7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Belajar a

advertisement
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1.
Belajar
a.
Pengertian Belajar
Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan
perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Hamalik (2005:27)
menyimpulkan “belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan bukan suatu
hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari
itu, yakni mengalami”. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan
melainkan pengubahan kelakuan. Belajar adalah proses perubahan perilaku
berkat pengalaman dan pelatihan. Artinya dalam proses belajar yang
diharapkan dari tujuan yang akan dicapai adalah perubahan tingkah laku
siswa, baik yang menyangkut pengetahuan, ketrampilan, dan sikap bahkan
meliputi segenap aspek pribadi.
Menurut pandangan Skinner Dimyati & Mudjiono(2002: 9) bahwa
belajar adalah suatu perilaku. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:
1) Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons
pembelajar,
2) Respons si pembelajar, dan
3) Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut.
Pemerkuat terjadinya pada stimulus yang menguatkan
konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku respons si
pembelajar yang baik diberi hadiah. Sebaliknya, perilaku respons
yang tidak baik diberi teguran dan hukuman.
Belajar dapat dikatakan juga suatu proses perubahan tingkah laku
individu melalui interaksi dengan lingkungan bukan merupakan suatu tujuan.
Belajar tidak hanya materi pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan,
persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam
keterampilan lain dan cita-cita. Dengan demikian seseorang dikatakan belajar
7
8
apabila terjadi perubahan pada diri orang yang belajar akibat adanya latihan dan
pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan secara langsung terhadap
sesuatu yang memandu perilaku selanjutnya.
Sardiman (2001 : 20) mengemukakan pengertian belajar sebagai
berikut :
“Belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian
kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru,
dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik apabila subjek.”
Menurut R. Gagne (A. Susanto, 2013: 1), menjelaskan bahwa :
Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme
berubah perilakunya sebagai akibatnya pengalaman. Belajar dan mengajar
merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dua
konsep ini menjadi terpadu dalam satu kegiatan di mana terjadi interaksi
antara guru dengan siswa, serta siswa dengan pada saat pembelajaran
berlangsung.
Berdasarkan teori–teori di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan
lingkungan bukan merupakan suatu tujuan melalui olah informasi, respon
positif yang semula belum tahu menjadi lebih tahu supaya mendapat suatu
kepribadian baru yang bersifat permanen dalam waktu relatif lama.
b. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut uraian H. C Withetington dan Lee J. Crobach Bapemsi
(Mustaqim, 2012: 69), faktor- faktor serta kondisi- kondisi yang mendorong
perbuatan belajar bisa diringkas sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Situasi belajar (kesehatan jasmani, keadaan psikis, pengalaman dasar).
Penguasaan alat- alat intelektual.
Latihan- latihan yang terpencar.
Penggunaan unit- unit yang berarti.
Latihan yang aktif.
Kebaikan bentuk dan sistem.
Efek penghargaan (reward) dan hukuman.
9
8) Tindakan- tindakan pedagogis.
9) Kapasitas dasar.
c. Tujuan Belajar
Menurut Dalyono (2012: 49), belajar bertujuan mengadakan perubahan
di dalam diri antara lain tingkahlaku, misalnya seorang anak kecil yang tadinya
sebelum memasuki sekolah bertingkahlaku manja, egois, cengeng, dan
sebagainya
tetapi
setelah
beberapa
bulan
memasuki
sekolah
dasar,
tingkahlakunya berubah menjadi anak yang baik, tidak lagi cengeng dan sudah
mau bergaul dengan teman- temannya.
Menurut Sardiman (2001 : 26) menyatakan bahwa tujuan belajar adalah
sebagai berikut:
1) Untuk mendapatkan pengetahuan
2) Penanaman konsep dan ketrampilan
3) Pembentukan sikap
Dari dua definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar
adalah untuk mengubah pola pikir seseorang dari yang sebelumnya belum
mengerti setelah menerima pelajaran dapat mengetahui apa yang nantinya dia
lakukan setelah menerima ilmu tersebut.
2.
Pembelajaran
Belajar erat kaitannya dengan pembelajaran. Pembelajaran merupakan
proses yang dilakukan oleh guru untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Pembelajaran dilakukan untuk memberikan pengetahuan bagi individu atau
kelompok.
a.
Pengertian Pembelajaran
Warsita berpendapat bahwa “pembelajaran adalah suatu usaha untuk
membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan
peserta didik” (2008:85). Gagne (2005:18) menyatakan “pembelajaran dapat
10
didefinisikan sebagai serangkaian sumber belajar dan prosedur yang
digunakan untuk memfasilitasi berlangsungnya proses belajar”(Pribadi,
2011:15).
Suryani dan Agung menjelaskan “pembelajaran yang efektif adalah
pembelajaran yang mampu membawa siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran atau kompetensi seperti yang diharapkan.Setelah melalui
proses belajar seseorang akan memilki kemampuan atau kompetensi yang
lebih baik dari pada kemampuan yang telah dimiliki” (2012:15).
