penerapan modelkooperatif tipe make a match pada pembelajaran

advertisement
PENERAPAN MODELKOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 7
LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh
Sri Wulandari1, Yulianti2, M.Pd, Amiruddin3. ZG, M.Pd
(Email:[email protected])
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan MIPA
STKIP-PGRI Lubuklinggau
ABSTRACT
This thesis entitled : Application of Model Cooperative Type
Make a Match In Class X Students Mathematics Learning
SMAN 7 Lubuklinggau academic year 2013/2014 . The
research problem is whether the learning outcomes math class
X SMA Negeri 7 Lubuklinggau 2013/2014 school year after the
implementation of cooperative models significantly Make a
Match has been completed ? The purpose of the study was to
determine the students' mastery of learning outcomes after the
implementation of cooperative models Make a Match in
mathematics class X SMA Negeri 7 Lubuklinggau . This type of
research is used in the form of quasi- experimental comparison
classless . The population is all class X SMA Negeri 7
Lubuklinggau school year 2013/2014 , which consists of 124
students and a sample is X.4 graders . Collecting data using
test techniques . The data were analyzed using t-test . Based on
the results of t-test analysis at significance level α = 0.05 can
be seen thitung value = 2.4287 and ttabel = 1.729 can be
concluded that the results of the classroom students learn
mathematics high school X.4 7 Lubuklinggau after the
application of cooperative models Make a significantly Match
completed . Average mathematics learning outcomes for 76.92
and the percentage of students who completed by 80 % .
Keywords : Cooperative Learning , Make a Match, Math.
PENDAHULUAN
Pendidikan sangat penting bagi manusia karena pendidikan dapat
mengubah manusia menjadi yang lebih baik lagi, tanpa pendidikan manusia akan
menjadi manusia yang tidak bermoral, tidak berilmu, tidak kreaktif, dan tidak
bertanggung jawab terhadap negaranya. Jadi, pendidikan merupakan proses
pengembangan diri bagi manusia sehingga manusia dapat menghadapi segala
perubahan dan permasalahan hidupnya serta menjadikan sumber daya manusia
yang berkualitas.
1
Alumni
2,3
Dosen Pembimibing
1
2
Salah satu ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam
kehidupan dan terkait erat dengan dunia pendidikan adalah Matematika.
Matematika merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat penting baik
pendidikan dasar maupun pendidikan yang lebih tinggi, begitu juga dalam
kehidupan sehari-hari. Sebab matematika dalam kehidupan sehari-hari itu selalu
berkaitan dengan peristiwa-peristiwa tentang matematika baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu, guru harus berperan aktif dalam
mengajar sehingga siswa mudah dan senang memahami pelajaran matematika.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMA Negeri 7 Lubuklinggau hasil
belajar matematika siswa kelas X yang berjumlah 133 siswa masih rendah. Hal ini
dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian siswa sebesar 60,80 yang berada
dibawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Di mana siswa yang
tuntas 54 siswa (40,60%) dan siswa yang tidak tuntas 79 siswa (59,39%).
Masih rendahnya hasil belajar matematika siswa tersebut disebabkan oleh
model pembelajaran yang dilakukan guru hanya menggunakan metode Terangkan
Catat Latihan (TCL) di depan kelas tanpa ada keterlibatan siswa secara langsung.
Artinya guru hanya mentransformasi ilmu pengetahuannya dan siswa tinggal
menerima4. Agar tujuan dalam proses belajar mengajar itu bisa tercapai secara
efektif dan efisien guru juga harus memiliki kemampuan untuk mengelolah proses
belajar mengajar dengan baik, yaitu melalui pemilihan metode penyampaian
materi yang tepat dalam proses belajar mengajar sesuai materi yang diajarkan dan
juga kemampuan siswa yang menerima materi. Sehingga guru dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang diinginkan secara maksimal.
Dalam rangka mengatasi masalah tersebut di atas, perlu diupayakan suatu
pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan agar siswa lebih aktif dalam
proses pembelajaran sehingga prestasi belajar siswa meningkat. Salah satu cara
yang dapat ditempuh adalah dengan menerapkan modelpembelajaran kooperatif
tipe Make a Match. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Lorna Curran
(1994), tipe Make a Match ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan5.
4
Sahman. 2011. Penerapan Pendekatan kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan
Pemahaman
Siswa
Kelas
IV
SDN3
Sukakarya
TP
2011/2012.[online].http://www.sahmanm2com.blogspot.com/2011/09/proposal-sripsi-penerapanpendekatan-.html.[10 September 2011].
