Renijuniastuti`s life

advertisement
•
Home
•
About
•
Top of Form
Bottom of Form
Renijuniastuti’s life
Just another WordPress.com weblog
Feeds:
Posts
Comments
« …………(^_^)…………..
….MikRo MinEraL….. »
,,,,MAkrO MinErAL,,,,,,,,,,
May 21, 2009 by renijuniastuti
Mineral merupakan bagian tubuh yang memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi
tubuh, baik tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Selain itu,
mineral berperan dalam berbagai tahap metabolisme terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas
enzim. Keseimbangan ion-ion mineral di dalam cairan tubuh diperlukan untuk pengaturan
kegiatan enzim.
Mineral terbagi dua, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang
dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral mikro adalah
mineral yang dibutuhkan dalam jumlah kurang dari 100 mg sehari.
Mineral dalam jumlah yang berlebihan dapat menyebabkan keracunan.
Berikut ini akan dibahas mengenai mineral makro. Yang termasuk mineral makro antara lain:
1. Natrium (Na)
2. Klorida (Cl)
3. Kalium (K)
4. Kalsium (Ca)
5. Fosfor (P)
6. Magnesium (Mg)
7. Sulfur (S)
1. NATRIUM (NA)
•
Definisi dan Pendahuluan
Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler . 35-40 % terdapat dalam kerangka
tubuh. Cairan saluran cerna, sama seperti cairan empedu dan pancreas mengandung banyak
natrium.
•
Sumber
Sumber utama Natrium adalah garam dapur (NaCl). Sumber natrium yang lain berupa
monosodium glutamate (MSG), kecap dan makanan yang diawetkan dengan garam dapur.
Makanan yang belum diolah, sayur dan buah mengandung sedikit natrium. Sumber lainnya
seperti susu, daging, telur, ikan, mentega dan makanan laut lainnya.
•
-
Fungsi
menjaga keseimbangan cairan dalam kompartemen ekstraseluer.
Mengatur tekanan osmosis yang menjaga cairan tidak keluar dari darah dan masuk ke
dalam sel.
Menjaga keseimbangan asam basa dalam tubuh dengan mengimbangi zat-zat yang
membentuk asam.
-
Berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot.
Berperan dalam absorbsi glukosa dan sebagai alat angkut zat gizi lain melalui membrane,
terutama melalui dinding usus sebagai pompa natrium.
•
Dampak Kekurangan dan Kelebihan serta AKG
Akibat kekurangan natrium adalah sebagai berikut:
-
menyebabkan kejang, apatis dan kehilangan nafsu makan
-
dapat terjadi setelah muntah, diare, keringat berlebihan, dan diet rendah natrium
Akibat kelebihan natrium dapat menimbulkan keracunan yang dalam keadaan akut menyebabkan
edema dan hipertensi.
Jadi, taksiran kebutuhan untuk orang dewasa yaitu 500 mg/hari.
•
Absorpsi dan Metabolisme
Natrium diabsorpsi di usus halus secara aktif (membutuhkan energi), lalu dibawa oleh aliran
darah ke ginjal untuk disaring kemudian dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah cukup untuk
mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan natrium akan dikeluarkan melalui urin
yang diatur oleh hormone aldosteron yang dikeluarkan oleh kelenjar adrenal jika kadar natrium
darah menurun.
2. KLORIDA (CL)
•
Definisi dan Pendahuluan
Klor merupakan anion utama cairan ekstraselular. Konsentrasi klor tertinggi adalah dalam cairan
serebrospinal (otak dan sumsum tulang belakang), lambung dan pancreas.
•
Sumber
Klor terdapat bersamaan dengan natrium dalam garam dapur. Beberapa sayuran dan buah juga
mengandung klor.
•
Fungsi
berperan dalam memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit dalam cairan
ekstraseluler.
Memelihara suasana asam dalam lambung sebagai bagian dari HCL, yang diperlukan
untuk bekerjanya enzim-enzim pencernaan.
Membantu pemeliharaan keseimbangan asam dan basa bersama unsur-unsur pembentuk
asam lainnya
Ion klor dapat dengan mudah keluar dari sel darah merah dan masuk ke dalam plasma
darah guna membantu mengangkut karbondioksida ke paru-paru dan keluar dari tubuh.
Mengatur system rennin-angiotensin-aldosteron yang mengatur keseimbangan cairan
tubuh.
•
Dampak Kekurangan dan Kelebihan serta AKG
Kekurangan klor terjadi pada muntah-muntah, diare kronis, dan keringat berlebihan. Dan jika
kelebihan juga bisa membuat muntah. Jadi AKG minimum klor sehari sebesar 750 mg.
•
Absorpsi dan Eksresi Klor
Klor diabsorpsi di usus halus dan dieksresi melalui urin dan keringat. Kehilangan klor mengikuti
kehilangan natrium.
3. KALIUM (K)
•
Definisi dan Pendahuluan
Kalium merupakan ion yang bermuatan positif dan terdapat di dalam sel dan cairan intraseluler.
•
Sumber
Kalium berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Sumber utama adalah makanan segar/
mentah, terutama buah, sayuran dan kacang-kacangan.
•
Fungsi
berperan dalam pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit serta keseimbangan
asam dan basa bersama natrium.
-
Bersama kalsium, kalium berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot.
Di dalam sel, kalium berfungsi sebagai katalisator dalam banyak reaksi biologic, terutama
metabolisme energi dan sintesis glikogen dan protein.
-
Berperan dalam pertumbuhan sel.
•
Dampak Kelebihan dan Kekurangan serta AKG
Kekurangan kalium dapat terjadi karena kebanyakan kehilangan melalui saluran cerna atau
ginjal. Kehilangan banyak melalui saluran cerna dapat terjadi karena muntah-muntah, diare
kronis atau kebanyakan menggunakan obat pencuci perut. Kebanyakan kehilangan melalui ginjal
adalah karena penggunaan obat diuretic terutama untuk pengobatan hipertensi. Kekurangan
kalium menyebabkan lesu, lemah, kehilangan nafsu makan, kelumpuhan, mengigau, dan
konstipasi.
Kelebihan kalium akut dapat terjadi bila konsumsi melebihi 12 g/ m2 permukaan tubuh sehari
tanpa diimbangi oleh kenaikan eksresi. Hiperkalemia akut dapat menyebabkan gagal jantung
yang berakibat kematian. Kelebihan kalium dapat terjadi bila ada gangguan fungsi ginjal.
Jadi, kebutuhan minimum kalium sekitar 2000 mg sehari.
•
Absorpsi dan Eksresi Kalium
Kalium diabsorpsi dengan mudah dalam usus halus. Kalium dieksresi melalui urin, feses,
keringat dan cairan lambung. Taraf kalium normal darah dipelihara oleh ginjal melalui
kemampuannya menyaring, mengarbsorpsi kembali dan mengeluarkan kalium di bawah
pengaruh aldosteron. Kalium dikeluarkan dalam bentuk ion dengan menggantikan ion natrium
melalui mekanisme pertukaran di dalam tubula ginjal.
4. KALSIUM (CA)
•
Definisi dan Pendahuluan
Kalisum merupakan mineral yang paling banyak dalam tubuh yang berada dalam jaringan keras
yaitu tulang dan gigi. Di dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler, kalsium berperan penting
dalam mengatur fungsi sel, seperti untuk transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah dan
menjaga permebialitas membrane sel. Kalsium mengatur kerja hormone dan factor pertumbuhan.
•
Sumber
Sumber kalsium terutama pada susu dan hasilnya, seperti keju. Ikan dimakan dengan tulang,
termasuk ikan kering merupakan sumber kalsium yang baik, udang, kerang, kepiting, kacangkacangan dan hasil olahanannya, daun singkong, daun lamtoro.
•
-
Fungsi
pembentukan tulang dan gigi
kalsium dalam tulang berguna sebagai bagian integral dari struktur tulang dan sebagai
tempat menyimpan kalsium.
