7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Belajar a. Pengertian Belajar Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Hamalik (2005:27) menyimpulkan “belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami”. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan. Artinya dalam proses belajar yang diharapkan dari tujuan yang akan dicapai adalah perubahan tingkah laku siswa, baik yang menyangkut pengetahuan, ketrampilan, dan sikap bahkan meliputi segenap aspek pribadi. Menurut pandangan Skinner Dimyati & Mudjiono(2002: 9) bahwa belajar adalah suatu perilaku. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut: 1) Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pembelajar, 2) Respons si pembelajar, dan 3) Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut. Pemerkuat terjadinya pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku respons si pembelajar yang baik diberi hadiah. Sebaliknya, perilaku respons yang tidak baik diberi teguran dan hukuman. Belajar dapat dikatakan juga suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan bukan merupakan suatu tujuan. Belajar tidak hanya materi pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain dan cita-cita. Dengan demikian seseorang dikatakan belajar 7 8 apabila terjadi perubahan pada diri orang yang belajar akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan secara langsung terhadap sesuatu yang memandu perilaku selanjutnya. Sardiman (2001 : 20) mengemukakan pengertian belajar sebagai berikut : “Belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik apabila subjek.” Menurut R. Gagne (A. Susanto, 2013: 1), menjelaskan bahwa : Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibatnya pengalaman. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dua konsep ini menjadi terpadu dalam satu kegiatan di mana terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta siswa dengan pada saat pembelajaran berlangsung. Berdasarkan teori–teori di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan bukan merupakan suatu tujuan melalui olah informasi, respon positif yang semula belum tahu menjadi lebih tahu supaya mendapat suatu kepribadian baru yang bersifat permanen dalam waktu relatif lama. b. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Belajar Menurut uraian H. C Withetington dan Lee J. Crobach Bapemsi (Mustaqim, 2012: 69), faktor- faktor serta kondisi- kondisi yang mendorong perbuatan belajar bisa diringkas sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) Situasi belajar (kesehatan jasmani, keadaan psikis, pengalaman dasar). Penguasaan alat- alat intelektual. Latihan- latihan yang terpencar. Penggunaan unit- unit yang berarti. Latihan yang aktif. Kebaikan bentuk dan sistem. Efek penghargaan (reward) dan hukuman. 9 8) Tindakan- tindakan pedagogis. 9) Kapasitas dasar. c. Tujuan Belajar Menurut Dalyono (2012: 49), belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkahlaku, misalnya seorang anak kecil yang tadinya sebelum memasuki sekolah bertingkahlaku manja, egois, cengeng, dan sebagainya tetapi setelah beberapa bulan memasuki sekolah dasar, tingkahlakunya berubah menjadi anak yang baik, tidak lagi cengeng dan sudah mau bergaul dengan teman- temannya. Menurut Sardiman (2001 : 26) menyatakan bahwa tujuan belajar adalah sebagai berikut: 1) Untuk mendapatkan pengetahuan 2) Penanaman konsep dan ketrampilan 3) Pembentukan sikap Dari dua definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah untuk mengubah pola pikir seseorang dari yang sebelumnya belum mengerti setelah menerima pelajaran dapat mengetahui apa yang nantinya dia lakukan setelah menerima ilmu tersebut. 2. Pembelajaran Belajar erat kaitannya dengan pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses yang dilakukan oleh guru untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Pembelajaran dilakukan untuk memberikan pengetahuan bagi individu atau kelompok. a. Pengertian Pembelajaran Warsita berpendapat bahwa “pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik” (2008:85). Gagne (2005:18) menyatakan “pembelajaran dapat 10 didefinisikan sebagai serangkaian sumber belajar dan prosedur yang digunakan untuk memfasilitasi berlangsungnya proses belajar”(Pribadi, 2011:15). Suryani dan Agung menjelaskan “pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu membawa siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi seperti yang diharapkan.Setelah melalui proses belajar seseorang akan memilki kemampuan atau kompetensi yang lebih baik dari pada kemampuan yang telah dimiliki” (2012:15). Menurut