengusaha batik yang satu dengan yang lain, di Kauman sangat sehat. Hal tersebut terjadi karena unsur agama yang dominan, artinya siapa saja masyarakat Kauman yang hendak berbuat kecurangan dalam usahanya, pasti akan merasakan ketidaknyamanan usaha karena nilai-nilai ajaran Islam yang telah mendarah daging selalu membentengi setiap tindakan negatif yang hendak dilakukan. Sehingga dalam menjalankan usaha batiknya, masyarakat Kauman selalu bersaing 64 dengan sehat, dan tidak melakukan tindakan-tindakan negatif yang justru akan menjatuhkan citra dari usaha batik yang dimiliki. Faktor eksternal kedua yang melandasi batik Gunawan merancang strategi promosi adalah perkembangan teknologi, artinya batik yang dikenal dahulu baik dari segi motif, segi pewarnaan, dan alat produksi batik yang digunakan masih menggunakan model dan alat tradisonal, saat ini kreatifitas telah berkembang sehingga selalu memunculkan ide-ide atau kreatifitas-kreatifitas baru. Oleh karena itu, saat ini mulai banyak bermunculan motif-motif atau desain-desain batik kontemporer yang selalu up to date dan membutuhkan teknologi canggih dalam proses produksinya. Menanggapi tantangan tersebut, batik Gunawan selalu mengedepankan kualitas daripada ikut-ikutan latah dengan perkembangan bisnis batik kontemporer yang sedang digemari masyarakat saat ini. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: “Memang saat ini kecenderungan masyarakat Indonesia itu latah, latahnya begini...kalau ada sesuatu yang baru dan menjadi omongan banyak orang, terus orang-orang tu ngikutin tapi biasanya dengan kreasi-kreasi yang lain. Memang ada segi kreatifnya, tapi kreatifitasnya itu menggunakan ide orang lain, jadi ya bukan hasil kreasi original dong. Nah meskipun banyak yang latah, apalagi tentang fashion, untuk batik Gunawan Setiawan tidak demikian. Batik Gunawan Setiawan selalu mengedepankan kualitas daripada menjadi bagian dari masyarakat yang suka latah itu. Bagi kami kualitas itu nomer satu, karena segala sesuatu, batik misalnya kalau kreasinya sebagus apapun tapi kualitas kain batiknya sendiri jelek, ya tetap aja jelek. Sebaliknya, kalau kreasinya biasa-biasa saja tapi dengan kualitas batik yang bagus, maka akan memancarkan keindahan dengan sendirinya kok. Benar itu.” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 21 April 2012). 65 Faktor eksternal terakhir atau ketiga yang menjadi landasan perancangan strategi promosi batik Gunawan adalah permintaan selera pasar yang bermacam-macam sesuai dengan perkembangan trend busana waktu tertentu. Menanggapi adanya permintaan pasar yang menginginkan supaya batik Gunawan juga mengikuti trend dalam hal style potonganpotongan pakaian yang dijual, batik Gunawan selalu mengikuti perkembangan jaman, seperti yang dijelaskan Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: “Untuk style atau potongan-potongan pakaian batik yang kami jual memang kami mengikuti trend, tapi bukan berarti latah lho.” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 21 April 2012). Hal ini dilakukan karena pangsa pasar tidak pernah stagnan akan tetapi selalu berubah mengikuti trend pasar. Untuk itu, batik Gunawan selalu berinovasi dalam menciptakan kreasi-kreasi pakaian batik yang mengikuti trend fashion yang berkembang di masyarakat. Penjelasan tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: “Jadi begini ya mbak ya...meskipun moto kami itu adalah ‘Batik Gunawan Setiawan, Seni Batik Tulis Tradisional’, kami tetap selalu memberikan ke-tradisionalan itu dalam wadah modern yaitu trend fashion yang berkembang di masyarakat. Jadi kami selalu sebisa mungkin berusaha untuk berkreasi menciptakan sebuah karya batik yang modern tapi tidak kehilangan jati diri ketradisionalannya.” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 21 April 2012). 66 Berdasarkan pemaparan faktor-faktor eksternal yang melandasi perencanaan pembuatan strategi promosi batik Gunawan, dapat diketahui bahwa dalam menjalankan usahanya, batik Gunawan selalu melihat situasi pasar waktu tertentu. Artinya setiap strategi promosi yang hendak digunakan dalam memasarkan produk-produk batik andalannya, batik Gunawan mencoba untuk menerapkan keinginan pasar dalam setiap produksi. Hal ini dilakukan supaya tidak terjadi penimbunan barang karena tidak laku dijual. 4. Mengidentifikasi posisi organisasi melalui analisis SWOT Analisis SWOT adalah instrument perencanaan strategis yang klasik. Dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan eksternal dan ancaman, instrument ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi. Instrument ini menolong para perencana apa yang bisa dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan. Analisis SWOT yang diterapkan dalam usaha batik Gunawan, berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan selaku direktur utama batik Gunawan sebagai berikut: a. Strenght (kekuatan) Kekuatan sebagai landasan utama suatu perusahaan yang ingin berkembang dan bersaing dengan kompetitornya dimiliki oleh batik Gunawan Setiawan, karena pada dasarnya batik Gunawan telah memiliki nama yang cukup populer di kalangan pengusaha batik kota 67 Solo, bahkan sampai keluar daerah. Kekuatan yang dimiliki oleh batik Gunawan berupa kualitas produk dan merek dagang yang telah dikenal oleh masyarakat luas, menjadikan usaha ini tak tertandingi, dalam artian telah memiliki pangsa pasar sendiri. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: “Ya kalau ditanya kita itu sudah punya nama dipasaran apa belum...ya kami tidak tahu, itu kan penilaian masyarakat. Tapi alhamdulillah banyak orang yang sudah tahu mengenai keberadaan batik Gunawan Setiawan ini, bahkan sampai ada wisatawan luar kota yang bela-belain datang ke Solo hanya untuk membeli batik Gunawan. Kalau untuk pangsa pasar...alhamdulillah lagi kami sudah punya pelanggan tetap. Kami juga sudah memiliki showroom di luar kota, yaitu di Jogja.” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 3 Mei 2012). b. Weakness (kelemahan) Kelemahan bukan merupakan faktor yang merugikan dalam setiap usaha, akan tetapi dengan adanya kelemahan sedini mungkin harus dapat mencari antisipasi yang dapat dilakukan untuk menutupi kelemahan tersebut. Hal serupa juga diterapkan pada usaha dagang batik Gunawan. Kelemahan yang dimiliki oleh batik Gunawan terletak pada kemampuan SDM karyawan-karyawan di perusahaan tersebut. Kelemahan yang dimaksud berupa keterbatasan kemampuan (pendidikan) yang dimiliki oleh karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut, yang berimbas pada manajemen organisasi, yang sampai saat ini masih dikelola oleh keluarga Bapak Gunawan Setiawan sendiri. 68 Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: “Karena itu tadi keterbatasan SDM. Pengennya kita yo lulusan UNS magang di sini, lulusan UGM magang UII magang disini. Enak, nanti yang mau meneruskan ayo kita kerja professional. Ya kita lebih professional maksudnya. Yang magang juga lebih professional.” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 3 Mei 2012). c. Opportunity (peluang) Persaingan dalam industri batik semakin ketat, akan tetapi masih ada celah pasar yang menjadi peluang untuk Batik Gunawan. Peluang yang ada pada Batik Gunawan adalah memiliki motif yang beragam asli karya Batik Gunawan sendiri yang yang belum dimiliki oleh pesaing dari Batik Gunawan. Selain itu, batik Gunawan juga mencoba untuk memanfaatkan peluang usaha dengan membuka gerai dalam berbagai event kesenian, misalnya di pameran, atau pasar-pasar yang kerap kali dikunjungi wisatawan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: “Memang kalau untuk peluang pemasaran batik itu saat ini kecil, karena tahu sendiri kan pengusaha batik sekarang itu banyak sekali yang menawarkan kekhasannya sendiri-sendiri, tapi dengan kreasi-kreasi original yang kami buat misalnya saja masalah motif yang memang asli buatan kami sendiri dan tidak dimiliki batik lain.” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 3 Mei 2012). d. Threat (ancaman) Ancaman yang dimiliki oleh Batik Gunawan adalah banyaknya persaingan di kawasan Kauman dan tidak adanya koordinator monitoring yang memantau persaingan. Sehingga akan mengalami 69 penurunan jumlah pengunjung di Batik Gunawan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: “Permasalahan tentang persaingan usaha atau bisnis, itu memang sebuah ancaman bagi usaha ini, akan tetapi bukan merupakan ancaman yang besar, karena bagi kami khususnya saya, persaingan usaha itu wajar tapi persaingan yang sehat ya...nggak pakai cara-cara kotor. Nah untuk mengantisipasi persaingan itu, kita tunjukin aja kelebihan batik kita, gitu aja sih kalau saya.” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 3 Mei 2012). B. Proses / Tahapan Pelaksanaan Aktivitas Promosi Untuk dapat menjalankan dan mengembangkan aktivitas promosinya, Batik Gunawan perlu menjalankan beberapa tahapan yang disebutkan oleh Uyung Sulaksana (2003: 56), yaitu mengidentifikasi audience sasaran, menentukan tujuan komunikasi, merancang pesan, pemilihan saluran komunikasi, menetapkan total anggaran komunikasi, memutuskan bauran komunikasi, mengukur hasil komunikasi, dan mengelola proses komunikasi pemasaran terpadu. B.1. Mengidentifikasi audiens sasaran Aktivitas promosi yang dijalankan oleh Batik Gunawan ini bertujuan untuk memperkenalkan merk serta produk Batik Gunawan agar dapat dikenal oleh masyarakat dan target audience-nya sehingga dapat meningkatkan jumlah pengunjung Batik Gunawan. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: 70 “Salah satu upaya yang kita lakukan supaya masyarakat tahu mengenai batik Gunawan Setiawan ini ya dengan memperkenalkan merek ini kepada target sasaran pemasaran kami. Cara itu kita lakukan supaya produk-produk batik kami itu dapat dikenal oleh target audience.” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 3 Mei 2012). Dalam menetapkan target audience, Batik Gunawan Setiawan di dasarkan pada: a. Jenis kelamin: Laki-laki dan perempuan b. Usia: 3– 50 Tahun c. Status Ekonomi Sosial: B+ dan A (Kelas menengah keatas) d. Geografis: Solo Jawa Tengah e. Life style: Elegant Bedasarkan wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan menyatakan bahwa: “Segmentasi dari Batik Gunawan adalah hampir semua kalangan mulai dari anak-anak usia 3 tahun, remaja sampai usia dewasa. Dengan mengambil segmentasi utama yaitu masyarakat kelas menengah keatas, karena Batik Gunawan menyediakan produk batik dengan kualitas yang baik, Batik Gunawan juga menyediakan batik mulai dari harga Rp. 30.000,-” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 3 Mei 2012). Setelah menentukan target audience-nya, Batik Gunawan menentukan tujuan komunikasi. B.2. Tujuan Komunikasi Tujuan komunikasi pemasaran yang ingin dicapai Batik Gunawan adalah memberikan informasi kepada masyarakat tentang produk dan keberadaan gerainya agar masyarakat dapat mengenal dan mengetahui Batik Gunawan Setiawan. 71 Ada tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang ingin dicapai oleh Batik Gunawan Setiawan. Tujuan jangka pendeknya adalah Memperkenalkan produk dan merk Batik Gunawan Setiawan. Dan tujuan jangka panjangnya adalah dapat meningkatkan jumlah pelanggan Batik & Kabaya Mangkoro. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Bapak Gunawan Setiawan pada wawancara tanggal 3 Mei 2012, menyatakan bahwa: “Batik Gunawan Setiawan melaksanakan aktivitas promosi dengan maksud agar masyarakat dapat mengenal dan tahu akan keberadaan dari Batik Gunawan Setiawan. Dan nantinya dapat meningkatkan jumlah pelanggan Batik Gunawan Setiawan”. B.3. Merancang Pesan Ada dua pesan yang terangkum dalam slogan Batik Gunawan. Pada Batik Gunawan pesan yang disampaikan adalah “Batik Gunawan Setiawan, Seni Batik Tulis Tradisional ”. Dalam merancang pesannya, Batik Gunawan berusaha merangkum pesan yang mampu menggambarkan keunggulan, keunikan produk Batik Gunawan serta pesannya mudah dipahami oleh konsumen. Menurut hasil wawancara pada tanggal 3 Mei 2012 dengan Bapak Gunawan Setiawan mengungkapkan bahwa: “Pesan yang terangkum dalam slogan Batik Gunawan Setiawan, Seni Batik Tulis Tradisional dimaksudkan agar dapat memberikan gambaran kepada konsumen dapat memberikan informasi singkat yang membuat suatu produk memiliki keunikan”. 72 B.4. Saluran Komunikasi Pada tahap ini Batik Gunawan Setiawan memilih saluran komunikasi yang akan digunakan dalam aktivitas promosi. Berdasarkan pada wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan yang menjelaskan bahwa: Jadi dulu kampong Kauman ini dulu sudah ada, termasuk kami Gunawan Setiawan. Awalnya promosinya sendiri-sendiri. Yang tercepat saya lihat Gunawan Setiawan. Sebelum tahun 1986 itu ada yang sudah maju dan ada juga yang stagnan. Ada yang naik tapi lambat. Kalau Gunawan Setiawan itu dipegang anak-anak itu naik pesat. Pesatnya ini punya niat untuk mensejahterakan.” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 3 Mei 2012). Berdasarkan hasil wawancara di atas, tampak bahwa media promosi yang digunakan oleh batik Gunawan Setiawan dalam menyampaikan produk yang ditawarkannya adalah dengan mengadakan acara-acara atau event-event tentang batik, yang pada dasarnya bertujuan untuk mengenalkan batik kepada masyarakat luas. Batik Gunawan Setiawan sendiri tidak pernah memiliki media promosi yang khusus, akan tetapi selalu menggunakan media-media sosial yang dapat langsung berinteraksi dengan masyarakat, contoh kegiatan tersebut adalah dengan judul “Ibu dan Anak Membatik”. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: “Pernah kami mengadakan acara Ibu dan Anak Membatik, tujuan awalnya adalah mengajari anak-anak membatik tapi tanpa diduga ternyata itu juga menjadi ajang promosi bagi kami. Dahulu juga kami mengadakan promosi lewat brosur. Sekarang we malah agak santai.” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 3 Mei 2012). 