Menurut Martinis (2013:71) menjelaskan bahwa :
“pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan
terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif
menetap pada diri orang lain. Miarso juga menjelaskan bahwa dari
beberapa uraian yang dikutipnya tampak bahwa pembelajaran bukan
menitik berat pada “apa yang dipelajari”, melainkan pada “bagaimana
membuat pemelajar mengalami proses belajar”, yaitu cara-cara yang
dilakukan untuk mencapai tujuan yang berkaitan dengan cara
pengorganisasian materi, cara penyampaian pelajaran, dan cara mengelola
pembelajaran”.
Dari beberapa definisi diatas dapat tarik suatu pengertian bahwa
pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan guru kepada siswa dengan
sumber belajar yang digunakan dalam proses belajar agar tujuan belajar yang
diinginkan dapat tercapai. Untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan
perlu proses pembelajaran yang efektif. Proses pembelajaran yang efektif
adalah proses pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan yang
dimiliki siswa.
b. Prinsip Pembelajaran
Sugandi, dkk (2000 : 27) menyatakan bahwa adanya beberapa
prinsip-prinsip pembelajaran, yaitu:
1) Kesiapan Belajar
11
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
Faktor kesiapan terbagi menjadi dua, yaitu fisik dan psikologis.
Kondisi fisik dan psikologis ini biasanya sudah terjadi pada diri siswa
sebelum ia masuk kelas. Namun, guru diharapkan dapat mengurangi
akibat dari kondisi tersebut dengan berbagai upaya pada saat
membelajarkan siswa.
Perhatian
Belajar membutuhkan perhatian yang kompleks, oleh karena itu guru
perlu mengetahui beberapa kiat untuk menarik perhatian siswa pada
saat proses pembelajaran.
Motivasi
Merupakan kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang untuk
melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan. Motivasi terbagi
menjadi dua bagian, yaitu motivasi aktif dan tidak aktif. Apabila
siswa mempunyai motivasi tidak aktif maka guru harus dapat
memberikan motivasi kepada siswanya agar dapat mencapai tujuan
dengan baik.
Keaktifan siswa
Dengan bantuan guru, siswa harus mampu mencari, menemukan dan
menggunakan pengetahuan yang dimilikinya, selain itu siswa juga
dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran. Misalnya dengan
aktif bertanya dan menanggapi pertanyaan.
Pengalaman Sendiri
Pengalaman merupakan prinsip penting dan berkaitan dengan
keaktifan siswa. Siswa yang belajar dengan melakukan sendiri akan
lebih memberikan hasil dan pemahaman yang lebih memuaskan.
Pengulangan
Dengan adanya pengulangan dalam materi pembelajaran diharapkan
siswa untuk lebih mudah mengingat materi tersebut. Misalnya guru
dapat memberikan tugas atau pekerjaan rumah (PR) dan mengadakan
ulangan harian.
Materi pelajaran yang menantang
Dengan adanya materi yang menantang, siswa akan merasa
termotivasi dan muncul rasa ingin tahu yang akan membuat siswa
aktif belajar.
Balikan dan Penguatan
Dengan adanya balikan diharapkan siswa dapat mengetahui tentang
kemampuannya, dan mengetahui dimana letak kekuatan dan
kelemahannya, sedangkan penguatan merupakan suatu tindakan yang
dilakukan guru kepada siswa yang telah berhasil melakukan proses
pembelajaran dengan baik, dengan harapan suatu saat siswa dapat
mengulangi perbuatan baiknya.
Perbedaan Individual
12
Dengan adanya perbedaan individual, guru harus memperhatikan
siswa-siswa tertentu secara individual dan memikirkan model
pengajaran yang berbeda bagi anak didik yang berbakat dengan
kurang berbakat.
Dari beberapa prinsip pembelajaran di atas dapat menjadikan tolak ukur bagi
seorang guru ketika akan melakukan proses pembelajaran perlu memperhatikan
prinsip tersebut, sehingga apa yang diinginkan dalam proses pembelajaran
tersebut dapat tercapai secara optimal.
3.
Model Pembelajaran
Model secara umum bisa diartikan sebagai tiruan atau pedoman dalam
melakukan sesuatu. Mills menyatakan bahwa “model adalah bentuk
representasi yang akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang
atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Jika
dikaitkan dalam pembelajaran model dapat diartikan sebagai kerangka atau
konsep yang digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan pembelajaran”
Suprijono (2014:45). Majid (2013:13)menjelaskan“model pembelajaran adalah
kerangka konseptual dan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, berfungsi sebagai
pedoman bagi perancang pengajaran, sera para guru dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar”.
Jihad dan Haris (2012:25)menyatakan “model pembelajaran memiliki
makna yang lebih luas dari pada pendekatan, strategi, metode atau prosedur.
Model pembelajaran diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan
untuk menyusun kurikulum, mengatur materi peserta didik dan memberi
petunjuk kepada pengajar dikelas dalam seting pengajaran atau seting lainnya”.
