PERAN MODAL SOSIAL TERHADAP

advertisement
PERAN MODAL SOSIAL TERHADAP PERKEMBANGAN
PEDAGANG KAKI LIMA ASAL DAERAH PADANG DI
SANDRATEX REMPOA CIPUTAT
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
BIMO HARYO UTOMO
NIM: 109054100016
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
Lembar Pernyataan
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar S1 di Universita Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universita Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya asli saya atau merupakan jiplakan
dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
Universita Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Januari 2015
Bimo Haryo Utomo
ABSTRAK
Bimo Haryo Utomo
Peran Modal Sosial terhadap Perkembangan Pedagang Kaki Lima Asal
Daerah Padang di Sandratex Rempoa Ciputat.
Perkembangan jumlah pedagang kaki lima mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun. Pedagang kaki lima yang terdapat di Sandratex antara lain pedagang
kebutuhan rumah tangga, pakaian, masakan matang, dan pedagang lainya. Salah
satu usaha pedagang kaki lima yang telah mampu menunjukkan perkembangan
yang cukup signifikan adalah pedagang kaki lima. Sekitar tahun 2002-an jumlah
pedagang kaki lima di Sandratex hanya sekitar 5 pedagang dan sampai saat ini
jumlah pedagang kaki lima tersebut menjadi lebih dari 150 pedagang kaki lima.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih dalam tentang peran modal
sosial terhadap perkembangan pedagang kaki lima asal daerah padang di
Sandratex Rempoa Ciputat. Penelitian ini dilaksanakan di Sandaratex, Kelurahan
Rempoa Ciputat dengan menggunakan pendekatan Kualitatif yang kemudian
dituangkan dalam metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara dan observasi mendalam mengenai kegiatan paguyuban arisan
pedagang kaki lima dan aktivitas perkembangan pedagang kaki lima. Kegiatan
paguyuban arisan PKL dibentuk untuk menjalin rasa kekeluargaan antar
pedagang, mempererat hubungan persaudaraan, memperluas jaringan kerja sama
dengan kelompok pedagang lainya, mempermudah untuk mendapatkan modal
usaha yang didapatkan dari hasil arisan pedagang, memperoleh hasil keuntungan
berdagang yang meningkat karena dengan berdagang berkelompok banyak
mengundang pembeli di pusat keramaian manapun, jadi dengan adanya kegiatan
paguyuban arisan ini banyak manfaat yang didapatkan pedagang.
Modal sosial yang telah berperan dalam membangun norma aturan yang
disepakati antar pedagang yaitu aturan dalam berdagang tidak saling menjatuhkan
antar pedagang, bersaing secara sehat antar pedagang, tidak terjadinya konflik
antar pedagang, trust saling menghormati antar pedagang, saling membantu antar
pedagang baik pada saat berjualan maupun tidak berjualan, rasa percaya untuk
meminjamkan modal usaha, jaringan terdapatnya informasi letak lokasi
berdagang, terdapatnya modal usaha yang didapatkan antar pedagang, suplai
barang dagangan yang didapatkan pedagang menjadi mudah, murah, dan
menguntungkan. Dalam taraf ini PKL telah mampu memberikan manfaat bahwa
modal sosial sebagai salah satu faktor penting dalam kegiatan perekonomian
masyarakat
i
Kata Pengantar
Segala puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan segala karunia besar-Nya kepada kita semua, penggenggam setiap
kejadian, pengangkat setiap kemuliaan dan penyempurna kebahagiaan. Shalawat
serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai hamba
pilihan yang membimbing umatnya untuk menemui jalan Tuhan-Nya dan seluruh
keluarga, sahabat serta umat-Nya sepanjang zaman.
Hanya ucapan alhamdulillahi rabbil alamin yang tiada terkira penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Besar, Maha Pengasih dan Maha
Penentu Segalanya karena dengan kasih sayangNya, ridhoNya, kebesaranNya
telah memberikan kelancaran serta kemudahan bagi penulis untuk menyelesaikan
skripsi dengan judul “Peran Modal Sosial Terhadap Perkembangan Pedagang
Kaki Lima Asal Daerah Padang Di Sandratex Rempoa Ciputat”.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih kepada pihakpihak yang telah membantu, memberikan dorongan serta motivasinya,
diantaranya:
1. Rektor UIN Jakarta Prof. Dr. Dede Rosyada, MA dan segenap civitas
akademik UIN Jakarta yang telah menyediakan fasilitas dan wadah bagi
penulis dan kawan-kawan mahasiswa untuk mengembangkan potensi diri.
2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Arief Subhan,
M.Ag beserta jajaran Pudek-Pudek Fakultas atas keramahan, perhatian,
ii
teguran, nasihat, bimbingan daan ketidak terbatasan pelimpahan ilmunya
kepada penulis selama 4 (empat) tahun kuliah di UIN Jakarta.
3. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Program Studi Kesejahteraan Sosial,
Siti Napsiyah, MSW dan Ahmad Zaky, M.Si.
4. Ahmad Zaky, M.Si selaku dosen pembimbing Skripsi, yang dengan sabar
dan penuh pengertian membimbing penulis serta memberikan solusi dan
waktu untuk bersama-sama berdiskusi dan yang telah banyak meluangkan
waktunya serta banyak memberikan masukan kepada penulis mengenai
penelitian yang penulis kerjakan semoga Allah SWT memberikan
kesehatan.
5. Dosen-dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial tercinta dan favorit
selama kuliah di UIN Jakarta yang telah banyak membantu sehingga
penulis bisa seperti sekarang ini.
6. Kepada kedua orang tua yang sangat penulis sayangi, Babeh Slamet
Riyadi, dan Mamih Suparni yang telah memberikan support, baik moril
maupun materil. Berkat doa Mamih dan Babeh, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan
perlindungan, kesehatan dan keselamatan kepada Babeh dan Mamih.
7. Kakakku Mba Hanny, Mba Winna, Kakak Iparku Bang Oom, dan
Keponakanku yang paling manis Ameerah yang juga tak henti-hentinya
memberikan semangat, nasihat dan selalu memberikan perhatian dan
motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
iii
8. Terima kasih juga untuk Keluarga besar Mbah Rameli, Keponakan,
Budeh, Pakdeh, dan Mbah pokoknya yang selalu memberikan doa yang
terbaik untuk penulis.
9. Terima kasih juga untuk para informan dan kelompok paguyuban arisan
pedagang kaki lima Sandratex yang telah bersedia penulis wawancarai
berkaitan dengan pengumpulan data dalam penulisan skripsi.
10. Dan terakhir juga yang terpenting, untuk semua sahabat-sahabat KESSOS
angkatan 2009 terbaik, terhebat, terkompak yang menemani, membantu
kapanpun, apapun dan dimanapun dan dalam keadaan yang bagaimana
pun selalu memberikan kenangan indah persahabatan, kebersamaan,
pertemanan terutama Bro Man (Sahabat) Aldi, Panji, Ugi, Fahry, Maygie,
Ali, Wanto, Dony, Ajib, Kuro, Ghoz, Syamsudin dan Heru. terima kasih!
Akhirnya, masukan saran dan kritik semoga memberikan tambahan ilmu yang
berharga bagi penulis untuk terus belajar dan memperbaiki diri dalam
mengamplikasikan ilmu yang didapat semoga skripsi penulis yang telah dibuat
memberikan banyak manfaat dan ilmu yang banyak untuk pembaca maupun
penulis.
Jakarta, 30 Desember 2014
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
DAFTAR TABEL............................................................................................
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
BAB I
i
ii
v
vii
viii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................
B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................
1. Tujuan Penelitian .................................................................
2. Manfaat Penelitian ..............................................................
D. Tinjauan Kepustakaan ...............................................................
E. Metode Penelitian ......................................................................
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................
G. Sistematika Penulisan ...............................................................
1
8
9
9
9
10
12
16
19
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Peran ......................................................................
B. Modal Sosial ............................................................................
1. Sejarah Modal Sosial .........................................................
2. Pengertian Modal Sosial ....................................................
3. Komponen Modal Sosial .....................................................
a. Trust...............................................................................
b. Jaringan..........................................................................
c. Norma ............................................................................
C. Pengertian Perkembangan .......................................................
D. Pedagang Kaki Lima .................................................................
1. Sejarah Pedagang Kaki Lima .............................................
2. Kegiatan Usaha Pedagang Kaki Lima .................................
3. Letak Lokasi Usaha Pedagang Kaki Lima...........................
21
23
23
24
28
28
30
30
32
34
34
37
41
BAB III PROFIL KELURAHAN REMPOA
A. Profil Kelurahan Rempoa ........................................................
1. Kondisi Geografis................................................................
B. Kondisi Demografi Desa ........................................................
C. Kondisi Psikografi Desa ..........................................................
1. Pengaruh Lingkungan Geografis .........................................
44
44
47
50
50
BAB II
v
D. Permasalahan ...........................................................................
1. Permasalahan Sarana dan Prasarana....................................
2. Permasalahan Pengembangan SDM ....................................
3. Permasalahan Pengembangan Usaha Ekonomi
Produktif ..............................................................................
4. Permasalahan Sosial ............................................................
5. Visi, Misi, dan Prinsip dari Masyarakat ..............................
6. Tujuan..................................................................................
7. Prinsip..................................................................................
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Perkembangan Pedagang Kaki Lima Sandratex........................
B. Peran Modal Sosial Terhadap Perkembangan
Pedagang Kaki Lima ...............................................................
1. Kegiatan Paguyuban Arisan Pedagang Kaki Lima..............
51
51
52
53
54
54
55
56
57
58
58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 80
B. Saran ............................................................................................ 81
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 83
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Perkembangan UMKM Tahun 2012 .............................. 2
Tabel 1.2
Jumlah Informan ............................................................ 15
Tabel 3.1
Data penduduk menurut kelompok pendidikan .............. 48
Tabel 3.2
Data penduduk menurut mata pencarian ........................ 48
Tabel 4.1
Temuan Dan Analisis Data Lapangan ............................ 77
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1
Peta Wilayah Rempoa .................................................... 44
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengembangan usaha mengajukan konsep tentang usaha skala
kecil/menengah dengan lebih menekankan pada kualitas/mutu dari pada
kriteria kuantitatif untuk membedakan perusahaaan usaha kecil-menengah dan
besar merupakan bagian kekuatan pendorong pembangunan ekonomi. Selain
berperan untuk mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi dalam
peningkatan
pendapatan
masyarakat,
kegiatan
usaha
juga
mampu
menyediakan lapangan kerja dan lapangan usaha. Terbatasnya lapangan
pekerjaan yang tersedia seharusnya menjadikan masyarakat terpacu untuk
mencari peluang usaha sendiri agar tidak tergantung pada lembaga tertentu
yang menyediakan pekerjaan.1
Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UKM mempunyai peranan
yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain
berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga
berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis
ekonomi yang terjadi di negara kita sejak beberapa waktu yang lalu, di mana
banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti
aktifitasnya, sektor usaha kecil dan menengah (UKM) terbukti lebih tangguh
dalam menghadapi krisis tersebut. Mengingat pengalaman yang telah dihadapi
1
Dr. Sartika Tiktik Partomo M.S, Ekonomi Skala Kecil/Menengah & Koperasi, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2002), h. 19
1
2
oleh Indonesia selama krisis, kiranya tidak berlebihan apabila pengembangan
sektor swasta di fokuskan pada UKM, terlebih lagi unit usaha ini seringkali
terabaikan hanya karena hasil produksinya dalam skala kecil dan belum
mampu bersaing dengan unit usaha lainnya.2
Kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan usaha kecil menengah
(UKM) dalam jangka panjang bertujuan untuk meningkatkan potensi dan
partisipasi aktif UKM dalam proses pembangunan nasional, khususnya dalam
kegiatan ekonomi dalam rangka mewujudkan pemerataan pembangunan
melalui perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan. Terlebih lagi
keberhasilan kegiatan perekonomian masyarakat baik di perkotaan maupun
perdesaan sebagian besar banyak dibantu oleh kegiatan usaha yang masih
didominasi oleh usaha-usaha skala mikro dan kecil dengan pelaku utama para
petani, buruh tani, pedagang sarana produksi dan hasil pertanian, pengolah
hasil pertanian, serta industri rumah tangga.3
Table 1.1
Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) Tahun 2012.4
No
1
2
Indikator
Unit Usaha
 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM)
Tenaga Kerja
 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM)
2
Tahun 2012
56.534.592
107.657.509
Ibid.,h. 20
Ibid.,h. 25
4
www.depkop.go.id/data-usaha-mikro-kecil-menengah-umkm-dan-usaha-besar-ubtahun-2011-2012 (Diakses pada 3 September 2013, Pukul 14.30 WIB).
3
3
Data tersebut sekilas memberikan gambaran betapa besarnya aktivitas
perkembangan data usaha UMKM di Indonesia dan dampaknya bagi
kemajuan ekonomi bangsa. Oleh sebab itu, usaha kecil dalam kehidupan
masyarakat,
tidak
dapat
dipandang
sebelah
mata
walaupun
dalam
pengembangannya seringkali menghadapi berbagai hambatan terutama dalam
persaingan dengan usaha besar.
Upaya yang di lakukan pemerintah dalam pengembangan UKM perlu
mendapatkan perhatian yang besar baik dari pemerintah maupun masyarakat
agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi lainnya.
Kebijakan pemerintah ke depan perlu di upayakan lebih kondusif bagi tumbuh
dan berkembangnya UKM. Pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam
memberdayakan UKM disamping mengembangkan kemitraan usaha yang
saling menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil, dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Oleh karena itu usaha kecil menengah harus mendapat dukungan penuh
oleh pemerintah serta harus di buatkan payung hukum yang jelas, atau di buat
satu wadah kelompok usaha kecil yang di kordinir dan mendapat perlindungan
dari pemerintah. Selain itu pemerintah harus menyediakan tempat usaha dan
modal usaha agar usaha kecil menegah bisa lebih berkembang dan juga dapat
membuka lapangan pekerjaan yang lebih besar lagi dan juga dapat
mengurangi jumlah pengangguran dan juga agar perekonomian lebih stabil
dengan adanya sektor dari usaha kecil menengah.
4
Dalam menjalankan usaha kecil menengah perlu adanya peran modal
sosial sebagai pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki bersama dan
membentuk
komunitas
atau
kelompok,
serta
pola
hubungan
yang
memungkinkan sekelompok individu melakukan satu kegiatan yang produktif.
Modal sosial ini merujuk pada organisasi-organisasi, struktur, dan hubunganhubungan sosial yang dibangun sendiri oleh komunitas, terlepas dari
intervensi pemerintah atau pihak lain.
Modal sosial hanya dapat dibangun ketika tiap individu belajar dan mau
mempercayai individu lain sehingga mereka mau membuat komitmen yang
dapat dipertanggung jawabkan untuk mengembangkan bentuk-bentuk
hubungan yang saling menguntungkan. Modal sosial sangat penting bagi
komunitas karena : mempermudah akses informasi bagi anggota komunitas,
Menjadi media pembagian kekuasaan dalam komunitas, mengembangkan
solidaritas, memungkinkan pencapaian bersama, dan membentuk perilaku
kebersamaam dan berorganisasi komunitas.5
Modal sosial yang telah berperan diantara pedagang kaki lima saling
memberikan informasi dan bantuan terkait lokasi usaha yang strategis, modal
usaha, kelompok usaha. Selain itu kegiatan PKL biasanya dimulai dari
informasi kerabat, teman, tetangga atau keluarga yang telah berjualan
sebelumnya. Mereka saling membantu dalam permodalan, suplai barang
dagangan, tempat tinggal dan informasi, seperti informasi tempat berjualan,
5
Bobi B. Setiawan, 2004, ”Ruang Publik dan Modal Sosial: Privatisasi Ruang di
Kampung”, Universitas Gadjah Mada, dalam Info URDI Volume 17, Yogyakarta.
5
dan lain sebagainya. Dalam taraf ini PKL telah mampu memberikan manfaat
bahwa modal sosial sebagai salah satu faktor penting dalam kegiatan
perekonomian masyarakat.
Dalam perkembangannya pedagang kaki lima Sandratex berkembang
dengan baik dan dapat bertahan menghadapi persaingan usaha. Dapat dilihat
dari perkembangan jumlah pedagang kaki lima yang mengalami peningkatan
cukup tinggi dari tahun ke tahun. Kemampuan berkembang dan bertahan
menghadapi persaingan usaha pedagang kaki lima, dijadikan faktor
keterampilan dan semangat kerja yang tinggi, juga didorong dengan peran
modal sosial diantara para pedagang kaki lima.
Pedagang kaki lima adalah satu pekerjaan yang paling nyata dan paling
penting di kebanyakan kota di Negara-negara sedang berkembang pada
umumnya. Perdagangan pertama kali terjadi, sejak nenek moyang dahulu,
ribuan tahun lalu. kemunculan PKL dimulai pada masa penjajah belanda di
Indonesia. Istilah “kaki lima”pertama kali muncul di masa penjajah belanda.
Pada zaman dahulu penjajah belanda Sarana untuk pejalan kaki itu disebut
trotoar. Lebar trotoar untuk pejalan kaki adalah lima kaki atau sekitar satu
setengah meter. Saat Indonesia merdeka, trotoar untuk pejalan kaki di
manfaatkan pedagang untuk berjualan. Selain trotoar, emperan toko di jadikan
tempat berjualan. Awalnya sebut pedagang emperan, lama-lama menjadi
pedagang kaki lima atau PKL. Sumber lain, PKL adalah pedagang yang
menggunakan gerobak beroda. Jika roda gerobak ditambahkan dengan kaki
6
pedagang, maka berjumlah lima, maka di sebutlah pedagang kaki lima atau
PKL.6
Berdasarkan penjelasan diatas mengenai pedagang kaki lima saat ini
sangat mudah mencari keberadaan pedagang kaki lima. Karena salah satu
karakteristik pedagang kaki lima adalah mendekatkan diri kepada pembeli
dengan kata lain pedagang kaki lima berjualan di lokasi strategis, yang
terdapat di wilayah Sandratex Ciputat yang berjualan di pinggir trotoar,
berjualan setiap hari sabtu dan minggu. Namun saat ini trotoar tersebut di
jadikan lapak berdagang kaki lima yang ditempati selama bertahun-tahun
lamanya sehingga mengganggu arus lalu lintas dan keselamatan para
pedagang dan pembelinya, dan membuat arus lalu lintas menjadi macet.
Waktu berjualan PKL di mulai dari pukul 06.00 pagi sampai pukul 11.00.
Terdapat 150 PKL yang berjualan di Sandratex Ciputat.
Terdapatnya kegiatan paguyuban arisan PKL dibentuk untuk menjalin
rasa kekeluargaan antar pedagang, mempererat hubungan persaudaraan,
memperluas jaringan kerja sama dengan kelompok pedagang lainya,
mempermudah untuk mendapatkan modal usaha yang didapatkan dari hasil
arisan pedagang, memperoleh hasil keuntungan berdagang yang meningkat
karena dengan berdagang berkelompok banyak mengundang pembeli di pusat
keramaian manapun, jadi dengan adanya kegiatan paguyuban arisan ini
banyak manfaat yang didapatkan pedagang.
6
Permadi Gilang, S.S, Pedagang Kaki Lima Riwayatmu Dulu, Nasibmu Kini, (Jakarta:
Yudhistira, 2007) Cet 1, h. 2
7
Pengunjung terus memadati area bazar rakyat Sabtu-Minggu Sandratex
di Jl. Juanda Ciputat, Tangerang Selatan, sejak pagi, Sabtu (16/8/2014),
sekitar pukul 06.00 WIB. Beraneka barang kebutuhan rumah tangga, pakaian,
makanan, alat perbengkelan, dan aksesoris kendaraan dijajakan di bazaar
Sabtu-Minggu Sandratex tersebut hinggga pukul 10.00 WIB. Para pedagang
menempati lapaknya di kanan-kiri dan marka pembatas jalan masuk lokasi
pabrik tekstil PT Sandratex di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur,
Tangsel tersebut. Aktivitas warga berbelanja atau sekedar cuci mata melihatlihat berbagai barang di lokasi bazar menyebabkan arus lalu lintas kendaraan
dari arah Ciputat ke Pasar Jumat menjadi tersendat. Apalagi jumlah pedagang
bazaar Sabtu-Minggu Sandratex tidak lagi tertampung di jalan utama masuk
pabrik tekstil tersebut sehingga meluber ke pinggir jalan di sepanjang Jl
Juanda.7
Kepadatan arus lalu lintas di Jalan Juanda Ciputat Tangerang Selatan
khususnya di ruas jalan dari pertigaan Gintung hingga Sandratex, telah
mencair beberapa jam lalu, seiring berakhirnya pasar kaget di kawasan itu.
Pasar kaget hanya berlangsung setiap Sabut dan Minggu, pukul 05.00-11.00
WIB. Para pedagang menggelar lapak dagangnya sejak di depan pintu gerbang
bekas pabrik tekstil Sandratex hingga jalan raya sekitar 50 meter dan
melimpah ke pinggir jalan utama tersebut. Pengunjung sangat antusias
mendatangi pasar kaget baik mereka yang sengaja datang untuk berbelanja
atau mampir setelah berolah raga jalan sehat. Apalagi lokasinya tidak jauh dari
7
http://jakarta.bisnis.com/read/20140816/383/250410/bazar-sabtu-minggu-sandratex-diciputat-banyak-peminat. (Diakses pada 26 Desember 2014, Pukul 15.00 WIB)
8
Danau Situgintung yang kini menjadi area rekreasi dan olah raga warga
setempat.8
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis mencoba untuk
mengkaji secara lebih mendalam mengenai peran modal sosial terhadap
pedagang kaki lima asal daerah padang.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, maka yang menjadi pembatasan
masalah adalah Peran Modal Sosial terhadap Perkembangan Pedagang
Kaki Lima Asal Daerah Padang di Sandratex Rempoa Ciputat.
