6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu yang Relevan 1

advertisement
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu yang Relevan
1.
Penelitian dengan Judul “Penyimpangan Sosial dalam Novel Hati yang
Bercahaya Karya Wiwid Prasetyo”
Penelitian tersebut dilakukan oleh Leni Marlina mahasiswa Universitas Negeri
Padang. Penelitian tersebut dilakukan Leni Marlina pada tahun 2013 sebagai salah
satu tugas akhir. Permasalahan yang dibahas dalam penelitiaannya adalah mengenai
terjadinya penyimpangan sosial. Hasil analisis dan pembahasannya ditemukan bahwa
dalam novel Hati yang Bercahaya terdapat penyimpangan sosial. Penyimpangan
sosial yang ditemukan meliputi adanya; penyimpangan terhadap kekuasaan dan
wewenang, penyimpangan agama, dan penyimpangan terhadap pergaulan.
Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada sumber data. Karena Leni
Marlina dalam sumber data penelitiannya menggunakan novel Hati Yang Bercahaya
karya Wiwid Prasetyo. Sedangkan sumber data pada penelitian ini menggunakan
novel Setelah Lonceng Berbunyi 12 Kali karya Giyanto Jangkung. Dengan demikian
data yang disajikan dalam pembahasan memiliki perbedaan. Oleh karena itu, hasil
pembahasan dalam penelitian ini berbeda.
2.
Penelitian dengan Judul “Penyimpangan Perilaku Remaja di Gondanglegi
sebagai Masalah Sosial”
Penelitian tersebut dilakukan oleh Isna Mufidah mahasiswa di Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Penelitian tersebut dilakukan oleh Isna
Mufidah pada tahun 2010. Hasil penelitian secara ringkas menunjukkan bahwa
6
Penyimpangan Sosial Dalam…, Yadit Agus Kusuma, FKIP UMP, 2016
7
bentuk/jenis-jenis penyimpangan perilaku remaja di Gondanglegi tergolong berat dan
sebagian melanggar hukum. Hal-hal yang menjadi penyebab penyimpangan perilaku
remaja itu adalah karena pengaruh dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masyarakat. Sedangkan upaya yang dilakukan keluarga dan masyarakat
menggunakan upaya preventif, represif, kuratif, dan rehabilitasi.
Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Isna Mufidah jenis
penelitiannya yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan studi kasus.
Sedang dalam pengumpulan mengggunakan metode obesrvasi, interview, dan
dokumentasi. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi
sastra. Kemudian metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
desktiptif analitik. Sedang untukpengumpulan datanya menggunakan teknik baca dan
catat. Dengan demikian, penelitian yang dilakukan oleh peneliti benar-benar berbeda
dengan penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, peneliti berpendapat bahwa penelitian
ini perlu dilakukan.
B. Penyimpangan Sosial
1.
Pengertian Penyimpangan Sosial
Menurut Zenden, dalam Sunarto (2004: 175) penyimpangan sosial merupakan
perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar
batas toleransi. Horton (2013) bahwa penyimpangan adalah setiap perilaku yang
dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.
Lawang (2013) penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari
norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang
berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang itu.
Penyimpangan Sosial Dalam…, Yadit Agus Kusuma, FKIP UMP, 2016
8
Berdasarkan beberapa pendapat di atas,peneliti mengambil salah satu pendapat
yang diungkapkan oleh Zenden dalam Sunarto (2004: 175). Pendapat tersebut adalah
bahwa penyimpangan sosialmerupakan perilaku yang oleh sejumlah besar orang
dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.Oleh karena itu, bentuk
pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku penyimpangan dapat dikenakan hukum
sosial. Maka disebutkan bahwa dalam penyimpangan sosial terdapat bentuk-bentuk
penyimpangan untuk melihat tingkat pelanggaran yang terjadi. Namun semua bentukbentuk penyimpangan sosial tersebut tentu berhubungan dengan tindakan yang tidak
dapat diberi toleransi. Melalui bentuk-bentuk penyimpangan sosial tersebut, dapat
lebih mudah untuk membedakan tingkat pelanggaran yang dilakukan oleh masingmasing pelakunya. Dengan demikian, masyarakat dapat mengetahui batas toleransi
yang harus diberikan sehingga tidak menimbulkan perselisihan.