Dalam memilih model pembelajaran harus disesuaikan pada kenyataan
atau kondisi kelas yang ada. Karena setiap model memiliki persyaratan
tersendiri agar tujuan dapat tercapai secara maksimal.
13
4.
Model Pembelajaran Aktif
a. Pengertian
Menurut Rosyada dalam Dalvin (2006) pembelajaran aktif adalah
belajaryangmemperbanyak aktivitas siswa dalam mengakses berbagai
informasi dariberbagai sumber, untuk dibahas dalam proses pembelajaran
dalam kelas,sehinggamemperoleh berbagai pengalaman yang tidak saja
menambah pengetahuan, tapijuga kemampuan analisis dan sintesis.Belajar
aktif menuntut siswa untuk bersemangat, gesit, menyenangkan,dan penuh
gairah,bahkan siswa sering meninggalkan tempat duduk untukbergerak leluasa
dan berfikir keras (moving about and thinking aloud).
Selamaproses belajar
siswa dapat
beraktivitas,
bergerak dan
melakukan sesuatu denganaktif, keaktifan siswa tidak hanya keaktifan fisik
tapi juga keaktifan mental.Belajar aktif sebagai suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang bermuarapada belajar mandiri, maka kegiatan belajar
mengajar yang dirancang harusmampu melibatkan siswa secara aktif. Siswa
dan guru dalam belajar aktif sama-sama berperan untuk menciptakan suatu
pengalaman belajar yang bermakna.
Berdasarkan penelitian Grinder (1991) dalam Mel Silberman
yangdikemukakan oleh Dalvin (2006) menemukan dalam setiap grup yang
terdiri dari30 siswa, rata-rata 22 siswa dari mereka dapat belajar dengan
efektif selama gurumenyediakan campuran aktivitas visual. Selain itu sisi
sosial pembelajaran jugaharus diperhatikan. Jika siswa belajar bersama temantemannya, merekamemperoleh dukungan emosi dan intelektual yang
membawa mereka melampauilevel pengetahuan dan ketrampilan mereka
sebelumnya lebih banyak daripadabelajar sendiri.
Seperti banyak istilah yang digunakan untuk menggambarkan belajar
atau mengajar, belajar aktif tidak mudah didefinisikan secara sederhana.
Pembelajaran aktif (Active Learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan
penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua
14
anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif
(Active Learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian peserta didik
agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
Metode Active Learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang
baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada
sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan
pengetahuan yang sudah ada. Pembelajaran Aktif (Active Learning) pada
dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar tanggapan
anak
didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang
menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan
memberikan strategi pembelajaran aktif (Active learning) pada anak didik
dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat
dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang
diperhatikan pada pembelajaran konvensional dimanasiswa cenderung pasif
ketika terjadi proses pembelajaran.
Ketika belajar secara pasif, peserta didik mengalami proses tanpa rasa
ingin tahu, tanpa pertanyaan, dan tanpa daya tarik pada hasil . Ketika belajar
secara aktif, pelajar mencari sesuatu. Dia ingin menjawab pertanyaan,
memperlukan informasi untuk menyelesaikan masalah, atau menyelidiki suatu
pekerjaan. Strategi pembelajaran konvensional pada umumnya lebih banyak
menggunakan belahan otak kiri (otak sadar) saja, sementara belahan otak
kanan kurang diperhatikan. Pada pembelajaran dengan Active learning
(belajar aktif) pemberdayaan otak kiri dan kanan sangat dipentingkan. Pada
pembelajaran konvensiaonal berpusat pada guru dan biasanya hanya
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga siswa cenderung
pasif.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif
adalahsuatu metode belajar yang mana siswa tidak hanya sekedar
15
mendengarkaninformasi yang disampaikan oleh guru, akan tetapi siswa juga
melihat apa yangdijelaskan oleh guru dan terakhir siswa melakukan atau
mencobakan langsung apayang telah dipelajari untuk memperoleh hasil
belajar.
Dapat ditarik beberapa perbedaan antara pendekatan pembelajaran
Active learning (belajar aktif) dan pendekatan pembelajaran konvensional,
yaitu:
Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran Konvesional dengan Pembelajaran Aktif
PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN
KONVENSIONAL
AKTIF
Berpusat pada guru.
Berpusat pada anak didik
Penekanan pada menerima
Penekanan pada menemukan
pengetahuan
Kurang menyenangkan
Sangat menyenangkan
Kurang memberdayakan semua
Membemberdayakan semua
Menggunakan metode yang monoton
Menggunakan banyak metode
Kurang banyak media yang digunakan
Menggunakan banyak media
Tidak perlu disesuaikan dengan
Disesuaikan dengan pengetahuan
pengetahuan yang sudah ada.
yang sudah ada.
