APLIKASI ISOLAT BAKTERI DARI TPA TAMANGAPA MAKASSAR

advertisement
Aplikasi Isolat Bakteri dari TPA Tamangapa Makassar dalam Proses Pengomposan Sampah Organik Rumah
Tangga
Siti Rabiatul Adawiyah, Fahruddin, Kahar Mustari
APLIKASI ISOLAT BAKTERI DARI TPA TAMANGAPA MAKASSAR DALAM
PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA
Siti Rabiatul Adawiyah 1, Fahruddin 2, Kahar Mustari 3
1
Mahasiswa Program Studi PLH, Sekolah Pascasarjana, Universitas Hasanuddin
2
Departemen Biologi, Fakultas MIPA,Universitas Hasanuddin,
3
Departemen Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin
E-mail: [email protected]
Abstrak
Penelitian bertujuan untuk memperoleh isolat bakteri yang terdapat di TPA Tamangapa yang
mampu mempercepat laju pengomposan pada sampah organik dan beberapa perubahan parameter terkait
selama proses dekomposisi sampah organik meliputi warna, bau, suhu, pH, kadar air, laju pengomposan,
dan rasio C/N. Berdasarkan hasil isolasi dan karakterisasi diperoleh 4 jenis bakteri yang berbeda yaitu
isolat A, Isolat B, Isolat C, dan Isoalt D. Pengamatan dekomposisi sampah dilakukan selama 30 hari
dengan 7 perlakuan yaitu, Sampah organik + 20 % isolat A, Sampah organik + 20% Isolat B, Sampah
organik + 20 % Isolat C , Sampah organik + 20 % Isolat D, Sampah organik + 20 % Isolat A, B, C, dan
D, Sampah organik + 20 % EM4, Sampah organik tanpa penambahan isolat bakteri sebagai kontrol. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa keempat isolat bakteri yang diisolasi dari TPA dapat mempercepat laju
pengomposan. Isolat D merupakan bakteri yang paling baik dalam mempercepat dekomposisi sampah
organik dilihat dari beberapa parameter per lima hari selama 30 hari dan rasio C/N memenuhi SNI pada
semua perlakuan.
Kata Kunci : Laju Pengomposan, Isolat Bakteri, Sampah Organik dan TPA Tamangapa.
Abstract
This study aims to obtain bacterial isolates found in Tamangapa landfills capable of accelerating the rate
of composting on organic waste and some changes in related parameters during the decomposition
process of organic waste include colour, odor, temperature, pH, moisture content, decompositon rate,
and C/N ratio. Observation of decomposition done for 30 days with 7 treatmen that is, organic waste +
20 % isolate bacteria A, organic waste + 20 % isolate bacteria B, Organic waste + 20% isolate bacteria
C, organic waste + 20 % isolate bacteria D, organic waste + 20% isolate bacteria A, B, C, D, organic
waste +20 % EM4 , organic waste without addition of bacterial isolates as control. The result showed that
4 isolate bacteria isolated from the final dump could speed up the rate of composting bacterial A, B, C,
and D. D bacterial is the best bacterial in accelerating the decomposition of organic waste seen from
several parameters fifth day for 30 days and C/N ratio meets the SNI on all treatments.
Key words : rate of composting, baterial isolates, organic waste, and Tamangapa landfills.
hampir setiap jenis sampah padat telah
(Sumantri,2005).
Penanggulangan pencemaran limbah, terutama
yang berasal dari rumah tangga sangatlah
rumit. Di satu sisi jumlah limbah terus
bertambah dengan naiknya jumlah penduduk,
namun sisi lain kemampuan penjernihan air
dan tempat pembuangan sampah makin
terbatas serta rendahnya pendidikan dan
kebiasaan menggunakan air tercemar dalam
kegiatan sehari-hari (Soemarwoto, 1983).