5
Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang
Ruang Kelas.Jakarta:Gramedia. h.55
3
Model pembelajaran ini sangat disenangi siswa karena tidak menjemukan
dan meningkatkan motivasi belajar siswa, serta guru memancing kreatifitas siswa
dengan menggunakan media dan siswa diberikan kesempatan untuk berinteraksi
dengan siswa lain. Model pembelajaran kooperatif
tipe Make a Match adalah
adanya permainan mencari pasangan yaitu menggunakan kartu-kartu dimana kartu
pertama berisikan soal dan kartu kedua berisikan jawaban. Siswa mencoba
menemukan jawaban dari soal dalam kartunya yang terdapat pada kartu yang
dipegang siswa lain.
Dalam pembelajaran ini peserta didik aktif bekerja sama mencari pasangan
materi yang telah tersaji, sementara guru bertugas sebagai pembimbing dan
pengawas agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan target
waktu yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
maksimal.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka
masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas X SMA Negeri 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2013/2014 Setelah
Penerapan Model Kooperatif Tipe Make a Match secara signifikan tuntas ?”
LANDASAN TEORI
Teknik belajar mengajar mencari pasangan (Make a Match) dikembangkan
oleh Lorna Curran (1994) di mana siswa mencari pasangan sambil mempelajari
suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan dan bisa
diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas6. Menurut Suprijono
hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan Make a
Match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaanpertanyaan dan kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut7.
Jadi dari pendapat tersebut dapat disimpulkan Make a Match merupakan
proses belajar siswa dalam mencari pasangan dengan menggunakan kartu-kartu
dimana kartu pertama merupakan kartu pertanyaan dan kartu kedua merupakan
kartu jawaban.
Langkah–langkah kooperatif tipe Make a Match yang digunakan dalam
penelitian ini adalah (1) Guru menyiapkan kartu-kartu yang berupa kartu
pertanyaan dan jawaban. (2) Siswa-siswa dibagi menjadi tiga kelompok. (3)
6
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Terapan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. h.135
7
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. h. 94
4
Kelompok pertama memegang kartu pertanyaan, kelompok kedua memegang
kartu jawaban, dan kelompok ketiga bertugas sebagai kelompok penilai. (4)
Mengatur posisi duduk siswa berbentuk huruf U. (5) Kelompok pertama dan
kelompok kedua berjajar saling berhadapan. (6) Guru membunyikan peluit, maka
kelompok pertama dan kelompok kedua saling mencari pasangan masing-masing
yang sesuai dengan pertanyaan dan jawaban. (7) Guru memberikan kesempatan
berdiskusi. (8) etelah berdiskusi, maka pasangan-pasangan tersebut menunjukkan
ke kelompok penilai. (9) Kelompok penilai harus memberikan penilaian terhadap
pasangan, apakah pertanyaan dan jawaban tersebut cocok atau tidak. (10) Setiap
siswa yang bisa mencocokkan kartunya sebelum batas waktunya akan
mendapatkan poin. (11) Selanjutnya babak kedua, dimana kelompok pertama dan
kedua bergabung untuk menjadi kelompok penilai.(12) Sedangkan kelompok
penilai dibagi menjadi dua bagian yaitu kelompok pertanyaan dan kelompok
jawaban. (13) Kemudian lakukan sama seperti langkah tiga sampai dengan
langkah sepuluh. (14) Setelah selesai guru dan siswa membahas tugas tersebut
bersama-sama.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimen. Dalam metode penelitian ini dipaparkan tentang populasi penelitian,
sampel penelitian, dan variabel penelitian baik variabel bebas maupun variabel
terikat. Menurut Arikunto, penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk mencari
hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti
dengan mengeliminsasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor–faktor lain
yang menggangu8.
Penelitian ini menggunakan eksprimen yang dilaksanakan tanpa adanya
kelas pembanding. Desain eksprimen yang akan digunakan berbentuk eksprimen
semu kategori pre-test and post-test group.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 7
Lubuklinggau Tahun pelajaran 2013/ 2014 yang berjumlah 124 siswa.
Berdasarkan hasil pengudian terpilih sebagai sampel adalah kelas X.4 yang
berjumlah 20 siswa yang diberikan perlakuan pembelajaran model kooperatif tipe
Make a Match.
8
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka
Cipta. h. 9
.
