berita acara rapat umum pemegang saham (rups)

advertisement
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
TESIS
BERITA ACARA RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS)
YANG DISELENGGARAKAN MELALUI TELECONFERENCE
Oleh :
EKO ARI KRISWANTORO, S.H.
NIM : O30810456 - N
PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2010
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
BERITA ACARA RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS)
YANG DISELENGGARAKAN MELALUI TELECONFERENCE
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan
Pada Fakultas Hukum Universitas airlangga
Oleh :
EKO ARI KRISWANTORO, S.H.
NIM : O30810456 - N
PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2010
ii
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
LEMBAR PENGESAHAN
Tesis Ini Telah Disetujui
Pada Tanggal: 8 Februari 2010
Oleh:
Pembimbing
Prof. Dr. H. Basuki Rekso Wibowo, S.H., MS.
NIP. 131 286 714
Mengetahui :
Ketua Program Studi Magister Kenotariatan
Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya
Dr. Wuri Adriyani, S.H., M.Hum.
NIP. 131 653 462
iii
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Tesis ini telah diuji dan dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Tesis
Pada tanggal 8 Februari 2010
Panitia Penguji Tesis :
Ketua
: Prof. Dr. Eman Ramelan, S.H., MS.
Anggota
: 1. Prof. Dr. Basuki Rekso Wibowo, S.H., MS.
2. Dr. M. Shubhan, S.H., MH.
iv
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
ABSTRAKSI
Kemajuan Teknologi Informasi telah menyebabkan perubahan kegiatan
kehidupan manusia dalam berbagai bidang yang secara langsung telah
mempengaruhi lahirnya bentuk-bentuk perbuatan hukum baru. Hal ini
menempatkan Indonesia sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia sehingga
mengharuskan dibentuknya pengaturan mengenai pengelolaan Informasi dan
Transaksi Elektronik di tingkat nasional sehingga pembangunan Teknologi
Informasi dapat dilakukan secara optimal, merata, dan menyebar ke seluruh
lapisan masyarakat guna mencerdaskan kehidupan bangsa. Meskipun demikian
belum secara keseluruhan hubungan hukum didasarkan atas transaksi elektronik
diakui sah sebagai alat bukti. Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
dan/atau hasil cetaknya merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai
dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia sebagaimana pasal 5 Undangundang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(UUITE).
Tesis ini memfokuskan pada pambahasan rapat umum pemegang saham (RUPS)
yang penyelenggaraannya melalui media elektronik. Sasaran dalam tesis ini
adalah bagaimana keberadaan data elektronik sebagai alat bukti yang sah menurut
hukum dan bagaimana keabsahan rapat umum pemegang saham (RUPS) yang
diselenggarakan secara teleconference.
Penulis berharap tesis ini dapat menjadi bacaan yang bermanfaat dan menambah
wawasan bagi pembacanya.
v
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
ABSTRACT
Information technology advances have led to changes in the activities of
human life in various fields which directly influenced the birth of the forms of
new legal acts. This puts Indonesia as part of the world information society that
requires the establishment of arrangements regarding the management of
Information and Electronic Transactions at the national level so that the
development of Information Technology can be an optimal, equitable, and spread
to the whole society to the intellectual life of the nation. Still not entirely legal
relationships based on legal recognition of electronic transactions as evidence.
Electronic information and / or Electronic Document and / or print the results of
an extension of legitimate evidence in accordance with applicable law program in
Indonesia, as Article 5 of Law No. 11 Year 2008 About the Information and
Electronic Transactions (UUITE).
This thesis focuses on discussion general meeting of shareholders (RUPS) which
operate through electronic media. The target in this thesis is how the existence of
electronic data as evidence that legal and how the validity of shareholders' general
meeting (RUPS) held by teleconference.
I hope this thesis can be a useful reading and broaden the horizon for the readers.
vi
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus, atas
berkat, rahmat, dan penyertaanNya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Muchammad Zaidun, S.H., M.Si. selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Airlangga;
2. Ibu Dr. Wuri Adriyani, S.H., M.Hum. selaku Ketua Program Magister
Kenotariatan;
3. Bapak Prof. Dr. Eman Ramelan, S.H., MS. selaku Ketua Tim Penguji
Tesis;
4. Bapak Prof. Dr. Basuki Rekso Wibowo, S.H., MS. Selaku dosen
pembimbing penulisan tesis ini dan selaku anggota tim penguji tesis;
5. Bapak Dr. M Hadi Shubhan, S.H., MH. Selaku anggota tim penguji tesis;
6. Para Bapak dan Ibu dosen pengajar pada Program Studi Magister
Kenotariatan, yang memberikan kepada saya kesempatan kuliah, belajar,
dan menyelesaikan tesis serta menyelesaikan masa studi;
7. Orang tua saya, alm. Iptu. Gatot Kristanto, SPd., dan Nugra Ariastuti
terima kasih atas doanya dan dukungannya. Juga kepada Nenek saya
Karmiati, terima kasih atas doa, kasih sayang, dan semua dukungan yang
diberikan;
8. Saudara-saudara saya, adik saya Andhis Aris Bagus kristantio, Norista
Ayu Trivianingrum, dan Gogot Adi Pratama, terima kasih karena selalu
memberikan semangat;
vii
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
9. Saudara papa saya, Dra. Ganis Sulis setyarini, beserta keluarga, Drs.
Gamal Harun Triharsono, beserta keluarga, Dra. Gones Nurul Rinjanasari,
beserta keluarga, Garin Nila kusuma S.Pd., beserta keluarga, yang telah
membantu mendoakan saya sehingga tesis ini dapat saya selesaikan;
10. Lena Willem, S.H., M.Kn. yang selalu menemani saya selama menyusun
tesis ini, memberikan warna keindahan dalam hidup dan memberikan
semangat dikala saya down ;
11. Power Rangers team, Roci, S.H.,M.Kn., Brodil, S.H., M.Kn., Broh Cad,
S.H.,M.Kn., terima kasih karena kalian kuliah menjadi berwarna;
12. Teman-teman kuliah, Pak Herman S.H.,M.Kn, Arie Matra S.H.Mkn.,
Yonas S.H.Mkn., Mas Dani S.H.Mkn., Satria S.H.MKn., Mas Ferdy
S.H.MKn., Levy S.H.MKn., mas awor S.H.MKn., dan rekan sekontrak
Arderio Hukom, S.H. M.Kn., dan semua teman Kelas B Angkatan 2008
yang sudah seperti keluarga sendiri, Terima kasih;
13. Rekan-rekan, keluarga, dan siapa saja baik yang secara langsung maupun
tidak langsung ikut mendukung dan memberikan doa restunya selama
kuliah sampai selesainya tesis ini;
Semoga amal budi baiknya mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Semoga pula penulisan tesis ini berguna bagi siapa saja yang dapat membacanya.
Surabaya, 8 Februari 2010
Penyusun
viii
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………….
i
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………......
iii
ABSTRAKSI ………………………………………………………….
v
KATA PENGANTAR ………………………………………………..
vii
DAFTAR ISI ………………………………………………………….
ix
BAB I :
PENDAHULUAN ………………………………………..
1
1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah ………...........
1
2. Tujuan Penelitian ……………………………………..
8
3. Manfaat Penelitian ……………………………………
8
4. Kajian Pustaka ………………………………………..
9
5. Metode Penelitian …………………………………….
15
a. Pendekatan Masalah …………………………….
15
b. Bahan Hukum ……………………………………...
15
c. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Bahan
Hukum …………………………………………….
16
6. Pertanggungjawaban Sistematika …………………….
16
BAB II : KEBERADAAN
DATA
ELEKTRONIK
SEBAGAI
ALAT BUKTI YANG SAH MENURUT HUKUM ..........
18
1. Alat Bukti Dalam Perkara Perdata …………................
18
2. Fungsi Tanda Tangan Dalam Suatu Akta …………….
32
ix
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
3. Eksistensi Data Elektronik Sebagai Alat Bukti ……..
40
BAB III : KEABSAHAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM
(RUPS)
YANG
DISELENGGARAKAN
SECARA
TELECONFERENCE …………………………………...
45
1. Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham ……….
45
2. Wewenang Notaris Dalam Membuat Berita Acara
RUPS …………………………………………………
56
BAB IV : PENUTUP ………………………………………………..
67
1. Kesimpulan …………………………………………...
67
2. Saran ………………………………………………….
68
DAFTAR BACAAN
LAMPIRAN
x
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah
Perkembangan dan kemajuan Teknologi Informasi yang demikian pesat
telah
menyebabkan perubahan kegiatan kehidupan manusia dalam berbagai
bidang yang secara langsung telah mempengaruhi lahirnya bentuk-bentuk
perbuatan hukum baru. Meskipun demikian Negara Republik Indonesia sebagai
negara hukum sejalan dengan pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik
Indonesia
Tahun
1945
menjamin
kepastian,
ketertiban,
dan
perlindungan hukum, yang berintikan kebenaran dan keadilan. Untuk menjamin
kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum dibutuhkan alat bukti tertulis yang
bersifat otentik mengenai keadaan, peristiwa, atau perbuatan hukum yang
diselenggarakan melalui jabatan tertentu. Notaris merupakan jabatan tertentu yang
menjalankan profesi dalam pelayanan hukum kepada masyarakat, perlu
mendapatkan perlindungan dan jaminan demi tercapainya kepastian hukum.
Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum dalam kehidupan
masyarakat diperlukan adanya alat bukti yang menentukan dengan jelas hak dan
kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat.
Berkaitan dengan perkembangan teknologi di bidang informatika, dokumen
elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan,
dikirimkan,
diterima,
atau
disimpan
dalam
bentuk
analog,
digital,
1
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
2
elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan,
dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak
terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf,
tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti
atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya (Pasal 1 angka 4
Undang-undang Nomor
11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UUITE). Hal ini menempatkan Indonesia sebagai bagian dari
masyarakat informasi dunia sehingga mengharuskan dibentuknya pengaturan
mengenai pengelolaan Informasi dan Transaksi Elektronik di tingkat nasional
sehingga pembangunan Teknologi Informasi dapat dilakukan secara optimal,
merata, dan menyebar ke seluruh lapisan masyarakat guna
mencerdaskan
kehidupan bangsa. Meskipun demikian belum secara keseluruhan hubungan
hukum didasarkan atas transaksi elektronik diakui sah sebagai alat bukti.
Perihal alat bukti tertulis berupa suatu akta dapat berupa akta di bawah
tangan maupun akta otentik sesuai dengan Pasal 1868 B.W. Akta di bawah tangan
yang dimaksud adalah akta yang ditandatangani di bawah tangan, surat-surat,
register-register, surat-surat urusan rumah tangga dan lain-lain tulisan yang dibuat
tanpa perantaraan seorang pegawai umum (Pasal 1874 B.W.). Kata-kata “di
bawah tangan” adalah akta yang sengaja dibuat untuk pembuktian oleh para pihak
tanpa bantuan dari seorang pejabat. 1 Dikatakan akta tidak otentik karena tidak
1
Abdulkadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2000, h. 123.
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
3
dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang berwenang untuk itu, melainkan dibuat
sendiri oleh pihak yang berkepentingan dengan tujuan untuk dijadikan alat bukti. 2
Alat bukti tersebut, notaris membuat akta otentik, sebagai alat bukti terkuat
dan terpenuh. Dalam berbagai hubungan bisnis, kegiatan yang terkait dengan
masalah perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, dan lain-lain. Kebutuhan akan
pembuktian tertulis berupa akta otentik semakin meningkat sejalan dengan
berkembangnya tuntutan akan kepastian hukum dalam berbagai hubungan
ekonomi dan sosial, baik pada tingkat nasional, regional, maupun global. Melalui
akta otentik yang menentukan secara jelas hak dan kewajiban, menjamin
kepastian hukum, dan sekaligus diharapkan pula dapat dihindari terjadinya
sengketa. Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) dijelaskan walaupun sengketa
tersebut tidak dapat dihindari, dalam proses penyelesaian sengketa tersebut, akta
otentik yang merupakan alat bukti tertulis terkuat dan terpenuh sehingga
diharapkan dapat memberi sumbangan nyata bagi penyelesaian perkara secara
murah dan cepat. Dijelaskan lebih lanjut bahwa Notaris adalah pejabat umum
yang berwenang untuk membuat akta otentik sejauh pembuatan akta otentik
tertentu tidak dikhususkan bagi pejabat umum lainnya.
Pembuatan akta otentik ada yang diharuskan oleh peraturan perundangundangan dalam rangka menciptakan kepastian, ketertiban, dan perlindungan
hukum. Selain itu akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris, bukan
saja karena diharuskan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga karena
2
Tesis
Ibid.
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
4
dikehendaki oleh pihak yang berkepentingan untuk memastikan hak dan
kewajiban para pihak demi kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum bagi
pihak yang berkepentingan sekaligus, bagi masyarakat secara keseluruhan.
Akta otentik pada hakikatnya memuat kebenaran formal sesuai dengan apa
yang diberitahukan para pihak kepada Notaris. Namun, Notaris mempunyai
kewajiban untuk memasukkan bahwa apa yang termuat dalam Akta Notaris
sungguh-sungguh telah dimengerti dan sesuai dengan kehendak para pihak, yaitu
dengan cara membacakannya sehingga menjadi jelas isi Akta Notaris, serta
memberikan akses terhadap informasi, termasuk akses terhadap peraturan
perundang-undangan yang terkait bagi para pihak penanda tangan akta. Dengan
demikian, para pihak dapat menentukan dengan bebas untuk menyetujui atau tidak
menyetujui isi Akta Notaris yang akan ditandatanganinya.
Mengenai akta yang dibuat oleh notaris, menurut Pasal 1 Angka 7 UUJN
yaitu “akta yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara
yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini”. Akta yang dibuat di hadapan notaris,
yang berarti bahwa para pihak yang menghadap tersebut mengemukakan
mengenai maksud pembuatan akta tersebut, sehingga inisiatif datang dari pihakpihak penghadap. Pada kondisi yang demikian ini, berdasar pada Pasal 15 Ayat
(2) Huruf e UUJN, salah satu kewenangan notaris adalah memberikan penyuluhan
hukum sehubungan dengan pembuatan akta. Dengan penyuluhan hukum, akta
yang dibuatnya tersebut dapat terhindar dari kemungkinan adanya kesalahan yang
berakibat akta tersebut dapat dimohonkan pembatalan sehingga menjadi akta yang
mempunyai kekuatan sebagaimana akta di bawah tangan atau bahkan batal demi
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
5
hukum yang berarti akta notaris tersebut dianggap tidak pernah ada. Meskipun
kadangkala apa yang dikehendaki pihak-pihak dalam pembuatan kontrak sangat
dominan dan maksud para pihak menghadap notaris adalah untuk melegalisasi
keinginan para pihak yang diwujudkan dalam kontrak tersebut.
