BAB II LANDASAN TEORITIS

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pendapatan
1. Pengertian Pendapatan
Pendapatan merupakan hal yang sangat diperhatikan dalam operasi
suatu perusahaan baik perusahaan profit maupun perusahaan non profit
(nirlaba) karena dalam melakukan aktivitas suatu perusahaan tentu
mengharapkan laba yang optimum dan laba perusahaan akan
dipengaruhi oleh pendapatan dari aktivitas usaha perusahaan.
Pendapatan atau penghasilan adalah sesuatu yang dihasilkan oleh
perusahaan sebagai imbal balik atas barang atau jasa yang diserahkan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI 2007:23) dalam Standar
Akuntansi Keuangan (SAK), pendapatan diartikan sebagai :
Arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas
normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut
mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi
penanam modal.
Menurut Belkaoui (2007 : 179), pendapatan adalah:
Semua perubahan dalam asset bersih yang berasal dari aktivitas
penghasil pendapatan dan keuntungan / kerugian yang berasal dari
asset tetap dan investasi.
7
Menurut Soemarso (2004:54) pendapatan adalah sebagai berikut :
Pendapatan (revenue) adalah jumlah yang dibeban kan kepada
langganan untuk barang dan jasa yang dijual. Pendapatan dapat
juga didefinisikan sebagai kenaikan bruto dalam modal (biasanya
melalui diterimanya suatu aktiva dari langganan) yang berasal dari
barang dan jasa yang dijual.
Definisi pendapatan menurut Skousen, Stice and Stice (2001:206)
yang diterjemahkan oleh alih bahasa Tim Dian Mas Cemerlang yaitu :
Pendapatan (revenue) merupakan arus masuk atau peningkatan
aktiva lainnya sebuah entitas atau pembentukan hutangnya (atau
sebuah kombinasi dari keduanya) dari pengantaran barang atau
penghasilan barang, memberikan pelayanan, atau melakukan
aktivitas lain yang membentuk operasi pokok atau sentral entitas
yang berlangsung.
Sedangkan Reeve and Fees (2005:63) yang diterjemahkan oleh
Aria Farahmita,dkk mendefinisikan pendapatan “sebagai peningkatan
ekuitas pemilik yang diakibatkan oleh proses penjualan barang atau jasa
kepada pembeli”.
Harnanto (2004:388) mendefinisikan pendapatan sebagai berikut :
Secara konseptual, pendapatan didefinisikan sebagai aliran masuk
sumber-sumber atau kenaikan aktiva atau penurunan kewajiban dari
suatu entitas (atau kombinasi dari keduanya) dari penyerahan barang,
penyedian jasa, atau aktivitas lain yang merupakan operasi
berkelanjutan atau usaha pokok dari entitas terkait.
Dari uraian definisi-definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
kriteria pendapatan adalah :
1. Adanya kas masuk aktiva / manfaat ekonomi
2. Berasal dari aktivitas normal perusahaan dalam suatu periode
tertentu
3. Mengakibatkan kenaikan entitas / kekayaan perusahaan yang
bukan berasal dari kontribusi penanaman modal
4. Adanya transfer barang atau jasa kepada konsumen
2. Pengukuran dan Pengakuan Pendapatan
a. Pengukuran Pendapatan
Pendapatan dapat diukur dengan nilai barang atau jasa yang
ditukarkan dalam suatu transaksi perdagangan. Nilai tersebut
menggambarkan ekuivalen kas netto atau nilai tunai uang yang
diterima atau akan diterima dalam pertukaran barang atau jasa yang
diberikan oleh perusahaan kepada para pelanggannya. Oleh karena
itu, pengukuran pendapatan harus diukur dengan nilai wajar
imbalan yang diterima atau dapat diterima (PSAK No.23).
