bergabungnya kroasia menjadi anggota uni eropa skripsi

advertisement
BERGABUNGNYA KROASIA MENJADI ANGGOTA UNI EROPA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Universitas lslam Negeri Syarif Hidayataullah Jakarta
Diajukan oleh :
Nama: Panji Noor Hamzah
NIM: 108083000070
Program Studi Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2015
ABSTRAK
Skripsi ini memaparkan mengenai bergabungnya Kroasia menjadi anggota Uni Eropa.
Selain itu, skripsi ini juga menjelaskan mengenai sejarah terbentuknya negara Kroasia yang
dulunya merupakan bagian dari Yugoslavia. Setelah merdeka dari Yugoslavia pada 1991,
Kroasia mulai tertarik untuk bergabung ke dalam Uni Eropa. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan stabilitas negaranya yang mengalami masalah selama proses pemisahan diri dari
Yugoslavia. Untuk lebih jelasnya, dipaparkan juga secara kronologis mengenai proses masuknya
Kroasia sebagai anggota Uni Eropa, yang dimulai ketika menjadi negara kandidat pada 2003 dan
secara resmi menjadi anggota ke-28 Uni Eropa pada 2013. Lebih lanjut, skripsi ini juga berupaya
menjawab pertanyaan penelitian dengan menganalisa data yang telah diperoleh mengenai isu di
dalam skripsi ini. Teori yang digunakan kebijakan luar negeri, kepentingan nasional, dan
regionalisme. Teori-teori tersebut digunakan untuk menganalisa bergabungnya Kroasia menjadi
anggota Uni Eropa. Adanya kebijakan Kroasia ini ditujukan untuk mencapai kepentingan
nasionalnya dalam bidang ekonomi dan politik. Pada skripsi ini, metode penelitian yang penulis
gunakan adalah metode kualitatif. Tujuannya adalah untuk menggambarkan serta menganalisa
permasalahan dalam skripsi ini. Data yang digunakan adalah data sekunder yang didapat melalui
buku, surat kabar, dokumen penting, jurnal, tesis, disertasi dan situs internet resmi yang dapat
dipertanggung jawabkan.
Dengan demikian, hasil dari skripsi ini menyatakan bahwa faktor-faktor yang
melatarbelakangi bergabungnya Kroasia menjadi anggota Uni Eropa adalah adanya faktor
internal yang terdiri dari public opinion, tawaran insentif ekonomi bagi Kroasia dan peningkatan
stabilitas politik. Di sisi lain, faktor eksternal yang mempengaruhinya adalah adanya kebijakan
perluasan yang dilakukan oleh Uni Eropa di wilayah Balkan dan adanya kepentingan Rusia di
kawasan tersebut.
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan nikmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“BERGABUNGNYA KROASIA MENJADI ANGGOTA UNI EROPA TAHUN 2013”. Skripsi
ini sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Program Studi Hubungan Internasional.
Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan
dukungan dan motivasi bagi penulis, baik tenaga, ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
Orang tua tercinta, Ayahanda Amir Hamzah dan Ibunda Yurna Berti yang selalu
memberikan doa terbaik dan kasih sayangnya. Terimakasih yang tak terhingga untuk semuanya.
Semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan dan kebahagiaan.
Bapak Andar Nubowo, DEA., selaku dosen pembimbing penulis yang telah memberikan
waktunya untuk membimbing penulis dengan kesabaran dalam memahami permasalahan di
dalam skripsi ini. Terimakasih untuk semua masukan yang telah diberikan sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
Bapak Armein Daulay M.Si., selaku penasehat akademik penulis yang telah memberikan
dukungan serta doa kepada penulis. Terimakasih untuk waktu yang diluangkan dan nasehat yang
diberikan kepada penulis hingga penulisan skripsi ini selesai.
Kak Mutiara Pertiwi, MA., yang telah bersedia menjadi tempat berkonsultasi mulai dari
skripsi ini akan ditulis hingga selesai. Masukan dan dukungan yang telah diberikan sangat
bermanfaat bagi penulis.
Bapak/Ibu Dosen jurusan hubungan internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu
Bapak Nazaruddin Nasution, SH, MA., Bapak Agus Nilmada Azmi, M.Si., Bapak Drs. Aiyub
Mohsin, MA, MM., Bapak M. Adian Firnas, M.Si., Bapak Badrus Sholeh, MA., Bapak Faisal
Nuerdin, Bapak Arisman, M.Si., Bapak Teguh Santosa, Bapak Afrimadona, Ibu Eva Mushoffa,
Ibu Rahmi, Pak Jajang, Pak Amali dan juga seluruh staf Dosen di jurusan Hubungan
Internasional FISIP UIN Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Terimakasih
karena telah mengajarkan dan membagi ilmunya kepada penulis selama masa menuntut ilmu di
jurusan HI FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Auliyaul Hamidah, yang selalu memberikan dukungan, nasihat, dan doa. Terimakasih
yang tak terhingga untuk semua kebaikan dan kesabaran dalam memberikan support kepada
penulis. Terimakasih juga telah meluangkan waktu untuk menemani penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Teman-teman jurusan HI angkatan 2008, Terimakasih kepada Fajri, Zein, Hakim, Eris,
Fahmi, Awi, Riandika, Yasser, Waldi, Faisal, Heri, Bayu, Azmi, Ningsih, Mimi, Meidya, Maria,
Yeye, Rahma, Diyah, Didah, Teh Nurul, Teh Uli, Elisha, Amanda, Fitri, Filli, Ochi, Nayla,
Hanifah, Rina, Ika, Ahla, Amel, Neti, Miftah, Teh Midah, dll yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu.