Martinis (2013:71) menjelaskan bahwa : “pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain. Miarso juga menjelaskan bahwa dari beberapa uraian yang dikutipnya tampak bahwa pembelajaran bukan menitik berat pada “apa yang dipelajari”, melainkan pada “bagaimana membuat pemelajar mengalami proses belajar”, yaitu cara-cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang berkaitan dengan cara pengorganisasian materi, cara penyampaian pelajaran, dan cara mengelola pembelajaran”. Dari beberapa definisi diatas dapat tarik suatu pengertian bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan guru kepada siswa dengan sumber belajar yang digunakan dalam proses belajar agar tujuan belajar yang diinginkan dapat tercapai. Untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan perlu proses pembelajaran yang efektif. Proses pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan yang dimiliki siswa. b. Prinsip Pembelajaran Sugandi, dkk (2000 : 27) menyatakan bahwa adanya beberapa prinsip-prinsip pembelajaran, yaitu: 1) Kesiapan Belajar 11 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) Faktor kesiapan terbagi menjadi dua, yaitu fisik dan psikologis. Kondisi fisik dan psikologis ini biasanya sudah terjadi pada diri siswa sebelum ia masuk kelas. Namun, guru diharapkan dapat mengurangi akibat dari kondisi tersebut dengan berbagai upaya pada saat membelajarkan siswa. Perhatian Belajar membutuhkan perhatian yang kompleks, oleh karena itu guru perlu mengetahui beberapa kiat untuk menarik perhatian siswa pada saat proses pembelajaran. Motivasi Merupakan kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan. Motivasi terbagi menjadi dua bagian, yaitu motivasi aktif dan tidak aktif. Apabila siswa mempunyai motivasi tidak aktif maka guru harus dapat memberikan motivasi kepada siswanya agar dapat mencapai tujuan dengan baik. Keaktifan siswa Dengan bantuan guru, siswa harus mampu mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya, selain itu siswa juga dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran. Misalnya dengan aktif bertanya dan menanggapi pertanyaan. Pengalaman Sendiri Pengalaman merupakan prinsip penting dan berkaitan dengan keaktifan siswa. Siswa yang belajar dengan melakukan sendiri akan lebih memberikan hasil dan pemahaman yang lebih memuaskan. Pengulangan Dengan adanya pengulangan dalam materi pembelajaran diharapkan siswa untuk lebih mudah mengingat materi tersebut. Misalnya guru dapat memberikan tugas atau pekerjaan rumah (PR) dan mengadakan ulangan harian. Materi pelajaran yang menantang Dengan adanya materi yang menantang, siswa akan merasa termotivasi dan muncul rasa ingin tahu yang akan membuat siswa aktif belajar. Balikan dan Penguatan Dengan adanya balikan diharapkan siswa dapat mengetahui tentang kemampuannya, dan mengetahui dimana letak kekuatan dan kelemahannya, sedangkan penguatan merupakan suatu tindakan yang dilakukan guru kepada siswa yang telah berhasil melakukan proses pembelajaran dengan baik, dengan harapan suatu saat siswa dapat mengulangi perbuatan baiknya. Perbedaan Individual 12 Dengan adanya perbedaan individual, guru harus memperhatikan siswa-siswa tertentu secara individual dan memikirkan model pengajaran yang berbeda bagi anak didik yang berbakat dengan kurang berbakat. Dari beberapa prinsip pembelajaran di atas dapat menjadikan tolak ukur bagi seorang guru ketika akan melakukan proses pembelajaran perlu memperhatikan prinsip tersebut, sehingga apa yang diinginkan dalam proses pembelajaran tersebut dapat tercapai secara optimal. 3. Model Pembelajaran Model secara umum bisa diartikan sebagai tiruan atau pedoman dalam melakukan sesuatu. Mills menyatakan bahwa “model adalah bentuk representasi yang akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Jika dikaitkan dalam pembelajaran model dapat diartikan sebagai kerangka atau konsep yang digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan pembelajaran” Suprijono (2014:45). Majid (2013:13)menjelaskan“model pembelajaran adalah kerangka konseptual dan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran, sera para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar”. Jihad dan Haris (2012:25)menyatakan “model pembelajaran memiliki makna yang lebih luas dari pada pendekatan, strategi, metode atau prosedur. Model pembelajaran diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi peserta didik dan memberi petunjuk kepada pengajar dikelas dalam seting pengajaran atau seting lainnya”. Dalam memilih model pembelajaran harus disesuaikan pada kenyataan atau kondisi kelas yang ada. Karena setiap model memiliki persyaratan tersendiri agar tujuan dapat tercapai secara maksimal. 