perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 15 Maret 2014 pukul 08.00 WIB, dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi langsung kepada pasien serta melakukan studi kepustakaan.. Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis, didapatkan hasil pasien bernama Ny.I berumur 30 tahun dengan suami bernama Tn.A berumur 27 tahun, dengan alamat lengkap Kenteng RT 02 RW 05 Desa Pojok Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo. Dengan pendidikan terkahir D3 keduanya bekerja swasta di Kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan observasi langsung yang dilakukan kepada pasien, penulis mendapatkan informasi bahwa keadaan umum pasien baik dengan tingkat kesadaran composmentis. Hasil pengkajian tanda-tanda vital pasien dalam batas normal, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84x/menit, pernafasan 22 x/menit, suhu tubuh pasien 37,5oC. Pemeriksaan fisik sistematis (Head to Toe) penulis lakukan kepada pasien di hari yang sama dengan hasil semua dalam batas normal, konjungtiva berwarna merah muda. Pemeriksaan khusus obstetri (lokalis) dilakukan dengan cara inspeksi dengan hasil pengeluaran pervaginam berupa lokia rubra banyaknya 1 pembalut penuh, berwarna merah segar, dan pemeriksaan inspeksi pada payudara di commit to user 27 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 28 dapatkan payudara terlihat bengkak,tegang,puting susu datar dan tampak lebih mengkilat, selain dilakukan inspeksi juga dilakukan palpasi abdomen dengan hasil kontraksi uterus keras, tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat. Selain melakukan wawancara dan observasi langsung, penulis juga melakukan studi dokumentasi dengan melakukan pengkajian data pada catatan rekam medis RSUD Sukoharjo. Berdasarkan studi dokumentasi yang dilakukan penulis, didapatkan hasil bahwa Ny.I melahirkan anak pertamanya pada tanggal 14 Maret 2014, bayi pertama lahir spontan pukul 07.45 WIB jenis kelamin laki-laki berat badan 2900 gram, panjang badan 49 cm. Pemeriksaan penunjang perlu dilakukan dalam rangka menegakkan diagnosa, dalam kasus ini telah dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil kadar hemoglobin 12,2 g/dl, angka lekosit 6,4 103/µL, GDS 96 mg/dl, dan golongan darah pasien adalah A. 2. Interpretasi Data Dasar a. Diagnosa kebidanan Ny. I P 1 A 0 umur 30 tahun nifas hari ke 2 dengan bendungan ASI. Dasar S : 1) Ibu mengatakan usianya 30 tahun 2) Ibu mengatakan telah melahirkan anak pertamanya pada tanggal 14 Maret 2014, pukul 07.45 WIB dan belum pernah keguguran. 3) Ibu mengatakan perutnya mules, darah yang keluar berwarna merah tua. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 29 4) Ibu mengatakan kedua payudaranya terasa penuh, tegang, terasa nyeri, ASI tidak keluar. O : 1) KU : Baik, kesadaran : composmentis 2) Suhu ibu :37,5 0C 3) Payudara bengkak dan tegang, puting susu datar, tampak lebih mengkilat, ASI tidak keluar. b. Masalah 1) Ibu mengatakan cemas dan gelisah sehubungan dengan nyeri pada kedua payudara 2) Ibu tampak cemas, gelisah, dan tidak nyaman c. Kebutuhan KIE tentang penanganan bendungan ASI dan perasaan cemas sehubungan dengan keadaan payudaranya. 3. Mengidentifikasi Diagnosaatau Masalah Potensial dan Antisipasi Penanganannya a. Potensial terjadi mastitis b. Antisipasi tindakan oleh bidan : 1) Kompres hangat pada kedua payudara 2) Anjuran pengeluaran kolostrum agar payudara tidak tegang 3) Motivasi ibu untuk tetap menyusui bayinya sesering mungkin pada kedua payudara secara bergantian. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 30 4. Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian terapi oral pada ibu nifas : fe 500mg 1x1 Asam mefenamat 250 mg/ kaps 3x1 Vit A 200.000 iu 1 kapsul Vit - C 100mg 1x1 Metilergometrin 0,124 mg 1x1 5. Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh 1) Lakukan advis dokter 2) Observasi keadaan umum dan vital sign ibu 3) Observasi tanda-tanda terjadinya mastitis 4) Ajarkan ibu cara menyusui yang benar 5) Lakukan perawatan payudara untuk payudara bengkak karena bendungan ASI. 6) Beritahukan ibu dan keluarga tentang keadaanya 7) Motivasi ibu memakai BH yang menopang payudara 8) Ajarkan ibu langkah-langkah menyusui yang benar 9) Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin atau minimal setiap 2 jam pada kedua payudara secara bergantian. 10) Observasi tinggi fundus uteri dan pengeluaran pervaginam 11) Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi yaitu nasi, tempe, sayuran, buah, susu. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 31 6. Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman a. Melaksanakan hasil kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi b. Mengobservasi keadaan umum dan vital sign ibu yang meliputi tekanan darah, nadi, suhu pernafasan. c. Mengobservasi tanda-tanda mastitis yaitu bengkak, nyeri seluruh payudara atau nyeri lokal, kemerahan, payudara keras dan berbenjolbenjol, panas badan dan rasa sakit umum. d. Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar. e. Melibatkan keluarga dalam membantu aktivitas ibu. f. Menganjurkan ibu memakai BH yang menopang payudara. g. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin atau minimal setiap 2 jam pada kedua payudara secara bergantian. h. Mengobservasi tinggi fundus uteri dan pengeluaran pervaginam. i. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu mengalami bendungan payudara akibat pengosongan ASI yang tidak sempurna. j. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang yaitu nasi, daging, tempe, sayuran, buah, susu. 7. Evaluasi a. Keadaan umum baik, kesadaran : composmentis, tekanan darah : 120/80 mmHg, suhu 36,50C, nadi : 84 x/menit, respirasi : 24x/menit. b. Tidak ada tanda-tanda mastitis pada ibu. c. Ibu tahu bagaimana cara menyusui yang benar. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 32 d. Ibu tahu langkah-langkah menyusui yang benar. e. Keluarga membantu ibu dalam beraktivitas. f. Ibu bersedia memakai BH yang menopang payudara. g. Tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat dan pengeluaran pervaginam lochea rubra. h. Ibu dan keluarga mengerti bahwa ibu mengalami bendungan payudara akibat pengosongan ASI yang tidak sempurna i. Ibu mau makan-makanan yang bergizi yaitu nasi, daging, tempe, sayuran, buah, susu. 8. CATATAN PERKEMBANGAN Catatan perkembangan disusun penulis berdasarkan hasil pengawasan keadaan pasien dari hari ke 2 sampai dan 1 hari setelah dilakukan penanganan bendungan air susu ibu. Catatan perkembangan 1 penulis kumpulkan pada tanggal 15 Maret 2014 pukul 15.00 WIB. Dari data subjektif Ibu mengatakan payudaranya masih terasa nyeri dan penuh tetapi lebih enakan daripada sebelum dilakukan perawatan payudara. Ibu mengatakan ASInya sudah keluar sedikit dan bisa menyusui bayinya. Ibu mengatakan sudah melaksanakan anjuran yang diberikan Data objektif yang pasien kumpulkan menunjukkan keadaan umum pasien lemah. Pengukuran tanda-tanda vital pasien dilakukan dengan hasil tekanan darah 120/70 mmHg, suhu tubuh 36,6oC, nadi 84x/menit, respirasi 22x/menit. Inspeksi yang dilakukan kepada pasien didapatkan pengeluaran pervaginam berupa lokia rubra ±5cc, berwarna merah segar. Periksa commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 33 palpasi pun jugadilakukan dengan hasil kontraksi uterus keras dan tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat. Berdasarkan data objektif yang penulis kumpulkan, penulis dapat menyusun sebuah Assasement yaitu, Ny.I umur 30 tahun P1 A 0 nifas hari ke 2 post partum dengan bendungan air susu ibu. Setelah Assasement ditentukan, penulis menyusun sebuah rencana asuhan yang akan diberikan kepada pasien guna memantau keadaan umum pasien dan mencegah terjadinya mastitis. Rencana pertama dilakukan pukul 16.00 WIB memperbolehkan ibu pulang, pada pukul 16.05 WIB Melakukan kolaborasi dengan dr.SpoG untuk memberikan terapi berupa : Asammefenamat 250 mg 3x1, Vit A 1 kapsul 200.000 IU, Vit C 100 mg 1x1, Fe 500mg 1x1, Metilergometrin 0,124 mg 1x1 hasilnya ibu sudah mendapatkan terapi selama dirumah. Selanjutnya pukul 16.15 WIB menganjurkan ibu untuk tetap melakukan perawatan payudara di rumah, dan hasilnya ibu bersedia melakukan perawatan payudaranya di rumah. Pukul 16.15 WIB memotivasi ibu untuk tetap menyusui bayinya sesering mungkin secara bergantian pada kedua payudara, memberikan KIE tentang manfaat menyusui, dan menjelaskan pada ibu manfaat ASI Eksklusif. Pukul 16.20 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan daerah genetalia dan merawat luka jahitan, dan menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi karbohidrat, protein, vitamin. Rencana terakhir yang dilakukan adalah memperbolehkan ibu pulang dan mendokumentaikan semua tindakan yang telah dilakukan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 34 Catatan perkembangan 2 penulis kumpulkan pada tanggal 16 maret 2014 pukul 08.30 WIB. Berdasarkan data subyektif yang penulis kumpulkan, ibu mengatakan payudaranya sudah tidak terasa nyeri tetapi terasa penuh bila tidak disusukan., ibu mengatakan mengatakan ASInya keluar lancar, ibu mengatakan sudah melakukan perawatan payudara sendiri 1 kali dalam sehari. Setelah melakukan wawancara, penulis melakukan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan data obyektif dengan hasil Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi: 80 x/menit, suhu: 36,50C R: 22 x/menit.,Payudara teraba lunak, puting susu menonjol, ASI keluar lancar,Pengeluaran pervaginam lochea sanguinolenta. Berdasarkan data fokus yang telah dikumpulkan, penulis dapat membuat sebuah diagnose yaitu Ny.I umur 30 tahun P 1 A 0 nifas hari ketiga. Setelah menentukan diagnoasa langkah selanjutnya yaitu menentukan perencanaan yang akan dilakukan kepada pasien, perencanaan pertama dilakukan pada pukul 08.00 WIB yaitu menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan keadaan ibu dalam batas 08.10 WIB Memotivasi ibu untuk normal. Pukul tetap menyusui sesering mungkin dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan payudara dengan sempurna, apabila produksi ASI berlebih sebaiknya diperas dan disimpan agar tidak terjadi bendungan ASI lagi. Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan perawatan payudara agar commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 35 tidak terjadi bendungan ASI lagi. Memberi penjelasan pada ibu agar ibu beristirahat dengan cukup.Memberikan KIE tentang tanda bahaya masa nifas dan meminta segera datang ke tempat pelayanan kesehatan. Menganjurkan ibu untuk tetap meminum obat yang diberikan dokter selama dirumah sakit. Memotivasi ibu agar tetap mengkonsumsi makanan bergizi. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif sampai enam bulan. Menganjurkan perawatan bayi sehari-hari. B. Pembahasan 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap Pada kasus ibu nifas dengan bendungan ASI data subjektif diperoleh Ny.I mengeluh kedua payudaranya penuh, kencang, dan terasa nyeri dan ASI tidak keluar. Data objektif pada Ny. I tampak payudara bengkak, kencang, putting susu datar, kulit payudara tampak lebih mengkilat, ASI tidak keluar ada nyeri tekan, hal ini terjadi karena aliran vena dan limfatik tersumbat sehingga aliran susu menjadi terhambat dan tertekan. Dalam teori tanda dan gejala dari bendungan ASI (Machfoedz,2008) adalah payudara bengkak dan keras, terasa nyeri, kulit payudara mengkilap meski tidak memerah, ASI juga tidak dapat mengalir dengan lancar, puting terasa tegang, bahkan wanita terkadang menjadi demam karena adanya pembengkakan dan nyeri pada payudara, walaupun biasanya hilang dalam 24 jam (Cunningham, 2006). Dalam pengumpulan data ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 36 2. Interpretasi Data Dasar Pada kasus Ny. I ini diagnosa kebidanannya yaitu Ny. I, P 1 A 0 , umur 30 tahun, nifas hari kedua dengan bendungan air susu ibu. Masalah yang terjadi pada Ny. I adalah rasa tidak nyaman dengan keadaan payudaranya dan cemas tidak bisa menyusui bayinya. Pada kasus ini kebutuhan ibu yang diperlukan adalah KIE tentang penanganan gangguan rasa nyaman pada payudara ibu dan perawatan payudara ibu. Dalam teori masalah yang sering kali dirasakan ibu dengan bendungan ASI (Varney,2007) adalah gangguan rasa nyaman sehubungan dengan payudaranya. Dalam hal ini kebutuhan yang muncul pada kasus bendungan ASI dengan gangguan kenyamanan adalah KIE tentang penanganan gangguan rasa nyaman sehubungan dengan keadaan payudaranya dan perawatan payudara pada masa nifas (Saleha, 2009). Sehingga pada kasus Ny.I tidak terdapat kesenjangan karena penanganan bendungan ASI pada Ny.I sudah sesuai dengan teori. 3. Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial dan Antisipasi Penanganannya Diagnosa potensial yang mungkin muncul pada kasus bendungan ASI yaitu mastitis dan abses karena manajemen laktasi yang tidak benar (Prawirohardjo, 2010). Sedangkan kasus pada Ny. I, diagnosa potensial yang muncul yaitu mastiti. Pada kasus Ny. I, diagnosa potensial mastitis tidak muncul karena adanya penanganan bendungan ASI yang komprehensif. Sehingga commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 37 tanda-tanda mastitis seperti nyeri seluruh payudara atau nyeri lokal, kemerahan, payudara keras, panas badan dan rasa sakit umum tidak dialami oleh ibu. 4. Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera Pada kasus bendungan ASI tindakan segera yang dilakukan oleh bidan untuk menentukan tindakan selanjutnya yaitu kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian terapi analgetik dan nifas. Pada kasus Ny. I kolaborasi dengan dokter SpOG dilakukan untuk pemberian analgetik setiap 4-6 jam (Cunningham, 2006). Sehingga pada kasus Ny. I tidak ada kesenjangan dengan teori. Ibu mendapatkan terapi analgetik untuk mengurangi rasa nyeri ibu. 5. Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh Dalam hal ini rencana yang dilakukan pada kasus Ny. I dengan bendungan ASI adalah melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat oral. Observasi keadaan umum dan vital sign ibu, observasi tanda-tanda terjadinya mastitis untuk mendeteksi secara dini terjadinya mastitis, ajarkan ibu cara menyusui yang benar untuk mencegah terjadinya bendungan ASI dan pengosongan payudara secara sempurna, motivasi ibu memakai BH yang menopang payudara agar tidak menekan payudara, anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin atau minimal setiap 2 jam pada kedua payudara secara bergantian, observasi tinggi fundus uteri dan pengeluaran pervaginam untuk mengetahui terjadinya perdarahan, beri tahukan ibu dan keluarga commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 38 tentang keadaanya (Saifuddin, 2006) , sedangkan dalam teori disebutkan penangann bendungan ASI berupa kedua payudara disusukan sesering mungkin tanpa dijadwal (on demand) sesuai kebutuhan bayi, kompres hangat payudara sebelum disusukan, ajarkan ibu cara masase payudara (breast care), KIE cara menyusui yang benar, bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam untuk mengurangi rasa nyeri dan penurun panas (Saifuddin, 2006). Pencegahan yang bisa dilakukan untuk mengurangi insiden terjadinya bendungan ASI dapat dilakukan IMD sebelum sesegera mungkin (sebelum 30 menit) setelah bayi lahir dan Rooming In atau rawat gabung. Dari teori yang ada dapat diketahui adanya kesenjangan antara teori dan praktik yaitu tidak dilaksanakan IMD setelah bayi lahir (Sastrawinata, 2004). Hal ini akan memberikan dampak yang berarti untuk terjadinya bendungan ASI pada ibu. 6. Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman Langkah ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau anggota tim kesehatan lainnya. Proses pelaksanaan kebidanan dilakukan sesuai dengan kewenangan bidanya itu dengan memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif. Pada kasus Ny. I pelaksanaan rencanaan asuhan yang telah disusun pelaksanaan asuhan dilaksanakan sesuai dengan teori seperti pemeriksaan TTV telah sesuai dengan teori (Hidayat, 2008), perawatan payudara yang telah sesuai dengan teori, namun pada kasus ini dalam pemberian KIE bidan tidak menggunakan alat bantu dalam commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 39 memberikan KIE pada pasien, dan KIE yang diberikan tidak terlalu lengkap. Hal ini menyebabkan KIE yang diberikan bidan kepada pasien tidak maksimal dimengerti oleh ibu. 7. Evaluasi Evaluasi dari asuhan kebidanan yang telah diberikan pada ibu telah didapatkan hasil : a. TTV : TD: 120/70mmHg, Suhu : 36,6 0C, Nadi: 84x/menit, Respirasi: 22x/menit b. Ibu dan bayi pulang dalam keadaan sehat dan atas persetujuan dokter obsgyn c. Tidak terjadi komplikasi mastitis dari bendungan ASI d. Aktifitas dan kondisi ibu dapat pulih secara bertahap e. Ibu mau menyusui bayinya sesuai permintaan bayi atau on demand. f. Perawatan payudara telah dilakukan dengan benar dengan hasil keadaan payudara ibu sudah tidak bengkak, puting susu menonjol, tidak terasa nyeri, ASI sudah keluar dari keadaan payudara yang sebelumnya terasa nyeri, bengkak, puting susu terbenam, dan ASI tidak keluar g. Tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat dan pengeluaran pervaginam lochea rubra. h. Ibu telah paham dan mengerti tentang KIE yang diberikan bidan berupa cara menyusui yang benar, manfaat menyusui dan ASI eksklusif, serta tanda bahaya nifas. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 40 i. Aktifitas dan kondisi ibu dapat pulih secara bertahap. j. Ibu sudah dapat menyusui dengan baik. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dengan selesainya studi kasus yang berjudul ”Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny. I dengan Bendungan Air Susu Ibu di RSUD Sukoharjo”, maka penulis dapat mengambil kesimpulan yaitu: 1. Pada pengumpulan data dasar secara lengkap yang terdiri dari data subyektif dan data obyektif sampai pelaksanaan tindakan kasus Ny. IP 1 A 0 dengan bendungan ASI tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktik. 2. Dari hasil pengkajian data subyektif dan data obyektif dapat ditegakkan diagnose kebidanan Ny. IP 1 A 0 umur 30 tahun nifas hari ke-2 dengan Bendungan Air Susu Ibu. 3. Diagnosa potensial pada ibu dengan bendungan ASI adalah terjadinya mastitis. Penanganan segera yang dilakukan adalah dengan kompres hangat pada payudara dan ASI dikeluarkan untuk mengurangi tegang pada payudara. 4. Sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan, kebutuhan terhadap tindakan segera yang telah diberikan pada Ny. I adalah dilakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian analgetik. 5. Pada rencana asuhan yang menyeluruh Perencanaan pada kasus Ny. I meliputi observasi keadaan umum, vital sign, kontraksi, tinggi fundus commit to user 41 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 42 uteri, dan pengeluaran pervaginam, beri dukungan psikologis dan support mental pada ibu, memakai BH yang menyokong payudara, ajarkan ibu cara menyusui yang benar, beritahu ibu tentang manfaat ASI, anjurkan ibu menyusui bayinya sesering mungkin. Dalam penyusunan rencana asuhan tersebut terdapat kesenjangan yaitu tidak dilakukan IMD setelah bayi lahir yang berguna untuk meningkatkan reflek bayi dan let down (Sastrawinata, 2004). 6. Pelaksanaan sudah sesuai dengan rencana asuhan yang telah disusun. 7. Tahap mengevaluasi setelah dilakukan observasi yaitu keadaan umum ibu baik, suhu tubuh ibu tidak naik, payudara ibu sudah tidak tegang dan nyeri lagi, ASI dapat keluar dengan lancar, bayi sudah dapat menyusu, dan ibu diperbolehkan pulang. Sehingga pada tahap ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus nyata. 8. Asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. I dengan bendungan ASI terdapat kesenjangan yaitu pada waktu lahir tidak dilakukan IMD. B. Saran 1. Bagi Instansi Kesehatan a. Sebagai bahan pertimbangan pembuatan SOP penanganan bendungan ASI. b. Dalam memberikan KIE kepada pasien sebaiknya menggunakan alat bantu berupa pamflet agar ibu lebih paham dan bisa dibaca sewaktuwaktu apabila lupa. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 43 c. Bagi instansi diharapkan tetapmelakukan IMD yang berguna untuk mencegah terjadinya bendungan ASI. 2. Bagi Profesi Dapat dimanfaatkan untuk penyempurnaan layanan bagi profesi bidan dalam asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI. 3. Bagi pasien Diharapkan dapat mengetahui pencegahan bendungan ASI dan mengetahui lebih awal tanda-tanda bendungan ASI, sehingga dapat dilakukan antisipasi untuk mencegah terjadinya komplikasi yang berkelanjutan dan sebaiknya segera mencari pertolongan pada tenaga kesehatan atau fasilitas kesehatan yang memadai sehingga memungkinkan segera mendapatkan penanganan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, Eny Retna. Diah Wulandari.2009.Asuhan Kebidanan (Nifas). Jogjakarta: Mitra Cendekia Press. Ayurai.2009.NifasBendunganASI.http://ayurai.wordpress.com/2009/03/28/nifasbendungan-asi/.(24 Maret2013). Bahiyatun.2009.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal.Jakarta: EGC pp.156-158. Bobak. 2004.Buku Ajar Keperawatan.Jakarta: EGC pp.124 Cunningham, F.G.2013.Obstetri Williams.Ed 23.Jakarta: EGC. Machfoedz.2008.Perawatan Masa Nifas.Yogyakarta: Fitramaya. Manuaba, I.A. Chandranita, I.B.G. Fajar Manuaba, I.B.G. 2008. Gawat- Darurat Obstetri- Ginekologi & Obstetri- Ginekologi Sosial Untukk Profesi Bidan. Jakarta : EGC. MaritaliaD.2012.Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui.Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Notoatmodjo S.2010.Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta. Prawirohardjo,2010.Ilmu Kebidanan.Jakarta: BPSP. Rekam Medik RSUD Sukoharjo, 2013. Saifuddin, A. B. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Saleha S.2009.Asuhan Pada Masa Nifas.Jakarta: Salemba Medika. Varney, Kriebs, Gregor. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Edisi 4 volume 2. Jakarta: EGC. WulandariS. R, Handayani S.2011.Asuhan Nifas.Yogyakarta:Gosyen Publishing. commit to user 44 Kebidanan Ibu Masa