BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dianggap sebagai suatu lembaga yang memberikan banyak sekali dampak positif bagi masyarakat umumnya. Misalnya, menyediakan lapangan pekerjaan, menyediakan kebutuhan barang konsumsi, memberikan sumbangan, dan sebagai tempat masyarakat untuk berinvestasi. Selain memberikan manfaat untuk masyarakat, perusahaan juga memberikan kontribusi kepada negara seperti dengan membayar pajak dan dapat meningkatkan pendapatan domestik bruto negara. Namun seiring berjalannya waktu, perusahaan juga memberikan dampak negatif yaitu pada lingkungan dan sumber daya alam. Dalam upaya mencapai tujuan perusahaan yaitu memperoleh laba yang sebesar – besarnya, masalah sosial dan lingkungan ini semakin sulit dikendalikan. Permasalahan seperti polusi, sumber daya alam yang semakin menipis, kebisingan, pemaksaan, kesewenangwenangan, dan bentuk negative externalities lainnya semakin sering terjadi akibat eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka melakukan proses produksinya. Proses produksi tersebut juga menghasilkan limbah yang dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan. Nurmansyah (2006) perusahaan berpendapat bahwa meskipun tujuan utama adalah mencari keuntungan sebesar – besarnya, perusahaan tidak dapat dilepaskan dari masyarakat. Terutama masyarakat sekarang sangat kritis dalam memperhatikan fenomena di sekitarnya. Oleh karena itu, dunia usaha sekarang tidak dapat hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan saja tetapi juga memperhatikan catatan keuangan, sosial, dan aspek lingkungan yang biasa disebut Triple Bottom Line. Tanggung jawab sosial dan lingkungan atau Corporate Social Responsibility adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka. Corporate Social Responsibility sebagai pertanggungjawaban sosial dan lingkungan atas dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas perusahaan melalui transparansidandidasarkan pada nilai-nilai etika dengan memberi perhatian pada pembangunan berkelanjutan, kesehatan dan kesejahteraan sosial sesuai dengan harapan stakeholder. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibilities (CSR) merupakan salah satu mekanisme yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan perusahaan dengan stakeholders dan disarankan bahwa CSR merupakan jalan masuk yang digunakan oleh beberapa organisasi untuk memperoleh keuntungan atau memperbaiki legitimasi. Di Indonesia, banyak sekali kasus yang berhubungan dengan sosial dan lingkungan masyarakat yang diakibatkan oleh aktivitas perusahaan. Sebagai contoh yaitu PT. Freeport dinilai tak memenuhi batas air limbah dan telah mencemari air laut dan biota laut. Kasus berikutnya yang sampai saat ini masih menjadi perbincangan adalah PT. Lapindo Brantas yang melakukan pengeboran minyak dan gas di daerah Porong, Sidoarjo yang lalai dan tidak memperhatikan standar operasi pengeboran justru malah membuat bencana munculnya lumpur panas disertai dengan gas menyengat yang telah menenggelamkan beberapa wilayah pemukiman penduduk disekitar perusahaan. Hal ini membuat perusahaan Lapindo kini tidak lagi dapat beroperasi di daerah Porong, Sidoarjo dan aktivitas masyarakat di daerah tersebut mati total. Akibat dari banyaknya kasus yang terjadi, pemerintah Indonesia memberikan respon yang baik terhadap pelaksanaan CSR dengan mengatur pelaksanaanya dalam Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan mewajibkan perseroan yang bidang usahanya di bidang atau terkait dengan bidang sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Undang-undang tersebut mewajibkan semua perseroan untuk melaporkan semua program dan kegiatan tanggung jawab sosialnya dalam Laporan Tahunan. Pelaporan tersebut mencerminkan akuntabilitas perseroan dalam melaksanan program CSR sehingga para stakeholder dapat menilai pelaksanaan kegiatan tersebut. Dalam undang-undang tersebut (Pasal 1 ayat 3), Corporate Social Responsibility dikenal dengan istilah tanggung jawab sosial dan lingkungan yang diartikan sebagai komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Praktik dan pengungkapan Corporate Social Responsibility merupakan konsekuensi logis dari struktur good corporate governance.Gagasan utama Good Corporate Governance (GCG) atau tata kelola perusahaan yang baik adalah mewujudkan tanggung jawab sosial (CSR). Konsep Good Corporate Governance (GCG) yang dilandasi oleh teori agensi, dilatarbelakangi adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Pemisahan ini akan menimbulkan masalah karena adanya perbedaan kepentingan antara pemegang saham (sebagai prinsipal) dengan pihak manajemen (sebagai agen). Dalam teori agensi (agency theory), dijelaskan bahwa hubungan agensi terjadi ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut. Dengan adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian ini akan menimbulkan permasalahan yang disebut agency conflict.kepentingan manajemen sebagai agen perusahaan menyebabkan terjadinya manipulasi laporan keuangan, misalnya praktik manajemen laba. Pelaksanaan program Corporate Social Responsibility tidak terlepas dari penerapan Good Corporate Governance yang menyatakan