Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala ISSN 2302-0164 pp. 68- 78 11 Pages PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, ARUS KAS BEBAS, DAN LEVERAGE KEUANGAN TERHADAP PEMBAYARAN DIVIDEN TUNAI PADA SAHAM-SAHAM BLUE CHIP (LQ 45) PADA BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2013 Doni Kasmon1, Hasan Basri2, M. Shabri Abd. Majid3 1) Magister 2,3) Staff Pendidikan Bahasa Inggris Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Pengajar Magister Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Abstract : Dividend can reduce conflict of interest between stockholders and managers (agent). However, before dividends are distributed, there are many factors to consider because it’s related to future survival of a company. Moreover, dividend distribution is also influenced by many things, including distribution of shareholding, free cash flow and percentage of debt to working capital. Therefore, the purpose of writing this article was to discuss the influence of managerial ownership, institutional ownership, free cash flow, and financial leverage on cash dividend payment. The samples in this study were collected using purposive sampling technique, based on established criterion. The criterion was the company successfully enter list of companies announced by Indonesian Stock Exchange (IDX) to be in stock category LQ 45 five years in a row. From the criterion, 110 samples from 22 companies in 2009-2013 period were collected. The result of this study showed independent variables which consisted of managerial ownership, institutional ownership, free cash flow, and financial leverage were simultaneously proven to have significant influence on cash dividend payment. In partial test, managerial ownership and free cash flow were proven to have insignificant influence on cash dividend payment, while institutional ownership and financial leverage were proven to have negative significant influence on cash dividend payment. Keywords: Managerial Ownership, Institutional Ownership, Free Cash Flow, Financial Leverage, Cash Dividend Abstrak : Dividen dapat mengurangi konflik kepentingan antara pemegang saham (principal) dengaan manajer (agent), namun sebelum dividen tersebut dibagikan, banyak faktor yang harus diperhatikan, karena menyangkut keberlangsungan perusahaan di masa yang akan datang. Disamping itu dalam hal pembagian dividen, juga dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya distribusi kepemilikan saham, adanya arus kas bebas dan persentase utang dengan modal perusahaan. Oleh karena itu, tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mendiskusikan pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, arus kas bebas, dan leverage keuangan terhadap pembayaran dividen tunai. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling, berdasarkan kriteria yang dibuat. Kriteria tersebut adalah perusahaan yang berhasil selama lima tahun berturutturtut masuk dalam daftar perusahaan yang selalau diumumkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) masuk dalam saham perusahaan kategori LQ 45. Dari kriteria yang dibuat tersebut diperoleh 110 sampel dari 22 perusahaan, selama kurun waktu 2009-2013. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama semua variabel bebas yang terdiri dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, arus kas bebas, dan leverage keuangan terbukti memiliki pengaruh secara signifikan terhadap pembayaran dividen tunai. Ketika dilakukan uji secara parsial, kepemilikan manajerial dan arus kas bebas, tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap pembayaran dividen tunai, sementara kepemilikan institusionaldan leverage keuangan terbukti berpengaruh negatif secara signifikan terhadap pembayaran dividen tunai. Kata Kunci: Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Arus Kas Bebas, Leverage Keuangan, Dividen Tunai. PENDAHULUAN dikenal dengan istilah teori keagenan (agency Antara pemilik modal dengan pengelola