Schaefer (2012: 194) berpendapat penyimpangan melibatkan pelanggaran
norma kelompok yang mungkin atau tidak mungkin diformal menjadi hukum. Ini
adalah konsep komprehensif yang tidak hanya mencakup perilaku kriminal, tetapi
juga banyak tindakan yang tunduk pada hukuman. Penyimpangan sosial, lebih
dipandang memiliki makna negatif pada masyarakat. Pada kasus penyimpangan
sosial, mayoritas hal ini memang lebih mengarah pada makna negatif. Ini karena
penyimpangan sosial memang melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Norma merupakan aturan dan ekspektasi yang terbentuk dari berbagai anggota
masyarakat. Tindakan penyimpangan norma tentu dapat berdampak buruk bagi
masyarakat yang meyakini norma tersebut, meski belum tentu berlaku pada
masyarakat lainnya.
Penyimpangan Sosial Dalam…, Yadit Agus Kusuma, FKIP UMP, 2016
9
2.
Bentuk-bentuk Penyimpangan Sosial.
Jumlah dan macam perilaku menyimpang cukup banyak di masyarakat. Dari
penyimpangan kecil seperti mengluarkan kata-kata tidak sopan, hingga penyimpangan
besar dalam bentuk kejahatan. Menurut Suhardi dan Sri Sunarti (2009: 137) bentukbentuk penyimpangan sosial yang melanggar batas toleransi terdapat empat macam
yaitu; penyalahgunaan NAZA atau narkoba, perkelahian antar pelajar, penyimpangan
perilaku seksual, tindak kriminalitas atau tindak kejahatan. Berikut adalah penjelasan
dari empat bentuk penyimpangan sosial.
a.
Penyalahgunaan NAZA atau Narkoba
Narkotika, alkohol, dan zat adiktif (NAZA) narkotika daun obat-obat
berbahaya (Narkoba). Menurut Suhardi dan Sri Sunarti (2009: 137) Narkotika adalah
zat-zat kimia yang digunakan dalam kedokteran untuk membius partsien. Dokter
memanfaatkannya untuk menangani operasi. Narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis atau semisintesis, yang
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan arasa sakit nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan
(Syahrizal, 2013: 2).
Penggunaan di luar tujuan itu merupakan bentuk penyimpangan (Suhardi dan
Sri Sunarti, 2009: 136). Misalnya, penggunaan ekstasi untuk pelarian diri dari beban
hidup atau melupakan masalah yang dihadapi. Namun dari pada kegunaan secara
medis yang membutuhkan zat-zat tersebut sebagai bahan untuk penanganan medis
pandangan lain dikemukakan melalui norma hukum. Norma hukum telah memberi
sanksi tegas kepada para pengedar dan pengguna narkotika (Suhardi dan Sri Sunarti,
Penyimpangan Sosial Dalam…, Yadit Agus Kusuma, FKIP UMP, 2016
10
2009: 137). Dengan alasan tersebut maka narkotika atau pun narkoba merupakan salah
satu bentuk dari penyimpangan sosial. Karena penggunaan dari batas yang seharusnya
menyebabkan seseorang menjadi ketergantungan. Hingga pada akhirnya hal tersebut
merusak syaraf otak sehingga tidak jarang terjadi berbagai tindak kejahatan yang
dilakukan oleh para pecandu narkotika atau narkoba.
b.
Perkelahian Antar Pelajar
Perkelahian antar pelajar disebut juga tawuran, yang artinya perkelahian yang
melibatkan banyak pelajar. Perkembangan jiwa remaja belum stabil, emosinya lebih
menonjol daripada rasio. Perkelahian termasuk jenis kenakalan remajra akibat
kompleksnya kehidupan kota yang disebabkan karena masalah sepele misalnya, saling
mengejek di antara pelajar. Rasa solidaritas negatif kemudian membawa pelajarpelajar lain melibatkan diri. Faktor yang menjadi penyebab penyimpangan sosial
tersebut yaitufaktor internal dan faktor eksternal (Kartono, 2002: 109)
c.