2. Perumusan Masalah
Dari batasan masalah tersebut, dapat dilihat permasalahan yang akan
muncul dan dapat dijelaskan dalam penulisan ini. Penulis akan
merumuskan perumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana Peran Modal Sosial terhadap perkembangan pedagang kaki
lima asal daerah padang di Sandratex Rempoa Ciputat?
8
http://kabar24.bisnis.com/read/20130216/78/1073/pasar-kaget-tangerang-selatanmacetkan-arus-lalu-lintas. (Diakses pada 26 Desember 2014, Pukul 15.00 WIB).
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah di rumuskan, maka tujuan
yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk menggambarkan peran modal sosial dalam membangun dan
mengembangkan pedagang kaki lima asal daerah padang di
Sandratex Rempoa Ciputat.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang akan muncul dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut, yaitu:
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi
pengembangan baru dalam peran modal sosial terhadap perkembangan
pedagang kaki lima pada sektor informal.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini penulis berharap bisa memberikan informasi bagi siapa
saja yang ingin mengetahui tentang peran modal sosial terhadap
perkembangan pedagang kaki lima asal daerah padang di Sandratek
Rempoa Ciputat. Bagi penulis dapat menambah wawasan ilmiah dalam
bidang studi mengenai peran modal sosial yang ada.
10
D. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dilakukan penulis guna menghindari unsur kesamaan
dengan skripsi lain. Penulis menemukan skripsi sebagai berikut:
Nama
: Rahmi Garnasih
NIM
: 106032201119
Jurusan
: Sosiologi
Fakultas
: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Judul Skripsi : Peran Modal Sosial dalam Pemberdayaan Perempuan
pada Sektor Informal (Studi Kasus Pada Pedagang Warung
Nasi)
Sebelum penelitian ini memasuki tahap pengambilan data di lapangan,
peneliti berusaha mencari penelitian yang sudah pernah dilakukan dan
tentunya memiliki kajian yang hampir sama.
Pertama,
penelitian
dengan
judul
“Peran
Modal
Sosial
dalam
Pemberdayaan pada Sektor Informal (Studi Kasus Pada Pedagang Warung
Nasi)”. Penelitian ini di lakukan oleh mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Rahmi Ganarsih. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah
pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data, wawancara dan
observasi pedagang perempuan yang berlokasi di pasar Depok Lama Pancoran
Mas Depok. Pertanyaan penelitian yang ingin dijawab oleh peneliti ialah:
11
Bagaimana gambaran modal sosial dan pemberdayaan perempuan pedagang
nasi pada sektor Informal di Pasar Depok Lama Pancoran Mas Depok?; untuk
mengetahui apakah modal sosial member kontribusi terhadap pemberdayaan
perempuan pada sektor Informal di Pasar Depok Lama Pancoran Mas Depok?
Permasalahanya penelitiannya akan dijawab pada penelitian ini yaitu
mengetahui gambaran modal sosial dan perananya terhadap pemberdayaan
perempuan pada sektor informal. Teori yang digunakan adalah modal sosial
menurut James Coleman sebagai konsep yang terdiri dari berbagai norma,
trust dan jaringan semuanya akan melalui perananya dalam mempengaruhi
pemberdayaan perempuan di sektor informal dilihat dari perempuan bekerja
sebagai pedagang warung nasi di Pasar Depok Lama Kelurahan Pancoran Mas
Depok.
Penelitian ini menghasilkan jawaban modal sosial oleh pedagang
mencerminkan norma informal berlanjut kepada timbulnya trust diantara
pedagang dan pihak-pihak yang berinteraksi dengan pedagang sehingga
adanya nilai-nilai yang dibangun bersama (sosiabilitas). Tindakan aturanaturan informal yang berlaku dikelompok pedagang mampu mereka patuhi
bersama, meskipun tidak ada perjanjian tertulis. Sehingga aturan-aturan
informal tersebut menjadi norma-norma tersendiri yang berkembang serta di
laksanakan secara bersama-sama9
9
Rahmi Ganarsih, Peran Modal Sosial dalam Pemberdayaan Perempuan pada Sektor
Informal (Studi Kasus Pada Pedagang Warung Nasi), (Ciputat: FISIP UIN, 2011).
12
E. Metodologi Penelitian
A. Pendekatan Penelitian.
Penelitian ini masuk dalam kategori penelitian kualitatif. Metode
penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian temuantemuanya tidak diperoleh melalui prosedur statistik. Seperti yang di
lakukan pada penelitian tentang kehidupan, riwayat dan prilaku seseorang,
peranan organisasi, gerakan sosial atau hubungan timbal balik.
Menurut Bodgan dan Taylor yang dikutip oleh Basrowi dan
Suwandi, mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat di amati. Menurut Bodgan,
pendekatan ini di arahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh.10
Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu
penelitian yang berupaya menghimpun dan menggali data, baik berupa
kata-kata
maupun
tulisan
dari
orang-orang
yang
diamati
guna
mendapatkan data-data yang di perlukan kemudian mengolah dan
menganalisanya secara deskriptif.
Kata deskriptif berasal dari bahasa inggris “description” yang
berarti penggambaran, kata kerjanya adalah “to describe” artinya
menggambarkan. Penelitian deskriptif merupakan penelitian
10
yang
h Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta,
2008), h. 25
13
dimaksudakan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu
gejala yang ada, yaitu gejala menurut apa adanya.11
Selain itu peneliti juga menggunakaan metode penelitian
triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau
data dengan cara yang berdeda. Sebagaimana dikenal, dalam penelitian
kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survei.
Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang
utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode
wawancara bebas dan wawancara terstruktur. Atau, peneliti menggunakan
wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya.
Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk
mengecek kebenaran informasi tersebut. Melalui berbagai perspektif atau
pandangan diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Karena
itu, triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh
dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya.12
Jadi, dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif
dengan alasan karena penelitian kualitatif bertujuan untuk menentukan dan
menggali data dari yang di amati oleh penulis, di mana penulis tidak hanya
meneliti prilaku subyek akan tetapi penulis berusaha menyelami fenomena
kehidupan perkembangan pedagang kaki lima, seperti cara pedagang kaki
11
M. Meden Ridwan, ed, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam, (Bandung: Nuansa,
2001), h. 229.
12
http://mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id/materi-kuliah/270-triangulasi-dalam-penelitiankualitatif.html, (Diakses pada 24 September 2014, Pukul 23.00 WIB).
14
lima berjualan, bagaimana pedagang kaki lima terbentuk dari awal
mulanya 5 pedagang tetapi berjalanya waktu pedagang kaki lima makin
bertambah banyak.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari awal bulan September 2013 – Mei
2014. Dengan catatan penelitian berakhir jika data-data yang di perlukan
telah selesai. Lokasi penelitian di lakukan di Sandratex Rempoa Ciputat.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini peneliti wawancarai informan sebanyak 11
orang serta pihak-pihak terkait di dalam kegiatan perdagangan maupun
kelompok pedagang kaki lima sandratek.
Adapun objek penelitian adalah Peran Modal Sosial Terhadap
Perkembangan Pedagang Kaki Lima di Pasar Tumpah Sandratex Rempoa
Ciputat.
Dalam penelitian ini, teknik sampling yang sering digunakan
adalah purposive sampling, dan snowball sampling. Seperti telah
dikemukakan bahwa, purposive sampling adalah teknik pengambilan
sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu
ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang
kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan
memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti.
15
Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang
pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini
dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum
mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi
yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikianlah jumlah
sampel sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang
menggelinding, lama-lama menjadi besar.13
Table 1.2
Jumlah Informan
No
1
2
3
4
Informan
Lurah dan Staf
Kelurahan
Pedagang
Pembeli
Pengguna Jalan
JUMLAH
Informasi Data
Data Profil Kelurahan
Jumlah
2 Orang
Wawancara Terbuka
Wawancara Terbuka
Wawancara Terbuka
5 Orang
2 Orang
2 Orang
11 Orang
D. Macam dan Sumber Data
Penelitian yang di lakukan oleh penulis dengan mencari data-data
dari pihak pedagang kaki lima yang terdaftar dalam kelompok pedagang
kaki lima di Sandratex Rempoa Ciputat.
Data yang diperoleh terbagi menjadi dua macam data, yaitu:
13
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Alfabeta,
Bandung, 2009), Cet 8, h. 218
16
1. Data primer, yakni data yang diperoleh langsung dari lapangan, baik
berupa data fisik maupun data bersifat sosial ekonomi.14
2. Data sekunder, yakni data yang diperoleh, baik melalui perpustakaan
maupun melalui instansi-instansi yang berwenang. Data ini
merupakan data pendukung dari objek yang akan diteliti.15
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang
spesifik bila di bandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan
kuisioner. kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan
orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek
alam yang lain. Menurut Sutrisno Hadi yang dikutip oleh Prof. Dr.
Sugiyono mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan
psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan
dan ingatan.16
Observasi juga bisa di katakan cara untuk memperoleh data dalam
bentuk pengamatan serta mengadakan pencatatan secara tertulis yang
dihasilkan dari hasil observasi. Teknik observasi yang peneliti lakukan
14
Waluya Bagja, Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat, (PT Setia Purna
Inves, Bandung, 2007), Cet 1, h. 62
15
Ibid., h. 63
16
Menurut Sutrisno Hadi (1986) yang dikutip oleh Prof. Dr. Sugiyono, Memahami
Penelitian Kualitatif, (Alfabeta, Bandung, 2009),
h. 145.
17
bersifat langsung yaitu mendatangi pedagang kaki lima yang ada
diwilayah
Sandratex
yang
mana
terdapat
informan
sebagai
observer/partisipan.
2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti
ingin
melakukan
studi
pendahuluan
untuk
menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondenya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri
pada laporan tentang diri sendiri, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan
dan atau keyakinan pribadi. Menurut Sutrisno Hadi yang dikutip oleh Prof.
Dr. Sugiyono mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh
peneliti dalam menggunakan metode wawancara adalah sebagai berikut.
1. Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang
dirinya sendiri.
2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah
benar dan dapat dipercaya.
3. Bahwa interpetasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang
dimaksudkan oleh peneliti.
18
Wawancara dapat di lakukan secara terstruktur maupun tidak
terstruktur, dan dapat di lakukan melalui tatap muka (face to face) maupun
dengan menggunakan telepon.17
Penelitian ini menggunakan wawancara terbuka tak berstruktur
dengan cara mengajukan pertanyaan yang tidak terikat dan lebih bebas
berdasarkan pedoman pertanyaan yang di miliki oleh penulis untuk
memperluas informasi yang di butuhkan. Untuk mendukung analisa
tersebut, penulis melakukan wawancara secara langsung kepada 5
pedagang kaki lima serta informan lainya seperti tokoh masyarakat, staff
kelurahan, pembeli, pengelola PKL dan pengguna jalan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumentasi
bisa
berbentuk
tulisan,
gambar,
atau
karya-karya
monumental dari seseorang. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari
penggunaan
metode
observasi
dan
wawancara.
Dengan
metode
dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati.
Dalam menggunakan metode dokumentasi ini penulis memegang
check-list untuk mencari variabel yang sudah di tentukan. Dalam studi
dokumentasi foto lebih banyak di gunakan sebagai alat penelitian kualitatif
karena dapat di pakai dalam berbagai keperluan. Foto menghasilkan data
yang deskriptif yang cukup berharga dan sering di gunakan untuk
17
Menurut Sutrisno Hadi (1986) yang dikutip oleh Prof. Dr. Sugiyono, Memahami
Penelitian Kualitatif, (Alfabeta, Bandung, 2009),
h. 137.
19
menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering di analisis secara induktif.
Terdapat kategori foto yang di hasilkan oleh orang dan foto yang di
hasilkan oleh peneliti sendiri.18
Teknik
ini
dilakukan
dengan
cara
mengkategorikan
(mengklasifikasikan) kemudian mempelajari bahan-bahan tertulis yang
berhubungan dengan masalah penelitian dan mengambil data atau
informasi yang dibutuhkan. Sumbernya berupa dokumen, buku, majalah,
Koran dan lain-lain. Data yang diambil adalah data sekunder.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan Skripsi ini terdiri dari 5 bab yang penulis uraikan dengan
penjelasan singkat sebagai berikut:
BAB I
Pendahuluan, dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai
masalah dengan teknik penulisan yang meliputi latar belakang
masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika
penelitian
BAB II
Tinjauan Teoritis, dalam bab ini penulis akan memaparkan teori
mengenai modal sosial, sejarah modal sosial, pengertian modal
sosial, komponen modal sosial, definisi perkembangan, sejarah
pedagang kaki lima, definisi pedagang kaki lima, dan peran usaha
kecil menengah.
18
Bogdan dan Biklen, Metodologi Penelitian Kualitatif, (1982), h. 102.
20
BAB III
Gambaran Umum, dalam bab ini penulis akan menjelaskan data
mengenai profil Kelurahan Rempoa serta data mengenai kelompok
pedagang kaki lima asal daerah padang Sandratex Rempoa Ciputat.
Serta penulis akan memaparkan mengenai gambaran kelompok
pedagang kaki lima.
BAB IV
Temuan dan Analisis Data Lapangan, dalam bab ini
menjelasakan mengenai perkembangan pedagang kaki lima dalam
menjalankan usahanya. Serta memaparkan peran modal sosial
dalam perkembangan pedagang kaki lima, dan dampak sosial yang
terjadi dengan adanya keberadaan PKL.
BAB V
Penutup, dalam bab ini berisikan kesimpulan, lampiran dan saran
dari penulis.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Peran
1. Pengertian Peran
Peran atau peranan (role), adalah prilaku yang sesuai dengan status
seseorang. Peranan merupakan seperangkat prilaku yang diharapkan dari
seseorang yang menduduki suatu posisi atau kedudukan tertentu dalam
masyarakat.19
Peran mempunyai kaitan yang sangat erat dengan status (kedudukan),
walaupun terlihat berbeda tetapi keduanya sangat mempunyai hubungan
erat, sebab seseorang dapat dikatakan berperan pada saat seseorang
tersebut mempunyai kedudukan atau status.
Peran atau sering juga disebut role, peran adalah seperangkat harapan
yang dikenakan individu tertentu yang mempunyai kedudukan sosial
tertentu. Menurut David Berry harapan merupakan hubungan dari norma
sosial, oleh karena itu dapat dikatakan; peran itu ditentukan oleh norma
dalam masyarakat, berarti seseorang diwajibkan untuk melakukan hal-hal
yang diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaan dan tingkah laku.20
Manusia dalam masyarakat diungkapkan sebagai pelaku dari perananperanan sosial, istilah peranan menunjukan bahwa masyarakat mempunyai
peran masyarakat disebut fungsi atau tugas masyarakat, jadi peranan sosial
19
Wigati Mulat Abdullah, Sosiologi, (Jakarta: Grasindo, 2008) h. 60.
N. Grass WS. Massa dan AW. MC. E achen, “Explaration Role Analysis” dalam
David Berry pokok-pokok pikiran dalam sosiologi, (Jakarta : PT. Grafindo Persada, 1995), Cet. 3,
h. 99-100.
20
21
22
adalah bagian dari fungsi masyarakat. Karena manusia dalam
kehidupanya menempati kedudukan-kedudukan tertentu, oleh karena itu
mereka merasa bahwa setiap kedudukan yang mereka tempati itu
menimbulkan harapan-harapan (expectations) tertentu dari orang-orang
sekitar. Misalnya dalam setiap peranan yang berkaitan dengan pekerjaan,
seseorang diharapkan dapat menjalankan kewajiban-kewajiban yang
berhubungan dengan peranan yang dipegangnya.
Dari penjelasan diatas tentang peranan, dapat disimpulkan beberapa
aspek:21
1. Peranan sosial adalah sebagian dari keseluruhan fungsi masyarakat.
Fungsi pada umumnya adalah suatu pengertian menunjukan
pengaruh khas dari satu bagian terhadap keseluruhan. Masyarakat
sebagai keseluruhan kesatuan hidup bersama mengemban tugas
umum,
ialah
mencakupi
kepentingan
umum
yang
berupa
kesejahteraan spiritual dan material, tata tertib ketentraman dan
keamanan.
2. Pelaku peranan sosial mendapat tempat tertentu dalam tangga
masyarakat sama halnya dengan suatu pementasan sebuah drama,
pelaku-pelaku yang menjalankan peranan sosial diberi tempat dalam
suatu tangga masyarakat.
3. Dalam peranan sosial terkandung harapan-harapan yang khas dari
masyarakat yang hendak diwujudkan.
21
Hendropuspito, Drs. D. Sosiologi Sistematik, h.179-181.
23
4. Peranan sosial dilakukan oleh perorangan atau kelompok tertentu.
B. Modal Sosial
1. Sejarah Modal Sosial
Dikenal ada physical capital, human capital dan social capital yang
merujuk kepada keistimewaan sebuah organisasi sosial, seperti jaringan
kerja, norma-norma, nilai-nilai dan kepercayaan yang memfasilitasi
terciptanya ko-ordinasi dan ko-operasi bagi kepentingan bersama. Social
capital pertama kali diungkap Robert D. Putnam tahun Dikutip oleh Edi
Suharto yang menjelaskan fenomena sosial mengapa tindakan kolektif
gagal pada sejumlah komunitas, tetapi berhasil pada komunitas lainya.
Faktor penyebab kesuksesan tersebut adalah keberadaan social capital.
Belakangan
Narayan
and
Woolcock
Dikutip
oleh
Edi
Suharto
mendefinisikan social capital sebagai norma-norma dan jaringan-jaringan
kerja yang membuat orang bertindak secara kolektif. Inti dari definisi
social capital adalah kemampuanya dalam meningkatkan manfaat
investasi physical capital dan human capital. Tanpa social capital
kontribusinya bagi kesejahteraan manusia tidak bermakna. Inilah fungsi
dan peran social capital dalam pembangunan. Kegagalan pembangunan
selama ini diduga karena kurang dipertimbangkannya social capital
sebagai independent variable.22
22
Suharto Edi. PhD, ”Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi”
(Jakarta : Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI, 2004), h. 81-82.
24
Jika social capital meningkat dengan meningkatnya jumlah orang yang
berpartisipasi dalam asosiasi informal dan jaringan kerja sosial (networks),
maka anggotanya dapat memberikan kontribusi kepada social capital
komunitas mereka, biasanya dengan cara-cara berpartisipasi dalam
perkumpulan olahraga, rekreasi, kelompok RT/RW, pengajian, asosiasi
orang
tua
murid
dan
guru,
organisasi
kepemudaan,
organisasi
keperempuanan, organisasi lansia. Satu hal yang perlu diingat bahwa
kinerja social capital tergantung pada partisipasi aktif anggotanya: ikut
bermain dalam sebuah tim olahraga, bukan hanya jadi penonton;
bergabung dalam kelompok paduan suara komunitas, bukan hanya
menghadiri konsernya; ikut terlibat dalam arisan warga, bukan hanya
terdaftar sebagai anggota; terlibat dalam kegiatan ritual agama setempat,
bukan beribadah di tempat yang jauh karena kemegahanya.
Perlu diwaspadai jangan sampai koneksi antar-anggota komunitas
melemah atau merenggang. Bila hal ini terjadi, perlu strategi untuk
meningkatkan partisipasi mereka dalam asosiasi informal dan jaringan
sosial. 23
2. Pengertian Modal Sosial
Modal sosial merupakan dua kata gabungan dari modal dan sosial.
Kata modal dalam bahasa inggris yaitu kapital sedangkan kata sosial yaitu
sosial. Dalam kamus Sosiologi kata kapital mengandung arti sumbersumber yang dipergunakan untuk tujuan produktif, persediaan aset
23
Suharto Edi. PhD, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi, h. 82
25
material suatu masyarakat atau kekayaan (modal).24 Sedangkan kata sosial
mengandung arti sesuatu yang berkenaan dengan prilaku interpersonal
atau yang berkaitan dengan proses sosial.25 Jika digabungkan kata kapital
sosial maka mengandung arti aset-aset yang di miliki umum (modal
sosial).26
Ada beberapa pengertian tentang modal sosial menurut para ahli yang
umumnya dirumuskan berdasarkan kasus-kasus tertentu yang terjadi
dalam masyarakat.
Menurut Pierre Bourdieu dikutip oleh George Rtzer mendefinisikan
modal sosial sebagai “sumber daya aktual dan potensial yang dimiliki oleh
seseorang berasal dari jaringan sosial yang terlembagakan serta
berlangsung terus menerus dalam bentuk pengakuan dan perkenalan
timbal balik (atau dengan kata lain: keanggotaaan dalam kelompok sosial)
yang memberikan kepada anggotanya berbagai bentuk dukungan
kolektif.27
Dalam pengertian ini modal sosial menekankan pentingnya transformasi
dari hubungan sosial yang sesaat dan rapuh, seperti pertetanggaan,
pertemanan, atau kekeluargaan, menjadi masalah yang bersifat jangka
panjang yang diwarnai oleh perasaaan kewajiban terhadap orang lain.
Menurut Bobi B. Setiawan Modal sosial merupakan pemahaman dan
pengetahuan yang dimiliki bersama oleh komunitas, serta pola hubungan
24
Soerjono Soekamto, Kamus Sosiologi (Jakarta: Rajawali Press), h. 55
Soerjono Soekamto, Kamus Sosiologi, h.408
26
Soerjono Soekamto, Kamus Sosiologi, h.56
27
George Rtzer, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007)
25
26
yang memungkinkan sekelompok individu melakukan satu kegiatan yang
produktif. Terminologi ini merujuk pada organisasi-organisasi, struktur,
dan hubungan-hubungan sosial yang dibangun sendiri oleh komunitas,
terlepas dari intervensi pemerintah atau pihak lain.
