Dina Putri Utami L., “Peran Teman Sebaya ....” 47 PERAN TEMAN SEBAYA DAN PAPARAN MEDIA PORNOGRAFI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA The role of peers and pornographic media exposure With sexual behavior of adolescents in institute of nursing science yogyakarta Dina Putri Utami Lubis STIKes Yogyakarta ABSTRAK Latar belakang: Saat ini masalah kesehatan reproduksi remaja masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar skalanya di Indonesia.. Pengaruh teman sebaya yang negatif dan paparan pornografi berkontribusi terhadap perilaku seksual remaja yang semakin permisif.. Metodelogi Penelitian: Penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Variabel independen dalam penelitian ini adalah peran teman sebaya dan paparan media pornografi, sedangkan variabel dependennya adalah perilaku seksual remaja. Sampel sebanyak 140 mahsiswa/wi yang dipilih dengan teknik total sampling. Analisis yang digunakan adalah analisa univariat, bivariat menggunakan uji chi square, dan analisis multivariat yang digunakan adalah regresi logistik dengan tingkat kepercayaan 95% (p<0,05) Hasil Penelitian: Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna (p<0,05) antara peran teman sebaya, paparan media pornografi, kontrol diri, alkohol dan narkoba terhadap perilaku seksual remaja. Hasil analisis regresi logistik ditemukan bahwa variabel yang paling dominan berhubungan dengan terjadinya perilaku seksual remaja adalah alkohol dan narkoba (OR: 3,110 95%CI= 1,011-9,564) Kesimpulan: Peran teman sebaya yang negatif, paparan pornografi yang tinggi, kontrol diri yang negatif serta remaja yang adiksi terhadap alkohol dan narkoba berhubungan dengan perilaku seksual remaja. Kata Kunci: Perilaku seksual remaja, peran teman sebaya, paparan media pornografi. ABSTRACT Background: Adolescents reproductive health classified as one of public health issues in Indonesia. Peer role and pornographic media exposure influences might be contributed and related to adolescents permisive behaviour nowaday. Research method: Quantitative research with cross sectional design. Independent variable is role of peer and pornographic media exposure, while dependent variable is adolescent sexual behavior. Sample consists of 140 students selected using total sampling technique. Univariate analysis was done in each variable studied. Bivariate analysis used chi square test and multivariate analysis used logistic regression with 95% confidential level (p<0,05). Result: Result showed that peer role, high pornography exposure, self control, alcohol and drug adiction related with adolescent sexual behavior. Result of logistic regression analysis proved that alcohol and drugs adiction dominantly contributed adolescent sexual behaviour with OR= 3,110 (95%CI= 1,011-9,564). Conclusion: Negative peer role, high pornographic exposure, negative self control and effect and alcohol and drug related with adolescent sexual behavior. Keywords: adolescent sexual behavior, peer role, media pornographic exposure PENDAHULUAN ini dapat dilihat dari data dan fakta pada Saat ini kesehatan reproduksi masih beberapa komponen kesehatan reproduksi, merupakan masalah kesehatan masyarakat salah satunya adalah masalah kesehatan yang cukup besar skalanya di Indonesia. Hal reproduksi pada remaja. Masalah kesehatan 48 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 08 No. 01 Januari 2017 reproduksi remaja selain berdampak secara tahun sebelumnya yaitu