ANALISIS PENGONTROL TEGANGAN TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN BEBAN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNAKAN PROGRAM PSpice Heber Charli Wibisono Lumban Batu, Syamsul Amien Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater, Kampus USU Medan 20155 INDONESIA e-mail: [email protected], [email protected] Abstrak Sumber tegangan tiga fasa banyak digunakan di pabrik-pabrik, salah satunya adalah digunakan untuk mengoperasikan motor tiga fasa. Salah satu cara untuk mengatur tegangan starting motor tiga fasa adalah dengan menggunakan rangkaian pengontrol tegangan tiga fasa. Rangkaian pengontrol tegangan tiga fasa ini dapat disusun dari berbagai peralatan elektronika daya, salah satu jenis pengontrol tegangan tiga fasa yang sering digunakan yaitu pengontrol tegangan tiga fasa terkendali penuh. Tugas akhir ini dilakukan simulasi menggunakan program PSpice untuk mengamati cara kerja SCR yang disusun anti pararel dan tegangan keluaran SCR dalam suatu rangkaian pengontrol tegangan tiga fasa terkendali penuh, dengan beban yang digunakan yaitu resistif (R) dan resistif induktif (RL). Berdasarkan hasil simulasi diperoleh bentuk gelombang dan besarnya VO rms tegangan keluaran pengontrol tegangan tiga fasa terkendali penuh. Dari hasil data simulasi dan perhitungan diperoleh, jika besarnya nilai sudut penyalaan SCR di rubah > 00 maka besarnya nilai VO rms beban R dan RL terhubung bintang < (220 V) dan besarnya nilai VO rms beban R dan RL terhubung delta < (207,8 V). Besarnya VO rms beban R dan RL baik terhubung bintang maupun delta juga dipengaruhi oleh tegangan masukan, sudut β, dan impedansi beban. Kata Kunci: Pengontrol, SCR, PSpice, Beban RL 1. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk Menganalisa tegangan output, pengaruh perubahan sudut penyalaan SCR, dan perubahan impedansi beban dari pengontrol tegangan tiga fasa terkendali penuh dengan beban resistif dan resistif induktif Pendahuluan Sumber tegangan tiga fasa banyak digunakan di pabrik-pabrik, salah satunya adalah digunakan pada pengaturan starting motor tiga fasa. Salah satu cara untuk mengatur tegangan starting motor tiga fasa adalah dengan menggunakan rangkaian pengontrol tegangan tiga fasa. Rangkaian pengontrol tegangan tiga fasa ini dapat disusun dari berbagai peralatan elektronika daya. Pada tugas akhir ini penulis akan membahas salah satu jenis pengontrol tegangan tiga fasa yang sering digunakan yaitu pengontrol tegangan tiga fasa terkendali penuh. Rangkaian pengontrol tegangan tiga fasa terkendali penuh ini menggunakan enam buah SCR yang disusun anti pararel. Beban yang digunakan dalam simulasi ini adalah beban resistif dan resistif induktif. Simulasi pada tugas akhir ini menggunakan program PSpice, hasil simulasi ini berupa bentuk gelombang tegangan output dari rangkaian pengontrol tegangan tiga fasa terkendali penuh. 2. Pengontrol Tegangan Tiga Fasa Diagram rangkaian pengontrol tegangan tiga fasa terhubung delta dengan beban reisistif (R) dan resistif induktif (RL) ditunjukkan pada Gambar 1. dan Gambar 2. Urutan firing dari SCR adalah T1 ,T2,T3,T4,T5,T6. IL A VAN T6 VBN VCN B R3 T4 - - T5 T2 T1 - C+ R1 VL + + R2 T3 Gambar 1. Pengontrol tegangan tiga fasa beban R terhubung delta [1] -70- copyright @ DTE FT USU SINGUDA ENSIKOM VOL. 3 NO. 2/Agustus 2013 Untuk beban resistif, tegangan fasa keluaran rms dapat ditentukan dari [1]: ( ∫ VO = = √3V − ) ⁄ ⁄ + VAN (1) − + VO=√6 ⁄ √ + (6) ⁄ √ (7) R1 T5 VL + L1 T1 T2 T1 - IL L3 T4 VCN C+ B R3 T6 VBN Ia R1 VL VAN Van - + Ib - T3 - VCN T6 B + ( − + Gambar 4. Rangkaian pengontrol tegangan tiga fasa beban