BAB II KERANGKA TEORI 1..1 Strategi Komunikasi 2.1.1 Komunikasi Komunikasi merupakan salah satu bagian tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini adalah sama makna (Effendy, 1984 :9). Hovland (1984 : 371) mendefinisikan komunikasi “the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (ussully verbal symbols) to modify, the behavior of other individu”. Komunikasi adalah proses dimana individu mentransmisikan stimuli untuk mengubah perilaku individu yang lain. Everett M. Rogers mendefinisikan komunikasi bahwa, komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka (Cangara, 2003 : 19). Definisi ini kemudian dikembangkan oleh Rogers bersama D. Lawrence Kincaid (1981 : 8) sehingga melahirkan suatu definisi baru yang menyatakan bahwa, komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam. Definisi-definisi yang dikemukakan di atas tentunya belum mewakili semua definisi komunikasi yang telah dibuat banyak pakar, namun sedikit banyaknya telah dapat memperoleh gambaran seperti apa yang diungkapkan oleh Shannon dan Weaver (1949) bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi (Cangara, 2003 : 19-20). 8 Sebuah perusahaan yang menjalankan usahanya tidak dibenarkan hanya mengejar keuntungan semata (profit), tetapi mereka juga harus terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people), dan berpartisipasi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Ketiga prinsip tersebut saling mendukung dalam pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan seperti dalam kutipan (Elkington, 1997 : 191). Komunikasi memungkinkan seseorang untuk mengkoordinasikan suatu kegiatan kepada orang lain untuk mencapai tujuan bersama, tetapi komunikasi tidak hanya sekedar penyampaian informasi atau pesan dan mentransfer makna saja. Artinya komunikasi mengandung arti suatu proses transaksional, yaitu berkaitan erat dimana orang berkomunikasi dengan pihak lainnya dalam upaya mempertukarkan suatu simbol atau lambang, dan membentuk suatu makna serta mengembangkan harapan-harapannya. Dapat diambil kesimpulan dari definisi tersebut bahwa komunikasi adalah proses pertukaran pesan baik verbal maupun non verbal antara komunikator dan komunikan yang membutuhkan feedback sebagai bukti bahwa pesan telah sampai kepada komunikan yang dituju. Komunikasi dua arah ini dapat berkembang menjadi komunikasi organisasi apabila melibatkan banyak komunikan di dalamnya. Komunikasi organisasi merupakan arus informasi dan pemindahan arti di dalam suatu organisasi. 2.1.2 Strategi Komunikasi Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh penentuan strategi komunikasi. Di lain pihak jika tidak ada strategi komunikasi yang baik efek dari proses komunikasi (terutama komunikasi media massa) bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif. Arti dari strategi komunikasi Menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku yang berjudul “Dimensi-dimensi Komunikasi” menyatakan bahwa : 9 “Strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen (communications management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi.” (Effendy, 1981 : 84) Strategi komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, yaitu : “Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukan arah saja, melainkan harus menunjukan bagaimana taktik operasionalnya. (Effendy, 2003 : 32)” Sondang P. Siagian berpendapat bahwa, “Strategi adalah cara-cara yang sifatnya mendasar dan fundamental yang akan dan oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan dan berbagai sasaran dengan selalu memperhitungkan kendala lingkungannya yang pasti akan dihadapi.(1985 : 21)” Pearce dan Robin mendefinisikan strategi sebagai berikut: “Kumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi/perusahaan” (2007:20), Jadi dapat disimpulkan strategi komunikasi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai satu tujuan. Untuk mencapai 10 tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan. 1..2 Public Relations Lembaga Public Relations di Amerika Serikat mendefinisikan Public Relations sebagai “usaha yang direncanakan secara terus-menerus dengan sengaja, guna membangun dan mempertahankan pengertian timbal-balik antara organisasi dan masyarakatnya”. (Coulson, 1993:3) Frank Jefkins merumuskan Public Relations sebagai semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu komunikasi dengan publik internal maupun dengan publik eksternal, antar organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian (Jefkins, 2002:15). Banyak definisi tentang Public Relations namun dari dua definisi tersebut dapat ditarik sebuah simpul bahwa Public Relations merupakan suatu peran komunikasi yang membentuk hubungan mutual understanding antara organisasi dengan publiknya, sehingga dapat membangun citra positif. Teori ini menekankan bahwa akhirnya kampanye atau program Public Relations ditujukan untuk membentuk opini yang positif dari masyarakat atau publik. Tujuan Public Relations menurut Jefkins tidak berhenti pada terciptanya saling pengertian saja melainkan juga berbagai macam tujuan khusus lainnya yang sedikit banyak berkaitan dengan saling pengetian itu. Tujuan khusus itu meliputi penanggulangan masalah-masalah komunikasi yang memerlukan suatu perubahan tertentu, misalnya mengubah sikap public yang negatif terhadap suatu perusahaan menjadi positif dengan melakukan perbaikan kualitas komunikasi antara perusahaan dengan publiknya. Kegiatan yang dilakukan Public Relations dapat diukur keberhasilannya, karena kegiatan Public Relations dilaksanakan berdasarkan tujuan yang 11 telah dibuat secara rinci dan jelas. Upaya Public Relation merupakan upaya yang terencana dan berkesinambungan. Artinya program Public Relation merupakan suatu rangkaian kegiatan yang diorganisasikan sebagai suatu rangkaian kampanye atau program terpadu, dan semuanya ini berlangsung secara berkesinambungan serta teratur (Jefkins, 2002:15). Sementara itu, tak banyak yang tahu bahwa Public Relations adalah suatu pendekatan yang sangat strategis yang menggunakan konsep-konsep komunikasi. Dengan menggunakan teknik-teknik komunikasi yang sesuai, praktisi Public Relations