Eksplorasi Parameter Fisik Cekungan Migas di Perairan

advertisement
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
1
Eksplorasi Parameter Fisik Cekungan Migas di Perairan
Blok Ambalat Dengan Metode Gravitasi
Lutfia P.I.A, Mahmud Musta’in, Mukhtashor, Syaiful Bachry
Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: [email protected]
Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk memberikan
pengetahuan dalam mengeksplorasi potensi sumber daya
mineral khususnya minyak dan gas bumi, dengan
menggunakan metode gravitasi di perairan Ambalat.
Metode eksplorasi gravitasi dilakukan untuk menyelidiki
keadaan bawah permukaan. Lapisan struktur bawah
permukaan tanah diteliti berdasarkan variasi pada medan
gravitasi bumi yang disebabkan oleh perbedaan densitas
antara lapisan bawah permukaan batuan. Landasan
konsep yang dipergunakan adalah sebuah benda penyebab
anomaly (causative body), dimana sebuah unit batuan
memiliki perbedaan medan gravitasi yang kemudian
disebut sebagai anomali gravitasi. Pada daerah penelitian
diketahui memiliki banyak kandungan sedimen pasir,
kerikil, lempung, gamping yang telah terkompaksi menjadi
batuan dengan densitas rata-rata 2.000 gram/cm3. Dari
data-data kandungan sedimen tersebut perairan ambalat
memiliki potensi migas. Dari hasil perhitungan tugas akhir
ini diketahui volume cekungan migas sebesar 615440×1012
liter dengan nilai Validasi tingkat error rata-rata sebesar
-0,828255.
meliputi metode gravitasi (gravity), metode magnetik, dan
metode seismik [3].
Eksplorasi sumber daya alam di bawah dasar laut dengan
metode geofisika dimaksudkan untuk menyelidiki atau
mendapatkan deposit hidrokarbon yang tersembunyi (minyak,
gas, dan sumber mineral lainnya). Metode gravity adalah salah
satu metode geofisika, dimana prinsip utama dari metode ini
adalah mengukur variasi perbedaan gravitasi secara lateral dari
satu daerah observasi di permukaan bumi dan mengoreksinya
dengan pengukuran atau harga gravitasi teoritis selanjutnya
akan dibuat peta anomali gravitasi yang dapat dihubungkan
dengan keadaan struktur geologi di bawah permukaan. Harga
dari pengukuran gravitasi di daerah observasi sangat
tergantung dari variasi lateral densitas material di permukaan
bumi, toprografi, elevasi, posisi lintang, dan pasang surut pada
daerah observasi.Secara prinsip, metode gravity digunakan
karena kemampuannya dalam membedakan densitas dari suatu
sumber anomali lingkungan di sekitarnya. Dari variasi
densitas tersebut dapat diketahui bentuk struktur bawah
permukaan suatu daerah. Dalam suatu eksplorasi, baik dalam
mencari minyak bumi maupun mineral, metode gravitasi ini
banyak digunakan pada penelitian pendahuluan
Kata Kunci: anomali, densitas, metode gravitasi, sedimen
I. LATAR BELAKANG
Minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam
tak terbarui (non renewable). Eksploitasi yang dilakukan
secara terus menerus terhadap sumber daya alam tak terbarui
di darat, menyebabkan cadangan tersebut kian menipis. Untuk
mengatasi masalah ini, maka manusia mencari cadangan yang
sama dari bawah dasar laut [12]. Maka pencarian sumbersumber cadangan minyak baru terus gencar dilakukan, tidak
hanya didarat tetapi juga di laut. Teknologi eksplorasi dan
eksploitasi minyak di laut juga terus dikembangkan untuk
mempermudah pencarian, pengeboran, produksi dan
transportasinya.
Dewasa ini eksplorasi dan eksploitasi lepas pantai di
Indonesia telah berkembang di perairan lepas pantai yang
semakin dalam, yaitu di perairan lepas pantai untuk
dieksploitasi. Pengetahuan tentang geologi (termasuk
geofisika, geokimia, dan lain-lain) dari sea bed dan lapisanlapisan di bawahnya adalah sangat penting sebagai dasar untuk
pengembangan tersebut. Pengetahuan tentang metode yang
dipakai untuk mendapatkan pengetahuan tersebut adalah juga
sangat penting. Metode yang penting peranannya adalah
metode geofisika (geophhysics method). Metode geofisika ini
II. DASAR TEORI
Pada bagian ini, akan dijelaskan beberapa dasar yang dijadikan
teori dalam pengerjaan tugas akhir ini.
