HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT PERUT DAN KELENTUKAN DENGAN KEMAMPUAN HEADING PADA PERMAINAN SEPAK BOLA MAHASISWA FIK UNM Oleh: Sudirman Fakultas Ilmu Keolahragaan UNM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kekuatan otot perut dan kelentukan dengan kemampuan heading pada permainan sepak bola. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FIK UNM dengan jumlah sampel 60 orang mahasiswa putra yang dipilih secara random sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik anaklisis korelasi dan regresi dengan menggunakan sistem SPSS versi 13.00 pada taraf signifikan 95% atau α 0,05. Bertolak dari hasil analisis data, maka penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1). Ada hubungan yang signifikan kekuatan otot perut dengan kemampuan heading bola dalam permainan sepakbola pada mahasiswa FIK UNM, 2). Ada hubungan yang signifikan kelentukan dengan kemampuan heading bola dalam permainan sepakbola pada mahasiswa FIK UNM. 3). Ada hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara kekuatan otot perut dan kelentukan dengan kemampuan heading bola dalam permainan sepakbola pada mahasiswa FIK UNM. Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini, jika tujuan penelitian dapat tercapai sebagai berikut: 1). Agar dijadikan pegangan bagi pelatih atau Pembina olahraga, bahwa kekuatan otot perut dan kelentukan merupakan hal yang tidak dapat diabaikan pada permainan sepak bola khususnya dalam membentuk kemampuan heading, 2). Memberikan informasi bagi mereka yang ingin meningkatkan cabang olahraga ini, 3). Dapat dijadikan acuan untuk penelitian lebih lanjut. Kata kunci: kekuatan, kelentukan, kemampuan dan sepakbola PENDAHULUAN Olahraga adalah kegiatan jasmani atau kegiatan fisik manusia yang berpengaruh terhadap kepribadian dari pelakunya. Kegiatan fisik dalam olahraga merupakan kegiatan yang menuntut kesanggupan jasmania tertentu untuk menggunakan secara menyeluruh. Berbagai cabang olahraga telah diciptakan dan dikembangkan dalam masyarakat modern, sepak bola merupakan salah satunya. Sepakbola sekarang ini merupakan olahraga yang paling digemari oleh masyarakat baik di luar negeri maupun di tanah air. Di kota-kota besar, di desa-desa, di kampung-kampung, dan tidak jarang di lapangan-lapangan kecil, di sawahsawah, kita dapat melihat anak-anak, remaja, dan bahkan orang tua dengan tekun bermain sepak bola. Selain untuk menyalurkan hobi dan mencari keringat, seseorang biasa melakukan olahraga ini untuk mengembangkan bakat yang ada dalam diri untuk menjadi pemain professional. Namun untuk mewujudkannya, terlebih dahulu kita harus menguasai teknik-teknik dasar yang dibutuhkan dalam permainan sepak bola. Teknik di dalam permainan sepak bola adalah salah satu bagian yang penting dan paling sulit untuk dipelajari, untuk itu perlu waktu yang banyak dan ketekunan dari para pemain untuk berlatih dengan penuh kesungguhan. Mutu permainan suatu kesebelasan ditentukan oleh penguasaan teknik dasar dalam bermain sepak bola. Seluruh kegiatan dalam permainan dilakukan tanpa bola maupun gerakan dengan bola. Heading bola merupakan salah satu teknik dasar dalam permainan sepak bola. Berbagai keuntungan dapat diperoleh dengan menguasai heading atau menyundul bola, baik dalam melakukan penyerangan maupun ketika mengadakan strategi bertahan. Oleh sebab itu, banyak pelatih sepak bola mencari pemain belakang yang memiliki postur tubuh yang jangkung guna menghalau serangan lawan atau bahkan menjadi senjata ampuh untuk menyerang pada saat ada bola-bola mati, seperti tendangan bebas, atau tendangan pojok. Namun biasanya dalam permainan sepak bola, postur tubuh tidak menjanjikan seseorang untuk dapat melakukan heading dengan baik. Sebab tidak jarang orang yang bertubuh pendek dapat merebut bola yang melambung tinggi dibanding dengan orang yang memiliki postur tubuh yang jangkung. Banyak contoh yang dapat kita lihat, seperti Bambang Pamungkas badannya tidak terlalu tinggi tetapi memiliki teknik heading yang sangat baik, dan itu terbukti dari banyaknya goal yang diciptakannya melalui teknik heading. Selain itu, ada juga Ifan Cordoba yang menjadi pemain belakang Inter Milan, tapi tidak memiliki postur tubuh yang tinggi namun kekuatan headingnya sangat luar biasa. Oleh sebab itu, untuk dapat melakukan heading dengan baik maka harus diberikan latihan-latihan yang dapat meningkatkan kemampuan fisik pemain. Kemampuan fisik yang dimaksud adalah kekuatan otot perut dan kelentukan, yang terdiri dari kelentukan togok ke belakang dan kelentukan togok ke depan. Beranjak dari penjelasan dengan permasalahan yang telah dikemukakan maka perlu adanya pembuktian secara ilmiah dengan melalui penelitian. Untuk itu, peneliti akan malakukan penelitian dengan judul “hubungan antara kekuatan otot perut dan kelentukan dengan kemampuan heading pada permainan sepak bola mahasiswa FIK UNM”. A. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah, maka perlu adanya perincian masalah yang dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah ada hubungan kekuatan otot perut dengan kemampuan melakukan heading pada permainan sepak bola mahasiswa FIK UNM? 2. Apakah ada hubungan kelentukan dengan kemampuan melakukan heading pada permainan sepak bola mahasiswa FIK UNM? 3. Apakah ada hubungan antara kekuatan otot perut dan kelentukan dengan kemampuan melakukan heading pada permainan sepak bola mahasiswa FIK UNM? B. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui hubungan antara kekuatan otot perut dengan kemampuan melakukan heading pada permainan sepak bola mahasiswa FIK UNM? 2. Untuk mengetahui hubungan antara kelentukan dengan kemampuan melakukan heading pada permainan sepak bola mahasiswa FIK UNM? 3. Untuk mengetahui hubungan antara kekuatan otot perut dan kelentukan dengan kemampuan melakukan heading pada permainan sepak bola mahasiswa FIK UNM? C. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini, jika tujuan penelitian dapat tercapai sebagai berikut: 1. Agar dijadikan pegangan bagi pelatih atau Pembina olahraga, bahwa kekuatan otot perut dan kelentukan merupakan hal yang tidak dapat diabaikan pada permainan sepak bola khususnya dalam membentuk kemampuan heading. 2. Memberikan informasi bagi mereka yang ingin meningkatkan cabang olahraga ini. 3. Dapat dijadikan acuan untuk penelitian lebih lanjut. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Tinjauan Pustaka Setiap penelitian senantiasa didasari oleh kajian pustaka yang merupakan argumentasi dalam suatu kerangka berpikir, dan dijadikan dasar untuk merumuskan hipotesis penelitian. Dalam kajian pustaka yang dasarnya mengemukakan landasan teori tentang hal-hal pokok yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, sebagai berikut: 1. Heading bola pada permainan sepak bola Sepak bola merupakan permainan yang dimainkan oleh dua regu yang masing-masing regu terdiri dari sebelas orang pemain. Ini lazim disebut sebagai kesebelasan. Pada masing-masing regu atau kesebelasan berusaha mamasukkan bola sebanyak-banyaknya ke dalam gawang lawan dan mempertahankan gawangnya sendiri agar tidak kemasukan. Karakteristik permainan ini terletak pada pengolaan bola dimana bola harus dimainkan oleh tungkai atau anggota tubuh lain kecuali lengan namun ini tidak berlaku bagi penjaga gawang. Kepala adalah salah satu bagian tubuh yang dapat dipergunakan untuk permainan sepak bola, sehingga dalam keadaan tertentu penggunaan anggota tubuh (kepala) dapat digunakan untuk permainan sepak bola. Teknik di dalam permainan sepak bola adalah salah satu bagian yang penting dan paling sulit untuk dikuasai, untuk itu perlu waktu yang banyak dan ketekunan dari para pemain untuk berlatih dengan penuh kesungguhan. Tinjauan etimologi tentang kemampuan heading bola dalam permainan sepak bola, menurut A. Sarumpaet dkk (1991: 35) adalah : “……… kemampuan individu untuk menghantarkan bola.” Di sini heading bola merupakan salah satu dari teknik sepak bola yang mempunyai tujuan sama dengan menendang bola. Heading bola merupakan salah satu dari beberapa teknik yang ada pada permainan sepak bola, yang harus memenuhi ketentuan peraturan permainan untuk dimanfaatkan dalam bermain sepak bola. Dalam situasi bermain sepak bola, bola tidak selamanya hanya dimainkan dengan kaki tetapi juga dengan menggunakan kepala apabila arah datangnya bola diatas jangkauan kaki. Bola disundul dengan menggunakan kepala dengan tujuan untuk : a. Memasukkan bola ke gawang: bola yang datangnya melambung tinggi misalnya melalui tendanga sudut dimanfaatkan langsung untuk memasukkan bola ke gawang dengan sundulan. Apabila bukan melalui sundulan maka akan memberikan kemungkinan untuk lawan merebut atau menguasai bola tersebut. b. Mematahkan serangan lawan: bagi pemain pertahanan bertugas mematahkan serangan lawan, dan apabila bola yang diumpankan bagi penyerang lawan dimana bola itu arahnya melambung tinggi, maka pemain bertahan berusaha merebut bola dengan secepat mungkin apakah dengan melompat atau tidak pada saat melakukan heading, karena apabila menunggu sampai bola mendarat di tanah maka bisa saja berakibat fatal bagi tim tersebut. c. Mengoper atau memberi umpan: dalam situasi permainan yang membutuhkan strategi permainan cepat, maka bola yang datangnya melambung tinggi segera dilanjutkan pada teman dengan cara melalui sundulan (heading). d. Mengontrol bola: tidak semua bola yang datang melambung tinggi langsung disundul, misalnya dalam posisi bebas (tidak terjaga oleh lawan) maka bola yang datangnya melambung tinggi terlebih dahulu dikontrol dengan menggunakan kepala. Penjelasan tentang manfaat heading bola di atas, sejalan dengan pendapat Ilyas Haddade dan Ismail Tola (1992: 50) sebagai berikut: Penggunaan atau manfaat dalam melakukan heading bola: 1. Mencetak bola 2. Meneruskan bola 3. Untuk memberi umpan 4. Untuk mematahkan serangan bagi pemain pertahanan 5. Untuk mengontrol bola. Gerakan heading atau menyundul bola dapat dilakukan dalam berbagai posisi, seperti: posisi berdiri, berlari, atau bahkan melompat. Heading dalam posisi berdiri dilakukan apabila arah datangnya bola tidak melambung tinggi tetapi arah bola tepat di kepala. Selain dari itu apabila arah datangnya bola melambung tinggi dan pemain tetap menunggu sampai turunnya bola tepat di kepala untuk disundul maka dalam posisi ini pemain dapat menyundul bola ke atas, ke dapan, ke bawah, atau bahkan ke samping. Heading bola dalam posisi berlari dilakukan apabila bola yang datang melambung tinggi atau mendatar searah kepala namun jauh dari jangkauan, pemain harus berlari menuju arah bola dan melakukan heading atau sundulan. Heading bola dalam posisi berlari, bisa membuat pemain mengheading bola pada pada arah yang sama seperti posisi berdiri. Heading bola sambil melompat dilakukan apabila bola yang datang melambung tinggi dan pemain harus cepat merebut bola tersebut sebelum direbut oleh lawan. Selain dari itu, bola yang datangnya melambung tinggi di depan gawang, maka pemain penyerang maupun pertahanan merebut bola tersebut dengan mengheading atau menyundul sambil melompat. Dapat juga mengheading bola sambil berlari dan melompat apabila datangnya bola melambung tinggi dan melaju cepat maka otomatis seorang pemain harus melakukan hal tersebut. Pelaksanaan teknik mengheading bola bila ditinjau dari teknik pelaksanaan umum atau prinsip utama yang harus dilakukan atau dilaksanakan serta dikuasai yaitu: a) Kaki sejajar dengan berat badan pada kedua kaki. Prinsip ini terjadi bila mengheading bola dalam posisi berdiri diperoleh tingkat stabilitas yang baik dan memudahkan untuk mengheading bola secara tepat. Bagi pemain tingkat pemula hal ini perlu ditekankan karena merupakan dasar untuk mengheading bola dalam permainan sepak bola. b) Bidang perkenaan bola Perkenaan bola dengan kepala yaitu pada dahi, hal ini disebabkan karena dahi merupakan bagian dari kepala yang permukaannya luas sehingga memudahkan seorang pemain untuk