pengaruh manajemen laba dan corporate governance terhadap

advertisement
PENGARUH MANAJEMEN LABA DAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
AGRESIVITAS PAJAK PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING DI BURSA
EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2011-2013
Alfred Amril, Dwi Fitri Puspa, Popi Fauziati
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta
Email : [email protected]
ABSTRACT
The aim of this research to examine the effect of earnings management and corporate
governance to corporate tax aggressiveness. The independent variable is used in this study is
earning management measured by discretionary accrual (DA) and corporate governance that
measured using independent commissioners and institutional ownership while the dependent
variable in this study is tax aggressiveness that measured using effective tax rate (ETR).
Population in this research are manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange
(IDX) from 2011 to 2013. The samples selected using purposive sampling method. Data used in
this research is secondary data from website Indonesia Stock Exchange www.idx.co.id.
The results show that earning management is not significantly influence to tax
aggressiveness, independent commissioners and institutional ownership significantly influence
the tax aggressiveness.
Keyword :
tax aggressiveness, earning management, independent commissioners and
institutional ownership
Pendahuluan
Pajak merupakan suatu penerimaan yang
sangat
diharapkan
pemerintah
untuk
yang
bagian
dilakukan
dari
perusahaan
tax
planning
agar
meminimalkan
namun
perusahaan dan pemilik
mencapai laba yang optimal. Menurut Sari
perusahaan pembayaran pajak merupakan
dan Martani (2010), pemilik perusahaan lebih
biaya yang dapat mengurangi keuntungan
suka
dari suatu perusahaan. Menurut Mangoting
perpajakan.
(1999) dalam Yoehana (2013) menyatakan
menyatakan bahwa perusahaan cendrung
bahwa
melakukan
pajak
merupakan
biaya
bagi
bertindak
terutang
dapat
membantu menjalankan roda pemerintahan,
bagi
pajak
merupakan
lebih
Chen
et
agresif
al.
(2010)
untuk
dalam
juga
agresivitas
pajak
untuk
biaya
pajak
agar
perusahaan, sehingga perusahaan melakukan
meminimalkan
usaha-usaha atau strategi-strategi tertentu
meningkatnya
agar dapat menekan biaya pajak. Strategi
Menurut Frank et.al (2008), agresivitas pajak
laba
bersih
perusahaan.
merupakan
tindakan
merancang
atau
manajer
perusahaan.
mengatakan
perencanaan pajak dengan menggunakan cara
governance pada perusahaan akan mencegah
yang tergolong atau tidak tergolong tax
manajer melakukan agresivitas pajak dan
evasion.
memberikan dampak yang positif terhadap
pajak
merupakan
Timothy
(2010)
menyatakan bahwa corporate governance
manajemen melakukan manajemen laba.
dapat menekan tingkat agresivitas pajak oleh
Pajak
harus
karena itu semakin bagusnya penerapan
ditanggung perusahaan. Manajer mengolah
corporate governance pada perusahaan maka
laba atau melakukan praktik manajemen laba
semakin
agar dapat menekan beban pajak penghasilan
melakukan agresivitas pajak. Pada penelitian
perusahaan.
ini
melakukan
satu
pajak.
corporate
motivasi
merupakan
salah
kepatuhan
good
(2009)
memanipulasi pendapatan kena pajak melalui
Scott (2009) menyatakan bahwa motivasi
penerapan
Sartori
beban
Badertscher
penelitian
yang
et
untuk
kemungkinan
melihat
perusahaan
pengaruh
corporate
mendeteksi
governance
terhadap
praktek manajemen laba pada laba sebelum
diproksikan
oleh
pajak
independen, kepemilikan institusional.
perusahaan.
untuk
al.(2008)
kecil
Hasil
penelitiannya
menunjukan bahwa perusahaan cendrung
Suyanto
dan
agresivitas
komposisi
pajak
komisaris
Supramono
(2012)
mengelola laba sebelum pajak sebagai upaya
mengatakan ada kecenderungan semakin
manajemen mengurangi beban pajak yang
besar proporsi komisaris independen dalam
harus dibayarkan.
susunan dewan komisaris maka pengawasan
Corporate Governance merupakan faktor
yang
mempengaruhi
agresivitas
pajak
perusahaan. Surya dan Yustiavandana (2006)
terhadap kinerja manajemen semakin kuat.
Sehingga
perilaku
agresif
pajak
dari
manajemen dapat berkurang.
mengatakan penerapan corporate governance
Khurana dan Moser (2009) menjelaskan
yang baik menjadi penting bagi perusahaan
bahwa konsentrasi kepemilikan institusional
untuk menekan potensi konflik kepentingan
akan mempengaruhi kebijakan pajak agresif
antara manajer dengan pemilik perusahaan.
oleh perusahaan.
