M e w a r t a k a n I m a n d a n K a s i h BERITA U.K.I M E I 2 0 1 6 / N O . 2 8 7 W W W . U K I . C A Hati Seorang Ibu Roh Kudus Menguatkan Kesaksian Tritunggal Mahakudus Persiapan Sebelum Mengikuti Misa GEREJA St. Anselm’s Church,1 MacNaughton Rd. (Bayview & Millwood) Toronto ON M4G 3H3 Ph: (416) 485-1792 Subway Stn: Davisville Redaksi: Angelina Hanapie Julian Wibowo Randy Danurahardja Christine Budihardjo Novianus Handy Penasehat: Rm. J. Juliwan M. SCJ Alamat Redaksi: c/o Priests of the Sacred Heart 58 High Park Blvd. Toronto ON M6R 1M8 Email: [email protected] Pastor Pamong Rm. Johanes Juliwan Maslim SCJ, (647) 532.1318 [email protected] Deacon Deacon Val Danukarjanto, (416) 497.2274 [email protected] DEWAN PENGURUS UMAT KATOLIK INDONESIA Koordinator Damianus Indyarta, (416) 284.4707 [email protected] Sekretaris Christianita Kuswoyo, (647) 774.3801 [email protected] Bendahara Evy Patuwo, (647) 323.3525 [email protected] WILAYAH TIMUR Ketua Wilayah Harty Tantono-Doyle, (647) 533.6246 [email protected] Seksi Liturgi Gabriella Eufrasia Laniewati, (647) 345.3896 [email protected] Seksi Bina Iman Natalia Yurita Saputra, (647) 293-5338 [email protected] Seksi Sosial Lusia Lie [email protected], (416) 903.9718 Seksi Rumah Tangga Isabella Iman, (416) 838.6282 [email protected] Usher Janto Dinoto, (416) 402.7106 [email protected] WILAYAH BARAT Ketua Wilayah Michael Karta Lanson, (416) 917.3888 [email protected] Seksi Liturgi Stephanus Limpi, (416)827.2800 [email protected] Seksi Bina Iman Sri Ratna Sari Djunaedi, (647) 404.8901 [email protected] Seksi Sosial Christine Tanuwijaya, (647) 818.2608 [email protected] Seksi Rumah Tangga Rica Hendra, (647) 994.7789 [email protected] Usher Diana Lucas, (416) 824.4069 [email protected] BIDANG KHUSUS Mudika, Yoanitha [email protected] PELAKSANA KHUSUS Ketua Lektor Lilian Tjokro, (905) 887.9546 [email protected] Ketua Sakristan/Pembagi Komuni Hendry Wijaya, (416) 450.6536 [email protected] Ketua Altar Server Budiman Widjaja, (416) 453.6561 [email protected] MEI 2016/NO.287 Hati Seorang Ibu HALAMAN 3 | Oleh Rm. Johanes Juliwan Maslim, SCJ | namun selalu mendampingi mereka. Inilah yang perlu dilakukan pula oleh para ibu, juga di jaman sekarang ini. Maria selalu ada bersama Yesus, walau Choir Group PI Ursula tidak selalu secara fisik. Bahkan Maria berada paling dekat ketika Yesus mengalami penderitaan sampai kematianNya. Bagi Maria, Yesus adalah anaknya, dari dikandung Persembahan lagu di hari Ibu dari anak-anak Sekolah Minggu UKI sampai kematianNya dan selamanya. Terkadang sikap keibuan Bunda Maria ini hilang bu Maria kita, dalam setiap situasi hidup kita. dari para ibu di jaman sekarang. Ada Bersamaan dengan Bahkan di bulan Mei ini juga datanganya Musim Semi dan ada ‘Mother’s day’. Hari yang ibu yang bahkan sampai hati untuk mulai bermekarannya bunga- dikhususnya bagi para ibu sebagai menolak kehadiran anaknya di dunia bunga, datanglah pula bulan bentuk terima kasih kepada semua ibu ini dengan aborsi. Namun di sisi lain, Mei. Gereja mengkhususkan Bulan dari para anak mereka. Tentu saja ada pula anak-anak yang bersikap bahkan sampai sangat Mei sebagai bulan yang perayaan ini terkadang lebih menjadi kasar dipersembahkan kepada Bunda sarana komersial daripada spiritual. menyakiti hati ibu mereka. Marilah Maria. Keindahan bunga-bunga dan Namun demikian, sangatlah baik jika kita sadari bahwa sikap ini semua kehadiran Sang Bunda Maria, kesempatan ini dijadikan saat untuk bukanlah sikap cinta dan kasih menjadi sebuah refleksi yang indah merefleksikan panggian sebagai sayang. dalam kehidupan kita sebagai orang seorang ibu. Apakah memang para Ibu Gereja beriman. Maria hadir di dunia ini ibu sundah menghidupi panggilan Dalam tradisi Katolik, Gereja sebagai pribadi yang sederhana dan mereka sebagai seorang ibu seperti penuh cinta. Hatinya sungguh terbuka Bunda Maria? Semua ibu Katolik kita sebut sebagai ibu, yakni Bunda bagi Allah dan manusia. Sikapnya mempunyai figur yang sangat jelas, Gereja. Dengan demikian menjadi yang rendah hati inilah yang yakni Bunda Maria. Kepadanyalah jelaslah bahwa