PERAN MODAL SOSIAL TERHADAP PERKEMBANGAN PEDAGANG KAKI LIMA ASAL DAERAH PADANG DI SANDRATEX REMPOA CIPUTAT Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh BIMO HARYO UTOMO NIM: 109054100016 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 Lembar Pernyataan Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar S1 di Universita Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universita Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universita Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, Januari 2015 Bimo Haryo Utomo ABSTRAK Bimo Haryo Utomo Peran Modal Sosial terhadap Perkembangan Pedagang Kaki Lima Asal Daerah Padang di Sandratex Rempoa Ciputat. Perkembangan jumlah pedagang kaki lima mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pedagang kaki lima yang terdapat di Sandratex antara lain pedagang kebutuhan rumah tangga, pakaian, masakan matang, dan pedagang lainya. Salah satu usaha pedagang kaki lima yang telah mampu menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan adalah pedagang kaki lima. Sekitar tahun 2002-an jumlah pedagang kaki lima di Sandratex hanya sekitar 5 pedagang dan sampai saat ini jumlah pedagang kaki lima tersebut menjadi lebih dari 150 pedagang kaki lima. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih dalam tentang peran modal sosial terhadap perkembangan pedagang kaki lima asal daerah padang di Sandratex Rempoa Ciputat. Penelitian ini dilaksanakan di Sandaratex, Kelurahan Rempoa Ciputat dengan menggunakan pendekatan Kualitatif yang kemudian dituangkan dalam metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi mendalam mengenai kegiatan paguyuban arisan pedagang kaki lima dan aktivitas perkembangan pedagang kaki lima. Kegiatan paguyuban arisan PKL dibentuk untuk menjalin rasa kekeluargaan antar pedagang, mempererat hubungan persaudaraan, memperluas jaringan kerja sama dengan kelompok pedagang lainya, mempermudah untuk mendapatkan modal usaha yang didapatkan dari hasil arisan pedagang, memperoleh hasil keuntungan berdagang yang meningkat karena dengan berdagang berkelompok banyak mengundang pembeli di pusat keramaian manapun, jadi dengan adanya kegiatan paguyuban arisan ini banyak manfaat yang didapatkan pedagang. Modal sosial yang telah berperan dalam membangun norma aturan yang disepakati antar pedagang yaitu aturan dalam berdagang tidak saling menjatuhkan antar pedagang, bersaing secara sehat antar pedagang, tidak terjadinya konflik antar pedagang, trust saling menghormati antar pedagang, saling membantu antar pedagang baik pada saat berjualan maupun tidak berjualan, rasa percaya untuk meminjamkan modal usaha, jaringan terdapatnya informasi letak lokasi berdagang, terdapatnya modal usaha yang didapatkan antar pedagang, suplai barang dagangan yang didapatkan pedagang menjadi mudah, murah, dan menguntungkan. Dalam taraf ini PKL telah mampu memberikan manfaat bahwa modal sosial sebagai salah satu faktor penting dalam kegiatan perekonomian masyarakat i Kata Pengantar Segala puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan segala karunia besar-Nya kepada kita semua, penggenggam setiap kejadian, pengangkat setiap kemuliaan dan penyempurna kebahagiaan. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai hamba pilihan yang membimbing umatnya untuk menemui jalan Tuhan-Nya dan seluruh keluarga, sahabat serta umat-Nya sepanjang zaman. Hanya ucapan alhamdulillahi rabbil alamin yang tiada terkira penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Besar, Maha Pengasih dan Maha Penentu Segalanya karena dengan kasih sayangNya, ridhoNya, kebesaranNya telah memberikan kelancaran serta kemudahan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran Modal Sosial Terhadap Perkembangan Pedagang Kaki Lima Asal Daerah Padang Di Sandratex Rempoa Ciputat”. Dengan selesainya skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih kepada pihakpihak yang telah membantu, memberikan dorongan serta motivasinya, diantaranya: 1. Rektor UIN Jakarta Prof. Dr. Dede Rosyada, MA dan segenap civitas akademik UIN Jakarta yang telah menyediakan fasilitas dan wadah bagi penulis dan kawan-kawan mahasiswa untuk mengembangkan potensi diri. 2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Arief Subhan, M.Ag beserta jajaran Pudek-Pudek Fakultas atas keramahan, perhatian, ii teguran, nasihat, bimbingan daan ketidak terbatasan pelimpahan ilmunya kepada penulis selama 4 (empat) tahun kuliah di UIN Jakarta. 3. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Program Studi Kesejahteraan Sosial, Siti Napsiyah, MSW dan Ahmad Zaky, M.Si. 4. Ahmad Zaky, M.Si selaku dosen pembimbing Skripsi, yang dengan sabar dan penuh pengertian membimbing penulis serta memberikan solusi dan waktu untuk bersama-sama berdiskusi dan yang telah banyak meluangkan waktunya serta banyak memberikan masukan kepada penulis mengenai penelitian yang penulis kerjakan semoga Allah SWT memberikan kesehatan. 5. Dosen-dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial tercinta dan favorit selama kuliah di UIN Jakarta yang telah banyak membantu sehingga penulis bisa seperti sekarang ini. 6. Kepada kedua orang tua yang sangat penulis sayangi, Babeh Slamet Riyadi, dan Mamih Suparni yang telah memberikan support, baik moril maupun materil. Berkat doa Mamih dan Babeh, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan perlindungan, kesehatan dan keselamatan kepada Babeh dan Mamih. 7. Kakakku Mba Hanny, Mba Winna, Kakak Iparku Bang Oom, dan Keponakanku yang paling manis Ameerah yang juga tak henti-hentinya memberikan semangat, nasihat dan selalu memberikan perhatian dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. iii 8. Terima kasih juga untuk Keluarga besar Mbah Rameli, Keponakan, Budeh, Pakdeh, dan Mbah pokoknya yang selalu memberikan doa yang terbaik untuk penulis. 9. Terima kasih juga untuk para informan dan kelompok paguyuban arisan pedagang kaki lima Sandratex yang telah bersedia penulis wawancarai berkaitan dengan pengumpulan data dalam penulisan skripsi. 10. Dan terakhir juga yang terpenting, untuk semua sahabat-sahabat KESSOS angkatan 2009 terbaik, terhebat, terkompak yang menemani, membantu kapanpun, apapun dan dimanapun dan dalam keadaan yang bagaimana pun selalu memberikan kenangan indah persahabatan, kebersamaan, pertemanan terutama Bro Man (Sahabat) Aldi, Panji, Ugi, Fahry, Maygie, Ali, Wanto, Dony, Ajib, Kuro, Ghoz, Syamsudin dan Heru. terima kasih! Akhirnya, masukan saran dan kritik semoga memberikan tambahan ilmu yang berharga bagi penulis untuk terus belajar dan memperbaiki diri dalam mengamplikasikan ilmu yang didapat semoga skripsi penulis yang telah dibuat memberikan banyak manfaat dan ilmu yang banyak untuk pembaca maupun penulis. Jakarta, 30 Desember 2014 Penulis iv DAFTAR ISI ABSTRAK ...................................................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... DAFTAR TABEL............................................................................................ DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... BAB I i ii v vii viii PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................ B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 1. Tujuan Penelitian ................................................................. 2. Manfaat Penelitian .............................................................. D. Tinjauan Kepustakaan ............................................................... E. Metode Penelitian ...................................................................... F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ G. Sistematika Penulisan ............................................................... 1 8 9 9 9 10 12 16 19 TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Peran ...................................................................... B. Modal Sosial ............................................................................ 1. Sejarah Modal Sosial ......................................................... 2. Pengertian Modal Sosial .................................................... 3. Komponen Modal Sosial ..................................................... a. Trust............................................................................... b. Jaringan.......................................................................... c. Norma ............................................................................ C. Pengertian Perkembangan ....................................................... D. Pedagang Kaki Lima ................................................................. 1. Sejarah Pedagang Kaki Lima ............................................. 2. Kegiatan Usaha Pedagang Kaki Lima ................................. 3. Letak Lokasi Usaha Pedagang Kaki Lima........................... 21 23 23 24 28 28 30 30 32 34 34 37 41 BAB III PROFIL KELURAHAN REMPOA A. Profil Kelurahan Rempoa ........................................................ 1. Kondisi Geografis................................................................ B. Kondisi Demografi Desa ........................................................ C. Kondisi Psikografi Desa .......................................................... 1. Pengaruh Lingkungan Geografis ......................................... 44 44 47 50 50 BAB II v D. Permasalahan ........................................................................... 1. Permasalahan Sarana dan Prasarana.................................... 2. Permasalahan Pengembangan SDM .................................... 3. Permasalahan Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif .............................................................................. 4. Permasalahan Sosial ............................................................ 5. Visi, Misi, dan Prinsip dari Masyarakat .............................. 6. Tujuan.................................................................................. 7. Prinsip.................................................................................. BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Perkembangan Pedagang Kaki Lima Sandratex........................ B. Peran Modal Sosial Terhadap Perkembangan Pedagang Kaki Lima ............................................................... 1. Kegiatan Paguyuban Arisan Pedagang Kaki Lima.............. 51 51 52 53 54 54 55 56 57 58 58 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. 80 B. Saran ............................................................................................ 81 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 83 LAMPIRAN vi DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Perkembangan UMKM Tahun 2012 .............................. 2 Tabel 1.2 Jumlah Informan ............................................................ 15 Tabel 3.1 Data penduduk menurut kelompok pendidikan .............. 48 Tabel 3.2 Data penduduk menurut mata pencarian ........................ 48 Tabel 4.1 Temuan Dan Analisis Data Lapangan ............................ 77 vii DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Peta Wilayah Rempoa .................................................... 44 viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan usaha mengajukan konsep tentang usaha skala kecil/menengah dengan lebih menekankan pada kualitas/mutu dari pada kriteria kuantitatif untuk membedakan perusahaaan usaha kecil-menengah dan besar merupakan bagian kekuatan pendorong pembangunan ekonomi. Selain berperan untuk mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi dalam peningkatan pendapatan masyarakat, kegiatan usaha juga mampu menyediakan lapangan kerja dan lapangan usaha. Terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia seharusnya menjadikan masyarakat terpacu untuk mencari peluang usaha sendiri agar tidak tergantung pada lembaga tertentu yang menyediakan pekerjaan.1 Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UKM mempunyai peranan yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di negara kita sejak beberapa waktu yang lalu, di mana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor usaha kecil dan menengah (UKM) terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut. Mengingat pengalaman yang telah dihadapi 1 Dr. Sartika Tiktik Partomo M.S, Ekonomi Skala Kecil/Menengah & Koperasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), h. 19 1 2 oleh Indonesia selama krisis, kiranya tidak berlebihan apabila pengembangan sektor swasta di fokuskan pada UKM, terlebih lagi unit usaha ini seringkali terabaikan hanya karena hasil produksinya dalam skala kecil dan belum mampu bersaing dengan unit usaha lainnya.2 Kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan usaha kecil menengah (UKM) dalam jangka panjang bertujuan untuk meningkatkan potensi dan partisipasi aktif UKM dalam proses pembangunan nasional, khususnya dalam kegiatan ekonomi dalam rangka mewujudkan pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan. Terlebih lagi keberhasilan kegiatan perekonomian masyarakat baik di perkotaan maupun perdesaan sebagian besar banyak dibantu oleh kegiatan usaha yang masih didominasi oleh usaha-usaha skala mikro dan kecil dengan pelaku utama para petani, buruh tani, pedagang sarana produksi dan hasil pertanian, pengolah hasil pertanian, serta industri rumah tangga.3 Table 1.1 Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) Tahun 2012.4 No 1 2 Indikator Unit Usaha Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tenaga Kerja Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 2 Tahun 2012 56.534.592 107.657.509 Ibid.,h. 20 Ibid.,h. 25 4 www.depkop.go.id/data-usaha-mikro-kecil-menengah-umkm-dan-usaha-besar-ubtahun-2011-2012 (Diakses pada 3 September 2013, Pukul 14.30 WIB). 3 3 Data tersebut sekilas memberikan gambaran betapa besarnya aktivitas perkembangan data usaha UMKM di Indonesia dan dampaknya bagi kemajuan ekonomi bangsa. Oleh sebab itu, usaha kecil dalam kehidupan masyarakat, tidak dapat dipandang sebelah mata walaupun dalam pengembangannya seringkali menghadapi berbagai hambatan terutama dalam persaingan dengan usaha besar. Upaya yang di lakukan pemerintah dalam pengembangan UKM perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari pemerintah maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi lainnya. Kebijakan pemerintah ke depan perlu di upayakan lebih kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya UKM. Pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam memberdayakan UKM disamping mengembangkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu usaha kecil menengah harus mendapat dukungan penuh oleh pemerintah serta harus di buatkan payung hukum yang jelas, atau di buat satu wadah kelompok usaha kecil yang di kordinir dan mendapat perlindungan dari pemerintah. Selain itu pemerintah harus menyediakan tempat usaha dan modal usaha agar usaha kecil menegah bisa lebih berkembang dan juga dapat membuka lapangan pekerjaan yang lebih besar lagi dan juga dapat mengurangi jumlah pengangguran dan juga agar perekonomian lebih stabil dengan adanya sektor dari usaha kecil menengah. 4 Dalam menjalankan usaha kecil menengah perlu adanya peran modal sosial sebagai pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki bersama dan membentuk komunitas atau kelompok, serta pola hubungan yang memungkinkan sekelompok individu melakukan satu kegiatan yang produktif. Modal sosial ini merujuk pada organisasi-organisasi, struktur, dan hubunganhubungan sosial yang dibangun sendiri oleh komunitas, terlepas dari intervensi pemerintah atau pihak lain. Modal sosial hanya dapat dibangun ketika tiap individu belajar dan mau mempercayai individu lain sehingga mereka mau membuat komitmen yang dapat dipertanggung jawabkan untuk mengembangkan bentuk-bentuk hubungan yang saling menguntungkan. Modal sosial sangat penting bagi komunitas karena : mempermudah akses informasi bagi anggota komunitas, Menjadi media pembagian kekuasaan dalam komunitas, mengembangkan solidaritas, memungkinkan pencapaian bersama, dan membentuk perilaku kebersamaam dan berorganisasi komunitas.5 Modal sosial yang telah berperan diantara pedagang kaki lima saling memberikan informasi dan bantuan terkait lokasi usaha yang strategis, modal usaha, kelompok usaha. Selain itu kegiatan PKL biasanya dimulai dari informasi kerabat, teman, tetangga atau keluarga yang telah berjualan sebelumnya. Mereka saling membantu dalam permodalan, suplai barang dagangan, tempat tinggal dan informasi, seperti informasi tempat berjualan, 5 Bobi B. Setiawan, 2004, ”Ruang Publik dan Modal Sosial: Privatisasi Ruang di Kampung”, Universitas Gadjah Mada, dalam Info URDI Volume 17, Yogyakarta. 5 dan lain sebagainya. Dalam taraf ini PKL telah mampu memberikan manfaat bahwa modal sosial sebagai salah satu faktor penting dalam kegiatan perekonomian masyarakat. Dalam perkembangannya pedagang kaki lima Sandratex berkembang dengan baik dan dapat bertahan menghadapi persaingan usaha. Dapat dilihat dari perkembangan jumlah pedagang kaki lima yang mengalami peningkatan cukup tinggi dari tahun ke tahun. Kemampuan berkembang dan bertahan menghadapi persaingan usaha pedagang kaki lima, dijadikan faktor keterampilan dan semangat kerja yang tinggi, juga didorong dengan peran modal sosial diantara para pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima adalah satu pekerjaan yang paling nyata dan paling penting di kebanyakan kota di Negara-negara sedang berkembang pada umumnya. Perdagangan pertama kali terjadi, sejak nenek moyang dahulu, ribuan tahun lalu. kemunculan PKL dimulai pada masa penjajah belanda di Indonesia. Istilah “kaki lima”pertama kali muncul di masa penjajah belanda. Pada zaman dahulu penjajah belanda Sarana untuk pejalan kaki itu disebut trotoar. Lebar trotoar untuk pejalan kaki adalah lima kaki atau sekitar satu setengah meter. Saat Indonesia merdeka, trotoar untuk pejalan kaki di manfaatkan pedagang untuk berjualan. Selain trotoar, emperan toko di jadikan tempat berjualan. Awalnya sebut pedagang emperan, lama-lama menjadi pedagang kaki lima atau PKL. Sumber lain, PKL adalah pedagang yang menggunakan gerobak beroda. Jika roda gerobak ditambahkan dengan kaki 6 pedagang, maka berjumlah lima, maka di sebutlah pedagang kaki lima atau PKL.6 Berdasarkan penjelasan diatas mengenai pedagang kaki lima saat ini sangat mudah mencari keberadaan pedagang kaki lima. Karena salah satu karakteristik pedagang kaki lima adalah mendekatkan diri kepada pembeli dengan kata lain pedagang kaki lima berjualan di lokasi strategis, yang terdapat di wilayah Sandratex Ciputat yang berjualan di pinggir trotoar, berjualan setiap hari sabtu dan minggu. Namun saat ini trotoar tersebut di jadikan lapak berdagang kaki lima yang ditempati selama bertahun-tahun lamanya sehingga mengganggu arus lalu lintas dan keselamatan para pedagang dan pembelinya, dan membuat arus lalu lintas menjadi macet. Waktu berjualan PKL di mulai dari pukul 06.00 pagi sampai pukul 11.00. Terdapat 150 PKL yang berjualan di Sandratex Ciputat. Terdapatnya kegiatan paguyuban arisan PKL dibentuk untuk menjalin rasa kekeluargaan antar pedagang, mempererat hubungan persaudaraan, memperluas jaringan kerja sama dengan kelompok pedagang lainya, mempermudah untuk mendapatkan modal usaha yang didapatkan dari hasil arisan pedagang, memperoleh hasil keuntungan berdagang yang meningkat karena dengan berdagang berkelompok banyak mengundang pembeli di pusat keramaian manapun, jadi dengan adanya kegiatan paguyuban arisan ini banyak manfaat yang didapatkan pedagang. 