A Gideline for Camera-Ready Papers of

advertisement
Jurnal Magister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
ISSN 2302-0164
pp. 68- 78
11 Pages
PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN
INSTITUSIONAL, ARUS KAS BEBAS, DAN LEVERAGE
KEUANGAN TERHADAP PEMBAYARAN DIVIDEN TUNAI
PADA SAHAM-SAHAM BLUE CHIP (LQ 45)
PADA BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2013
Doni Kasmon1, Hasan Basri2, M. Shabri Abd. Majid3
1) Magister
2,3) Staff
Pendidikan Bahasa Inggris Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Pengajar Magister Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Abstract : Dividend can reduce conflict of interest between stockholders and managers (agent).
However, before dividends are distributed, there are many factors to consider because it’s related to
future survival of a company. Moreover, dividend distribution is also influenced by many things,
including distribution of shareholding, free cash flow and percentage of debt to working capital.
Therefore, the purpose of writing this article was to discuss the influence of managerial ownership,
institutional ownership, free cash flow, and financial leverage on cash dividend payment. The samples
in this study were collected using purposive sampling technique, based on established criterion. The
criterion was the company successfully enter list of companies announced by Indonesian Stock
Exchange (IDX) to be in stock category LQ 45 five years in a row. From the criterion, 110 samples
from 22 companies in 2009-2013 period were collected. The result of this study showed independent
variables which consisted of managerial ownership, institutional ownership, free cash flow, and
financial leverage were simultaneously proven to have significant influence on cash dividend payment.
In partial test, managerial ownership and free cash flow were proven to have insignificant influence on
cash dividend payment, while institutional ownership and financial leverage were proven to have
negative significant influence on cash dividend payment.
Keywords: Managerial Ownership, Institutional Ownership, Free Cash Flow, Financial Leverage,
Cash Dividend
Abstrak : Dividen dapat mengurangi konflik kepentingan antara pemegang saham (principal) dengaan manajer
(agent), namun sebelum dividen tersebut dibagikan, banyak faktor yang harus diperhatikan, karena menyangkut
keberlangsungan perusahaan di masa yang akan datang. Disamping itu dalam hal pembagian dividen, juga
dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya distribusi kepemilikan saham, adanya arus kas bebas dan persentase
utang dengan modal perusahaan. Oleh karena itu, tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mendiskusikan
pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, arus kas bebas, dan leverage keuangan terhadap
pembayaran dividen tunai. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling,
berdasarkan kriteria yang dibuat. Kriteria tersebut adalah perusahaan yang berhasil selama lima tahun berturutturtut masuk dalam daftar perusahaan yang selalau diumumkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) masuk dalam
saham perusahaan kategori LQ 45. Dari kriteria yang dibuat tersebut diperoleh 110 sampel dari 22 perusahaan,
selama kurun waktu 2009-2013. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama semua variabel
bebas yang terdiri dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, arus kas bebas, dan leverage keuangan
terbukti memiliki pengaruh secara signifikan terhadap pembayaran dividen tunai. Ketika dilakukan uji secara
parsial, kepemilikan manajerial dan arus kas bebas, tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap
pembayaran dividen tunai, sementara kepemilikan institusionaldan leverage keuangan terbukti berpengaruh
negatif secara signifikan terhadap pembayaran dividen tunai.
Kata Kunci: Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Arus Kas Bebas, Leverage
Keuangan, Dividen Tunai.
PENDAHULUAN
dikenal dengan istilah
teori keagenan (agency
Antara pemilik modal dengan pengelola
theory). Untuk mengurangi gesekan tersebut, dapat
perusahaan sering terjadi gesekan kepentingan yang
dilakukan dengan pemberian dividen yang tinggi
Volume 5, No. 1, Februari 2016
- 68
Jurnal Magister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
kepada para pemegang saham tersebut (Jansen dan
2013 hanya 241 perusahaan dari 507 perusahaan
Meckling, 1976). Namun dalam perkembangan
yang tercatat pada BEI. Namun tren penurunan
dunia usaha, tidak selamanya dividen bisa
dividen ini tidak demikian halnya dengan saham
memberikan harapan kepada para investor, ada
yang masuk dalam Indek LQ 45. Saham-saham
kalanya dividen yang dibagikan mengalami
tersebut antara lain saham PT. Telkom, Antam,
penurunan, atau bahkan tidak dibagikan sama
Unilever dan saham dalam Indek LQ 45 lainnya.
sekali.
Ferrish
(2009),
menemukan
bahwa,
Tujuan
artikel
ini
adalah
untuk
pemangkasan dividen menjadi tren di Amerika, hal
mendiskusikan pengaruh kepemilikan saham oleh
ini disebabkan oleh banyaknya perusahaan-
manajer, kepemilikan saham oleh institusional, arus
perusahaan yang mendapatkan tekanan dari
kas bebas, dan leverage keuangan terhadap
pemerintah
pembayaran dividen tunai. Bagian kedua memuat
pengeluaran,
untuk
memangkas
terutama
pengeluaran-
perusahaan
yang
landasan
teoritis.