Penyimpangan Perilaku Seksual
Menurut Suhardi dan Sri Sunarti (2009: 140) ada dua macam penyimpangan
seksual, yaitu perilaku seksual di luar nikah dan homoseksual. Hubungan seksual di
luar nikah dapat berupa pelacuran, perkosaan, dan perselingkuhan (kumpul kebo).
Kumpul kebo adalah hidup seperti suami istri tanpa ikatan pernikahan yang sah.
Semua bentuk perilaku seks menyimpang berakibat buruk. Baik terhadap para
pelakunya ataupun lingkungan masyarakat pada umumnya.
Hubungan seks di luar nikah adalah bentuk dari pelanggaran norma, terutama
norma agama. Bagi yang beragama islam, hal itu adalah zina besar yang berat pula
Penyimpangan Sosial Dalam…, Yadit Agus Kusuma, FKIP UMP, 2016
11
hukumannya. Masyarakat pun akan memandang jijik kepada mereka yang
melakukannya. Sedangkan dari segi kesehatan, hubungan seks bebas rawan terhadapat
penularan penyakit kelamin. Selain itu, hubungan seks bebas juga dapat menyebabkan
penyakit HIV AIDS.
Hubungan seks karena perselingkuhan, dapat mengakibatkan keretakan rumah
tangga. Apabila satu pihak tidak bisa menerima perselingkuhan tersebut, maka dapat
terjadi perceraian. Menurut Sunarto (2004: 64) terjadimya perceraian maka dengan
sendirinya fungsi keluarga mengalami gangguan dan pihak yang bercerai maupun
anak-anak harus menyesuaikan diri dengan situasi baru. Setiap perceraian akan
membawa dampak negatif kepada anak. Anak yang seharusnya mendapat kasih
sayang dan perhatian dari kedua orang tua kandungnya menjadi terabaikan. Anakanak korban keretakan rumah tangga (broken home) seperti itu biasanya nakal dan
berperilaku menyimpang.
d. Tindak Kriminalitas atau Tindak Kejahatan
Semua bentuk pelanggaran norma hukum adalah tindakan kriminal
(kejahatan). Kejahatan seperti ini merugikan orang lain, baik secara pidana maupun
perdata. Ada tindakan kriminal yang bersifat terang-terangan seperti pencopetan,
penjambretan, pencurian, penodongan, dan perampokan. Menurut Suhardi dan Sri
Sunarti (2009: 141) tindak kriminal adalah tindak kejahatan atau tindakan yang
merugikan orang lain dan melanggar norma hukum, norma sosial, dan norma agama.
Dalam tindakan kriminalitas atau tindak kejahatan terdapat beberapa contoh yaitu;
kejahatan tanpa korban, kejahatan terorganisasi, kejahatan kerah putih, kejahatan
kerah biru, dan kejahatan korporat. Berikut adalah penjelasan dari beberapa tindak
kriminalitas atau tindak kejahatan.
Penyimpangan Sosial Dalam…, Yadit Agus Kusuma, FKIP UMP, 2016
12
1) Kejahatan Tanpa Korban (crime without victim)
Menurut Muin (2013: 172) kejahatan tanpa korban adalah kejahatan yang tidak
mengakibatkan penderitaan pada korban akibat tindak pidana orang lain. Meskipun
tidak membawa korban namun perbuatan demikian digolongkan sebagai kejahatan
karena dianggap sebagai perbuatan tercela oleh masyarakat ataupun kelompok yang
berkuasa (Sunarto, 2004: 182). Dengan segala bentuk persoalandalam kejahatan
tersebut maka contohnya adalah berjudi, mabuk-mabukan, penyalahgunaan narkotika,
dan sebagainya. Pada kenyataanya kejahatan seperti merugikan diri sendiri pada setiap
pelakunya.
2) Kejahatan Terorganisasi (organized crime)
Menurut Sunarto (2004: 182) kejahatan terorganisasi adalah pelaku kejahatan
komplotan yang secara berkesinambungan melakukan berbagai cara untuk
mendapatkan uang atau kekuasaan dengan jalan menghindari hukum. Kejahatan
terorganisasi merupakan kejahatan yang melampaui batas negara yang dilakukan oleh
organisasi-organisasidengan
jaringan
global.
