BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Dan Konsep 2.1.1 Teori Keagenan Teori agensi merupakan teori menggambarkan hubungan antara dua individu yang berbeda kepentingan yaitu prinsipal dan agen. Hendriksen dan Breda (1992) menyatakan bahwa hubungan agensi merupakan hubungan kontraktual antara prinsipal dan agen, prinsipal mendelegasikan tanggung jawab atas tugas tertentu sesuai dengan kontrak yang disepakati atau pengambilan keputusan kepada agen. Agen akan melakukan tindakan terbaik demi kepentingan prinsipal. Prinsipal akan memberikan imbalan atas kerja si agen. Wewenang dan tanggung jawab agen maupun prinsipal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama (Ujiyhanto, 2010). Prinsipal yang dalam hal ini diwakili oleh shareholders menuntut akuntabilitas dari agen yang diwakili oleh manajer melalui pelaporan informasi keuangan perusahaan. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh sebab itu, manajer mempunyai kewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan dimaksudkan untuk digunakan oleh berbagai pihak, termasuk manajemen perusahaan. Namun yang paling berkepentingan 13 dengan laporan keuangan adalah para pengguna eksternal (diluar manajemen) karena pengguna laporan keuangan di luar manajemen berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastian. Sedangkan para pengguna internal (manajemen perusahaan) memiliki kontak langsung dengan perusahaan dan mengetahui peristiwa yang terjadi sehingga tingkat ketergantungan terhadap informasi akuntansi tidak sebesar para pengguna eksternal. Hubungan antara prinsipal dan agen tersebut akan timbul suatu masalah agensi karena adanya konflik kepentingan antara prinsipal dan agen. Praptiorini dan Januarti (2007) mengemukakan bahwa di butuhkan pihak ketiga sebagai mediator pada hubungan antara prinsipal dan agen. Auditor adalah pihak yang di anggap mampu menjembatani kepentingan pihak pemegang saham dan pihak manajer dalam mengelola keuangan perusahaan. Masalah keagenan dapat merugikan pemegang saham karena pemegang saham tidak terlibat langsung dalam pengelolaan perusahaan sehingga tidak memiliki akses yang memadai untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Informasi sepenuhnya dibawah kendali manajer atau agen. Konflik kepentingan yang disebabkan oleh kemungkinan agen tidak selalu bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal dapat mendorong timbulnya biaya keagenan (agency cost). Jensen dan Meckling (1976) menyatakan ada tiga jenis biaya keagenan yaitu: 1) Pengeluaran untuk memantau kegiatan manajerial, seperti biaya audit. 2) Pengeluaran untuk struktur organisasi dengan cara yang membatasi perilaku manajerial yang tidak diinginkan, seperti menunjuk anggota luar dewan direksi atau restrukturisasi bisnis perusahaan unit dan hierarki manajemen. 14 3) Biaya kesempatan yang dapat terjadi ketika pemegang saham dikenakan pembatasan, seperti persyaratan untuk suara pemegang saham pada permasalahan tertentu, membatasi kemampuan manajer untuk mengambil tindakan yang meningkatkan kekayaan pemegang saham. Jadi dengan hal tersebut didapatkan bahwa indikasi audit delay bagi pihak perusahaan emiten adalah diperlukannya biaya agensi untuk mengembalikan kepercayaaan investor seperti biaya untuk pengungkapan informasi tambahan, kaitannya adalah semakin panjang audit delay dan semakin sering audit delay terjadi maka akan semakin besar pula biaya agensi yang harus dikeluarkan. 2.1.2 Teori Signal Teori sinyal (signal) menyatakan bahwa terdapat kandungan informasi pada pengumuman suatu informasi yang dapat menjadi sinyal bagi investor dan pihak potensial lainnya dalam mengambil keputusan ekonomi. Menurut Jama’an (2008) Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Suatu pengumuman dikatakan mengandung informasi apabila dapat memicu reaksi pasar, yaitu dapat berupa perubahan harga saham atau abnormal return. Apabila pengumuman tersebut memberikan dampak positif berupa kenaikan harga saham, maka pengumuman tersebut merupakan sinyal positif. Namun jika pengumuman tersebut memberikan dampak negatif, maka pengumuman tersebut merupakan sinyal negatif. 15 Scott (2010) mengatakan bahwa pengumuman laporan keuangan atau laporan audit merupakan informasi yang penting dan dapat mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan. Manfaat utama teori ini adalah akurasi dan ketepatan waktu penyajian laporan keuangan ke publik. Sedikit sinyal dari perusahaan akan bermanfaat dalam kebutuhan untuk pengambilan keputusan oleh investor. Semakin penjang audit delay menyebabkan ketidakpastian pergerakan harga saham (Wiwik, 2006). Investor dapat mengartikan lamanya audit delay disebabkan karena perusahaan memiliki bad news yang dianggap sebagai sinyal negatif karena tidak segera mempublikasikan laporan keuangannya, yang akan berakibat pada penurunan harga saham perusahaan. 