Kemudian,
bagian
ketiga
mendapatkan bailout atau dana talangan dari
membahas metodelogi yang digunakan. Seterusnya,
pemerintah. Pernyataan tersebut diperkuat oleh
bagian
temuan J.P Morgan dalam laporan yang berjudul
pembahasan. Pada bagian terakhir artikel akan
Dividends: The 2011 Guide to Dividend Policy and
ditarik beberapa kesimpulan.
keempat
berisi
hasil
temuan
dan
Best Practice, yang dikeluarkan pada tahun 2011,
mengemukakan bahwa, dari tahun 2004-2010
terjadi penurunan pembayaran dividen pada
perusahaan-perusahaan
top
dunia.
Penyebab
penurunan ini adalah, adanya resesi ekonomi dan
ekpansi yang dilakukan oleh perusahaan, selain itu
ada faktor ketidakpastian perekonomian, tingkat
bunga yang dikenakan kepada pendapatan dividen,
Tren penurunan dividen juga terjadi di Indonesia,
dalam kurun waktu 2011-2013, hanya 50% dari
total perusahaan yang terdaftar di BEI, mampu
membayarkan dividen kepada para pemegang
saham. Berdasarkan laporan Kustodian Sentral Efek
(KSEI)
yang
dikutip
dari
(www.ksei.co.id), pada tahun 2011 tercatat 231
perusahaan yang membayar dividen dari 441
perusahaan, kemudian tahun 2012 tercatat 218
perusahaan dari 457 perusahaan, dan untuk tahun
69 -
Miller dan Modigliani (1961), dalam
Brigham
dan
mengemukakan
Volume 5, No. 1, Februari 2016
Houston,
terdapat
tiga
(2011:211)
teori
yang
berhubungan dengan kebijakan dividen, yaitu
“teori ketidakrelevanan dividen, teori bird-inthe-hand, dan teori preferensi pajak”. Teori
ketidakrelevanan
dan ketidakpastian regulasi.
Indonesia
KAJIAN KEPUSTAKAAN
dividen
mengungkapkan
bahwa perusahaan itu memiliki nilai, sematamata ditentukan oleh laba dan risiko bisnisnya,
bukan karena besarnya dividen yang dibagikan.
Teori bird-in-the-hand merupakan pandangan
yang menyebutkan investor akan lebih memilih
menanamkan kembali dividen dalam saham
pada perusahaan yang membagikan dividen
atau pada perusahaan lain. Dan yang terakhir
teori preferensi pajak merupakan teori yang
intinya tidak menyukai pembagian dividen
Jurnal Magister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
secara tunai, dengan alasan, bahwa dividen
bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh
tunai akan dikenakan pajak yang lebih tinggi
terhadap pembayaran dividen tunai.
dibanding dengan dividen saham.
Variabel kedua yang dipilih adalah
Jensen dan Meckling (1976), melihat
kepemilikan institusional. Menurut Brigham
dividen merupakan sumber konflik antara
dan Houston (2001), kepemilikan institusional
pemegang saham dengan manajer perusahaan,
merupakan kepemilikan investasi saham, yang
berupa
yang
dimiliki oleh institusi lain, seperti perusahaan
menimbulkan biaya agensi. Biaya ini timbul
dana pensiun, reksadana, dan lain-lain dalam
sebagai akibat dari adanya biaya pengawasan
jumlah
terhadap
diungkapkan
tarik
menarik
manajer
kepentingan
yang
menjalankan
yang
besar.
oleh
Pendapat
Madura
lainya
(2006)
yang
perusahaan. Untuk mengurangi konflik tersebut
menyebutkan kepemilikan institusional adalah
bisa
meningkatkan
kepemilikan yang dimiliki oleh lembaga atau
kepemilikan saham oleh manajer perusahaan,
institusi lain yang biasanya memiliki nilai
maupun
subtansial,
dilakukan
dengan
kepemilikan
Kepemilikan
institusional.
manajerial
sehingga
dapat
meminta
akan
pertanggungjawaban dan kontrol dari manajer
seorang
perusahaan, agar dapat melakukan keputusan
manajer, dimana dia akan bertindak sebagai
dengan tepat, sehingga dapat menyenangkan
seorang manajer, sekaligus sebagai pemilik
bagi pemegang saham.
menimbulkan
oleh
dari
peran
ganda
dari
perusahaan (Chritiawan dan Tarigan, 2007).