Di dalam Undang- undang No. 18 tahun 2008
tentang
pengelolaan
sampah,
bahwa
Pendahuluan
Sampah padat merupakan salah satu bentuk
limbah yang terdapat di lingkungan,
masyarakat
awam
biasanya
hanya
menyebutnya sampah saja. Bentuk, jenis, dan
komposisi sampah padat sangat dipengaruhi
oleh tingkat budaya masyarakat dan kondisi
alamnya. Di negara maju yang sangat peka
terhadap masalah kesehatan lingkungan,
sampah padat umumnya telah diatur
pembuangannya sedemikian rupa, sehingga
40
Aplikasi Isolat Bakteri dari TPA Tamangapa Makassar dalam Proses Pengomposan Sampah Organik Rumah
Tangga
Siti Rabiatul Adawiyah, Fahruddin, Kahar Mustari
pengelolaan sampah selama ini belum sesuai
dengan metode dan teknik pengelolaan
sampah yang berwawasan lingkungan
sehingga menimbulkan dampak negatif
terhadap kesehatan masyarakat.
Pengomposan merupakan suatu metode untuk
mengonversikan bahan-bahan organik menjadi
bahan yang lebih sederhana dengan
menggunakan aktivitas bakteri, sehingga
pengolahan limbah berlangsung secara efektif.
Kecepatan laju proses pengomposan selain
tergantung bahan-bahannya juga tergantung
pada
keberadaan
dan
kemampuan
mikroorganisme yang ada pada sampah
organik (Fahruddin dan As’adi, 2015)
TPA adalah fasilitas fisik yang digunakan
untuk pembuangan sampah dan residu di
permukaan bumi. Produksi sampah pada tahun
2016 di kota Makassar seperti pada tabel
diatas dalam per bulan mengalami perbedaan
yang signifikan dimana pada setiap bulannya
dari bulan april hingga november meningkat,
namun dari jumlah tersebut belum adanya
pengelolaan yang efektif untuk mengurangi
jumlah sampah atau mencegah dampak
lingkungan dari sampah tersebut.
Menurut Tuomela et al., (2000), proses
penguaraian secara biologis dalam membantu
memperbaiki sifat kimia, fisik, dan biologi
tanah.
Secara
fisik
kompos
dapat
menggemburkan tanah akan meningkatkan
jumlah rongga sehingga tanah menjadi
gembur. Sementara sifat kimia yang
meningkatkan kemampuan tanah dalam
menyimpan air (water holding capacity)
sedangkan untuk perbaikan sifat biologi,
kompos dapat
meningkatkan populasi
mikroorganisme dalam tanah. Hal tersebut
dilakukan dengan pencampuran antara bakteri
yang telah diidentifkasi dengan limbah
domestik dari TPA Tamangapa.
Penelitian ini bertujuan untuk dilakukan isolasi
dan seleksi bakteri untuk mempercepat laju
pengomposan pada sampah organik yang ada
pada TPA Tamangapa.
tangan, kantongan, timbangan, dan alat tulis.
Neraca analitik, cawan petri, jarum ose,
bunsen, botol sampel, gelas ukur, spatula,
vortex, magnetic stirrer, shacker, kulkas,
lamina Air flow (LAF), timbangan analitik,
tabung reaksi, pipet tetes, erlenmeyer 1000 ml,
500 ml, 250 ml, 100 ml, labu ukur 500 ml, 100
ml, 50 ml, dan hot plate.
Bahan
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah Sampah dari TPA,
Bahan-bahan kimia yang di gunakan adalah
medium NA (Nutrient Agar), Medium BA (
Blood Agar ), Medium LB (Lactose Broth),
Arabinosa, Asam Tanat 1 %, medium sulfite
Indol, Medium CMC ( Carboxy Methylle
Cellulose), medium TSA (Tryptic Soya Agar ),
Metil Red. Bahan pewarnaan gram : Kristal
violet, iodium lugol, alkohol aseton, dan
safranin.
Prosedur Kerja
Dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Pengambilan sampel sampah organik
diambil secara acak.
2. Analisa awal kandungan hara sampah
organik, yaitu pengukuran karbon (C),
kandungan nitrogen (N), penentuan fosfor
(P) dan kalium (K).
3. Pengambilan sampel tanah
4. Isolasi
bakteri
dilakukan
dengan
menimbang 10 gr sampel tanah dari TPA.