Kriteria bahwa pendapatan harus diukur dengan nilai
sekarang dari uang atau ekuivalen uang yang menunjukan bahwa
semua retur, potongan penjualan dan pengurangan lain dari harga
yang dikenakan harus dikurangi dari hasil pendapatan yang
dihasilkan dari transaksi-transaksi tertentu. Dengan demikian, hal
itu merupakan pengurangan pendapatan dan bukan sebagai beban.
b. Pengakuan Pendapatan
Pengakuan pendapatan merupakan salah satu elemen dari
dasar kerangka acuan konseptual pendapatan. Namun, karena
adanya perbedaan yang signifikan dalam praktiknya, maka
kerangka ini termasuk salah satu hal yang tersulit dipecahkan.
Berdasarkan PSAK No.23 (IAI 2007 revisi 2009),
mendifinisikan pengakuan sebagai berikut “Pendapatan diakui
bila dasar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan
transaksi tersebut akan diperoleh oleh perusahaan”.
Menurut FASB pendapatan tidak boleh diakui bila :
a. Dihasilkan
b. Direalisasikan atau tidak direalisasikan
Karena pendapatan merupakan bagian dari laba, maka peraturan
untuk pengakuan pendapatan adalah peraturan untuk menentukan
kapan laba harus diakui dan kapan telah dihasilkan serta
direalisasikan.
Dalam akuntansi yang berlaku umum, pendapatan dapat
diakui dalam empat cara, yaitu :
1. Pendapatan diakui pada saat selesainya produksi
2. Pendapatan diakui secara proporsional dalam tahap produksi
3. Pendapatan diakui pada saat pembayaran diterima
4. Pendapatan dari penjualan konsinyasi
Dari pengakuan pendapatan diatas, dapat disimpulkan
bahwa syarat pengakuan pendapatan adalah :
a. Captured, artinya pendapatan harus diikat sedemikian
b. Measured, artinya pendapatan harus diukur
c. Earned, artinya kewajiban si penjual telah dilaksanakan
3. Pendapatan Pada Rumah Sakit
Pendapatan bagi rumah sakit adalah peningkatan jumlah aktiva
atau penurunan kewajiban dari penyerahan jasa pelayanan dan jasa
lainnya dalam suatu periode. Pendapatan diakui pada saat pelayanan
atau paket pelayanan didasarkan pada tarif yang berlaku.
Pendapatan operasional atau fungsional rumah sakit adalah
pendapatan yang timbul dari aktivitas pelayanan utama rumah sakit
yang terdiri dari :
1. Pendapatan Rawat Jalan
2. Pendapatan Rawat Inap
3. Penunjang Medis
Pendapatan dicatat atas dasar berat kotor sebelum dikurangkan
dengan pengurangan-pengurangan pendapatan sebagai berikut :
a. Penghapusan piutang karena tidak dapat ditagih lagi.
b. Selisih perhitungan rincian biaya dengan jumlah yang dibayar oleh
asuransi atau pihak ketiga dan dicatat pada perkiraan selisih
perhitungan klaim (conceptual adjustment).
c. Pembahasan pembayaran bagi pasien tidak mampu yang dicatat
pada perkiraan tersendiri yaitu “pelayanan yang disebabkan
pembayarannya”.
d. Pengurangan lainnya karena pembebasan pembayaran pada pasien
tertentu seperti karyawan rumah sakit, pasien yang diberikan
keringanan dan dicatat pada perkiraan “pelayanan yang dibebaskan
pembayarannya”.
Jika piutang sudah dihapuskan ternyata diterima kembali uangnya,
maka dicatat sebagai pendapatan fungsional lainnya. Penerimaan
sumbangan atau bantuan dari pihak donatur antara lain adalah :
a. Alat-alat habis pakai atau obat-obatan yang diterima sebagai
sumbangan tanpa syarat dari donatur yang dibukukan berdasarkan
nilai wajar pada saat diterima sebagai fungsional lainnya.
b. Aktiva tetap dan peralatan yang disumbangkan oleh pihak ketiga
atau donatur dubukukan menurut nilai wajar pada saat diperoleh
dan tidak merupakan pendapatan fungsional lainnya tapi
dibukukan sebagai dana donasi.
c. Sumbangan dalam bentuk jasa hendaknya dibukukan sebagai
pendapatan fungsional lainnya, hanya jika :
1) Terdapat hubungan yang sejajar antara penyumbang dengan
yang menerima sumbangan.