A. Sejarah Terbentuknya Hidrokarbon dan Petroleum System
Jutaan tahun yang lalu dalam lingkungan perairan bahan
organik tertimbun di dasar laut, karena pengaruh tekanan dan
perubahan suhu bahan-bahan tersebut terkonversi menjadi
hidrokarbon [14]. Minyak bumi terbentuk dari fosil-fosil
hewan dan tumbuhan kecil yang hidup di laut dan tertimbun
selama berjuta-juta tahun lampau. Ketika hewan dan
tumbuhan laut mati, jasad mereka tertimbun oleh pasir
dan lumpur di dasar laut. Setelah ribuan tahun tertimbun,
akibat pengaruh tekanan dan suhu bumi yang tinggi,
lapisan-lapisan lumpur dan pasir berubah menjadi batuan.
Akibat tekanan dan panas bumi, fosil hewan dan
tumbuhan yang terjebak di lapisan batuan secara perlahan
berubah menjadi minyak mentah dan gas alam. Kedua bahan
tersebut terperangkap di antara lapisan-lapisan batuan dan
tidak dapat keluar. Batuan-batuan yang ada didalam
permukaan bumi memiliki jenis-jenis berbeda diantaranya
terdapat batuan metamorf, sedimen dan beku. Batuan
metamorf adalah batuan yang merupakan batuan alihan dari
batuan sedimen ataupun beku akibat tekanan dan temperature.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
2
Batuan sedimen adalah batuan yang merupakan produk
sedimentasi hasil perombakan batuan yang telah ada (sedimen
klastik), maupun batuan yang terbentuk akibat aktifitas
organisme atau proses kimiawi (sedimen non klastik), misal:
batugamping, batugaram (halite) dsb, dan batuan beku adalah
batuan yang terbentuk akibat pembekuan magma dibawah
permukaan.
B. Jenis-Jenis Jebakan Hidrokarbon
Sebuah jebakan kemungkinan terbentuk secara struktur
oleh proses dari deformasi batuan yang terjadi karena
pergerakan dari kerak bumi. Oleh karena itu jebakan akan
menjadi poin tertinggi pada batuan reservoir, dimana gas dan
minyak terkonsentrasi pada lapisan batuan reservoir dan
mencegah dari kebocoran keluar. Pada batuan jebakan
reservoir, fluida tidak dapat bergerak lebih jauh dan akan
terpisahkan berdasarkan dari densitas masing-masing mineral.
Gas akan bergerak ke bagian paling atas, minyak berada di
tengah, dan air akan berada paling bawah.
C. Konsep Dasar Gravity
Teori mengenai gravitasi dikemukakan oleh Sir Issac
Newton pada tahun (1642-1722) yang menjelaskan bahwa
gaya tarik-menarik antara dua buah partikel sebanding dengan
perkalian massa kedua partikel tersebut dan berbanding
terbalik kuadrat jarak antara pusat keduanya.
m1
F
m2
r
Gambar 2.1 Gaya tarik-menarik antara dua buah benda
Harga konstanta G (universal gravitational constant)
diperoleh dari hasil percobaan Hensry Cavendish dengan
menggunakan torsion balance pada tahun 1978. Perhitungan
tersebut menghasilkan harga G sebesar 7,54x104 (cgs unit).
Harga G yang dipakai merupakan hasil percobaan Heyl dan
Chrzannowski pada tahun 1942 [12], dihasilkan pada
persamaan (2.1).
G = 6,673 X 10-8 (gram/cm3)/s2
= 6,673 X 10-11 (kg/m3)/s2
(2.1)
Dengan menggunakan hukum newton II yaitu F = m.g ke
dalam persamaan (2.2a) dan persamaan maka kita akan
mendapatkan persamaan (2.2b).