Modal sosial hanya dapat dibangun ketika tiap individu belajar dan
mau mempercayai individu lain sehingga mereka mau membuat komitmen
yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mengembangkan bentuk-bentuk
hubungan yang saling menguntungkan. Menurut pendapat Lesser (dalam
Bobi B. Setiawan), modal sosial sangat penting bagi komunitas karena :
Mempermudah akses informasi bagi anggota komunitas, Menjadi media
power
sharing
atau
pembagian
kekuasaan
dalam
komunitas,
Mengembangkan solidaritas, Memungkinkan mobilisasi sumber daya
komunitas, Memungkinkan pencapaian bersama; dan Membentuk perilaku
kebersamaam dan berorganisasi komunitas.28
Putnam dikutip oleh Rahmat Rais mengkaji tentang kehidupan politik
di Italia menemukaan bahwa modal sosial merupakan unsur utama
pembangunan masyarakat madani (civil community). Modal sosial tersebut
mengacu pada aspek-aspek utama organisasi sosial seperti trust
(kepercayaan), norma-norma (norms), dan jaringan-jaringan (networks)
yang dapat meningkatkan efisiensi dalam suatu masyarakat melalui
fasilitasi tindakan dan terkoordinasi.29 Menurut Putnam, kerjasama mudah
28
Bobi B. Setiawan, 2004, ”Ruang Publik dan Modal Sosial: Privatisasi Ruang di
Kampung”, Universitas Gadjah Mada, dalam Info URDI Volume 17, Yogyakarta.
29
Rais Rahmat, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah, (Jakarta:
Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2009), h. 117.
27
terjadi di dalam suatu komunitas yang telah mewarisi sejumlah modal
sosial yang substansial dalam bentuk aturan-aturan, pertukaran timbal
balik dan jaringan antar warga.
Fukuyama dalam In Trust: the Social Capital Value and the Creation
of Prosperity, kepercayaan (Trust) muncul jika di masyarakat itu membagi
nilai (Shared Values) sebagai dasar dari kehidupan untuk menciptakan
pengharapan umum dan kejujuran. Dengan kepercayaan, orang tidak akan
mudah curiga yang sering menjadi penghambat dari kesuksesan suatu
tujuan. Di samping itu, jaringan (networks) memiliki dampak yang sangat
positif dalam usaha peningkatan kesejahteraan ekonomi dan mewujudkan
tujuan bersama.30
Definisi lainya yang dikemukakan oleh Fukuyama, Modal sosial di
artikan pada serangkaian nilai atau norma informal yang dimiliki bersama
oleh anggota suatu kelompok yang memungkinkan kerjasama di antara
mereka. Jika anggota kelompok itu yakin bahwa anggota yang lain dapat
dipercaya dan jujur, mereka akan saling percaya. Kepercayaan itu seperti
pelumas yang membuat kelompok atau organisasi dapat dijalankan secara
efisien.31
Sementara itu, Lawang mendefinisikan konsep modal sosial merujuk
pada kekuatan-kekuatan sosial komunitas yang dikontruksikan individu
atau kelompok dengan mengacu pada struktur sosial yang menurut
30
Fukuyama F, Trust: The Social Virtues and Creation of Property, dikutip oleh Rahmat
Rais, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah, (Jakarta: Litbang dan Diklat
Departemen Agama RI, 2009), h. 114.
31
Francis Fukuyama. Guncangan Besar Kodrat Manusia dan Tatanan Sosial Baru,
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 20.
28
penilaian mereka dapat mencapai tujuan individual atau kelompok secara
efisien dan efektif dengan kapital-kapital lainya.32
Dalam konteks kegiatan kelompok pedagang kaki lima, beberapa
konsep modal sosial yang telah di kemukakan di atas dijadikan sebagai
acuan analisis. Penulis berpendapat bahwa ketahanan dan perkembangan
pedagang kaki lima dibangun sebagai kekuatan yang di miliki kelompok
PKL tersebut. Penulis menunjuk adanya kekuatan sosial sebagai modal
sosial seperti norma, kepercayaan dan jaringan cenderung dapat mencapai
tujuan PKL secara efisien dan efektif. Dengan demikian, PKL dapat
bertahan dan berkembang sampai saat ini.
3. Komponen modal sosial
a. Trust
Trust sebagai benda berarti kepercayaan, keyakinan atau juga rasa
percaya. Sedangkan trust dalam kata kerja berarti proses mempercayai
sesuatu yang jelas sasaranya.
Menurut lawang, trust adalah hubungan antar manusia dua pihak
atau lebih yang mengandung harapan yang menguntungkan salah satu
atau kedua belah pihak.33 Seperti kasus orang tua yang menyekolahkan
anaknya pada salah satu lembaga pendidikan yang mereka pilih.
Pilihan mereka dilandasi adanya harapan agar anaknya sukses.
32
33
Robert M. Z Lawang, Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik, h. 180.
Robert M. Z Lawang, Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik, h. 46.
29
Kepercayaan di sini mengandung harapan orang tua terhadap lembaga
pendidikan.
Dengan demikian trust menurut lawang terdapat tiga hal yang
terkait yaitu:
1. Hubungan sosial yang terjadi antara dua orang atau lebih.
Institusi adalah hubungan yang termasuk didalamnya, dalam
pengertian ini diwakili orang.
2. Adanya harapan yang akan terkandung dalam hubungan itu, yang
kalau direalisasikan tidak akan merugikan salah satu atau kedua
belah pihak.
3. Terciptanya interaksi sosial yang memungkinkan hubungan dan
harapan itu akan terwujud.
Elemen ini meliputi kejujuran, keadilan, toleran, keramahan dan
saling menghormati. Sebagaimana dijelaskan menurut Fukuyama
dikutip oleh Rahmat Rais, kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di
dalam sebuah masyarakat yang ditunjukan oleh adanya prilaku jujur,
teratur, dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama.
Kemudian mencatat bahwa dalam masyarakat yang memiliki tingkat
kepercayaaan tinggi, aturan-aturan sosial cenderung bersifat positif,
hubungan-hubungan juga bersifat kerjasama.34
34
Rais Rahmat, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah, h. 118.
30
b. Jaringan.
Pengertian ini meliputi dengan pertukaraan timbal balik, solidaritas
dan kerja sama. Infrastruktur dinamis dan modal sosial berwujud
jaringan-jaringan
kerjasama
antar
manusia.
Jaringan
tersebut
memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan
tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama.
Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan-jaringan
sosial yang kokoh. Orang mengetahui dan bertemu dengan orang lain.
Mereka kemudian membangun interelasi yang kental, baik bersifat
formal maupun informal. Putnam berargumen bahwa jaringan-jaringan
sosial yang erat akan memperkuat perasaan kerjasama para anggotanya
serta manfaat-manfaat dan partisipasinya itu.
Berdasarkan pengertian jaringan yang di bangun dalam penelitian
ini adalah menggunakan kelompok pedagang kaki lima sebagai
institusi yang mewadahi mereka. Sebagai media, kegiatan kelompok
arisan PKL memfasilitasi anggotanya untuk memiliki ikatan sosial
yang kuat untuk membangun relasi dengan individu atau kelompok
lainya.
c. Norma
Menurut lawang, norma adalah aturan-aturan, petunjuk-petunjuk,
harapan-harapan yang bersifat baik, benar dan penting, yang kalau
31
tidak dilaksanakan akan merugikan diri sendiri atau merugikan orang
lain.35
Selain itu lawang, mengatakan norma tidak dapat di pisahkan dari
jaringan dan kepercayan. Kalau struktur jaringan tersebut terbentuk
karena pertukaran sosial yang terjadi antara dua orang atau lebih, sifat
norma kurang lebih sebagai berkut:
1. Norma itu muncul dari pertukaran yang saling menguntungkan,
artinya jika pertukaran tersebut hanya di nikmati oleh salah satu
pihak saja, pertukaran sosial yang selanjutnya pasti tidak akan
terjadi. Karena itu norma yang muncul dan bukan sekali jadi
melalui satu pertukaran saja. Norma muncul karena beberapa kali
pertukaran yang saling menguntungkan dan ini di pegang terus
menjadi sebuah kewajiban sosial yang harus dipelihara.
2. Norma menyangkut keuntungan yang di peroleh dari suatu
kegiatan tertentu. Orang yang melanggar norma ini yang
berdampak pada berkurangnya keuntungan di kedua belah pihak,
akan di beri sanksi negatif yang keras.
3. Jaringan yang terbina menjamin keuntungan kedua belah pihak
secara merata, akan memunculkan norma keadilan, dan jika
melangar prinsip keadilan akan dikenakan sanksi.
35
Robert M. Z Lawang, Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik, h. 68.
32
Pengertian ini yang meliputi nilai-nilai yang dimiliki bersama
(share value), norma dan aturan-aturan.36 Norma terdiri dan
pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapan-harapan dan tujuantujuan yang di yakini dan di jalankan bersama oleh sekelompok
orang. Norma-norma di bangun dan berkembang berdasarkan sejarah
kerjasama di masa lalu dan di terapkan untuk mendukung iklim
kerjasama.37
Berbagai pandangan tentang modal sosial itu bukan sesuatu yang
bertentangan. Ada keterkaitan dan saling mengisi sebagai sebuah alat
analisa modal sosial di masyarakat. Modal sosial bisa berwujud
sebuah mekanisme yang mampu mengolah potensi menjadi sebuah
kekuatan rill guna menunjang pengembangan masyarakat.
C. Perkembangan
1. Pengertian Perkembangan
Sejarah istilah perkembangan masyarakat memberi gambaran yang
berwarna-warni. Sampai pada permulaan zaman modern, perkembangan di
mengerti sebagai teologi sejarah keselamatan. Zaman fajar budi bertitik
tolak pada arti yaitu “membuka apa yang dibungkus” dan menekankan
perkembangan (diri) bakat dan kemampuan sebagai dasar untuk kemajuan
yang tetap dan suatu dunia yang semakin baik. Pandangan itu melahirkan
36
Rais Rahmat, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah, h. 118.
Suharto Edi,, Modal Sosial dan Kebijakan Publik, di Akses 13 Maret 2014,
(http://kuntum2008.multply.com/journal).
37
33
historisme yang beranggapan bahwa sejarah berkembang sendiri menurut
hukum-hukum yang ada di dalamnya. Historisme juga mendasari teori
tahap dari Rostow, apalagi materialism historis dari Marx. Di zaman
kolonial dan kadang-kadang sampai sekarang ini, istilah itu dimengerti
sebagai pengembangan aktif-transitif sumber-sumber daya yang ada,
selanjutnya juga sebagai usaha menciptakan kemakmuran. Sesudah tahun
1945, dengan tampilnya Negara berkembang dipanggung dunia,
pembangunan ekonomi dalam arti pertumbuhan pendapatan per kepala
menjadi titik acuan utama. Berangsur-angsur, tekanan bergeser kembali ke
arah perkembangan diri, maupun dalam arti tanggung jawab itu sendiri.38
Menurut
E.B.
Harlock
perkembangan merupakan serangkaian
perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan
dan pengalaman dan terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif. Di maksudkan bahwa perkembangan merupakan
proses perubahan individu yang terjadi dari kematangan (kemampuan
seseorang sesuai usia normal) dan pengalaman yang merupakan interaksi
antara individu dengan lingkungan sekitar yang menyebabkan perubahan
kualitatif dan kuantitatif (dapat di ukur) yang menyebabkan perubahan
pada diri individu tersebut.39
Perkembangan mengandung makna adanya pemunculan sifat-sifat
yang baru, yang berbeda dari sebelumnya, mengandung arti bahwa
38
Muller Johannes, “Perkembangan Masyarakat Lintas-Ilmu” (Yogyakarta: Gramedia,
2005) h. 148.
39
Ibid., h. 18
34
perkembangan merupakan peubahan sifat individu menuju kesempurnaan
yang merupakan penyempurnaan dari sifat-sifat sebelumnya.40
D. Pedagang Kaki Lima
1. Sejarah Pedagang Kaki Lima
Manusia berdagang sebagai mata pencaharian. perdagangan pertama
kali terjadi, yang pasti sudah ada sejak nenek moyang dahulu, ribuan tahun
lalu. Sementara itu, tentang kemunculan pedagang kaki lima (PKL) bisa
dirunut hingga ke masa penjajah belanda di Indonesia. Istilah “kaki lima”
pun pertama kali muncul di masa penjajah belanda.41
Pada zaman dahulu penjajah belanda membuat peraturan bahwa setiap
jalan raya yang dibangun harus menyediakaan sarana untuk pejalan kaki.
Sarana untuk pejalan kaki itu disebut trotoar. Lebar trotoar untuk pejalan
kaki adalah lima kaki (kaki: satuan ukuran panjang yang digunakan
mayoritas bangsa eropa) atau sekitar satu setengah meter. Kemudian, saat
Indonesia merdeka, trotoar untuk pejalan kaki itu di manfaatkan oleh para
pedagang untuk berjualan. Selain trotoar, emperan toko juga dijadikan
tempat berjualan. Waktu itu di sebut pedagang emperan, lama-lama di
sebut menjadi pedagang kaki lima atau PKL.42
Jika mengikuti sejarah, mestinya sebutanya adalah “pedagang lima
kaki”, sesuai dengan luasnya trotoar yang di buat pemerintah belanda.
40
Ibid.
Permadi Gilang, S.S, Pedagang Kaki Lima Riwayatmu Dulu, Nasibmu Kini, (Jakarta:
Yudhistira, 2007) Cet 1, h. 2
42
Ibid.
41
35
Asal usul istilah pedagang kaki lima (PKL) sebenarnya masih simpang
siur dan banyak versi. Jika berpatokan pada trotoar lima kaki (1,5 meter)
yang di buat Belanda, lalu bagaimana dengan pedagang yang
menggunakan gerobak atau pikulan. Padahal mereka juga termasuk PKL.
Mereka sebenarnya tidak berjualan ditrotoar atau emperan toko, mereka di
sebut PKL.43
Terdapat beberapa asal usul penyebutan istilah PKL. Salah satunya
dari trotoar buatan Belanda yang luasanya 1,5 meter (lima kaki), seperti
yang disebutkan di atas. Itu pun sebenarnya tidak begitu tepat. Menurut
seorang tokoh Indonesianis bernama William Liddle, aturan trotoar lima
kaki justru berasal dari bahasa Inggris, five foot (lima kaki). Bapak Liddle
mempercayai bahwa yang membuat aturan tentang pembangunan trotoar
di Indonesia bukanlah Belanda, tetapi Inggris. Inggris memang pernah
mengambil alih kekuasaan atas Indonesia dari Belanda. Yang membuat
trotoar di Indonesia adalah gubernur jenderal asal Inggris, Sir Stamford
Raffles.44
Sementara, menurut sumber lain, istilah PKL adalah untuk menyebut
pedagang yang menggunakan gerobak beroda. Jika roda gerobak
ditambahkan dengan kaki pedagang, maka berjumlah lima, maka
disebutlah pedagang kaki lima atau PKL. Lalu jika kita membuka kamus
umum bahasa Indonesia yang disusun oleh WJS Poerwadarminta dikutip
43
44
Ibid.,h. 3.
Ibid.
36
oleh Permadi Gilang, S.S, makna istilah kaki lima itu mempunyai arti
“lantai (tangga) di muka pintu atau di tepi jalan” dan “lantai di beri beratap
sebagai penghubung rumah dengan rumah”.45
Pengertian tersebut lebih mirip dengan pengertian trotoar yang luasnya
lima kaki atau 1,5 meter yang dibuat di masa penjajahan (belanda atau
inggris). Namun, pengertian yang dimaksudkan kamus itu juga bisa
diartikan emperan toko. Karenanya, selain trotoar, PKL juga berjualan
diemperan toko. Ada juga yang membuat istilah lain. Kaki lima diartikan
“kanan kiri lintas manusia.” Maksudanya karena PKL berada dijalur
pejalan kaki (trotoar dan emperan toko), sehingga banyak orang berlalulalang disamping kanan dan samping kiri para PKL.46
Adapun beberapa pengertian PKL (pedagang kaki lima) menurut para
ahli yaitu:
a. Ray Bromley dikutip oleh Ramli Rusli pada umumnya sering di
gambarkan sebagai wiraswasta yang independen dan dengan
demikian bagian terbesar dari mereka adalah pekerja yang tidak
digaji. Keberhasilanya sangat tergantung pada usahanya dan
kemampuan menarik pembeli.47
45
Ibid.,h. 4.
Ibid.
47
Ibid., h. 31.
46
37
b. Paul Bairoch dikutip oleh Ramli Rusli berpendapat pedagang kaki
lima di gambarkan sebagai perwujudan usaha tersembunyi, atau pun
sebagai pekerja sederhana yang bertambah secara luar biasa. 48
c. Soetjipto Wirosardjono dikutip oleh Ramli Rusli berpendapat
pedagang kaki lima berpola kegiatan tidak teratur, baik waktu
maupun modal dan pemasukanya. Omset biasanya kecil dan di
hitung harian, serta tidak di sentuh peraturan pemerintah.49
2. Kegiatan Usaha Pedagang Kaki Lima.
Kegiatan usaha pedagang kaki lima mempunyai hubungan yang sangat
penting dengan pembeli yang bersifat komersil dalam artian bahwa
pendekatan pada kegiatan usaha dagang terlepas dari hubungan yang
bersifat pribadi atau hubungan tetangga. Tidak tetapnya atau sering
berpindahnya tempat, menyebabkan pula bahwa hubungan antara pembeli
dengan PKL sering hanya hubungan sepintas lalu atau lebih merupakan
hubungan yang tidak disengaja atau terjadinya karena kebetulan saja.
Pedagang kaki lima selalu berusaha agar barang daganganya terjual dan
untuk itu pedagang akan memilih tempat berjualan yang dipandang sesuai,
juga dipilih waktu tertentu yang banyak didatangi para pengunjung.50
48
Ibid.
Ibid.,h. 64
50
Ramli Rusli “Sektor informal perkotaan pedagang kaki lima” (Jakarta:Ind-Hill.co,
1992), h. 93.
49
38
Pedagang kaki lima sebagai kelompok yang melayani kebutuhan
masyarakat, pada dasarnya terlibat didalam proses niaga dilihat dari
kegiatan pekerjaanya sehari-hari. Proses niaga disini dapat berarti
menyalurkan atau menjadi salah satu mata rantai yang menghubungkan
produsen kepada konsumen melalui barang atau jasa yang dijualnya
kepada anggota masyarakat yang membutuhkanya. Barang ataupun jasa
tersebut biasanya langsung ditujukan kepada konsumen akhir atau
pemakai langsung, sehingga dengan demikian PKL merupakan mata rantai
terakhir yang berhubungan dengan konsumen.51
Selain itu terdapat kegiatan menyimpan secara terorganisir yang sering
dikenal dengan arisan, sudah lebih banyak dipraktekan dikalangan
pedagang kaki lima. Cara simpanan arisan ini disebut sebagai suatu bentuk
budaya sosial yang tradisional serta dapat merangsang dan membina orang
menjadi anggota dalam sistem ekonomi yang lebih modern. Karena arisan
pada dasarnya mempunyai maksud untuk menyimpan uang modal usaha
dan dapat mempererat hubungan kekeluargaan antara pesertanya.52
Dalam kegiatan usaha pedagang kaki lima merupakan salah satu
bentuk kegiatan UKM (usaha kecil menengah), kegiatan UKM selalu
digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan yang penting,
karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan
hidup dalam kegiatan usaha kecil baik disektor tradisional maupun
51
52
Ibid.,h. 101
Ibid.,h. 135-136.
39
modern. Peranan usaha kecil tersebut menjadi bagian yang diutamakan
dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola oleh 2
departemen, yaitu Departemen Perindustrian dan Perdagangan, serta
Departemen Koperasi dan UKM. Namun demikian, usaha pengembangan
yang telah dilaksanakan masih belum memuaskan hasilnya, karena pada
kenyataanya kemajuan UKM sangat kecil dibandingkan dengan kemajuan
yang sudah dicapai usaha besar. Pelaksanaan kebijaksanaan UKM oleh
pemerintah selama orde baru, sedikit saja yang dilaksanakan, lebih banyak
hanya merupakan semboyan saja, sehingga hasilnya sangat tidak
memuaskan. Pemerintah lebih berpihak pada pengusaha besar hampir
semua sektor, antara lain perdagangan, pebankan, kehutanan, pertanian,
dan industri.
Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, karena semakin
terbukanya pasar didalam negeri, merupakan ancaman bagi UKM dengan
semakin banyaknya barang dan jasa yang masuk dari luar akibat dampak
globalisasi. Oleh karena itu, pembinaan dan pengembangan UKM saat ini
dirasakan semakin mendesak dan sangat strategis untuk mengangkat
perekonomian rakyat, maka kemandirian UKM di harapkan dapat tercapai
dimasa mendatang. Dengan berkembangnya perekonomian rakyat
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka
kesempatan kerja, dan memakmurkan masyarakat secara keseluruhan.53
53
Dr. Sartika Tiktik Partomo M.S, Ekonomi Skala Kecil/Menengah & Koperasi, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2002), h. 20.
40
Selanjutnya terdapat definisi Usaha kecil (small firms) didefinisikan
sebagai kegiatan usaha dengan jumlah tenaga kerja antara 10-50 Orang,
dan usaha yang sangat kecil mikro jumlah tenaga kerjanya antara 5-10
orang.54
Terdapat beberapa definisi sektor usaha kecil yang juga memiliki ciriciri khusus. Mitzerg dikutip oleh Sutojo mendefinisikan sektor usaha kecil
sebagai Entreprenual organization yang memiliki antara lain: struktur
organisasi mereka sederhana, mempunyai karakter yang khas. Aktivitas
mereka sedikit di formalkan, dan sangat sedikit menggunakan proses
perencanaan dan jarang sekali mengadakan pelatihan karyawan dan
manajer. Ciri lainya adalah sektor usaha kecil sulit membedakan antara
asset pribadi dan asset perusahaan. Mereka juga kurang baik sistem
akuntansi dan seringkali tidak memilikinya. Pengusaha kecil dan
menengah mempunyai sifat dalam menghadapi investasi hampir sama
dengan perorangan.