Gereja dilihat sebagai membawa Maria menjadi pribadi setiap ibu perlu belajar untuk menjadi ibu yang selalu melindungi dan istimewa bagi kita semua, bagi ibu. Dalam perayaan Pernikahan menjaga semua anaknya, yakni kita Gereja. Maria sungguh hadir sebagai Katolik, selalu ada bagian bagi semua. Seperti kita semua ketahui ibu yang mempunyai hati tulus dalam pasangan baru untuk berdoa kepada bahwa Gereja adalah Umat Allah, memperhatikan Puteranya, Yesus. Bunda Maria agar mendampingi yakni semua orang yang percaya dan beriman kepada Yesus Kristus. Oleh Maria juga senantiasa memperhatikan mereka. semua anaknya yang ada di dunia ini, Hati Maria yang penuh kasih sebab itulah Gereja sebagai ibu akan yakni kita semua. Oleh sebab itulah dan lembut tidak akan membiarkan selalu menjaga iman semua anaknya Bunda Maria selalu hadir di tengah anak-anaknya menderita sendirian, melalui ajaran iman dan moral sesuai I Bersambung ke halaman 4, MEI 2016/NO.287 dengan tradisi Katolik. Oleh sebab itulah dalam perjalanan kita sebagai Gereja, kita selalu belajar untuk taat kepada Bunda Gereja yang membimbing kita menuju keselamatan. Gereja adalah Suci, karena di dalamnya hadirlah Yesus Kristus sebagai mempelai Gereja. Tuhan Yesus sebagai pendamping setia Gereja digambarkan sebagai panganten pria yang selalu setia. Oleh sebab itulah Gereja sering disebut pula sebagai mempelai Kristus. Gambaran yang sering dipakai untuk Perkawian Katolik, yakni persatuan suami dan isteri seperti Kristus dan GerejaNya. Persatuan Gereja dengan Kristus inilah yang menjadikan Gereja selalu berjalan bersama Kristus menuju keselamatan abadi. Inilah kesucian Gereja yang menjadi ibu kita semua, yang juga menuju kesucian. Namun perlu disadari juga bahwa Gereja juga berdosa, karena anggotanya adalah manusia yang mudah jatuh ke dalam dosa. Kedosaan para anggota Gereja inilah yang terkadang melemahkan Gereja yang telah berjuang sejak kehadirannya di dunia ini. Dengan menyadari bahwa Gereja juga berdosa, maka perjuangan menuju kesucian menjadi perjuangan yang semakin bersunguh-sungguh. Bunda Gereja selalu mengingatkan para anaknya, agar selalu sadar akan kelemahan manusiawi dan kecenderungan berdosa ini. Maka semua anggota Gereja diharapkan untuk semakin menyatukan diri dengan Kristus yang hadir di dalamnya. Kita perlu membuka mata lebih lebar akan keadaan diri kita yang lemah dan mudah berdosa namun yang sekaligus adalah anggota Gereja yang kudus. Jelas kita tidak perlu takut, karena Tuhan Yesus selalu menyertai kita, yang mendorong kita untuk selalu Sambungan dari halaman 3 berjuang. Kerahiman Allah Keutamaan seorang ibu ternyata juga dipakai untuk menghayati Allah kita yang Maha Belaskasih, yakni dengan kata kerahiman. Kita semua tahu bahwa rahim hanyalah dimiliki oleh seorang perempuan, yakni tempat dikandungnya seorang bayi. Maka seorang ibu akan mengandung anaknya di dalam rahimnya. Rahim menjadi tempat tinggal seorang bayi mungil yang tidak berdaya. Sang bayi mendapat kehidupan dari sang ibu dan mulai mengalami sentuhan kasih sayang ibunya sebelum ia lahir ke dunia. Kerahiman Allah berarti Allah kita juga mempunyai hati seorang ibu terhadap manusia, yang adalah anak-anakNya. Allah yang Maharahim menunjukkan perhatian dan kasih sayangNya kepada manusia yang tidak berkesudahan. Allah menjaga manusia seperti seorang ibu yang menjaga bayinya di dalam rahimnya. Maka ada relasi intim dan mendalam antara Allah dan manusia. Oleh sebab itulah dalam sejarah kehidupan manusia, Allah senantiasa membawa manusia menuju ke keselamatan. Hal ini jelas dalam diri Yesus Kristus PuteraNya yang telah mati untuk menyelamatkan kita semua. KebangkitanNya sebagai tanda nyata kemenanganNya terhadap dosa dan menyelamatkan manusia. Secara khusus dalam ‘Year of Mercy’ ini, kita diajak untuk mengalami kasih dan kerahiman Allah itu. Kepada kita dihadirkan Allah Bapa yang Maharahim, yang ingin semua anakNya selamat dan bahagia. Maka kita sebagai anak-anak Bapa, mari kita membuka hati dan menyambut kasih dan kerahiman Allah yang terbuka bagi kita semua ini. Bahkan dikatakan dalam Kitab Suci, jika