BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia saat ini sangatlah pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya bermunculan sekolah-sekolah swasta baik yang berskala nasional maupun internasional. Pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Tanpa pendidikan maka akan menimbulkan kegagalan individu atau kegagalan suatu bangsa. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pendidikan, karena pendidikanlah dapat merubah nasib bangsa di Indonesia. Selain itu, perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang terjadi di Indonesia pada saat ini banyak membantu manusia dalam meningkatkan kualitas hidup. Perkembangan itu membawa perubahan besar dalam hidup manusia terutama dalam bidang ekonomi. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dialami bangsa Indonesia ternyata belum dapat menyelesaikan permasalahan dan penderitaan yang ada dalam masyarakat luas. Situasi tersebut menyebabkan timbulnya banyak organisasi yang bergerak dalam bidang sosial atau dengan kata lain organisasi nirlaba. Kemunculan yayasan sebagai salah satu sektor keuangan di Indonesia merupakan hal yang tabu di masyarakat. Masih banyak masyarakat belum mengetahui tentang organisasi yang bersifat nirlaba ini. Seperti yang diketahui bahwa organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang mencari laba. Organisasi nirlaba yang bergerak dalam dunia pendidikan saat ini sangat penting peranannya. Situasi masyarakat Indonesia yang kebanyakan tidak dapat merasakan pendidikan karena ekonomi yang tidak mencukupi, maka dengan kehadiran organisasi nirlaba membantu masyarakat untuk dapat menikmati dunia pendidikan. Organisasi non profit menjadikan sumber daya manusia sebagai asset yang paling berharga, karena semua aktivitas organisasi ini pada dasarnya adalah dari, oleh, dan untuk manusia. Sumber dana organisasi nirlaba ini biasanya tidak hanya dari pelayanan jasa yang diberikan melainkan juga dari para donatur yang rela menyumbangkan penghasilannya bagi orang lain. Secara garis besar tujuan organisasi nirlaba yang bergerak dalam dunia pendidikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: memperoleh laba (bisnis), sedangkan yang lainnya adalah nirlaba. Baik itu lembaga pendidikan swasta maupun yang didirikan oleh pemerintah. Dalam organisasi nirlaba terdapat beberapa transaksi yang jarang atau bahkan tidak ditemukan pada organisasi bisnis, misalnya penerimaan sumbangan (IAI, 2009: 45.1). Namun dalam praktiknya, organisasi nirlaba sering tampil dalam berbagai bentuk sehingga seringkali sulit dibedakan dengan organisasi bisnis pada umumnya. Contoh organisasi nirlaba menurut Harahap (2004: 140): “Organisasi nirlaba meliputi gereja, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi jasa sukarelawan, serikat buruh, asosiasi profesional, institut riset, museum, dan beberapa petugas pemerintah”. Pada beberapa bentuk organisasi nirlaba, meskipun tidak ada kepemilikan hak namun organisasi tersebut mendanai kebutuhan modalnya dari utang dan kebutuhan operasinya dari pendapatan atas jasa yang diberikan kepada publik. Akibatnya, pengukuran jumlah aset dan aliran kas masuk menjadi ukuran kinerja paling penting bagi para pengguna laporan keuangan organisasi tersebut, seperti kreditur dan pemasok dana lainnya (IAI, 2009: 45.1). Meskipun tujuan dari organisasi nirlaba sepenuhnya adalah untuk melayani masyarakat, tidak berarti organisasi ini terlepas dari tanggung jawab sebagai suatu badan ekonomi. Sehingga seperti halnya organisasi nirlaba juga harus menerbitkan laporan keuangan untuk mengetahui sejauh mana organisasi nirlaba melakukan fungsinya sebagai organisasi sosial yang bertujuan untuk melayani masyarakat. Terutama juga untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dana kepada para donatur. Para pengelola organisasi nirlaba harus mampu memberikan laporan keuangan yang baik kepada para penyumbang. Pihak manajemen organisasi harus dapat memikirkan bagaimana cara menyajikan laporan keuangan organisasi nirlaba kepada pihak internal dan terutama kepada pihak eksternal agar para penyumbang tidak kehilangan kepercayaan dan menghentikan sumber dana terhadap organisasi nirlaba yang dikelolanya. Bila ditinjau lebih dalam masih banyak organisasi nirlaba yang menyajikan laporan keuangan kepada pihak internal maupun pihak eksternal sebatas pencatatan, penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dalam organisasi tersebut. Data yang disajikan hanya berupa sumber dana dan penggunaan dana. Dengan penyajian yang demikian akibatnya para donatur tidak mengerti dan bahkan tidak mengetahui apakah dana yang disumbangkan digunakan sesuai dengan keinginan dan kesepakatan yang telah disetujui bersama. Sebagai bentuk