-
Mengatur pembekuan darah
Katalisator reaksi biologic, seperti absorpsi vitamin B12, tindakan enzim pemecah lemak,
lipase pancreas, eksresi insulin oleh pancreas, pembentukan dan pemecahan asetilkolin.
-
Relaksasi dan Kontraksi otot, dengan interaksi protein yaitu aktin dan myosin.
-
Berperan dalam fungsi saraf, tekanan darah dan fungsi kekebalan.
Meningkatkan fungsi transport membran sel, stabilisator membrane, dan transmisi ion
melalui membrane organel sel.
•
Dampak Kelebihan dan Kekurangan serta AKG
Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan menyebabkan gangguan pertumbuhan, tulang
kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh. Pada usia lanjut terjadi osteoporosis yang dapat
dipercepat oleh keadaan stress. Dapat juga terjadi pada perokok dan pemabuk. Selain itu dapat
juga menyebabkan osteomalasia yaitu riketsia pada orang dewasa dan terjadi karena kekurangan
vitamin D. kadar kalsium darah yang rendah dapat menyebabkan tetani atau kejang.
Akibat kelebihan kalsium menimbulkan batu ginjal atau gangguan ginjal, gangguan absorpsi
mineral lain serta konstipasi.
Jadi, AKG yang diperlukan adalah sebagai berikut:
- bayi
: 300-400 mg
- anak-anak
: 500 mg
- remaja
: 600-700 mg
- dewasa laki-laki
: 500-800 mg
- dewasa perempuan
: 500-600 mg
- bumil dan menyusui
: + 400 mg
- manula
: 500 mg
•
Absorpsi dan Eksresi Kalsium
Sebanyak 30-50 % kalsium yang dikonsumsi diabsorpsi tubuh yang terjadi di bagian atas usus
halus yaitu duodenum. Kalsium membutuhkan pH 6 agar dapat berada dalam kondisi terlarut.
Absorpsi kalsium terutama dilakukan secara aktif dengan menggunakan alat angkut proteinpengikat kalisum. Absorpsi pasif terjadi pada permukaan saluran cerna. Kalsium hanya bias
diabsorpsi bila terdapat dalam bentuk larut air dan tidak mengendap karena unsure makanan lain.
Kalsium yang tidak diabsorpsi dikeluarkan melalui feses. Kehilangan kalsium dapat terjadi
melalui urin, sekresi cairan yang masuk saluran cerna serta keringat.
5. FOSFOR (P)
•
Definisi dan Pendahuluan
Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak dalam tubuh, sekitar 1 % dari berat badan. Fosfor
terdapat pada tulang dan gigi serta dalam sel yaitu otot dan cairan ekstraseluler. Fosfor
merupakan bagian dari asam nukleat DNA dan RNA. Sebagai fosfolipid, fosfor merupakan
komponen structural dinding sel. Sebagai fosfat organic, fosfor berperan dalam reaksi yang
berkaitan dengan penyimpanan atau pelepasan energi dalam bentuk Adenin Trifosfat (ATP).
•
Sumber
Fosfor terdapat pada semua sel mahluk hidup, terutama makanan kaya protein, seperti daging,
ayam, ikan, telur, susu dan hasilnya, kacang-kacangan serta serealia.
•
-
Fungsi
kalsifikasi tulang dan gigi melalui pengendapan fosfor pada matriks tulang
mengatur peralihan energi pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak melalui
proses fosforilasi fosfor dengan mengaktifkan berbagai enzim dan vitamin B.
-
absorpsi dan transportasi zat gizi serta system buffer
-
bagian dari ikatan tubuh esensial yaitu RNA dan DNA serta ATP dan fosfolipid.
-
Mengatur keseimbangan asam basa
•
Dampak Kelebihan dan Kekurangan serta AKG
Kekurangan fosfor bias terjadi karena menggunakan obat antacid untuk menetralkan asam
lambung, yang dapat mengikat fosfor sehingga tidak dapat diabsorpsi. Kekurangan fosfor juga
terjadi pada penderita yang kehilangan banyak cairan melalui urin. Kekurangan fosfor
mengakibatkan kerusakan tulang dengan gejala lelah, kurang nafsu makan dan kerusakan tulang.
Bila kadar fosfor darah terlalu tinggi, ion fosfat akan mengikat kalsium sehingga dapat
menimbulkan kejang.
Jadi, AKG yang diperlukan:
-
Bayi
: 200-250 mg
-
anak-anak
: 250-400 mg
-
laki-laki
: 500 mg
-
perempuan
-
ibu hamil dan menyusui
: 450 mg
: 200-300 mg
•
Absorpsi dan Metabolime Fosfor
Fosfor dapat diabsorpsi secara efisien sebagai fosfor bebas di dalam usus setelah dihidrolisis dan
dilepas dari makanan oleh enzim alkalin fosfatase dalam mukosa usus halus dan diabsorpsi
secara aktif yang dibantu oleh bentuk aktif vitamin D dan difusi pasif. Kadar fosfor dalam darah
diatur oleh hormone paratiroid (PTH) yang dikeluarkan oleh kelenjar paratiroid dan hormone
kalsitonin serta vitamin D, untuk mengontrol jumlah fosfor yang diserap, jumlah yang ditahan
oleh ginjal, jumlah yang dibebaskan dan disimpan dalam tulang. PTH menurunkan reabsorpsi
fosfor oleh ginjal. Kalsitonin meningkatkan eksresi fosfat oleh ginjal.
6. MAGNESIUM (MG)
•
Definisi dan Pendahuluan
Magnesium adalah kation terbanyak setelah natrium di dalam cairan interselular. Magnesium
merupakan bagian dari klorofil daun. Peranan magnesium dalam tumbuh-tumbuhan sama dengan
peranan zat besi dalam ikatan hemoglobin dalam darah manusia yaitu untuk pernafasan.
Magnesium terlibat dalam berbagai proses metabolisme.
Magnesium terdapat dalam tulang dan gigi, otot, jaringan lunak dan cairan tubuh lainnya.
•
Sumber
Sumber utama magnesium adalah sayur hijau, serealia tumbuk, biji-bijian dn kacang-kacangan.
Daging, susu dan hasilnya serta cokelat merupakan sumber magnesium yang baik.
•
Fungsi
Magnesium berperan penting dalam system enzim dalam tubuh. Magnesium berperan sebagai
katalisator dalam reaksi biologic termasuk metabolisme energi, karbohidrat, lipid, protein dan
asam nukleat, serta dalam sintesis, degradasi, dan stabilitas bahan gen DNA di dalam semua sel
jaringan lunak.
Di dalam sel ekstraselular, magnesium berperan dalam transmisi saraf, kontraksi otot dan
pembekuan darah. Dalam hal ini magnesium berlawanan dengan kalsium.
Magnesium mencegah kerusakan gigi dengan cara menahan kalsium dalam email gigi.
•
Dampak Kelebihan dan Kekurangan (AKG)
Kekurangan magnesium bisa terjadi jika kekurangan protein dan energi serta berbagai kompilasi
penyakit yang menyebabkan gangguan absorpsi atau penurunan fungsi ginjal, endokrin, terlalu
lama mendapat makanan tidak melalui mulut (intravena).
Penyakit yang menyebabkan muntah-muntah, diare, penggunaan diuretika (perangsang
pengeluaran urin), juga dapat menyebabkan kekurangan magnesium.
Kekurangan magnesium berat akan menyebabkan kurang nafsu makan, gangguan pertumbuhan,
mudah tersinggung, gugup, kejang/tetanus, gangguan system saraf pusat, halusinasi, koma dan
gagal jantung.
Akibat kelebihan magnesium belum diketahui secara pasti. Kelebihan magnesium terjadi pada
penyakit gagal ginjal.
Jadi, AKG untuk orang dewasa untuk pria 280 mg/hari dan wanita 250 mg/ hari.