ada ibu yang tidak HALAMAN 4 mengasihi anaknya, Allah tetap akan mengasihi manusia selamanya, karena Allah adalah Kasih. Hati seorang ibu Jelaslah bagi kita semua bahwa hati seorang ibu itu hadir dalam diri ibu kita, Bunda Maria, Gereja kita dan Allah kita. Kita manusia sungguh berbahagia karena di dalam diri kita hadir Roh Allah, maka kita mempunyai bagian hidup Allah sendiri. Walaupun kita manusia berdosa, namun kita tetap mempunyai hati yang selalu terarah kepada Tuhan. Memang semuanya itu diperlukan kerjasama dari diri kita masing-masing. Kita perlu selalu membuka hati dan berjalan sesuai dengan gerakan Roh Allah yang ada di dalam diri kita. Dengan hati yang terbuka, kita dapat mengalami gerakan hati ibu kita, yang hadir pula dalam diri Bunda Maria, Bunda Gereja dan Kerahiman Allah. Kita bersyukur menjadi seorang kristiani yang boleh mengalami banyak kasih dari Allah dalam GerejaNya. Kita semua milik Allah, seperti kawanan domba yang selalu digembalakan dan didampingi oleh Sang Gembala Agung kita, Yesus Kristus. Hati seorang ibu sungguh hadir di dalam diri Yesus yang selalu membuka tangan dan hatiNya bagi semua yang datang kepadaNya. Siapapun yang datang, bahkan para pendosa pun diterimaNya. Kedatangan kita berarti kita mau mengalami KasihNya, kasih keibuan Allah kepada kita. Jika kita telah mengalami Hati seorang ibu di dalam diri Allah, maka kita pun harus siap untuk mempunyai hati seorang ibu bagi sesama kita. Mari kita berbagi kasih seperti hati seorang ibu. Johanes Juliwan Maslim, SCJ MEI HALAMAN 2016/NO.287 Wanita dan 5 Ular | Oleh Rm. Johanes Juliwan Maslim, SCJ | llah menciptakan manusia dari debu tanah dan diberi nafas hidup, yakni Roh Allah sendiri. Maka hadirlah manusia, pria dan wanita, di dunia dengan Roh Allah di dalam dirinya. Oleh sebab itu sejak tercipta, di dalam diri manusia telah tinggal Roh Allah. Di tengah suasana damai dan tenang muncullah setan dalam rupa ular. Dengan tipuannya, ular mendekati wanita dan menggodanya. Ternyata wanita tergiur oleh tipuan si ular dan memakan buah terlarang. Wanita memberikan buah itu juga ke suaminya, maka keduanya jatuh ke dalam dosa. Roh Allah di dalam diri mereka tidak didengarkan dan sekarang mereka tercemar oleh dosa. Setan berhasil menggoda si wanita dan menariknya dari hidup berahmat. Ular itu telah menggigit sang wanita sehingga racunnya masuk dan membuat dia juga menggoda suaminya dan juga mengigitnya, sehingga keduanya berdosa. Dalam perjalanan sejarah manusia, hadirlah Maria dari Nazaret, yang dipanggil Tuhan dan dikaruniai Roh Kudus. Maria diminta Allah untuk menjadi ibu Penebus. Tidak mudah baginya yang sudah bertunangan dengan Yusuf. Namun demikian suara dan Kehendak Tuhan didengarkannya dan Maria menjawab, ‘Ya, terjadilah!’. Jawaban inilah yang memenangkan Maria dari kuasa setan yang berusaha menggagalkan Rencana Tuhan. Maria telah berhasil menginjak kepala ular, sang setan. Maria adalah wanita yang membawa warna baru dan mengembalikan citra wanita yang dirusak oleh wanita pertama. A Namun demikian ular yang adalah si setan itu tidak pernah berhenti untuk menggoda dan menghancurkan manusia. Maka ular itu sekarang hadir dalam rupa naga, yang lebih dahsyat. Naga itulah yang akan menghancurkan manusia bahkan akan menghalangi keselamatan manusia. Namun kekuatan Allah selalu akan menang bagi keselamatan manusia. Malaekat Mikael telah siap untuk bertempur melawan kuasa setan yang besar itu. Dari realita kedua wanita itu, Hawa dan Maria, kita semua disadarkan bagi perjalanan hidup kita sekarang ini. Kita semua sebagai orang yang sudah dibaptis dalam kesatuan dengan Tuhan Yesus, jelas berada dalam jalan Keselamatan. Kekuatan Roh Allah di dalam diri kita harus selalu bernyala seperti yang dimiliki oleh Bunda Maria. Kita pun harus berani untuk menginjak ular, yakni setan itu. Saatnya kita harus berani untuk tidak lagi mengikuti suara setan yang selalu akan menggoda melalui kesenangan kita. Ular naga, si setan itu selalu akan hadir dan siap menggigit manusia agar mengikutinya. Namun setan tidak dapat mengalahkan manusia yang telah dikuasai oleh Roh