BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2010:7), manajemen adalah aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan tersebut dapat diselesaikan secara efisien dan efektif. Efisiensi mengacu pada memperoleh output terbesar dengan input terkecil, digambarkan sebagai “mengerjakan sesuatu tepat sasaran” yang berarti tidak menyianyiakan sumberdaya. Sedangkan efektivitas mengacu pada menyelesaikan kegiatan-kegiatan sehingga sasaran organisasi dapat tercapai; digambarkan sebagai “mengerjakan hal yang tepat” yang memiliki arti menjalankan aktifitas-aktivitas yang secara langsung membantu organisasi mencapai berbagai sasaran. Sedangkan menurut Harold Koontz dan Cyril O’donnel dalam buku “Pengantar Manajemen” (Amirullah,2015:4) menyatakan bahwa manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian. George R. Terry (2009) menyatakan “manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan telah ditentukan melalui pemanfaatansumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya. Menurut Dyck & Neubert (2009:7) manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengendalikan sumber daya manusia dan sumber daya organisasi lainnya agar dapat secara efektif mencapai tujuan organisasi. Terdapat 4 fungsi manajemen, yaitu: 1. Planning (Perencanaan) Perencanaan berarti mengidentifikasikan tujuan organisasi dan strategi dan mengalokasikan sumber daya organisasi yang tepat diperlukan untuk mencapainya. 2. Organizing (Mengorganisasi) Pengorganisasian berarti memastikan bahwa tugas-tugas telah ditetapkan dan struktur hubungan organisasi diciptakan untuk memfasilitasi pertemuan dari tujuan-tujuan organisasi. 7 8 3. Leading (Memimpin) Memimpin berarti berhubungan dengan orang lain sehingga pekerjaan mereka menghasilkan. 4. Controlling (Mengendalikan) Mengendalikan adalah melibatkan memastikan bahwa tindakan- tindakan anggota organisasi konsisten dengan nilai-nilai organisasi dan standar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses dari terjadinya pengoordinasian, perencanaan, pengarahan, pengawasan kegiatan sebagai aktivitas dari manusia yang berkesinambungan untuk mencapai suatu tujuan. 2.2 Manajemen Operasi 2.2.1 Definisi Manajemen Operasi Dalam melaksanakan produksi suatu perusahaan diperlukan manajemen yang berguna untuk menerapkan keputusan-keputusan dalam upaya pengaturan dan pengorganisasian penggunaan sumber daya dari kegiatan produksi yang dikenal sebagai manajemen produksi atau manajemen operasi. Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010:4) menajemen operasi adalah serangkaian kegiatan yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Adapun Eddy Herjanto (2003:2) mengartikan manajemen operasidan produksi adalah sebagai proses yang secara berkesinambungan dan efektif menggunakan fungsi-fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagi sumber daya secara efisien dalam rangka mencapai tujuan. Secara umum, kegiatan operasi merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan penciptaan atau pembuatan barang, jasa, atau kombinasinya melalui proses transformasi dari masukan sumber daya produksi menjadi keluaran yang diinginkan. Berkaitan dengan proses transformasi atau proses perubahan, terdapat dua pengertian tentang transformasi, yaitu : • Little quality Merupakan transformasi yang sederhana, yaitu proses perubahan input menjadi output, sehingga menimbulkan value added. Dari output akan memberikan feedback untuk perbaikan input. 