5
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik tes. Tes dalam penelitian ini dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum
(pretest) dan sesudah (posttest) perlakuan kooperatif tipe Make a Match. Dimana
pretes adalah tes awal yang diberikan sebelum pembelajaran dimulai karena untuk
mengetahui kemampuan siswa sebelum pembelajaran dilakukan. Sedangkan
posttes adalah tes akhir yang diberikan setelah dilakukan pembelajaran karena
untuk mengetahui kemampuan siswa sesudah pembelajran dilakukan. Tes yang
digunakan berbentuk uraian sebanyak 6 soal.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian yang dilaksanakan di SMA Negeri 7 Lubuklinggau pada tanggal
19 Maret 2014 sampai 30 April 2014. Adapun jumlah seluruh siswa kelas X yaitu
sebanyak 124 siswa dari 5 kelas yang ada. Setelah dilakukan wawancara secara
langsung dengan guru mata pelajaran matematika, diperoleh keterangan bahwa
kelas X memiliki kemampuan yang homogen, sehingga masing-masing kelas
memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel penelitian. Pengambilan
sampel dilakukan dengan cara undian. Masing-masing kelas diberi nomor yang
berbeda, kemudian memilih salah satu nomor secara acak. Setelah dilakukan
pengundian maka kelas X.4 yang berjumlah 20 siswa terpilih sebagai kelas
sampel dan diberi perlakuan dengan model kooperatif tipe Make a Match.
1. Data Kemampuan Awal Siswa (Pre-test)
Sebelum proses pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe
Make a Match selama tiga kali pertemuan, pre-test yang dilaksanakan pada
tanggal 10 April 2014 untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai
materi aturan sinus, aturan cosinus, dan rumus luas segitiga.
Tabel 1
Rekapitulasi Data Pre-test
No
Kategori
Nilai
1
Nilai Tertinggi
33
2
Nilai Terendah
0
3
Rata-rata Nilai
12,95
4
Simpangan Baku
9,676
5
Jumlah Siswa Tuntas
0(0%)
Berdasarkan tabel 4.1 seluruh siswa mendapatkan nilai dibawah Kriteria
Ketuntasan Minimal yaitu 70. Rata-rata nilai siswa . jadi secara deskritif dapat
6
disimpulkan bahwa kemampuan siswa sebelum penerapan model kooperatif tipe
Make a Match termasuk dalam kategori belum tuntas.
2. Data Kemampuan Akhir Siswa (Post-test)
Setelah proses pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe
Make a Match selama tiga kali pertemuan. Post-test yang dilaksanakan pada
tanggal 24 April 2014 untuk mengetahui kemampuan akhir siswa dalam
menguasai materi aturan sinus, aturan cosinus, dan rumus luas segitiga.
Tabel 2
Rekapitulasi Data Post-test
No
Kategori
Nilai
1
Nilai Tertinggi
100
2
Nilai Terendah
46
3
Rata-rata Nilai
76,92
4
Simpangan Baku
12,74
5
Jumlah Siswa Tuntas
16(80%)
Berdasarkan tabel 4.2 siswa yang mendapatkan nilai di atas Kriteria
Ketuntasan Minimal sebanyak 16 siswa (80%) dan rata-rata nilai siswa sebesar
76,92. Jadi secara deskriptif dapat disimpulkan bahwa kemampuan akhir siswa
setelah penerapan modelkooperatif tipe Make a Match termasuk dalam kategori
tuntas.
Untuk mengetahui kenormalan data, digunakan uji normalitas data dengan
uji kecocokan  2 (chi-kuadrat). Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik
mengenai uji normalitas data dengan taraf kepercayaan   0,05 dan derajat
kebebasan (dk) = n-1, n adalah banyak kelas interval, data akan berdistribusi
normal jika  2 hitung   2 tabel maka data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas
data pre-test dan post-test dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3
Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data (Pre-test) dan (Post-test)
No
Tes
Keteranagan
1
Pre-test
3,7803
9,488
Data Normal
2
Post-test
2,1265
9,488
Data Normal
Karena datanya berdistribusi normal dan simpangan baku populasinya
tidak diketahui, untuk mengetahui hipotesis dalam penelitian ini digunakan rumus
uji-t.
7
<
Kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika
≥
jika
pada taraf signifikasi yaitu
= 0,05 dan derajat kebebasan
(dk = n-1). Dimana n adalah jumlah siswa (dk = 20-1=19) maka
diterima, karena
<
= 1,729.