13 4. Model Pembelajaran Aktif a. Pengertian Menurut Rosyada dalam Dalvin (2006) pembelajaran aktif adalah belajaryangmemperbanyak aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dariberbagai sumber, untuk dibahas dalam proses pembelajaran dalam kelas,sehinggamemperoleh berbagai pengalaman yang tidak saja menambah pengetahuan, tapijuga kemampuan analisis dan sintesis.Belajar aktif menuntut siswa untuk bersemangat, gesit, menyenangkan,dan penuh gairah,bahkan siswa sering meninggalkan tempat duduk untukbergerak leluasa dan berfikir keras (moving about and thinking aloud). Selamaproses belajar siswa dapat beraktivitas, bergerak dan melakukan sesuatu denganaktif, keaktifan siswa tidak hanya keaktifan fisik tapi juga keaktifan mental.Belajar aktif sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang bermuarapada belajar mandiri, maka kegiatan belajar mengajar yang dirancang harusmampu melibatkan siswa secara aktif. Siswa dan guru dalam belajar aktif sama-sama berperan untuk menciptakan suatu pengalaman belajar yang bermakna. Berdasarkan penelitian Grinder (1991) dalam Mel Silberman yangdikemukakan oleh Dalvin (2006) menemukan dalam setiap grup yang terdiri dari30 siswa, rata-rata 22 siswa dari mereka dapat belajar dengan efektif selama gurumenyediakan campuran aktivitas visual. Selain itu sisi sosial pembelajaran jugaharus diperhatikan. Jika siswa belajar bersama temantemannya, merekamemperoleh dukungan emosi dan intelektual yang membawa mereka melampauilevel pengetahuan dan ketrampilan mereka sebelumnya lebih banyak daripadabelajar sendiri. Seperti banyak istilah yang digunakan untuk menggambarkan belajar atau mengajar, belajar aktif tidak mudah didefinisikan secara sederhana. Pembelajaran aktif (Active Learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua 14 anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (Active Learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian peserta didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. Metode Active Learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Pembelajaran Aktif (Active Learning) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar tanggapan anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi pembelajaran aktif (Active learning) pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang diperhatikan pada pembelajaran konvensional dimanasiswa cenderung pasif ketika terjadi proses pembelajaran. Ketika belajar secara pasif, peserta didik mengalami proses tanpa rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan, dan tanpa daya tarik pada hasil . Ketika belajar secara aktif, pelajar mencari sesuatu. Dia ingin menjawab pertanyaan, memperlukan informasi untuk menyelesaikan masalah, atau menyelidiki suatu pekerjaan. Strategi pembelajaran konvensional pada umumnya lebih banyak menggunakan belahan otak kiri (otak sadar) saja, sementara belahan otak kanan kurang diperhatikan. Pada pembelajaran dengan Active learning (belajar aktif) pemberdayaan otak kiri dan kanan sangat dipentingkan. Pada pembelajaran konvensiaonal berpusat pada guru dan biasanya hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga siswa cenderung pasif. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalahsuatu metode belajar yang mana siswa tidak hanya sekedar 15 mendengarkaninformasi yang disampaikan oleh guru, akan tetapi siswa juga melihat apa yangdijelaskan oleh guru dan terakhir siswa melakukan atau mencobakan langsung apayang telah dipelajari untuk memperoleh hasil belajar. Dapat ditarik beberapa perbedaan antara pendekatan pembelajaran Active learning (belajar aktif) dan pendekatan pembelajaran konvensional, yaitu: Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran Konvesional dengan Pembelajaran Aktif PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL AKTIF Berpusat pada guru. Berpusat pada anak didik Penekanan pada menerima Penekanan pada menemukan pengetahuan Kurang menyenangkan Sangat menyenangkan Kurang memberdayakan semua Membemberdayakan semua Menggunakan metode yang monoton Menggunakan banyak metode Kurang banyak media yang digunakan Menggunakan banyak media Tidak perlu disesuaikan dengan Disesuaikan dengan pengetahuan pengetahuan yang sudah ada. yang sudah ada. ( Sumber : data yang diperoleh, 2015) Perbandingan di atas dapat dijadikan bahan pertimbangan dan alasan untuk menerapkan strategi pembelajaranActive Learning(belajar aktif) dalam pembelajaran di kelas. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah suatu metode belajar yang mana siswa tidak hanya sekedar mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru, akan tetapi siswa juga melihat apa yang dijelaskan oleh guru dan terakhir siswa 16 melakukan atau mencobakan langsung apa yang telah dipelajari untuk memperoleh hasil belajar. b.Dimensi-dimensi Pembelajaran Aktif Pembelajaran aktif akan lebih tampak dan menunjukkan kadar yang tinggiapabila pembelajaran berorientasi pada siswa. Menurut Mc Keachie dalambukunya Dimyati (1994 : 110) ada 7 dimensi proses pembelajaran yangmengkibatkan terjadinya kadar pembelajaran aktif, yaitu : 1) Partisipasi siswadalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran, 2) Tekanan pada aspek afektif dalam belajar, 3) Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama berbentuk interaksi antar siswa, 4) Penerimaan guru terhadap perbuatan dankontribusi siswa yang kurang relevan atau bahkan sama sekali salah, 5) Kekompakan kelas sebagai kelompok, 6) Kebebasan diberikan kepada siswauntuk mengambil keputusan-keputusan penting dalam kehidupan sekolah, 7) Jumlah waktu yang digunakan untuk menanggulangi masalah siswa baik yang berhubugan maupun yang tidak berhubungan dengan pembelajaran. c. Karakteristik Pembelajaran Aktif Raka Joni dalam bukunya Dimyati (1994 : 111) mengungkapkan bahwasekolah yang melakukan pembelajaran aktif harus mempunyaikarakteristik, yaitu pembelajaran berpusat pada siswa, guru membimbing siswa dalam proses belajar mengajar, tujuan kegiatan tidak hanya sekedar mengejar standar akademis, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan penilaian. Pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa berperan lebih aktif dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri, siswa berperan serta pada perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses belajar, pengalaman siswa lebih diutamakan dalam memutuskan titik tolak kegiatan. Guru membimbing dalam terjadinya pengalaman belajar.Guru bukan satu-satunyasumber informasi, guru merupakan salah satunya 17 sumber belajar, yang memberikan peluang bagi siswa agar dapat memperoleh pengetahuan atau ketrampilan sendiri melalui usaha sendiri, dapat mengembangkan motivasi dari dalam dirinya, dan dapat mengembangkan pengalaman untuk membuat suatu karya. Tujuan kegiatan tidak hanya untuk sekedar mengejar standar akademis.Selain pencapaian standar akademis, kegiatan ditekankan untuk mengembangkan siswa secara utuh dan seimbang.Pengelolaan kegiatan pembelajaran ditekankan pada kreativitas siswa, dan memperhatikan kemajuan siswa untuk menguasai konsep-konsep dengan mantap.Penilaian dilakukan untuk mengukur dan mengamati kegiatan dan kemajuan siswa, serta mengukur ketrampilan dan hasil belajar siswa. 5. Tipe Team Quiz a. Pengertian Team Quiz Metode Team Quiz merupakan salah satu metode pembelajaran bagi peserta didik yang membangkitkan semangat dan memacu keaktifan siswa didalam kelas.Hamruni menyatakan “strategi team quiz dapat meningkatkan kerja sama team serta tanggung jawab siswa untuk apa yang mereka pelajari melalui pembelajaran yang menyenangkan dan tidak menakutkan yaitu dalam bentuk kuis” (2011:54). Zaini dkk menyatakan “strategi ini dapat meningkatkan tanggung jawab peserta didik dalam suasana yang menyenangkan” (2008:54). Selain itu Silberman menyatakan“teknik ini meningkatkan tanggung jawab peserta didik terhadap apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan” (2007:163). Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik pengertian bahwa team quiz adalah pembelajaran yang dapat meningkatkan kerja sama siswa serta tanggung jawab siswa dalam mengikuti proses pembelajaran melalui cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan. 18 b. Langkah – Langkah Team Quiz Zaini dkk (2008:54-55) menyatakan langkah – langkah dalam pelaksanaan metode team quiz adalah sebagai berikut : 1) Pilihlah topik yang dapat disampaikan dalam tiga bagian. 2) Bagilah siswa menjadi tiga kelompok yaitu A, B dan C. 3) Sampaikan kepada peserta didik format pembelajaran kemudian mulai persentasi. Batasi penyampaian materi maksimal 10 menit. 4) Setelah persentasi, minta kelompok A menyiapkan pertanyaanpertanyaan berkaitan dengan materi yang baru saja disampaikan. Kelompok B dan C menggunakan waktu ini untuk melihat lagi catatan mereka. 