Cruthley
mengungkapkan
dan
Hansen
peningkatan
Pengertian
lainnya
mengenai
(1989),
kepemilikan institusional disampaikan oleh
dividen
Gitman,
(2009:17)
yang
menyebutkan
diharapkan dapat mengurangi biaya keagenan.
kepemilikan insititusional sebagai “kepemilikan
Hal ini disebabkan dividen yang sangat besar
saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi
menyebabkan rasio laba ditahan akan kecil,
atau lembaga profesional yang dibayar untuk
sehingga perusahaan membutuhkan tambahan
mengelola keuangan orang lain, dan institusi ini
dana dari sumber eksternal, seperti oleh bursa
memegang
dan penyedia dana baru. Beberapa penelitian
dalam jumlah yang besar”. Lebih lanjut Tarjo
terdahulu menemukan kepemilikan manajerial
dan
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kepemilikan
pembayaran dividen tunai, temuan tersebut
kepemilikan saham perusahaan oleh lembaga
diantaranya didapatkan oleh Hatta (2002),
seperti
Andriyani (2008), dan Ipaktri (2012). Temuan
perusahaan
yang berbeda didapatkan oleh Jensen
et al.
kepemilikan institusional ini akan mendorong
(1992), Mahadwarta dan Jogiyanto (2002), dan
manajer untuk bertindak lebih hati-hati dan
Ahmed dan javid yang mendapatkan temuan
mengambil keputusan yang tepat, sehingga bisa
dan
Jogiyanto
memperdagangkan
saham
(20038:2)
menyebutkan,
institusional
merupakan
perusahaan
asuransi,
investasi”.
bank,
Dengan
Volume 5, No. 1, Februari 2016
dan
adanya
- 70
Jurnal Magister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
mengamankan kepentingan pemegang saham
tinggi
FCF
maka
(Madura, 2006).
pembayaran deviden.
semakin
tinggi
rasio
Beberapa penelitian terdahulu mengenai
Pengaruh positif antara arus kas bebas
kepemilikan institusional pernah dilakukan oleh
dengan pembayaran dividen tunai diungkapkan
Kumar (2004), Heti (2011), Lucyanda dan
oleh Ridha dan Arfan (2011), serta Luchyanda
Lilyana (2012), hasil dari ketiga peneliti
dan Lilyana (2012). Namun temuan yang
tersebut mengungkapkan terdapat hubungan
berbeda didapatkan oleh Hatta (2002) yang
yang negatif antara kepemilikan institusional
meneliti
terhadap pembayaran dividen tunai, semakin
mempengaruhi
tinggi kepemilikan institusional, maka akan
perusahaan kelompok manufaktur di Bursa
semkin kecil dividen yang akan dibayarkan
Efek Indonesia periode 1993-1996 dengan
kepada pemegang saham perusahaan.
melibatkan 146 perusahaan. Dalam penelitian
Variabel berikutnya yang diteliti dalam
tersebut
faktor-faktor
kebijakan
Hatta
faktor
yang
dividen
untuk
menemukan
tidak
adanya
kaitannya dengan pembayaran dividen tunai
pengaruh arus kas bebas terhadap pembayara
adalah arus kas bebas. Arus kas bebas
dividen tunai. Temuan ini juga didukung oleh
dipandang
temuan yang didapatkan oleh Ipaktri (2012).
sebagai
faktor
lain
penyebab
timbulnya konflik antara pemegang saham
Variabel terakhir yang dibahas dalam
dengan manajer perusahaan. Arus kas bebas
penelitian ini adalah leverage keuangan. Sesuai
sebagai aliran kas dimana kelebihan pendanaan
dengan pandangan dari Modiglini dan Miller
dibutuhkan
yang
(1961), bahwa suatu perusahaan itu akan
mempunyai net present value yang positif
cenderung dinilai dari besarnya laba dan
setelah
tersebut
meminimalkan risiko bisnisnya, oleh karena itu
didiskontokan pada cost of capital-nya (Jensen,
manajer perusahaan akan cenderung untuk
1986). Arus kas bebas atau Free cash flow
meningkatkan
(FCF) secara sederhana dapat diterjemahkan
besarnya. Jika dividen tahun sebelumnya tidak
sebagai kas yang menganggur, yaitu sisa kas
mencukupi
setelah digunakan untuk berbagai keperluan
menciptakan
proyek yang telah direncanakan perusahaan,
menggunakan
seperti: melunasi hutang, membayar deviden,
pembiayaan (Keown et al., 2000). Perusahaan
melakukan investasi, dan lainlain. Dengan
yang leverage operasi atau keuangannya tinggi
demikian tingkat FCF yang relatif rendah akan
akan
mengurangi
pernyataannya ini sesuai dengan pandangan,
untuk
semua
keseluruhan
proyek
proyek
biaya agen sehingga kebutuhan
laba
perusahaan
sebagai
sumber
laba,
maka
utang
memberikan
manajer
akan
alternatif
yang
berisiko
rendah,
bahwa
menjadi berkurang. Oleh karena itu semakin
membayar dividennya rendah, dengan maksud
Volume 5, No. 1, Februari 2016
yang
untuk
dari deviden untuk membayar biaya agen
71 -
perusahaan
dana
sebagai
dividen
sebesar-
akan
Jurnal Magister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
untuk
mengurangi
ketergantungan
akan
pendanaan secara eksternal. (Rozeff, 1982).