Contohnya
komplotan
korupsi,
penyediaan jasa pelacur, pengedaran narkotika, dan penyelundupan pekerja asing ke
dalam suatu negara.
3) Kejahatan Kerah Putih (white collar crime)
Menurut Sunarto (2004: 183) kejahatan kerah putih adalah kejahatan yang
mengacu pada kejahatan orang-orang terpandang atau berstatus tinggi dalam rangka
pekerjaannya. Kejahatan tersebut menjerumus pada kecurangan yang dapat merugikan
Penyimpangan Sosial Dalam…, Yadit Agus Kusuma, FKIP UMP, 2016
13
masyarakat. Contoh tindak kejahatan ini misalnya; korupsi,kolusi, dan nepotisme atau
yang sering disebut dengan KKN. Kejahatan seperti ini sering kali melibatkan pejabat
publik dari tingkat pemerintah daerah hingga pemerintah pusat.
4) Kejahatan Kerah Biru (blue collar crime)
Menurut Hius J, Dkk (2014) kejahatan kerah biru adalah kejahatan yang
dilakukan oleh orang-orang golongan rendah. Tindak kejahatan ini misalnya;
perampokan/perampasan,mencuri
jemuran,
pencurian
sandal
di
masjid
dan
sebagainya. Meski kejahatan ini dilakukan oleh orang-orang dengan golongan rendah
namun yang dilihat bukan dari sisi tersebut melainkan dampak yang ditimbulkan.
Oleh karena itu, masyarakat tetap menganggap kejahatan ini sebagai gangguan yang
dapat merugikan. Dengan demikian kejahatan kerah biru merupakan salah satu
kejahatan yang harus ditindak tegas.
5) Kejahatan Korporat (corporate crime)
Menurut Sunarto (2004: 183) kejahatan korporat adalah jenis kejahatan yang
dilakukan atas nama organisasi dengan tujuan menaikkan keuntungan atau menekan
kerugian. Salah satu contoh dari tindak kejahatan ini biasanya dilakukan oleh suatu
perusahaan membuang limbah beracun ke sungai yang mengakibatkan penduduk
sekitar mengalami berbagai jenis penyakit.Kejahatan seperti ini banyak dijumpai oleh
perusahaan-perusahan pertambangan minyak, emas, batu bara. Bahkan juga kejahatan
seperti itu banyak dilakukan oleh perusahaan tekstil yang menggunakan bahan-bahan
kimia.
Penyimpangan Sosial Dalam…, Yadit Agus Kusuma, FKIP UMP, 2016
14
3.
Pencegahan Penyimpangan Sosial.
Menurut Winles (2013) penyimpangan sosial dapat dicegah melalui tiga faktor
yaitu; keluarga, lingkungan tempat tinggal dan teman sepermainan, dan media massa.
Tiga faktor tersebut memiliki peran masing-masing sesuai dalam melakukan
pencegahan terhadap terjadinya penyimpangan sosial. Oleh karena itu, masyarakat
sebagai mahkluk sosial perlu mempelajari tiga factor tersebut. Karena masyarakat
tidak bisa dilepaskan dari interaksi dengan lingkungan. Berikut adalah penjelasan dari
faktor pencegah terjadinya penyimpangan sosial.
a.
Keluarga
Keluarga merupakan awal proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian
seorang anak. Kepribadian seorang anak akan terbentuk dengan baik apabila dia lahir
dan tumbuh berkembang dalam lingkungan keluarga yang baik begitu pulasebaliknya.
Secara tidak langsung seorang anak selalu melihat dan meniru setiap perilaku dari
lingkungannya. Oleh karena itu, dalam sistem keluarga mengenal istilah sosialisasi.
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia.
Dalam sosialisasi banyak hal yang dapat dipelajari terutama dalam pergaulan di
masyarakat.
b.
