BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Letak

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Letak geografis Indonesia yang berada pada iklim tropis menyebabkan
tingkat curah hujan dan pelapukan batuan cukup tinggi (Karnawati, 2005). Hal ini
menyebabkan hampir di seluruh Indonesia menjadi kawasan ancaman bencana
gerakan massa khususnya longsor. Gerakan massa mampu merusak dan
menimbun infrastruktur seperti jembatan, jalan raya, bangunan maupun tataguna
lahan. Selain menimbulkan kerusakan fisik, gerakan massa mampu menimbulkan
gangguan terhadap aspek sosial dan ekonomi masyarakat.
Menurut Badan Geologi (2016), Provinsi Jawa Barat termasuk ke dalam
provinsi dengan tingkat ancaman bencana gerakan massa cukup tinggi dimana
Kecamatan Lembang dan Cimenyan tingkat ancaman menengah - tinggi. Faktor
pengontrol gerakan massa antara lain adalah geomorfologi, struktur geologi,
litologi, tataguna lahan, dan hidrologi lereng (Karnawati, 2005). Desa Cibodas
dan sekitarnya termasuk dalam morfologi pegunungan dengan kemiringan lereng
sedang-terjal, tersusun oleh batuan vulkanik yang bervariasi, curah hujan tinggi
dan tataguna lahan yang bervariasi, sehingga Desa Cibodas dan sekitarnya
termasuk ke dalam daerah dengan tingkat ancaman bencana gerakan massa
menengah-tinggi (Badan Geologi, 2016). Desa Cibodas dan sekitarnya memiliki
tingkat kepadatan penduduk yang cukup padat dan tiap tahunnya semakin
meningkat, sebagai destinasi pariwisata alam masyarakat dan menjadi salah satu
penyumbang suplai sedimen pada Sungai Citarum, apabila terjadi gerakan massa
1
2
pada daerah penelitian, akan memiliki dampak negatif secara langsung yang
diterima oleh masyarakat sekitar dan dampak negatif secara tidak langsung seperti
pendangkalan Sungai Citarum dan bendungan yang ada di Cekungan Bandung
yang mengakibatkan daerah di sekitar Cekungan Bandung akan mengalami banjir.
Berdasarkan uraian di atas, diperlukan adanya pemetaan ancaman bencana
gerakan massa dengan skala lebih detail untuk menanggulangi bencana alam
tersebut. Metode standar yang dikeluarkan oleh Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2012 digunakan penulis sebagai
pedoman dalam penelitian nantinya. Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk
melaksanakan Pemetaan Ancaman Bencana Gerakan Massa di Desa Cibodas dan
sekitarnya, Kecamatan Lembang dan Cimenyan, Kabupaten Bandung Barat dan
Bandung, Provinsi Jawa Barat dengan skala 1 : 25.000.
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, daerah penelitian yang berada di Desa
Cibodas dan sekitarnya, Kecamatan Lembang dan Cimenyan, Kabupaten
Bandung Barat dan Bandung, Provinsi Jawa Barat memiliki beberapa
permasalahan yaitu
1. apa sajakah mekanisme gerakan massa yang terjadi di lokasi penelitian ?
2. apa yang menjadi pengontrol utama gerakan massa di lokasi penelitian ?
3. bagaimana tingkat ancaman bencana gerakan massa di lokasi penelitian ?
I.3. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ancaman bencana
gerakan massa di daerah penelitian. Tujuan dari penelitan ini adalah untuk
3
1. mengetahui tipe mekanisme gerakan massa yang terjadi pada daerah
penelitian, digunakan untuk merekomendasikan penanggulangannya sesuai
dengan tipe mekanisme gerakan massanya.
2. mengetahui faktor pengontrol dominan yang menyebabkan terjadinya
gerakan massa di daerah penelitian, digunakan untuk merekomendasikan
rekayasa keteknikan sesuai dengan faktor pengontrol dominannya.
3. menganalisis tingkat ancaman terjadinya gerakan massa berdasarkan Perka
BNPB (2012) untuk membuat peta ancaman bencana gerakan massa skala
1:25.000.
I.4. Lokasi Daerah Penelitian
Lokasi penelitian ini meliputi 14 desa, yaitu Desa Cibodas, sebagian Desa
Cibogo, Desa Ciburial, Desa Cikadut, sebagian Desa Cikidang, Desa Cimenyan,
Desa Kayuambon, Desa Langensari, sebagian Desa Mandalamekar, Desa
Mekarmanik, Desa Mekarsalayu, Desa Mekarwangi, sebagian Desa Pagerwangi
dan Desa Wangunharja; Kecamatan Lembang dan Cimenyan, Kabupaten
Bandung Barat dan Bandung, Provinsi Jawa Barat. Daerah penelitian memiliki
luasan 6 km x 6 km (36 km2) dengan batas koordinat UTM 48 S yakni 9246162
mU - 9240162 mU dan 791062 mT - 797062 mT serta berjarak ± 28 kilometer
dari Pusat Kota Bandung. Lokasi penelitian dapat ditempuh dengan kendaraan
bermotor dengan waktu tempuh sekitar 1 jam (lihat Gambar 1.1.).