6 Permadi Gilang, S.S, Pedagang Kaki Lima Riwayatmu Dulu, Nasibmu Kini, (Jakarta: Yudhistira, 2007) Cet 1, h. 2 7 Pengunjung terus memadati area bazar rakyat Sabtu-Minggu Sandratex di Jl. Juanda Ciputat, Tangerang Selatan, sejak pagi, Sabtu (16/8/2014), sekitar pukul 06.00 WIB. Beraneka barang kebutuhan rumah tangga, pakaian, makanan, alat perbengkelan, dan aksesoris kendaraan dijajakan di bazaar Sabtu-Minggu Sandratex tersebut hinggga pukul 10.00 WIB. Para pedagang menempati lapaknya di kanan-kiri dan marka pembatas jalan masuk lokasi pabrik tekstil PT Sandratex di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Tangsel tersebut. Aktivitas warga berbelanja atau sekedar cuci mata melihatlihat berbagai barang di lokasi bazar menyebabkan arus lalu lintas kendaraan dari arah Ciputat ke Pasar Jumat menjadi tersendat. Apalagi jumlah pedagang bazaar Sabtu-Minggu Sandratex tidak lagi tertampung di jalan utama masuk pabrik tekstil tersebut sehingga meluber ke pinggir jalan di sepanjang Jl Juanda.7 Kepadatan arus lalu lintas di Jalan Juanda Ciputat Tangerang Selatan khususnya di ruas jalan dari pertigaan Gintung hingga Sandratex, telah mencair beberapa jam lalu, seiring berakhirnya pasar kaget di kawasan itu. Pasar kaget hanya berlangsung setiap Sabut dan Minggu, pukul 05.00-11.00 WIB. Para pedagang menggelar lapak dagangnya sejak di depan pintu gerbang bekas pabrik tekstil Sandratex hingga jalan raya sekitar 50 meter dan melimpah ke pinggir jalan utama tersebut. Pengunjung sangat antusias mendatangi pasar kaget baik mereka yang sengaja datang untuk berbelanja atau mampir setelah berolah raga jalan sehat. Apalagi lokasinya tidak jauh dari 7 http://jakarta.bisnis.com/read/20140816/383/250410/bazar-sabtu-minggu-sandratex-diciputat-banyak-peminat. (Diakses pada 26 Desember 2014, Pukul 15.00 WIB) 8 Danau Situgintung yang kini menjadi area rekreasi dan olah raga warga setempat.8 Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis mencoba untuk mengkaji secara lebih mendalam mengenai peran modal sosial terhadap pedagang kaki lima asal daerah padang. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Berdasarkan permasalahan diatas, maka yang menjadi pembatasan masalah adalah Peran Modal Sosial terhadap Perkembangan Pedagang Kaki Lima Asal Daerah Padang di Sandratex Rempoa Ciputat. 2. Perumusan Masalah Dari batasan masalah tersebut, dapat dilihat permasalahan yang akan muncul dan dapat dijelaskan dalam penulisan ini. Penulis akan merumuskan perumusan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana Peran Modal Sosial terhadap perkembangan pedagang kaki lima asal daerah padang di Sandratex Rempoa Ciputat? 8 http://kabar24.bisnis.com/read/20130216/78/1073/pasar-kaget-tangerang-selatanmacetkan-arus-lalu-lintas. (Diakses pada 26 Desember 2014, Pukul 15.00 WIB). 9 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah di rumuskan, maka tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah: a. Untuk menggambarkan peran modal sosial dalam membangun dan mengembangkan pedagang kaki lima asal daerah padang di Sandratex Rempoa Ciputat. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang akan muncul dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut, yaitu: a. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan baru dalam peran modal sosial terhadap perkembangan pedagang kaki lima pada sektor informal. b. Manfaat Praktis Penelitian ini penulis berharap bisa memberikan informasi bagi siapa saja yang ingin mengetahui tentang peran modal sosial terhadap perkembangan pedagang kaki lima asal daerah padang di Sandratek Rempoa Ciputat. Bagi penulis dapat menambah wawasan ilmiah dalam bidang studi mengenai peran modal sosial yang ada. 10 D. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan penulis guna menghindari unsur kesamaan dengan skripsi lain. Penulis menemukan skripsi sebagai berikut: Nama : Rahmi Garnasih NIM : 106032201119 Jurusan : Sosiologi Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Judul Skripsi : Peran Modal Sosial dalam Pemberdayaan Perempuan pada Sektor Informal (Studi Kasus Pada Pedagang Warung Nasi) Sebelum penelitian ini memasuki tahap pengambilan data di lapangan, peneliti berusaha mencari penelitian yang sudah pernah dilakukan dan tentunya memiliki kajian yang hampir sama. Pertama, penelitian dengan judul “Peran Modal Sosial dalam Pemberdayaan pada Sektor Informal (Studi Kasus Pada Pedagang Warung Nasi)”. Penelitian ini di lakukan oleh mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rahmi Ganarsih. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data, wawancara dan observasi pedagang perempuan yang berlokasi di pasar Depok Lama Pancoran Mas Depok. Pertanyaan penelitian yang ingin dijawab oleh peneliti ialah: 11 Bagaimana gambaran modal sosial dan pemberdayaan perempuan pedagang nasi pada sektor Informal di Pasar Depok Lama Pancoran Mas Depok?; untuk mengetahui apakah modal sosial member kontribusi terhadap pemberdayaan perempuan pada sektor Informal di Pasar Depok Lama Pancoran Mas Depok? Permasalahanya penelitiannya akan dijawab pada penelitian ini yaitu mengetahui gambaran modal sosial dan perananya terhadap pemberdayaan perempuan pada sektor informal. Teori yang digunakan adalah modal sosial menurut James Coleman sebagai konsep yang terdiri dari berbagai norma, trust dan jaringan semuanya akan melalui perananya dalam mempengaruhi pemberdayaan perempuan di sektor informal dilihat dari perempuan bekerja sebagai pedagang warung nasi di Pasar Depok Lama Kelurahan Pancoran Mas Depok. Penelitian ini menghasilkan jawaban modal sosial oleh pedagang mencerminkan norma informal berlanjut kepada timbulnya trust diantara pedagang dan pihak-pihak yang berinteraksi dengan pedagang sehingga adanya nilai-nilai yang dibangun bersama (sosiabilitas). Tindakan aturanaturan informal yang berlaku dikelompok pedagang mampu mereka patuhi bersama, meskipun tidak ada perjanjian tertulis. Sehingga aturan-aturan informal tersebut menjadi norma-norma tersendiri yang berkembang serta di laksanakan secara bersama-sama9 9 Rahmi Ganarsih, Peran Modal Sosial dalam Pemberdayaan Perempuan pada Sektor Informal (Studi Kasus Pada Pedagang Warung Nasi), (Ciputat: FISIP UIN, 2011). 12 E. Metodologi Penelitian A. Pendekatan Penelitian. Penelitian ini masuk dalam kategori penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian temuantemuanya tidak diperoleh melalui prosedur statistik. Seperti yang di lakukan pada penelitian tentang kehidupan, riwayat dan prilaku seseorang, peranan organisasi, gerakan sosial atau hubungan timbal balik. Menurut Bodgan dan Taylor yang dikutip oleh Basrowi dan Suwandi, mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat di amati. Menurut Bodgan, pendekatan ini di arahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh.10 Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang berupaya menghimpun dan menggali data, baik berupa kata-kata maupun tulisan dari orang-orang yang diamati guna mendapatkan data-data yang di perlukan kemudian mengolah dan menganalisanya secara deskriptif. Kata deskriptif berasal dari bahasa inggris “description” yang berarti penggambaran, kata kerjanya adalah “to describe” artinya menggambarkan. Penelitian deskriptif merupakan penelitian 10 yang h Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 25 13 dimaksudakan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu gejala menurut apa adanya.11 Selain itu peneliti juga menggunakaan metode penelitian triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berdeda. Sebagaimana dikenal, dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara bebas dan wawancara terstruktur. Atau, peneliti menggunakan wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Melalui berbagai perspektif atau pandangan diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Karena itu, triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya.12 Jadi, dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan alasan karena penelitian kualitatif bertujuan untuk menentukan dan menggali data dari yang di amati oleh penulis, di mana penulis tidak hanya meneliti prilaku subyek akan tetapi penulis berusaha menyelami fenomena kehidupan perkembangan pedagang kaki lima, seperti cara pedagang kaki 11 M. Meden Ridwan, ed, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam, (Bandung: Nuansa, 2001), h. 229. 12 http://mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id/materi-kuliah/270-triangulasi-dalam-penelitiankualitatif.html, (Diakses pada 24 September 2014, Pukul 23.00 WIB). 14 lima berjualan, bagaimana pedagang kaki lima terbentuk dari awal mulanya 5 pedagang tetapi berjalanya waktu pedagang kaki lima makin bertambah banyak. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dari awal bulan September 2013 – Mei 2014. Dengan catatan penelitian berakhir jika data-data yang di perlukan telah selesai. Lokasi penelitian di lakukan di Sandratex Rempoa Ciputat. C. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini peneliti wawancarai informan sebanyak 11 orang serta pihak-pihak terkait di dalam kegiatan perdagangan maupun kelompok pedagang kaki lima sandratek. Adapun objek penelitian adalah Peran Modal Sosial Terhadap Perkembangan Pedagang Kaki Lima di Pasar Tumpah Sandratex Rempoa Ciputat. Dalam penelitian ini, teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive sampling, dan snowball sampling. Seperti telah dikemukakan bahwa, purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti. 15 Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikianlah jumlah sampel sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang menggelinding, lama-lama menjadi besar.13 Table 1.2 Jumlah Informan No 1 2 3 4 Informan Lurah dan Staf Kelurahan Pedagang Pembeli Pengguna Jalan JUMLAH Informasi Data Data Profil Kelurahan Jumlah 2 Orang Wawancara Terbuka Wawancara Terbuka Wawancara Terbuka 5 Orang 2 Orang 2 Orang 11 Orang D. Macam dan Sumber Data Penelitian yang di lakukan oleh penulis dengan mencari data-data dari pihak pedagang kaki lima yang terdaftar dalam kelompok pedagang kaki lima di Sandratex Rempoa Ciputat. Data yang diperoleh terbagi menjadi dua macam data, yaitu: 13 Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Alfabeta, Bandung, 2009), Cet 8, h. 218 16 1. Data primer, yakni data yang diperoleh langsung dari lapangan, baik berupa data fisik maupun data bersifat sosial ekonomi.14 2. Data sekunder, yakni data yang diperoleh, baik melalui perpustakaan maupun melalui instansi-instansi yang berwenang. Data ini merupakan data pendukung dari objek yang akan diteliti.15 E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila di bandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuisioner. kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Menurut Sutrisno Hadi yang dikutip oleh Prof. Dr. Sugiyono mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.16 Observasi juga bisa di katakan cara untuk memperoleh data dalam bentuk pengamatan serta mengadakan pencatatan secara tertulis yang dihasilkan dari hasil observasi. Teknik observasi yang peneliti lakukan 14 Waluya Bagja, Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat, (PT Setia Purna Inves, Bandung, 2007), Cet 1, h. 62 15 Ibid., h. 63 16 Menurut Sutrisno Hadi (1986) yang dikutip oleh Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Alfabeta, Bandung, 2009), h. 145. 17 bersifat langsung yaitu mendatangi pedagang kaki lima yang ada diwilayah Sandratex yang mana terdapat informan sebagai observer/partisipan. 2. Wawancara Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondenya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Menurut Sutrisno Hadi yang dikutip oleh Prof. Dr. Sugiyono mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode wawancara adalah sebagai berikut. 1. Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri. 2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya. 3. Bahwa interpetasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti. 18 Wawancara dapat di lakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat di lakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon.17 Penelitian ini menggunakan wawancara terbuka tak berstruktur dengan cara mengajukan pertanyaan yang tidak terikat dan lebih bebas berdasarkan pedoman pertanyaan yang di miliki oleh penulis untuk memperluas informasi yang di butuhkan. Untuk mendukung analisa tersebut, penulis melakukan wawancara secara langsung kepada 5 pedagang kaki lima serta informan lainya seperti tokoh masyarakat, staff kelurahan, pembeli, pengelola PKL dan pengguna jalan. 3. Dokumentasi Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati. Dalam menggunakan metode dokumentasi ini penulis memegang check-list untuk mencari variabel yang sudah di tentukan. Dalam studi dokumentasi foto lebih banyak di gunakan sebagai alat penelitian kualitatif karena dapat di pakai dalam berbagai keperluan. Foto menghasilkan data yang deskriptif yang cukup berharga dan sering di gunakan untuk 17 Menurut Sutrisno Hadi (1986) yang dikutip oleh Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Alfabeta, Bandung, 2009), h. 137. 19 menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering di analisis secara induktif. Terdapat kategori foto yang di hasilkan oleh orang dan foto yang di hasilkan oleh peneliti sendiri.18 Teknik ini dilakukan dengan cara mengkategorikan (mengklasifikasikan) kemudian mempelajari bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian dan mengambil data atau informasi yang dibutuhkan. Sumbernya berupa dokumen, buku, majalah, Koran dan lain-lain. Data yang diambil adalah data sekunder. F. Sistematika Penulisan Penulisan Skripsi ini terdiri dari 5 bab yang penulis uraikan dengan penjelasan singkat sebagai berikut: BAB I Pendahuluan, dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai masalah dengan teknik penulisan yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penelitian BAB II Tinjauan Teoritis, dalam bab ini penulis akan memaparkan teori mengenai modal sosial, sejarah modal sosial, pengertian modal sosial, komponen modal sosial, definisi perkembangan, sejarah pedagang kaki lima, definisi pedagang kaki lima, dan peran usaha kecil menengah. 18 Bogdan dan Biklen, Metodologi Penelitian Kualitatif, (1982), h. 102. 20 BAB III Gambaran Umum, dalam bab ini penulis akan menjelaskan data mengenai profil Kelurahan Rempoa serta data mengenai kelompok pedagang kaki lima asal daerah padang Sandratex Rempoa Ciputat. Serta penulis akan memaparkan mengenai gambaran kelompok pedagang kaki lima. BAB IV Temuan dan Analisis Data Lapangan, dalam bab ini menjelasakan mengenai perkembangan pedagang kaki lima dalam menjalankan usahanya. Serta memaparkan peran modal sosial dalam perkembangan pedagang kaki lima, dan dampak sosial yang terjadi dengan adanya keberadaan PKL. BAB V Penutup, dalam bab ini berisikan kesimpulan, lampiran dan saran dari penulis. BAB II LANDASAN TEORI A. Peran 1. Pengertian Peran Peran atau peranan (role), adalah prilaku yang sesuai dengan status seseorang. Peranan merupakan seperangkat prilaku yang diharapkan dari seseorang yang menduduki suatu posisi atau kedudukan tertentu dalam masyarakat.19 Peran mempunyai kaitan yang sangat erat dengan status (kedudukan), walaupun terlihat berbeda tetapi keduanya sangat mempunyai hubungan erat, sebab seseorang dapat dikatakan berperan pada saat seseorang tersebut mempunyai kedudukan atau status. Peran atau sering juga disebut role, peran adalah seperangkat harapan yang dikenakan individu tertentu yang mempunyai kedudukan sosial tertentu. Menurut David Berry harapan merupakan hubungan dari norma sosial, oleh karena itu dapat dikatakan; peran itu ditentukan oleh norma dalam masyarakat, berarti seseorang diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaan dan tingkah laku.20 Manusia dalam masyarakat diungkapkan sebagai pelaku dari perananperanan sosial, istilah peranan menunjukan bahwa masyarakat mempunyai peran masyarakat disebut fungsi atau tugas masyarakat, jadi peranan sosial 19 Wigati Mulat Abdullah, Sosiologi, (Jakarta: Grasindo, 2008) h. 60. N. Grass WS. Massa dan AW. MC. E achen, “Explaration Role Analysis” dalam David Berry pokok-pokok pikiran dalam sosiologi, (Jakarta : PT. Grafindo Persada, 1995), Cet. 3, h. 99-100. 20 21 22 adalah bagian dari fungsi masyarakat. Karena manusia dalam kehidupanya menempati kedudukan-kedudukan tertentu, oleh karena itu mereka merasa bahwa setiap kedudukan yang mereka tempati itu menimbulkan harapan-harapan (expectations) tertentu dari orang-orang sekitar. Misalnya dalam setiap peranan yang berkaitan dengan pekerjaan, seseorang diharapkan dapat menjalankan kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya. Dari penjelasan diatas tentang peranan, dapat disimpulkan beberapa aspek:21 1. Peranan sosial adalah sebagian dari keseluruhan fungsi masyarakat. Fungsi pada umumnya adalah suatu pengertian menunjukan pengaruh khas dari satu bagian terhadap keseluruhan. Masyarakat sebagai keseluruhan kesatuan hidup bersama mengemban tugas umum, ialah mencakupi kepentingan umum yang berupa kesejahteraan spiritual dan material, tata tertib ketentraman dan keamanan. 2. Pelaku peranan sosial mendapat tempat tertentu dalam tangga masyarakat sama halnya dengan suatu pementasan sebuah drama, pelaku-pelaku yang menjalankan peranan sosial diberi tempat dalam suatu tangga masyarakat. 3. Dalam peranan sosial terkandung harapan-harapan yang khas dari masyarakat yang hendak diwujudkan. 21 Hendropuspito, Drs. D. Sosiologi Sistematik, h.179-181. 23 4. Peranan sosial dilakukan oleh perorangan atau kelompok tertentu. B. Modal Sosial 1. Sejarah Modal Sosial Dikenal ada physical capital, human capital dan social capital yang merujuk kepada keistimewaan sebuah organisasi sosial, seperti jaringan kerja, norma-norma, nilai-nilai dan kepercayaan yang memfasilitasi terciptanya ko-ordinasi dan ko-operasi bagi kepentingan bersama. Social capital pertama kali diungkap Robert D. Putnam tahun Dikutip oleh Edi Suharto yang menjelaskan fenomena sosial mengapa tindakan kolektif gagal pada sejumlah komunitas, tetapi berhasil pada komunitas lainya. Faktor penyebab kesuksesan tersebut adalah keberadaan social capital. Belakangan Narayan and Woolcock Dikutip oleh Edi Suharto mendefinisikan social capital sebagai norma-norma dan jaringan-jaringan kerja yang membuat orang bertindak secara kolektif. Inti dari definisi social capital adalah kemampuanya dalam meningkatkan manfaat investasi physical capital dan human capital. Tanpa social capital kontribusinya bagi kesejahteraan manusia tidak bermakna. Inilah fungsi dan peran social capital dalam pembangunan. Kegagalan pembangunan selama ini diduga karena kurang dipertimbangkannya social capital sebagai independent variable.22 22 Suharto Edi. PhD, ”Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi” (Jakarta : Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI, 2004), h. 81-82. 