= −26,3681 dan
pada hasil pre-test dapat dilihat nilai
1,729. Maka
dan tolak H0
=
yaitu -26,3681 < 1,729. Dengan
demikian rata-rata data pre-test siswa kelas X.4 SMA Negeri 7 Lubuklinggau
kurang dari 70 sebelum penerapan model koopertaif tipe Make a Match.
Sedangkan hasil post-test dapat dilihat nilai
= 2,4287 dan
Maka
>
ditolak dan
diterima, karena
= 1,729.
yaitu 2,4287 > 1,729.
Dengan demikian rata-rata data post-test siswa kelas X.4 SMA Negeri 7
Lubuklinggau lebih dari 70 setelah penerapan model koopertaif tipe Make a
Match. Dengan kata lain hasil belajar matematika siswa kelas X.4 SMA Negeri 7
Lubuklinggau setelah penerapan model pemebalajaran kooperatif tipe Make a
Match secara signifikan tuntas.
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti, bahwa penggunaan model
kooperatif tipe Make a Match yaitu salah satu model pembelajaran yang dapat
membantu siswa memahami konsep materi aturan sinus,aturan cosinus, dan rumus
luas segitiga. Hal ini terlihat ketika siswa diberikan kartu-kartu yang berisi
pertanyaan dan jawaban siswa terlihat sangat aktif dan antusias dalam mencari
pasangan antara siswa yang memegang kartu pertanyaan dengan siswa yang
memegang kartu jawaban.
Pada tahap ini siswa diuji apakah siswa sudah memahami materi yang
telah dijelaskan oleh guru atau belum, model pembelajaran ini juga dapat
membuat siswa menjadi lebih mandiri dan dapat mengembangkan kemampuan
serta mengungkapakn ide dan membandingkan dengan ide-ide orang lain, karena
siswa secara individual berusaha mencari jawaban atau pertanyaan yang ada pada
temannya.
Pada pertemuan pertama dilaksanakan pada hari selasa tanggal 15 April
2014 pukul 10.45 sampai 12.15 dengan materi aturan sinus. Tujuan pembelajaran
ini adalah siswa dapat merumuskan aturan sinus pada sembarang segitiga dan
8
menggunakan aturan sinus untuk menyelesaikan soal perhitungan sisi dan sudut
pada segitiga. Sebelum memulai pembelajaran peneliti terlebih dahulu
menginformasikan langkah-langkah pelaksanaan model kooperatif tipe Make a
Match. Pada saat proses pembelajaran berlangsung peneliti mengalami kesulitan
dan menemukan beberapa hambatan-hambatan. Dikarenakan adanya perubahan
cara mengajar guru dirasakan siswa yang sebelumnya terbiasa dengan
pembelajaran konvensional terhadap metode pembelajaran baru tersebut.
Terutama pada langkah mencari pasangan siswa masih bingung dan malas untuk
mencari pasangannya dan pada proses inilah peneliti kesulitan untuk
mengatasinya karena banyak memakan waktu untuk menjelaskannya kembali
lagi. Untuk mengatasi kefakuman tersebut guru memancing siswa dengan
meberikan poin lebih jika siswa berhasil mencari pasangan dan tepat pada
waktunya. Padatahap I ada tiga pasang yang berhasil, dan satu pasang yang
berhasil dalam menemukan pasangannya.
Hambatan-hambatan yang terjadi saat proses pembelajaran perlahan-lahan
mulai berkurang pada pertemuan selanjutnya. Pada pertemuan kedua dilaksanakan
pada hari kamis tanggal 17 april 2014 pukul 07.30 sampai 09.00 dengan materi
aturan cosinus. Tujuan pembelajaran ini adalah siswa dapat merumuskan aturan
cosinus pada sembarang segitiga dan siswa dapat menggunakan aturan cosinus
dalam penyelesaian soal.Selama proses pembelajaran di kelas tingkat keaktifan
siswa dengan menggunakan penerapan modelkooperatif tipe Make a Match siswa
mulai merasa senang belajar matematika dikarenakan siswa mulai memahami dan
percaya diri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya terutama pada saat
siswa mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal, siswa sangat aktif
dan sangat antusias untuk mencari kartu pertanyaan dan jawaban apakah cocok
atau tidak. Pada pertemuan kali ini tahap I ada lima pasang yang berhasil dalam
menemukan pasangannya dan tahap II terdapat dua pasang yang berhasil
menemukan pasangannya.