mencapai tujuh fisik, juga dapat berpengaruh terhadap mahasiswi. mental dan emosi, keadaan ekonomi dan orang kesejahteraan sosial dalam jangka panjang. informasi bahwa mereka pernah melihat Hasil pendekatan dengan dua mahasiswa laki-laki didapatkan Morton dan Farhat, 2010 dalam Dewi, konten pornograpi bersama teman melalui (2012) menyatakan bahwa teman sebaya handphone dan Internet. Saat ini di D.I mempunyai kontribusi sangat dominan dari Yogyakarta aspek terjangkit HIV-AIDS, sebagian diantaranya pengaruh (modelling) dan dalam percontohan berperilaku seksual remaja dengan pasangannya. Hal ini senada tercatat 774 warga yang juga para remaja yang masih berstatus pelajar 12. dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suwarni (2009) yang menyatakan bahwa METODE PENELITIAN pengaruh teman sebaya terbukti menjadi Penelitian ini merupakan penelitian yang paling dominan dalam mempengaruhi analitik observasional yang menggunakan perilaku seksual remaja baik langsung dan pendekatan kuantitatif. Untuk pendekatan tidak langsung. kuantitatif, penelitian rancangan cross pengambilan data Selain dari teman sebaya, remaja dapat belajar tentang seksualitas dari ini menggunakan sectional, terhadap yaitu beberapa observasi yang digambarkan oleh media. variabel penelitian dilakukan pada satu Pesan tersembunyi dalam waktu (Dharma, 2011). merangsang birahi manakala akan peserta digambarkan sebagai media yang menjadi menjadi tertarik, yang Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa-mahasiswi Sekolah penuh Tinggi Ilmu Kesehatan Yogyakarta sebanyak kekuatan, disuguhi beberapa jalan alternatif 237 mahasiswa. Pemilihan sampel dalam tindakan atau menghadirkan karakter yang penelitian ini menggunakan teknik total mengidentifikasi sebagai remaja (Bandura, sampling, yaitu teknik penentuan sampel 1997; Tonburg & Lin 2002 dalam Dewi, dengan 2012). populasi sebagai responden atau sampel Menurut hal kuat keterangan dosen mengambil (Sugiyono, 2012). seluruh anggota Instrumen yang pembimbing akademik Sekolah Tinggi Ilmu digunakan dalam penelitian ini merupakan Kesehatan Yogyakarta, setiap tahunnya adopsi memang selalu ada beberapa mahasiswi beberapa yang penambahan terpaksa dicutikan dari kampus dari penelitian bagian telah item terdahulu dan mendapatkan pertanyaan dan sebagai konsekuensi dari perilaku seksual pernyataan yang disusun oleh peneliti, tersebut, bahkan pada tahun 2013, jumlah disesuaikan dengan tinjauan pustaka. mahasiswi yang dikeluarkan meningkat seratus persen dibandingkan dengan tahun- Sebelum alat ukur digunakan pada subjek penelitian, terlebih dahulu telah Dina Putri Utami L., “Peran Teman Sebaya ....” dilakukan uji coba kuesioner pada 30 mahasiswa/mahasiswi Kesejahteraan tanggal Sosial 10 Maret di Akademi Yogyakarta 2016, pada dengan pertimbangan memiliki kerakteristik yang sama dengan populasi penelitian sebenarnya. HASIL PENELITIAN Analisis univariat mendeskripsikan digunakan karakteristik untuk Adiksi Tidak adiksi Ketaatan beragama Taat Tidak taat Pemanfaatan waktu luang Ada waktu luang Tidak ada waktu luang Sosial Ekonomi Tinggi Rendah 138 98,6 131 9 93,6 6,4 140 0 100 0 11 129 7,9 92,1 49 subyek penelitian dengan melakukan perhitungan Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa distribusi frekuensi pada masing-masing jumlah responden perempuan lebih banyak variabel. yaitu a. Gambaran karakteristik responden (jenis dengan responden laki-laki 52 (37,1%). kelamin dan