2.1.3 Laporan Keuangan Keiso (2007:2) menerangkan bahwa laporan keuangan merupakan sarana yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak-pihak diluar perusahaan. Menurut SFAC No.2 (dalam Angruningrum, 2013) tentang karakteristik kualitatif dari informasi keuangan menyatakan bahwa informasi keuangan akan bermanfaat bila memenuhi karakteristik kualitas yaitu relevan, andal, memiliki daya banding dan konsistensi, sesuai dengan pertimbangan cost-benefit, dan materialitas. Tujuan laporan keuangan menurut IAI (2007) adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Sedangkan tujuan pelaporan keuangan menurut Kieso dan Weygand (dalam Dwiyanti 2010) adalah untuk memberikan informasi 16 yang berguna dalam keputusan investasi dan kredit, menilai prospek arus kas dan informasi mengenai sumberdaya perusahaan, klaim pada sumber daya tersebut, dan perubahan dalam sumber daya tersebut. Ikatan Akuntan Indonesia (2007) menyatakan para pihak berkepentingan dapat di kategorikan sebagai berikut: 1) Investor Para investor menggunakan laporan keuangan sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan keputusan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi. Selain itu juga untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. 2) Karyawan Laporan keuangan memungkinkan karyawan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja. 3) Pemberi pinjaman Pemberi pinjaman memerlukan informasi keuangan untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. Jadi laporan keuangan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pemberian pinjaman oleh kreditur. 4) Pemasok dan kreditur lain Untuk mengetahui apakah jumlah yang terutang dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 5) Pelanggan 17 Bagi pelanggan merupakan dasar untuk melihat mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama apabila antara perusahaan dan pelanggan terlibat dalam perjanjian jangka panjang. 6) Pemerintah Pemerintah memerlukan informasi keuangan untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. 7) Masyarakat Menyediakan informasi agar masyarakat dapat mengetahui perkembangan kemakmuran perusahaan serta serangkaian aktivitasnya. Selain itu juga perusahaan membantu memberikan kontribusi pada perekonomian nasional termasuk jumlah orang yang dipekerjakan. Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan menjadi berguna bagi pemakai laporan keuangan. Ikatan Akuntan Indonesia (2007) mengemukakan ada empat karakteristik laporan keuangan yang dapat di percaya informasinya : 1) Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang dapat ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk dapat segera dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memilki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas dan bisnis akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang dimasukkan 18 dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dipahami oleh pemakai tertentu. 2) Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, membantu mengkoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dikatkan bahwa informasi yang relevan adalah informasi yang tepat waktu. 3) Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan oleh pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithfull representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Misalnya, jika keabsahan dan jumlah tuntutan atas kerugian dalam suatu tindakan hukum masih dipersengketakan, mungkin tidak tepat bagi perusahaan mengakui jumlah seluruh tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun tepat untuk mengungkapkan jumlah serta keadaan dari tuntutan tersebut. 4) Dapat dibandingkan Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan perusahaan. Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan 19 keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan secara relatif. Salah satu kendala informasi yang relevan dan andal adalah tepat waktu, apabila terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Keempat hal tersebut merupakan syarat utama laporan keuangan yang dapat di katakan laporan keuangan yang berkualitas. Setidaknya perusahaan harus memenuhi keempat karakteristik tersebut agar laporan keuangannya dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak yang berkepentigan. Pelaporan keuangan publik di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No.8 tahun 1995 tentang pasar modal, yang telah diperbaharui dengan Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep36/PM/2003 yang berlaku 16 sejak tanggal 30 September 2003 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala (akhir tahun dan tengah tahunan) yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dari Ikatan Akuntan Indonesia. Pelaporan dan publikasi laporan keuangan tahunan yang diaudit dan laporan tengah tahunan yang tidak diaudit adalah bersifat wajib, sedangkan penyampaian laporan keuangan triwulan bersifat sukarela. 