analisis faktor - Repository Unand

advertisement
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME
EKSPOR GAMBIR (Uncaria gambier Roxb) SUMATERA BARAT
OLEH
EKO WAHYUDI HARUN
07 114 022
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2011
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Ekspor Gambir (Uncaria gambier
Roxb) Sumatera Barat
ABSTRAK
Penelitian ini memiliki dua tujuan yaitu tujuan pertama mendeskripsikan prosedur
ekspor yang dilakukan oleh eksportir gambir di Sumatera Barat dan tujuan yang kedua
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor gambir Sumatera Barat.
Data yang digunakan adalah data triwulan dari tahun 2001-2009 dengan jumlah observasi
(n) 36.
Analisa data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif dan
kuantitatif. Analisa deskriptif digunakan untuk menganalisis prosedur ekspor gambir
Sumatera Barat dan analisa kuantitatif digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi volume ekspor gambir Sumatera Barat yang terdiri dari 4 variabel bebas
yaitu: jumlah produksi gambir Sumatera Barat, nilai tukar rupiah (kurs), harga gambir
Sumatera Barat ditingkat petani, dan volume ekspor gambir triwulan sebelumnya. Model
yang digunakan untuk menguji ini adalah regresi linier berganda, analisa data
menggunakan uji ekonometrika dengan metode Ordinary Least Square (OLS).
Dari hasil wawancara diketahui bahwa prosedur ekspor gambir Sumatera Barat
menggunakan kondisi penjualan Free On Board (FOB). Dan melalui pengujian secara
statistik diketahui bahwa volume ekspor gambir Sumatera Barat dipengaruhi oleh jumlah
produksi gambir Sumatera Barat, dan volume ekspor gambir triwulan sebelumnya.
Disarankan kepada eksportir untuk dapat memberikan insentif seperti menaikkan harga
jual gambir di tingkat produsen untuk meningkatkan produktivitas gambir sehingga
volume ekspor gambir juga dapat ditingkatkan.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam dunia modern sekarang, suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh
kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang
sangat cepat, pembagian kerja menjadi semakin mantap, sehingga perkembangan spesialisasi
menjadi pesat. Sebagai akibatnya semakin meningkat pula produksi barang–barang dan jasa–
jasa yang dibutuhkan untuk memuaskan kebutuhan kita. Perkembangan spesialisasi berarti
pula perkembangan perdagangan. Karena tidak semua sumberdaya yang digunakan untuk
menghasilkan barang–barang dapat diperoleh di dalam negeri, perdagangan antar negara pun
meningkat dengan cepat. Dengan demikian perdagangan antar
negara memungkinan
terjadinya ; (a) tukar–menukar barang–barang dan jasa–jasa, (b) pergerakan sumberdaya
melalui batas–batas negara, dan (c) pertukaran dan perluasan penggunaan teknologi sehingga
dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi negara–negara yang terlibat di dalamnya
(Soelistyo, 2000).
Hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi dalam waktu belakangan ini sudah
menjadi perhatian berbagai kalangan. Perdagangan internasional khususnya ekspor diyakini
sebagai lokomotif penggerak dalam pertumbuhan ekonomi. Ekspor merupakan agregat
output yang sangat dominan dalam perdagangan internasional. Suatu negara tanpa adanya
jalinan kerjasama dengan negara lain akan sulit untuk memenuhi kebutuhannya sendiri
(Wulandari, 2006).
Di negara–negara yang kaya dengan sumberdaya alam (SDA), ekspor SDA seperti
komoditas pertanian dan pertambangan sering kali lebih penting daripada ekspor produk–
produk pabrik (manufacture). Sebagai negara yang kaya akan SDA dan tenaga kerja dalam
jumlah banyak, Indonesia memiliki keunggulan komparatif, oleh karena itu sebaiknya
Indonesia mengkhususkan diri terhadap produk barang–barang ekspor yang sumberdaya
produksi utamanya adalah tenaga kerja dan SDA. Pola perdagangan luar negeri Indonesia
dengan negara–negara berkembang lebih didominasi oleh komoditas pertanian dan
pertambangan (Tambunan, 2000).
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian
terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian
dan pembangunan nasional. Pembangunan ekonomi mensyaratkan bahwa kesejahteraan
penduduk harus meningkat dan salah satu ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut
adalah adanya pertumbuhan ekonomi (Abdul, 2002).