Definisi usaha kecil di jelaskan Corman dikutip oleh Zaky Ahmad dan
Firdaus Ismet adalah perusahaan yang memiliki dan dijalankan secara
independen dan terlalu kecil untuk mendominasi dilingkunganya
(perusahaan lain yang lebih besar). Beberapa institusi yang ada di
Indonesia, juga mempunyai institusi definisi-definisi usaha kecil yang
berbeda-beda.55
54
Zaky Ahmad dan Firdaus Ismet, Pengalaman Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan
Dhu’afa, (Jakarta: Dakwah Press Universitas Syarif Hidayytullah, 2008) Cet 1, h. 229.
55
Ibid.
41
3. Letak Lokasi Usaha Pedagang Kaki Lima
Letak lokasi usaha pedagang kaki lima menjadi sangat penting untuk
kegiatan berdagang. Bentuk tempat dagangan para pedagang kaki lima
beraneka ragam. Tenda merupakan bentuk yang paling banyak dijumpai,
mengingat bahwa tenda sebagai tempat dagangan dapat melindungi PKL
dari sengatan panas maupun hujan. Bentuk-bentuk tempat dagangan lainya
adalah kotak, meja, gelaran, pikulan, gerobak dorong maupun sepeda.
Bentuk tempat dagangan tersebut pada umumnya disesuaikan dengan
jenis barang dagangan masing-masing serta lokasi usahanya. Barangbarang kelontong misalnya, tempat daganganya dapat saja berupa gelaran,
apabila lokasi tempat usahanya misalkan saja ditrotoar, namun apabila
lokasinya terletak dipinggir jalan masuk ke pasar, mungkin gerobak
dorong lebih sesuai sebagai tempat dagangan bagi pedagang lainya.
Bentuk tempat dagangan ini dibuat sedemikian rupa agar mudah dan
cepat dapat dipindahkan, terutama pada saat terjadinya penertiban atau
pengusiran PKL oleh petugas-petugas pemerintah kota. Letak lokasi usaha
untuk menempatkan daganganya, pada umumnya adalah ditepi jalan,
trotoar, bahkan sering mengambil sebagian dari jalan umum yang
sebenarnya bukan di peruntukan sebagai tempat berjualan. Lokasi-lokasi
semacam itu dianggap strategis karena merupakan tempat-tempat umum
yang ramai dan banyak dilalui orang, sekaligus juga merupakan calon
pembeli dari barang daganganya. Apabila terjadi pengusiran atau
42
penertiban terhadap PKL, maka biasanya PKL akan berpindah untuk
sementara waktu ke lokasi lain dan kemudian kembali lagi ke lokasi
semula apabila petugas-petugas pemerintahan kota telah pergi.56
56
Ramli Rusli “Sektor informal perkotaan pedagang kaki lima” (Jakarta:Ind-Hill.co,
1992), h. 123-124.
43
Norma
Aturan-aturan, petunjuk-petunjuk,
harapan-harapan yang bersifat baik,
benar dan penting, yang kalau tidak
dilaksanakan akan merugikan diri
sendiri atau merugikan orang lain.
Trust
Kapital Sosial
Trust sebagai benda berarti
kepercayaan, keyakinan atau juga
rasa percaya, dan harapan yang
menguntungkan salah satu atau
kedua belah pihak.
Jaringan
Pertukaraan timbal balik, solidaritas
dan kerja sama. Jaringan tersebut
memfasilitasi terjadinya komunikasi
dan interaksi, memungkinkan
tumbuhnya kepercayaan dan
memperkuat kerjasama.
Paguyuban
arisan pedagang
Kesejahteraan
pedagang dan
lancarnya
kegiatan usaha
pedagang
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil Kelurahan Rempoa
1. Kondisi Geografis
Letak dan Batas Kelurahan Rempoa Desa Rempoa adalah dari bagian
Kecamatan Ciputat Timur dan berada  15 KM dari pusat Kota Tangerang
Selatan dan berjarak  2 KM dari pusat Kecamatan. Bisa dilalui dengan
kendaraan umum dan pribadi dari arah jalan raya Ir. H. Juanda – Jalan Tol
BSD Kecamatan Setu Kota Tangerang.
Keterangan Gambar 1
Peta Wilayah Rempoa.
44
45
Berikut ini dapat di lihat Orbitasi Kelurahan Rempoa:
a. Jarak dengan Ibu Kota Kecamatan
: 2 KM
b. Jarak dengan Ibu Kota Tangerang Selatan
: 15 KM
c. Jarak dengan Desa terdekat
: 1 KM
d. Waktu tempuh ke Ibu Kota Kecamatan
:  10 Menit
e. Waktu tempuh ke Ibu Kota Tangerang Selatan
:  50 Menit
f. Waktu tempuh ke Desa – desa terdekat
:  5 Menit
g. Waktu tempuh ke Pusat Fasilitas terdekat
:  30 Menit
(Sumber : Monografi Kelurahan Rempoa, 2012)
Kantor Kelurahan Rempoa berjarak  2 KM dari kantor Camat Ciputat
Timur, dengan luas wilayah 219,50 ha, 73 RT, 4 Dusun, berikut ini dapat
dilihat batas-batas wilayah Kelurahan Rempoa:
a. Utara
: Berbatasan dengan DKI Jakarta,
b. Selatan
: Berbatasan dengan Kelurahan Cempaka Putih
c. Timur
: Berbatasan dengan Kelurahan Cirendeu
d. Barat
: Berbatasan dengan Kelurahan Rengas
(Sumber : Monografi Kelurahan Rempoa, 2012)
Wilayah pemukiman penduduk yang tinggal di Kelurahan Rempoa
pada umumnya penduduk dengan mata pencaharian karyawan dan buruh,
pedagang kecil dengan tingkat kesejahteraan dan pendidikan relatif lebih
rendah.
Untuk melakukan aktifitas sehari-hari masyarakat Kelurahan Rempoa,
lebih menyukai kendaraan roda dua (ojek) sebagai prasarana angkutan
46
masyarakat antar RW. Kendaraan roda dua di pergunakan khususnya
untuk melalui wilayah-wilayah yang bergelombang dengan kondisi jalan
yang sempit dan pada saat hujan menggenang.
Menurut observasi singkat fasilitator Kelurahaan pada saat survei ke
wilayah Kelurahan Rempoa, tekstur tanah Kelurahan Rempoa adalah
tanah merah.
Sifat tanah dengan tekstur tanah seperti ini adalah kemampuanya untuk
mengikat air, sehingga bila musim hujan turun kondisi tanah di desa
babakan menjadi becek dan menggenang. Sedangkan pada musim
kering/kemarau, agregat tanah merengkah dan pecah-pecah.
Dengan topografi seperti itu masyarakat desa mendirikan bangunan
untuk rumah tinggalnya di wilayah yang relatif datar dan keras, dan bukan
lahan untuk persawahan dan perkebunan sehingga rumah-rumah
permukimaan penduduk berkelompok-kelompok dalam satu jalur jalan
yang di namakan “Kampung” dengan batas kampung yang tidak jelas.
Topografi lahan Kelurahan Rempoa pada umumnya rata (Flat), dengan
hampir sebagian besar wilayah desa di gunakan untuk lahan pemukiman
dapat di lihat pada data di bawah ini penggunaan lahan Kelurahan
Rempoa:
a. Pemukiman
: 135 Ha
b. Perdagangan
: 1,25 Ha
c. Kuburan
: 2000 m
d. Lapangan olah raga
: 1 Ha
47
e. Perikanan
:-
f. Perkantoran
: 3,5 Ha
g. Industri
: 3,5 Ha
(Sumber : Monografi Kelurahan Rempoa, 2012)
Dari peta desa (lampiran dapat di lihat bahwa pemukiman penduduk
desa sebagian besar berada di sisi jalan (Kecamatan atau Desa). Kondisi
jalan Desa dan lingkungan pada umumnya telah mengalami pergeseran
walaupun di beberapa wilayah RT jauh dari jalan raya kondisinya cukup
rusak.
B. Kondisi Demografi Desa
Jumlah penduduk Kelurahan Rempoa adalah 34.292 jiwa atau 10.964
Kepala Keluarga (KK), bila melihat dari jenis kelamin penduduk, maka jenis
kelamin laki-laki adalah yang paling terbanyak laki-laki 17.479 jiwa,
perempuan 16.814 jiwa, Jumlah KK Miskin 2.912 dengan kelompok umur 5
tahun sampai 9 tahun adalah yang terbanyak, sehingga Kelurahan Rempoa
termasuk desa dengan piramida penduduk segitiga di mana lebih banyak
kelompok umur non produktif. Dari data komposisi penduduk menurut jenis
kelamin pun dapat di simpulkan bahwa perbedaan jumlah penduduk
perempuan dengan laki-laki tidak jauh berbeda.
Sedangkan dari data mata pencaharian penduduk, sebagian besar
Kelurahan Rempoa adalah bermata pencaharian sebagai pedagang dan buruh.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
48
Table 3.1
Data penduduk menurut kelompok pendidikan Kelurahan Rempoa
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Kelompok Pendidikan
Belum Sekolah
Usia 15-55 tahun
Pernah sekolah SD tapi tidak tamat
Tamat SD/sederajat
Tamat SLTP/sederajat
Tamat SLTA/sederajat
D1
D2
D3
S1
S2
S3
Jumlah
Jumlah Jiwa
1.098
18.983
322
2.719
2664
1598
100
98
106
215
39
15
6.089
Persentase
4%
68%
1%
10%
10%
6%
0%
0%
0%
1%
0%
0%
100%
(Sumber : Data Kelurahan Rempoa, 2012)
Ternyata bahwa 4% dari jumlah Kelurahan Rempoa adalah penduduk pada
kelompok usia belum sekolah dan 6,93% dari jumlah seluruh penduduk
Kelurahan Rempoa adalah penduduk pada usia produktif yang tidak pernah
sekolah, antara umur 7 tahun sampai dengan 45 tahun.
Table 3.2
Data penduduk menurut mata pencaharian penduduk Kelurahan Rempoa
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Mata Pencaharian
Buruh Swasta
Pegawai Negeri
Perajin
Pedagang
Montir
Sopir
Tukang Kayu
Tukang Batu
TNI/Polri
Pramuwisata
Kontraktor
Guru Swasta
Penjahit
Jumlah (Jiwa)
2.500
602
5
1350
261
200
175
325
138
12
56
176
Persentase
42%
11%
0,1%
25%
5%
3,9%
3,3%
6,3%
2,7%
0,2%
1,1%
3,4%
49
14
15
16
17
18
Pengusaha
Pengemudi Becak
Dokter
Bidan
Peternak
Jumlah
30
45
25
15
2
5917
0,5%
0,8%
0,4%
0,2%
0,02%
100%
(Sumber : Data Kelurahan Rempoa, 2012)
Ternyata bahwa 19,73% dari jumlah seluruh penduduk Kelurahan Rempoa
yang berusia Produktif adalah penduduk yang mempunyai pekerjaan. Dari
jumlah 59,95% penduduk yang mempunyai pekerjaan serta yang mempunyai
mata pencaharian sebagai buruh baik penggarap kebun atau petani, anggota
Polisi, Guru, Pegawai Negeri, Pegawai Swasta dan TNI. Serta 35,84% adalah
bergerak disektor usaha kecil menengag atau berdagang. Dari gambaran di
atas maka karakteristik penduduk Kelurahan Rempoa sebagian besar
berkarakteristik buruh.
Secara khusus penduduk Kelurahan Rempoa yang menikmati pendidikan
menengah dan tinggi relatif banyak. Walaupun penduduk tidak bersekolah dan
tidak tamat SD pun cukup banyak. Dukungan sarana pendidikan setingkat SD
sedikitnya ada 3 lokasi, sehingga untuk pendidikan dasar penduduk Kelurahan
Rempoa tidak mengalami kesulitan. Untuk pendidikan SMP dan SMU
penduduk Kelurahan Rempoa bersekolah di fasilitas-fasilitas pendidikan
menengah di sekitar Kecamatan Ciputat Timur.
Kelurahan Rempoa dengan 12 RW dan 72 RT mempunyai pola
penyebaran penduduk wilayah RT yang bervariasi yang di batasi jalan
lingkungan, jalan desa, dan aspal. Jabatan ketua RT ada beberapa hal lebih
aktif dari pada jabatan ketua RW sehingga kegiatan ketua RT sangat
50
menentukan dan relatif lebih giat di masyarakat. Data jumlah penduduk kepala
keluarga 1.036 keluarga.
a. Jumlah Keluarga Prasejahtera
: 35 Keluarga
b. Jumlah Keluarga Sejahtera I
: 910 Keluarga
c. Jumlah Keluarga Sejahtera II
: 3259 Keluarga
d. Jumlah Keluarga Sejahtera III
: 852 Keluarga
e. Jumlah Keluarga Sejahtera
: 725 Keluarga
C. Kondisi Psikografi Desa
1. Pengaruh Lingkungan Geografis Terhadap Kondisi Sosial
Pemukiman
penduduk
Kelurahan
Rempoa
merupakan
daerah
pemukiman. Secara giografis penduduknya bermata pencaharian buruh
swasta dan pedagang. Di wilayah dalam yang sedikit dari jalan raya
tingkat kesejahteraan penduduk desa relatif minim dengan tingkat
pendidikan anak yang hanya sampai tingkat SLTA. Kondisi sarana jalan
yang relatif lebih buruk dengan prasarana transportasi hanya angkutan
kendaraan roda dua yang terbatas, menyebabkan aktifitas perekonomian
penduduk Kelurahan Rempoa wilayah ini hanya terbatas di lingkungan
RW dan RT. Secara giografis fasilitas-fasilitas sosial dan umum yang ada
di wilayah sisi jalan dan wilayah dalam yang jauh dari jalan raya dapat
dilihat di bawah ini:
51
a. Kelembagan Ekonomi
1. Koperasi
: 3 Unit
2. Industri Makanan
: 3 Unit
3. Industri Pakaian
: 1 Unit
4. Pasar
: 1 Unit
5. Kelompok Usaha Simpan Pinjam
: 1 Unit
6. Industri Kerajinan
: 25 Unit
7. Percetakan
: 5 Unit
8. Bengkel
: 17 Unit
9. Warung Makanan
: 51 Unit
10. Kios Klontong
: 216 Unit
D. Permasalahan
1. Permasalahan Sarana dan Prasarana
Terjadinya Sarana/Prasarana dasar lingkungaan dan perumahan yang
memadai merupakan faktor yang harus di perhatikan dalam upaya
penanggulangan kemiskinan. Faktor tersedianya komponen ini sangat
berpengaruh bagi kesejahteraan di wilayah sasaran Desa.
Permasalahan Sarana dan Prasarana dasar lingkungan dan perumahan
yang ada di Kelurahan Rempoa antara lain :
1) Sarana dasar perumahan yang belum terpenuhi antara lain :
a. Rumah sangat sempit dengan jumlah penghuni yang sangat
banyak
52
b. Belum tersedianya sarana kesehatan perumahan seperti
sanitasi, jendela, batas antara kamar, lubang sinar lantai tanah,
tempat MCK yang belum tersedia dan sarana lain.
2) Sarana dan prasarana dasar lingkungan antara lain :
a. Banyak infrastruktur yang kurang memadai jalan, jembatan,
drainase irigasi dan saluran air bersih
b. Sarana kesehatan lingkungan sanitasi, drainase, irigasi, tempat
sampah dan lain-lain.
c. Sarana pembuangan sampah
d. Sarana penerangan jalan lingkungan.
2. Permasalahan Pengembangan SDM
Permasalahan yang berkaitan dengan sumber daya manusia khususnya
masyarakat miskin di Kelurahan Rempoa antara lain :
a. Rendahnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat miskin
b. Minat menyekolahkan dan kemampuan menyekolahkan masih
kurang
c. Kemampuan untuk membiayai pendidikan anak dimana biaya
pendidikan cukup tinggi
d. Masih adanya kesadaran yang rendah dalam masalah pendidikan
e. Adanya sistem pendidikan yang belum berpihak pada masyarakat
miskin
53
f. Sarana pendidikan yang memadai belum dapat di jangkau oleh
masyarakat miskin.
3. Permasalahan Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif
Kegiatan usaha produktif merupakan yang terpenting untuk dapat
terpenuhi
segalanya
kebutuhan
hidup,
oleh
karena
itu
dalam
penanggulangan kemiskinan ke depan perlunya mendapatkaan perhatian
yang sangat serius. Permasalahan yang ada di Kelurahan Rempoa
berkaitan dengan pengembangan dengan usaha produktif antara lain :
a. Sebagian masyarakat tidak memiliki modal yang cukup untuk
membuka usaha baru yang sesuai lingkungan.
b. Manajemen usaha yang belum di miliki oleh warga miskin.
c. Tidak adanya kelompok usaha untuk memecahkan usaha bersama.
d. Terjeratnya warga miskin dalam Bank harian/rentenir.
e. Tidak adanya jaringan kerjasama untuk mengembangkan usaha.
f. Sulitnya mengakses modal.
g. Masih rendahnya mutu hasil produktif.
h. Lemahnya penguasaan teknologi.
i. Rendahnya kualitas sumber daya manusia.
Setelah peneliti mencari apakah terdapat beberapa masyarakat asli
Sandratex yang berjualan nasi uduk, gado-gado, warung sembako, dan
jenis usaha lainya. Dari keseluruhan masyarakat asli Sandratex tidak
54
keseluruhan bekerja sebagai pedagang, tetapi bekerja sebagai pegawai
negeri maupun pegawai swasta.
4. Permasalahan Sosial
Permasalahan sosial kemasyarakatan yang ada perlu segera mendapat
perhatian antara lain :
a. Rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan masyarakat
miskin
b. Tidak mampu membiayai pendidikaan anak
c. Masih adanya yatim piatu dan jompo yang kurang mendapatkan
perhatian
d. Kurangnya sarana pendidikan formal dan non formal bagi
masyarakat miskin
e. Masih belum terpenuhinya sarana dan prasarana medis yang murah
dan di jangkau masyarakat miskin
f. Pelayanan kesehatan yang masih kurang dalam pengetahuan bagi
balita dan ibu hamil.
5. Visi, Misi dan Prinsip dari Masyarakat
a. Visi
Menuju Masyarakat Kelurahan Rempoa menjadi sehat, tertib, aman,
dan sejahtera.
b. Misi
Atas dasar visi Kelurahan Rempoa maka misinya adalah :
55
1) Menggalang kepedulian dan kerjasama dari berbagai unsur
masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan
2) Mewujudkan pemberdayaaan masyarakat di Kelurahan Rempoa
terutama
masyarakat
kurang
mampu
dalam
upaya
penanggulangan kemiskinan, melalui pengembangan kapasitas,
penyediaan sumber saya dan membudayakan kemitraan sinergis
antara masyarakat dengan pelaku pembangunan lokal lainya.
3) Meningkatkan pelayanan di bidang kesehatan untuk masyarakat
miskin
4) Meningkatkan kualitas pendidikan untuk masyarakat miskin
5) Meningkatkan kualitas SDM dan mengurang pengangguaran
dengan membuka lapangan kerja
6) Meningkatkan pendapatan bagi masyarakat miskin
7) Meningkatkan sarana lingkungan yang optimal bagi masyarakat
miskin.
6. Tujuan
a. Pada tahun 2012, kesehatan masyarakat miskin meningkat 75%.
b. Pada tahun 2012, kesehatan ibu dan anak meningkat 70%.
c. Pada tahun 2012, 70% anak miskin mengikuti pendidikan 9 tahun.
d. Pada tahun 2012, pengangguran berkurang 60%.
e. Pada tahun 2012, kesehatan masyarakat miskin meningkat 60%.
f. Pada tahun 2011, pendapatan warga miskin meningkat sebesar Rp.
800.000 perbulanya.
56
7. Prinsip
Prinsip-prinsip yang di kembangkan dalam membangun masyarakat
Kelurahan Rempoa adalah sebagai berikut :
A. Demokrasi; dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut
kepentingan orang banyak terutama masyarakat miskin, maka
pengambilan keputusan harus di lakukan secara musyawarah dan
demokrasi;
B. Partisipasi; tiap langkah kegiatan harus di lakukan secara
partisipatif sehingga membaangun rasa kepemilikan dan proses
belajar bersama;
C. Transportasi dan akuntabilitas manajemen organisasi masyarakat,
sehingga masyarakat belajar dan melembagakan sikap bertanggung
jawab serta tanggung gugat terhadap pilihan keputusan dan
kegiatan yang di laksanakan.
D. Desantralisasi;
dalam
proses pengambilan
keputusan
yang
langsung menyangkut penghidupan orang banyak agar di lakukan
sedekat mungkin dengan pemanfaatan daan atau di serahkan pada
masyarakat sendiri, sehingga keputusan yang di buat benar-benar
bermanfat bagi masyarakat banyak.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA LAPANGAN
A. Perkembangan Pedagang Kaki Lima di Sandratek
Perkembangan pedagang kaki lima di Sandratex mempunyai peran yang
sangat
penting
dalam
kemajuan
perkembangan
usaha
kaki
lima.
Perkembangan diawali dengan terbentuknya kelompok PKL asal daerah
Padang yang membuat kegiatan paguyuban arisan PKL yang dibentuk sejak
tahun 2004. Dengan terbentuknya kegiatan tersebut banyak mengundang
kelompok PKL lainya yang berasal dari daerah lainya, seperti kelompok PKL
asal daerah sunda, PKL pasar malam, dan kelompok lainya yang mempunyai
profesi sebagai pedagang. Lokasi berdagang yang strategis mengundang
banyak PKL yang berjualan di Sandratex, karena lokasi tersebut dekat dengan
jalan besar, wilayahnya yang padat penduduk, dan wilayahnya berdekatan
dengan wilayah Rempoa, dan Gintung.