mengarahkan bola sesuai dengan keinginannya. Selain itu, ada juga bidang perkenaan lain selain dahi yaitu dibelakang kepala yang tujuannya untuk mengarahkan bola ke belakang. c) Arah bola Mengheading bola bertujuan untuk mengarahkan bola. Arah bola meliputi ke depan, ke atas, ke bawah, samping kiri atau kanan dan ke belakang. Jarak gerak bola pada arah tersebut berbeda sesuai tuntutan. Sehubungan dengan itu, peranan pergerakan seluruh badan mulai dari kepala yang berporos pada sendi leher (articulation socipitialis) sampai pada sendi pinggul (articulation coxae) termasuk perut (rectus abdominialis). Bertolak dari prinsip pelaksanaan heading bola, untuk melakukan heading bola pada masing-masing posisi sesuai yang dikemukakan oleh Ilyas Haddade dan Ismail Tola (1992: 47) sebagai berikut: 1. Heading posisi di tempat. Pemain mengambil posisi sikap kuda-kuda, lutut agak bengkok, kedua lengan dengan keras direntangkan ke depan untuk memukul bola dengan keras, bahu bersama dengan lengan disentakkan ke belakang dengan arah kepala pada saat berkenaan dengan bola. 2. Heading ke samping dilakukan seperti posisi heading ke depan perkenaan bola dengan dahi, hanya badan bagian atas diputar kearah bola. 3. Heading ke belakang Ketika bola datang pemain agak merendahkan diri, begitu bola lewat, kepala diangkat kembali dengan sentakan ke belakang untuk mengikuti arah datangnya bola. 4. Heading lari ke bola Persiapan gerakan dari badan bagian atas dibuat dengan langkah terakhir sebelum menyundul bola. 5. Heading melompat ke bola Heading dengan melompat dapat dilakukan dari posisi star yang berbeda. Pada umumnya melompat dari posisi berdiri dilakukan dengan kedua kaki (dalam keadaan lari dengan satu kaki) tolakan dibantu dengan mengangkat dan mengayun tungkai bawah serta lengan pada titik yang tertinggi daripada lompat bola heading. Berdasarkan penjelasan tentang teknik menyundul atau heading bola, maka menguasai teknik tersebut sangat diperlukan bentuk-bentuk latihan menyundul bola. Untuk dapat mengetahui teknik dasar mengheading bola. Teknik menyundul bola atau heading yang sangat ditentukan oleh perkenaan kepala dengan bola. Bagian kepala yang menyentuh atau mengenai bola adalah bagian permukaan kepala yang paling lebar yaitu pada kening di bagian depan. Tujuan dari bagian kening yang lebar itu adalah agar bola dapat diarahkan sesuai dengan keinginan. Teknik menyundul bola ini membutuhkan penguasaan pola gerak dengan cermat, sebab pelaksanaan sundulan terkadang sangat mempengaruhi keseimbangan. Kurangnya kemampuan tiap-tiap individu akan menyulitkan terhadap hasil dari sundulan yang dilakukan dengan demikian hasil sundulan bola ini tergantung dari : arah datangnya bola, perkenaan bola, dan tenaga yang digunakan dalam menyundul bola. 2. Kekuatan otot perut Kekuatan otot perut dapat memberikan akselerasi untuk menunjang kemampuan dalam olahraga. Oleh karena kekuatan merupakan komponen kondisi fisik yang sangat penting guna menunjang komponen-komponen fisik lainnya. Alasan-alasan yang dikemukakan oleh Harsono (1988: 177) tentang pentingnya kekuatan untuk menunjang kemampuan-kemampuan dalam olahraga termasuk sepak bola (heading) sebagai berikut: Pertama, oleh karena kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik. Kedua, oleh karena kekuatan memegang peranan yang penting dalam melindungi atlet/orang dari kemungkinan cidera. Ketiga, oleh karena dengan kekuatan atlet akan dapat berlari lebih cepat, melempar atau menendang lebih jauh dan lebih efisien, memukul lebih keras, demikian pula dapat membantu memperkuat stabilitas sendi-sendi. Kualitas kekuatan yang diperlukan pada suatu cabang olahraga tidak sama dengan cabang olahraga lainnya. Misalnya kebutuhan kekuatan angkat berat berbeda dengan kebutuhan kekuatan pada olahraga permainan, kebutuhan kekuatan pemain sepak bola berbeda dengan pemain bulu tangkis, kebutuhan kekuatan untuk menendang bola jarak jauh berbeda dengan kekuatan yang diperlukan untuk menyundul bola. Maka dari itu, kekuatan bersifat spesifik sesuai dengan tuntutan cabang olahraga tertentu demikian pula halnya dalam proses pengembangan melalui latihan. Permainan sepak bola, meskipun diperlukan kelincahan, kelentukan, kecepatan, keseimbangan koordinasi, dan sebagainya. Akan tetapi kondisi fisik tersebut tetap harus ditunjang faktor kekuatan untuk dapat memperoleh kemampuan maksimal dalam gerakan keterampilan sepak bola yang dilakukan. Harsono (1988: 177) mengemukakan bahwa: “kekuatan tetap merupakan basis dari semua komponen kondisi fisik”. Dengan demikian, atlet harus cukup kuat untuk melaksanakan tugas olahraganya secara efisiensi dan tanpa mengalami lelah yang berlebihan disebabkan kekurangan kekuatan. Kekuatan otot sebagai kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tahanan dalam menjalankan aktivitatas fisik. Dalam melakukan heading yang jauh, kekuatan otot perut diperlukan untuk mendapatkan ruang gerak yang lebih luas terhadap bola yang diheading sehingga dapat meluncur lebih jauh. Dengan kekuatan otot perut sebagai pusat tenaga akan menghasilkan heading yang lebih jauh dibanding dengan otot perut yang kurang kuat. Harsono (1988: 178) mengemukakan pengertian bahwa: “kekuatan adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan”. Untuk itu, latihan-latihan yang cocok untuk mengembangkan kekuatan adalah latihan tahanan (resistence exertice), dimana harus mengangkat, mendorong, atau menarik suatu beban. Beban tersebut bisa beban anggota tubuh kita sendiri, ataupun beban atau bobot dari luar (external exercise). Agar efektif hasilnya, maka latihan-latihan tahanan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga individu dapat mengeluarkan tenaga maksimal atau hampir maksimal untuk menahan suatu beban. Beban yang digunakan harus sedikit demi sedikit bertambah berat agar perkembangan otot terjamin dan latihan dilakukan secara progresif dan tidak berhenti pada beban atau bobot tertentu. Fox, dkk (1984: 158) mengemukakan