theory). Untuk mengurangi gesekan tersebut, dapat perusahaan sering terjadi gesekan kepentingan yang dilakukan dengan pemberian dividen yang tinggi Volume 5, No. 1, Februari 2016 - 68 Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala kepada para pemegang saham tersebut (Jansen dan 2013 hanya 241 perusahaan dari 507 perusahaan Meckling, 1976). Namun dalam perkembangan yang tercatat pada BEI. Namun tren penurunan dunia usaha, tidak selamanya dividen bisa dividen ini tidak demikian halnya dengan saham memberikan harapan kepada para investor, ada yang masuk dalam Indek LQ 45. Saham-saham kalanya dividen yang dibagikan mengalami tersebut antara lain saham PT. Telkom, Antam, penurunan, atau bahkan tidak dibagikan sama Unilever dan saham dalam Indek LQ 45 lainnya. sekali. Ferrish (2009), menemukan bahwa, Tujuan artikel ini adalah untuk pemangkasan dividen menjadi tren di Amerika, hal mendiskusikan pengaruh kepemilikan saham oleh ini disebabkan oleh banyaknya perusahaan- manajer, kepemilikan saham oleh institusional, arus perusahaan yang mendapatkan tekanan dari kas bebas, dan leverage keuangan terhadap pemerintah pembayaran dividen tunai. Bagian kedua memuat pengeluaran, untuk memangkas terutama pengeluaran- perusahaan yang landasan teoritis. Kemudian, bagian ketiga mendapatkan bailout atau dana talangan dari membahas metodelogi yang digunakan. Seterusnya, pemerintah. Pernyataan tersebut diperkuat oleh bagian temuan J.P Morgan dalam laporan yang berjudul pembahasan. Pada bagian terakhir artikel akan Dividends: The 2011 Guide to Dividend Policy and ditarik beberapa kesimpulan. keempat berisi hasil temuan dan Best Practice, yang dikeluarkan pada tahun 2011, mengemukakan bahwa, dari tahun 2004-2010 terjadi penurunan pembayaran dividen pada perusahaan-perusahaan top dunia. Penyebab penurunan ini adalah, adanya resesi ekonomi dan ekpansi yang dilakukan oleh perusahaan, selain itu ada faktor ketidakpastian perekonomian, tingkat bunga yang dikenakan kepada pendapatan dividen, Tren penurunan dividen juga terjadi di Indonesia, dalam kurun waktu 2011-2013, hanya 50% dari total perusahaan yang terdaftar di BEI, mampu membayarkan dividen kepada para pemegang saham. Berdasarkan laporan Kustodian Sentral Efek (KSEI) yang dikutip dari (www.ksei.co.id), pada tahun 2011 tercatat 231 perusahaan yang membayar dividen dari 441 perusahaan, kemudian tahun 2012 tercatat 218 perusahaan dari 457 perusahaan, dan untuk tahun 69 - Miller dan Modigliani (1961), dalam Brigham dan mengemukakan Volume 5, No. 1, Februari 2016 Houston, terdapat tiga (2011:211) teori yang berhubungan dengan kebijakan dividen, yaitu “teori ketidakrelevanan dividen, teori bird-inthe-hand, dan teori preferensi pajak”. Teori ketidakrelevanan dan ketidakpastian regulasi. Indonesia KAJIAN KEPUSTAKAAN dividen mengungkapkan bahwa perusahaan itu memiliki nilai, sematamata ditentukan oleh laba dan risiko bisnisnya, bukan karena besarnya dividen yang dibagikan. Teori bird-in-the-hand merupakan pandangan yang menyebutkan investor akan lebih memilih menanamkan kembali dividen dalam saham pada perusahaan yang membagikan dividen atau pada perusahaan lain. Dan yang terakhir teori preferensi pajak merupakan teori yang intinya tidak menyukai pembagian dividen Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala secara tunai, dengan alasan, bahwa dividen bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh tunai akan dikenakan pajak yang lebih tinggi terhadap pembayaran dividen tunai. dibanding dengan dividen saham. Variabel kedua yang dipilih adalah Jensen dan Meckling (1976), melihat kepemilikan institusional. Menurut Brigham dividen merupakan sumber konflik antara dan Houston (2001), kepemilikan institusional pemegang saham dengan manajer perusahaan, merupakan kepemilikan investasi saham, yang berupa yang dimiliki oleh institusi lain, seperti perusahaan menimbulkan biaya agensi. Biaya ini timbul dana pensiun, reksadana, dan lain-lain dalam sebagai akibat dari adanya biaya