Dalam perkembangan pedagang kaki lima di Sandratex modal sosial
berperan penting untuk memberikan informasi kelompok PKL, teman, saudara
dan keluarga pedagang yang telah berjualan sebelumnya. Mereka saling
membantu dalam permodalan, suplai barang dagangan, tempat tinggal dan
informasi, seperti informasi tempat berjualan, lokasi lapak dan lain
sebagainya.
57
58
B. Peran Modal Sosial terhadap perkembangan Pedagang Kaki Lima.
1. Kegiatan Paguyuban Arisan Pedagang Kaki Lima
Dalam dunia yang semakin maju sulitlah bagi usaha-usaha perorangan
untuk dapat berkembang atau untuk dapat menghindarkan diri dari
kegagalan-kegagalan apabila tidak menjalin kerjasama dengan pengusahapengusaha yang lain. Paguyuban atau kegiatan kelompok PKL yang
dipilih bila strukturnya dibangun bersifat non formal dan tidak terlalu
mengikat adalah wadah yang tepat untuk melakukan kerjasama antara
usaha-usaha tersebut, karena kegiatan paguyuban bertujuan untuk
memberikan pelayanan kepada anggota-anggotanya dalam rangka untuk
memajukan usaha milik para kelompoknya.57
Dengan berdasarkan kutipan dari pernyataan diatas, pedagang kaki
lima selaku usaha perorangan mengadakan kerjasama dengan sesama
mereka. Kerjasama ini dapat diwujudkan oleh pedagang kaki lima apabila
mereka bergabung dalam kegiatan paguyuban. Salah satu bentuk kegiatan
paguyuban tersebut yaitu kegiatan arisan yang diikuti oleh pedagang kaki
lima, kegiatan ini disebutkan sebagai salah satu bentuk budaya sosial yang
tradisional yang dapat merangsang dan membina orang menjadi pesertapeserta dalam sistem ekonomi yang lebih modern.
Karena arisan pada dasarnya mempunyai maksud untuk menyimpan
uang dan mempererat hubungan kekerabatan antara anggotanya, maka
keikutsertaan pedagang kaki lima dalam arisan menjadi salah satu bentuk
57
Bab 2. Landasan Teori h. 25-35.
59
kegiatan yang baik untuk kehidupan PKL, khususnya untuk penambahan
modal usaha.
Kegiatan paguyuban arisan PKL di wilayah Sandratex dimulai dari
hubungan kerjasama antar pedagang yang saling bersama membangun
sebuah kegiatan yang didalam kegiatan tersebut mempunyai dampak yang
positif untuk kesejahteraan PKL. Adanya kegiatan PKL menumbuhkan
rasa kepercayaan yang dibangun oleh pedagang sejak awal berdagang
maka terbentuklah kegiatan PKL yang dibentuk oleh pedagang untuk
menjalin tali silaturahmi, dan persaudaraan yang kuat antar pedagang.
Kegiatan paguyuban arisan mempunyai manfaat yang banyak untuk
pedagang khususnya pedagang yang mempunyai modal yang kecil. Dalam
kegiatan arisan terdapat awal mula terbentuknya, kegiatan tersebut
mempunyai dampak positif yang baik.
Hal ini disampaikan oleh ketua paguyuban arisan Bapak Amrizal
pedagang kaos kaki mengenai terbentuknya kegiatan arisan:
“Terbentuk sejak sekitar tahun 2004 awal dimulainya paguyuban
arisan pedagang kaki lima yang saya pegang, berawal dari
dorongan hati nurani saya saja dan kebutuhan untuk penambahan
modal usaha yang pedagang alami pada saaat itu. Ya pada saat itu
juga saya didukung sama teman-teman pedagang buat arisan
kecil-kecilan, pada awalnya si pedagang yang ikut arisan sekitar
50 pedagang”.58
Dengan
terbentuknya
kegiatan
ini
menumbuhkan
hubungan
kekerabatan antar pedagang yang sangat erat utamanya hubungan yang
dimiliki oleh kelompok pedagang telah menjadi nilai-nilai bersama bagi
58
Wawancara pribadi dengan Ketua Arisan PKL Bapak Amrizal. Sabtu 17 Mei 2014.
Pada pukul 08.00 WIB (lihat lampiran).
60
mereka bahwa ikatan keluarga dianggap sebagai ikatan batin yang kuat
dibandingkan dengan orang diluar keluarganya. Hubungan kekerabatan
masih dianggap penting dan utama di kalangan pedagang. Dengan kata
lain ikatan keluarga muncul sebagai perasaan yang kuat dan sudah
terbentuk didalam masyarakat, khususnya kelompok pedagang.
Selain itu terdapat penamaan kegiatan paguyuban arisan pedagang,
kegiatan ini sangat penting untuk membangun rasa kebersamaan yang
terjalin didalamnya, karena pedagang menganggap kegiatan ini sebagai
sebuah kegiatan tabungan dan penambahan modal usaha. Pedagang
mengetahui bahwa kegiatan ini sebagai kegiatan yang positif dan kegiatan
yang mempunyai manfaat yang banyak untuk pedagang.
Hal ini juga disampaikan oleh ketua arisan Bapak Amrizal pedagang
kaos kaki mengenai penamaan kegiatan arisan PKL:
“Untuk penamaan kelompok paguyuban arisan pedagang yang
saya pegang, tidak ada penamaan khas ataupun penamaan yang
aneh-aneh. Kegiatan ini bentuknya cuma paguyuban arisan
simpan pinjam modal usaha pedagang biasa saja, tidak terlalu
terikat antar anggota, pertemuan anggota arisan tidak resmi
pertemuan hanya dilakukan pada saat pedagang berjualan saja”.59
Anggota paguyuban arisan yang mengikuti kegiatan ini sangat penting
dalam proses berjalanya kegiatan. Karena dengan banyaknya pedagang
yang mengikuti kegiatan tersebut, terdapat juga keuntungan yang di
dapatkan. Salah satu keuntunganya, uang yang didapatkan pedagang
dijadikan sebagai penambahan modal usaha dalam menjalankan usahanya.
59
Wawancara pribadi dengan Ketua Arisan PKL Bapak Amrizal. Sabtu 17 Mei 2014.
Pada pukul 08.00 WIB (lihat lampiran).
61
Hal ini juga disampaikan oleh ketua arisan Bapak Amrizal pedagang
kaos kaki mengenai Anggota paguyuban arisan PKL yang terdaftar:
“Anggota paguyuban arisan yang terdaftar saat ini, sekitar 30
pedagang yang mengikuti arisan ini. Banyak pedagang yang tidak
ikut arisan ini dikarenakan masalah keuntungan berdagang yang
sangat minim.”60
Uang pembayaran paguyuban arisan disepakati oleh pedagang yang
mengikuti kegiatan ini, pembayaran arisan yang tidak memberatkan
pedagang, kegiatan ini menjadi sangat penting untuk tabungan modal
usaha.
Hal ini juga disampaikan oleh ketua arisan Bapak Amrizal pedagang
kaos kaki mengenai pembayaran uang arisan anggota setiap minggunya:
“Tiap satu minggu sekali arisan dikocok, tarikan tiap satu
minggunya tiap pedagang bayar 250.000. Yah lumayan lah setiap
pedagang yang dapat arisan bisa untuk penambahan modal usaha,
dan kebutuhan lainya.”61
Keuntungan pedagang pada saat mendapatkan arisan dipakai untuk
dijadikan sebagai penambahan modal usaha, tabungan, dan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga pedagang.
Hal ini juga disampaikan oleh ketua arisan Bapak Amrizal pedagang
kaos kaki mengenai uang paguyuban arisan yang didapatkan anggota
arisan PKL:
60
Wawancara pribadi dengan Ketua Arisan PKL Bapak Amrizal. Sabtu 17 Mei 2014.
Pada pukul 08.00 WIB (lihat lampiran).
61
Wawancara pribadi dengan Ketua Arisan PKL Bapak Amrizal. Sabtu 17 Mei 2014.
Pada pukul 08.00 WIB (lihat lampiran).
62
“Uang arisan yang didapatkan pedagang pada saat arisan di
kocok sebesar RP. 7.500.000 uang arisan yang pedagang dapatkan
setiap minggunya. Arisan dikocok selama satu minggu sekali.”62
Selain itu terdapat kegiatan simpan pinjam modal usaha. Pedagang
hanya membayarkan iuran setiap minggunya, iuran tersebut dibayarkan
pedagang tabungan modal usaha. Pembayaran iuran pedagang dikenakan
sebesar 10.000 untuk 1 pedagang. Dana yang sudah terkumpul dipakai
sebagai pinjaman modal usaha dan dipakai untuk uang dana sosial
pedagang yang sedang terkena sakit atau musibah.
Pengembalian pinjaman pedagang harus dikembalikan secara teratur
dan tidak telat membayar cicilan, pedagang hanya mendapatkan modal
usaha sebesar 1-2 juta rupiah. Cicilan pinjaman modal usaha tidak terdapat
bunga pinjaman. Kegiatan ini salah satu kegiatan paguyuban arisan yang
dibangun oleh pedagang selama pedagang berjualan di Sandratex.
Kegiatan ini sudah dibangun sejak awal pedagang berjualan di Sandratex,
karena itu pedagang yang berjualan di Sandratex selalu terlihat kompak.
Hal ini juga disampaikan oleh ketua arisan Bapak Amrizal pedagang
kaos kaki mengenai iuran paguyuban arisan dana simpan pinjam modal
dan dana sosial:
“Dana iuran yang dibayarkan pedagang dipakai untuk kegiatan
simpan pinjam modal usaha, dan kegiatan jika ada salah satu
keluarga pedagang yang terkena sakit.”
62
Wawancara pribadi dengan Ketua Arisan PKL Bapak Amrizal. Sabtu 17 Mei 2014.
Pada pukul 08.00 WIB (lihat lampiran).
63
Kegiatan paguyuban arisan ini hampir diikuti semua pedagang,
pedagang yang mempunyai hasil keuntungan yang kecil bisa mengikuti
kegiatan paguyuban ini, dengan iuran pembayaran yang cukup kecil
dijadikan kemudahan untuk pedagang meminjam modal usaha jika
pedagang sedang kehabisan modal usaha.
Hal ini juga disampaikan oleh ketua arisan Bapak Amrizal pedagang
kaos kaki mengenai kegiatan diluar paguyuban arisan:
“Kegiatan yang bisanya rutin dilakukan setiap 2 bulan sekali
diluar paguyuban arisan yaitu rekreasi keluargo pergi ke kebun
binatang ragunan bersama anggota arisan pedagang untuk makan
bersamo, dan kegiatan 2 tahunan mudik bersamo untuk anggota
yang mempunyai kampung di daerah sumatera dan padang.”
Kegiatan yang biasa dilakukan diluar paguyuban arisan yaitu kegiatan
mudik bersama yang dilakukan pedagang asal daerah Sumatera (Padang)
yang mudiknya dilakukan 2 tahun sekali, mudik bersama ini sudah lama
dilakukan pedagang dengan membawa kendaraan masing-masing,
bersama-sama membangun jiwa kekeluargaan yang baik dengan pedagang
yang berasal daerah yang sama. Kegiatan lainya yang dilakukan pedagang
pergi rekreasi ke kebun binatang ragunan untuk sekedar jalan-jalan dan
makan bersama dengan keluarga.
Setiap kegiatan paguyuban arisan memiliki tujuan yang ingin dicapai.
Kegiatan ini mempunyai banyak manfaat yang sudah dirasakan pedagang
salah satu tujuanya yaitu untuk menjalin tali persaudaraan antar pedagang,
64
dan dijadikan wadah untuk penambahan modal usaha untuk pedagang,
khususnya pedagang yang mempunyai modal yang sangat kecil.
Hal ini juga disampaikan oleh ketua arisan Bapak Amrizal pedagang
kaos kaki mengenai maksud dan tujuan dari kegiatan paguyuban arisan
PKL:
“Tujuan dan maksud diadakanya kegiatan paguyuban arisan ini
dijadikan sebagai wadah kerukunan yang mempunyai suatu
kekuatan sebagai permodalan usaha pedagang.”
Manfaat diadakanya kegiatan paguyuban arisan ini dijadikan sebagai
kegiatan kerukunan pedagang kaki lima, selain itu manfaat lainya
dijadikan sebagai kekuatan permodalan yang dihimpun oleh para
pedagang. Manfaat ini yang dijadikan pedagang sebagai modal sosial yang
sangat penting untuk menjalankan usaha berdagang dan mempunyai
dampak yang baik untuk keberadaan pedagang kaki lima itu sendiri.
Hal ini juga disampaikan oleh ketua arisan Bapak Amrizal pedagang
kaos kaki mengenai manfaat yang didapatkan dari kegiatan paguyuban
arisan:
“Manfaat dari hasil mengikuti paguyuban arisan yang saya
pegang, pedagang mendapat keuntungan untuk penambahan
modal usaha uang sebesar 7.500.000 beli barang dagangan.
Selain itu sangat banyak manfaatnya, khususnya pedagang dapat
mengaatur dan menyisihkan hasil keuntungan daganganya setiap 1
minggu sekali, berguna untuk menghemat pengeluaran dan lebih
dapat menyisihkan tabungan modal usaha”.63
63
Wawancara pribadi dengan Ketua Arisan PKL Bapak Amrizal. Sabtu 17 Mei 2014.
Pada pukul 08.00 WIB (lihat lampiran).
65
Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak Salman pedagang
perkakas rumah tangga mengenai manfaat yang didapatkan dari kegiatan
paguyuban arisan:
“Manfaatnya untuk tabungan modal usaha yang saya dapatkan
setiap kali saya berjualan, modal keuntungan usaha yang saya
dapatkan saya sisihkan untuk membayar uang arisan. Dari pada
keuntungan modalnya habis tidak karuan, mending saya ikuti
arisan.”64
Selain manfaat terdapat juga harapan yang ingin dicapai dalam
kegiatan paguyuban arisan. Dengan kegiatan ini banyak sekali
mendapatkan keuntungan yang diperoleh pedagang, salah satunya
keuntungan dalam penambahan modal usaha yang didapatkan untuk
memenuhi barang daganganya dan dapat digunakan memenuhi kebutuhan
lainya.
Hal ini juga disampaikan oleh ketua arisan Bapak Amrizal pedagang
kaos kaki mengenai harapan kedepan dengan adanya kegiatan paguyuban
arisan ini:
“Semoga kedepan paguyuban arisan ini bisa berjalan terus,
anggota makin bertambah, dan pedagang yang ikut kegiatan ini
mendapatkan banyak manfaat yang baik untuk keluarganya, modal
usaha yang bertambah dan bertambah hasil usaha dagangnya”.65
Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak Zeni pedagang kerudung
mengenai harapan kedepan dengan adanya kegiatan arisan ini:
64
Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul
08.00 WIB (lihat lampiran).
65
Wawancara pribadi dengan Ketua Arisan PKL Bapak Amrizal. Sabtu 17 Mei 2014.
Pada pukul 08.00 WIB (lihat lampiran).
66
“Harapan kedepan sih kedepan bisa makin banyak lagi modal
usaha yang didapat dari kegiatan arisan ini, terus pinjaman modal
usaha yang diberikan ditambah lagi nominal pinjamanya. Soalnya
kendala utama pedagang cuma modal usaha yang kecil.66
Harapan pedagang menjadi sesuatu harapan yang harus terwujud
dalam kegiatan usaha, salah satu harapan yang diinginkan pedagang yaitu
harapan untuk hidup sejahtera dan mendapatkan modal usaha yang besar
untuk melebarkan usahanya ke tempat yang lebih layak seperti ruko
ataupun mempunyai toko dan tidak berjualan di trotoar jalan lagi. Harapan
terbesarnya yaitu pedagang hanya mengandalkan dengan mengikuti
kegiatan arisan pedagang yang sedikit membantu untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dan menambahkan modal usahanya.
Pedagang kaki lima sebagai kelompok yang melayani kebutuhan
masyarakat, pada dasarnya terlibat di dalam proses niaga dilihat dari
kegiatan pekerjaanya sehari-hari. Proses niaga disini dapat berarti
menyalurkan atau menjadi salah satu mata rantai yang menghubungkan
produsen kepada konsumen melalui barang atau jasa yang dijualnya
kepada anggota masyarakat yang membutuhkanya.
Dari proses kerjasama tersebut barang ataupun jasa tersebut biasanya
langsung ditujukan kepada konsumen akhir atau pemakai langsung,
66
Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul
09.00 WIB (lihat lampiran).
67
sehingga dengan demikian pedagang kaki lima merupakan mata rantai
terakhir yang berhubungan dengan konsumen.67
Perkembangan pedagang kaki lima memberikan kontribusi yang besar
dalam aktivitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat terutama dalam
golongan ekonomi lemah. Selain itu, kegiatan sektor informal ini
merupakan ciri ekonomi kerakyatan
yang bersifat mandiri dan
menyangkut hajat hidup orang banyak. Mempertimbangkan keadaan dan
potensi tersebut, selayaknya pola penanganan dan pembinaan kegiatan
pedagang kaki lima harus didasarkan pada konsep perilaku dan
karakteristik berwawasan lingkungan agar isi pengaturannya tepat.
Kelompok pedagang kaki lima di Sandratex memiliki aturan-aturan
dan tata cara mereka sendiri dalam menjalankan usahanya. Aturan-aturan
itu mengikat seluruh pedagang baik secara langsung atau tidak langsung.
Kesepakatan yang telah dibuat harus dilaksanakan oleh pedagang dan
kesepakatan tersebut tidak hanya ada dan dipatuhi. Diantara kelompok
pedagang tetapi juga diantara pihak-pihak yang berhubungan dengan para
pedagang khusunya pedagang kaki lima dilokasi penelitian, misalnya
pelanggan/pembeli, pengelola, dan aparat lingkungan masyarakat.
Hasil analisis peneliti dapatkan dari hasil wawancara 5 pedagang yang
mengikuti kegiatan arisan pedagang, peneliti mengambil 5 informan
pedagang yang sudah dipilih oleh ketua kegiatan paguyuban arisan.
67
Bab 2. Landasan Teori h. 25-35.
68
Terdapat banyak PKL yang berjualan dengan waktu yang lama selama
puluhan tahun di wilayah Sandratex telah mampu mempertahankan
kehidupan mereka beserta keluarganya dari kegiatan usaha kaki lima
tersebut. Lamanya pedagang berjualan dikarenakan lokasi tempat
berdagang yang sangat strategis dari segi tempat yang membuat pedagang
mendapatkan banyak keuntungan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
pedagang.
Hal ini disampaikan oleh pedagang Uda Amrizal pedagang kaos kaki
dengan peneliti mengenai lamanya berdagang:
“Saya berdagang sejak tahun 1990an, dulu awal saya berdagang
di wilayah Sandratex masih sangat sepi sekali pedagang yang
berjualan disini, kalo dibilang saya pelopor utama pedagang yang
mencari rezeky disini. Pada awal saya berdagang disini saya
menjual barang dagangan musiman tidak harus berjualan kaos
kaki saja, tetapi saya berjualan melihat musim jika lagi musim
hujan saya berjualan perlengkapan untuk hujan seperti payung,
dan jas hujan, tetapi kalo lagi musim panas saya berjualan kaos
kaki semua umur”.68
Selanjutnya pedagang mempunyai waktu untuk menjualkan barang
daganganya. Pedagang kaki lima selalu berusaha agar barang daganganya
terjual dan untuk itu mereka akan memilih tempat berjualan yang
dipandang sesuai, juga dipilih waktu tertentu yang banyak didatangi para
pembeli.
Hal ini disampaikan oleh pedagang Uni Leni pedagang baju muslim
dengan peneliti mengenai pembagian waktu pada saat berdagang:
68
Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul
09.00 WIB (lihat lampiran).
69
“Biasanya saya dan pedagang lainya sudah membuka lapak
dagangan pukul 05.30 pagi, dan menutup lapak dagangan
tergantung sepi dan ramainya pembeli dan pengunjung aja paling
lama sih tutup lapak dagangan pukul 11.00 siang”.69
Bagi pedagang yang melakukan kegiatan usahanya sejak pagi hari
hingga siang hari, ada pula kegiatan usaha pedagang dibantu oleh satu atau
lebih tenaga pembantu. Namun demikian pedagang yang mempunyai
tenaga kerja pembantu sangatlah terbatas, karena bagian terbesar dari PKL
menjalankan kegiatan usahanya secara perseorangan tanpa mempunyai
tenaga kerja pembantu atau dengan kata lain unit usahanya dilakukan
sendiri.
Dari Hasil keuntungan yang didapatkan pedagang pada saat berjualan
sangat berbeda-beda tidak semua pedagang dapat meraup keuntungan
yang besar disetiap berjualan. Pedagang hanya mengandalkan banyaknya
pembeli yang membeli barang daganganya, jika pembeli sedang ramai
pedagang mendapatkan keuntungan yang banyak, tetapi jika pembeli
sedang tidak ramai pedagang mendapatkan keuntungan yang sedikit.
Hal ini disampaikan oleh pedagang Bapak Kosim pedagang perkakas rumah
tangga mengenai penghasilan yang didapat setiap berdagang:
“Penghasilan yang saya dapat tidak menentu per bulan atau pun
per hari kadang setiap berdagang dapat 500 ribu, tergantung
ramai atau tidaknya pembeli di tempat jualan.70
69
Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul
09.00 WIB (lihat lampiran).
70
Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul
09.00 WIB (lihat lampiran).
70
Selanjutnya minat pembeli pada saat pedagang membuka lapak
daganganya, pembeli yang datang dari tahun ke tahun semakin ramai
mendatangi lapak pedagang di Sandratex, dikarenakan banyaknya jumlah
PKL yang berjualan dan jenis barang dagangan yang sangat lengkap dan
harga yang sangat terjangkau untuk kalangan masyarakat menengah
kebawah.