akan menjadi tenaga yang sangat penting bagi dunia usaha. Public Relations adalah jembatan yang menghubungkan antara perusahaan yang diwakilinya dengan publik yang menjadi sasaran dari perusahaan tersebut. Upaya pendekatannya yang utama adalah dengan berkomunikasi secara baik dan intens agar diperoleh respon positif dari publik. Seperti hanya perusahaan besar yang bergelut di bidang Industri Jamu PT. Sido Muncul. Mempunyai divisi Public Relations untuk menjadi penyambung lidah dari perusahaan. Public Relations sebagai proses komunikasi di mana individu atau unit-unit masyarakat berupaya untuk menjalin relasi yang terorganisasi dengan berbagai kelompok atau publik untuk tujuan tertentu. Melvin L. DeFleur dan Everett E. Dennis (1988:297) mengutip Scott Cutlip dan Allan Center yang dikutip oleh Yosal Iriantara (2005 : 9) mendefinisikan Public Relations dengan “upaya terencana guna mempengaruhi opini public melalui karakter yang baik dan kinerja yang bertanggung jawab, yang didasarkan pada komunikasi 2 arah yang memuaskan kedua belah pihak”. Pentingnya pembentukan citra PT. Sido Muncul membuat Public Relations mengemban tugas pembentukan karakter perusahaan di mata umum. Karakter tersebut dapat berupa karakter positif dan negatif tergantung pada aktifitas-aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan. Maka dari itu diperlukan suatu perencanaan dan pelaksanaan yang matang untuk setiap aktifitas. Hubungan jangka panjang yang dimaksudkan adalah program perusahaan yang berkesinambungan atau dilaksanakan secara periodik. Program-program tersebut sebagian 12 besar mengambil tema social corporate responsibility yang secara tidak langsung akan menghubungkan perusahaan dengan lembaga-lembaga yang selanjutnya akan mempertimbangkan perusahaan tersebut untuk bermitra bersama. Hasil akhirnya adalah keuntungan dalam bentuk finansial. Public Relations menyangkut kepentingan organisasi secara keseluruhan, dan jangkauannya bahkan lebih luas dari sekedar urusan pemasaran. Menurut Edward L. Bernay (Ruslan, 1999:19), terdapat 3 fungsi utama Public Relations, yaitu : 1. Memberikan penerangan kepada masyarakat 2. Melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat secara langsung. 3. Berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan atau lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau sebaliknya. Dari tiga point di atas, semuanya membutuhkan kemampuan berkomunikasi yang baik agar timbul pernyataan-pernyataan yang kredibel dan tidak mengecewakan publik sehingga tercipta opini positif. Berikut ini adalah empat langkah yang biasa dilakukan dalam proses Public Relations sebagaimana yang dicetuskan oleh Scott M. Cutlip, Allen H. Center, dan Glen M. Broom. (2006). 1. Pencarian fakta dan perumusan masalah (fact finding) 2. Perencanaan dan program (planning and programming) 3. Aksi dan komunikasi (taking action and communicating) 4. Evaluasi program (evaluating) Tahap awal dari proses Public Relations di atas adalah pencarian fakta dan perumusan masalah (fact finding). Menghimpun data-data uyang akurat serta fakta-fakta yang dapat dipertanggung jawabkan kebenaranya kemudian merumuskan apa yang menjadi permasalahan dan bagaimana tindak penyelesaiannya. Kemudian setelah itu dilaksanakan tahap yang kedua, yaitu perencanaan dan program (planning and programming). 13 Salah satu model perencanaan Public Relations adalah apa yang disebut sebagai “model enam langkah”. Model ini sudah diterima secara luas oleh para praktisi Public Relations professional. Adapun keenam tahapannya yaitu sebagai berikut (Kasali, Rhenald. 2003 : 81-85) : 1. Pengenalan situasi 2. Penetapan tujuan 3. Definisi khalayak 4. Pemilihan media dan teknik-teknik Public Relations 5. Perencanaan anggaran, serta 6. pengukuran hasil Setelah proses perencanaan dan program (planning and programming) selesai, maka dilaksanakan tahap ketiga, yaitu aksi dan komunikasi (taking action and communicating). Pada tahap ini dilaksanakan program yang telah direncanakan dan dikomunikasikan kepada target audience. Dan yang terakhir adalah melakukan evaluasi (evaluating) terhadap acara yang telah dilaksanakan, tercapai atau tidaknya tujuan akan diketahui dalam tahap ini. Dari sekian hal yang bisa dijadikan tujuan kegiatan Public Relations dari sebuah perusahaan, beberapa diantaranya yang pokok adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengubah citra umum di mata khalayak sehubungan dengan adanya kegiatan-kegiatan baru yang dilakukan oleh perusahaan. 2. Untuk menyebarluaskan aneka informasi mengenai aktifitas dan partisipasi para pimpinan perusahaan atau organisasi dalam kehidupan sosial sehari-hari. 3. Untuk mendukung keterlibatan suatu perusahaan sebagai sponsor dari suatu acara. 4. Untuk menyebarluaskan kegiatan-kegiatan riset yang telah dilakukan oleh perusahaan agar masyarakat luas mengetahui betapa perusahaan mengutamakan kualitas dalam berbagai hal. 5. Untuk menciptakan identitas perusahaan atau citra lembaga yang baru. 14 6. Untuk memperbaiki hubungan antara perusahaan itu dengan dengan khalayaknya. 7. Untuk menyebarluaskan suatu cerita sukses yang telah dicapai oleh perusahaan kepada masyarakat dalam rangka mendapatkan pengakuan. 8. Untuk memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat luas serta membuka pasar-pasar baru (M. Anggoro Linggar. 2002 : 76-77) Dari sekian banyak peran dan fungsi Public Relations dalam suatu organisasi ataupun perusahaan, Public Relations mempunyai batasan ruang lingkup kerja. Adapun ruang lingkup tugas Public Relations dalam sebuah organisasi atau lembaga antara lain : 1. Membina hubungan ke dalam (internal) Yang dimaksudkan dengan publik internal adalah publik yang menjadi bagian dari unit atau badan atau perusahaan atau organisasi itu sendiri. Seorang Public Relations harus mampu mengidentifikasi atau mengenai hal-hal yang menimbulkan gambaran negatif di dalam masyarakat, sebelum kebijakan itu dijalankan oleh organisasi. 