Dengan menerapakan corporate governance
shareholder institusional yang besar akan
yang baik maka tercipta pengawasan terhadap
meningkatkan kebijakan pajak agresif tetapi
kegiatan manajer sehingga dapat menekan
sebaliknya konsentrasi kepemilikan long-
tindakan agresivitas yang dilakukan oleh
term shareholder yang besar maka akan
Konsentrasi short-term
mengurangi tindakan kebijakan pajak yang
agresif.
Rumusan masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang
Gunadi
(2013)
mengatakan
beberapa
masalah yang telah dikemukakan diatas,
tahun terakhir ini Ditjen Pajak tidak pernah
dapat dirumuskan permasalahan yaitu :
mampu memenuhi target penerimaan pajak
1. Apakah manajemen laba berpengaruh
untuk
mengisi
pundi-pundi
APBN.
Ketidakberhasilan Ditjen Pajak diduga karena
celah
peraturan
perpajakan
juga
terhadap agresivitas pajak ?
2. Apakah
masih
banyak, yang membuat wajib pajak dapat
komisaris
independen
berpengaruh terhadap agresivitas pajak ?
3. Apakah
menghindari kewajiban membayar pajak.
kepemilikan
institusional
berpengaruh terhadap agresivitas pajak ?
Wajib pajak selalu mencari celah dari
peraturan perpajakan untuk mengsyiasati agar
pajak
yang
dibayarkan
dapat
sekecil
mungkin. Berikut data realisasi dan target
TEORI
DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Agensi
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan
penerimaan pajak tahun 2011-2013 :
Tabel 1.1
Realisasi dan target penerimaan pajak
tahun 2011-2013
Realisasi Target Pencapaian
Tahun
LANDASAN
(Rp.
(Rp.
(%)
Triliun)
Triliun)
2011
873.82
878.65
99.45
2012
980.17
1,011.7
96.88
2013
1,040.32
1,139.32
91.31
teori agensi sebagai kontrak antara satu atau
beberapa
orang
prinsipal
yang
mendelegasikan wewenang kepada orang lain
(agen) untuk mengambil keputusan dalam
menjalankan perusahaan. Agen memiliki
Sumber : data Kementerian Keuangan
(diolah)
Dari penjelasan diatas maka judul peneliti
ini yaitu pengaruh manajemen laba dan
corporate governance terhadap agresivitas
pajak. Penelitian dilakukan pada perusahaan
manufaktur yang listing di Bursa Efek
Indonesia dari tahun 2011 sampai 2013.
informasi yang cukup tentang segala sesuatu
kegiatan perusahaan sedangkan principal
tidak
memiliki
informasi
yang
cukup.
Ketidakseimbangan informasi yang dimiliki
antara prinsipal dan agen mendatangkan
asumsi bahwa agen dapat bertindak untuk
memaksimalkan keuntungan sendiri dengan
cara
menyajikan
informasi
sebenarnya kepada prinsipal.
yang
tidak
keuangan.
Agresivitas Pajak Perusahaan
Defenisi
agresivitas
pajak
Manajemen
laba
merupakan
yang
tindakan mementingkan kepentingan pribadi
dikemukakan Frank et.al (2008), agresivitas
manajer untuk memaksimalkan utilitas dan
pajak merupakan tindakan merancang atau
kesejahteraannya dalam menjalankan kontrak
memanipulasi pendapatan kena pajak melalui
dengan prinsipal. Informasi perusahaan yang
perencanaan pajak dengan menggunakan cara
memadai dimiliki manajer dimanfaatkan agar
yang tergolong atau tidak tergolong tax
tindakan manajemen laba dapat dilakukan.
evasion.
Motivasi
Menurut Chen et al. (2010) keuntungan
manajemen
melakukan
manajemen laba berdasarkan teori akuntansi
melakukan agresivitas pajak yaitu pajak yang
positif
dibayar perusahaan kepada negara dapat
Zimmerman (1978), yaitu: Hipotesis Bonus
berkurang,
Plan, Debt To Equity Hypothesis dan
saham
sehingga
dapat
pemilik/pemegang
menikmati
yang dikemukakan oleh Watts &
keuntungan
Political Cost Hypothesis. Scott (2009)
perusahaan yang lebih besar, keuntungan
menambahkan ada beberapa motivasi yang
bagi
mendorong dilakukannya manajemen laba
manajer
untuk
mendapatkan
bonus/reward atas keuntungan yang besar
yaitu
motivasi
pajak,
pergantian
CEO,
didapatkan oleh pemilik/pemegang saham.
penawaran saham perdana, motivasi pasar
Sedangkan kerugian perusahaan dari tindakan
modal.
ini adalah penerimaan sanksi dari pemerintah
atas tindakan agresivitas pajak dan turunnya
nilai saham akibat investor mengetahui
manajer
melakukan
tindakan
agresivitas
pajak dan pada pemerintah dapat menurunkan
pendapatan
negara
pada
sektor
pajak
(Suyanto dan Supramono, 2012).