Jakarta, 15 Juni 2015
Panji Noor Hamzah
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR SINGKATAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………………………. 1
B. Pertanyaan Penelitian…………………………………………………………………. 6
C. Kerangka Pemikiran……………………………………………………………….….. 6
D. Metode penelitian……………………………………………………………………... 12
E. Sistematika Penulisan………………………………………………………………... 13
BAB II SEJARAH TERBENTUKNYA NEGARA KROASIA
A. Sejarah Terbentuknya Negara Kroasia………………………………………………… 16
B. Profil Negara Kroasia…………………………………………………..………….….. .23
BAB III PROSES MASUKNYA KROASIA MENJADI ANGGOTA UNI EROPA
A. Uni Eropa
A.1. Sejarah Terbentuknya Uni Eropa…………………………………………………. 25
B. Proses Masuknya Kroasia Menjadi Anggota Uni Eropa
B.1. Tahun 2000-2004 : Kroasia Mengadopsi Copenhagen Criteria dan Acquis
Communautaire………………………………………………………….………. 33
B.2. Tahun 2004-2009 : Penundaan Aksesi Kroasia ke dalam Uni Eropa…………. …. 39
B.3. Tahun 2009-2013 : Kroasia Secara Resmi Menjadi Anggota Uni Eropa……….… 41
BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI BERGABUNGNYA
KROASIA MENJADI ANGGOTA UNI EROPA
A. Faktor Internal
A.1. Public Opinion………….…………………………………………………………. 43
A.2. Tawaran Insentif Ekonomi bagi Kroasia…………………………………...…….. 45
A.3. Peningkatan Stabilitas Politik……………………………………………..…..….. 50
B. Faktor Eksternal
B.1. Kebijakan Perluasan Uni Eropa……………………………………………............ 54
B.2. Kepentingan Rusia di Kawasan………………………………………….………... 61
BAB V ANALISA DAN KESIMPULAN
A. Analisa………………………………………………………………………..………… 65
B. Kesimpulan………….………………………………………………………………….. 67
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1.: Letak Geografis Negara Kroasia………………………………………………..… 1
Gambar II.1 : Peta Wilayah Yugoslavia beserta Enam Negara Bagiannya…………………… 20
Gambar III.1. Peta Kawasan Uni Eropa………………………………………………………... 31
Gambar III.2. Skema Ordinary Legislative Procedure………………………………………… 32
Gambar IV.1. : Proses Enlargement Uni Eropa dari tahun 1952-2007………………………… 56
Gambar IV.2 : Luas Wilayah UNI Eropa………………………………………………………. 57
Gambar IV.3: Jumlah Penduduk Uni Eropa Tahun 2007……………………………….……… 58
Gambar IV.4. : Candidate Countries and Potential Candidate of European Union……….….. 59
Gambar IV.5 : Grafik Dana Bantuan Uni Eropa kepada Negara Kandidat………….………… 60
DAFTAR SINGKATAN
ASEAN
Association of Shoutheast Asian Nations
CFSP
Common Foreign and Security Policy
CIS
Commonwealth Independent State
EC
European Communities
ECSC
European Coal and Steel Community
EDC
European Defense Community
EEC
European Economic Community
ENP
European Neighborhood Policy
EU
European Union
EURATOM
European Atomic Energy Community
GDP
Gross Domestic Product
GNB
Gerakan Non Blok
HAM
Hak Asasi Manusia
HKoV
Hrvatska Kopnena Vojska/Angkatan Darat
HRM
Hrvatska Ratna Mornarica/Angkatan Laut dan pasukan penjaga pantai
ICTY
The International Criminal Tribunal for the Former Yugoslavia
JHA
Justice and Home Affairs
JNRC
Joint Nuclear Research Center
KTT
Konferensi Tingkat Tinggi
MFEA
the Ministry of Foreign and European affairs
NAFTA
The North American Free Trade Area
NAM
Non Aligned Movement
NDH
Nezavisne Drzave Hrvatske/Independent State of
NOF
Narodni Front
SAA
Stabilization and Association Agreement
TEC
Treaties establishing European Community
TEU
Treaty on European Union
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kroasia adalah suatu negara berbentuk republik dengan sistem pemerintahan parlementer
demokratis yang terletak di antara Eropa Tengah, Balkan, dan Mediterania. Kota terbesar adalah
Zagreb yang juga merupakan ibu kota negara. Negara ini berbatasan dengan Hongaria di Timur
Laut, Serbia di Timur, Bosnia-Herzegovina dan Montenegro di Tenggara, Laut Adriatik di Barat
Daya dan Slovenia di Barat Laut.1 Berikut ini adalah peta geografis Kroasia:2
Gambar 1.1.: Letak Geografis Negara Kroasia
1
Ivana Crljenko, 2013, Croatia Land and People, The Miroslav Krleža Institute of Lexicographyin association
with the Ministry of Foreign and European Affairs of the Republic of Croatia : Zagreb, www.croatia.eu hal. 3
2
Map Of Croatia, diakses dalam http://www.lonelyplanet.com/maps/europe/croatia/ diakses pada 15 November
2014
1
Dalam sejarahnya, Kroasia merupakan negara bagian dari Republik Sosialis Federal
Yugoslavia. Setelah kematian Presiden Josip Broz Tito pada tahun 1980, Yugoslavia mengalami
krisis ekonomi dan sosial. Dampak dari krisis tersebut adalah terjadinya ketidakstabilan di
negara-negara yang termasuk dalam kawasan Yugoslavia, salah satunya adalah Kroasia. Lebih
lanjut, pada April hingga Mei 1990 dilakukan pemilihan umum pertama yang diikuti oleh
berbagai partai yang ada di Kroasia. Partai yang memenangkan pemilu tersebut adalah partai
Croatian Democratic Union (HDZ). Pemimpin partai HDZ, Franjo Tuđman, terpilih menjadi
Presiden Kroasia. Secara resmi, negara ini melepaskan diri dan memperoleh kemerdekaan pada
25 Juni 1991, kemudian memproklamirkan kemerdekaannya pada 8 Oktober 1991. Namun
demikian, baru pada tahun 1992 Kroasia memperoleh pengakuan dari PBB sebagai negara
merdeka yang berdaulat.3
Kroasia terbagi menjadi dua puluh provinsi, sementara kota Zagreb memiliki otonomi
sendiri. Negara seluas 56.594 km² ini memiliki iklim campuran benua Eropa dan Mediterania.
