PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2011-2013 Alfred Amril, Dwi Fitri Puspa, Popi Fauziati Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta Email : [email protected] ABSTRACT The aim of this research to examine the effect of earnings management and corporate governance to corporate tax aggressiveness. The independent variable is used in this study is earning management measured by discretionary accrual (DA) and corporate governance that measured using independent commissioners and institutional ownership while the dependent variable in this study is tax aggressiveness that measured using effective tax rate (ETR). Population in this research are manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) from 2011 to 2013. The samples selected using purposive sampling method. Data used in this research is secondary data from website Indonesia Stock Exchange www.idx.co.id. The results show that earning management is not significantly influence to tax aggressiveness, independent commissioners and institutional ownership significantly influence the tax aggressiveness. Keyword : tax aggressiveness, earning management, independent commissioners and institutional ownership Pendahuluan Pajak merupakan suatu penerimaan yang sangat diharapkan pemerintah untuk yang bagian dilakukan dari perusahaan tax planning agar meminimalkan namun perusahaan dan pemilik mencapai laba yang optimal. Menurut Sari perusahaan pembayaran pajak merupakan dan Martani (2010), pemilik perusahaan lebih biaya yang dapat mengurangi keuntungan suka dari suatu perusahaan. Menurut Mangoting perpajakan. (1999) dalam Yoehana (2013) menyatakan menyatakan bahwa perusahaan cendrung bahwa melakukan pajak merupakan biaya bagi bertindak terutang dapat membantu menjalankan roda pemerintahan, bagi pajak merupakan lebih Chen et agresif al. (2010) untuk dalam juga agresivitas pajak untuk biaya pajak agar perusahaan, sehingga perusahaan melakukan meminimalkan usaha-usaha atau strategi-strategi tertentu meningkatnya agar dapat menekan biaya pajak. Strategi Menurut Frank et.al (2008), agresivitas pajak laba bersih perusahaan. merupakan tindakan merancang atau manajer perusahaan. mengatakan perencanaan pajak dengan menggunakan cara governance pada perusahaan akan mencegah yang tergolong atau tidak tergolong tax manajer melakukan agresivitas pajak dan evasion. memberikan dampak yang positif terhadap pajak merupakan Timothy (2010) menyatakan bahwa corporate governance manajemen melakukan manajemen laba. dapat menekan tingkat agresivitas pajak oleh Pajak harus karena itu semakin bagusnya penerapan ditanggung perusahaan. Manajer mengolah corporate governance pada perusahaan maka laba atau melakukan praktik manajemen laba semakin agar dapat menekan beban pajak penghasilan melakukan agresivitas pajak. Pada penelitian perusahaan. ini melakukan satu pajak. corporate motivasi merupakan salah kepatuhan good (2009) memanipulasi pendapatan kena pajak melalui Scott (2009) menyatakan bahwa motivasi penerapan Sartori beban Badertscher penelitian yang et untuk kemungkinan melihat perusahaan pengaruh corporate mendeteksi governance terhadap praktek manajemen laba pada laba sebelum diproksikan oleh pajak independen, kepemilikan institusional. perusahaan. untuk al.(2008) kecil Hasil penelitiannya menunjukan bahwa perusahaan cendrung Suyanto dan agresivitas komposisi pajak komisaris Supramono (2012) mengelola laba sebelum pajak sebagai upaya mengatakan ada kecenderungan semakin manajemen mengurangi beban pajak yang besar proporsi komisaris independen dalam harus dibayarkan. susunan dewan komisaris maka pengawasan Corporate Governance merupakan faktor yang mempengaruhi agresivitas pajak perusahaan. Surya dan Yustiavandana (2006) terhadap kinerja manajemen semakin kuat. Sehingga perilaku agresif pajak dari manajemen dapat berkurang. mengatakan penerapan corporate governance Khurana