5) Minta kepada kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada kelompok B. Jika kelompok B tidak dapat menjawab pertanyaan lempar pertanyaan tersebut kepada kelompok C. 6) Kelompok A memberikan pertanyaan kepada kelompok C, jika kelompok C tidak bisa menjawab, lemparkan kepada kelompok B. 7) Jika Tanya jawab selesai, lanjutkan pertanyaan ke dua dan tunjuk kelompok B untuk menjadi kelompok penanya. Lakukan seperti proses untuk kelompok A. 8) Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaanya, lanjutkan penyampaian pelajaran ke tiga dan tunjuk kelompok C sebagai kelompok penanya. 9) Akhiri pelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan jelaskan sekiranya ada pemahaman siswa yang keliru. Silberman ( 2007:164) menyatakan ada beberapa variasi yang biasa dilakukan,yaitu : 1) Berikan kesempatan kepada tim ini untuk menyiapkan pertanyaan kuis dari yang mereka seleksi ketika mereka menjadi pemimpin kuis. 2) Lakukan satu pelajaran yang berkelanjutan. Bagilah peserta didik kedalam dua tim. Diakhir pelajaran, biarkan kedua tim saling memberi kuis satu sama lain. Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan beberapa variasi pada penerapan teknik team quiz. Variasi yang diterapkan diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa. Variasi akan dilakukan pada proses pembagian kelompok, presentasi dan proses tanya jawab antar kelompok. 19 c. Kelebihan dan Kekurangan Team Quiz Teknik ini tentunya memiliki beberapa kelebihan dan kelamahan. Kelebihan dari teknik ini adalah : 1) Berpusat pada peserta didik 2) Penekanan pada menemukan pengetahuan bukan menerima pengetahuan 3) Sangat menyenangkan 4) Memberdayakan semua potensi dan indera peserta didik 5) Menggunakan metode yang bervariasi 6) Menggunakan banyak media 7) Disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada Selain kelebihan diatas teknik ini juga mempunyai beberapa kelemahan, kelemahan tersebut antara lain : 1) Peserta didik sulit mengorientasikan pemikirannya, ketika tidak didampingi oleh pendidik 2) Pembahasan terkesan ke segala arah atau tidak terfokus 6. Hasil Belajar a. Pengertian Hamalik (2005:30) berpendapat” hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,dari tidak mengerti menjadi mengerti”. Hasil belajar merupakan hal yang dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum terjadinya pembelajaran. Dari sisi guru, adalah bagaimana guru bisa menyampaikan materi pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya. 20 Sudjana (2011:22) mengemukakan “hasil belajar adalah kemampuankemampuanyang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman pengalaman belajarnya”.Hasil belajar akan terlihat apabila terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai individu atau siswa setelah siswa tersebut mengalami atau melakukan suatu proses aktivitas belajar dalam jangka waktu tertentu. Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dengan melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh seseorang setelah melakukan usaha-usaha belajar. Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai. Menurut Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:26) hasil belajar dibedakan menjaditiga ranah, yaitu: a. Kemampuan kognitif Berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang biasadiukur dengan pikiran atanalar. b. Kemampuan afektif Berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadapmoral dan sebagainya. c. Kemampuan psikomotor Berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot(neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Ketiga ranah tersebutlah yang akan menjadi objek penilaian hasil belajar. Dan diantaraketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang mendapat perhatian paling besar bagi seorang guru atauguru. Karena pada ranah kognitif inilah siswa akan terlihat kemampuannya dalam menguasai bahanpelajaran ataukah tidak.Hasil belajar matematika pada penelitian ini adalah kemampuan siswa yang diperoleh dalamproses kegiatan belajar mengajar, dan hasil belajar tersebut dapat berbentuk kognitif, afektif, danpsikomotorik pada saat mengerjakan post test setelah guru memberikan tindakan pada siswa. Sudjana (2011:22) mengklasifikasikan “hasil belajar secara garis besar menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif danranah psikomotoris.Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang 21 terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sisntesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaandengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Ranah Psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris yakni gerakan reflex, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan konseptual, keharminisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretative”. Setelah mengkaji pengertian hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya dalam jangka waktu tertentu dan perubahan relative tetap dan dapat diukur kedalam tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : Faktor lingkungan, yaitu faktor lingkungan alami dan faktor lingkungan sosial budaya, faktor Instrumental meliputi; kurikulum, program, sarana, fasilitas dan guru, kondisi psikologis meliputi; minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif, kondisi fisiologis yaitu; keadaan jasmani dari peserta didik (mata, hidung, telinga, dan tubuh) yang dapat bekerja dengan baik. Slameto (2010:54) menyebutkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern terdiri atas faktor-faktor jasmaniah, psikologi, minat, motivasi dan cara belajar. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar yang berasal dari peserta didik yang sedang belajar. Faktor dari dalam ini meliputi kondisi fisiologis dan kondisi psikologi. Kondisi fisiologis adalah keadaan jasmani dari seseorang yang sedang belajar, keadaan jasmani dapat dikatakan sebagai latar belakang aktivitas belajar. Sedangkan kondisi 22 psikologis yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi dan kemampuan kognitif. Faktor ekstern yaitu faktor-faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Salah satu faktor ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor sekolah, yang mencakup metoda mengajar, kurikulum, relasi guru siswa, sarana, dan sebagainya. c. Klasifikasi Hasil Belajar Menurut Bloom (Daryanto& Muljo, 2012: 27), ada tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif, akfektif dan psikomotor. Menurut Purwanto (2013: 54) bahwa belajar mengusahakan perubahan perilaku dalam domain- domain tersebut sehingga hasil belajar merupakan perubahan perilaku dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor. 1. Ranah kognitif Bloom(Purwanto, 2013: 50) membagi dan menyusun secara hirarki tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai yang paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi. Bloom (Sudjana, 2010: 22) membagi ranah kognitif menjadi enam yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, sintesa, dan evaluasi. Dari pengetian diatas ranah kognitif dapat disimpulkan bahwa ranah kognitif berupa ranah yang berkaitan dengan pemahaman atau pengetahuan terhadap materi pelajaran. 2. Ranah afektif Krathwohl (Purwanto, 2013: 51) membagi hasil belajar afektif menjadi lima tingkat yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan internalisasi. 23 Hal tersebut selajan dengan pendapat Bloom (Sudjana, 2010: 22) membagi ranah afektif menjadi lima aspek yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan pembentukan pola hidup. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan ranah afektif merupakan ranah yang berkaitan dengan keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. 3. Ranah psikomotorik Bloom (Sudjana, 2010: 22) membagi ranah psikomotorik menjadi empat aspek yaitu kesiapan, meniru, membiasakan, dan menciptakan. Hal ini dilengkapi dengan pendapat dari Simpson (Purwanto, 2013: 53) yang mengklasifikasikan hasil belajar psikomorik menjadi enam yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan kreativitas. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan ketrampilan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. 7. Kesekretarisan Kesekretarisan adalah satuan organisasi yang melakukan rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan perkantoran dan bantuan lainnya yang dilaksanakan sebagai kegiatan penunjang supaya tujuan organisasi dicapai dengan lancar.Sekretaris organisasi bertindak sebagai sekretaris, Kepala Sekretariat yang mempunyai wewenang membuat rencana, membuat keputusan, mengorganisir bawahan dan sarananya, melakukan pengawasan sistem komunikasi yang baik, melakukan pengarahan, penyempurndan tata kerjaaan organisasi . Berikut Ruang Lingkupkesekretarisanmeliputi : 24 a) penyelenggaraan pembinaan ketatausahaan, khususnya yang berhubungan dengan pekerjaan surat menyurat yang meliputi pembuatan surat, penerimaan, pengolahan, pendistribusian, dan penyimpanan. b) Menyelenggarakan tata hubungan baik secara intern maupun extern. c) Menyelenggarakan rapat-rapat. d) Menyelenggarakan pengaturan penerimaan tamu / kunjungan. Tugas Administratif Kesekretariatan meliputi : a. Memperlancar lalu lintas dana distribusi informasi ke segala pihak baik intern maupun ekstern. b. Mengamankan rahasia perusahaan / organisasi c. Mengelola dan memelihara dokumentasi perusahaan atau organisasi yang berguna