Jurnal Kesehatan

advertisement
Dina Putri Utami L., “Peran Teman Sebaya ....”
47
PERAN TEMAN SEBAYA DAN PAPARAN MEDIA PORNOGRAFI TERHADAP PERILAKU
SEKSUAL REMAJA DI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA
The role of peers and pornographic media exposure With sexual behavior of adolescents
in institute of nursing science yogyakarta
Dina Putri Utami Lubis
STIKes Yogyakarta
ABSTRAK
Latar belakang: Saat ini masalah kesehatan reproduksi remaja masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang cukup besar skalanya di Indonesia.. Pengaruh teman sebaya yang
negatif dan paparan pornografi berkontribusi terhadap perilaku seksual remaja yang semakin
permisif..
Metodelogi Penelitian: Penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Variabel independen
dalam penelitian ini adalah peran teman sebaya dan paparan media pornografi, sedangkan variabel
dependennya adalah perilaku seksual remaja. Sampel sebanyak 140 mahsiswa/wi yang dipilih
dengan teknik total sampling. Analisis yang digunakan adalah analisa univariat, bivariat
menggunakan uji chi square, dan analisis multivariat yang digunakan adalah regresi logistik dengan
tingkat kepercayaan 95% (p<0,05)
Hasil Penelitian: Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
(p<0,05) antara peran teman sebaya, paparan media pornografi, kontrol diri, alkohol dan narkoba
terhadap perilaku seksual remaja. Hasil analisis regresi logistik ditemukan bahwa variabel yang paling
dominan berhubungan dengan terjadinya perilaku seksual remaja adalah alkohol dan narkoba (OR:
3,110 95%CI= 1,011-9,564)
Kesimpulan: Peran teman sebaya yang negatif, paparan pornografi yang tinggi, kontrol diri yang
negatif serta remaja yang adiksi terhadap alkohol dan narkoba berhubungan dengan perilaku seksual
remaja.
Kata Kunci: Perilaku seksual remaja, peran teman sebaya, paparan media pornografi.
ABSTRACT
Background: Adolescents reproductive health classified as one of public health issues in Indonesia.
Peer role and pornographic media exposure influences might be contributed and related to
adolescents permisive behaviour nowaday.
Research method: Quantitative research with cross sectional design. Independent variable is role of
peer and pornographic media exposure, while dependent variable is adolescent sexual behavior.
Sample consists of 140 students selected using total sampling technique. Univariate analysis was
done in each variable studied. Bivariate analysis used chi square test and multivariate analysis used
logistic regression with 95% confidential level (p<0,05).
Result: Result showed that peer role, high pornography exposure, self control, alcohol and drug
adiction related with adolescent sexual behavior. Result of logistic regression analysis proved that
alcohol and drugs adiction dominantly contributed adolescent sexual behaviour with OR= 3,110
(95%CI= 1,011-9,564).
Conclusion: Negative peer role, high pornographic exposure, negative self control and effect and
alcohol and drug related with adolescent sexual behavior.
Keywords: adolescent sexual behavior, peer role, media pornographic exposure
PENDAHULUAN
ini dapat dilihat dari data dan fakta pada
Saat ini kesehatan reproduksi masih
beberapa komponen kesehatan reproduksi,
merupakan masalah kesehatan masyarakat
salah satunya adalah masalah kesehatan
yang cukup besar skalanya di Indonesia. Hal
reproduksi pada remaja. Masalah kesehatan
48
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 08 No. 01 Januari 2017
reproduksi remaja selain berdampak secara
tahun sebelumnya yaitu mencapai tujuh
fisik, juga dapat berpengaruh terhadap
mahasiswi.
mental dan emosi, keadaan ekonomi dan
orang
kesejahteraan sosial dalam jangka panjang.
informasi bahwa mereka pernah melihat
Hasil pendekatan dengan dua
mahasiswa
laki-laki
didapatkan
Morton dan Farhat, 2010 dalam Dewi,
konten pornograpi bersama teman melalui
(2012) menyatakan bahwa teman sebaya
handphone dan Internet. Saat ini di D.I
mempunyai kontribusi sangat dominan dari
Yogyakarta
aspek
terjangkit HIV-AIDS, sebagian diantaranya
pengaruh
(modelling)
dan
dalam
percontohan
berperilaku
seksual
remaja dengan pasangannya. Hal ini senada
tercatat
774
warga
yang
juga para remaja yang masih berstatus
pelajar 12.