Bahasa resmi yang digunakan di Kroasia adalah bahasa Kroasia. Bahasa-bahasa minoritas juga
kadang masih digunakan di tingkat pemerintahan daerah, diantaranya yaitu bahasa Ceko,
Hongaria, Italia, Rutheria, Serbia dan Slovakia. Jumlah penduduk Kroasia tercatat sebesar 4,28
juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduknya sekitar 0,05% per tahunnya. Mata uang
Kroasia adalah Kuna (HRK) yang berlaku sejak tahun 1994.4
Setelah merdeka dari Yugoslavia pada tahun 1991, Kroasia memiliki ketertarikan untuk
bergabung menjadi anggota Uni Eropa. Hal ini sejalan dengan perluasan yang dilakukan Uni
Eropa pada tahun 1990-an di negara Balkan Barat yang beranggotakan Kroasia, Bosnia3
Op.cit. Ivana Crljenko, hal. 57-58
Ana Grdović, dkk., 2011,A Foreign Researcher‟s Guide to Croatia, 3rd Edition,
http://ec.europa.eu/euraxessPublished by: Agency for Mobility and EU Programmes Library of the European
Commission (Credit © European Union), hal. 10
4
2
Herzegovina, Macedonia, Kosovo, Serbia, Montenegro dan Albania. Hal inilah yang kemudian
meyakinkan Kroasia untuk bergabung dengan Uni Eropa. Pada 2001 Kroasia menandatangani
perjanjian Stabilitation and Association Agreement dengan Uni Eropa. Selain itu, pada akhir
tahun 2001, Kroasia juga menandatangani European Free Trade Association (EFTA) dengan
negara lainnya seperti Slovenia, Hongaria, Macedonia, Bosnia-Herzegovina, Turki, Polandia,
Republik Ceko, Slovakia, dan Bulgaria.5
Secara umum, terdapat empat tahap yang menjadi persyaratan dalam proses masuknya
anggota baru ke dalam Uni Eropa. Pertama, sebuah negara harus mengajukan permohonan
keanggotaan. Kedua, peninjauan Uni Eropa terhadap negara yang mengajukan, untuk melihat
apakah mereka memenuhi standar Uni Eropa atau tidak. Ketiga, Dewan Eropa menyetujui
penerimaan negara pemohon dan menetapkannya sebagai negara kandidat. Setelah itu, yang
keempat adalah ketika negosiasi selesai, perjanjian aksesi akan ditandatangani dan diratifikasi
oleh semua negara anggota, serta Lembaga Uni Eropa dan negara kandidat itu sendiri.6
Bergabungnya Kroasia ke Uni Eropa memerlukan proses yang cukup panjang, dimulai
sejak tahun 2003. Pada 21 Februari 2003, Kroasia mulai mengajukan aplikasi keanggotaan Uni
Eropa. Pada awal tahun 2004 Komisi Eropa merekomendasikan bahwa Kroasia menjadi calon
anggota resmi, kemudian status kandidat negara anggota diberikan kepada Kroasia pada
pertengahan tahun 2004. Lebih lanjut, pada bulan Oktober 2005, Uni Eropa sepakat untuk mulai
meninjau aplikasi Kroasia untuk keanggotaannya. 7
Dengan adanya hal tersebut, maka Uni Eropa mulai menggunakan pedoman The
Copenhagen Criteria yang isinya adalah negara kandidat harus menekankan nilai-nilai politik,
5
6
www.un.org, 19 November 2014, Croatia, Country Profile, Johannesburg Summit 2002 Croatia, hal. 3
Jenny,
2013,
Just
the
Facts
–
Croatian
Accession
to
the
EU,
http://www.europeanmovement.ie/just-the-facts-croatian-accession/ diakses pada 20 November 2014
7
Ibid.
dalam
3
menjamin demokrasi, aturan hukum, hak asasi manusia, dan perlindungan bagi kaum minoritas,
serta kebutuhan ekonomi pasar. Selain itu, The Copenhagen Criteria juga berfungsi sebagai
seperangkat aturan yang menentukan apakah suatu negara memenuhi syarat atau tidak untuk
bergabung dengan Uni Eropa.8
Setelah melalui proses tersebut, Uni Eropa mulai memeriksa bahwa suatu negara harus
mengadopsi hukum Uni Eropa, termasuk akumulasi undang-undang, tindakan hukum, dan
keputusan pengadilan yang dikenal dengan Acquis Communautaire. Untuk menjadi anggota Uni
Eropa, suatu negara harus mematuhi Acquis Communautaire yang bersifat mengikat, mematuhi
setiap peraturan, serta mengubah hukum nasional negara tersebut dengan mengadopsi hukum
Uni Eropa. Hal ini berarti negara kandidat harus menyiapkan atau mengubah badan administratif
atau peradilan agar sesuai dengan syarat yang diberikan oleh Uni Eropa.9 Setelah itu, dimulailah
negosiasi antara negara kandidat dengan Uni Eropa.
Dalam proses negosiasi untuk menjadi anggota Uni Eropa, Kroasia mengalami beberapa
hambatan yang menyebabkan tertundanya proses aksesi. Penyebabnya adalah sejumlah isu
seputar hubungan Kroasia dengan The International Criminal Tribunal for the Former
Yugoslavia (ICTY), suatu badan pengadilan hukum PBB yang berurusan dengan kejahatan
perang yang terjadi selama konflik di wilayah Balkan ditahun 1990-an. Hubungan Kroasia
dengan ICTY mengalami kerenggangan karena pemerintah Kroasia tidak bersikap tegas dalam
menyerahkan Jenderal Ante Gotovina ke dalam tahanan untuk diinterogasi oleh ICTY. Ante
Gotovina merupakan orang yang berperan sebagai aktor intelektual dalam konflik di Balkan.
8
Nicolai Wammen, 2013, 20 Years that Changed Europe The Copenhagen Criteria and the Enlargement
of the European Union, Conference Report, Copenhagen, hal. 5
9
Stephen J. Silvia dan Aaron Beers Samp, 2003, Acquis Communautaire and European Exeptionalism: A
Genealogy, European Union Studies Center , ACES Working Paper Series Paul H. Nitze School of Advanced
International Studies 1717 Massachusetts Ave NW, hal. 20-21
4
Namun demikian, masalah ini diselesaikan pada tahun 2005 setelah Ante Gotovina dibawa ke
ICTY untuk diinterogasi. Jaksa kepala ICTY, Carla Del Ponte kemudian menyatakan bahwa
Kroasia menjadi lebih kooperatif dengan ICTY. Hal tersebut kemudian melancarkan kembali
proses negosiasi aksesi Kroasia ke dalam Uni Eropa hingga tahun 2008.10
Namun demikian, pada akhir tahun 2008 Slovenia menolak pencalonan Kroasia karena
masih ada masalah perbatasan yang belum diselesaikan antara kedua negara tersebut. Kondisi ini
membuat pembahasan pencalonan Kroasia akhirnya terpaksa terhenti selama 10 bulan. Keadaan
ini berusaha diredam dengan kesepakatan Kroasia dan Slovenia untuk menggunakan mediasi
internasional. Akhirnya, Slovenia menyetujui pencalonan Kroasia sebagai anggota Uni Eropa.
Pada bulan September 2009, proses negosiasi antara Uni Eropa dengan Kroasia kembali dibuka.
Setelah menunda negosiasi selama sepuluh bulan, sengketa itu akhirnya diselesaikan ketika
Slovenia mengumumkan bahwa mereka akan menarik keberatan untuk negosiasi Kroasia dengan
Uni Eropa.11
Kroasia menyelesaikan negosiasi aksesi setelah penandatanganan Perjanjian Aksesi pada
tahun 2011 dan mengadakan referendum nasional pada tahun 2012, dengan 66,27% pemilih di
Kroasia setuju untuk bergabung dengan Uni Eropa. Keanggotaan Kroasia dalam Uni Eropa akan
resmi setelah 27 anggota Uni Eropa dan Kroasia meratifikasi Perjanjian Aksesi tersebut. Dengan
demikian, tepat pada 1 Juli 2013 Kroasia resmi menjadi anggota Uni Eropa.12
Bertitik tolak dari
uraian di atas, maka skripsi ini menganalisis faktor-faktor yang
melatarbelakangi bergabungnya Kroasia untuk menjadi anggota Uni Eropa. Isu ini merupakan
10
Arabella Thorp, 2011, Croatia : the Closing Stages of EU Accession, International Affairs and Defence
Section, SN/IA/6157, House of Commons Library, hal. 3
11
Ibid.
12
Kartin Retzer dan Alja Poler De Zwart, 2013, Croatia set to join the European Union: What this means
for data protection compliance, Morrison & Foerster LLP | mofo.com Attorney Advertising.