9 • Big quality Transformasi bukan sekedar proses perbuahan input menjadi output. Ketika perusahaan menyediakan input, ia akan berhubungan dengan supplier sebagai penyedia input serta mempertimbangkan value of customer sebagai pertimbangan atas input yang digunakan. Dalam buku Manajemen Operasi, Heizer & Render (2010:5) menyebutkan bahwa manajemen operasi (MO) dipelajari karena empat alasan: 1. MO adalah satu dari tiga fungsi utama dari setiap organisasi dan berhubungan secara utuh dengan semua fingsi bisnis lainnya. Semua organisasi memasarkan (menjual), membiayai (mencatat rugi laba), dan memproduksi (mengoperasikan), maka sangat penting untuk mengetahui bagaimana aktifitas MO berjalan. Karena itu pula, kita mempelajari bagimana orangorang mengorganisasikan diri mereka bagi perusahaan yang produktif. 2. Kita mempelajari MO karena kita ingin mengetahui bagaimana barang dan jasa diproduksi. Fingsi produksi adalah bagian dari masyarakat yang menciptakan produk yang kita gunakan. 3. Kita mempelajari MO untuk memahami apa yang dikerjakan oleh manajer operasi. Dengan memahami apa saja yang dilakukan oleh manajer ini, kita dapat membangaun keahlian yang dibutuhkan untuk dapat menjadi seorang anajer seperti itu. Hal ini akan membantu uantuk menjelajahi kesempatan kerja yang banyak dan menggiurkan di bidan MO. 4. Kita mempelari MO karena bagian ini merupakan bagian yang paling banyak mengahabiskan biaya daam sebuah organisasi. Sebagian besar pengeluaran perusahaan digunakan untuk fungsi MO. Walaupun demikian, MO memberikan peluang untuk meningkatkan keuntungan dan pelayanan terhadap masyarakat. 2.2.2 Pengertian Penjualan Menurut Basu Swastha (2005:403) penjualan adalah interaksi antara individu saling bertemu muka yang ditunjukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan hubungan pertukaran sehingga menguntungkan bagi pihak lain. Penjualan dapat diartikan juga sebagai usaha yang dilakukan manusia untuk menyampaikan barang bagi 10 mereka yang memerlukan dengan imbalan uang menurut harga yang telah ditentukan atas persetujuan bersama. 2.2.3 Tujuan Penjualan Kemampuan perusahaan dalam menjual produknya menentuka keberhasilan dalam mencaei keuangan, apabila perusahaan tidak mampu menjual maka perusahaan akan mengalami kerugian. Menurut Basu Swastha (2005:404) tujuan umum penjualan dalam perusahaan yaitu: 1) Mencapai volume penjualan 2) Mendapatkan laba tertentu 3) Menunjang pertumbuhan perusahaan Adapun faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mencapai tujuan penjualan diantaranya: a) Modal yang diperlukan b) Kemampuan merencanakan dan membuat produk c) Kemampuan menentukan tingkat harga yang tepat d) Kemampuan memilih penyalur yang tepat e) Kemapuan menggunakan cara-cara promosi yang tepat f) Unsur penunjang yang lain 2.2.4 Pengertian Persediaan Menurut Rusdiana dalam buku Manajemen Operasi (2014:374) persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan, umtuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari peralatan atau mesin. Persediaan adalah bagian utama dari modal kerja dan aktiva yang pada setiap saat mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah suatu aktiva yang harus tersedia di perusahaan pada saat diperlukan untuk menjamin kelancaran dalam menjalankan perusahaan. 2.2.5 Tujuan Persediaan Tujuan dari persediaan adalah menyelesaikan sasaran yang berpotensi untuk memaksimalkan pelayanan pada pelanggan, memaksimalkan efisiensi 11 pembelian pada produksi, meminimalkan investasi stok, memaksimalkan profit (Rusdiana, 2014:378). Persediaan merupakan salah satu topik yang sangat terkait dengan tujuan manajemn operasi, yaitu meminimalkan total dan meningkatkan service level. Hal, tersebut dikarenakan, dengan mengelola persediaan dengan tepat, perusahaan akan meraih keduanya sekaligus. Jika rata-rata level persediaan daapat diturunkan, secara tidak langsung salah satu komponen biaya produksi dapat ditekan, yang berujung pada peningkatan marjin kentungan. Menurut Billie Nordmeyer (2015) penjualan produk kepada pelanggan yang melalui pemesanan harus dipenuhi segera, baik secara langsung dari proses manufaktur atau dari persediaan. Oleh