Gambar 1.1. Peta indeks lokasi penelitian
4
5
I.5. Batasan Masalah
Batasan penelitian ini adalah dengan melakukan pembagian tingkat
ancaman bencana gerakan massa di daerah penelitian melalui metode indeks
ancaman bencana gerakan massa berdasarkan Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana tahun 2012.
Adapun Perka BNPB (2012), meliputi
1. penelitian difokuskan memetakan geologi daerah penelitian dengan
menggunakan skala 1:25.000
2. pemetaan memperhatikan aspek morfologi, litologi, struktur geologi,
dan hidrologi lereng sebagai dasar pembuatan peta ancaman bencana
gerakan massa.
3. menghitung
indeks
ancaman
bahaya
gerakan
massa,
yaitu
kemungkinan terjadi versus besaran dampak tercatat.
4. melakukan pembobotan berdasarkan Analytic Hierarchy Process
(AHP).
5. analisis ancaman menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG).
I.6. Manfaat Penelitian
1. Memberikan masukan kepada pihak pemerintah daerah maupun
masyarakat
setempat
dalam
melakukan
pembangunan
dan
pengembangan daerah tersebut harus memperhatikan zonasi-zonasi
tingkat ancaman bencana gerakan massa.
6
2. Memberikan masukan kepada pemerintah setempat mengenai sosialisasi
mitigasi bencana gerakan massa berdasarkan peta ancaman bencana
gerakan massa.
I.7. Peneliti Terdahulu
1. Silitonga (1973)
Menyatakan dalam penelitiannya yang berjudul Peta Geologi
Regional Lembar 14 – 1209 – 3 - Bandung, menghasilkan peta geologi
berskala 1:100.000 dengan menggunakan metode pemetaan lapangan berupa
urut-urutan stratigrafi regional dari tua ke muda dan hubungan antar formasi
tersebut serta struktur geologi yang terdapat pada daerah penelitian tersebut.
2. Kartiko dkk. (2006)
Menyatakan
dalam
penelitiannya
yang
berjudul
Slope
and
Lithological Controls on Landslide Distribution in West Java, Indonesia,
dijelaskan bahwa hasil analisis frekuensi dan korelasi digunakan untuk
mengetahui kecenderungan distribusi longsor terhadap formasi batuan dan
gradien kelerengan, serta curah hujan tahunan. Faktor pengontrol utama
longsor pada Provinsi Jawa barat umumnya adalah kemiringan lereng dan
litologi, dimana batuan volkanik berumur Plio-Pleistosen dengan kemiringan
lereng lebih dari 25%.
3. Adi (2014)
Meneliti tentang kerentanan terhadap gerakan massa dengan
menggunakan metode AHP di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten
Karanganyar dalam skripsi yang berjudul Pemetaan Zona Kerentanan
7
Gerakan Massa dengan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) di Desa
Tengklik
dan
Sekitarnya,
Kecamatan
Tawangmangu,
Kabupaten
Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah, dari hasil penelitian menggunakan
metode AHP, menunjukan bahwa secara umum pembagian zona kerentanan
gerakan massa terbagi menjadi empat tingkat yang berbeda yaitu sangat
rendah, rendah, sedang dan tinggi dimana jenis gerakan massanya adalah
luncuran, rayapan dan runtuhan.
4. Badan Geologi (2016)
Meneliti tentang tingkat ancaman bencana gerakan massa pada
Kabupaten yang tersebar di Provinsi Jawa Barat yang dipublis pada situs
www.vsi.esdm.go.id yang berjudul Kejadian Gerakan Tanah Bulan
Februari 2016, dari hasil penelitian tersebut menggunakan pemetaan
lapangan menghasilkan bahwa Kecamatan Lembang dan Cimenyan yang
termasuk dalam Kabupaten Bandung Barat dan Bandung memiliki tingkat
ancaman bencana gerakan massa menengah - tinggi.
Berdasarkan penjelasan keenam peneliti terdahulu tersebut, pada daerah
penelitian belum dilakukan pemetaan ancaman bencana gerakan massa dengan
menggunakan aturan Perka BNPB (2012) secara detail (skala 1:25.000) dan
analisis faktor pengontrol dominan secara detil, sehingga dapat disimpulkan
bahwa penelitian ini berbeda dengan peneliti terdahulu.
Download