PERAN IAI DALAM PEMBERIAN REKOMENDASI IJIN PRAKTEK DALAM IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMER 31 TAHUN 2016 Jamaludin Al J Ef Ketua PD IAI Jawa Tengah Disampaikan dalam RAKERCAB dan Seminar PC IAI Sukoharjo, 20 April 2017 PRAKTIK KEFARMASIAN DI INDONESIA UU 36/09 Bagian Kelima Belas Pengamanan dan Penggunaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Pasal 98 Sediaan farmasi dan alat kesehatan harus aman, berkhasiat/bermanfaat, bermutu, dan terjangkau. Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan dilarang mengadakan, menyimpan, mengolah, mempromosikan, dan mengedarkan obat dan bahan yang berkhasiat obat. Ketentuan mengenai pengadaan, penyimpanan, pengolahan, promosi, pengedaran sediaan farmasi dan alat kesehatan harus memenuhi standar mutu pelayanan farmasi yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Pemerintah berkewajiban membina, mengatur, mengendalikan, dan mengawasi pengadaan, penyimpanan, promosi, dan pengedaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3). UU 36/09 Pasal 108 Praktik kefarmasiaan Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ketentuan mengenai pelaksanaan praktik kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. AMAR KEPUTUSAN MK NO 112/PUU- VIII/1210, terkait pasal 108 dari UU 36/09 Pemahaman pasal: •Keputusan MK ini memperkuat pasal 108 dari UU 36/09 bahwa Praktik Kefarmasian diakui dan •Dilaksanakan oleh Tenaga Kefarmasian • Dalam keadaan darurat yang mengancam keselamatan jiwa, dokter, dokter gigi dan perawat dapat melakukan secara terbatas •Hanya tenaga kefarmasian sebagai tenaga kesehatan yang memiliki kekuatan hukum mengikat dalam menjalankan praktik kefarmasian dan •Tenaga kesehatan dokter, dokter gigi, perawat secara terbatas yang melakukan tugasnya dalam keadaan darurat yang mengancam keselamatan jiwa Implikasi interpretasi pasal 108 oleh MK Praktik Kefarmasian sebagai praktik yang ditetapkan oleh Undang Undang 36/09 Pemahaman Keahlian Kompetensi Ilmu Pengetahuan dan Kecukupan Tehnologi Farmasi Kompetensi Profesi Farmasi Pengalaman Praktik Meliputi Pembuatan termasuk Pengendalian Mutu Sediaan Farmasi, Pengamanan, Pengadaan, Penyimpanan, Pendistribusian Obat, Pelayanan obat atas Resep Dokter, , Pelayanan Informasi Obat, Bahan Obat, dan Obat Tradisional Pemahaman Kewenangan Pengakuan oleh Sistem Negara melalui •Registrasi •Lisensi Praktik SPO Praktik Kefarmasian Permenkes Nomor 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Permenkes 73 / 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Tujuan Standar Pelayanan di Apotek • Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian • Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian • Melindungi pasien dan masy dari obat yg tidak rasional dalam rangka patient safety Pembinaan dan Pengawasan • Dilaksanakan oleh Menteri, Kadinkes provinsi, kab/kota • Dapat melibatkan organisasi profesi Pengawasan • Dilaksanakan oleh Menteri, Kadinkes provinsi, kab/kota , khusus terkait pengawasan sediaan farmasi terkait pengelolaan sed farmasi dilakukan juga oleh Ka BPOM sesuai tugas dan fungsi masing masing • Selain pengawasan, Ka BPOM dapat melakukan pemantuan, pemberian bimbingan , dan pembinaan terhadap pengelolaan sediaan farmasi di instansi pemerintah dan masy di bidang pengawasan sediaan farmasi STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI Perencanaan Pengadaan Penerimaan Penyimpaan Pengendalian Pencatatan dan Pelaporan Sumber daya manusia PELAYANAN FARMASI KLINIK Pengkajian dan pelayanan resep Dispensing Pelayanan Informasi Obat Konseling Pelayanan Kefarmasian di rumah Pemantauan Terapi Obat (PTO) Monitoring Efek Samping Obat (MESO) Sarana dan Prasarana Evaluasi Mutu Pelayanan Kefarmasian Keselamatan Pasien PERMENKES 9/2017 : TINJAUAN PRAKTIK APOTEKER DAN PELAYANAN KEFARMASIAN GPP Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Transformasi Apoteker dari dispensing sediaan farmasi menjadi penyedia pelayanan kefarmasian dan informasi obat DARI MENJADI Obat sebagai sebuah Produk Terapi Obat Dispensing Care giver Solo Tim tenaga kesehatan Pengetahuan Informasi Regulasi tentang Apotek: Permenkes 9 /2017 Papan Nama Apotek Papan Nama Praktek Apoteker Apoteker harus memberikan pelayanan langsung Peningkatan outcome terapi pasien Dlm rangka peningkatan keselamatan pasien TATA CARA PERMOHONAN SIA (PASAL 12-15 PERMENKES NO.9/2017) KEGIATAN Pengajuan permohonan tertulis oleh Apoteker kepada Pemda Kabupaten/Kota PERSYARATAN FC STRA, KTP, NPWP, Peta lokasi dan denah bangunan, daftar sarana, prasarana, dan peralatan. Pemeriksaan setempat terhadap kesiapan Apotek oleh Tim pemeriksa Dinas Kesehatan Kab/Kota Pelaporan hasil pemeriksaan oleh Tim pemeriksa Dinkes Kab/Kota kepada Pemda Kab/Kota BAP Penerbitan SIA oleh Pemda Kab/Kota dengan tembusan Direktur Jenderal, Kadinkes Provinsi, Ka. Balai POM, Kadinkes Kabupaten/Kota, dan Organisasi Profesi • Penerbitannya SIA bersamaan dengan penerbitan SIPA untuk Apoteker pemegang SIA. Masa berlaku SIA mengikuti masa berlaku SIPA. • SIA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan PERMENKES 9/2017 : PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pengawasan yang dilakukan selanjutnya dilaporkan kepada Menteri secara berkala minimal 1(satu) kali dalam setahun. Menteri Pembinaan dan Pengawasan Kadinkes Kab/Kota Khusus pengawasan sediaan farmasi dalam pengelolaan sediaan farmasi Kadinkes Provinsi Kepala BPOM melibatkan Organisasi Profesi Pasal 28-30 PERAN IAI DALAM IMPLEMENTASI PERMENKES NO. 9 TAHUN 2017 1.Melakukan sosialisasi kepada anggotanya di wilayahnya masing-masing. 2.Memastikan anggotanya telah melaksanakan ketentuan yang dimaksud dengan waktu paling lama 2 tahun sejak permenkes terbit. 3.Melaporkan kepada IAI pusat ditebuskan ke Kementerian Kesehatan RI terkait kegiatan sosialisasi Permenkes yang dilakukan. 4.Berkoordinasi dengan IAI Pusat dan Kemenkes terkait kendala dalam implementasi permenkes tersebut. PERAN IAI TERKAIT IMPLEMENTASI PERMENKES TENTANG APOTEK IAI PERSYARATAN SIA : STRA - Memberikan sertifikat kompetensi profesi. - Mengeluarkan surat rekomendasi untuk nantinya dilampirkan dalam permohonan SIPA/SIPTTK PERIZINAN APOTEK Mendapatkan tembusan ketika SIA diterbitkan oleh Pemda Kab/Kota (Pasal 13 ayat (6)) PENGAWASAN IMPLEMENTASI PERMENKES TENTANG APOTEK Terlibat dalam pengawasan pelaksanaan Permenkes (Pasal 28 ayat (2)) Permenkes Nomor 31 tahun 2016 tentang Perubahan Registrasi, Izin Praktik dan Izin Tenaga Kerja Kefarmasian SURAT IZIN TENAGA KEFARMASIAN SURAT IZIN KERJA Dibaca dan dimaknai SURAT IZIN PRAKTIK SIPA bagi Apoteker SIPTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian SURAT EDARAN PERMENKES NO.31/2016 Hal yang diatur dalam SE : A. Surat Izin Praktik • 1. SIP Apoteker • 2. SIP TTK B. Tata Cara Pemberian Surat Izin Praktik • 1. SIPA • 2. SIPTTK C. Pembinaan dan pengawasan A. SURAT IZIN TENAGA KEFARMASIAN FASILITAS KEFARMASIAN Fasilitas Produksi Sed. Farmasi Fasilitas Distribusi /Penyaluran Sed. Farmasi SIPA diberikan Paling banyak untuk 1 tempat Fasilitas pelayanan kefarmasian SIPA diberikan paling banyak untuk 3 tempat • Apoteker yang telah memiliki SIPA atau SIKA bds PMK 889/2009, SIPA dan SIKA berlaku sebagai SIPA sampai habis masa berlakunya KETENTUAN PEMBERIAN SIPA Kepemilikan SIPA bagi Apoteker di Fasyanfar dan Instalasi Farmasi Pemerintah / TNI / POLRI Kepemilikan SIPA bagi Apoteker yang telah memiliki SIA Kepemilikan SIA maksimal Hanya dapat memiliki 3 SIPA hanya boleh mempunyai 2 SIPA 1 SIA pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian lain Pihak yang berwenang dalam penerbitan SIPA/SIPTTK Pemerintah Kab/Kota tempat Tenaga Kefarmasian menjalankan praktiknya. Untuk permohonan SIA, Apoteker dapat menggunakan SIPA Kesatu, SIPA Kedua atau SIPA Ketiga. KETENTUAN PAPAN NAMA INFORMASI MINIMAL PADA PAPAN NAMA APOTEK (Nama Apotek) Nomor SIA Alamat : : INFORMASI MINIMAL PADA PAPAN NAMA PRAKTIK APOTEKER Nama Apoteker : Nomor SIPA : Jadwal Praktik : (jam/hari) Harus berbeda dengan jadwal praktik ybs di fasilitas kefarmasian lain Papan nama dipasang di dinding bagian depan bangunan atau dipancangkan di tepi jalan B. TATA CARA PEMBERIAN SIPA APOTEKER Mengajukan permohonan SIPA PERSYARATAN/ DOKUMEN YANG DIBERIKAN Kadinkes atau PTSP Kab/Kota • Surat permohonan sesuai dengan format pada formulir 1/2/3 Surat Edaran tentang Petunjuk pelaksanaan PMK No.31/2016 Menerbitkan SIPA • Persyaratan administratif seperti fc STRA, Surat peretujuan atasan, surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi, surat rekomendasi IAI, pas foto, fotokopi SIPA sebelumnya. Pengajuan SIPA Kedua melampirkan fc SIPA Kesatu Pengajuan SIPA Ketiga melampirkan fc SIPA Kesatu dan SIPA Kedua C. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Surat Edaran ini dilakukan oleh Direktur Jenderal, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota dan/atau Organisasi Profesi sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing Pelaksanaan Pemberian Surat Rekomendasi SIPAApoteker KEWENANGAN (PP 51/2009) PUSAT (KFN) MEMBUAT NSPK PROPINSI KABUPATEN/ KOTA ORGANISASI PROFESI MENERBITK AN SRTTK MENERBITKAN / MENCABUT SIPA, SIKA.SIKTTK MENERBITKAN SURAT KOMPETENSI WAJIB MELAKUKAN PEMETAAN TENAGA APT, TTK, JLH PENDUDUK, KEBUTUHAN YANKES, KETERJANGKAUAN PELAYANAN DAN JUMLAH SARANA YANKES MENGELUARK AN REKOMENDASI PENEMPATAN APOTEKER, TTK MENERBITKA N/ MENCABUT STRA, STRA KHUSUS PEMBINAAN DAN PENGAWASA N PEMBINAAN DAN PENGAWASA N PENDIDIKAN IJAZAH APOTEKER DAN TTK SESUAI STANDAR PENDIDIKAN MENGURUS SERTIFIKAT KOMPETEN SI APOTEKER YANG BARU LULUS MENGAJUK AN PENGURUS AN STRA,STRTT K SECARA KOLEKTIF KE KFN Pengertian Rekomendasi Hal minta perhatian bahwa orang yg disebut dapat dipercaya, baik (biasa dinyatakan dng surat); penyuguhan hal minta perhatian bahwa orang yg disebut dapat dipercaya, baik (biasa dinyatakan dng surat); penyuguhan Tujuan Pengaturan Praktik Kefarmasian MEMBERIKAN PERLINDUNGAN MEMPERTAHANKAN DAN MENINGKATKAN MUTU MENJAMIN KEPASTIAN HUKUM Lingkup Rekomendasi SKIL SUBJEK KNOWLEDGE ATTITUDE REKOMENDASI BENDA OBJEK TEMPAT WAKTU Hubungan Dalam Pemberian Rekomendasi KADINKES IAI APOTEKER Karakteristik dan Praktik Kefarmasian KETIDAKPASTIAN • WAKTU • BIAYA KETIMPANGAN PENGETAHUAN PENGARUHNYA TERHADAP MASYARAKAT Elemen Essensial dalam Meningkatkan KualitasPraktik Kefarmasian TEKNIS INTERPERSONAL KENYAMANAN Unsur Penting dalam Memberikan Izin/ Rekomendasi PARTISIPASI KEADILAN KETERBUKAAN TANGGAP DALAM MELAYANI BERORIENTASI PADA KEPENTINGAN YANG LUAS BERDAYA GUNA & DAN BERHASIL GUNA TANGGUNG JAWAB MEMILIKI VISI KEDEPAN IAI dan Rekomendasi KEDUDUKAN DAN PERAN YANG STRATEGIS PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ANGGOTA IAI PEDOMAN HUBUNGAN ANGGOTA DAN ORGANISASI (SIMBOLIK / RIIL) SK PO 002 TENTANG REKOMENDASISK PO-002 ttg PO Rekomendasi-27 September 2016-Jogja (1).pptx KEPUTUSAN RAPAT KOORDINASI NASIONAL IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor:Kep.001/RAKORNASIAI/1418/I/2017 tentang KESEPAKATAN HASIL RAPAT KOORDINASI NASIONAL IKATAN APOTEKER INDONESIA Lampiran SK Nomor:Kep.001/RAKORNASIAI/1418/I/2017 Berdasarkan sosialisasi Surat Edaran NOMOR HK.02.02/MENKES/24/2017 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Komite Farmasi Nasional dengan narasumber : 1. Dra. R. Dettie Yuliati, Apt - Direktur Pelayanan Kefarmasian – Ditjen Farmalkes Kemenkes RI 2. Dr.Faiq Bahfen, SH – Anggota Komite Farmasi Nasional Maka diperoleh kesepakatan sebagai berikut : A. Untuk Internal 1. Disepakati bahwa Apoteker yang dapat melakukan pengadaan sedian farmasi ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah : a. Apoteker yang memiliki Surat Izin Apotek (SIA) di Apotek tersebut b. Apoteker yang memiliki Surat Izin Apotek (SIA) sebagaimana dimaksud pada poin (a) jika cuti/sakit/melahirkan/tugas dinas, mendelegasikan kepada apoteker yang memiliki SIPA di sarana yang sama dengan memberitahukan kepada Dinas Kesehatan Kab/Kota setempat. c. Apoteker yang memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) di Rumah Sakit (RS) yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur RS sebagai Apoteker yang berwenang dalam pengadaan sediaan farmasi d. Apoteker yang memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) di Klinik dan Surat Keputusan Direktur/Pimpinan Klinik sebagai Penanggungjawab Ruang Farmasi e. Apoteker yang memiliki SIPA di PUSKESMAS dan SK Kepala Dinas Kesehatan sebagai Penanggungjawab Ruang Farmasi f. Apoteker yang memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) di Instalasi farmasi Pemerintah/TNI/POLRI di Kab/Kota/Provinsi/Pusat dan Surat Keputusan dari Kepala Dinas Kesehatan/Kepala Daerah/Menteri Kesehatan 2. Pada dasarnya Rekomendasi IAI hanya berpedoman pada PO No.002/PPIAI/1418/IX/2016 tentang Rekomendasi Surat Izin Praktik Apoteker, dengan penyempurnaan rekomendasi berdasarkan lokasi praktik sebagai a. Biaya rekomendasi setiap Surat Izin Praktik berikut: Apoteker (SIPA) berpedoman pada PO.No.002/PP-IAI/1418/IX/2016 tentang Rekomendasi Surat Izin Praktik Apoteker (maksimal 100 ribu rupiah) b. Iuran anggota antar cabang didalam PD 100% + 50 % (Penjelasan : Bagi Apoteker yang memiliki SIPA kedua atau Ketiga di wilayah PC IAI yang berbeda dengan PC IAI dimana SIPA Kesatu berada, tetapi masih dalam satu wilayah PD IAI, maka selain membayar kewajiban Iuran Anggota sebagaimana diatur dalam PO.No.002/PPIAI/1418/V/2015 tentan Iuran Anggota, juga dikenakan iuran anggota tambahan sebesar 50% iuran anggota untuk PC IAI dimana SIPA kedua atau SIPA ketiga berada) c. Iuran anggota antar cabang diluar PD 100% + 90% (Penjelasan : Bagi Apoteker yang memiliki SIPA kedua atau Ketiga di wilayah PD IAI yang berbeda dengan PD IAI dimana SIPA Kesatu berada, maka selain membayar kewajiban Iuran Anggota sebagaimana diatur dalam PO.No.002/PPIAI/1418/V/2015 tentan Iuran Anggota, juga dikenakan iuran anggota tambahan sebesar 90% iuran anggota dengan rincian 40% untuk PD IAI dan 50% untuk PC IAI dimana SIPA kedua atau SIPA ketiga berada) B. Untuk Eksternal Diharapkan kepada Ditjen Farmalkes Kemenkes dalam melakukan Sosialisasi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian Nomor 31 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian dan Surat Edaran NOMOR HK.02.02/MENKES/24/2017 Tentang Petunjuk elaksanaan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian kepada Dinas Kesehatan Prov/Kab/Kota dan pemangku kepentingan terkait agar mengikutsertakan Pengurus IAI. P E Stakeholder terkait untuk tetapN mempedomani Permenkes Nomor 889 Tahun 2011 dengan memperhatikan perubahan yang terdapat pada PermenkesU Nomor 31/2016 beserta Petunjuk Pelaksanaannya. T Diperlukan koordinasi yang baik dan sinergi dari setiap unsur dalam peningkatan mutu apoteker U utamanya dalam optimalisasi peran Apoteker untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat P Optimalisasi peran Apoteker dilakukan melalui peningkatan kompetensi, regulasi, sumber daya kefarmasian Perguruan Tinggi Farmasi, KFN, IAI, Kementerian Kesehatan berperan penting bagi kemajuan Apoteker di Indonesia