( Sumber : data yang diperoleh, 2015)
Perbandingan di atas dapat dijadikan bahan pertimbangan dan alasan
untuk menerapkan strategi pembelajaranActive Learning(belajar aktif) dalam
pembelajaran di kelas. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran aktif adalah suatu metode belajar yang mana siswa tidak hanya
sekedar mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru, akan tetapi
siswa juga melihat apa yang dijelaskan oleh guru dan terakhir siswa
16
melakukan atau mencobakan langsung apa yang telah dipelajari untuk
memperoleh hasil belajar.
b.Dimensi-dimensi Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif akan lebih tampak dan menunjukkan kadar yang
tinggiapabila pembelajaran berorientasi pada siswa. Menurut Mc Keachie
dalambukunya Dimyati (1994 : 110) ada 7 dimensi proses pembelajaran
yangmengkibatkan terjadinya kadar pembelajaran aktif, yaitu :
1) Partisipasi siswadalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran,
2) Tekanan pada aspek afektif dalam belajar,
3) Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama berbentuk
interaksi antar siswa,
4) Penerimaan guru terhadap perbuatan dankontribusi siswa yang kurang
relevan atau bahkan sama sekali salah,
5) Kekompakan kelas sebagai kelompok,
6) Kebebasan diberikan kepada siswauntuk mengambil keputusan-keputusan
penting dalam kehidupan sekolah,
7) Jumlah waktu yang digunakan untuk menanggulangi masalah siswa baik
yang berhubugan maupun yang tidak berhubungan dengan pembelajaran.
c. Karakteristik Pembelajaran Aktif
Raka Joni dalam bukunya Dimyati (1994 : 111) mengungkapkan
bahwasekolah
yang
melakukan
pembelajaran
aktif
harus
mempunyaikarakteristik, yaitu pembelajaran berpusat pada siswa, guru
membimbing siswa dalam proses belajar mengajar, tujuan kegiatan tidak
hanya
sekedar
mengejar
standar
akademis,
pengelolaan
kegiatan
pembelajaran, dan penilaian. Pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa
berperan lebih aktif dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri,
siswa berperan serta pada perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses
belajar, pengalaman siswa lebih diutamakan dalam memutuskan titik tolak
kegiatan.
Guru membimbing dalam terjadinya pengalaman belajar.Guru
bukan satu-satunyasumber informasi, guru merupakan salah satunya
17
sumber belajar, yang memberikan peluang bagi siswa agar dapat
memperoleh pengetahuan atau ketrampilan sendiri melalui usaha sendiri,
dapat
mengembangkan
motivasi
dari
dalam
dirinya,
dan
dapat
mengembangkan pengalaman untuk membuat suatu karya.
Tujuan kegiatan tidak hanya untuk sekedar mengejar standar
akademis.Selain pencapaian standar akademis, kegiatan ditekankan untuk
mengembangkan siswa secara utuh dan seimbang.Pengelolaan kegiatan
pembelajaran ditekankan pada kreativitas siswa, dan memperhatikan
kemajuan siswa untuk menguasai konsep-konsep dengan mantap.Penilaian
dilakukan untuk mengukur dan mengamati kegiatan dan kemajuan siswa,
serta mengukur ketrampilan dan hasil belajar siswa.
5.
Tipe Team Quiz
a. Pengertian Team Quiz
Metode Team Quiz merupakan salah satu metode pembelajaran bagi
peserta didik yang membangkitkan semangat dan memacu keaktifan siswa
didalam kelas.Hamruni menyatakan “strategi team quiz dapat meningkatkan
kerja sama team serta tanggung jawab siswa untuk apa yang mereka pelajari
melalui pembelajaran yang menyenangkan dan tidak menakutkan yaitu dalam
bentuk kuis” (2011:54).
Zaini dkk menyatakan “strategi ini dapat meningkatkan tanggung jawab
peserta didik dalam suasana yang menyenangkan” (2008:54). Selain itu
Silberman
menyatakan“teknik ini meningkatkan tanggung jawab peserta
didik terhadap apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan dan
tidak menakutkan” (2007:163).
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik pengertian bahwa team
quiz adalah pembelajaran yang dapat meningkatkan kerja sama siswa serta
tanggung jawab siswa dalam mengikuti proses pembelajaran melalui cara
yang menyenangkan dan tidak menakutkan.
18
b. Langkah – Langkah Team Quiz
Zaini dkk (2008:54-55) menyatakan langkah – langkah dalam
pelaksanaan metode team quiz adalah sebagai berikut :
1) Pilihlah topik yang dapat disampaikan dalam tiga bagian.
2) Bagilah siswa menjadi tiga kelompok yaitu A, B dan C.
3) Sampaikan kepada peserta didik format pembelajaran kemudian mulai
persentasi. Batasi penyampaian materi maksimal 10 menit.
4) Setelah persentasi, minta kelompok A menyiapkan pertanyaanpertanyaan berkaitan dengan materi yang baru saja disampaikan.
Kelompok B dan C menggunakan waktu ini untuk melihat lagi catatan
mereka.