Pada tahun 1983, Indonesia telah menggalakkan ekspor sebagai fokus utama dalam
memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi dari
penekanan pada industri substitusi impor ke industri promosi ekspor. Ekspor memiliki peran
yang penting dalam masa mendatang, apalagi dengan adanya perundingan–perundingan
World Trade Organitation (WTO) menuju perdagangan internasional tanpa hambatan (Basri,
2002). Sejak tahun 1987 ekspor Indonesia mulai didominasi oleh komoditi non migas dimana
pada tahun–tahun sebelumnya masih didominasi oleh ekspor migas. Pada tahun 1997 nilai
ekspor migas sedikit menurun, hal ini dikaitkan dengan krisis moneter yang melanda
Indonesia sejak pertengahan tahun 1997. Kondisi ini tidak berlansung lama, pada tahun 2000
terjadi peningkatan ekspor yang pesat baik untuk sektor migas dan non migas (Badan Pusat
Statistik, 2009).
Pergeseran dari ekspor sektor migas menjadi sektor non migas merubah pola struktur
ekspor Indonesia dimana ekspor non migas dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal
ini juga berlaku di Sumatera Barat, dimana ekspor non migas mengalami peningkatan selama
lima tahun terakhir ( Lampiran 5).
Salah satu ekspor non migas di bidang pertanian adalah gambir yang merupakan hasil
ekstraksi daun dan ranting tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb). Peranan gambir terhadap
ekspor nasional tidak dapat dianggap kecil mengingat Indonesia merupakan produsen gambir
terbesar di dunia dengan produksi sekitar 15.480,00 ton (80%) pada tahun 2009 jauh di atas
India yang berproduksi sekitar 1.935,00 ton, diikuti oleh Bangladesh sekitar 967,50 ton,
Pakistan sekitar 580,50 ton dan negara-negara lainnya sekitar 387,00 ton (lampiran 1). Selain
itu, gambir Sumatera Barat juga didukung oleh luas lahan mencapai 28.335 hektar pada tahun
2009 (Lampiran 2).
1.2 Perumusan Masalah
Karakteristik perekonomian Sumatera Barat masih didominasi oleh sektor
pertanian, karena sektor lain masih belum mampu menggantikan peran sektor pertanian
sebagai sumber mata pencaharian utama penduduk. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2009
terdapat 18 jenis komoditi ekspor pertanian yaitu CPO, karet, kayu manis, produk kelapa,
coklat, produk minyak atsiri, gambir, biji pinang, sarang burung layang, gardamon, kopi,
komoditi umum, bungkil kopra, hasil laut, cengkeh, aneka produk jadi, abu pala dan
buah–buahan. Gambir merupakan salah satu komoditi utama yang nilai ekspornya untuk
saat ini menduduki peringkat tujuh terbesar di Sumatera Barat (Lampiran 4).
Produksi gambir Indonesia sebagian besar berasal dari Sumatera Barat dan sebagian
kecilnya lagi berasal dari luar Sumatera Barat seperti Bengkulu, Sumatera Selatan dan
Sumatera Utara. Pada tahun 2009, Produksi gambir Indonesia sekitar 13.932 ton atau
90%nya disumbangkan oleh Sumatera Barat. Ini berarti gambir Sumatera Barat memiliki
peluang yang besar untuk terus ditingkatkan dan dikembangkan dalam memenuhi
kebutuhan pasar dunia yang terus mengalami peningkatan (Sa’id, 2009).
Data menunjukkan sejak tahun 2006-2009 volume ekspor gambir Sumatera Barat
mengalami peningkatan dengan rata-rata 33% (Lampiran 6). Selain itu juga dapat dilihat
dari volume ekspor gambir Sumatera Barat ke negara konsumen seperti India sebagai
importir terbesar diikuti Bangladesh, Pakistan, China dan Ukraina (Lampiran 7) dan
produksi gambir yang mengalami peningkatan setiap tahunnya serta adanya potensi lahan
yang mendukung (Lampiran 2). Kondisi tersebut diharapkan mampu memberikan
peluang yang besar bagi ekportir Sumatera Barat untuk meningkatkan volume ekspornya,
dimana Sumatera Barat merupakan daerah penghasil gambir utama serta menguasai pasar
terbesar luar negeri. Di Sumatera Barat terdapat beberapa perusahaan eksportir gambir,
diantaranya CV. Rasdi & Co, CV. Sutraco, Mustika Baru, PD. Sari Gambir dan lain - lain
(Lampiran 8). Perusahaan–perusahaan ini mempunyai peran yang sangat penting dalam
menambah devisa dan meningkatkan perekonomian bagi daerah Sumatera Barat.