METODE PENELITIAN
Data
Penelitian
Banyak sekali penelitian terdahulu yang
mengugkapkan pengaruh leverage keuangan
terhadap dividen tunai. Seperti yang dilakukan
oleh Jensen et al. (2002), Prihantoro (2003),
Sunarto (2004), Amidu dan Abor (2006),
Andriyani (2008), dan Ahmed dan Javid
(2009). Hampir semua temuan dalam penelitian
tersebut menemukan adanya hubungan negatif
leverage
keuangan
dengan
dividen
tunai
perusahaan, temuan yang sedikit berbeda
didapatkan oleh Sunarto yang mengungkapkan
tidak kuatnya pengaruh leverage keuangan
terhadap pembayaran dividen tunai.
Berdasarkan landasan teori dan temuan
oleh peneliti terdahulu, maka hipotesis dalam
Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional, Arus Kas Bebas, dan Leverage
Keuangan berpengaruh secara bersama-sama
terhadap Dividen Tunai pada saham LQ 45
Manajerial
berpengaruh
terhadap Dividen Tunai pada saham LQ 45
kuantitaif untuk menguji hipotesis penelitian
yang telah disebutkan sebelumnya Data diambil
dengan
Kepemilikan Institusional berpengaruh
terhadap Dividen Tunai pada saham LQ 45
Arus Kas Bebas berpengaruh terhadap
Dividen Tunai pada saham LQ 45 di BEI
5.
Leverage
Keuangan
berpengaruh
terhadap Dividen Tunai pada saham LQ 45
di BEI.
teknik
purposive
perusahaan yang masuk dalam kategori Indek
LQ 45 dari tahun 2009-2013, yang mampu
bertahan secara lima tahun berturut-turut dalam
kategori Indek LQ 45 yang dikeluarkan oleh
Bursa Efek Indonesia (BEI). Data diunduh
langsung dari website BEI (www.idx.co.id) dan
dengan
mengunjungi
masing-masing.
website
perusahaan
hasil
pengamatan
Dari
didapatkan 77 populasi, dari 77 populasi
tersebut,
didapatkan
22
perusahaan
yang
menggunakan periode waktu selama 5 tahun.
Dari 22 perusahaan selama 5 lima tahun,
didapatkan data sebanyak 110 perusahaan.
Karena data penelitian ini terdiri dari banyak
satu tahun, maka data dalam penelitian ini
disebut dengan data panel.
Dalam penelitian ini yang dijadikan
sebagai variabel dependen adalah pembayaran
dividen tunai yang dihitung dengan dividen per
lembar saham, yakni total dividen dibagi
di BEI
4.
menggunakan
sampling, syaratnya adalah data dari semua
di BEI ada perusahaan manufaktur di BEI.
3.
data
perusahaan dan periode waktu yang lebih dari
di BEI
2. Kepemilikan
menggunakan
memenuhi syarat. Disamping itu, penelitian ini
penelitian ini adalah:
1.
ini
dengan total saham. Untuk variabel independen
melibatkan empat variabel, yakni kepemilikan
manajerial
yang
persentase
kepemilikan
dengan
total
diukur
saham.
dengan
besarnya
manajerial
dibagi
Variabel
kedua,
kepemilikan institusional yang dihitung dengan
Volume 5, No. 1, Februari 2016
- 72
Jurnal Magister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
persentase
kepemilikan
manajerial
dibagi
dengan total saham perusahaan. Variabel ketiga
adalah arus kas bebas, dihitung dengan arus kas
operasi
dikurang
dengan
belanja
Hipotesis nol dari restricted F test adalah
sebagai berikut:
modal
kemudian dikurang lagi dengan modal kerja
bersih perusahaan.
K adalah Jumlah variabel bebas
Dan yang terakhir untuk
H0 = model Pooled Least Square (restricted)
H1 = model Fixed Effects (unrestricted)
Kriteria pengujian hipotesis adalah Jika
menghitung leverage keuangan dihitung dengan
hasil nilai Fhitung>Ftabel pada tingkat keyakinan α
total utang dibagi dengan total modal.
tertentu, maka H0 ditolak, H1 diterima, artinya
model Fixed Effects digunakan untuk teknik
Metode Analisis
Untuk
melakukan
analisis
regresi
berganda, terlebih dahulu dilakukan pemilihan
model.
Untuk
data
pool
terdapat
estimasi.