73 Berdasarkan hasil kutipan wawancara di atas, dalam aktivitas promosinya, batik Gunawan Setiawan hanya menggunakan saluran komunikasi berupa komunikasi langsung dari penjual kepada pembeli, dengan menggunakan metode persuasif yaitu berusaha meyakinkan pembeli bahwa batik Gunawan Setiawan memiliki kualitas yang bagus dengan harga yang terjangkau sesuai dengan kualitas produknya. B.5. Mengalokasikan total anggaran promosi Biaya yang dikeluarkan oleh batik Gunawan Setiawan dalam mempromosikan produknya terdiri atas: Tabel 3.1 Kegiatan Batik Gunawan Setiawan No 1. Tanggal 11 Oktober 2011 Keterangan Banner Puasa di Kelurahan Jumlah 150.000 Kauman 2. 14 Oktober 2011 Jogja Fashion Week 3. 16 Oktober 2011 Pameran batik di atrium Mall 2.200.000 500.000 Solo Paragon 4. 26 Oktober 2011 Promosi Jogja Fashion Week 74.000 5. 31 Oktober 2011 Tiket Jogja Fashion Week 150.000 6. 10 Desember 2011 Yellow Pages 230.611 7. 6 Februari 2011 Paket Pameran 357.000 8. 6 Februari 2011 Sewa Pameran 1.000.000 9. 26 Februari 2011 Pelunasan Dos Sutera 637.500 10. 17 Maret 2011 Banner Batik Gunawan 200.000 11. 27 Maret 2011 Penyelenggaraan acara “Ibu 5.000.000 dan Anak Membatik” TOTAL 10.499.111 74 Biaya yang dikeluarkan tersebut diambil dari kas keuangan batik Gunawan Setiawan, tanpa menggunakan sponsor. Saat memulai bisnisnya modal awal tidak menggunakan pinjaman apapun dan selama menjalankan usahanya, Batik Gunawan Setiawan memiliki manajerial yang baik dalam memanage keuangannya, mereka memiliki laporan keuangan berupa neraca, laporan laba/rugi, dan kegiatan surat menyurat yang baik pula. Sehingga mereka dapat mengetahui seberapa besar laba kotor dan laba bersih dari seluruh total penjualan yang ada. Hal ini sesuai dengan penjelasan yang disampaikan oleh Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: “Awal mula saya merintis usaha ini, saya tidak pinjam modal ke mana-mana, saya hanya pakai tabungan saya sendiri. Yang namanya pake tabungan sendiri, ya modalnya cuma kecil, usaha yang kami lakukan juga masih kecil-kecilan saja. Tapi alhamdulillah berkat keuletan dan kesolidan sistem manajerial usaha ini, kami bisa sampai sekarang yang anda lihat ini.” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 3 Mei 2012). B.6. Memutuskan mengenai bauran promosi Bauran promosi dapat dibagi menjadi empat elemen yaitu advertising, public relations, personal selling, dan sales promotion, yang dijelaskan sebagai berikut ini: 75 a. Advertising (periklanan) Periklanan yang digunakan Batik Gunawan dalam menawarkan produknya adalah dengan menggunakan iklan di website. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: “Kami sudah memiliki website, pada akun jejaring sosial facebook, tapi saat ini masih dalam tahap pembaharuan, jadi ya belum bisa diakses oleh masyarakat.” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 4 Juni 2012). Pada umumnya iklan di website yang menjelaskan tentang produk-produk Batik Gunawan adalah pada akun jejaring sosial Facebook milik Bapak Gunawan Setiawan. Pada media sosial ini, Batik Gunawan Setiawan memajang beberapa gambar koleksi batik yang dijual. Media lain yang digunakan oleh batik Gunawan Setiawan adalah berupa majalah, yaitu majalah Kartini. Iklan yang ditayangkan oleh batik Gunawan Setiawan di majalah Kartini berupa koleksi-koleksi batik yang dimiliki oleh batik Gunawan Setiawan, serta penambahan alamat toko yang ditulis selengkaplengkapnya, dengan tujuan supaya pembeli tahu alamt tersebut dan langsung berkunjung ke toko. Hal ini diperkuat oleh pernyataan salah seorang pengunjung yaitu Hj. Fauziah berikut ini: “Saya tahu ada toko batik Gunawan Setiawan ya dari majalah...majalah Kartini....trus waktu anak saya buka internet, dia juga bilang kalau koleksi baju maupun kain di batik Gunawan bagus, jadi saya putuskan untuk datang langsung ke sini, mumpung lagi di Solo” (wawancara dengan salah seorang responden pada tanggal 4 Juni 2012). 76 b. Personal Selling (penjualan personal) Aktivitas promosi berupa personal selling komunikasi timbal balik antara pembeli dengan pramuniaga yang bekerja di gerai batik Gunawan Setiawan. Bentuk komunikasi dari personal selling adalah berupa ucapan persuasif yang dilakukan oleh pramuniaga terhadap pengunjung atau calon pembeli batik Gunawan yang datang ke gerai. Tata cara pelaksanaan ucapan persuasif tersebut adalah ketika pengunjung menanyakan harga dari produk yang ditawarkan di gerai, kemudian pramuniaga menjawabnya dan selanjutnya berusaha untuk menawarkan produk-produk lain yang dijual di gerai tersebut. Tujuan dari ucapan persuasif tersebut adalah supaya ketika pengunjung telah memilih produk yang disenangi, pengunjung menjadi tahu mengenai produk-produk lain yang dijual di gerai tersebut. Kelebihan dari aktivitas promosi ini adalah lebih cepat berinteraksi dengan pengunjung dan memiliki waktu yang banyak dalam merayu pengunjung supaya tertarik membeli produk-produk yang lain. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: 77 “Untuk strategi promosi berupa penjualan personal, kita menggunakan metode persuasif, maksudnya metode ini dilakukan oleh pramuniaga di toko kami. Pramuniaga tersebut melakukan tindakan-tindakan seperti ketika ada pengunjung datang, mengucapkan salam selamat datang, kemudian ketika pengunjung menanyakan harga atau butuh pelayanan lain, ya dilayani, sampai pada akhirnya ketika pengunjung itu hendak membayar barang yang dibelinya, pramuniaga baru melancarkan metode persuasif itu dengan menawarkan barang atau produk lain yang kita jual, dengan menyebutkan keunggulan-keunggulannya, sehingga pengunjung itu tertarik untuk menambahkan barang itu ke dalam daftar belanjaannya.” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 4 Juni 2012). Pernyataan di atas diperkuat dengan kutipan wawancara seorang pengunjung bernama Hj. Fauziah berikut ini: “Waktu saya pertama kali masuk toko, saya disambut dengan senyuman dan ucapan selamat datang dari pelayan toko...trus pas mau bayar, sama kasirnya ditawarin produk atau koleksi lain dari batik Gunawan, yang bagus-bagus...saya senang belanja di sini..pelayanannya memuaskan” (wawancara pada tanggal 4 Juni 2012). c. Promosi Penjualan (Sales Promotion) Promosi penjualan merupakan berbagai ragam alat-alat promosional berupa intensif jangka pendek yang dirancang untuk menstimulir pasar yang dituju agar segera memberi respon (tindakan) atas penawaran yang diberikan. Kegiatan promosi berupa sales promotion dilakukan ketika Batik Gunawan Setiawan menggelar event-event tertentu atau ketika ikut ambil bagian dalam pameran-pameran batik di berbagai wilayah di Indonesia. Kegiatan yang dilakukan oleh sales promotion baik laki-laki maupun perempuan adalah dengan memberikan sebuah brosur atau 78 selebaran kepada pengunjung yang datang ke event-event atau pameran yang diikuti oleh Batik Gunawan Setiawan. Tujuan dari promosi ini adalah untuk menjual batik, akan tetapi tujuan awal dari promosi ini adalah supaya masyarakat tahu terlebih dahulu mengenai Batik Gunawan dan produk-produk yang dijual. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: “Brosur memang menjadi salah satu cara promosi penjualan kami. Brosur itu dibagikan pada waktu kita menggelar eventevent batik di suatu tempat. Di situ kami menggunakan bantuan seseorang untuk menyebarkan brosur tersebut, kemudian menawarkan kepada konsumen jika ingin melihatlihat atau membeli produk batik Gunawan, dapat dijumpai di salah satu gerai atau stand, atau bahkan bisa datang ke toko kami di Kauman.” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 4 Juni 2012). d. Hubungan Masyarakat (Public Relations) Salah satu bauran promosi yang digunakan oleh Batik Gunawan dalam menjual produk-produknya adalah dengan upaya pendekatan hubungan masyarakat. Aplikasi tindakannya adalah salah satu karyawan dari batik Gunawan terjun langsung ke masyarakat, dan berupaya berinteraksi dengan masyarakat tentang produk-produk kerajinan batik yang memiliki keefektifan penggunaan yang lebih intens. Upaya tersebut bertujuan supaya ketika diketahui kebutuhan masyarakat tentang kerajinan batik yang sangat sering digunakan oleh masyarakat, tim pengrajin batik dari batik Gunawan Setiawan dapat langsung merealisasikan 79 keinginan masyarakat tersebut supaya ketika masyarakat mengetahui bahwa produk yang dibutuhkan dapat dijumpai di batik Gunawan Setiawan, mereka langsung akan membelinya ke batik Gunawan. Selain bertujuan untuk mengetahui keinginan masyarakat mengenai kerajinan batik yang sering dibutuhkan oleh masyarakat, tujuan lain dari kegiatan public relation adalah untuk mempromosikan produk-produk yang dijual di gerai batik Gunawan dan berusaha meyakinkan masyarakat bahwa produkproduk tersebut memiliki kualitas yang baik dengan harga yang bervariasi. Penjelasan di atas sesuai dengan hasil wawancara terhadap Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: “Salah satu cara yang kita gunakan untuk mengetahui keinginan masyarakat tentang batik, kita mengirim beberapa orang karyawan kita untuk terjun langsung ke masyarakat, mencari tahu apa yang dibutuhkan oleh masyarakat...khususnya batik atau produk-produk tradisional yang lebih dibutuhkan masyarakat.” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 4 Juni 2012). B.7. Mengukur Hasil Promosi Pengukuran dari hasil kegiatan promosi yang telah dilakukan adalah dengan meninjau hasil penjualan. Kesuksesan bauran promosi yang digunakan dalam mempromosikan produk-produk batik Gunawan dapat diketahui dari hasil penjualannya. Hasil penjualan dapat dibandingkan ketika sebelum menggunakan bauran promosi dalam menjual produk-produk batik Gunawan Setiawan dan sesudah diaplikasikan bauran promosi dalam menjual produk-produknya. 80 Setelah diketahui jumlah hasil penjualan baik sebelum maupun sesudah penggunaan bauran promosi, dapat dibandingkan sejauh mana keefektifan metode promosi yang digunakan terhadap peningkatan penjualan produk-produk batik Gunawan. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: “Secara logikanya ya...untuk sukses atau tidaknya penggunaan bauran promosi penjualan itu adalah dengan membandingkan besarnya pendapatan ketika sebelum menggunakan promosi penjualan, dengan besarnya pendapatan setelah menggunakan promosi penjualan...nah..dari situ kan kelihatan berapa perbandingannya...dari situ kan bisa dianalisis apakah penggunaan promosi itu efektif atau tidak.” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 4 Juni 2012). Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan, diketahui bahwa hasil penjualan produk-produk batik setelah menggunakan bauran promosi yang telah disebutkan sebelumnya menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil penjualan sebelum menggunakan bauran promosi. Hal ini disebabkan karena sebelum penggunaan bauran promosi, lingkup promosi hanya berupa komunikasi dari mulut ke mulut yang hanya dapat menjangkau cakupan wilayah yang sempit saja, berbeda halnya setelah menggunakan bauran promosi, hasilnya menjadi meningkat karena cakupan wilayah promosi dapat terjangkau sampai seluruh wilayah Indonesia dengan menggunakan media iklan baik di TV dan koran atau majalah. Berikut ini adalah kutipan hasil wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan, yang dilakukan pada tanggal 4 Juni 2012: 81 “Hasilnya memang jauh berbeda setelah menggunakan bauran promosi penjualan...hasilnya ya jelas meningkat karena kalau sebelum menggunakan bauran promosi penjualan, kan hanya dari mulut ke mulut, cakupannya sempit...sementara setelah menggunakan bauran promosi cakupannya menjadi luas, bisa sampai ke penjuru nusantara, bahkan sampai ke luar negeri, melalui media website.” B.8. Mengatur dan mengelola komunikasi pemasaran terpadu Pengaturan dan pengelolaan komunikasi pemasaran terpadu yang digunakan batik Gunawan Setiawan dalam mempromosikan produkproduknya adalah dengan mengevaluasi atas bauran promosi yang telah digunakan dalam jangka waktu sekitar satu bulan, sehingga dapat sesegera mungkin mengambil langkah untuk mengoptimalkan tujuan promosi yang dilakukan. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara terhadap Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: “Untuk evaluasi tentang penggunaan bauran promosi penjualan, kita biasanya melakukannya dalam jangka waktu satu bulan. Ini kita lakukan supaya sesegera mungkin kita bisa mengetahui kesuksesan bauran promosi yang kita gunakan itu.” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 4 Juni 2012). Tujuan promosi secara umum adalah untuk mencapai tiga tahap perubahan yaitu: a. Perubahan Pengetahuan Pada tahap ini, batik Gunawan berusaha untuk memberitahukan pengetahuan kepada masyarakat atau konsumen tentang keberadaan, bentuk, dan target market dari batik Gunawan. 82 b. Perubahan Sikap Tahap perubahan sikap yang dikehendaki oleh manajemen batik Gunawan Setiawan terhadap konsumennya yang telah melihat promosi batik Gunawan Setiawan adalah supaya konsumen atau masyarakat berubah sikap terhadap batik Gunawan Setiawan yang berusaha ingin lebih mengetahui bahkan ingin membeli produk batik Gunawan Setiawan yang ditawarkan. c. Perubahan Perilaku Perubahan perilaku yang diharapkan adalah berupa perubahan perilaku masyarakat agar tidak beralih ke produk batik lain, dan supaya konsumen terbiasa menggunakan produk batik Gunawan Setiawan. C. Analisis Strategi Promosi Batik Gunawan Setiawan Sistematika pembahasan strategi promosi Batik Gunawan yang telah dikemukakan dalam analisa situasi, serta melakukan beberapa tahapan promosi untuk mengembangkan promosi agar berjalan lebih efektif. Aktivitas promosi yang dijalankan oleh Batik Gunawan meliputi periklanan (advertising), public relation, sales promotion, dan personal selling. Dari hasil sajian data yang telah disajikan diatas, maka dapat diketahui bahwa Batik Gunawan merupakan perusahaan yang bergerak pada industri batik yang berada pada wilayah Solo Jawa Tengah. Batik Gunawan Setiawan memberikan berbagai informasi yang berkaitan dengan produk Batik 83 Gunawan Setiawan, menggunakan berbagai aktivitas promosi melalui berbagai media saluran komunikasi. Tujuan dilaksanakan aktivitas tersebut adalah untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang produk dan keberadaan gerainya agar masyarakat dapat mengenal dan mengetahui Batik Gunawan Setiawan, karena sebagian besar konsumen masih belum mengetahui merk dan informasi tentang Batik Gunawan Setiawan. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara terhadap Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: “Ya alasannya simpel aja dong, kenapa kita pakai bauran promosi penjualan itu...simpelnya ya Cuma bertujuan supaya masyarakat tahu tentang keberadaan batik Gunawan Setiawan, dengan berbagai macam produknya..itu aja.” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 4 Juni 2012). Berdasarkan hasil penelitian, permasalahan yang dihadapi oleh Batik Gunawan Setiawan adalah merk serta produk dari Batik Gunawan Setiawan belum banyak dikenal oleh masyarakat. Sehingga Batik Gunawan Setiawan berusaha lebih giat lagi dalam memperkenalkan merek dan produk Batik Gunawan Setiawan dengan berbagai aktivitas promosi. Karena dalam dunia bisnis usaha dagang, peran promosi sangat penting terutama dalam memperlancar kegiatan pemasaran dari barang ataupun jasa yang akan ditawarkan perusahaannya kepada konsumen sasarannya sesuai dengan target yang diinginkan perusahaan. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara terhadap Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: 84 “Seperti yang saya jelaskan tadi tentang alasan menggunakan bauran promosi...tidak jauh beda dengan yang anda tanyakan barusan...kita menggunakan atau mengaplikasikan bauran promosi itu karena merek dagang kita itu belum dkenal oleh masyarakat....di Solo ini kan banyak pengusaha batik, jadi akan sangat sulit bagi masyarakat ketika harus berpikir tertuju pada satu merek...oleh karena itu, selain dengan bauran promosi yang lebih efektif dan menarik, kita juga berusaha mempertahankan mutu batik kami.” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 4 Juni 2012). Sebelum menyusun aktivitas promosinya, terlebih dahulu Batik Gunawan mengganalisisnya dengan pengawasan lingkungan (enviromental monitoring) atau biasa disebut analisis situasi (situation analysis) yang terdiri dari aspek internal dan external perusahaan atau sering disebut dengan istilah SWOT yaitu Strenght (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang), dan Threat (ancaman). Dari hasil analisis yang telah dilakukan oleh Batik Gunawan mampu membantu dalam merumuskan perencanaan aktivitas promosi yang akan digunakan. Penggunaan analisis ini tepat digunakan sebelum melakukan aktivitas promosi yang akan dijalankan, karena dapat menekan anggaran biaya agar praktiknya berjalan dengan efektif dan dapat menghindari pemborosan. Penjelasan tersebut sesuai dengan penjelasan Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: “Sebelum menentukan bauran promosi...atau sebelum kita memutuskan menggunakan promosi dalam penjualan produk kami...tentunya banyak unsur yang menjadi bahan pertimbangan kami, yaitu kekuatan yang kami miliki, kelemahan dari produk kami atau kelemahan sistem manajemen kami, peluang dari keikutsertaan merek dagang kami dalam persaingan bisnis penjualan batik, serta yang terakhir adalah ancaman dari pesaing kami. Kesemua unsur tersebut kita olah..untuk kemudian kita menentukan bauran promosi yang digunakan.” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 4 Juni 2012). 85 Tahapan pertama yang dilakukan agar dapat mengembangkan serta membuat komunikasi dapat berjalan dengan efektif yang harus dilakukan oleh Batik Gunawan adalah mengidentifikasi dengan jelas target audience sasaran yang akan dituju dengan tujuan agar komunikasi dapat berjalan dengan efektif. Menurut Uyung Sulaksana (2007: 51), mengatakan bahwa proses komunikasi pemasaran mesti diawali dengan pendefinisian yang jelas tentang audience sasaran. Proses pendefinisian yang jelas tentang audience sasaran, kepada siapa pesan ditujukan, karena target audience sangat mempengaruhi keputusan komunikator tentang apa, bagaimana, kapan, di mana, dan kepada siapa pesan hendak disampaikan. Penentuan segmentasi pasar merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk membagi dan menentukan calon konsumen secara spesifik berdasarkan jenis kelamin, usia, Status Ekonomi Sosial (SES), letak geografis maupun gaya hidup dari target konsumen. Segmentasi dari Batik Gunawan adalah hampir semua klasifikasi golongan mulai dari orangtua, dewasa, remaja dan anak-anak. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara terhadap Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: “Segmentasi atas target pemasaran produk kami adalah mulai dari kalangan anak-anak sampai orang tua.” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 4 Juni 2012). Dalam membidik pasarnya, Batik Gunawan Setiawan mempunyai target market dengan klasifikasi kelas menengah ke atas. Segmentasi pasar akan membantu perusahaan untuk dapat memuaskan konsumen. Secara efekif, menjamin mereka kembali dan menciptakan loyalitas konsumen (Lupiyadi, 2001:39). 86 Segmentasi merupakan faktor kunci untuk mengalahkan pesaing, dengan memandang pasar dari sudut yang unik dan cara yang berbeda dari yang dilakukan pesaing. Batik Gunawan dalam hal ini sangat jeli dalam membidik segmentasi kalangan menengah ke atas sehingga kualitas produk sangat dijaga oleh Batik Gunawan untuk dapat terus membangun kepercayaan terhadap konsumen. Hal ini sesuai dengan wawancara terhadap Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: ”Ya..memang sasaran kami adalah dari kalangan menengah ke atas, karena batik produksi kami memang untuk bahannya, kami gunakan kualitas yang baik. Bagi kami kepuasan pelanggan dengan produk kami yang berkualitas lebih penting daripada mengejar omset penjualan yang banyak tapi kualitasnya pasaran. Intinya kami lebih mementingkan mutu produk kami ke depannya..begitu.” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 4 Juni 2012). Proses pengidentifikasian audience sasaran ini sangat mempengaruhi keputusan komunikator tentang apa, bagaimana, kapan, dimana dan kepada siapa pesan hendak disampaikan. Dengan adanya identifikasi target audience, tentunya dapat mempermudah pesan yang akan disampaikan, dan tepat tersampaikan kepada khalayak sasaran. Tahapan yang kedua, adalah menentukan tujuan komunikasi. Menurut Uyung Sulaksana (2007 : 56) komunikator pemasaran harus merumuskan respon audience yang diinginkan. Tujuan utama komunikasi adalah menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk serta mengingatkan target audience tentang perusahaan dengan bauran pemasarannya, sehingga pesanpesan yang disampaikan bersifat informatif. Pada dasarnya fungsi, tugas dan tujuan komunikasi pemasaran Batik Gunawan Setiawan adalah untuk 87 memperkenalkan Batik Gunawan Setiawan. Dengan adanya proses pengenalan tersebut dapat membuka peluang besar masyarakat mulai tertarik dan menjadikan merk dari Batik Gunawan Setiawan ada di benak konsumen. Seperti yang dikatakan oleh Freddy Rangkuti, bahwa: promosi yang bersifat informatif ini lebih disukai dan dilakukan pada tahap-tahap awal dalam siklus kehidupan produk. Promosi yang yang bersifat informatif ini membantu konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli. (Rangkuti 2009 : 5253) Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, Batik Gunawan berusaha menjalin hubungan yang lebih baik dengan konsumen, dan selalu berusaha meningkatkan kualitas produk dan pelayanan yang terbaik untuk para pelanggan dan calon pelanggan. Fungsi marketing pemasaran bagi Batik Gunawan Setiawan adalah memberikan output berupa rencana pemasaran serta promosi pemasaran. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara terhadap Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: “Tujuan komunikasi yang kami lakukan semata-mata adalah untuk mengetahui keinginan masyarakat, oleh karena itu kami senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan yang lebih baik dengan konsumen, serta meningkatkan kualitas produk dan pelayanan.” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 4 Juni 2012). Sedangkan Uyung Sulaksana (2003: 60) menyatakan bahwa tujuan komunikasi ini dikategorikan dapat menambah persepsi pelanggan terhadap suatu kebutuhan, dapat memperkenalkan dan memberi pemahaman tentang suatu produk kepada konsumen (brand awareness), mendorong pemilihan terhadap merk, dapat membujuk pelanggan untuk membeli, dapat 88 mengimbangi kelemahan unsur bauran pemasaran lain, dan dapat menanamkan citra dan perusahaan dibenak konsumen. Dengan menetapkan tujuan komunikasinya, maka tujuan yang akan dicapai Batik Gunawan Setiawan dapat terarah yang diharapkan dapat dikenal oleh khalayak dan dapat menjadikan merk dari Batik Gunawan Setiawan ada di benak konsumen. Selain itu adanya tujuan tersebut, perusahaan akan lebih tahu, bagaimana cara yang akan digunakan untuk dapat memperkenalkan serta memberikan suatu pemahaman kepada konsumen sehingga dapat membujuk konsumen untuk melakukan pembelian produk yang ditawarkan. Dalam tujuan komunikasi ini mencakup banyak hal dalam pencapaian keberhasilan komunikasi pemasaran. Tahapan yang ketiga yaitu: merancang pesan. Komunikator harus memikirkan bagaimana penyusunan rancangan pesan yang akan dikomunikasikan dan bagaimana penyampaian pesannya. Keberhasilan komunikasi pemasaran secara tidak langsung berhubungan dengan komunikasi yang efektif dan efisien sehingga isi pesan, struktur pesan maupun format pesan harus disesuaikan dengan tujuan komunikasi, serta kesesuaian dengan produknya (Sulaksana, 2007: 28). Ada pesan yang terangkum dalam slogan Batik Gunawan, yaitu “Seni Batik Tulis Tradisional”. Pesan yang terangkum dalam slogan tersebut adalah Batik Gunawan Setiawan ingin menggambarkan bahwa produknya adalah karya orisinil dari Batik Gunawan Setiawan yang dibuat secara ekslusif untuk konsumennya dengan menggunakan tehnik tulis tradisional. Dengan adanya 89 kemenarikan yang terangkum dalam pesan “Seni Batik Tulis Tradisional” tentunya dapat menimbulkan minat yang dapat memicu keinginan serta mendorong konsumen untuk melakukan pembelian. Hal ini sesuai dengan penjelasan yang disampaikan Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: “Slogan dari batik kami adalah Seni Batik Tulis Tradisional. Slogan tersebut ada maknanya, yaitu pada kata seni batik tulis...yang namanya batik tulis itu kan, hasil tulisan kan bukan dari cap, kalau cap itu kan berarti akan banyak jumlahnya, sementara kalau batik tulis itu terbatas karena hasil karya tulisan dari pengrajin batik, meskipun motifnya sama akan tetapi setiap pembuatnya memiliki ciri tersendiri....sedangkan untuk arti kata tradisional adalah batik Gunawan masih mengedepankan unsur-unsur tradisional, karena bagi kami tradisional itu klasik dan memiliki makna sendiri dibalik pengungkapannya....jadi, secara umum makna dari slogan Batik Tulis Tradisional adalah batik Gunawan ingin menggambarkan bahwa produk kami adalah karya orisinil, yang dibuat secara eksklusif, menggunakan teknik tulis tradisional.” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 4 Juni 2012). Uyung Sulaksana, menjelaskan bahwa idealnya, pesan tersebut harus menarik perhatian (attention), menimbulkan minat (interest), memicu keinginan (desire), dan mendorong orang untuk berbuat (action). Pesan harus dapat menarik perhatian (attention), menimbulkan niat (interest), memicu keinginan (desire), dan mendorong orang untuk berbuat (action) sebagaimana model AIDA yang dapat menggambarkan ciri-ciri ideal komunikasi. (Sulaksana, 2007 : 60) Tahapan yang keempat, yaitu bagaimana memilih saluran komunikasi. Batik Gunawan memilih media yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat, yaitu website, khususnya situs jejaring sosial facebook. Dengan itu, pesan yang disampaikan dapat memperoleh hasil yang diharapkan, yaitu konsumen percaya terhadap merek Batik Gunawan Setiawan yang nantinya dapat 90 menimbulkan tindakan pembelian pada konsumen. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara terhadap Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: “Kami sudah memiliki website, pada akun jejaring sosial facebook, tapi saat ini masih dalam tahap pembaharuan, jadi ya belum bisa diakses oleh masyarakat.” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 4 Juni 2012). Tahapan yang kelima, bagaimana penetapan anggaran komunikasi. Dalam menetapkan seberapa besar biaya promosi yang harus dianggarkan, penetapan jumlah anggaran untuk periklanan yang dilakukan oleh Batik Gunawan adalah Metode Tujuan dan Tugas, yaitu dengan cara menetapkan tujuan promosi yang khas, menetapkan kegiatan untuk mencapai tujuan, dan memperkirakan biaya pelaksanaan kegiatannya. Menurut Machfoedz, Metode Tujuan dan Tugas merupakan metode penetapan anggaran yang paling logis yang digunakan perusahaan untuk menetapkan anggaran promosi (Machfoedz, 2010: 9-11). Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: “Untuk penetapan besarnya jumlah anggaran yang kita anggarkan untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan promosi batik, kami mencoba menganalisisnya dengan menggunakan metode tujuan dan tugas, artinya anggaran yang hendak kita keluarkan itu tujuannya untuk apa, selanjutnya tugas itu menjadi tanggung jawab siapa..semuanya harus jelas..dan semuanya itu merupakan bagian dari penentuan bauran promosi yang kita gunakan.” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 4 Juni 2012). Tahapan yang keenam yaitu, memutuskan bauran komunikasi. Batik Gunawan Setiawan berusaha memasarkan produknya agar dapat sejajar dengan kompetitornya dengan cara menggunakan berbagai media komunikasi yang dirasa efektif dalam mempromosikan produknya. Bauran komunikasi 91 yang dilakukan oleh Batik Gunawan Setiawan mencakup seluruh sarana promosi, yaitu: advertising, sales promotion, personal selling, dan public relation. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara terhadap Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: “ya..kami memilih menggunakan bauran promosi yang tadi sudah saya jelaskan...ya supaya bisa memasarkan produk kami secara maksimal, ya paling enggak bisa sejajar dengan pengusaha batik yang telah lebih dahulu sukses.” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 4 Juni 2012). Perusahaan harus dapat memadukan keseluruhan bauran pemasaran agar dapat efektif mengkomunikasikan pesan yang konsisten kepada konsumen. Tujuan dari pemakaian bauran pemasaran adalah jika terdapat kekurangan dalam salah satu sarana komunikasi yang satu, dapat ditutupi oleh sarana komunikasi yang lain. Karena pada dasarnya setiap alat promosi mempunyai karakter yang berbeda-beda. Tahapan berikutnya yaitu tahapan ketujuh, mengukur hasil komunikasi. Untuk mengukur hasil penjualan produk, maka setiap bulannya diadakan evaluasi hasil penjualan. Penaikan serta penurunan angka penjualan Batik Gunawan Setiawan berhubungan dengan efektivitas komunikasi pemasaran yang dijalankan. Dalam mengukur keefektifan hasil komunikasi, Batik Gunawan menggunakan ukuran dengan tingkat kunjungan kembali dan hasil volume penjualan. Melalui hal tersebut perusahaan bisa mengukur dan mengetahui sampai dimana kesetiaan pelanggan terhadap Batik Gunawan Setiawan. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara terhadap Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: 92 “Pengukuran hasil komunikasi berarti merupakan hasil dari bauran komunikasi yang kita gunakan, ini berarti bahwa dari bauran promosi yang kita gunakan akan diketahui hasilnya dari jumlah penjualan produk dan tingkat kepuasan pelanggan yang ditunjukkan dengan frekuensi kunjungan kembali para pelanggan ke toko batik Gunawan.” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 4 Juni 2012). Tahapan yang terakhir yaitu mengelola proses komunikasi pemasaran terpadu. Dalam mengelola proses komunikasi pemasarannya, Batik Gunawan Setiawan menyesuaikan dengan perkembangan teknologi. Perusahaan berusaha memberikan berbagai pelayanan dan fasilitas yang memudahkan bagi konsumennya untuk berbelanja melalui berbagai bauran komunikasi mulai dari advertising (iklan) di website, penawaran terhadap konsumen pada setiap event-event yang diselenggarakan Batik Gunawan, penjualan langsung di butik batik Gunawan, serta pendekatan terhadap masyarakat melalui public relation. Seluruh bauran promosi yang dipilih dan digunakan oleh Batik Gunawan tersebut semata-mata bertujuan untuk dapat membangun kesadaran merk pada konsumen. Selain itu, Batik Gunawan berusaha mengelola proses komunikasi pemasaran dengan baik serta dilakukan secara rutin dan terus menerus. Penjelasan tersebut seperti yang dijelaskan oleh Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: “Pengelolaan komunikasi pemasarannya kami selalu mngikuti perkembangan teknologi, misalnya saja...sekarang ini kan eranya dunia maya ya...sekarang tu kalau berkomunikasi atau mencari informasi sedetil mungkin itu kan pakai internet. Nah dari situ kita juga mencoba menggunakan internet untuk promosi kami.” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 4 Juni 2012). 93 Dengan dilakukannya kedelapan tahapan yang dilakukan oleh Batik Gunawan Setiawan secara berurutan, tentunya komunikasi yang dijalankan dapat berjalan secara terstruktur dan dapat berjalan dengan efektif karena setiap tahapan yang satu dengan tahapan yang lain saling terkait dan saling mempengaruhi. Promosi Batik Gunawan dilatarbelakangi oleh banyaknya produk-produk batik di Solo, sehingga Batik Gunawan berusaha terus menerus mengeluarkan inovasi produk batik terbarunya untuk dapat mengembangkan bisnisnya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara terhadap Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: “Latar belakang yang paling utama kami menggunakan bauran promosi dalam memasarkan produk kami adalah karena saat ini sudah banyak sekali pengusaha batik, di setiap daerah pasti banyak sekali, khususnya di Solo ini...nah dalam mengantisipasi kehilangan pasar, kami mencoba untuk melakukan inovasi-inovasi produk batik, yang kemudian dipromosikan melalui strategi promosi.” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 4 Juni 2012). Selanjutnya, Batik Gunawan juga menentukan bauran komunikasi yang akan digunakan. Untuk mengkomunikasikan variable-variable dalam bauran komunikasi bertujuan untuk mencapai tujuan program yang telah direncanakan. Sesuai dengan pernyataan Swasta dan Irawan yang menyatakan bahwa, bauran promosi adalah kombinasi strategi yang paling baik dari variable-variabel periklanan, personal selling, dan alat promosi yang lain, yang semuanya direncanakan untuk mencapai tujuan program penjualan. (Swastha dan Irawan,1993:349). Penggunaan berbagai bauran komunikasi melalui berbagai bentuk komunikasi ini bertujuan agar dapat mempengaruhi konsumen dan promosi 94 dapat berjalan lebih efektif. Karena menurut Uyung Sulaksana, setiap alat promosi punya karakter kekurangan dan kelebihan sendiri-sendiri. Untuk itu, dalam mengkomunikasikan suatu produk hendaknya memakai berbagai media agar komunikasi bisa lebih efektif. Bauran komunikasi pemasaran yang dapat digunakan di dalam komunikasi persuasif. (Sulaksana, 2003 : 25) Dalam mengkomunikasikan suatu produk agar dapat meningkatkan penjualan, maka Batik Gunawan memakai berbagai promosi yang biasanya disebut dengan promotion mix (bauran promosi) agar komunikasi bisa lebih efektif, karena kekurangan dari alat promosi yang satu dapat ditutupi dengan alat promosi yang lainnya. Hal ini seperti yang dijelaskan Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: “Komunikasi merupakan faktor paling penting dari suatu strategi promosi. Dalam mengkomunikasikan produk yang kami ciptakan, kami menggunakan berbagai bentuk promosi, penggunaan berbagai bentuk promosi itu karena jika salah satu bentuk promosi itu tidak dapat sukses memasarkan produk kami, kami bisa menggunakan bentuk yang lain, jadi istilahnya saling melengkapi antara bentuk promosi yang satu dengan bentuk promosi yang lainnya.” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 4 Juni 2012). Menurut Uyung Sulaksana, setiap alat promosi punya karakter kekurangan dan kelebihan sendiri-sendiri. Untuk itu, dalam mengkomunikasikan suatu produk hendaknya memakai berbagai media agar komunikasi bisa lebih efektif. Bauran komunikasi pemasaran yang dapat digunakan di dalam komunikasi persuasif (Sulaksana, 2003 : 25). 95 BAB IV PENUTUP C. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa untuk dapat mengembangkan aktivitas promosi agar tetap berjalan dengan efektif harus melakukan tahapan mengidentifikasi target audience, menentukan tujuan promosi, merancang pesan, memilih saluran promosi, menetapkan total anggaran promosi, memutuskan bauran promosi, mengulur hasil promosi, dan mengelola proses komunikasi pemasaran terpadu. Aktivitas promosi yang dilakukan oleh Batik Gunawan Setiawan dalam menarik minat konsumen untuk membeli produknya melakukan aktivitas promosi dengan memfokuskan pada periklanan, khususnya media internet berupa website pada salah satu situs jejaring sosial facebook. Hal tersebut juga didukung dengan kegiatan promosi penjualan yang didukung dengan personal selling, sales promotion, serta public relation. 