bahwa: “muscular strength may be defined as the force tension a muscle, more correctly, a muscle group can exert againts a resistence in one makcimal effert”. Yang diartikan secara bebas bahwa kekuatan sebagai force atau tegangan suatu otot atau sekelompok otot yang dapat digunakan untuk menahan beban pada suatu usaha maksimal. R.N Siregar (1980: 225) mengemukakan bahwa: “strength may be thought of as the capacity of a muscle or group of muscle to exert maximum pressure againt a given resistence in limited period of time”. Yang diartikan secara bebas bahwa kekuatan adalah kapasitas dari otot atau sekelompok otot untuk mengerahkan tenaga maksimal untuk menahan tekanan beban dalam waktu yang terbatas. Otot yang kuat akan dapat melakukan kerja fisik sehari-hari secara efisien tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan. Kekuatan otot merupakan kontraksi maksimal yang dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot. Pada kontraksi otot memendek dan besarnya pemendekan tergantung dari beban yang harus di tahan. Permulaan otot melakukan kontraksi adalah tanpa pemendekan sampai mencapai tegangan yang seimbang dengan beban, kemudian terjadi kontraksi dengan pemendekan. Terdapat tiga bentuk kekuatan yang dapat dimanfaatkan dalam aktivitas olahraga, khususnya pada cabang olahraga sepak bola, seperti dikemukakan oleh Harre, D (1982: 108) sebagai berikut: We define maximum strength as being the greatest force an athlete is able to exert for a given contraction of muscle. Power is the ability of an athlete to overcome resistence by a high speed af contraction. Strength endurance is the athlete’s tolerance level against fatique in strength performances of longer duration. Pendapat tersebut di atas dapat diartikan secara bebas bahwa: kekuatan maksimum dapat menentukan kekuatan maksimal sebagai force dari olahragawan untuk mengerahkan tenaga dalam suatu kontraksi otot. Daya ledak adalah kemampuan olahragawan untuk mengatasi tahanan dengan suatu kecepatan kontraksi tinggi. Daya tahan kekuatan merupakan kemampuan olahragawan untuk mengatasi tahanan dengan penampilan kekuatan yang berkepanjangan. Untuk seorang pemain sepak bola perlu mengembangkan kekuatan, sebagai unsur yang sangat menentukan dalam melakukan gerak keterampilan sehingga mampu menunjukkan performa otot yang kuat, terutama otot perut bagi pemain sepak bola akan dapat menentukan kemampuan untuk melompat, mengheading bola, gerakan melompat sambil mengheading bola, dan dengan mengembangkan daya tahan. kekuatan seseorang akan mampu Khusus pada jauhnya heading bola, jenis kekuatan yang diperlukan adalah integrasi antara kekuatan dan kelentukan otot perut untuk mengheading bola. Otot perut merupakan sebagai pusat tenaga Greg Brittenham (1996: 45) mengatakan bahwa: Bagian tubuh yang sering terlupakan dan kurang dilatih adalah poros tubuh dan perut. Disebut sebagai pusat tenaga, bagian tubuh ini merupakan asal dari semua gerakan atau penghubung yang mengstabilkan semua gerakan yang memaluinya. Berikut adalah alasan mengapa harus memperkuat perut sebagai mana yang dikemukakan oleh Greg Brittenham (1996: 45) bahwa: a. Otot yang mengatur poros tubuh dan perut adalah penting untuk menjaga keseimbangan tubuh, ketangkasan dan koordinasi ketika melakukan gerakan. b. 50% dari total massa tubuh terletak pada daerah tersebut. c. Penguatan poros tubuh dan perut secara efektif mengurangi kecelakaan atau cedera berat pada punggung belakang. Dari penjelasan tersebut, maka dapat ditarik sebuah penguraian bahwa kekuatan otot perut sangat berpengaruh pada setiap cabang olahraga, seperti halnya pada heading bola pada saat melakukan tarikan badan ke belakang untuk mendapat titik gaya yang diharapkan. 3. Kelentukan Istilah fleksibilitas dalam bidang keolahragaan yang merupakan penyaluran istilah dari bahasa inggris yaitu “Flexibility”, menurut beberapa referensi keolahragaan Indonesia flexibility disama artikan dengan kelentukan. Oleh karena itu, terdapat kesamaan pengertian istilah antara refleksibilitas dengan kelentukan, sehinga di dalam kajian perilaku motorik dapat dipergunakan istilah fleksibilitas untuk menyetakan kelentukan. Pada dasarnya, semua cabang olahraga membutuhkan unsur kelentukan, karena kelentukan menunjukkan kualitas yang memungkinkan suatu segmen bergerak semaksimal menurut kemungkinan gerak. Oleh sebab itu, memungkinkan otot untuk memanjang dan memendek serta memanfaatkan sendi-sendi secara maksimal. Berdasarkan hal tersebut, maka setiap cabang olahraga mempunyai persamaan mengenai pentingnya unsur fleksibilitas dalam penampilan yang optimal. Untuk cabang olahraga sepak bola khususnya teknik heading bola kelentukan sangat dibutuhkan, utamanya pada saat melakukan gerak mengheading atau menyundul. Harsono (1988: 163) memberikan definisi sebagai berikut: “kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi, kecuali oleh ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastisitas tidaknya otot-otot, tendon dan ligamen” Kelentukan merupakan tingkat kemampuan maksimal dalam ruang gerak sendinya. Kemampuan fisik ini dipengaruhi oleh elastisitas jaringan otot, tendon, ligamen, dan struktur kerangka tulang. Selain itu, kelentukan juga dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, volume penampang otot dan aspek psikologis dalam bekerja (berolahraga). Jadi perlu pertimbangan yang baik terhadap kelentukan, sebab cenderung akan mengurangi kemampuan otot dalam amplitudo gerakan responden otot, jika kelentulkan tidak dilatih dengan baik, maka gerakan yang dilakukan akan kurang bebas dan tidak lentur, sebagaimana yang dikemukakan oleh Paul Uram (1986: 14) bahwa: “latihan dalam program atlet tanpa pertimbangan yang lebih baik baik bagi pengembangan kelentukan cenderung atau mengurangi jangkauan normal dari gerakan dan membatasi responden otot”. Sudoso Sumosardjono (1986: 58) mengemukakan bahwa: “latihan peregangan dapat memperbaiki dan akan membuat badan terasa enak”. Dari sisi