karena itu, kemampuan untuk memproyeksikan permintaan produk, dalam rangka memastikan persediaan yang cukup tersedia untuk pengiriman sebagai peningkatan volume penjualan, sangat penting dalam memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Perusahaan mengandalkan peramalan untuk proyek permintaan untuk jadwal produksi. Tingkat produksi dibandingkan dengan tarif penjualan diproyeksikan untuk menentukan dampak dari penjualan diproyeksikan pada persediaan. Tingkat persediaan meningkat jika penjualan tinggi dan jatuh jika penjualan menurun. Dalam tingkat persediaan yang tinggi berdampak negatif terhadap arus kas dan kapasitas pergudangan, dan penurunan tajam dalam penjualan dapat menyebabkan persediaan usang, penting untuk menyeimbangkan tingkat produksi dan persediaan dengan volume penjualan. 2.3 Analisis ABC Menurut Reid dan Sanders (2012:463) semua barang dalam persediaan perusahaan tidak sama dan tidak perlu tingkat kontrol yang sama. Untungnya, kita dapat menerapkan hukum Pareto untuk menentukan tingkat kontrol yang diperlukan pada setiap barang. Hukum Pareto mengatakan bahwa sekitar 10 hingga 20 persen dari persediaan perusahaan untuk sekitar 60 sampai 80 persen dari biaya persediaan. Ini relatif sedikit barang high-dolar volume diklasifikasikan sebagai kelas A. Moderat dolar volume barang, sekitar 30 persen dari barang-barang, menyumbang sekitar 25 sampai 35 persen dari investasi persediaan perusahaan. Ini diklasifikasikan 12 sebagai kelas B. Low-dollar volume item, sekitar 50 sampai 60 persen dari jenis barang, mewakili hanya 5 sampai 15 persen dari investasi persediaan perusahaan dan diklasifikasikan sebagai kelas C. Persentase ini tidak mutlak dan hanya digunakan sebagai pedoman untuk menentukan item klasifikasi ABC. Berdasarkan hukum Pareto, analisis ABC dapat menggolongkan barang berdasarkan peringkat nilai dari nilai tertinggi hingga terendah, dan kemudian dibagi menjadi kelas-kelas besar terprioritas; biasanya kelas dinamai A, B, C, dan seterusnya secara berurutan dari peringkat nilai tertinggi hingga terendah, oleh karena itu analisis ini dinamakan “Analisis ABC”. Umumnya kelas A memiliki jumlah jenis barang yang sedikit, namun memiliki nilai yang sangat tinggi. Besaran masing-masing kelas di atas akan membentuk suatu kurva sebagaimana terlihat pada gambar dibawah ini: Gambar 2.1 Kurva Analisis ABC Sumber: Kusnadi, 2009, p9 Reid dan Sanders (2012:463) menyatakan bahwa langkah pertama analisis ABC adalah untuk menentukan penggunaan tahunan setiap item. 1. Perusahaan menghitung total volume dolar tahunan dengan mengalikan biaya item yang muncul tiap tahunnya. 2. Hitung penggunaan dolar tahunan untuk setiap item. 3. Urutkan daftar item berdasarkan penggunaan dolar tahunan.Hitung volume dolar tahunan kumulatif. 4. Klasifikasikan item ke dalam kelompok. 13 Tabel 2.1 Tabel ABC analysis Auto Accessories Unlimited (AAU) Sumber: Reid dan Sanders (2012:463) Kelas A, 106 dan 110, digabung menjadi 60,5 % dari jumlah nilai dolar dalam persediaan dan sekitar 13,3 % dari jumlah kelas dalam persediaan. Kelas B, 115, 105, 111, dan 104, digabung menjadi 25 persen dari jumlah nilai dolar dan 26,7 persen dari jumlah kelas dalam persediaan. Kelas C sebesar 14,5 persen dari jumlah nilai dolar dan 60 persen dari jumlah kelas dalam persediaan. Dengan analisis ABC, kita dapat melihat tingkat kepentingan masalah dari suatu barang. Dengan begitu, kita dapat melihat barang mana saja yang perlu diberikan perhatian terlebih dahulu. 