dan Moser (2009) menjelaskan yang baik menjadi penting bagi perusahaan bahwa konsentrasi kepemilikan institusional untuk menekan potensi konflik kepentingan akan mempengaruhi kebijakan pajak agresif antara manajer dengan pemilik perusahaan. oleh perusahaan. Dengan menerapakan corporate governance shareholder institusional yang besar akan yang baik maka tercipta pengawasan terhadap meningkatkan kebijakan pajak agresif tetapi kegiatan manajer sehingga dapat menekan sebaliknya konsentrasi kepemilikan long- tindakan agresivitas yang dilakukan oleh term shareholder yang besar maka akan Konsentrasi short-term mengurangi tindakan kebijakan pajak yang agresif. Rumusan masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang Gunadi (2013) mengatakan beberapa masalah yang telah dikemukakan diatas, tahun terakhir ini Ditjen Pajak tidak pernah dapat dirumuskan permasalahan yaitu : mampu memenuhi target penerimaan pajak 1. Apakah manajemen laba berpengaruh untuk mengisi pundi-pundi APBN. Ketidakberhasilan Ditjen Pajak diduga karena celah peraturan perpajakan juga terhadap agresivitas pajak ? 2. Apakah masih banyak, yang membuat wajib pajak dapat komisaris independen berpengaruh terhadap agresivitas pajak ? 3. Apakah menghindari kewajiban membayar pajak. kepemilikan institusional berpengaruh terhadap agresivitas pajak ? Wajib pajak selalu mencari celah dari peraturan perpajakan untuk mengsyiasati agar pajak yang dibayarkan dapat sekecil mungkin. Berikut data realisasi dan target TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) menyatakan penerimaan pajak tahun 2011-2013 : Tabel 1.1 Realisasi dan target penerimaan pajak tahun 2011-2013 Realisasi Target Pencapaian Tahun LANDASAN (Rp. (Rp. (%) Triliun) Triliun) 2011 873.82 878.65 99.45 2012 980.17 1,011.7 96.88 2013 1,040.32 1,139.32 91.31 teori agensi sebagai kontrak antara satu atau beberapa orang prinsipal yang mendelegasikan wewenang kepada orang lain (agen) untuk mengambil keputusan dalam menjalankan perusahaan. Agen memiliki Sumber : data Kementerian Keuangan (diolah) Dari penjelasan diatas maka judul peneliti ini yaitu pengaruh manajemen laba dan corporate governance terhadap agresivitas pajak. Penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011 sampai 2013. informasi yang cukup tentang segala sesuatu kegiatan perusahaan sedangkan principal tidak memiliki informasi yang cukup. Ketidakseimbangan informasi yang dimiliki antara prinsipal dan agen mendatangkan asumsi bahwa agen dapat bertindak untuk memaksimalkan keuntungan sendiri dengan cara menyajikan informasi sebenarnya kepada prinsipal. yang tidak keuangan. Agresivitas Pajak Perusahaan Defenisi agresivitas pajak Manajemen laba merupakan yang tindakan mementingkan kepentingan pribadi dikemukakan Frank et.al (2008), agresivitas manajer untuk memaksimalkan utilitas dan pajak merupakan tindakan merancang atau kesejahteraannya dalam menjalankan kontrak memanipulasi pendapatan kena pajak melalui dengan prinsipal. Informasi perusahaan yang perencanaan pajak dengan menggunakan cara memadai dimiliki manajer dimanfaatkan agar yang tergolong atau tidak tergolong tax tindakan manajemen laba dapat dilakukan. evasion. Motivasi Menurut Chen et al. (2010) keuntungan manajemen melakukan manajemen laba berdasarkan teori akuntansi melakukan agresivitas pajak yaitu pajak yang positif dibayar perusahaan kepada negara dapat Zimmerman (1978), yaitu: Hipotesis Bonus berkurang, Plan, Debt To Equity Hypothesis dan saham sehingga dapat pemilik/pemegang menikmati yang dikemukakan oleh Watts & keuntungan Political Cost Hypothesis. Scott (2009) perusahaan yang lebih besar, keuntungan menambahkan ada beberapa motivasi yang bagi mendorong dilakukannya manajemen laba manajer untuk mendapatkan bonus/reward atas keuntungan yang besar yaitu motivasi pajak, pergantian CEO, didapatkan oleh pemilik/pemegang saham. penawaran saham perdana, motivasi pasar