5
hal yang menarik untuk diteliti karena proses masuknya Kroasia mengalami hambatan-hambatan
yang kemudian menunda proses aksesi tersebut. Pada dasarnya kebijakan Kroasia ini diarahkan
untuk mencapai kepentingan politik dan ekonomi Kroasia. Oleh karena itulah, kebijakan Kroasia
menjadi salah satu isu penting yang dapat menentukan masa depan Kroasia.
B. Pertanyaan Penelitian
Faktor apa saja yang mempengaruhi bergabungnya Kroasia untuk menjadi anggota Uni
Eropa?
C. Kerangka Pemikiran
 Teori Kebijakan Luar Negeri
Konsep kebijakan luar negeri (foreign policy) merupakan seperangkat rencana dan
komitmen yang menjadi pedoman bagi perilaku pemerintah dalam berhubungan dengan aktoraktor lain di lingkungan eksternal yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
suatu negara. Selanjutnya, rencana dan komitmen tersebut diterjemahkan ke dalam langkah atau
tindakan yang nyata berupa mobilisasi sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkan suatu
efek dalam pencapaian tujuan.13 Berbeda dengan pendapat Rosneau, Holsti mendefinisikan
kebijakan luar negeri sebagai tindakan atau gagasan yang dirancang oleh pembuat kebijakan
untuk memecahkan masalah atau mempromosikan suatu perubahan dalam lingkungan, yaitu
dalam kebijakan sikap atau tindakan dari negara lain.14
Selanjutnya, terdapat dua faktor yang mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara
yang terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah semua kondisi yang berasal
13
James N. Rosenau, 1969, International Politics and Foreign Policy a Reader in Research and Theory,
London: a Division of Macmillan Publishing Co., Inc., hal. 27-32
14
K.J. Holsti, 1992, International Politics A Framework For Analysis dalam Sixth Edition, Printed in the
United State of America: Prentice –Hall.Inc., hal. 45
6
dari negara
yang bersangkutan,
seperti:15
a) kepentingan ekonomi
dan keamanan
(economic/security needs). b) geografi dan karakteristik topografi (geographical and
topographical characteristic). c) atribut nasional (national attributes), faktor ini dapat diartikan
sebagai karakteristik umum dari sebuah negara bangsa. d) struktur pemerintah/philosofi
(government structure and philosophy), yaitu struktur yang digunakan oleh suatu negara. e) opini
publik (public opinion), hanya diberlakukan bagi masyarakat yang memiliki kebebasan penuh
untuk menyuarakan aspirasinya kepada pemerintah. f) Birokrasi (bureaucracy), mengenai proses
kebijakan luar negeri suatu negara. Terakhir adalah g) pertimbangan etik (ethical consideration),
mengacu pada tindakan apa yang dilakukan oleh suatu negara untuk dapat mencapai tujuannya.
Di sisi lain, faktor eksternal terdiri dari: pertama, struktur sistem internasional (structure
of the system),yang mengacu pada tatanan internasional. Kedua, karakteristik/struktur ekonomi
internasional (characteristics/structure of world economy), mengacu pada perkembangan sistem
perekonomian dunia.Ketiga, kebijakan dan tindakan aktor lain (the policies and actions of other
state), yaitu respon dari pihak lain atau negara lain terhadap isu internasional yang sedang
terjadi. Keempat, masalah global dan regional yang berasal dari pihak swasta (global and
regional private problems arising from private activities), mengacu pada masalah-masalah yang
dilakukan oleh pihak swasta.Kelima, hukum internasional dan opini publik (international law
and world opinion).16
Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara.
Namun demikian, untuk menganalisanya, dapat dilakukan dengan mempertimbangkan atau
menjelaskan satu atau beberapa faktor saja yang mempengaruhi kebijakan tersebut. Ini
15
16
Ibid., hal 271
Ibid. hal. 287
7
merupakan cara yang sederhana untuk menganalisa kebijakan luar negeri.17 Dengan demikian,
melalui faktor internal dan eksternal dalam konsep kebijakan luar negeri tersebut, maka
difokuskan pada faktor internal yaitu kepentingan ekonomi, politik dan keamanan. Sedangkan
faktor eksternal difokuskan pada struktur dalam karakteristik/struktur internasional.
 Teori Kepentingan Nasional
Kepentingan nasional (national interest) merupakan keseluruhan nilai-nilai yang meliputi
aspek ekonomi, politik dan sosial yang dimiliki oleh negara. Selain itu, kepentingan nasional
menjadi tujuan mendasar dan faktor utama dalam perumusan kebijakan luar negeri. Daniel S.
Papp mengatakan bahwa dalam national interest terdapat beberapa aspek, seperti ekonomi,
ideologi, kekuatan dan keamanan militer, moralitas dan legalitas.18 Lebih lanjut, kepentingan
nasional merupakan konsepsi yang sangat umum tetapi merupakan unsur yang menjadi
kebutuhan sangat vital bagi negara karena menjadi tujuan mendasar serta faktor paling
menentukan yang memandu para pembuat keputusan dalam merumuskan politik luar negeri.
Dengan demikian, kepentingan nasional sering dijadikan tolok ukur atau kriteria pokok bagi para
pengambil keputusan (decision makers) masing-masing negara sebelum merumuskan dan
menetapkan sikap atau tindakan. Bahkan setiap langkah kebijakan luar negeri (Foreign Policy)
perlu dilandaskan kepada kepentingan nasional dan diarahkan untuk mencapai serta melindungi
apa yang dikategorikan atau ditetapkan sebagai kepentingan nasional.19 Dengan demikian, dalam
mewujudkan kepentingan nasional, suatu negara berusaha melindungi dan mempertahankan
17
Marijke Breuning, 2007, Foreign Policy Analysis A Comparative Introduction, New York: Palgrave
Macmillan, hal. 9
18
Daniel S. Papp, 1988, Contemporary International Relation: A Framework for Understanding, 2nd edn, MacMillan
Publishing Company , New York, hal. 29.
19
T.May Rudy, 2002, Study Strategis dalam transformasi sistem Internasional Pasca Perang dingin, Refika Aditama, Bandung,
hal 116
8
dirinya dari pihak lain yang dapat mengancam kelangsungan dan pemenuhan kebutuhan suatu
negara.
Selain uraian di atas kepentingan nasional juga dapat diidentifikasi dengan melihat
jangka waktu yang dibutuhkan untuk mencapainya, yaitu: a) Core values merupakan
kepentingan yang dianggap paling vital bagi negara dan menyangkut eksistensi suatu negara.