bahwa tujuan pelaksanaan Corporate Governance adalah mendorong timbulnya kesadaran akan tanggung jawab perusahaan pada masyarakat dan lingkungan disekitar perusahaan. Implementasi program CSR oleh perusahaan pada hakikatnya bersifat orientasi dari dalam ke luar. Hal tersebut berarti sebelum melaksanakan aktivitas CSR yang bersifat discretionary/voluntary, perusahaan terlebih dahulu harus membenahi kepatuhan perusahaan terhadap hukum. Selain itu, perusahaan perlu mengembangkan sejumlah kebijakan untuk menuntun pelaksanaan CSR. Semua hal tersebut tidak akan terlaksana dengan baik bila perusahaan tidak menerapkan corporate governance yang baik (GCG). Titan (2012 : 32) menyatakan teori stakeholder berpendapat bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun juga harus memberikan manfaat bagi stakeholders. Di dalam perusahaan ada pihak yang diutamakan yaitu stakeholders. Dengan mengungkapkan CSR perusahaan dapat mengelola hubungan organisasi dengan stakeholder. Tujuan utama manajer adalah untuk menyeimbangkan konflik dengan stakeholders dan dalam hal ini CSR menjadi perangkat yang canggih yang dapat digunakan untuk menggalang dukungan dari para stakeholder. Para stakeholder tentu menggunakan laporan keuangan yang menjadi salah satu indikator dari kinerja perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus menyusun laporan keuangan dengan sebaik mungkin agar para pemangku kepentingan ini tidak salah dalam mengambil keputusan. Perusahaan ingin agar laporan keuangannya terlihat sangat baik di depan para pemangku kepentingan terutama para investor. Oleh karena itu, praktik manajemen laba sudah bukan menjadi permasalahan baru dalam praktik akuntansi. Informasi laba sebagai bagian dari laporan keuangan sering menjadi target rekayasa melalui tindakan oportunis manajemen untuk memaksimumkan kepuasaannya, tindakan tersebut dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu, sehingga laba dapat diatur, dinaikkan atau diturunkan sesuai keinginannya. Perilaku manajemen untuk mengatur laba sesuai dengan keinginannya tersebut dikenal dengan istilah manajemen laba Kegiatan CSR ini digunakan oleh manajer sebagai alat pelindung. Hal ini dilakukan dengan memanipulasi pendapatan (manajemen laba) menggunakan kegiatan tanggung jawab sosial ini sebagai salah satu strategi untuk menjaga hubungan dengan para stakeholder. Penelitian terbaru oleh Titan (2012) menyimpulkan bahwa manajemen laba dan mekanisme corporate governance secara bersama-sama berpengaruh pada pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR). Namun, secara parsial manajemen laba tidak mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR). Hasil ini tidak sejalan penelitian yang dilakukan Prior (2007) dimana dinyatakan pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR) yang dilakukan oleh pihak manajemen yang melakukan earning management adalah untuk alasan strategis dalam upaya untuk menjaga hubungan dengan para stakeholder. Murwaningsari (2009:31) menyatakan bahwa Good Coorporate Governance harus mempertimbangkan dan memperhatikan masalah corporate social responsibility tidak hanya untuk memenuhi kepentingan maajerial tetapi stakeholder secara keseluruhan. Menurut Basamalah dan Jermias (2005:114), perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang menerapkan dan mengungkapkan CSR mengharapkan akan direspon positif oleh para pelaku pasar. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Manajemen laba dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan kondisi yang telah dibahas di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah manajemen laba berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR)? 2. Apakah mekanisme corporate governance berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR)? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalah dalam penelitian, maka tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh manajemen laba terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR) 2. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh mekanisme corporate governance terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR) 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi akademisi, memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu akuntansi terutama tentang pengaruhmanajemen laba dan mekanisme corporate governance terhadap pengambilan keputusan perusahaan untuk mengungkapan praktik CSR dalam laporan tahunannya. 2. Bagi praktik bisnis, memberikan pemahaman tentang pentingnya pengungkapan corporate social responsibility sehingga dapat menjadi masukan dalam pengambilan keputusan. 3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang manajemen laba dan mekanisme corporate governance 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian dimaksudkan agar arah pembahasan dalam penelitian ini tidak melebihi topik permasalahan yang ingin diungkapkan oleh penulis. Untuk membatasi permasalahan, peneliti membatasi permalahan pada pengaruh manajemen laba dan mekansime corporate governance terhadap pengungkapan praktik corporate social responsibility pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 20082011