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Suwarni (2009) yang menyatakan bahwa
METODE PENELITIAN
pengaruh teman sebaya terbukti menjadi
Penelitian ini merupakan penelitian
yang paling dominan dalam mempengaruhi
analitik observasional yang menggunakan
perilaku seksual remaja baik langsung dan
pendekatan kuantitatif. Untuk pendekatan
tidak langsung.
kuantitatif,
penelitian
rancangan
cross
pengambilan
data
Selain dari teman sebaya, remaja
dapat
belajar
tentang
seksualitas
dari
ini
menggunakan
sectional,
terhadap
yaitu
beberapa
observasi yang digambarkan oleh media.
variabel penelitian dilakukan pada satu
Pesan tersembunyi dalam
waktu (Dharma, 2011).
merangsang
birahi
manakala
akan
peserta
digambarkan
sebagai
media yang
menjadi
menjadi
tertarik,
yang
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh
mahasiswa-mahasiswi
Sekolah
penuh
Tinggi Ilmu Kesehatan Yogyakarta sebanyak
kekuatan, disuguhi beberapa jalan alternatif
237 mahasiswa. Pemilihan sampel dalam
tindakan atau menghadirkan karakter yang
penelitian ini menggunakan teknik total
mengidentifikasi sebagai remaja (Bandura,
sampling, yaitu teknik penentuan sampel
1997; Tonburg & Lin 2002 dalam Dewi,
dengan
2012).
populasi sebagai responden atau sampel
Menurut
hal
kuat
keterangan
dosen
mengambil
(Sugiyono,
2012).
seluruh
anggota
Instrumen
yang
pembimbing akademik Sekolah Tinggi Ilmu
digunakan dalam penelitian ini merupakan
Kesehatan Yogyakarta, setiap tahunnya
adopsi
memang selalu ada beberapa mahasiswi
beberapa
yang
penambahan
terpaksa
dicutikan
dari
kampus
dari
penelitian
bagian
telah
item
terdahulu
dan
mendapatkan
pertanyaan
dan
sebagai konsekuensi dari perilaku seksual
pernyataan yang disusun oleh peneliti,
tersebut, bahkan pada tahun 2013, jumlah
disesuaikan dengan tinjauan pustaka.
mahasiswi
yang
dikeluarkan
meningkat
seratus persen dibandingkan dengan tahun-
Sebelum alat ukur digunakan pada
subjek
penelitian,
terlebih dahulu telah
Dina Putri Utami L., “Peran Teman Sebaya ....”
dilakukan uji coba kuesioner pada 30
mahasiswa/mahasiswi
Kesejahteraan
tanggal
Sosial
10
Maret
di
Akademi
Yogyakarta
2016,
pada
dengan
pertimbangan memiliki kerakteristik yang
sama
dengan
populasi
penelitian
sebenarnya.
HASIL PENELITIAN
Analisis
univariat
mendeskripsikan
digunakan
karakteristik
untuk
Adiksi
Tidak adiksi
Ketaatan
beragama
Taat
Tidak taat
Pemanfaatan
waktu luang
Ada waktu
luang
Tidak ada
waktu luang
Sosial
Ekonomi
Tinggi
Rendah
138
98,6
131
9
93,6
6,4
140
0
100
0
11
129
7,9
92,1
49
subyek
penelitian dengan melakukan perhitungan
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa
distribusi frekuensi pada masing-masing
jumlah responden perempuan lebih banyak
variabel.
yaitu
a. Gambaran karakteristik responden (jenis
dengan responden laki-laki 52 (37,1%).