Karena merupakan kepentingan yang sangat tinggi nilainya maka suatu negara bersedia untuk
berperang dalam mencapainya. Contohnya ialah melindungi daerah-daerah wilayahnya, menjaga
dan melestarikan nilai-nilai hidup (ideology) yang dianut suatu negara. b) Middle-range
objectives, meliputi segala macam keinginan yang hendak dicapai masing-masing
negara,
namun mereka tidak bersedia berperang karena masih terdapat kemungkinan lain untuk
mencapainya. Cara yang ditempuh misalnya melalui jalan perundingan atau kerjasama, biasanya
mencakup kebutuhan memperbaiki perekonomian suatu negara. c) Long-range goals, merupakan
kepentingan nasional yang bersifat ideal, misalnya keinginan mewujudkan perdamaian dan
ketertiban dunia.20
 Teori Regionalisme
Munculnya regionalisme dalam perpolitikan dunia mendapat reaksi positif dan optimis
dari para aktor internasional, khususnya negara. Regionalisme didasari oleh perdamaian,
keamanan dan pembangunan. Lebih lanjut, regionalisme juga bertujuan untuk meningkatkan
hubungan antarnegara yang letak geografisnya berdekatan dan latar belakang sejarah yang sama.
Pengertian regionalisme mengacu pada kerjasama transnasional dalam bidang ekonomi, politik,
20
Angelo Codevilla dan Paul Seabury, 2006, War: Ends and Means, 2nd edition :Potomac Books Inc, hal. 141
9
dan sosial di wilayah tersebut. Regionalisme mengacu pada upaya memperkuat hubungan
antarnegara.21
Sejarah munculnya regionalisme ditandai oleh dua faktor, yaitu pertama, dengan melihat
faktor daya ikat (kohesi) yang membuat negara-negara tertarik untuk melakukan kerjasama
regional. Kedua, dengan melihat lahirnya sebuah institusi regional sebagai wujud dari kerjasama
regional di suatu kawasan tertentu. Kedua faktor ini bersifat berkesinambungan. Kohesi atau
daya ikatlah yang menjadi faktor penentu terwujudnya kerjasama yang memuncak pada
pembentukan institusi regional dan juga menentukan apakah institusi regional tersebut dapat
bertahan atau tidak.22
Dilihat dari periodesasinya, regionalisme terbagi menjadi Regionalisme Klasik (Old
Regionalism) dan Regionalisme Baru (New Regionalism). Regionalisme Klasik merupakan
regioanlisme yang muncul sekitar tahun 1960-an seiring dengan berakhirnya Perang Dunia II
(PD II) dan akan dimulainya Perang Dingin (Cold War). Ciri dari Regionalisme Klasik
diantaranya adalah bersifat high politics, seperti pembentukan aliansi keamanan. Hal ini
dianggap penting karena PD II mengakibatkan kerusakan parah yang dialami oleh hampir semua
negara di dunia. Oleh karena itu, untuk meredam konflik agar tidak menyebar dan menyeret
semua negara dalam satu kawasan, mereka bersepakat untuk membentuk aliansi keamanan.23
Namun demikian, Regionalisme Klasik tidak dapat bertahan lama, bahkan mengalami
kemunduran. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya hal ini adalah munculnya reaksi dari
negara-negara yang ingin melepaskan diri dari pengaruh AS maupun Uni Soviet dengan cara
21
Artatrana Gochhayat, 2014, Regionalism and sub regionalism: A theoretical framework with special
reference to India, academic journal, African Journal of Political Science and International Relations, Vol. 8 (1),
hal.10-11
22
Nuraeni S., dkk., 2010, Regionalisme dalam Studi Hubungan Internaisonal, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, hal. 16
23
Ibid. hal. 17-19
10
membentuk organisasi atau gerakan Non-Blok. Selain itu, menjelang era 1990-an seiring dengan
berakhirnya Perang Dingin, negara-negara di dunia tidak lagi menghendaki kerjasama yang
bersifat high politics. Negara-negara tersebut lebih menginginkan kehidupan yang aman, damai,
dan sejahtera. Oleh karena itu, mereka mulai melakukan berbagai kerjasama yang mengarah
pada faktor ekonomi (low politics). Inilah yang dimaksud dengan Regionalisme Baru (new
regionalism). Fawcett berpendapat bahwa ada empat faktor yang mendorong tumbuhnya
Regionalisme Baru, yakni: (1) berakhirnya Perang Dingin, (2) Perubahan ekonomi dunia, (3)
Hilangnya anggapan tentang negara “Dunia Ketiga”, (4) Demokratisasi.24
Dengan adanya proses regionalisme maka secara otomatis terjadi integrasi. Integrasi
merupakan suatu kondisi ketika dominasi sistem politik yang lebih besar menjadi semakin
meningkat dengan adanya penambahan unit-unit baru.
Menurut Ernest B. Haas integrasi
internasional didefinisikan sebagai kondisi ketika aktor-aktor politik internasional diminta untuk
mengarahkan loyalitas, harapan, dan kegiatan politik mereka ke institusi pusat yang memiliki
atau mengambil alih yurisdiksi dari negara bangsa.25 Sedangkan menurut Martin Griffiths,
integrasi didefiniskan dalam empat hal, yakni: (1) Pergerakan menuju pergerakan kerjasama
antar-negara, (2) Transfer otoritas kepada institusi supranasional, (3) Peningkatan penyamaan
nilai, serta (5) Perubahan menuju masyarakat global untuk membentuk masyarakat politik yang
baru.26
Selain uraian di atas, terdapat beberapa kondisi yang menjadi pendorong integrasi.
Pertama, asimilasi sosial berupa toleransi perbedaan budaya, identitas bersama atas tujuan
24
Ibid. hal. 20
Ernest B. Haas, 1958, The Uniting of Europe: Political, Social, and Economic Forces in 1950-57,
Stanford, California: Stanford University Press, hal. 139
25
26
Martin Griffiths dan Terry O’ Callaghan, 2002, International Relations: The Key Concepts, New York:
Routledge.
11
kebijakan luar negeri, dan kedekatan hubungan antarpemerintah dan antarbangsa secara umum.
Kedua, kesamaan nilai, terutama di antara kaum elite yang akan mempengaruhi masalah
perencanaan, pelaksanaan, dan pembuatan keputusan. Ketiga, keuntungan yang akan diperoleh
oleh anggotanya karena tidak ada satu negara manapun yang mau mengalihkan atau memberikan
sebagian kedaulatannya kepada institusi tertentu tanpa ada keuntungan yang diharapkan.
Keempat, kedekatan hubungan di masa lampau. Kedekatan latar belakang di antara negaranegara dapat mempengaruhi terjadinya integrasi di antara mereka. Dengan adanya kesamaan
latar belakang dan sejarah, maka akan semakin mudah proses integrasi untuk dilakukan. Kelima,
pandangan akan pentingnya integrasi itu sendiri. Keenam, ekspektasi pertimbangan biaya.
