BAB II LANDASAN TEORI A. Moral dalam Sastra Moral dari segi

advertisement
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Moral dalam Sastra
Moral dari segi etimologis berasal dari bahasa latin yaitu “Mores” yang
berasal dari suku kata “Mos”. Mores berarti adat istiadat, kelakuan, tabiat, watak,
akhlak yang kemudian artinya berkembang menjadi kebiasaan dalam bertingkah
laku yang baik (Darmadi, 2009:50). Sejalan dengan pendapat Darmadi tentang
moral, Kaelan (2008:93) berpendapat moral merupakan ajaran-ajaran ataupun
patokan-patokan, kumpulan peraturan baik lisan maupun tertulis tentang
bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang baik.
Jadi, dapat disimpulkan moral adalah suatu aturan baik tulisan maupun lisan yang
menjadikan manusia harus hidup dan bertindak baik.
Karya sastra adalah sebuah struktur tanda yang bermakna. Di samping itu,
karya sastra adalah karya yang ditulis oleh pengarang. Pengarang tidak terlepas
dari sejarah sastra dan latar belakang sosial budayanya. Semuanya itu tercermin
dalam karya sastranya. Akan tetapi, karya sastra juga tidak akan mempunyai
makna tanpa ada pembaca yang memberikan makna kepadanya. Oleh karena itu,
seluruh situasi yang berhubungan dengan karya sastra itu haruslah diperhatikan
dalam konkretisasi atau pemaknaan karya sastra (Pradopo, 2010:108).
Karya sastra merupakan salah satu cerminan nilai-nilai budaya dan tidak
terlepas dari sosial budaya serta kehidupan masyarakat yang digambarkannya.
Sastra menyajikan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri sebagian besar
9
Nilai-Nilai Pendidikan Karakter..., Hafiz Nur Vaozy, FKIP UMP 2012
10
terdiri atas kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup
hubungan antarmasyarakat dengan orang-orang, antarmanusia, antarperistiwa
yang terjadi dalam batin seseorang (Noor, 2011:27). Dapat disimpulkan karya
sastra adalah tulisan hasil imajinasi pengarang yang mengandung makna dan
merupakan cerminan nilai-nilai bermasyarakat dalam memberikan gambaran
suatu kehidupan.
Karya sastra yang baik di samping memiliki nilai estetis yang indah juga
memiliki makna akan suatu pesan kepada pembaca untuk berbuat baik. Dalam
karya sastra jelas dikatakan pesan kepada pembaca untuk berbuat baik. Kata
tersebut secara langsung menyinggung nilai-nilai baik buruk atau etika. Jadi pesan
tersebut dinamakan moral, karena pesan tersebut mengajak pembaca untuk
menjunjung tinggi norma-norma moral. Oleh karena itu, sastra dianggap sebagai
sarana pendidikan moral karena sastra merupakan cerminan dari kehidupan
masyarakat.
Noor (2011:64) berpendapat moral dalam sastra biasanya mencerminkan
pandangan hidup pengarang yang bersangkutan. Pandangannya tentang nilai-nilai
kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikan kepada pembaca. Sebuah karya
sastra ditulis oleh pengarang, antara lain untuk menawarkan model kehidupan
yang diidealkannya. Karya sastra mengandung penerapan moral dalam sikap dan
tingkah laku para tokoh sesuai dengan pandangan tentang moral. Melalui cerita,
sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh itulah pembaca diharapkan dapat mengambil
hikmah dari pesan-pesan moral yang disampaikan atau diamanatkan.
Nilai-Nilai Pendidikan Karakter..., Hafiz Nur Vaozy, FKIP UMP 2012
11
Moral dalam sastra itu sangat berkaitan, bagaimana nilai-nilai yang terdapat
dalam karya sastra dapat dipahami dan dimaknai pembaca setelah membaca karya
sastra. Karya sastra mengandung penerapan moral melalui tindakan yang
dilakukan oleh tokoh. Jadi dapat disimpulkan moral dalam sastra adalah suatu
nilai-nilai, pesan, sikap, tindakan, dan perilaku yang disampaikan pengarang
terhadap pembaca.