2. Membina hubungan ke luar (eksternal) Yang dimaksud dengan publik eksternal adalah publik umum (masyarakat). Mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran publik yang positif terhadap lembaga yang diwakilinya. Tugas Public Relations adalah membina hubungan yang baik dengan berbagai pihak melalui suatu proses komunikasi. Pihak-pihak tersebut adalah khalayak sasaran kegiatan Public Relations, dan disebut stakeholder. Stakeholder adalah setiap kelompok yang berada di dalam maupun di luar perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan keberhasilan perusahaan. Stakeholder menurut lingkup kerjanya dibedakan menjadi stakeholder internal dan stakeholder eksternal. Sementara itu salah satu faktor stakeholder eksternal adalah masyarakat yang tinggal, hidup, dan berusaha di sekitar lokasi pabrik atau kantor suatu perusahaan. Maka, Public Relations disini adalah mendidik komunitas agar mereka dapat berhubungan timbal balik. 15 Komunitas adalah sekelompok orang yang hidup di tempat yang sama, berpemerintahan sama, dan mempunyai kebudayaan dan sejarah yang umumnya turun temurun. Orang-orang yang hidup dalam komunitas dengan lembaga-lembaganya membuat mereka saling bergantung satu dengan lainnya. Mereka tidak dapat menikmati kehidupan yang baik tanpa lembaga-lembaga tersebut. Begitu pula lembaga itu hanya dapat hidup dengan ijin dan dukungan mereka (Moore, H Frazier. 2000 : 65). Sesungguhnya komunitas sekitar organisasi mempunyai pengaruh besar dan langsung pada kinerja organisasi secara keseluruhan. Oleh karena itu, sangat wajar bila kini semakin banyak organisasi yang menyadari pentingnya menjalin hubungan baik dengan komunitasnya. Makin baik hubungan dengan komunitas tersebut maka akan baik pula citra organisasi di mata komunitas, dan makin tinggi pula rasa bangga para pekerja dan staf organisasi tersebut pada organisasinya. Yang tidak boleh dilupakan adalah perusahaan tidak tumbuh dengan sendirinya, dibutuhkan dukungan masyarakat. Dukungan yang dimaksudkan disini adalah dukungan dalam bentuk kerja sama yang saling menguntungkan kedua belah pihak, misalnya PT. Sido Muncul dengan perbaikan infrastruktur wilayah sekitar perusahaan oleh perusahaan guna kepentingan bersama, memberikan santunan untuk masyarakat sekitar yang tidak mampu dan menderita suatu penyakit, serta bantuan dalam bentuk sponsorship. Sementara masyarakat sekitar ikut mendukung program-program yang dijalankan oleh perusahaan, tidak melakukan aksi demonstrasi karena limbah yang dihasilkan dari proses produksi, serta menjaga ketentraman hidup bersama. Dari sekian banyak program yang menjadi tanggung jawab Public Relations terhadap perusahaan dalam membina hubungan dengan komunitas, prinsip kegiatan Public relations menurut Rhenald Kasali dalam bukunya yang berjudul Manajemen Public relations (Kasali, Rhenald. 2003 : 13) adalah mengharmonisasikan hubungan antara perusahaan beserta manajer dan karyawannya dengan masyarakat di sekitar perusahaan. Public Relations juga mempunyai peran untuk melatih para eksekutif guna mendidik tenaga kerja dari lokasi di sekitar perusahaan. Termasuk di dalamnya adalah menimbulkan rasa memiliki pada keduanya secara timbal balik agar perusahaan memperoleh dukungan komunitas. 16 Mengutip artikel dalam Afa news, “Untuk membina hubungan baik dengan masyarakat sekitar beradanya perusahaan, pasti tidak bisa dicapai dalam satu malam”. Dalam hal ini perusahaan harus bekerja keras untuk memperoleh status sebagai warga masyarakat yang baik (good community citizen). Hubungan baik seperti ini tentu harus dilakukan dengan tulus dari pihak perusahaan. Kegiatan yang dilakukan hendaknya sudah melalui pembicaraan mendalam dengan pihak masyarakat setempat, sehingga manfaatnya akan besar bagi mereka. Ini perlu agar jangan sampai kegiatan tersebut mubazir, sudah menghabiskan dana tidak bermanfaat bagi masyarakat. Iriantara (2004 : 45) dalam bukunya Manajemen Strategis Public Relations mengutip Weels bahwa sebagai fungsi manajemen, Public Relations memampukan organisasi untuk mencapai hubungan yang efektif dengan berbagai khalayaknya melalui pengertian sikap, nilai, dan opini khalayak. Menurut Danny Grinswold dalam Public Relations News (International Public Relations Weekly for Executive) “Public Relations adalah fungsi manajemen yang melakukan evaluasi terhadap sikap-sikap publik, mengidentifikasi kebijakan dan prosedur seseorang atau sebuah perusahaan terhadap publiknya, menyusun rencana, serta menjalankan program-program komunikasi untuk memperoleh pemahaman dan penerimaan publik” (Kasali, Rhenald. 2003 : 7). Public Relations memegang peranan yang krusial dalam menjaga hubungan yang kondusif antara perusahaan dengan publik internal dan eksternalnya karena aktivitas perusahaan sehari-hari berada pada lingkungan suatu masyarakat yang memiliki budaya lokal masing-masing. Untuk dapat meningkatkan hubungan yang kondusif, maka perusahaan harus turut serta pula membina masyarakat sekitar yang salah satunya adalah turut melestarikan budaya lokal setempat dengan mengangkat budaya-budaya masyarakat sekitar. Berbagai strategi komunikasi internal dan eksternal dapat dilakukan untuk membangun citra positif perusahaan yang pada akhirnya nanti akan berimbas positif pula pada hubungan yang terbangun antara perusahaan dan publiknya, baik publik internal maupun publik eksternal. 17 1.3 Strategi Komunikasi Public Relations Didalam prakteknya public relations menggunakan beberapa strategi untuk mencapai tujuannya Definisi strategi adalah a strategy is a statement of the communication themes or vehicles that will be used to accomplish a specific objective. (Erica Weintraub Austin. Bruce E. Pinkleton, 2006: 45) Strategi Public Relations atau yang lebih dikenal dengan bauran Public Relations, adalah sebagai berikut (Ruslan, 2002 : 13) 1. Publications Setiap Fungsi dan tugas Public Relations adalah menyelenggarakan publikasi atau menyebarluaskan informasi melalui berbagai media tentang aktivitas atau kegiatan perusahaan atau organisasi yang pantas untuk diketahui oleh public. Dalam hal ini, tugas PR adalah menciptakan berita untuk mencari publisitas melalui kerjasama dengan pihak pers/ wartawan dengan tujuan menguntungkan citra lembaga atau organisasi yang diwakilinya. 