•
Pencernaan dan Metabolisme
Magnesium diabsorpsi di usus halus dengan bantuan alat angkut aktif dan secara difusi pasif. Di
dalam darah magnesium terdapat dalam bentuk ion bebas. Keseimbangan magnesium dalam
tubuh terjadi melalui penyesuaian eksresi magnesium melalui urin. Eksresi magnesium
meningkat oleh adanya hormone tiroid, asidosis, aldosteron serta kekurangan fosfor dan kalium .
eksresi magnesium menurun karena pengaruh kalsitonin, glukagon dan PTH terhadap resorpsi
tubula ginjal.
7. SULFUR (S)
•
Definisi dan Pendahuluan
Sulfur merupakan bagian dari zat-zat gizi esensial, seperti vitamin tiamnin dan biotin serta asam
amino metionin dan sistein.
Rantai samping molekul sistein yang mengandung sulfur berkaitan satu sama lain sehingga
membentuk jembatan disulfide yang berperan dalam menstabilkan molekul protein.
Sulfur terdapat dalam tulang rawan, kulit, rambut dan kuku yang banyak mengandung jaringan
ikat yang bersifat kaku.
•
Sumber sulfur adalah makanan yang mengandung berprotein.
•
Fungsi Sulfur
Sulfur berasal dari makanan yang terikat pada asam amino yang mengandung sulfur yang
diperlukan untuk sintesis zat-zat penting. Berperan dalam reaksi oksidasi-reduksi, bagian dari
tiamin, biotin dan hormone insuline serta membantu detoksifikasi. Sulfur juga berperan
melarutkan sisa metabolisme sehingga bias dikeluarkan melalui urin, dalam bentuk teroksidasi
dan dihubungkan dengan mukopolisakarida.
•
Dampak Kelebihan dan Kekurangan (AKG)
Kecukupan sehari sulfur tidak ditetapkan dan hingga sekarang belum diketahui adanya
kekurangan sulfur bila makanan yang kita konsumsi cukup mengandung protein. Dampak
kekurangan sulfur bisa terjadi jika kekurangan protein.
Kelebihan sulfur bisa terjadi jika konsumsi asam amino berlebih pada hewan yang akan
menghambat pertumbuhan.
Jadi, AKG untuk orang dewasa dicukupi oleh asam amino esensial yang mengandung sulfur.
•
Pencernaan dan Metabolisme
Sulfur diabsorpsi sebagai bagian dari asam amino atau sebagai sulfat anorganik. Sulfur juga
merupakan bagian dari enzim glutation serta berbagai koenzim dan vitamin, termasuk koenzim
A. Sebagian besar sulfur dieksresi melalui urin sebagai ion bebas. Sulfur juga merupakan salah
satu elektrolit intraseluler yang terdapat dalam plasma berkonsentrasi rendah.
8. KESIMPULAN
Mineral makro terutama natrium, klor dan kalium berperan dalam menjaga keseimbangan cairan
tubuh. Natrium, kalium, kalsium dan magnesium diperlukan untuk transmisi saraf dan kontraksi
otot. Fosfor dan magnesium terlibat dalam metabolisme energi. Kalsium, fosfor dan magnesium
berperan dalam memberi bentuk tulang. Selain itu, mineral makro memegang peranan khusus
dalam tubuh.
http://reninutrisionist.wordpress.com/2009/05/21/makromineral/
Jumat, 29 Mei 2009
MINERAL MIKRO
Unsur mikro, disebut pula unsur hara, mikro-mineral atau "trace mineral," adalah
mineral-mineral yang dibutuhkan dalam jumlah yang sangat lah sedikit. Sembilan
unsur yang sampai kini dianggap esensial, yaitu: Cr, Co, Cu, J, Fe, Mn, Mo, Se dan
Zn. Dengan bertambahnya penelitian daftar unsur-unsur ini tentu akan bertambah
panjang, apabila alat-alat analisis dan cara-cara yang baru untuk memurnikan
unsur-unsur telah ditemukan.
Besi (Fe)
Lebih dari 90% besi yang terdapat dalam tubuh, terikat pada protein, dan terutama
pada hemoglobin, yang mengandung besi sebanyak 0,34%. Kebanyakan besi
terdapat dalam molekul heme yang mempunyai di tengah lingkaran porfirin dan
merupakan bagian dari hemoglobin, yaitu yang terdiri atas empat lingkaran porfirin
yang terikat pada globin. Besi juga terdapat dalam mioglobin. Mioglobin adalah
serupa dengan hemoglobin kecuali hanya mengandung satu lingkaran porfirin. Fe
ion pada hemoglobin mengikat oksigen secara reversibel:
Mioglobin mempunyai afinitas yang lebih besar daripada hemoglobin, dan berfungsi
untuk menyinipan oksigen di dalam sel. Serum darah mengandung suatu senyawa
yang mengadung besi yang disebut transferitin, yang menyangkut Fe ke segala
penjuru tubuh, khususnya ternpat-tempat pembuatan sel-sel darah merah,
terutama sumsum tulang. Besi juga terdapat dalam hati, limpa dan tulang sebagai
ferritin dan henro-siderin.
Fungsi. Fungsi Fe yang terpenting adalah untuk absorpsi dan transport 02 ke sel-sel
dan di sel-sel ini dalam statusnya yang reversibel 02 dilepaskan dan mengikat C02 02 kemudian disimpan dalam ikatan dengan mioglobin di dalam sel. Fe merupakan
pula kornponen yang aktip dari beberapa enzime, yaitu sitokroni perioksidase dan
katalase. Semua proses metabolisme yang me¬nyangkut Fe tergantung pada
pcrubahan ferro menjadi ferri, dengan sederhana dapat dikatakan bahwa fungsi Fe
yang utama adalah sebagai mediator proses¬-proses oksidasi. Besi berfungsi untuk
mengangkut 02 dan C02, juga sebagai pengangkut hidrogen kepada sel sebagai
bagian dari sistem transport elektron dalam sel. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa Fe berfungsi dalam sintesa Kollagen, yang diduga dengan jalan hidroksilasi
terhadap prolin dan lisin.
Gejala defisiensi. Oleh karena Fe merupakan bagian dari hemoglobin,
kekurangannya menyebabkan hambatan sintese. sel-sel darah merah oleh
sum¬sum tulang. Oleh karena sel darah merah hanya mempunyai jangka hidup
yang pendek, maka perlu penggantian yang kontinyu. Untungnya dalam
katabolisme dari sel-sel ini, kebanyakan dari Fe dapat digunakan lagi. Dengan
demikian kebutuhan tubuh setiap hari untuk hewan yang sehat sangat sedikit,
penam¬bahan kebutuhan hanya pada saat kebuntingan dan perdarahan yang
banyak. Kalau sintesa terganggu maka jumlah sel darah merah berkurang dan
kadar hemoglobin rendah, kondisi ini disebut anemia, itu karena kekurangan Fe
banyak terjadi pada hewan yang cepat bertumbuh, yang hanya diberi air susu,
karena kadar Fe dalam air susu rendah.. Anemia karena Fe tidak biasa pada pedet,
anak domba dan lain-lain ruminansia oleh karena biasanya mereka tidak
dikandangkan terus menerus, dan biasanya telah mulai makan makanan lain pada
awal hidupnya. Karena telur mengandung 1 mg Fe, petelur perlu mendapat banyak
Fe, tetapi kebanyakan makanan ung¬gas telah cukup mengandung Fe.
Sumber. Pada umumnya, Na dan Fe dalam bahan makanan cukup untuk memenuhi
kebutuhan hewan normal. Sehingga hanya pada keadaan tertentu yang telah
disebut suplementasi Fe diperlukan.
Tembaga (Cu)
Tembaga dan besi sering dibicarakan bersama, karena mempunyai sifat yang sama
dan kepentingan yang sama dalam pembentukan hemoglobin. Tetapi Fe adalah
bagian dari molekul hemoglobin sedangkan Cu tidak. Cu ter¬dapat disemua
jaringan tubuh, hati, otak, jantung dan ginjal mengandung Cu dengan kadar yang
tinggi. Cu dalam darah terdapat baik dalam plasma maupun dalam eritrosit dalam
konsentrasi yang hampirsama. Sebagian besar Cu dalam plasma terdapat sebagai
Seruloplasmin dan yang dalam eritrosit sebagai eritrokuprein (pada manusia) atau
hemokuprein (pada sapi).