Corporate Governance
Komite Cadbury (1992) dalam Surya dan
Yustiavandana
(2006)
mendefenisikan
corporate governance sebagai sebuah sistem
pengendalian perusahaan serta mengarahkan
perusahaan
untuk
mencapai
tujuan
tercapainya keseimbangan antara kekuatan
Manajemen Laba
Scott (2009) mendefenisikan manajemen
kewenangan agar menjamin kelangsungan
eksistensi dan pertanggungjawaban kepada
laba sebagai tindakan manajer memilih
stakeholder.
Menurut
kebijakan akuntansi atau tindakan yang
Kebijakan Governance (2006) menjelaskan
mempengaruhi pendapatan dalam pelaporan
bahwa
penerapan
Komite
prinsip
Nasional
corporate
governance harus dijalankan dengan baik
akuntabilitas
pada setiap aspek bisnis
2006)
perusahaan.
serta jajaran
Prinsip-prinsip
dimaksudkan
adalah
(Surya
dan Yustiavandana,
yang
Menurut Keputusan Direksi PT Bursa
independesi,
Efek Jakarta Nomor Kep-305/BEJ/07-2004
akuntabilitas, transparansi, responsibilitas,
menjelaskan
kewajaran
Unsur-unsur
komisaris independen dalam susunan dewan
corporate governance terdiri atas komisaris,
komisaris pada perusahaan adalah 30% dari
pemegang saham, direksi, manajer, komite
seluruh anggota dewan komisaris.
dan
kesetaraan.
bahwa
Jumlah
minimal
audit, karyawan, auditor internal, auditor
eksternal, dan para stakeholder lainnya.
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan
Yustiavandana
dimana
pemerintah,
(2006)
institusi keuangan, institusi berbadan hukum,
komisaris
institusi luar negeri, dana perwalian dan
independen menjadi penting dalam susunan
institusi lainnya. Kepemilikan institusional
dewan komisaris karena terdapat benturan
dilihat dari proporsi saham yang dimiliki oleh
kepentingan
mengakibatkan
investasi institusi. Shleifer dan Vishney
terabaikannya kepentingan pemegang saham
(1986) dalam Annisa dan Kurniasih (2012)
minoritas dan stakeholder pada kegiatan
menyatakan bahwa kepemilikan institusi
perusahaan
menjalankan
mengatakan
dan
adalah
kepemilikan saham dimiliki
Komisaris Independen
Surya
institusi
keberadaan
yang
tugas
untuk
memantau,
Komisaris independen adalah anggota
mendisplinkan dan mempengaruhi manajer
dewan komisaris yang tidak berhubungan
untuk dapat selalu fokus dalam menjalankan
langsung dengan manajemen, pemegang
bisnis perusahaan dan menghindari manajer
pengendali serta bebas dari hubungan bisnis
mementingkan diri sendiri.
perusahaan yang mengawasi pengelolaan
perusahaan. Komisaris independen memiliki
peran yang sama dengan komisaris yaitu
menjamin terlaksananya strategi perusahaan,
mengawasi manajemen perusahaan dalam
mengelola perusahaan, serta terlaksananya
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh
Manajemen
laba
terhadap
Agresivitas Pajak Perusahaan.
Suyanto
dan
Supramono
(2012)
membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang
positif dan signigfikan tindakan manajemen
laba terhadap agresifitas pajak.
Putri (2014) menemukan bahwa terdapat
kepemilikan institusi terhadap agresivitas
pengaruh yang positif namun tidak signifikan
pajak. Sedangkan penelitian yang dilakukan
tindakan
Sabrina dan Soepryanto (2013) mendapatkan
manajemen
laba
terhadap
agresivitas pajak perusahaan.
Dari
penelitian
hasil bahwa tidak terdapat pengaruh yang
terdahulu
maka
dirumuskan hipotesis pertama sebagai berikut
H1 : manajemen laba berpengaruh siggnifikan
terhadap agresivitas pajak.
signifikan kepemilikan institusi terhadap
tindakan pajak agresif.
Berdasarkan
H3 :
Agresivitas Pajak.