2. Event Merancang sebuah event yang bertujuan untuk memperkenalkan produk dan layanan perusahaan, mendekatkan diri ke publik dan lebih jauh lagi dapat memengaruhi opini publik. Berikut beberapa jenis event. a. Calendar event meliputi kegiatan rutin selalu diselenggarakan pada waktu tertentu, seperti menyambut hari raya idul fitri , hari natal, tahun baru, hari ulang tahun, dan sebagainya. b. Special event Event, atau acara ajang yang sifatnya khusus dan dilaksanakan pada momen tertentu di luar acara rutin dari progam kerja PR, seperti peluncuran produk baru (produk launching), pembukaan kantor , pabrik baru, jalan baru, gedung baru, dan sebagainya. c. Moment event Event atau acara yang bersifat momentum atau lebih khusus lagi, misalnya menyambut pesta perak, pesta emas, pesta berlian, hingga menghadapi millennium. 18 3. News (menciptakan berita) Berupaya menciptakan berita melalui press release, news letter, bullentin, dan lain-lain. Untuk itulah seorang PR harus mempunyai kemampuan menulis untuk menciptakan publisitas. 4. Community involvement ( kepedulian pada komunitas) Keterlibatan tugas sehari-hari seorang Public Relations adalah mengadakan kontak social dengan kelompok masyarakat tertentu guna menjaga hubungan baik (community relations and humanity relations) dengan pihak organisasi atau lembaga yang diwakilinya. 5. Inform or image (memberitahukan atau meraih citra) Ada dua fungsi utama dari Public Relations, yaitu memberikan informasi kepada publik atau menarik perhatian, sehingga diharapkan dapat memperoleh tanggapan berupa citra positif. 6. Lobbying and negotiation Keterampilan untuk melobi melalui pendekatan pribadi dan kemampuan bernegosiasi sangat diperlukan bagi seorang PR. Tujuan lobi adalah untuk mencapai kesepakatan (deal) atau memperoleh dukungan dari individu dan lembaga yang berpengaruh terhadap kelangsungan bisnis perusahaan. 7. Social Responsibillity (tanggung jawab sosial) Memiliki tanggung jawab sosial dalam aktivitas Public Relations menunjukan bahwa perusahaan memiliki kepedulian terhadap masyarakat. Hal ini akan meningkatkan citra perusahaan di mata publik. Saat ini banyak perusaahan menjadikan kegiatan sosial sebagai aktivitas yang harus dilakukan. Bentuknya beragam seperti peduli banjir, memberikan beasiswa, santunan anak yatim, pengobatan gratis, dan masih banyak kegiatan lainnya. Menurut Silih Agung Wasesa dalam bukunya yang berjudul Strategi Public Relations (Wasesa, Silih Agung. 2005 : 88), Strategi Public Relations dalam mengembangkan komunitas, yaitu : 1. Membantu program pendidikan komunitas 2. Mengembangkan fasilitas-fasilitas sosial 19 3. Memberikan alternatif penyelesaian masalah sosial 4. Mengentaskan kemiskinan yang terjadi di dalam komunitas sekitar Strategi Public Relations yang tidak ditindaklanjuti dengan aktifitas riil di lapangan tidak akan membuahkan hasil. Aktifitas riil tersebut dimulai dengan proses eksekusi untuk menentukan yang berhak dibantu, lokasi, dan situasi kondisi di wilayah sekitar perusahaan. Menurut Cutlip, Center dan Broom (2000) dalam Ruslan (2008), pelaksanaan strategi PR dalam berkomunikasi dikenal dengan istilah “7-Cs PR Communications” adalah sebagai berikut: 1. Credibility (Kredibilitas) Komunikasi dimulai dari suasana saling percaya yang diciptakan oleh pihak komunikator secara sungguh-sungguh untuk melayani publiknya yang memiliki keyakinan dan respect. 2. Context (Konteks) Menyangkut sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan kehidupan sosial, pesan harus disampaikan dengan jelas serta sikap partisipatif. Komunikasi efektif sangat diperlukan untuk mendukung lingkungan sosial melalui pemberitaan di berbagai media massa. 3. Content (Isi) Isi pesan dalam strategi ini, pesan harus menyangkut kepentingan orang banyak sehingga informasi dapat diterima sebagai sesuatu yang bermanfaat secara umum bagi masyarakat. 4. Clarity (Kejelasan) Pesan disusun dengan kata-kata yang jelas, mudah dimengerti, serta memiliki pemahaman yang sama (maksud, tema dan tujuan) antara komunikator dan komunikan. 5. Continuity and Consistency (Kontinuitas dan Konsistensi) Komunikasi merupakan proses yang tidak pernah berakhir, oleh karena itu dilakukan secara berulang-ulang dengan berbagai variasi pesan serta pesanpesan tersebut harus konsisten. Dengan cara demikian, akan mudah proses komunikasi, membujuk publiknya. 20 6. Channels (Saluran) Menggunakan saluran media yang tepat dan terpercaya serta dipilih oleh khalayak sebagai target sasaran. Pemakaiain saluran media yang berbeda, akan berbeda pula efeknya. Dalam hal ini seorang PR harus memahami perbedaan dan proses penyebaran informasi secara efektif. 7. Capability of The Audience (Kapabilitas Khalayak) Memperhitungkan kemampuan yang dimiliki oleh khalayak. Komunikasi akan efektif bila beraitan dengan faktor-faktor seperti kebiasaan dan peningkatan kemampuan membaca dan pengembangan pengetahuan khalayak. Strategi PR yang dilakukan dalam kerangka CSR yang memperhatikan komunitas lokal di sekitar lingkungan perusahaan juga berarti perusahaan turut membantu dalam mengeksplorasi kekayaan budaya bangsa (budaya lokal) yang mempertahankan kearifan lokal. 4.3 Community Relations Definisi singkat tentang Community Relations diberikan oleh Center dan Jackson (1995:82), Community Relations sebagai fungsi Public Relations, adalah partisipasi suatu lembaga atau instansi di salam suatu komunitas dengan terencana, aktif, dan berkelanjutan untuk menjaga dan mengembangkan lingkungan sekitarnya, untuk kepentingan lingkungan itu sendiri, para karyawannya serta semua pihak yang berkepentingan dan demikian juga halnya masyarakat luas. Jerold (Iriantara, 2004:20) mendefinisikan community relations sebagai peningkatan partisipasi dan posisi organisasi di dalam sebuah komunitas melalui berbagai upaya untuk kemaslahatan bersama bagi organisasi dan komunitas. DeMartinis (Iriantara,2004:20) menjelaskan community relations hanya sebagai cara berinteraksi dengan berbagai public yang saling terkait dengan operasi organisasi. Komunitas tersebut mencakup klien, lingkungan, pejabat public, lembaga pemerintahan dan lembaga lain. Konsep DeMartinis tentang komunikasi menunjukkan bahwa sesungguhnya apa yang dinamakan publik dalam public relations itu adalah komunitas. 