pertanggungjawaban organisasi nirlaba pada donatur atau penyedia sumber daya maka organisasi nirlaba harus mengkomunikasikan pertanggungjawaban tersebut melalui laporan keuangan. Karena pentingnya laporan keuangan bagi organisasi nirlaba, maka Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45 mengenai Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba. Pada paragraf 06 dalam PSAK No. 45 menyatakan bahwa tujuan utama dari pembuatan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan para penyumbang, anggota lembaga, kreditur dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi lembaga nirlaba (IAI, 2009). Menurut PSAK No. 45 ditegaskan bahwa laporan keuangan organisasi nirlaba meliputi laporan posisi keuangan pada akhir periode pelaporan, laporan aktivitas serta laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut, berbeda dengan laporan keuangan untuk organisasi pada umumnya. Pelaporan keuangan organisasi nirlaba berpedoman pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 45. Sumber daya entitas berasal dari penyumbang yang tidak mengharapkan pembayaran kembali, menghasilkan barang dan atau jasa, dan tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis. Berdasarkan hasil diatas, mengenai suatu bentuk pengenalan organisasi nirlaba dilihat dari segi ekonomi, maka dalam penelitian ini penulis berfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan keuangan yang sesuai dengan ketentuan di dalam PSAK No. 45. Pada Yayasan Lembaga Pendidikan Zainuddin ini akan dilakukan penelitian berkaitan dengan penerapan PSAK No. 45 dalam penyusunan laporan keuangan yang menggambarkan aktivitas dan kondisi finansial yayasan tersebut. Dimana yayasan sebagai lembaga pendidikan dituntut untuk mengikuti sistem yang berlaku pada perundangan yang telah ditetapkan pemerintah dalam PP No. 63 tahun 2008 tentang Pelaksanaan Undang-undang tentang Yayasan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pemaparan yang telah dijelaskan oleh penulis dalam latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang menjadi pokok bahasan penelitian ini adalah: “Bagaimana penerapan pelaporan keuangan organisasi nirlaba pada Yayasan Lembaga Pendidikan Zainuddin berdasarkan PSAK No. 45?”. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui metode pencatatan, pengukuran, pengungkapan, dan pelaporan keuangan pada Yayasan Lembaga Pendidikan Zainuddin sebagai organisasi nirlaba sesuai dengan PSAK No. 45”. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dapat membantu untuk memperoleh pengetahuan yang baru dan memperoleh suatu jawaban atas pertanyaan dalam pemecahan masalah yang terkait. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kontribusi Praktis: a. Diharapkan dapat menjadi sebuah rangkuman yang akan menjadi sebuah rangkuman yang akan menjadi sebuah wacana sebagai acuan bagi sebuah yayasan dalam penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK No. 45. b. Mampu memberikan pemahaman tentang pengelolaan keuangan pada organisasi nirlaba. c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi Yayasan Lembaga Pendidikan Zainuddin dalam memperbaiki kinerjanya. 2. Kontribusi Teoretis: a. Dapat memberikan pemahaman secara nyata untuk menguatkan teori yang telah didapat selama menempuh pendidikan mengenai organisasi nirlaba serta sistem pelaporan keuangannya. b. Mampu memberikan tambahan pengetahuan mengenai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45. c. Untuk dapat memberikan bahan referensi dan pembanding bagi peneliti selanjutnya yang mempunyai hubungan sejenis dengan penelitian ini untuk dimasa yang akan datang. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah suatu batasan studi yang menjelaskan fokus studi agar pembahasan tidak melebar. Dengan demikian, agar penelitian ini dapat diselesaikan dengan hasil yang maksimal, peneliti perlu membatasi penelitian ini pada subyek maupun obyek penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah Yayasan Lembaga Pendidikan Zainuddin. Sedangkan obyek dalam penelitian ini adalah laporan keuangan organisasi nirlaba berdasarkan PSAK No. 45, yang meliputi: Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, dengan membatasi penelitian pada pospos (akuntansi) yang tampak pada berbagai laporan keuangan yang digunakan oleh yayasan yang bersangkutan. Hasil penelitian ini tidak untuk membuat generalisasi tentang penerapan PSAK No. 45 pada organisasi nirlaba, namun hanya sebatas pada penerapan di Yayasan Lembaga Pendidikan Zainuddin saja. Laporan keuangan yang digunakan sebagai unit analisis adalah laporan keuangan periode tahun kerja 2011, mengingat adanya Revisi PSAK No. 45 terbaru mulai berlaku efektif untuk laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2007.