Allah, yang tinggal di dalam diri manusia. Memang manusia masih bisa jatuh ke dalam dosa dengan mendengarkan dan menuruti suara setan, manusia siap digigitnya. Tentu saja di jaman sekarang ini, setan tidak lagi hadir dalam rupa ular, namun semua yang menarik dan menggoda. Maka kita semua perlu waspada dan teliti dalam mendengarkan tawaran setan yang halus dan meyakinkan, padahal sebenarnya dia menipu untuk menghancurkan manusia. Saatnya kita semua waspada akan sikap kita yang lemah, khususnya dalam menghadapi godaan ular, si setan itu. Kita harus selalu mendengarkan suara Roh Allah yang ada di dalam diri kita masing-masing. Hendaklah kita semua belajar dari sang wanita yang menginjak ular itu, yakni Maria. Dengan ketaatan Maria, maka keselamatan hadir di dunia bagi kita di dalam diri Yesus Kristus. Adam lama sudah digantikan dengan Adam baru di dalam diri Yesus Kristus. Marilah kita membuka hati dan mata kita agar dapat melihat dengan jelas dan membedakan dengan tegas, suara Roh Allah atau suara setan!□ MEI 2016/NO.287 HALAMAN 6 TRITUNGGAL MAHAKUDUS Oleh Prof A. Gianto SJ ekan-rekan yang baik! Injil Yoh 16:12-15 yang dibacakan pada hari raya Tritunggal Mahakudus tahun C ini menggarisbawahi kesatuan dayadaya ilahi yang menyertai para murid. Petikan hari ini berasal dari bagian Injil Yohanes yang menyampaikan perkataan dan doa Yesus bagi para murid seusai perjamuan malam terakhir tetapi sebelum ia pergi bersama mereka ke taman Getsemani. Dalam tulisan menyangkut Minggu Paskah VI disinggung bahwa Yoh 15-17 memuat pokok-pokok yang terpenting dalam Injil Yohanes. Meskipun para murid belum dapat menanggung semua yang hendak disampaikan Yesus (Yoh 16:12), seperti dikatakan dalam ayat selanjutnya, Roh Kebenaran akan datang membimbing para murid ke dalam kebenaran. R ROH KEBENARAN Roh Kebenaran akan membuat para murid mengerti siapakah Yesus yang telah mereka ikuti itu. Roh ini membuat orang menemukan Tuhan Yang Mahakuasa di tengah-tengah manusia. Dia itu ujud nyata bagaimana Yang Mahakuasa memperhatikan manusia. Yang tak terjangkau dan yang menggentarkan itu kini tampil sebagai yang dapat dikenali sehingga orang dapat mendekat. Para murid memang belum mampu menyadari hal ini. Akan datang daya ilahi sendiri membuat mereka menemukan kebenaran hal ini. Dan daya ilahi inilah yang dalam bacaan hari ini disebut Roh Kebenaran. Dengan perkataan lain Roh Kebenaran, Yesus, dan Bapanya ialah daya-daya ilahi yang berpadu membawa manusia agar mengalami Tuhan Yang Mahakuasa dengan cara yang pribadi. Bagaimana memahami misteri ini? Dalam salah satu episode di hadapan Pilatus nanti Yesus berkata (Yoh 18:37) bahwa ia lahir dan datang ke dunia untuk bersaksi mengenai “kebenaran”. Kemudian ditambahkannya bahwa tiap orang yang berasal dari “kebenaran” mendengarkan suaranya. Reaksi Pilatus terungkap dalam ayat 38a: “Apakah “kebenaran” itu?” Pembicaraan ini menandaskan bahwa Yang Mahakuasa datang dan bersabda kepada manusia adalah kebenaran yang dipersaksikan Yesus dengan seluruh kehidupannya. Dikatakan juga, kesaksian ini baru dapat didengarkan bila yang bersangkutan berasal dari “kebenaran” sendiri. Maksudnya, Roh Kebenaran menerangi yang bersangkutan. Tanpa ini orang tak akan dapat sampai ke sana. Paling-paling seperti Pilatus, orang akan bertanya apa itu kebenaran tanpa menemukan jawaban. Orang sudah berada di hadapan dia yang bersaksi mengenai Yang Mahakuasa, namun ironinya, tanpa kekuatan yang datang dari atas sana, orang tidak akan dapat memahaminya. KESATUAN DAYA-DAYA ILAHI Misteri Tritunggal Mahakudus dapat dipahami sebagai kesatuan antara “pengasal” daya-daya ilahi, “penyampai”-nya, serta “penerus”-nya. Pengasal daya-daya itu dapat muncul dalam tiap pengalaman religius pada umumnya. Namun Yang Ilahi di sini akan tetap sulit dipahami walaupun orang takkan meragukannya. Dan memang dalam teologi sering disebutsebut gagasan “deus absconditus”, Tuhan yang tersembunyi. Keberadaannya tidak tersangkal, bahkan dapat pula disimpulkan dari kekuatan-kekuatan yang ada di jagat ini. Beberapa sistem filsafat sampai pada penandasan adanya keilahian