lain kegunaan latihan kelentukan adalah untuk mempertahankan kekuatan bahkan dapat meningkatkan kekuatan. Hal ini dapat diperkuat oleh pendapat Paul Uram (1986: 7) yaitu: “latihan kelentukan dapat bermanfaat untuk memelihara kekuatan bahkan menambah kekuatan, atau latihan kekuatan dapat bermanfaat bagi kelentukan, kecepatan dan ketahanan”. Sadoso Sumardjono (1986: 61) juga mengatakan bahwa: “menambah kelentukan dan peregangan ada pula kontribusinya dengan kenaikan kekuatan”. Ada yang berpendapat bahwa dengan lebih banyak melakukan peregangan otot akan menjadi lebih kuat. Begitu juga halnya dalam melakukan teknik dasar heading dalam permainan sepak bola, kelentukan memiliki peran yang besar dimana pada saat melakukan gerakan tersebut kelentukan otot-otot pada togok harus lentur agar pergerakan yang dilakukan tidak terasa kaku dan tegang, yang bisa berakibat fatal bagi orang yang melakukannya. Kelentukan dikembangkan melalui latihan-latihan peregangan otot dan latihan memperluas ruang gerak persendian. Metode atau cara latihan senantiasa bertolak dari jenis kelentukan. Untuk itu, pergerakan yang dilakukan dalam melakukan heading bola dalam permainan sepak bola sangat membutuhkan kelentukan togok ke belakang dan kelentukan togok ke depan dalam menampilkan pola gerak yang efektif dan efisien. B. Kerangka Berpikir Sehubungan dengan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan, maka kerangka berpikir disusun sebagai berikut: 1. Jika seorang pemain bola memiliki kekuatan otot perut yang baik maka diduga dapat meningkatkan kemampuan heading pada permainan sepak bola. 2. Jika seorang pemain bola memiliki kelentukan yang baik maka diduga dapat meningkatkan kemampuan heading pada permainan sepak bola. 3. Jika seorang pemain bola memiliki kekuatan otot perut dan kelentukan yang baik maka diduga dapat meningkatkan kemampuan heading pada permainan sepak bola. C. Hipotesis Penelitian Sesuai kerangka berpikir disusun hipotesis dalam penelitian sebagai berikut: 1. Ada hubungan antara kekuatan otot perut dengan kemampuan melakukan heading pada permainan sepak bola. 2. Ada hubungan antara kelentukan dengan kemampuan melakukan heading pada permainan sepak bola. 3. Ada hubungan antara kekuatan otot perut dan kelentukan dengan kemampuan melakukan heading pada permainan sepak bola. Hipotesis statistik yang diuji : 1. H○ = ρx1y = 0 H1 = ρx1y ≠ 0 2. H○ = ρx2y = 0 H1 = ρx2y ≠ 0 3. H○ = Rx(1,2)y = 0 H1 = Rx(1,2)y ≠ 0 Keterangan : H○ = Hipotesis nihil (nol). H1 = Hipotesis alternative. ρ = Rho (konotasi koefisien korelasi). Kriteria pengujian : 1. H○ diterima dan H1 ditolak jika ρ = 0 2. H1 diterima dan H○ ditolak jika ρ ≠ 0 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi merupakan teknik dan alat yang dipergunakan untuk mencari pembuktian secara ilmiah yang dilakukan secara sistematis untuk mengungkapkan dikemukakan dan dalam memberi suatu jawaban penelititan. atas Sehingga permasalahan arah dan yang tujuan pengungkapan fakta atau kebenaran sesuai dengan apa yang ditemukan dalam penelitian, betul-betul sesuai dengan apa yang diharapkan. Sejalan dengan hal tersebut, Winarno Surahman (1982: 86) menjelaskan bahwa: “metode merupakan cara yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk serangkaian hipotesis dengan mempergunakan teknik serta alat bantu”. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. A. Variabel dan Desain Penelitian 1. Variabel penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (1992: 54), mengatakan bahwa: “variabel merupakan objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Sedangkan menurut Nana Sujana (1988: 48), bahwa: “variabel secara sederhana dapat diartikan ciri dari individu, objek, gejala dan peristiwa yang dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif”. Adapun variabel penelitian yang ingin diteliti dalam penelitian ini terdiri atas: a. Variabel bebas 1. Kekuatan otot perut 2. Kelentukan. b. Variabel terikat 1. Kemampuan melakukan heading pada permainan sepak bola. 2. Desain Penelitian Desain penelitian atau rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional. Secara sederhana rancangan penelitian digambarkan sebagai berikut: X1 R Y X2 Gambar desain penelitian. Sumber, Sugiono (2000) Keterangan: X1 = kekuatan otot perut X2 = kelentukan Y = kemampuan melakukan heading pada permainan sepak bola R = gabungan antara X1 dan X2 B. Definisi Operasional Variabel Agar lebih terarah pelaksanaan pengumpulan data penelitian, maka perlu diberi batasan atau definisi operasional tiap variabel yang terlibat. 1. Kekuatan otot perut adalah kemampuan otot perut untuk berkontraksi guna membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Kekuatan otot perut diukur dengan menggunakan tes sit up selama 30 detik. 2. Kelentukan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakangerakan pada tubuhnya dengan lentur, dengan ruang gerak sendi dan elastisitas dari otot-otot, tendon dan ligament. Kelentukan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kelentukan togok ke belakang dan kelentukan togok ke depan. 3. Jauhnya heading bola dalam permainan sepak bola adalah kemampuan menghantar bola sejauh mungkin dengan menggunakan kepala. Penilaian jauhnya heading bola dapat diukur dengan jarak heading yang dilakukan. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah suatu kumpulan atau sekelompok individu yang dapat diamati oleh anggota populasi itu sendiri atau bagi orang yang memiliki perhatian terhadapnya. Populasi menurut Sugiyono (2000: 57), mengemukakan bahwa: “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kwalitas dan kwantitas serta karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Dengan uraian tersebut, maka populasi adalah keseluruhan individu atau objek yang ingin diteliti. Oleh karena itu, yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa FIK UNM. 2. Sampel Penelitian ilmiah tidak selamanya mutlak harus meneliti jumlah keseluruhan objek yang ada (populasi) melainkan dapat pula mengambil sebagian dari populasi yang ada. Dengan kata lain bahwa yang dimaksud sampel adalah sebagian dari populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya dalam suatu penelitian. Pengertian tentang sampel didasari oleh pandangan Suharsimi Arikunto (1996: 177), bahwa: “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Alasan dari penggunaan sampel adalah keterbatasan waktu, tenaga, dan banyaknya populasi. Berdasarkan pengertian tersebut, maka sampel yang diambil atau digunakan dalam penelitian ini berjumlah 60 orang dari mahasiswa FIK UNM. D. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data empirit sebagai bahan untuk menguji kebenaran hipotesis. Data yang dikumpul dalam penelitian ini meliputi: tes kekuatan otot perut, kelentukan togok ke belakang, kelentukan togok ke depan dan tes jauhnya heading bola pada permainan sepak bola. 1. Tes kekuatan otot perut (sit up). Tujuan : untuk mengukur kekuatan otot perut (abdominialis). Alat : stopwatch, dan formulir tes. Pelaksanaan: a. Testee dengan posisi berbaring, jari-jari kedua tangan bersilang selip dibelakang kepala. b. Kedua lengan merapat di lantai, kedua kaki terbuka kedua lutut ditekuk dan . c. Seorang teman berlutut didepan testee, untuk membantu menekan kedua kakinya agar tumit tetap menyentuh lantai. d. Dengan aba-aba “ya” testee berusaha duduk sambil menyentuh lutut kanan dengan siku yang kiri dan kembali kemudian membalasnya. e. Gerakan tersebut dilakukan berulang-ulang sebanyak mungkin selama 30 detik. f. Setiap testee diberikan kesempatan sebanyak 2 kali. Penilaian : hasil yang dicatat adalah kemampuan melakukan sit up yang benar dari 2 kali pelaksanaan. 2. Tes kelentukan togok ke belakang (back up) Tujuan : untuk mengukur kelentukan togok ke belakang. Alat : extension-D dan formulir tes. Pelaksanaan: a. Testee dengan dengan posisi tiarap, kedua tangan bersilang diatas pinggang. b. Salah satu teman duduk di atas bagian betis sebagai penahan agar badan tetap lurus. c. Kemudian testee perlahan-lahan mengangkat kepala ke atas sampai semaksimal mungkin. d. Kesempatan diberi 3 kali pelaksanaan. Penilaian : a. Yang diukur dengan menggunakan extension-D yaitu jarak dagu dengan lantai. b. Hasil kelentukan tersebut adalah jarak terjauh dari 3 kali pelaksanan atau kesempatan yang diberikan. 3. Tes kelentukan togok ke depan Tujuan : untuk mengukur kelentukan togok ke depan (Nur Ichsan Halim, 2004). Alat dan perlengkapan: a. Flexion-D. b. Formulir tes c. Alat tulis menulis. Pelaksanaan: a. Testee berdiri di atas alat pengukur togok ke depan (Flexion-D) yang berada di atas bangku. b. Kedua ibu jari tangan berkaitan satu sama lain, sedangkan kedua lutut harus diluruskan. c. Kemudian togok dibungkukkan pelan-pelan dan kedua tangan berusaha mencapai skala serendah-rendahnya dan sikap ini diperhatikan selama tiga detik. d. Kesempatan melakukan tes ini sebanyak dua kali. Penilaian: Hasil yang dicatat adalah angka skala yang dapat dicapai oleh kedua ujung jari tangan. 4. Tes heading bola dalam permainan sepak bola. Tujuan : untuk mengukur jauhnya headingan bola. Alat : bola, meter, patok atau tiang, kapur dan formulir tes. Pelaksanaan: a. Testee berdiri dibelakang garis batas sambil melakukan awalan 23 langkah dan 1 orang sebagai pelambung bola. b. Kemudian pelambung bola melambungkan bola kearah atas testee dan teste melompat untuk heading sejauh mungkin. c. Pelaksanaan sebanyak 3 kali. Penilaian: a. Hasil dari heading adalah jarak bola yang jatuh kemudian diukur sampai pada batas garis awalan. b. Jarak yang terjauh dari 3 kali pelaksanaan merupakan nilai jauhnya heading bola pada permainan sepak bola. E. Teknik Analisis Data Data yang terkumpul melalui tes masih merupakan data kasar. Data tersebut selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji statistik regresional dengan bantuan paket SPSS dalam computer. Analisis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan infrensial. Analisis deskriptif untuk menggambarkan data apa adanya. Sedangkan analisis infrensial untuk menguji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi sederhana dan analisis regresi ganda. Sebelum menggunakan rumus tersebut, maka terlebih dahulu dilakukan analisis normalitas dengan menggunakan tehnik Kolmogorov Smirnof (KS-Z) dengan program SPSS dalam computer. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data hasil tes kekuatan otot perut dan kelentukan dengan kemampuan heading bola dalam permainan sepakbola yang diperoleh dalam penelitian, akan dianalisis dengan teknik statistik deskriptif maupun statistik korelasi. Prosedur analisis data yang ditempuh adalah : A. Hasil pengujian analisis data 1. Deskriptif data Analisis deskriptif data penelitian yang terdiri dari nilai kekuatan otot perut dan kelentukan dengan kemampuan heading bola dalam permainan sepakbola dapat dilihat dalam rangkuman hasil deskriptif yang tercantum pada tabel, sedangkan hasil lengkapnya ada pada lampiran. Tabel 1. Rangkuman hasil analisis deskriptif data kekuatan otot perut dan kelentukan dengan kemampuan heading bola dalam permainan sepakbola. Statistics N Mean Median Std. Deviation Variance Range Minimum Maximum Sum Valid Missing KEKUATAN OTOT PERUT 60 0 11.5000 12.0000 2.51437 6.322 9.00 7.00 16.00 690.00 KELENTUKAN 60 0 11.8000 12.0000 2.56971 6.603 10.00 7.00 17.00 708.00 KEMAMPUAN HEADING BOLA 60 0 6.3413 6.2000 1.25933 1.586 4.15 4.40 8.55 380.48 Berdasarkan rangkuman hasil analisis deskriptif data pada tabel di atas, maka dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Untuk data kekuatan otot perut dari 60 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 690,00. Nilai rata-rata yang diperoleh = 11,5000 dengan hasil standar deviasi = 2,51437. Untuk angka range = 9,00 diperoleh dari selisih antara nilai minimal = 7,00 dan nilai maksimal = 16,00. 