Meningkatnya ekspor gambir Sumatera Barat memberikan dampak yang positif
terhadap perkembangan nilai ekspornya. Besarnya volume ekspor gambir Sumatera Barat
saat ini masih mengalami fluktuatif. Hal ini terlihat pada tabel data realisasi ekspor
gambir Sumatera Barat tahun 2000–2009. Selain itu, produksi gambir yang jauh lebih
besar dibandingkan dengan volume ekspornya memberikan peluang yang besar bahwa
komoditi ini berpotensi untuk dikembangkan. Menurut Ketua Asosiasi Ekspor Gambir
Indonesia (AKGI) cabang Sumatera Barat (2010), volume ekspor gambir Sumatera Barat
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : (1) jumlah produksi gambir, (2) volume ekspor
gambir triwulan sebelumnya, (3) harga gambir Sumatera Barat, (4) nilai tukar rupiah.
Dari uraian di atas terlihat bahwa adanya faktor–faktor yang mempengaruhi ekspor
gambir Sumatera Barat. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya volume ekspor gambir Sumatera
Barat ke pasar luar negeri.
Dari latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka
pertanyaan pokok penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mekanisme ekspor gambir Sumatera Barat?
2. Faktor–faktor apakah yang mempengaruhi volume ekspor gambir Sumatera Barat?
Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut maka penulis merasa perlu untuk
melakukan penelitian mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi volume
ekspor gambir Sumatera Barat ke pasar luar negeri dengan judul penelitian “Analisis
Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Volume Ekspor Gambir Sumatera Barat”.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka
tujuan penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan mekanisme ekspor gambir Sumatera Barat.
2. Menganalisa faktor–faktor yang mempengaruhi volume ekspor gambir Sumatera
Barat.
1.4 Manfaat Penelitian
Sangat diharapkan bahwa penelitian ini akan memberikan manfaat yang besar baik bagi
penulis, pemerintah maupun eksportir. Penulis berharap dengan adanya penelitian ini akan
memberikan masukan dan informasi bagi pemerintah dalam membuat kebijakan yang
berhubungan dengan ekspor. Seterusnya penulis juga berharap penelitian ini dapat
memberikan informasi bagi pengusaha yang telah dan akan bergerak dalam bidang ekspor
terutama ekspor gambir khususnya di Sumatera Barat.
Selain itu, penulis juga berharap penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran dan
menumbuhkan motivasi bagi peneliti-peneliti berikutnya untuk kemajuan ilmu pengetahuan
dan ekspor gambir di Sumatera Barat.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang mekanisme ekspor dan faktor-faktor yang
mempengaruhi volume ekspor gambir Sumatera Barat maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1.
Mekanisme ekspor gambir Sumatera Barat menggunakan kondisi penjualan FOB.
Kondisi ini memberikan kemudahan buat eksportir gambir Sumatera Barat karena
eksportir tidak bertanggung jawab terhadap biaya pengiriman barang dan biaya asuransi
barang. Adapun mekanisme ekspornya, adalah sebagai berikut : Eksportir (CV Rasdi &
Co) melakukan penjajakan pasar dengan cara berkorespondensi dengan pihak importir
melalui email, fax, maupun telepon untuk melakukan penawaran, importir menanggapi
eksportir dan memberikan balasan melalui fax mengenai spesifikasi produk yang
diinginkan. Setelah itu eksportir membuat kontrak penjualan (sales contract), dan
importir menerbitkan LC melalui bank koresponden di negaranya, yang dikirimkan ke
bank koresponden eksportir untuk diteruskan kepada eksportir. Selanjutnya, eksportir
menyiapkan gambir sesuai dengan yang disyaratkan di L/C, dan mendaftarkan
Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB). Kemudian, gambir yang telah disegel dikirimkan
ke pelabuhan, dan dimuat ke kapal yang telah dipesan oleh importir. Setelah itu,
eksportir baru bisa mencairkan L/C ke bank koresponden eksportir dengan syarat–syarat
dokumen yang harus dipenuhi.
2. Jumlah produksi gambir Sumatera Barat dan volume ekspor gambir triwulan sebelumnya
berpengaruh nyata (signifikan) terhadap volume ekspor gambir Sumatera Barat.