Integrasi bisa berlangsung jika keuntungan yang diperoleh akan lebih besar dibandingkan dengan
biaya proses integrasi. Ketujuh, pengaruh eksternal yang menjadi katalisator tumbuhnya
integrasi. Misalnya, pembentukan aliansi keamanan yang disebabkan oleh adanya ancaman dari
pihak tertentu.27
D. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif didefinisikan sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati.28 Metode ini bertujuan untuk memberi gambaran mengenai
permasalahan terkait kebijakan Kroasia untuk menjadi anggota Uni Eropa. Lebih lanjut,
penelitian ini menggunakan data dari berbagai sumber kepustakaan seperti buku, jurnal, hasil
penelitian, dan surat kabar. Oleh karena itu, maka data yang akan digunakan dalam penelitian ini
27
Budiono Kusumohamidjojo, 1993, Logika Hubungan Internasional: Kekuasaan, Ekonomi Politik
Internasional, dan Tatanan Dunia 2, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
28
Lexy J. Moleong, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, hal. 3
12
adalah data sekunder. Selain itu, penelitian ini juga akan menggunakan data dari situs-situs
internet (website) yang dapat dipertanggungjawabkan dan relevan dengan permasalahan dalam
penelitian ini.
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka dilakukan
pengumpulan data dari buku yang berasal dari berbagai perpustakaan, seperti Perpustakaan
Utama UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia, Badan Pusat
Pengkajian Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri RI, dan sebagainya.
Selama proses penelitian ini berlangsung, data yang akan digunakan merupakan data
yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Selanjutnya, data yang sudah terkumpul akan dianalisa
dengan menggunakan teori, sehingga hasil penelitian ini akan dapat dipahami dan mudah
dimengerti. Dalam hal ini, proses pengolahan data yang telah dikumpulkan diawali dengan
menganalisa data yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber secara berkesinambungan.
Analisis data bertujuan untuk membuat data itu dapat dimengerti, sehingga penelitian yang
dihasilkan bisa dikomunikasikan kepada orang lain. Pelaksanaan analisis data dilakukan setelah
data yang dibutuhkan terkumpul. Setelah itu, akan dilakukan verifikasi data yang bertujuan untuk
menjamin kebenaran data yang diperoleh. Lebih lanjut, data yang telah diverifikasi akan
direduksi dengan cara memilih, menyederhanakan, dan memfokuskan data yang diperoleh
sehingga menghasilkan jawaban yang benar dari pertanyaan penelitian.29
E. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembatasan dalam skripsi sini, maka terdapat susunan bab per bab
secara berkesinambungan. Sistematika penulisan ini bertujuan agar skripsi ini dapat dipahami
29
Emzir, 2008, Metodologi Penelitian Pendidikan, Kuantitatif dan Kualitatif, Jakarta: PT Raja Grafindo,
Persada, hal. 29
13
sebagai satu kesatuan yang terstruktur dengan baik dan benar. Oleh karena itu, sistematika
penulisan ini terbagi menjadi lima bab. Bab pertama yaitu pendahuluan yang meliputi latar
belakang masalah, pertanyaan penelitian, kerangka pemikiran yang didalamnya terdapat teori
Neoliberalisme, konsep kebijakan luar negeri, konsep kepentingan nasional, regionalisme, dan
integrasi. Selain itu, terdapat juga metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab dua adalah sejarah terbentuknya negara Kroasia yang meliputi dua pembahasan yaitu
mengenai sejarah terbentuknya negara Kroasia dan profil negara Kroasia. Oleh karena itu, dari
kedua bagian tersebut maka akan terlihat dengan jelas sejarah terbentuknya negara Kroasia yang
dulunya merupakan negara bagian dari Yugoslavia, namun pada 1991 Kroasia resmi menjadi
sebuah negara yang merdeka.
Bab tiga mengenai proses masuknya Kroasia menjadi anggota Uni Eropa. Dalam bab tiga
ini terdapat dua bagian utama yang meliputi sejarah terbentuknya Uni Eropa. Selain itu, pada
bagian selanjutnya yaitu proses masuknya Kroasia menjadi anggota Uni Eropa membahas
mengenai kronologis proses masuknya Kroasia yang diawali pada 2003 hingga resmi menjadi
anggota ke-28 Uni Eropa pada 2013.
Bab empat mengenai faktor-faktor yang melatarbelakangi bergabungnya Kroasia menjadi
anggota Uni Eropa. Bab empat ini memiliki dua bagian utama yaitu mengenai faktor internal dan
eksternal. Faktor internal terdiri dari public opinion, tawaran insentif ekonomi bagi Kroasia, dan
peningkatan stabilitas politik. Sedangkan, dalam faktor ekternal terdapat penjelasan mengenai
kebijakan perluasan Uni Eropa di wilayah Balkan yang menjadi daya tarik bagi negara-negara di
kawasan tersebut untuk bergabung ke dalam Uni Eropa, salah satunya adalah Kroasia. Selain itu,
adanya kepentingan Rusia di kawasan Balkan juga menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi.
14
Dengan adanya hal tersebut maka akan terlihat faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi
keanggotaan Kroasia dalam Uni Eropa.
Bab lima adalah analisa dan kesimpulan. Dalam bab terakhir ini, pada bagian analisa
memaparkan jawaban dari pertanyaan penelitian yang dianalisa dengan menggunakan kerangka
pemikiran yang ada. Selain itu, pada bagian kedua yaitu kesimpulan memaparkan menganai
pokok-pokok pemikiran dari permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini.
15
BAB II
SEJARAH TERBENTUKNYA NEGARA KROASIA
Bab ini akan menjelaskan secara kronologis sejarah terbentuknya negara Kroasia.
Pembahasan bab ini akan dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama akan membahas mengenai
sejarah terbentuknya negara Kroasia. Selanjutnya, bagian kedua berisi tentang profil negara
Kroasia. Dengan demikian, dari pembahasan tersebut akan terlihat jelas mengenai bagaimana
sejarah terbentuknya negara Kroasia.
A. Sejarah Terbentuknya Negara Kroasia
Sejak 1918, Kroasia telah menjadi bagian dari negara federal Yugoslavia. Di dalam
Yugoslavia terdapat enam negara republik yaitu Slovenia, Kroasia, Bosnia, Herzegovina, Serbia,
Montenegro dan Makedonia. Selain itu, terdapat dua daerah otonomi khusus yaitu Kosovo dan
Vojvodina. Yugoslavia beribukota di Beogard dan hingga 1941 Serbia memiliki peran yang
penting dalam pemerintahan Yugoslavia.30
Pada 17 April 1941, Jerman dan sekutunya yaitu Italia dan Hongaria, melakukan invasi
militer ke Yugoslavia. Dalam kurun waktu 11 hari, Bosnia terintegrasi ke dalam negara Kroasia
merdeka atau yang dikenal dengan Independent State of Croatia (Nezavisne Drzave
Hrvatske/NDH). NDH ini didirikan oleh Kolonel Slavko Kvaternik pada 10 April 1941.