Hal ini disampaikan oleh pedagang Uda Zeni pedagang kerudung dengan
peneliti mengenai minat pembeli:
“Minat pembeli dari awal saya berjualan di wilayah Sandratex
dari tahun ke tahun perubahanya makin lama makin ramai dan
pembelinya tidak hanya masyarakat yang tinggal di wilayah
Sandratex saja tetapi pembelinya banyak dari luar Sandratex.
selain itu barang dagangan yang dijual diwilayah Sandratex
sangat murah, terjangkau, dan kualitasnya tidak kalah dengan
barang yang dijual di pasar modern ataupun yang dijual di pasar
ciputat”.71
Kendala utama yang dihadapi pedagang yaitu masalah modal usaha
yang kecil dan tidak setiap keuntungan pedagang meraup keuntungan
besar. Karena itu pedagang mengikuti kegiatan paguyuban arisan simpan
pinjam untuk menjalankan usaha berdagangnya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh pedagang Bpk Kosim pedagang
perkakas rumah tangga mengenai kendala yang dihadapi PKL:
“Kendala paling utama pedagang yaitu modal yang kecil, tetapi
pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari yang sangat besar
menjadi persoalan pedagang saat ini, apa lagi kebutuhan pokok
semua naik khususnya kebutuhan rumah tangga. Dan persaingan
71
Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul
09.00 WIB (lihat lampiran).
71
pedagang kecil yang makin lama makin tergusur oleh pedagang
yang mempunyai modal yang sangat besar menjadi persoalan yang
selalu dikeluhkan oleh pedagang kecil”.72
Selain itu terdapat persaingan dalam dunia usaha khususnya pedagang
kaki lima yang mempunyai pedagang sangat banyak dan tersebar luas di
setiap wilayah kota maupun desa. Persaingan bukanlah halangan atau
menjadi permasalahan untuk usaha kaki lima, tetapi persaingan menjadi
sebuah tantangan yang harus dilewati dan hadapi dalam dunia usaha
khususnya dunia usaha pedagang kaki lima. Persaingan yang sehat, jujur,
dan tidak saling menjatuhkan antar dunia usaha yang sangat dibutuhkan
oleh setiap pedagang.
Hal ini disampaikan oleh pedagang Uda Zeni mengenai Persaingan antar
pedagang kaki lima:
“Persaingan pedagang menurut saya, selama 5 tahun berdagang
disini saya belum pernah melihat persaingan antar pedagang
ataupun konfik antar pedagang. Kebanyakan saya lihat mayoritas
pedagang mempunyai rasa tolong menolong yang tinggi dan rasa
pertemanan yang sangat baik. Semua pedagang saling bantu
membatu satu denan yang lainya”.73
Hal yang sama juga disampaikan oleh pedagang Uni Leni mengenai
Persaingan antar pedagang kaki lima:
“Tidak pernah adanya persaingan antar pedagang disini smua
pedagang terlihat kompak dan selalu menjalin komunikasi yang
baik antar pedagang. Malahan sesama pedagang perempuan
72
Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul
09.00 WIB (lihat lampiran).
73
Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul
09.00 WIB (lihat lampiran).
72
sering juga makan bareng tukeran lauk pauk pada saat lagi
sepinya pembeli”.74
Suasana yang terjalin antar pedagang pada saat awal berjualan
diwilayah Sandratex. Pedagang sudah seperti seperti keluarga dengan
pedagang lainya tidak ada batasan ataupun terjadi konflik antar pedagang
yang terjalin selama pedagang berjualan di wilayah Sandratex.
Hal ini disampaikan oleh pedagang Uda Salman mengenai Suasana yang
terjalin antar pedagang kaki lima:
“Kesenangan yang saya dapat selama berdagang disini. saya
mencari kegiatan untuk mengisi hari tua saya, karena dengan
berdagang saya bisa mendapatkaan banyak teman, bisa
mendapatkan teman mengobrol, dan juga mempunyai pekerjaan
lagi. karena itu saya memilih berdagang saja jadi ada kegiatan
positif yang dilakukan disetiap harinya. Modal yang saya dapatkan
yaitu dari hasil mengikuti arisan dan uang pensiunan saya”.75
Hubungan pedagang dengan pembeli terjalin sangat baik, pedagang
sangat ramah dan sopan untuk menawarkan daganganya terhadap pembeli.
Dari hubungan baik yang terjalin dengan pembeli pedagang mendapatkan
keuntungan yang banyak karena keramahan pedagang yang membuat
pembeli senang melihat dan membeli dagangan.
Hal ini disampaikan oleh pedagang Uni Leni dengan peneliti mengenai
hubungan antara pedagang dan pembeli:
74
Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul
09.00 WIB (lihat lampiran).
75
Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul
09.00 WIB (lihat lampiran).
73
“Kalo pembeli, kita udah anggap pembeli kaya teman aja nga ada
batasan yang ngalangin, yang namanya aja jualan saling tawar
menawar harga barang udah biasa yang penting pembeli
nawarnya nga bikin rugi kita aja. Hampir semua barang dagangan
yang saya jual disini mampu menjangkau pembeli menengah
kebawah atau semua kalangan masyarakat, tidak mahal atau
murah tetapi stabil, dan kualitas barangnya sangat baik dan
awet”.76
Selanjutnya peneliti akan menggambarkan hubungan pedagang dengan
pihak pengelola. Keberadaan pengelola pedagang kaki lima yang
mengatur, dan mengamankan pedagang selama berjualan menjadi
pemandangan yang sudah biasa. Kebetulan para pedagang kaki lima
diwilayah Sandratex selalu mempunyai hubungan yang sangat baik dengan
pihak pengelola, mereka di tarik uang keamanan, kebersihan, dan sewa
lapak oleh pihak pengelola sebagai jaminan pedagang berjualan diwilayah
Sandratex.
Terlepas dari apakah pedagang merasa terganggu atau tidak dengan
uang sewa lapak tersebut, tetapi pedagang tetap harus membayar uang
sewa lapak tersebut karena pedagang ingin mendapatkan keamanan,
kebersihan, dan kenyamanan selama berdagang di wilayah Sandratex.
Hal ini disampaikan oleh pedagang Bapak Amrizal dengan peneliti
mengenai hubungan pedagang dengan pengelola PKL:
“Hubungan dengan pihak pengelola sejak lama sudah terjalin baik
dari awalnya PKL berdagang disini, pedagang sangat terbantu
76
Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul
09.00 WIB (lihat lampiran).
74
sekali dengan adanya pengelola yang mengatur, mengamankan,
dan membagikan lapak dagang buat PKL”.77
Kerja sama yang terjalin dengan pedagang sangatlah diperlukan oleh
pedagang, karena hubungan pertemanan yang dilakukan oleh pedagang
menjadi sangat penting untuk keberadaan PKL di Sandratex. Karena
dengan hubungan baik antar pedagang tidak terdapat konflik yang terjadi.
Hal ini disampaikan oleh
pedagang Bapak Salman dengan peneliti
mengenai kerja sama yang terjalin antar pedagang:
“Kerjasama yang terjalin antar pedagang selama berjualan di
sandartex, yang saya rasakan selama ini hubungan dengan
pedagang lainya cukup baik dan selalu saling membantu antar
pedagang lainya. Nga pernah ada namanya antar pedagang ribut,
semuanya yang dagang disini semuanya udah kaya keluarga aja.
Saling tolong menolong, sama-sama nyari makan buat keluarga
masing-masing”.78
Kemudian diantara pedagang dan pembeli juga memiliki aturan, aturan
tersebut terjadi pada saat transaksi antara pedagang dan pembeli yang
melakukan tawar menawar barang dagangan yang dijual. Tawar menawar
barang
harus
disepakati
oleh
pedagang
dengan
pembeli
untuk
menguntungkan satu dengan lainya.
Dari aturan tersebut pedagang dengan pembeli mempunyai hubungan
yang bersifat komersil atau sementara dalam artian bahwa pendekatan
pada kegiatan usaha dagang terlepas dari hubungan yang bersifat pribadi
atau hubungan tetangga, tidak tetapnya atau sering berpindahnya tempat,
menyebabkan pula bahwa hubungan antara pembeli dengan PKL sering
77
Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul
09.00 WIB (lihat lampiran).
78
Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul
09.00 WIB (lihat lampiran).
75
hanya hubungan sepintas lalu atau lebih merupakan hubungan yang tidak
disengaja atau terjadinya karena kebetulan saja.
Hal ini disampaikan oleh pedagang Bapak Salman dengan peneliti
mengenai aturan yang disepakati pedagang:
“Aturan yang biasanya disepakati sama pedagang ya aturan yang
biasa dibuat sama pedagang laenya, yang jualan disini, ya
aturanya pembagian lapak jualan yang udah disepakati dan
ditempati sama pedagang bertahun-tahun. Pembagian lapak yang
harus disepakati sama pengelola dan pedagang yang udah bayar
uang dimuka sama pihak pengelola”.79
Hal yang sama juga disampaikan oleh pedagang Uda Zeni dengan peneliti
mengenai aturan yang disepakati pedagang:
“Aturan ini salah satu bentuk kepercayaan yang dibangun
pedagang untuk menjalin rasa kekeluargaan dan kebersamaan
antar pedagang yang aturanya tersebut sudah dilakukan sejak
ramainya pedagang berjualan di wilayah Sandratex. Karena kalo
nga ada aturan ini pasti akan timbulnya konflik atau
permasalahan antar pedagang karena saling berebut lapak
berdagang”.80
Tarikan sewa lapak yang dibayarkan pedagang kepada pihak pengelola
lapak dijadikan pedagang sebagai pembayaran untuk menjalankan usaha.
Pedagang beranggapan bahwa uang tarikan lapak berjualan yang tidak
memberatkan pedagang sangatlah membantu kegiatan berjualan pedagang.
Hal ini disampaikan oleh pedagang Bapak Salman dengan peneliti
mengenai uang tarikan sewa lapak:
“Kalo masalah sama uang tarikan yang biasa diminta sama pihak
pengelola lapak, saya setuju-setuju aja selama masih minta uang
79
Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul
09.00 WIB (lihat lampiran).
80
Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul
09.00 WIB (lihat lampiran).
76
bayar lapaknya nga ngeberatin pedagang aja. Soalnya pedagang
disini kan juga nyari makan buat keluarga, trus pengelola lapak
juga nyari makan juga. Yah sama-sama enak aja dah, soalnya kan
pengelola yang punya lapak, jadi sewajarnya dimintain tarikan
buat keamanan, sewa lapak, dan kebersihan juga”.81
Uang sewa lapak salah satu aturan yang berlaku diantara pedagang
dengan pihak pengelola. Ternyata dibalik pungutan sewa lapak tersimpan
harapan pedagang agar pedagang mendapatkan rasa aman dan nyaman
sehingga usaha dapat berjalan lancar dan pedagang berharap dengan
adanya pengelola lapak memberikan keteraturan dalam berdagang.
Manfaat yang didapatkan pedagang setelah mengikuti paguyuban
arisan PKL sangat banyak maanfaat yang didapatkan, salah satu
manfaatnya pedagang dapat menyisihkan hasil keuntungan jualanya setiap
minggunya. Dari hasil uang arisan tersebut pedagang dapat menambahkan
untuk modal usaha dan memenuhi kebutuhan keluarganya dijadikan
sebagai tabungan keluarga.
Hal ini disampaikan oleh pedagang Uda Zeni mengenai manfaat dari
mengikuti arisan PKL:
“Manfaat dari hasil mengikuti arisan, saya pakai uangnya yang
sebesar Rp. 6.250.000 untuk penambahan modal beli barang
dagangan, sisanya saya tabung untuk keperluan mendadak dan
tabungan masa depan keluarga saya”.82
Hal yang sama juga disampaikan oleh pedagang Uda Salman
mengenai manfaat dari mengikuti arisan PKL:
81
Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul
09.00 WIB (lihat lampiran).
82
Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul
09.00 WIB (lihat lampiran).
77
“Manfaat yang saya dapatkan, saya dapat mengatur dan
menyisihkan hasil keuntungan dagang setiap satu minggu sekali,
berguna untuk menghemat pengeluaran dan dapat menyisihkan
tabungan untuk modal usaha”.83
Hubungan – hubungan yang terjalin antar kelompok pedagang terus
berlanjut membangun kepercayaan yang dipelihara oleh masing-masing
pihak baik diantara pedagang, pedagang dengan pembeli, pedagang
dengan pengelola, dan dengan pihak lainya. Sampai menimbulkan
harapan-harapan yang berkembang di dalam kelompok pedagang. Sebab
harapan-harapan yang di bangun pada saat ini akan bermanfaat untuk masa
depan yang akan menimbulkan solidaritas didalam kelompok pedagang.
Hal ini juga disampaikan oleh pedagang Uda Zeni pedagang kerudung
mengenai harapan anggota arisan PKL untuk kegiatan arisan:
“Harapan saya tetap dipertahankan arisan pedagang ini, karena
saya sudah merasakan manfaat dari arisan ini, manfaat yang
pertama yaitu saya mendapatkan modal tambahan usaha, arisan
ini dijadikan juga sebagai ajang silaturahmi antar pedagang.”84
Tabel 4.1
Konsep
Norma
83
Bentuk
Norma terdiri dari
nilai-nilai,
harapan,
dan
aturan
yang
dijalankan
bersama.
Temuan Lapangan
Aturan-aturan
yang
dipakai oleh PKL yaitu
aturan dalam berdagang
tidak
boleh
antar
pedagang
saling
menjatuhkan sama lain,
aturan lainya pembagian
lapak
yang
sudah
disediakan
oleh
pengelola, aturan dalam
Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul
09.00 WIB (lihat lampiran).
84
Wawancara pribadi dengan Anggota Arisan PKL. Sabtu 17 Mei 2014. Pada pukul
09.00 WIB (lihat lampiran).
78
Trust
Jaringan
mengatur harga barang
dengan pedagang lain,
Tidak
terdapatnya
konflik antar pedagang,
saling
mengatur,
menjaga,
dan
menghargai
antar
pedagang
Kejujuran,
Terbentuknya kegiatan
keadilan,
paguyuban PKL asal
keramahan,
dan daerah padang, adanya
saling
rasa kekeluargaan yang
menghormati
kuat dalam kelompok
PKL, saling membantu
antar PKL baik pada
saat berdagang maupun
diluar berdagang.
Solidaritas,
dan Dengan adanya kerja
kerja sama
sama
antar
PKL,
mudahnya PKL untuk
mendapatkan
modal
usaha, informasi lokasi
tempat
jualan,
mendapatkan rasa aman,
nyaman, pada saat
berdagang,
suplai
barang dagangan yang
didapatkan
pedagang
menjadi mudah, murah,
dan menguntungkan
79
Norma
Aturan pembagian lapak, tidak
adanya konflik antar pedagang,
aturan, saling mengatur,
menjaga, menghargai antar
pedagang.
Trust
Kapital Sosial
Tumbuhnya rasa kekeluargaan
antar kelompok pedagang, saling
membantu antar pedagang baik
pada saat bedagang, dan diluar
berdagang.
Jaringan
Kerja sama antar pedagang,
mudahnya PKL mendapatkan
modal usaha, informasi lokasi
jualan, mendapat rasa aman, dan
nyaman saat berdagang.
Paguyuban
arisan pedagang
Kesejahteraan
pedagang dan
lancarnya
kegiatan usaha
pedagang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Gambaran modal sosial sebagai konsep yang terdiri dari kepercayaan,
norma dan jaringan semuanya akan melalui perananya dalam mempengaruhi
perkembangan pedagang kaki lima di sektor usaha pedagang di wilayah
Sandratex Rempoa Ciputat.
Pedagang kaki lima Sandratex telah mampu berkembang dengan baik dan
mampu bertahan menghadapi persaingan usaha. Hal tersebut dapat dilihat dari
perkembangan jumlah pedagang kaki lima yang mengalami peningkatan
cukup signifikan dari tahun ke tahun. Kemampuan berkembang dan bertahan
menghadapi persaingan usaha pedagang kaki lima, selain didorong faktor
keterampilan dan semangat kerja yang tinggi, juga didorong dengan peran
modal sosial diantara para pedagang kaki lima.
Peran modal sosial membentuk kegiatan paguyuban arisan yang produktif
serta saling belajar mempercayai komitmen yang dipertanggung jawabkan dan
menghasilkan keuntungan bersama. Paguyuban arisan telah berhasil
melakukan pembinaan terhadap pedagang, ditunjukkan dengan adanya rasa
aman dan tenteram dalam menjalankan usaha, tidak khawatir ada
penggusuran, kesulitan modal bisa diatasi melalui pinjaman modal usaha,
peningkatan pendapatan usaha, munculnya rasa solidaritas pedagang,
80
81
kesamaan dalam jenis usaha, lokasi dan daerah asal, memudahkan mereka
untuk bekerjasama.
Modal sosial yang telah berperan dalam membangun norma aturan yang
disepakati antar pedagang yaitu aturan dalam berdagang tidak saling
menjatuhkan antar pedagang, bersaing secara sehat antar pedagang, tidak
terjadinya konflik antar pedagang, trust saling menghormati antar pedagang,
saling membantu antar pedagang baik pada saat berjualan maupun tidak
berjualan, rasa percaya untuk meminjamkan modal usaha, jaringan
terdapatnya informasi letak lokasi berdagang, terdapatnya modal usaha yang
didapatkan antar pedagang, suplai barang dagangan yang didapatkan
pedagang menjadi mudah, murah, dan menguntungkan. Dalam taraf ini PKL
telah mampu memberikan manfaat bahwa modal sosial sebagai salah satu
faktor penting dalam kegiatan perekonomian masyarakat
B. Saran
Adapun saran yang diberikan peneliti terkait dengan keberadaan pedagang
kaki lima di Sandratex Rempoa Ciputat:
a. Saran Pemerintah Desa/Kelurahan Rempoa
1. Menata dan merelokasi lapak pedagang supaya tertib, dan tidak
berjualan di pinggir trotoar jalan supaya tidak mengganggu penguna
jalan dan arus lalu lintas.
2. Pihak Pemerintah Tangerang Selatan. Perkembangan sektor informal
mempunyai dampak yang positif jika dikelola dengan baik, baik
terhadap penerimaan pajak daerah Pemkot Tangerang Selatan, sebagai
82
upaya meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka lapangan
pekerjaan dan mengurangi angka pengangguran.
b. Saran Pedagang Kaki Lima Sandratex Rempoa Ciputat.
1. Memberikan kemudahan untuk mendapatkan pinjaman modal usaha
dengan bunga kecil dan persyaratan yang tidak berbelit-belit dari
kegiatan arisan pedagang kaki lima.
2. Mendapatkan perhatian dari pemerintah pusat maupun kota dalam
penambahan modal usaha dan lokasi yang layak untuk berjualan.
79
DAFTAR PUSTAKA
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta,
2008.
Bobi B. Setiawan, 2004, ”Ruang Publik dan Modal Sosial: Privatisasi Ruang di
Kampung”, Universitas Gadjah Mada, dalam Info URDI Volume 17,
Yogyakarta.
Chamsyah
Bachtiar,
Reinventing
Departemen
Sosial
dalam
Konteks
Pembangunan Sosial Indonesia. Jakarta:Rakyat Merdeka Books, 2006.
Francis Fukuyama, Guncangan Besar Kodrat Manusia dan Tatanan Sosial Baru.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Fukuyama F, Trust: The Social Virtues and Creation of Property, dikutip oleh
Rahmat Rais, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah.
Jakarta: Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2009.
George Rtzer, Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media Group, 2007.
M. Meden Ridwan, ed. Tradisi Baru Penelitian Agama Islam. Bandung: Nuansa,
2001.
Muller Johannes, Perkembangan Masyarakat Lintas-Ilmu. Yogyakarta: Gramedia,
2005.
N. Grass WS. Massa dan AW. MC. E achen, Explaration Role Analysis dalam
David Berry pokok-pokok pikiran dalam sosiologi. Jakarta : PT. Grafindo
Persada, 1995.
Permadi Gilang, S.S, Pedagang Kaki Lima Riwayatmu Dulu, Nasibmu Kini.
Jakarta: Yudhistira, 2007.
80
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta,
Bandung, 2009.
Rais Rahmat, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah. Jakarta:
Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2009.
Ramli Rusli, Sektor informal perkotaan pedagang kaki lima. Jakarta:Ind-Hill.co,
1992.
Robert M. Z Lawang, Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik. Jakarta: FISIP
UI Press, 2005.
Sartika Tiktik Partomo Ekonomi Skala Kecil/Menengah & Koperasi. Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2002.
Soerjono Soekamto, Kamus Sosiologi. Jakarta: Rajawali Press.
Suharto Edi, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi. Jakarta
: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI, 2004.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta, Bandung, 2009.
Waluya Bagja, Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat. PT Setia
Purna Inves, Bandung, 2007.
Wigati Mulat Abdullah, Sosiologi. Jakarta: Grasindo, 2008.
Zaky Ahmad dan Firdaus Ismet, Pengalaman Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan
Dhu’afa. Jakarta: Dakwah Press Universitas Syarif Hidayytullah, 2008.
81
Sumber Internet
Administrator “Data Usaha Mikro Kecil Menengah” Diakses pada 13 Maret
2014, Pukul 15.00 WIB dari www.depkop.go.id/data-usaha-mikrokecil-menengah-umkm-dan-usaha-besar-ub-tahun-2011-2012
Administrator Suharto Edi, “Modal Sosial dan Kebijakan Publik”, Diakses
pada
13
Maret
2014,
Pukul
15.00
WIB
dari
(http://kuntum2008.multply.com/journal).
Administrator, “Triangulasi dalam penelitian kualitatif”, Diakses pada 24
September 2014, Pukul 23.00 WIB dari http://mudjiarahardjo.uinmalang.ac.id/materi-kuliah/270-triangulasi-dalam-penelitiankualitatif.html.
Administrator, Diakses pada 26 Desember 2014, Pukul 15.00 WIB dari
http://jakarta.bisnis.com/read/20140816/383/250410/bazar-sabtuminggu-sandratex-di-ciputat-banyak-peminat.
Administrator, Diakses pada 26 Desember 2014, Pukul 15.00 WIB dari
http://kabar24.bisnis.com/read/20130216/78/1073/pasar-kagettangerang-selatan-macetkan-arus-lalu-lintas.