24 Jika social capital meningkat dengan meningkatnya jumlah orang yang berpartisipasi dalam asosiasi informal dan jaringan kerja sosial (networks), maka anggotanya dapat memberikan kontribusi kepada social capital komunitas mereka, biasanya dengan cara-cara berpartisipasi dalam perkumpulan olahraga, rekreasi, kelompok RT/RW, pengajian, asosiasi orang tua murid dan guru, organisasi kepemudaan, organisasi keperempuanan, organisasi lansia. Satu hal yang perlu diingat bahwa kinerja social capital tergantung pada partisipasi aktif anggotanya: ikut bermain dalam sebuah tim olahraga, bukan hanya jadi penonton; bergabung dalam kelompok paduan suara komunitas, bukan hanya menghadiri konsernya; ikut terlibat dalam arisan warga, bukan hanya terdaftar sebagai anggota; terlibat dalam kegiatan ritual agama setempat, bukan beribadah di tempat yang jauh karena kemegahanya. Perlu diwaspadai jangan sampai koneksi antar-anggota komunitas melemah atau merenggang. Bila hal ini terjadi, perlu strategi untuk meningkatkan partisipasi mereka dalam asosiasi informal dan jaringan sosial. 23 2. Pengertian Modal Sosial Modal sosial merupakan dua kata gabungan dari modal dan sosial. Kata modal dalam bahasa inggris yaitu kapital sedangkan kata sosial yaitu sosial. Dalam kamus Sosiologi kata kapital mengandung arti sumbersumber yang dipergunakan untuk tujuan produktif, persediaan aset 23 Suharto Edi. PhD, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi, h. 82 25 material suatu masyarakat atau kekayaan (modal).24 Sedangkan kata sosial mengandung arti sesuatu yang berkenaan dengan prilaku interpersonal atau yang berkaitan dengan proses sosial.25 Jika digabungkan kata kapital sosial maka mengandung arti aset-aset yang di miliki umum (modal sosial).26 Ada beberapa pengertian tentang modal sosial menurut para ahli yang umumnya dirumuskan berdasarkan kasus-kasus tertentu yang terjadi dalam masyarakat. Menurut Pierre Bourdieu dikutip oleh George Rtzer mendefinisikan modal sosial sebagai “sumber daya aktual dan potensial yang dimiliki oleh seseorang berasal dari jaringan sosial yang terlembagakan serta berlangsung terus menerus dalam bentuk pengakuan dan perkenalan timbal balik (atau dengan kata lain: keanggotaaan dalam kelompok sosial) yang memberikan kepada anggotanya berbagai bentuk dukungan kolektif.27 Dalam pengertian ini modal sosial menekankan pentingnya transformasi dari hubungan sosial yang sesaat dan rapuh, seperti pertetanggaan, pertemanan, atau kekeluargaan, menjadi masalah yang bersifat jangka panjang yang diwarnai oleh perasaaan kewajiban terhadap orang lain. Menurut Bobi B. Setiawan Modal sosial merupakan pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki bersama oleh komunitas, serta pola hubungan 24 Soerjono Soekamto, Kamus Sosiologi (Jakarta: Rajawali Press), h. 55 Soerjono Soekamto, Kamus Sosiologi, h.408 26 Soerjono Soekamto, Kamus Sosiologi, h.56 27 George Rtzer, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007) 25 26 yang memungkinkan sekelompok individu melakukan satu kegiatan yang produktif. Terminologi ini merujuk pada organisasi-organisasi, struktur, dan hubungan-hubungan sosial yang dibangun sendiri oleh komunitas, terlepas dari intervensi pemerintah atau pihak lain. Modal sosial hanya dapat dibangun ketika tiap individu belajar dan mau mempercayai individu lain sehingga mereka mau membuat komitmen yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mengembangkan bentuk-bentuk hubungan yang saling menguntungkan. Menurut pendapat Lesser (dalam Bobi B. Setiawan), modal sosial sangat penting bagi komunitas karena : Mempermudah akses informasi bagi anggota komunitas, Menjadi media power sharing atau pembagian kekuasaan dalam komunitas, Mengembangkan solidaritas, Memungkinkan mobilisasi sumber daya komunitas, Memungkinkan pencapaian bersama; dan Membentuk perilaku kebersamaam dan berorganisasi komunitas.28 Putnam dikutip oleh Rahmat Rais mengkaji tentang kehidupan politik di Italia menemukaan bahwa modal sosial merupakan unsur utama pembangunan masyarakat madani (civil community). Modal sosial tersebut mengacu pada aspek-aspek utama organisasi sosial seperti trust (kepercayaan), norma-norma (norms), dan jaringan-jaringan (networks) yang dapat meningkatkan efisiensi dalam suatu masyarakat melalui fasilitasi tindakan dan terkoordinasi.29 Menurut Putnam, kerjasama mudah 28 Bobi B. Setiawan, 2004, ”Ruang Publik dan Modal Sosial: Privatisasi Ruang di Kampung”, Universitas Gadjah Mada, dalam Info URDI Volume 17, Yogyakarta. 29 Rais Rahmat, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah, (Jakarta: Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2009), h. 117. 27 terjadi di dalam suatu komunitas yang telah mewarisi sejumlah modal sosial yang substansial dalam bentuk aturan-aturan, pertukaran timbal balik dan jaringan antar warga. Fukuyama dalam In Trust: the Social Capital Value and the Creation of Prosperity, kepercayaan (Trust) muncul jika di masyarakat itu membagi nilai (Shared Values) sebagai dasar dari kehidupan untuk menciptakan pengharapan umum dan kejujuran. Dengan kepercayaan, orang tidak akan mudah curiga yang sering menjadi penghambat dari kesuksesan suatu tujuan. Di samping itu, jaringan (networks) memiliki dampak yang sangat positif dalam usaha peningkatan kesejahteraan ekonomi dan mewujudkan tujuan bersama.30 Definisi lainya yang dikemukakan oleh Fukuyama, Modal sosial di artikan pada serangkaian nilai atau norma informal yang dimiliki bersama oleh anggota suatu kelompok yang memungkinkan kerjasama di antara mereka. Jika anggota kelompok itu yakin bahwa anggota yang lain dapat dipercaya dan jujur, mereka akan saling percaya. Kepercayaan itu seperti pelumas yang membuat kelompok atau organisasi dapat dijalankan secara efisien.31 Sementara itu, Lawang mendefinisikan konsep modal sosial merujuk pada kekuatan-kekuatan sosial komunitas yang dikontruksikan individu atau kelompok dengan mengacu pada struktur sosial yang menurut 30 Fukuyama F, Trust: The Social Virtues and Creation of Property, dikutip oleh Rahmat Rais, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah, (Jakarta: Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2009), h. 114. 31 Francis Fukuyama. Guncangan Besar Kodrat Manusia dan Tatanan Sosial Baru, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 20. 28 penilaian mereka dapat mencapai tujuan individual atau kelompok secara efisien dan efektif dengan kapital-kapital lainya.32 Dalam konteks kegiatan kelompok pedagang kaki lima, beberapa konsep modal sosial yang telah di kemukakan di atas dijadikan sebagai acuan analisis. Penulis berpendapat bahwa ketahanan dan perkembangan pedagang kaki lima dibangun sebagai kekuatan yang di miliki kelompok PKL tersebut. Penulis menunjuk adanya kekuatan sosial sebagai modal sosial seperti norma, kepercayaan dan jaringan cenderung dapat mencapai tujuan PKL secara efisien dan efektif. Dengan demikian, PKL dapat bertahan dan berkembang sampai saat ini. 3. Komponen modal sosial a. Trust Trust sebagai benda berarti kepercayaan, keyakinan atau juga rasa percaya. Sedangkan trust dalam kata kerja berarti proses mempercayai sesuatu yang jelas sasaranya. Menurut lawang, trust adalah hubungan antar manusia dua pihak atau lebih yang mengandung harapan yang menguntungkan salah satu atau kedua belah pihak.33 Seperti kasus orang tua yang menyekolahkan anaknya pada salah satu lembaga pendidikan yang mereka pilih. Pilihan mereka dilandasi adanya harapan agar anaknya sukses. 32 33 Robert M. Z Lawang, Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik, h. 180. Robert M. Z Lawang, Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik, h. 46. 29 Kepercayaan di sini mengandung harapan orang tua terhadap lembaga pendidikan. Dengan demikian trust menurut lawang terdapat tiga hal yang terkait yaitu: 1. Hubungan sosial yang terjadi antara dua orang atau lebih. Institusi adalah hubungan yang termasuk didalamnya, dalam pengertian ini diwakili orang. 2. Adanya harapan yang akan terkandung dalam hubungan itu, yang kalau direalisasikan tidak akan merugikan salah satu atau kedua belah pihak. 3. Terciptanya interaksi sosial yang memungkinkan hubungan dan harapan itu akan terwujud. Elemen ini meliputi kejujuran, keadilan, toleran, keramahan dan saling menghormati. Sebagaimana dijelaskan menurut Fukuyama dikutip oleh Rahmat Rais, kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat yang ditunjukan oleh adanya prilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama. Kemudian mencatat bahwa dalam masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaaan tinggi, aturan-aturan sosial cenderung bersifat positif, hubungan-hubungan juga bersifat kerjasama.34 34 Rais Rahmat, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah, h. 118. 30 b. Jaringan. Pengertian ini meliputi dengan pertukaraan timbal balik, solidaritas dan kerja sama. Infrastruktur dinamis dan modal sosial berwujud jaringan-jaringan kerjasama antar manusia. Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama. Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan-jaringan sosial yang kokoh. Orang mengetahui dan bertemu dengan orang lain. Mereka kemudian membangun interelasi yang kental, baik bersifat formal maupun informal. Putnam berargumen bahwa jaringan-jaringan sosial yang erat akan memperkuat perasaan kerjasama para anggotanya serta manfaat-manfaat dan partisipasinya itu. Berdasarkan pengertian jaringan yang di bangun dalam penelitian ini adalah menggunakan kelompok pedagang kaki lima sebagai institusi yang mewadahi mereka. Sebagai media, kegiatan kelompok arisan PKL memfasilitasi anggotanya untuk memiliki ikatan sosial yang kuat untuk membangun relasi dengan individu atau kelompok lainya. c. Norma Menurut lawang, norma adalah aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, harapan-harapan yang bersifat baik, benar dan penting, yang kalau 31 tidak dilaksanakan akan merugikan diri sendiri atau merugikan orang lain.35 Selain itu lawang, mengatakan norma tidak dapat di pisahkan dari jaringan dan kepercayan. Kalau struktur jaringan tersebut terbentuk karena pertukaran sosial yang terjadi antara dua orang atau lebih, sifat norma kurang lebih sebagai berkut: 1. Norma itu muncul dari pertukaran yang saling menguntungkan, artinya jika pertukaran tersebut hanya di nikmati oleh salah satu pihak saja, pertukaran sosial yang selanjutnya pasti tidak akan terjadi. Karena itu norma yang muncul dan bukan sekali jadi melalui satu pertukaran saja. Norma muncul karena beberapa kali pertukaran yang saling menguntungkan dan ini di pegang terus menjadi sebuah kewajiban sosial yang harus dipelihara. 2. Norma menyangkut keuntungan yang di peroleh dari suatu kegiatan tertentu. Orang yang melanggar norma ini yang berdampak pada berkurangnya keuntungan di kedua belah pihak, akan di beri sanksi negatif yang keras. 3. Jaringan yang terbina menjamin keuntungan kedua belah pihak secara merata, akan memunculkan norma keadilan, dan jika melangar prinsip keadilan akan dikenakan sanksi. 35 Robert M. Z Lawang, Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik, h. 68. 32 Pengertian ini yang meliputi nilai-nilai yang dimiliki bersama (share value), norma dan aturan-aturan.36 Norma terdiri dan pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapan-harapan dan tujuantujuan yang di yakini dan di jalankan bersama oleh sekelompok orang. Norma-norma di bangun dan berkembang berdasarkan sejarah kerjasama di masa lalu dan di terapkan untuk mendukung iklim kerjasama.37 Berbagai pandangan tentang modal sosial itu bukan sesuatu yang bertentangan. Ada keterkaitan dan saling mengisi sebagai sebuah alat analisa modal sosial di masyarakat. Modal sosial bisa berwujud sebuah mekanisme yang mampu mengolah potensi menjadi sebuah kekuatan rill guna menunjang pengembangan masyarakat. C. Perkembangan 1. Pengertian Perkembangan Sejarah istilah perkembangan masyarakat memberi gambaran yang berwarna-warni. Sampai pada permulaan zaman modern, perkembangan di mengerti sebagai teologi sejarah keselamatan. Zaman fajar budi bertitik tolak pada arti yaitu “membuka apa yang dibungkus” dan menekankan perkembangan (diri) bakat dan kemampuan sebagai dasar untuk kemajuan yang tetap dan suatu dunia yang semakin baik. Pandangan itu melahirkan 36 Rais Rahmat, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah, h. 118. Suharto Edi,, Modal Sosial dan Kebijakan Publik, di Akses 13 Maret 2014, (http://kuntum2008.multply.com/journal). 37 33 historisme yang beranggapan bahwa sejarah berkembang sendiri menurut hukum-hukum yang ada di dalamnya. Historisme juga mendasari teori tahap dari Rostow, apalagi materialism historis dari Marx. Di zaman kolonial dan kadang-kadang sampai sekarang ini, istilah itu dimengerti sebagai pengembangan aktif-transitif sumber-sumber daya yang ada, selanjutnya juga sebagai usaha menciptakan kemakmuran. Sesudah tahun 1945, dengan tampilnya Negara berkembang dipanggung dunia, pembangunan ekonomi dalam arti pertumbuhan pendapatan per kepala menjadi titik acuan utama. Berangsur-angsur, tekanan bergeser kembali ke arah perkembangan diri, maupun dalam arti tanggung jawab itu sendiri.38 Menurut E.B. Harlock perkembangan merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman dan terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Di maksudkan bahwa perkembangan merupakan proses perubahan individu yang terjadi dari kematangan (kemampuan seseorang sesuai usia normal) dan pengalaman yang merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sekitar yang menyebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif (dapat di ukur) yang menyebabkan perubahan pada diri individu tersebut.39 Perkembangan mengandung makna adanya pemunculan sifat-sifat yang baru, yang berbeda dari sebelumnya, mengandung arti bahwa 38 Muller Johannes, “Perkembangan Masyarakat Lintas-Ilmu” (Yogyakarta: Gramedia, 2005) h. 148. 39 Ibid., h. 18 34 perkembangan merupakan peubahan sifat individu menuju kesempurnaan yang merupakan penyempurnaan dari sifat-sifat sebelumnya.40 D. Pedagang Kaki Lima 1. Sejarah Pedagang Kaki Lima Manusia berdagang sebagai mata pencaharian. perdagangan pertama kali terjadi, yang pasti sudah ada sejak nenek moyang dahulu, ribuan tahun lalu. Sementara itu, tentang kemunculan pedagang kaki lima (PKL) bisa dirunut hingga ke masa penjajah belanda di Indonesia. Istilah “kaki lima” pun pertama kali muncul di masa penjajah belanda.41 Pada zaman dahulu penjajah belanda membuat peraturan bahwa setiap jalan raya yang dibangun harus menyediakaan sarana untuk pejalan kaki. Sarana untuk pejalan kaki itu disebut trotoar. Lebar trotoar untuk pejalan kaki adalah lima kaki (kaki: satuan ukuran panjang yang digunakan mayoritas bangsa eropa) atau sekitar satu setengah meter. Kemudian, saat Indonesia merdeka, trotoar untuk pejalan kaki itu di manfaatkan oleh para pedagang untuk berjualan. Selain trotoar, emperan toko juga dijadikan tempat berjualan. Waktu itu di sebut pedagang emperan, lama-lama di sebut menjadi pedagang kaki lima atau PKL.42 Jika mengikuti sejarah, mestinya sebutanya adalah “pedagang lima kaki”, sesuai dengan luasnya trotoar yang di buat pemerintah belanda. 40 Ibid. Permadi Gilang, S.S, Pedagang Kaki Lima Riwayatmu Dulu, Nasibmu Kini, (Jakarta: Yudhistira, 2007) Cet 1, h. 2 42 Ibid. 41 35 Asal usul istilah pedagang kaki lima (PKL) sebenarnya masih simpang siur dan banyak versi. Jika berpatokan pada trotoar lima kaki (1,5 meter) yang di buat Belanda, lalu bagaimana dengan pedagang yang menggunakan gerobak atau pikulan. Padahal mereka juga termasuk PKL. Mereka sebenarnya tidak berjualan ditrotoar atau emperan toko, mereka di sebut PKL.43 Terdapat beberapa asal usul penyebutan istilah PKL. Salah satunya dari trotoar buatan Belanda yang luasanya 1,5 meter (lima kaki), seperti yang disebutkan di atas. Itu pun sebenarnya tidak begitu tepat. Menurut seorang tokoh Indonesianis bernama William Liddle, aturan trotoar lima kaki justru berasal dari bahasa Inggris, five foot (lima kaki). Bapak Liddle mempercayai bahwa yang membuat aturan tentang pembangunan trotoar di Indonesia bukanlah Belanda, tetapi Inggris. Inggris memang pernah mengambil alih kekuasaan atas Indonesia dari Belanda. Yang membuat trotoar di Indonesia adalah gubernur jenderal asal Inggris, Sir Stamford Raffles.44 Sementara, menurut sumber lain, istilah PKL adalah untuk menyebut pedagang yang menggunakan gerobak beroda. Jika roda gerobak ditambahkan dengan kaki pedagang, maka berjumlah lima, maka disebutlah pedagang kaki lima atau PKL. Lalu jika kita membuka kamus umum bahasa Indonesia yang disusun oleh WJS Poerwadarminta dikutip 43 44 Ibid.,h. 3. Ibid. 36 oleh Permadi Gilang, S.S, makna istilah kaki lima itu mempunyai arti “lantai (tangga) di muka pintu atau di tepi jalan” dan “lantai di beri beratap sebagai penghubung rumah dengan rumah”.45 Pengertian tersebut lebih mirip dengan pengertian trotoar yang luasnya lima kaki atau 1,5 meter yang dibuat di masa penjajahan (belanda atau inggris). Namun, pengertian yang dimaksudkan kamus itu juga bisa diartikan emperan toko. Karenanya, selain trotoar, PKL juga berjualan diemperan toko. Ada juga yang membuat istilah lain. Kaki lima diartikan “kanan kiri lintas manusia.” Maksudanya karena PKL berada dijalur pejalan kaki (trotoar dan emperan toko), sehingga banyak orang berlalulalang disamping kanan dan samping kiri para PKL.46 Adapun beberapa pengertian PKL (pedagang kaki lima) menurut para ahli yaitu: a. Ray Bromley dikutip oleh Ramli Rusli pada umumnya sering di gambarkan sebagai wiraswasta yang independen dan dengan demikian bagian terbesar dari mereka adalah pekerja yang tidak digaji. Keberhasilanya sangat tergantung pada usahanya dan kemampuan menarik pembeli.47 45 Ibid.,h. 4. Ibid. 47 Ibid., h. 31. 46 37 b. Paul Bairoch dikutip oleh Ramli Rusli berpendapat pedagang kaki lima di gambarkan sebagai perwujudan usaha tersembunyi, atau pun sebagai pekerja sederhana yang bertambah secara luar biasa. 48 c. Soetjipto Wirosardjono dikutip oleh Ramli Rusli berpendapat pedagang kaki lima berpola kegiatan tidak teratur, baik waktu maupun modal dan pemasukanya. Omset biasanya kecil dan di hitung harian, serta tidak di sentuh peraturan pemerintah.49 2. Kegiatan Usaha Pedagang Kaki Lima. Kegiatan usaha pedagang kaki lima mempunyai hubungan yang sangat penting dengan pembeli yang bersifat komersil dalam artian bahwa pendekatan pada kegiatan usaha dagang terlepas dari hubungan yang bersifat pribadi atau hubungan tetangga. Tidak tetapnya atau sering berpindahnya tempat, menyebabkan pula bahwa hubungan antara pembeli dengan PKL sering hanya hubungan sepintas lalu atau lebih merupakan hubungan yang tidak disengaja atau terjadinya karena kebetulan saja. Pedagang kaki lima selalu berusaha agar barang daganganya terjual dan untuk itu pedagang akan memilih tempat berjualan yang dipandang sesuai, juga dipilih waktu tertentu yang banyak didatangi para pengunjung.50 48 Ibid. Ibid.,h. 64 50 Ramli Rusli “Sektor informal perkotaan pedagang kaki lima” (Jakarta:Ind-Hill.co, 1992), h. 93. 