RL terhubung bintang [1] Tegangan keluaran rms untuk beban RL terhubung Bintang dapat ditentukan sebagai berikut [1]: [2] ⁄ − c Ic T2 ⁄ = √3 L3 b T5 Tegangan keluaran rms untuk beban RL terhubung delta dapat ditentukan sebagai Berikut [1]: ) R3 L2 Gambar 2. Pengontrol tegangan tiga fasa beban RL terhubung delta [1] ( R2 VBN C+ ∫ L1 T3 N R2 L2 a T4 A + - - VO = (5) + + VO = √6 Untuk sudut 90 ≤ α ≤ 150 IL A ⁄ − + = √6 Untuk sudut 60 ≤ α ≤ 90 (2) Untuk 0 ≤ α ≤ 90 Sudut dapat ditentukan dari persamaan berikut[2]: θ = tan-1 (ωL/R) (3) ) (4) sin( − ) = sin( − ) ( ⁄ )( VO = ⁄ Ia T3 N T6 R2 - VCN b + VBN + R1 n - - Ib - C V an B R3 + c Vcn Van n R2 Vcn Vbn L2 Ic ) R3 Van Ia L3 Ib Ib (a) Tegangan keluaran rms untuk beban R yang terhubung Bintang dapat ditentukan sebagai berikut [1]: Untuk 0 ≤ α ≤ 60 Ic L1 n ( (9) R1 Gambar 3. Pengontrol tegangan tiga fasa beban R terhubung bintang [1] ∫ ⁄ √ Ia Ic T2 VO = + T5 + (8) Hampir semua listrik yang digunakan oleh industri, dibangkitkan, ditransmisikan, dan di distribusikan dalam sistem tiga fasa. Sistem tiga fasa ini memiliki besar yang sama untuk arus dan tegangan tetapi mempunyai perbedaan sudut sebesar 120 antar fasanya. Sumbu ini disebut juga sumbu yang seimbang. + VL VAN − + VO= √6 a T4 Untuk sudut 90 ≤ α ≤ 150 T1 IL ⁄ ) − + = √6 Diagram rangkaian pengontrol tegangan tiga fasa terhubung bintang dengan beban reisistif (R) dan resistif induktif (RL) ditunjukkan pada Gambar 3. dan Gambar 4. Urutan firing dari SCR adalah T1,T2,T3,T4,T5,T6. A + ( ∫ 2 Vbn (b) Gambar 5. (a) Rangkaian sistem tiga fasa urutan abc. (b) Diagram fasor sebuah sistem seimbang [3] ⁄ -71- copyright @ DTE FT USU SINGUDA ENSIKOM VOL. 3 NO. 2/Agustus 2013 Sistem pada Gambar 5b disebut sistem urutan abc, di mana fasa b tertinggal 120 terhadap fasa a, dan fasa c tertinggal 120 terhadap fasa b. Hanya satu kemungkinan urutan lagi selain urutan abc, yaitu urutan acb. Beban pada gambar 5a dihubungkan dengan cara hubungan bintang. Dalam hubungan tipe bintang ini tegangannya adalah tegangan fasa netral dan arus yang mengalir pada tiap fasa beban adalah arus fasa saluran. Daya yang digunakan pada masingmasing fasa pada beban adalah [3]: | IL cos (10) P1Φ = | untuk sistem yang seimbang, daya totalnya adalah [3]: | IL cos PT = P3Φ = 3 | =3 IL cos Gambar 7. Rangkaian pengontrol tegangan tiga fasa beban R terhubung delta √ = √3 VL-L ILcos 3. (11) Simulasi Pengontrol Tegangan Tiga Fasa Terkendali Penuh Langkah - langkah pemograman dari simulasi penyearah jembatan terkontrol penuh dengan menggunakan program PSpice yang pertama adalah menentukan bentuk rangkaian penyearah jembatan terkontrol penuh dan menentukan node titik pada tiap komponen yang menyusunnya, kedua membuat listing program dengan memperhatikan gambar rangkaian yang dilengkapi dengan node yang telah dibuat pada algoritma, ketiga run simulasi gambar tegangan keluaran. Gambar 8. Rangkaian pengontrol tegangan tiga fasa beban RL terhubung delta Gambar 9. Rangkaian pengontrol tegangan tiga fasa beban R terhubung bintang Gambar 10. Rangkaian pengontrol tegangan tiga fasa beban RL terhubung bintang Gambar 6. Diagram alir simulasi tegangan keluaran pengontrol tegangan tiga fasa terkendali penuh -72- copyright @ DTE FT USU SINGUDA ENSIKOM 4. VOL. 3 NO. 2/Agustus 2013 Analisa dan Pembahasan VL-L 300 200 Analisa dan pembahasan pengontrol tegangan tiga fasa beban R dan RL terhubung delta Tegangan Masukan (VS) Frekuensi Sudut Picu ( ) Beban R1,R2,R3 Beban L1 ,L2,L3 Volt 100 0 -100 -200 = 120 V = 50 Hz = 600 = 2.5 ohm = 6.5 mH -300 s 0,01 0,02 Time 0,03 0,04 Gambar 12. Bentuk gelombang tegangan sumber VL-L