1. Kegiatan periklanan yang dijalankan meliputi iklan media internet yaitu dengan menggunakan situs sosial pertemanan facebook, dengan menampilkan barang-barang yang dijual pada koleksi foto, yang selanjutnya dishare kepada teman-teman yang telah bergabung menjadi teman dari akun tersebut. 96 2. Kegiatan promosi berupa sales promotion dilakukan ketika batik Gunawan Setiawan menggelar event-event yang berhubungan dengan batik atau ikut berpartisipasi dalam pameran batik. 3. Kegiatan yang dilakukan sales promotion adalah menawarkan kepada konsumen atau pengunjung tentang produk-produk dari batik Gunawan Setiawan dan menjelaskan kualitasnya. Pada kegiatan promosi berupa personal selling adalah kegiatan yang dilakukan oleh pramuniaga di butik Batik Gunawan Setiawan dengan menggunakan metode penawaran yang persuasif sehingga dapat membuat konsumen mengikuti tawarannya. 4. Kegiatan promosi berupa public relation lebih mengarah pada pendekatan yang dilakukan oleh batik Gunawan Setiawan kepada masyarakat dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai keinginan masyarakat yang berhubungan dengan produk batik, serta untuk menawarkan kepada masyarakat tentang produk-produk unggulan yang dijual di batik Gunawan Setiawan. Pada dasarnya aktivitas promosi penjualan yang dilakukan batik Gunawan Setiawan menggunakan berbagai jenis bauran promosi. Tujuan dari penggunaan berbagai jenis bauran promosi tersebut adalah sebagai alternatif jenis promosi, jika salah satu jenis promosi tidak dapat memberikan hasil yang maksimal, maka menggunakan jenis promosi yang lainnya. Setelah dilakukan berbagai aktivitas promosi, kemudian mengukur hasil promosi dan mengelola serta mengkoordinasi proses komunikasi yang telah dijalankan, dapat diketahui bahwa hasil penjualan batik Gunawan 97 Setiawan mengalami omset penjualan yang selalu meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara terhadap Bapak Gunawan Setiawan berikut ini: “Tentunya setelah menggunakan berbagai macam bentuk promosi, penjualan saya meningkat dong...ya sebagai contoh sebelum pakai promosi hasil penjualannya dalam sebulan cuma mencapai kisaran dua puluh juta, tapi setelah menggunakan promosi pendapatannya mencapai lima puluhan juta...itu misalnya saja lho...” (wawancara dengan Bapak Gunawan Setiawan pada tanggal 21 April 2012). Aktivitas promosi yang telah dijalankan bertujuan agar merek dapat dikenal oleh khalayak dan dapat memberikan berbagai informasi melalui kegiatan promosi tersebut. D. SARAN Adapun beberapa saran yang dapat peneliti ajukan adalah sebagai berikut: 1. Diharapkan kepada Batik Gunawan Setiawan untuk tetap konsisten menggunakan konsep yang dipromosikan sebagai ciri khas Batik Gunawan Setiawan tanpa melupakan aspek keunggulan dari suatu produk, kenyamanan pengunjung, pelayanan prima yang diberikan untuk memuaskan pelanggan. Selain itu, Batik Gunawan Setiawan memperluas pasar merek dengan membuka cabang di kota lain agar memudahkan konsumen dalam berbelanja, karena pada dasarnya pengunjung dari batik Gunawan Setiawan berasal dari berbagai daerah luar kota Solo. 2. Diharapkan bagi Batik Gunawan Setiawan untuk dapat lebih memberikan inovasi-inovasi dalam setiap karyanya, dan selanjutnya dipublikasikan ke masyarakat melalui kegiatan promosi yang variatif. Hal tersebut harus 98 dilakukan oleh manajemen dan tim kreatif Batik Gunawan dalam menghadapi persaingan bisnis, khususnya bisnis batik yang telah menjamur di kota Solo, supaya kedepannya usaha keluarga yang dirintis oleh Bapak Gunawan Setiawan tetap eksis dan tidak kehilangan penggemarnya. Terkait dengan upaya promosi yang inovatif, Batik Gunawan hendaknya memiliki kreasi-kreasi atau inovasi-inovasi baru dalam usaha memperkenalkan batik Gunawan kepada masyarakat umum pencinta seni kerajinan batik, sehingga dengan upaya promosi yang kreatif dan inovatif tersebut masyarakat pencinta seni kerajinan batik tidak merasa bosan dengan cara-cara promosi yang monoton. 99 DAFTAR PUSTAKA Andreasen, K. 1995. Strategi Pemasaran Untuk Organisasi Nirlaba. UGM Press. Yogyakarta. Boong hee Yoo ;Naveen Donthu Sungho Lee. An examination of selected marketing mix elements and brand equity. Journal of The Academy Marketing Studies, volume 28 no.2 Academy Of Marketing Science. 2000. http://www.springerlink.com/content/ow587880v4557076/. (28 January 2010) Bryson, J.M., 2003. Strategic Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Sosial, Edisi ke-1, M. Miftahuddin, Cetakan ke-5, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Constantinides. E. The Marketing Mix Revisited: Towards the 21st century Marketing. Journal of Marketing Management Volume 22, number 3. WestBurn Publisher Ltd. 2006. (//www.ingentaconnect.com/content/westburn/jmm/2006/00000022/00 000003/art00008). (28 January 2010) Effendy, Onong Uchjana. 1993. Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. H.B. Sutopo, 1998, Metodologi Penelitian Hukum Kualitatif Bagian II, Surakarta : UNS Press. Kasali, Rhenald.1993. Manajemen Periklanan Konsep Dan Aplikasinya Di Indonesia. Jakarta : Pustaka Utama Gafiti. Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia. Kotler, (terjemahan A.B. Susanto), 2001, Manajemen Pemasaran di Indonesia, Edisi Pertama, Salemba Empat: Jakarta. Machfoedz, Mahmud. (2010). Komunikasi Pemasaran Modern. Yogyakarta : Cakra Ilmu. Moleong, L. J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya. Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : PT. Lkis 100 Permas, A., C. Hasibuan-Sedyono, L.H. Pranoto, dan T. Saputro (2003) Manajemen Organisasi Seni Pertunjukan. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. Prisgunanto, Ilham. (2006). Komunikasi Pemasaran: Strategi dan Taktik. Bogor: Ghalia Indonesia. Rachmadi, F. 1994. Public Relation Dalam Teori dan Praktek. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Rakhmat, Djalaludin. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rangkuti, Freddy (2009). Measuring Custumer Satisfaction : Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Ruslan, Rosady, (2005), Manajemen Public Relation dan Media Komunikasi: Konsep dan Aplikasinya, Jakarta: Rajawali Pers. Saladin, D., (1991), Unsur-unsur Inti Pemasaran dan Manajemen Pemasaran, Bandung: Mandar Maju. Salusu, (2002), Pengambilan Keputusan Strategik Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Non Profit, Jakarta: PT. Grasindo. Soekanto, S., (1982), Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, Jakarta: Rajawali. Soemanagara, (2006), Strategic Marketing Communication, Bandung: CV. Alfabeta. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV.Alfabeta: Bandung. Tjiptono, Fandy, (2002), Strategi Pemasaran, Yogyakarta: Penerbit Andi. Uyung Sulaksana, (2003), Integrated Marketing Kommunications, Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Winardi, (1989), Ilmu dan Seni Menjual, Bandung: Nova.