Keputusan untuk mendirikan NDH ini atas persetujuan pemimpin kelompok nasional Kroasia
Ustasha yaitu Ante Pavelic. Alasan utama pengintegrasian Bosnia ke dalam Kroasia tersebut
30
V.P. Gagnon, 1995, Ethnic Nationalism and International Conflict: The Case of Serbia, International
Security Journal, Vol. 19 No. 3, hal. 141
16
dikarenakan anggapan Ustasha terhadap Bosnia yaitu “Bosnia as the heart of the Croat state”
dan muslim Bosnia dianggap sebagai “Flower of the Croat nation”.31
Perlu diketahui bahwa nama Ustasha berasal dari bahasa Kroasia yaitu Ustati yang berarti
bangkit melawan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kelompok nasionalis Ustasha
merupakan sekumpulan orang yang memiliki tekad untuk melawan penguasa atau pemerintahan
yang tidak sesuai dengan ideologi mereka, sehingga mereka melakukan perlawanan. Tujuan dari
perlawanan tersebut untuk merubah keadaan menjadi seperti keinginan mereka. Lebih lanjut,
gerakan kelompok Ustasha didirikan oleh Ante Pavelic selama masa pengasingannya di Italia
dan Hungaria. Didirikannya kelompok ini sebagai respon atas kediktatoran Raja Alexanders di
Yugoslavia pada 1929. Ideologi yang digunakan oleh kelompok Ustasha ialah fasisme, tujuannya
adalah untuk mencapai kemerdekaan Kroasia. Selain itu, kelompok ini juga menekankan
pentingnya kemurnian ras, sehingga mereka mendukung aksi genosida terhadap Serbia.32
Kelompok ini merupakan kelompok nasionalis terkuat di Yugoslavia yang melakukan
penyerangan terhadap Serbia.
Di bawah otoritas NDH, terjadi beberapa konflik antar kelompok yang terdiri dari
pasukan Jerman-Italia, Ustasha, Pasukan militer Serbia dan Pasukan militer Bosnia. Terjadinya
konflik internal tersebut dikarenakan adanya sebuah kebijakan NDH mengenai pembersihan
wilayah NDH dari penduduk Serbia dan Yahudi. Oleh karena itu, pada pertengahan 1941,
sepertiga dari delapan ratus ribu orang Serbia di Bosnia-Herzegovina tewas, dan sisanya
digabungkan menjadi kelompok agama Katolik. Adanya hal tersebut, dikarenakan NDH
31
Onder Cetin, 2010, 1941 Resolutions of El-Hidaje in Bosnia and Herzegovina as a Case of Traditional,
Conflict Transformation, European Journal of Economic and Political Studies, Vol. 3 No. 2, hal. 74
32
Irina Ognyanova, 2000, Nationalism and National Policy in Independent State of Croatia (1941-1945),
IWM Junior Visiting Fellows Conferences, Vol. VI No. 5, hal. 3
17
memiliki harapan ingin menjadi sebuah negara yang terdiri dari dua agama yaitu Islam dan
Katolik.33
Selain itu, pada 22 Juli 1941, wakil kepala negara NDH menyatakan bahwa kebijakan
NDH dalam menaklukkan penduduk Serbia dilakukan dengan cara sebagian penduduk Serbia
akan dibunuh. Lebih lanjut, sebagian lagi akan dipindahkan ke daerah lain dan sisanya akan
bergabung menjadi pemeluk agama Katolik. Dalam melakukan aksi pembersihan etnis, NDH
telah membunuh 500.000 orang Serbia, 46.000 Yahudi, dan 25.000 Gypsies.34
Menyikapi peristiwa tersebut, masyarakat Islam Bosnia yang dikenal dengan Ulama ElHidaje menerbitkan sebuah resolusi pada akhir 1941 yang menyatakan bahwa muslim Bosnia di
bawah otoritas NDH. Selain itu, pemimpin Muslim Bosnia menegaskan tiga hal utama selama
terjadinya perang yaitu: keamanan, kebebasan dalam memeluk agama masing-masing orang,
serta pemberian otonomi.35
Lebih lanjut, terjadinya konflik internal di Kroasia menyebabkan kondisi sosial, politik
dan ekonomi Yugoslavia menjadi tidak stabil. Hal ini membuktikan bahwa cukup sulitnya
menciptakan perdamaian selama peran kelompok nasionalis tidak dapat dikendalikan.36
Implikasi dari hal tersebut adalah munculnya pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok
berhaluan komunis yang dipimpin oleh Josip Broz Tito. Kelompok ini kemudian bekembang
menjadi sebuah kelompok nasionalis yang berhasil memaksa Jerman untuk meninggalkan
33
Op.cit. , Onder Cetin hal. 74-75
Lazo M. Kostich, 1981, The Holocaust in the “Independent State of Croatia”, published by Liberty,
Chicago, hal. 254
35
Op.cit., Onder Cetin, .hal. 75
36
Op.cit., Irina Ognyanova, hal. 2
34
18
Yugoslavia pada April 1945. Hal ini dilakukan agar konflik internal khususnya kekuasaan NDH
yang dibentuk oleh Jerman dapat dikendalikan, sehingga tercipta perdamaian di Yugoslavia.37
Setelah lepas dari penguasaan Jerman, pada November 1945, Yugoslavia mengadakan
pemilu untuk menentukan keangotaan Majelis Konstituen Yugoslavia. Hasilnya, partai Narodni
Front (NOF) yang dipimpin oleh Josip Broz Tito muncul sebagai pemenangnya. Dengan adanya
hal tersebut, maka pada 29 November 1945, Majelis Konstituen mendeklarasikan terbentuknya
Republik Rakyat Federal Yugoslavia.38
Pada tahun 1946, Majelis Konstituen Yugoslavia mengesahkan Undang-Undang dengan
konsep seperti Undang-Undang yang digunakan oleh Uni Soviet. Hal ini dikarenakan Yugoslavia
dan Uni Soviet memiliki dasar ideologi yang sama yaitu Komunisme. Melalui Undang-Undang
yang telah disusun maka terbentuklah 6 negara bagian yaitu Bosnia-Herzegovina, Kroasia,
Makedonia, Montenegro, Serbia, dan Slovenia.39 Berikut terdapat peta wilayah Yugoslavia
beserta enam negara bagiannya.
37
Aleksa Djilas, 1995, Tito's Last Secret: How Did He Keep the Yugoslavs Together?, Diakses dalam
http://www.foreignaffairs.com/articles/51216/aleksa-djilas/tito-s-last-secret-how-did-he-keep-the-yugoslavstogether pada tanggal 21 Desember 2014
38
David Anderson, 1995, The Colapse of Yugoslavia: Background and Summary, Forreign Affairs Defence
and Trade Group, Research paper No. 14 1995-96 hal. 4-5
39
Ibid. hal. 4-5
19
Gambar II.1 : Peta Wilayah Yugoslavia beserta Enam Negara Bagiannya40
Pada 1980-an, pemimpin Yugoslavia yaitu Josip Broz Tito wafat tanpa calon pemimpin
yang langsung menggantikannya. Hal inilah yang kemudian memicu terjadinya konflik internal
yang disebabkan oleh kepentingan masing-masing wilayah yang berbeda. Konflik internal yang
terjadi cukup lama ini berlangsung hingga tahun 1990. Lebih lanjut, pada April 1990 Yugoslavia
mengadakan pemilu. Tujuannya adalah untuk meminimalisir terjadinya konflik internal yang
terjadi. Selain itu, dengan adanya pemilu maka pemerintahan yang berkuasa diharapkan dapat
40
Center for European Studies, 2004, What Happen to Yugoslavia? The War, The Peace, and The Future,
at Chapel Hill.