ini. Namun ia tetap tidak dapat dikenali. Meski terasa dekat tetapi tetap jauh. Pengalaman mistik dalam pelbagai agama banyak mengungkapkan kenyataan ini. Dia yang tersembunyi ini dialami oleh Yesus sebagai Bapa. Dan memang seluruh kehidupannya ditujukan untuk memperkenalkan Tuhan Yang Mahakuasa sebagai Bapa. Yang tadinya jauh itu dialaminya sebagai yang dekat, yang dapat dikenali, bahkan yang dapat dipanggil dengan sebutan yang akrab itu. Baik ditekankan di sini “dialami oleh Yesus” dan bukan “oleh orang banyak”, “oleh kita” atau “oleh manusia” atau “oleh para murid” sekalipun. Di sinilah kekhasan Injil Yohanes. Yesus menegaskan tak ada orang yang pernah melihat Bapa. Hanya sang Putra sajalah yang melihatnya. Maka siapa saja yang melihat Putra akan melihat Bapa sendiri. Dan dalam kabar Injili, Putra itu ialah Yesus yang lahir di Nazaret, menyembuhkan banyak orang, mengajar mereka mengenai mengenai Bapanya, menderita, wafat dan bangkit dari kematian. Dan siapa saja yang menerima ini semua akan mengenali siapa Dia yang telah membangkitkannya. Dalam hubungan inilah Yang Ilahi tidak lagi melulu dialami sebagai yang tersembunyi melainkan yang telah terwahyukan dalam seluruh kehidupan Yesus tadi. “Deus absconditus” kini tampil sebagai “Deus revelatus”. Dalam artian di atas, Yesus menyampaikan kehadiran atau dayadaya ilahi kepada manusia. Ia membuat orang dapat mengalami daya-daya itu MEI HALAMAN 2016/NO.287 secara nyata. Orang disembuhkan, pengaruh roh jahat disingkirkan, kuasa dosa dilepaskan, orang diampuni dosanya, penderitaan yang merendahkan kemanusiaan membuat orang sadar akan martabat manusia yang sesungguhnya. Injil menggambarkannya sebagai Sabda Tuhan sendiri. Kemudian setelah Yesus tidak lagi berada di tengah-tengah manusia, datanglah penerus daya-daya ilahi, yakni Roh Kebenaran. Roh inilah yang terus mempersaksikan kehadiran Tuhan di tengah-tengah kemanusiaan. Roh inilah yang membuat kehadiran Yang Ilahi dapat dialami dalam macammacam ujudnya di dunia kehidupan manusia: dalam perbuatan adil, dalam rekonsiliasi, dalam perbuatan baik, dalam kepedulian terhadap sesama. Roh inilah yang membuat orang dapat menemukan hubungan antara “Deus absconditus” dan “Deus revelatus” dan membuat orang sadar serta percaya bahwa Yang Ilahi yang jauh dan dahsyat itu sama dengan Dia yang memperhatikan manusia yang lemah. Dan bahwa dengan memperhatikan yang lemah, Yang Ilahi makin tampil sebagai Bapa yang penuh kerahiman. SPIRITUALITAS KRISTIANI Kemampuan untuk menyadari kehadiran Yang Ilahi dalam batin dapat dikembangkan. Inilah yang terjadi dalam pelbagai tradisi spiritualitas dalam macam-macam agama. Juga dalam tradisi kristiani. Spiritualitas kristiani sepanjang zaman tumbuh dari iman dan pengalaman akan misteri Tritunggal sebagai kesatuan daya-daya ilahi seperti diuraikan di atas tadi. Diakui dalam tradisi ini bahwa tak mungkin orang sampai kepada Yang Ilahi secara utuh kecuali lewat Putra dan dikuatkan oleh Roh. Dalam hubungan ini misteri Tritunggal bukanlah sebuah gagasan belaka melainkan pengalaman rohani. Juga tidak terbatas pada pengalaman akan kehadiran Yang Ilahi dalam pengalaman religius pada umumnya. Orang maju lebih jauh. Yang Ilahi ini dapat dikenal lebih lanjut lewat kata- kataNya dan kekuatanNya. Karena itu dapat dikatakan tradisi spiritualitas kristiani juga berpusat pada Kristus. Dialah yang membuat orang sampai pada pengalaman akan daya-daya ilahi yang membawa manusia ke dalam kesatuan dengan Yang Ilahi sendiri. Injil Yohanes, terutama Yoh 15-17, dapat memperdalam pengalaman ini. Pembicaraan di atas perlu dipertajam. Dengan pengalaman religius dimaksud kepekaan yang ada dalam diri manusia untuk mencerap kehadiran yang keramat. Orang dapat menolak, menyangkal, atau tak ambil pusing, tetapi kepekaan ini tetap ada. Bahkan dapat dikatakan kepekaan ini bawaan dan alamiah sifatnya. Sudah termasuk konstitusi manusia seperti halnya kemampuan memakai bahasa. Analogi dengan kemampuan berbahasa dapat membantu lebih jauh. Dikatakan semua orang mampu berbahasa, tetapi tidak semua orang dapat mengarang atau menikmati karya seni