pengawasan jumlah terhadap diungkapkan tarik menarik manajer kepentingan yang menjalankan yang besar. oleh Pendapat Madura lainya (2006) yang perusahaan. Untuk mengurangi konflik tersebut menyebutkan kepemilikan institusional adalah bisa meningkatkan kepemilikan yang dimiliki oleh lembaga atau kepemilikan saham oleh manajer perusahaan, institusi lain yang biasanya memiliki nilai maupun subtansial, dilakukan dengan kepemilikan Kepemilikan institusional. manajerial sehingga dapat meminta akan pertanggungjawaban dan kontrol dari manajer seorang perusahaan, agar dapat melakukan keputusan manajer, dimana dia akan bertindak sebagai dengan tepat, sehingga dapat menyenangkan seorang manajer, sekaligus sebagai pemilik bagi pemegang saham. menimbulkan oleh dari peran ganda dari perusahaan (Chritiawan dan Tarigan, 2007). Cruthley mengungkapkan dan Hansen peningkatan Pengertian lainnya mengenai (1989), kepemilikan institusional disampaikan oleh dividen Gitman, (2009:17) yang menyebutkan diharapkan dapat mengurangi biaya keagenan. kepemilikan insititusional sebagai “kepemilikan Hal ini disebabkan dividen yang sangat besar saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi menyebabkan rasio laba ditahan akan kecil, atau lembaga profesional yang dibayar untuk sehingga perusahaan membutuhkan tambahan mengelola keuangan orang lain, dan institusi ini dana dari sumber eksternal, seperti oleh bursa memegang dan penyedia dana baru. Beberapa penelitian dalam jumlah yang besar”. Lebih lanjut Tarjo terdahulu menemukan kepemilikan manajerial dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepemilikan pembayaran dividen tunai, temuan tersebut kepemilikan saham perusahaan oleh lembaga diantaranya didapatkan oleh Hatta (2002), seperti Andriyani (2008), dan Ipaktri (2012). Temuan perusahaan yang berbeda didapatkan oleh Jensen et al. kepemilikan institusional ini akan mendorong (1992), Mahadwarta dan Jogiyanto (2002), dan manajer untuk bertindak lebih hati-hati dan Ahmed dan javid yang mendapatkan temuan mengambil keputusan yang tepat, sehingga bisa dan Jogiyanto memperdagangkan saham (20038:2) menyebutkan, institusional merupakan perusahaan asuransi, investasi”. bank, Dengan Volume 5, No. 1, Februari 2016 dan adanya - 70 Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala mengamankan kepentingan pemegang saham tinggi FCF maka (Madura, 2006). pembayaran deviden. semakin tinggi rasio Beberapa penelitian terdahulu mengenai Pengaruh positif antara arus kas bebas kepemilikan institusional pernah dilakukan oleh dengan pembayaran dividen tunai diungkapkan Kumar (2004), Heti (2011), Lucyanda dan oleh Ridha dan Arfan (2011), serta Luchyanda Lilyana (2012), hasil dari ketiga peneliti dan Lilyana (2012). Namun temuan yang tersebut mengungkapkan terdapat hubungan berbeda didapatkan oleh Hatta (2002) yang yang negatif antara kepemilikan institusional meneliti terhadap pembayaran dividen tunai, semakin mempengaruhi tinggi kepemilikan institusional, maka akan perusahaan kelompok manufaktur di Bursa semkin kecil dividen yang akan dibayarkan Efek Indonesia periode 1993-1996 dengan kepada pemegang saham perusahaan. melibatkan 146 perusahaan. Dalam penelitian Variabel berikutnya yang diteliti dalam tersebut faktor-faktor kebijakan Hatta faktor yang dividen untuk menemukan tidak adanya kaitannya dengan pembayaran dividen tunai pengaruh arus kas bebas terhadap pembayara adalah arus kas bebas. Arus kas bebas dividen tunai. Temuan ini juga didukung oleh dipandang temuan yang didapatkan oleh Ipaktri (2012). sebagai faktor lain penyebab timbulnya konflik antara pemegang saham Variabel terakhir yang dibahas dalam dengan manajer perusahaan. Arus kas bebas penelitian ini adalah leverage keuangan. Sesuai sebagai aliran kas dimana kelebihan pendanaan dengan pandangan dari Modiglini dan Miller dibutuhkan yang (1961), bahwa suatu perusahaan itu akan mempunyai net present value yang positif cenderung dinilai dari besarnya laba dan setelah tersebut meminimalkan