Lampiran Pedoman wawancara
TRANSKIP WAWANCARA
Nama
:
Jenis Informan
:
Hari/Tanggal
:
Waktu
:
Tempat
:
Topik Wawancara
:
A. Kegiatan Paguyuban Arisan Pedagang
1. Sejak kapan mulai dirintis dan kapan arisan PKL ini dimulai?
2. Apa nama dari kegiatan arisan PKL tersebut? apakah dalam bentuk
arisan atau dalam kegiatan lainya?
3. Siapa penggagas pertama kali kegiatan ini?
4. Berapakah anggota yang terdaftar?
5. Maksud dan Tujuan dari kegiatan arisan PKL?
6. Apakah syarat dalam mengikuti kegiatan arisan PKL?
7. Apa Manfaat anggota mengikuti kegiatan ini?
8. Harapan dengan adanya kegiatan arisan ini?
B. Pedagang
1. Sudah beberapa lama ibu/bpk berdagang?
2. Berapa penghasilan ibu/bpk berdagang?
3. Bagaimana persaingan antara PKL disini?
4. Bagaimana minat pembeli yang ada diwilayah Sandratex?
5. Bagaimana hubungan pedagang dan pembeli?
6. Apakah ada aturan yang sudah disepakati oleh pedagang?
7. Bagaimana hubungan pedagang dengan pedagang lainya?
8. Apakah terdapat manfaat dari mengikuti kegiatan arisan ini?
C. Pengelola
1. Awal kemunculan PKL banyak di wilayah Sandratex?
2. Sudah berapa lama bpk mengelola lapak PKL di Sandratex?
3. Bagaimana pembagian lapak PKL yang berjualan di Sandratex?
4. Apakah pernah terdapat konflik antar PKL karena berebut lapak?
5. Apakah terdapat keuntungan yang diambil oleh pihak pengelola dengan
keberadaan PKL?
6. Harapan kedepan dengan keberadaan PKL?
D. Kelurahan
1. Menurut bpk melihat fenomena keberadaan PKL di wilayah sandratek?
2. Apakah pihak kelurahan pernah memberikan teguran terhadap PKL
yang berjualan di bahu jalan?
3. Apakah terdapat retribusi pajak atau pungutan yang diminta kelurahan
dari PKL?
4. Apakah terdapat solusi perencanaaan/penertiban kepada PKL untuk
direlokasi ketempat yang lebih baik?
5.
Harapan kelurahan dengan keberadaan PKL?
E. Pembeli
1. Bagaimana kualitas barang yang di jual oleh PKL?
2. Bagaimana harga barang yang dijual oleh PKL, terjangkau atau tidak?
3. Alasan ibu memilih membeli barang dagangan di PKL ini apa?
4. Manfaat keberadaan PKL terhadap pembeli?
5. Apakah ibu merasa terbantu dengan adanya keberadaan PKL disini?
6. Harapan ibu/bpk kedepan melihat keberadaan PKL disini?
F. Pengguna Jalan
1. Bagaimana pendapat ibu/bpk mengenai keberadaan PKL di wilayah
Sandratex?
2. Apakah ibu/bpk merasa terganggu dengan keberadaan PKL yang
berjualan di trotoar jalan?
3. Harapan ibu/bpk kedepan melihat keberadaaan PKL yang berjualan di
sepanjang trotoar jalan?
Lampiran 1. Informan Ketua Paguyuban Arisan PKL Sandratex
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama
: Bapak Amrizal
Jenis Informan
: Pedagang Kaos Kaki
Hari/Tanggal
: Rabu, 17 Mei 2014
Waktu
: Pukul 08.00 WIB
Tempat
: Sandratex Rempoa
Topik Wawancara
: Kegiatan Paguyuban Arisan Pedagang Kaki Lima
Interviewer
: Sejak kapan mulai dirintis dan kapan arisan PKL ini dimulai?
Informan
: “Dirintis sejak sekitar tahun 2004 awal dimulainya arisan pedagang
kaki lima yang saya pegang.”
Interviewer
: Apa nama dari kegiatan arisan PKL tersebut? apakah dalam bentuk
arisan atau dalam kegiatan lainya?
Informan
: “Penamaan dalam arisan yang saya pegang, tidak ada penamaan
yang disebutkan hanya kegiatan arisan pedagang saja.”
Interviewer
: Siapa penggagas pertama kali kegiatan ini?
Informan
: “Uda Amrizal salah satu penggaggas dalam pembuatan arisan PKL
dan dapat dukungan dari teman-teman PKL.”
Interviewer
: Berapakah anggota yang terdaftar?
Informan
: “Terdaftarnya anggota arisan dari awal mulainya arisan berjalan
terdapat 45 anggota pedagang yang aktif mengikuti arisan pedagang,
dan pedagang yang mengikuti kegiatan arisan ini tidak dipaksa untuk
mengikuti kegiatan arisan ini, pedagang yang mau ikut saja. Untuk
anggota yang terdaftar sekarang terdapat 30 PKL yang ikut kegiatan
arisan ini, dari athun ke tahun anggota yang mengikuti arisan ini
berkurang, dikarenakan banyak faktor yaitu hasil penjualan yang
menurun dan minat pembeli yang kurang.”
Interviewer
: Maksud dan Tujuan dari kegiatan arisan PKL?
Informan
: “Maksud dan tujuan kegiatan arisan dibuat dikarenakan PKL yang
sedang merintis berdagang di wilayah Sandratex hanya bermodalkan
kecil untuk modal dagangnya, dengan adanya wadah arisan ini
pedagang tidak takut lagi kehabisan modal usaha dagangnya,
kegiatan arisan ini juga mempunyai tujuan yang baik untuk PKL yaitu
menciptakan rasa persaudaraan yang kuat antar PKL dan rasa saling
bantu membantu yang diciptakan antara PKL.”
Interviewer
: Apakah syarat dalam mengikuti kegiatan arisan PKL?
Informan
: “Tidak ada syarat atau aturan dalam mengikuti kegiatan arisan ini,
hanya syaratnya setiap arisan mau dikocok anggota harus membayar
arisan dengan tepat waktu dan tidak menunggak bayar arisanya.
Kegiatan yang biasa dilakukan pertemuan setiap satu minggu sekali,
yaitu diadakan pertemuanya hari minggu pagi untuk membayar uang
arisan dan pengocokan arisan. Setiap minggunya tarikan uang arisan
dikenakan setiap anggota 250.000, dan untuk anggota yang mendapat
arisan tersebut akan mendapatkan penambahan modal usaha sebesar
7.500.000.”
Interviewer
: Bagaimana keuntungan anggota dalam mengikuti kegiatan ini?
Informan
: “Keuntungan anggota yang mengikuti arisan ini, salah satu
manfaatnya untuk mendapatkan penambahan modal usaha khususnya
membeli barang dagangan, untuk menambah uang tabungan
keluarga.”
Interviewer
: Harapan dengan adanya kegiatan arisan ini?
Informan
: “Harapan untuk kegiatan arisan ini saya sebagai ketua arisan
menginginkan kegiatan arisan PKL ini terus berlanjut sampai kapan
pun, harapan lainya anggota yang ikut kegiatan ini terutama PKL
semakin banyak, karena dengan banyaknya anggota arisan yang
mengikuti modal yang didapatkan juga akan lebih banyak lagi. Itu yang
saya harapkan dengan terbentuknya arisan PKL ini, harapan lainya
yaitu bantuan modal usaha dari pemerintah kota maupun pemerintah
pusat yang memberikan modal usaha untuk PKL dengan bunga rendah
agar PKL dapat mengembangkan usahanya kearah lebih baik dan dapat
mensejahterakan hidupnya lebih layak lagi.”
Lampiran 2. Informan Anggota Paguyuban Arisan PKL Sandratex
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama
: Bapak Kosim
Jenis Informan
: Pedagang Perkakas Rumah Tangga
Hari/Tanggal
: 17 Mei 2014
Waktu
: Pukul 08.00 WIB
Tempat
: Sandratex Rempoa
Topik Wawancara
: Kegiatan Paguyuban Arisan PKL
Interviewer
: Sudah beberapa lama ibu/bpk berdagang?
Informan
: “Saya sudah berdagang sekitar 7 tahun yang lalu.”
Interviewer
: Berapa penghasilan ibu/bpk berdagang?
Informan
: “Penghasilan yang saya dapat tidak menentu per bulan
ataupun per hari kadang setiap berdagang dapat 500.000,
tergantung ramai atau tidaknya pembeli di tempat jualan. Modal
jualan yang saya punya didapatkan dari hasil tabungaan
keuntungan modal yang saya kumpulkan setiap saya berdagang,
dan modal tambahan yang lain saya daapatkan dari mengikuti
arisan mingguan yang dipegang oleh uda amrizal.”
Interviewer
: Bagaimana persaingan antara PKL disini?
Informan
: “Persaingan antar pedagang disini menurut saya wajar sekali
antar pedagang bersaing dalam berdagang, tetapi bersaing
secara sehat tidak saling menjatuhkan atau menjelekan antar
pedagang.”
Interviewer
: Bagaimana minat pembeli yang ada diwilayah Sandratex?
Informan
: “Minat pembeli selama saya berjualan disini sangat baik
setiap tahunya makin lama pembeli semakin ramai dan banyak
yang dating kesini untuk membeli barang dagangan saya,
pembeli langganan saya nga cuma daerah Sandratex saja tetapi
pembeli dri luar Sandratex juga banyak yang menjadi
pelanggan tetap saya.”
Interviewer
:Bagaimana hubungan pedagang dan pembeli?
Informan
: “Hubungan yang saya lakukan dengan pembeli setiap
transaksi atau menawarkan barang dagangan saya harus sopan,
ramah, dan baik setiap berjualan dengan pembeli, sebaliknya
juga pembeli harus mempunyai sikap baik kepada pedagang
salah satunya pembeli yang menawar barang dagangan yang
suka keterlaluan menawarnya. Jadi pedagang selalu dijadikan
korban oleh pembeli, yah mungkin hubungan yang terjalin
cukup baik lah sma pembeli.”
Interviewer
: Apakah ada aturan yang sudah disepakati oleh pedagang?
Informan
: “Aturan yang disepakati dengan pedagang sudah sejak lama
aturan tersebut dibuat oleh pedagang dari awal pedagang
berjualan di Sandratex, salah satu aturanya yaitu mengenai
lapak pedagang yang berjualan disini dan mengenai harga
barang dagangan harus disesuaikan dengan pedagang lainya
tidak saling menjatuhkan sesama pedagang yang berjualan.”
Interviewer
:Bagaimana hubungan pedagang dengan pedagang lainya?
Informan
: “Hubungan dengan pedagang yang lainya sudah terjalin lama,
dari hubungan tersebut saya dengan pedagang lainya sudah
saya anggap seperti keluarga sendiri karena pedagang disini
semua saling bantu membantu dan mempunyai rasa solidaritas
tinggi antar pedagang.”
Interviewer
:Apakah terdapat manfaat dari mengikuti kegiatan arisan ini?
Informan
: “Maanfaat yang saya rasakan mengikuti arisan ini salah satu
manfaatnya yaitu hasil uang arisanya saya manfaatkan untuk
tabungan dan dijadikan sebagai modal usaha mengembangkan
usaha yang saya lagi rintis sekarang, soalnya pedagang hanya
mengandalkan keuntungan dari hasil usaha, dan mempunyai
modal yang cukup untuk menjalankan usahanya, dengan
adannya
arisan
ini
saya
sangat
amat
terbantu
dan
berterimakasih sekali.”
Nama
: Uni Leni
Jenis Informan
: Pedagang Baju Muslim
Hari/Tanggal
: 17 Mei 2014
Waktu
: Pukul 08.00 WIB
Tempat
: Sandratex Rempoa
Topik Wawancara
: Kegiatan Paguyuban Arisan PKL
Interviewer
: Sudah beberapa lama ibu/bpk berdagang?
Informan
: “Saya berdagang diwilayah Sandratex sudah 5 Th yang lalu,
saya termasuk pedagang baru yang berjualan diwilayah
Sandratex.”
Interviewer
: Berapa penghasilan ibu/bpk berdagang?
Informan
: “Penghasilan saya setiap berdagang ditentukan banyaaknya
pembeli dan ditentukan tanggal muda atau tanggal tua,
kebanyakan pembeli banyak dan ramai disaat tanggal muda
karena paada saat tanggal muda pembeli sedang mendapatkan
uang gajian, jadi pasti pembeli banyak yang royal membeli
barang dagangan saya.”
Interviewer
: Bagaimana persaingan antara PKL disini?
Informan
: “Persaingan pedagang menurut saya, selama 5 tahun
berdagang disini saya belum pernah melihat persaingan antar
pedagang ataupun konfik antar pedagang. Kebanyakan saya
lihaat mayoritas pedagang mempunyai rasa tolong menolong
yang tinggi dan rasa kekeluargaanya sangat tinggi, contohnya
saya sering sekali dibantu oleh pedagang lain untuk
membereskan barang dagangaan yang cukup banyak.”
Interviewer
: Bagaimana minat pembeli yang ada diwilayah Sandratex?
Informan
: “Minat pembeli sangat cukup banyak, pembeli banyak datang
pada saat akhir bulan.”
Interviewer
:Bagaimana hubungan pedagang dan pembeli?
Informan
: “Hubungan pedagang dan pembeli sangat baik, hubungan
yang baik ini didapatkan karena pedagang selalu ramah
terhadap pembeli pada saat menawarkan barang daganganya.”
Interviewer
: Apakah ada aturan yang sudah disepakati oleh pedagang?
Informan
: “Aturan yang disepakati pedagang yaitu tidak saling
menjatuhkan antara pedagang yang lain, semua pedagang yang
berjualan disini sudah dianggap sebagai keluarga tidak ada
pedagang yang bermusuhan ataupun saling menjelekan dengan
pedagang lainya.”
Interviewer
:Bagaimana hubungan pedagang dengan pedagang lainya?
Informan
: ”Hubungan pedagang selama saya berdagang disini tidak ada
namanya pedagang yang memusuhi saya, malah saya selalu
dibantu pada saat membuka lapak dagangan dan menutup lapak
dagangan.”
Interviewer
:Apakah terdapat manfaat dari mengikuti kegiatan arisan ini?
Informan
: “Manfaat saya ikut arisan, untuk tabungan modal usaha dan
keperluan keluarga saya. Yah itung itung menabung lah untuk
keperluan keluarga dan belanja modal usaha, dari pada
uangnya di simpen di bank.”
Nama
: Uda Zeni
Jenis Informan
: Pedagang Aneka Kerudung
Hari/Tanggal
: 17 Mei 2014
Waktu
: Pukul 08.00 WIB
Tempat
: Sandratex Rempoa
Topik Wawancara
: Kegiatan Paguyuban Arisan PKL
Interviewer
: Sudah beberapa lama ibu/bpk berdagang?
Informan
: “Saya berjualan diwilayah Sandratex sudah 11 tahun
lamanya.”
Interviewer
: Berapa penghasilan ibu/bpk berdagang?
Informan
: “Penghasilan yang saya dapatkan dari hasil berjualan tidak
stabil, tergantung cuaca hujan ataupun cerah kalo cuaca hujan
hanya cukup untuk makan sehari-hari, tetapi jika cuaca cerah
keuntunganya
lumayan
banyak
cukup
untuk
mencukupi
kebutuhan untuk 1 minggu penuh.”
Interviewer
: Bagaimana persaingan antara PKL disini?
Informan
: “Persaingan antar pedagang menurut saya biasa saja, tidak
ada namanya persaingan dalam berdagang, tetapi lebih
cenderung saling tolong menolong, dan menjalin kekeluargaan
yang baik antar pedagang. Kalo untuk dibilang bersaing,
bersaing secara sehat dan jujur antaar pedagang tidak harus
saling menjatuhkan antar pedagang.”
Interviewer
: Bagaimana minat pembeli yang ada diwilayah Sandratex?
Informan
: “Peminat pembeli di wilayah Sandratex, peminat pembeli
sendiri cukup banyak, ramai, dan tidak pernah sepi pembeli.
Dikarenakan pembeli tidak hanya dating dari wilayah Sandratex
sendiri, tetapi pembeli banyak datang dari semua penjuru
tangerang selatan khususnya ciputat, kampung hutan, rempoa,
gintung, dan wilayah lainya sekitar tangerang selatan.”
Interviewer
:Bagaimana hubungan pedagang dan pembeli?
Informan
: “Hubungan pedagang dengan pembeli sangat baik, pada saat
pembeli dan pedagang terjadi transaksi tawar menawar barang
pun, pedagang selalu baik dan ramah terhadap pembeli.”
Interviewer
: Apakah ada aturan yang sudah disepakati oleh pedagang?
Informan
: “Aturan yang disepakati pedagang yaitu setiap pedagang
harus saling membantu dengan pedagang lainya. Tidak adanya
persaingan antara pedagang lainya yang saling merugikan.”
Interviewer
:Bagaimana hubungan pedagang dengan pedagang lainya?
Informan
: “Hubungan pedagang dengan pedagang lainya sudah seperti
keluarga menurut saya, soalnya saya berdagang dengan
pedagang lainya sudah cukup lama berdagang bersama-sama
tidak berjualan disini saja tetapi beberapa tempat jualan pasar
malam dan wilayah berjualan lainya, jadi sudah seperti
keluarga saja.”
Interviewer
:Apakah terdapat manfaat dari mengikuti kegiatan arisan ini?
Informan
: “Manfaat dari hasil mengikuti arisan, saya pakai uangnya
untuk penambahan modal beli barang dagangan, sisanya saya
tabung untuk keperluan mendadak dan tabungan masa depan
keluarga saya. Arisan pedagang yang saya ikuti, sangat banyak
sekali manfaatnya, khususnya pedagang dapat mengaatur dan
menyisihkan hasil keuntungan daganganya setiap 1 minggu
sekali, berguna untuk menghemat pengeluaran dan lebih dapat
menyisihkan tabungan modal usaha.”
Nama
: Bapak Salman
Jenis Informan
: Pedagang Sendal
Hari/Tanggal
: 17 Mei 2014
Waktu
: Pukul 08.00 WIB
Tempat
: Sandratex Rempoa
Topik Wawancara
: Kegiatan Paguyuban Arisan PKL
Interviewer
: Sudah beberapa lama ibu/bpk berdagang?
Informan
: “Saya berjualan sejak tahun 2004 diwilayah Sandratex.”
Interviewer
: Berapa penghasilan ibu/bpk berdagang?
Informan
: “Penghasilan berdagang yang saya dapatkan hanya cukup
untuk makan sehari-hari keluarga dan kebutuhan lainya seperti
pendidikan anak dan kebutuhan lainya. Namanya pedagang
tidak menentu hasilnya karena pedagang hanya bertumpu
dengan banyaknya pembeli yang membeli barang daganganya.
Jadi peran pembeli sangat penting sekali untuk keberaadaan
dan kelangsungan hidup pedagang, maka dari itu antara
pedagang dan pembeli saling menguntungkan.”
Interviewer
: Bagaimana persaingan antara PKL disini?
Informan
: “Persaingaan antar pedaagang, menurut saya persaingan
pedagang tidak ada yang membedakan antar pedagang ataupun
sama
saja
berdagang
yang
dagang
tidak
ada
saling
menjatuhkan antar pedagang lain. Hampir semua pedagang
yang berjualan disini sudah seperti keluarga sendiri yaitu saling
membantu dalam membuka lapak ataupun membereskan barang
dagangan antar pedagang. Yang penting adalah rasa saling
percaya yang sudah dibangun sejak lama harus tetap di
pertahankan oleh pedagang, karena dengan adanya rasa saling
percaya
dapat
membangun
rasa
saling
menghormati,
membantu, serta rasa solidaritas yang tinggi.”
Interviewer
: Bagaimana minat pembeli yang ada diwilayah Sandratex?
Informan
: ”Minat pembeli sangat baik setiap minggunya, pembeli banyak
yang datang pada saat hari minggu.”
Interviewer
: Bagaimana hubungan pedagang dan pembeli?
Informan
: “Hubungan antar pedagang dan pembeli, menurut saya
interaksi yang terjalin dengan pembeli seperti teman saja,
terjadi saling tawar menawar barang dagangan antar pembeli
dan pedagang, dan interaksi saling menwarkan barang
dagangan secara sopan, unik, dan lantang kepada pembeli
supaya menarik para pembeli yang sedang berlalu lalang di
wilayah Sandratex. Hampir semua barang dagangan yang saya
jual disini mampun menjangkau semua pembeli menengah
kebawah ataupun semua kalangan masyarakat, tidak mahal
ataupun murah tetapi stabil, daan kualitas barangnya sangat
baik dan awet.”
Interviewer
: Apakah ada aturan yang sudah disepakati oleh pedagang?
Informan
: “Aturan pedagang, aturan yang saya tau yaitu aturan
penentuan lapak pedagang yang sudah disepakati oleh
pedagang dan pihak pengelola, selain itu aturan lainya yaitu
tidak boleh merebut lapak pedagang lain tanpa sepengetahuan
pihak pengelola walaaupun lapak tersebut kosong tidak ada
yang menempati, aturan laainya yaitu lapak harus selalu terlihat
bersih dan tidak mengotori badan jalan ataupun lainya jadi
kebersihan harus diutamakan.”
Interviewer
:Bagaimana hubungan pedagang dengan pedagang lainya?
Informan
: “Hubungan pedagang sudah sejak lama terbangun disini, jadi
sesama pedagang disini sudah saling mengenal dan mempunyai
rasa persaudaraan yang kuat.”
Interviewer
:Apakah terdapat manfaat dari mengikuti kegiatan arisan ini?
Informan
: “Manfaatnya untuk tabungan modal usaha yang saya dapatkan
setiap kali saya berjualan, modal keuntungan usaha yang saya
dapatkan saya sisihkan untuk membayar uang arisan. Dari pada
keuntungan modalnya habis tidak karuan, mending saya ikuti
arisan.”