F = m1(
(2.2a)
) = m1.g2
F = m2(
)=
m2.g1
(2.2b)
Dimana : = besar gaya tarik menarik (Newton)
m1 = massa benda 1 (kg)
m2 = massa benda 2 (kg)
r
= jarak antara m1dan m2(meter)
g1
= gaya gravitasi akibat massa m1 yang dialami
oleh massa m2
g2 = gaya gravitasi akibat massa m1 yang dialami oleh
massa m1
Dari persamaan 2.2a dan 2.2b di atas, g1 dan g2 melambangkan
percepatan. Sehingga percepatan gravitasi yang bergantung
pada massa m partikel tunggal tersebut pada jarak r dapat
ditampilkan pada persamaan 2.3.
g= G
(2.3)
D. Metode Gravitasi
Metode gravitasi merupakan salah satu metode geofisika
yang didasarkan pada pencarian perbedaan kecil medan
gravitasi akibat adanya perbedaan nilai rapat massa material
pada bawah permukaan. Karena metode gravitasi dapat
mengetahui perbedaan rapat massa suatu material dengan
lingkungan sekitarnya, metode ini dapat memperkirakan
struktur bawah permukaan, sehingga sering digunakan dalam
eksplorasi, baik untuk eksplorasi minyak maupun eksplorasi
mineral lainnya. Dalam pengukuran metode gravitasi, nilai
yang diperoleh bukan merupakan nilai gravitasi asli wilayah
tersebut, melainkan ada beberapa faktor lain yang
mempengaruhinya, antara lain ketinggian wilayah pengamatan,
perbedaan lintang, pasang surut, topografi, kesalahan pada
alat, dan lain-lain.
Metode gravitasi biasanya digunakan untuk survei awal
dalam eksplorasi, umumnya digunakan dalam eksplorasi
minyak, yakni digunakan untuk menemukan struktur yang
dianggap sebagai oil trap.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
Gambar 2.2Ilustarsi pengukuran gravity
(www.wikipedia.com/geophisic)
Gambar 2.2 dapat diketahui bahwa ada beberapa titik
pengukuran yang memiliki nilai gravityyang lebih besar
dibandingkan dengan titik pengukuran sekitarnya. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa di bawah permukaan memiliki nilai
densitas yang berbeda, tergantung batuan atau material yang
terdapat di bawah permukaan tersebut. Semakin tinggi nilai
densitas suatu wilayah, maka nilai gravitasinya juga semakin
besar. Selain itu, nilai gravitasi suatu wilayah akan besar
apabila pengukuran dilakukan pada daerah yang tinggi.
Pengukuran nilai gravitasi dilakukan dengan menggunakan alat
gravimeter yang memiliki ketelitian tinggi sehingga mampu
mengetahui adanya perbedaan nilai gravity suatu material
dengan lingkungan sekitarnya.
Harga gravitasi yang terukur pada alat gravimeter bukan
nilai gravity asli pada titik pengukuran tersebut, melainkan
total gaya percepatan yang dimiliki oleh suatu titik akibat
berbagai sumber. Beberapa sumber yang mempengaruhi
pengukuran gravityantara lain:
 Posisi bumi dalam pergerakan tata surya, terutama
bulan dan matahari (pasang surut)
 Perbedaan lintang dipermukaan bumi
 Perbedaan ketinggian permukaan bumi (elevasi)
 Efek topografi
 Perubahan rapat massa disuatu tempat(densitas bawah
permukaan)
Untuk menghindari efek perubahan nilai gravitasi akibat
adanya pengaruh yang tidak dikehendaki, maka dalam
perhitungan nilai gravitydiperlukan adanya koreksi.
E. Koreksi Dalam Metode Gravity
Banyak faktor yang mempengaruhi pembacaan nilai
gravity pada suatu titik pengukuran, baik itu terdapat diatas
permukaan maupun bawah permukaan. Pengaruh di atas
permukaan diantaranya adanya perbedaan ketinggian,
perbedaan topografi, lintang, pasang surut (tide), dan
kesalahan pembacaan pada alat (drift). Pengaruh-pengaruh
tersebut merupakan koreksi-koreksi yang digunakan dalam
metode gravitasi. Sedangkan perbedaan yang terjadi di bawah
permukaan biasanya diakibatkan oleh perbedaan nilai densitas
material bawah permukaan. Namun dalam hal ini yang
menjadi target utama adalah perbedaan densitas bawah
permukaan, sehingga faktor lain yang terekam pada
pembacaan dialat harus dihilangkan.