Notaris dalam menjalankan jabatannya mempunyai kewajiban untuk
bertindak jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak
yang terkait dalam perbuatan hukum. Membuat akta dalam bentuk Minuta Akta
dan menyimpannya sebagai bagian dari Protokol Notaris, mengeluarkan Grosse
Akta, Salinan Akta, atau Kutipan Akta berdasarkan Minuta Akta, memberikan
pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam Undang – Undang ini, kecuali ada
alasan untuk menolaknya, merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang
dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai
dengan sumpah / janji jabatan, kecuali undang – undang menentukan lain,
menjilid akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi buku yang memuat
tidak lebih dari 50 (lima puluh) akta, dan jika jumlah akta tidak dapat dimuat
dalam satu buku, akta tersebut dapat dijilid menjadi lebih dari satu buku, dan
mencatat jumlah Minuta Akta, bulan, dan tahun pembuatannya pada sampul setiap
buku. Notaris wajib membuat daftar dari akta protes terhadap tidak dibayar atau
tidak diterimanya surat berharga. Membuat daftar akta yang berkenaan dengan
wasiat menurut urutan waktu pembuatan akta setiap bulan, mengirimkan daftar
akta sebagaimana dimaksud dalam Huruf h atau daftar nihil yang berkenaan
dengan wasiat ke Daftar Pusat Wasiat Departemen yang tugas dan tanggung
jawabnya di bidang kenotariatan dalam waktu 5 (lima) hari pada minggu pertama
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
6
setiap bulan berikutnya. Mencatat dalam repertorium tanggal pengiriman daftar
wasiat pada setiap akhir bulan, mempunyai cap/stempel yang memuat lambang
Negara Republik Indonesia dan pada ruang yang melingkarinya dituliskan nama,
jabatan, dan tempat kedudukan yang bersangkutan, membacakan akta di hadapan
penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 (dua) orang saksi dan
ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi, dan Notaris, menerima
magang calon Notaris sebagaimana pasal 16 UUJN.
Demikian berarti bahwa berdasar pada Pasal 16 Ayat (1) Huruf l UU JN,
salah satu kewajiban Notaris adalah: membacakan akta di hadapan penghadap
dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 (dua) orang saksi dan ditandatangani pada
saat itu juga oleh penghadap, saksi dan Notaris. Dan dalam Penjelasannya
ditegaskan bahwa Notaris harus hadir secara fisik dan menandatangani akta di
hadapan penghadap dan saksi.
Substansi Pasal tersebut harus dikaitkan dengan Pasal 39 Ayat (2) dan (3)
UUJN, ditegaskan bahwa Notaris harus mengenal para penghadap, dan
pengenalan tersebut harus dinyatakan secara tegas dalam akta, dan untuk saksipun
disebutkan dalam Pasal 40 Ayat
(3) dan (4) UUJN. Substansi Pasal-Pasal
tersebut baik para penghadap, para saksi dan Notaris harus dikenal Notaris
berdasarkan identitasnya yang diperlihatkan kepada Notaris, dan berada pada
tempat yang sama pada saat itu juga serta hadir secara fisik, baik para penghadap,
para saksi dan para Notaris.
Apabila Notaris tidak melaksanakan Kewajiban sebagaimana tersebut
dalam Pasal 16 Ayat (1) Huruf l UUJN, maka berdasar Pasal 16 Ayat (8) UUJN,
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
7
maka akta yang bersangkutan hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai
akta di bawah tangan. Sedangkan untuk pelanggaran terhadap Pasal 16 Ayat (1)
Huruf a sampai dengan k, kepada Notaris yang bersangkutan dikenakan sanksi
administratif sebagaimana yang diatur dalam Pasal 85 UUJN, dan untuk Notaris
yang tidak melaksanakan Kewajiban sebagaimana diatur dalam Pasal 16 Ayat (1)
Huruf i dan k, akta yang dibuat di hadapan atau oleh Notaris yang bersangkutan
hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta dibawah tangan atau akta
menjadi batal demi hukum dapat menjadi alasan bagi pihak yang menderita
kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada
Notaris yang bersangkutan.
Substansi Pasal-Pasal tersebut menjadi bertentangan jika dikaitkan dengan
Pasal 77 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (selanjutnya disebut UU No. 40/2007), yang menegaskan selain
penyelenggaran Rapat Umum Pemegang Saham (selanjutnya disebut RUPS),
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76, RUPS juga dapat dilakukan melalui
media teleconferensi, video konferensi, atau sarana media elektronik lainnya yang
memungkinkan semua peserta RUPS saling melihat dan mendengar secara
langsung serta berpartisipasi dalam rapat. Sedangkan dalam Penjelasan Pasal 77
Ayat (4) yang dimaksud dengan disetujui dan ditandatangani berarti disetujui dan
ditandatangani secara fisik atau secara elektronik.
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil
cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah. Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan perluasan dari alat bukti
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
8
yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia sebagaimana
pasal 5 UUITE.
Memperhatikan uraian sebagaimana tersebut di atas dapat dijelaskan
bahwa di satu sisi bahwa data elektronik masih ada sebagian yang belum
mengakui secara alat bukti yang sah, namun di sisi yang lain UUITE sendiri
menyatakan bahwa dokumen elektronik dapat digunakan sebagai alat bukti yang
sah. Oleh karenanya hal yang dipermasalahkan adalah:
a. Bagaimana keberadaan data elektronik sebagai alat bukti yang sah menurut
hukum ?
b. Bagaimana keabsahan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
yang diselenggarakan secara teleconference?
2. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui dan menganalisis mengenai keberadaan data elektronik
sebagai bukti sah.
b. Untuk mengetahui dan menganalisis keabsahan Berita Acara Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) yang diselenggarakan melalui teleconference.
3. Manfaat Penelitian
a. Sebagai sumbangan pemikiran dalam ilmu pengetahuan hukum,
khususnya mengenai keberadaan data elektronik sebagai bukti sah yang
dituangkan dalam akta yang dibuat oleh dan di hadapan notaris.
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
9
b. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak pemerhati hal yang
berhubungan dengan data elektronik sebagai tanda tangan dalam suatu
akta yang dibuat oleh dan di hadapan notaris.
4. Kajian Pustaka
Pasal 1 Angka 1 UUJN menentukan bahwa “Notaris adalah pejabat umum
yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini”. Hal ini berarti bahwa
wewenang merupakan salah satu unsur dari notaris, selain disebutkan sebagai
pejabat umum dan membuat akta otentik serta akta tersebut ditentukan oleh
undang-undang, sehingga jika diditinjau dari ketentuan Pasal 1 Angka 1 UU JN
notaris adalah:
1) pejabat umum,
2) berwenang membuat akta,
3) akta tersebut bersifat otentik,
4) ditentukan oleh undang-undang.
Notaris adalah pejabat umum yang ditunjuk oleh pemerintah, namun bukan
sebagai pegawai negeri, karena notaris tidak menerima gaji, tetapi menerima
honorarium dari klien yang membutuhkan akta tersebut berdasarkan peraturan.
Mengenai wewenang notaris, notaris mempunyai wewenang membuat
akta dan kewenangan lainnya sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga
ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan
oleh undang-undang sebagaimana dimaksud oleh Pasal 15 Ayat
Tesis
Berita acara rapat ...
(1) UUJN.
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
10
Berwenang atau kewenangan berasal dari kata wewenang, 3 dibedakan wewenang
dalam hukum administrasi dan dalam hukum publik. Wewenang dari hukum
administrasi adalah wewenang pemerintahan. Sedangkan wewenang dalam
hukum publik, wewenang berkaitan dengan kekuasaan. 4
Wewenang yang diberikan kepada notaris yaitu untuk membuat akta
otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
ini. Hal ini berarti bahwa wewenang yang diberikan kepada notaris termasuk
wewenang atribusi yaitu kewenangan yang diberikan berdasarkan undangundang 5 dalam hal ini UUJN. Di antara wewenang notaris sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 15 UUJN tersebut di atas, salah satu wewenangnya yaitu
memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta sebagaimana
Pasal 15 Ayat (2) Huruf e UUJN.
Sebagai suatu akta, tidak bedanya dengan akta yang lainnya yang
digunakan sebagai bukti harus ditandatanganinya. Perihal tanda tangan suatu akta
Penandatanganan suatu dokumen secara umum mempunyai tujuan sebagai
berikut: 6
a. Bukti (Evidence) : suatu tanda tangan mengidentifikasikan penandatangan
dengan dokumen yang ditandatanganinya.
3
Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, h.
4
Philipus M. Hadjon, Tentang Wewenang, Majalah Bulanan “YURIDIKA”, No. 5-6
Tahun XII, September – Desember 1997, 14.
5
Ibid.
6
Jusuf Patrianto Tjahjono. Akta Notaris Sebagai Alat Bukti Tertulis yang Mempunyai
Kekuatan Pembuktian yang Sempurna
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
11
b. Pada saat penandatangan membubuhkan tanda tangan dalam bentuk yang
khusus, tulisan tersebut akan mempunyai hubungan (attribute) dengan
penandatangan.
c. Ceremony : penandatanganan suatu dokumen akan berakibat sipenandatangan
mengetahui bahwa ia telah melakukan perbuatan hukum, sehingga akan
mengeliminasi adanya inconsiderate engagemend.
d. Persetujuan (approval) : tanda tangan melambangkan adanya persetujuan atau
otorisasi terhadap suatu tulisan.
Akta dapat dibuat di hadapan notaris dan dapat pula akta tersebut dibuat
para pihak dan kemudian dilegalisasi oleh notaris. Sebagaimana disebutkan oleh
Staatblad 1909 Nomor 291, mengartikan legalisasi adalah “mensahkan tanda
tangan pejabat pemerintah atau pejabat umum yang diangkat oleh pemerintah“.
Kata “mensahkan”, ada dua pemikiran yaitu tandatangan pejabat yang terdapat
pada akta tersebut tidak sah atau belum sah, sehingga diperlukan suatu
pengesahan atau foto copy dari suatu akta yang di dalamnya telah ada tandatangan
pejabat. Namun agar sesuai dengan akta aslinya, maka akta dalam bentuk foto
copy tersebut dimintakan pengesahan dari pejabat.
Namun jika dikaitkan dengan akta yang dibuat oleh pejabat hukum dalam
hal ini notaris, berdasarkan ketentuan Pasal 15 Ayat (2) Huruf a UUJN yang
menentukan bahwa: “ Notaris berwenang pula: mengesahkan tanda tangan dan
menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam
buku khusus”. Pada Pasal 56 Ayat (3) UUJN disebutkan bahwa terhadap akta di
bawah tangan yang dilegalisasi atau disahkan oleh notaris dalam bentuk Grosse
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
12
Akta, Salinan Akta, dan Kutipan Akta, surat di bawah tangan yang disahkan atau
dilegalisasi, surat di bawah tangan yang didaftar dan pencocokan fotokopi oleh
Notaris wajib diberi teraan cap/stempel serta paraf dan tanda tangan Notaris.
Demikian pula halnya dengan Pembuatan, Penyimpanan, dan Penyerahan
Protokol Notaris, bahwa Notaris harus membuat daftar akta, daftar surat di bawah
tangan yang disahkan, daftar surat di bawah tangan yang dibukukan, dan daftar
surat lain yang diwajibkan oleh Undang-Undang ini. Dalam daftar akta, Notaris
setiap hari mencatat semua akta yang dibuat oleh atau di hadapannya, baik dalam
bentuk Minuta Akta maupun originali, tanpa sela-sela kosong, masing-masing
dalam ruang yang ditutup dengan garis-garis tinta, dengan mencantumkan nomor
unit, nomor bulanan, tanggal, sifat akta, dan nama semua orang yang bertindak
baik untuk dirinya sendiri maupun sebagai kuasa orang lain ( Pasal 58 Ayat (1)
dan Ayat (2) UUJN ).
Perihal tanda tangan dilakukan secara manual, namun pada perkembangan
berikutya, kontrak-kontrak tidak harus dibuat secara konvensional yaitu
mempertamukan dan bertatap muka antara pihak-pihak yang akan membuat
perjanjian, melainkan dibuat kontrak-kontrak atau transaksi-transaksi elektronik,
yaitu perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan
Komputer, dan/atau media elektronik lainnya (Pasal 1 Angka 2 UU ITE).
Hukum positif Indonesia tidak memberikan definisi terhadap kata “tanda
tangan” yang sesungguhnya mempunyai dua fungsi hukum dasar, yaitu :7 (1)
7
Julius Indra Dwipayono Singara, pengakuan tanda tangan elektronik dalam hukum
pembuktian Indonesia
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
13
tanda identitas Penandatangan, dan (2) sebagai tanda persetujuan dari
pnandatangan
terhadap
kewajiban-kewajiban
yang
melekat
pada
akta.
Berdasarkan kedua fungsi hukum ini maka dapat ditarik suatu definisi sebagai
berikut, “tanda tangan adalah sebuah identitas yang berfungsi sebagai tanda
persetujuan terhadap kewajiban-kewajiban yang melekat pada akta”. Tentunya
definisi “tanda tangan elektronik” seharusnya tidak jauh dari definisi di atas. UU
ITE mendefinisikannya sebagai berikut, “Informasi elektronik yang dilekatkan,
memiliki hubungan langsung atau terasosiasi pada suatu informasi elektronik lain
yang ditujukan oleh pihak yang bersangkutan untuk menunjukkan identitas dan
status subyek hukum”. UU ITE memberikan definisi lebih ke sudut teknik,
padahal sebuah tanda tangan mempunyai tujuan untuk menerima/menyetujui
secara meyakinkan isi dari sebuah tulisan. Hal ini sangat logis, di mana tanda
tangan elektronik mempunyai dua fungsi hukum dasar. Untuk mendapatkan
kekuatan hukum dan akibat hukum yang sama dengan tanda tangan manuskrip,
sebuah tanda tangan elektronik harus mampu memberikan jaminan integritas dari
akta elektronik, dan mampu mengidentifikasi si Penandatangan dari akta
elektronik ini. 8 Pasal 1 Angka 4 UUITE mengemukakan bahwa bagi pihak-pihak
penandatangan, dokumen elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang
dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog,
digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan,
dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak
terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, Huruf,
8
Ibid.
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
14
tanda, Angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti
atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. Tanda tangan
merupakan bukti hukum yang sah sesuai dengan ketentuan Pasal 5 Ayat (1) UU
ITE, bahwa
“Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil
cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah. Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan perluasan dari alat bukti
yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia”.
Pasal 11 UU ITE menentukan bahwa, “Tanda tangan elektronik memiliki
kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah selama memenuhi ketentuan dalam
undang-undang ini”, ketentuan-ketentuan yang dimaksud dimuat dalam Pasal 11
UU ITE yang salah satunya adalah tanda tangan elektronik tersebut harus
menjamin integritas dari suatu akta elektronik yang dilekatinya. Meskipun
demikian terdapat suatu batasan dokumen elektronik digunakan sebagai alat bukti
yang sah, di antaranya adalah minimal yang harus dipenuhi sebuah tanda tangan
elektronik sebelum menikmati “asas praduga kehandalan” (présomption de
fiabilité) yang memberikan kekuatan hukum dan akibat hukum yang sama dengan
tanda tangan manuskrip. Menurut Penulis, penggunaan kata “data pembuatan
tanda tangan elektronik” hendaklah disederhanakan menjadi “tanda tangan
elektronik”, agar lebih jelas dan mudah dimengerti karena tidak ada tanda tangan
elektronik tanpa data.
Sebagai suatu bukti adanya suatu perbuatan hukum melalui transaksi
elektronik, mempunyai kekuatan mengikat bagi pihak-pihak jika telah ditanda
tangani sebagai bentuk kesepakatan. Kesempurnaan prosedur identifikasi
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
15
Penandatangan sangat penting dalam penggunaan tanda tangan elektronik. Jika
Hakim meragukan kehandalan prosedur ini, maka ia akan menolak secara tegas
validitas
dari
akta
elektronik
yang
ditandatangani
secara
elektronis.