2) Terdapat dasar yang obyektif untuk menaksir bilai wajar dari
sumbangan dalam bentuk jasa yang diterima.
B. Beban
1. Pengertian Beban
Beban terjadi apabila barang atau jasa dikonsumsi atau
digunakan dalam proses memperoleh pendapatan. Beban harus
diakui pada periode dimana pendapatan yang berkaitan diakui.
Inilah yang disebut proses matching (penandingan) yaitu saat
pelaporan pendapatan datang terlebih dahulu, kemudian menyusul
pelaporan bebannya pada periode yang sama. Sebelum menentukan
kapan pengakuan dari beban, kita harus mengetahui pengertian
beban terlebih dahulu.
Menurut IAI dalam Standar Akuntansi Keuangan (2007:78),
mendefinisikan beban (expense) adalah sebagai berikut :
Penurunan manfaat ekonomis selama periode akuntansi
bentuk arus keluar / berkurangnya aktiva atau terjadinya
kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang
tidak menyangkut pembagian kepada penanaman modal.
Definisi beban menurut Soemarso (2004:54) adalah :
Penurunan dalam modal pemilik, biasanya melalui
pengeluaran uang atau penggunaan aktiva yang terjadi
sehubungan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan.
Sedangkan Armanto (2006:4) mendefinisikan beban adalah sebagai
berikut :
Arus keluar aktiva (asset) terhadap penghasilan karena
perusahaan menggunakan sumber daya eonomi yang ada.
Beban berasal dari aktiva atau terjadi langsung tanpa
melalui aktiva. Contohnya : beban yang berasal dari aktiva
misalnya saja penyusutan peralatan kantor seperti meja,
kursi, komputer, dan sebagainya. Peralatan ini
dimanfaatkan dalam kegiatan sehari-hari dan mendukung
terjadinya penjualan barang atau jasa (walau secara tidak
langsung). Beban yang terjadi langsung tanpa melalui
aktiva misalnya saja biaya reklame.
Carter
and
Usry
(2006:30),
mendefinisikan
beban
yang
diterjemahkan oleh Krista :
Sebagai aliran keluar terukur dari barang dan jasa, yang
kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk
menentukan laba atau sebagai penurunan dalam aktiva
bersih sebagai akibat dari penggunaan jasa ekonomi dalam
menciptakan pendapatan atau pengenaan pajak oleh badan
pemerintah.
2. Pengukuran dan Pengakuan Beban
a. Pengukuran Beban
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, pengukuran
beban pada dasarnya proses penetapan jumlah uang untuk
mengakui dan memasukan setiap unsur laporan keuangan.
Dasar pengukuran tersebut adalah sebagi berikut :
1) Biaya Historis (Historical Cost)
Dicatat sebesar pengeluaran kas yang dibayar untuk
memperoleh aktiva pada saat perolehan. Biaya historis
biasanya dipakai untuk pengukuran beban dalam metode
yang konvensional, karena penggunaan biaya historis
dianggap dapat diverifikasi, dan merupakan pengeluaran
kas sebenarnya dimana merupakan nilai tukar barang dan
jasa tersebut.
Adapun kelemahan dari biaya historis adalah sering
biaya ini tidak merupakan pengukuran yang relevan beban
bagi pemakai laporan keuangan eksternal. Biaya historis
juga tidak memungkinkan pemisahan antara hasil kegiatan
usaha dengan laba atau rugi yang timbul dari kegiatan
pembelian atau perubahan harga yang dapat diramalkan.
