1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini musibah demam berdarah dengue (DBD) di tanah air telah mencengangkan semua pihak. Banyaknya jumlah korban yang berjatuhan membuat publik tersadarkan betapa penyakit infeksius yang tergolong tua ini masih dan bahkan kian membahayakan. Penyakit ini ditularkan oleh Aedes aegypti yang merupakan vektor utama. Fluktuasi penyakit DBD antara lain dipengaruhi oleh berbagai faktor cuaca dan iklim. Mangunjaya (2003) mengungkapkan kemungkinan keterkaitan DBD dengan pemanasan global. Perubahan iklim global tidak terjadi seketika, walaupun laju perubahan lebih cepat dibandingkan dengan perubahan iklim secara alami, tetapi perubahan terjadi dalam periode dekadal, sehingga masalah perubahan iklim masih menjadi hal yang menimbulkan pro-kontra. Perubahan konsentrasi gas rumah kaca global ini juga berpengaruh pada kenaikan suhu regional, di Indonesia perubahan terjadi secara perlahan - lahan kurang lebih 0,03 derajat celcius per tahun. Jika ditinjau dalam periode puluhan tahun (dibandingkan dengan puluhan juta tahun usia bumi kita) maka perubahan ini cukup besar, apalagi jika kenaikan suhu menyertai kejadian iklim ekstrim. Banyak sekali perdebatan yang mengecam mengenai buruknya perilaku masyarakat perkotaan yang diduga sebagai penyebab wabah terjangkitnya demam berdarah. Satu di antaranya adalah kelalaian warga untuk melakukan dan memperhatikan program 3 M, yaitu menutup, menguras dan mengubur sarang yang dianggap sumber nyamuk. Dengan upaya 3M tersebut diharapkan siklus hidup nyamuk penular demam berdarah Aedes aegypti akan terputus, karena telur tidak menetas atau stadium pradewasa tidak dapat berkembang menjadi nyamuk dewasa. Cara fisik upaya terpadu harus segera dilakukan sebelum wabah datang, dengan cara fisik 3 M (menutup, menguras dan mengubur) hingga dengan cara mekanik penyemprotan dan seterusnya. Perang melawan wabah ini memang merupakan cara pembasmian yang baik untuk memberantas musuh epidemi penyakit warga perkotaan tersebut, sebab nyamuk berkembang biak dengan bertelur setelah melakukan perkawinan. Perkawinannya terjadi antara satu hingga dua hari setelah keluar dari pupa. Dalam periode itulah nyamuk betina memerlukan proses pematangan telur, ahli biologi menyebut periode ini disebut siklus gonotropik, karena itu diperlukan darah sebagai sumber proteinnya (Anonimus 2000b). Pada Aedes aegypti, siklus gonotropik diperlukan waktu kurang lebih dua atau tiga hari. Jika nyamuk bertelur dengan menghisap darah, Aedes aegypti akan sangat produktif menghasilkan telur yaitu antara 100 - 400 butir. Perkembangan nyamuk Aedes aegypti dari telur sampai dewasa sangat tergantung terhadap suhu lingkungan, karena semakin panas suhu lingkungan maka pertumbuhannya akan semakin meningkat pula. Oleh karena itu diperlukan kontrol fisik maupun biologis untuk mengendalikanya. Secara statistik perubahan iklim adalah perubahan unsur - unsurnya yang mempunyai kecenderungan naik atau turun secara nyata yang menyertai keragaman harian, musiman maupun siklus. Fenomena iklim ini harus dipelajari dari data pada periode pengamatan iklim yang panjang. Kendala ketersediaan data iklim dalam periode yang panjang inilah yang dihadapi oleh negara berkembang seperti Indonesia. Akibatnya identifikasi perubahan iklim sulit dilakukan. Penelitian perkembangan tahapan kehidupan Aedes aegypti secara umum sudah dilakukan, tetapi nilai satuan panas dalam satu siklus kehidupan nyamuk belum pernah diteliti. Data ini sangat diperlukan apabila ingin melakukan analisis fenomena iklim khususnya suhu dikaitkan dengan prediksi kecepatan pertumbuhan populasi nyamuk Aedes aegypti dan musim penularan penyakit demam berdarah. 1.2 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan : 1 Panjang periode setiap stadium yang dipengaruhi oleh makanan larva, 2 Panjang periode setiap stadium yang dipengaruhi oleh lokasi (suhu), dan 3 Heat unit dan suhu dasar pada setiap stadium Aedes aegypti. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi data dasar informasi untuk menghitung pengaruh cuaca dan iklim terhadap peningkatan jumlah populasi nyamuk Aedes aegypti di suatu daerah.