Pengidentifikasian Penandatangan dari sebuah akta elektronik dan hubungan
antara kunci publik dan subyek hukum membutuhkan bantuan dari pihak ketiga
yaitu, Penyelenggara Sertifikasi Tanda Tangan Elektronik dengan bantuan sebuah
sertifikat elektronik. 9
5. Metode Penelitian
a. Pendekatan Masalah
Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian tesis ini adalah
pendekatan secara statute approach dan conceptual approach. Statute
approach merupakan pendekatan yang mendasarkan pada ketentuan
perundang-undangan yang berlaku dan kaitannya dengan permasalahan yang
dibahas, yaitu UU No. 30/ 2004 dikaitkan dengan UU No. 40 / 2007 dan
UUITE. Conceptual approach merupakan pendekatan dengan mendasarkan
pada pendapat para sarjana yang terkait dengan permasalahan yang sedang
dibahas.
b. Bahan Hukum
Bahan hukum yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah bahan
hukum primer bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer adalah bahan
9
www.badilag.net. Yang dimaksudkan dengan penandatangan dalam akta ini adalah
membubuhkan nama dari si ... Dipersamakan dengan tanda tangan pada suatu akta dibawah
tangan adalah sidik
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
16
hukum yang sifatnya menjelaskan bahan hukum primer, sedang bahan hukum
sekunder merupakan bahan hukum yang berupa buku-buku literatur, catatan
ilmiah, karya ilmiah dan berbagai media cetak yang berlaku dan ada kaitannya
dengan permasalahan yang sedang dibahas.
c. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Bahan Hukum
Bahan hukum dikumpulkan melalui studi kepustakaan menelaah dan
mempelajari peraturan perundang-undangan maupun literatur yang ada
kaitannya dengan materi yang dibahas, kemudian disusun secara sistematis
maka selanjutnya akan dianalisa dengan metode deskriptif kualitatif artinya
memaparkan data – data yang ada kemudian dianalisa dengan menggunakan
peraturan perundang – undangan yang berlaku dan pendapat para ahli hukum
terutama yang berkaitan erat dengan permasalahan yang penulis kaji di dalam
tesis ini dan akhirnya sampailah pada suatu penarikan kesimpulan.
6. Pertanggungjawaban Sistematika
Sistematika dalam penulisan ini dibagi dalam 4 (empat) bab dan masingmasing bab terdiri dari sub-sub bab, sebagai berikut :
Uraian bab pertama-tama diawali dengan Pendahuluan, yang disajikan
pada Bab I. Pada bab ini berisi uraian untuk mengawali seluruh rangkaian dan
pembahasan tesis. Pada bab ini berisikan gambaran umum permasalahan yang
dibahas
diletakkan
pada
latar
belakang
permasalahan,
sedangkan
permasalahannya diletakkan pada rumusan masalah. Juga dituliskan pada sub bab
ini mengenai tujuan penulisan. Dalam pembatasannya agar sesuai dengan kadar
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
17
penulisan karya ilmiah diletakkan pada metode penelitian. Sedangkan kerangka
penyusunan tesis diletakkan pada pertanggungjawaban sistematika.
Kemudian pada Bab II diuraikan mengenai keberadaan data elektronik
sebagai alat bukti yang sah menurut hukum. Bab ini dibahas untuk menjawab
permasalahan pertama dalam tesis yaitu bagaimana keberadaan data elektronik
sebagai alat bukti yang sah menurut hukum.
Selanjutnya Bab III dengan judul bab keabsahan tanda tangan elektronik
pada berita acara rapat umum pemegang saham (RUPS). Bab ini dibahas untuk
menjawab permasalahan kedua yaitu bagaimana keabsahan tanda tangan
elektronik pada berita acara rapat umum pemegang saham (RUPS).
Akhirnya Penutup yang diletakkan pada Bab IV yang merupakan
kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan dan menyampaikan alternatif
penyelesaian serta saran – saran sebagai masukan dan alternatif penyelesaian
permasalahan.
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
18
BAB II
KEBERADAAN DATA ELEKTRONIK SEBAGAI ALAT BUKTI YANG
SAH MENURUT HUKUM
1. Alat Bukti Dalam Perkara Perdata
BW tidak memberikan definisi mengenai alat bukti. Membuktikan
maksudnya “memberi kepastian yang bersifat mutlak, karena berlaku bagi setiap
orang dan tidak memungkinkan adanya bukti lawan”. 10 Penentuan beban
pembuktian di persidangan merupakan masalah yang tidak mudah, karena tidak
ada satu Pasalpun yang mengatur secara tegas pembagian beban pembuktian.
Dalam praktik, majelis hakim memerlukan ketelitian dan kebijakan untuk
menentukan pihak mana yang diberi beban pembuktian lebih dahulu dan
seterusnya. Pasal 163 HIR, 283 Rbg mengatur beban pembuktian, tetapi tidak
jelas sehingga sulit untuk diterapkan secara tegas apakah beban pembuktian ada
pada penggugat atau tergugat.11 Secara konvensional pembuktian memberikan
suatu kepastian namun tidak mutlak, melainkan nisbi atau relative sifatnya yang
mempunyai tingkatan-tingkatan sebagai berikut: 12
a. kepastian yang didasarkan atas perasaan belaka. Karena didasarkan atas
perasaan maka kepastian ini bersifat intuitif dan disebut conviction intime;
10
Abdulkadir Muhammad, Op. cit., hlm. 115.
11
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Edisi Keenam, Liberty,
Yogyakarta, 2002, hlm. 127.
12
Ibid., hlm. 129.
18
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
19
b. kepastian yang didasarkan atas pertimbangan akal, maka oleh karena itu
disebut conviction rasionnee.
Secara yuridis pembuktian merupakan suatu yang tidak dimungkinkan adanya
pembuktian yang logis dan mutlak yang berlaku bagi setiap orang serta menutup
segala kemungkinan akan bukti lawan, tetapi merupakan pembuktian
yang
konvensional yang bersifat khusus. Pembuktian dalam arti yuridis ini hanya
berlaku bagi pihak-pihak yang berperkara atau yang memperoleh hak dari
mereka. 13
Hukum acara perdata mengatur hak dan kewajiban beracara yang bersifat
prosedural (hak untuk naik banding, kewajiban untuk mengajukan saksi) dan
bukan bersifat substansial seperti pada hukum perdata matenil (hak milik,
kewajiban untuk melunasi hutang). Kalau dalam Pasal 28 Undang-undang No.4
tahun 2004 mengatakan bahwa hakim wajib menggali hukumnya di dalam
masyarakat, maka yang dimaksudkan adalah hukum materiilnya (hukum yang
mengatur hak dan kewajiban substansial), bukan hukum formil (hukum yang
mengatur hak dan kewajiban formil). ltupun, dalam menggali hukumnya, dalam
menemukan hukumnya, tidak asal mengadakan "terobosan", tetapi ada metode
atau aturan permainannya.
Asas dasar utama yang penting dalam hukum acara perdata kita adalah
asas point d’interet point d'action yang berarti bahwa barangsiapa mempunyai
kepentingan dapat mengajukan tuntutan hak atau gugatan. Sudah menjadi
communis opinio yang telah diketengahkan di muka, bahwa membuktikan berarti
13
Tesis
Ibid., hlm. 128.
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
20
memberi kepastian kepada hakim bagi hakim, karena hakim yang harus
mengkonstatir peristiwa, mengkwalifikasirnya, dan kemudian mengkonstituir,
maka tujuan pembuktian adalah putusan hakim yang didasarkan atas pembuktian
tersebut. Walaupun putusan itu diharuskan obyektif, namun dalam hal pembuktian
dibedakan antara pembuktian dalam perkara pidana yang mensyaratkan adanya
keyakinan dan pembuktian dalam perkara perdata yang tidak secara tegas
mensyaratkan adanya keyakinan. Di Inggris disyaratkan, bahwa di dalam perkara
pidana peristiwanya harus “beyond reasonable doubt”, sedang dalam perkara
perdata cukup dengan “preponderance of evidence”. 14
Berhubung dalam menilai pembuktian hakim dapat bertindak bebas atau
diikat oleh undang-undang, maka timbullah pertanyaan: sampai berapa jauhkah
hukum positif boleh mengikat hakim atau para pihak dalam pembuktian peristiwa
di dalam siding. Tentang hal ini ada tiga teori: 15
1. Teori pembuktian bebas
Teori ini tidak menghendaki adanya ketentuan-ketentuan yang mengikat
hakim, sehingga pernilaian pembuktian seberapa dapat diserahkan kepadanya.
2. Teori pembuktian negatif
Menurut teori ini harus ada ketentuan-ketentuan yang mengikat, yang bersifat
negatif, yaitu bahwa ketentuan ini harus membatasi pada larangan kepada
hakim untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan pembuktian. Jadi
14
Ibid., hlm. 53.
15
Tesis
Ibid., hlm. 133-134.
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
21
hakim di sini dilarang dengan pengecualian (ps. 169 HIR. 306 Rbg. 1905
BW).
3. Teori Pembuktian positif
Di samping adanya larangan, teori ini menghendaki adanya perintah kepada
hakim. Di sini hakim diwajibkan, tetapi dengan syarat (ps. 165 HIR, 285 Rbg,
1870 BW).
Perihal alat bukti pasal 1865 B.W., menyebutkan bahwa setiap orang yang
mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak, atau guna meneguhkan haknya
sendiri maupun membantah suatu hak orang lain, menunjuk pada suatu peristiwa,
diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut. Hal ini berarti
bahwa alat bukti perlu adanya untuk membuktikan atau meneguhkan haknya atau
membantah suatu hak orang lain, sehingga sifatnta meneguhkan adanya hak
tersebut.
Perihal alat bukti diatur dalam pasal 1866 B.W., terdiri dari:
1.
alat bukti tertulis;
2.
pembuktian dengan saksi;
3.
persangkaan-persangkaan;
4.
pengakuan;
5.
sumpah.
Ad. 1. Alat bukti tertulis
Membicarakan alat bukti tertulis tidak lepas dari membahas mengenai
surat atau yang lebih dikenal dengan akta. Akta menurut Pitlo adalah surat yang
ditanda tangani, diperbuat untuk dipakai sebagai bukti, dan untuk dipergunakan
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
22
oleh orang, untuk keperluan siapa surat itu dibuat. 16 Menurut Sudikno
Mertokusumo, akta adalah
“surat yang diberi tandatangan, yang memuat
peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar daripada suatu hak atau perikatan yang
dibuat sejak semula dengan sengaja untuk pembuktian. 17 Dengan demikian akta
merupakan surat, yang ditandatangani, memuat peristiwa-peristiwa perbuatan
hukum dan digunakan sebagai pembuktian. Bagi Subekti, akta berlainan dengan
surat, dengan menjelaskan bahwa kata-kata akta bukan berarti surat, melainkan
harus diartikan dengan perbuatan hukum, berasal dari kata acta yang dalam
bahasa Perancis berarti perbuatan. 18 Hal ini berarti bahwa yang dimaksud dengan
akta adalah:
1) perbuatan
handeling/perbuatan
hukum
(rechtshandeling)
itulah
pengertian yang luas, dan
2) suatu tulisan yang dibuat untuk dipakai/digunakan sebagai bukti
perbuatan hukum tersebut, yaitu berupa tulisan yang diajukan kepada
pembuktian sesuatu. 19
Oleh karena itu fungsi akta bagi pihak-pihak adalah:
1) syarat untuk menyatakan adanya suatu perbuatan hukum,
2) alat pembuktian, dan
16
Pitlo (Alih Bahasa M. Isa Arief), Pembuktian dan Daluwarsa Menurut Kitab Undangundang Hukum Perdata Belanda, Intermasa, Jakarta, 1986, h. 52.
17
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata di Indonesia, Liberty, Yogyakarta,
1979, h. 106.
18
Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 1980, h. 29.
19
Victor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Gross Akta Dalam Pembuktian
dan Eksekusi, Rineka Cipta, Jakarta1993, h. 26.
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
23
3) alat pembuktian satu-satunya. 20
Akta termasuk sebagai salah satu bukti tertulis, yang dibedakan menjadi
dua bagian, yaitu:
1. surat yang berbentuk akta;
2. surat-surat lain, uang bukan berbentuk akta. 21
Apa yang dikemukakan oleh Subekti di atas dalam memberikan
pengertian akta lebih menonjolkan pada isi akta, yaitu berisikan perbuatan hukum
yang dibuat oleh pihak-pihak. Perbuatan hukum tersebut diwujudkan dalam suatu
tulisan-tulisan yang digunakan sebagai bukti telah terjadinya suatu ikatan. Oleh
karena berisikan suatu perbuatan hukum antara para pihak dan digunakan sebagai
bukti, maka surat meskipun dibuat dalam bentuk tertulis, namun karena tidak
berisikan adanya perbuatan hukum, maka tulisan tersebut tidak dapat disebut
sebagai akta, tetapi hanya surat biasa.
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi supaya surat dapat disebut
sebagai akta, adalah sebagai berikut:
1) surat itu harus ditandatangani;
2) surat itu harus memuat peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar sesuatu hak
atau perikatan, dan
3) surat itu diperuntukkan sebagai alat bukti. 22
20
Pitlo, Op. cit., h. 54.
21
Hamzah, Tanggapan Terhadap Makalah yang Berjudul Kekuatan Hukum Akta
Notaris Sebagai Alat Bukti, Media Notariat, No. 12-13 Tahun IV, Oktober, 1989, h. 271.
22
Victor M. Situmorang, Op. Cit., h. 26-28.
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
24
Surat itu harus ditandatangani, dimaksudkan untuk mengetahui pihakpihak yang melakukan perbuatan hukum yang tandatangannya dibubuhkan dalam
surat tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah pihak yang
membubuhkan tandatangan tersebut mempunyai kekuasaan untuk itu, yang
sejalan dengan ketentuan pasal 1869 B.W., ditentukan bahwa suatu akta yang
karena tidak berkuasa atau tidak cakapnya pegawai dimaksud, atau karena cacat
dalam bentuknya, tidak dapat diperlakukan sebagai akta otentik, namun demikian
mempunyai kekuatan sebagai tulisan di bawah tangan jika surat tersebut
ditandatangani oleh para pihak. Jadi jika suatu akta tersebut adalah akta, namun
karena sesuatu hal, misalnya cacat bentuk atau sebab lain yang berakibat cacatnya
akta, maka meskipun akta tersebut otentik otomatis menjadi akta di bawah tangan
bagi pihak-pihak yang menanda tangani akta tersebut. Dijelaskan lebih lanjut oleh
Victor M. Situmorang, bahwa suatu surat dapat disebut sebagai akta harus ditanda
tangai dan jika tidak ditandatangani oleh pembuatnya, maka surat itu bukan
merupakan akta. 23 Hal ini sesuai pula dengan pendapat Hamzah, bahwa
pembubuhan tanda tangan terhadap sebuah akta merupakan suatu kewajiban atau
keharusan yang mutlak, oleh karena di samping tanda tangan tersebut yang dapat
membedakannya dengan surat-surat dalam bentuk di luar akta, seperti halnya
karcis kereta api, resi dan sebagainya, juga untuk memberikan ciri atas pembuat
akta yang dimaksud. 24 Penandatanganan pada surat tersebut dengan tujuan untuk
memberi ciri atau untuk mengindividualisasi sebuah akta, sebab tandatangan dari
23
Ibid.