kelamin dan umur), pengetahuan, sikap,
Sebagian besar responden berusia diatas 17
kontrol diri, alkohol dan narkoba, ketaatan
tahun (98,6%), dan yang berusia kurang dari
beragama,
17 tahun sebanyak 2,4%. Lebih dari separuh
pemanfaatan waktu luang
dan sosial ekonomi di STIKes Yogyakarta
88
(88,6%)
orang
(62,9%)
pengetahuan
dibandingkan
responden
tinggi,
sikap responden positif (98,6 ) dan kontrol
Tabel 1.Gambaran karakteristik responden (jenis
diri responden positif (60,7%). Sebagian
kelamin, umur)., pengetahuan, sikap, kontrol diri,
besar
(98,6%)
responden
tidak
adiksi
alkohol dan narkoba, ketaatan beragama,
terhadap alkohol dan narkoba. Lebih dari
pemanfaatan waktu luang dan sosial ekonomi
separuh (93,6%) responden taat dalam
Variabel
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Umur
≥17 tahun
<17 tahun
Pengetahuan
Rendah
Tinggi
Sikap
Negatif
Positif
Kontrol diri
Negatif
Positif
Alkohol &
Narkoba
beragama,
sebanyak
100%
responden
Jumlah
(n)
Persentase
(%)
52
88
37,1
62,9
2
138
1,4
98,6
Seksual Remaja di STIKes Yogyakarta
16
124
11,4
88,6
2
138
1,4
98,6
Tabel 2. Gambaran Peran Teman Sebaya,
Paparan Media Pornografi dan Perilaku Seksual
Remaja
Variabel
Jumlah (n) Persentase (%)
3
137
39,3
60,7
2
1,4
memiliki waktu luang dan l29 (92,1%) sosial
ekonomi responden rendah.
b. Gambaran
Peran
Teman
Sebaya,
Paparan Media Pornografi dan Perilaku
Peran teman
sebaya
Negatif
Positif
Paparan media
pornografi
19
121
13,6
86,4
127
90,7
50
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 08 No. 01 Januari 2017
Tinggi
Rendah
Perilaku
seksual remaja
Berisiko
Tidak Berisiko
Pada
tabel
13
responden positif dan sebanyak 90,7%
9,3
responden memiliki paparan pornografi yang
11
129
7,9
92,1
tinggi. Perilaku seksual responden sebagian
besar (92,1%) tidak berisiko.
2
diketahui
bahwa
sebagian besar 86,4% peran teman sebaya
Analisa bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel
luar terhadap variabel terikat.
a. Hubungan karakteristik responden (jenis kelamin dan umur) dengan perilaku seksual remaja
di STIKes Yogyakarta
Tabel 3. Analisis hubungan karakteristik responden (jenis kelamin dan umur) dengan perilaku
seksual remaja
Variabel
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Umur
>17 tahun
17 tahun
Perilaku Seksual Remaja
Tidak
Berisiko
Berisiko
P value
OR
CI (95%)
10 (19,2%)
8 (9,2%)
42 (80,8%)
80 (90,8)
0,118
0,472
0,1441,266
11(14%)
0 (0%)
127 (86%)
2 (90%)
0,724
1,476
0,17312,433
Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 3, menunjukkan bahwa proporsi remaja
dengan jenis kelamin laki-laki berpeluang lebih besar (19,2%) untuk melakukan perilaku
seksual berisiko dibandingkan dengan responden perempuan (9,2%).
b. Hubungan peran teman sebaya dan paparan media pornografi terhadap perilaku seksual
remaja di STIKes Yogyakarta
Tabel 4. Analisis hubungan peran teman sebaya dan paparan media pornografi terhadap perilaku
seksual remaja
Variabel
Perilaku Seksual Remaja
P value
OR
CI
Berisiko
Tidak
n (%)
Berisiko
n (%)
Peran teman
sebaya
Negatif
6 (4,3)
115 (82,1)
0,001
1,348 1,164-1,562
Positif
5 (3,6)
14 (10,0)
Paparan media
pornografi
Tinggi
6 (4,3)
122 (87,1)
0,049
3,184 0,962-10,538
Rendah
5 (3,6)
7 (5,0)
Berdasarkan data yang diperoleh pada
table
4,
menunjukkan
bahwa
proporsi
remaja dengan peran teman sebaya yang
dengan peran teman sebaya yang positif
(3,6%).