2.1.4 Ketepatan Waktu Keakurasian suatu informasi sangat erat kaitannya dengan ketepatan waktu, suatu informasi apabila telat dalam penyampaiannya ataupun pelaporannya akan mengurangi keefektifan dari informasi tersebut, begitu juga dengan laporan keuangan. Ketepatan laporan keuangan ini berkaitan dengan proses audit dari laporan keuangan itu sendiri. Ketepatan waktu pelaporan keuangan adalah 20 merupakan rentang waktu mengumumkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit kepada publik sejak tanggal tutup buku perusahaan (31 Desember) sampai tanggal penyerahan ke Bapepam-LK. Ketepatan waktu adalah informasi yang ada siap untuk digunakan sebelum kehilangan makna oleh pemakai laporan keuangan serta kapasitasnya masih tersedia dalam pengambilan keputusan (IAI, 2012). Rentang waktu antara tanggal laporan keuangan perusahaan dan tanggal ketika informasi keuangan diumumkan ke publik berhubungan dengan kualitas informasi keuangan yang dilaporkan. Tepat waktu diartikan bahwa informasi harus disampaikan sedini mungkin agar dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut Baridwan (dalam Putra, 2011). Scott (dalam Rachmawati, 2008) mendefinisikan informasi sebagai bukti yang mempunyai potensi untuk mempengaruhi keputusan individual. Namun demikian, informasi baru akan bermanfaat bagi pemakainya apabila informasi tersebut tepat waktu. Chamber dan Penman (dalam Hilmi dan Ali 2008) mendefinisikan ketepatan waktu dalam dua cara yaitu: 1) Ketepatan waktu didefinisikan sebagai keterlambatan waktu pelaporan dari tanggal laporan keuangan sampai tanggal melaporkan. 2) Ketepatan waktu ditentukan dengan ketepatan waktu pelaporan relatif atas tanggal pelaporan yang diharapkan. Sesuai dengan peraturan X.K.2 yang diterbitkan Bapepam dan didukung oleh peraturan terbaru Bapepam, X.K.6 tertanggal 7 Desember 2006, maka penyampaian laporan keuangan tahunan yang telah diaudit dikatakan tepat waktu 21 apabila diserahkan sebelum atau paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan publik tersebut. Sedangkan untuk laporan tengah tahunan, selambat-lambatnya 30 hari setelah tengah tahun buku berakhir. Jika tidak disertai laporan akuntan, selambat-lambatnya 60 hari setelah tengah tahun berakhir. Jika disertai laporan akuntan dalam rangka penelaahan terbatas, selambat-lambatnya 90 hari setelah tengah tahun buku berakhir jika disertai laporan akuntan yang memberikan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Publikasi laporan keuangan auditan merupakan sebuah informasi yang sangat penting dan bermanfaat bagi para pelaku bisnis di Pasar Modal, rentang waktu penyelesaian audit laporan keuangan mengambil andil dalam mempengaruhi manfaat informasi laporan keuangan yang di audit. Suatu ketepatan waktu merupakan suatu hal yang sangat penting dalam penerbitan laporan keuangan dalam persaingan bisnis di pasar modal. Menurut Givoly dan Palmon (dalam Hidayah, 2008) menyatakan bahwa ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan alat yang signifikan dalam memprediksi kesuksesan suatu perusahaan disamping beberapa faktor finansial lainnya maupun pertimbangan mengenai karakteristik pasar. Ketepatan waktu mengandung pengertian bahwa informasi tersedia sebelum kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi atau membuat perbedaan dalam keputusan SFAC (dalam Suwardjono, 2005). 2.1.5 Probabilitas Kebangkrutan Probabilitas merupakan suatu nilai untuk yang berguna untuk mengukur tingkat terjadinya suatu kejadian yang tidak pasti Supranto (dalam Karang, 2015). 22 Menurut Kartono (dalam Karang, 2015), kepailitan atau bangkrut diartikan sebagai suatu sitaan dan eksekusi atas seluruh kekayaan debitur untuk kepentingan krediturnya bersama-sama, yang pada waktu debitur dinyatakan pailit mempunyai piutang dan untuk jumlah piutang yang masing-masing kreditur miliki pada saat itu. Secara ringkasnya yang dimaksud dengan probabilitas kebangkrutan adalah kemungkinan atau prediksi mengenai seberapa besar penderitaan atau kerugian suatu perusahaan yang dapat dilihat dari segi aktivitas keuangannya. Kebangkrutan suatu perusahaan dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan. Laporan Keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat, data keuangan harus dikonversi menjadi informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomis. Hal ini ditempuh dengan cara melakukan analisis dalam bentuk rasio-rasio keuangan. Foster (dalam Almilia dan Kristijadi, 2003) menyatakan empat hal yang mendorong analisis laporan keuangan dengan model rasio keuangan yaitu untuk mengendalikan pengaruh perbedaan besaran antar perusahaan atau antar waktu, untuk membuat data menjadi lebih memenuhi asumsi alat statistik yang digunakan, untuk menginvestigasi teori yang terkait dengan rasio keuangan dan untuk mengkaji hubungan empirik antara rasio keuangan dan estimasi atau prediksi variabel tertentu (seperti kebangkrutan atau profitabilitas kebangkrutan). 