risiko bisnisnya, oleh karena itu didiskontokan pada cost of capital-nya (Jensen, manajer perusahaan akan cenderung untuk 1986). Arus kas bebas atau Free cash flow meningkatkan (FCF) secara sederhana dapat diterjemahkan besarnya. Jika dividen tahun sebelumnya tidak sebagai kas yang menganggur, yaitu sisa kas mencukupi setelah digunakan untuk berbagai keperluan menciptakan proyek yang telah direncanakan perusahaan, menggunakan seperti: melunasi hutang, membayar deviden, pembiayaan (Keown et al., 2000). Perusahaan melakukan investasi, dan lainlain. Dengan yang leverage operasi atau keuangannya tinggi demikian tingkat FCF yang relatif rendah akan akan mengurangi pernyataannya ini sesuai dengan pandangan, untuk semua keseluruhan proyek proyek biaya agen sehingga kebutuhan laba perusahaan sebagai sumber laba, maka utang memberikan manajer akan alternatif yang berisiko rendah, bahwa menjadi berkurang. Oleh karena itu semakin membayar dividennya rendah, dengan maksud Volume 5, No. 1, Februari 2016 yang untuk dari deviden untuk membayar biaya agen 71 - perusahaan dana sebagai dividen sebesar- akan Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala untuk mengurangi ketergantungan akan pendanaan secara eksternal. (Rozeff, 1982). METODE PENELITIAN Data Penelitian Banyak sekali penelitian terdahulu yang mengugkapkan pengaruh leverage keuangan terhadap dividen tunai. Seperti yang dilakukan oleh Jensen et al. (2002), Prihantoro (2003), Sunarto (2004), Amidu dan Abor (2006), Andriyani (2008), dan Ahmed dan Javid (2009). Hampir semua temuan dalam penelitian tersebut menemukan adanya hubungan negatif leverage keuangan dengan dividen tunai perusahaan, temuan yang sedikit berbeda didapatkan oleh Sunarto yang mengungkapkan tidak kuatnya pengaruh leverage keuangan terhadap pembayaran dividen tunai. Berdasarkan landasan teori dan temuan oleh peneliti terdahulu, maka hipotesis dalam Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Arus Kas Bebas, dan Leverage Keuangan berpengaruh secara bersama-sama terhadap Dividen Tunai pada saham LQ 45 Manajerial berpengaruh terhadap Dividen Tunai pada saham LQ 45 kuantitaif untuk menguji hipotesis penelitian yang telah disebutkan sebelumnya Data diambil dengan Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Dividen Tunai pada saham LQ 45 Arus Kas Bebas berpengaruh terhadap Dividen Tunai pada saham LQ 45 di BEI 5. Leverage Keuangan berpengaruh terhadap Dividen Tunai pada saham LQ 45 di BEI. teknik purposive perusahaan yang masuk dalam kategori Indek LQ 45 dari tahun 2009-2013, yang mampu bertahan secara lima tahun berturut-turut dalam kategori Indek LQ 45 yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Data diunduh langsung dari website BEI (www.idx.co.id) dan dengan mengunjungi masing-masing. website perusahaan hasil pengamatan Dari didapatkan 77 populasi, dari 77 populasi tersebut, didapatkan 22 perusahaan yang menggunakan periode waktu selama 5 tahun. Dari 22 perusahaan selama 5 lima tahun, didapatkan data sebanyak 110 perusahaan. Karena data penelitian ini terdiri dari banyak satu tahun, maka data dalam penelitian ini disebut dengan data panel. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai variabel dependen adalah pembayaran dividen tunai yang dihitung dengan dividen per lembar saham, yakni total dividen dibagi di BEI 4. menggunakan sampling, syaratnya adalah data dari semua di BEI ada perusahaan manufaktur di BEI. 3. data perusahaan dan periode waktu yang lebih dari di BEI 2. Kepemilikan menggunakan memenuhi syarat. Disamping itu, penelitian ini penelitian ini adalah: 1. ini dengan total saham. Untuk variabel independen melibatkan empat variabel, yakni kepemilikan manajerial yang persentase kepemilikan dengan total diukur saham. dengan besarnya manajerial dibagi Variabel kedua, kepemilikan institusional yang dihitung dengan Volume 5, No. 1, Februari 2016 - 72 Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala persentase kepemilikan manajerial dibagi