Analisis multivariat pada penelitian ini
negatif memiliki perilaku seksual berisiko
dilakukan
untuk
mengetahui
variabel
lebih besar (4,3%) dibandingkan remaja
independen dan variabel luar yang paling
Dina Putri Utami L., “Peran Teman Sebaya ....”
berpengaruh
atau
paling
dominan
perilaku
seksual
remaja,
51
dibandingkan
berhubungan dengan variabel dependen
dengan yang tidak memanfaatkan media
yang dilakukan secara bersamaan.
massa. Remaja yang mendapat informasi
pornografi dari internet berperilaku seksual
PEMBAHASAN
berisiko 12,2 kali daripada remaja yang tidak
Penelitian ini menemukan hasil bahwa
mendapatkan informasi.
remaja dengan peran teman sebaya yang
Hasil penelitian menemukan bahwa
negatif memiliki peluang 1,34 kali lebih besar
remaja laki-laki berpeluang lebih besar untuk
untuk melakukan perilaku seksual berisiko
memiliki
dibandingkan remaja dengan peran teman
dibandingkan dengan remaja perempuan.
sebaya yang positif (OR= 1,34; 95%CI: 1,16-
Hal ini sesuai dengan pernyataan O’Sullivan
1,56). Hal ini menunjukkan bahwa semakin
(2007) yang menyatakan bahwa remaja laki-
besar pengaruh negatif teman sebaya maka
laki cenderung mempunyai perilaku seks
remaja semakin memiliki kecenderungan
agresif, terbuka, gigih dan terang-terangan
untuk berperilaku seksual berisiko. Temuan
serta sulit menahan diri bila dibandingkan
ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dengan remaja perempuan. Hasil penelitian
dilakukan oleh Le et al (2004)4 di Laos dan
menunjukkan
Kamboja yang menunjukkan bahwa peran
dengan
pengetahuan
teman
secara
peluang
lebih
signifikan terhadap perilaku seksual berisiko
seksual
berisiko
pada remaja. Peran teman adalah prediktor
dengan pengetahuan tinggi. Hal ini sesuai
utama dari perilaku seksual berisiko. Peran
dengan
teman sebaya sebagai sumber informasi
menyatakan bahwa remaja yang mempunyai
kesehatan reproduksi memberikan kontribusi
pengetahuan rendah tentang kesehatan
kecenderungan
reproduksi,
sebaya
berpengaruh
sikap
setuju
remaja
perilaku
seksual
bahwa
besar
penelitian
berisiko
proporsi
remaja
rendah
memiliki
untuk
berperilaku
dibandingkan
Noor
mempunyai
remaja
(2004)
yang
kecenderungan
lebih tinggi melakukan hubungan seksual
mengenai hubungan seksual pranikah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pra nikah sebanyak 53,6%. Analisis lanjut
proporsi remaja dengan paparan pornografi
menunjukkan bahwa remaja dengan sikap
yang tinggi memiliki peluang lebih besar
negatif memiliki peluang 2,9 kali lebih besar
untuk
berisiko
untuk melakukan perilaku seksual berisiko
paparan
dibandingkan remaja dengan sikap positif.
pornografi yang rendah. Hal ini sejalan
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
dengan penelitian yang dilakukan Dewi
Sinaga (2012) menyatakan bahwa sikap
(2012)
mempunyai
berperilaku
dibandingkan
yang
remaja
seksual
dengan
menyatakan
bahwa
ada
pengaruh
positif
terhadap
hubungan yang bermakna antara media
terjadinya perilaku seksual risiko tinggi
massa yang dimanfaatkan remaja dalam
dengan p value 0,010. Orang yang bersikap
mengakses pornografi dari internet dengan
negatif berpeluang 2,81 kali berperilaku
52
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 08 No. 01 Januari 2017
seksual risiko tinggi dibanding dengan orang
ketaatan beragama dengan perilaku seksual
yang bersikap positif.
seks pra nikah berisiko.
Analisis lanjut menunjukkan bahwa
Menurut Azwar (2000)2 pembentukan
remaja dengan kontrol yang diri yang negatif
perilaku dipengaruhi kedalaman keyakinan
memiliki peluang untuk melakukan perilaku
agama
seksual
besar
Pemahaman akan baik dan buruk, garis
dibandingkan remaja dengan kontrol diri
pemisahan antara sesuatu yang boleh dan
yang positif (OR=4,149; 95% CI:1,335-
tidak boleh dilakukan sangat ditentukan oleh
11,581).
penghayatan
Hal
penelitian
berisiko
ini
4
kali
berlawanan
yang
lebih
dengan
dan
oleh
seseorang.
pengamatan
yang
dimilikinya.