23 Kondisi keuangan perusahaan yang buruk akan menyebabkan kebangkrutan, kondisi ini lebih dikenal dengan sebutan financial distress atau perusahaan terancam mengalami kebangkrutan. Financial distress sering kali dapat diartikan dalam tahap yang dekat dengan kebangkrutan yang ditandai dengan adanya ketidakpastian profitabilitas perusahaan pada masa yang akan datang. Selain itu, financial distress juga didefinisikan sebagai tahap penurunan kondisi keuangan sebelum terjadi kebangkrutan. Platt dan platt (2002) menyatakan bahwa kegunaan informasi financial distress dalam perusahaan adalah supaya manajemen dapat mempercepat tindakan perbaikan dan juga pencegahan masalah sebelum kebangkrutan benar-benar terjadi. Misalnya saja pihak perusahaan dapat mengambil tindakan merger atau take over dengan perusahaan lain agar perusahaan mampu untuk membayar hutang dan mengelola perusahaan dengan baik. Jika perusahaan mampu untuk memprediksi kemungkinan terjadinya kondisi financial distress, maka perusahaan juga dapat menggunakannya sebagai tanda peringatan awal akan adanya kemungkinan kebangkrutan pada masa yang akan datang. Kebangkrutan sering dikatakan suatu keadaan atau situasi dalam hal ini perusahaan telah gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban-kewajiban kepada debitur karena perusahaan mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya sehingga tujuan ekonomi suatu perusahaan tidak dapat dicapai lagi yaitu profit. Masalah yang berkaitan dengan kebangkrutan semakin cenderung muncul apabila suatu perusahaan menyertakan lebih banyak utang dalam 24 struktur modalnya. Ancaman kebangkrutan bukan hanya kebangkrutan itu sendiri tetapi juga berbagai masalah yang ditimbulkannya, seperti karyawan penting keluar, pemasok menolak memberikan kredit, pelanggan mencari perusahaan lain yang lebih stabil, dan pemberi pinjaman meminta suku bunga yang lebih tinggi serta menetapkan syaratsyarat yang lebih ketat pada kontrak pinjaman. Kebangkrutan akan cepat terjadi di negara yang sedang mengalami kesulitan ekonomi, karena kesulitan ekonomi akan memicu semakin cepatnya kebangkrutan perusahaan yang mungkin tadinya sudah buruk dalam hal keuangan kemudian semakin buruk dan bangkrut. Perusahaan yang sehat pun akan mengalami kesulitan dalam pemenuhan dana untuk kegiatan operasional akibat adanya krisis ekonomi tersebut. Dari hal tersebut dapat diketahui proses kebangkrutan tidak semata-mata disebabkan oleh faktor ekonomi tetapi juga disebabkan oleh faktor yang lain yang sifatnya non ekonomi. 2.1.6 Kualitas KAP Kualitas KAP dapat diproksi dengan kualitas aditor dimana semakin baik kualitas auditan dari suatu kantor akuntan publik maka akan menimbulkan persepsi baik pula terhadap kantor akuntan publiknya (Febriatry, 2011). Hapsari (2012) menyatakan bahwa seorang auditor di tuntut untuk menghasilkan laporan audit yang berkualitas karena laporan keuangan tersebut akan menjadi acuan berbagai pihak dalam membuat keputusan. Angelo (1981) menyebutkan bahwa kualitas audit sebagai probabilitas dimana 25 seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Dalam menghasilkan audit yang berkualitas, kantor akuntan publik harus menyadari adanya tanggung jawab kepada publik, klien, dan kepada semua praktisi, termasuk prilaku terhormat, bahkan jika hal tersebut berarti melakukan pengorbanan atas kepentingan pribadi (Alvin, 2008). Hasil kualitas tidak bisa diamati secara langsung sehingga pengukuran variabel kualitas audit maupun kantor akuntan publik menjadi sulit untuk dioperasionalkan mengatasi permasalahan ini, para peneliti kemudian mencari surogasi atau indikator pengganti dari kantor akuntan publik. Defond dan Jimbalvo (dalam Sanjaya, 2008) menyatakan bahwa dimensi kantor akuntan publik yang paling sering digunakan dalam penelitian adalah ukuran kantor akuntan publik atau KAP, karena nama baik perusahaan atas KAP yang di mengauditnya dianggap merupakan gambaran yang paling penting. Menurut Yuliana dan Ardiati (2004) Kantor Akuntan Publik di Indonesia dibagi menjadi KAP the big four dan Kantor Akuntan Publik non the big four. Kualitas auditor dapat diketahui dari besarnya kantor akuntan publik yang melaksanakan pengauditan laporan keuangan tahunan, bersandar pada apakah Kantor Akuntan Publik (KAP) berafiliasi dengan the big four atau tidak. Penelitian Wooten yang memaparkan Teori De Angelo (dalam Yuliana dan Ardiati, 2004) menunjukkan bahwa the big four cenderung menyajikan audit yang lebih baik dibandingkan dengan non big four, karena mereka memiliki nama baik yang dipertaruhkan. Selain itu, KAP besar lebih banyak mengeluarkan pendapat going concern dari pada KAP kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa KAP besar 26 lebih menginginkan untuk mengambil sikap yang tepat dalam mengeluarkan pendapat yang sesuai dan memiliki kemampuan teknis untuk mendeteksi going concern perusahaan sehingga menarik klien lebih banyak sehingga dapat dikatan memiliki kualitas yang baik. Adapun kategori the big four di Indonesia yaitu: 1) KAP Price Waterhouse Coopers (PWC), bekerjasama dengan KAP Drs. Hadi Sutanto & Rekan, Haryanto Sahari & Rekan. 2) KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), bekerjasama dengan KAP Sidharta-Sidharta & Widjaja. 3) KAP Ernest & Young (E & Y), bekerjasama dengan KAP Prasetio, Sarwoko, & Sanjadja. 4) KAP Deloitte Touche Thomatsu (Deloitte), bekerjasama dengan KAP Hans Tuanakotta & Mustofa, Osman Ramli Satrio &Rekan. Kantor Akuntan Publik yang lebih besar, kualitas audit yang dihasilkan juga lebih baik. Auditor berkualitas merupakan berita baik bagi investor, sehingga manajemen akan segera menyampaikan laporan keuangan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik yang memiliki reputasi baik. 2.1.7 Audit Delay Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan yang telah diaudit dapat menjadi dasar pengukuran tingkat profesionalitas seorang auditor. Ketepatan waktu dari penyajian pelaporan keuangan memiliki dampak yang material terhadap evaluasi dari proses audit karena laporan keuangan tidak dapat dipublikasikan jika proses audit belum dapat ditarik hasilnya (Johnson, 1998). Kinerja auditor dalam melakukan proses audit memiliki peran besar dalam 27 ketepatan waktu penyajian laporan keuangan kepada publik. Penyelesaian proses audit sesuai batas waktu yang telah ditentukan dapat dijadikan dasar penentuan kualitas audit seorang auditor. Dikarenakan auditor yang berkualitas akan segera menyelesaikan proses auditnya karena hal tersebut dapat mencerminkan kecakapan auditor dalam melakukan proses audit (Johnson, 1998). Audit delay atau dalam beberapa penelitian sebagai audit reporting lag didefinisikan sebagai selisih waktu antara berakhirnya tahun fiskal sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit. Dyer (1975) membagi keterlambatan atau lag menjadi: Preliminary Lag, yaitu interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai dengan tanggal diterimanya laporan keuangan pendahulu oleh pasar modal, Auditor’s Signature Lag, yaitu interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai dengan tanggal yang tercantum dalam laporan auditor. Total Lag, yaitu interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai dengan tanggal diterimanya laporan keuangan tahunan publikasi oleh pasar modal. Audit delay merupakan salah satu istilah bagian dari auditing yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Menurut American Accounting Assosiation Committe dalam Basic Accounting Concept mendefinisikan auditing sebagai suatu proses yang sistematis dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan pernyataan-pernyataan tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi pernyataan-pernyataan untuk tersebut menentukan dengan kriteria tingkat yang hubungan ditetapkan antara dan mengkomukasikan hasilnya dengan pihak-pihak yang berkepentingan (Alderman, 2002). Auditor membutuhkan waktu yang cukup untuk menghasilkan opini audit 28 yang obyektif, hal ini dikarenakan proses audit harus sesuai dengan prosedur yang berlaku. Di lain pihak laporan keuangan harus diterbitkan di BEI tepat waktu, agar relevansi dari laporan keuangan tersebut tidak berkurang atau bahkan hilang. Tepat waktu diartikan bahwa informasi harus disampaikan sedini mungkin agar dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut (Rachmawati, 2008). Audit delay dapat berdampak pada ketepatan waktu informasi akuntansi yang disampaikan, informasi yang disampaikan berdampak pada reaksi pasar sejak informasi tersebut disampaikan (Asthon et al, 1987). Semakin banyak audit delay akan berakibat semakin panjang pula penyampaian informasi kepada penggunanya. Laporan keuangan dalam penerbitannya apabila terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Standar Akuntansi Keuangan (2009) menyatakan bahwa ketepat waktu penyampaian laporan keuangan menjadi kendala bagi informasi yang relevan dan handal. Laporan keuangan yang berisi informasi yang berupa pengumuman laba akan berdampak pada investor, dimana mempengaruhi investor untuk menunda pembelian atau penjualan sekuritasnya sampai dengan diterbitkannya laporan keuangan auditan perusahaan. Ketepatan waktu perusahaan ketika mempublikasi laporan keuangan kepada investor ataupun mayarakat umum tergantung dari ketepatan waktu auditor dalam menyelasaikan pekerjaanya dalam mengaudit perusahaan yang bersangkutan. Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan sangatlah penting karena ketepatan ini bukan saja berpengaruh pada nilai dan kualitas laporan keuangan 29 tersebut namun juga membawa reaksi yang sangat negatif bagi pasar. Dengan keadaan demikian menyebabkan ada kemungkinan hal negatif terjadi seperti reputasi auditor dan kualitas auditor dimata masyarakat yang akan jatuh apabila terlalu lama seorang auditor mengeluarkan laporan keungan yang telah di auditnya, sehingga para pemakai laporan keuangan akan ragu terhadap kualitas informasi yang di publikasikan. 2.1.8 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu telah banyak di lakukan untuk mengkaji faktor-faktor terjadinya audit delay pada penerbitan laporan keuangan. Mereka mencoba menggunakan berbagai faktor antara lain, ukuran perusahaan, opini sebelumnya, profitabilitas, solvabilitas, reputasi auditor, kualitas auditor, ukuran KAP, spesialisi industri dan beberapa faktor lainnya lagi. Akan tetapi dari sekian penelitian masih ada ketidak konsistenan terhadap penyebab dari audit audit delay ini. Perbedaan hasil penelitian ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu, sampel, proksi yang digunakan, teknik analisis serta metode penelitian yang berbeda-beda. Tabel dibawah ini merangkum beberapa hasil penelitian, serta teknik analisis yang digunakan dalam mendeteksi atau mengetahui pengaruh faktorfaktor yang mempengaruhi adanya fenomena audit delay yang terjadi saat penerbitan laporan keuangan. Dengan adanya penelitian terdahulu diharapkan dapat menjadi refrensi bagi penulis dalam melakukan penelitian. Ringkasan penelitian terdahulu disajikan dalam bentuk tabel yang berisi nama dan tahun penelitian, variabel serta proksi yang digunakan, data dan alat analisis serta hasil penelitian. Tabel ringkasan penelitian terdahulu disajikan dalam Tabel 2.1 berikut 30 Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No 1 No 2 Nama Peneliti Variabel Lai dan M.C.Cheuk, 2005, Audit Delay, Audit Partner Rotation and Audit Firm Rotation: Evidence from Australia Independen: Audit Partner Rotation, Audit Firm Rotation, Total Assets, Loss, Subsidiaries, Industry Clasification, Audit Opinion, Probability of Bankcuptcy, End of Report, Auditor, Stucture Audit Firm, Provision audit service Dependen: Audit Delay Nama Peneliti Febriaty,2011, Faktor-Faktor Variabel Independen: Ukuran Perusahaan,Tingkat 31 Tehnik Analisis Data Regresi Berganda Tehnik Analisis Data Regresi Linier Hasil Penelitian 1. Rata-rata audit delay adalah 73 hari 2. Audit Partner Rotation dan Audit Firm Rotation tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. 3. Ada dua jenis lags yang tersedia di Australia: Preliminary Lags dan Earnings Announcemet Lags. Hasil Penelitian Ukuran Perusahaan, Yang Mempengaruhi Terhadap Audit Delay Perusahaan Sektor Perdagangan Yang Terdaftar Di BEI Periode 20072009 Leverage,Kualitas KAP. Dependen: Audit Delay Berganda tingkat leverage, mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Sementara variabel kualitas KAP tidak berpengaruh terhadap audit Delay. 3 R.Rulick Setyahadi ,2012, Pengaruh Probabilitas Kebangkrutan Terhadap Audit Delay Independen: Probabilitas Kebangkrutan Dependen: Audit Delay Regresi Linear Sederhana Hasil penelitian menunjukkan bahwa audit delay berpengaruh oleh probabilitas kebangkrutan 4 Silvia Angruningrum dan Made Gede Wirakusuma,2013, Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Kopleksitas Operasi, Reputasi KAP dan Komite Audit Pada Audit Delay Independen: Profitabilitas, Leverage, Kopleksitas Operasi, Reputasi KAP dan Komite Audit Dependen: Audit Delay Regresi Linier Berganda Variabel yang berpengaruh terhadap keterlambatan audit hanya variabel leverage sedangkan untuk variabel lainnya yaitu profitabilitas, kompleksitas operasi perusahaan, reputasi KAP, dan komite audit tidak mempengaruhi audit delay No 5 Nama Peneliti Variabel Rio Ferdianto,2011, Pengaruh Ukuran Independen: Ukuran 32 Tehnik Analisis Data Regresi Linier Hasil Penelitian Hasil penelitian menerangkan 6 7 No 8 Perusahaan Profitabilitas Solvabilitas Opini Auditor Dan Reputasi KAP Terhadap Audit Delay Pada Perusahaan Sektor Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Novice Lianto dan Budi Hartono Kusuma,2010, Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay Lestari Dewi. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengeruhi Audit Delay: Studi Empiris Pada Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Nama Peneliti Subekti, Imam. Perusahaan Profitabilitas Solvabilitas Opini Auditor Dan Reputasi KAP Audit Dependen: Audit Delay variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, opini auditor, dan reputasi KAP berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Independen: Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Jenis Industri Dependen: Audit Delay Regresi Berganda Independen: Ukuran Perusahaan Profitabilitas, Kualitas Auditor, Solvabilitas, Opini Auditor. Dependen: Audit Delay Regresi Berganda Variabel Tehnik Analisis Data Regresi Independen : 33 Profitabilitas, Solvabilitas, Umur Perusahaan berpengaruh pada audit delay Ukuran Perusahaan, Jenis Industri tidak berpengaruh pada audit delay Profitabilitas, Solvabilitas, dan Kualitas Auditor berpengaruh pada audit delay Ukuran Perusahaan dan Opini Auditor tidak berpengaruh pada audit delay Hasil Penelitian Hasil penelitian 9 dan N.W. Widiyanti. 