bagi kelancaran fungsi manajemen (POAC). Fungsi dari keseketarisan : a. Mengadakan pencatatan dari semua kegiatan manajemen b. Sebagai alat pelaksana pusat ketatausan c. Sebagai alat komunikasi organisasi / perusahaan d. Sebagai pusat dokumentasi Kedudukan Sekretaris dalam Organisasi a. Peran Strategis b. Peran Teknis c. Peran Pendukung Kualifikasi / Syarat-syarat Sekretaris 25 a. Syarat Pengetahuan b. Syarat Keterampilan c. Syarat Kepribadian Tugas seorang sekretaris adalah membantu pimpinan dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan teknis, tetapi cukup penting artinya bagi pimpinan.Seorang pimpinan akan sangat memerlukan bantuan sekretaris dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan kantor seperti : menerima tamu, menerima telepon, mengambil dikte dan melatinkan, serta menyimpan surat. B. Penelitian Relevan Penelitian tentang penggunaan model kooperatif tipe team quiz sudah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Adapun peneliti yang relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut: a. Penelitian yang dilakukan Leti Kasyaniyang berjdul “Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Menggunakan Teknik Team Quiz Pada Mata Pelajaran PKN Di SMP” dimuat pada jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Vol.2, No.3, 2013. Dari penelitiannya menunjukkan bahwa active learningteam quiz dapat berpengaruh terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. b. Penelitian yang dilakukan Sutardi, Rahmi Nuraztia, dan Sugianto Adi Saputra dalam Jurnal Sains dan Teknologi Vol.9, No.2, 2013 dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Pembelajaran Quiz Team “Think Fast Do Best” pada Materi Reaksi Oksidasi-Reduksi di Kelas X MAN MODEL Singkawang. Penelitian tersebut mendukung penelitian ini, yang mana menunjukan bahwa pembelajaran dengan metode Quiz Team dapat meningkatkan hasil belajar karena dikemas dalam bentuk permainan 26 sehingga terbangun perasaan senang yang merupakan salah satu factor penumbuh minat dan hasil belajar siswa. c. Penelitian yang dilakukan Alyuni Ulantika, Harlita, dan Joko Ariyantoyang berjudul “Peningkatan Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran Matematika Melalui Strategi Active Learning Tipe Team Quiz di Kelas V SDN 05 Surabayo Lubuk Busung Agam” dimuat pada kumpulan artikel SI program studiPGSD periode ke-62 Vol.3, No.2, 2014, penelitian tersebut menunjukkan strategi pembelajaran Quiz Team berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas siswa dari membuat pertanyaan, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan membuat kesimpulan. d. Penelitian yang dilakukan oleh Husni Sabil dan Sri Winarni dalam Jurnal Edumatica Vol.3 , No.2 , 2013 dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Metematikan Siswa pada Materi Persamaan Kuadrat dengan Metode Belajar Aktif Tipe Quiz Team di Kelas IX SMP Negeri 24 Kota Jambi. Dalam pembelajaran menggunakan metode belajar aktif tipe Quiz Team siswa menjadi lebih aktif dan banyak bekerja, baik individu maupun secara kelompok sehingga hasil belajar siswa secara otomatis akan meningkat. e. Penelitian yang dilakukan Maisaroh dan Roestriningsih dalam Jurnal Ekonomi dan Pendidikan Vol.8,No.2, 2010 dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team pada Mata Pelajaran Keterampilan Dasar Komunikasi di SMK Negeri 1 Bogor. Penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar dilihat pada hasil pre-test, tidak ada siswa yang memenuhi nilai KKM dan rata-rata hasil belajar sebesar 58,7 dengan prosentase kelulusan 0%, di siklus pertama hasil belajar mencapai 73,5 dengan prosentasi kelulusan mencapai 35%. Kemudian pada siklus II rata-rata hasil belajar mencapai 91,2 dengan prosentase kelulusan mencapai 100%. Data ini mewujudkan bahwa metode pembelajaran active learning tipe quiz team telah berhasil. 27 f. Penelitian yang dilakukan oleh Barbara J. Millis dengan judul “Active Learning Staregies in Fae-to-Face Courses, The University of Texas at San Antonio”. Seperti banyak pembelajaran yang ingin menunjukan bahwa guru dapat meningkatkan hasil belajar siswa harus menghadapi pembelajaran aktif. Peneliti membahas tentang mendefinisikan pembelajaran aktif, membahas hasil belajar, menawarkan saran untuk mengimplementasikan dan menyediakan beberapa contoh pendekatan dalam pembelajaran aktif, g. Penelitian yang dilakukan Devi. K dengan judul “Quiz as an Innovative Approach in Teaching Community Medicine to Medical Student, Natl J Community Med, 2014 menunjukan adanya peningkatan hasil belajar menggunakan metode