umur), pengetahuan, sikap, Sebagian besar responden berusia diatas 17 kontrol diri, alkohol dan narkoba, ketaatan tahun (98,6%), dan yang berusia kurang dari beragama, 17 tahun sebanyak 2,4%. Lebih dari separuh pemanfaatan waktu luang dan sosial ekonomi di STIKes Yogyakarta 88 (88,6%) orang (62,9%) pengetahuan dibandingkan responden tinggi, sikap responden positif (98,6 ) dan kontrol Tabel 1.Gambaran karakteristik responden (jenis diri responden positif (60,7%). Sebagian kelamin, umur)., pengetahuan, sikap, kontrol diri, besar (98,6%) responden tidak adiksi alkohol dan narkoba, ketaatan beragama, terhadap alkohol dan narkoba. Lebih dari pemanfaatan waktu luang dan sosial ekonomi separuh (93,6%) responden taat dalam Variabel Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Umur ≥17 tahun <17 tahun Pengetahuan Rendah Tinggi Sikap Negatif Positif Kontrol diri Negatif Positif Alkohol & Narkoba beragama, sebanyak 100% responden Jumlah (n) Persentase (%) 52 88 37,1 62,9 2 138 1,4 98,6 Seksual Remaja di STIKes Yogyakarta 16 124 11,4 88,6 2 138 1,4 98,6 Tabel 2. Gambaran Peran Teman Sebaya, Paparan Media Pornografi dan Perilaku Seksual Remaja Variabel Jumlah (n) Persentase (%) 3 137 39,3 60,7 2 1,4 memiliki waktu luang dan l29 (92,1%) sosial ekonomi responden rendah. b. Gambaran Peran Teman Sebaya, Paparan Media Pornografi dan Perilaku Peran teman sebaya Negatif Positif Paparan media pornografi 19 121 13,6 86,4 127 90,7 50 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 08 No. 01 Januari 2017 Tinggi Rendah Perilaku seksual remaja Berisiko Tidak Berisiko Pada tabel 13 responden positif dan sebanyak 90,7% 9,3 responden memiliki paparan pornografi yang 11 129 7,9 92,1 tinggi. Perilaku seksual responden sebagian besar (92,1%) tidak berisiko. 2 diketahui bahwa sebagian besar 86,4% peran teman sebaya Analisa bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel luar terhadap variabel terikat. a. Hubungan karakteristik responden (jenis kelamin dan umur) dengan perilaku seksual remaja di STIKes Yogyakarta Tabel 3. Analisis hubungan karakteristik responden (jenis kelamin dan umur) dengan perilaku seksual remaja Variabel Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Umur >17 tahun 17 tahun Perilaku Seksual Remaja Tidak Berisiko Berisiko P value OR CI (95%) 10 (19,2%) 8 (9,2%) 42 (80,8%) 80 (90,8) 0,118 0,472 0,1441,266 11(14%) 0 (0%) 127 (86%) 2 (90%) 0,724 1,476 0,17312,433 Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 3, menunjukkan bahwa proporsi remaja dengan jenis kelamin laki-laki berpeluang lebih besar (19,2%) untuk melakukan perilaku seksual berisiko dibandingkan dengan responden perempuan (9,2%). b. Hubungan peran teman sebaya dan paparan media pornografi terhadap perilaku seksual remaja di STIKes Yogyakarta Tabel 4. Analisis hubungan peran teman sebaya dan paparan media pornografi terhadap perilaku seksual remaja Variabel Perilaku Seksual Remaja P value OR CI Berisiko Tidak n (%) Berisiko n (%) Peran teman sebaya Negatif 6 (4,3) 115 (82,1) 0,001 1,348 1,164-1,562 Positif 5 (3,6) 14 (10,0) Paparan media pornografi Tinggi 6 (4,3) 122 (87,1) 0,049 3,184 0,962-10,538 Rendah 5 (3,6) 7 (5,0) Berdasarkan data yang diperoleh pada table 4, menunjukkan bahwa proporsi remaja dengan peran teman sebaya yang dengan peran teman sebaya yang positif (3,6%). Analisis multivariat pada penelitian ini negatif memiliki perilaku seksual berisiko dilakukan untuk mengetahui variabel lebih besar (4,3%) dibandingkan