2004, Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay di Indonesia Profitabilitas, ukuran perusahaan, sektor industri, opini auditor, KAP Big5 Dependen: Audit Delay Berganda menjelaskan Ukuran Perusahaan, Laba/Rugi Operasi, dan Opini Auditor berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay Alvina Noor Arifa, 2013, Pengembangan Model Audit Delay dengan Audit Report Lag dan Audit Total Lag Independen: Ukuran KAP,Opini Audit,Audit Commite Size Dependen: Audit Report Lag dan Audit Total Lag Regresi Berganda Hasil penelitian menjelaskan Ukuran KAP, opini audit, dan audit commitee size berpengaruh baik secara simultan maupun parsial terhadap audit report lag maupun total lag. Sumber: Data diolah, 2016 2.2 Hipotesis Penelitian 2.1.1 Pengaruh Probabilitas Kebangkrutan terhadap Audit Delay Perusahaan yang diduga memiliki probabilitas kebangkrutan yang lebih besar cenderung akan mengalami audit delay yang lebih panjang (Setyahadi, 2012). Hal ini disebabkan ketika perusahaan mengalami kesulitan keuangan, cenderung akan terjadi penundaan pelaporan keuangan karena auditor memerlukan waktu yang lebih lama dalam proses audit dan juga auditor memerlukan data tambahan yang diperlukan untuk dapat menghasilkan opini yang sesuai dengan kondisi perusahaan tersebut. 34 Analisis prediksi kebangkrutan merupakan analisis yang dapat membantu perusahaan untuk mengantisipasi kemungkinan perusahaan akan mengalami kebangkrutan yang disebabkan oleh masalah-masalah keuangan. Metode Z-Score (Altman) adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan (Supardi, 2003). Suatu perusahaan yang memiliki probabilitas kebangkrutan yang tinggi dengan nilai z-score yang rendah cenderung akan menunda untuk menyampaikan laporan keuangannya kepada publik. Hal ini disebabkan karena probabilitas kebangkrutan yang tinggi dengan nilai z-score yang rendah pada laporan keuangannya merupakan bad news bagi perusahaan dan jika dipublikasikan kepada publik maka dapat memperburuk citra perusahaan (Persephony, 2013). Halim (2000), melakukan penelitian tentang audit delay di Indonesia dengan menggunakan sampel 287 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1997. Variabel independen yang digunakan antara total revenue, jenis industri, bulan penutupan buku tahunan, lamanya menjadi klien KAP, rugi/laba operasi, tingkat profitabilitas, jenis opini. Hasil penelitian multivariate menunjukkan bahwa ketujuh faktor tersebut secara serentak sangat berpengaruh terhadap audit delay, namun yang konsisten berpengaruh adalah tahun buku dan pelaporan kerugian. Subekti dan Widiyanti (2004) berhasil membuktikan bahwa audit delay yang panjang dialami oleh perusahaan yang tingkat profitabilitasnya tinggi, ukuran perusahaan besar, perusahaan non finansial mendapatkan opini non WTP dan diaudit oleh KAP besar (the big four). 35 Setyahadi (2012) menyatakan bahwa probabillitas kebangkrutan berpengaruh positif dengan audit delay. Schwartz dan Soo (1986), dalam penelitiannya mengemukakan bahwa perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan akan mengalami audit delay yang lebih panjang jika dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Selanjutnya dikembangkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lai dan M.C.Cheuk (2005) dalam penelitiannya tentang pengaruh rotasi partner audit dan rotasi kantor akuntan publik terhadap audit delay pada perusahaan di Australia dimana perusahaan-perusahaan di Australia dengan melakukan perhitungan probabilitas kebangkrutan menggunakan Zmijewski model didapat bahwa probabilitas kebangkrutan untuk perusahaan-perusahaan di Australia berpengaruh positif terhadap audit delay. Serta penelitian yang dilakukan oleh Walker dan David (2008) yang meneliti dampak jasa non-audit pada audit delay pada perusahaan di New Zealand, menggunakan variabel probabilitas kebangkrutan sebagai proksi untuk mengetahui kesulitan keuangan suatu perusahaan, ditemukan bahwa probabilitas kebangkrutan berpengaruh positif terhadap audit delay. Berdasarkan uraian tersebut adapun hipotesis penelitian yang dirumuskan adalah sebagai berikut. H1 : probabilitas kebangkrutan berpengaruh positif terhadap audit delay. 