Hasil penelitian yang dilakukan Timothy
(2010), Suyanto dan Supramono (2012) dan
(2014)
maka
institusi
berpengaruh
signifikan terhadap agresivitas pajak.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan pada penelitian
terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan
ini yaitu seluruh perusahaan manufaktur yang
komisaris independen terhadap agresifitas
listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
pajak.
pengamatan
dan
bukti
kepemilikan
bahwa
Sabrina
memberikan
diatas
dirumuskan hipotesis ketiga yaitu :
Pengaruh Komisaris Independen terhadap
Putri
uraian
Metode
(2013)
Pengambilan sampel pada penelitian ini
membuktikan bahwa tidak terdapat pengaruh
menggunakan metode purposive sampling
yang
dimana pengambilan sampel berdasarkan
signifikan
Soepryanto
2011-2013.
komisaris
independen
terhadap tindakan pajak agresif.
kriteria yang telah ditentukan. Kriteria-
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat
dirumuskan hipotesis kedua yaitu :
kriteria tersebut yaitu :
1. Perusahaan manufaktur yang listing di
H2 : komisaris independen berpengaruh
BEI dalam periode pengamatan tahun
signifikan
2011-2013.
terhadap
agresivitas
pajak
perusahaan.
Pengaruh
2. Perusahaan yang memiliki keuntungan
Kepemilikan
Institusional
terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Khurana dan
Moser (2009) memberikan bukti bahwa
terdapat
pengaruh
yang
kuat
antara
berturut-turut dari tahun 2011-2013.
3. Perusahaan yang menggunakan satuan
nilai rupiah dalam laporan keuangannya.
4. Perusahaan
yang
memiliki
informasi
tentang pengukuran variabel manajemen
laba,
corporate
governance
dan
agresivitas pajak pada penelitian ini.
Defenisi
Operasional
Ait-1 : total aset perusahaan
Variabel
dan
Pengukuran.
Agresivitas
dan
Yustiavandana
(2006)
menyatakan bahwa komisaris independen
pajak
adalah
tindakan
merancang atau memanipulasi pendapatan
pajak
Komisaris independen
Surya
Agresivitas pajak
kena
NDAit : non discretionary accrual perusahaan
melalui
perencanaan
pajak
menggunakan cara tergolong atau tidak
tergolong ilegal (tax evasion). Pada penelitian
ini pengukuran yang dilakukan dalam melihat
agresivitas pajak perusahaan yaitu dengan
menggunakan rumus effective Tax Rate
(ETR) (Frank et al. 2009).
merupakan anggota dewan komisaris yang
mengawasi setiap kebijakan direksi yang
diambil
dalam
menjalankan
perusahaan.
Komisaris independen merupakan proksi dari
penerapan
corporate
governance.
Pada
penelitian ini komisaris independen diukur
dengan
membagi
jumlah
komisaris
independen dengan total dewan komisaris
perusahaan.
Komisaris
independen
pada
penelitian ini dilambangkan dengan KOM.
Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan tindakan
manajer untuk mengolah laba sesuai dengan
keinginan manajer. Pada penelitian ini untuk
mengukur manajemen laba menggunakan
nilai discretionary accrual (DA). Penggunaan
discretionary
accrual
sebagai
proksi
manajemen laba dihitung dengan modified
accrual
(DA)
dihitung
dengan rumus :
DAit = TA/Ait-1 - NDAit
Keterangan :
DAit : discretionary accrual perusahaan
TAit
: total accrual perusahaan
Shleifer dan Vishney (1986) dalam
Annisa dan Kurniasih (2012) menyatakan
bahwa kepemilikan institusi memiliki peran
memantau,
mendisplinkan
mempengaruhi
manajer.
institusional
penerapan
jones model (Dechow et. al.1995).
Discretionary
Kepemilikan institusional
merupakan
corporate
dan
Kepemilikan
proksi
dari
governance
pada
perusahaan. Kepemilikan institusional diukur
dengan menghitung jumlah saham yang
dimiliki institusi dibagi dengan jumlah saham
yang beredar (Khurana dan Moser,2009).
Menganalisis pengaruh antar variabel
bebas terhadap variabel terikat digunakan
analisis regresi berganda. Analisis data pada
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
Pengujian statistik deskriptif bertujuan
berikut:
ETRit = α + β1DAit+ β2KOMit+ β3INSTit + eit
variabel-variabel
ETRit : agresivitas pajak.
: konstanta.
variabel.
: eror terms.
Deskripsi Sampel Penelitian
adalah
perusahaan manufaktur yang listing di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2011–2013.
Pengambilan sampel penelitian menggunakan
metode purposive sampling dengan beberapa
kriteria yang ditetapkan. Berdasarkan metode
purposive sampling jumlah sampel yang
digunakan pada penelitian ini dari tahun 2011
sampai 2013 sebanyak 67 perusahaan. Dalam
mendapatkan hasil yang valid dilakukan uji
outlier dan mendapatkan hasil 7 perusahaan
memiliki data ekstrim dan outlier serta
dihapuskan agar tidak mengganggu pada saat
melakukan pengolahan data lebih lanjut.
Sehingga jumlah sampel yang digunakan
pada penelitian ini menjadi 60 perusahaan.
Std.