49 38 Pedagang kaki lima sebagai kelompok yang melayani kebutuhan masyarakat, pada dasarnya terlibat didalam proses niaga dilihat dari kegiatan pekerjaanya sehari-hari. Proses niaga disini dapat berarti menyalurkan atau menjadi salah satu mata rantai yang menghubungkan produsen kepada konsumen melalui barang atau jasa yang dijualnya kepada anggota masyarakat yang membutuhkanya. Barang ataupun jasa tersebut biasanya langsung ditujukan kepada konsumen akhir atau pemakai langsung, sehingga dengan demikian PKL merupakan mata rantai terakhir yang berhubungan dengan konsumen.51 Selain itu terdapat kegiatan menyimpan secara terorganisir yang sering dikenal dengan arisan, sudah lebih banyak dipraktekan dikalangan pedagang kaki lima. Cara simpanan arisan ini disebut sebagai suatu bentuk budaya sosial yang tradisional serta dapat merangsang dan membina orang menjadi anggota dalam sistem ekonomi yang lebih modern. Karena arisan pada dasarnya mempunyai maksud untuk menyimpan uang modal usaha dan dapat mempererat hubungan kekeluargaan antara pesertanya.52 Dalam kegiatan usaha pedagang kaki lima merupakan salah satu bentuk kegiatan UKM (usaha kecil menengah), kegiatan UKM selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan yang penting, karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik disektor tradisional maupun 51 52 Ibid.,h. 101 Ibid.,h. 135-136. 39 modern. Peranan usaha kecil tersebut menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola oleh 2 departemen, yaitu Departemen Perindustrian dan Perdagangan, serta Departemen Koperasi dan UKM. Namun demikian, usaha pengembangan yang telah dilaksanakan masih belum memuaskan hasilnya, karena pada kenyataanya kemajuan UKM sangat kecil dibandingkan dengan kemajuan yang sudah dicapai usaha besar. Pelaksanaan kebijaksanaan UKM oleh pemerintah selama orde baru, sedikit saja yang dilaksanakan, lebih banyak hanya merupakan semboyan saja, sehingga hasilnya sangat tidak memuaskan. Pemerintah lebih berpihak pada pengusaha besar hampir semua sektor, antara lain perdagangan, pebankan, kehutanan, pertanian, dan industri. Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, karena semakin terbukanya pasar didalam negeri, merupakan ancaman bagi UKM dengan semakin banyaknya barang dan jasa yang masuk dari luar akibat dampak globalisasi. Oleh karena itu, pembinaan dan pengembangan UKM saat ini dirasakan semakin mendesak dan sangat strategis untuk mengangkat perekonomian rakyat, maka kemandirian UKM di harapkan dapat tercapai dimasa mendatang. Dengan berkembangnya perekonomian rakyat diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka kesempatan kerja, dan memakmurkan masyarakat secara keseluruhan.53 53 Dr. Sartika Tiktik Partomo M.S, Ekonomi Skala Kecil/Menengah & Koperasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), h. 20. 40 Selanjutnya terdapat definisi Usaha kecil (small firms) didefinisikan sebagai kegiatan usaha dengan jumlah tenaga kerja antara 10-50 Orang, dan usaha yang sangat kecil mikro jumlah tenaga kerjanya antara 5-10 orang.54 Terdapat beberapa definisi sektor usaha kecil yang juga memiliki ciriciri khusus. Mitzerg dikutip oleh Sutojo mendefinisikan sektor usaha kecil sebagai Entreprenual organization yang memiliki antara lain: struktur organisasi mereka sederhana, mempunyai karakter yang khas. Aktivitas mereka sedikit di formalkan, dan sangat sedikit menggunakan proses perencanaan dan jarang sekali mengadakan pelatihan karyawan dan manajer. Ciri lainya adalah sektor usaha kecil sulit membedakan antara asset pribadi dan asset perusahaan. Mereka juga kurang baik sistem akuntansi dan seringkali tidak memilikinya. Pengusaha kecil dan menengah mempunyai sifat dalam menghadapi investasi hampir sama dengan perorangan. Definisi usaha kecil di jelaskan Corman dikutip oleh Zaky Ahmad dan Firdaus Ismet adalah perusahaan yang memiliki dan dijalankan secara independen dan terlalu kecil untuk mendominasi dilingkunganya (perusahaan lain yang lebih besar). Beberapa institusi yang ada di Indonesia, juga mempunyai institusi definisi-definisi usaha kecil yang berbeda-beda.55 54 Zaky Ahmad dan Firdaus Ismet, Pengalaman Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’afa, (Jakarta: Dakwah Press Universitas Syarif Hidayytullah, 2008) Cet 1, h. 229. 55 Ibid. 41 3. Letak Lokasi Usaha Pedagang Kaki Lima Letak lokasi usaha pedagang kaki lima menjadi sangat penting untuk kegiatan berdagang. Bentuk tempat dagangan para pedagang kaki lima beraneka ragam. Tenda merupakan bentuk yang paling banyak dijumpai, mengingat bahwa tenda sebagai tempat dagangan dapat melindungi PKL dari sengatan panas maupun hujan. Bentuk-bentuk tempat dagangan lainya adalah kotak, meja, gelaran, pikulan, gerobak dorong maupun sepeda. Bentuk tempat dagangan tersebut pada umumnya disesuaikan dengan jenis barang dagangan masing-masing serta lokasi usahanya. Barangbarang kelontong misalnya, tempat daganganya dapat saja berupa gelaran, apabila lokasi tempat usahanya misalkan saja ditrotoar, namun apabila lokasinya terletak dipinggir jalan masuk ke pasar, mungkin gerobak dorong lebih sesuai sebagai tempat dagangan bagi pedagang lainya. Bentuk tempat dagangan ini dibuat sedemikian rupa agar mudah dan cepat dapat dipindahkan, terutama pada saat terjadinya penertiban atau pengusiran PKL oleh petugas-petugas pemerintah kota. Letak lokasi usaha untuk menempatkan daganganya, pada umumnya adalah ditepi jalan, trotoar, bahkan sering mengambil sebagian dari jalan umum yang sebenarnya bukan di peruntukan sebagai tempat berjualan. Lokasi-lokasi semacam itu dianggap strategis karena merupakan tempat-tempat umum yang ramai dan banyak dilalui orang, sekaligus juga merupakan calon pembeli dari barang daganganya. Apabila terjadi pengusiran atau 42 penertiban terhadap PKL, maka biasanya PKL akan berpindah untuk sementara waktu ke lokasi lain dan kemudian kembali lagi ke lokasi semula apabila petugas-petugas pemerintahan kota telah pergi.56 56 Ramli Rusli “Sektor informal perkotaan pedagang kaki lima” (Jakarta:Ind-Hill.co, 1992), h. 123-124. 43 Norma Aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, harapan-harapan yang bersifat baik, benar dan penting, yang kalau tidak dilaksanakan akan merugikan diri sendiri atau merugikan orang lain. Trust Kapital Sosial Trust sebagai benda berarti kepercayaan, keyakinan atau juga rasa percaya, dan harapan yang menguntungkan salah satu atau kedua belah pihak. Jaringan Pertukaraan timbal balik, solidaritas dan kerja sama. Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama. Paguyuban arisan pedagang Kesejahteraan pedagang dan lancarnya kegiatan usaha pedagang BAB III GAMBARAN UMUM A. Profil Kelurahan Rempoa 1. Kondisi Geografis Letak dan Batas Kelurahan Rempoa Desa Rempoa adalah dari bagian Kecamatan Ciputat Timur dan berada 15 KM dari pusat Kota Tangerang Selatan dan berjarak 2 KM dari pusat Kecamatan. Bisa dilalui dengan kendaraan umum dan pribadi dari arah jalan raya Ir. H. Juanda – Jalan Tol BSD Kecamatan Setu Kota Tangerang. Keterangan Gambar 1 Peta Wilayah Rempoa. 44 45 Berikut ini dapat di lihat Orbitasi Kelurahan Rempoa: a. Jarak dengan Ibu Kota Kecamatan : 2 KM b. Jarak dengan Ibu Kota Tangerang Selatan : 15 KM c. Jarak dengan Desa terdekat : 1 KM d. Waktu tempuh ke Ibu Kota Kecamatan : 10 Menit e. Waktu tempuh ke Ibu Kota Tangerang Selatan : 50 Menit f. Waktu tempuh ke Desa – desa terdekat : 5 Menit g. Waktu tempuh ke Pusat Fasilitas terdekat : 30 Menit (Sumber : Monografi Kelurahan Rempoa, 2012) Kantor Kelurahan Rempoa berjarak 2 KM dari kantor Camat Ciputat Timur, dengan luas wilayah 219,50 ha, 73 RT, 4 Dusun, berikut ini dapat dilihat batas-batas wilayah Kelurahan Rempoa: a. Utara : Berbatasan dengan DKI Jakarta, b. Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Cempaka Putih c. Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Cirendeu d. Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Rengas (Sumber : Monografi Kelurahan Rempoa, 2012) Wilayah pemukiman penduduk yang tinggal di Kelurahan Rempoa pada umumnya penduduk dengan mata pencaharian karyawan dan buruh, pedagang kecil dengan tingkat kesejahteraan dan pendidikan relatif lebih rendah. Untuk melakukan aktifitas sehari-hari masyarakat Kelurahan Rempoa, lebih menyukai kendaraan roda dua (ojek) sebagai prasarana angkutan 46 masyarakat antar RW. Kendaraan roda dua di pergunakan khususnya untuk melalui wilayah-wilayah yang bergelombang dengan kondisi jalan yang sempit dan pada saat hujan menggenang. Menurut observasi singkat fasilitator Kelurahaan pada saat survei ke wilayah Kelurahan Rempoa, tekstur tanah Kelurahan Rempoa adalah tanah merah. Sifat tanah dengan tekstur tanah seperti ini adalah kemampuanya untuk mengikat air, sehingga bila musim hujan turun kondisi tanah di desa babakan menjadi becek dan menggenang. Sedangkan pada musim kering/kemarau, agregat tanah merengkah dan pecah-pecah. Dengan topografi seperti itu masyarakat desa mendirikan bangunan untuk rumah tinggalnya di wilayah yang relatif datar dan keras, dan bukan lahan untuk persawahan dan perkebunan sehingga rumah-rumah permukimaan penduduk berkelompok-kelompok dalam satu jalur jalan yang di namakan “Kampung” dengan batas kampung yang tidak jelas. Topografi lahan Kelurahan Rempoa pada umumnya rata (Flat), dengan hampir sebagian besar wilayah desa di gunakan untuk lahan pemukiman dapat di lihat pada data di bawah ini penggunaan lahan Kelurahan Rempoa: a. Pemukiman : 135 Ha b. Perdagangan : 1,25 Ha c. Kuburan : 2000 m d. Lapangan olah raga : 1 Ha 47 e. Perikanan :- f. Perkantoran : 3,5 Ha g. Industri : 3,5 Ha (Sumber : Monografi Kelurahan Rempoa, 2012) Dari peta desa (lampiran dapat di lihat bahwa pemukiman penduduk desa sebagian besar berada di sisi jalan (Kecamatan atau Desa). Kondisi jalan Desa dan lingkungan pada umumnya telah mengalami pergeseran walaupun di beberapa wilayah RT jauh dari jalan raya kondisinya cukup rusak. B. Kondisi Demografi Desa Jumlah penduduk Kelurahan Rempoa adalah 34.292 jiwa atau 10.964 Kepala Keluarga (KK), bila melihat dari jenis kelamin penduduk, maka jenis kelamin laki-laki adalah yang paling terbanyak laki-laki 17.479 jiwa, perempuan 16.814 jiwa, Jumlah KK Miskin 2.912 dengan kelompok umur 5 tahun sampai 9 tahun adalah yang terbanyak, sehingga Kelurahan Rempoa termasuk desa dengan piramida penduduk segitiga di mana lebih banyak kelompok umur non produktif. Dari data komposisi penduduk menurut jenis kelamin pun dapat di simpulkan bahwa perbedaan jumlah penduduk perempuan dengan laki-laki tidak jauh berbeda. Sedangkan dari data mata pencaharian penduduk, sebagian besar Kelurahan Rempoa adalah bermata pencaharian sebagai pedagang dan buruh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini: 48 Table 3.1 Data penduduk menurut kelompok pendidikan Kelurahan Rempoa No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Kelompok Pendidikan Belum Sekolah Usia 15-55 tahun Pernah sekolah SD tapi tidak tamat Tamat SD/sederajat Tamat SLTP/sederajat Tamat SLTA/sederajat D1 D2 D3 S1 S2 S3 Jumlah Jumlah Jiwa 1.098 18.983 322 2.719 2664 1598 100 98 106 215 39 15 6.089 Persentase 4% 68% 1% 10% 10% 6% 0% 0% 0% 1% 0% 0% 100% (Sumber : Data Kelurahan Rempoa, 2012) Ternyata bahwa 4% dari jumlah Kelurahan Rempoa adalah penduduk pada kelompok usia belum sekolah dan 6,93% dari jumlah seluruh penduduk Kelurahan Rempoa adalah penduduk pada usia produktif yang tidak pernah sekolah, antara umur 7 tahun sampai dengan 45 tahun. Table 3.2 Data penduduk menurut mata pencaharian penduduk Kelurahan Rempoa No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Mata Pencaharian Buruh Swasta Pegawai Negeri Perajin Pedagang Montir Sopir Tukang Kayu Tukang Batu TNI/Polri Pramuwisata Kontraktor Guru Swasta Penjahit Jumlah (Jiwa) 2.500 602 5 1350 261 200 175 325 138 12 56 176 Persentase 42% 11% 0,1% 25% 5% 3,9% 3,3% 6,3% 2,7% 0,2% 1,1% 3,4% 49 14 15 16 17 18 Pengusaha Pengemudi Becak Dokter Bidan Peternak Jumlah 30 45 25 15 2 5917 0,5% 0,8% 0,4% 0,2% 0,02% 100% (Sumber : Data Kelurahan Rempoa, 2012) Ternyata bahwa 19,73% dari jumlah seluruh penduduk Kelurahan Rempoa yang berusia Produktif adalah penduduk yang mempunyai pekerjaan. Dari jumlah 59,95% penduduk yang mempunyai pekerjaan serta yang mempunyai mata pencaharian sebagai buruh baik penggarap kebun atau petani, anggota Polisi, Guru, Pegawai Negeri, Pegawai Swasta dan TNI. Serta 35,84% adalah bergerak disektor usaha kecil menengag atau berdagang. Dari gambaran di atas maka karakteristik penduduk Kelurahan Rempoa sebagian besar berkarakteristik buruh. Secara khusus penduduk Kelurahan Rempoa yang menikmati pendidikan menengah dan tinggi relatif banyak. Walaupun penduduk tidak bersekolah dan tidak tamat SD pun cukup banyak. Dukungan sarana pendidikan setingkat SD sedikitnya ada 3 lokasi, sehingga untuk pendidikan dasar penduduk Kelurahan Rempoa tidak mengalami kesulitan. Untuk pendidikan SMP dan SMU penduduk Kelurahan Rempoa bersekolah di fasilitas-fasilitas pendidikan menengah di sekitar Kecamatan Ciputat Timur. Kelurahan Rempoa dengan 12 RW dan 72 RT mempunyai pola penyebaran penduduk wilayah RT yang bervariasi yang di batasi jalan lingkungan, jalan desa, dan aspal. Jabatan ketua RT ada beberapa hal lebih aktif dari pada jabatan ketua RW sehingga kegiatan ketua RT sangat 50 menentukan dan relatif lebih giat di masyarakat. Data jumlah penduduk kepala keluarga 1.036 keluarga. a. Jumlah Keluarga Prasejahtera : 35 Keluarga b. Jumlah Keluarga Sejahtera I : 910 Keluarga c. Jumlah Keluarga Sejahtera II : 3259 Keluarga d. Jumlah Keluarga Sejahtera III : 852 Keluarga e. Jumlah Keluarga Sejahtera : 725 Keluarga C. Kondisi Psikografi Desa 1. Pengaruh Lingkungan Geografis Terhadap Kondisi Sosial Pemukiman penduduk Kelurahan Rempoa merupakan daerah pemukiman. Secara giografis penduduknya bermata pencaharian buruh swasta dan pedagang. Di wilayah dalam yang sedikit dari jalan raya tingkat kesejahteraan penduduk desa relatif minim dengan tingkat pendidikan anak yang hanya sampai tingkat SLTA. Kondisi sarana jalan yang relatif lebih buruk dengan prasarana transportasi hanya angkutan kendaraan roda dua yang terbatas, menyebabkan aktifitas perekonomian penduduk Kelurahan Rempoa wilayah ini hanya terbatas di lingkungan RW dan RT. Secara giografis fasilitas-fasilitas sosial dan umum yang ada di wilayah sisi jalan dan wilayah dalam yang jauh dari jalan raya dapat dilihat di bawah ini: 51 a. Kelembagan Ekonomi 1. Koperasi : 3 Unit 2. Industri Makanan : 3 Unit 3. Industri Pakaian : 1 Unit 4. Pasar : 1 Unit 5. Kelompok Usaha Simpan Pinjam : 1 Unit 6. Industri Kerajinan : 25 Unit 7. Percetakan : 5 Unit 8. Bengkel : 17 Unit 9. Warung Makanan : 51 Unit 10. Kios Klontong : 216 Unit D. Permasalahan 1. Permasalahan Sarana dan Prasarana Terjadinya Sarana/Prasarana dasar lingkungaan dan perumahan yang memadai merupakan faktor yang harus di perhatikan dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Faktor tersedianya komponen ini sangat berpengaruh bagi kesejahteraan di wilayah sasaran Desa. Permasalahan Sarana dan Prasarana dasar lingkungan dan perumahan yang ada di Kelurahan Rempoa antara lain : 1) Sarana dasar perumahan yang belum terpenuhi antara lain : a. Rumah sangat sempit dengan jumlah penghuni yang sangat banyak 52 b. Belum tersedianya sarana kesehatan perumahan seperti sanitasi, jendela, batas antara kamar, lubang sinar lantai tanah, tempat MCK yang belum tersedia dan sarana lain. 2) Sarana dan prasarana dasar lingkungan antara lain : a. Banyak infrastruktur yang kurang memadai jalan, jembatan, drainase irigasi dan saluran air bersih b. Sarana kesehatan lingkungan sanitasi, drainase, irigasi, tempat sampah dan lain-lain. c. Sarana pembuangan sampah d. Sarana penerangan jalan lingkungan. 2. Permasalahan Pengembangan SDM Permasalahan yang berkaitan dengan sumber daya manusia khususnya masyarakat miskin di Kelurahan Rempoa antara lain : a. Rendahnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat miskin b. Minat menyekolahkan dan kemampuan menyekolahkan masih kurang c. Kemampuan untuk membiayai pendidikan anak dimana biaya pendidikan cukup tinggi d. Masih adanya kesadaran yang rendah dalam masalah pendidikan e. Adanya sistem pendidikan yang belum berpihak pada masyarakat miskin 53 f. Sarana pendidikan yang memadai belum dapat di jangkau oleh masyarakat miskin. 3. Permasalahan Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Kegiatan usaha produktif merupakan yang terpenting untuk dapat terpenuhi segalanya kebutuhan hidup, oleh karena itu dalam penanggulangan kemiskinan ke depan perlunya mendapatkaan perhatian yang sangat serius. Permasalahan yang ada di Kelurahan Rempoa berkaitan dengan pengembangan dengan usaha produktif antara lain : a. Sebagian masyarakat tidak memiliki modal yang cukup untuk membuka usaha baru yang sesuai lingkungan. b. Manajemen usaha yang belum di miliki oleh warga miskin. c. Tidak adanya kelompok usaha untuk memecahkan usaha bersama. d. Terjeratnya warga miskin dalam Bank harian/rentenir. e. Tidak adanya jaringan kerjasama untuk mengembangkan usaha. f. Sulitnya mengakses modal. g. Masih rendahnya mutu hasil produktif. h. Lemahnya penguasaan teknologi. i. Rendahnya kualitas sumber daya manusia. Setelah peneliti mencari apakah terdapat beberapa masyarakat asli Sandratex yang berjualan nasi uduk, gado-gado, warung sembako, dan jenis usaha lainya. Dari keseluruhan masyarakat asli Sandratex tidak 54 keseluruhan bekerja sebagai pedagang, tetapi bekerja sebagai pegawai negeri maupun pegawai swasta. 4. Permasalahan Sosial Permasalahan sosial kemasyarakatan yang ada perlu segera mendapat perhatian antara lain : a. Rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan masyarakat miskin b. Tidak mampu membiayai pendidikaan anak c. Masih adanya yatim piatu dan jompo yang kurang mendapatkan perhatian d. Kurangnya sarana pendidikan formal dan non formal bagi masyarakat miskin e. Masih belum terpenuhinya sarana dan prasarana medis yang murah dan di jangkau masyarakat miskin f. Pelayanan kesehatan yang masih kurang dalam pengetahuan bagi balita dan ibu hamil. 5. Visi, Misi dan Prinsip dari Masyarakat a. Visi Menuju Masyarakat Kelurahan Rempoa menjadi sehat, tertib, aman, dan sejahtera. b. Misi Atas dasar visi Kelurahan Rempoa maka misinya adalah : 55 1) Menggalang kepedulian dan kerjasama dari berbagai unsur masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan 2) Mewujudkan pemberdayaaan masyarakat di Kelurahan Rempoa terutama masyarakat kurang mampu dalam upaya penanggulangan kemiskinan, melalui pengembangan kapasitas, penyediaan sumber saya dan membudayakan kemitraan sinergis antara masyarakat dengan pelaku pembangunan lokal lainya. 3) Meningkatkan pelayanan di bidang kesehatan untuk masyarakat miskin 4) Meningkatkan kualitas pendidikan untuk masyarakat miskin 5) Meningkatkan kualitas SDM dan mengurang pengangguaran dengan membuka lapangan kerja 6) Meningkatkan pendapatan bagi masyarakat miskin 7) Meningkatkan sarana lingkungan yang optimal bagi masyarakat miskin. 