B. Pendidikan Karakter
1. Pengertian Nilai Pendidikan Karakter
Nilai adalah sesuatu yang berharga baik menurut standar logika (benarsalah), estetika (bagus-buruk), etika (adil/layak-tidak adil), agama (dosa dan
haram-halal) serta menjadi acuan atas sistem keyakinan diri maupun kehidupan
(Darmadi, 2009:27). Rokeah dalam Djahiri (1985:20) berpendapat bahwa nilai
adalah suatu kepercayaan/keyakinan yang bersumber pada sistem nilai seseorang,
mengenai apa yang patut atau tidak patut dilakukan seseorang atau mengenai apa
yang berharga dan apa yang tidak berharga.
Ahmadi dan Noor Salimi (2008:202) berpendapat nilai adalah suatu
perangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang
memberikan corak khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterkaitan maupun
perilaku. Dapat disimpulkan bahwa nilai adalah kepercayaan tentang sesuatu yang
seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan dan dijadikan acuan keyakinan diri
maupun kehidupan.
Nilai-Nilai Pendidikan Karakter..., Hafiz Nur Vaozy, FKIP UMP 2012
12
Menurut UU RI No 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.
Darmadi (2009:3) berpendapat pendidikan merupakan usaha membentuk
kemampuan individu, mengembangkan kemampuan dirinya untuk berkembang
sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya sebagai seorang individu,
maupun sebagai warga negara dan warga masyarakat. Suhartono (2008:43)
berpendapat pendidikan menurut sudut pandang luas adalah segala jenis
pengalaman kehidupan yang mendorong timbulnya minat belajar untuk
mengetahui kemudian bisa mengerjakan sesuatu hal yang telah diketahui itu.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha membentuk kemampuan
individu agar dapat mengembangkan potensi diri sehingga bermanfaat bagi
kehidupannya.
Hakim dalam Taniredja, dkk, (2010:67) berpendapat karakter adalah sifatsifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang
lain; tabiat; watak. Berkarakter berarti mempunyai kepribadian dan berwatak.
Samani dan Hariyanto (2011:43) berpendapat karakter adalah nilai dasar yang
membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun
pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan
dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, dapat disimpulkan
Nilai-Nilai Pendidikan Karakter..., Hafiz Nur Vaozy, FKIP UMP 2012
13
karakter merupakan sifat-sifat manusia yang membedakan antara satu orang
dengan yang lain sehingga mempunyai kepribadian dan berwatak dalam
kehidupan sehari-hari.
Pendidikan karakter menurut Asmani (2011:35) merupakan upaya-upaya
yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik
memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan. Kemudian,
nilai-nilai tersebut dapat terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat
istiadat.
Aunillah (2011:18) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai suatu
sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang
mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad serta adanya
kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga
akan terwujud insan kamil.
Pendidikan karakter adalah upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan
secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma agama, hukum, tata karma,
budaya, dan adat istiadat (Aqib dan Sujak, 2011:5). Pendidikan karakter dapat
Nilai-Nilai Pendidikan Karakter..., Hafiz Nur Vaozy, FKIP UMP 2012
14
disimpulkan upaya secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai karakter pada
seseorang sehingga akan terbentuk kepribadian yang baik.
2. Macam Nilai Pendidikan Karakter
Hasan, dkk (2010:9-10) mengemukakan macam nilai pendidikan karakter
menjadi 18 yaitu :
a. Religius
Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain.
b. Jujur
Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
c. Toleransi
Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
d. Disiplin
Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
e. Kerja keras
Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya.
Nilai-Nilai Pendidikan Karakter..., Hafiz Nur Vaozy, FKIP UMP 2012
15
f. Kreatif
Kreatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara
atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
g. Mandiri
Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
h. Demokratis
Demokratis adalah cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama
hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
i.
Rasa Ingin Tahu
Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat,
dan didengar.
j.
Semangat Kebangsaan
Semangat kebangsaan adalah cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
k. Cinta Tanah Air
Cinta tanah air adalah cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
Nilai-Nilai Pendidikan Karakter..., Hafiz Nur Vaozy, FKIP UMP 2012
16
l.