24
Tesis
Hamzah, Loc. Cit.
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
25
setiap orang mempunyai ciri tersendiri yang tidak mungkin sama dengan
tandatangan orang lain.
Surat itu harus memuat peristiwa yang menjadi dasar sesuatu hal atas
perikatan, maksudnya bahwa surat itu harus berisikan sesuatu keterangan yang
dapat menjadi bukti yang dibutuhkan oleh para pihak yang menandatanganinya.
Mengenai maksud pencantuman peristiwa hukum yang termuat dalam surat
tersebut haruslah merupakan peristiwa hukum yang menjadi dasar adanya
perikatan. Oleh karena itu jika dalam surat tersebut tidak termuat dasar perikatan,
maka tidak dapat disebut sebagai akta, sebab itu tidak mungkin digunakan sebagai
alat bukti telah terjadinya suatu perikatan.
Surat itu diperuntukkan sebagai bukti, maksudnya bahwa surat tersebut
harus digunakan sebagai bukti jika dipersengketakan di depan pengadilan,
sehingga jika tulisan atau akta tersebut dibuat tidak digunakan sebagai bukti,
maka surat tersebut tidak dapat disebut sebagai akta.
Surat digunakan sebagai alat bukti hak, yang dimaksud adalah bahwa
setiap orang yang merasa haknya dilanggar, maka harus dapat membuktikan
bahwa memang haknya dilanggar sesuai dengan ketentuan pasal 1865 B.W.,
bahwa setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak, atau
guna meneguhkan haknya sendiri maupun membantah suatu hak orang lain,
menunjuk pada suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak atau
peristiwa tersebut. Hal ini berarti bahwa syarat tertulis pada suatu akta merupakan
hal yang mutlak. Surat sebagai alat bukti tertulis dibedakan menjadi dua macam
yaitu:
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
26
1. Akta
2. Surat-surat lainnya yang bukan akta, yaitu surat yang dibuat tidak dengan
tujuan sebagai alat bukti dan belum tentu ditandatangani.
Mengenai akta itu sendiri ada dua macam yaitu ;
1. Akta otentik
2. Akta tidak otentik (akta bawah tangan)
Menurut pasal 1867 B.W., menentukan bahwa “pembuktian dengan tulisan
dilakukan dengan tulisan-tulisan otentik maupun dengan tulisan-tulisan di bawah
tangan”. Jadi akta sebagai bukti terdiri dari akta di bawah tangan dan akta otentik.
Akta
di
bawah
tangan
yang dimaksud
adalah
akta
yang
ditandatangani di bawah tangan, surat-surat, register-register, surat-surat urusan
rumah tangga dan lain-lain tulisan yang dibuat tanpa perantaraan seorang pegawai
umum, demikian ketentuan pasal 1874 B.W. Jadi akta di bawah tangan
merupakan akta yang sengaja dibuat oleh pihak-pihak sendiri tidak dibuat oleh
pejabat umum yang mempunyai kewenangan membuat akta, yang oleh para pihak
dipergunakan sebagai alat bukti telah terjadinya suatu perbuatan hukum. Oleh
karena dibuat oleh pihak-pihak saja, maka kekuatan mengikatnya akta itu hanya
sebatas pihak-pihak yang membuatnya saja, sesuai dengan ketentuan pasal 1338
B.W., bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undangundang bagi pihak-pihak yang membuatnya.
Akta yang dibuat di bawah tangan mempunyai kekuatan pembuktian
yang sah, jika pembuat akta tersebut mengakui isi akta serta tandatangan yang ada
pada akta tersebut. Oleh karenanya jika misalnya akta di bawah tangan yang
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
27
memuat pengakuan hutang secara sepihak untuk membayar sejumlah uang atau
memberikan sesuatu barang, namun ternyata diingikari oleh pihak lawan yang
tidak mengakui tandatangan yang ada pada surat atau akta tersebut, maka harus
dibuktikan dengan alat bukti yang lain, dalam arti surat tersebut hanya dapat
diterima sebagai suatu permulaan pembuktian dengan tulisan (Pasal 1878 B.W.).
Akta otentik, yaitu suatu akta yang di dalam bentuk yang ditentukan oleh
undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan pegawai-pegawai umum yang
berkuasa untuk itu di tempat di mana akta dibuatnya (Pasal 1868 B.W.). Dengan
demikian dikualifikasikan sebagai suatu akta otentik jika akta tersebut tercantum
tandatangan, merupakan suatu pernyataan perbuatan hukum dan digunakan
sebagai bukti. Akta tersebut dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum, bentuknya
ditentukan oleh peraturan perundang-undangan dan pejabat yang membuat akta
tersebut mempunyai kewenangan. Dengan demikian akta otentik harus memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1) akta itu harus dibuat “oleh” atau “di hadapan” seorang pejabat umum;
2) akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undangundang;
3) pejabat umum oleh atau di hadapan siapa akta itu dibuat, harus
mempunyai kewenangan untuk membuat akta tersebut. 25
Ketentuan tersebut di atas menunjukkan bahwa meskipun memegang suatu akta,
tetapi jika akta tersebut tidak sebagaimana ditentukan oleh undang-undang atau
25
Victor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Grosse Akta dalam Pembuktian
dan Eksekusi, Rineka Cipta, Jakarta, 1993, h. 29.
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
28
akta tersebut dibuat oleh suatu pejabat yang oleh undang-undang tidak diberi
wewenang untuk membuat suatu akta, maka tidak mempunyai kekuatan hukum
sebagai akta otentik.
Akta yang dibuat oleh atau di hadapan seorang pejabat umum yang
ditunjuk oleh undang-undang, kekuatan akta otentiknya bukan karena penetapan
undang-undang, melainkan karena dibuat oleh atau di hadapan seorang pejabat
umum. 26 Hal ini berarti bahwa kebenaran sebagai suatu akta otentik bukan
disebabkan oleh bentuk akta itu sendiri, melainkan pejabat yang membuat akta itu
memang mempunyai kewenangan untuk membuat akta tersebut.
Sehubungan dengan pembuktian, menurut sistem HIR dan RBg hakim
terikat dengan alat-alat bukti sah yang diatur oleh undang-undang. Dasar hukum
akta/surat diatur dalam pasal 165, 167 HIR, Stb No. 29 Tahun 1867. Pasal 285305 RBG, surat merupakan alat bukti tertulis yang memuat tulisan untuk
menyatakan pikiran seseorang sebagai alat bukti. Dan dalam BW juga diatur
tentang permulaan bukti tertulis Pasal 1902 ayat 2 BW yang berbunyi: dalam
segala hal dimana oleh undang-undang diperintahkan suatu pembuktian dengan
tulisan-tulisan namun itu jika ada suatu permulaan pembuktian dengan tulisan
diperkenankanlah pembuktian dengan saksi-saksi, kecuali apabila tiap pembuktian
lain dikecualikan selain dengan tulisan yang dinamakan permulaan pembuktian
dengan tulisan ialah aturan tertulis.
Mengenai kekuatan pembuktian daripada akta dapat dibedakan antara lain:
1. kekuatan pembuktian lahir,
26
Tobing, Lumban, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta, 1980, h. 50.
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
29
2. kekuatan pembuktian formil dan
3. kekuatan pembuktian materiil. 27
Ad. 1. Kekuatan pembuktian lahir
Maksud kekuatan pembuktian lahir ialah kekuatan pembuktian yang
didasarkan atas keadaan lahir, apa yang tampak pada lahirnya, yaitu surat
yang tampaknya (dari lahir) seperti akta, dianggap (mempunyai kekuatan)
seperti akta sepanjang tidak terbukti sebaliknya.
Ad. 2. Kekuatan pembuktian formil
Kekuatan pembuktian formil, didasarkan atas benar tidaknya ada
pernyataan oleh yang bertanda tangan di bawah akta itu. Kekuatan
pembuktian formil ini memberi kepastian tentang peristiwa bahwa pejabat
dan para pihak menyatakan dan melakukan apa yang dimuat dalam akta.
Ad. 3. Kekuatan pembuktian materiil
Kekuatan pembuktian materiil ini menyangkut pertanyaan: “Benarkah isi
pernyataan di dalam akta itu”. Jadi kekuatan pembuktian materiil ini
memberi kepastian tentang materi suatu akta, memberi kepastian tentang
peristiwa bahwa pejabat atau para pihak menyatakan dan
melakukan
seperti yang dimuat dalam akta. 28
Memperhatikan uraian sebagaimana tersebut di atas yang berkaitan dengan
pembuatan akta dapat dijelaskan bahwa dasar hukum para pihak membuat akta
baik akta di bawah tangan maupun akta otentik adalah sebagai bukti adanya
Tesis
27
Abdulkadir Muhammad, Op. cit., h. 121.
28
Ibid.
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
30
hubungan hukum yang dibuat oleh para pihak yang menandatangani akta tersebut.
Sebagai bukti adanya hubungan hukum terutama hubungan hukum keperdataan
dapat digunakan sebagai bukti jika terjadi suati sengketa yaitu bukti tertulis yang
dituangkan dalam suatu akta.
Ad. 2. Pembuktian dengan saksi
Maksudnya adalah kesaksian atau keterangan dari seseorang/orang-orang
tentang peristiwa tertentu, yang dilihat atau dialaminya sendiri. Keterangan saksi
ini harus disampaikan sendiri secara lisan di depan Pengadilan.
Menurut hukum, seorang saksi yang dipanggil ke pengadilan, memiliki
kewajiban untuk:
a. Menghadap/ datang ke persidangan, setelah dipanggil
b. Bersumpah/ mengucapkan janji sebelum memberikan keterangan
c. Memberi keterangan yang benar
Apabila saksi tidak dapat memenuhi kewajiban itu, maka sanksi pun
menanti. Sanksinya bisa berupa denda (membayar segala biaya yang telah
dikeluarkan dan kerugian yang telah terjadi). Bahkan dapat dilakukan pemaksaan
oleh polisi terhadap saksi untuk hadir di persidangan.
Keterangan saksi tanpa adanya tambahan alat bukti lain, tidak dapat lagi
dipercaya. Hal ini didasarkan pada pertimbangan, bahwa seorang saksi adalah
juga manusia yang punya keterbatasan, baik dalam ingatan maupun emosi, apalagi
bila berada di bawah tekanan. Oleh sebab itu, dalam perundang-undangan,
ternyata tidak semua orang bisa menjadi saksi.
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
31
Pihak-pihak yang secara mutlak tidak boleh menjadi saksi adalah:
a. Keluarga sedarah dan menurut garis keturunan yang lurus dari salah satu
pihak
b. Suami/isteri salah satu pihak, meskipun telah bercerai
Sedangkan golongan yang relatif dianggap tidak mampu menjadi saksi
menurut undang-undang adalah:
a. Anak yang belum mencapai 15 tahun;
b. Orang gila/sakit ingatan meskipun kadang-kadang ingatannya terang.
c. Orang yang karena permintaan dibebaskan dari kewajiban sebagai saksi
adalah:
1) Saudara dan ipar
2) Keluarga sedarah menurut garis keturunan yang lurus dari salah
satu pihak
3) Orang yang diwajibkan merahasiakan hal yang semata- mata
dipercayakan kepadanya
ad. 3. Persangkaan
Menurut Pasal 1915 B.W., persangkaan adalah kesimpulan yang (oleh
undang-undang atau hakim) ditarik dari suatu peristiwa, yang diketahui umum ke
arah suatu peristiwa yang tidak diketahui oleh umum. Dengan kata lain,
persangkaan adalah kesimpulan berdasarkan pengamatan hakim selama proses
persidangan. Hingga saat ini, masih belum ada kesepakatan tentang kekuatan
persangkaan sebagai alat bukti, namun berdasarkan Pasal 1866 KUHPerdata,
persangkaan dapat digunakan sebagai alat bukti yang bersifat tidak langsung.
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
32
ad. 4. Pengakuan;
Pengakuan adalah keterangan sepihak dari salah satu pihak dalam suatu
perkara. Biasanya berupa pengakuan terhadap apa yang dikemukakan oleh pihak
lawan/ sebagian dari apa yang dikemukakan oleh pihak lawan, baik dalam sidang
pengadilan maupun diluar sidang. Dengan adanya pengakuan dari para pihak
dalam penyelesaian perkara perdata, maka hakim tidak memungkinkan
memberikan pendapatnya tentang obyek dari pengakuan. Dengan kata lain,
apabila telah ada pengakuan dari para pihak, maka tidak diperlukan lagi
pembuktian lebih lanjut.
Ad. 5. Sumpah
B.W., tidak memberi definisi rinci tentang sumpah namun pada prinsipnya
sumpah adalah suatu pernyataan yang diberikan/ diucapkan pada waktu
memberikan keterangan dan berjanji atas nama Tuhan yang mana apabila
keterangan tersebut tidak benar, ia akan mendapat hukuman dari Tuhan.
2. Fungsi Tanda Tangan Dalam Suatu Akta
Sebagaimana pendapat Sudikno Mertokusumo sebagaimana dikutip
sebelumnya bahwa akta adalah surat yang diberi tandatangan, yang memuat
peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar daripada suatu hak atau perikatan yang
dibuat sejak semula dengan sengaja untuk pembuktian. 29 Hal ini berarti bahwa
tandatangan dalam suatu akta merupakan suatu hal yang penting sebagai suatu
29
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata di Indonesia, Liberty, Yogyakarta,
1979, h. 106.
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
33
bukti adanya suatu kesepakatan mengenai peristiwa-peristiwa hukum yang
tercantum dalam suatu akta tersebut.
Memperhatikan
uraian
mengenai
tandatangan
dalam
suatu
akta
sebagaimana di atas mempunyai peran penting untuk membuktikan bahwa kedua
belah pihak telah mencapai kata sepakat mengenai hal yang tercantum dalam
suatu akta yang dibuatnya tersebut, sehingga tepat jika masyarakat menganggap
pembubuhan tanda tangan atau sidik jadi suatu tindakan yang penting. Orangorang butu huruf atau yang pendidikannya terbatas sekali bisa merasakannya.
Sering dilihat bahwa tangan orang-orang yang akan membubuhkan sidik jari
gemetar; seorang muslim sebelum menandatangani sering mengucapkan
“bismillah”. Ini sekadar tanda-tanda, bahwa membubuhkan tanda tangan atau
sidik jari oleh sementara masyarakat tidak hanya dirasakan penting sekali serta
berbobot, tetapi juga dianggap terikatnya diri terhadap apa yang ditandatangani
atau di bawah apa ia membubuhkan sidik jarinya. 30
Sebuah buku disertasi dengan judul Het Rechtskarakter van de
Onderteekening, yang ditulis pada tahun 1892, membahas soal tanda tangan.
Dengan disertasi itu Mr. C J. J. de Joncheere telah memperoleh gelar doctor in de
rechtswetenschap di Amsterdam (Belanda). Di dalamnya dibahas antara lain
tujuan dan maksud (strekking) suatu tanda tangan dan lagi syarat-syarat yang
diperlukan pada suatu tulisan untuk menetapkannya sebagai tanda tangan.
Cukupkah suatu tanda saja atau diperbolehkan juga tanda silang, paraf, tulisa atau
coret-coretan saja yang sukar dibaca. Arti kata “menandatangani (ondertekenen)
30
Tan Thong Kie, Studi Notariat Serba Serbi Praktek Notaris, Ichtiar Baru Van Hoeve,
Jakarta, 2007, h. 472.