2) Biaya Kini (Current Prices)
Dinilai dalam jumlah kas yang seharusnya dibayar bila
aktiva diperoleh sekarang. Salah satu alasan utama
pemakaian harga berlaku karena pendapatan diukur dengan
harga berlaku, oleh karena itu sudah selayaknya beban juga
menggunakan
harga
berlaku
(matching
concept).
Pengukuran beban dengan harga berjalan ini mempunyai
keuntungan karena memungkinkan pemisahan antara :
a) Laba yang timbul dari transaksi
b) Keuntungan
atau
kerugian
yang
timbul
dari
penyimpangan aktiva sebelum dipakai
3) Nilai Realisasi (Realizable Value)
Dinyatakan dalam jumlah kas dapat diperoleh sekarang
dengan menjual aktiva dalam pelepasan normal.
4) Nilai Sekarang (Present Value)
Dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih dimasa
depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang
diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan
normal.
b. Pengakuan Beban
Pengakuan yang lebih komprehensif terdapat dalam
Kerangka Dasar dan Penyajian Laporan Keuangan, yang
menyebutkan pengakuan beban sebagai berikut :
1) Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan
manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan
penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban telah
terjadi dan dapat diukur dengan andal.
2) Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar
hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos
penghasilan tertentu yang diperoleh (matching of costs
with revenues).
3) Kalau manfaat ekonomi diharapkan timbul sesama
beberapa periode akuntansi dan hubungannya dengan
penghasilan hanya dapat ditentukan secara luas atau
tidak langsung, beban diakui dalam laporan laba rugi
atas dasar prosedur alokasi yang rasional dan sistematis.
4) Beban segera diakui dalm laporan laba rugi kalau
pengeluaran tidak menghasilkan manfaat ekonomi masa
depan atau sepanjang manfaat ekonomi depan tidak
memenuhi syarat, atau tidak lagi memnuhi syarat untuk
diakui dalam neraca sebagai aktiva.
5) Beban diakui dalam laporan laba rugi pada saat timbul
kewajiban tanpa adanya pengakuan aktiva (IAI 2007 :
15-16).
3. Biaya / Beban Rumah Sakit
Biaya dalam rumah sakit terdiri dari :
1) Biaya operasional/fungsional (biaya pelayanan, biaya
umum, dan administrasi).
2) Biaya non operasional/fungsional (biaya bunga, biaya bank,
rugi, penjualan aktiva, dan lain-lain).
Biaya dalam rumah sakit memiliki ciri-ciri, antara lain :
1) Sumber daya tersebut telah digunakan selama periode
tertentu.
2) Tidak dapat digunakan ulang (biaya listrik, bahan habis
pakai, pemeliharaan, gaji).
Biaya dapat diklasifikasikan dalam berbagai macam cara,
guna memenuhi kenutuhan yang khusus dalam pengambilan
kebutuhan. Biaya rumah sakit dapat dikategorikan ke dalam
kategori utama :
1. Tracebility
Jika obyek biaya telah dipilih, maka pengukuran
biaya sangat tergantung pada penelusuran (traceability)
biaya
dari
obyek
biaya.
Penelusuran
biaya
akan
menentukan seberapa besar obyektivitas, kepercayaan dan
arti dari hasil pengukuran biaya. Obyek biaya yang sulit
atau bahkan mustahil ditelusuri tidak dapat dijadikan
sebagai obyek biaya.
Berdasarkan
kategori
ini,
biaya
dapat
diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu biaya langsung
(direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost).
2. Cost Behavior
Penelaahan atau studi terhadap biaya dalam jangka
waktu (periode) tertentu menghasilkan keimpulan bahwa
biaya memiliki suatu ‘perilaku’ (behavior). Namun, untuk
memahami perilaku biaya menuntut kehati-hatian, karena
perilaku biaya sangat contingent terhadap waktu, tingkatan
aktivitas dan berbagai faktor lainnya.