Lingkungan Tempat Tinggal dan Teman Sepermainan
Lingkungan tempat tinggal juga dapat mempengaruhi kepribadian seseorang
untuk melakukan penyimpangan sosial. Seseorang yang tinggal dalam lingkungan
tempat tinggal yang baik, warganya taat dalam melakukan ibadah agama dan
melakukan perbuatan-perbuatan yang baik maka keadaan ini akan mempengaruhi
Penyimpangan Sosial Dalam…, Yadit Agus Kusuma, FKIP UMP, 2016
15
kepribadian seseorang menjadi baik sehingga terhindar dari penyimpangan sosial dan
begitu juga sebaliknya.
c.
Media Massa
Media massa baik cetak maupun elektronik merupakan suatu wadah sosialisasi
yang dapat mempengaruhi seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Langkah
pencegahan agar tidak terpengaruh akibat media massa adalah apabila kamu ingin
menonton acara di televisi dengan memilih acara yang bernilai positif. Kemudian
menghindari tayangan yang dapat membawa pengaruh tidak baik.Terutama pada
anak-anak remaja yang begitu rentan terhadap pengaruh-pengaruh negatif. Dengan
langkah tersebut maka penyimpangan sosial dalam masyarakat dapat dicegah.
4.
Faktor-faktor Penyebab Penyimpangan Sosial
Menurut Suhardi dan Sri Sunarti (2009: 135) faktor penyebab penyimpangan
sosial terdapat empat macam yaitu; ketidaksempurnaan sosialisasi, menganut suatu
kebudayaan menyimpang, kesalahan memahami informasi, dan ikatan sosail
menyimpang. Berikut adalah penjelasan empat faktor penyebab terjadinya
penyimpangan sosial.
a.
Ketidaksempurnaan Sosialisasi Nilai-nilai
Menurut Suhardi dan Sri Sunarti (2009: 135) perilaku manusia dikendalikan
oleh nilai dan norma sosial. Nilai dan norma tersebut diterima seorang individu
melalui proses sosialisasi. Sosialisasi dialami seorang melalui berbagai media.
Apabila antar media itu tidak sejalan dalam menyosialisasikan nilai dan norma, maka
Penyimpangan Sosial Dalam…, Yadit Agus Kusuma, FKIP UMP, 2016
16
terjadilah ketidaksempurnaan sosialisasi. Salah satunya adalah ketidakselarasan antara
sosialisasi di rumah, sekolah, dan masyarakat.
Penyimpangan sosial juga terjadi sebagai akibat tidak berfungsinya media
sosialisasi secara baik. Misalnya, keluarga diharapkan berperan sebagai sumber kasih
sayang bagi anak. Peran itu dapat saja tidak terpenuhi karena berbagai hal antara lain
kehancuran keluarga (broken home) akibat perceraian, perselingkuhan, kematian salah
satu atau kedua orang tuanya, sifat otoriter orang tua dalam mendidik, tekanan
ekonomi yang menghimpit kehidupan sehari-hari keluarga, ataupun karena
kemiskinan. Hal-hal tersebutdi atas, menjadikan keluarga tidak mampu menjadi media
sosialisasi yang wajar. Akibatnya anak-anak yang berasal dari keluarga yang demikian
banyak yang berperilaku menyimpang. Hingga pada akhirnya mereka terpengaruh
untuk melakukan perbuatan yang menjerumus pada penyimpangan sosial.
b. Menganut Nilai-nilai Subkebudayaan Menyimpang.
Menurut Suhardi dan Sri Sunarti (2009: 135) masyarakat adalah satu kesatuan
hidup bersama yang memiliki kebudayaan di dalam suatu masyarakat terdapat bagianbagian (sub-sub) atau kelompok-kelompok orang. Setiap kelompok memiliki ciri-ciri
kebudayaan tersendiri, namun masih merupakan bagian dari keseluruhan dari
keseluruhan masyarakat itu. Hal tersebut yang kemudian dinamakan dengan
subkebudayaan. Ada kalanya subkebudayaan menganut tata nilai yang menyimpang.
Misalnya, sekelompok warga masyarakat yang sehari-hari hidup dalam dunia
pelacuran, perjudian, dan berbagai kehidupan malam tidak sehat lainnya.
Penyimpangan sosial bersumber dari pergaulan dengan orang tua atau
kelompok yang menerapkan nilai dan norma yang berbeda (differential association).