N
Min
Max
Mean
ETR
180
0.10
0.51
0.2489
DA
180
KOM
180
0.20
0.50
0.3628
0.05068
INST
180
0.32
0.98
0.7045
0.18945
Penelitian
ANASISIS DATA DAN PEMBAHASAN
pada penelitian ini
dalam
tabel di bawah ini:
Variabel
β1,2dan3 : koefisien regresi masing-masing
Populasi
digunakan
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
INSTit : kepemilikan institusi.
e
yang
penelitian ini. Hasil uji ini dapat dilihat pada
: discreationary accruals.
KOMit : proporsi komisaris independen.
a
untuk menguji berapa nilai rata-rata (mean),
standar deviasi, maksimum, minimum dari
Keterangan:
DAit
Statistik Deskriptif
0.98
0.99
0.0569
Deviasi
0.04379
0.43382
Sumber : data sekunder yang diolah SPSS 16.0
Pada tabel deskriptif 4.2 dapat diketahui
bahwa variabel agresivitas pajak dengan
pengukuran menggunakan nilai effective tax
rate (ETR) memiliki nilai minimum 0.10 dan
nilai maksimum 0.51. Nilai rata-rata ETR
0.2489 dan standar deviasi 0.04379. Hal ini
menunjukan bahwa rata-rata beban pajak
perusahaan
sampel
penelitian
tahun
pengamatan 2011-2013 sebesar 24.89 % dari
laba sebelum pajak perusahaan.
Variabel
diproksikan
manajemen
dengan
nilai
laba
yang
discretionary
accrual (DA) mendapatkan nilai minimum
sebesar -0.98 dan maksimum 0.99. Nilai rata-
rata dari DA -0.0569 dan memiliki nilai
residual. Jika nilai Asymp. (2-tailed) > 0.05
standar
ini
maka dapat dikatakan bahwa data telah
mengindikasikan pada periode pengamatan
terdistribusi normal. Berikut adalah hasil
perusahaan sampel penelitian melakukan
pengujian normalitas pada tabel dibawah ini :
deviasi
0.43382.
Hal
manajemen laba dengan cara menurunkan
laba yang dilaporkan.
Variabel dewan komisaris independen
Tabel 4.3
Hasil pengujian dengan uji One-sample
Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
(KOM) mendapatkan nilai minimum 0.20
dan nilai maksimum 0.50. Nilai rata-rata dari
Unstandardiz
KOM sebesar 0.3628 dari total keseluruhan
ed Residual
dewan komisaris dan memiliki nilai standar
N
deviasi sebesar 0.05068. Hal ini menunjukan
Normal
Mean
bahwa
Parametersa
Std.
susunan
dewan
komisaris
pada
180
.0000000
Deviation
perusahaan sampel penelitian pada periode
.04287436
pengamatan rata-rata sebanyak 36.28 % dari
Most Extreme
Absolute
.100
total keseluruhan dewan komisaris dan
Differences
Positive
.100
Negative
-.088
memenuhi
aturan
yang
dikeluarkan
pemerintah yang mengatur batas minimal
Kolmogorov-Smirnov Z
dewan komisaris independen berjumlah 30 %
Asymp. Sig. (2-tailed)
dari total keseluruhan dewan komisaris.
Pada variabel kepemilikan saham institusi
1.336
.056
a. Test distribution is Normal.
Sumber : data sekunder diolah SPSS 16.0
(INST) memiliki nilai minimum 0.32 dan
nilai
maksimum
0.98.
Nilai
rata-rata
kepemilikan saham institusi bernilai 0.7045
dengan nilai standar deviasi 0.18945.
Dari tabel 4.3 diatas dapat kita lihat bahwa
nilai Asymp. (2-tailed) > 0.05 dengan nilai
Asymp. (2-tailed) 0.056 lebih besar dari
alpha
(α)
sebesar
0.05
maka
dapat
Hasil Uji Asumsi Klasik
disimpulkan bahwa data telah terdistribusi
Hasil Uji Normalitas
dengan normal.
Menguji data terdistribusi normal atau
tidak menggunakan alat uji KolmogorovSmirnov (KS) dengan pengamatan nilai
Hasil Uji Multikolonieritas
Agar
terbebas
mulitkolonieritas
dari
masalah
dilakukan
pengujian
menggunakan alat uji person correlation.
Model regresi yang baik seharusnya tidak
Hasil Uji Autokorelasi
terjadi korelasi diantara variabel independen.
Uji Durbin-Watson digunakan untuk
Di dalam model tidak terdeteksi gejala
mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi.
multikolinearitas bila nilai koefisien korelasi
Berikut hasil pengolahan uji auto korelasi
yang
pada tabel dibawah ini :
diperoleh
berada
Pengujiannya
dibawah
dilakukan
0,80.