5. Pembiakan bakteri
6. Karakterisasi bakteri dilakukan meliputi
pewarnaan gram, uji biokimia, dan uji
fisiologi.
7. Uji kemampuan dalam mengurai selulosa
dan lignin.
8. Aplikasi isolat pada sampah organik
Hasil seleksi bakteri isolat bakteri
yang diperoleh dari tanah TPA
selanjutnya diaplikasikan pada sampah
organik yang bersumber dari TPA, dengan
perlakuan sebagai berikut :
P1 = Sampah Organik + 20 % Isolat A
P2 = Sampah Organik + 20 % Isolat B
P3 = Sampah Organik + 20 % Isolat C
P4 = Sampah Organik + 20 % Isolat D
P5 = Sampah Organik + Isolat A + Isolat B +
Isolat C + Isolat D (Isolat kultur campuran ).
P6 = Sampah Organik + 20 % EM4
Metodologi Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sekop, keranjang limbah, termometer,
pH meter, wadah plastik, timbangan, sarung
41
Aplikasi Isolat Bakteri dari TPA Tamangapa Makassar dalam Proses Pengomposan Sampah Organik Rumah
Tangga
Siti Rabiatul Adawiyah, Fahruddin, Kahar Mustari
P7
= Sampah Organik tanpa penambahan
isolat sebagai kontrol.
Pengomposan
dibiarkan
terdekomposisi
selama 30 hari, setiap 5 hari dilakukan
pembalikan untuk aerasi. Selama proses
pengomposan
berlangsung
dilakukan
pengamatan setiap 5 hari meliputi perubahan
warna, bau, suhu, dan pH. Setiap 10 hari
dilakukan pengamatan meliputi kadar air dan
laju dekomposisi, serta pada hari ke 30
dilakukan pengukuran rasio C : N.
berwarna coklat kehitaman yang terbentuk
akibat penguraian bahan organik yang terjadi
secara alami oleh mikroorganisme yang hidup
dalam kompos.
Suhu dan Derajat keasaman (pH) kompos
Hasil penelitian menunjukkan dari
ketujuh perlakuan, suhu mulai meningkat pada
hari pertama yang menandakan awal
dimulainya proses dekomposisi. Peningkatan
suhu maksimum selama proses mencapai
62,50 terlihat pada hari ke-5 untuk perlakuan
P4
yaitu pencampuran sampah organik
dengan Isolat D.
Suhu tinggi
(termofilik) dalam
penelitian dicapai sekitar 45,00- 62,500 C
dapat dipertahankan sampai hari ke-10 dan
mulai turun secara perlahan-lahan pada harihari selanjutnya. Menurut Rochaeni, et al.,
(2003) temperatur yang tinggi (minimal 550C)
perlu
dipertahankan sekurang-kurangnya
selama 15 hari berturut-turut dan tumpukan
dibalik 5 kali selama proses dekomposisi.
Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu.
Hasil
pengamatan
pada
pH
menunjukkan bahwa pada awal proses
dekomposisi yaitu pada hari ke-5 terjadi
perbedaan pH diantara perlakuan. Pada hari
ke-5 perlakuan P3, P6, dan P7 masih rendah
sekitar yaitu sekitar 6,00- 6,20, sedangkan
perlakuan lainnya sudah mengalami kenaikan.
Menurut Hadisumarno (1992) menyatakan
bahwa pH ideal dekomposisi aerobik antara
6,00-8,00 karena pada derajat tersebut mikroba
dapat tumbuh dan mengadakan aktifitasnya
dalam mendekomposisi sampah organik.
Hasil dan Pembahasan
Bertumpuknya sampah di TPA telah
menjadi masalah, akibat pembuangan yang
terus menerus terutama tumpukan sampah
organik yang berasal dari aktivitas rumah
tangga, hal ini dapat ditanggulangi dengan
memanfaatkan sampah organik tersebut
sebagai kompos. Agar proses pengomposan
berjalan cepat, maka dilakukan aplikasi isolat
bakteri yang diperoleh dari TPA itu sendiri.