6. Tujuan a. Pada tahun 2012, kesehatan masyarakat miskin meningkat 75%. b. Pada tahun 2012, kesehatan ibu dan anak meningkat 70%. c. Pada tahun 2012, 70% anak miskin mengikuti pendidikan 9 tahun. d. Pada tahun 2012, pengangguran berkurang 60%. e. Pada tahun 2012, kesehatan masyarakat miskin meningkat 60%. f. Pada tahun 2011, pendapatan warga miskin meningkat sebesar Rp. 800.000 perbulanya. 56 7. Prinsip Prinsip-prinsip yang di kembangkan dalam membangun masyarakat Kelurahan Rempoa adalah sebagai berikut : A. Demokrasi; dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan orang banyak terutama masyarakat miskin, maka pengambilan keputusan harus di lakukan secara musyawarah dan demokrasi; B. Partisipasi; tiap langkah kegiatan harus di lakukan secara partisipatif sehingga membaangun rasa kepemilikan dan proses belajar bersama; C. Transportasi dan akuntabilitas manajemen organisasi masyarakat, sehingga masyarakat belajar dan melembagakan sikap bertanggung jawab serta tanggung gugat terhadap pilihan keputusan dan kegiatan yang di laksanakan. D. Desantralisasi; dalam proses pengambilan keputusan yang langsung menyangkut penghidupan orang banyak agar di lakukan sedekat mungkin dengan pemanfaatan daan atau di serahkan pada masyarakat sendiri, sehingga keputusan yang di buat benar-benar bermanfat bagi masyarakat banyak. BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA LAPANGAN A. Perkembangan Pedagang Kaki Lima di Sandratek Perkembangan pedagang kaki lima di Sandratex mempunyai peran yang sangat penting dalam kemajuan perkembangan usaha kaki lima. Perkembangan diawali dengan terbentuknya kelompok PKL asal daerah Padang yang membuat kegiatan paguyuban arisan PKL yang dibentuk sejak tahun 2004. Dengan terbentuknya kegiatan tersebut banyak mengundang kelompok PKL lainya yang berasal dari daerah lainya, seperti kelompok PKL asal daerah sunda, PKL pasar malam, dan kelompok lainya yang mempunyai profesi sebagai pedagang. Lokasi berdagang yang strategis mengundang banyak PKL yang berjualan di Sandratex, karena lokasi tersebut dekat dengan jalan besar, wilayahnya yang padat penduduk, dan wilayahnya berdekatan dengan wilayah Rempoa, dan Gintung. Dalam perkembangan pedagang kaki lima di Sandratex modal sosial berperan penting untuk memberikan informasi kelompok PKL, teman, saudara dan keluarga pedagang yang telah berjualan sebelumnya. Mereka saling membantu dalam permodalan, suplai barang dagangan, tempat tinggal dan informasi, seperti informasi tempat berjualan, lokasi lapak dan lain sebagainya. 57 58 B. Peran Modal Sosial terhadap perkembangan Pedagang Kaki Lima. 1. Kegiatan Paguyuban Arisan Pedagang Kaki Lima Dalam dunia yang semakin maju sulitlah bagi usaha-usaha perorangan untuk dapat berkembang atau untuk dapat menghindarkan diri dari kegagalan-kegagalan apabila tidak menjalin kerjasama dengan pengusahapengusaha yang lain. Paguyuban atau kegiatan kelompok PKL yang dipilih bila strukturnya dibangun bersifat non formal dan tidak terlalu mengikat adalah wadah yang tepat untuk melakukan kerjasama antara usaha-usaha tersebut, karena kegiatan paguyuban bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada anggota-anggotanya dalam rangka untuk memajukan usaha milik para kelompoknya.57 Dengan berdasarkan kutipan dari pernyataan diatas, pedagang kaki lima selaku usaha perorangan mengadakan kerjasama dengan sesama mereka. Kerjasama ini dapat diwujudkan oleh pedagang kaki lima apabila mereka bergabung dalam kegiatan paguyuban. Salah satu bentuk kegiatan paguyuban tersebut yaitu kegiatan arisan yang diikuti oleh pedagang kaki lima, kegiatan ini disebutkan sebagai salah satu bentuk budaya sosial yang tradisional yang dapat merangsang dan membina orang menjadi pesertapeserta dalam sistem ekonomi yang lebih modern. Karena arisan pada dasarnya mempunyai maksud untuk menyimpan uang dan mempererat hubungan kekerabatan antara anggotanya, maka keikutsertaan pedagang kaki lima dalam arisan menjadi salah satu bentuk 57 Bab 2. Landasan Teori h. 25-35. 59 kegiatan yang baik untuk kehidupan PKL, khususnya untuk penambahan modal usaha. Kegiatan paguyuban arisan PKL di wilayah Sandratex dimulai dari hubungan kerjasama antar pedagang yang saling bersama membangun sebuah kegiatan yang didalam kegiatan tersebut mempunyai dampak yang positif untuk kesejahteraan PKL. Adanya kegiatan PKL menumbuhkan rasa kepercayaan yang dibangun oleh pedagang sejak awal berdagang maka terbentuklah kegiatan PKL yang dibentuk oleh pedagang untuk menjalin tali silaturahmi, dan persaudaraan yang kuat antar pedagang. Kegiatan paguyuban arisan mempunyai manfaat yang banyak untuk pedagang khususnya pedagang yang mempunyai modal yang kecil. Dalam kegiatan arisan terdapat awal mula terbentuknya, kegiatan tersebut mempunyai dampak positif yang baik. Hal ini disampaikan oleh ketua paguyuban arisan Bapak Amrizal pedagang kaos kaki mengenai terbentuknya kegiatan arisan: “Terbentuk sejak sekitar tahun 2004 awal dimulainya paguyuban arisan pedagang kaki lima yang saya pegang, berawal dari dorongan hati nurani saya saja dan kebutuhan untuk penambahan modal usaha yang pedagang alami pada saaat itu. Ya pada saat itu juga saya didukung sama teman-teman pedagang buat arisan kecil-kecilan, pada awalnya si pedagang yang ikut arisan sekitar 50 pedagang”.58 Dengan terbentuknya kegiatan ini menumbuhkan hubungan kekerabatan antar pedagang yang sangat erat utamanya hubungan yang dimiliki oleh kelompok pedagang telah menjadi nilai-nilai bersama bagi 58 Wawancara pribadi dengan Ketua Arisan PKL Bapak Amrizal. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul 08.00 WIB (lihat lampiran). 60 mereka bahwa ikatan keluarga dianggap sebagai ikatan batin yang kuat dibandingkan dengan orang diluar keluarganya. Hubungan kekerabatan masih dianggap penting dan utama di kalangan pedagang. Dengan kata lain ikatan keluarga muncul sebagai perasaan yang kuat dan sudah terbentuk didalam masyarakat, khususnya kelompok pedagang. Selain itu terdapat penamaan kegiatan paguyuban arisan pedagang, kegiatan ini sangat penting untuk membangun rasa kebersamaan yang terjalin didalamnya, karena pedagang menganggap kegiatan ini sebagai sebuah kegiatan tabungan dan penambahan modal usaha. Pedagang mengetahui bahwa kegiatan ini sebagai kegiatan yang positif dan kegiatan yang mempunyai manfaat yang banyak untuk pedagang. Hal ini juga disampaikan oleh ketua arisan Bapak Amrizal pedagang kaos kaki mengenai penamaan kegiatan arisan PKL: “Untuk penamaan kelompok paguyuban arisan pedagang yang saya pegang, tidak ada penamaan khas ataupun penamaan yang aneh-aneh. Kegiatan ini bentuknya cuma paguyuban arisan simpan pinjam modal usaha pedagang biasa saja, tidak terlalu terikat antar anggota, pertemuan anggota arisan tidak resmi pertemuan hanya dilakukan pada saat pedagang berjualan saja”.59 Anggota paguyuban arisan yang mengikuti kegiatan ini sangat penting dalam proses berjalanya kegiatan. Karena dengan banyaknya pedagang yang mengikuti kegiatan tersebut, terdapat juga keuntungan yang di dapatkan. Salah satu keuntunganya, uang yang didapatkan pedagang dijadikan sebagai penambahan modal usaha dalam menjalankan usahanya. 59 Wawancara pribadi dengan Ketua Arisan PKL Bapak Amrizal. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul 08.00 WIB (lihat lampiran). 61 Hal ini juga disampaikan oleh ketua arisan Bapak Amrizal pedagang kaos kaki mengenai Anggota paguyuban arisan PKL yang terdaftar: “Anggota paguyuban arisan yang terdaftar saat ini, sekitar 30 pedagang yang mengikuti arisan ini. Banyak pedagang yang tidak ikut arisan ini dikarenakan masalah keuntungan berdagang yang sangat minim.”60 Uang pembayaran paguyuban arisan disepakati oleh pedagang yang mengikuti kegiatan ini, pembayaran arisan yang tidak memberatkan pedagang, kegiatan ini menjadi sangat penting untuk tabungan modal usaha. Hal ini juga disampaikan oleh ketua arisan Bapak Amrizal pedagang kaos kaki mengenai pembayaran uang arisan anggota setiap minggunya: “Tiap satu minggu sekali arisan dikocok, tarikan tiap satu minggunya tiap pedagang bayar 250.000. Yah lumayan lah setiap pedagang yang dapat arisan bisa untuk penambahan modal usaha, dan kebutuhan lainya.”61 Keuntungan pedagang pada saat mendapatkan arisan dipakai untuk dijadikan sebagai penambahan modal usaha, tabungan, dan untuk memenuhi kebutuhan keluarga pedagang. Hal ini juga disampaikan oleh ketua arisan Bapak Amrizal pedagang kaos kaki mengenai uang paguyuban arisan yang didapatkan anggota arisan PKL: 60 Wawancara pribadi dengan Ketua Arisan PKL Bapak Amrizal. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul 08.00 WIB (lihat lampiran). 61 Wawancara pribadi dengan Ketua Arisan PKL Bapak Amrizal. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul 08.00 WIB (lihat lampiran). 62 “Uang arisan yang didapatkan pedagang pada saat arisan di kocok sebesar RP. 7.500.000 uang arisan yang pedagang dapatkan setiap minggunya. Arisan dikocok selama satu minggu sekali.”62 Selain itu terdapat kegiatan simpan pinjam modal usaha. Pedagang hanya membayarkan iuran setiap minggunya, iuran tersebut dibayarkan pedagang tabungan modal usaha. Pembayaran iuran pedagang dikenakan sebesar 10.000 untuk 1 pedagang. Dana yang sudah terkumpul dipakai sebagai pinjaman modal usaha dan dipakai untuk uang dana sosial pedagang yang sedang terkena sakit atau musibah. Pengembalian pinjaman pedagang harus dikembalikan secara teratur dan tidak telat membayar cicilan, pedagang hanya mendapatkan modal usaha sebesar 1-2 juta rupiah. Cicilan pinjaman modal usaha tidak terdapat bunga pinjaman. Kegiatan ini salah satu kegiatan paguyuban arisan yang dibangun oleh pedagang selama pedagang berjualan di Sandratex. Kegiatan ini sudah dibangun sejak awal pedagang berjualan di Sandratex, karena itu pedagang yang berjualan di Sandratex selalu terlihat kompak. Hal ini juga disampaikan oleh ketua arisan Bapak Amrizal pedagang kaos kaki mengenai iuran paguyuban arisan dana simpan pinjam modal dan dana sosial: “Dana iuran yang dibayarkan pedagang dipakai untuk kegiatan simpan pinjam modal usaha, dan kegiatan jika ada salah satu keluarga pedagang yang terkena sakit.” 62 Wawancara pribadi dengan Ketua Arisan PKL Bapak Amrizal. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul 08.00 WIB (lihat lampiran). 63 Kegiatan paguyuban arisan ini hampir diikuti semua pedagang, pedagang yang mempunyai hasil keuntungan yang kecil bisa mengikuti kegiatan paguyuban ini, dengan iuran pembayaran yang cukup kecil dijadikan kemudahan untuk pedagang meminjam modal usaha jika pedagang sedang kehabisan modal usaha. Hal ini juga disampaikan oleh ketua arisan Bapak Amrizal pedagang kaos kaki mengenai kegiatan diluar paguyuban arisan: “Kegiatan yang bisanya rutin dilakukan setiap 2 bulan sekali diluar paguyuban arisan yaitu rekreasi keluargo pergi ke kebun binatang ragunan bersama anggota arisan pedagang untuk makan bersamo, dan kegiatan 2 tahunan mudik bersamo untuk anggota yang mempunyai kampung di daerah sumatera dan padang.” Kegiatan yang biasa dilakukan diluar paguyuban arisan yaitu kegiatan mudik bersama yang dilakukan pedagang asal daerah Sumatera (Padang) yang mudiknya dilakukan 2 tahun sekali, mudik bersama ini sudah lama dilakukan pedagang dengan membawa kendaraan masing-masing, bersama-sama membangun jiwa kekeluargaan yang baik dengan pedagang yang berasal daerah yang sama. Kegiatan lainya yang dilakukan pedagang pergi rekreasi ke kebun binatang ragunan untuk sekedar jalan-jalan dan makan bersama dengan keluarga. Setiap kegiatan paguyuban arisan memiliki tujuan yang ingin dicapai. Kegiatan ini mempunyai banyak manfaat yang sudah dirasakan pedagang salah satu tujuanya yaitu untuk menjalin tali persaudaraan antar pedagang, 64 dan dijadikan wadah untuk penambahan modal usaha untuk pedagang, khususnya pedagang yang mempunyai modal yang sangat kecil. Hal ini juga disampaikan oleh ketua arisan Bapak Amrizal pedagang kaos kaki mengenai maksud dan tujuan dari kegiatan paguyuban arisan PKL: “Tujuan dan maksud diadakanya kegiatan paguyuban arisan ini dijadikan sebagai wadah kerukunan yang mempunyai suatu kekuatan sebagai permodalan usaha pedagang.” Manfaat diadakanya kegiatan paguyuban arisan ini dijadikan sebagai kegiatan kerukunan pedagang kaki lima, selain itu manfaat lainya dijadikan sebagai kekuatan permodalan yang dihimpun oleh para pedagang. Manfaat ini yang dijadikan pedagang sebagai modal sosial yang sangat penting untuk menjalankan usaha berdagang dan mempunyai dampak yang baik untuk keberadaan pedagang kaki lima itu sendiri. Hal ini juga disampaikan oleh ketua arisan Bapak Amrizal pedagang kaos kaki mengenai manfaat yang didapatkan dari kegiatan paguyuban arisan: “Manfaat dari hasil mengikuti paguyuban arisan yang saya pegang, pedagang mendapat keuntungan untuk penambahan modal usaha uang sebesar 7.500.000 beli barang dagangan. Selain itu sangat banyak manfaatnya, khususnya pedagang dapat mengaatur dan menyisihkan hasil keuntungan daganganya setiap 1 minggu sekali, berguna untuk menghemat pengeluaran dan lebih dapat menyisihkan tabungan modal usaha”.63 63 Wawancara pribadi dengan Ketua Arisan PKL Bapak Amrizal. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul 08.00 WIB (lihat lampiran). 65 Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak Salman pedagang perkakas rumah tangga mengenai manfaat yang didapatkan dari kegiatan paguyuban arisan: “Manfaatnya untuk tabungan modal usaha yang saya dapatkan setiap kali saya berjualan, modal keuntungan usaha yang saya dapatkan saya sisihkan untuk membayar uang arisan. Dari pada keuntungan modalnya habis tidak karuan, mending saya ikuti arisan.”64 Selain manfaat terdapat juga harapan yang ingin dicapai dalam kegiatan paguyuban arisan. Dengan kegiatan ini banyak sekali mendapatkan keuntungan yang diperoleh pedagang, salah satunya keuntungan dalam penambahan modal usaha yang didapatkan untuk memenuhi barang daganganya dan dapat digunakan memenuhi kebutuhan lainya. Hal ini juga disampaikan oleh ketua arisan Bapak Amrizal pedagang kaos kaki mengenai harapan kedepan dengan adanya kegiatan paguyuban arisan ini: “Semoga kedepan paguyuban arisan ini bisa berjalan terus, anggota makin bertambah, dan pedagang yang ikut kegiatan ini mendapatkan banyak manfaat yang baik untuk keluarganya, modal usaha yang bertambah dan bertambah hasil usaha dagangnya”.65 Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak Zeni pedagang kerudung mengenai harapan kedepan dengan adanya kegiatan arisan ini: 64 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul 08.00 WIB (lihat lampiran). 65 Wawancara pribadi dengan Ketua Arisan PKL Bapak Amrizal. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul 08.00 WIB (lihat lampiran). 66 “Harapan kedepan sih kedepan bisa makin banyak lagi modal usaha yang didapat dari kegiatan arisan ini, terus pinjaman modal usaha yang diberikan ditambah lagi nominal pinjamanya. Soalnya kendala utama pedagang cuma modal usaha yang kecil.66 Harapan pedagang menjadi sesuatu harapan yang harus terwujud dalam kegiatan usaha, salah satu harapan yang diinginkan pedagang yaitu harapan untuk hidup sejahtera dan mendapatkan modal usaha yang besar untuk melebarkan usahanya ke tempat yang lebih layak seperti ruko ataupun mempunyai toko dan tidak berjualan di trotoar jalan lagi. Harapan terbesarnya yaitu pedagang hanya mengandalkan dengan mengikuti kegiatan arisan pedagang yang sedikit membantu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan menambahkan modal usahanya. Pedagang kaki lima sebagai kelompok yang melayani kebutuhan masyarakat, pada dasarnya terlibat di dalam proses niaga dilihat dari kegiatan pekerjaanya sehari-hari. Proses niaga disini dapat berarti menyalurkan atau menjadi salah satu mata rantai yang menghubungkan produsen kepada konsumen melalui barang atau jasa yang dijualnya kepada anggota masyarakat yang membutuhkanya. Dari proses kerjasama tersebut barang ataupun jasa tersebut biasanya langsung ditujukan kepada konsumen akhir atau pemakai langsung, 66 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul 09.00 WIB (lihat lampiran). 67 sehingga dengan demikian pedagang kaki lima merupakan mata rantai terakhir yang berhubungan dengan konsumen.67 Perkembangan pedagang kaki lima memberikan kontribusi yang besar dalam aktivitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat terutama dalam golongan ekonomi lemah. Selain itu, kegiatan sektor informal ini merupakan ciri ekonomi kerakyatan yang bersifat mandiri dan menyangkut hajat hidup orang banyak. Mempertimbangkan keadaan dan potensi tersebut, selayaknya pola penanganan dan pembinaan kegiatan pedagang kaki lima harus didasarkan pada konsep perilaku dan karakteristik berwawasan lingkungan agar isi pengaturannya tepat. Kelompok pedagang kaki lima di Sandratex memiliki aturan-aturan dan tata cara mereka sendiri dalam menjalankan usahanya. Aturan-aturan itu mengikat seluruh pedagang baik secara langsung atau tidak langsung. Kesepakatan yang telah dibuat harus dilaksanakan oleh pedagang dan kesepakatan tersebut tidak hanya ada dan dipatuhi. Diantara kelompok pedagang tetapi juga diantara pihak-pihak yang berhubungan dengan para pedagang khusunya pedagang kaki lima dilokasi penelitian, misalnya pelanggan/pembeli, pengelola, dan aparat lingkungan masyarakat. Hasil analisis peneliti dapatkan dari hasil wawancara 5 pedagang yang mengikuti kegiatan arisan pedagang, peneliti mengambil 5 informan pedagang yang sudah dipilih oleh ketua kegiatan paguyuban arisan. 67 Bab 2. Landasan Teori h. 25-35. 68 Terdapat banyak PKL yang berjualan dengan waktu yang lama selama puluhan tahun di wilayah Sandratex telah mampu mempertahankan kehidupan mereka beserta keluarganya dari kegiatan usaha kaki lima tersebut. Lamanya pedagang berjualan dikarenakan lokasi tempat berdagang yang sangat strategis dari segi tempat yang membuat pedagang mendapatkan banyak keuntungan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pedagang. Hal ini disampaikan oleh pedagang Uda Amrizal pedagang kaos kaki dengan peneliti mengenai lamanya berdagang: “Saya berdagang sejak tahun 1990an, dulu awal saya berdagang di wilayah Sandratex masih sangat sepi sekali pedagang yang berjualan disini, kalo dibilang saya pelopor utama pedagang yang mencari rezeky disini. Pada awal saya berdagang disini saya menjual barang dagangan musiman tidak harus berjualan kaos kaki saja, tetapi saya berjualan melihat musim jika lagi musim hujan saya berjualan perlengkapan untuk hujan seperti payung, dan jas hujan, tetapi kalo lagi musim panas saya berjualan kaos kaki semua umur”.68 Selanjutnya pedagang mempunyai waktu untuk menjualkan barang daganganya. Pedagang kaki lima selalu berusaha agar barang daganganya terjual dan untuk itu mereka akan memilih tempat berjualan yang dipandang sesuai, juga dipilih waktu tertentu yang banyak didatangi para pembeli. Hal ini disampaikan oleh pedagang Uni Leni pedagang baju muslim dengan peneliti mengenai pembagian waktu pada saat berdagang: 68 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul 09.00 WIB (lihat lampiran). 