Tabel 4.5
Hasil Pengujian autokorelasi
Koefisie Probabili Kesimpula
dengan
menggunakan person correlation. Berikut
tabel hasil pengolahan uji multikolonieritas :
Tabel 4.4
Hasil Pengujian Multikolonieritas
Keterangan Koefisien
Cut
Durbi
Kesimpulan
Off
ETR-DA
0.0812
0.80
ETR-KOM
ETR-INST
DA-KOM
-0.1378
0.1273
0.0658
0.80
0.80
0.80
0.1210
0.80
0.1472
INST
0.80
0.03754
Tidak
terjadi
Watso
autokorela
n
si
Dari hasil pengolahan data diatas dapat
dilihat bahwa nilai Durbin-Watson sebesar
Tidak terjadi
1.415206. Hasil tersebut menunjukan bahwa -
Multikolonieritas
2
Tidak terjadi
Tidak terjadi
Tidak terjadi
Multikolonieritas
Sumber : data sekunder yang diolah Eviews 3.0
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat
bahwa variabel agresivitas pajak, manajemen
laba, komisaris independen dan kepemilikan
institusional memiliki nilai koefisien korelasi
dibawah 0.80. Maka dapat disimpulkan
bahwa variabel tersebut terbebas dari masalah
multikolonieritas.
1.4152
Multikolonieritas
Multikolonieritas
KOM-
n
Sumber : data sekunder yang diolah Eviews 3.0
Tidak terjadi
Multikolonieritas
DA-INST
ty
n-
Tidak terjadi
Multikolonieritas
n
≤
1.415206
≤
+2,
sehingga
dapat
disimpulkan bahwa model regresi pada
penelitian
ini
terbebas
dari
masalah
autokorelasi dan tahapan pengolahan data
lebih lanjut dapat dilaksanakan.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji
apakah model regresi terjadi ketidaksamaan
varians dan residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi ada
atau
tidaknya
penelitian
ini
heterokedastisitas
menggunakan
uji
dalam
White.
Berikut hasil pengolahan data dengan uji
R2
0.0468
F–
White :
0.0375
Prob
Tabel 4.6
Hasil Pengujian Heteroskedastisitas
Keterangan
Obs*
Prob
R-
.
Kesimpulan
dilihat bahwa nilai R2 0.0468 atau 4.68 %.
d
0.726
laba, komisaris
menggunakan Evews 3.0
Dari tabel hasil uji regresi diatas dapat
square
Manajemen
Sumber : hasil data sekunder diolah
0.05
2
Tidak terjadi
heteroskedastisit
independen,kepe
Hasil
ini
menunjukan
bahwa
4.68
%
agresivitas pajak dipengaruhi oleh variabel
manajemen laba, komisaris independen dan
as
milikan
kepemilikan institusional. Sedangkan 95.32
institusional
% agresivitas pajak dipengaruhi variabel-
Sumber : data sekunder yang diolah Eviews 3.0
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan
dengan menggunakan uji White diperoleh
nilai probability observasi R-squared sebesar
0.726235. Nilai probability Obs*R-squared
0.726235 > 0.05, maka disimpulkan bahwa
variabel-variabel dalam model regresi pada
penelitian
ini
terbebas
dari
gejala
heteroskedastisitas.
Hasil pengujian hipotesis menggunakan
program pengolahan data Eviews 3 berikut
hasilnya disajikan dalam tabel dibawah ini :
Tabel 4.7
Hasil Uji Regresi
Koefisien
Regresi
Probability
DA
0.0118
0.3151
KOM
-0.1414
0.0293
INST
0.0329
0.0589
independen pada penelitian ini.
Dari hasil uji statistik F, diperoleh nilai FProb sebesar 0.0375. Hasil uji statistik F
dengan nilai probability 0.0375 lebih kecil
dari alpha 0.05 dengan ini dapat menjelaskan
bahwa keseluruhan model regresi sudah layak
untuk melihat pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen.
Pengujian Hipotesis dan Pembahasannya
Ket
variabel lain yang tidak merupakan variabel
Kesimpulan
Tidak
Pengaruh
manajemen
laba
terhadap
agresivitas pajak perusahaan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
pada tabel 4.7 diatas, manajemen laba yang
ukur dengan nilai discretionary accrual (DA)
Kesimpulan
Hipotesis
memiliki nilai koefisien sebesar 0.0118 dan
nilai signifikannya 0.3151 dengan tingkat
Ditolak
kesalahan sebesar 0.05. Hasil ini menunjukan
Signifikan
Diterima
bahwa nilai signifikan 0.3151 lebih besar dari
Signifikan
Diterima
alpha 0.05 sehingga hipotesis pertama (H1)
Signifikan
ditolak
dan
dapat
disimpulkan
bahwa
dalam
susunan
manajemen laba tidak berpengaruh signifikan
memperkecil
terhadap agresivitas pajak perusahaan.
agresivitas
Hasil penelitian mendukung penelitian
yang
dilakukan
menemukan
Putri
bahwa
komisaris
kemungkinan
pajak
akan
terjadinya
perusahaan.