2.4 Peramalan 2.4.1 Pengertian Peramalan Heizer dan Render (2009:162), mengatakan peramalan (forecasting) adalah seni atau ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan yang dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan data historis dan memproyeksikannya ke masa mendatang dengan suatu bentuk model matematis. Peramalan memerlukan pengambilan data historis dan 14 memproyeksikannya ke masa depan dengan beberapa bentuk model matematis. Adapun Frechtling (2001:8) mendefinisikan peramalan sebagai proses menyusun informasi tentang kejadian masa lampau yang berurutan untuk menduga kejadian pada masa depan. Rusdiana (2014:96) dalam pengertian yang lebih khusus, peramalan adalah pemikiran terhadap suatu besaran, misalnya permintaan terhadap satu atau beberapa produk pada periode yang akan datang. Dalam praktiknya, peramalan merupakan suatu perkiraan dengan menggunakan teknik-teknik tertentu. Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa peramalan adalah suatu kegiatan yang memiliki tujuan memperkirakan kejadian di masa yang akan datang dengan melibatkan data-data terdahulu. 2.4.2 Jenis-jenis Peramalan Pada umumnya, berbagai organisasi menggunakan tiga jenis peramalan yang utama dalam perencanaan operasi di masa depan. (Heizer & Render, 2009:164) 1. Peramalan Ekonomi menjelaskan siklus bisnis dengan memprediksi tingkat inflasi, ketersediaan uang, dana yang dibutuhkan untuk membangun perumahan, dan indikator perencanaan lainnya. 2. Peramalan Teknologi memperhatikan tingkat kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang menarik yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru, 3. Peramalan Permintaan adalah proyeksi permintaan untuk produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut juga peramalan pengendalian produksi, kapasitas, serta sistem penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan, pemasaran dan sumber daya manusia. 2.4.3 Metode Peramalan Ada dua jenis metode peramalan, yaitu: A. Metode Peramalan Kualitatif Peramalan kualitatif pada umumnya bersifat subjektif, dipengaruhi oleh intuisi, emosi, pendidikan dan pengalaman seseorang dengan orang yang lainakan berbeda. Walaupun emikian, peramalan dengan metode kualitatif 15 tidak hanya menggunakan intuisi, tetapi juga mengikutsertakan model statistik sebagai bahan masukan dalam melakukan judgement (keputusan), hal itu dapat dilakukan secara individu ataupun kelompok. Peramalan kualitatif (Sofyan Assauri, 1984), hanya dapat digunakan apabila terdapat tiga kondisi berikut ini. a. Adanya informasi tentang keadaan yang lain. b. Informasi tersebut dapat dikuantifikasikan dalam bentuk data. c. Dapat diasumsikan bahwa pola yang lalu akan berkelanjutan pada masa yang akan datang. Beberapa metode peramalan yang digolongkan sebagai model kualitatif adalah sebagai berikut. a) Metode Delphi Dalam metode ini, sekelompok pakar mengisi kuesioner. Variabel moderator menyimpulkan hasilnya dan memformulakan menjadi suatu kuesioner baru yang diisi kembali oleh kelompok tersebut, demikian seterusnya. Hal ini merupakan suatu proses pembelajaran (learning process) dari kelompok tanpa adanya tekanan atau intimidasi individu. Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Rand Corporation pada tahun 1950-an. Adapun tahap-tahap yang harus dilakukan, yaitu sebagai berikut. 1) Menentukan beberapa pakar sebagai partisipan. Dalam menentukan para pakar tersebut, sebaiknya bervariasi dari latar belakang disiplin ilmu yang berbeda. 2) Melalui kuesioner (atau e-mail), diperoleh peramalan dari sseluruh partisipan. 