Pada pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari selasa tanggal 22 april 2014
pukul 10.45 sampai 12.15 dengan materi rumus luas segitiga. Tujuan
pembelajaran ini adalah menurunkan rumus rumus luas segitiga dan
menggunakan rumus luas segitiga untuk menyelesaikan soal. Proses pembelajaran
9
yang dilakukan oleh siswa mengalami peningkatan daripada pertemuan pertama
dan kedua karena sudah banyak siswa yang dapat melaksanakan tahapan tersebut
dengan baik. Siswa sudah bisa bekerja sama antara satu dengan yang lain dan
siswa sudah bisa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Dalam pertemuan ketiga
ini pada tahap I siswa berhasil semua menemukan pasangannya yaitu tujuh
pasang, akan tetapi pada tahap II masih ada satu pasang yang belum menemukan
pasangannya.
Selama penelitian dikelas X.4 SMA Negeri 7 Lubuklinggau terdapat
hambatan atau kesulitan yang ditemukan antara lain pada saat mencari pasangan
karena pelaksannanya belum optimal disebabkan siswa sebagian besar belum
memahami aturan permainanya. Selain itu saat mencari pasangan membutuhkan
waktu yang relatif lama, bahkan siswa mengeluhkan waktu yang diberikan terlalu
cepat. Proses diskusi dengan pasangan tentang penyelesaian soal juga belum
efektif. Hasil penyelelesaian dalam kartu permainan tidak diminta oleh guru
sehingga siswa malas untuk mengerjakan soal tersebut dan bahkan siswa hanya
menunggu siswa lain mencarinya dengan alasan jika itu yang cocok berarti itu
pasangannya. Untuk mengatasi hal tersebut guru memberikan soal-soal yang tidak
terlalu panjang jawabannya. Hal ini dilakukan agar tahap mencari pasangan tidak
banyak memakan waktu pada saat berdiskusi mencari jawaban sehingga dalam
proses pembelajaran ini dapat berjalan tertib dan dapat berhasil. Hal ini dapat
dilihat dari hasil belajarnya, ada 16 siswa yang tuntas (80%) dengan rata-rata nilai
76,92 dan ada 4 siswa (20%) yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal
dengan rata-rata nilai 12,95. Namun, hasil tersebut sudah mengalami peningkatan.
Hasil pengujian tersebut sesuai dengan pendapat Erwanti menyatakan menyatakan
bahwa hasil belajar siswa yang diberikan model kooperatif tipe Make a Match
lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pemebalajaran
konvensional9.
Berdasarkan analisis secara statistik terbukti bahwa pelajaran matematika
dengan menggunakan model kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Dengan demikian hipotesis penelitian yang diajukan dalam
penelitian ini dapat diterima kebenarannya, maka dapat disimpulkan bahwa ratarata hasil belajar matematika siswa kelas X.4 SMA Negeri 7 Lubuklinggau
9
Erwanti, 2011.Penerapan Model Kooperatif Tipe Make a Match Pada Pembelajaran
Matematika Siswa Kelas X SMA NegeriJayaloka Skripsi tidak diterbitkan. Lubuklinggau
Jurusan MIPA STKIP-PGRI Lubuklinggau.
10
dengan model kooperatif tipe Make a Match lebih baik dari pada siswa yang
menggunakan pembelajaran konvensional. Sehingga model kooperatif tipe Make
a Match dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar matematika siswa kelas X.4 SMA 7 Lubuklinggau setelah penerapan
model kooperatif tipe Make a Match secara signifikan tuntas. Rata-rata hasil
belajar matematika siswa siswa sebesar 76,92 dan persentase jumlah siswa yang
tuntas sebesar 80%.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Erwanti, 2011.Penerapan Model Kooperatif Tipe Make a Match Pada
Pembelajaran Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri Jayaloka Skripsi
tidak diterbitkan. Lubuklinggau Jurusan MIPA STKIP-PGRI
Lubuklinggau.
Hamalik, O. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model
Terapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning Di
Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Gramedia.
Sahman. 2011. Penerapan Pendekatan kooperatif Tipe Make A Match Untuk
Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas IV SDN3 Sukarara TP
2011/2012.[online].http://wwwsahmanm2com.blogspot.com/2011/09/pr
oposal-skripsi-penerapan-pendekatan.html. [10September 2011].
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Trianto.
2010.
Mendesain
Model
Pembelajaran
Inovatif
Progresif:Konsep,Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kecana Prenada Media
Group.
Download