sastra. Menghasilkan dan menikmati seni sastra mengandaikan kemampuan berbahasa tetapi tidak identik dengannya. Kepekaan religius, kemampuan mengalami kehadiran Yang Ilahi ada dalam diri semua orang, tetapi tidak semua orang begitu saja dapat mengembangkan spiritualitas atau kerohanian sejati. Perlu tuntunan dan pengarahan. Uraian di atas menjelaskan mengapa spiritualitas kristiani tidak sama dengan pendalaman pengalaman religius belaka. Pada titik tertentu orang perlu melangkah mengikuti warta Injili. Ringkasnya begini. Dalam pengalaman religius orang mencapai kepuasan bila merasa menemukan hubungan dengan Yang Ilahi, baik yang mencengkam maupun yang mempesona. Di situ orang tidak merasa sendiri melainkan mendapati diri di hadapan Yang Ilahi. Namun di lain pihak inti kerohanian kristiani terletak dalam mengikuti Yesus Kristus yang makin membuat orang makin mengenal siapa Yang Ilahi tadi dan bukan berhenti pada pengalaman religius melulu. Dalam perspektif Injili, Yesus Kristus itu dia yang membuat orang mempercayai 7 bahwa Yang Mahakuasa ialah dia yang memperhatikan manusia sebagai seorang bapa yang baik. Inilah yang menyempurnakan pengalaman religius menjadi kerohanian sejati. GEREJA DAN KEROHANIAN YANG UTUH Belum cukup bila kehadiran Gereja di dunia dimengerti sebagai upaya menumbuhkan pengalaman religius. Gereja baru mulai berarti bila dapat menyempurnakannya menjadi kerohanian yang utuh. Bila ini terjadi, maka orang-orang yang menghayatinya akan dapat mengalami kehadiran Roh Kebenaran yang dibicarakan dalam Injil hari ini. Tugas Gereja bukan hanya membuat orang menerima kehadiran Yang Ilahi melainkan juga membawa orang kepada Kristus yang diwartakan Injil. Perjumpaan dengan dia-lah yang kemudian membuat orang menyadari dari mana sesungguhnya asal kekuatankekuatan ilahi itu. Oleh karena itu tak mengherankan bila dalam sejarahnya, Gereja butuh terus diperkaya oleh spiritualitas yang dikembangkan di dalam tarekat-tarekat religius. Sekaligus dapat pula dikatakan bahwa krisis dalam Gereja biasanya berawal pada kehidupan spiritual yang tidak lagi mampu menyapa orang-orang sezaman. Spiritualitas yang sejati – yang berpusat pada Kristus – akan berusaha agar tetap mampu menyapa orang dari zaman yang berbeda-beda. Dalam keadaan sekarang, sebut saja advokasi kaum terpojok, termasuk perempuan, pelayanan kaum pengungsi, pendampingan orang-orang yang berurusan dengan fenomen paranormal (!), menumbuhkan keadaban dalam masyarakat majemuk, perumusan gagasan-gagasan teologi yang segar, pencaharian hermeneutika yang cespleng dan tidak berhenti pada yang itu itu saja. Spiritualitas yang menutup diri dan membatasi diri pada pengalaman religius belaka akan mandul dan hanya akan membawa Gereja masuk ke dalam museum. □ MEI HALAMAN 2016/NO.287 Siapakah Ibumu? S ang Juru Selamatku lahir dari RAHIM MARIA, lalu dari mana lahirnya Juru Selamatmu? Terngiang kata-kata Paus Fransiskus di hari Raya Kabar Suka Cita yang lalu: "Orang Kristen yang tidak mengakui Maria sebagai Bundanya, adalah ANAK YATIM PIATU." Dan bagiku: Orang Kristen yang menolak dan menghujat Maria adalah anak kurang ajar. Dengarkanlah kata-kata Yesus, Sang Juru Selamat di tiang gantungan, "Ketika Yesus melihat Ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada Ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu! Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya: "Inilah Ibumu!" (Yoh.19:27) Inilah permintaan Sang Juru Selamat kepada Ibu-Nya agar bersedia menjadi ibu bagi Yohanes dan murid-muridNya serta seluruh pengikut-Nya, dan perintah kepada murid-Nya Yohanes dan semua pengikut-Nya untuk menjadikan Maria sebagai Bunda rohani-Nya. Sekarang, tanyakanlah diri dan jiwamu: "Siapakah ibu rohanimu?” Kalau Maria adalah ibuku karena Yesus adalah saudaraku, lalu siapakah ibumu karena engkau tidak menerima Maria sebagai bundamu? Teringatlah dulu apa yang dikatakan dalam Kitab Kejadian ketika si ular, ibu iblis dikutuk oleh Yang Maha Kuasa, "Aku akan membuat permusuhan antara engkau (si ular iblis) dan keturunan wanita ini." (Kej.3:15) Kalau keturunan wanita (Eva) adalah