tiga
pendekatan moel yakni Pooled Least Square
(PLS), Fixed Effects Model (FEM), dan
Random Effects Model (REM). Mengenai
model mana yang akan digunakan dalam
melakukan regresi, dilakukan Uji Chow, Uji
Uji Hausman
Menurut Nachrowi dan usman (2006),
Hausman Test digunakan untuk menentukan
model antara pendekatan Fixed Effects Model
(FEM) dan Random Effects Model (REM).
Rumus untuk mendapatkan nilai Uji Hausman
adalah sebagai berikut:
Hausman, dan Uji Lagrange Multiplier (LM).
m    b M 0  M 1    b  X 2 K 
'
Gujarati (2003)

dimana:
Uji Chow
β adalah vector untuk statistik variabel
Menurut Widarjono, (2009), F Restricted
fixed effects
Test atau Uji Chow merupakan pengujian untuk
b adalah vector untuk statistik variabel
menentukan pendekatan antara PLS dan FEM.
random effects
Rumus untuk mendapatkan nilai F statistik
M0 adalah matrik kovarian untuk dugaan
seperti yang dirumuskan oleh Chow adalah
FEM
sebagai berikut:
F 
1
M1 adalah matrik kovarian untuk dugaan
RRSS  URSS  / N  1
URSS  / NT  N  K 
REM
Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai
dimana:
berikut:
URSS adalah Sum Residual Square (PLS)
Jika X2hitung > X2tabel, dan p-value signifikan,
RRSS adalah Sum Residual Square (FEM)
maka H0 ditolak dan model FEM tepat untuk
N adalah Jumlah data cross section
T adalah Jumlah data times series
73 -
Volume 5, No. 1, Februari 2016
digunakan

Uji Lagrange Multiplier (LM)
Jurnal Magister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Rumus untuk mendapatkan nilai Uji
Lagrange Multiplier adalah sebagai berikut:
HASIL PEMBAHASAN
Pemilihan Model
Tabel 1. Hasil Uji Chow



 n

2
(
T
e
)

it
 i 1

nT
LM 

1
 n T

2
2(T 
1) 
n = jumlah
perusahaan

  eit
i

1
t

1




T = jumlah periode
2
Effects Test
Dimana:
Cross-section F
Cross-Section Chi-square
∑
= Jumlah rata-rata kuadrat residual
∑
= Jumlah rata-rata kuadrat residual
Berdasarkan tabel Uji Chow pada tabel di
Hipotesis dari Uji LM adalah:
atas, dapat dilihat bahwa Prob. = 0,000 atau
H0 : Commond Effects (PLS)
kurang dari 0,10, sehingga model regresi yang
H1 : Random Effects (REM)
harus kita pakai adalah model Fixed Effects
Dengan kriteria pengujian hipotesis, Jika
χ2hitung ≥ χ2tabel dan p-value signifikan, maka H0
ditolak, artinya model REM lebih tepat
digunakan. Uji LM dilakukan apabila hasil
Model (FEM).
Tabel 2. Hasil Uji Hausman
Effects Test
Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
Cross-Section Random
7,981
4
0,092
Uji Chow menunjukan model yang berbeda
dengan hasil Uji Hausman, jika kedua hasil
Uji
Statistic d.f. Prob
36,058 (21.84) 0,000
253,444 21 0,000
Chow
dan
Uji
Hausman
sudah
menunjukkan hasil yang sama, maka uji LM
tidak diperlukan lagi (Gujarati, 2003).
Nilai Probabilitas Uji Hausman adalah
0,092 atau lebih kecil dari 0,10. Berdasarkan
hasil Uji Hausman di atas maka untuk regresi
data
menggunakan
Fixed
Effects
Model.
Dengan diporolehnya hasil Uji Chow dan Uji
Setelah pemodelan mana yang akan
dipilih, maka dilakukan regresi dengan model
sebagai berikut:
Hausman, yang menunjukkan hasil yang sama,
yakni menggunakan sama-sama menunjukkan
Fixed Effects Model (FEM), maka tidak
diperlukan lagi uji Lagrange Multiplier (LM).
Dimana: Yit = Dividen Saham perusahaan i
dalam waktu t, X1it = Kepemilikan Manajerial
perusahaan
i
dalam
waktu
t,
X2it=
Kepemilikan Institusional perusahaan i dalam
waktu t, X3i t = Leverage Keuangan perusahaan
i dalam waktu t, X4it = Arus Kas Bebas
perusahaan i dalam waktu t, β0 = Konstanta β1
– β3 = Koefisien regresi (slope), εit
Hasil Uji Regresi
Berdasarkan hasil Uji Chow dan Uji
Hausman, maka model regresi untuk melihat
hasil pengujian hipotesis menggunakan model
Fixed Effects Model (FEM). Hasil pengujian
hipotesis dengan menggunakan regresi logistik
dapat dilihat pada tebel berikut ini:
= Error
perusahaan i dalam waktu t
Volume 5, No. 1, Februari 2016
- 74
Jurnal Magister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Dilihat
Tabel 3. Fixed Effects Model
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
16.1294
6.1103
2.6397
0.0099
X1?