Fungsi fisiologik dan gejala defisiensi. Fungsi Cu adalah sebagai biokatalisator
dalam tubuh dan dari semua peristiwa yang dikenal, enzime yang tergantung pada
Cu adalah metallo-protein, yaitu protein yang mengikat Cu. Di antara kupro enzime
adalah sitokrom oksidase, dopamine beta hidroksilase, urat oksidase, super oksida
dismutase, tirosinase dan livil oksidase. Dalam beberapa hal, gejala defisiensi ada
kemungkinan untuk dihubungkan dengan, rendahnya aktivitas salah satu dari
enzime itu.
Keadaan patologik yang pertama dihubungkan dengan kekurangan Cu adalah
anemia pada hewan muda. Oleh karena Cu bukan bagian dari hemoglobin diduga
bahwa ia menstimulasi bematopoiesis. Keadaan patologik lain yang telah lama
diketahui dan akhir-akhir ini banyak mendapat perhatian adalah tak-berfungsinya
jaringan pengikat, kerapuh¬an tulang dan gangguan kardiovaskuler. Pada literatur
gejala pada manusia, misalnya: gangguan tulang termasuk kelumpuhan,
pembengkakan sendi dan kerapuhan tulang. Ini diduga kegagalan untuk
mengendapkan tulang dalam matriks organiknya, yaitu kartilago. Sekarang
diketahui bahwa kesalahannya terletak matriks organiknya, yaini karena kegagalan
pembentukan kollagen, senyawa utama dalam kartilago, dan ini disebabkan karena
kekurangan Cu. Pada defisiensi Cu, kollagen gagal untuk membentuk "cross
linkage" dan pemasakan, karena kekurangan lisil oksidase, suatu metallo enzime.
Ini adalah amino oksidase yang diperlukan untuk oksidasi karbon epsilon dari lisina
yang bereaksi dengan lain senyawa menjadi "cross-linkage" yang normalnya
ter¬dapat dalam kollagen yang kuat dari kartilago.
Salah satu gejala defisiensi Cu yang lalu disebut "falling-disease" yang terdapat di
Australia. Ini dilaporkan bahwa hewan menunjukkan gangguan koordinasi dan
terjadi kematian mendadak setelah jatuh. Pecahnya pembuluh darah aorta dan
pembuluh-pembuluh yang lain telah dilaporkan. Keadaan ini juga diketahui
sekarang karena kegagalan "cross-linkage" pada kollagen yang normal yang
terdapat dalam elastin yang melapisi jantung dinding pembuluh darah. Aorta hewan
yang kekurangan Cu mengandung sedikit elastin dan lebih banyak kollagen yang
mudah larut daripada normal, dengan hasil lemaknya dinding pembuluh.
Kekurangan pigmen pada hewan dan manusia yang kekurangan Cu telah lama
diketahui. Dalam beberapa hal misalnya pada kelinci. Warna hitamnya berubah
menjadi kelabu dan ada gejala-gejala yang lain. Kondisi ini dapat diterangkan
dengan rendahnya tirosinase pada hewan yang menderita kekurangan Cu.
Tirosinase adalah Cu metallo enzime yang meng-katalisasi
pembentukan melanin. Juga pada hewan yang menderita defisiensi Cu, menunjukkan kehilangan kekeritingan pada wool dan wool menjadi lurus dan kaku, yang
disebut "stringy" atau "steely" wool. Ini secara ekonomik penting untuk produksi
wool. Penyebabnya adalah kegagalan pembentukan ikatan di-sulfida. Diperkirakan
bahwa enzime yang mengandung Cu mungkin secara langsung atau tidak langsung
ikut serta dalam oksidase gugusan sulfhidral dalam wool menjadi bentuk disulfide.
Interaksi antara Cu, Mo dan sulfat. Di beberapa bagian dunia, misalnya di tanah
kapur di Inggris dan di tanah-tanah gambut (Peatsoil), sapi yang digembalakan
pada daerah-daerah ini kelihatan kurus dan pada beberapa peristiwa terjadi diare.
Di Inggris gejala ini disebut "peat scuurs." Hijauan di daerah ini mempunyai kadar
Mo yang sangat tinggi (20 - 100 mg/kg) sebagai pembanding kadar normal pada
hijauan 0,5 - 3,0 mg/kg. Penelitian-penelitian yang terdahulu menunjukkan bahwa
gejala ini karena keracunan Mo, Tetapi, kemudian dapat ditunjukkan bahwa kondisi
ternak dapat diperbaiki dengan pemberiari, CuSO4 dalam makanan, dengan
demikian dapat diketahui adanya interaksi antara Cu dan Mo. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kelebihan Mo menyebabkan ekskresi Cu dari tubuh, sehingga
memperbesar kebutuhan Cu. Peneiitian yang lebih akhir di Australia menunjukkan
bahwa Mo menun¬jukkan pengaruhnya apabila sulfat terdapat dalam makanan.
Dengan demikian diketahui ada interaksi antara Cu, air dan sulfat. Telah dapat
dittmjukkan pula apabila kadar Mo dalam hijauan rendah sekali, keracunan Cu
dapat terjadi dengan pemberian Cu yang lebih kecil, dibanding kalau kadar Mo
normal. Sapi kelihatannya lebih peka terhadap kelebihan Mo daripada domba
sedangkan kuda kelihatannya tidak terpengaruh.
Keracunan. Kondisi yang terjadi karena pemberian garam tembaga yang cukup
banyak, terutama pada domba. Kondisi Cu yang berkelebihan terus menerus dalam
jangka lama menyebabkan penlmbunan Cu di dalam jaringan tubuh, terutama
dalam hati. Oleh karena itu kemungkinan terjadi penimbunan racun, maka harus
berhati-hati memberikan Cu dalam makanan hewan. Dom¬ba adalah yang paling
peka sedangkan babi sangat toleran, demikian pula sapi. Domba peka terhadap
makanan yang mengandung 20 - 30 mg Cu/kg. , Apabila domba diberi campuran
konsentrat bersama dengan hijauan untuk penggemukan, maka kadar Cu dalam
konsentrat 40 mg/kg, akan menyebabkan keracunan. Dalam semua kejadian,
penimbunan Cu dalam hati ini sedikit demi sedikit sampai mencapai kadar yang
berbahaya yaitu 100 mg/kg jaringan hati kering bebas lemak. Keracunan Cu ini
pernah pula dilaporkan pada domba yang digembalakan pada pangonan dengan
kadar Cu 10 - 20 mg/kg hijauan kering apabila kadar Mo-nya rendah. Tetapi
kebanyakan terjadi karena peng¬gunaan garam Cu untuk domba yang diberi
hijauan berkadar Mo rendah.
Sumber. Tembaga banyak terdapat dalam bahan makanan dan biasanya cukup
untuk.ternak. Tetapi kadar Cu dalam tanaman tergantung kadar Cu tanah dan ini
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Tanah yang mengalami erosi atau tanah
yang drainase air kurang baik, mungkin kadarnya rendah. Kadar Cu dalam air susu
rendah, sehingga pemberian Cu perlu diperhatikan. apabila pemberian Fe untuk
anak babi dikerjakan.
Cobalt (Co)
Penyakit pada sapi dan domba yang ditandai dengan kekurusan dan kelesuan telah
dikenal lama di Australia, New Zealand, Asia, Eropa dan Amerika. Beberapa nama
penyakit ini adalah: "pining", "salt-sickness," "bush sickness," atau "vinguish."
Semua penyakit ini dapat disembuhkan dengan pemberian garam yang
mengandung kobalt.