5.2
Saran
Disarankan kepada eksportir untuk dapat memberikan insentif seperti menaikkan
harga jual gambir di tingkat produsen untuk meningkatkan produktivitas gambir sehingga
volume ekspor gambir juga dapat ditingkatkan. Dan kepada pemerintah daerah Provinsi
Sumatera Barat untuk dapat memperpendek jalur legalisasi dan mengurangi dokumendokumen yang berhubungan dengan mekanisme ekspor barang ke luar negeri sehingga
mekanisme ekspor lebih efisien baik dalam segi waktu, tenaga maupun biaya.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Robi. 2010. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Kopi
Sumatera Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian Unand. Padang.
Amir, M.S. 2000. Seluk Beluk dan Teknik Perdagangan Luar Negeri. Ed. Revisi,Cet. 9.
Penerbit PPM. Jakarta.
Asosiasi Eksportir Gambir (AKGI) cabang Padang. 2009. Daftar Perusahaan Eksportir
Gambir. AKGI. Padang.
Asosiasi Eksportir Gambir (AKGI) cabang Padang. 2009. Data Produksi Gambir Negara
Produsen Utama. AKGI. Padang.
Asosiasi Eksportir Gambir (AKGI) cabang Padang. 2009. Data Realisasi Ekspor Gambir
Sumatera Barat. AKGI. Padang.
Badan Pusat Statistik. 2009. Ekspor Non Migas Berdasarkan Propinsi. BPS. Padang.
Basri, Faisal H. 2002. Perekonomian Indonesia : Tantangan dan Harapan Bagi
Kebangkitan Ekonomi Indonesia, Jakarta : Erlangga.
Bestari, Resmi. 2010. Analisi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor CPO
Sumatera Barat ke Belanda. Skripsi. Fakultas Pertanian Unand. Padang.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Barat. 2009. Data Ekspor Non Migas.
DISPERINDAG. Padang.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Barat. 2009. Data Perkembangan Ekspor
Komoditi Pertanian Perkebunaan Sumatera Barat. DISPERINDAG. Padang.
-------------, 2009. Data Realisasi Nilai Ekspor Sumatera Barat Menurut Komoditi Utama.
DISPERINDAG. Padang
--------------, 2009. Indag Sumbar
DISPERINDAG. Padang.
Dalam
Angka.
(berbagi
tahun
Penerbitan).
Dinas Perkebunan Sumatera Barat. 2009. Data Luas Areal Tanaman Gambir Sumatera
Barat. Dinas Perkebunan. Padang.
Dinas Perkebunan Sumatera Barat. 2009. Data Luas Areal Tanaman Gambir per
kota/kabupaten Sumatera Barat. Dinas Perkebunan. Padang.
Dinas Perkebunan Sumatera Barat. 2009. Produksi Gambir Sumatera Barat. Dinas
Perkebunan. Padang.
Firdaus, Muhammad. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Bumi Aksara.
Jakarta.
Hady, Dr. Hamdy. 2001. Ekonomi Internasional : Teori dan Kebijakan Perdagangan
Internasional. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Hakim, Abdul, 2002. Ekonomi Pembangunan. Edisi Pertama. Ekonisia. Jogjakarta.
Halwani, R. Hendra. 2002. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi. Ghalia
Indonesia. Jakarta.
Lipsey, G. R. 1995. Pengantar Mikro Ekonomi. Jilid I. Binarupa Aksara, Jakarta.
Mahardikawati. 2003. Analisis Ekspor Crude Palm Oil (CPO). Skripsi. Unand. Padang.
Nachrowi dan Hardius. 2005. Penggunaan Teknik Ekonometrika. Edisi Revisi. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Nopirin. 1991. Ekonomi Internasional. Edisi Kedua. BPFE. Yogyakarta.
Sa’id, E. Gumbira dkk. 2009. Agroindustri dan Bisnis Gambir Indonesia. IPB Press. Bogor.
Santoso, Singgih. 2009. Panduan Lengkap Menguasai Statistik Dengan SPSS 12. PT. Elex
Media Komputindo. Jakarta.
Soelistyo. 2000. Teori Perdagangan Internasional. Yogyakarta.
Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar. Ed. 3. Cet. 16. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Tambunan, Tulus. 2000. Perdagangan Internasional dan Neraca Perdagangan. LP3ES.
Jakarta.
Wulandari, Ajeng.2006. Analisa Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Karet dari
Indonesia ke Amerika Kurun Waktu 1980 – 2003. Skripsi. UII. Yogyakarta.
Download