0.0120
0.6928
0.0173
0.9862
X2?
-1.8629
1.0644
-1.7501
0.0838
X3?
-0.0750
0.1153
-0.6501
0.5174
X4?
-0.1477
0.0737
-2.0046
0.0482
0.9179
Mean dependent var
5.0788
Adjusted R-squared
0.8935
S.D. dependent var
1.3883
S.E. of regression
0.4530
Akaike info criterion
1.4573
Sum squared resid
17.2384
Schwarz criterion
2.0956
Log likelihood
-54.1494
Hannan-Quinn criter.
1.7162
F-statistic
37.5903
Durbin-Watson stat
1.5979
Prob (F-statistic)
0.0000
atas, dapat dilihat nilai X1 yang merupakan
tidak
berpengaruh
secara signifikan terhadap dividen tunai, begitu
kas bebas. Untuk variabel X2 dalam hal ini
adalah kepemilikan institusional dan X4 yang
merupakan leverage keuangan berpengaruh
secara negatif dan signifikan. Kemudian Dalam
Tabel Fixed Effects Model di atas, dapat dilihat
nilai F-statistic sebesar 0,0000 maka dengan
nilai sig = 0,0000 > 0,10, berarti variabelvariabel kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, arus kas bebas, dan leverage
keuangan secara bersama-sama berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel pembayaran
dividen tunai. Selanjutnya jika dilihat dari nilai
R-squared menunjukkan nilai sebesar 0,9179
atau mendekati 1, artinya variabel bebas yang
dari
manajerial
variabel
sebesar
0,012
menandakan setiap penambahan kepemilikan
sebesar 1% oleh manajer, akan meningkatkan
yang
menyatakan
tidak adanya
pengaruh
kepemilikan manajerial terhadap dividen tunai
didukung oleh Hatta (2002), Andriyani (2008),
temuan yang didapatkan oleh Jansen et al.
(1992), Mahadwarta dan Jogiyanto (2002),
Ahmed dan Javid (2009), serta Zameer et al.
(2013).
Berikutnya nilai Probabilitas X2 pada
juga dengan X3 yang merupakan variabel arus
terdiri
koefisien
dan Ipaktri (2012). Namun tidak sejalan dengan
Berdasarkan tabel Fixed Effects Model di
manajerial
kepemilikan
nilai
pembayaran dividen sebesar 1,2%. Temuan
Weighted Statistics
R-squared
kepemilikan
dari
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan institusional, arus kas bebas, dan
leverage keuangan, memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel dependen, yang dalam hal
adalah pembayaran dividen tunai.
Tabel Fixed Effects Model, bahwa pada variabel
X2 yang merupakan kepemilikan institusional,
didapatakan hasil sebesar 0.0838 atau lebih
besar dari 0,10. Dari hasil ini sudah jelas bahwa
hipotesis 1 diterima, artinya terdapat pengaruh
yang
signifikan
tingkat
kepemilikan
institusional dengan dividen tunai. Lebih lanjut
dengan melihat nilai t-Statistic maka hubungan
antara
kepemilikan
insititusional
dengan
dividen tunai, berpengaruh secara negatif,
artinya semakin besar kepemilikan institusional,
semakin kecil dividen tunai yang dibayarkan.
Kemudian nilai koefisien yang menunjukkan 0,18629, mengindikasikan setiap penambahan
1%
kepemilikan
mengakibatkan
institusional,
pengurangan
dividen
akan
tunai
sebesar 18,63% dividen yang dibagikan kepada
pemegang saham
Hasil dalam penelitian ini, konsisten
dengan
temuan-temuan
terdahulu,
seperti
temuan yang didapatkan oleh Kumar (2004),
75 -
Volume 5, No. 1, Februari 2016
Jurnal Magister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
dan Heti (2011) dan Lucyanda dan Lilyana
0,1477,
menandakan
setiap
(2012).
leverage
keuangan
sebesar
Dengan
menandakan
samanya
hampir
semua
ini
1%,
akan
sektor
mengakibatkan pengurangan 14,7% dividen
insitusional
yang akan diterima pemegang saham. Temuan
berpengaruh secara negatif terhadap dividen
ini didukung oleh Prihantoro (2003), Kumar
tunai.