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
34
secara etimologis (ilmu asal-usul suatu kata) mudah ditemui, yaitu memberi tanda
(teken) di bawah sesuatu. Tetapi dalam praktek pemakaian kata itu, definisi yang
tertulis di atas tidak memuaskan dan pemakaian sehari-hari memberi pengertian
yang lebih khas; hal itu mungkin juga dimaksudkan oleh pembuat undangundang. Walaupun demikian, dalam undang-undang tidak terdapat penjelasan kata
“penandatanganan”. De Joncheere berpendapat, bahwa tanda tangan tidak dapat
berdiri sendiri. Pendapat ini didasarkan pada kata Belanda onderdertekenen.
Terjemahan kata itu secara mendetail adalah “membuat tanda di bawah” (order).
Jadi “membuat tanda” itu harus “di bawah” sesuau dan sesuatu itu adalah
tulisan. 31 Secara ilmiah dibahas maksud dan tujuan (strekking) tindakan
penandatanganan dan ia berpendapat bahwa penandatanganan adalah suatu fakta
hukum (rechtsfeit), yaitu: suatu pernyataan kemauan pembuat tanda angan
(penandatangan), bahwa ia dengan membubuhkan tanda tangannya di bawah
suatu tulisan menghendaki agar tulisan itu dalam hukum dianggap sebagai
tulisannya sendiri.
Undang-undang di Indonesia sebagian besar dibuat dan ditafsirkan oleh
orang-orang Belanda, sehingga untuk menjawab pertanyaan tentang arti suatu
tanda tangan, harus dicari sejarahnya di perpustakaan Belanda. Di zaman Romawi
suatu kehendak orang tidak diletakan dengan suatu tulisan. Semua tindakan
hukum dilakukan secara lisan di hadapan saksi-saksi. Kehendak orang yang
pertama kali ditulis adalah surat wasiat dan ini pun tidak menyandang tanda
tangan, baik dari pembuat wasiat maupun dari saksi-saksi. Hanya sebuah segel
31
Ibid.
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
35
yang dipakai; segel ini memberi autentisitas kepada wasiat itu. Kaisar Romawi
Justitianus adalah orang yang pertama mengatakan bahwa segel saja tidak cukup
dan mengharuskan para saksi turut menandatangani (penandatanganan oleh para
saksi sudah lebih dahulu diharuskan oleh undang-undang Theodosius II pada
tahun 439). Tanda tangan para saksi hanya dimaksudkan untuk menunjuk orangorang yang dapat memberi kesaksian apabila ada sengketa tentang asal-usul akta
itu.
Keadaan di Perancis semula sama seperti di zaman Romawi; di negara ini
juga kesaksian orang lebih lazim dan lebih kuat daripada bukti tertulis. Hanya
dengan perlahan sekali keadaan berubah. Apa yang tertulis di atas berlaku pada
umumnya. De Joncheere melanjutkan tulisannya tentang sejarah penandatanganan
akta-akta notaris. Dalam akta notaris dahulu kala juga tidak ada tanda tangan.
Bukti autentisitasnya hanyalah segel kerajaan (le scel royal) yang diletakkan oleh
notaris setelah akta diselesaikan. Karena lama-kelamaan segel itu ternyata bukan
merupakan jaminan ampuh terhadap pemalsuan dan penipuan, maka ordonansi
tahun 1304 dari Philips den Schoonen, raja Perancis, memerintahkan kepada para
notaris menandatangani akta mereka. “Dengan perintah menandatangani ini juga
belum diartikan menandatangani dengan nama penandatangan, “kata Dolloz,
penulis Perancis. Kata signa sua dalam undang-undang itu mempunyai arti suatu
tanda khas atau paraf. Dalam ordonansi-ordonansi kemudian hanya dipakai satu
kata, yaitu signer. De Joncheere berpendapat bahwa kata signer ini tidak lain
hanya diartikan nama penandatangan. Pendapat Dalloz ini diperkuat oleh
ordonansi tahun 1535 yang mewajibkan para notaris mendeponir nama dan tanda
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
36
tangan mereka di pengadilan; ordonansi itu dengan jelas menyebut nama, nama
kecil, dan tanda tangan dan berbunyi dalam bahasa Perancis;
Hanya tanda tangan notaris yang cukup membuktikan autentisitas sebuah
akta notaris dan ini berlangsung sampai tahun 1560. Pada tahun itu ordonansi
Karel IX menetapkan bahwa tanda tangan notaris saja di atas akta tidak cukup dan
mewajibkan para pihak untuk turut serta menandatanganinya. Ketentuan ini tetap
dipertahankan sampai muncul dalam Undang-undang 25 Ventose an (tahun) XI
yang mengatur notariat dan dari undang-undang ini dibuat De Notariswet di
Belanda, sedangkan ketentuan tentang penandatanganan dioper dalam Pasal 30
(ketentuan yang sama dioper dalam Pasal 28 PJN). BW
di
Belanda
telah
memakai 3 kata, yaitu teekenen, ordereekenen, dan handteekening, antara lain
dalam Pasal 979 (BWI 932), 982 (935), 986 (939), 987 (940), dan 1915 (1878)
dan pasal-pasal ini dioper dalam BW Indonesia dengan nomor dalam kurung; 3
kata itu juga terdapat di dalamnya. Ketiga kata itu diterjemahkan oleh Prof.
Soebakti
dengan
akta-kata
Indonesia
berturut-turut:
“menandatangani”,
“menandatangani”, dan “tanda tangan”. De Joncheere mengatakan bahwa
pemakaian 3 kata Belanda itu untuk satu arti (begrip) dapat menimbulkan
kekacauan (deze terminologie zou in staat zijn eene grote verwarring te stichten).
De Joncheere mengatakan bahwa segel yang sering kali disebut di atas
sudah lama sekali dipakai, yaitu sejak zaman kuno di antara orang-orang Parsi dan
orang-orang Yahudi. Segel juga dipakai oleh orang-orang Romawi untuk
memperkuat suatu akta. Demikian juga di Perancis segel ini dianggap lebih
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
37
penting daripada tanda tangan. Segel pada waktu itu dirasakan memberi jaminan
tentang keaslian suatu kata.
Jika kita melihat keadaan di Indonesia sekarang memang mirip dengan
keadaan di Perancis dahulu. Sering kali orang tidak puas apabila atas suatu
pernyataan tertulis tidak ditempelkan segel (meterai) yang pada dasarnya tidak
perlu diberi meterai. Orang juga sering mengatakan, “Saya ada segel tentang janji
itu, “yang berarti janji itu sudah kuat. Jadi segel atau meterai di kalangan
masyarakat Indonesia mempunyai arti tersendiri yang walaupun tidak tertulis,
mencakup beberapa pengertian: sah, kuat, asli, tidak dapat dimungkiri.
Mengenai syarat lahiriah suatu tanda tangan dalam disertai itu ditulis
bahwa bangsa Saks, yaitu penghuni tertua di Inggris, mempunyai kebiasaan untuk
menandatangani dengan menulis namanya (untuk mereka yang dapat menulis)
ditambah dengan sebuah salib (kruis, cross) karena mereka sudah memeluk agama
Kristen, sedangkan mereka yang tidak dapat menulis hanya membuat tanda salib.
Doktor itu memperkirakan bahwa di Belanda (tahun 1892) kebiasaan
membubuhkan tanda salib saja bagi orang-orang yang tidak dapat menulis, berasal
dari kebiasaan orang Saks itu. Sebagaimana diketahui, orang-orang Indonesia
yang tidak dapat menulis sering membubuhkan sebuah tanda silang sebagai tanda
tangan mereka.
Di Eropa tanda tangan dan salib (kruis cross), karena kebiasaan atau
undang-undang yang tua sekali, sudah diberi harga sama, jadi sama kuatnya,
sedangkan di Indonesia sebuah sidik jari yang dibubuhkan di hadapan seorang
pejabat umum disamakan oleh undang-undang dengan suatu tanda tangan.
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
38
Ditekankan di sini, adalah sidik jari saja tidak disamakan dengan tanda tangan,
teapi yang disamakan adalah sidik jari yang dibubuhkan di hadapan seorang
pejabat umum.
De Joncheere di dalam disertasinya membahas bentuk suatu tanda tangan sebagai
berikut:
(a) Tanda tangan yang dibuat secara menulis perlahan-lahan, seolah-olah dilukis
oleh orang yang tidak banyak menulis sehingga huruf-hurufnya jelas sekali
terbaca, dibandingkan dengan tanda tangan seorang yang pekerjanya seharihari menandatangani banyak surat atau dokumen, umpamanya seorang
pemegang kas bank yang menandatangani berpuluh-puluh kuitansi dan
sebagainya, sedemikian sering membubuhkan tanda tangannya sehingga
huruf-hurufnya sulit dibaca dan tinggal coret-corean saja. Apakah yang
terakhir ini juga dapat dianggap suatu tanda tangan.
Para ahli hukum dalam hal ini tidak sependapat; Diephuis tidak setuju
menyamakannya dengan suatu tanda tangan. Ia berpendapat bahwa harus
dibedakan tanda tangan seorang yang tidak dapat menulis dan tanda tangan
seorang yang tidak mau menulis dengan baik. De Joncheere berpendapat
bahwa tanda tangan seseorang harus mempunyai sifat individual (individueel
karakter) dalam bentuk huruf yang ditulisnya, sehingga ia membuat konklusi
sebagai berikut: “Setiap tanda tangan yang ditulis dengan tangannya sendiri
memenuhi syarat-syarat tentang bentuk suatu penandatanganan yang sah”.
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
39
Inilah yang dipakai di Indonesia sebagai patokan suatu tanda tangan. Tidak
pernah terdengar keberatan seorang notaris atau pejabat lain atas coretancoretan yang dibuat oleh seorang penandatangan.
(b) Tanda tangan yang dibuat dengan mesin cetak (drukpers), termasuk stempel
tanda tangan, dianggap oleh doktor itu tidak mempunyai sifat individual yang
diperlukan untuk suatu tanda tangan. Di sini dicatat, bahwa kurang dimengerti
apa yang dimaksudkan dengan kata-kata door middel van de drukpers
vervaardigde naamteekening. Diperkirakan cara pembuatan itu sudah kuno
sekali dan mungkin dengan kemajuan teknik sudah ditinggalkan.
(c) Tanda tangan yang dibuat dengan klise (umpamanya di atas uang kertas),
menurut doktor itu, mengandung segala gambar halus suatu tanda tangan dan
memenuhi jaminan mengenai keasliannya, yaitu sifat individual tulisannya.
(d) Tanda tangan yang dibuat dengan bantuan orang lain tidak berlaku sebagai
tanda tangan.
Memang sifat individual huruf-huruf yang ditulis harus ada. Bentuk setiap huruf
dari alfabet selalu berlainan apabila ditulis oleh beberapa orang. Mengenai apa
yang tertulis sub (b) dan (c) diperkirakan tidak ada seorang notaris pun di
Indonesia yang membiarkan seorang penghadap menandatangani akta yang
dibuatnya dengan stempel atau klise.
Mengenai sub (d) telah dialami oleh banyak notaris dalam prakteknya
sewaktu seorang anak datang dengan ibunya yang tangannya selalu gemetar. Anak
itu mungkin karena malu atau karena tidak ingin terlalu lama mengganggu
pekerjaan seorang notaris, memegang tangan ibunya dalam usahanya membuat
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
40
tanda tangan, yang kemudian cepat-cepat dicegah. Dalam hal ini sifat individual
huruf-huruf di tanda tangan itu bercampur dan apabila ibu itu dibantu oleh orang
lain, pasti tanda tangan ibu itu berlainan.
Di atas telah ditulis bahwa menandatangani adalah suatu tindakan penanda
tangan dalam menuliskan namanya. Sudah tentu hukum dan kebiasaan adat
mempunyai peraturan-peraturan sendiri yang hanya diketahui para orang tua; di
BW juga ada aturan mengenai nama, tetapi tidak berlaku untuk orang-orang dari
golongan hukum lain dari golongan Hukum Orang Eropa. Aturan-aturan ini pun
sudah diganti dengan aturan-aturan lain dalam Lembaran Negara.
Untuk yang termasuk golongan Hukum Indonesia Asli, kini sudah ada
tanda tanda ingin mempunyai nama keluarga seperti Prawiraatmaja atau
Gandasubrata dan lain sebagainya. Nama marga sering juga dipakai sebagai nama
keluarga. Dan lagi banyak orang mempergunakan nama ayahnya sesudah
namanya sendiri. Sesuai dengan kebiasaan Islam, kata “bin” adalah anak lelaki
dari dan “binti” adalah anak perempuan dari, diselipkan di antara kedua nama itu.
Sering dibaca “Salim bin Suteji” atau “Aminah binti Sutejo”. Orang-orang timur
asing pada umumnya mempunyai nama keluarga.
3. Eksistensi Data Elektronik Sebagai Alat Bukti
Data atau dokumen elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang
dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog,
digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan,
dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
41
terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf,
tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti
atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya (Pasal 1 angka 4
UUITE). Jika dikaitkan dengan akta sebagai tanda bukti adanya suatu perbuatan
hukum, makaakta tersebut berbentuk dokumen yang dibuat dalam bentuk digital,
elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan,
dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk huruf,
tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti
atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.
Data elektronik berupa informasi elektronik yaitu satu atau sekumpulan
data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta,
rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic
mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses,
simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami
oleh orang yang mampu memahaminya (Pasal 1 angka 1 UUITE), hasil cetaknya
merupakan alat bukti hukum yang sah. Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan perluasan dari alat bukti yang sah
sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia. Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik dinyatakan sah apabila menggunakan Sistem
Elektronik sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang- Undang ini.
Ketentuan mengenai Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik tidak
berlaku untuk: a. surat yang menurut Undang-Undang harus dibuat dalam bentuk
tertulis; dan b. surat beserta dokumennya yang menurut Undang- Undang harus
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
42
dibuat dalam bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta
(Pasal 5 UUITE).
Pengakuan data elektronik sebagai alat bukti di pengadilan nampaknya
masih dipertanyakan validitasnya. Dalam praktek pengadilan di Indonesia,
penggunaan data elektronik sebagai alat bukti yang sah memang belum biasa
digunakan. Padahal di beberapa negara, data elektronik dalam bentuk e-mail
sudah menjadi pertimbangan bagi hakim dalam memutus suatu perkara (perdata
maupun pidana). Kiranya, tidak perlu menunggu lama agar persoalan bukti
elektronik, termasuk e-mail, untuk mendapatkan pengakuan secara hukum sebagai
alat bukti yang sah di pengadilan. Hal ini berarrti bahwa tidak semua dokumen
elektronik dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah dalam sidang pengadilan.
Dokumen elektronik yang dijadikan alat bukti yang sah, yaitu setiap informasi
elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam
bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat
dilihat, ditampilkan, atau didengar melalui komputer atau sistem elektronik.
Misalnya, data dalam flashdisk dan recorder elektronik.
Namun demikian, informasi atau dokumen elektronik tidak dapat dijadikan alat
bukti yang sah apabila:
• Surat yang menurut undang-undang harus dibuat dalam bentuk tertulis, seperti
surat berharga; dan
• Surat beserta dokumennya yang menurut undang-undang harus dibuat dalam
bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta.