3) Menyimpulkan hasilnya, kemudian mendistribusikan kembali pada seluruh partisipan dengan pertanyaan yang baru. 4) Menyimpulkan kembali hasil revisi peramalan dan kondisinya, kemudian dikembangkan dengan pertanyaan yang baru, 5) Apabila diperlukan ulangi tahap 4 kemudian seluruh hasil akhir didistribusikan kepada seluruh partisipan. b) Dugaan Manajemen (Management Estimate) atau Panel Consensus Metode ini cocok dalam situasi yang sangat sensitif terhadap intuisi dari sekelompok kecil orang yang mampu memberikan opini, kritis, dan 16 relevan. Teknik ini akan dipergunakan dalam situasi ketika tidak ada alternatif lain dari model peramalanyang dapat diterapkan. Walaupun demikian, metode ini mempunyai banyak keterbatasan, sehingga perlu dikombinasikan dengan metode peramalan yang lainnya. c) Riset Pasar (Market Research) Riset pasar merupakan sebuah metode peramalan berdasarkan hasil survei pasar yang dilakukan oleh tenaga pemasaran produk atau yang mewakilinya. Metode ini akan berfungsi untuk menjaring informasi dari pelanggan potensial (konsumen), berkaita dengan rencana pembelian mereka pada masa mendatang. Pada dasarnya riset pasar bukan hanya untuk membantu peramalan, melainkan untuk meningkatkan desain produk dan perencanaan produk baru. d) Metode Kelompok Terstruktur (Structured Group Methods) Metode ini sama seperti metode Delphi dan metode lainnya. Apabila Delphi merupakan teknik peramalan berdasarkan proses konvergensi dari opini beberapa orang ahli secara interaktif tanpa menyebutkan identitasnya, metode kelompok terstruktur tidak bertemu secara bersama dalam suatu forum untuk berdiskusi, tetapi diminta pendapatnya secara terpisah dan tidak boleh secara berunding. Hal ini dilakukan untuk menghindari pendapat yang bias karena pengaruh kelompok. Pendapat yang berbeda secara signifikan dari para ahli yang lain dalam grup tersebut akan dinyatakan lagi kepada yang bersangkutan, sehingga akhirnya diperoleh angka estimasi pada interval tertentu yang dapat diterima. Metode Delphi ini dipakai dalam peramalan teknologi yang sudah digunakan pada pengoperasian jangka panjang. Dalam kepastiannya, metode ini juga bermanfaat dalam pengembangkan produk baru, pengembangan kapasitasn produksi, penerobosan ke segmen pasar baru dan strategi keputusan bisnis lainnya. e) Analogi Historis (Historical Analogy) Pada dasarnya analogi historis merupakan teknik peramalan berdasarkan pola pada masa lalu dari produk-produk yang dapat disamakan 17 secara analogi. Misalnya, peramalan untuk pengembangan pasar televisi multisistem yang menggunakan model permintaan televisi hitam putih atau televisi berwarna biasa. Dengan demikian, analogi historis cenderung akan menjadi baik untuk penggantian produk di pasar, apabila terdapat hubungan substitusi langsung dari produk di pasar tersebut. B. Metode Peramalan Kuantitatif Pada dasarnya metode peramalan kuantitatif dapat dibedakan atas dua bagian, yaitu sebagai berikut: a. Metode peramalan yang didasarkan atas penggunaan analisis pola hubungan antara variabel yang akan diperkirakan dengan variabel waktu, yang merupakan deret waktu atau time series. b. Metode peramalan yang didasarkan atas penggunaan analisis pola hubungan antara variabel yang akan diperkirakan dengan variabel lain yang memengaruhinya, bukan waktu yang disebut metode korelasi atau sebab akibat (associative model). 2.4.4 Jenis – Jenis Metode Peramalan dalam Penelitian Heizer dan Render dalam buku Manajemen Operasi (2009:170-175), menjabarkan metode - metode peramalan kuantitatif Time-Series Models, yang terdiri dari : 1. Pendekatan Naif (Naive Method) Cara paling sederhana untuk meramal adalah berasumsi bahwa permintaan di periode mendatang akan sama dengan permintaan pada periode terakhir. Untuk beberapa jenis produk, pendekatan naifi (naive method) merupakan model peramalan objektif yang paling efektif dan efisien dari segi biaya. Paling tidak, pendekatan naif memberikan titik awal untuk perbandingan dengan model lain yang lebih canggih. 2. Rata – Rata Bergerak (Moving Average) Peramalan rata-rata bergerak menggunakan sejumlah data aktual masa lalu untuk menghasilkan peramalan. Rata-rata bergerak berguna jika kita dapat mengasumsikan bahwa permintaan pasar akan stabil sepanjang masa 18 kita ramalkan. Secara matematis, rata-rata bergerak sederhana (merupakan prediksi permintaan periode mendatang) dinyatakan dengan rumus sebagai berikut : Rata - rata bergerak = ∑ Permintaan dalam periode n sebelumnya n Dimana, n adalah jumlah periode dalam rata-rata bergerak. 