Fungsi dan gejala-gejala defisiensi. Fungsi fisiologi kobalt baru diketahui
setelah vitamin B12 diketemukan dan diketahui mengandung mineral ini. Co dalam
makanan digunakan oleh mikro-organisme dalam rumen untuk men¬sintesa
vitamin B12, sehingga apabila kekurangan Co terjadi defisiensi vitamin B12 pada
ternak ini. Kehilangan berat tubuh yang menyertai nafsu makan yang jelek
disebabkan kekurangan vitamin B12. Ini dibuktikan dengan suntikan vitamin B12 ke
dalam tubuh hewan yang kekurangan Co dengan cepat menyem¬buhkannya,
sedang injeksi Co tidak mcniberikan hasil tetapi Co dalam makanan dapat berhasil
seperti dengan suntikan vitamin B12. Secara ekonomik lebih murah diberikan Co
pada ruminansia, daripada vitamin B12, sedang cara pemberiannya juga mudah
melalui makanan.
Ruminansia yang mendapat makanan dari padang pangonan yang kekurangan Co,
biasanya memerlukan waktu beberapa bulan untuk dapat terlihat gejala-gejalanya,
karena selama itu dapat menggunakan persediaan vitamin B12 yang ada di dalam
hati dan ginjal. Apabila reserve ini telah mulai habis, terjadi penurunan nafsu makan
sedikit demi sedikit, diikuti oleh turun¬nya berat badan, kemungkinan hilangnya
otot-otot tubuh, pika, anemia dan kematian. Kalau kekurangan dalam hijauan hanya
sedikit kelesuan hanya ter¬jadi pada akhir musim kemarau dan permulaan musim
hujan, dan ini menyebabkan kesukaran pemeriksaannya. Cara terbaik untuk
men¬diagnosenya, yaitu dengan memeriksa kadar Co dalam hijauan, kadar yang
kurang dari 0,1 mg Co/kg bahan kering dapat dikatakan rendah dan perlu
suplementasi.
Non-ruminansia perlu vitamin B12 karena mikroorganisme yang mem-produksi
vitamin ini terdapat di kolon/caecum sehingga absorpsi sedikit sekali atau tidak
ada, karena hampir semua diekskresikan melalui feses. Feses adalah sumber
vitamin ini yang baik, sehingga hewan yang cukup memakan fesesnya mungkin
tidak perlu tambahan vitamin ini dalam ransumnya.
Sumber. Kebanyakan bahan makanan mengandung Co dan pasture yang normal
mengandung 0,1 - 0,25 mg/kg bahan kering, beberapa makanan konsentrat lebih
tinggi daripada hijauan. Pemberian Co-sulfat adalah efektif seperti juga suatu pellet
cobalt-okside. Pellet ini apabila dimakankan kepada ternak akan tersangkut pada
retikulumnya dan ini dapat terus memberikan sedikit-sedikit Co ke rumen. Cara
yang lebih biasa yaitu dengan mencampurkan garam Co dengan garam dapur. dan
ternak dapat memakannya sebanyak dia mau. Co-sulfat dapat pula diberikan
sebagai pupuk pada hijauan dengan kadar 1,5 kg/ha-ini juga efektif untuk
mencegah adanya defisiensi.
Keracunan. Terlalu banyak Co meracun, tetapi jarak antara yang dibutuhkan dan
yang meracun sangat jauh sehingga praktis tidak terdapat pada ternak. Jumlah
yang meracun pada sapi yaitu sekitar 1 mg per berat badan per hari, sedangkan
domba lebih tahan dan dapat toleran sampai 3,5 mg/kg per hari. Kebutuhan Co
sekitar 0,05 - 0,07 mg/kg ransum.
Yodium (J)
Kadar yodium dalam tubuh sangat sedikit dan diperkirakan pada hewan dewasa
kadar ini hanya sekitar 0,6 mg/kg berat badan. Tetapi mineral ini mem-punyai
peranan penting dalam metabolisme tubuh.
Fungsi dan gejala-gejala defisiensi. Fungsi utamanya adalah sebagai penyusun
Tiroksin, yaitu suatu hormon yang diproduksi oleh glandula tiroidea dan
diiodotirosin, yaitu suatu senyawa antara dalam produksi Tiroksin dari tirosin.
Kedua komponen ini terdapat dalam kelenjar tiroidea sebagai protein, tiroglobulin,
yang menyimpan Tiroksin dan kemudian membebaskannya apabila diperlukan ke
dalam sirkulasi untuk merangsang metabolisnme.
Kekurangan J menyebabkan rendahnya produksi tiroksin dan salah satu manifestasi
dari kekurangan ini adalah terlihat adanya pembesaran kelenjar thyroidea yang
disebut gondok endemik, leher kelihatan membengkak. Gejala defisiensi yang
penting secara ekonomis yaitu gangguan reproduksi pada betina. Dalam keadaan
defisiensi yang sangat induk' melahirkan anak tanpa bulu, lemah atau mati.
Tirotropiry dari kelenjar Pitutaria anterior menstimulasi tiroidea untuk
mem¬produksi tiroksin. Kalau kadar tiroksin dalam darah rendah karena digunakan
untuk metabolisme, kelenjar pitutaria distimulasi. Untuk melanjutkan pro¬duksinya
sehingga terjadi keseimbangan tiroksin.
Gondok juga terjadi pada hewan yang diberi makan makanan yang mengandung
senyawa goitroge,nik, misalnya kobis, kedele, dan kacang¬kacangan. Senyawa
goitrogen dapat dideteksi dalam air susu sapi yang diberi makan makanan tersebut
di atas. Goitrogen juga terdapat dalam cassava baik dalam daun maupun dalam
umbinya, dalam bentuk thiosianat, yaitu suatri sianogenik glusida, 5-vinil-2thioksazolidone. Thiosianat ini dapat dicegah dengan pemberian jumlah yodium
yang cukup dalam makanan. Sehingga efeknya banyak terjadi pada daerah-daerah
yang kadar J dalam makanan ren¬dah.
Sumber. Kebanyakan bahan makanan mengandung sedikit yodium, sumber yang
terbaik adalah bahan makanan berasal dari laut misalnya tepung ikan dan rumput
laut. Banyak daerah-daerah di Indonesia yang kadar yodium dalam tanah rendah
sehingga terjadi defisiensi baik pada orang maupun ternak, dan perlu pemberian
garam beryodium. Garam yang dibuat dengan diuapkan di bawah matahari banyak
kehilangan yodium.
Mangan (Mn)
Dalam jumlah yang kecil Mn hampir terdapat di semua jaringan tubuh. Jumlah yang
besar terdapat dalam tulang, hati, ginjal, pankreas dan-pituitaria. Ini mempunyai
fungsi dalam metabolisme intermedier dpngan mengaktifkan beberapa enzime.
Fungsi dan gejala-gejala defisiensi. Fungsi Mn secara biokimia sukar diketahui. Mn
mungkin mengaktifkart beberapa enzime, tetapi dengan adanya ion-ion divalen
yang lain terutama Mg yang juga aktip peranan Mn ini tidak menyendiri. Mn scbagai
penyusun piruvat karboksilase sehingga defisiensinya menghambat metabolisme
karbohidrat. Mn juga mempunyai peranan yang spesifik dalam sintesa
mukopolisakaride dari kartilago, dan kekurangannya menyebabkan suatu sindrom
yang pada ayam perosis atau "slipped tendon." Kartilago dari ayam yang
kekurangan Mn mengandung asam heksuronat lebih sedikit daripada yang dari
ayam normal. Kelihatannya paling sedikit ada dua enzime yang ikut serta berfungsi:
1. polimerase yang menycbahkan pemanjangan rantai polisakaride dan
2. galaktosiltransferase yang menyatukan galaktose ke dalam komponen prote¬in.
Fungsi biokimia dari Mn ini kurang nyata sebagai penyebab beberapa gejala
defisiensi. Kelainan tulang dan kebanyakan kejadian adalah pembengkokan kaki di
mana tulang humeri lebih pendek dari normal. Tulang mengandung lebih sedikit
abu, berat jenisnya rendah dan mudah patah. Gang¬guan reproduksi adalah biasa
pada hewan-hewan yang kekurangan yaitu estrus irreguler, resorpsi foetus, atau
anak yang lahir lemah atau mati. Defisiensi pada unggas mengurangi daya tetas
dan ketebalan kulit telur; ayam yang sedang tum¬buh menderita retraksi kepala.