3
Tabel 2.1Nilai densitas beberapa material
Dari nilai densitas suatu material tersebut dapat diketahui
batuan apa yang terdapat di bawah permukaan sehingga kita
dapat mengetahui jenis reservoirnya.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Umum
Penelitian ini adalah dengan menggunakan data sekunder
Anomali Bouguer di daerah perairan Ambalat . Analisa
dilakukan dengan menggunakan data sekunder dari lokasi
observasi. Proses analisa ini dilakukan sampai diperoleh
interpretasi yang akurat dari lokasi observasi. Proses analisa
menggunakan bantuan software Grav2DC untuk proses
interpretasi data secara dua dimensi (2-D). Hasil analisa
tersebut selanjutnya dilakukan validasi terhadap perhitungan
secara manual. dengan perhitungan manual pengaruh
gayaberat dome (kubah) dan silinder horisontal Metode
Talwani. Dari interpretasi ini akan diperoleh pemodelan (dua
dimensi) dan spesifikasi-spesifikasi lain dari lokasi observasi,
sehingga dapat diambil beberapa catatan-catatan penting
khususnya berhubungan dengan eksplorasi hidrokarbon.
B. Pengumpulan Data-Data Pendukung
Dalam pengumpulan data-data pendukung adalah mencari
dan mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan segala
permasalahan interpretasi anomali gaya berat untuk keperluan
eksplorasi di bawah dasar laut. Data yang digunakan dalam
pengerjaan tugas kahir ini adalah data sekunder, yaitu data
yang didapat dengan tanpa melakukan pengamatan langsung
atau mendatangi lokasi studi. Data sekunder ini diperoleh dari
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
(PPGL). Data sekunder yang diperoleh dan diperlukan dalam
pengerjaan tugas akhir ini adalah:
1. Peta anomali Bouger (Bouger anomali map) Indonesia
dengan skala 1:5.000.000 cm. Peta ini menyajikan bentukbentuk anomali untuk seluruh wilayah laut Indonesia.
2. Peta sedimen permukaan dasar laut wilayah Indonesia
(surficial sediment map of the Indonesia seas) dengan
skala 1:5.000.000 cm. Peta ini memberikan informasi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
4
mengenai sedimen di permukaan dasar laut untuk seluruh
wilayah laut Indonesia.
3. Peta sumber daya mineral dan energi lepas pantai
Indonesia (mineral and energy resources map of
Indonesian offshore) dengan skala 1:5.000.000 cm. Peta ini
memberikan informasi mengenai lokasi penyebaran
mineral (hidrokarbon) untuk seluruh wilayah laut
Indonesia.
adalah nilai kedalaman, Garis putus-putus pada kurva adalah
anomali observasi garis kontinu adalah anomali hasil
perhitungan (respon dari pemodelan). Model struktur sebagai
cermin keberadaan benda anomali yang sebenarnya. Dan
diketahui nilai rata-rata mineral 8 potongan pemodelan sebesar
2 gram /cm3.
Tabel 4.1 Posisi X dan Z pada setiap sudut benda untuk
potongan 1
IV. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisa Lokasi
Pada lokasi gambar 4.1 penelitian bisa dilihat bahwa lokasi
ini memiliki kontur dengan bentuk dome (kubah).
116 0
118 0
120 0
122 0
124 0
Kedalaman (Z)
(km)
(km)
1
-451,281
2,722
2
-389,048
1,740
3
-253,914
0,832
4
-138,820
0,564
5
16,624
0,450
6
112,056
0,681
7
234,801
2,112
8
275,817
2,955
80
U
T
B
Jarak (X)
Titik Sudut
6
0
S
4
0
20
Gambar 4.1 Garis potongan melintang kuntur anomali gravity
Bouger perairan Ambalat.