21 Hubungan antara organisasi dengan komunitas bukanlah soal bertetangga belaka. Konsep komunitas telah mengalami pergeseran, sehingga komunitas tidak hanya dimaknai dengan lokalitas belaka, melainkan juga dimaknai secara structural, artinya dilihat dari aspek interaksi yang ada saat ini bisa saja berlangsung di antara individu yang berbeda lokasinya. Karena itu, hubungan antara organisasi dan komunitas lebih tepat dipandang sebagai wujud tanggung jawab social organisasi. Community atau komunitas dalam Public Relations adalah kelompok-kelompok para pegawai di dalam perusahaan dan lembaga, institusi, organisasi dan golongan social yang ada di luar perusahaan. Ke dalam perusahaan, Public Relations berkewajiban mengatur hubungan antar kelompok pegawai di satu pihak dengan lembaga perusahaannya di pihak lain. Demikian pula terhadap kelompok lain di luar perusahaan, seperti lembaga pemerintahan, instansi swasta dan masyarakat, public relations juga harus bisa menjalin hubungan yang baik. Tujuan Community Relations adalah memberikan informasi kepada masyarakat di sekitar lembaga yang bersangkutan (perusahaan atau instansi), produk atau jasa yang ditawarkan, serta kegiatan lembaga tersebut secara umum. Lebih lanjut tujuan Community Relations adalah meluruskan persepsi yaitu keliru di kalangan masyarakat serta mengatasi kritik dan menciptakan citra baik serta mencari dukungan masyarakat (Baskin, 1997:276). Menurut Center dan Jackson (1995:84) ditinjau dari strategi yang mendasarinya, perencanaan hubungan komunitas perlu diarahkan ke tiga sasaran pokok Defensive, menjaga agar tidak terjadi hal-hal yang negative Proaktif menjadi teladan dalam hal-hal yang positif yang menjadi perhatian masyarakat Pelestarian, mencari jalan untuk memelihara hubungan dengan khalayak yang saat ini belum menjadi penentu, namun dapat mempengaruhi nama baik perusahaan. Hubungan antara organisasi dan komunitas dan masyarakat secara keseluruhan berada pada kondisi yang dinamis. Hubungan tersebut tidak berdiam pada satu posisi, namun berubah sejalan dengan perubahan pada lingkungan social organisasi tersebut. Terkadang perusahaan dipandang wajar jika bekerja hanya mencari keuntungan karena 22 masyarakat mendapat manfaat berupa ketersediaan barang yang diproduksi perusahaan tersebut. Namun, kadang juga perusahaan dipandang bertanggung jawab terhadap berbagai persoalan social yang muncul, seperti soal lingkungan hidup yang dampaknya ditanggung oleh masyarakat. Community Relations bukanlah sekedar membangun hubungan baik dengan komunitas sekitar lokasi operasi perusahaan saja juga tidak lagi dilakukan untuk kepentingan organisasi bisnis semata, tetapi prinsip yang ingin dikembangkan melalui community relations adalah mengembangkan hubungan bertetangga yang baik, khususnya di lingkungan perusahaan itu berdiri. Hubungan organisasi dan komunitasnya tidak semata-mata didasarkan pada kepentingan ekonomi saja. Dalam membangun hubungan yang baik dengan komunitas, perusahaan lebih memposisikan dirinya sebagai lembaga social atau menjalankan fungsi dan peran sosialnya. Program dalam community relations difokuskan untuk menanamkan kebanggaan karyawan, membangun kepercayaan public, menumbuhkembangkan pendidikan, memberi respon terhadap kebutuhan komunitas dan meningkatkan citra perusahaan. semua langkah dalam program community relations dilakukan dengan didasarkan pada nilai-nilai dasar perusahaan, yakni menghormati individu, integritas yang utuh, keterpercayaan, kredibilitas dan perbaikan berkelanjutan, pembaharuan pribadi serta pengakuan dan nama baik (Iriantara, 2004:30). Corporate Sosial Responsibility bisa dipandang berdasarkan dua pendekatan : Pertama, dalam konsep Public Relations lama yang memposisikan organisasi atau perusahaan sebagai pemberi donasi, maka Community Relations hanyalah bagian dari aksi dan komunikasi dalam proses Public Relations, bila berdasarkan fakta dan perumusan masalah ditemukan bahwa permasalahan yang mendesak adalah menangani masyarakat sekitar, maka dalam perencanaan akan disusun program Community Relations, ini kemudian dijalankan melalui aksi dan komunikasi. Kedua, yang memposisikan komunitas sebagai mitra dan konsep komunitasnya bukan sekedar kumpulan orang yang berdiam di sekitar wilayah operasi organisasi, Community Relations dianggap sebagai 23 program tersendiri yang merupakan wujud tanggung jawab social organisasi. Rencana yang baik tak akan berat dan berdampak apapun terhadap organisasi bila tidak diimplementasikan dengan baik. Begitu juga halnya dengan program atau kegiatan PR yang berwujud program atau kegiatan community relations. Bila suatu program community relations tidak diimplementasikan dengan baik, mungkin organisasi hanya bisa “menggugurkan kewajiban” moral dan hukum belaka untuk menyelenggarakan program community relations. Namun, manfaat program itu tidak dapat dirasakan baik oleh organisasi maupun komunitas organisasi tersebut. Akibatnya, tujuan community relations atau tujuan PR secara keseluruhan tidak tercapai. Hubungan antara komunitas dan organisasi lebih tepat dipandang sebagai relasi yang dikembangkan untuk membuka ruang bagi terwujudnya tanggung jawab social organisasi. Tanggung jawab social tersebut terus berevolusi sampai menemukan bentuk yang menunjukkan keseimbangan dan kesetaraan posisi antara organisasi dan komunitasnya. Sejalan dengan itu, komunitas pun tak lagi hanya dimaknai dengan lokalitas, melainkan juga sebagai struktur yang di dalamnya terjadi interaksi karena memiliki nilai-nilai dan kepentingan yang sama, serta manfaatnya bisa dirasakan kedua belah pihak. Community Relations dikembangkan demi kemaslahatan organisasi dan komunitasnya dalam bentuk tanggung jawab social. Create Profit Inc. (2001) (Iriantara, 2004:27) menggambarkan 3 tahapan perkembangan konsep tanggung jawab social organisasi bisnis dalam konteks community relations. Pertama, community relations dan pemberian sumbangan sebagai respons atas kebutuhan/tekanan local dan manajemen senior/ chief executive officer (CEO) pada tahun 1960-an dan 1970-an. Kedua, pada tahun 1980-an dan 1990-an berkembang model community relations yang dinamakan “Model Kewarganegaraan Korporat” yang didasarkan pada isu-isu etis. Ketiga, berkembang konsep aliansi strategis yang terkait erat dengan tujuan organisasi yang muncul sejak tahun 1999. Perkembangan konsep tanggung jawab social dan community relations menunjukkan adanya upaya untuk saling mendekati antara masyarakat dan organisasi bisnis. Masing-masing menjalin komunikasi untuk memecahkan permasalahan bersama. 