Menghargai Prestasi
Menghargai prestasi adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
m. Bersahabat/Komunikatif
Bersahabat/komunikatif adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
n. Cinta Damai
Cinta damai adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang
lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
o. Gemar Membaca
Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
p. Peduli Lingkungan
Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya, dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
q. Peduli Sosial
Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan
pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
r. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
Nilai-Nilai Pendidikan Karakter..., Hafiz Nur Vaozy, FKIP UMP 2012
17
masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha
Esa.
3. Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan pendidikan karakter adalah penanaman nilai diri seseorang dan
pembaruan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan individu.
Tujuan jangka panjang tidak lain adalah mendasarkan diri pada tanggapan aktif
konstekstual individu atas implus natural sosial yang diterimanya yang pada
gilirannya semakin mempertajam visi hidup yang akan diraih lewat proses
pembentukan diri secara terus-menerus (Asmani, 2011:42).
Aunillah (2011:97-104) berpendapat lima tujuan dari pendidikan karakter
adalah sebagai berikut :
a. Membentuk manusia yang bermoral
Persoalan moral merupakan masalah serius yang menimpa bangsa ini.
Setiap saat, masyarakat dihadapkan pada kenyataan merebaknya dekadensi moral
yang menimpa kaum remaja, pelajar, masyarakat pada umumnya, bahkan para
pejabat pemerintah. Ciri yang paling terlihat terjadinya dekadensi moral di tengahtengah masyarakat antara lain merebaknya aksi-aksi kekerasan, tawuran massa,
pembunuhan, pemerkosaan, perilaku yang menjurus pada pornografi, dan lain
sebagainya.
Dalam dunia pemerintahan, fenomena dekadensi moral juga tidak kalah
jelasnya, misalnya perilaku ketidakjujuran, korupsi, dan tindakan-tindakan
manipulasi lainnya. Problem moral seperti ini jelas meresahkan semua kalangan.
Nilai-Nilai Pendidikan Karakter..., Hafiz Nur Vaozy, FKIP UMP 2012
18
Ironisnya, maraknya aksi-aksi tidak bermoral tersebut justru banyak dilakukan
kalangan terdidik.
b. Membentuk manusia yang cerdas dan rasional
Seseorang disebut mempunyai kepribadian atau karakter apabila ia mampu
berpikir rasional, mengambil keputusan yang tepat, serta cerdas dalam
memanfaatkan potensi yang dimiliknya. Kecerdasan dalam memanfaatkan potensi
diri dan kemampun bersikap rasional merupakan ciri orang berkepribadian atau
berkarakter. Inilah yang dibutuhkan oleh suatu bangsa saat ini, yakni tatanan
masyarakat yang cerdas dan rasional.
Berbagai tindakan destruktif dan tidak bermoral yang seringkali dilakukan
masyarakat dengan menunjukkan kecenderungan bahwa masyarakat sudah tidak
memperdulikan lagi rasionalitas dan kecerdasan mereka dalam bertindak maupun
mengambil keputusan.
c. Membentuk manusia yang inovatif dan suka bekerja keras
Pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai yang diselenggarakan
untuk menanamkan semangat suka bekerja keras, disiplin, kreatif, dan inovatif
pada diri seseorang, yang diharapkan akan mengakar dan menjadi karakter dan
kepribadiannya. Oleh karena itu, pendidikan karakter bertujuan mencetak generasi
bangsa agar tumbuh menjadi pribadi yang inovatif dan suka bekerja keras.
Saat ini, sikap kurang bekerja keras dan tidak kreatif merupakan masalah
yang menyebabkan bangsa ini tertinggal dari negara-negara lain. Padahal setiap
tahun, lembaga pendidikan sudah meluluskan ribuan peserta didik dengan ratarata nilai tinggi. Dengan adanya pendidikan karakter diharapkan generasi muda
Nilai-Nilai Pendidikan Karakter..., Hafiz Nur Vaozy, FKIP UMP 2012
19
memiliki semangat juang yang besar, serta bersedia bekerja keras sekaligus
inovatif dalam mengelola potensi mereka. Sehingga, mereka dapat menjadi bibit
manusia unggul di masa depan.
d. Membentuk manusia yang optimis dan percaya diri
Sikap optimis dan percaya diri merupakan sikap yang harus ditanamkan
kepada setiap orang sejak dini. Kurangnya sikap optimis dan percaya diri menjadi
faktor yang menjadikan seseorang kehilangan semangat untuk dapat bersaing
menciptakan kemajuan segala bidang.