remaja independen dan variabel luar yang paling Dina Putri Utami L., “Peran Teman Sebaya ....” berpengaruh atau paling dominan perilaku seksual remaja, 51 dibandingkan berhubungan dengan variabel dependen dengan yang tidak memanfaatkan media yang dilakukan secara bersamaan. massa. Remaja yang mendapat informasi pornografi dari internet berperilaku seksual PEMBAHASAN berisiko 12,2 kali daripada remaja yang tidak Penelitian ini menemukan hasil bahwa mendapatkan informasi. remaja dengan peran teman sebaya yang Hasil penelitian menemukan bahwa negatif memiliki peluang 1,34 kali lebih besar remaja laki-laki berpeluang lebih besar untuk untuk melakukan perilaku seksual berisiko memiliki dibandingkan remaja dengan peran teman dibandingkan dengan remaja perempuan. sebaya yang positif (OR= 1,34; 95%CI: 1,16- Hal ini sesuai dengan pernyataan O’Sullivan 1,56). Hal ini menunjukkan bahwa semakin (2007) yang menyatakan bahwa remaja laki- besar pengaruh negatif teman sebaya maka laki cenderung mempunyai perilaku seks remaja semakin memiliki kecenderungan agresif, terbuka, gigih dan terang-terangan untuk berperilaku seksual berisiko. Temuan serta sulit menahan diri bila dibandingkan ini sejalan dengan hasil penelitian yang dengan remaja perempuan. Hasil penelitian dilakukan oleh Le et al (2004)4 di Laos dan menunjukkan Kamboja yang menunjukkan bahwa peran dengan pengetahuan teman secara peluang lebih signifikan terhadap perilaku seksual berisiko seksual berisiko pada remaja. Peran teman adalah prediktor dengan pengetahuan tinggi. Hal ini sesuai utama dari perilaku seksual berisiko. Peran dengan teman sebaya sebagai sumber informasi menyatakan bahwa remaja yang mempunyai kesehatan reproduksi memberikan kontribusi pengetahuan rendah tentang kesehatan kecenderungan reproduksi, sebaya berpengaruh sikap setuju remaja perilaku seksual bahwa besar penelitian berisiko proporsi remaja rendah memiliki untuk berperilaku dibandingkan Noor mempunyai remaja (2004) yang kecenderungan lebih tinggi melakukan hubungan seksual mengenai hubungan seksual pranikah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pra nikah sebanyak 53,6%. Analisis lanjut proporsi remaja dengan paparan pornografi menunjukkan bahwa remaja dengan sikap yang tinggi memiliki peluang lebih besar negatif memiliki peluang 2,9 kali lebih besar untuk berisiko untuk melakukan perilaku seksual berisiko paparan dibandingkan remaja dengan sikap positif. pornografi yang rendah. Hal ini sejalan Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dengan penelitian yang dilakukan Dewi Sinaga (2012) menyatakan bahwa sikap (2012) mempunyai berperilaku dibandingkan yang remaja seksual dengan menyatakan bahwa ada pengaruh positif terhadap hubungan yang bermakna antara media terjadinya perilaku seksual risiko tinggi massa yang dimanfaatkan remaja dalam dengan p value 0,010. Orang yang bersikap mengakses pornografi dari internet dengan negatif berpeluang 2,81 kali berperilaku 52 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 08 No. 01 Januari 2017 seksual risiko tinggi dibanding dengan orang ketaatan beragama dengan perilaku seksual yang bersikap positif. seks pra nikah berisiko. Analisis lanjut menunjukkan bahwa Menurut Azwar (2000)2 pembentukan remaja dengan kontrol yang diri yang negatif perilaku dipengaruhi kedalaman keyakinan memiliki peluang untuk melakukan perilaku agama seksual besar Pemahaman akan baik dan buruk, garis dibandingkan remaja dengan kontrol diri