(2004), Andriyani (2008), Wicaksana (2012),
perusahaan
di
temuan
penambahan
kepemilikan
Tidak beda jauh dengan kepemilikan
dan Komrattanpanya (2013). Namun tidak
manajerial, arus kas bebas juga menunjukkan
sejalan dengan temuan yang didapatkan oleh
pengaruh
Gill et al. (2010) dan Zameer et al. (2013).
yang
tidak
signifikan
terhadap
dividen tunai. Hal ini dapat dilihat dari nilai
probabilitas yang 0,5174, jauh lebih besar dari
taraf 0,10. Pengaruh tersebut menunjukkan
pengaruh negatif sebesar 0,0750. Artinya setiap
penambahan 1%
arus kas bebas, akan
mengakibatkan berkurangnya dividen tunai
sebesar 7,5%. Tidak adanya pengaruh arus kas
bebas terhadap dividen mengindikasikan bahwa
arus
kas
bebas
lebih
digunakan
untuk
kepentingan perusahaan yang lebih luas, seperti
untuk
melakukan
ekpansi
dan
untuk
meningkatkan nilai perusahaan. Hasil dalam
penelitian
ini
mendukung
teori
yang
disampaikan Modiglini dan Miller (1961), yang
memandang bahwa perusahaan dinilai bukan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil pengujian menunjukkan variabel
kepemilikan manajerial dan arus kas bebas
tidak berpengaruh terhadap dividen tunai,
sementara
kepemilikan
institusional
dan
leverage keuangan berpengaruh secara negatif
dan signifikan terhadap pembayaran dividen
tunaiSaran
Saran
Para investor harus ingat bahwa dividen bukan
satu-satunya tujuan dari memiliki saham sebuah
perusahaan, masih ada nilai perusahaan yang
meningkatkan nilai dari saham yang dimiliki.
dari besar kecilnya dividen, namun dari laba
dan ukuran perusahaan. Temuan ini didukung
oleh Ipaktri (2012), serta Lucyanda dan Lilyana
(2012), namun bertentangan dengan temuan
yang didapatkan oleh Rosdini (2009), dan Issa
(2012).
Variabel
terakhir,
adalah
leverage
keuangan dengan nilai probabilitas sebesar
0,0482 < 0,10 berarti ada pengaruh secara
signifikan antara leverage keuangan dengan
pembayaran dividen tunai. Nilai koefisien -
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ahmed, H. Dan Javid, A. 2009. Dynamics and
Determinants of Dividend Policy in Pakistan
(Evidence from Karachi Stock Exchange
Non-Financial Listed Firms). International
Research Journal of Finance and Economics,
Vol.25, Hal: 148-171.
Amidu, Muhammed dan Joshua Abor. 2006.
Determinants of Dividen Payout Ratios in
Ghana. The Journal of Risk Finance, Vol.7,
No.2, Hal:136-145
Andriyani, Maria. 2008. Analisis Pengaruh Cash
Ratio, Debt to Equity Ratio, Insider Ownership,
Investmen Opportunity Set (IOS0, dan
Profitability terhadap kebijakan Dividen. Tesis.
Volume 5, No. 1, Februari 2016
- 76
Jurnal Magister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro
Brigham, Eugene dan Joel F Houston, 2011.
Manajemen Keuangan II. Jakarta: Salemba
Empat
Christiawan, Jogi Juluis dan Joshua Tarigan. 2007.
Kepemilikan Manajerial, Kebijakan, Hutang,
Kriteria dan Nilai Perusahaan. Jurnal
Akuntansi Keuangan. Vol.9, No. 1, Hal: 1-8
Cruthley dan Hansen (1989). A Test the Agency
Theory of Manajerial Owner Corporate
Leverage and Corporate Dividend. Financial
Managment/Winter, 18, Hal: 177-197
Ferris, P. Stephen, Nilanjan Sen, Emre Unlu.
2009. An International Analysis of
Dividend Payment Behavior. Journal of
Business Finance & Accounting, Vol. 36,
No. 3-4, Hal: 496-522
Gitman, Lawrence. 2009. Principles of Managerial
Finance 11th edition. Prentice Hall
Gujarati, Damodaar N. 2003. Basic Econometricse.
Fourtd Edition. McGraw Hill.
Hatta, Atika Jauhari. 2002. Faktor–Faktor yang
Mempengaruhi Kebijakan Devidend : Investasi
Pengaruh Teori Stakeholder. JAAI Volume 6
No. 2, Desember 2002
Heti, Christina Tri Rahmawati. 2011. Pengaruh Insider
Ownership, InstitutionalOwnership, Dispersion
Of
Ownership,
Tingkat
Pertumbuhan
Perusahaan, Dan Risiko Perusahaan Terhadap
Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode
2003-2006. Jurnal Widya Warta No.01 Tahun
XXXV/Januari
Issa, Ayman I.F. 2012. The Determinan of Dividend
Policy: Evidence From Malaysian Firms.