Sedangkan kerugian perusahaan dari tindakan modal. ini adalah penerimaan sanksi dari pemerintah atas tindakan agresivitas pajak dan turunnya nilai saham akibat investor mengetahui manajer melakukan tindakan agresivitas pajak dan pada pemerintah dapat menurunkan pendapatan negara pada sektor pajak (Suyanto dan Supramono, 2012). Corporate Governance Komite Cadbury (1992) dalam Surya dan Yustiavandana (2006) mendefenisikan corporate governance sebagai sebuah sistem pengendalian perusahaan serta mengarahkan perusahaan untuk mencapai tujuan tercapainya keseimbangan antara kekuatan Manajemen Laba Scott (2009) mendefenisikan manajemen kewenangan agar menjamin kelangsungan eksistensi dan pertanggungjawaban kepada laba sebagai tindakan manajer memilih stakeholder. Menurut kebijakan akuntansi atau tindakan yang Kebijakan Governance (2006) menjelaskan mempengaruhi pendapatan dalam pelaporan bahwa penerapan Komite prinsip Nasional corporate governance harus dijalankan dengan baik akuntabilitas pada setiap aspek bisnis 2006) perusahaan. serta jajaran Prinsip-prinsip dimaksudkan adalah (Surya dan Yustiavandana, yang Menurut Keputusan Direksi PT Bursa independesi, Efek Jakarta Nomor Kep-305/BEJ/07-2004 akuntabilitas, transparansi, responsibilitas, menjelaskan kewajaran Unsur-unsur komisaris independen dalam susunan dewan corporate governance terdiri atas komisaris, komisaris pada perusahaan adalah 30% dari pemegang saham, direksi, manajer, komite seluruh anggota dewan komisaris. dan kesetaraan. bahwa Jumlah minimal audit, karyawan, auditor internal, auditor eksternal, dan para stakeholder lainnya. Kepemilikan Institusional Kepemilikan Yustiavandana dimana pemerintah, (2006) institusi keuangan, institusi berbadan hukum, komisaris institusi luar negeri, dana perwalian dan independen menjadi penting dalam susunan institusi lainnya. Kepemilikan institusional dewan komisaris karena terdapat benturan dilihat dari proporsi saham yang dimiliki oleh kepentingan mengakibatkan investasi institusi. Shleifer dan Vishney terabaikannya kepentingan pemegang saham (1986) dalam Annisa dan Kurniasih (2012) minoritas dan stakeholder pada kegiatan menyatakan bahwa kepemilikan institusi perusahaan menjalankan mengatakan dan adalah kepemilikan saham dimiliki Komisaris Independen Surya institusi keberadaan yang tugas untuk memantau, Komisaris independen adalah anggota mendisplinkan dan mempengaruhi manajer dewan komisaris yang tidak berhubungan untuk dapat selalu fokus dalam menjalankan langsung dengan manajemen, pemegang bisnis perusahaan dan menghindari manajer pengendali serta bebas dari hubungan bisnis mementingkan diri sendiri. perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan. Komisaris independen memiliki peran yang sama dengan komisaris yaitu menjamin terlaksananya strategi perusahaan, mengawasi manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan, serta terlaksananya Pengembangan Hipotesis Pengaruh Manajemen laba terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan. Suyanto dan Supramono (2012) membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signigfikan tindakan manajemen laba terhadap agresifitas pajak. Putri (2014) menemukan bahwa terdapat kepemilikan institusi terhadap agresivitas pengaruh yang positif namun tidak signifikan pajak. Sedangkan penelitian yang dilakukan tindakan Sabrina dan Soepryanto (2013) mendapatkan manajemen laba terhadap agresivitas pajak perusahaan. Dari penelitian hasil bahwa tidak terdapat pengaruh yang terdahulu maka dirumuskan hipotesis pertama sebagai berikut H1 : manajemen laba berpengaruh siggnifikan terhadap agresivitas pajak. signifikan kepemilikan institusi terhadap tindakan pajak agresif. Berdasarkan H3 : Agresivitas Pajak. Hasil penelitian yang dilakukan Timothy (2010), Suyanto dan Supramono (2012) dan (2014) maka institusi berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan pada