dan beban RL terhubung delta VL-L Analisa gelombang tegangan keluaran rangkaian beban RL terhubung delta: 300 200 Volt 100 0 Pada Gambar 12 SCR1 di triger pada sudut 600 arus mengalir dari VA melalui R 1, SCR1, menuju VB. SCR2 di triger pada sudut 1200 arus mengalir dari VA melalui SCR2, R3, menuju VC. SCR3 di triger pada sudut 1800 arus mengalir dari VB melalui R2, SCR3, menuju VC. SCR4 di triger pada sudut 2400 arus mengalir dari V2 , melalui SCR4, menuju VA. SCR5 di triger pada sudut 3000 arus mengalir dari VC melalui R3 , SCR5, menuju VA. SCR6 di triger pada sudut 3600 arus mengalir dari VC melalui SCR6, R2, menuju VB. Kemudian siklus berulang kembali dari SCR1. Karena pengaruh induktansi pada rangkaian arus SCR1, SCR2, SCR3, SCR4, SCR5, SCR6 tidak akan jatuh menuju nol pada ωt = 1800, ketika tegangan masukan mulai menjadi negatif. SCR1, SCR2, SCR3, SCR4, SCR5, SCR6 akan terus terhubung sampai arus jatuh menjadi nol pada ωt = β. -100 -200 -300 0,01 0,02 Time 0,03 s 0,04 Gambar 11. Bentuk gelombang tegangan sumber VL-L dan beban R terhubung delta Analisa gelombang tegangan keluaran rangkaian beban R terhubung delta: Pada Gambar 11 SCR1 di triger pada sudut 600 arus mengalir dari VA melalui R 1, SCR1, menuju VB. SCR2 di triger pada sudut 1200 arus mengalir dari VA melalui SCR2 , R3, menuju VC. SCR3 di triger pada sudut 1800 arus mengalir dari VB melalui R2, SCR3, menuju VC. SCR4 di triger pada sudut 2400 arus mengalir dari V2 , melalui SCR4, menuju VA. SCR5 di triger pada sudut 3000 arus mengalir dari VC melalui R3, SCR5, menuju VA. SCR6 di triger pada sudut 3600 arus mengalir dari VC melalui SCR6, R2, menuju VB. Kemudian siklus berulang kembali dari SCR1. Perhitungan untuk tegangan rms beban R terhubung delta: VO = − + Perhitungan untuk tegangan rms beban RL terhubung delta: Sin (β – θ) = sin (α – θ) β = 218,5350 ( ) ⁄ VO =√3 − = 193,261 V ⁄ = 169 V + − Analisa dan pembahasan pengontrol tegangan tiga fasa beban R dan RL terhubung bintang Tegangan Masukan (VS) Frekuensi Sudut Picu ( ) Beban R1,R2,R3 Beban L1 ,L2,L3 -73- = 220 V = 50 Hz = 600 = 2,5 ohm = 6.5 mH copyright @ DTE FT USU SINGUDA ENSIKOM VOL. 3 NO. 2/Agustus 2013 Analisa gelombang tegangan keluaran rangkaian beban RL terhubung bintang: VL-N Volt Pada Gambar 14 dapat dilihat SCR1 di triger pada sudut 600 dan SCR6 masih konduksi kemudian arus mengalir dari VA melalui SCR1, beban R1, beban R3, SCR6 menuju VB, SCR1 masih konduksi dan SCR2 di triger pada sudut 1200 kemudian arus mengalir dari VA melalui SCR1, beban R1, beban R2 menuju VC. Karena pengaruh induktansi pada rangkaian arus SCR1 dan SCR2, tidak akan jatuh menuju nol pada ωt = 1800, ketika tegangan masukan mulai menjadi negatif. SCR1 dan SCR2 akan terus terhubung sampai arus jatuh menjadi nol pada ωt = β. s Time Gambar 13. Bentuk gelombang tegangan sumber VL-N dan beban R terhubung Bintang Analisa gelombang tegangan keluaran rangkaian beban R terhubung bintang: Pada Gambar 13 dapat dilihat SCR1 di triger pada sudut 600 dan SCR6 masih konduksi kemudian arus mengalir dari VA melalui SCR1, beban R1, beban R3, SCR6 menuju VB, SCR1 masih konduksi dan SCR2 di triger pada sudut 1200 kemudian arus mengalir dari VA melalui SCR1, beban R1, beban R2 menuju VC. SCR3 di triger pada sudut 1800 dan SCR2 masih konduksi sehingga arus mengalir dari VB melalui SCR3, beban R2, beban R3 menuju VC, SCR3 masih bekerja dan SCR4 di triger pada sudut 2400 sehingga arus mengalir dari VB melalui SCR3, beban R2, beban R1, menuju VA. SCR5 di triger pada sudut 3000 dan SCR4 masih konduksi sehingga arus mengalir dari VC melalui beban R3, beban R1, menuju