PENERAPAN MODELKOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh Sri Wulandari1, Yulianti2, M.Pd, Amiruddin3. ZG, M.Pd (Email:[email protected]) Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA STKIP-PGRI Lubuklinggau ABSTRACT This thesis entitled : Application of Model Cooperative Type Make a Match In Class X Students Mathematics Learning SMAN 7 Lubuklinggau academic year 2013/2014 . The research problem is whether the learning outcomes math class X SMA Negeri 7 Lubuklinggau 2013/2014 school year after the implementation of cooperative models significantly Make a Match has been completed ? The purpose of the study was to determine the students' mastery of learning outcomes after the implementation of cooperative models Make a Match in mathematics class X SMA Negeri 7 Lubuklinggau . This type of research is used in the form of quasi- experimental comparison classless . The population is all class X SMA Negeri 7 Lubuklinggau school year 2013/2014 , which consists of 124 students and a sample is X.4 graders . Collecting data using test techniques . The data were analyzed using t-test . Based on the results of t-test analysis at significance level α = 0.05 can be seen thitung value = 2.4287 and ttabel = 1.729 can be concluded that the results of the classroom students learn mathematics high school X.4 7 Lubuklinggau after the application of cooperative models Make a significantly Match completed . Average mathematics learning outcomes for 76.92 and the percentage of students who completed by 80 % . Keywords : Cooperative Learning , Make a Match, Math. PENDAHULUAN Pendidikan sangat penting bagi manusia karena pendidikan dapat mengubah manusia menjadi yang lebih baik lagi, tanpa pendidikan manusia akan menjadi manusia yang tidak bermoral, tidak berilmu, tidak kreaktif, dan tidak bertanggung jawab terhadap negaranya. Jadi, pendidikan merupakan proses pengembangan diri bagi manusia sehingga manusia dapat menghadapi segala perubahan dan permasalahan hidupnya serta menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas. 1 Alumni 2,3 Dosen Pembimibing 1 2 Salah satu ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam kehidupan dan terkait erat dengan dunia pendidikan adalah Matematika. Matematika merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat penting baik pendidikan dasar maupun pendidikan yang lebih tinggi, begitu juga dalam kehidupan sehari-hari. Sebab matematika dalam kehidupan sehari-hari itu selalu berkaitan dengan peristiwa-peristiwa tentang matematika baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, guru harus berperan aktif dalam mengajar sehingga siswa mudah dan senang memahami pelajaran matematika. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMA Negeri 7 Lubuklinggau hasil belajar matematika siswa kelas X yang berjumlah 133 siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian siswa sebesar 60,80 yang berada dibawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Di mana siswa yang tuntas 54 siswa (40,60%) dan siswa yang tidak tuntas 79 siswa (59,39%). Masih rendahnya hasil belajar matematika siswa tersebut disebabkan oleh model pembelajaran yang dilakukan guru hanya menggunakan metode Terangkan Catat Latihan (TCL) di depan kelas tanpa ada keterlibatan siswa secara langsung. Artinya guru hanya mentransformasi ilmu pengetahuannya dan siswa tinggal menerima4. Agar tujuan dalam proses belajar mengajar itu bisa tercapai secara efektif dan efisien guru juga harus memiliki kemampuan untuk mengelolah proses belajar mengajar dengan baik, yaitu melalui pemilihan metode penyampaian materi yang tepat dalam proses belajar mengajar sesuai materi yang diajarkan dan juga kemampuan siswa yang menerima materi. Sehingga guru dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan secara maksimal. Dalam rangka mengatasi masalah tersebut di atas, perlu diupayakan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan agar siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga prestasi belajar siswa meningkat. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan menerapkan modelpembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994), tipe Make a Match ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan5. 4 Sahman. 2011. Penerapan Pendekatan kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas IV SDN3 Sukakarya TP 2011/2012.[online].http://www.sahmanm2com.blogspot.com/2011/09/proposal-sripsi-penerapanpendekatan-.html.[10 September 2011]. 5 Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang Ruang Kelas.Jakarta:Gramedia. h.55 3 Model pembelajaran ini sangat disenangi siswa karena tidak menjemukan dan meningkatkan motivasi belajar siswa, serta guru memancing kreatifitas siswa dengan menggunakan media dan siswa diberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan siswa lain. Model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match adalah adanya permainan mencari pasangan yaitu menggunakan kartu-kartu dimana kartu pertama berisikan soal dan kartu kedua berisikan jawaban. Siswa mencoba menemukan jawaban dari soal dalam kartunya yang terdapat pada kartu yang dipegang siswa lain. Dalam pembelajaran ini peserta didik aktif bekerja sama mencari pasangan materi yang telah tersaji, sementara guru bertugas sebagai pembimbing dan pengawas agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan target waktu yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2013/2014 Setelah Penerapan Model Kooperatif Tipe Make a Match secara signifikan tuntas ?” LANDASAN TEORI Teknik belajar mengajar mencari pasangan (Make a Match) dikembangkan oleh Lorna Curran (1994) di mana siswa mencari pasangan sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan dan bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas6. Menurut Suprijono hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan Make a Match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaanpertanyaan dan kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut7. Jadi dari pendapat tersebut dapat disimpulkan Make a Match merupakan proses belajar siswa dalam mencari pasangan dengan menggunakan kartu-kartu dimana kartu pertama merupakan kartu pertanyaan dan kartu kedua merupakan kartu jawaban. Langkah–langkah kooperatif tipe Make a Match yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Guru menyiapkan kartu-kartu yang berupa kartu pertanyaan dan jawaban. (2) Siswa-siswa dibagi menjadi tiga kelompok. (3) 6 Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Terapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. h.135 7 Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. h. 94 4 Kelompok pertama memegang kartu pertanyaan, kelompok kedua memegang kartu jawaban, dan kelompok ketiga bertugas sebagai kelompok penilai. (4) Mengatur posisi duduk siswa berbentuk huruf U. (5) Kelompok pertama dan kelompok kedua berjajar saling berhadapan. (6) Guru membunyikan peluit, maka kelompok pertama dan kelompok kedua saling mencari pasangan masing-masing yang sesuai dengan pertanyaan dan jawaban. (7) Guru memberikan kesempatan berdiskusi. (8) etelah berdiskusi, maka pasangan-pasangan tersebut menunjukkan ke kelompok penilai. (9) Kelompok penilai harus memberikan penilaian terhadap pasangan, apakah pertanyaan dan jawaban tersebut cocok atau tidak. (10) Setiap siswa yang bisa mencocokkan kartunya sebelum batas waktunya akan mendapatkan poin. (11) Selanjutnya babak kedua, dimana kelompok pertama dan kedua bergabung untuk menjadi kelompok penilai.(12) Sedangkan kelompok penilai dibagi menjadi dua bagian yaitu kelompok pertanyaan dan kelompok jawaban. (13) Kemudian lakukan sama seperti langkah tiga sampai dengan langkah sepuluh. (14) Setelah selesai guru dan siswa membahas tugas tersebut bersama-sama. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Dalam metode penelitian ini dipaparkan tentang populasi penelitian, sampel penelitian, dan variabel penelitian baik variabel bebas maupun variabel terikat. Menurut Arikunto, penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminsasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor–faktor lain yang menggangu8. Penelitian ini menggunakan eksprimen yang dilaksanakan tanpa adanya kelas pembanding. Desain eksprimen yang akan digunakan berbentuk eksprimen semu kategori pre-test and post-test group. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 7 Lubuklinggau Tahun pelajaran 2013/ 2014 yang berjumlah 124 siswa. Berdasarkan hasil pengudian terpilih sebagai sampel adalah kelas X.4 yang berjumlah 20 siswa yang diberikan perlakuan pembelajaran model kooperatif tipe Make a Match. 8 Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta. h. 9 . 5 Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes. Tes dalam penelitian ini dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) perlakuan kooperatif tipe Make a Match. Dimana pretes adalah tes awal yang diberikan sebelum pembelajaran dimulai karena untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum pembelajaran dilakukan. Sedangkan posttes adalah tes akhir yang diberikan setelah dilakukan pembelajaran karena untuk mengetahui kemampuan siswa sesudah pembelajran dilakukan. Tes yang digunakan berbentuk uraian sebanyak 6 soal. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilaksanakan di SMA Negeri 7 Lubuklinggau pada tanggal 19 Maret 2014 sampai 30 April 2014. Adapun jumlah seluruh siswa kelas X yaitu sebanyak 124 siswa dari 5 kelas yang ada. Setelah dilakukan wawancara secara langsung dengan guru mata pelajaran matematika, diperoleh keterangan bahwa kelas X memiliki kemampuan yang homogen, sehingga masing-masing kelas memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara undian. Masing-masing kelas diberi nomor yang berbeda, kemudian memilih salah satu nomor secara acak. Setelah dilakukan pengundian maka kelas X.4 yang berjumlah 20 siswa terpilih sebagai kelas sampel dan diberi perlakuan dengan model kooperatif tipe Make a Match. 1. Data Kemampuan Awal Siswa (Pre-test) Sebelum proses pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Make a Match selama tiga kali pertemuan, pre-test yang dilaksanakan pada tanggal 10 April 2014 untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai materi aturan sinus, aturan cosinus, dan rumus luas segitiga. Tabel 1 Rekapitulasi Data Pre-test No Kategori Nilai 1 Nilai Tertinggi 33 2 Nilai Terendah 0 3 Rata-rata Nilai 12,95 4 Simpangan Baku 9,676 5 Jumlah Siswa Tuntas 0(0%) Berdasarkan tabel 4.1 seluruh siswa mendapatkan nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 70. Rata-rata nilai siswa . jadi secara deskritif dapat 6 disimpulkan bahwa kemampuan siswa sebelum penerapan model kooperatif tipe Make a Match termasuk dalam kategori belum tuntas. 2. Data Kemampuan Akhir Siswa (Post-test) Setelah proses pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Make a Match selama tiga kali pertemuan. Post-test yang dilaksanakan pada tanggal 24 April 2014 untuk mengetahui kemampuan akhir siswa dalam menguasai materi aturan sinus, aturan cosinus, dan rumus luas segitiga. Tabel 2 Rekapitulasi Data Post-test No Kategori Nilai 1 Nilai Tertinggi 100 2 Nilai Terendah 46 3 Rata-rata Nilai 76,92 4 Simpangan Baku 12,74 5 Jumlah Siswa Tuntas 16(80%) Berdasarkan tabel 4.2 siswa yang mendapatkan nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 16 siswa (80%) dan rata-rata nilai siswa sebesar 76,92. Jadi secara deskriptif dapat disimpulkan bahwa kemampuan akhir siswa setelah penerapan modelkooperatif tipe Make a Match termasuk dalam kategori tuntas. Untuk mengetahui kenormalan data, digunakan uji normalitas data dengan uji kecocokan 2 (chi-kuadrat). Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik mengenai uji normalitas data dengan taraf kepercayaan 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n-1, n adalah banyak kelas interval, data akan berdistribusi normal jika 2 hitung 2 tabel maka data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas data pre-test dan post-test dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data (Pre-test) dan (Post-test) No Tes Keteranagan 1 Pre-test 3,7803 9,488 Data Normal 2 Post-test 2,1265 9,488 Data Normal Karena datanya berdistribusi normal dan simpangan baku populasinya tidak diketahui, untuk mengetahui hipotesis dalam penelitian ini digunakan rumus uji-t. 7 < Kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika ≥ jika pada taraf signifikasi yaitu = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-1). Dimana n adalah jumlah siswa (dk = 20-1=19) maka diterima, karena < = 1,729. = −26,3681 dan pada hasil pre-test dapat dilihat nilai 1,729. Maka dan tolak H0 = yaitu -26,3681 < 1,729. Dengan demikian rata-rata data pre-test siswa kelas X.4 SMA Negeri 7 Lubuklinggau kurang dari 70 sebelum penerapan model koopertaif tipe Make a Match. Sedangkan hasil post-test dapat dilihat nilai = 2,4287 dan Maka > ditolak dan diterima, karena = 1,729. yaitu 2,4287 > 1,729. Dengan demikian rata-rata data post-test siswa kelas X.4 SMA Negeri 7 Lubuklinggau lebih dari 70 setelah penerapan model koopertaif tipe Make a Match. Dengan kata lain hasil belajar matematika siswa kelas X.4 SMA Negeri 7 Lubuklinggau setelah penerapan model pemebalajaran kooperatif tipe Make a Match secara signifikan tuntas. PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti, bahwa penggunaan model kooperatif tipe Make a Match yaitu salah satu model pembelajaran yang dapat membantu siswa memahami konsep materi aturan sinus,aturan cosinus, dan rumus luas segitiga. Hal ini terlihat ketika siswa diberikan kartu-kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban siswa terlihat sangat aktif dan antusias dalam mencari pasangan antara siswa yang memegang kartu pertanyaan dengan siswa yang memegang kartu jawaban. Pada tahap ini siswa diuji apakah siswa sudah memahami materi yang telah dijelaskan oleh guru atau belum, model pembelajaran ini juga dapat membuat siswa menjadi lebih mandiri dan dapat mengembangkan kemampuan serta mengungkapakn ide dan membandingkan dengan ide-ide orang lain, karena siswa secara individual berusaha mencari jawaban atau pertanyaan yang ada pada temannya. Pada pertemuan pertama dilaksanakan pada hari selasa tanggal 15 April 2014 pukul 10.45 sampai 12.15 dengan materi aturan sinus. Tujuan pembelajaran ini adalah siswa dapat merumuskan aturan sinus pada sembarang segitiga dan 8 menggunakan aturan sinus untuk menyelesaikan soal perhitungan sisi dan sudut pada segitiga. Sebelum memulai pembelajaran peneliti terlebih dahulu menginformasikan langkah-langkah pelaksanaan model kooperatif tipe Make a Match. Pada saat proses pembelajaran berlangsung peneliti mengalami kesulitan dan menemukan beberapa hambatan-hambatan. Dikarenakan adanya perubahan cara mengajar guru dirasakan siswa yang sebelumnya terbiasa dengan pembelajaran konvensional terhadap metode pembelajaran baru tersebut. Terutama pada langkah mencari pasangan siswa masih bingung dan malas untuk mencari pasangannya dan pada proses inilah peneliti kesulitan untuk mengatasinya karena banyak memakan waktu untuk menjelaskannya kembali lagi. Untuk mengatasi kefakuman tersebut guru memancing siswa dengan meberikan poin lebih jika siswa berhasil mencari pasangan dan tepat pada waktunya. Padatahap I ada tiga pasang yang berhasil, dan satu pasang yang berhasil dalam menemukan pasangannya. Hambatan-hambatan yang terjadi saat proses pembelajaran perlahan-lahan mulai berkurang pada pertemuan selanjutnya. Pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari kamis tanggal 17 april 2014 pukul 07.30 sampai 09.00 dengan materi aturan cosinus. Tujuan pembelajaran ini adalah siswa dapat merumuskan aturan cosinus pada sembarang segitiga dan siswa dapat menggunakan aturan cosinus dalam penyelesaian soal.Selama proses pembelajaran di kelas tingkat keaktifan siswa dengan menggunakan penerapan modelkooperatif tipe Make a Match siswa mulai merasa senang belajar matematika dikarenakan siswa mulai memahami dan percaya diri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya terutama pada saat siswa mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal, siswa sangat aktif dan sangat antusias untuk mencari kartu pertanyaan dan jawaban apakah cocok atau tidak. Pada pertemuan kali