Penyimpangan Sosial Dalam…, Yadit Agus Kusuma, FKIP UMP, 2016
17
Nilai dan norma yang berbeda dipelajari melalui proses alih budaya (culture
transformation). Melalui proses ini alih budaya seorang meyerap subkebudayaan
menyimpang dari lingkungan tertentu dalam masyarakat. Pergaulan negatif membuat
seseorang berperilaku menyimpang. Seorang anak berasal dari keluarga baik-baik,
namun dia tinggal di lingkungan para pemabuk dan penjudi sehingga terpengaruhi.
c. Kesalahan Memahami Informasi
Seringkali kita salah dalam memahami suatu kejadian, peristiwa, atau
informasi
yang disampaikan oleh pihak lain, terutama
media elektronik.
Penggambaran peristiwa, berita, dan tayangan-tayangan yang menampilkan perilaku
menyimpang sangat berpetensi untuk ditiru oleh masyarakat. Hal ini, karena mayoritas
mesyarakat kita belum terbiasa menyeleksi atau menganalisis secara kritis terhadap
berbagai infromasi yang datang. Menurut Suhardi dan Sri Sunarti (2009: 136)
masyarakat cenderung menerima mentah-mentah dan menganggapnya sebagai hal
yang lumrah. Contoh yang aktual dapat dilihat dari media televisi di masyarakat
antara lain informasi-informasi kriminalitas, perselingkuhan artis, sinetron-sinetron
yang menceritakan konflik warisan, dan lain-lain. Informasi dan acara-acara tersebut
memperoleh apresiasi yang tinggi dari masyarakat, sehingga secara tidak langsung
mereka terobsesi untuk mengikuti bahkan meniru apa yang ditayangkan di media
televisi.
d. Ikatan Sosial Menyimpang
Menurut Suhardi dan Sri Sunarti (2009: 136) di dalam masyarakat terdapat
berbagai individu yang berbeda perilaku dan kebiasaannya. Ada yang hidup tertib dan
Penyimpangan Sosial Dalam…, Yadit Agus Kusuma, FKIP UMP, 2016
18
santun karena sudah mapan secara sosial ekonomi, namun ada pula yang kurang
beruntung sehingga kekecewaan hidup itu mereka terlampiaskan lewat berbagai
perilaku keseharian yang menyimpang dari norma-norma. Di sisi lain, setiap orang
cenderung memilih teman bergaul. Apabila yang dipilih baik, maka baiklah
Perilakunya. Sebaliknya, apabila teman bergaulnya berperilaku menyimpang, maka
dia pun akan ikut berperilaku menyimpang. Seseorang tidak akan mudah menghindar
dari ikatan sosialnya. Ikatan sosial dapat berupa teman bergaul, kelompok atau
organisasi yang dia ikuti.
C. Sosiologi Sastra
Menurut Kurniawan (2012: 3-4) sosiologi mempunyai dua akar kata: socius
(dari bahasa latin) yang berarti “teman” dan logos (dari bahasa Yunani) yang berarti
“ilmu tentang”. Secara harfiah sosiologi berarti “ilmu tentang pertemanan”. Dalam
sudut pandang ini, sosiologi bisa didefinisikan sebagai “studi tentang dasar-dasar
keanggotaan sosial (masyarakat)”. Secara lebih teknis sosiologi adalah analisis
mengenai struktur hubungan sosial yang terbentuk melalui interaksi sosial.
Menurut Ratna (2013: 61) ilmu pengetahuan lain, seperti sosiologi,
sejarah,antropologi,
dan
ilmu
sosial
justru
menunggu
hasil-hasil
analisis
melaluipendekatan sosiologis yang akan digunakan untuk membantu memahami
gender, feminis, status peranan, wacana sosial dan sebagainya. Menurut Endaswara
(2013:10) sosiologi adalah ilmu objektif kategoris, membatasi diri pada apa yang
terjadi dewasa ini (das sein), bukan apa yang seharusnya terjadi (das sollen).