Komisaris
independen sebagai pihak yang mengawasi
(2014)
yang
dan memberikan petunjuk serta arahan
manajemen
laba
kepada
pengelola
berpengaruh positif dan tidak signifikan
manajemen
terhadap
terlaksananya
agresivitas
dewan
pajak
perusahaan.
perusahaan
memiliki
peran
strategi
atau
menjamin
perusahaan,
Namun penelitian ini tidak sejalan dengan
mengawasi manajemen perusahaan dalam
hasil penelitian Suyanto dan Supramono
mengelola perusahaan, serta terlaksananya
(2012)
akuntabilitas dalam menentukan kebijakan
yang menemukan bahwa terdapat
pengaruh
yang
positif
dan
signifikan
manajemen laba terhadap agresivitas pajak.
sehingga tidak terjadi benturan kepentingan
dan merugikan stakeholder. Pengawasan dari
komisaris independen membuat manajemen
Pengaruh komisaris independen terhadap
agresivitas pajak.
kedua pada tabel 4.7 diatas, komisaris
independen memiliki nilai koefisien -0.1414
dengan nilai signifikan 0.0293. Hasil ini
menunjukkan bahwa nilai signifikan sebesar
0.0293 < alpha sebeasar 0,05 maka hipotesis
(H2)
diterima
sehingga
dapat
disimpulkan bahwa komisaris independen
berpengaruh signifikan terhadap agresivitas
pajak perusahaan.
Hasil
ini
memberikan
dalam
perusahaan
pengungkapan
sehingga
kegiatan
agresivitas pajak dapat diminimalkan.
Hasil
penelitian
ini
sejalan
dengan
penelitian yang dilakukan oleh Suyanto dan
Supramono
terdapat
yang
pengaruh
membuktikan
yamg
negatif
bahwa
dan
signifikan komisaris terhadap agresivitas
pajak dan penelitian yang dilakukan Timothy
(2010) yang mendapatkankan hasil bahwa
komisaris independen signifikan terhadap
agresivitas pajak perusahaan serta penelitian
memberikan
bukti
bahwa
komisaris independen dalam susunan dewan
komisaris
transparan
informasi
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
kedua
lebih
kontribusi
agar
manajer tidak melakukan agresivitas pajak.
Semakin besar rasio komisaris independen
yang
dilakukan
menyatakan
Putri
komisaris
(2014)
yang
independen
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
agresivitas pajak perusahaan.
Pengaruh
kepemilikan
institusional
terhadap agresivitas pajak.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
Dari hasil yang telah dibahas dapat
ketiga pada tabel 4.7 diatas, kepemilikan
disimpulkan bahwa manajemen laba tidak
institusional memiliki nilai koefisien 0.0329
berpengaruh signifikan terhadap agresivitas
dengan nilai signifikan 0.0589. Hasil ini
pajak perusahaan. Sehingga hipotesis pertama
menunjukkan
signifikan
(H1) pada penelitian ini ditolak. Komisaris
kepemilikan institusi 0.0589 < alpha sebesar
independen berpengaruh signifikan terhadap
0,10 maka hipotesis ketiga (H3) diterima
agresivitas pajak perusahaan. Dengan kata
sehingga
lain hipotesis kedua (H2) pada penelitian ini
bahwa
dapat
kepemilikan
nilai
disimpulkan
institusional
bahwa
berpengaruh
signifikan terhadap agresivitas pajak.
diterima.
Kepemilikan
institusional
berpengaruh signifikan terhadap agresivitas
Hal ini menunjukan bahwa kepemilikan
saham mayoritas yang dimiliki institusi
pajak perusahaan. Sehingga hipotesis ketiga
(H3) pada penelitian ini diterima.
dalam susunan komposisi pemegang saham
perusahaan dapat mempengaruhi manajemen
dalam menentukan kebijakan yang akan
diambil
terkait
agresivitas
pajak.
Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian
yang dilakukan oleh Khurana dan Moser
(2009) yang mendapatkan hasil kepemilikan
institusional berpangaruh signifikan terhadap
agresivitas pajak perusahaan. Sedangkan
hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian
yang
dilakukan
Sabrina
dan
Soepryanto (2013) yang menyatakan bahwa
kepemilikan institusional tidak berpengaruh
sigfinikan terhadap tindakan pajak agresif.
