TOXICITY OF SHORT CHAIN FATTY ACID DERIVED FROM TYPE-3 RESISTANT STARCH FROM SWEET POTATO (Ipomoea batatas) FERMENTED BY Clostridium butyricum BCC B2571 AGAINST HUMAN COLON CARCINOMA CELL LINE HCT-116 Desy Ayu Candraningrum and Maggy T Suhartono Department of Food Science and Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO BOX 220, Bogor, West Java, Indonesia Phone: +62 856 2905656, E-mail: [email protected] ABSTRACT Sweet potato (Ipomoea batatas) is a food that contains high type 3 resistant starch. Fermentation of type 3 resistant starch by several bacteria such as Clostridium can produce Short Chain Fatty Acid (SCFA) containing acetate, propionate, and butyrate. SCFA butyrate is capable to inhibit the growth of colon carcinoma cells with an apoptosis pathway. The aim of this research was to analyze the toxicity of SCFA produce from fermentation of type-3 resistant starch from sweet potato with the bacterium Clostridium butyricum BCC B2571 against human colon carcinoma cell line using hemacytometer cell counting method and detection of apoptotic cells by Hoechst 33258 staining. The type 3 resistant starch fermented from sweet potato with a molar ratio of acetate, propionate, and butyrate at 52.95 mM : 66.93 mM : 92.41 mM were used as the primary working solution which was further diluted. VERO cell was used in the analysis as a normal cell with treatment given at concentration of 10 mM; 5 mM: 2.5 mM: 1.25 mM: 0.625 mM, while HCT 116 cells was used as a colon cancer cells by treatment with 1.25 mM; 0.625 mM: 0.313 mM: 0.156 mM; 0.078 mM. The results showed that the butyrate concentration of 1.25 mM showed the high toxicity of 85.42% to HCT 116 cells and in VERO cells showed low toxicity at 46.97%. Detection of apoptosis using Hoechst 33258 staining showed that apoptosis occurred in HCT-116 cells by a SCFA concentration of 1.25 mM and 0.625 mM. Keywords: Sweet potato, SCFA, Resisten starch, Apoptosis DESY AYU CANDRANINGRUM. F24080127. Toksisitas Short Chain Fatty Acid (SCFA), Produk Turunan Pati Resisten Tipe 3 Hasil Fermentasi Ubi Jalar (Ipomoea batatas) Oleh Bakteri Clostridium butyricum BCC B2571 Terhadap Sel HCT-116. Di bawah bimbingan Maggy Thenawidjaja Suhartono. 2012 RINGKASAN Kanker kolon merupakan salah satu penyakit kanker yang menempati urutan ketiga terbesar di dunia dapat berakibat kematian. Pada dasawarsa ini, ada sekitar satu juta kasus kanker kolon dan rectum. Data terbaru menunjukkan bahwa dari sekitar 1.2 juta kasus kanker kolon, diperkirakan 608.700 kasus diantaranya menyebabkan kematian pada tahun 2008. Penderita kanker umumnya berasal dari negara maju. Kasus kanker kolon tertinggi terdapat di Australia, New Zealand, Eropa, dan Amerika Utara. Tingginya kasus kanker ini disebabkan karena tingginya pola konsumsi daging pada negara-negara tersebut yang berakibat pada pola makan rendah serat. Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk menurunkan kasus kanker kolon adalah melalui pemanfaatan bahan pangan dengan membuat suatu ingredien pangan. Salah satu bahan pangan yang dapat dimanfaatkan sebagai pangan fungsional pencegah kanker kolon adalah ubi jalar. Ubi jalar (Ipomoea batatas) merupakan komoditas pangan penting di Indonesia. Tanaman ini dapat hidup baik di daerah kurang subur maupun kering sehingga kemampuan adaptasinya yang tinggi inilah yang menyebabkan ubi jalar dapat dimanfaatkan sepanjang tahun di Indonesia. Ubi jalar mengandung karbohidrat yang tinggi yang mampu menjadi sumber energi bagi manusia. Kandungan pati yang tinggi pada ubi jalar sangat bermanfaat dalam pencegahan kanker kolon karena pati tersebut dapat difermentasi. Pati ubi jalar ini dapat diolah menjadi pati resisten tipe 3 yang merupakan pati yang lolos dari pencernaan enzim amilase di usus halus. Pada sistem pencernaan, pati resisten tipe 3 (type 3 resistant starch ) di usus besar akan difermentasi oleh bakteribakteri fermentatif di usus besar seperti Clostridium butyricum sehingga menghasilkan asam lemak rantai bebas (SCFA) yang kemudian akan dijadikan bahan untuk menghambat pertumbuhan sel kanker kolon pada penelitian ini. Dari hasil penelitian, digunakan dua jenis kultur sel yaitu kultur sel VERO yang bertindak sebagai sel normal dan kultur sel HCT-116 yang bertindak sebagai sel kanker kolon. Masing-masing kultur sel ini diberikan perlakuan dengan SCFA butirat hasil fermentasi ubi jalar dengan beberapa konsentrasi tertentu. Pada sel VERO, konsentrasi SCFA butirat yang diberikan adalah 0.625 mM, 1.25 mM, 2.5 mM, 5 mM, dan 10 mM. Hasil penghambatan kurang dari 50% yang didapatkan dari sel VERO ini yang kemudian digunakan sebagai batas konsentrasi yang diujikan pada sel HCT-116. Dari hasil pengamatan, didapatkan bahwa besar penghambatan kurang dari 50 % pada sel VERO terdapat pada konsentrasi 1.25 mM dan 0.625 mM dengan masing-masing besar penghambatan sebesar 46.97% dan 33.33%. Pada perlakuan terhadap sel HCT-116, konsentrasi yang digunakan adalah 0.078 mM, 0.156 mM, 0.313 mM, 0.625 mM, dan 1.25 mM. Dari hasil pengamatan, penghambatan tertinggi terdapat pada konsentrasi 1.25 mM sebesar 85.42%. Besar penghambatan pada konsentrasi 0.078 mM, 0.156 mM, dan 0.313 mM menghasilkan nilai -41.67%, -54.17%, dan -22.92%. Nilai minus ini menandakan bahwa pada konsentrasi-konsentrasi tersebut SCFA butirat tidak dapat menghambat pertumbuhan. Dari hasil uji gula pereduksi terhadap konsentrasi 0,078 mM dan 0.156 mM didapatkan hasil bahwa SCFA butirat mengandung gula pereduksi sebanyak 0.0085 μg/ml dan 0.0056 μg/ml. Selain itu, kandungan dari media tumbuh DMEM memiliki peranan penting menambah nutrisi sel untuk tumbuh sehingga penghambatan tidak terjadi. Pengamatan apoptosis sel dilakukan pada konsentrasi SCFA butirat 0.625 mM, 1.00 mM, dan 1.25 mM dengan menggunakan metode Hoechst 33258. Berdasarkan pengamatan dengan mikroskop fluoroscent, apoptosis terjadi pada sel HCT-116 yang diberikan perlakuan dengan SCFA butirat konsentrasi 1.25 mM. Apoptosis ini ditandai dengan terlihatnya fragmentasi DNA pada sel. Fragmentasi DNA pada konsentrasi 1.25 mM lebih banyak dibandingkan pada konsentrasi 1.00 mM dan 0.625 mM.