penelitian terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan ini yaitu seluruh perusahaan manufaktur yang komisaris independen terhadap agresifitas listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode pajak. pengamatan dan bukti kepemilikan bahwa Sabrina memberikan diatas dirumuskan hipotesis ketiga yaitu : Pengaruh Komisaris Independen terhadap Putri uraian Metode (2013) Pengambilan sampel pada penelitian ini membuktikan bahwa tidak terdapat pengaruh menggunakan metode purposive sampling yang dimana pengambilan sampel berdasarkan signifikan Soepryanto 2011-2013. komisaris independen terhadap tindakan pajak agresif. kriteria yang telah ditentukan. Kriteria- Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis kedua yaitu : kriteria tersebut yaitu : 1. Perusahaan manufaktur yang listing di H2 : komisaris independen berpengaruh BEI dalam periode pengamatan tahun signifikan 2011-2013. terhadap agresivitas pajak perusahaan. Pengaruh 2. Perusahaan yang memiliki keuntungan Kepemilikan Institusional terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan. Penelitian yang dilakukan Khurana dan Moser (2009) memberikan bukti bahwa terdapat pengaruh yang kuat antara berturut-turut dari tahun 2011-2013. 3. Perusahaan yang menggunakan satuan nilai rupiah dalam laporan keuangannya. 4. Perusahaan yang memiliki informasi tentang pengukuran variabel manajemen laba, corporate governance dan agresivitas pajak pada penelitian ini. Defenisi Operasional Ait-1 : total aset perusahaan Variabel dan Pengukuran. Agresivitas dan Yustiavandana (2006) menyatakan bahwa komisaris independen pajak adalah tindakan merancang atau memanipulasi pendapatan pajak Komisaris independen Surya Agresivitas pajak kena NDAit : non discretionary accrual perusahaan melalui perencanaan pajak menggunakan cara tergolong atau tidak tergolong ilegal (tax evasion). Pada penelitian ini pengukuran yang dilakukan dalam melihat agresivitas pajak perusahaan yaitu dengan menggunakan rumus effective Tax Rate (ETR) (Frank et al. 2009). merupakan anggota dewan komisaris yang mengawasi setiap kebijakan direksi yang diambil dalam menjalankan perusahaan. Komisaris independen merupakan proksi dari penerapan corporate governance. Pada penelitian ini komisaris independen diukur dengan membagi jumlah komisaris independen dengan total dewan komisaris perusahaan. Komisaris independen pada penelitian ini dilambangkan dengan KOM. Manajemen Laba Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk mengolah laba sesuai dengan keinginan manajer. Pada penelitian ini untuk mengukur manajemen laba menggunakan nilai discretionary accrual (DA). Penggunaan discretionary accrual sebagai proksi manajemen laba dihitung dengan modified accrual (DA) dihitung dengan rumus : DAit = TA/Ait-1 - NDAit Keterangan : DAit : discretionary accrual perusahaan TAit : total accrual perusahaan Shleifer dan Vishney (1986) dalam Annisa dan Kurniasih (2012) menyatakan bahwa kepemilikan institusi memiliki peran memantau, mendisplinkan mempengaruhi manajer. institusional penerapan jones model (Dechow et. al.1995). Discretionary Kepemilikan institusional merupakan corporate dan Kepemilikan proksi dari governance pada perusahaan. Kepemilikan institusional diukur dengan menghitung jumlah saham yang dimiliki institusi dibagi dengan jumlah saham yang beredar (Khurana dan Moser,2009). Menganalisis pengaruh antar variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan analisis regresi berganda. Analisis data pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai Pengujian statistik deskriptif bertujuan berikut: ETRit = α + β1DAit+ β2KOMit+ β3INSTit + eit variabel-variabel ETRit : agresivitas pajak. : konstanta. variabel. : eror terms. Deskripsi Sampel Penelitian adalah perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011–2013. Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode purposive sampling dengan beberapa kriteria yang ditetapkan. Berdasarkan metode purposive sampling jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini dari tahun 2011 sampai 2013 sebanyak 67 perusahaan. Dalam mendapatkan hasil yang valid dilakukan uji outlier dan mendapatkan hasil 7 perusahaan memiliki data ekstrim dan outlier serta dihapuskan agar tidak mengganggu pada saat melakukan pengolahan data lebih lanjut. Sehingga jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini menjadi 60 perusahaan. Std. N Min Max Mean ETR 180 0.10 0.51 0.2489 DA 180 KOM 180 0.20 0.50 0.3628 0.05068 INST 180 0.32 0.98 0.7045 0.18945 Penelitian ANASISIS DATA DAN PEMBAHASAN pada penelitian ini dalam tabel di bawah ini: Variabel β1,2dan3 : koefisien regresi masing-masing Populasi digunakan Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian INSTit : kepemilikan institusi. e yang penelitian ini. Hasil uji ini dapat dilihat pada : discreationary accruals. KOMit : proporsi komisaris independen. a untuk menguji berapa nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, minimum dari Keterangan: DAit Statistik Deskriptif 0.98 0.99 0.0569 Deviasi 0.04379 0.43382 Sumber : data sekunder yang diolah SPSS 16.0 Pada tabel deskriptif 4.2 dapat diketahui bahwa variabel agresivitas pajak dengan pengukuran menggunakan nilai effective tax rate (ETR) memiliki nilai minimum 0.10 dan nilai maksimum 0.51. Nilai rata-rata ETR 0.2489 dan standar deviasi 0.04379. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata beban pajak perusahaan sampel penelitian tahun pengamatan 2011-2013 sebesar 24.89 % dari laba sebelum pajak perusahaan. Variabel diproksikan manajemen dengan nilai laba yang discretionary accrual (DA) mendapatkan nilai minimum sebesar -0.98 dan maksimum 0.99. Nilai rata- rata dari DA -0.0569 dan memiliki nilai residual. Jika nilai Asymp. (2-tailed) > 0.05 standar ini maka dapat dikatakan bahwa data telah mengindikasikan pada periode pengamatan terdistribusi normal. Berikut adalah hasil perusahaan sampel penelitian melakukan pengujian normalitas pada tabel dibawah ini : deviasi 0.43382. Hal manajemen laba dengan cara menurunkan laba yang dilaporkan. Variabel dewan komisaris independen Tabel 4.3 Hasil pengujian dengan uji One-sample Kolmogorov-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (KOM) mendapatkan nilai minimum 0.20 dan nilai maksimum 0.50. Nilai rata-rata dari Unstandardiz KOM sebesar 0.3628 dari total keseluruhan ed Residual dewan komisaris dan memiliki nilai standar N deviasi sebesar 0.05068. Hal ini menunjukan Normal Mean bahwa Parametersa Std. susunan dewan komisaris pada 180 .0000000 Deviation perusahaan sampel penelitian pada periode .04287436 pengamatan rata-rata sebanyak 36.28 % dari Most Extreme Absolute .100 total keseluruhan dewan komisaris dan Differences Positive .100 Negative -.088 memenuhi aturan yang dikeluarkan pemerintah yang mengatur batas minimal Kolmogorov-Smirnov Z dewan komisaris independen berjumlah 30 % Asymp. Sig. (2-tailed) dari total keseluruhan dewan komisaris. Pada variabel kepemilikan saham institusi 1.336 .056 a. Test distribution is Normal. Sumber : data sekunder diolah SPSS 16.0 (INST) memiliki nilai minimum 0.32 dan nilai maksimum 0.98. Nilai rata-rata kepemilikan saham institusi bernilai 0.7045 dengan nilai standar deviasi 0.18945. Dari tabel 4.3 diatas dapat kita lihat bahwa nilai Asymp. (2-tailed) > 0.05 dengan nilai Asymp. (2-tailed) 0.056 lebih besar dari alpha (α) sebesar 0.05 maka dapat Hasil Uji Asumsi Klasik disimpulkan bahwa data telah terdistribusi Hasil Uji Normalitas dengan normal. Menguji data terdistribusi normal atau tidak menggunakan alat uji KolmogorovSmirnov (KS) dengan pengamatan nilai Hasil Uji Multikolonieritas Agar terbebas mulitkolonieritas dari masalah dilakukan pengujian menggunakan alat uji person correlation. Model regresi yang baik seharusnya tidak Hasil Uji Autokorelasi terjadi