69 “Biasanya saya dan pedagang lainya sudah membuka lapak dagangan pukul 05.30 pagi, dan menutup lapak dagangan tergantung sepi dan ramainya pembeli dan pengunjung aja paling lama sih tutup lapak dagangan pukul 11.00 siang”.69 Bagi pedagang yang melakukan kegiatan usahanya sejak pagi hari hingga siang hari, ada pula kegiatan usaha pedagang dibantu oleh satu atau lebih tenaga pembantu. Namun demikian pedagang yang mempunyai tenaga kerja pembantu sangatlah terbatas, karena bagian terbesar dari PKL menjalankan kegiatan usahanya secara perseorangan tanpa mempunyai tenaga kerja pembantu atau dengan kata lain unit usahanya dilakukan sendiri. Dari Hasil keuntungan yang didapatkan pedagang pada saat berjualan sangat berbeda-beda tidak semua pedagang dapat meraup keuntungan yang besar disetiap berjualan. Pedagang hanya mengandalkan banyaknya pembeli yang membeli barang daganganya, jika pembeli sedang ramai pedagang mendapatkan keuntungan yang banyak, tetapi jika pembeli sedang tidak ramai pedagang mendapatkan keuntungan yang sedikit. Hal ini disampaikan oleh pedagang Bapak Kosim pedagang perkakas rumah tangga mengenai penghasilan yang didapat setiap berdagang: “Penghasilan yang saya dapat tidak menentu per bulan atau pun per hari kadang setiap berdagang dapat 500 ribu, tergantung ramai atau tidaknya pembeli di tempat jualan.70 69 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul 09.00 WIB (lihat lampiran). 70 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul 09.00 WIB (lihat lampiran). 70 Selanjutnya minat pembeli pada saat pedagang membuka lapak daganganya, pembeli yang datang dari tahun ke tahun semakin ramai mendatangi lapak pedagang di Sandratex, dikarenakan banyaknya jumlah PKL yang berjualan dan jenis barang dagangan yang sangat lengkap dan harga yang sangat terjangkau untuk kalangan masyarakat menengah kebawah. Hal ini disampaikan oleh pedagang Uda Zeni pedagang kerudung dengan peneliti mengenai minat pembeli: “Minat pembeli dari awal saya berjualan di wilayah Sandratex dari tahun ke tahun perubahanya makin lama makin ramai dan pembelinya tidak hanya masyarakat yang tinggal di wilayah Sandratex saja tetapi pembelinya banyak dari luar Sandratex. selain itu barang dagangan yang dijual diwilayah Sandratex sangat murah, terjangkau, dan kualitasnya tidak kalah dengan barang yang dijual di pasar modern ataupun yang dijual di pasar ciputat”.71 Kendala utama yang dihadapi pedagang yaitu masalah modal usaha yang kecil dan tidak setiap keuntungan pedagang meraup keuntungan besar. Karena itu pedagang mengikuti kegiatan paguyuban arisan simpan pinjam untuk menjalankan usaha berdagangnya. Hal yang sama juga disampaikan oleh pedagang Bpk Kosim pedagang perkakas rumah tangga mengenai kendala yang dihadapi PKL: “Kendala paling utama pedagang yaitu modal yang kecil, tetapi pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari yang sangat besar menjadi persoalan pedagang saat ini, apa lagi kebutuhan pokok semua naik khususnya kebutuhan rumah tangga. Dan persaingan 71 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul 09.00 WIB (lihat lampiran). 71 pedagang kecil yang makin lama makin tergusur oleh pedagang yang mempunyai modal yang sangat besar menjadi persoalan yang selalu dikeluhkan oleh pedagang kecil”.72 Selain itu terdapat persaingan dalam dunia usaha khususnya pedagang kaki lima yang mempunyai pedagang sangat banyak dan tersebar luas di setiap wilayah kota maupun desa. Persaingan bukanlah halangan atau menjadi permasalahan untuk usaha kaki lima, tetapi persaingan menjadi sebuah tantangan yang harus dilewati dan hadapi dalam dunia usaha khususnya dunia usaha pedagang kaki lima. Persaingan yang sehat, jujur, dan tidak saling menjatuhkan antar dunia usaha yang sangat dibutuhkan oleh setiap pedagang. Hal ini disampaikan oleh pedagang Uda Zeni mengenai Persaingan antar pedagang kaki lima: “Persaingan pedagang menurut saya, selama 5 tahun berdagang disini saya belum pernah melihat persaingan antar pedagang ataupun konfik antar pedagang. Kebanyakan saya lihat mayoritas pedagang mempunyai rasa tolong menolong yang tinggi dan rasa pertemanan yang sangat baik. Semua pedagang saling bantu membatu satu denan yang lainya”.73 Hal yang sama juga disampaikan oleh pedagang Uni Leni mengenai Persaingan antar pedagang kaki lima: “Tidak pernah adanya persaingan antar pedagang disini smua pedagang terlihat kompak dan selalu menjalin komunikasi yang baik antar pedagang. Malahan sesama pedagang perempuan 72 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul 09.00 WIB (lihat lampiran). 73 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul 09.00 WIB (lihat lampiran). 72 sering juga makan bareng tukeran lauk pauk pada saat lagi sepinya pembeli”.74 Suasana yang terjalin antar pedagang pada saat awal berjualan diwilayah Sandratex. Pedagang sudah seperti seperti keluarga dengan pedagang lainya tidak ada batasan ataupun terjadi konflik antar pedagang yang terjalin selama pedagang berjualan di wilayah Sandratex. Hal ini disampaikan oleh pedagang Uda Salman mengenai Suasana yang terjalin antar pedagang kaki lima: “Kesenangan yang saya dapat selama berdagang disini. saya mencari kegiatan untuk mengisi hari tua saya, karena dengan berdagang saya bisa mendapatkaan banyak teman, bisa mendapatkan teman mengobrol, dan juga mempunyai pekerjaan lagi. karena itu saya memilih berdagang saja jadi ada kegiatan positif yang dilakukan disetiap harinya. Modal yang saya dapatkan yaitu dari hasil mengikuti arisan dan uang pensiunan saya”.75 Hubungan pedagang dengan pembeli terjalin sangat baik, pedagang sangat ramah dan sopan untuk menawarkan daganganya terhadap pembeli. Dari hubungan baik yang terjalin dengan pembeli pedagang mendapatkan keuntungan yang banyak karena keramahan pedagang yang membuat pembeli senang melihat dan membeli dagangan. Hal ini disampaikan oleh pedagang Uni Leni dengan peneliti mengenai hubungan antara pedagang dan pembeli: 74 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul 09.00 WIB (lihat lampiran). 75 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul 09.00 WIB (lihat lampiran). 73 “Kalo pembeli, kita udah anggap pembeli kaya teman aja nga ada batasan yang ngalangin, yang namanya aja jualan saling tawar menawar harga barang udah biasa yang penting pembeli nawarnya nga bikin rugi kita aja. Hampir semua barang dagangan yang saya jual disini mampu menjangkau pembeli menengah kebawah atau semua kalangan masyarakat, tidak mahal atau murah tetapi stabil, dan kualitas barangnya sangat baik dan awet”.76 Selanjutnya peneliti akan menggambarkan hubungan pedagang dengan pihak pengelola. Keberadaan pengelola pedagang kaki lima yang mengatur, dan mengamankan pedagang selama berjualan menjadi pemandangan yang sudah biasa. Kebetulan para pedagang kaki lima diwilayah Sandratex selalu mempunyai hubungan yang sangat baik dengan pihak pengelola, mereka di tarik uang keamanan, kebersihan, dan sewa lapak oleh pihak pengelola sebagai jaminan pedagang berjualan diwilayah Sandratex. Terlepas dari apakah pedagang merasa terganggu atau tidak dengan uang sewa lapak tersebut, tetapi pedagang tetap harus membayar uang sewa lapak tersebut karena pedagang ingin mendapatkan keamanan, kebersihan, dan kenyamanan selama berdagang di wilayah Sandratex. Hal ini disampaikan oleh pedagang Bapak Amrizal dengan peneliti mengenai hubungan pedagang dengan pengelola PKL: “Hubungan dengan pihak pengelola sejak lama sudah terjalin baik dari awalnya PKL berdagang disini, pedagang sangat terbantu 76 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul 09.00 WIB (lihat lampiran). 74 sekali dengan adanya pengelola yang mengatur, mengamankan, dan membagikan lapak dagang buat PKL”.77 Kerja sama yang terjalin dengan pedagang sangatlah diperlukan oleh pedagang, karena hubungan pertemanan yang dilakukan oleh pedagang menjadi sangat penting untuk keberadaan PKL di Sandratex. Karena dengan hubungan baik antar pedagang tidak terdapat konflik yang terjadi. Hal ini disampaikan oleh pedagang Bapak Salman dengan peneliti mengenai kerja sama yang terjalin antar pedagang: “Kerjasama yang terjalin antar pedagang selama berjualan di sandartex, yang saya rasakan selama ini hubungan dengan pedagang lainya cukup baik dan selalu saling membantu antar pedagang lainya. Nga pernah ada namanya antar pedagang ribut, semuanya yang dagang disini semuanya udah kaya keluarga aja. Saling tolong menolong, sama-sama nyari makan buat keluarga masing-masing”.78 Kemudian diantara pedagang dan pembeli juga memiliki aturan, aturan tersebut terjadi pada saat transaksi antara pedagang dan pembeli yang melakukan tawar menawar barang dagangan yang dijual. Tawar menawar barang harus disepakati oleh pedagang dengan pembeli untuk menguntungkan satu dengan lainya. Dari aturan tersebut pedagang dengan pembeli mempunyai hubungan yang bersifat komersil atau sementara dalam artian bahwa pendekatan pada kegiatan usaha dagang terlepas dari hubungan yang bersifat pribadi atau hubungan tetangga, tidak tetapnya atau sering berpindahnya tempat, menyebabkan pula bahwa hubungan antara pembeli dengan PKL sering 77 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul 09.00 WIB (lihat lampiran). 78 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul 09.00 WIB (lihat lampiran). 75 hanya hubungan sepintas lalu atau lebih merupakan hubungan yang tidak disengaja atau terjadinya karena kebetulan saja. Hal ini disampaikan oleh pedagang Bapak Salman dengan peneliti mengenai aturan yang disepakati pedagang: “Aturan yang biasanya disepakati sama pedagang ya aturan yang biasa dibuat sama pedagang laenya, yang jualan disini, ya aturanya pembagian lapak jualan yang udah disepakati dan ditempati sama pedagang bertahun-tahun. Pembagian lapak yang harus disepakati sama pengelola dan pedagang yang udah bayar uang dimuka sama pihak pengelola”.79 Hal yang sama juga disampaikan oleh pedagang Uda Zeni dengan peneliti mengenai aturan yang disepakati pedagang: “Aturan ini salah satu bentuk kepercayaan yang dibangun pedagang untuk menjalin rasa kekeluargaan dan kebersamaan antar pedagang yang aturanya tersebut sudah dilakukan sejak ramainya pedagang berjualan di wilayah Sandratex. Karena kalo nga ada aturan ini pasti akan timbulnya konflik atau permasalahan antar pedagang karena saling berebut lapak berdagang”.80 Tarikan sewa lapak yang dibayarkan pedagang kepada pihak pengelola lapak dijadikan pedagang sebagai pembayaran untuk menjalankan usaha. Pedagang beranggapan bahwa uang tarikan lapak berjualan yang tidak memberatkan pedagang sangatlah membantu kegiatan berjualan pedagang. Hal ini disampaikan oleh pedagang Bapak Salman dengan peneliti mengenai uang tarikan sewa lapak: “Kalo masalah sama uang tarikan yang biasa diminta sama pihak pengelola lapak, saya setuju-setuju aja selama masih minta uang 79 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul 09.00 WIB (lihat lampiran). 80 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul 09.00 WIB (lihat lampiran). 76 bayar lapaknya nga ngeberatin pedagang aja. Soalnya pedagang disini kan juga nyari makan buat keluarga, trus pengelola lapak juga nyari makan juga. Yah sama-sama enak aja dah, soalnya kan pengelola yang punya lapak, jadi sewajarnya dimintain tarikan buat keamanan, sewa lapak, dan kebersihan juga”.81 Uang sewa lapak salah satu aturan yang berlaku diantara pedagang dengan pihak pengelola. Ternyata dibalik pungutan sewa lapak tersimpan harapan pedagang agar pedagang mendapatkan rasa aman dan nyaman sehingga usaha dapat berjalan lancar dan pedagang berharap dengan adanya pengelola lapak memberikan keteraturan dalam berdagang. Manfaat yang didapatkan pedagang setelah mengikuti paguyuban arisan PKL sangat banyak maanfaat yang didapatkan, salah satu manfaatnya pedagang dapat menyisihkan hasil keuntungan jualanya setiap minggunya. Dari hasil uang arisan tersebut pedagang dapat menambahkan untuk modal usaha dan memenuhi kebutuhan keluarganya dijadikan sebagai tabungan keluarga. Hal ini disampaikan oleh pedagang Uda Zeni mengenai manfaat dari mengikuti arisan PKL: “Manfaat dari hasil mengikuti arisan, saya pakai uangnya yang sebesar Rp. 6.250.000 untuk penambahan modal beli barang dagangan, sisanya saya tabung untuk keperluan mendadak dan tabungan masa depan keluarga saya”.82 Hal yang sama juga disampaikan oleh pedagang Uda Salman mengenai manfaat dari mengikuti arisan PKL: 81 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul 09.00 WIB (lihat lampiran). 82 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul 09.00 WIB (lihat lampiran). 77 “Manfaat yang saya dapatkan, saya dapat mengatur dan menyisihkan hasil keuntungan dagang setiap satu minggu sekali, berguna untuk menghemat pengeluaran dan dapat menyisihkan tabungan untuk modal usaha”.83 Hubungan – hubungan yang terjalin antar kelompok pedagang terus berlanjut membangun kepercayaan yang dipelihara oleh masing-masing pihak baik diantara pedagang, pedagang dengan pembeli, pedagang dengan pengelola, dan dengan pihak lainya. Sampai menimbulkan harapan-harapan yang berkembang di dalam kelompok pedagang. Sebab harapan-harapan yang di bangun pada saat ini akan bermanfaat untuk masa depan yang akan menimbulkan solidaritas didalam kelompok pedagang. Hal ini juga disampaikan oleh pedagang Uda Zeni pedagang kerudung mengenai harapan anggota arisan PKL untuk kegiatan arisan: “Harapan saya tetap dipertahankan arisan pedagang ini, karena saya sudah merasakan manfaat dari arisan ini, manfaat yang pertama yaitu saya mendapatkan modal tambahan usaha, arisan ini dijadikan juga sebagai ajang silaturahmi antar pedagang.”84 Tabel 4.1 Konsep Norma 83 Bentuk Norma terdiri dari nilai-nilai, harapan, dan aturan yang dijalankan bersama. Temuan Lapangan Aturan-aturan yang dipakai oleh PKL yaitu aturan dalam berdagang tidak boleh antar pedagang saling menjatuhkan sama lain, aturan lainya pembagian lapak yang sudah disediakan oleh pengelola, aturan dalam Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul 09.00 WIB (lihat lampiran). 84 Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul 09.00 WIB (lihat lampiran). 78 Trust Jaringan mengatur harga barang dengan pedagang lain, Tidak terdapatnya konflik antar pedagang, saling mengatur, menjaga, dan menghargai antar pedagang Kejujuran, Terbentuknya kegiatan keadilan, paguyuban PKL asal keramahan, dan daerah padang, adanya saling rasa kekeluargaan yang menghormati kuat dalam kelompok PKL, saling membantu antar PKL baik pada saat berdagang maupun diluar berdagang. Solidaritas, dan Dengan adanya kerja kerja sama sama antar PKL, mudahnya PKL untuk mendapatkan modal usaha, informasi lokasi tempat jualan, mendapatkan rasa aman, nyaman, pada saat berdagang, suplai barang dagangan yang didapatkan pedagang menjadi mudah, murah, dan menguntungkan 79 Norma Aturan pembagian lapak, tidak adanya konflik antar pedagang, aturan, saling mengatur, menjaga, menghargai antar pedagang. Trust Kapital Sosial Tumbuhnya rasa kekeluargaan antar kelompok pedagang, saling membantu antar pedagang baik pada saat bedagang, dan diluar berdagang. Jaringan Kerja sama antar pedagang, mudahnya PKL mendapatkan modal usaha, informasi lokasi jualan, mendapat rasa aman, dan nyaman saat berdagang. Paguyuban arisan pedagang Kesejahteraan pedagang dan lancarnya kegiatan usaha pedagang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Gambaran modal sosial sebagai konsep yang terdiri dari kepercayaan, norma dan jaringan semuanya akan melalui perananya dalam mempengaruhi perkembangan pedagang kaki lima di sektor usaha pedagang di wilayah Sandratex Rempoa Ciputat. Pedagang kaki lima Sandratex telah mampu berkembang dengan baik dan mampu bertahan menghadapi persaingan usaha. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan jumlah pedagang kaki lima yang mengalami peningkatan cukup signifikan dari tahun ke tahun. Kemampuan berkembang dan bertahan menghadapi persaingan usaha pedagang kaki lima, selain didorong faktor keterampilan dan semangat kerja yang tinggi, juga didorong dengan peran modal sosial diantara para pedagang kaki lima. Peran modal sosial membentuk kegiatan paguyuban arisan yang produktif serta saling belajar mempercayai komitmen yang dipertanggung jawabkan dan menghasilkan keuntungan bersama. Paguyuban arisan telah berhasil melakukan pembinaan terhadap pedagang, ditunjukkan dengan adanya rasa aman dan tenteram dalam menjalankan usaha, tidak khawatir ada penggusuran, kesulitan modal bisa diatasi melalui pinjaman modal usaha, peningkatan pendapatan usaha, munculnya rasa solidaritas pedagang, 80 81 kesamaan dalam jenis usaha, lokasi dan daerah asal, memudahkan mereka untuk bekerjasama. Modal sosial yang telah berperan dalam membangun norma aturan yang disepakati antar pedagang yaitu aturan dalam berdagang tidak saling menjatuhkan antar pedagang, bersaing secara sehat antar pedagang, tidak terjadinya konflik antar pedagang, trust saling menghormati antar pedagang, saling membantu antar pedagang baik pada saat berjualan maupun tidak berjualan, rasa percaya untuk meminjamkan modal usaha, jaringan terdapatnya informasi letak lokasi berdagang, terdapatnya modal usaha yang didapatkan antar pedagang, suplai barang dagangan yang didapatkan pedagang menjadi mudah, murah, dan menguntungkan. Dalam taraf ini PKL telah mampu memberikan manfaat bahwa modal sosial sebagai salah satu faktor penting dalam kegiatan perekonomian masyarakat B. Saran Adapun saran yang diberikan peneliti terkait dengan keberadaan pedagang kaki lima di Sandratex Rempoa Ciputat: a. Saran Pemerintah Desa/Kelurahan Rempoa 1. Menata dan merelokasi lapak pedagang supaya tertib, dan tidak berjualan di pinggir trotoar jalan supaya tidak mengganggu penguna jalan dan arus lalu lintas. 2. Pihak Pemerintah Tangerang Selatan. Perkembangan sektor informal mempunyai dampak yang positif jika dikelola dengan baik, baik terhadap penerimaan pajak daerah Pemkot Tangerang Selatan, sebagai 82 upaya meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka lapangan pekerjaan dan mengurangi angka pengangguran. b. Saran Pedagang Kaki Lima Sandratex Rempoa Ciputat. 1. Memberikan kemudahan untuk mendapatkan pinjaman modal usaha dengan bunga kecil dan persyaratan yang tidak berbelit-belit dari kegiatan arisan pedagang kaki lima. 2. Mendapatkan perhatian dari pemerintah pusat maupun kota dalam penambahan modal usaha dan lokasi yang layak untuk berjualan. 79 DAFTAR PUSTAKA Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Bobi B. Setiawan, 2004, ”Ruang Publik dan Modal Sosial: Privatisasi Ruang di Kampung”, Universitas Gadjah Mada, dalam Info URDI Volume 17, Yogyakarta. Chamsyah Bachtiar, Reinventing Departemen Sosial dalam Konteks Pembangunan Sosial Indonesia. Jakarta:Rakyat Merdeka Books, 2006. Francis Fukuyama, Guncangan Besar Kodrat Manusia dan Tatanan Sosial Baru. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005. Fukuyama F, Trust: The Social Virtues and Creation of Property, dikutip oleh Rahmat Rais, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah. Jakarta: Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2009. George Rtzer, Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media Group, 2007. M. Meden Ridwan, ed. Tradisi Baru Penelitian Agama Islam. Bandung: Nuansa, 2001. Muller Johannes, Perkembangan Masyarakat Lintas-Ilmu. Yogyakarta: Gramedia, 2005. N. Grass WS. Massa dan AW. MC. E achen, Explaration Role Analysis dalam David Berry pokok-pokok pikiran dalam sosiologi. Jakarta : PT. Grafindo Persada, 1995. Permadi Gilang, S.S, Pedagang Kaki Lima Riwayatmu Dulu, Nasibmu Kini. Jakarta: Yudhistira, 2007. 80 Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2009. Rais Rahmat, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah. Jakarta: Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2009. Ramli Rusli, Sektor informal perkotaan pedagang kaki lima. Jakarta:Ind-Hill.co, 1992. Robert M. Z Lawang, Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik. Jakarta: FISIP UI Press, 2005. Sartika Tiktik Partomo Ekonomi Skala Kecil/Menengah & Koperasi. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002. Soerjono Soekamto, Kamus Sosiologi. Jakarta: Rajawali Press. Suharto Edi, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi. Jakarta : Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI, 2004. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta, Bandung, 2009. Waluya Bagja, Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat. PT Setia Purna Inves, Bandung, 2007. Wigati Mulat Abdullah, Sosiologi. Jakarta: Grasindo, 2008. Zaky Ahmad dan Firdaus Ismet, Pengalaman Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’afa. Jakarta: Dakwah Press Universitas Syarif Hidayytullah, 2008. 81 Sumber Internet Administrator “Data Usaha Mikro Kecil Menengah” Diakses pada 13 Maret 2014, Pukul 15.00 WIB dari www.depkop.go.id/data-usaha-mikrokecil-menengah-umkm-dan-usaha-besar-ub-tahun-2011-2012 Administrator Suharto Edi, “Modal Sosial dan Kebijakan Publik”, Diakses pada 13 Maret 2014, Pukul 15.00 WIB dari (http://kuntum2008.multply.com/journal). Administrator, “Triangulasi dalam penelitian kualitatif”, Diakses pada 24 September 2014, Pukul 23.00 WIB dari http://mudjiarahardjo.uinmalang.ac.id/materi-kuliah/270-triangulasi-dalam-penelitiankualitatif.html. Administrator, Diakses pada 26 Desember 2014, Pukul 15.00 WIB dari http://jakarta.bisnis.com/read/20140816/383/250410/bazar-sabtuminggu-sandratex-di-ciputat-banyak-peminat. Administrator, Diakses pada 26 Desember 2014, Pukul 15.00 WIB dari http://kabar24.bisnis.com/read/20130216/78/1073/pasar-kagettangerang-selatan-macetkan-arus-lalu-lintas. Lampiran Pedoman wawancara TRANSKIP WAWANCARA Nama : Jenis Informan : Hari/Tanggal : Waktu : Tempat : Topik Wawancara : A. Kegiatan Paguyuban Arisan Pedagang 1. Sejak kapan mulai dirintis dan kapan arisan PKL ini dimulai? 2. Apa nama dari kegiatan arisan PKL tersebut? apakah dalam bentuk arisan atau dalam kegiatan lainya? 3. Siapa penggagas pertama kali kegiatan ini? 4. Berapakah anggota yang terdaftar? 5. Maksud dan Tujuan dari kegiatan arisan PKL? 6. Apakah syarat dalam mengikuti kegiatan arisan PKL? 7. Apa Manfaat anggota mengikuti kegiatan ini? 8. Harapan dengan adanya kegiatan arisan ini? B. Pedagang 1. Sudah beberapa lama ibu/bpk berdagang? 2. Berapa penghasilan ibu/bpk berdagang? 3. Bagaimana persaingan antara PKL disini? 4. Bagaimana minat pembeli yang ada diwilayah Sandratex? 5. Bagaimana hubungan pedagang dan pembeli? 6. Apakah ada aturan yang sudah disepakati oleh pedagang? 7. Bagaimana hubungan pedagang dengan pedagang lainya? 8. Apakah terdapat manfaat dari mengikuti kegiatan arisan ini? C. Pengelola 1. Awal kemunculan PKL banyak di wilayah Sandratex? 2. Sudah berapa lama bpk mengelola lapak PKL di Sandratex? 3. Bagaimana pembagian lapak PKL yang berjualan di Sandratex? 4. Apakah pernah terdapat konflik antar PKL karena berebut lapak? 5. Apakah terdapat keuntungan yang diambil oleh pihak pengelola dengan keberadaan PKL? 6. Harapan kedepan dengan keberadaan PKL? D. Kelurahan 1. Menurut bpk melihat fenomena keberadaan PKL di wilayah sandratek? 2. Apakah pihak kelurahan pernah memberikan teguran terhadap PKL yang berjualan di bahu jalan? 3. Apakah terdapat retribusi pajak atau pungutan yang diminta kelurahan dari PKL? 4. Apakah terdapat solusi perencanaaan/penertiban kepada PKL untuk direlokasi ketempat yang lebih baik? 5. Harapan kelurahan dengan keberadaan PKL? E. Pembeli 1. Bagaimana kualitas barang yang di jual oleh PKL? 2. Bagaimana harga barang yang dijual oleh PKL, terjangkau atau tidak? 3. Alasan ibu memilih membeli barang dagangan di PKL ini apa? 4. Manfaat keberadaan PKL terhadap pembeli? 5. Apakah ibu merasa terbantu dengan adanya keberadaan PKL disini? 6. Harapan ibu/bpk kedepan melihat keberadaan PKL disini? F. Pengguna Jalan 1. Bagaimana pendapat ibu/bpk mengenai keberadaan PKL di wilayah Sandratex? 2. Apakah ibu/bpk merasa terganggu dengan keberadaan PKL yang berjualan di trotoar jalan? 3. Harapan ibu/bpk kedepan melihat keberadaaan PKL yang berjualan di sepanjang trotoar jalan? Lampiran 1. Informan Ketua Paguyuban Arisan PKL Sandratex TRANSKRIP WAWANCARA Nama : Bapak Amrizal Jenis Informan : Pedagang Kaos Kaki Hari/Tanggal : Rabu, 17 Mei 2014 Waktu : Pukul 08.00 WIB Tempat : Sandratex Rempoa Topik Wawancara : Kegiatan Paguyuban Arisan Pedagang Kaki Lima Interviewer : Sejak kapan mulai dirintis dan kapan arisan PKL ini dimulai? Informan : “Dirintis sejak sekitar tahun 2004 awal dimulainya arisan pedagang kaki lima yang saya pegang.” Interviewer : Apa nama dari kegiatan arisan PKL tersebut? apakah dalam bentuk arisan atau dalam kegiatan lainya? Informan : “Penamaan dalam arisan yang saya pegang, tidak ada penamaan yang disebutkan hanya kegiatan arisan pedagang saja.” Interviewer : Siapa penggagas pertama kali kegiatan ini? Informan : “Uda Amrizal salah satu penggaggas dalam pembuatan arisan PKL dan dapat dukungan dari teman-teman PKL.” Interviewer : Berapakah anggota yang terdaftar? Informan : “Terdaftarnya anggota arisan dari awal mulainya arisan berjalan terdapat 45 anggota pedagang yang aktif mengikuti arisan pedagang, dan pedagang yang mengikuti kegiatan arisan ini tidak dipaksa untuk mengikuti kegiatan arisan ini, pedagang yang mau ikut saja. Untuk anggota yang terdaftar sekarang terdapat 30 PKL yang ikut kegiatan arisan ini, dari athun ke tahun anggota yang mengikuti arisan ini berkurang, dikarenakan banyak faktor yaitu hasil penjualan yang menurun dan minat pembeli yang kurang.” Interviewer : Maksud dan Tujuan dari kegiatan arisan PKL? Informan : “Maksud dan tujuan kegiatan arisan dibuat dikarenakan PKL yang sedang merintis berdagang di wilayah Sandratex hanya bermodalkan kecil untuk modal dagangnya, dengan adanya wadah arisan ini pedagang tidak takut lagi kehabisan modal usaha dagangnya, kegiatan arisan ini juga mempunyai tujuan yang baik untuk PKL yaitu menciptakan rasa persaudaraan yang kuat antar PKL dan rasa saling bantu membantu yang diciptakan antara PKL.” Interviewer : Apakah syarat dalam mengikuti kegiatan arisan PKL? Informan : “Tidak ada syarat atau aturan dalam mengikuti kegiatan arisan ini, hanya syaratnya setiap arisan mau dikocok anggota harus membayar arisan dengan tepat waktu dan tidak menunggak bayar arisanya. Kegiatan yang biasa dilakukan pertemuan setiap satu minggu sekali, yaitu diadakan pertemuanya hari minggu pagi untuk membayar uang arisan dan pengocokan arisan. Setiap minggunya tarikan uang arisan dikenakan setiap anggota 250.000, dan untuk anggota yang mendapat arisan tersebut akan mendapatkan penambahan modal usaha sebesar 7.500.000.” Interviewer : Bagaimana keuntungan anggota dalam mengikuti kegiatan ini? Informan : “Keuntungan anggota yang mengikuti arisan ini, salah satu manfaatnya untuk mendapatkan penambahan modal usaha khususnya membeli barang dagangan, untuk menambah uang tabungan keluarga.” Interviewer : Harapan dengan adanya kegiatan arisan ini? Informan : “Harapan untuk kegiatan arisan ini saya sebagai ketua arisan menginginkan kegiatan arisan PKL ini terus berlanjut sampai kapan pun, harapan lainya anggota yang ikut kegiatan ini terutama PKL semakin banyak, karena dengan banyaknya anggota arisan yang mengikuti modal yang didapatkan juga akan lebih banyak lagi. Itu yang saya harapkan dengan terbentuknya arisan PKL ini, harapan lainya yaitu bantuan modal usaha dari pemerintah kota maupun pemerintah pusat yang memberikan modal usaha untuk PKL dengan bunga rendah agar PKL dapat mengembangkan usahanya kearah lebih baik dan dapat mensejahterakan hidupnya lebih layak lagi.” Lampiran 2. Informan Anggota Paguyuban Arisan PKL Sandratex TRANSKRIP WAWANCARA Nama : Bapak Kosim Jenis Informan : Pedagang Perkakas Rumah Tangga Hari/Tanggal : 17 Mei 2014 Waktu : Pukul 08.00 WIB Tempat : Sandratex Rempoa Topik Wawancara : Kegiatan Paguyuban Arisan PKL Interviewer : Sudah beberapa lama ibu/bpk berdagang? Informan : “Saya sudah berdagang sekitar 7 tahun yang lalu.” Interviewer : Berapa penghasilan ibu/bpk berdagang? Informan : “Penghasilan yang saya dapat tidak menentu per bulan ataupun per hari kadang setiap berdagang dapat 500.000, tergantung ramai atau tidaknya pembeli di tempat jualan. Modal jualan yang saya punya didapatkan dari hasil tabungaan keuntungan modal yang saya kumpulkan setiap saya berdagang, dan modal tambahan yang lain saya daapatkan dari mengikuti arisan mingguan yang dipegang oleh uda amrizal.” Interviewer : Bagaimana persaingan antara PKL disini? Informan : “Persaingan antar pedagang disini menurut saya wajar sekali antar pedagang bersaing dalam berdagang, tetapi bersaing secara sehat tidak saling menjatuhkan atau menjelekan antar pedagang.” Interviewer : Bagaimana minat pembeli yang ada diwilayah Sandratex? Informan : “Minat pembeli selama saya berjualan disini sangat baik setiap tahunya makin lama pembeli semakin ramai dan banyak yang dating kesini untuk membeli barang dagangan saya, pembeli langganan saya nga cuma daerah Sandratex saja tetapi pembeli dri luar Sandratex juga banyak yang menjadi pelanggan tetap saya.” Interviewer :Bagaimana hubungan pedagang dan pembeli? Informan : “Hubungan yang saya lakukan dengan pembeli setiap transaksi atau menawarkan barang dagangan saya harus sopan, ramah, dan baik setiap berjualan dengan pembeli, sebaliknya juga pembeli harus mempunyai sikap baik kepada pedagang salah satunya pembeli yang menawar barang dagangan yang suka keterlaluan menawarnya. Jadi pedagang selalu dijadikan korban oleh pembeli, yah mungkin hubungan yang terjalin cukup baik lah sma pembeli.” Interviewer : Apakah ada aturan yang sudah disepakati oleh pedagang? Informan : “Aturan yang disepakati dengan pedagang sudah sejak lama aturan tersebut dibuat oleh pedagang dari awal pedagang berjualan di Sandratex, salah satu aturanya yaitu mengenai lapak pedagang yang berjualan disini dan mengenai harga barang dagangan harus disesuaikan dengan pedagang lainya tidak saling menjatuhkan sesama pedagang yang berjualan.” Interviewer :Bagaimana hubungan pedagang dengan pedagang lainya? Informan : “Hubungan dengan pedagang yang lainya sudah terjalin lama, dari hubungan tersebut saya dengan pedagang lainya sudah saya anggap seperti keluarga sendiri karena pedagang disini semua saling bantu membantu dan mempunyai rasa solidaritas tinggi antar pedagang.” Interviewer :Apakah terdapat manfaat dari mengikuti kegiatan arisan ini? Informan : “Maanfaat yang saya rasakan mengikuti arisan ini salah satu manfaatnya yaitu hasil uang arisanya saya manfaatkan untuk tabungan dan dijadikan sebagai modal usaha mengembangkan usaha yang saya lagi rintis sekarang, soalnya pedagang hanya mengandalkan keuntungan dari hasil usaha, dan mempunyai modal yang cukup untuk menjalankan usahanya, dengan adannya arisan ini saya sangat amat terbantu dan berterimakasih sekali.” Nama : Uni Leni Jenis Informan : Pedagang Baju Muslim Hari/Tanggal : 17 Mei 2014 Waktu : Pukul 08.00 WIB Tempat : Sandratex Rempoa Topik Wawancara : Kegiatan Paguyuban Arisan PKL Interviewer : Sudah beberapa lama ibu/bpk berdagang? Informan : “Saya berdagang diwilayah Sandratex sudah 5 Th yang lalu, saya termasuk pedagang baru yang berjualan diwilayah Sandratex.” Interviewer : Berapa penghasilan ibu/bpk berdagang? Informan : “Penghasilan saya setiap berdagang ditentukan banyaaknya pembeli dan ditentukan tanggal muda atau tanggal tua, kebanyakan pembeli banyak dan ramai disaat tanggal muda karena paada saat tanggal muda pembeli sedang mendapatkan uang gajian, jadi pasti pembeli banyak yang royal membeli barang dagangan saya.” Interviewer : Bagaimana persaingan antara PKL disini? Informan : “Persaingan pedagang menurut saya, selama 5 tahun berdagang disini saya belum pernah melihat persaingan antar pedagang ataupun konfik antar pedagang. Kebanyakan saya lihaat mayoritas pedagang mempunyai rasa tolong menolong yang tinggi dan rasa kekeluargaanya sangat tinggi, contohnya saya sering sekali dibantu oleh pedagang lain untuk membereskan barang dagangaan yang cukup banyak.” Interviewer : Bagaimana minat pembeli yang ada diwilayah Sandratex? Informan : “Minat pembeli sangat cukup banyak, pembeli banyak datang pada saat akhir bulan.” Interviewer :Bagaimana hubungan pedagang dan pembeli? Informan : “Hubungan pedagang dan pembeli sangat baik, hubungan yang baik ini didapatkan karena pedagang selalu ramah terhadap pembeli pada saat menawarkan barang daganganya.” Interviewer : Apakah ada aturan yang sudah disepakati oleh pedagang? Informan : “Aturan yang disepakati pedagang yaitu tidak saling menjatuhkan antara pedagang yang lain, semua pedagang yang berjualan disini sudah dianggap sebagai keluarga tidak ada pedagang yang bermusuhan ataupun saling menjelekan dengan pedagang lainya.” Interviewer :Bagaimana hubungan pedagang dengan pedagang lainya? Informan : ”Hubungan pedagang selama saya berdagang disini tidak ada namanya pedagang yang memusuhi saya, malah saya selalu dibantu pada saat membuka lapak dagangan dan menutup lapak dagangan.” Interviewer :Apakah terdapat manfaat dari mengikuti kegiatan arisan ini? Informan : “Manfaat saya ikut arisan, untuk tabungan modal usaha dan keperluan keluarga saya. Yah itung itung menabung lah untuk keperluan keluarga dan belanja modal usaha, dari pada uangnya di simpen di bank.” Nama : Uda Zeni Jenis Informan : Pedagang Aneka Kerudung Hari/Tanggal : 17 Mei 2014 Waktu : Pukul 08.00 WIB Tempat : Sandratex Rempoa Topik Wawancara : Kegiatan Paguyuban Arisan PKL Interviewer : Sudah beberapa lama ibu/bpk berdagang? Informan : “Saya berjualan diwilayah Sandratex sudah 11 tahun lamanya.” Interviewer : Berapa penghasilan ibu/bpk berdagang? Informan : “Penghasilan yang saya dapatkan dari hasil berjualan tidak stabil, tergantung cuaca hujan ataupun cerah kalo cuaca hujan hanya cukup untuk makan sehari-hari, tetapi jika cuaca cerah keuntunganya lumayan banyak cukup untuk mencukupi kebutuhan untuk 1 minggu penuh.” Interviewer : Bagaimana persaingan antara PKL disini? Informan : “Persaingan antar pedagang menurut saya biasa saja, tidak ada namanya persaingan dalam berdagang, tetapi lebih cenderung saling tolong menolong, dan menjalin kekeluargaan yang baik antar pedagang. Kalo untuk dibilang bersaing, bersaing secara sehat dan jujur antaar pedagang tidak harus saling menjatuhkan antar pedagang.” Interviewer : Bagaimana minat pembeli yang ada diwilayah Sandratex? Informan : “Peminat pembeli di wilayah Sandratex, peminat pembeli sendiri cukup banyak, ramai, dan tidak pernah sepi pembeli. Dikarenakan pembeli tidak hanya dating dari wilayah Sandratex sendiri, tetapi pembeli banyak datang dari semua penjuru tangerang selatan khususnya ciputat, kampung hutan, rempoa, gintung, dan wilayah lainya sekitar tangerang selatan.” Interviewer :Bagaimana hubungan pedagang dan pembeli? Informan : “Hubungan pedagang dengan pembeli sangat baik, pada saat pembeli dan pedagang terjadi transaksi tawar menawar barang pun, pedagang selalu baik dan ramah terhadap pembeli.” Interviewer : Apakah ada aturan yang sudah disepakati oleh pedagang? Informan : “Aturan yang disepakati pedagang yaitu setiap pedagang harus saling membantu dengan pedagang lainya. Tidak adanya persaingan antara pedagang lainya yang saling merugikan.” Interviewer :Bagaimana hubungan pedagang dengan pedagang lainya? Informan : “Hubungan pedagang dengan pedagang lainya sudah seperti keluarga menurut saya, soalnya saya berdagang dengan pedagang lainya sudah cukup lama berdagang bersama-sama tidak berjualan disini saja tetapi beberapa tempat jualan pasar malam dan wilayah berjualan lainya, jadi sudah seperti keluarga saja.” Interviewer :Apakah terdapat manfaat dari mengikuti kegiatan arisan ini? Informan : “Manfaat dari hasil mengikuti arisan, saya pakai uangnya untuk penambahan modal beli barang dagangan, sisanya saya tabung untuk keperluan mendadak dan tabungan masa depan keluarga saya. Arisan pedagang yang saya ikuti, sangat banyak sekali manfaatnya, khususnya pedagang dapat mengaatur dan menyisihkan hasil keuntungan daganganya setiap 1 minggu sekali, berguna untuk menghemat pengeluaran dan lebih dapat menyisihkan tabungan modal usaha.” Nama : Bapak Salman Jenis Informan : Pedagang Sendal Hari/Tanggal : 17 Mei 2014 Waktu : Pukul 08.00 WIB Tempat : Sandratex Rempoa Topik Wawancara : Kegiatan Paguyuban Arisan PKL Interviewer : Sudah beberapa lama ibu/bpk berdagang? Informan : “Saya berjualan sejak tahun 2004 diwilayah Sandratex.” Interviewer : Berapa penghasilan ibu/bpk berdagang? Informan : “Penghasilan berdagang yang saya dapatkan hanya cukup untuk makan sehari-hari keluarga dan kebutuhan lainya seperti pendidikan anak dan kebutuhan lainya. Namanya pedagang tidak menentu hasilnya karena pedagang hanya bertumpu dengan banyaknya pembeli yang membeli barang daganganya. Jadi peran pembeli sangat penting sekali untuk keberaadaan dan kelangsungan hidup pedagang, maka dari itu antara pedagang dan pembeli saling menguntungkan.” Interviewer : Bagaimana persaingan antara PKL disini? Informan : “Persaingaan antar pedaagang, menurut saya persaingan pedagang tidak ada yang membedakan antar pedagang ataupun sama saja berdagang yang dagang tidak ada saling menjatuhkan antar pedagang lain. Hampir semua pedagang yang berjualan disini sudah seperti keluarga sendiri yaitu saling membantu dalam membuka lapak ataupun membereskan barang dagangan antar pedagang. Yang penting adalah rasa saling percaya yang sudah dibangun sejak lama harus tetap di pertahankan oleh pedagang, karena dengan adanya rasa saling percaya dapat membangun rasa saling menghormati, membantu, serta rasa solidaritas yang tinggi.” Interviewer : Bagaimana minat pembeli yang ada diwilayah Sandratex? Informan : ”Minat pembeli sangat baik setiap minggunya, pembeli banyak yang datang pada saat hari minggu.” Interviewer : Bagaimana hubungan pedagang dan pembeli? Informan : “Hubungan antar pedagang dan pembeli, menurut saya interaksi yang terjalin dengan pembeli seperti teman saja, terjadi saling tawar menawar barang dagangan antar pembeli dan pedagang, dan interaksi saling menwarkan barang dagangan secara sopan, unik, dan lantang