Kelumpuhan sering juga merupakan gejala kekurangan Mn. Kadar fosfatase dalam
tulang rendah sehingga dapat diduga bahwa Mn berfungsi dalam oksidasi
fosforilasi. Hewan yang kekurangan Mn lebih peka terhadap kekejangan tetapi
fungsi Mn dalam otak belum diketahui.
Sumber. Unsur ini tersebar luas, dalam bahan makanan dan hijauan cukup
mengandung Mn. Jagung, ragi, dan produk hewan adalah sumber yang kurang baik.
Makanan ayam yang banyak mengandung jagung perlu diberi suplementasi Mn.
Bekatul, dedak gandum, dan makanan hijau adalah sumber yang baik.
Keracunan. Tanaman yang tumbuh dalam tanah asam sering mengan¬dung Mn
sampai 500 - 600 mg/kg bahan kering. Ayam dapat diberi. Mn sam¬pai 0,1 % tanpa
gejala-gejala keracunan.
Seng (Zn)
Zn terdapat pada semua jaringan tubuh, tetapi sebagian besar terdapat dalam
tulang. Jumlah yang besar juga terdapat dalam kulit, rambut dan bulu hewan. Unsur
ini pertama kali diketemukan sebagai unsur yang esensial pada tikus dalam tahun
1934, sejak ini telah ditunjukkan bahwa unsur ini diperlukan untuk manusia dan
hewan yang lain.
Fungsi dan gejala-gejala defisiensi. Zn berfungsi dalam metabolisme melalui dua
cara: 1. sebagai komponen dari enzime dan 2. mempengaruhi konfigurasi struktur
ligand-ligand organik non-enzime tertentu. Sifat-sifat dari 20 metalloenzime yang
mengandung Zn dan enzime-enzime yang diaktipkan oleh Zn telah diselidiki di
antara enzime-enzime ini adalah: alkali fosfatase, alkohol dehidrogenase, karbonat
anhidrase, laktat dehidrogenase, glutamat dehidrogenase, dan karbopeptidase.
lnformasi menunjukkan beberapaenzime baru seperti: RNA polimerase, DNA
polimerase, timidine kinase dan lain-lain. Sehingga penurunan alkali fosfatase
dalam darah menunjukkan ge¬jala kekurangan seng ini. Beberapa ligand nonenzime yang dengan Zn membentuk senyawa kompleks adalah alpha-2-makroglobulin glikoprotein dalam serum yang mengikat dengan kuat sekitar 30% Zn
dalam plasma, dan albumin yang mengikat sekitar duapertiga Zn dalam plasma,
sedang asam amino tertentu mengikat kira-kira 2%. Zn juga mengikat ferritin,
nukleopro¬tein dan lain-lainnya.
Proses-proses yang sangat dipengaruhi oleh kekurangan Zn adalah metabolisme
DNA, RNA, protein, dan mukosakkharide. Defisiensi Zn pada semua hewan
menyebabkan pertumbuhan terlambat sebagai akibat kurang dapat digunakannya
protein dan sulfur. Defisiensi Zn secara tidak jelas menyebabkan gangguan
metabolisme glukose, yang mungkin karena berkurangnya pengambilan glukose
oleh sel.
Oleh karena Zn berperanan dalam banyak proses-proses metabolisme yang
penting, banyak sistema dalam tubuh yang terganggu kalau terjadi kekurangan,
terutama dalam fase pertumbuhan yang cepat. Reproduksi terganggu pada laki-laki
dan hewan jantan, karena Zn mempengaruhi pemasakan gonad. Pada babi dijumpai
adanya pertumbuhan subnormal, hilangnya nafsu makan, konversi makanan yang
rendah, dan parakeratosis. Parakeratosis adalah kemerahan kulit yang diikuti oleh
erupsi dan kemudian terjadi keropeng. Defisiensi ini sering terjadi apabila
makanannya kering. Defi¬siensi Zn dapat diperhebat oleh adanya Ca yang tinggi
dalam makanan. Kadar fosfor yang tinggi juga antagonik dengan Zn Gejala
defisiensi pada ayam yang bertumbuh adalah pertumbuhan yang jelek,
pembentukan bulu yang jelek, parakeratosis, dan pembengkakan persendian tarsometatarsus. Defisiensi Zn pada sapi banyak dijumpai di beberapa daerah. Pada
pedet defisiensi menyebabkan terjadinya radang kulit sekitar mulut dan hidung,
kaku sendi, kulit kaki kasar dan beikeropeng, dan parakeratosis sapi dewasa,
terlihat adanya kchilangan rambut pada ujung ekor. Gangguan reproduksi juga
dijumpai. Pada manusia, yang banyak dipengaruhi adalah laki-laki pada masa
pubertas. Terjadi gangguan pertumbuhan dan kegagalan alat kelamin tumbuh
normal dan aspek endokrinologik adalah hipopituitaria. Penyebab utama pada
manusia maupun hcwan non-ruminansia adalah tertentu yaitu banyak yang
mengkonsumsi fitase, sehingga asam fitat dan serat kasar akan mengganggu
absorpsi Zn dalam usus. Tetapi pada ruminansia tidak menganggu karena adanya
fitase yang dikeluarkan olch mikro-organisme dalam rumen.
Sumber. Unsur ini tersebar luas di alam, Ragi dan bahan makanan asal hewan kaya
akan Zn. Seng juga terdapat dalam bekatul dan lembaga padi¬-padian tetapi
sayangnya banyak yang terikat pada fitin. Pada babi dan unggas suplementasi Zn
dianjurkan.
Keracunan. Kadar 2000 mg/kg akan menyebabkan keracunan pada semua ternak,
tetapi jarak antara kebutuhan dan keracunan sangat jauh
Molibdenum (Mo)
Meskipun Mo telah lama diketahui sebagai unsur yang penting pada tanaman,
tetapi kepentingannya dalam tubuh hewan baru saja diketahui. Nyatanya Mo
dianggap sebagai unsur toksik daripada unsur yang diperlukan. Seperti telah
disebutkan di muka keracunan Mo ini berhubungan dengan tem¬baga dan
belerang.
Fungsi dan gejala defisiensi. Mo pertama kali digolongkan dalam unsur yang
esensial pada waktu diketahui kalau unsur ini merupakan penyusun en¬zime xantin
oksidase yang berfungsi dalam metabolisme dari purin. Molibdenum juga sebagai
konstituen nitrat reduktase yang berguna untuk konversi nitrat menjadi nitrit dalam
tanaman. Juga sebagai konstituen dehidrogenase dalam bakteri.
Sumber. Unsur ini tersebar luas dalam alam, sehingga tidak ada bahaya
kekurangan pada keadaan praktek..
Selenium (Se)
Untuk beberapa tahun mineral ini dianggap penting hanya karena sifat¬nya
meracun. Sekarang telah dibuktikan bahwa unsur ini perlu ada untuk keperluan
beberapa jenis hewan dan juga manusia.
Fungsi fisiologi dan gejala defisiensi. Seperti halnya beberapa zat gizi gejala-gejala
defisiensi telah dikemukakan sebelum fungsi biokimianya diketahui. Dalam tahun
1957, diketahui bahwa Se dapat mencegah terjadinya nekrosis hati pada tikus.
Tanda-tanda defisiensi lainnya kemudian dilaporkan pada hewan-hewan yang lain,
yaitu: diatesis exudatip pada ayam, miopatia lam¬bung kalkun dan nekrosis hati
pada babi. Gejala-gejala ini dijumpai pada hewan yang diberi makanan yang
tumbuh dari tanah yang kekurangan Se. Sehingga ditekankan bahwa kekurangan
ini terjadi pada keadaan praktis. Kekurangan Se ini juga menimbulkan distropia otot
pada domba yang disebut pula dengan "white muscle disease". Keadaan ini dapat
dijalankan secara eksperimental dengan pemberian makanan yang dimurnikan,
tanpa mengan¬dung Se.