Pendekatan sosiologis juga memiliki implikasi metodologi berupa pemahaman
mendasar mengenai kehidupan manusia dalam masyarakat. Oleh karena itu,
Penyimpangan Sosial Dalam…, Yadit Agus Kusuma, FKIP UMP, 2016
19
pendekatan ini disenangi oleh tradisi Marxis, tradisi Lekra di Indonesia (Ratna,
2013:61). Proses sosial adalah pengaruh timbal-balik antara pelbagai segi kehidupan
bersama, umpamanya pengaruh timbal-balik antara segi kehidupan ekonomi dengan
segi kehidupan politik, antara segi kehidupan hukum dan segi kehidupan agama,
antara segi kehidupan agama dan segi kehidupan ekonomi.
Menurut Soekanto (2002: 21) tujuan sosiologi adalah untuk mendapatkan
pengetahuan yang sedalam-dalamnya tentang masyarakat, dan bukan untuk
mempergunakan pengetahuan tersebut terhadap masyarakat. Hartono dan Rahmanto
dalam Noor (2010: 87) memapaparkan bahwa sosiologi sastra adalah cabang ilmu
sastra yang mempelajari sastra dalam hubungannya dengan kenyataan sosial.
Kenyataan sosial mencakup pengertian konteks pengarang dan pembaca (produksi dan
resepsi) dan sosiologi sastra (aspek-aspek sosial dalam teks sastra).
Menurut Damono (2002: 8-9) secara singkat dapat dijelaskan bahwa sosiologi
adalah telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat, telaah
tentang lembaga dan proses sosial. Sosiologi mencoba mencaritahu bagaimana
masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia berlangsung, danbagaimana dia tetap ada.
Dengan demikian peran sosial dalam masyarakat dapat dijalankan sesuai fungsinya.
Salah satunya dalam menghadapi segala persoalan yang ada ditengah-tengah
masyarakat.
Jack Douglas dalam Sunarto (2004: 16) membedakan sosiologi dalam
kehidupan sehari-hari the sociology of everday life situations dan sosiologi struktur
sosial the sociology of social structures. Sosiologi kehidupan sehari-hari
menggunakan apa yang dinamakannya perspektif sehari-hari, iteraksionis atau
mikrososial sedangkan sosiologi struktur sosial menggunakan struktur atau perspektif
Penyimpangan Sosial Dalam…, Yadit Agus Kusuma, FKIP UMP, 2016
20
makrososial. Sosiologi struktur sosial mempelajari masyarakat secara keseluruhan
serta hubungan antara bagian masyarakat. Masyarakat dipandang sebagai sesuatu yang
melebihi kumpulan individu yang membentuknya.
Suatu usaha untuk menjabarkan perbedaan antara makrososiologi dan
mikrososiologi kita jumpai, antara lain: dalam pandangan Randall Collins dalam
Sunarto (2004:16) Collin mengemukakan mikrososiologi melibatkan analisis terinci
mengenai apa yang dilakukan, dikatakan, dan dipikirkan manusia dalam laju
pengalaman sesaat. Sedangkan makrososiologi melibatkan analisis proses sosial
berskala besar dan berjangka panjang. Menurut Sunarto (2004: 16) mikrososiologi
lebih difok``uskan pada seseorang dan kelompok kecil, sedangkan makrososiologi
lebih diarakan pada pengelompokan yang lebih besar seperti kerumunan atau
organisasi, komunitas, dan masyarakat teritorial. Menurut Inkeles dalam Sunarto
(2004: 18 melihat bahwa sosiologi mempunyai tiga pokok bahasan yang khas yaitu:
hubungan sosial, institusi, dan masyarakat.
Menurut Kurniawan (2012:2) kata “sastra” berasal dari bahasa Sansekerta,
akar katanya adalah “sas” dalam kata kerja turunan yang berarti “mengarahkan,
mengajar, memberi petunjuk, atau instruksi. Pada akhiran “tra”, biasanya
menunjukkan pada alat atau sarana. Oleh karena itu, sastra dapat berarti alat untuk
mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran. Namun, untuk keperluan
pemahaman yang komprehensif, perlu secara singkat dipaparkan beberapa pengertian
sastra yang sudah banyak dikemukakan oleh para ahli (Kurniawan, 2012: 1). Berikut
beberapa pendapat dari beberapa ahli.