Gambar 4.1 dengan bentuk kontur yang tertutup, diambil
delapan potongan atau sayatan agar mempermudah dalam
melakukan interpertasi model. Dari delapan potongan tersebut
memiliki nilai jarak dan ketinggian yang berbeda sesuai
dengan arah yang ditafsirkan. Misalnya pada potongan 1
diketahui dengan arah (40LU-1190BT), dengan position
minimal -460 km dan maksimum 285 km sebagai sumbu X
dan anomali diambil 200-400 km sebagai sumbu Z, sumbu X
menunjukkan geometris bidang horizontal dan sumbu Z
menunjukkan geometri bidang vertikal. Dari satu potongan
tersebut maka akan dapat dilihat bentuk potongan kontur yang
berupa antiklin hampir menyerupai bentuk setengah bola.
B. Pemodelan Grav2DC
Pemodelan dengan menggunakan software Grav2DC
mengintepretasikan dari gambar anomali Bouger, sehingga
akan menghasilkan nilai kedalaman dari permukaan bawah
yang diteliti. Pada contoh pemodelan tabel dan pemotongan 1
dibawah ini menunjukan nilai jarak dan kedalaman masingmasing titik sudut poligon.dan pada gambar-gambar hasil dari
pemodelan Grav2DC dari permukaan bawah perairan Ambalat
dibagi delapan sayatan dengan bentuk setengah dome (kubah)
diketahui berbagai pengertian sumbu dan pemodelan Grav2DC
seperti sumbu X merupakan nilai jarak lintasan mencapai
maksimum sumbu Y pada area kurva adalah nilai anomali
pengamatan, sedangkan sumbu Z negatif pada area pemodelan
3
2
1
4
5
6
7
Gambar 4.2 Bentuk perkiraan struktur dua dimensi, potongan
1 dengan arah 0⁰
C. Interpertasi 3 Dimensi
Dari hasil interpertasi bentuk penampang kurva dua
dimensi pada tiap-tiap body untuk setiap lokasi kemudian
digabungkan
Hasil dari pegabungan ini akan menampilkan bentuk tiga
dimensi struktur rangka dan struktur solid. Hasil dari
pemodelan lokasi pemotongan 1,2,3,4,5,6,7,8 adalah berupa
kubah anomali positif.
8
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
5
Tabel 4.2 Nilai rata-rata diameter cekungan tiap
potongan
Gambar 4.3 Hasil pengggabungan struktur rangka untuk
perairan Ambalat
D. Memperkirakan Volume Cekungan
Untuk memperkirakan volume cekungan pada hasil
Grav2dc kami menggunakan rumus V(isi) = Luas Alas x
tinggi. Pertama mencari luas alas, dan untuk itu kami
asumsikan terlebih dahulu bentuk bagian bawah atau alas
cekungannya. Bentuk bagian bawah atau alas pada cekungan
seperti pada Gambar 4.16 berbentuk dome (kubah), sehingga
perlu
mencari dimeter atau jari–jari terlebih dahulu.
Perhitungan asumsi rata–rata diameter cekungan dihitung
berdasarkan langkah–langkah sebagai berikut:
1. Cari pada semua potongan (1~8) nilai tertinggi dan terendah
pada jarak yang dihasilkan oleh software gravity.
Kemudian kurangkan nilai tertinggi dan terendah
tersebut.
Contoh: untuk potongan 1
Tabel 4.9 Ukuran diameter cekungan potongan 1
Pada Tabel 4.10 rata–rata nilai diameter dari
seluruh potongan sebesar 560,381 km, sedangkan
rumus, tabung, dan dome (kubah) menghendaki nilai
jari–jari, sehingga nilai diameter rata–rata tersebut
dibagi menjadi 2 yaitu
= 280,191 km dan
diasumsikan jari–jari sebesar 280 arah sumbu x positif
dan -280 arah sumbu x negatif.
Potongan 1
Tabel 4.11 Dimensi cekungan asumsi berupa bangun setengah
dome (kubah)
Pada tabel 4.9 nilai tertinggi jarak titik sudut yaitu
275,817 dan nilai terendah yaitu -451,821, sehingga
diameter yang dihasilkan yaitu 275,817 – (-1 lokasi
merupakan tabel hasil perhitungan diameter cekungan
untuk potongan 1 . Menggunakan cara yang sama, hasil
perhitungan untuk potongan 2-8 terlampir dalam lampiran
c.
2. Kemudian cari rata – rata dari semua nilai jarak pada semua
potongan.