korelasi diantara variabel independen. Uji Durbin-Watson digunakan untuk Di dalam model tidak terdeteksi gejala mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi. multikolinearitas bila nilai koefisien korelasi Berikut hasil pengolahan uji auto korelasi yang pada tabel dibawah ini : diperoleh berada Pengujiannya dibawah dilakukan 0,80. Tabel 4.5 Hasil Pengujian autokorelasi Koefisie Probabili Kesimpula dengan menggunakan person correlation. Berikut tabel hasil pengolahan uji multikolonieritas : Tabel 4.4 Hasil Pengujian Multikolonieritas Keterangan Koefisien Cut Durbi Kesimpulan Off ETR-DA 0.0812 0.80 ETR-KOM ETR-INST DA-KOM -0.1378 0.1273 0.0658 0.80 0.80 0.80 0.1210 0.80 0.1472 INST 0.80 0.03754 Tidak terjadi Watso autokorela n si Dari hasil pengolahan data diatas dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson sebesar Tidak terjadi 1.415206. Hasil tersebut menunjukan bahwa - Multikolonieritas 2 Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi Multikolonieritas Sumber : data sekunder yang diolah Eviews 3.0 Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa variabel agresivitas pajak, manajemen laba, komisaris independen dan kepemilikan institusional memiliki nilai koefisien korelasi dibawah 0.80. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut terbebas dari masalah multikolonieritas. 1.4152 Multikolonieritas Multikolonieritas KOM- n Sumber : data sekunder yang diolah Eviews 3.0 Tidak terjadi Multikolonieritas DA-INST ty n- Tidak terjadi Multikolonieritas n ≤ 1.415206 ≤ +2, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi pada penelitian ini terbebas dari masalah autokorelasi dan tahapan pengolahan data lebih lanjut dapat dilaksanakan. Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya penelitian ini heterokedastisitas menggunakan uji dalam White. Berikut hasil pengolahan data dengan uji R2 0.0468 F– White : 0.0375 Prob Tabel 4.6 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas Keterangan Obs* Prob R- . Kesimpulan dilihat bahwa nilai R2 0.0468 atau 4.68 %. d 0.726 laba, komisaris menggunakan Evews 3.0 Dari tabel hasil uji regresi diatas dapat square Manajemen Sumber : hasil data sekunder diolah 0.05 2 Tidak terjadi heteroskedastisit independen,kepe Hasil ini menunjukan bahwa 4.68 % agresivitas pajak dipengaruhi oleh variabel manajemen laba, komisaris independen dan as milikan kepemilikan institusional. Sedangkan 95.32 institusional % agresivitas pajak dipengaruhi variabel- Sumber : data sekunder yang diolah Eviews 3.0 Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji White diperoleh nilai probability observasi R-squared sebesar 0.726235. Nilai probability Obs*R-squared 0.726235 > 0.05, maka disimpulkan bahwa variabel-variabel dalam model regresi pada penelitian ini terbebas dari gejala heteroskedastisitas. Hasil pengujian hipotesis menggunakan program pengolahan data Eviews 3 berikut hasilnya disajikan dalam tabel dibawah ini : Tabel 4.7 Hasil Uji Regresi Koefisien Regresi Probability DA 0.0118 0.3151 KOM -0.1414 0.0293 INST 0.0329 0.0589 independen pada penelitian ini. Dari hasil uji statistik F, diperoleh nilai FProb sebesar 0.0375. Hasil uji statistik F dengan nilai probability 0.0375 lebih kecil dari alpha 0.05 dengan ini dapat menjelaskan bahwa keseluruhan model regresi sudah layak untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian Hipotesis dan Pembahasannya Ket variabel lain yang tidak merupakan variabel Kesimpulan Tidak Pengaruh manajemen laba terhadap agresivitas pajak perusahaan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada tabel 4.7 diatas, manajemen laba yang ukur dengan nilai discretionary accrual (DA) Kesimpulan Hipotesis memiliki nilai koefisien sebesar 0.0118 dan nilai signifikannya 0.3151 dengan tingkat Ditolak kesalahan sebesar 0.05. Hasil ini menunjukan Signifikan Diterima bahwa nilai signifikan 0.3151 lebih besar dari Signifikan