Glutation peroksidase diketahui sebagai selenoenzime dan aktivitasnya dihambat
pada keadaan kekurangan Se. Kekurangan enzime ini dapat untuk menerangkan
adanya gejala defisiensi, karena ini sebagai katalisator untuk mentransfer pereduksi
dari glutation yang tereduksi kepada hidrogen peroksida atau kepada lipida
pcroksidase. Pada permulaan lienelitian tentang Se dan vitamin E, terjadi keraguraguan tentang hubungan Se, vitamin E dan asam¬asam amino yang mengandung
sulfur. Kemudian ternyata bahwa Se dalam glutation peroksidase melindungi
jaringan terhadap kerusakan yang ditim¬bulkan oleh lipida peroksidase dengan
jalan merusak peroksidase tersebut, sedang asam amino yang mengandung S
adalah prekusor glutation perpksidase. Vitamin CE adalah anti oksidan yang
mungkin mencegah terjadinya pemben¬tukan peroksidase. Ada bukti-bukti yang
menunjukkan selenoenzime yang lain dalam luhuh dan ini mungkin berfungsi dalam
transfer elektron.
Keracunan. Di tempat-tempat tertentu di Amerika, terjadi keracunan Se, yang
disebul", alkali disease" dan "blind staggers." Alkali disease adalah ben¬tuk kronik
yang tcrjadi sefelafi dalam waktu yang Iama makan spesies tanaman tertentu yang
mengandung Se 30 mg/kg bahan kering. Keracunan Se terjadi pada kuda, sapi dan
domba dan gejalanya sama, yaitu: kelesuan, kaku sendi, kelumpuhan, lepasnya
kuku dan kelainan lainnya. "Blind staggers" adalah bentuk akut keracunan Se,
terjadi kebutaan dan paralysis. Gulma tertentu dapat menimbun Se sehingga
kadarnya 1,2 mg/kg bahan kering. Makanan yang mengandung 5 mg/kk d:rpat
berbahaya terhadap ternak. Kadar dalam tanaman berhubungan erat dengan kadar
Se dalam tanah, tanah dapat mencapai 40 mg/kg, sehingga lanah yang
mengandung 0,5 mg/kg dapat dikatakan ber¬bahaya.
Kelebihan Se menyebabkankan gangguan reproduksi pada sapi, babi, domba dan
ayam. Hewan-hewan muda lebih peka terhadap keracunan ini dan ham¬batan
pertumbuhan adalah gejala pertamanya, yang kemudian diikuti dengan gejala lain
yang telah disebutkan. Untungnya kejadian keracunan ini tidak tersebar luas di
dunia dan kelihatannya kekurangan Se bahkan lebih tersebar dan suplementasi Se
dapat dianjurkan dalam pemberian makanan secara praktis.
Kromium (Cr)
Kromium untuk pertama kali diketahui sebagai unsur yang esensial, pada tahun
1959, yang diketahui sebagai unsur yang diperlukan dalam metabolisme gula pada
tikus dan laboratorium. Dengan demikian, Cr lebih banyak dibicarakan dalam
hubungannya dengan "Glukose Toleranse Faktor (G T F), karena sejarah Cr dimulai
dari observasi dengan pemberian ransum Torula¬Yeast pada tikus, yang
menghasilkan kelainan G T F-nya. Dalam percobaan ini tikus yang kekurangan Cr
tidak dapat menggunakan glukose yang diinjeksikan dalam dosis yarig tinggi
secepat tikus, yang diberi suplementasi Cr dalam ran¬sumnya.
Perhatian terhadap Cr dan GTF bertambah besar pada pertengahan tahun
empatpuluhan ketika didemonstrasikan pertambahan toleratlsi, glukose pada
manusia dan orang-orang tua, setelah pemberian 150-250 mg Cr¬khloride per hari.
Kemudian juga ditunjukkan adanya perbaikan terhadap anak-anak yang menderita
malnutrisi dengan suplementasi Cr. Sekarang dapat diduga bahwa Cr adalah
esensial bagi semua hewan.
Fungsi Fisiologi dan gejala-gejala defisiensi. Terdapat kekurangan pengetahuan kita
terhadap metabolisme Cr. Mungkin lebih baik untuk menggolongkan bentuk-bentuk
aktip dari GTF menurut kategori yang dapat diterima. GTF adalah mikronutrient
yang penting yang mengandung Cr valensi tiga, tetapi ini tidak sesuai dengan
diskripsi tentang mineral ataupun vitamin. Ini berbeda dari unsur mikro yang
biasanya, dalam hal aktivitas Cr, tergantung dari struktur kimianya. Misalnya GTF
bekerja sebagai suatu vitamin dalam tikus yang bunting yaitu untuk transport
plasental, dan untuk manusia dewasa yang tidA dapat menggunakan Cr anorganik.
Tetapi pada anak-anak yang kekurangan makan, Cr anorganik sangat efektif. Cr
dalam bentuknya sebagai GTF menyerupai hormon dalam kerjanya, ini dilepaskan
dalam darah sebagai respons terhadap rangsangan insulin. GTF cepat ditransport
ke periferi di mana menstimulasi reaksi yang mempercepat penggunaan glukose
dalam darah yang apabila tidak ada GTF ini reaksi tersebut berlangsung lebib
lambat. Terlihat bahwa ada perbedaan dapatnya disintesa GTF dari Cr, niasin, dan
asam amino sehingga akibatnya pengaruh GTF tergantung pada tingkatan
pembentukan¬nya. Tidak diketahui di mana GTF disintese, mungkin dalam hati.
Apabila ter¬jadi penambahan insulin dalam darah dengan cepat, GTF dilepaskan
dan menambah potensi insulin.
Gejala-gejala defisiensi terutama berhubungan fungsi GTF. Pada hewan yang diberi
makan ransum kekurangan Cr menunjukkan pertumbuhan terham¬bat, degenerasi
nekrotik dari hati dan penggunaan glukose yang kurang efisien.
Sumber. Unsur ini tersebar luas di alam dan ragi bir banyak mengandung bentuk
aktif Cr secara biologis yaitu GTF. Apakah elemen ini perlu diberikan pada ransum
hewan belum diketahui.
Fluor (F)
Konsentrasi yang terbesar dalam tubuh terdapat dalam tulang dan gigi.
Kepentingan F untuk mencegah karies pada manusia telah diketahui tetapi belum
ada data yang jelas untuk membuktikan bahwa elemen ini perlu untuk
metabolisme. Fluor banyak terdapat dan tersebar luas dalam alam. Meskipun
dengan jumlah yang kecil diperlukan untuk mencegah karies tetapi jumlah yang
besar adalah meracun. Pemberian 20 mg per kg bahan kering atau lebih menyebalkan suatu kondisi yang disebut fluorosis di mana gigi berbercak-bercak putih
seperti kapur ("Mottled"), enamel mengalami korosi dan gigi rusak sehingga lubang
pulpa kelihatan, gigi dapat juga menjadi tidak beraturan oleh karena adanya
tekanan selama mengunyah, peka terhadap air dingin dan menyebabkan hilangnya
nafsu makan.
Kelainan tulang dan sendi juga terjadi dengan tonjolan-tonjolan pada tulang
panjang (exostosis).
F adalah racun yang akumulatip sehingga gejala keracunan terjadi dalam waktu
yang lama. Bahaya keracunan ini adalah air minum yang mengandung fluor atau
pemberian makanan dengan fosfat dari karang yang mengandung F pada hewan. Di
beberapa negara jumlah F yang diperbolehkan ada dalam fosfat yang berasal dari
batu karang dibatasi oleh peraturan. Campuran mineral yang mengandung lebih
dari 0,3% F berbahaya untuk semua ternak.