Lampiran 3. Informan Pengelola PKL Sandratex
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama
: Bapak Syam (Cumang)
Jenis Informan
: Tukang Ojek
Hari/Tanggal
: 13 Mei 2014
Waktu
: Pukul 14.00 WIB
Tempat
: Sandratex Rempoa
Topik Wawancara
: Kegiatan Pedagang Kaki Lima
Interviewer
: Awal kemunculan PKL banyak di wilayah Sandratex?
Informan
: “Awal kemunculan pedagang diwilayah Sandratex, sebelum
adanya pedagang yang berjualan hari sabtu dan minggu. Yang
paling pertama jualan di Sandratex pedagang sayuran, segala
jenis
sayuran
ada
diSandratex.
Kebanyakan
pedagang
sayuraanya berasal dari daerah parung yang mencari rezeky di
Sandratex.”
Interviewer
: Sudah berapa lama bpk mengelola lapak PKL di Sandratex?
Informan
: “Saya mengelola pedagang kaki lima di wilayah Sandratex
sudah 15 tahun yang lalu.”
Interviewer
: Bagaimana pembagian lapak PKL yang berjualan di
Sandratex?
Informan
: “Pembagian lapak pedagang, sejak tahun 2009/2010 saya jadi
pengelola setiap pedagang diharuskan untuk membeli lapak
ataupun tempat berjualanya sebesar 300.000 untuk seumur
hidup dia berjualan di wilayah Sandratex, untuk retribusi yang
dikenakan
pengelola
setiap
pedagang
jualan
pedagang
dikenakan uang sebesar 3.000 untuk uang kebersihan, dan
keamanan oleh pihak pengelola.”
Interviewer
: Apakah pernah terdapat konflik antar PKL karena berebut
lapak?
Informan
: “Awalanya kemunculan pedagang kaki lima sebelum ada
pengelola sering terjadi konflik antar pedagang, dikarenakan
perebutan lapak pedagang yang saling tidak mau mengalah dan
mau menang sendiri, tetapi sejak saya menjadi pengelola
pedagang disini tidak ada lagi namanya konflik antar pedagang,
perebutan lapak, ataupun keributan antar ormas yang berebut
lahan parkir ataupun lainya.”
Interviewer
: Apakah terdapat keuntungan yang diambil oleh pihak
pengelola dengan keberadaan PKL?
Informan
: “Selama saya menjadi pengelola pedagang kaki lima selama
15 tahun lamanya disini, tidak ada keuntungan yang saya ambil
dan makan sendiri, tetapi hasil setoran pedagang sebesar 3000
setiap 1 pedagang saya bagi-bagi semua kalaangan, seperti
untuk uang kebersihan, keamanan, lingkungan, dan kebutuhan
saya sendiri alias untuk uang cepek saya.”
Interviewer
:Harapan kedepan dengan keberadaan PKL?
Informan
: ”Harapanya kedepan si, semoga PKL disini tetap terus ada
sampai selamanya dah. Yah paling PKL disini harus benerbener ditata, dikelola, dan mendapat pengakuan dari pihak
kelurahan supaya bisa tertib, teratur, dan nyaman aja
dilihatnya.”
Lampiran 4. Informan Kelurahan Rempoa
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama
: Bapak Heru
Jenis Informan
: Bidang Kegiatan Lingkungan
Hari/Tanggal
: 15 Mei 2014
Waktu
: Pukul 10.00 WIB
Tempat
: Kelurahan Rempoa
Topik Wawancara
: Dampak Keberadaan PKL
Interviewer
: Menurut bpk melihat fenomena keberadaan PKL di wilayah
sandratek?
Informan
: “Fenomena keberadaan PKL menurut saya sudah semakin
memprihatinkan soalnya PKL sudah makin banyak dan ramai
disetiap PKL berjualan hri sabtu dan minggu pagi selalu
membuat permasalahan yaitu arus lalu lintas yang terhambat
dikarenakan banyak PKL yang berjualan sembarangan di bahu
jalan atau trotoar jalan. Disamping itu juga PKL yang
berjualan diwilayah Sandratex sudah terlalu banyak dan
sepanjang trotoar disesaki PKL dan pembeli yang ingin membeli
barang dagangan PKL.”
Interviewer
: Apakah pihak kelurahan pernah memberikan teguran terhadap
PKL yang berjualan di bahu jalan?
Informan
: ”Pihak kelurahan sudah memberi surat teguran kepada RT/RW
dan pihak pengelola untuk PKL tidak berjualan di bahu jalan,
tetapi upaya tersebut tidak dilaksanakan dengan baik.”
Interviewer
: Apakah terdapat retribusi pajak atau pungutan yang diminta
kelurahan dari PKL?
Informan
:
“Kelurahan
tidak
pernah
mengambil
pungutan
atau
keuntungan sama sekali sejak PKL disana berjualan, kelurahan
malah mendapat teguran terus menerus dari satpol pp dan
pemkot tangsel untuk menyelesaikan masalah PKL yang ada di
Sandratex.”
Interviewer
:Apakah terdapat solusi perencanaaan/penertiban kepada PKL
untuk direlokasi ketempat yang lebih baik?
Informan
: “Berbagai upaya penertiban sudah pernah kelurahan
upayakan dicarikan solusi terbaik untuk pemindahan PKL
ketempat yang lebih baik layak, dan tertib. Salah satu tempat
yang dijadikan relokasi buat PKL yaitu yang terdekat di
lapangan gintung depan kantor kelurahan, tetapi pemindahan
tersebut ditolak mentah mentah oleh pihak PKL, tempat kedua
yaitu tempat relokasi PKL disepanjang jalur situ gintung yang
baru dibuat yang sangat luas dan strategis untuk berjualan
tetapi PKL juga menolaknya dikarenakan tempatnya sepi
dengan pembeli dan jauh dari keramaian.”
Interviewer
: Harapan kelurahan dengan keberadaan PKL?
Informan
: “Harapan kelurahan kedepan untuk PKL pihak kelurahan
mempunyai pekerjaan rumah yang sangat besar yaitu dapat
merelokasi PKL dari wilayah Sandratex ketempat yang lebih
baik dan teratur tidak berjualan disepanjang trotoar yang sering
membuat kemacetan. Harapan kelurahan tidak muluk-muluk
hanya bisa memindahkan PKL saja sudah cukup, krena dengan
harapan tersebut berarti kelurahan sudah cukup berhasil untuk
mengatur PKL ketempat yang lebih baik dan layak.”
Lampiran 5. Informan Pembeli pedagang kaki lima
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama
: Ibu Zainap
Jenis Informan
: Ibu Rumah Tangga
Hari/Tanggal
: 17 Mei 2014
Waktu
: Pukul 10.00 WIB
Tempat
: Sandratex Rempoa
Topik Wawancara
: Dampak Keberadaaan PKL
Interviewer
:Bagaimana kualitas barang yang di jual oleh PKL?
Informan
: “Menurut saya kualitas barang dagangan yang dijual di
Sandratex sangat berkualitas dan komplit.”
Interviewer
:Bagaimana harga barang yang dijual oleh PKL, terjangkau atau
tidak?
Informan
: “Menurut saya harga barang yang dijual disini sangat
terjangkau sekali, kualitas bagus, cuma penataan lapak yang
tidak rapi saja.”
Interviewer
: Alasan ibu memilih membeli barang dagangan di PKL ini apa?
Informan
: “Alasan membeli barang disini yaitu wilayah Sandratex sudah
sangat populer karena sudah terkenal dengan pedagang kaki
limanya yang berjualan pada hari sabtu dan minggu, setiap
orang pasti kenal dengan PKL Sandratex dikeranakan banyak
pengguna motor maupun mobil yang terkena imbas kemacetan
pada saat PKL berjualan diwilayah Sandratex, apa lagi salah
satu akses jalan menuju Jakarta harus melewati wilayah
Sandratex terlebih dahulu, jadi PKL wilayaah Sandratex sudah
sangat terkenal dan populer oleh masyarakat yang tinggal di
wilayah tangerang selatan.”
Interviewer
: Manfaat keberadaan PKL terhadap pembeli?
Informan
: “Manfaatnya saya bisa belanja murah meriah, bisa terpenuhi
kebutuhan yang saya butuhkan, dan sangat terjangkau lokasi
belanjanya soalnya dekat dengan rumah saya.”
Interviewer
: Apakah ibu merasa terbantu dengan adanya keberadaan PKL
disini?
Informan
: “Terbantu sekali soalnya saya suka banget sama namanya
belanja, jadinya adanya PKL bisa memenuhi kebiasaan saya
yang suka belanja perabot rumah tangga dan kebutuhan lainya.
Yah maklum lah namanya ibu rumah tangga, ya jadi hobbynya
belanja.”
Interviewer
: Harapan ibu/bpk kedepan melihat keberadaan PKL disini?
Informan
: “Harapan nya semoga PKL disini bisa tertib, teratur, dan
makin rapih aja si jualanya.”
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama
: Ibu Annisa
Jenis Informan
: Ibu Rumah Tangga
Hari/Tanggal
: 17 Mei 2014
Waktu
: Pukul 10.00 WIB
Tempat
: Sandratex Rempoa
Topik Wawancara
: Dampak Keberadaan PKL
Interviewer
:Bagaimana kualitas barang yang di jual oleh PKL?
Informan
: “Kualitas barang yang dijual PKL di Sandratex lumayan
bagus tidak kalah dengan barang yang dijual di pasar swalayan.
Harga barangnya juga bervariasi ada yang murah dan ada juga
yang mahal sedikit, tetapi jika dibandingkan dengan harga yang
dijual di pasar swalayan masih lebih murah di pedagang
Sandratex.”
Interviewer
:Bagaimana harga barang yang dijual oleh PKL, terjangkau atau
tidak?
Informan
: “Harga yang ditawarkan pedagang untuk pembeli diwilayah
Sandratex sangat amat miring ataupun murah meriah dan
terjangkau untuk semua kalangan masyarakat menengah dan
bawah. Selama saya menjadi langganan pembeli tetap di
pedagang kaki lima Sandratex, barang yang saya beli selalu
awet dan tahan lama untuk pemakaian yang cukup lama.”
Interviewer
: Alasan ibu memilih membeli barang dagangan di PKL ini apa?
Informan
: “Saya memilih membeli barang dagangan disini karena
kebutuhan yang saya ingin beli Cuma ada disini saja, saya
sudah mecari baju koko anak saya kemana-mana tidak ada.
Tetapi di Sandratex kebetulan ada baju koko anak saya yang
ukuranya sama dengan anak saya, dan juga harga dari baju
kokonya sangat murah meriah jadi saya beli.”
Interviewer
: Manfaat keberadaan PKL terhadap pembeli?
Informan
: “Manfaatnya untuk saya sih kalo belanja nga perlu jauh-jauh
ke pasar cukup disini aja belanja semuanya ada, dan barangnya
pun murah-murah lagi.”
Interviewer
: Apakah ibu merasa terbantu dengan adanya keberadaan PKL
disini?
Informan
: “Sangat terbantu sekali adanya PKL disini soalnya semua
keperluan rumah tangga lengkap banget dijual disini, dari
perabot rumah tangga, baju-baju, dan keperluan lainya.”
Interviewer
: Harapan ibu/bpk kedepan melihat keberadaan PKL disini?
Informan
: “Harapan kedepanya si, PKL disini semoga makin rame aja
yang jualan disini. Dan PKL nya juga semakin teratur nga
berantakan lagi taro barang daganganya.
Lampiran 6. Informan Pengguna jalan
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama
: Bapak Ade Novi
Jenis Informan
: Pengguna Kendaraan Bermotor
Hari/Tanggal
: 17 Mei 2014
Waktu
: Pukul 10.00 WIB
Tempat
: Sandratex Rempoa
Topik Wawancara
: Dampak Keberadaan PKL
Interviewer
: Bagaimana pendapat ibu/bpk mengenai keberadaan PKL di
wilayah Sandratex?
Informan
: “Merasa terganggu sekali dengan banyaknya pedagang yang
berjualan di badan trotoar sepanjang jalan yang membuat
kemacetan yang cukup panjang, walaupun kemacetanya masih
cenderung lancar.”
Interviewer
: Apakah ibu/bpk merasa terganggu dengan keberadaan PKL
yang berjualan di trotoar jalan?
Informan
: “Keberadaan PKL sangat baik, khusunya untuk pemenuhan
kebutuhan rumah tangga maupun kebutuhan lainya. tetapi
dengan banyak PKL disini dan lapaknya memenuhi badan jalan
menjadi masalah membuat macet arus lalu lintas, dan
mengganggu pejalan kaki lainya.”
Interviewer
: Harapan ibu/bpk kedepan melihat keberadaaan PKL yang
berjualan di sepanjang trotoar jalan?
Informan
: “Harapan kedepan untuk PKL di Sandratex yaitu PKL harus
diberikan tempat yang layak untuk berjualan, tidak berjualan
lagi disembarangan tempat seperti trotoar ataupun badan jalan
yang sangat mengganggu arus lalu lintas dan juga memperjelek
keindahan kota.”
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama
: Bapak Triyono
Jenis Informan
: Pengguna Kendaraan Bermotor
Hari/Tanggal
: 17 Mei 2014
Waktu
: Pukul 08.00 WIB
Tempat
: Sandratex Rempoa
Topik Wawancara
: Dampak Keberadaan PKL
Interviewer
: Bagaimana pendapat ibu/bpk mengenai keberadaan PKL di
wilayah Sandratex?
Informan
: “Sangat terganggu sekali dengan adanya PKL yang berjualan
disepanjang trotoar jalan karena menghambat arus lalu lintas
yang membuat kemacetan, saya sebagai pengguna motor sangat
menyayangkan sekali karena PKL disini selalu menjadi
permasalahan yang tidak pernah ada penyelesaianya dari tahun
ketahun, malah dari tahun ketahun PKL yang berjualan disini
makin lama makin banyak tidak berkurang PKLnya.”
Interviewer
: Apakah ibu/bpk merasa terganggu dengan keberadaan PKL
yang berjualan di trotoar jalan?
Informan
: “Keberadaan PKL mempunyai keuntungan dan juga
permasalahan dengan keberadaan PKL, keuntungan untuk
pemenuhan kebutuhan rumah tangga yang mempunyai tingkat
penghasilan menengah kebawah, disamping itu permasalahan
adanya PKL hanya sebatas pengaturan dan penertiban PKL ke
lokasi lebih layak dan teratur.”
Interviewer
: Harapan ibu/bpk kedepan melihat keberadaaan PKL yang
berjualan di sepanjang trotoar jalan?
Informan
: “Harapanya untuk PKL cuma PKL nga jualan lagi di
sepanjang jalan trotoar lagi, semoga aparat dari kepolisian
pemerintahan kota bisa pindahin PKL ketempat yang lebih baik
lagi
dibanding
harus
jualan
di
trotoar
jalan
membahayakan semua pengguna jalan dan PKL nya juga.”
yang
LAMPIRAN OBSERVASI
Jenis Informan
: Hasil Pengamatan Lapangan
Hari/tanggal
: Sabtu, 19 April 2014
Waktu
: 08.00 WIB
Tempat
: Sandratex Rempoa
Topik observasi
: Gambaran Umum Pedagang Kaki Lima
Kegiatan
Sejarah
Pedagang
Lima Sandratex
Deskriptif
Kaki
Perkembangan pedagang kaki lima di wilayah Sandratex
Rempoa dimulai dari berdirinya pabrik bahan Textile pada
tahun 1970, dengan adanya pabrik ini menyerap banyaknya
pegawai buruh pabrik yang bekerja di pabrik. Dengan adanya
pabrik ini banyak masyarakat yang tinggal berdekatan dengan
wilayah Ciputat, Gintung, dan Rempoa banyak yang bekerja di
pabrik. Waktu bekerja para buruh pabrik selama 24 jam non
stop dengan terbagi lamanya waktu bekerja selama 3 kali
pergantian jam bekerja. Dengan banyaknya buruh yang bekerja
di pabrik Sandratex. Akhirnya warga asli Rempoa yang tinggal
di wilayah pabrik, banyak yang berprofesi berdagang makanan,
seperti warung nasi uduk, warung tegal, dan warung kopi untuk
memenuhi kebutuhan para buruh pada jam istirahat.
Selanjutnya pada Mei 1998 kerusuhan terjadi di Indonesia
dikarenakan krisis moneter, kemudian pabrik Sandratex
mengalami kebangkrutan secara finansial, dan produksi yang
menurun. Dari dampak krisis ini banyak buruh pabrik yang
dirumahkan atau di PHK. Dengan itu banyak pedagang
makanan yang gulung tikar atau mengalami penurunan
penjualan. Tetapi tidak untuk pedagang nasi uduk dan pedagang
sayuran yang berjualan luar pabrik Sandratex, karena pedagang
nasi uduk dan pedagang sayuran hanya berjualan pada pagi hari
saja untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tinggal di
wilayah Sandratex.
Pedagang yang bertahan cukup lama di wilayah Sandratex
hanya pedagang nasi uduk dan pedagang sayuran. Munculnya
keberadaan pedagang kaki lima di Sandratex dimulai pada tahun
2002. Awalnya pedagang di Sandratex ini berkisar lima hingga
tujuh pedagang. Seiring berjalannya waktu jumlah pedagang
semakin lama bertambah pengunjungnya pun semakin ramai.
Dengan adanya fenomena pedagang kaki lima di Sandratex
dijadikan oleh warga sebagai pesta rakyat yang murah-meriah,
merakyat, dan dijadikan alternatif tempat untuk rekreasi
keluarga
Waktu berjualan PKL
Jam berdagang pedagang kaki lima dimulai dari pukul 06.00
pagi sampai pukul 11.00 pagi. Diperkirakan pedagang yang
berjualan di sepanjang Trotoar Sandratex Rempoa Ciputat
berkisar antara 150 pedagang.
Aneka
jenis
barang
dagangan PKL
Pedagang kaki lima menawarkan aneka ragam kebutuhan
seperti baju, sepatu, mainan anak-anak, kuliner, aksesororis
handphone, peralatan rumah tangga, dan beragam jenis
kebutuhan rumah tangga lainnya. Harga barang di tawarkan
oleh pedagang kaki lima pun terbilang murah serta terjangkau,
mereka sangat terbantu dengan adanya pedagang kaki lima.
Permasalahan PKL
Makin banyaknya jumlah PKL banyak yang menggunakan
trotoar jalan atau fasilitas umum lainya seperti badan jalan.
Akhirnya pedagang kaki lima selalu tidak tertib dan disiplin
dalam mentaati tata tertib yang sudah dibuat, karena sering
terjadinya salah paham antara pedagang dan pihak kelurahan,
pedagang selalu dipinggirkan dan diprotes oleh pihak kelurahan
agar tidak berjualan di lokasi trotoar jalan yang menyebabkan
macet.
Karakteristik PKL Sandratex
Pedagang kaki lima Sandratex mempunyai 2 kelompok
pedagang yang berasal dari daerah padang dan pedagang daerah
sunda yang berjualan diwilayah Sandratex sejak 12 tahun yang
lalu. Dua kelompok pedagang ini sudah mempunyai lapak-lapak
untuk berjualan sendiri dan sudah mempunyai pelangganya
masing-masing. Terbentuknya kelompok pedagang kaki lima ini
dikarenakan banyaknya minat pembeli yang cukup tinggi, lokasi
berdagang yang strategis, dan masyarakat yang cukup padat
dijadikan PKL untuk berjualan di Sandratex. PKL tidak
mengenal tempat yang penting tempatnya strategis untuk
berjualan dan banyak pembelinya, serta yang unik dari PKL
yaitu pedagangnya selalu memajang daganganya secara
berantakan dan tidak beraturan.
Penyebutanya pusat keramaian PKL di Sandratex, masyarakat
Sandratex mempunyai penyebutan yang berbeda-beda seperti
pasar kaget, pasar tumpah, atau juga pasar pagi, jadi penyebutan
ini semua sekedar istilah yang diberikan oleh masyarakat
setempat untuk menunjukan pasar dalam arti yang sebenarnya
karena tempat ini adalah pusatnya keramaian.
Penghasilan pedagang pada saat berjualan, masing-masing
pedagang
memiliki
penghasilan
tidak
menentu
dalam
mendapatkan penghasilan setiap harinya mulai dari RP.
100.000,- sampai Rp. 200.000,- bahkan yang di bawah Rp.
100.000,- pun juga ada. Dengan penghasilan yang beragam
antara pedagang kaki lima, berarti pedagang tidak mempunyai
penghasilan yang tetap di setiap berjualan, karena pedagang
hanya tergantung oleh banyaknya pembeli.
Aturan yang disepakati pengelola PKL dan pedagang, pedagang
hanya membayar uang keamanan dan uang kebersihan kepada
pihak pengelola pada setiap berdagang. Salah satu pihak
terdapat pengelola pedagang kaki lima yang bertugas sebagai
pengawas, mengamankan, dan membersihkan lokasi berjualan.
Dengan kata lain pengelola PKL bertugas untuk menjaga,
mengatur dan mengelola lapak pedagang pada saat berjualan di
wilayah Sandratek
Lampiran Gambar
Gambar 1
Keterangan Gambar 1:
Suasana lapak pedagang kaki lima Sandratex
Gambar 2
Keterangan Gambar 2:
Keramaian pembeli yang mendatangi lapak PKL
Sandratex.
Gambar 3
Keterangan Gambar 3
Pengguna kendaraan bermotor yang berlalu-lalang
di tengah keramaian PKL
Gambar 4
Keterangan Gambar 4
Bapak Syam sebagai pengelola
lapak PKL Sandratex
Gambar 5
Keterangan Gambar 5
Lapak Pedagang Kaos Kaki Bapak Amrizal
sebagai Ketua Paguyuban Pedagang Kaki Lima
Gambar 6
Keterangan Gambar 6
Lapak Pedagang Perkakas Rumah Tangga Bapak Kosim
Download