Diterima alpha 0.05 sehingga hipotesis pertama (H1) Signifikan ditolak dan dapat disimpulkan bahwa dalam susunan manajemen laba tidak berpengaruh signifikan memperkecil terhadap agresivitas pajak perusahaan. agresivitas Hasil penelitian mendukung penelitian yang dilakukan menemukan Putri bahwa komisaris kemungkinan pajak akan terjadinya perusahaan. Komisaris independen sebagai pihak yang mengawasi (2014) yang dan memberikan petunjuk serta arahan manajemen laba kepada pengelola berpengaruh positif dan tidak signifikan manajemen terhadap terlaksananya agresivitas dewan pajak perusahaan. perusahaan memiliki peran strategi atau menjamin perusahaan, Namun penelitian ini tidak sejalan dengan mengawasi manajemen perusahaan dalam hasil penelitian Suyanto dan Supramono mengelola perusahaan, serta terlaksananya (2012) akuntabilitas dalam menentukan kebijakan yang menemukan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan manajemen laba terhadap agresivitas pajak. sehingga tidak terjadi benturan kepentingan dan merugikan stakeholder. Pengawasan dari komisaris independen membuat manajemen Pengaruh komisaris independen terhadap agresivitas pajak. kedua pada tabel 4.7 diatas, komisaris independen memiliki nilai koefisien -0.1414 dengan nilai signifikan 0.0293. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai signifikan sebesar 0.0293 < alpha sebeasar 0,05 maka hipotesis (H2) diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan. Hasil ini memberikan dalam perusahaan pengungkapan sehingga kegiatan agresivitas pajak dapat diminimalkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suyanto dan Supramono terdapat yang pengaruh membuktikan yamg negatif bahwa dan signifikan komisaris terhadap agresivitas pajak dan penelitian yang dilakukan Timothy (2010) yang mendapatkankan hasil bahwa komisaris independen signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan serta penelitian memberikan bukti bahwa komisaris independen dalam susunan dewan komisaris transparan informasi Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua lebih kontribusi agar manajer tidak melakukan agresivitas pajak. Semakin besar rasio komisaris independen yang dilakukan menyatakan Putri komisaris (2014) yang independen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap agresivitas pajak. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis Dari hasil yang telah dibahas dapat ketiga pada tabel 4.7 diatas, kepemilikan disimpulkan bahwa manajemen laba tidak institusional memiliki nilai koefisien 0.0329 berpengaruh signifikan terhadap agresivitas dengan nilai signifikan 0.0589. Hasil ini pajak perusahaan. Sehingga hipotesis pertama menunjukkan signifikan (H1) pada penelitian ini ditolak. Komisaris kepemilikan institusi 0.0589 < alpha sebesar independen berpengaruh signifikan terhadap 0,10 maka hipotesis ketiga (H3) diterima agresivitas pajak perusahaan. Dengan kata sehingga lain hipotesis kedua (H2) pada penelitian ini bahwa dapat kepemilikan nilai disimpulkan institusional bahwa berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak. diterima. Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap agresivitas Hal ini menunjukan bahwa kepemilikan saham mayoritas yang dimiliki institusi pajak perusahaan. Sehingga hipotesis ketiga (H3) pada penelitian ini diterima. dalam susunan komposisi pemegang saham perusahaan dapat mempengaruhi manajemen dalam menentukan kebijakan yang akan diambil terkait agresivitas pajak. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Khurana dan Moser (2009) yang mendapatkan hasil kepemilikan institusional berpangaruh signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan. Sedangkan hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sabrina dan Soepryanto (2013) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh sigfinikan terhadap tindakan pajak agresif. Keterbatasan penelitian dan Saran Penelitian ini tidak terlepas dari beberapa keterbatasan yang melekat dalam penyusunan penelitian ini. Berikut beberapa keterbatasan dalam penelitian ini serta saran untuk penelitian selanjutnya : 1. Penelitian menggunakan manufaktur sehingga selanjutnya perusahaan sebagai objek penelitian disarankan untuk penelitian menggunakan selain perusahaan manufaktur sebagai objek penelitian seperti perusahaan jasa keuangan dan non keuangan. 