2.1.2 Pengaruh Kualitas KAP Terhadap Audit Delay Penelitian yang dilakukan Ashton et al (dalam Utami, 2006), menemukan bahwa audit delay akan lebih pendek bagi perusahaan yang diaudit oleh KAP yang tergolong besar. Beberapa penelitian membuktikan dan berargumen bahwa 36 KAP besar memiliki insentif lebih besar untuk mengaudit lebih akurat karena mereka memiliki lebih banyak hubungan spesifik dengan klien, hubungan tersebut akan hilang jika mereka memberikan laporan yang tidak akurat Lennox, 1999 (dalam Astria 2011). Selain itu karena KAP besar memiliki sumber daya yang lebih besar dibandingkan dengan KAP kecil, sehingga mereka memiliki resiko terancam (exposed) oleh tuntutan hukum pihak ketiga yang lebih besar bila menghasilkan laporan audit yang tidak akurat dan keliru. Hal ini diasumsikan karena KAP besar memiliki karyawan dalam jumlah yang besar, dapat mengaudit lebih efisien dan efektif, memiliki jadwal yang fleksibel sehingga memungkinkannya untuk menyelesaikan audit tepat waktu, dan memiliki dorongan yang lebih kuat untuk menyelesaikan auditnya lebih cepat, guna menjaga reputasinya. KAP besar juga memiliki lebih banyak pengalaman yang membuat mereka dapat melakukan tugas audit lebih cepat. KAP ini dapat menjalankan pengauditan secara lebih efisien dan efektif, serta memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi dalam penjadwalan audit. Febrianty (2011) menyatakan kualitas KAP dikatakan berpengaruh signifikan terhadap audit delay, karena sebagian besar perusahaan sudah menggunakan jasa audit Kantor Akuntan Publik the big four yang dapat melakukan auditnya dengan cepat dan efisien Gilling (dalam Lestari Dewi, 2010) menunjukkan adanya korelasi positif antara audit delay dan kualitas auditor yang di lihat dari KAP the big four. Literatur yang ada memaparkan bahwa KAP besar, dalam hal ini the big four, cenderung lebih cepat menyelesaikan tugas audit yang mereka terima bila dibandingkan dengan non big four dikarenakan reputasi yang harus mereka jaga 37 (Hossain dan Taylor, 1998). Sekiranya dengan hal tersebut maka tidak, ada kemungkinan mereka akan kehilangan pekerjaan pengauditan untuk tahun-tahun berikutnya sebab dinilai kurang kompeten. Kualitas KAP dikatakan berpengaruh siginifikan terhadap audit delay, dilihat dari sebagian besar perusahaan yang sudah menggunakan jasa audit KAP the big four melakukan auditnya dengan cepat dan efisien (Rachmawati, 2008). Jadi perusahaan yang di audit oleh the big four akan memiliki waktu audit delay lebih singkat ketimbang perusahaan yang diaudit oleh non big four karena kualitas KAP the big four cenderung lebih baik. Dari penjelasan di tersebut maka dapat di tarik hipotesis sebagai berikut. H2 : Kualitas KAP berpengaruh positif terhadap audit delay 2.1.3 Kualitas KAP Memoderasi Hubungan Probabilitas Kebangkrutan Pada Audit Delay Sering kali keterlambatan penyampaian laporan keuangan diakibatkan oleh tingkat kesulitan auditor dalam mengaudit laporan keuangan salah satunya dalam menilai probabilitas kebangkrutan perusahaan. Hal ini menuntut KAP harus memiliki sumberdaya yang baik atau berkualitas agar meminimalisir terjadinya keterlambatan penyampaian laporan keuangan. De Angelo (1981) menyebutkan bahwa kualitas audit sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Jadi dengan hal ini ketelitian, kecermatan, dan keahlian merupakan syarat dari KAP yang berkualitas, apabila kemampuan tersebut telah dimiliki maka keterlambatan akan dapat di minimalisir. 38 John dan Lys,1990 (dalam Naim, 1999) menyatakan bahwa auditor yang tergolong besar memiliki dorongan untuk mengembangkan dan memasarkan keahlian mengenai kepatuhan terhadap Stock Exchange Commision (SEC) dari pada auditor yang tergolong kecil. Dalam hal ini kantor akuntan publik yang tergolong besar akan memberikan informasi kepada klien tentang peraturan SEC yang baru dan meminta klien untuk mematuhinya. Scwartz dan Soo, 1996 (dalam Naim, 1999) mengatakan bahwa keterlambatan laporan keuangan lebih sering di lakukan oleh auditor kecil karena sumberdaya yang mereka miliki terbatas. Keterbatasan sumber daya ini yang akan menjadi kendala dalam menilai probabilitas kebangkrutan dan pada akhirnya akan menjadi penyebab audit delay. Waktu audit yang cepat cenderung merupakan salah satu cara KAP dengan kualitas tinggi untuk mempertahankan reputasi mereka (Marwanti Tiwuk, 2015). DeAngelo (1981) berpendapat bahwa auditor besar akan lebih independen, dan karenanya akan memberikan kualitas yang lebih tinggi atas audit. Ahmad dan Komarudin, 2001 (dalam Utami, 2006) timeliness pada KAP big four akan lebih pendek dibandingkan timeliness pada KAP kecil. Hasil tersebut sesuai juga dengan penelitian Ashton, William, dan Elliot (1987), Schwartz dan Soo (1996) yang menemukan bahwa timeliness akan lebih pendek bagi perusahaan yang diaudit oleh KAP yang tergolong besar. Berdasarkan penjelasan inilah penelitian ini menjadikan variabel kualitas KAP yang di proksi sebagai KAP big four dan KAP non big four dalam memoderasi pengaruh probabilitas kebangkrutan terhadap audit delay. Maka diperoleh hipotesis penelitian sebagai berikut. 39 H3 : Kualitas KAP memoderasi pengaruh probabilitas kebangkrutan pada audit delay. 40