kepada pembeli supaya menarik para pembeli yang sedang berlalu lalang di wilayah Sandratex. Hampir semua barang dagangan yang saya jual disini mampun menjangkau semua pembeli menengah kebawah ataupun semua kalangan masyarakat, tidak mahal ataupun murah tetapi stabil, daan kualitas barangnya sangat baik dan awet.” Interviewer : Apakah ada aturan yang sudah disepakati oleh pedagang? Informan : “Aturan pedagang, aturan yang saya tau yaitu aturan penentuan lapak pedagang yang sudah disepakati oleh pedagang dan pihak pengelola, selain itu aturan lainya yaitu tidak boleh merebut lapak pedagang lain tanpa sepengetahuan pihak pengelola walaaupun lapak tersebut kosong tidak ada yang menempati, aturan laainya yaitu lapak harus selalu terlihat bersih dan tidak mengotori badan jalan ataupun lainya jadi kebersihan harus diutamakan.” Interviewer :Bagaimana hubungan pedagang dengan pedagang lainya? Informan : “Hubungan pedagang sudah sejak lama terbangun disini, jadi sesama pedagang disini sudah saling mengenal dan mempunyai rasa persaudaraan yang kuat.” Interviewer :Apakah terdapat manfaat dari mengikuti kegiatan arisan ini? Informan : “Manfaatnya untuk tabungan modal usaha yang saya dapatkan setiap kali saya berjualan, modal keuntungan usaha yang saya dapatkan saya sisihkan untuk membayar uang arisan. Dari pada keuntungan modalnya habis tidak karuan, mending saya ikuti arisan.” Lampiran 3. Informan Pengelola PKL Sandratex TRANSKRIP WAWANCARA Nama : Bapak Syam (Cumang) Jenis Informan : Tukang Ojek Hari/Tanggal : 13 Mei 2014 Waktu : Pukul 14.00 WIB Tempat : Sandratex Rempoa Topik Wawancara : Kegiatan Pedagang Kaki Lima Interviewer : Awal kemunculan PKL banyak di wilayah Sandratex? Informan : “Awal kemunculan pedagang diwilayah Sandratex, sebelum adanya pedagang yang berjualan hari sabtu dan minggu. Yang paling pertama jualan di Sandratex pedagang sayuran, segala jenis sayuran ada diSandratex. Kebanyakan pedagang sayuraanya berasal dari daerah parung yang mencari rezeky di Sandratex.” Interviewer : Sudah berapa lama bpk mengelola lapak PKL di Sandratex? Informan : “Saya mengelola pedagang kaki lima di wilayah Sandratex sudah 15 tahun yang lalu.” Interviewer : Bagaimana pembagian lapak PKL yang berjualan di Sandratex? Informan : “Pembagian lapak pedagang, sejak tahun 2009/2010 saya jadi pengelola setiap pedagang diharuskan untuk membeli lapak ataupun tempat berjualanya sebesar 300.000 untuk seumur hidup dia berjualan di wilayah Sandratex, untuk retribusi yang dikenakan pengelola setiap pedagang jualan pedagang dikenakan uang sebesar 3.000 untuk uang kebersihan, dan keamanan oleh pihak pengelola.” Interviewer : Apakah pernah terdapat konflik antar PKL karena berebut lapak? Informan : “Awalanya kemunculan pedagang kaki lima sebelum ada pengelola sering terjadi konflik antar pedagang, dikarenakan perebutan lapak pedagang yang saling tidak mau mengalah dan mau menang sendiri, tetapi sejak saya menjadi pengelola pedagang disini tidak ada lagi namanya konflik antar pedagang, perebutan lapak, ataupun keributan antar ormas yang berebut lahan parkir ataupun lainya.” Interviewer : Apakah terdapat keuntungan yang diambil oleh pihak pengelola dengan keberadaan PKL? Informan : “Selama saya menjadi pengelola pedagang kaki lima selama 15 tahun lamanya disini, tidak ada keuntungan yang saya ambil dan makan sendiri, tetapi hasil setoran pedagang sebesar 3000 setiap 1 pedagang saya bagi-bagi semua kalaangan, seperti untuk uang kebersihan, keamanan, lingkungan, dan kebutuhan saya sendiri alias untuk uang cepek saya.” Interviewer :Harapan kedepan dengan keberadaan PKL? Informan : ”Harapanya kedepan si, semoga PKL disini tetap terus ada sampai selamanya dah. Yah paling PKL disini harus benerbener ditata, dikelola, dan mendapat pengakuan dari pihak kelurahan supaya bisa tertib, teratur, dan nyaman aja dilihatnya.” Lampiran 4. Informan Kelurahan Rempoa TRANSKRIP WAWANCARA Nama : Bapak Heru Jenis Informan : Bidang Kegiatan Lingkungan Hari/Tanggal : 15 Mei 2014 Waktu : Pukul 10.00 WIB Tempat : Kelurahan Rempoa Topik Wawancara : Dampak Keberadaan PKL Interviewer : Menurut bpk melihat fenomena keberadaan PKL di wilayah sandratek? Informan : “Fenomena keberadaan PKL menurut saya sudah semakin memprihatinkan soalnya PKL sudah makin banyak dan ramai disetiap PKL berjualan hri sabtu dan minggu pagi selalu membuat permasalahan yaitu arus lalu lintas yang terhambat dikarenakan banyak PKL yang berjualan sembarangan di bahu jalan atau trotoar jalan. Disamping itu juga PKL yang berjualan diwilayah Sandratex sudah terlalu banyak dan sepanjang trotoar disesaki PKL dan pembeli yang ingin membeli barang dagangan PKL.” Interviewer : Apakah pihak kelurahan pernah memberikan teguran terhadap PKL yang berjualan di bahu jalan? Informan : ”Pihak kelurahan sudah memberi surat teguran kepada RT/RW dan pihak pengelola untuk PKL tidak berjualan di bahu jalan, tetapi upaya tersebut tidak dilaksanakan dengan baik.” Interviewer : Apakah terdapat retribusi pajak atau pungutan yang diminta kelurahan dari PKL? Informan : “Kelurahan tidak pernah mengambil pungutan atau keuntungan sama sekali sejak PKL disana berjualan, kelurahan malah mendapat teguran terus menerus dari satpol pp dan pemkot tangsel untuk menyelesaikan masalah PKL yang ada di Sandratex.” Interviewer :Apakah terdapat solusi perencanaaan/penertiban kepada PKL untuk direlokasi ketempat yang lebih baik? Informan : “Berbagai upaya penertiban sudah pernah kelurahan upayakan dicarikan solusi terbaik untuk pemindahan PKL ketempat yang lebih baik layak, dan tertib. Salah satu tempat yang dijadikan relokasi buat PKL yaitu yang terdekat di lapangan gintung depan kantor kelurahan, tetapi pemindahan tersebut ditolak mentah mentah oleh pihak PKL, tempat kedua yaitu tempat relokasi PKL disepanjang jalur situ gintung yang baru dibuat yang sangat luas dan strategis untuk berjualan tetapi PKL juga menolaknya dikarenakan tempatnya sepi dengan pembeli dan jauh dari keramaian.” Interviewer : Harapan kelurahan dengan keberadaan PKL? Informan : “Harapan kelurahan kedepan untuk PKL pihak kelurahan mempunyai pekerjaan rumah yang sangat besar yaitu dapat merelokasi PKL dari wilayah Sandratex ketempat yang lebih baik dan teratur tidak berjualan disepanjang trotoar yang sering membuat kemacetan. Harapan kelurahan tidak muluk-muluk hanya bisa memindahkan PKL saja sudah cukup, krena dengan harapan tersebut berarti kelurahan sudah cukup berhasil untuk mengatur PKL ketempat yang lebih baik dan layak.” Lampiran 5. Informan Pembeli pedagang kaki lima TRANSKRIP WAWANCARA Nama : Ibu Zainap Jenis Informan : Ibu Rumah Tangga Hari/Tanggal : 17 Mei 2014 Waktu : Pukul 10.00 WIB Tempat : Sandratex Rempoa Topik Wawancara : Dampak Keberadaaan PKL Interviewer :Bagaimana kualitas barang yang di jual oleh PKL? Informan : “Menurut saya kualitas barang dagangan yang dijual di Sandratex sangat berkualitas dan komplit.” Interviewer :Bagaimana harga barang yang dijual oleh PKL, terjangkau atau tidak? Informan : “Menurut saya harga barang yang dijual disini sangat terjangkau sekali, kualitas bagus, cuma penataan lapak yang tidak rapi saja.” Interviewer : Alasan ibu memilih membeli barang dagangan di PKL ini apa? Informan : “Alasan membeli barang disini yaitu wilayah Sandratex sudah sangat populer karena sudah terkenal dengan pedagang kaki limanya yang berjualan pada hari sabtu dan minggu, setiap orang pasti kenal dengan PKL Sandratex dikeranakan banyak pengguna motor maupun mobil yang terkena imbas kemacetan pada saat PKL berjualan diwilayah Sandratex, apa lagi salah satu akses jalan menuju Jakarta harus melewati wilayah Sandratex terlebih dahulu, jadi PKL wilayaah Sandratex sudah sangat terkenal dan populer oleh masyarakat yang tinggal di wilayah tangerang selatan.” Interviewer : Manfaat keberadaan PKL terhadap pembeli? Informan : “Manfaatnya saya bisa belanja murah meriah, bisa terpenuhi kebutuhan yang saya butuhkan, dan sangat terjangkau lokasi belanjanya soalnya dekat dengan rumah saya.” Interviewer : Apakah ibu merasa terbantu dengan adanya keberadaan PKL disini? Informan : “Terbantu sekali soalnya saya suka banget sama namanya belanja, jadinya adanya PKL bisa memenuhi kebiasaan saya yang suka belanja perabot rumah tangga dan kebutuhan lainya. Yah maklum lah namanya ibu rumah tangga, ya jadi hobbynya belanja.” Interviewer : Harapan ibu/bpk kedepan melihat keberadaan PKL disini? Informan : “Harapan nya semoga PKL disini bisa tertib, teratur, dan makin rapih aja si jualanya.” TRANSKRIP WAWANCARA Nama : Ibu Annisa Jenis Informan : Ibu Rumah Tangga Hari/Tanggal : 17 Mei 2014 Waktu : Pukul 10.00 WIB Tempat : Sandratex Rempoa Topik Wawancara : Dampak Keberadaan PKL Interviewer :Bagaimana kualitas barang yang di jual oleh PKL? Informan : “Kualitas barang yang dijual PKL di Sandratex lumayan bagus tidak kalah dengan barang yang dijual di pasar swalayan. Harga barangnya juga bervariasi ada yang murah dan ada juga yang mahal sedikit, tetapi jika dibandingkan dengan harga yang dijual di pasar swalayan masih lebih murah di pedagang Sandratex.” Interviewer :Bagaimana harga barang yang dijual oleh PKL, terjangkau atau tidak? Informan : “Harga yang ditawarkan pedagang untuk pembeli diwilayah Sandratex sangat amat miring ataupun murah meriah dan terjangkau untuk semua kalangan masyarakat menengah dan bawah. Selama saya menjadi langganan pembeli tetap di pedagang kaki lima Sandratex, barang yang saya beli selalu awet dan tahan lama untuk pemakaian yang cukup lama.” Interviewer : Alasan ibu memilih membeli barang dagangan di PKL ini apa? Informan : “Saya memilih membeli barang dagangan disini karena kebutuhan yang saya ingin beli Cuma ada disini saja, saya sudah mecari baju koko anak saya kemana-mana tidak ada. Tetapi di Sandratex kebetulan ada baju koko anak saya yang ukuranya sama dengan anak saya, dan juga harga dari baju kokonya sangat murah meriah jadi saya beli.” Interviewer : Manfaat keberadaan PKL terhadap pembeli? Informan : “Manfaatnya untuk saya sih kalo belanja nga perlu jauh-jauh ke pasar cukup disini aja belanja semuanya ada, dan barangnya pun murah-murah lagi.” Interviewer : Apakah ibu merasa terbantu dengan adanya keberadaan PKL disini? Informan : “Sangat terbantu sekali adanya PKL disini soalnya semua keperluan rumah tangga lengkap banget dijual disini, dari perabot rumah tangga, baju-baju, dan keperluan lainya.” Interviewer : Harapan ibu/bpk kedepan melihat keberadaan PKL disini? Informan : “Harapan kedepanya si, PKL disini semoga makin rame aja yang jualan disini. Dan PKL nya juga semakin teratur nga berantakan lagi taro barang daganganya. Lampiran 6. Informan Pengguna jalan TRANSKRIP WAWANCARA Nama : Bapak Ade Novi Jenis Informan : Pengguna Kendaraan Bermotor Hari/Tanggal : 17 Mei 2014 Waktu : Pukul 10.00 WIB Tempat : Sandratex Rempoa Topik Wawancara : Dampak Keberadaan PKL Interviewer : Bagaimana pendapat ibu/bpk mengenai keberadaan PKL di wilayah Sandratex? Informan : “Merasa terganggu sekali dengan banyaknya pedagang yang berjualan di badan trotoar sepanjang jalan yang membuat kemacetan yang cukup panjang, walaupun kemacetanya masih cenderung lancar.” Interviewer : Apakah ibu/bpk merasa terganggu dengan keberadaan PKL yang berjualan di trotoar jalan? Informan : “Keberadaan PKL sangat baik, khusunya untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga maupun kebutuhan lainya. tetapi dengan banyak PKL disini dan lapaknya memenuhi badan jalan menjadi masalah membuat macet arus lalu lintas, dan mengganggu pejalan kaki lainya.” Interviewer : Harapan ibu/bpk kedepan melihat keberadaaan PKL yang berjualan di sepanjang trotoar jalan? Informan : “Harapan kedepan untuk PKL di Sandratex yaitu PKL harus diberikan tempat yang layak untuk berjualan, tidak berjualan lagi disembarangan tempat seperti trotoar ataupun badan jalan yang sangat mengganggu arus lalu lintas dan juga memperjelek keindahan kota.” TRANSKRIP WAWANCARA Nama : Bapak Triyono Jenis Informan : Pengguna Kendaraan Bermotor Hari/Tanggal : 17 Mei 2014 Waktu : Pukul 08.00 WIB Tempat : Sandratex Rempoa Topik Wawancara : Dampak Keberadaan PKL Interviewer : Bagaimana pendapat ibu/bpk mengenai keberadaan PKL di wilayah Sandratex? Informan : “Sangat terganggu sekali dengan adanya PKL yang berjualan disepanjang trotoar jalan karena menghambat arus lalu lintas yang membuat kemacetan, saya sebagai pengguna motor sangat menyayangkan sekali karena PKL disini selalu menjadi permasalahan yang tidak pernah ada penyelesaianya dari tahun ketahun, malah dari tahun ketahun PKL yang berjualan disini makin lama makin banyak tidak berkurang PKLnya.” Interviewer : Apakah ibu/bpk merasa terganggu dengan keberadaan PKL yang berjualan di trotoar jalan? Informan : “Keberadaan PKL mempunyai keuntungan dan juga permasalahan dengan keberadaan PKL, keuntungan untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga yang mempunyai tingkat penghasilan menengah kebawah, disamping itu permasalahan adanya PKL hanya sebatas pengaturan dan penertiban PKL ke lokasi lebih layak dan teratur.” Interviewer : Harapan ibu/bpk kedepan melihat keberadaaan PKL yang berjualan di sepanjang trotoar jalan? Informan : “Harapanya untuk PKL cuma PKL nga jualan lagi di sepanjang jalan trotoar lagi, semoga aparat dari kepolisian pemerintahan kota bisa pindahin PKL ketempat yang lebih baik lagi dibanding harus jualan di trotoar jalan membahayakan semua pengguna jalan dan PKL nya juga.” yang LAMPIRAN OBSERVASI Jenis Informan : Hasil Pengamatan Lapangan Hari/tanggal : Sabtu, 19 April 2014 Waktu : 08.00 WIB Tempat : Sandratex Rempoa Topik observasi : Gambaran Umum Pedagang Kaki Lima Kegiatan Sejarah Pedagang Lima Sandratex Deskriptif Kaki Perkembangan pedagang kaki lima di wilayah Sandratex Rempoa dimulai dari berdirinya pabrik bahan Textile pada tahun 1970, dengan adanya pabrik ini menyerap banyaknya pegawai buruh pabrik yang bekerja di pabrik. Dengan adanya pabrik ini banyak masyarakat yang tinggal berdekatan dengan wilayah Ciputat, Gintung, dan Rempoa banyak yang bekerja di pabrik. Waktu bekerja para buruh pabrik selama 24 jam non stop dengan terbagi lamanya waktu bekerja selama 3 kali pergantian jam bekerja. Dengan banyaknya buruh yang bekerja di pabrik Sandratex. Akhirnya warga asli Rempoa yang tinggal di wilayah pabrik, banyak yang berprofesi berdagang makanan, seperti warung nasi uduk, warung tegal, dan warung kopi untuk memenuhi kebutuhan para buruh pada jam istirahat. Selanjutnya pada Mei 1998 kerusuhan terjadi di Indonesia dikarenakan krisis moneter, kemudian pabrik Sandratex mengalami kebangkrutan secara finansial, dan produksi yang menurun. Dari dampak krisis ini banyak buruh pabrik yang dirumahkan atau di PHK. Dengan itu banyak pedagang makanan yang gulung tikar atau mengalami penurunan penjualan. Tetapi tidak untuk pedagang nasi uduk dan pedagang sayuran yang berjualan luar pabrik Sandratex, karena pedagang nasi uduk dan pedagang sayuran hanya berjualan pada pagi hari saja untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tinggal di wilayah Sandratex. Pedagang yang bertahan cukup lama di wilayah Sandratex hanya pedagang nasi uduk dan pedagang sayuran. Munculnya keberadaan pedagang kaki lima di Sandratex dimulai pada tahun 2002. Awalnya pedagang di Sandratex ini berkisar lima hingga tujuh pedagang. Seiring berjalannya waktu jumlah pedagang semakin lama bertambah pengunjungnya pun semakin ramai. Dengan adanya fenomena pedagang kaki lima di Sandratex dijadikan oleh warga sebagai pesta rakyat yang murah-meriah, merakyat, dan dijadikan alternatif tempat untuk rekreasi keluarga Waktu berjualan PKL Jam berdagang pedagang kaki lima dimulai dari pukul 06.00 pagi sampai pukul 11.00 pagi. Diperkirakan pedagang yang berjualan di sepanjang Trotoar Sandratex Rempoa Ciputat berkisar antara 150 pedagang. Aneka jenis barang dagangan PKL Pedagang kaki lima menawarkan aneka ragam kebutuhan seperti baju, sepatu, mainan anak-anak, kuliner, aksesororis handphone, peralatan rumah tangga, dan beragam jenis kebutuhan rumah tangga lainnya. Harga barang di tawarkan oleh pedagang kaki lima pun terbilang murah serta terjangkau, mereka sangat terbantu dengan adanya pedagang kaki lima. Permasalahan PKL Makin banyaknya jumlah PKL banyak yang menggunakan trotoar jalan atau fasilitas umum lainya seperti badan jalan. Akhirnya pedagang kaki lima selalu tidak tertib dan disiplin dalam mentaati tata tertib yang sudah dibuat, karena sering terjadinya salah paham antara pedagang dan pihak kelurahan, pedagang selalu dipinggirkan dan diprotes oleh pihak kelurahan agar tidak berjualan di lokasi trotoar jalan yang menyebabkan macet. Karakteristik PKL Sandratex Pedagang kaki lima Sandratex mempunyai 2 kelompok pedagang yang berasal dari daerah padang dan pedagang daerah sunda yang berjualan diwilayah Sandratex sejak 12 tahun yang lalu. Dua kelompok pedagang ini sudah mempunyai lapak-lapak untuk berjualan sendiri dan sudah mempunyai pelangganya masing-masing. Terbentuknya kelompok pedagang kaki lima ini dikarenakan banyaknya minat pembeli yang cukup tinggi, lokasi berdagang yang strategis, dan masyarakat yang cukup padat dijadikan PKL untuk berjualan di Sandratex. PKL tidak mengenal tempat yang penting tempatnya strategis untuk berjualan dan banyak pembelinya, serta yang unik dari PKL yaitu pedagangnya selalu memajang daganganya secara berantakan dan tidak beraturan. Penyebutanya pusat keramaian PKL di Sandratex, masyarakat Sandratex mempunyai penyebutan yang berbeda-beda seperti pasar kaget, pasar tumpah, atau juga pasar pagi, jadi penyebutan ini semua sekedar istilah yang diberikan oleh masyarakat setempat untuk menunjukan pasar dalam arti yang sebenarnya karena tempat ini adalah pusatnya keramaian. Penghasilan pedagang pada saat berjualan, masing-masing pedagang memiliki penghasilan tidak menentu dalam mendapatkan penghasilan setiap harinya mulai dari RP. 100.000,- sampai Rp. 200.000,- bahkan yang di bawah Rp. 100.000,- pun juga ada. Dengan penghasilan yang beragam antara pedagang kaki lima, berarti pedagang tidak mempunyai penghasilan yang tetap di setiap berjualan, karena pedagang hanya tergantung oleh banyaknya pembeli. Aturan yang disepakati pengelola PKL dan pedagang, pedagang hanya membayar uang keamanan dan uang kebersihan kepada pihak pengelola pada setiap berdagang. Salah satu pihak terdapat pengelola pedagang kaki lima yang bertugas sebagai pengawas, mengamankan, dan membersihkan lokasi berjualan. Dengan kata lain pengelola PKL bertugas untuk menjaga, mengatur dan mengelola lapak pedagang pada saat berjualan di wilayah Sandratek Lampiran Gambar Gambar 1 Keterangan Gambar 1: Suasana lapak pedagang kaki lima Sandratex Gambar 2 Keterangan Gambar 2: Keramaian pembeli yang mendatangi lapak PKL Sandratex. Gambar 3 Keterangan Gambar 3 Pengguna kendaraan bermotor yang berlalu-lalang di tengah keramaian PKL Gambar 4 Keterangan Gambar 4 Bapak Syam sebagai pengelola lapak PKL Sandratex Gambar 5 Keterangan Gambar 5 Lapak Pedagang Kaos Kaki Bapak Amrizal sebagai Ketua Paguyuban Pedagang Kaki Lima Gambar 6 Keterangan Gambar 6 Lapak Pedagang Perkakas Rumah Tangga Bapak Kosim