Maria sehingga kusapa dia sebagai ibuku, sedangkan engkau menolak Maria sebagai ibumu, lalu tanyaku kepadamu: "SIAPAKAH IBUMU?” Siapa pun ibumu, tapi ingatlah kata-kataku ini, "Engkau takkan pernah bisa dimuliakan oleh Yesus bila engkau menolak apalagi sampai 8 menghujat dan menghina Ibu-Nya." Dengarkanlah nasihat orang kudus St. Maximilian Kolbe: "Jangan takut mencintai Maria, karena sebesar apa pun cintamu kepadanya tak sebanding dengan cinta Yesus kepada Ibu-Nya, Maria." Salam dan doa dari seorang putra Maria kepada putra-putri Maria di mana pun Anda berada. ***Rinnong Duc (Pastor Inno Ngutra,Pr -Ambon-) in Altum*** MEI HALAMAN 2016/NO.287 9 Roh Kudus Menguatkan Kesaksian Bahkan Dalam Penganiayaan Homili Paus Fransiskus, 2 Mei 2016 oh Kudus menguatkan kita sehingga kita dapat bersaksi bagi Tuhan bahkan melalui penganiayaan - bahkan sampai mengorbankan hidup kita. Tetapi juga melalui penganiayaan-penganiayaan kecil seperti pergunjingan dan kritik. Itulah yang dikatakan Paus Fransiskus dalam homilinya selama Misa harian Senin pagi, 2 Mei 2016, di Casa Santa Marta, Vatikan. Ketika kita dekat Pentakosta, bacaanbacaan semakin berfokus pada Roh Kudus. Kisah Para Rasul menceritakan kepada kita bahwa Tuhan membuka hati seorang wanita bernama Lidia, seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira yang datang untuk mendengarkan Santo Paulus. "Perempuan ini merasa ada sesuatu dalam dirinya yang membuatnya mengatakan 'ini benar! Dan saya setuju dengan apa yang dikatakan orang ini, orang ini yang memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus'", kata Paus Fransiskus. "Tetapi siapa yang menjamah hati perempuan ini? Siapa yang mengatakan kepadanya : 'Dengarkanlah karena itu adalah kebenaran?'", Paus Fransiskus bertanya. "Roh Kuduslah yang membuat perempuan ini merasakan bahwa Yesus adalah Tuhan; Ia membuat dia tahu bahwa keselamatan adalah dalam kata-kata Paulus; Ia membuat perempuan ini mendengarkan kesaksian. Roh Kudus memberikan kesaksian bagi Yesus. Dan setiap kali kita merasakan sesuatu dalam hati kita yang menarik kita lebih dekat kepada Yesus, Roh Kuduslah yang R bekerja di dalam diri kita". Injil berbicara tentang kesaksian ganda : berbicara tentang Roh Kudus yang ambil bagian dalam kesaksian Yesus, dan kesaksian kita. Kita adalah saksi-saksi Tuhan dengan kekuatan Roh Kudus. Yesus mengajak para murid untuk berdiri kokoh karena memberi kesaksian juga terdapat bersama penganiayaan. Dari "penganiayaan-penganiayaan kecil pergunjingan", kritik, hingga jenis penganiayaan yang lebih besar yang darinya "sejarah Gereja menjadi lengkap : itu menempatkan orangorang Kristen di penjara atau membuat mereka bahkan menyerahkan hidup mereka". Ini, Yesus berkata, adalah harga kesaksian Kristen. Dalam Injil hari ini kita baca : 'Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah'. "Orang Kristen, dengan kekuatan Roh Kudus", kata Paus Fransiskus, "memberi kesaksian bagi Tuhan yang hidup, bagi Tuhan yang bangkit, bagi kehadiran Tuhan di tengah-tengah kita, bahwa Tuhan merayakan bersama kita kematian-Nya, kebangkitan-Nya, setiap kali kita datang ke altar. Orang Kristen juga memberikan kesaksian, dibantu oleh Roh Kudus, dalam kehidupannya seharihari, melalui cara yang di dalamnya Ia bertindak. Ini adalah kesaksian Kristen yang terus menerus. Tetapi berkali-kali kesaksian ini memancing serangan, memancing penganiayaan". "Roh Kudus yang memperkenalkan kita kepada Yesus", lanjut Paus Fransiskus, "adalah Roh yang sama yang mendorong kita untuk membuat -Nya dikenal orang lain, bukan melalui begitu banyak kata-kata, tetapi melalui kesaksian yang hidup". "Ada baiknya memohon Roh Kudus untuk datang ke dalam hati kita, memberikan kesaksian tentang Yesus; memberitahukan-Nya : Tuhan, semoga aku tidak menyimpang dari Yesus. Ajarilah aku apa yang Yesus ajarkan. Bantulah aku imengingat apa yang dikatakan dan dilakukan Yesus juga dan melakukan dan juga, membantuku untuk memberikan kesaksian hal-hal ini. Sehingga keduniawian, hal-hal yang mudah, hal -hal yang benar-benar berasal dari bapa segala dusta, dari penguasa dunia ini, dosa, tidak