Hasil analisis bivariat menunjukkan
(2012) yang menyatakan bahwa tidak ada
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
hubungan yang bermakna antara kontrol diri
antara pemanfaatan waktu luang dengan
dengan perilaku seks pra nikah.
perilaku seksual remaja (p=0,485). Analisis
bahwa
oleh
dianut
Sinaga
Freud,
dilakukan
hasil
yang
kimiawi
dan
libido
lanjut menunjukkan bahwa remaja yang
terdapat eksperimen pengangkatan kelenjar
memiliki waktu luang berpeluang melakukan
seks (kelenjar gonad, testis pada pria dan
perilaku seksual berisiko 1,16 kali lebih
ovarium pada wanita), dalam jaringan antara
besar dibandingkan dengan remaja yang
(intestitial tissues) gonand, zat-zat kimia
tidak memiliki waktu luang (OR : 1,16; 95%
khusus telah diproduksi, yang saat dibawa
CI : 1,08-1,25).
oleh aliran darah, akan mengisi bagian-
Berbeda dengan hasil penelitian yang
bagian tertentu dari sistem syaraf pusat
dilakukan
dengan ketegangan seksual. Transformasi
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
stimulus
bermakna
fisiologis
yang
muncul
dalam
oleh
Sinaga
antara
waktu
(2012)
luang
yang
dengan
proses seksual. Persamaan klinis yang amat
perilaku seks pra nikah. Penelitian Sinaga
besar dengan fenomena intoksisasi dan
menyimpulkan
pengekangan (abslinence), yang ditimbulkan
mempunyai waktu luang cenderung 0,348
oleh kebiasaan oleh menggunakan zat-zat
kali
beracun yang menghasilkan kenikmatan
dibandingkan dengan respoden yang tidak
(Dartono, 2003).
ada waktu luang.
bahwa
berperilaku
responden
seksual
berisiko
yang
tinggi
Hasil analisis bivariat menunjukkan
Hasil analisis bivariat menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
antara ketaatan beragama dengan perilaku
antara sosial ekonomi dengan perilaku
seksual remaja (p=570). Hal ini sejalan
seksual
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
penelitian Sinaga (2012) yang menyatakan
Sinaga (2012) yang menyatakan bahwa
bahwa tidak ada hubungan antara status
tidak ada hubungan yang bermakna antara
sosial ekonomi dengan perilaku seks pra
remaja.
Sejalan
dengan
hasil
Dina Putri Utami L., “Peran Teman Sebaya ....”
nikah. Analisis lanjut menunjukkan bahwa
KESIMPULAN
remaja dengan sosial ekonomi yang tinggi
Mengacu kepada tujuan dan hipotesis
memiliki peluang 2,65 kali lebih besar untuk
penelitian serta pembahasan yang telah
melakukan perilaku seksual yang berisiko
diuraikan tentang variabel penelitian, dapat
dibandingkan dengan remaja yang sosial
diambil
ekonominya rendah (OR=2,65; 95% CI:0,89-
penelitian diterima:
7,86).
1. Terdapat
Pada
pemodelan
didapatkan
hasil
akhir
bahwa
multivariat
secara
klinis,
kesimpulan
hubungan
bahwa
hipotesis
yang
bermakna
antara peran teman sebaya dengan
perilaku
seksual
remaja
di
STIKes
variabel yang berkontribusi paling besar atau
Yogyakarta. Peran teman sebaya yang
yang paling dominan berhubungan dengan
negatif cenderung menyebabkan perilaku
terjadinya perilaku seksual remaja di STIKes
seksual yang berisiko pada remaja.
Yogyakarta adalah variabel alkohol dan
2. Terdapat
hubungan
yang
bermakna
narkoba dengan nilai OR 3,110 yang berarti
antara paparan media pornografi dengan
remaja yang adiksi terhadap alkohol dan
perilaku
narkoba berpeluang melakukan perilaku
Yogyakarta. Paparan pornografi yang
seksual
tinggi cenderung menyebabkan perilaku
berisiko
tiga
kali
lebih
tinggi
dibandingkan dengan remaja yang tidak
seksual
remaja
di
STIKes
seksual yang berisiko pada remaja.