Karakterisasi bakteri
Hasil isolasi yang dilakukan pada
empat titik dilokasi TPA Tamangapa diperoleh
4 jenis bakteri yang berbeda berdasarkan
pengamatan
morfologi,
berdasarkan
pewarnaan gram ke-4 bakteri golongan gram
negatif, dan berdasarkan uji biokimia ke-4
bakteri positif pada masing-masing uji
motilitas, uji katalase, uji TSIA, Uji fermentasi
karbohidrat, dan uji indol.
Uji kemampuan dalam mengurai selulosa dan
lignin
Hasil keseluruhan dari uji selulosa dan
uji lignin diperoleh bahwa keempat isolat
bakteri mampu mendegradasi selulosa, dan
isolat yang mampu mendegradasi lignin
terdapat pada tiga isolat kecuali isolat C.
Kadar Air Kompos
Pada akhir pengamatan, proses
dekomposisi telah berakhir terbukti kadar air
yang terkandung didalam kompos untuk setiap
perlakuan kurang dari 20 %. Menurut SNI
kompos kadar air maksimal 50 % sedangkan
batas minimalnya tidak ada. Dari perlakuan
dalam penelitian ini menunjukkan kadar air
tanpa perlakuan cenderung paling rendah
yakni sebesar 12 % dibandingkan perlakuan
lainnya. Sedangkan kadar air yang tertinggi
pada perlakuan P4 sebesar 48 % Kisaran
tersebut
harus
dipertahankan
untuk
memperoleh jumlah populasi mikroorganisme
Warna dan bau kompos
Pada penelitian ini dihasilkan kompos
yang warnanya coklat kehitaman hingga hitam
berbau seperti tanah dan menyerupai tekstur
yang agak lunak seperti tekstur tanah.
Perubahan warna, tekstur, dan bau pada
kompos disebabkan oleh materi yang
dikandungnya sudah menyerupai tanah dan
42
Aplikasi Isolat Bakteri dari TPA Tamangapa Makassar dalam Proses Pengomposan Sampah Organik Rumah
Tangga
Siti Rabiatul Adawiyah, Fahruddin, Kahar Mustari
terbesar, karena semakin besar populasinya
maka
akan
semakin
cepat
proses
dekomposisinya.
Penurunan kadar air ini menunjukkan bahwa
kompos mulai masuk pada fase pematangan.
Selain itu, penurunan kadar air pada kompos
menurut Heny Alpandari (2015) penurunan
kadar air selama proses pengomposan
disebabkan karena penguapan air menjadi gas
akibat adanya aktivitas mikroorganisme.
berbagai macam enzim atau bahan kimia untuk
menguraikan berbagai jenis bahan organik.
Kesimpulan
Dari hasil isolasi bakteri TPA Tamangapa
diperoleh 4 jenis isolat bakteri yang berbeda
berdasarkan
pengamatan
makroskopis,
pewarnaan gram dan uji biokimia. Keempat
jenis bakteri tersebut, termasuk ke dalam
golongan bakteri gram negatif yaitu isolat
bakteri A, B, C, dan D. Pada uji kemampuan
dalam mendegradasi selulosa dan lignin,
keempat isolat bakteri yang mampu
mendegradasi selulosa yaitu berturut-turut
isolat bakteri A, B, C, dan D. Dalam
mendegradasi lignin terdapat tiga isolat yang
mampu yaitu berturut-turut isolat bakteri A, B,
dan D. Laju dekomposisi dari semua perlakuan
yang efektif adalah perlakuan 3 isolat bakteri
C dan perlakuan 1 isolat bakteri A, kandungan
C, N, P, dan K semua perlakuan memenuhi
SNI dan untuk rasio C/N nilai yang sesuai
ditunjukkan pada perlakuan 4 isolat bakteri D,
perlakuan 5 isolat campuran. Hal tersebut
dapat dilihat pada perbandingan antara hasil
penelitian dengan standar SNI 19-7030-2004,
perlakuan dalam percobaan telah memenuhi
SNI.
Laju dekomposisi kompos
Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa peningkatan proses dekomposisi atau
laju dekomposisi dapat dilakukan dengan
adanya penambahan isolat bakteri dari TPA.