membawaku jauh dari memberikan kesaksian". (Peter Suriadi - Bogor, 2 Mei 2016) MEI 2016/NO.287 5 HALAMAN 10 Hal Umum Yang Perlu Dipersiapkan Sebelum Mengikuti Misa utra – putri Gereja Katolik yang kudus, Ekaristi yang sangat luhur merupakan puncak iman Kristiani sebab merupakan tindakan Kristus dan GerejaNya, dan melalui pelayanan imam, Kristus menjadi kurban dan santapan bagi kita semua (Kan. 899 $ 1). Maka perlu persiapan yang sungguh – sungguh untuk menyambut tubuh dan darah Tuhan dalam hal ini sebelum mengikuti Misa Kudus. Artikel ini menyajikan beberapa hal yang sebaiknya dipersiapkan untuk menyambut Ekaristi serta menaruh hormat sebesar – besarnya kepada Ekaristi mahakudus (Kan. 898), diantaranya: P 1. Membaca Sabda Tuhan sebelum berangkat Misa Mungkin ini jarang dilakukan oleh sebagian umat beriman, padahal membaca Sabda Tuhan sebelum Misa adalah sangat baik. Kita dapat merenungkan Sabda Tuhan yang didalamnya Allah berbicara kepada kita mengenai kesetiaan, kebaikan, keselamatan, dan perintahNya. Dalam Misa kudus, kita bukan lagi disibukkan dengan membaca sabda Tuhan sementara petugas Liturgi membacakannya, melainkan mendengar dengan penuh perhatian dan seksama. Membaca Sabda Tuhan sebelum Misa memungkinkan untuk menghindari beberapa kondisi yang membuat kita tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang dibacakan oleh petugas Liturgi. 2. Menerima Sakramen Tobat Untuk mempersiapkan diri kita sebagai tahtaNya yang kudus, maka adalah penting setiap umat Kristiani (Katolik) menerima sakramen tobat sebelum menerima Sakramen Ekaristi. Setiap jiwa yang jatuh dalam dosa berat menjadi terpisah dari cinta kasih Allah. Dengan Sakramen Tobat, kita memperoleh pengampunan dosa dan diperdamaikan kembali kepada Allah dan GerejaNya (Kan. 960). Dalam menerima Sakramen Tobat itu sendiri, tidak hanya jenis dosa saja yang disebutkan, tetapi juga jumlah (kuantitas dosa) dari jenis dosa yang diakui (Kan. 988 $ 1). (baca juga: sudah berapa lama “tidak mengaku dosa?”) 3. Puasa minimal satu jam Selain Gereja mewajibkan pantang dan puasa pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung, menganjurkan setiap jumat sepanjang tahun (kecuali hari tersebut hari Raya) untuk berpantang (Kan. 1251), Gereja juga menghendaki agar umat Allah berpantang dari segala macam makanan dan minuman (kecuali air semata – mata dan obat – obatan) (Kan. 919 $ 1). Dengan berpuasa minimal satu jam sebelum menerima komuni, kita menungkapkan kegembiraan dan sukacita atas tubuh Tuhan yang akan kita sambut. Dalam Perjanjian lama, tindakan puasa merupakan ungkapan kerendahan diri dihadapan Allah (Imamat 23:27), tindakan penyesalan atas dosa (1 Samuel 7:6), dan banyak hal lainnya yang dilakukan oleh bangsa Israel untuk memohon belas kasih Allah. 4. Hadir sebelum Misa dimulai Adalah tidak baik dengan tergesa – gesa dan tanpa persiapan seperti bedoa sebelum misa dimulai. Hadir dalam Gereja sebelum Misa dimulai, kita memohon rahmat Allah agar Misa kudus yang dimana Yesus Kristus menjadi kurban penghapusan dosa menjiwai serta memperbaharui hidup kita senantiasa. 5. Hening Sang Guru memberikan kita keteladanan dalam hal hening, dimana Ia senantiasa menjauhkan diri sementara dari keramaian untuk berdoa dan keheningan (Markus 1:35, 6:46, Lukas 9:28). Ketika aktivitas harian mewarnai hidup kita dengan segala kegiatan kerasulan di dunia, adalah perlu keheningan sebelum Misa dimulai untuk merasakan hadirat Allah. https:// spesalvifactisumus.wordpress.com/…/ 5-hal-umum-yang…/ HALAMAN erisai apakah di muka bumi ini yang mampu menahan segala gempuran senjata pemusnah, segala kekacauan, problem hidup dan setiap penderitaan yang mengikutinya? Jawabannya mudah: Hati seorang Ibu. P Senjata penghancur itu memang sungguh akan menggempur habis hati seorang ibu, menyakiti bahkan sampai melukainya. 11 Tetapi ajaibnya hati seorang ibu tidak pernah menjadi betulbetul hancur ataupun musnah. Hati seorang ibu mempunyai senyawa menakjubkan yang disebut self-healing, yang bisa menyembuhkan setiap lukanya sendiri. Senyawa itu biasa disebut orang dengan nama: KETABAHAN.