Nikel (Ni)
Telah lama diketahui adauiya Ni dalam jaringan tubuh hewan, tetapi akhir-akhir ini
diduga bahwa Ni merupakan unsur yang esensial. Dalam perco¬baan dengan ayam
yang diberi makanan tanpa Ni dan tidak mungkin adanya kontaminasi Ni melalui air
ataupun udara memperlihatkan gejala-gejala: kaki lebih pendek dan lebih tebal,
hematokrit dan plasma kolesterol lebih rendah dan tingginya kadar kolesterol
dalam hati, kulit kaki mengandung lebih sedikit pigmen lipokrome kuning. Kelainan
ultra struktur adalah pembengkakan mitokhondria dalam sel-sel hepar. Apabila
keadaan dan makanan yang sama diberikan pada tikus, tikus menunjukkan
pertumbuhan yang lambat dan kema¬tian anak yang baru lahir. Demikian juga
pada babi terlihat gangguan reproduksi disertai pertumbuhan dan bulu yang tidak
normal dari anak¬anaknya.
Fungsi fisiologisnya belum jelas, tetapi beberapa postulasi adalah kemungkinan
peranannya dalam pemeliharaan membran, prolaktin, metabolisme asam nukleat
atau sebagai kofaktor dari enzime. Meskipun Ni adalah unsbr esensial suplementasi
Ni dalam ransum tidak diperlukan.
Vanadium (V).
Kepentingan V pada dua spesies telah dikuatkan atas dasar beberapa fakta dari
pusat-pusat penelitian. Kekurangan unsur ini menghambat pertum¬buhan bulu
pada sayap dan ekor dari ayam. Kadar plasma kolesterol menjadi rendah pada
ayam umur satu bulan yang kekurangan V tetapi menjadi tinggi kemudian.
Perkembangan tulang abnormal. Pada tikus yang diberi makanan yang
dipurifikasikan baik-baik dengan sumber protein asam-asam amino, dengan
suplemen V terlihat adanya respon terhadap pertumbuhannya. Juga dilihat adanya
pertambahan PCV (packed cell volume) dan pertambahan kadar besi dalam darah
dan tulang pada tikus yang kekurangan V.Reproduksi tikus¬tikus ini terganggu.
Fungsi tersifat V secara biologis atau biokimia belum diketahui dengan pasti,
mungkin ikut serta dalam reaksi oksidasi-reduksi, sebagai katalisator dan dalam
beberapa hal metabolisme gigi dan tulang. Tidak pula diketahui kepen-tingannya
secara praktis dalam makanan ternak.
Timah (Sn).
Dalam tahun 1970 dilaporkan bahwa timah ternyata esensial untuk tikus-tikus
percobaan. Pertumbuhan menjadi lebih baik apabila Sn ditambakan dalam makanan
yang dipurifikasikan, dan perbaikan pigmentasi gigi seri. padasalah satu percobaan,
pemberian Sn dengan kadar 1-2 mg/kg makanan yang telah dipurifikasikan dengan
asam amino sebagai bahan utamanya, terjadi per¬baikan pertumbuhan sampai
"60%. Diduga Sn juga esensial untuk manusia maupun hewan, tetapi kepentingan
praktisnya dalam makanan ternak diragukan.
Silikon (Si).
Semua jaringan tubuh hewan mengandung Si. Serum darah mengandung sekitar 12 mg per 100 ml, dan ini terdapat dalam rambut, bulu dan wool. Peranan Si dalam
tubuh belum berhasil ditetapkan.
Hijauan kaya akan Si dan terutama, karena selulose mengandung Si. Beberapa
bahan makanan dapat mengandung sampai 0,7% Si, misalnya jerami padi dan
dedak sangat banyak mengandung Si. Percobaan balans Si pada sapi perah
menunjukkan bahwa beberapa dari Si dalam makanan ditahan dalam tubuh.
Peranan fisiologik yang bertentd dari Si terhadap pembentukan tulang belum
diketahui. Tetapi penelitian in vitro menunjukkan pengumpulari Si pada tempattempat pembentukan tulang yang aktip. Sebagai hasilnya, diduga bahwa Si
bcrpcranan bersama Ca dalam fase pertama kalsifikasi jaringan osteoid. Dalam
hubungan ini, Si mungkin ikut serta dalam pembentukan kar¬tilago, seperti
tcrnyata bahwa kadar, baik kartilago maupun mukopolisakaride, dari kartilago
perscndian ayam yang defisiensi Si rendah. Oleh karena Si adalah komponen dari
kolugcn yang menjadi perlekatan mukosakarida maka fakta ini menguatkan
pendapat bahwa Si adalah mineral esensial.
Kenyataan yang menarik adalah kadar Si dalam beberapa jaringan hewan menurun
dengan makin tuanya hewan. Misalnya kadar Si dalam aorta, kulit, timus menurun
dengan nyala pada umur tua. Kadar Si dalam dinding arteri turun pada permulaan
terjadinyu arterosklerosis, tetapi mekanisme perubahan ini tidak jelas. Meskipun
kebutuhan Si telah diketahui untuk hewan-hewan percobaan tetapi kebutuhan
untuk manusia dan ternak tidak diketahui, Si mungkin mem¬punyai implikasi yang
penting dalam ilmu makanan yang praktis.
Brom (Br).
Beberapa laporan dalam tahun 1956 menunjukkan bahwa Br diperlukan untuk
ayam. Laporan ini masih belum dikuatkan sehingga fungsi unsur ini dalam makanan
belum jelas.
Aluminium (AI).
Baik tanaman maupun hewan mengandung sedikit unsur ini dalam tubuhnya, tetapi
fungsi fisiologisnya belum dapat ditunjukkan, kecuali bahwa kadar A1 yang tinggi
akan bersenyawa dengan fosfor dan menyebabkan gang¬guan absorpsi fosfor.
Banyak senyawa antasida yang mempunyai basis aluminium hidroksida, hal ini
pada manusia dapat mengurangi penggunaan fosfor, sehingga penggunaan
antasida yang berlebihan dapat menghasilkan hipofosfatemia.
Nitrat
Kadar nitrat dalam hijauan penting karena hubungannya dengan keracunan pada
ruminansia yang mengkonsumsi hijauan ini. Nitrat per se secara relatip tidak toksik
dan toksisitasnya disebabkan oleh karena bentuk tereduksinya, nitrit.
Mikroorganisme dalam rumen menghasilkan nitrat reduktase yang merubah nitrat
menjadi nitrit yapg dapat diserap tubuh. Nitrit mengoksidasi ion ferro dalam
hemoglobin, menjadi ferri dan terjadi metemoglobin sehingga darah tidak dapat
mengangkut oksigen dan terjadi gejala-gejala keracunan, yaitu: gemetar, jalan
sempoyongan, pernafasan cepat, jatuh dan mati karena gangguan respirasi.
Banyak hijauan yang menyebabkan keracunan nitrat, tetapi kebanyakan dilaporkan
di daerah-daerah pertanian jagung dan sorghum yaitu apabila sehabis digunakan
pemupukan nitrogen terjadi kekeringan yang sangat. Ini mungkin berhubung
dengan kurangnya air yang menyebabkan terhentinya per¬tumbuhan dan
akumulasi nitrat pada batang dan daun. Silage yang dibuat dari tanaman demikian
ini biasanya merupakan sebab utama terjadinya keracunan nitrat. Keracunan juga
dilaporkan terjadi pada hijauan yang mengandung lebih dari 0,3% nitrat dalam
bahan, kering, tetapi kadar yang mematikan lebih tinggi dari itu. Dosis lethalis
dipengaruhi oleh beberapa faktor dan diduga sekitar 1% nitrat dalam bahan kering.
Kalau bahan makanan mengandung nitrat dikon¬sumsi dengan cepat akan lebih
berbahaya daripada kalau dikonsumsi secara pelan-pelan. Adanya karbohidrat yang
larut misalnya dari padi-padian atau melasse, kelihatannya mengurangi bahaya
keracunan ini.
Daftar Pustaka
Anggorodi,R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta: PT. Gramedia.
Tillman, Allen. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar . Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
http://novalinahasugian.blogspot.com/2009/05/mineral-mikro.html
Download