2. Untuk data kelentukan dari 60 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 708,00. Nilai rata-rata yang diperoleh = 11,8000 dengan hasil standar deviasi = 2,56971. Untuk angka range = 10,00 diperoleh dari selisih antara nilai minimal = 7,00 dan nilai maksimal = 17,00. 3. Untuk data kemampuan heading bola dari 60 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 380,48. Nilai rata-rata yang diperoleh = 6,3413 dengan hasil standar deviasi = 1,25933. Untuk angka range = 4,15 diperoleh dari selisih antara nilai minimal = 4,40 dan nilai maksimal = 8,55. 2. Pengujian persyaratan analisis Suatu data penelitian yang akan dianalisis secara statistik harus memenuhi syarat-syarat analisis. Untuk itu setelah data kekuatan otot perut dan kelentukan dengan kemampuan heading bola dalam permainan sepakbola dalam penelitian ini terkumpul, maka sebelum dilakukan analisis statistik untuk pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan yaitu normalitas dengan uji Kolmogorov-Simirnov Test. Dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov Test yang dilakukan, diperoleh hasil sebagaimana yang terlampir. Untuk hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel rangkuman berikut : Tabel 2. Rangkuman hasil uji normalitas data kekuatan otot perut dan kelentukan dengan kemampuan heading bola dalam permainan sepakbola. No Variabel K-SZ P α Ket. 1 Kekuatan otot perut 0,998 0,272 0,05 Normal 2 Kelentukan 1,005 0,265 0,05 Normal 3 Kemampuan heading bola 0,604 0,859 0,05 Normal Berdasarkan tabel tersebut yang merupakan rangkuman hasil pengujian normalitas data pada tiap-tiap variabel penelitian , dapat di uraikan sebagai berikut : a. Dalam pengujian normalitas data kekuatan otot perut diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov = 0,998 dengan tingkat probabilitas (P) = 0,272 lebih besar dari nilai α = 0,05. Dengan demikian data kekuatan otot perut yang diperoleh berdistribusi normal. b. Dalam pengujian normalitas data kelentukan diperoleh nilai KolmogorovSmirnov = 1,005 dengan tingkat probabilitas (P) = 0,265 lebih besar dari nilai α = 0,05. Dengan demikian data kelentukan yang diperoleh berdistribusi normal. c. Dalam pengujian normalitas data kemampuan heading bola diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov = 0,604 dengan tingkat probabilitas (P) = 0,859 lebih besar dari nilai α = 0,05. Dengan demikian data kemampuan heading bola yang diperoleh berdistribusi normal. 3. Analisis korelasi/regresi Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui kontribusi tiap-tiap variabel bebas dengan variabel terikat. Analisis korelasi yang digunakan adalah analisis korelasi tunggal (r) dan korelasi ganda (R) pada taraf signifikan 95% atau α = 0,05. Hasil-hasil analisis korelasi secara lengkap dapat dilihat pada lampiran, sedangkan rangkuman hasil analisis tercantum pada tabel sebagai berikut : Tabel 3. Rangkuman hasil analisis korelasi dan regresi. Hipotesis Korelasi kekuatan otot perut dengan kemampuan heading bola Korelasi kelentukan dengan kemampuan heading bola Korelasi antara kekuatan otot perut dan kelentukan dengan kemampuan heading bola N r/R Rs F Sig. 60 0,719 - - 0,000 60 0,676 - - 0,000 60 0,772 0,597 42,165 0,000 4. Pengujian hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis koefisien korelasi (r) dan regresi (R) pada taraf signifikan 95%. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui hubungan kekuatan otot perut dan kelentukan dengan kemampuan heading bola dalam permainan sepakbola. Adapun hipotesis yang diuji kebenarannya pada penelitian ini, sebagai berikut : 1. Hipotesis pertama Ada hubungan kekuatan otot perut dengan kemampuan heading bola dalam permainan sepakbola. Hipotesis statistik : H○ = ρx1y = 0 H1 = ρx1y ≠ 0 Hasil pengujian : Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi data kekuatan otot perut dengan kemampuan heading bola dalam permainan sepakbola. Diperoleh nilai korelasi (ro) = 0,719 dengan tingkat probabilitas (P) 0,000 < α 0,05, hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian ada hubungan kekuatan otot perut dengan kemampuan heading bola dalam permainan sepakbola. 2. Hipotesis kedua Ada hubungan kelentukan dengan kemampuan heading bola dalam permainan sepakbola. Hipotesis statistik : H○ = ρx2y = 0 H1 = ρx2y ≠ 0 Hasil pengujian : Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi data hubungan kelentukan dengan kemampuan heading bola dalam permainan sepakbola. Diperoleh nilai korelasi (ro) = 0,676 dengan tingkat probabilitas (P) 0,000 < α 0,05, hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian ada hubungan kelentukan dengan kemampuan heading bola dalam permainan sepakbola. 3. Hipotesis ketiga Ada hubungan secara bersama-sama kekuatan otot perut dan kelentukan dengan kemampuan heading bola dalam permainan sepakbola. Hipotesis statistik : H○ = Rx(1,2)y = 0 H1 = Rx(1,2)y ≠ 0 Hasil pengujian : Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi data kekuatan otot perut dan kelentukan dengan kemampuan heading bola dalam permainan sepakbola. Diperoleh nilai korelasi (ro) = 0,772 dengan tingkat probabilitas (P) 0,000 < α 0,05. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 42,165 dengan tingkat signifikan 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan heading bola dalam permainan sepakbola (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefisien regresi signifikan, atau kekuatan otot perut dan kelentukan benar-benar berhubungan secara signifikan dengan kemampuan heading bola dalam permainan sepakbola. Dengan demikian ada hubungan yang signifikan secara bersama-sama kekuatan otot perut dan kelentukan dengan kemampuan heading bola dalam permainan sepakbola. B. Pembahasan Hasil analisis data dan uji hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya, menunjukkan bahwa dari tiga hipotesis yang diajukan, semuanya diterima dan menunjukkan ada hubungan yang signifikan dan memiliki hubungan. Dari hasil tersebut, tentang tes kekuatan otot perut dan kelentukan dengan kemampuan heading bola dalam permainan sepakbola dalam penelitian ini relevan