dengan total saham perusahaan. Variabel ketiga adalah arus kas bebas, dihitung dengan arus kas operasi dikurang dengan belanja Hipotesis nol dari restricted F test adalah sebagai berikut: modal kemudian dikurang lagi dengan modal kerja bersih perusahaan. K adalah Jumlah variabel bebas Dan yang terakhir untuk H0 = model Pooled Least Square (restricted) H1 = model Fixed Effects (unrestricted) Kriteria pengujian hipotesis adalah Jika menghitung leverage keuangan dihitung dengan hasil nilai Fhitung>Ftabel pada tingkat keyakinan α total utang dibagi dengan total modal. tertentu, maka H0 ditolak, H1 diterima, artinya model Fixed Effects digunakan untuk teknik Metode Analisis Untuk melakukan analisis regresi berganda, terlebih dahulu dilakukan pemilihan model. Untuk data pool terdapat estimasi. tiga pendekatan moel yakni Pooled Least Square (PLS), Fixed Effects Model (FEM), dan Random Effects Model (REM). Mengenai model mana yang akan digunakan dalam melakukan regresi, dilakukan Uji Chow, Uji Uji Hausman Menurut Nachrowi dan usman (2006), Hausman Test digunakan untuk menentukan model antara pendekatan Fixed Effects Model (FEM) dan Random Effects Model (REM). Rumus untuk mendapatkan nilai Uji Hausman adalah sebagai berikut: Hausman, dan Uji Lagrange Multiplier (LM). m b M 0 M 1 b X 2 K ' Gujarati (2003) dimana: Uji Chow β adalah vector untuk statistik variabel Menurut Widarjono, (2009), F Restricted fixed effects Test atau Uji Chow merupakan pengujian untuk b adalah vector untuk statistik variabel menentukan pendekatan antara PLS dan FEM. random effects Rumus untuk mendapatkan nilai F statistik M0 adalah matrik kovarian untuk dugaan seperti yang dirumuskan oleh Chow adalah FEM sebagai berikut: F 1 M1 adalah matrik kovarian untuk dugaan RRSS URSS / N 1 URSS / NT N K REM Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai dimana: berikut: URSS adalah Sum Residual Square (PLS) Jika X2hitung > X2tabel, dan p-value signifikan, RRSS adalah Sum Residual Square (FEM) maka H0 ditolak dan model FEM tepat untuk N adalah Jumlah data cross section T adalah Jumlah data times series 73 - Volume 5, No. 1, Februari 2016 digunakan Uji Lagrange Multiplier (LM) Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Rumus untuk mendapatkan nilai Uji Lagrange Multiplier adalah sebagai berikut: HASIL PEMBAHASAN Pemilihan Model Tabel 1. Hasil Uji Chow n 2 ( T e ) it i 1 nT LM 1 n T 2 2(T 1) n = jumlah perusahaan eit i 1 t 1 T = jumlah periode 2 Effects Test Dimana: Cross-section F Cross-Section Chi-square ∑ = Jumlah rata-rata kuadrat residual ∑ = Jumlah rata-rata kuadrat residual Berdasarkan tabel Uji Chow pada tabel di Hipotesis dari Uji LM adalah: atas, dapat dilihat bahwa Prob. = 0,000 atau H0 : Commond Effects (PLS) kurang dari 0,10, sehingga model regresi yang H1 : Random Effects (REM) harus kita pakai adalah model Fixed Effects Dengan kriteria pengujian hipotesis, Jika χ2hitung ≥ χ2tabel dan p-value signifikan, maka H0 ditolak, artinya model REM lebih tepat digunakan. Uji LM dilakukan apabila hasil Model (FEM). Tabel 2. Hasil Uji Hausman Effects Test Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-Section Random 7,981 4 0,092 Uji Chow menunjukan model yang berbeda dengan hasil Uji Hausman, jika kedua hasil Uji Statistic d.f. Prob 36,058 (21.84) 0,000 253,444 21 0,000 Chow dan Uji Hausman sudah menunjukkan hasil yang sama, maka uji LM tidak diperlukan lagi (Gujarati, 2003). Nilai Probabilitas Uji Hausman adalah 0,092 atau lebih kecil dari 0,10. Berdasarkan hasil Uji Hausman di atas maka untuk regresi data menggunakan Fixed Effects Model. Dengan diporolehnya hasil Uji Chow dan Uji Setelah pemodelan mana yang akan dipilih, maka dilakukan regresi dengan model sebagai berikut: Hausman, yang menunjukkan hasil yang sama, yakni menggunakan sama-sama menunjukkan Fixed Effects Model (FEM), maka tidak diperlukan lagi uji Lagrange Multiplier (LM). Dimana: Yit = Dividen Saham perusahaan i dalam waktu t, X1it = Kepemilikan Manajerial perusahaan i dalam waktu t, X2it= Kepemilikan Institusional perusahaan i dalam waktu t, X3i t = Leverage Keuangan perusahaan i dalam waktu t, X4it = Arus Kas Bebas perusahaan i dalam waktu t, β0 = Konstanta β1 – β3 = Koefisien regresi (slope), εit Hasil Uji Regresi Berdasarkan hasil Uji Chow dan Uji Hausman, maka model regresi untuk melihat hasil pengujian hipotesis menggunakan model Fixed Effects Model (FEM). Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi logistik dapat dilihat pada tebel berikut ini: = Error perusahaan i dalam waktu t Volume 5, No. 1, Februari 2016 - 74 Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Dilihat Tabel 3. Fixed Effects Model Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 16.1294 6.1103 2.6397 0.0099 X1? 0.0120 0.6928 0.0173 0.9862 X2? -1.8629 1.0644 -1.7501 0.0838 X3? -0.0750 0.1153 -0.6501 0.5174 X4? -0.1477 0.0737 -2.0046 0.0482 0.9179 Mean dependent var 5.0788 Adjusted R-squared 0.8935 S.D. dependent var 1.3883 S.E. of regression 0.4530 Akaike info criterion 1.4573 Sum squared resid 17.2384 Schwarz criterion 2.0956 Log likelihood -54.1494 Hannan-Quinn criter. 1.7162 F-statistic 37.5903 Durbin-Watson stat 1.5979 Prob (F-statistic) 0.0000 atas, dapat dilihat nilai X1 yang merupakan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap dividen tunai, begitu kas bebas. Untuk variabel X2 dalam hal ini adalah kepemilikan institusional dan X4 yang merupakan leverage keuangan berpengaruh secara negatif dan signifikan. Kemudian Dalam Tabel Fixed Effects Model di atas, dapat dilihat nilai F-statistic sebesar 0,0000 maka dengan nilai sig = 0,0000 > 0,10, berarti variabelvariabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, arus kas bebas, dan leverage keuangan secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel pembayaran dividen tunai. Selanjutnya jika dilihat dari nilai R-squared menunjukkan nilai sebesar 0,9179 atau mendekati 1, artinya variabel bebas yang dari manajerial variabel sebesar 0,012 menandakan setiap penambahan kepemilikan sebesar 1% oleh manajer, akan meningkatkan yang menyatakan tidak adanya pengaruh kepemilikan manajerial terhadap dividen tunai didukung oleh Hatta (2002), Andriyani (2008), temuan yang didapatkan oleh Jansen et al. (1992), Mahadwarta dan Jogiyanto (2002), Ahmed dan Javid (2009), serta Zameer et al. (2013). Berikutnya nilai Probabilitas X2 pada juga dengan X3 yang merupakan variabel arus terdiri koefisien dan Ipaktri (2012). Namun tidak sejalan dengan Berdasarkan tabel Fixed Effects Model di manajerial kepemilikan nilai pembayaran dividen sebesar 1,2%. Temuan Weighted Statistics R-squared kepemilikan dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, arus kas bebas, dan leverage keuangan, memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen, yang dalam hal adalah pembayaran dividen tunai. Tabel Fixed Effects Model, bahwa pada variabel X2 yang merupakan kepemilikan institusional, didapatakan hasil sebesar 0.0838 atau lebih besar dari 0,10. Dari hasil ini sudah jelas bahwa hipotesis 1 diterima, artinya terdapat pengaruh yang signifikan tingkat kepemilikan institusional dengan dividen tunai. Lebih lanjut dengan melihat nilai t-Statistic maka hubungan antara kepemilikan insititusional dengan dividen tunai, berpengaruh secara negatif, artinya semakin besar kepemilikan institusional, semakin kecil dividen tunai yang dibayarkan. Kemudian nilai koefisien yang menunjukkan 0,18629, mengindikasikan setiap penambahan 1% kepemilikan mengakibatkan institusional, pengurangan dividen akan tunai sebesar 18,63% dividen yang dibagikan kepada pemegang saham Hasil dalam penelitian ini, konsisten dengan temuan-temuan terdahulu, seperti temuan yang didapatkan oleh Kumar (2004), 75 - Volume 5, No. 1, Februari 2016 Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala dan Heti (2011) dan Lucyanda dan Lilyana 0,1477, menandakan setiap (2012). leverage keuangan sebesar Dengan menandakan samanya hampir semua ini 1%, akan sektor mengakibatkan pengurangan 14,7% dividen insitusional yang akan diterima pemegang saham. Temuan berpengaruh secara negatif terhadap dividen ini didukung oleh Prihantoro (2003), Kumar tunai. (2004), Andriyani (2008), Wicaksana (2012), perusahaan di temuan penambahan kepemilikan Tidak beda jauh dengan kepemilikan dan Komrattanpanya (2013). Namun tidak manajerial, arus kas bebas juga menunjukkan sejalan dengan temuan yang didapatkan oleh pengaruh Gill et al. (2010) dan Zameer et al. (2013). yang tidak signifikan terhadap dividen tunai. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas yang 0,5174, jauh lebih besar dari taraf 0,10. Pengaruh tersebut menunjukkan pengaruh negatif sebesar 0,0750. Artinya setiap penambahan 1% arus kas bebas, akan mengakibatkan berkurangnya dividen tunai sebesar 7,5%. Tidak adanya pengaruh arus kas bebas terhadap dividen mengindikasikan bahwa arus kas bebas lebih digunakan untuk kepentingan perusahaan yang lebih luas, seperti untuk melakukan ekpansi dan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Hasil dalam penelitian ini mendukung teori yang disampaikan Modiglini dan Miller (1961), yang memandang bahwa perusahaan dinilai bukan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil pengujian menunjukkan variabel kepemilikan manajerial dan arus kas bebas tidak berpengaruh terhadap dividen tunai, sementara kepemilikan institusional dan leverage keuangan berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap pembayaran dividen tunaiSaran Saran Para investor harus ingat bahwa dividen bukan satu-satunya tujuan dari memiliki saham sebuah perusahaan, masih ada nilai perusahaan yang meningkatkan nilai dari saham yang dimiliki. dari besar kecilnya dividen, namun dari laba dan ukuran perusahaan. Temuan ini didukung oleh Ipaktri (2012), serta Lucyanda dan Lilyana (2012), namun bertentangan dengan temuan yang didapatkan oleh Rosdini (2009), dan Issa (2012). Variabel terakhir, adalah leverage keuangan dengan nilai probabilitas sebesar 0,0482 < 0,10 berarti ada pengaruh secara signifikan antara leverage keuangan dengan pembayaran dividen tunai. Nilai koefisien - DAFTAR KEPUSTAKAAN Ahmed, H. Dan Javid, A. 2009. Dynamics and Determinants of Dividend Policy in Pakistan (Evidence from Karachi Stock Exchange Non-Financial Listed Firms). International Research Journal of Finance and Economics, Vol.25, Hal: 148-171. Amidu, Muhammed dan Joshua Abor. 2006. Determinants of Dividen Payout Ratios in Ghana. The Journal of Risk Finance, Vol.7, No.2, Hal:136-145 Andriyani, Maria. 2008. Analisis Pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Insider Ownership, Investmen Opportunity Set (IOS0, dan Profitability terhadap kebijakan Dividen. Tesis. Volume 5, No. 1, Februari 2016 - 76 Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Brigham, Eugene dan Joel F Houston, 2011. Manajemen Keuangan II. Jakarta: Salemba Empat Christiawan, Jogi Juluis dan Joshua Tarigan. 2007. Kepemilikan Manajerial, Kebijakan, Hutang, Kriteria dan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi Keuangan. Vol.9, No. 1, Hal: 1-8 Cruthley dan Hansen (1989). A Test the Agency Theory of Manajerial Owner Corporate Leverage and Corporate Dividend. Financial Managment/Winter, 18, Hal: 177-197 Ferris, P. Stephen, Nilanjan Sen, Emre Unlu. 2009. An International Analysis of Dividend Payment Behavior. Journal of Business Finance & Accounting, Vol. 36, No. 3-4, Hal: 496-522 Gitman, Lawrence. 2009. Principles of Managerial Finance 11th edition. Prentice Hall Gujarati, Damodaar N. 2003. Basic Econometricse. Fourtd Edition. McGraw Hill. Hatta, Atika Jauhari. 2002. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Devidend : Investasi Pengaruh Teori Stakeholder. JAAI Volume 6 No. 2, Desember 2002 Heti, Christina Tri Rahmawati. 2011. Pengaruh Insider Ownership, InstitutionalOwnership, Dispersion Of Ownership, Tingkat Pertumbuhan Perusahaan, Dan Risiko Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2006. Jurnal Widya Warta No.01 Tahun XXXV/Januari Issa, Ayman I.F. 2012. The Determinan of Dividend Policy: Evidence From Malaysian Firms. Thesis. Master of Science Finance Universiti Utara Malaysia Ipaktri, Munsa. 