3. Penghalusan Eksponential (Exponential Smoothing) Penghalusan Eksponensial merupakan metode peramalan rata- rata bergerak dengan pembobotan yang canggih, dan relative masih mudah digunakan. Penghalusan eksponential dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut : Peramalan periode mendatang = peramalan periode lalu + α (permintaan actual periode lalu – peramalan periode lalu) dimana α adalah sebuah bobot atau konstanta penghalusan yang dapat dipilih oleh peramal yang mempunyai nilai antara 0 dan 1. Persamaan rumus diatas dapat ditulis secara sistematis sebagai berikut : Ft = Ft-1 + α (At-1 – Ft-1) dimana, Ft = Peramalan baru Ft-1 = Peramalan sebelumnya α = Konstanta penghalusan (pembobotan) (0 ≤ α ≤ 1) At-1 = Permintaan aktual periode lalu 4. Proyeksi Trend (Trend Projection) Metode peramalan serangkaian waktu yang sesuai dengan garis tren terhadap serangkaian titik-titik data masa lalu, kemudian diproyeksikan ke dalam peramalan masa depan. Persamaan yang didapat : y = a + bx dimana, y = Nilai terhitung dari variabel yang akan diprediksi a = Persilangan sumbu y b = Kemiringan garis regresi (atau tingkat perubahan pada y untuk perubahan yang terjadi di x 19 x = Variable bebas (dalam kasus ini adalah waktu). Untuk menentukan nilai a dan b, akan di jelaskan pada rumus dibawah ini : b= ∑ XY − n(∑ xy ) ∑ X − n( x ) 2 2 dimana, b = Kemiringan garis regresi ∑ = Tanda penjumlahan total X = Nilai variabel bebas yang diketahui y = Nilai variabel terkait yang diketahui a = y − bX X ∑ = y = X n Y ∑ n dimana, ȳ = Rata-rata nilai y x̄ = Rata-rata nilai x 2.4.5 Menghitung Kesalahan Peramalan Heizer dan Render (2009:177), mengatakan ada beberapa perhitungan yang biasa digunakan untuk menghitung kesalahan peramalan total. Perhitungan ini dapat digunakan untuk membandingkan model peramalan yang berbeda, mengawasi peramalan, dan untuk memastikan peramalan berjalan baik. Tiga dari perhitungan yang paling terkenal adalah deviasi mutlak rerata (Mean Absolute Deviation – MAD), kesalahan kuadrat rerata (Mean Squared Error – MSE), dan kesalahan persen mutlak rerata (Mean Absolute Percent Error – MAPE). 1. Deviasi Rata-Rata Absolut (Mean Absolute Deviation) MAD merupakan ukuran pertama kesalahan peramalan keseluruhan untuk sebuah model. Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai absolut dari tiap kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah periode data n. MAD = ∑ | aktual - peramalan | n 20 2. Kesalahan Rata – Rata Kuardrat (Mean Square Error) MSE merupakan cara kedua untuk mengukur kesalahan peramalan keseluruhan. MSE merupakan rata – rata selisih kuardrat antara nilai yang diramalkan dan yang diamati. Kekurangan penggunaan MSE adalah bahwa ia cenderung menonjolkan deviasi yang besar karena adanya pengkuadratan. ∑ (kesalahan peramalan) MSE = 2 n 3. Kesalahan Persen Rata – Rata Absolut (Mean Absolute Percentage Error) Masalah yang terjadi dengan MAD dan MSE adalah bahwa nilai mereka tergantung pada besarnya unsur yang diramal. Jika unsur tersebut dihitung dalam satuan ribuan, maka nilai MAD dan MSE bisa menjadi sangat besar. Untuk menghindari masalah ini,dapat menggunakan MAPE. MAPE dihitung sebagai rata-rata diferensiasi absolut antara nilai yang diramal dan aktual, dinyatakan sebagai persentase nilai aktual. 100∑ aktuali − ramalani / aktuali MAPE = I =1 n 21 2.5 Kerangka Penelitian (Data) CV. Mega Motor Bogor ABC Analisis Kelas A Kelas C Kelas B Forecasting Naive Method Moving Averages Exponential Smoothing Trend Projection Pengambilan Keputusan Metode Mengimplikasi Hasil Penelitian Gambar 2.2 Kerangka Penelitian Sumber : Penulis 22