Keterbatasan penelitian dan Saran
Penelitian ini tidak terlepas dari beberapa
keterbatasan yang melekat dalam penyusunan
penelitian ini. Berikut beberapa keterbatasan
dalam penelitian ini serta saran untuk
penelitian selanjutnya :
1. Penelitian
menggunakan
manufaktur
sehingga
selanjutnya
perusahaan
sebagai
objek
penelitian
disarankan
untuk
penelitian
menggunakan
selain
perusahaan manufaktur sebagai objek
penelitian
seperti
perusahaan
jasa
keuangan dan non keuangan.
2. Penelitian
ini
mengukur
variabel
agresivitas pajak menggunakan proksi
effective tax rate (ETR). Untuk penelitian
selanjutnya
disarankan
menggunakan
proksi lain dalam mengukur agresivitas
pajak seperti menggunakan proksi cash
effective tax rate (CETR) yang digunakan
oleh Chen et.al (2010) atau menggunakan
proksi book-tax difference.
Frank, M., Lynch, L.,and Rego, S. (2009).
“Tax Reporting Aggressiveness and
Its Relation to Aggressive Financial
Reporting”. The Accounting Review,
84(2) : 467-496.
Ghozali, Imam. (2011). “Aplikasi Analisis
Multivariate
dengan
Program
SPSS”. Badan Penerbit UNDIP
3. Variabel independen yang digunakan pada
penelitian ini adalah manajemen laba dan
corporate
governance
yang
penelitian
institusional.
selanjutnya
Henderi. (2013). “Uang Pajak
Jangan dibajak”. Detiknews.com
diukur
menggunakan komisaris independen dan
kepemilikan
Gunadi,
Untuk
disarankan
Jensen, M., and Meckling, W. (1976).
“Theory of the Firm : Managerial
Behavior,
Agency
Cost
and
Ownership Structure”. Journal of
Financial Economic, 3 : 305-360
menggunakan variabel lain untuk melihat
pengaruhnya terhadap agresivitas pajak
seperti
leverage,
ukuran
perusahaan,
corporate sosial responsibility (CSR) serta
menggunakan
kepemilikan
auditor
proksi
komite
manajerial
atau
dalam
mengukur
audit,
kualitas
corporate
Komite Nasional Kebijakan Governance.
(2006).
“Pedoman
Tentang
Komisaris Independen”.
Khurana, I., K., dan Moser, W,. J. (2009).
“Institutional Ownership and Tax
Aggressiveness. www.ssrn.com
Putri,
governance.
DAFTAR PUSTAKA
Lucy Tania Yolanda. (2014).
“Pengaruh Likuiditas, Manajemen
Laba dan Corporate Governance
Terhadap
Agresivitas
Pajak
perusahaan”.
Skripsi.
Tidak
dipublikasikan
Annisa, N,A., dan Kurniasih, L. 2012.
Pengaruh corporate governance
terhadap tax avoidance. Jurnal
Akuntansi & auditing ,8(2) : 95-189.
Sabrina, Anita dan Soepryanto, Gatot. (2013).
“Analisis Karakteristik Corporate
Governance Terhadap Tindakan
Pajak Agresif”. Tesis. Tidak
dipublikasikan.
Chen, S., Chen, X., Cheng, Q., and Shevlin,
T. (2010). “Are Family Firm More
Tax Aggressive Than Non-Family
Firm?”. Journal of Financial
Economic, 95 : 41-61
Scott,
William, R. 2009. “Financial
Accounting Theory”. International
Edition, New Jersey: Prentice-Hall,
Inc.
Sari, D. K., dan Martani, D. (2010).
”Karakteristik
Kepemilikan
Perusahaan, Corporate Governance,
dan Tindakan Pajak Agresif”.
Simposium Nasional Akuntansi
XIII. Purwokerto.
Sartori, N. (2009). “Corporate Governance
Dynamics and Tax Compliance”.
International Trade and Business
Law Review, 2009, U of Michigan
Law & Economics, SJD Working
Paper No. 1361895.
Surya, I., dan Yustiavandana, I. (2006).
“Penerapan
good
corporate
Governance mengesampingkan hakhak istimewa demi kelangsungan
usaha”. Penerbit Kencana,Depok.
Suyanto, K.,D., dan Supramono, (2012).
“Likuiditas, Leverage, Manajemen
laba,
Komisaris
Independen,
terhadap
Agresivitas
Pajak
Perusahaan”. Jurnal Keuangan dan
Perbankan, 16(2) : 167–177.
Timothy, Yeung Chi Kwan. (2010).” Effects
of corporate governance on tax
aggressiveness”. Thesis. HongKong
Baptist University. www.ssrn.com
Watts, Ross L. and Jerold L. Zimmerman.
(1978). ”Toward a Positive Theory
of the Determination of Accounting
Standards”.
The
Accounting
Review. 53 : 112-134.
Yoehana. (2013). ”Analisis Pengaruh
corporate
social
responsibility
terhadap
agresivitas
pajak”.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Skripsi. Tidak dipublikasikan.
Download