24 Masing-masing juga mau bergeser dari posisinya demi menjaga kemaslahatan bersama, tanpa menanggalkan identitas dan tujuannya masing-masing. Karena itu, program dan prakarsa dalam community relations difokuskan untuk menanamkan kebanggaan karyawan, membangun kepercayaan public, menumbuhkembangkan pendidikan, memberi respon terhadap kebutuhan komunitas dan meningkatkan citra perusahaan. semua langkah dalam program. Community relations dilakukan dengan didasarkan pada nilai-nilai dasar perusahaan, yakni menghormati individu, integritas yang utuh, keterpercayaan, kredibilitas dan perbaikan berkelanjutan, pembaharuan pribadi serta pengakuan dan nama baik (Iriantara, 2004 : 30). Community Relations organisasi dijalankan untuk mewujudkan tanggung jawab sosial korporat sekaligus sebagai kegiatan yang bisa berdampak juga bagi organisasi. Dengan begitu, maka program dan kegiatan Community Relations bisa memiliki manfaat jangka panjang baik bagi organisasi maupun komunitas (Iriantara, Yosal. 2007 : 68). Manfaat jangka panjang yang diharapkan oleh perusahaan dan komunitas masyarakat sekitar perusahaan tentunya berbeda. Masing-masing mempunyai misi tertentu dan untuk kemakmuran masing-masing pihak. Menurut Yosal Iriantara dalam bukunya Community Relations (Iriantara, 2007 : 70), penting untuk disadari bahwa program-program Community Relations bukanlah program dari perusahaan untuk komunitas melainkan program untuk perusahaan dan komunitas. Mengutip artikel dalam Afa news, prinsip utama yang harus dipegang dalam melaksanakan ‘community relations’ adalah bahwa perusahaan sebagai suatu organisasi menjadi bagian yang vital dari komunitas apapun yang menjadi lokasi dari perusahaan tersebut. Hal lain yang harus diperhatikan, bahwa kegiatan ‘community relations’ bukanlah kegiatan yang berbasis bagi-bagi uang. Sementara itu, faktor lain yang harus dicatat adalah dilaksanakannya azas manfaat, terutama bagi masyarakat di tempat beradanya perusahaan. Program-program community relations yang akan dilaksanakan tentunya telah melalui proses perencanaan yang matang. Pelaksanaan program-program tersebut adalah bagian dari strategi Public relations untuk memperoleh dukungan dari komunitas 25 masyarakat sekitar perusahaan. Seperti halnya yang akan diteliti pada penelitian ini mengenai Strategi Komunikasi Public Relations PT. Sido Muncul dalam Membina Hubungan Baik dengan Komunitas Sekitar (Community Relations). Berbagai strategi yang digunakan oleh Public Relations suatu organisasi atau perusahaan. Manajemen, dalam konteks strategi mempunyai peran untuk membantu perusahaan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan dalam lingkungan usaha (Kasali, Rhenald. 2003 : 32). Kegiatan atau usaha yang mengarah pada menjalin hubungan baik tentang organisasi dengan komunitas, khususnya menanamkan sebuah persepsi yang baik tentang organisasi terhadap komunitas seharusnya juga menjadi tanggungjawab Public Relations dalam organisasi melalui program-programnnya tentang tanggungjawab sosial. Berlainan dengan kegiatan filantropi yang bersifat sementara dan terdiri dari beberapa proyek, maka kegiatan ‘community relations’ bersifat strategis dan berkesinambungan. Perusahaan yang memiliki program ‘community relations’ yang strategis akan mendukung sasaran dan obyektif Public Relations dari perusahaan. Hasil yuang diharapkan adalah meningkatnya reputasi perusahaan. 2.5 Corporate Social Resposibility Club of Rome, sebuah organisasi yang terdiri dari para cendekiawan sedunia, pada tahun 1972 menghasilkan sebuah pemikiran, The Limits to Growth, yang ingin mengingatkan bahwa pada satu sisi, bumi memiliki keterbatasan daya dukung (limited carrying capacity), sementara di sisi lainnya, populasi manusia dan pergerakan industri bertumbuh secara eksponensial. Pengendalian eksploitasi alam harus segera dilakukan agar proses pembangunan dapat berkelanjutan di masa depan. Pengendalian eksploitasi merupakan tanggung jawab semua pihak, termasuk pelaku usaha. Perusahaan besar maupun kecil memiliki tanggung jawab sosial kepada lingkungan dan masyarakat. Tanggung jawab sosial perusahaan atau disebut Corporate Social Responsibility (CSR) adalah bentuk tindakan perusahaan demi kelestarian lingkungan dan menjaga agar kegiatan perusahaan tetap berkelanjutan. 26 Budimanta, peneliti ICSD (Indonesia Center for Sustainable Development), menyatakan CSR merupakan komitmen perusahaan untuk membangun kualitas kehidupan yang lebih baik bersama dengan para pihak terkait, khususnya masyarakat sekitar dan lingkungan sosial dimana perusahaan tersebut berada, yang dilakukan secara terpadu dengan kegiatan usahanya yang berkelanjutan (Budimanta, 2008:78) Sedangkan Susanto menyatakan CSR sebagai suatu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap stakeholder dan masyarakat. Dengan diperolehnya laba, perusahaan dapat memberikan dividen bagi pemegang saham, mengalokasikan sebagian laba yang diperoleh guna membiayai pertumbuhan dan pengembangan usaha di masa depan, serta membayar pajak kepada pemerintah dan melaksanakan program CSR demi kesejahteraan masyarakat. (Susanto, 2007:26) Menurut Bank Dunia, CSR memiliki arti sebagai komitmen secara penuh dari para pelaku bisnis untuk memberikan kontribusi terhadap semua kegiatan pengembangan ekonomi yang berkelanjutan, yang bekerjasama dengan seluruh jajaran stakeholder, dengan tujuan meningkatkan kualitas kehidupan mereka, baik dalam segi materi maupun non-materi. Dari pengertian beberapa sumber maka terdapat beberapa kata kunci untuk memahami CSR yaitu komitmen, pembangunan berkelanjutan, kesukarelaan, tidak terbatas hanya untuk pemenuhan hukum dan bukan hanya pemenuhan kewajiban etika, moral, dan sosial. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa CSR adalah suatu kewajiban perusahaan yang tidak terbatas pada pemenuhan hukum saja. CSR bukan lagi dipandang sebagai kegiatan yang bisa dilakukan dan bisa pula tidak dilakukan suatu bisnis, melainkan merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan. Mengingat, perusahaan pun mesti menunjukkan bahwa perusahaan adalah bagian dari warga negara yang memiliki hak dan kewajiban. CSR juga harus dilakukan dengan sukarela dan menjadi komitmen perusahaan untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan yang berkelanjutan ini memakan waktu dalam jangka panjang, yang berarti tidak diimplementasikan hanya 27 dalam bentuk karitatif tetapi lebih diarahkan kepada pemikiran jangka panjang untuk suatu kehidupan yang lebih baik. Steiner (1994) seperti dikutip Badarudin (2008:36) menyebut tiga alasan penting mengapa pebisnis mau dan harus merespon serta mengembangkan agenda CSR, ketiga alasan tersebut sebagai berikut: 1. Perusahaan adalah mahluk masyarakat dan karenanya harus merespon permintaan masyarakat. Pergeseran harapan masyarakat terhadap fungsi perusahaan menuntut perusahaan melakukan CSR. Masyarakat pada umumnya mengharapkan agar perusahaan sebagai sebuah organisasi profit, tidak hanya berorientasi pada laba namun juga menerapkan fungsi sosialnya dengan mengupayakan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan. 2. Kepentingan bisnis dalam jangka panjang ditopang oleh semangat tanggung jawab sosial itu sendiri. Arena bisnis dan masyarakat memiliki relasi simbiotik mutualisme. Kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada upaya untuk bertanggung jawab terhadap masyarakat sebagai bagian dari aktivitas bisnisnya. Sebaliknya, kesejahteraan masyarakat tergantung keuntungan yang dihasilkan dan tanggung jawab perusahaan. 3. Kegiatan CSR merupakan salah satu cara untuk mengurangi atau menghidari kritik masyarakat, dan akhirnya bermuara kepada mempengaruhi peraturan pemerintah. Sebuah terobosan besar dalam konteks CSR dikeluarkan oleh John Elkington pada tahun 1997, dalam bukunya Cannibals with Forks, the Tripple Bottom Line of Twentieth Century Business. Elkington mengembangkan konsep triple bottom line menjadi istilah economic prosperity, environmental quality management dan social justice (Ancok, 2005:17).. Elkington menawarkan sebuah solusi Sustainable Capitalism untuk merujuk bahwa pada akhirnya kapitalisme yang ingin berkelanjutan haruslah tidak semata-mata meningkatkan shareholder value tetapi harus memperhatikan 3 P (profit, people, dan planet). Setiap perusahaan yang berorientasi pada laba akan senantiasa memperhitungkan 28 berapa keuntungan yang akan diperoleh dari penjualan atau hasil produksi (Ancok, 2005:18). Entitas CSR terdiri atas tiga komponen yang tercantum dalam teori “Triple Bottom Line” atau 3 P John Elkington, (Ancok, 2005:18) adalah sebagai berikut: 1. Profit Laba atau profit akan mempengaruhi keberlangsungan hidup perusahaan dan seluruh karyawannya. Untuk itu perusahaan perlu dengan seksama mengatur strategi supaya proses produksi dan penjualan yang dilakukan mendatangkan laba yang maksimal. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu strategi yang dapat membantu perusahaan meningkatan kualitas produksi sehingga mampu meningkatkan laba. 2. People Para pelaku usaha juga harus memperhatikan kesejahteraan masyarakat. Setiap perusahaan memiliki khalayak (publik) internal (khususnya karyawan) maupun eksternal (konsumen dan masyarakat sekitar lokasi usaha). Setiap publik baik internal maupun eksternal memiliki pengaruh bagi perusahaan. Kesejahteraan publik akan menciptakan keharmonisan antara masyarakat dan perusahaan yang dapat menjaga stabilitas proses produksi dan penjualan hasil produksi. Pemberdayaan masyarakat yang pada umumnya dilaksanakan dalam kegiatan community development adalah salah satu upaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat terdekat lokasi produksi. 3. Planet Triple bottom line juga menekankan unsur planet (lingkungan) sebagai salah satu hal penting yang harus diberi perhatian oleh perusahaan. Dikatakan penting karena lingkungan usaha merupakan sumber daya alam yang mudah sekali tercemar oleh proses produksi yang tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu untuk menjaga kelancaran proses produksi perusahaan harus memperhatikan kelestarian lingkungan, sehingga tidak menimbulkan kerusakan lingkukan juga konflik dengan masyarakat sekitar lokasi produksi. 29 Kesejahteraan publik internal dan eksternal (people) dikatakan baik jika perusahaan mampu mempertahankan bahkan meningkatkan keuntungan (profit) serta menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Ancok, 2005:18). Kondisi tersebut dapat diupayakan dalam berbagai macam kegiatan salah satunya dengan program CSR. Sosial Lingkungan Ekonomi Gambar 2.1. Tripple Bottom Line. Konsep utama CSR. 2.1.1 Aktivitas Corporate Social Responsibility Dalam penelitian ini konsep CSR akan digali dengan menggunakan lima pilar aktivitas CSR dari Princes of Wales International Business Forum. (Ancok, 2005:19-20): 1. Building human capital Secara internal, perusahaan dituntut untuk menciptakan SDM yang handal. SDM merupakan modal awal bagi pengelolaan suatu perusahaan. Semakin tinggi kualitas SDM suatu perusahaan berbanding lurus dengan kualitas produk maupun jasa yang dihasilkan perusahaan tersebut. Memperhatikan kualitas karyawan dan memberikan pengetahuan tambahan melalui pelatihan-pelatihan atau seminar bagi karyawan merupakan salah satu perwujudan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap karyawan. Secara eksternal perusahaan dituntut untuk melakukan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah salah satu bagian dari program CSR, yang terdiri dari community relation yaitu pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan informasi kepada stakeholder, yang pada umumnya banyak dilakukan kepada masyarakat setempat dan Pemerintah Daerah, kemudian community service yaitu program pemberian 30 bantuan yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat atau kepentingan umum termasuk didalamnya bantuan untuk bencana alam,bantuan prasarana umum termasuk tempat ibadah dan peningkatan kesehatan bagi masyarakat setempat. 