Pada hari ke-30 laju dekomposisi mulai
berkurang dan hampir sama pada semua
perlakuan tepatnya 11,2 – 16,2 gr/hari, yang
menandakan bahwa penguraian bahan organik
limbah juga mulai berkurang. Menurut
Saunder (1980), proses dekomposisi bahan
organik secara alami akan berhenti bila faktorfaktor pembatasnya tidak tersedia atau telah
dihabiskan dalam proses dekomposisi akan
terjadi penyusutan volume maupun biomassa
bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30-40
% dari volume/bobot awal bahan.
Kadar bahan organik ( Rasio C/N)
Menurut Fahruddin (2000), bahwa
sejumlah
mikroorganisme
mempunyai
kemampuan metabolisme yang beragam.
SNI mensyaratkan kandungan C
minimal 9,80 dan N total di dalam kompos
minimal 0,4 %. Semua hasil pengamatan
memiliki kandungan C diatas 9,80 dan diatas
dibawah 0,4 % sehingga dapat disimpulkan
semua perlakuan dalam percobaan memenuhi
SNI, hal yang sama dengan P dan K juga telah
memenuhi standar. Rerata rasio C/N hasil
dekomposisi masing-masing perlakuan sekitar
19-24 %.
Menurut Kastaman (2006), bahwa
mikroorganisme yang dominan dalam proses
dekomposisi sampah organik, yang terkandung
dalam bahan bioaktivator adalah Azetobacter
dan ragi. Proses dekomposisi dengan bantuan
bakteri berperan dalam proses dekomposisi
bahan organik dan meningkatkan suhu proses,
dimana kebanyakan diantaranya menggunakan
Daftar Pustaka
Badan Standarisasi Nasional (BSN).2004.
Spesifikasi Kompos Dari Sampah
Organik Domestik. SNI 19-7030-2004.
Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota
Makassar. 2016. Produksi Sampah di
Kota
Makassar
20
kecamatan.
Makassar.
Fahruddin. 2000. Penggunaan Empat Macam
Sumber Inokulum Untuk Mempercepat
Biodegradasi Hidrokarbon Lumpur
Minyak. Tesis. Universitas Gajah
Mada. Yogyakarta.
Fahruddin and As’adi, A. (2015) Use Of
Organic Materials Wetland To
Improving The Capacity Sulfate
Reduction Bacteria (SRB) of Reduce
Sulfate in Acid Mine Water (AMW).
Asian Jr. of Microbiol. Biotech. Env.
Sc. 17 (1) : pp.1-4.
43
Aplikasi Isolat Bakteri dari TPA Tamangapa Makassar dalam Proses Pengomposan Sampah Organik Rumah
Tangga
Siti Rabiatul Adawiyah, Fahruddin, Kahar Mustari
Hadisumarno, D. 1992. Buku Panduan Teknik
Pembuatan Kompos dan Sampah, Teori
dan Aplikasi. Center for Policy and
Implementation Studies (CIPS). Jakarta.
Kastaman, R dan Ade M., 2006. Perancangan
Reaktor
Sampah
Terpadu
Dan
Pengembangan Mikroba Penghilang Bau
Sampah Dalam Rangka Mengatasi
Masalah Sampah Di Perkotaan. Fakultas
Teknologi
Industri
PertanianUinversitas Padjajaran Jatinangor. Jurnal
Agrikultura No.12, Vol.17, No.3.
Bandung.
Rochaeni A, et al (2003). Pengaruh Gitasi
Terhadap
Proses
Pengommposan
Sampah Organik. Infomatek 5(4):177186.
Saunder, G.W. 1980. Organic matter and
Decomposers. In Functioning of
Freshwater Ecosystem Eds. By E.D Le
Cren and R.H Lowe Mc.Connel.
Cambridge University Press. 588 p.
Soemarwoto,Otto. 1983. Ecology Ilmu
Lingkungan Hidup dan Pembangunan,
Djambatan. Jakarta
Sumantri.2005.Kesehatan
Lingkungan.
Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Tuomela, M., Vikman., A. Hattakaand M.
Itavaara, 2000. Biodegradation of lignin
in a compost environment ; a review.
Bioresource Technology 72 ; 169-183.
Undang-Undang No.18 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah.
44
Download