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
43
Informasi elektronik sebagai alat bukti, merupakan interpretasi hukum dan
konstruksi hukum dari alat bukti tertulis dalam pembuktian perdata yang ada
dalam HIR. Hal ini karena tingkat reliabilitas keamanan dengan menggunakan
electronic signature adalah sama dengan menggunakan dokumen kertas bahkan
lebih baik karena pengaplikasian sistem electronic commerce yang cacat
pengetahuan berarti terdapat validitas substansi informasi dalam proses
pengolahan informasi yang ditentukan oleh identitas hukum para pihak yang sah
dan jelas. Semua transaksi elektronik yang bertumpu pada informasi elektronik
dapat diidentifikasi keabsahannya karena konsep kunci atau inti dari admisibilitas
bukti dan nilai kebuktian dari informasi elektronik, yang merupakan sentral
hukum pembuktian, masih tetap sama yaitu adanya cara-cara untuk membuktikan
bahwa informasi elektronik yang dikirim dan yang diterima, tidak diubah dalam
proses pengiriman dan penerimaan, tidak dapat dibaca dan diinterpretasikan oleh
pihak ketiga manapun. Permasalahan muncul apabila terdapat syarat bahwa suatu
dokumen atau akta tersebut harus dapat dilihat, dikirim dan disimpan dalam
bentuk kertas, serta dokumen atau akta asli selalu dalam bentuk tertulis yang
ditanda-tangani oleh para pihak yang melaksanakan perjanjian, dokumen asli
hanya ada satu dan semua reproduksi adalah merupakan salinan. Dalam hal ini
diperlukan adanya regulasi yang mengeliminasi persyaratan tersebut, antara lain
perubahan HIR (Rbg, BW) berkenaan dengan alat bukti.
Keabsahan electronic signature (termasuk di dalamnya digital signature)
sama dengan tanda tangan biasa karena tidak terdapat metode yang standar untuk
menandatangani sesuatu dengan menggunakan tinta. Keabsahan suatu tanda
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
44
tangan pada dasarnya adalah berhubungan dengan otentisitas, keaslian suatu akta,
dokumen atau surat. Oleh karena itu, tanda tangan konvensional dengan
menggunakan tinta pada dasarnya hanyalah merupakan suatu tradisi dan konvensi
yang berdasarkan karakternya mengambil bentuk phisik dan berdemensi
metafisik. Tanda tangan perlu ditafsirkan dengan menitik beratkan pada substansi
yaitu fungsi (function) tanda tangan itu daripada bentuk (form). Hal ini dapat
dengan jelas dilihat di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman,
Singapura dan Malaysia yang tidak menentukan bentuk tertentu suatu tanda
tangan sehingga keabsahan tanda tangan elektronik diakui. Keabsahan suatu tanda
tangan dan integritas suatu informasi elektronik dalam suatu komunikasi jaringan
virtual ditentukan oleh: (1). jaminan teknis bahwa jaringan yang dioperasikan
secara profesional dan didukung oleh metode perbaikan dari setiap kerusakan,
keabsahan serta kekacauan, (2). metode cryptoghraphy, (3). jaminan teknis
protokol komunikasi, pengendalian jaringan dan penggunaan software pengatur,
(4). kontrol data dan teknik preservasi, (5). berfungsinya auditur. Implikasi yuridis
dengan berkembangnya E-com dalam hukum pembuktian perdata di Indonesia
adalah adanya kemutlakan suatu perlindungan hukum terhadap informasi
elektronik dan electronic signature melalui suatu peraturan tentang alat bukti yang
fleksibel sehingga terdapat kepastian hukum.
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
45
BAB III
KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK PADA BERITA
ACARA RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUP)
1. Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham
Sebelum menguraikan mengenai Berita Acara Rapat Umum Pemegang
Saham, maka terlebih dahulu diuraikan mengenai Perseroan Terbatas dan organ
Perseroan Terbatas. Perihal Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2007 yang mencabut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas. Perseroan Terbatas sebagaimana pasal 1 angka 1
UUPT adalah perusahaan yang berbentuk badan hukum, sehingga perseroan
terbatas merupakan subyek hukum yang dapat bertindak dalam hukum
sebagaimana subyek hukum lainnya yaitu manusia. Sebagai suatu badan hukum,
organ Perseroan Terbatas terdiri atas: 1) Rapat Umum Pemegang Saham, 2)
Direksi, dan 3) Komisaris. Hal ini secara tegas termuat dalam Pasal 1 angka 2 UU
No. 1 Tahun 1995 yang menentukan bahwa: “Organ Perseroan adalah rapat
Umum Pemegang Saham, Direksi dan Komisris”.
Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disebut RUPS menurut
Pasal 1 angka 3 UU No. 1 Tahun 1995 adalah “organ perseroan yang memegang
kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak
diserahkan kepada Direksi atau Komisaris”. Namun dengan diundangkannya UU
No. 40 Tahun 2007 RUPS bukan lagi sebagai organ tertinggi dalam perseroan
terbatas. Direksi menurut Pasal 1 angka 5 UU No. 40 Tahun 2007 adalah “organ
45
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
46
perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk
kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun
di luar pengadilan sesuai dengan ke-tentuan Anggaran Dasar”. Sedang komisaris
menurut Pasal 1 angka 6 UU No. 40 Tahun 2007 adalah “organ perseroan yang
bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus serta memberikan
nasihat kepada Direksi dalam menjalankan perseroan”.
Apabila perseroan terbatas belum memperoleh pengesahan dari Menteri,
Hardidjan Rusli mengemukakan:
Peraturan Perseroan Terbatas telah menentukan pertanggung jawaban yang
berbeda. Karena itu untuk mengetahui modal suatu Perseroan Terbatas,
pembagian tahapan pendirian Perseroan terbatas berikut tanggungjawabnya
adalah sangat penting dan tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Perseroan Terbatas yang telah disahkan tetapi belum didaftar dan
diumumkan;
2) Perseroan Terbatas yang telah disahkan dan telah didaftar dan
diumumkan;
3) Perseroan Terbatas dalam keadaan-keadaan tertentu. 32
Hal di atas secara tegas diatur dalam Pasal 3 UU No. 40 Tahun 2007 menentukan:
(1) Pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas
perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung jawab
atas kerugian perseroan melebihi nilai saham yang telah diambilnya.
(2) Ketentuan saham yang dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku apabila :
a. persyaratan perseroan sebagai badan hukum, belum atau tidak
terpenuhi;
b. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak
langsung dengan itikad buruk memanfaatkan perseroan semata-mata
untuk kepentingan pribadi;
c. pemegang saham yang bersangkutan terlebih dalam perbu-atan
melawan hukum yang dilakukan oleh perseroan; atau
d. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak
langsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan,
yang mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk
melunasi utang perseroan.
32
Hardidjan Rusli, Op. Cit., h. 27.
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
47
Ketentuan Pasal 3 UU No. 40 Tahun 2007 menjelaskan bahwa pemegang saham
Perseroan Terbatas tidak bertanggungjawab secara pribadi atas perikatan yang
dibuat oleh perseroan terbatas dan tidak bertanggungjawab atas kerugian
perseroan yang melebihi nilai saham yang telah diambilnya. Perseroan terbatas
jika modalnya hanya diperoleh dari pemegang saham dari para pendiri saja, maka
termasuk sebagai perseroan tertutup.
Organ Perseroan Terbatas menurut pasal 1 angka 2 UU No. 40 Tahun
2007 adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi dan Komisaris.
Direksi adalah organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan
perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik
di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar.
Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara
umum dan atau khusus serta memberikan nasihat kepada Direksi dalam
menjalankan perseroan.
Jadi rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) memegang dua kekuasaan
atau wewenang, yaitu:
1. kekuasaan tertinggi dalam perseroan; dan
2. wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris.
Macam-macam RUPS:
1) RUPS terdiri atas RUPS tahunan dan RUPS lainnya;
2) RUPS tahunan, diadakan dalam waktu paling lambat 6 (enam) bulan
setelah tahun buku, dan dalam RUPS tahunan tersebut harus diajukan
semua dokumen perseroan;
3) RUPS lainnya dapat diadakan sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan. 33
33
IG Ray Widjaja, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas (Khusus Pemahaman Atas
Undang-undang Nomo1 Tahun 1995), Megapoin, Jakarta, 2000, h. 57.
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
48
Apabila memperhatikan macam-macam RUPS di atas dapat dijelaskan bahwa
RUPS dibedakan menjadi dua bagian yaitu RUPS tahunan dan RUPS lain yang
dapat diadakan sewaktu-waktu.
RUPS tahunan diadakan setiap tahun untuk membahas laporan tahunan
yang diajukan direksi. RUPS tahunan diadakan paling lambat diselenggarakan
enam bulan sesudah tahun buku. Mengenai RUPS lainnya, Gatot Supramono
mengemukakan: “Sebelum lahirnya UU No. 40 Tahun 2007 dalam praktek
dikenal adanya Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham yang diadakan kapan
saja. Dalam UU No. 40 Tahun 2007 tampak tidak memakai istilah Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa, melainkan menggunakan RUPS lainnya”.34
RUPS dilakukan di tempat kedudukan perseroan atau tempat perseroan
melakukan kegiatan usahanya kecuali ditentukan lain dalam Anggaran Dasar. Hal
yang pasti adalah tempat RUPS haruslah di wilayah RI, tidak boleh di luar negeri
(pasal 64 UU No. 40 Tahun 2007).
Penyelenggaraan RUPS Tahunan dan lainnya adalah wewenang Direksi,
tetapi dalam hal-hal tertentu (Direksi berhalangan atau ada pertentangan
kepentingan antara Direksi dengan perseroan) sesuai dengan ketentuan dalam
Anggaran Dasar, maka pemanggilan RUPS dapat dilakukan oleh Komisaris (pasal
66 angka 1 dan pasal 68 UU No. 40 Tahun 2007).
Penyelenggaraan RUPS dapat juga dilakukan atas permintaan 1 (satu)
orang pemegang saham atau lebih yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu
persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah atau
34
Gatot Supramono, Hukum Perseroan Terbatas yang Baru, Djambatan, Jakarta, 1999,
h. 67.
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
49
suatu jumlah yang lebih kecil bila diperbolehkan oleh Anggaran Dasar perseroan.
Permintaan penyelenggaraan RUPS diajukan kepada Direksi atau Komisaris
dengan surat tercatat disertai alasannya dan RUPS ini hanya dapat membicarakan
masalah yang berkaitan dengan alasan yang dicantumkan dalam surat permintaan
penyelenggaraan RUPS.
Dalam hal Direksi atau Komisaris tidak melakukan sendiri pemanggilan
RUPS pada waktunya (bagi RUPS Tahunan paling lambat 6 (enam) bulan setelah
tahun buku, sedangkan bagi RUPS lainnya setelah lewat 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak permintaan) maka pemohon dapat melakukan sendiri pemanggilan
RUPS itu setelah mendapat izin dari Pengadilan Negeri.
Penetapan pemberian izin penyelenggaraan RUPS dari Ketua Pengadilan
Negeri adalah bersifat final yaitu penetapan yang pertama dan terakhir (pasal 67
angka 4 UU No. 40 Tahun 2007). Ketua Pengadilan Negeri dapat menetapkan
bentuk, isi dan jangka waktu pemanggilan RUPS serta menunjuk ketua rapat
tanpa terikat pada ketentuan Ang-garan Dasar atau UU No. 1 Tahun 1995. Ketua
Pengadilan Negeri juga dapat memerintahkan Direksi dan atau Komisaris untuk
hadir.
Pasal 1 angka 5 UU No. 40 Tahun 2007 menyatakan Direksi adalah organ
perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk
kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun
di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar. Sebagai wakil dari
perseroan, maka direksi mempunyai tugas melakukan pengurusan perseroan,
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
50
sesuai dengan pasal 79 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 menentukan: “Pengurusan
perseroan dilakukan oleh direksi”.
Direksi diangkat oleh RUPS, sesuai dengan ketentuan pasal 80 UU No. 40
Tahun 2007 menentukan:
(1) Anggota direksi diangkat oleh RUPS;
(2) Untuk pertamakali pengangkatan anggota direksi dilakukan dengan
mencantumkan susunan dan nama anggota direksi dalam akta pendirian
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1) huruf b;
(3) Anggota direksi diangkat untuk jangka waktu tertentu dengan
kemungkinan diangkat kembali;
(4) Anggaran dasar mengatur tatacara pencalonan, pengangkatan, dan
pemberhentian anggota direksi tanpa mengurangi hak pemegang saham
dalam pencalonan.
Dengan demikian mengenai direksi dan susunannya secara tegas termuat dalam
anggaran dasar perseroan, demikian halnya jangka waktu jabatan direksi serta
pemberhentiannya dituangkan dalam anggaran dasar perseroan.
Direksi adalah merupakan dewan Direktur (Board of Directors) yang
dapat merupakan satu orang direktur atau terdiri dari beberapa anggota Direksi
yaitu satu orang sebagai Presiden Direktur atau direktur Utama dan satu atau
beberapa wakil Presiden Direktur serta satu atau beberapa direktur. 35
Bila Direksi hanya satu orang Direktur saja, maka persoalan siapa yang
mewakili Direksi jelas adalah Direktur tersebut tetapi bagai-mana bila Direksi itu
terdiri beberapa orang Direktur. Hal ini tergantung dari apa yang ditentukan dalam
Anggaran Dasar. Karena itu bila ingin mengetahui siapakah yang dapat mewakili
Direksi, maka dapat dicari dalam Anggaran Dasar perseroan. Anggaran Dasar
mungkin menentukan bahwa yang dapat mewakili atau bertindak sebagai direksi
35
Hardijan Rusli, Op. Cit., h. 121.
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
51
adalah masing-masing anggota Direksi atau mungkin pula ditetapkan yang dapat
mewakili Direksi adalah masing-masing anggota Direksi
dengan Presiden
direkturnya (dua orang).
Di dalam hal Anggaran Dasar tidak menentukan siapakah yang dapat
mewakili perseroan, maka yang berwenang mewakili perseroan adalah setiap
anggota Direksi.
Direksi dapat memberi kuasa tertulis kepada 1 (satu) orang karyawan
perseroan atau lebih atau kepada orang lain untuk dan atas nama perseroan
melakukan perbuatan hukum tertentu.
Direksi terdiri dari satu orang atau lebih, kecuali Perseroan terbatas yang
bidang usahanya:
a. mengerahkan dana masyarakat;
b. menerbitkan surat pengakuan utang;
c. atau sebagai Perseroan Terbatas Terbuka;
d. wajib mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang anggota direksi. 36
Anggota Direksi diangkat oleh RUPS, kecuali untuk pertama kali anggota
Direksi diangkat dengan mencantumkan susunan dan nama anggota Direksi dalam
Akta Pendirian dan anggota Direksi diangkat untuk jangka waktu tertentu dengan
kemungkinan diangkat kembali.
Mengenai tugas komisaris yaitu memberikan pengawasan terhadap direksi,
menentukan:
“Komisaris
bertugas
mengawasi
kebijakan
direksi
dalam
menjalankan perseroan serta memberikan nasihat kepada direksi”. Dalam hal
36
Tesis
Ibid., h. 122.