ini tahap I ada lima pasang yang berhasil dalam menemukan pasangannya dan tahap II terdapat dua pasang yang berhasil menemukan pasangannya. Pada pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari selasa tanggal 22 april 2014 pukul 10.45 sampai 12.15 dengan materi rumus luas segitiga. Tujuan pembelajaran ini adalah menurunkan rumus rumus luas segitiga dan menggunakan rumus luas segitiga untuk menyelesaikan soal. Proses pembelajaran 9 yang dilakukan oleh siswa mengalami peningkatan daripada pertemuan pertama dan kedua karena sudah banyak siswa yang dapat melaksanakan tahapan tersebut dengan baik. Siswa sudah bisa bekerja sama antara satu dengan yang lain dan siswa sudah bisa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Dalam pertemuan ketiga ini pada tahap I siswa berhasil semua menemukan pasangannya yaitu tujuh pasang, akan tetapi pada tahap II masih ada satu pasang yang belum menemukan pasangannya. Selama penelitian dikelas X.4 SMA Negeri 7 Lubuklinggau terdapat hambatan atau kesulitan yang ditemukan antara lain pada saat mencari pasangan karena pelaksannanya belum optimal disebabkan siswa sebagian besar belum memahami aturan permainanya. Selain itu saat mencari pasangan membutuhkan waktu yang relatif lama, bahkan siswa mengeluhkan waktu yang diberikan terlalu cepat. Proses diskusi dengan pasangan tentang penyelesaian soal juga belum efektif. Hasil penyelelesaian dalam kartu permainan tidak diminta oleh guru sehingga siswa malas untuk mengerjakan soal tersebut dan bahkan siswa hanya menunggu siswa lain mencarinya dengan alasan jika itu yang cocok berarti itu pasangannya. Untuk mengatasi hal tersebut guru memberikan soal-soal yang tidak terlalu panjang jawabannya. Hal ini dilakukan agar tahap mencari pasangan tidak banyak memakan waktu pada saat berdiskusi mencari jawaban sehingga dalam proses pembelajaran ini dapat berjalan tertib dan dapat berhasil. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajarnya, ada 16 siswa yang tuntas (80%) dengan rata-rata nilai 76,92 dan ada 4 siswa (20%) yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal dengan rata-rata nilai 12,95. Namun, hasil tersebut sudah mengalami peningkatan. Hasil pengujian tersebut sesuai dengan pendapat Erwanti menyatakan menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang diberikan model kooperatif tipe Make a Match lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pemebalajaran konvensional9. Berdasarkan analisis secara statistik terbukti bahwa pelajaran matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya, maka dapat disimpulkan bahwa ratarata hasil belajar matematika siswa kelas X.4 SMA Negeri 7 Lubuklinggau 9 Erwanti, 2011.Penerapan Model Kooperatif Tipe Make a Match Pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas X SMA NegeriJayaloka Skripsi tidak diterbitkan. Lubuklinggau Jurusan MIPA STKIP-PGRI Lubuklinggau. 10 dengan model kooperatif tipe Make a Match lebih baik dari pada siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Sehingga model kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas X.4 SMA 7 Lubuklinggau setelah penerapan model kooperatif tipe Make a Match secara signifikan tuntas. Rata-rata hasil belajar matematika siswa siswa sebesar 76,92 dan persentase jumlah siswa yang tuntas sebesar 80%. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Erwanti, 2011.Penerapan Model Kooperatif Tipe Make a Match Pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri Jayaloka Skripsi tidak diterbitkan. Lubuklinggau Jurusan MIPA STKIP-PGRI Lubuklinggau. Hamalik, O. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Terapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Gramedia. Sahman. 2011. Penerapan Pendekatan kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas IV SDN3 Sukarara TP 2011/2012.[online].http://wwwsahmanm2com.blogspot.com/2011/09/pr oposal-skripsi-penerapan-pendekatan.html. [10September 2011]. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif:Konsep,Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kecana Prenada Media Group.