adiksi terhadap alkohol dan narkoba. Hasil
3. Variabel yang berkontribusi paling besar
penelitian serupa juga ditunjukkan oleh
atau yang paling dominan berhubungan
Rahardjo
(2010)8
dalam
studi
meta-
dengan
terjadinya
perilaku
seksual
bahwa
remaja di STIKes Yogyakarta adalah
terdapat korelasi antara penggunaan alkohol
variabel alkohol dan narkoba dengan nilai
dan obat-obatan terlarang dengan perilaku
OR 3,110 yang berarti remaja yang adiksi
seks berisiko.
terhadap alkohol dan narkoba berpeluang
analisisnya
yang
menyebutkan
di
tiga kali lebih besar untuk melakukan
dalam minuman keras dapat menyebabkan
perilaku seksual berisiko dibandingkan
perilaku agresif, berani, dan kadang-kadang
dengan remaja yang tidak adiksi terhadap
sudah
alkohol dan narkoba.
Kandungan metanol yang
tidak
dapat
ada
mengendalikan
diri,
sehingga cenderung melakukan hal-hal yang
negatif
seperti
seks
bebas
(Suriawiria,
4. Tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara pengetahuan, sikap, kontrol diri,
2002). Hal ini diperkuat juga dengan hasil
pemanfaatan
penelitian yang dilakukan oleh Muchimba et
beragama, dan sosial ekonomi dengan
al.,
perilaku
(2013)
pengguna
yang
alkohol
menyatakan
berisiko
lebih
bahwa
tinggi
melakukan perilaku seksual dibandingkan
dengan yang tidak mengkonsumsi alkohol.
waktu
seksual
Yogyakarta.
luang,
remaja
di
ketaatan
STIKes
53
54
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 08 No. 01 Januari 2017
context for adolescents sexual behavior.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anjarwati. (2009). Hubungan Status
Sosial
Ekonomi
dengan
Perilaku
Seksual Remaja pada Siswa SMA
Negeri
di
Kabupaten
Gunungkidul.
Tesis. Program Pascasarjana. Fakultas
Kedokteran. Universitas Gadjah Mada.
2. Azwar. (2011). Sikap Manusia: Teori
dan
Pengukurannya.
Edisi
2.
Kemenkes,
186-192.
7. Pangkahila. (2005). Perilaku Seksual
Remaja di Desa dan Kota. Jakarta:
Rajawali Press.
8. Rahardjo, W. (2010). Konsumsi Alkohol,
Obat-obatan Terlarang dan Perilaku
Seks Berisiko: Suatu Studi Meta-Analisi.
Jurnal
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
3. BKKBN,
Journal of Adolescent Health. Vol 38: pp
Kemensos,
Kemendikbud, Kemen PPPA, UNFPA.
Psikologi,
Fakultas
Psikologi
Universitas Gadjah Mada Vol 35 No.1;
pp 80-100.
(2005). Kebijakan dan Strategi Nasional
9. Sarwono.
Kesehatan Reproduksi di Indonesia.
(Psikologi
Jakarta.
Terapan). Jakarta: Balai Pustaka.
4. Le & Kato. (2004). The Role of Peer,
(2011).
Kelompok
edition.
Behavior for Cambodian and Lao/Mien
Hill.Co.Inc.
Elsevier.
Journal
of
Adolescent Health. Vol.38: pp 288-296.
5. Lou, Cheng, Gao, Zuo, Emerson, &
New
11. UNHCR,
York;
UNFPA.
McGraw
(2012).
Women’s
Refugee
Commission,
Children:
Adolescent
Reproductive
Sexual
Humanitarian Settings.
Attitudes,
and
Behaviors for Adolescents and Young
sudah
Journal of Adolescent Health. Vol 50: pp
Subang
26-36.
Artikel.
The mass media are an important
Health
Save
the
Sexual
and
Programs
in
12. Zakaria, S.B. (2012). Hingga Juni ini,
Adults in Three Asian Cities. Elsevier.
6. L’Engle, Brown, & Kenneavy. (2006).
Psikologi
The
Zabin. (2012). Media’s Contribution to
Knowledge,
&
Sosial
10. Santrock. (2005). Adolescent. Tenth
Parent, and Culture in Risky Sexual
Adolescents.
Psikologi
1.015
Pelajar
di
kabupaten
Mengkonsumsi
Narkoba.
Diperoleh
dari
www.pikiran-
rakyat.com pada 20 Desember 2013.
Download