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
52
pengawasan tersebut jika direksi melakukan perbuatan yang merugikan perseroan,
tidak mengatur mengenai langkah komisaris atas tindakan direksi. Namun jika
memperhatikan pendapat Rochmat Soemitro, mengemukakan sebagai berikut:
Komisaris mempunyai hak untuk membebastugaskan direksi dari
kewajibannya jika tindakan-tindakan direksi merugikan perseroan.
Pembebasan dari tugasnya ini sifatnya sementara dan segera dalam waktu
satu bulan akan dipanggil rapat umum pemegang saham untuk memberi
ketentuan tentang soal tersebut. Dalam rapat tersebut direksi diberi
kesempatan untuk membela diri. Jika kemudian rapat umum menentukan
yang berlainan, maka direksi akan ditempatkan kembali. 37
Peraturan tentang pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Direksi
serta besar dan jenis penghasilan Direksi ditetapkan oleh RUPS atau dapat
dilakukan oleh Komisaris atas nama RUPS bila diperbolehkan oleh Anggaran
Dasar.
Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan
secara umum dan atau khusus serta memberikan nasehat kepada Direksi dalam
menjalankan perseroan. Jadi tugas utama Komisaris, adalah:
1. Melakukan pengawasan atas jalannya perseroan;
2. Memberikan nasehat kepada Direksi dalam menjalankan perseroan. 38
Komisaris diangkat dan diberhentikan oleh RUPS, tetapi untuk pertama
kali dilakukan dengan mencantumkan susunan dan nama Komisaris dalam Akta
Pendirian. Perkataan Komisaris mengandung pengertian baik sebagai organ
maupun sebagai orang perseorangan. Sebagai organ Komisaris lazim disebut
37
Rochmat Soemitro, Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan dan Wakaf, Eresco,
Bandung, 1993, h. 57.
38
Tesis
Purwosutjipto, op. Cit., h. 154.
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
53
Dewan Komisaris. Sedangkan sebagai orang perseorangan disebut sebagai
anggota Komisaris.
Berbeda dengan Direksi, dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) orang
Komisaris maka sebagian majelis/dewan, Komisaris tidak dapat bertindak sendirisendiri untuk mewakili perseroan. Perseroan yang wajib mempunyai paling
sedikit 2 (dua) orang Komisaris, adalah: 39
a. Perseroan yang bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat; atau
b. Perseroan yang menerbitkan surat pengangkutan utang; atau
c. Perseroan Terbatas Terbuka.
Sedangkan bagi Perseroan Terbatas di luar ketiga hal di atas, maka
Komisaris boleh hanya 1 (satu) orang atau lebih. Hal ini dapat disimpulkan dari
pasal 94 angka 2 di atas dan angka 3 (tiga) yang menyatakan bahwa dalam hal
terdapat lebih dari 1 (satu) orang Komisaris, mereka merupakan sebuah majelis.
Kata-kata dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) dapat diartikan bahwa Komisaris
tidak harus lebih dari 1 (satu), jadi dapat terdiri dari 1 (satu) orang saja.
Sedangkan pasal 94 angka 3 hanya mewajibkan ketiga jenis perseroan tersebut di
atas yang harus mempunyai Komisaris lebih dari satu, hal ini berarti bahwa di luar
ketiga jenis perseroan tersebut berarti boleh mempunyai satu orang Komisaris
atau lebih.
Kaitannya dengan tanggung jawab organ perseroan dalam hal ini Direksi
maupun Komisaris, tanggung jawab direksi meliputi:
39
Tesis
Hardijan Rusli, Loc. Cit.
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
54
(1) Direksi bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan, untuk
kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di
dalam maupun di luar pengadilan (persona standi in judicio);
(2) setiap anggota direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tang-gung
jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan;
(3) setiap anggota direksi bertanggungjawab penuh secara pribadi apabila
yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai
dengan ketentuan angka 2 di atas. 40
Mengenai tanggung jawab direksi adalah:
(1) Setiap anggota Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung
jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan.
(2) Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila
yang bersangkutan bersalah atau lali menjalankan tu-gasnya sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa direksi selaku
pengurus perseroan dan sekaligus penyelenggara RUPS dapat dimintakan
pertanggungjawaban atas penyelenggaraan tugas perseroan terbatas jika sampai
merugikan perseroan maupun pihak ketiga.
Di atas telah disebutkan bahwa tanggung jawab pemegang saham adalah
sebatas jumlah nominal saham yang dimilikinya. Namun dalam hal-hal tertentu
pemegang saham dapat dimintai pertanggung jawaban-nya. Hal ini terjadi
menurut Hardijan Rusli sebagai berikut:
Tanggung jawab dari pemegang saham yang terbatas (limited liability)
menjadi tidak berlaku dalam hal-hal sebagai berikut:
a. perseroan terbatas sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi.
b. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak
langsung dengan itikad buruk memanfaatkan perseroan terbatas semata-
40
IG. Rai Widjaya, Op. Cit., h. 67-68.
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
55
mata untuk kepentingan pribadi. 41
Selain hal-hal tersebut di atas, pemegang saham dapat dimintakan per-tanggungan
jawab atas dasar piercing the corporate veil berarti mem-buka tabir perusahaan.
Maksudnya adalah:
Proses untuk membebani tanggung jawab hukum ke pundak orang atau
perusahaan lain selain dari perusahaan tersebut atas tindakan-tindakan
hukum yang dilakukan untuk dan atas nama perusahaan yang bersangkutan.
Piercing the corporate veil ini seringkali dibebankan kepada pihak
pemegang saham, direksi atau komisaris. 42
Pemegang saham, direksi maupun komisaris dapat dimintakan pertang-gungan
jawab atas dasar telah membuka tabir perusahaan dalam hal-hal sebagai berikut:
1) permodalan perseroan tidak layak;
2) penggunaan dana perseroan secara pribadi;
3) ketidaklengkapan formalitas perseroan;
4) terdapat penipuan, penggelapan atau transfer modal secara tidak layak;
5) sangat dominannya pemegang saham atau komisaris dalam kegiatan
bisnis perseroan. 43
Memperhatikan uraian dan pembahasan sebagaimana tersebut di atas dapat
dijelaskan bahwa meskipun RUPS bukan lagi sebagai suatu lembaga tertinggi
dalam perseroan terbatas yang tidak diberikan kepada direksi maupun komisaris,
dalam perseroan terbatas eksistensi RUPS tetap menentukan. Dikatakan demikian
karena pengangkatan dan pemberhentian direksi maupun komisaris didasarkan
41
Hardijan Rusli, Op. Cit., h. 29.
42
Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2003, h. 122.
43
Tesis
Ibid.
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
56
atas RUPS, demikian halnya dengan penambahan maupun pengurangan modal
perseroan juga didasarkan atas RUPS, termasuk juga dalam hal peleburan maupun
penggabungan perseroan terbatas juga didasarkan atas RUPS.
2. Wewenang Notaris dalam Membuat Berita Acara RUPS
Sebagaimana dijumpai dalam Pasal 21 ayat (5) UU No. 40 Tahun 2007
bahwa Perubahan anggaran dasar yang tidak dimuat dalam akta berita acara rapat
yang dibuat notaris harus dinyatakan dalam akta notaris paling lambat 30 (tiga
puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS. Demikian halnya dengan
ketentuan pasal 90 UU No. 40 Tahun 2007 bahwa Setiap penyelenggaraan RUPS,
risalah RUPS wajib dibuat dan ditandatangani oleh ketua rapat dan paling sedikit
1 (satu) orang pemegang saham yang ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS. Tanda
tangan tidak disyaratkan apabila risalah RUPS tersebut dibuat dengan akta notaris.
Hal tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa notaris mempunyai wewenang
membuat risalah atau berita acara RUPS. Jika dikaitkan dengan ketentuan pasal
15 ayat (1) UUJN mengenai kewenangan notaris bahwa Notaris berwenang
membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang
diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh
yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian
tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan
kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga
ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan
oleh undang-undang. Apabila dalam UU No. 40 Tahun 2007 telah dengan tegas
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
57
bahwa risalah atau berita acara RUPS dibuat oleh notaris yang berarti bahwa
notaris mempunyai wewenang membuat berita acara tersebut dan bukan
wewenang pejabat yang lainnya.
Notaris mempunyai wewenang membuat akta otentik. Perihal akta otentik di
dalam Hukum Perdata diatur pada buku IV Burgerlijk Wetboek (B.W.) tentang
pembuktian dan daluwarsa. Menurut Pasal 1868 B.W., “Akta otentik ialah suatu
akta yang di dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang dibuat oleh atau
di hadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat di mana
akta dibuatnya”.
Akta otentik yaitu akta yang dibuat oleh atau di hadapan pegawai-pegawai
umum yang berkuasa. Pada Pasal 1868 B.W. tersebut tidak dijelaskan lebih lanjut
siapa yang dimaksud dengan pegawai-pegawai umum yang berkuasa.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lumban Tobing, bahwa
Pasal 1868 B.W., hanya menerangkan apa yang dinamakan akta otentik, akan
tetapi tidak menjelaskan siapa yang dimaksud pejabat umum itu, juga tidak
menjelaskan tempat di mana ia berwenang sedemikian sampai di mana batas-batas
wewenangnya dan bagaimana bentuk menurut hukum yang dimaksud, sehingga
pembuat undang-undang masih harus membuat peraturan perundang-undangan
untuk mengatur hal-hal tersebut. 44 Hal ini berarti bahwa jika pejabat umum yang
dimaksud adalah Notaris, maka eksistensi dari UUJN merupakan peraturan
pelaksana dari ketentuan Pasal 1868 B.W.
Dengan demikian akta otentik itu ada 2 macam yaitu:
44
Tesis
Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta, 1980, hlm. 40.
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
58
(1) akta yang dibuat oleh pejabat yang sering disebut dengan akta pejabat
(ambtelijk akta); dan
(2) akta otentik yang dibuat di hadapan pejabat yang sering disebut dengan
akta partai (partij akta).
Akta yang dibuat oleh pejabat atau relaas akta yaitu suatu akta yang
dibuat oleh pejabat, yang berisi keterangan yang dikehendaki oleh para pihak
yang membuat atau menyuruh membuat akta tersebut. Kebenaran dari isi relaas
akta tidak dapat diganggu gugat, kecuali dengan menuduh bahwa akta itu adalah
palsu, sedang kebenaran isi akta para pihak dapat digugat tanpa menuduh
kepalsuan akta tersebut. Untuk membuat akta partai (partij akta) pejabat tidak
pernah memulai inisiatif, sedangkan untuk membuat akta pejabat (ambtelijk akta)
justru pejabatlah yang bertindak aktif yaitu dengan inisiatif sendiri membuat akta
tersebut. 45
Apabila dikaitkan dengan ketentuan pasal 5 ayat (4) UUITE bahwa
Ketentuan mengenai Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik tidak
berlaku untuk: surat yang menurut Undang-Undang harus dibuat dalam bentuk
tertulis; dan surat beserta dokumennya yang menurut Undang- Undang harus
dibuat dalam bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta,
yang berarti bahwa tidak semua akta yang dibuat oleh notaris dapat diandatangani
secara elektronik. Akta yang dibuat di hadapan notaris bentuknya telah ditentukan
oleh undang-undang yang berartibahwa akta tersebut atau yang dikenal dengan
akta partij tidak dapat ditandatangani menggunakan elektronika.
45
Tesis
Riduan Syahrani, Op. cit., hlm. 61.
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
59
Teknologi Informasi (Information technology) memegang peranan yang
penting, baik di masa kini atau masa yang akan datang. Teknologi informasi
diyakini membawa keuntungan dan kepentingan yang besar bagi negara-negara di
dunia. Ada banyak hal yang membuat teknologi informasi begitu penting dan hal
itu dikarenakan bahwa teknologi informasi memacu pertumbuhan ekonomi
dunia. 46 Perluasan teknologi ini ada beberapa hal yang dapat diperhatikan:
1. Teknologi terdiri dari informasi yang mampu mengaplikasikan semua
tahapan dari perencanaan, organisasi, dan operasi suatu industri atau
perusahaan (komersial) dengan segala aktifitasnya.
2. Teknologi mempunyai kontribusi untuk membuat setiap tahapan yang
mencakup perencanaan, organisasi dan operasi kegiatan suatu industri atau
perusahaan; maka teknologi tidak hanya terdiri dari scientific knowledge ,
tetapi pengetahuan bisnis atau organisasi.
3. Teknologi bisa berupa teknologi yang berwujud (bertubuh) dan tidak
berwujud.
Teknologi informasi membawa dampak kompleksitas pada sebuah realitas virtual
yang memecahkan kebuntuan yang dimiliki oleh kehidupan nyata mengenai
konsep ruang dan waktu. Realitas virtual memungkinkan orang yang berada di
dalamnya beradapada tempat dan waktu yang berbeda. 47
Informasi dan teknologi komunikasi mempengaruhi berbagai aspek kehidupan
masyarakat, aspek ekonomi, sosial, budaya. Perkembangan internet telah
Tesis
46
Agus Raharjo, Cyber Crime, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, h. 1.
47
Ibid., h. 110.
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
60
membawa pengaruh yang besar dalam segala aspek kehidupan manusia, dan
dipakai hampir pada semua kegiatan. Perkembangan ini membawa konsekuensi
yang penting serta mempengaruhi lalu lintas hukum. (Herlien Budiono,
2007:211). Konsekuensi itu ditandai oleh:
•
dematerialisasi
•
ekonomi bergantung pada informasi, pengetahuan, dan jasa melalui
jaringan digital, pertautan fisik melalui kertas atau material yang fisiknya
dapat dipegang menjadi berkurang.
•
Internasionalisasi atau deteritoroalisasi
•
Bagi internet tidak ada lagi batas negara
•
Turbulensi teknik
•
Perkembangan teknik berjalan dalamkecepatan yang relatif tinggi yang
menyebabkan pembuat undang-undang terseok-seok mengikutinya.
Seiring dengan perkembangan masyarakat dan teknologi, semakin lama manusia
semakin banyak menggunakan alat teknologi digital, termasuk dalam berinteraksi
antar sesamanya. Perkembangan teknologi digital yang semakin pesat, maka tidak
sepantasnya lagi dipersyaratkan suatu tatap muka di antara pihak yang melakukan
kontrak, tetapi cukup memakai internet. (Munir Fuady, 2006:151)
Lahirnya Undang Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
menampung aspirasi dan mengakomodasi perkembangan teknologi informasi
dengan diterimanya teleconference, video conference. Hasil dari teleconference
atau video conference yang dijadikan sarana komunikasi, dipermudah dengan
adanya teknologi 3,5G. Sarana komunikasi yang demikian ini membawa dampak
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
61
dalam memberikan kemudahan dari sisi ekonomis. Bertatap muka tidak dengan
konteks face to face tetapi bertatap muka dengan media elektronis. Pasal 77
UUPT Nomor 40 tahun 2007, mengakomodasi hal ini. Ketentuan Pasal 77 UUPT
bahwa RUPS dapat dilaksanakan secara teleconferensi. Berarti disini ada sebuah
data digital yang dihasilkan oleh sebuah teleconferensi.