2012. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas, Likuiditas,dan Arus Kas Bebas terhadap Kebijakan Dividen Kas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Skripsi Universitas Lampung. Bandar Lampung Jensen, M., dan W. Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency, and Ownership Structure, Journal of Financial Economics. Vol. 3, No. 4, Hal: 305-360 Jansen, Michael. C. 1986. Agency Costs of Free Cash Flow,Corporate Finance, and Takeovers. American Economic Review, Vol. 76, No. 2, Hal: 323-329 Jensen, Solberg dan Zorn. 1992. Simultaneous Determination of Insider Ownershi, Debt and Dividend Policies. Journal of Financial and Quantitative Analysis. Vol 27. No.2 Hal: 247-263. 77 - Volume 5, No. 1, Februari 2016 J.P.Morgan. 2011. Dividends: The 2011 guide to dividend policy trends and best practices. https://www.jpmorgan.com Keown , J. Arthur, John D. Martin, J. William Petty, David F. Scott. 2000. Basic Financial Management 8th Edition. New Jersey: Prentice Hall., Inc Komrattanapanya, Pornumpai. 2013. Factors Influencing Dividend Payout in Thailand: A Tobit Regression Analysis. International Journal of Accounting and Financial Reporting Vol. 3, No. 2. Kumar, Jayesh. 2004. Coporate Governance and Dividends Payout in India. Journal of Emerging Markets Finance. The participants of the 6th Annual Conference on Money and Finance in the Indian Economy, Indira Gandhi Institute of Development Research (IGIDR), Mumbai, India March 25-27 Luchyanda, Jurica dan Lilyana. 2012. Pengaruh Arus Kas Bebas dan Struktur Kepemilikan Terhadap Dividend Payout Ratio. Jurnal Dinamika Akuntansi. Vol.4, No.2. Madura, Jeff. 2006. Keuangan Perusahaan Internasional, Edisi Kedelapan. Jakarta: Salemba Empat Mahadwartha, Putu Anom dan Jogiyanto H. 2002. Uji Teori Keagenan Dalam Hubungan Interdependensi Antara Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen. Makalah Seminar, Simposium Nasional Akuntansi V Miller, M. dan Modigliani, F. 1961. Divident Policy, Growt dam The Valuation of Share. Jurnal of Business, Vo.34, Hal: 411-433 Nachrowi, Djalal., Nachrowidan Hardius Usman. 2006. Teknik Pengambilan Keputusan. Grasindo. Jakarta Ridha, Ramli Muhammad dan Muhammad Arfan. 2011. Pengaruh Laba, Arus Kas Operasi, Arus Kas Bebas, dan Pembayaran Dividen Kas Sebelumnya Terhadap Dividen Kas Yang Diterima Oleh Pemegang Saham (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi. Magister Sain Akuntansi Universitas Syiah Kuala. Vol. 4. No. 2. Hal: 126 – 138 Rosdini, Dini.2009, Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Dividen Payout Ratio Bandung: Working Paper in Accounting and Finance, Universitas Padjajaran Ross, Stephen A., Randolph W., dan Bradford, D. Jordan. 2000. Fundamentals of Corporate Finance. Boston. Irwin McGraw-Hill. Rozeff, M. 1982. Growth, Beta, and Agency Cost as Determinants of Dividen Payout Ratios. Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Jurnal of Financial Reserch Vol.5, Hal: 249259 Tarjo dan Jogiyanto Hartono. 2003. Analisa Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Publik di Indonesia”, Makalah Seminar, Simposium Nasional Akuntansi VI, Ikatan Akuntansi Indonesia Prihantoro. 2003. Estimasi Pengaruh Dividen Payout Ratio pada Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis No.1, Jilid 8, Hal: 7-14 Wibisono, Yusuf. 2005. Metode Statistika. Yogyakarta. Gajah Mada University Press Wicaksana. I Gede Anannditha. 2012. Pengaruh Cash Ratio, Debt To Equity Ratio,dan Return On Asset Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Tesis. Universitas Udayana Zameer, Hashim. Shahid Rasool, Sajid Iqbal dam Umair Arshad. 2013. Determinants of Dividend Policy: A Case of Banking Sector in Pakistan. Middle-East Journal of Scientific Research Vol. 18 (3): Hal: 410-424. Volume 5, No. 1, Februari 2016 - 78