pemisahan antara sesuatu yang boleh dan yang positif (OR=4,149; 95% CI:1,335- tidak boleh dilakukan sangat ditentukan oleh 11,581). penghayatan Hal penelitian berisiko ini 4 kali berlawanan yang lebih dengan dan oleh seseorang. pengamatan yang dimilikinya. Hasil analisis bivariat menunjukkan (2012) yang menyatakan bahwa tidak ada bahwa tidak ada hubungan yang bermakna hubungan yang bermakna antara kontrol diri antara pemanfaatan waktu luang dengan dengan perilaku seks pra nikah. perilaku seksual remaja (p=0,485). Analisis bahwa oleh dianut Sinaga Freud, dilakukan hasil yang kimiawi dan libido lanjut menunjukkan bahwa remaja yang terdapat eksperimen pengangkatan kelenjar memiliki waktu luang berpeluang melakukan seks (kelenjar gonad, testis pada pria dan perilaku seksual berisiko 1,16 kali lebih ovarium pada wanita), dalam jaringan antara besar dibandingkan dengan remaja yang (intestitial tissues) gonand, zat-zat kimia tidak memiliki waktu luang (OR : 1,16; 95% khusus telah diproduksi, yang saat dibawa CI : 1,08-1,25). oleh aliran darah, akan mengisi bagian- Berbeda dengan hasil penelitian yang bagian tertentu dari sistem syaraf pusat dilakukan dengan ketegangan seksual. Transformasi menyatakan bahwa terdapat hubungan yang stimulus bermakna fisiologis yang muncul dalam oleh Sinaga antara waktu (2012) luang yang dengan proses seksual. Persamaan klinis yang amat perilaku seks pra nikah. Penelitian Sinaga besar dengan fenomena intoksisasi dan menyimpulkan pengekangan (abslinence), yang ditimbulkan mempunyai waktu luang cenderung 0,348 oleh kebiasaan oleh menggunakan zat-zat kali beracun yang menghasilkan kenikmatan dibandingkan dengan respoden yang tidak (Dartono, 2003). ada waktu luang. bahwa berperilaku responden seksual berisiko yang tinggi Hasil analisis bivariat menunjukkan Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara ketaatan beragama dengan perilaku antara sosial ekonomi dengan perilaku seksual remaja (p=570). Hal ini sejalan seksual dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh penelitian Sinaga (2012) yang menyatakan Sinaga (2012) yang menyatakan bahwa bahwa tidak ada hubungan antara status tidak ada hubungan yang bermakna antara sosial ekonomi dengan perilaku seks pra remaja. Sejalan dengan hasil Dina Putri Utami L., “Peran Teman Sebaya ....” nikah. Analisis lanjut menunjukkan bahwa KESIMPULAN remaja dengan sosial ekonomi yang tinggi Mengacu kepada tujuan dan hipotesis memiliki peluang 2,65 kali lebih besar untuk penelitian serta pembahasan yang telah melakukan perilaku seksual yang berisiko diuraikan tentang variabel penelitian, dapat dibandingkan dengan remaja yang sosial diambil ekonominya rendah (OR=2,65; 95% CI:0,89- penelitian diterima: 7,86). 1. Terdapat Pada pemodelan didapatkan hasil akhir bahwa multivariat secara klinis, kesimpulan hubungan bahwa hipotesis yang bermakna antara peran teman sebaya dengan perilaku seksual remaja di STIKes variabel yang berkontribusi paling besar atau Yogyakarta. Peran teman sebaya yang yang paling dominan berhubungan dengan negatif cenderung menyebabkan perilaku terjadinya perilaku seksual remaja di STIKes seksual yang berisiko pada remaja. Yogyakarta adalah variabel alkohol dan 2. Terdapat hubungan yang bermakna narkoba dengan nilai OR 3,110 yang berarti antara paparan media pornografi dengan remaja yang adiksi terhadap alkohol dan perilaku narkoba berpeluang melakukan perilaku Yogyakarta. Paparan pornografi yang seksual tinggi