Data elektronis diterima sebagai alat bukti dan dalam Undang Undang
Dokumen Perusahaan yaitu UU nomor 8 tahun 1997, yang dimaksud dengan
dokumen perusahaan adalah data, catatan, dan atau keterangan yang dibuat dan
atau diterima oleh perusahaan dalam rangka pelaksanaan kegiatnnya, baik tertulis
di atas kertas atau sarana lain meupun rekaman dalam bentuk corak apa pun yang
dapat dilihat, dibaca, dan didengar. Dokumen perusahaan terdiri dari dokumen
keuangan dan dokumen lainnya. Dokumen lainnya ini adalah hal-hal lain yang
tidak terlait langsung dengan dokumen keuangan yang terdiri dari data atau setiap
tulisan yang berisi keterangan yang mempunyai nilai guna bagi perusahaan, dan di
dalam penjelasan dari ketentuan tersebut adalah Risalah Rapat Umum Pemegang
Saham, akta pendirian, dan akta otentik lainnya yang mengandung kepentingan
hukum tertentu dan NPWP.
RUPS merupakan sebuah dokumen perusahaan, dan dengan ketentuan UUPT
yang terbaru dalam penyelenggaran RUPS dapat dilakukan dengan memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi. Pembuatan RUPS dengan memanfaatkan teknologi
video call atau teleconference ataupun dengan video call. Pemanfaatan
kecanggihan teknologi ini memungkinkan para pemegang saham perusahaan tidak
harus bertatap muka secara langsung atau face to face tapi bertatap muka dengan
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
62
media elektronik yang saling dapat berhubungan seperti layaknya bertatap muka
secara langsung. Tujuan yang akan dicapai dalam sebuah rapat tentunya akan
membahas tentang sesuatu hal yang berkaitan dengan perusahaan atau perseroan
terbatas itu sendiri. Kemajuan teknologi informasi ini sangat mempermudah selain
lebih effisien juga efektif. Tentu saja hal ini membuka cakrawala baru dalam hal
rapat yang diselenggarakan dengan menggunakan media elektronik ini akan
menghasilkan data elektronik juga. Dampak yang ditimbulkan adalah bahwa
ketentuan UUPT mensyarakatkan bahwa setiap perubahan yang berhubungan
dengan anggaran dasar dari PT itu harus dibuatkan risalah rapat yang harus
dituangkan dalam akta otentik, yaitu akta notaris. Kendala yang nyata dari proses
kecanggihan teknologi ini adalah bahwa data yang dihasilkan dari sebuah RUPS
dengan menggunakan mekanisme elektronik tentu saja menghasilkan data
elektronik pula. Proses pembuktian data elektronik ke dalam akta otentik ini
mengalami kendala. Kemudahan dalam melakukan RUPS ini diyakini membawa
dampak positif bagi perkembangan dunia usaha tetapi jika tidak dapat
diakomodasikan maka ketentuan ini adalah ketentuan yang mandul.
Perkembangan teknologi informatika juga dimanfaatkan dalam kerangka
penyelenggaraan RUPS, di mana RUPS dapat diselenggarakan melalui
teleconference. Dalam hukum penyelenggaraan RUPS dengan teleconference
adalah ketentuan pasal Pasal 77 UUPT bahwa penyelenggaraan RUPS dapat
dilakukan melalui media teleconferensi, video konferensi, atau sarana media
elekronik lainnya yang memungkinkan semua peserta RUPS melihat dan
mendengar serta secara langsung serta berpartisipasi dalam rapat. Oleh karena
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
63
UUPT telah jelas mengaturnya, maka RUPS yang diselenggarakan melalui
teleconference
adalah
sah,
namun
bagaimana
mekanisnya
dalam
hal
diselenggarakan RUPS dan peran notaris dalam penyelenggaraan RUPS dalam hal
pembuatan berita acara RUPS. Mengacu pada ketentuan pasal 76 UUPT bahwa
RUPS diadakan di tempat kedudukan Perseroan atau di tempat Perseroan
melakukan kegiatan usahanya yang utama sebagaimana ditentukan dalam
anggaran dasar. Hal ini berarti bahwa persyaratan pertama adalah RUPS
diselenggarakan di tempat kedudukan perseroan terbatas atau melakukan kegiatan
usaha yang utama yang mengadakan RUPS. Jadi apabila lokasi perseroan terbatas
di Surabaya atau kegiatan utamanya di Surabaya, meskipun para pemegang saham
sebagian besar berdomisili di Jakarta, maka RUPS harus diselenggarakan di
Surabaya. Atau RUPS terutama untuk perseroan terbatas terbuka (Tbk) dapat
diselenggarakan di tempat kedudukan bursa di mana saham Perseroan dicatatkan.
Jadi jika saham dicatatkan
di Bursa Efek Jakarta, di mana sebagian besar
pemegang sahamnya ada di Jakarta, maka RUPS dapat diselenggarakan di Jakarta.
Atau RUPS dapat diselenggarakan di mana saja terutama jika dalam RUPS hadir
dan/atau diwakili semua pemegang saham dan semua pemegang saham
menyetujui diadakannya RUPS dengan agenda tertentu, RUPS dapat diadakan di
manapun dengan memperhatikan ketentuan tempat RUPS harus terletak di
wilayah negara Republik Indonesia. Hal ini berarti bahwa meskipun RUPS
diselenggarakan berdasarkan kesepakatan para pemegang saham, RUPS tidak
boleh diselenggarakan di luar wilayah Indonesia. Hasil RUPS harus didasarkan
atas persetujuan suara bulat.
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
64
Sehubungan dengan keabsahan RUPS, bahwa RUPS harus ditandatangani
oleh para pemegang saham yang menyetujui mengenai hasil RUPS dan jika tidak
ada yang mengajukan keberatan, RUPS perlu ditandatangani. Perihal keabsahan
tandatangan peserta RUPS yang diselenggarakan melalui teleconference, maka
pertama-tama yang perlu dipahami pengertian teleconference yaitu suatu
pertemuan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang dilakukan melewati
telpon atau koneksi jaringan. Pertemuan tersebut hanya dapat menggunakan suara
(audio
conference)
atau
menggunakan
video
(video
conference)
yang
memungkinkan peserta konferensi saling melihat. Dalam konferensi juga
dimungkinkan menggunakan whiteboard yang sama dan setiap peserta
mempunyai kontrol terhadapnya, juga berbagi aplikasi. Produk yang mendukung
teleconference pertama melalui internet adalah NetMeeting yang dikeluarkan oleh
Microsoft. Suatu pertemuan melalui teleconferensi adalah juga suatu tindakan
hukum dengan maksud untuk mengadakan suatu rapat (pertemuan) diantara
pemegang saham (Pasal 76 (4) UUPT). Bahwa maksud diadakan RUPS biasanya
untuk memutuskan sesuatu yang didasarkan kepada adanya suatu keputusan
“persetujuan” untuk suatu tindakan hokum tertentu atas nama PT, dimana
terhadap persetujuan ini boleh ditanda-tangani :
1. secara fisik atau
2. secara elektronik
Ciri spesifik teleconference yang memiliki nuansa hukum yaitu pertemuan
dimaksud harus memiliki dampak atau akibat hukum misalkan pertemuan tersebut
merupakan suatu rapat untuk memutuskan sesuatu, atau teleconference yang
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
65
dilakukan dalam rangka memberikan suatu keterangan atau kesaksian [misalkan
dalam perkara pidana. Adanya dampak inilah yang membedakan antara
teleconference biasa dengan teleconference memiliki dampak hukum. Dalam UUITE, pengertian tanda-tangan elektronik adalah 4 suatu tanda tangan yang terdiri
atas Informasi Elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan
Informasi Elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan
autentikasi. Aturan lebih lanjut mengenai tanda-tangan elektronik ini ada dalam
Pasal 11 yang mengatur bahwa tanda tangan elektronik memiliki kekuatan hukum
dan akibat hukum yang sah selama memenuhi persyaratan sebagai berikut, data
pembuatan Tanda Tangan Elektronik terkait hanya kepada Penanda Tangan; data
pembuatan Tanda Tangan Elektronik pada saat proses penandatanganan
elektronik hanya berada dalam kuasa Penanda Tangan; segala perubahan terhadap
Tanda Tangan Elektronik yang terjadi setelah waktu penandatanganan dapat
diketahui; segala perubahan terhadap Informasi Elektronik yang terkait dengan
Tanda Tangan Elektronik tersebut setelah waktu penandatanganan dapat
diketahui; terdapat cara tertentu yang dipakai untuk mengidentifikasi siapa
Penandatangannya; dan terdapat cara tertentu untuk menunjukkan bahwa Penanda
Tangan telah memberikan persetujuan terhadap Informasi Elektronik yang terkait.
Ketentuan lebih lanjut tentang Tanda Tangan Elektronik diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Berdasarkan uraian sebagaimana tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa
RUPS yang diselenggarakan melalui teleconference adalah sah dan mempunyai
akibat hukum. Karena hasil RUPS secara teleconferencepu juga didasarkan atas
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
66
persetujuan dari para pemegang saham dan persetujuan tersebut untuk suatu
tindakan hokum tertentu atas nama PT, dimana terhadap persetujuan ini boleh
ditanda-tangani secara fisik atau secara elektronik
Sehubungan dengan Berita Acara RUPS yang dibuat oleh notaris ketika
RUPS diselenggarakan melalui media teleconference, tempat penyelenggaraan
RUPS mempengaruhi keberadaan notaris, karena sebagaimana pasal 17 huruf a
UUJN, bahwa Notaris dilarang menjalankan jabatan di luar wilayah jabatannya.
Selanjutnya pasal 18 UUJN menentukan bahwa Notaris mempunyai tempat
kedudukan di daerah kabupaten atau kota. Notaris mempunyai wilayah jabatan
meliputi
seluruh
wilayah
provinsi
dari
tempat
kedudukannya.
Selama
penyelenggaraan RUPS masih dalam satu wilayah provinsi di tempat
kedudukannya, maka notaris wilayah Kabupaten/Kota Provinsi masih mempunyai
wewenang membuat akta otentik berupa risalah atau berita acara RUPS.
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
67
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Keberadaan data elektronik sebagai alat bukti yang sah menurut hukum dalam
hal ini UUITE sebagai akta yang diakui oleh peraturan perundang-undangan.
Meskipun demikian tidak semua data elektronik mempunyai kekuatan
pembuktian sebagai akta otentik, kecuali akta tersebut memenuhi syarat
materiil dan syarat formal serta dibuat oleh pejabat yang berwenang. Hal yang
dikecualikan yaitu ketentuan mengenai Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik tidak berlaku untuk: surat yang menurut UndangUndang harus dibuat dalam bentuk tertulis; dan surat beserta dokumennya
yang menurut Undang- Undang harus dibuat dalam bentuk akta notaril atau
akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta.
b. Tanda tangan elektronik hasil rapat umum pemegang saham (RUPS) yang
diselenggarakan melalui media teleconference mempunyai akibat hukum
selama memungkinkan semua peserta RUPS melihat dan mendengar serta
secara langsung serta berpartisipasi dalam rapat, RUPS diadakan di tempat
kedudukan Perseroan atau di tempat Perseroan melakukan kegiatan usahanya
yang utama sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar. Hal ini berarti
bahwa persyaratan pertama adalah RUPS diselenggarakan di tempat
kedudukan perseroan terbatas atau melakukan kegiatan usaha yang utama
yang mengadakan RUPS atau RUPS terutama untuk perseroan terbatas
67
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
68
terbuka (Tbk) dapat diselenggarakan di tempat kedudukan bursa di mana
saham Perseroan dicatatkan. atau RUPS dapat diselenggarakan di mana saja
terutama jika dalam RUPS hadir dan/atau diwakili semua pemegang saham
dan semua pemegang saham menyetujui diadakannya RUPS dengan agenda
tertentu, RUPS dapat diadakan di manapun dengan memperhatikan ketentuan
tempat RUPS harus terletak di wilayah negara Republik Indonesia. Berita
Acara RUPS yang dibuat oleh notaris meskipun ditandatangani secara
elektronik mempunyai kekuatan sebagaimana akta otentik, selama notaris
yang membuat berita acara hasil RUPS masih dalam wilayah di mana RUPS
tersebut diselenggarakan.
2. Saran
a. Hendaknya dibuat suatu peraturan perundang-undangan tersendiri yang
mengatur mengenai data elektronik sebagai suatu alat bukti dengan
pengecualiannya secara tegas agar tidak menimbulkan suatu perbedaan
persepsi mengenai data elektrnik sebagai alat bukti yang sah.
b. Perihal keabsahan tanda tangan elektronik rapat umum pemegang saham
(RUPS) yang diselenggarakan melalui media teleconference, masih banyak
yang belum memahami terutama mengenai kewenangan notaris membuat akta
partij dan akta relaas, padahal akta partij tidak dapat dibuat dengan tanda
tangan
secara
elektronik,
sehingga
perlu
disosialisasikan
mengenai
kewenangan notaris membuat akta terutama risalah atau berita acara RUPS.
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
69
DAFTAR BACAAN
Buku:
Abdulkadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2000.
_______, Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung.
I.G. Rai Widjaya, Merancang Suatu Kontrak, Contract Drafting, Megapoin,
Jakarta, 2003.
Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta, 1983.
Mariam Darus Badrulzaman, et. all, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2001.
Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989.
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, Alumni,
Bandung, 1998.
Soesilo, KUHP Beserta Penjelasannya Pasal Demi Pasal, Poeliteia, Bogor,
1998.
Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2005.
_______, Pokok-pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 1980.
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata di Indonesia, Liberty,
Yogyakarta, 1979.
Sugandhi, KUHP dan Penjelasannya, Usaha Nasional, Surabaya, 1981, h. 283.
Victor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Grosse Akta dalam
Pembuktian dan Eksekusi, Rineka Cipta, Jakarta, 1993.
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
70
Peraturan Perundang-undangan:
Burgerlij Wetboek (BW)
Undang-undang Nomor
Elektronik.
11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Majalah dan Internet :
Hamzah, Tanggapan Terhadap Makalah yang Berjudul Kekuatan Hukum Akta
Notaris Sebagai Alat Bukti, Media Notariat, No. 12-13 Tahun IV, Oktober,
1989.
Let Jen (Pol) Kunarto, Tindak Pidana Pemalsuan Surat, Media Notariat, JanuariApril,
Philipus M. Hadjon, Tentang Wewenang, Majalah Bulanan “YURIDIKA”, No.
5-6 Tahun XII, September – Desember 1997.
Roesnastiti Prayitno, Tugas dan Tanggung Jawab Notaris sebagai Pejabat
Pembuat Akta, Media Notariat No. 12-13 Tahun IV, Oktober 1998.
Wawan Setiawan, Komentar dan Tantangan terhadap Kedudukan dan Keberadaan
Notaris/PPAT menurut dan di dalam Sistem Hukum Indonesia, Media
Notariat, Majalah Triwulan, Lembaga profesional.
Jusuf Patrianto Tjahjono. Akta Notaris Sebagai Alat Bukti Tertulis yang
Mempunyai Kekuatan Pembuktian yang Sempurna
Julius Indra Dwipayono Singara, Pengakuan Tanda Tangan Elektronik Dalam
Hukum Pembuktian Indonesia
Julius SINGARA, Memoire : la cryptologie et la preuve électronique de la
France à l’Indonésie, D.E.A. Informatique et Droit, Université Montpellier
I, année universitaire 2003-2004, Montpellier.
www.badilag.net. Yang dimaksudkan dengan penandatangan dalam akta ini
adalah membubuhkan nama dari si ... Dipersamakan dengan tanda tangan
pada suatu akta dibawah tangan adalah sidik
Tesis
Berita acara rapat ...
Eko Ari Kriswantoro, S.H
Download