5) Minta kepada kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada
kelompok B. Jika kelompok B tidak dapat menjawab pertanyaan
lempar pertanyaan tersebut kepada kelompok C.
6) Kelompok A memberikan pertanyaan kepada kelompok C, jika
kelompok C tidak bisa menjawab, lemparkan kepada kelompok B.
7) Jika Tanya jawab selesai, lanjutkan pertanyaan ke dua dan tunjuk
kelompok B untuk menjadi kelompok penanya. Lakukan seperti proses
untuk kelompok A.
8) Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaanya, lanjutkan
penyampaian pelajaran ke tiga dan tunjuk kelompok C sebagai
kelompok penanya.
9) Akhiri pelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan jelaskan
sekiranya ada pemahaman siswa yang keliru.
Silberman ( 2007:164) menyatakan ada beberapa variasi yang biasa
dilakukan,yaitu :
1) Berikan kesempatan kepada tim ini untuk menyiapkan pertanyaan kuis
dari yang mereka seleksi ketika mereka menjadi pemimpin kuis.
2) Lakukan satu pelajaran yang berkelanjutan. Bagilah peserta didik
kedalam dua tim. Diakhir pelajaran, biarkan kedua tim saling memberi
kuis satu sama lain.
Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan beberapa variasi pada
penerapan teknik team quiz. Variasi yang diterapkan diharapkan dapat
meningkatkan keaktifan siswa. Variasi akan dilakukan pada proses
pembagian kelompok, presentasi dan proses tanya jawab antar kelompok.
19
c.
Kelebihan dan Kekurangan Team Quiz
Teknik ini tentunya memiliki beberapa kelebihan dan kelamahan.
Kelebihan dari teknik ini adalah :
1) Berpusat pada peserta didik
2) Penekanan
pada
menemukan
pengetahuan
bukan
menerima
pengetahuan
3) Sangat menyenangkan
4) Memberdayakan semua potensi dan indera peserta didik
5) Menggunakan metode yang bervariasi
6) Menggunakan banyak media
7) Disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada
Selain kelebihan diatas teknik ini juga mempunyai beberapa
kelemahan, kelemahan tersebut antara lain :
1) Peserta didik sulit mengorientasikan pemikirannya, ketika tidak
didampingi oleh pendidik
2) Pembahasan terkesan ke segala arah atau tidak terfokus
6. Hasil Belajar
a. Pengertian
Hamalik (2005:30) berpendapat” hasil belajar adalah bila seseorang
telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,dari tidak mengerti menjadi
mengerti”. Hasil belajar merupakan hal yang dapat dilihat dari dua sisi yaitu
sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum
terjadinya pembelajaran. Dari sisi guru, adalah bagaimana guru bisa
menyampaikan materi pembelajaran dengan baik dan siswa bisa
menerimanya.
20
Sudjana (2011:22) mengemukakan “hasil belajar adalah kemampuankemampuanyang dimiliki
siswa
setelah
ia
menerima
pengalaman
pengalaman belajarnya”.Hasil belajar akan terlihat apabila terjadi perubahan
tingkah laku pada orang tersebut. Hasil belajar merupakan hasil yang
dicapai individu atau siswa setelah siswa tersebut mengalami atau
melakukan suatu proses aktivitas belajar dalam jangka waktu tertentu.
Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik
dengan melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh seseorang
setelah melakukan usaha-usaha belajar. Hasil belajar biasanya dinyatakan
dalam bentuk nilai.
Menurut Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:26) hasil belajar
dibedakan menjaditiga ranah, yaitu:
a. Kemampuan kognitif
Berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang
biasadiukur dengan pikiran atanalar.
b. Kemampuan afektif
Berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap,
kepatuhan terhadapmoral dan sebagainya.
c. Kemampuan psikomotor
Berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem
syaraf dan otot(neuronmuscular system) dan fungsi psikis.
Ketiga ranah tersebutlah yang akan menjadi objek penilaian hasil
belajar. Dan diantaraketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang mendapat
perhatian paling besar bagi seorang guru atauguru. Karena pada ranah kognitif
inilah siswa akan terlihat kemampuannya dalam menguasai bahanpelajaran
ataukah tidak.Hasil belajar matematika pada penelitian ini adalah kemampuan
siswa yang diperoleh dalamproses kegiatan belajar mengajar, dan hasil belajar
tersebut dapat berbentuk kognitif, afektif, danpsikomotorik pada saat
mengerjakan post test setelah guru memberikan tindakan pada siswa.
Sudjana (2011:22) mengklasifikasikan “hasil belajar secara garis besar
menjadi
tiga
ranah
yakni
ranah
kognitif,
ranah
afektif
danranah
psikomotoris.Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
21
terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sisntesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaandengan sikap yang terdiri dari
lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan
internalisasi. Ranah Psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan
dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris yakni
gerakan reflex, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan konseptual,
keharminisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan
ekspresif dan interpretative”.