cenderung menyebabkan perilaku berisiko tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang tidak seksual remaja di STIKes seksual yang berisiko pada remaja. adiksi terhadap alkohol dan narkoba. Hasil 3. Variabel yang berkontribusi paling besar penelitian serupa juga ditunjukkan oleh atau yang paling dominan berhubungan Rahardjo (2010)8 dalam studi meta- dengan terjadinya perilaku seksual bahwa remaja di STIKes Yogyakarta adalah terdapat korelasi antara penggunaan alkohol variabel alkohol dan narkoba dengan nilai dan obat-obatan terlarang dengan perilaku OR 3,110 yang berarti remaja yang adiksi seks berisiko. terhadap alkohol dan narkoba berpeluang analisisnya yang menyebutkan di tiga kali lebih besar untuk melakukan dalam minuman keras dapat menyebabkan perilaku seksual berisiko dibandingkan perilaku agresif, berani, dan kadang-kadang dengan remaja yang tidak adiksi terhadap sudah alkohol dan narkoba. Kandungan metanol yang tidak dapat ada mengendalikan diri, sehingga cenderung melakukan hal-hal yang negatif seperti seks bebas (Suriawiria, 4. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap, kontrol diri, 2002). Hal ini diperkuat juga dengan hasil pemanfaatan penelitian yang dilakukan oleh Muchimba et beragama, dan sosial ekonomi dengan al., perilaku (2013) pengguna yang alkohol menyatakan berisiko lebih bahwa tinggi melakukan perilaku seksual dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi alkohol. waktu seksual Yogyakarta. luang, remaja di ketaatan STIKes 53 54 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 08 No. 01 Januari 2017 context for adolescents sexual behavior. DAFTAR PUSTAKA 1. Anjarwati. (2009). Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan Perilaku Seksual Remaja pada Siswa SMA Negeri di Kabupaten Gunungkidul. Tesis. Program Pascasarjana. Fakultas Kedokteran. Universitas Gadjah Mada. 2. Azwar. (2011). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Edisi 2. Kemenkes, 186-192. 7. Pangkahila. (2005). Perilaku Seksual Remaja di Desa dan Kota. Jakarta: Rajawali Press. 8. Rahardjo, W. (2010). Konsumsi Alkohol, Obat-obatan Terlarang dan Perilaku Seks Berisiko: Suatu Studi Meta-Analisi. Jurnal Yogyakarta: Pustaka Pelajar 3. BKKBN, Journal of Adolescent Health. Vol 38: pp Kemensos, Kemendikbud, Kemen PPPA, UNFPA. Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Vol 35 No.1; pp 80-100. (2005). Kebijakan dan Strategi Nasional 9. Sarwono. Kesehatan Reproduksi di Indonesia. (Psikologi Jakarta. Terapan). Jakarta: Balai Pustaka. 4. Le & Kato. (2004). The Role of Peer, (2011). Kelompok edition. Behavior for Cambodian and Lao/Mien Hill.Co.Inc. Elsevier. Journal of Adolescent Health. Vol.38: pp 288-296. 5. Lou, Cheng, Gao, Zuo, Emerson, & New 11. UNHCR, York; UNFPA. McGraw (2012). Women’s Refugee Commission, Children: Adolescent Reproductive Sexual Humanitarian Settings. Attitudes, and Behaviors for Adolescents and Young sudah Journal of Adolescent Health. Vol 50: pp Subang 26-36. Artikel. The mass media are an important Health Save the Sexual and Programs in 12. Zakaria, S.B. (2012). Hingga Juni ini, Adults in Three Asian Cities. Elsevier. 6. L’Engle, Brown, & Kenneavy. (2006). Psikologi The Zabin. (2012). Media’s Contribution to Knowledge, & Sosial 10. Santrock. (2005). Adolescent. Tenth Parent, and Culture in Risky Sexual Adolescents. Psikologi 1.015 Pelajar di kabupaten Mengkonsumsi Narkoba. Diperoleh dari www.pikiran- rakyat.com pada 20 Desember 2013.