2. Penelitian ini mengukur variabel agresivitas pajak menggunakan proksi effective tax rate (ETR). Untuk penelitian selanjutnya disarankan menggunakan proksi lain dalam mengukur agresivitas pajak seperti menggunakan proksi cash effective tax rate (CETR) yang digunakan oleh Chen et.al (2010) atau menggunakan proksi book-tax difference. Frank, M., Lynch, L.,and Rego, S. (2009). “Tax Reporting Aggressiveness and Its Relation to Aggressive Financial Reporting”. The Accounting Review, 84(2) : 467-496. Ghozali, Imam. (2011). “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Badan Penerbit UNDIP 3. Variabel independen yang digunakan pada penelitian ini adalah manajemen laba dan corporate governance yang penelitian institusional. selanjutnya Henderi. (2013). “Uang Pajak Jangan dibajak”. Detiknews.com diukur menggunakan komisaris independen dan kepemilikan Gunadi, Untuk disarankan Jensen, M., and Meckling, W. (1976). “Theory of the Firm : Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure”. Journal of Financial Economic, 3 : 305-360 menggunakan variabel lain untuk melihat pengaruhnya terhadap agresivitas pajak seperti leverage, ukuran perusahaan, corporate sosial responsibility (CSR) serta menggunakan kepemilikan auditor proksi komite manajerial atau dalam mengukur audit, kualitas corporate Komite Nasional Kebijakan Governance. (2006). “Pedoman Tentang Komisaris Independen”. Khurana, I., K., dan Moser, W,. J. (2009). “Institutional Ownership and Tax Aggressiveness. www.ssrn.com Putri, governance. DAFTAR PUSTAKA Lucy Tania Yolanda. (2014). “Pengaruh Likuiditas, Manajemen Laba dan Corporate Governance Terhadap Agresivitas Pajak perusahaan”. Skripsi. Tidak dipublikasikan Annisa, N,A., dan Kurniasih, L. 2012. Pengaruh corporate governance terhadap tax avoidance. Jurnal Akuntansi & auditing ,8(2) : 95-189. Sabrina, Anita dan Soepryanto, Gatot. (2013). “Analisis Karakteristik Corporate Governance Terhadap Tindakan Pajak Agresif”. Tesis. Tidak dipublikasikan. Chen, S., Chen, X., Cheng, Q., and Shevlin, T. (2010). “Are Family Firm More Tax Aggressive Than Non-Family Firm?”. Journal of Financial Economic, 95 : 41-61 Scott, William, R. 2009. “Financial Accounting Theory”. International Edition, New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Sari, D. K., dan Martani, D. (2010). ”Karakteristik Kepemilikan Perusahaan, Corporate Governance, dan Tindakan Pajak Agresif”. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto. Sartori, N. (2009). “Corporate Governance Dynamics and Tax Compliance”. International Trade and Business Law Review, 2009, U of Michigan Law & Economics, SJD Working Paper No. 1361895. Surya, I., dan Yustiavandana, I. (2006). “Penerapan good corporate Governance mengesampingkan hakhak istimewa demi kelangsungan usaha”. Penerbit Kencana,Depok. Suyanto, K.,D., dan Supramono, (2012). “Likuiditas, Leverage, Manajemen laba, Komisaris Independen, terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan”. Jurnal Keuangan dan Perbankan, 16(2) : 167–177. Timothy, Yeung Chi Kwan. (2010).” Effects of corporate governance on tax aggressiveness”. Thesis. HongKong Baptist University. www.ssrn.com Watts, Ross L. and Jerold L. Zimmerman. (1978). ”Toward a Positive Theory of the Determination of Accounting Standards”. The Accounting Review. 53 : 112-134. Yoehana. (2013). ”Analisis Pengaruh corporate social responsibility terhadap agresivitas pajak”. Universitas Diponegoro. Semarang. Skripsi. Tidak dipublikasikan.