dengan kerangka berpikir yang telah di kembangkan berdasarkan teori-teori yang mendukung penelitian. Hipotesis pertama ; Ada hubungan yang signifikan kekuatan otot perut dengan kemampuan heading bola dalam permainan sepakbola. Terbukti dari hasil analisis diperoleh nilai korelasi observasi = 0,719 (P < α 0,05). Ini membuktikan bahwa pada sepakbola kekuatan otot perut sangat dibutuhkan. Dalam hal ini kekuatan otot perut dipergunakan untuk memberikan daya dorongan sehingga bola pada saat heading penempatannya terukur dan jauh, mudah dikuasai atau dengan kata lain tepat sasaran dalam mengoper bola pada teman. Hipotesis kedua ; Ada hubungan yang signifikan kelentukan terhadap kemampuan heading bola dalam permainan sepakbola. Terbukti dari hasil analisis diperoleh nilai korelasi observasi = 0,676 (P < α 0,05). Perdiksi yang dapat dikemukakan bahwa kelentukan dapat menentukan tingkat kemampuan heading bola dalam permainan sepakbola. Selain itu kelentukan dapat memberikan kontribusi positif terhadap kemampuan heading bola dalam permainan sepakbola. Untuk heading bola dengan cepat, tepat dan terarah dalam permainan sepakbola diperlukan kemampuan bergerak dengan cepat sambil merubah arah gerakan, berkelok-kelok, berbalik arah, seketika berhenti, dan seketika bergerak sesuai gerakan lawan yang akan merebut bola hal ini dapat dilakukan oleh seorang pemain jika memiliki kelentukan yang baik. Hipotesis ketiga ; Ada hubungan yang signifikan secara bersamasama kekuatan otot perut dan kelentukan dengan kemampuan heading bola dalam permainan sepakbola. Terbukti dari hasil analisis diperoleh nilai korelasi observasi = 0,772 (P < α 0,05). Ini membuktikan bahwa kedua unsur fisik tersebut, yaitu kekuatan otot perut dan kelentukan dengan kemampuan heading bola dalam permainan sepakbola membutuhkan pergerakan yang sangat singkat dalam proses pelaksanaannya. Segala sesuatu yang dilakukan dengan aktifitas tinggi membutuhkan kemampuan fisik yang baik, dengan demikian proses pelaksanaan heading bola merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara cepat yang tentunya membutuhkan kemampuan fisik seperti kekuatan otot perut dan kelentukan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Sesuai dari hasil analisis pengujian hipotesis dengan berdasar pada masalah yang diajukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada hubungan yang signifikan kekuatan otot perut dengan kemampuan heading bola dalam permainan sepakbola pada mahasiswa FIK UNM. 2. Ada hubungan yang signifikan kelentukan dengan kemampuan heading bola dalam permainan sepakbola pada mahasiswa FIK UNM. 3. Ada hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara kekuatan otot perut dan kelentukan dengan kemampuan heading bola dalam permainan sepakbola pada mahasiswa FIK UNM. B. Saran Agar hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan heading bola dalam permainan sepakbola bagi siswa disekolah maupun atlet itu sendiri, maka saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Agar dapat digunakan sebagai pegangan Pembina dan pemain sepakbola untuk keberhasilan pada teknik heading bola dengan membentuk sebuah program yang khusus kedua komponen fisik tersebut dalam mencapai kemampuan maksimal. 2. Dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk pembanding pada siswa yang ada di sekolah lain guna pembinaan lebih lanjut. 3. Diupayakan disaat mengajar agar memiliki variasi-variasi pengajaran untuk tidak terjadi kejenuhan pada siswa seperti pada cabang olahraga sepakbola. 4. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar pada penelitian yang relevan agar hasil penelitian ini dapat dikembangkan untuk memperkaya khasanah disiplin ilmu pengetahuan, khususnya dalam upaya meningkatkan kemampuan dalam olahraga sepakbola. DAFTAR PUSTAKA Alter. Michael. J, 1996 300 Teknik Peregangan Olahraga. Penerjemah Jamal Habib. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Ateng, Abdul Kadir. 1992. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta : Direktorat Pendidikan Tinggi. Baley, James A. 1982. The Athletc Guide; Increasing strength, Power and Agility, Parker Publishing Company, West Nyak, N.Y Bampa, Tudor O. 1984. Theory and Methodology of Training, Kendal. Hunt Pubilising Company, Dubugne, Lowa. Boosey. 1980. The Jump Conditioning and Technical Training. Bestrice publishing Ptd, Beatrice Avenue. Clarke, Harrison. 1970. Physical and Motor Test in the Mend Pord Boy Growth Study, New Jersey Prentice. Dahlar, Jamiat Muhamma. Dasar-dasar Permainan Sepak Bola, Mustivo. Jakarta. Greg, Brittenham. 1989. Sepakbola: Latihan Khusus Pemantapan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Gunarsa. Singgih, 1987. Psikologi Olahraga. Jakarta : PT.BPK Gunung Mulia. Hadade, Ilyas & Tola Ismail, 1991, Penuntun Mengajar dan Melatih Sepakbola : Makassar, FIK UNM Harsono, 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologi Dalam Coaching. Jakarta : C.V Tambak Kusuma. Joseph. A.I, 2004. Sepak Bola, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Muchtar, Remmy. 1992. Olahraga Pilihan Sepakbola. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. P2TK. Rani, Adib, Abd, 1992., Materi dan Evaluasi Permainan Sepakbola. FPOK IKIP Ujungpandang. Said, Hasan. 1977. Penilaian Keterampilan Bermain Sepakbola. Jakarta : Depdikbud. Saleh, Adam. 1979. Tuntunan Sepakbola Untuk Anak Remaja. Jakarta : C.V. Akomoda. Sajoto, 1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang : FIK Smeyers, 2002. Sepakbola, Latihan dan Strategi Bermain. Jakarta : PT. Rosda Jaya Putra. Sucipto, dkk. 2000. Sepakbola. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sudjana. 1992. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiono, 1997. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Sukatami, 1984. Teknik Dasar Bermain Sepakbola. Solo : Tiga Serangkai. Syarifuddin, Aip dan Muladi. 1992. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta : Direktorat Pendidikan Tinggi. Depdikbud.