1. Sastra merupakan cabang seni, yaitu hasil cipta dan ekspresi manusia yang
estetis (indah). Seni sastra sama kedudukannya dengan seni-seni lainnya,
seperti seni musik, seni lukis, seni tari, dan seni patung, yang diciptakan
untuk menyampaikan keindahan kepada penikmatnya (pembaca).
Penyimpangan Sosial Dalam…, Yadit Agus Kusuma, FKIP UMP, 2016
21
2. Di sisi lain, definisi sastra juga banyak yang mengarah pada pengertian
sastra ditinjau secara etimologis, asal muasal kata. Menurut Teeuw (1988:
22) dalam bahasa barat kata “sastra” itu sepengertian dengan kata literature
(Inggris), literatur (Jerman), litterature (Prancis) yang semuanya berasal
dari bahasa latin litteratura.
Menurut Ratna (2013, 332-333) ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan
mengapa sastra memiliki kaitan erat dengan masyarakat dan dengan demikian harus
diteliti dalam kaitannya dengan masyarakat, sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita,disalin
oleh penyalin, sedangkan ketiga subyek tersebut adalah anggota
masyarakat.
Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek-aspek kehidupan
yang terjadi dalam masyarakat, yang pada gilirannya juga difungsikanoleh
masyarakat.
Medium karya sastra, baik lisan maupun tulisan, dipinjam melalui
kompetensi masyarakat, yang dengan sendirinya telah mengandung
masalah-masalah kemasyarakatan.
Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, adat istiadat, dan tradisiyang
lain, dalam karya sastra terkandung estetika, etika, bahkan jugalogika.
Masyarakat jelas sangat berkepentingan terhadap ketiga aspek tersebut.
Sama dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat intersunjektivitas,
masyarakat menemukan citra dirinya dalam suatu karya.
Dengan demikian, maka pengertian sosiologi sastra adalah konsep sosiologi sastra
didasarkan pada dalil bahwa karya sastra ditulis oleh seorang pengarang, dan
pengarang merupakan a salient being, makhluk yang mengalami sensasi-sensasi
dalam kehidupan empirik masyarakatnya. Dengan demikian, sastra juga dibentuk oleh
masyarakatnya, sastra berada dalam jaringan sistem dan nilai dalam masyarakatnya.
Menurut Suwardi (2011:13) secara tradisional sosiologi dan sastra adalah manusia
dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala-gejala alam.
Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
Dengan demikian, berdasarkan pada pengertian di atas, sosiologi sastra pada
hakikatnya adalah interdisiplin antara sosiologi dengan sastra. Menurut Ratna (2009:
Penyimpangan Sosial Dalam…, Yadit Agus Kusuma, FKIP UMP, 2016
22
3) keduanya memiliki objek yang sama, yaitu manusia dalam masyarakat. Oleh karena
itu, perbedaan sosiologi dan sastra merupakan perbedaan hakikatnya, sebagai ciri-ciri,
sebagaimana ditunjukkan melalui perbedaan antara rekaan dan kenyataan atau fiksi
dengan fakta. Menurut Kurniawan (2012: 5) sosiologi sastra merepresentasikan
hubungan interdisiplin yang masuk dalam ranah sastra, mencakup:
1.
2.
3.
4.
Pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspekaspek kemasyarakatannya.
Pemahaman terhadap totalitas karya sastra yang disertai dengan aspekaspek kemasyarakatan yang terkandung didalamnya.
Pemahaman terhadap karya sastra sekaligus hubungan dengan masarakat
yang melatarbelakanginya.
Hubungan dialektik antara sastra dengan masyarakat.
Dengan demikian, sosiologi sastra di sini objek kajian utamanya adalah sastra yang
berupa karya sastra, sedangkan sosiologi berguna sebagai ilmu untuk memahami
gejala sosial yang ada dalam sastra, baik penulis, fakta sastra, maupun pembaca dalam
relasi dialektiknya dengan kondisi masyarakat yang menghidupi penulis, masyarakat
yang digambarkan, dan pembaca sebagai individu kolektif yang menghidupi
masyarakat.
Penyimpangan Sosial Dalam…, Yadit Agus Kusuma, FKIP UMP, 2016
Download