Pada masa yang akan datang, tentu saja kita akan semakin membutuhkan
sosok-sosok yang optimis dan penuh percaya diri dalam menghadapi berbagai
situasi. Hal itu tidak mungkin terwujud apabila tidak ada upaya untuk
menanamkan kedua sikap tersebut kepada generasi penerus sejak dini.
e. Membentuk manusia yang berjiwa patriot
Salah satu prinsip yang dimiliki oleh konsep pendidikan karakter adalah
terbinanya sikap cinta tanah air. Hal yang paling penting dari sikap ini ialah
kerelaan untuk berjuang, berkorban, serta kesiapan diri dalam memberikan
bantuan kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Harus kita akui bahwa sikap
tolong-menolong dan semangat juang untuk saling memberikan bantuan sudah
semakin luntur dari kehidupan masyarakat.
Sikap kepedulian yang semula merupakan hal yang paling kita banggakan
sepertinya sudah tergantikan dengan tumbuh suburnya sikap-sikap individualistis
dan egois. Kepekaan sosial pun sudah berada pada taraf yang memperihatinkan.
Maka, tidak heran bila setiap saat kita menyaksikan masalah-masalah sosial yang
Nilai-Nilai Pendidikan Karakter..., Hafiz Nur Vaozy, FKIP UMP 2012
20
terjadi di lingkungan kita, yang salah satu faktor penyebab kemunculannya adalah
terkikisnya rasa kepedulian satu sama lain.
Tujuan pendidikan karakter dapat disimpulkan menanamkan nilai-nilai pada
seseorang untuk mengarahkan dan menata manusia dalam proses kehidupannya
yang lebih menghargai kebebasan individu sesuai aturan-aturan yang ada.
C. Materi Pembelajaran Sastra di SMA
Salah satu bentuk aplikasi dari pendidikan karakter dapat dilakukan melalui
pengajaran apresiasi sastra. Karya sastra mengandung eksplorasi mengenai
kebenaran universal. Sastra juga menawarkan berbagai bentuk kisah yang
merangsang pembaca untuk bercermin dan tentu saja setelah itu berbuat sesuatu.
Pengajaran sastra tidak saja membentuk watak dan moral, tetapi juga memiliki
peran bagi pemupukan kecerdasan siswa dalam semua aspek. Melalui apresiasi
sastra misalnya, kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual siswa dapat
diasah. Siswa tidak hanya terlatih untuk membaca saja, tetapi juga mampu
mencari makna dan nilai-nilai yang luhur. Hal ini dikarenakan, dalam setiap karya
sastra mengandung tiga muatan: imajinasi, pengalaman, dan nilai-nilai (Noor,
2011:46).
Pengajaran sastra tidak sekadar mengenalkan sastra kepada siswa tetapi juga
mendekatkan sastra yang mempunyai nilai-nilai penting dan bermanfaat dalam
memahami hidup. Nilai-nilai yang terkandung di dalam karya sastra diresapi oleh
siswa dan secara tidak sadar merekonstruksi sikap dan kepribadian mereka. Karya
sastra selain sebagai penanaman nilai-nilai dan karakter, dapat merangsang
Nilai-Nilai Pendidikan Karakter..., Hafiz Nur Vaozy, FKIP UMP 2012
21
kreativitas imajinasi siswa dalam berpikir kritis melalui rasa penasaran akan jalan
cerita dan metafora-metafora yang terdapat di dalamnya (Noor, 2011:10).
Modal apresiasi sastra yang memadai akan menciptakan output pendidikan
yang lebih arif dan bijak. Pengajaran sastra tidak hanya berperan dalam
penanaman keluhuran budi pekerti, tetapi juga memiliki andil dalam pembentukan
karakter. Karya sastra mengandung penerapan moral dalam sikap dan tingkah laku
para tokoh sesuai dengan pandangan tentang moral. Melalui cerita, sikap, dan
tingkah laku tokoh-tokoh itulah pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah
dari pesan-pesan moral yang disampaikan atau diamanatkan (Noor, 2011:13).