VA, SCR6 di triger pada sudut 3600 dan SCR5 masih konduksi sehingga arus mengalir dari VC melalui beban R3, beban R2, menuju VB. Siklus berulang kembali. Perhitungan untuk mencari sudut β: Sin (β – θ) = sin (α – θ) β = 218,5350 ( ) Perhitungan untuk tegangan rms beban RL terhubung bintang: VO = √6 − + ⁄ = 167 V Perhitungan untuk tegangan rms beban R terhubung bintang: + VO = √6 + ⁄ √ Ket: hubungan bintang VS = 220V, hubungan Delta V S = 120V, R = 2,5Ω, L =6,5mH = 156,2V Gambar 15. Kurva besarnya tegangan keluaran dari berbagai variasi sudut penyalaan SCR hasil simulasi PSpice VL-N 400 Volt 200 0 Pada Gambar 15 dapat dilihat besarnya nilai VO rms beban R terhubung bintang maupun terhubung delta berbanding terbalik dengan sudut penyalaan SCR, jika besarnya nilai sudut penyalaan SCR di rubah > 00 maka besarnya nilai VO rms beban R terhubung bintang maupun terhubung delta akan semakin kecil dari nilai tegangan masukan. Besarnya nilai VO rms beban RL terhubung bintang untuk sudut penyalaan -200 -400 0,01 0,02 Time 0,03 s 0,04 Gambar 14. Bentuk gelombang tegangan sumber VL-N dan beban RL terhubung bintang -74- copyright @ DTE FT USU SINGUDA ENSIKOM VOL. 3 NO. 2/Agustus 2013 SCR 100 = 220V nilai yang sama dengan tegangan masukan, setelah sudut penyalaan SCR > 100 maka besarnya VO rms beban RL terhubung bintang < 220V. Begitu juga besarnya nilai VO rms beban RL terhubung delta untuk sudut penyalaan SCR 100 sampai 300 = 207,8V nilai yang sama dengan tegangan masukan, setelah sudut penyalaan SCR > 300 maka besarnya VO rms beban RL terhubung delta < 207,8V. 4. tegangan tiga fasa akan semakin besar mendekati nilai tegangan sumber. Perubahan sudut penyalaan akan mempengaruhi tegangan keluaran dari SCR, semakin besar sudut penyalaan maka akan semakin kecil tegangan keluaran SCR. 6. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada J. Lumban Batu dan L. br Sinambela selaku orang tua penulis, Ir. Syamsul Amien, M.Si selaku dosen pembimbing, juga Yulianta Siregar, S.T.,M.T, dan Ir. Riswan Dinzi, M.T selaku dosen penguji penulis yang sudah membantu penulis dalam menyelesaikan paper ini, serta teman-teman penulis yang sudah memberikan dukungan selama pembuatan paper ini. 7. Daftar Pustaka [1]. Rashid, Muhammad H., Power Electronic Circuit, Device and Aplication Second Edition, Prentice-Hall International Inc, 1993. [2]. Rashid, Muhammad H., Power Electronic handbook, academic press, 1993. [3]. Stevenson, William D. & Grainger, John J., “Power System Analysis”, Mc Graw Hill Inc, 1994. [2]. Rashid, Muhammad H., Power Electronics Handbook, Academic Press, 2001. Ket: hubungan Bintang VS = 220V, hubungan delta VS = 120V, R=2,5 Ω Gambar 16. Kurva besarnya tegangan keluaran dari berbagai variasi besarnya beban L dengan sudut penyalaan 400 hasil simulasi PSpice Pada Gambar 16 dapat dilihat besarnya nilai VO rms beban RL terhubung bintang maupun terhubung delta berbanding lurus dengan besarnya nilai induktansi, semakin besar nilai induktansi maka besarnya nilai VO rms beban RL terhubung bintang maupun terhubung delta akan semakin besar juga mendekati nilai tegangan masukan. 5. Kesimpulan Setelah melakukan simulasi dan perhitungan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Bentuk gelombang tegangan keluaran dari pengontrol tegangan tiga fasa terkendali penuh dipengaruhi oleh besarnya tegangan masukan, sudut penyalaan SCR, dan impedansi beban. 2. Pada beban RL, pengontrolan efektif dapat dilakukan pada sudut penyalaan > β. 3. Semakin besar nilai L pada rangkaian beban RL untuk sudut penyalaan tertentu, maka tegangan keluaran pengontrol -75- copyright @ DTE FT USU