kuis, dapat dilihat dari rata-rata pre-test 33,3 % dan post test 98,6% mahasiswa merasa kuliah menggunakan kuis merupakan pembelajaran inovatif, menarik, interaktif, informasi, dan mendorong mereka untuk selalu aktif serta mereka menyarankan metode kuis juga diterapkan dalam mata kuliah yang lain. C. Kerangka Berfikir Proses pembelajaran merupakan peran penting dalam pencapaian hasil belajar. Guru mempunyai tugas utama dalam penyelenggara pembelajaran, karena pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan untuk membelajarkan siswa. Upaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan belajar siswa diantaranya dapat dilakukan melalui upaya memperbaiki proses pembelajaran yang selama ini telah dilakukan. Dalam perbaikan proses pembelajaran ini peran guru sangat penting, yaitu menetapkan metode pembelajaran yang tepat. Agar dapat membangkitkan minat siswa pada pelajaran dan pemahaman siswa pada mata pelajaran Kesekretarisan. Dengan metode pembelajaran yang tepat dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka keberhasilan dalam belajar dapat tercapai. 28 Hasil belajar Kesekretarisan adalah indikator proses belajar mengajar Kesekretarisan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah metode pembelajaran. Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar meliputi tiga aspek yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pelajaran dan variasi dalam interaksi antara guru dan siswa. Penggunaan metode yang tepat akan mendorong siswa berfikir kreatif dan kritis sehingga siswa tidak akan bosan dalam belajar Kesekretarisan. Secara otomatis motivasi untuk belajar Kesekretarisanakan lebih tinggi pada akhirnya hasil belajarnya belajarnya akan baik. Salah satu metode belajar yang dapat digunakan pada proses belajar mengajar adalah metode active learning tipe team quiz. Metode active learning tipe team quiz akan membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan metode active learning tipe team quiz ini siswa bersama-sama dengan kelompoknya mempelajari materi dalam lembar kerja, mendiskusikan materi, saling memberikan arahan, saling memberi pertanyaan dan jawaban. Siswa tidak hanya sekedar mendengarkan informasi dari guru, akan tetapi juga melihat apa yang dijelaskan oleh guru dan terakhir dari kegiatan siswa adalah melakukannya dan mencobakan langsung. Sehingga siswa tidak mudah lupa dan memahami materi tersebut. Melalui pembelajaran dengan metode active learning tipe team quizini diharapkan semua siswa dalam kelas aktif dalam memberikan pertanyaan dan jawaban.Selain itu siswa juga mampu bekerjasama dengan siswa lainnya untuk memahami materi.Dalam metode active learning tipe team quiz juga menuntut siswa untuk aktif. Hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa dalam usaha belajar yang dilakukannya. Hasil belajar dinyatakan dalam nilai yang diperoleh dari hasil pengukuran dan menjadi bukti usaha yang diraih siswa dalam proses belajar. Kurangnya penerapan metode yang sesuai akan mempengaruhi terhadap hasil belajar siswa. Siswa belum memahami materi yang diberikan guru, dalam 29 mengerjakan evaluasi siswa akan kesulitan menyelesaikannya dengan tuntas. Hasil belajar Kesekretarisan merupakan hasil belajar yang telah dicapai yang ditunjukkan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru Kesekretarisan. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Kesekretarisan merupakan hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam kegiatan belajar yang ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai dari hasil evaluasi yang diberikan oleh guru Kesekretarisan.Jadi penggunaan metode yang tepat sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. 30 Kondisi Awal Metode ceramah kurang melibatkan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran. Siswa Masalah Kurang aktif pada saat pelajaran berlangsung Metode yang di gunakan tidak memberi kesempatan untuk dapat mengembangkan gagasan pemikiran sesuai dengan keinginan dan kemampuan peserta didik Menggunakan Model Pembelajaran Team Quiz Tindakan Hasil Belajar Siswa Meningkat Tetapi Belum Optimal HASIL Tindakan Meningkatnya Hail Belajar Siswa Gambar 2.1 Kerangka Berpikir 31 D. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara terhadap peneliti yang kebenarannya harus diuji melalui berbagai pengujian. Dari tinjauan pustaka dan kerangka berpikir diatas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini dirumuskan adalah penerapan metode pembelajaran active learning tipe team quiz dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kesekretarisan.