Setelah mengkaji pengertian hasil belajar dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya dalam jangka waktu tertentu dan perubahan relative
tetap dan dapat diukur kedalam tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif
dan ranah psikomotoris.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : Faktor
lingkungan, yaitu faktor lingkungan alami dan faktor lingkungan sosial
budaya, faktor Instrumental meliputi; kurikulum, program, sarana, fasilitas
dan guru, kondisi psikologis meliputi; minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan
kemampuan kognitif, kondisi fisiologis yaitu; keadaan jasmani dari peserta
didik (mata, hidung, telinga, dan tubuh) yang dapat bekerja dengan baik.
Slameto
(2010:54)
menyebutkan
adanya
faktor-faktor
yang
mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern terdiri atas faktor-faktor jasmaniah, psikologi, minat, motivasi
dan cara belajar. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar
yang berasal dari peserta didik yang sedang belajar. Faktor dari dalam ini
meliputi kondisi fisiologis dan kondisi psikologi. Kondisi fisiologis adalah
keadaan jasmani dari seseorang yang sedang belajar, keadaan jasmani dapat
dikatakan sebagai latar belakang aktivitas belajar. Sedangkan kondisi
22
psikologis yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah
kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi dan kemampuan kognitif. Faktor
ekstern yaitu faktor-faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Salah satu faktor
ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor sekolah, yang
mencakup metoda mengajar, kurikulum, relasi guru siswa, sarana, dan
sebagainya.
c. Klasifikasi Hasil Belajar
Menurut Bloom (Daryanto& Muljo, 2012: 27), ada tiga ranah hasil
belajar yaitu kognitif, akfektif dan psikomotor.
Menurut Purwanto (2013: 54) bahwa belajar mengusahakan perubahan
perilaku dalam domain- domain tersebut sehingga hasil belajar merupakan
perubahan perilaku dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
1.
Ranah kognitif
Bloom(Purwanto, 2013: 50) membagi dan menyusun
secara hirarki tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang paling
rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai yang paling tinggi dan
kompleks yaitu evaluasi.
Bloom (Sudjana, 2010: 22) membagi ranah kognitif
menjadi enam yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa,
sintesa, dan evaluasi.
Dari pengetian diatas ranah kognitif dapat disimpulkan
bahwa ranah kognitif berupa ranah yang berkaitan dengan
pemahaman atau pengetahuan terhadap materi pelajaran.
2. Ranah afektif
Krathwohl (Purwanto, 2013: 51) membagi hasil belajar
afektif menjadi lima tingkat yaitu penerimaan, partisipasi,
penilaian, organisasi dan internalisasi.
23
Hal tersebut selajan dengan pendapat Bloom (Sudjana,
2010: 22) membagi ranah afektif menjadi lima aspek yaitu
penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan pembentukan
pola hidup.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan ranah afektif
merupakan ranah yang berkaitan dengan keaktifan peserta didik
dalam mengikuti pembelajaran.
3. Ranah psikomotorik
Bloom (Sudjana, 2010: 22) membagi ranah psikomotorik
menjadi empat aspek yaitu kesiapan, meniru, membiasakan, dan
menciptakan.
Hal ini dilengkapi dengan pendapat dari Simpson
(Purwanto, 2013: 53) yang mengklasifikasikan hasil belajar
psikomorik menjadi enam yaitu persepsi, kesiapan, gerakan
terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan kreativitas.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan ranah psikomotor
merupakan ranah yang berkaitan dengan ketrampilan peserta didik
dalam mengikuti pembelajaran.
7. Kesekretarisan
Kesekretarisan adalah satuan organisasi yang melakukan rangkaian
kegiatan penataan terhadap pekerjaan perkantoran dan bantuan lainnya yang
dilaksanakan sebagai kegiatan penunjang supaya tujuan organisasi dicapai
dengan lancar.Sekretaris organisasi bertindak sebagai sekretaris, Kepala
Sekretariat yang mempunyai wewenang membuat rencana, membuat keputusan,
mengorganisir bawahan dan sarananya, melakukan pengawasan sistem
komunikasi yang baik, melakukan pengarahan, penyempurndan tata kerjaaan
organisasi .
Berikut Ruang Lingkupkesekretarisanmeliputi :
24
a) penyelenggaraan pembinaan ketatausahaan, khususnya yang berhubungan
dengan pekerjaan surat menyurat yang meliputi pembuatan surat,
penerimaan, pengolahan, pendistribusian, dan penyimpanan.
b) Menyelenggarakan tata hubungan baik secara intern maupun extern.
c) Menyelenggarakan rapat-rapat.
d) Menyelenggarakan pengaturan penerimaan tamu / kunjungan.
Tugas Administratif Kesekretariatan meliputi :
a. Memperlancar lalu lintas dana distribusi informasi ke segala pihak baik
intern maupun ekstern.
b. Mengamankan rahasia perusahaan / organisasi
c. Mengelola dan memelihara dokumentasi perusahaan atau organisasi yang
berguna bagi kelancaran fungsi manajemen (POAC).
