BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu sumber informasi untuk pihak eksternal dalam menilai kinerja keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan alat utama para manajer untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1, tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi (IAI, 2009). Kinerja manajemen perusahaan tercermin pada laba yang terkandung dalam laporan laba rugi. Dalam suatu laporan keuangan perusahaan, laba merupakan salah satu informasi potensial yang sangat penting baik untuk pihak internal perusahaan maupun pihak eksternal perusahaan. Informasi laba yang terdapat dalam income statement perusahaan memiliki beberapa kegunaan, antara lain untuk mengevaluasi kinerja yang telah dicapai perusahaan, menjadi dasar untuk memprediksi kinerja di masa mendatang, dan membantu menaksir risiko atau ketidaktentuan dari pencapaian arus kas (Kieso et al., 2010:144). Karena begitu berpengaruhnya informasi laba tersebut, maka seringkali pihak manajemen melakukan tindakan untuk memodifikasi informasi laba untuk menghasilkan informasi sesuai yang diinginkan demi mencapai tujuan tersendiri. Tindakan tersebut dikenal dengan manajemen laba (earnings management). Manajer (agent) sebagai pengelola perusahaan sering kali lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham (principal). Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (information asymetric). Asimetri informasi terjadi karena manajer lebih superior dalam menguasai informasi dibanding pihak lain (pemilik atau pemegang saham). Asimetri informasi yang terjadi antara manajer (agent) dengan pemegang saham (principal) memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak oportunis, yaitu memperoleh keuntungan pribadi melalui manajemen laba. Perataan laba merupakan salah satu pola manajemen laba. Perataan laba dilakukan ketika pihak manajemen mengingikan suatu tujuan tertentu, misalnya untuk memenuhi kepentingan sendiri misalnya karena alasan kompensasi mereka (Scott, 2006: 344). Manajemen laba berbeda dengan perataan laba (income smoothing), karena perataan laba (income smoothing) adalah tindakan untuk meratakan laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan, dengan tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor, karena umumnya investor menyukai laba yang relatif stabil. Praktik perataan laba sendiri menjadi permasalahan serius yang menarik untuk diteliti. Alasannya, perataan laba seolah-olah telah menjadi sesuatu yang biasa dilakukan dan menjadi budaya perusahaan (corporate culture) yang dipraktikkan oleh banyak perusahaan. Akibat yang ditimbulkan dari aktivitas rekayasa manajerial ini tidak hanya menghancurkan tatanan ekonomi, namun juga tatanan etika dan moral. Ini sebabnya masyarakat meragukan informasi-informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Informasi yang seharusnya menjadi sumber utama untuk mengetahui kondisi perusahaan yang sesungguhnya kehilangan makna dan fungsi karena penyimpangan ini. Tindakan earnings management telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain Enron, Merck, World Com, dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat. Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT Lippo Tbk., PT. Kimia Farma Tbk., PT Kereta Api Indonesia, dan PT Kaltim Prima Coal juga melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi. Salah satu kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT Kimia Farma Tbk. PT Kimia Farma adalah suatu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 miliar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Bapepam menyebutkan terdapat kesalahan penyajian dalam laporan keuangan PT Kimia Farma, adapun dampak kesalahan tersebut mengakibatkan overstated laba pada laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp 32,7 miliar. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar (Siaran Pers Bapepam, 27 Desember 2002). Kasus manipulasi laporan keuangan juga pernah terjadi pada PT Kereta Api Indonesia. Diduga terjadi manipulasi data dalam laporan keuangan PT Kereta Api Indonesia (KAI) tahun 2005, perusahaan BUMN itu dicatat meraih keutungan sebesar Rp, 6,9 Miliar. Padahal apabila diteliti dan dikaji lebih rinci, perusahaan seharusnya menderita kerugian sebesar Rp. 63 Miliar. Laporan keuangan tersebut telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik S. Manan. Setelah hasil audit tersebut diteliti dengan seksama, ditemukan adanya kejanggalan dari laporan keuangan PT KAI tahun 2005 (Kompas, 5 Agustus 2006). Kasus lain yang pernah terjadi dan terhangat hingga saat ini adalah kasus pajak yang dilakukan oleh Grup Bakrie, salah satunya adalah kasus PT Kaltim Prima Coal (KPC) yang merupakan salah satu perusahaan tambang batu bara milik Grup Bakrie selain PT Bumi Resources Tbk dan PT Arutmin Indonesia yang diduga terkait tindak pidana pajak tahun 2007. Dimana KPC diduga (setelah penyelidikan) oleh Ditjen Pajak memiliki kurang bayar sebesar Rp 1,5 triliun dan ditemukan adanya indikasi tindak pidana pajak berupa rekayasa penjualan yang dilakukan oleh KPC pada tahun 2007 untuk meminimalkan pajak (Tempo, 9 Februari 2010). Hal inilah yang dapat menimbulkan praktik manajemen laba yang berhubungan dengan pajak tangguhan dalam merekayasa penjualan untuk meminimalkan pajak yang dibayar. Penelitian sebelumnya telah banyak dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba. Seperti penelitian yang dilakukan Salno dan Baridwan (2000) yang meneliti pengaruh besaran perusahaan, net profit margin, kelompok usaha dan winner/losser stocks terhadap perataan laba. Hasil dari penelitian tersebut bahwa keempat variabel independen yaitu, besaran perusahaan, net profit margin, kelompok usaha dan winner/losser stocks tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Penelitian yang dilakukan oleh Suwito dan Herawaty (2005) meneliti pengaruh karakteristik perusahaan terhadap perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2000-2002. Karakteristik perusahaan yang diuji terhadap perataan laba yaitu jenis usaha, ukuran perusahaan, rasio profitabilitas, rasio leverage operasi, dan net profit margin. Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa kelima faktor tersebut secara signifikan tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Penelitian yang dilakukan oleh Siregar dan Utomo (2008) yang menguji beberapa faktor yang mempengaruhi perataan laba, yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, dan kontrol kepemilikan. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode pengamatan tahun 2002-2005. Dari tiga variabel independen yang diuji, yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, dan kontrol kepemilikan diperoleh hasil bahwa hanya profitabilitas saja yang berpengaruh signifikan terhadap perataan laba. Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Budiasih (2009) dengan menggunakan sampel perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode pengamatan 2002-2006. Faktor-faktor yang diindikasikan mempengaruhi praktik perataan laba tersebut antara lain ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dan dividend pay out ratio. Kesimpulan dari penelitian tersebut bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, dan dividend payout ratio berpengaruh positif signifikan terhadap praktik perataan laba. Sedangkan financial leverage tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Penelitian yang dilakukan oleh Aji dan Mita (2010) yang menguji pengaruh profitabilitas, risiko keuangan, nilai perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap perataan laba. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode pengamatan tahun 2002-2008. Hasil dari penelitian tersebut bahwa risiko keuangan dan nilai perusahaan berpengaruh signifikan terhadap perataan laba. Sementara variabel profitabilitas dan struktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Penelitian lain yang dilakukan oleh Prabayanti dan Yasa (2011) yang menguji faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdafatar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008. Faktorfaktor yang diuji adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, kepemilikan institusional dan reputasi auditor terhadap perataan laba. Hasil yang diperoleh adalah hanya faktor profitabilitas dan financial leverage yang mempengaruhi secara signifikan terhadap perataan laba. Dari beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan masih menghasilkan hasil yang berbeda antara faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba dan faktor-faktor yang tidak mempengaruhi perataan laba. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap perataan laba masih menghasilkan hasil yang berbeda dari penelitian terdahulu. Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Terdapat berbagai proksi yang biasanya digunakan untuk mewakili ukuran perusahaan, yaitu jumlah karyawan, total aset, jumlah penjualan, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar perusahaan dan luasan usahanya, mengakibatkan pemilik tidak bisa mengelola sendiri perusahaannya secara langsung. Hal inilah yang memicu munculnya masalah keagenan. Perusahaan yang berukuran besar memiliki kecenderungan melakukan tindakan perataan laba lebih besar dibanding perusahaan yang ukurannya lebih kecil. Ilmainir (1993) dalam Amanza (2012) menyimpulkan bahwa tindakan perataan laba lebih cenderung dilakukan oleh perusahaan publik (besar) karena pada tindakan perataan laba erat kaitannya dengan konflik kepentingan antar individu yang banyak terjadi di perusahaan publik. Selain itu pengaruh profitabilitas terhadap perataan laba juga masih menghasilkan hasil yang berbeda. Profitabilitas menjadi ukuran penting untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan yang mempengaruhi investor untuk membuat keputusan. Bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisa profitabilitas ini, misalnya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang akan benar-benar diterima dalam bentuk dividen. Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang lebih tinggi cenderung melakukan perataaan laba dibandingkan dengan perusahaan yang lebih rendah, karena manajemen tahu akan kemampuan untuk mendapatkan laba pada masa mendatang sehingga memudahkan dalam menunda atau mempercepat laba (Assih dkk., 2000 dalam Budiasih, 2009). Tindakan manipulasi laba dapat dicegah dengan adanya tata kelola perusahaan yang baik yang salah satunya melibatkan para pemegang saham. Struktur kepemilikan dapat berupa kepemilikan manajerial atau pun kepemilikan institusional. Dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajer, diharapkan manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal karena manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan tanpa melalui tindakan perataan laba. Selain itu, kepemilikan oleh institusional pun dinilai dapat mengurangi praktik perataan laba karena manajemen menganggap institusional sebagai investor berpengalaman yang dapat mengawasi manajemen. Dengan dilakukannya perataan laba, maka reliabilitas laporan laba rugi bagi investor menjadi berkurang yang dapat menyebabkan investor salah dalam mengambil keputusan investasinya. Selain itu, relevansi nilai informasi akuntansi pun menjadi berkurang pada perusahaan yang cenderung melakukan perataan laba. Berdasarkan latar belakang penelitian, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang hasilnya dituangkan dalam penelitian yang berjudul: “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Perataan Laba: Penelitian pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011”. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan, maka identifikasi dari masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba. 2. Apakah profitabilitas berpengaruh positif terhadap perataan laba. 3. Apakah struktur kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap perataan laba. 4. Apakah struktur kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap perataan laba. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka maksud dan tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap perataan laba. 2. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh profitabilitas terhadap perataan laba. 3. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh struktur kepemilikan manajerial terhadap perataan laba. 4. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh struktur kepemilikan institusional terhadap perataan laba. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian yang penulis lakukan ini diharapkan akan mempunyai kegunaan bagi berbagai pihak antara lain: 1. Bagi Investor Diharapkan hasil penelitian dapat membantu para investor sebagai salah satu informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan investasi saham. 2. Bagi Perusahaan Bagi pihak perusahaan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pihak manajemen bahwa dengan pengujian secara empiris dapat diketahui apakah perusahaan melakukan praktik perataan laba atau tidak. 3. Bagi Peneliti Berikutnya Diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan menjadi bahan referensi khusunya mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini, dan dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian dan analisis berikutnya. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data dan menjawab masalah yang sedang diteliti, penulis melakukan penelitian melalui situs website: www.idx.co.id. Adapun waktu penelitian dilakukan dari bulan Oktober 2012 sampai dengan Maret 2013.