Tujuan pengajaran sastra secara umum ditekankan pada kemampuan siswa
untuk mengapresiasi sastra secara memadai. Walaupun bersifat umum, paling
tidak telah memberi arah terhadap tujuan-tujuan yang lebih khusus dan
operasional. Kebermanfaatan pengajaran sastra di sekolah diharapkan siswa
memperoleh pengetahuan dan wawasan yang baik. Pembelajaran yang tepat oleh
guru nantinya akan memberikan sumbangan-sumbangan ilmu kepada siswa.
Mata pelajaran bahasa Indonesia yang di dalamnya terdapat pengajaran
sastra merupakan salah satu mata pelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum
yang membebaskan setiap satuan pendidikan untuk dapat menyusun perangkatperangkat pembelajaran. Mulyasa (2007:21) berpendapat KTSP adalah suatu ide
tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang paling dekat
dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan. Pemberdayaan
sekolah dan satuan pendidikan dengan memberikan otonomi yang lebih besar, di
Nilai-Nilai Pendidikan Karakter..., Hafiz Nur Vaozy, FKIP UMP 2012
22
samping menunjukkan sikap tanggap pemerintah terhadap tuntutan masyarakat
juga merupakan saran peningkatan kualitas, efisiensi, dan pemerataan pendidikan.
Pengajaran sastra di sekolah dapat ditentukan oleh guru yang kreatif dan inovatif
dalam proses pembelajarannya sehingga merangsang siswa senang dan menarik
untuk mempelajarinya.
Dengan
fenomena-fenomena
yang
ada
sekarang
ketidakberhasilan
pengajaran apresiasi sastra juga disebabkan belum ditetapkannya alokasi waktu,
untuk pengajaran apresiasi sastra Indonesia sebagai mata ajar yang mandiri.
Sampai kini sastra diajarkan sebagai tambahan dalam mangajarkan bahasa
Indonesia. Berdasarkan kenyataan di lapangan tidak semua guru bahasa Indonesia
mampu menyajikan pengajaran apresiasi sastra dengan baik. Guru yang mahir
mengajarkan bahasa Indonesia belum tentu mampu memikat saat mengajar sastra.
Oleh karena itu, guru harus lebih mahir lagi dalam mengajarkan sastra sehingga
ilmu-ilmu yang ada di dalam sebuah karya sastra dapat diterima siswa untuk
selanjutnya diaplikasikan peserta didik dalam dunia nyata (Widjojoko dan Endang
Hidayat, 2006:98).
Sesuai dengan implementasi KTSP, pengajaran sastra diharapkan dapat
mengarahkan siswa dalam mengambil nilai-nilai karakter yang terdapat didalam
sebuah karya sastra. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Widjojoko dan Endang
Hidayat (2006:98) pada hakekatnya pembelajaran apresiasi sastra Indonesia ialah
memperkenalkan kepada siswa nilai-nilai yang dikandung karya sastra dan
mengajak
siswa
menghayati
pengalaman-pengalaman
yang
disajikan.
Pembelajaran apresiasi sastra Indonesia bertujuan mengembangkan nilai-nilai
Nilai-Nilai Pendidikan Karakter..., Hafiz Nur Vaozy, FKIP UMP 2012
23
akali, nilai afektif, nilai keagamaan, dan nilai sosial, secara sendiri-sendiri atau
gabungan keseluruhan seperti yang tercermin dalam karya sastra. Pada
hakekatnya pengajaran sastra adalah menciptakan situasi siswa membaca dan
merespon karya sastra serta membicarakannya secara bersama dalam kelas.
Pada silabus bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas, materi tentang
nilai-nilai pendidikan karakter ini dapat diajarkan pada kelas XI semester I aspek
membaca sastra, yaitu :
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Memahami berbagai hikayat novel Menemukan unsur-unsur intrinsik dan
Indonesia atau novel terjemahan
ekstrinsik novel Indonesia atau novel
terjemahan
Nilai-Nilai Pendidikan Karakter..., Hafiz Nur Vaozy, FKIP UMP 2012
Download