2. Strengthening economies Perusahaan dituntut untuk tidak menjadi kaya sendiri sementara komunitas di lingkungannya miskin, mereka harus memberdayakan ekonomi sekitar. Melalui kegiatan CSR diharapkan perusahaan memberikan sumbangan guna meningkatkan kualitas ekonomi publiknya. Sumbangan tersebut dapat berupa suntikan dana atau sarana yang dapat digunakan untuk berwirausaha, seperti mesin jahit atau alat-alat untuk daur ulang sampah. Dengan demikian diharapkan publik merasakan dampak kepedulian perusahaan tersebut secara berkelanjutan, terutama dapat memperkuat ekonomi publik dari program CSR tersebut. 3. Assessing social chesion Perusahaan dituntut untuk menjaga keharmonisan dengan masyarakat sekitarnya agar tidak menimbulkan konflik. Sangat jelas bahwa keharmonisan dengan masyarakat sangat bermanfaat terutama bagi perusahaan. Menjaga keharmonisan dengan masyarakat berarti mempersiapkan senjata untuk menghadapi masa-masa krisis yang pasti tidak diharapkan oleh perusahaan. Dengan menjaga keharmonisan dengan masyarakat perusahaan akan mudah mendapatkan dukungan jika terjerat masalah. Namum bukan berarti perusahaan boleh menciptakan konflik. Perusahaan harus bergerak pada hukum yang berlaku sehingga tidak ada saling merugikan antara perusahaan dengan publik internal maupun eksternalnya. 4. Encouraging good governance Dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan harus menjalankan tata kelola bisnis dengan baik. Kelola bisnis suatu perusahaan berpengaruh pada cara pandang masyarakat terhadap perusahaan tersebut. Perusahaan dengan manajemen yang tidak baik erat hubungannya dengan masalah baik internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. Jika kondisi internal perusahaan baik, maka output 31 dari perusahaan itu pun akan baik. Seperti jika pengelolaan administrasi karyawan dikelola secara baik maka karyawan yang merupakan perpanjangan lidah dari perusahaan pun akan memberikan informasi positif mengenai perusahaan kepada masyarakat. Untuk itu demi menjaga citra baik perusahaan dan dalam rangka melaksanakan program CSR, perusahaan harus melaksanaakan tata kelola bisnis dengan baik. Bukan hanya hasil dari kegiatan CSR namun proses perencanaan hingga pelaksanaannya pun mendapat perhatian dari masyarakat. Jadi pengelolaan setiap program harus dikelola dengan baik oleh perusahaan. 5. Protecting the environment Perusahaan harus berupaya keras menjaga kelestarian lingkungan. Isu lingkungan merupakan salah satu isu yang paling hangat sekarang ini. Masyarakat semakin peka dengan usaha pelestarian lingkungan sejalan dengan maraknya kampanye ramah lingkungan. Untuk itu sebagai bagian dari masyarakat, suatu perusahaan juga bertanggung jawab atas kelestarian lingkungan. Menjadikan pelestariaan lingkungan sebagai salah satu program CSR merupakan langkah tepat selain untuk berpartisipasi dalam upaya pelestarian lingkungan itu sendiri juga sebagai program untuk menarik perhatian masyarakat dan menumbuhkan citra positif mengenai perusahaan. Pelaksanaan kelima pilar ini secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi citra perusahaan dimata masyarakat. Pada dasarnya kelima pilar ini memiliki tujuan baik bagi perusahaan maupun masyarakat. Jadi, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan CSR secara baik akan mempengaruhi citra positif perusahaan. 2.1.2 Manfaat Program Corporate Social Responsibility Menurut Susanto ada enam manfaat program CSR, yakni (Susanto, 2007:28-32) 1. Reduces Risk and Accusations of Irresponsible Behaviour Reduces Risk and Accusations of Irresponsible Behaviour yaitu mengurangi risiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima 32 perusahaan. Perusahaan yang menjalankan tanggung jawab sosialnya secara konsisten akan mendapatkan dukungan luas dari komunitas yang merasakan manfaat berbagai aktivitas yang dijalankannya. 2. Helps Cushion and Vaccinate During Time of Crisis Helps Cushion and Vaccinate During Time of Crisis yaitu berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis. Hal ini berhubungan erat dengan mengurangi risiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak patas yang diterima perusahaan. 3. Enhances Employee Engagement and Pride Enhances Employee Engagement and Pride yaitu keterlibatan dan kebanggaan karyawan. Karyawan akan merasa bangga bekerja pada perusahaan yang memiliki reputasi baik, yang secara konsisten melakukan upaya-upaya untuk membantu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat serta lingkungan sekitarnya. 4. Improve Relations with Stakeholders Improve Relations with Stakeholders yaitu CSR yang dilakukan secara konsisten akan mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan stakeholdernya. 5. Sales Increase Sales Increase yaitu kegiatan CSR berfungsi secara tidak langsung untuk meningkatkan penjualan. Konsumen akan lebih menyukai produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang konsisten menjalankan tanggung jawab sosialnya sehingga memiliki reputasi yang baik. 6. Other Incentive (Tax, Preferred, Treatment) Other Incentive (Tax, Preferred, Treatment) yaitu insentif-insentif lainnya misalnya, pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnya. Hal ini perlu dipikirkan guna mendorong perusahaan lebih giat lagi menjalankan tanggung jawab 33 sosialnya. Di lain pihak, ini dapat meredam konflik sosial secara terstruktural dan ekonomi antara perusahaan dengan stakeholder yang ada. Pemaparan tersebut menggambarkan bahwa Corporate Social Responsibility tidak hanya bermanfaat bagi perusahaan namun juga bagi masyarakat. Masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidupnya, sedangkan perusahaan memperoleh penilaian positif dari masyarakat dan karyawan sehingga pada akhirnya menjamin keberlangsungan usaha. Proses Public Relations selalu dimulai dan diakhiri dengan penelitian. Seperti halnya yang akan diteliti pada perusahaan Industri Jamu terkemuka di Indonesia ini. 34