Fungsi dari keseketarisan :
a. Mengadakan pencatatan dari semua kegiatan manajemen
b. Sebagai alat pelaksana pusat ketatausan
c. Sebagai alat komunikasi organisasi / perusahaan
d. Sebagai pusat dokumentasi
Kedudukan Sekretaris dalam Organisasi
a. Peran Strategis
b. Peran Teknis
c. Peran Pendukung
Kualifikasi / Syarat-syarat Sekretaris
25
a. Syarat Pengetahuan
b. Syarat Keterampilan
c. Syarat Kepribadian
Tugas seorang sekretaris adalah membantu pimpinan dalam melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan teknis, tetapi cukup penting artinya bagi pimpinan.Seorang
pimpinan akan sangat memerlukan bantuan sekretaris dalam melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan kantor seperti : menerima tamu, menerima telepon,
mengambil dikte dan melatinkan, serta menyimpan surat.
B. Penelitian Relevan
Penelitian tentang penggunaan model kooperatif tipe team quiz sudah
dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Adapun peneliti yang relevan
dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:
a. Penelitian yang dilakukan Leti Kasyaniyang berjdul “Upaya Meningkatkan
Aktivitas Belajar Siswa Menggunakan Teknik Team Quiz Pada Mata
Pelajaran PKN Di SMP” dimuat pada jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Vol.2, No.3, 2013. Dari penelitiannya menunjukkan bahwa active
learningteam quiz dapat berpengaruh terhadap aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran.
b. Penelitian yang dilakukan Sutardi, Rahmi Nuraztia, dan Sugianto Adi
Saputra dalam Jurnal Sains dan Teknologi Vol.9, No.2, 2013 dengan judul
Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Pembelajaran Quiz Team
“Think Fast Do Best” pada Materi Reaksi Oksidasi-Reduksi di Kelas X
MAN MODEL Singkawang. Penelitian tersebut mendukung penelitian ini,
yang mana menunjukan bahwa pembelajaran dengan metode Quiz Team
dapat meningkatkan hasil belajar karena dikemas dalam bentuk permainan
26
sehingga terbangun perasaan senang yang merupakan salah satu factor
penumbuh minat dan hasil belajar siswa.
c. Penelitian yang dilakukan Alyuni Ulantika, Harlita, dan Joko Ariyantoyang
berjudul “Peningkatan Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran Matematika
Melalui Strategi Active Learning Tipe Team Quiz di Kelas V SDN 05
Surabayo Lubuk Busung Agam” dimuat pada kumpulan artikel SI program
studiPGSD
periode
ke-62
Vol.3,
No.2,
2014,
penelitian
tersebut
menunjukkan strategi pembelajaran Quiz Team berpengaruh dalam
meningkatkan aktivitas siswa dari membuat pertanyaan, mengajukan
pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan membuat kesimpulan.
d. Penelitian yang dilakukan oleh Husni Sabil dan Sri Winarni dalam Jurnal
Edumatica Vol.3 , No.2 , 2013 dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar
Metematikan Siswa pada Materi Persamaan Kuadrat dengan Metode Belajar
Aktif Tipe Quiz Team di Kelas IX SMP Negeri 24 Kota Jambi. Dalam
pembelajaran menggunakan metode belajar aktif tipe Quiz Team siswa
menjadi lebih aktif dan banyak bekerja, baik individu maupun secara
kelompok sehingga hasil belajar siswa secara otomatis akan meningkat.
e. Penelitian yang dilakukan Maisaroh dan Roestriningsih dalam Jurnal
Ekonomi dan Pendidikan Vol.8,No.2, 2010 dengan judul “Peningkatan Hasil
Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Active Learning
Tipe Quiz Team pada Mata Pelajaran Keterampilan Dasar Komunikasi di
SMK Negeri 1 Bogor. Penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan
hasil belajar dilihat pada hasil pre-test, tidak ada siswa yang memenuhi nilai
KKM dan rata-rata hasil belajar sebesar 58,7 dengan prosentase kelulusan
0%, di siklus pertama hasil belajar mencapai 73,5 dengan prosentasi
kelulusan mencapai 35%. Kemudian pada siklus II rata-rata hasil belajar
mencapai 91,2 dengan prosentase kelulusan mencapai 100%. Data ini
mewujudkan bahwa metode pembelajaran active learning tipe quiz team
telah berhasil.