Thesis. Master of Science Finance Universiti
Utara Malaysia
Ipaktri, Munsa. 2012. Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Profitabilitas, Likuiditas,dan Arus
Kas Bebas terhadap Kebijakan Dividen Kas
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di BEI. Skripsi Universitas Lampung. Bandar
Lampung
Jensen, M., dan W. Meckling. 1976. Theory of the
Firm: Managerial Behavior, Agency, and
Ownership Structure, Journal of Financial
Economics. Vol. 3, No. 4, Hal: 305-360
Jansen, Michael. C. 1986. Agency Costs of Free
Cash
Flow,Corporate
Finance,
and
Takeovers. American Economic Review, Vol.
76, No. 2, Hal: 323-329
Jensen, Solberg dan Zorn. 1992. Simultaneous
Determination of Insider Ownershi, Debt and
Dividend Policies. Journal of Financial and
Quantitative Analysis. Vol 27. No.2 Hal:
247-263.
77 -
Volume 5, No. 1, Februari 2016
J.P.Morgan. 2011. Dividends: The 2011 guide to
dividend policy trends and best practices.
https://www.jpmorgan.com
Keown , J. Arthur, John D. Martin, J. William Petty,
David F. Scott. 2000. Basic Financial
Management 8th Edition. New Jersey:
Prentice Hall., Inc
Komrattanapanya, Pornumpai. 2013. Factors
Influencing Dividend Payout in Thailand: A
Tobit Regression Analysis. International
Journal of Accounting and Financial
Reporting Vol. 3, No. 2.
Kumar, Jayesh. 2004. Coporate Governance and
Dividends Payout in India. Journal of
Emerging Markets Finance. The participants
of the 6th Annual Conference on Money and
Finance in the Indian Economy, Indira
Gandhi Institute of Development Research
(IGIDR), Mumbai, India March 25-27
Luchyanda, Jurica dan Lilyana. 2012. Pengaruh
Arus Kas Bebas dan Struktur Kepemilikan
Terhadap Dividend Payout Ratio. Jurnal
Dinamika Akuntansi. Vol.4, No.2.
Madura, Jeff. 2006. Keuangan Perusahaan
Internasional, Edisi Kedelapan. Jakarta:
Salemba Empat
Mahadwartha, Putu Anom dan Jogiyanto H. 2002.
Uji Teori Keagenan Dalam Hubungan
Interdependensi Antara Kebijakan Hutang
dan Kebijakan Dividen. Makalah Seminar,
Simposium Nasional Akuntansi V
Miller, M. dan Modigliani, F. 1961. Divident Policy,
Growt dam The Valuation of Share. Jurnal of
Business, Vo.34, Hal: 411-433
Nachrowi, Djalal., Nachrowidan Hardius Usman.
2006. Teknik Pengambilan Keputusan.
Grasindo. Jakarta
Ridha, Ramli Muhammad dan Muhammad
Arfan. 2011. Pengaruh Laba, Arus Kas
Operasi, Arus Kas Bebas, dan
Pembayaran Dividen Kas Sebelumnya
Terhadap Dividen Kas Yang Diterima
Oleh Pemegang Saham (Studi pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia). Jurnal
Telaah dan Riset Akuntansi. Magister
Sain Akuntansi Universitas Syiah
Kuala. Vol. 4. No. 2. Hal: 126 – 138
Rosdini, Dini.2009, Pengaruh Free Cash Flow
Terhadap Dividen Payout Ratio Bandung:
Working Paper in Accounting and Finance,
Universitas Padjajaran
Ross, Stephen A., Randolph W., dan Bradford, D.
Jordan. 2000. Fundamentals of Corporate
Finance. Boston. Irwin McGraw-Hill.
Rozeff, M. 1982. Growth, Beta, and Agency Cost as
Determinants of Dividen Payout Ratios.
Jurnal Magister Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Jurnal of Financial Reserch Vol.5, Hal: 249259
Tarjo dan Jogiyanto Hartono. 2003. Analisa Free
Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial
Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan
Publik di Indonesia”, Makalah Seminar,
Simposium Nasional Akuntansi VI, Ikatan
Akuntansi Indonesia
Prihantoro. 2003. Estimasi Pengaruh Dividen
Payout Ratio pada Perusahaan Publik di
Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis No.1,
Jilid 8, Hal: 7-14
Wibisono, Yusuf. 2005. Metode Statistika.
Yogyakarta. Gajah Mada University Press
Wicaksana. I Gede Anannditha. 2012. Pengaruh
Cash Ratio, Debt To Equity Ratio,dan Return
On Asset Terhadap Kebijakan Dividen Pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia. Tesis. Universitas Udayana
Zameer, Hashim. Shahid Rasool, Sajid Iqbal dam
Umair Arshad. 2013. Determinants of
Dividend Policy: A Case of Banking Sector in
Pakistan. Middle-East Journal of Scientific
Research Vol. 18 (3): Hal: 410-424.
Volume 5, No. 1, Februari 2016
- 78
Download