Dimensi
Dome (kubah)
Diameter
Jari - jari
tinggi
560 km
280 km
3 km
Jadi volume setengah dome (kubah) = Untuk jari – jari (R) =
280 dan t = 3
Volume cekungan
= ½  4/3  3,14  (280)2  3
3
= 615440 km
Setelah didapatkan volume cekungan atau kubah, maka
dapat diketahui berat dari batuan sedimen penyusun cekungan
atau kubah (mass of deposit) yaitu : ρ volume cekungan,
dimana ρ adalah densitas batuan [6]. Harga densitas batuan
diambil 2 gr/cm3 yang merupakan harga rata-rata yang dipilih
untuk jenis sedimen.
 Untuk volume perhitungan dengan bangun dome (kubah)
Mk= (2000 kg/m3) 615.440.000.000.000 m3 =123088 X
1013kg
= 123,088 X 1013 ton
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
E. Respon Interpertasi Validasi Anomali Gravitasi pada
Bentuk Bola
Dalam melakukan interpertasi pemodelan gravity dapat
dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu forward
modeling dan inverse modeling. Pengukuran anomali
cekungan dengan menggunakan pendekatan dimensi panjang
dari sumber anomali yang lebih kecil kedalamannya dari
permukaan. Interpretasi antara GRAV2DC dengan perhitungan
manual gaya berat bola.
Gambar 4.27 Profil kurva validasi data antara hasil
perhitungan manual terhadap software Grav2DC
V. KESIMPULAN/RINGKASAN
Kesimpulan yang didapat dari tugas akhir ini adalah :
1. Bentuk cekungan dari hasil interpetasi adalah berbentuk
Antiklin, volume cekungan berbentuk antiklin dapat
dihitung dengan menggunakan
pendekatan dome
(kubah) dengan volume cekungan sebesar 615440 km3.
2. Berdasarkan validasi potongan 1 menunjukkan bahwa
model yang dihasilkan oleh software GRAV2DC cukup
valid, dengan ditunjukkan oleh grafik perhitungan
manual yang hampir mirip dengan grafik perhitungan
oleh software GRAV2DC.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Antara.2009. “ Sengketa Blok Ambalat”. IndonesiaMalaysia.
[2] Al Rifaiy. 1990. “Metode Gaya Berat-Mikro”.
[3] Burger, H. R.1992. “Exploration Geophysics of the
Shallow Subsurface”. Prentice Hall P T R.
[4] Bachry, S. 2012.“Survey Metode Gaya Berat”.
[5] Billing, M, P. 1960. “Structural Geology”.Tokyo:Charles
E.Tutle Company.
[6] Brown, Hart. 1949. “A Precesion Detail Gravity
Survey,Jameson Area, Coke Countr “.Texas
Geophysics, vol.14,pp.535-542.
[7] Ferris & Nettlon. L. 1972. “Use Of Gravity Meter in
Search for Stratigraphic Traps”, pp.252-267,in Robert
6
E. King (ed), “Stratigraphic Oil & Gas Fields”, Journal
American
Assoc.Petrol.Geol.Mem.16
andsoc.Explor.Geophys.
[8] Hadipandoyo.2004. “Pengamatan Survey Gravitasi”.
[9] Hanafi,M.&Lubis, S.2000. “Pembuatan Peta Anomali
Gaya Berat Bebas Udara di Laut”. Pusat
Pengembangan Geologi Kelautan.
[10] Koesoemadinata. 1990. “Geologi Minyak dan Gas Bumi”.
Bandung: Penerbit ITB.
[11] Nyland, E.2000. “Course Outline and Overheads”.
Rochani, I. dan Wahyudi. 1998. “Teknologi Reservoir”.
Surabaya: FTK-ITS.
[12] Reynolds,J.M. 1997. “An Introduction to Applied and
Environmental Geophysics”. Wiley.
[13]Santoso, Djoko. (2002).”Pengantar Teknik Geofisika”.
Departemen Geofisika Fakultas Kebumian dan
Teknologi Mineral Teknologi Bandung. Penerbit
ITB:Bandung.
[14] Telford, W.M., Geldart,L.P., and Sheriff, R.E. “Applied
Geophysics, 2nd ed.,
[15] Wahr, J. “Lecture Notes in Geodesy and Gravity”.
Download