Biaya dapat diklasifikasikan berdasarkan hubungan
dengan output yang terdiri dari biaya variabel, biaya tetap,
biaya semi variabel, dan biaya bertingkat.
a) Biaya Variabel
Adalah biaya yang berubah-ubah sebanding dengan
perubahan volume produksi/penjualan.
b) Biaya Tetap
Adalah biaya dimana jumlah totalnya tetap walaupun
jumlah yang diproduksi/dijual berubah-ubah dalam
kapasitas normal.
c) Biaya Semi Variabel
Adalah biaya dimana jumlahnya berubah-ubah dalam
hubungannya
dengan
perubahan
kuantitas
yang
diproduksi tetapi perubahannya tidak proporsional.
Biaya ini disebut juga sebagai biaya campuran (mixed
cost). Biaya ini biasanya dikaitkan dengan pengukuran
konsumsi jumlah fasilitas pendukung.
d) Biaya Bertingkat
Adalah biaya tetap dalam suatu rentang produksi. Biaya
bertingkat (step cost) ini ada 2 macam yakni, biaya
bertingkat tetap (fixed step cost) dan biaya bertingkat
variabel (variable step cost).
3. Responsibility
Tujuan utama dari pengumpulan informasi adalah untuk
membantu proses pengendalian manajemen. Biaya ini dapat
dikategorikan menjadi biaya terkendali (controllable cost)
dan biaya tak terkendali (uncontrollable cost).
a) Biaya Terkendali
Adalah biaya yang dikeluarkan oleh suatu tempat biaya
dan atas pengeluaran biaya tersebut seseorang harus
bertanggung jawab.
b) Biaya Tak Terkendali
Adalah biaya yang tidak bisa dibebankan tanggung
jawab
pengeluarannya
pada
seseorang
manajer/pemimpin pusat biaya.
Dari uraian diatas, dapat dikatakan bahwa akuntansi biaya
rumah sakit sama dengan akuntansi biaya secara umum. Persamaan
tersebut dapat dilihat dari pengertian, ciri-ciri, maupun klasifikasi
dari akuntansi biaya tersebut.
C. Konsep Penandingan (Matching Concept)
Konsep ini mengatur agar pembebanan biaya harus dilakukan pada
periode yang sama dengan periode menurut periode pengakuan
pendapatan dan biaya yang akan dibebankan sesuai periode itu.
Konsep penandingan (matching concept) diperlukan karena :
1. Penentuan income berkala, misalnya kwartalan atau tahunan.
2. Transaksi mengenai pendapatan dan transaksi beban dilaporkan
secara terpisah.
3. Penggunaan barang dan jasa biasanya tidak digunakan secara
bersamaan dengan saat penjualan.
Metode dalam konsep penandingan pendapatan dan beban sebagai berikut:
1) Menghubungkan sebab dan akibat (direct matching)
Aliran keluar atau penggunaan lain suatu aktiva yang
mempunyai kaitan langsung untuk memperoleh pendapatan
dibandingkan secara langsung, misalnya : harga pokok
penjualan, biaya pengiriman, dan komisi penjualan.
2) Alokasi yang sistematis dan rasional (systematic and rational
allocation)
Prinsip ini digunakan apabila terdapat kesulitan untuk
menghubungkan biaya secara langsung dengan pendapatan atau
periode tertentu. Prinsip ini digunakan untuk menandingkan
harga perolehan aktiva yang mempunyai manfaat lebih dari
satu periode.
3) Aliran keluar atau penggunaan lain suatu aktiva boleh jadi tidak
mempunyai kaitan langsung dengan pendapatan, namun jelas
dikorbankan dalam rangka memperoleh barang atau jasa yang
digunakan
secara
tidak
langsung
untuk
memperoleh
pendapatan.
D. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45 Untuk
Nirlaba
Karakteristik organisasi nirlaba berbeda dengan organisasi bisnis.
Perbedaan utama yang mendasar terletak pada cara organisasi memperoleh
sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas
operasinya. Organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan
para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan
apapun dari organisasi tersebut.
Sebagai akibat dari karakteristik tersebut, dalam organisasi nirlaba
timbul transaksi tertentu yang jarang atau bahkan tidak pernah terjadi
dalam organisasi bisnis, misalnya penerimaan sumbangan. Namun
dmikian dalam praktik organisasi nirlaba sering tampil dalam berbagai
bentuk sehingga sulit dibedakan dengan organisasi bisnis pada umumnya.
Pada beberapa bentuk organisasi nirlaba, meskipun tidak ada kepemilikan,
organisasi tersebut mendanai kebutuhan modalnya dari utang dan
kebutuhan operasinya dari pendapatan atas jasa yang diberikan kepada
publik. Akibatnya, pengukuran jumlah, saat, dan kepastian aliran
pemasukan kas menjadi ukuran kinerja penting bagi para pengguna
laporan keuangan organisasi tersebut, seperti kreditur dan pemasok dana
lainnya. Organisasi semacam ini memiliki karakteristik yang tidak jauh
berbeda dengan organisasi bisnis pada umumnya.
Para pengguna laporan keuangan organisasi nirlaba memiliki
kepentingan bersama yang tidak berbeda dengan organisasi bisnis, yaitu
untuk menilai :
a. Jasa yang diberikan oleh organisasi nirlaba dan kemampuannya untuk
terus memberikan jasa tersebut.
b. Cara manajer melaksanakan tanggung jawabnya dan aspek kinerja
manajer.
Kemampuan
organisasi
untuk
terus
memberikan
jasa
dikomunikasikan melalui laporan posisi keuangan yang menyediakan
informasi mengenai aktiva, kewajiban, aktiva bersih, dan informasi
mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut. Laporan ini harus
menyajikan secara terpisah aktiva bersih baik yang terikat maupun yang
tidak terikat penggunaannya. Pertanggungjawaban manajer mengenai
kemampuannya mengelola sumber daya organisasi yang diterima dari para
penyumbang disajikan melalui laporan aktivitas dan laporan arus kas.
Laporan aktivitas harus menyajikan informasi mengenai perubahan yang
terjadi dalam kelompok aktiva bersih.
E. Kebijakan Akuntansi
Manajemen memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi agar
laporan keuangan memenuhi ketentuan dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan. Jika belum diatur dalam PSAK, maka manajemen
harus menetapkan kebijakan untuk memastikan bahwa laporan keuangan
menyajikan informasi :
a. Relevan
terhadap
kebutuhan
para
pengguna
laporan
untuk
pengambilan keputusan.
b. Dapat diandalkan, dengan pengertian :
1) Mencerminkan kejujuran penyajian hasil dan posisi keuangan
perusahaan
2) Menggambarkan substansi ekonomi dari suatu kejadian atau
transaksi dan tidak semata-mata bentuk hukumnya
3) Netral yaitu bebas dari keberpihakan
4) Mencerminkan kehati-hatian
5) Mencakup semua hal yang material
Kebijakan akuntansi adalah prinsip khusus, dasar, konvensi,
peraturan, dan praktek yang diterapkan perusahaan dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan. Apabila belum ada peraturan oleh PSAK,
maka manajemen menggunakan pertimbangannya untuk menetapkan
kebijakan akuntansi yang memberikan informasi yang bermanfaat bagi
pengguna laporan keuangan. Dalam melakukan pertimbangan tersebut
manajemen memperhatikan :
a. Persyaratan dan pedoman PSAK yang mengatur hal-hal yang mirip
dengan masalah terkait.
b. Definisi, kriteria pengakuan dan pengukuran aktiva, kewajiban,
penghasilan dan beban yang ditetapkan dalam Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.
Download