27
f. Penelitian yang dilakukan oleh Barbara J. Millis dengan judul “Active
Learning Staregies in Fae-to-Face Courses, The University of Texas at San
Antonio”. Seperti banyak pembelajaran yang ingin menunjukan bahwa guru
dapat meningkatkan hasil belajar siswa harus menghadapi pembelajaran
aktif. Peneliti membahas tentang mendefinisikan pembelajaran aktif,
membahas hasil belajar, menawarkan saran untuk mengimplementasikan dan
menyediakan beberapa contoh pendekatan dalam pembelajaran aktif,
g. Penelitian yang dilakukan Devi. K dengan judul “Quiz as an Innovative
Approach in Teaching Community Medicine to Medical Student, Natl J
Community Med, 2014 menunjukan adanya peningkatan hasil belajar
menggunakan metode kuis, dapat dilihat dari rata-rata pre-test 33,3 % dan
post test 98,6% mahasiswa merasa kuliah menggunakan kuis merupakan
pembelajaran inovatif, menarik, interaktif, informasi, dan mendorong
mereka untuk selalu aktif serta mereka menyarankan metode kuis juga
diterapkan dalam mata kuliah yang lain.
C. Kerangka Berfikir
Proses pembelajaran merupakan peran penting dalam pencapaian hasil
belajar. Guru mempunyai tugas utama dalam penyelenggara pembelajaran,
karena pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan untuk membelajarkan
siswa. Upaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan belajar siswa diantaranya
dapat dilakukan melalui upaya memperbaiki proses pembelajaran yang selama
ini telah dilakukan. Dalam perbaikan proses pembelajaran ini peran guru sangat
penting, yaitu menetapkan metode pembelajaran yang tepat. Agar dapat
membangkitkan minat siswa pada pelajaran dan pemahaman siswa pada mata
pelajaran Kesekretarisan. Dengan metode pembelajaran yang tepat dalam proses
kegiatan belajar mengajar, maka keberhasilan dalam belajar dapat tercapai.
28
Hasil belajar Kesekretarisan adalah indikator proses belajar mengajar
Kesekretarisan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah
metode pembelajaran. Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar
mengajar meliputi tiga aspek yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam
menggunakan media dan bahan pelajaran dan variasi dalam interaksi antara guru
dan siswa. Penggunaan metode yang tepat akan mendorong siswa berfikir kreatif
dan kritis sehingga siswa tidak akan bosan dalam belajar Kesekretarisan. Secara
otomatis motivasi untuk belajar Kesekretarisanakan lebih tinggi pada akhirnya
hasil belajarnya belajarnya akan baik.
Salah satu metode belajar yang dapat digunakan pada proses belajar
mengajar adalah metode active learning tipe team quiz. Metode active learning
tipe team quiz akan membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Dalam
proses belajar mengajar dengan menggunakan metode active learning tipe team
quiz ini siswa bersama-sama dengan kelompoknya mempelajari materi dalam
lembar kerja, mendiskusikan materi, saling memberikan arahan, saling memberi
pertanyaan dan jawaban. Siswa tidak hanya sekedar mendengarkan informasi
dari guru, akan tetapi juga melihat apa yang dijelaskan oleh guru dan terakhir
dari kegiatan siswa adalah melakukannya dan mencobakan langsung. Sehingga
siswa tidak mudah lupa dan memahami materi tersebut.
Melalui pembelajaran dengan metode active learning tipe team quizini
diharapkan semua siswa dalam kelas aktif dalam memberikan pertanyaan dan
jawaban.Selain itu siswa juga mampu bekerjasama dengan siswa lainnya untuk
memahami materi.Dalam metode active learning tipe team quiz juga menuntut
siswa untuk aktif.
Hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa dalam usaha belajar
yang dilakukannya. Hasil belajar dinyatakan dalam nilai yang diperoleh dari
hasil pengukuran dan menjadi bukti usaha yang diraih siswa dalam proses
belajar. Kurangnya penerapan metode yang sesuai akan mempengaruhi terhadap
hasil belajar siswa. Siswa belum memahami materi yang diberikan guru, dalam
29
mengerjakan evaluasi siswa akan kesulitan menyelesaikannya dengan tuntas.
Hasil belajar Kesekretarisan merupakan hasil belajar yang telah dicapai yang
ditunjukkan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru Kesekretarisan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
Kesekretarisan merupakan hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam kegiatan
belajar yang ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai dari hasil evaluasi
yang diberikan oleh guru Kesekretarisan.Jadi penggunaan metode yang tepat
sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
30
Kondisi Awal
 Metode ceramah kurang melibatkan
keaktifan peserta didik dalam proses
pembelajaran.
 Siswa
Masalah
Kurang
aktif
pada
saat
pelajaran berlangsung
 Metode
yang
di
gunakan
tidak
memberi kesempatan untuk dapat
mengembangkan gagasan pemikiran
sesuai
dengan
keinginan
dan
kemampuan peserta didik
Menggunakan Model
Pembelajaran Team
Quiz
Tindakan
Hasil Belajar Siswa
Meningkat Tetapi Belum
Optimal
HASIL
Tindakan
Meningkatnya Hail Belajar Siswa
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
31
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara terhadap peneliti yang
kebenarannya harus diuji melalui berbagai pengujian. Dari tinjauan pustaka dan
kerangka berpikir diatas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini dirumuskan
adalah penerapan metode pembelajaran active learning tipe team quiz dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kesekretarisan.
Download