20
menstabilkan kondisi sosial, politik dan ekonomi di masing-masing wilayah. Hasil dari pemilu
dimenangkan oleh partai nasionalis di bawah pimpinan Slobodan Milosevic.41
Pada 22 Januari 1990 pemerintah Kroasia memilik rencana untuk memisahkan diri dari
Yugoslavia. Hal ini mendapat penolakan dari pemerintah Yugoslavia. Namun demikian, tanpa
menghiraukan hal tersebut pada 19 Mei 1991, Kroasia mengadakan referendum untuk
mendirikan negara Kroasia merdeka, hasilnya adalah 93,24% penduduk Kroasia menyetujui
rencana tersebut. Dengan demikian, pada 25 Juni 1991 Kroasia memproklamirkan
kemerdekaannya secara sepihak. Kroasia kemudian memisahkan diri dari Yugoslavia yang
diikuti dengan pembuatan mata uang sendiri, pembentukan angkatan bersenjata serta penentuan
tapal batas wilayah negaranya. Akibatnya, terjadi konflik antara Kroasia dan pemerintah
Yugoslavia yang dipicu oleh tentara Serbia. Dalam hal ini, Serbia mempertahankan Kroasia
dengan cara mengontrol wilayah bagian Timur Kroasia. Sementara itu, PBB juga mengirimkan
pasukan perdamaiannya ke wilayah tersebut.42
Sama halnya dengan Kroasia, Bosnia juga berencana memisahkan diri dari Yugoslavia
sejak tahun 1990. Menyikapi hal tersebut Serbia kemudian mendirikan daerah otonomi di Bosnia
yang dipimpin Radovan Karadzic. Dalam kepemimpinannya di daerah otonom, Radovan sering
memperingatkan penduduk Bosnia untuk menghentikan niatnya dalam upaya memisahkan diri
dari Yugoslavia. Namun demikian, Bosnia tetap mengusahakan kedaulatannya sehingga pada 6
April 1992, Uni Eropa mengakui kemerdekaan Bosnia. Menyikapi hal ini, maka tentara Serbia
melakukan penyerangan ke Bosnia, hal yang sama dilakukan seperti di Kroasia yaitu tentara
41
Janine S. Hiller, dan Snjezana Puselj Drezga, 1996, Progress And Challenges Of Privatization: The
Croatian Experience dalam Jurnal U. Pa. J. Int'l Econ. L.Vol.17:1, hal. 387
42
Ibid. hal. 388
21
Serbia mulai melakukan pembersihan etnis untuk penduduk non-Serbia.43 Implikasi dari
penyerangan tersebut adalah tewasnya 22.000 orang yang terdiri dari 15.000 penduduk Kroasia
dan 7.000 penduduk Serbia.44
Penyerangan yang dilakukan oleh tentara Yugoslavia dan Serbia terhadap Kroasia terjadi
hingga 1992 yang kemudian dimenangkan oleh Kroasia.45 Dengan adanya hal tersebut maka
Kroasia sejak 1991 resmi menjadi sebuah negara yang merdeka. Namun demikian, Serbia dan
Yugoslavia tetap tidak menerima keputusan tersebut. Yugoslavia di bawah kepemimpinan
Milosevic berusaha melemahkan kondisi politik, sosial dan ekonomi Kroasia dengan melakukan
penyerangan hingga tahun 1994. Pada Agustus 1995, pasukan Kroasia berhasil merebut kembali
wilayah Krajina sekitar Bihac dalam waktu empat hari. Selain itu, pimpinan Kroasia Franjo
Tudjman mengungkapkan bahwa Kroasia akan menguasai kembali daerah Slavona Timur yang
telah dikuasai oleh tentara Serbia.46
Dalam hal ini, kemenangan Kroasia melawan serangan Yugoslavia dan Serbia karena
adanya dukungan Uni Eropa dan Amerika Serikat. Selain itu, runtuhnya Uni Soviet menjadikan
Amerika dan sekutunya memiliki wewenang atas perpolitikan internasional. Langkah awal yang
dilakukan adalah dengan menyebarkan nilai-nilai HAM (Hak Asasi Manusia) dan demokrasi.
Hal inilah yang digunakan oleh Eropa Timur, khususnya Hungaria memberikan kontribusi untuk
pertahanan dan pengakuan Kroasia.47
43
Joe Sacco, 2000,Zona Aman Gorazde, Perang di Bosnia Timur 1992-1995, PT Mizan Pustaka, Bandung,
hal. 38-41
44
Antonija Petricusic, 2008, Nation-Building in Croatia and the Treatment of Minorities: Rights and
Wrongs, Journal of L’Europe en formation, hal. 137
45
Ivo Banac, 2011, Independent Croatia: History, Issues and Policy, International Relations Quaterly,
Delkelet Europa – Shouth –East Europe, Vol. 2 No.1
46
Op.cit., Janine S. Hiller dan Snjezana Puselj Drezga, hal. 389
47
Opcit, Ivo Banac, hal.5-6
22
B. Profil Negara Kroasia
Pada Juni 1991, Kroasia resmi menjadi negara merdeka. Kroasia merupakan negara
kesatuan Republik dalam sistem parlementer. Luas wilayah yang dimiliki adalah 56.594 km
persegi, dan luas wilayah laut 575 km persegi. Bahasa nasional yang digunakan adalah bahasa
Kroasia. Lebih lanjut, mayoritas penduduk Kroasia memeluk agama Katolik yaitu sebanyak
81,3%, sedangkan 4,4% beragama ortodoks, 1,5% beragama Islam dan 7,8% beragama lainnya.
Secara pengelompokan etnis, maka etnis Kroasia terdiri dari 90,4%, Serbia 4,4%, dan etnis
lainnya sekitar 4,4% termasuk Bosnia, Hungaria, Ceko dan Albania. Selain itu, Kroasia juga
memiliki situs kebudayaan yang telah diakui oleh UNESCO (The United Nations Educational,
Scientific and Cultural Organization) yaitu Taman Nasional Plitvice dan Kota Dubrovnik.48
Sistem pemerintahan yang digunakan oleh Kroasia adalah sistem Parlementer sejak tahun
1990. Jumlah anggota parlemen Kroasia adalah 100 hingga 160 orang yang dipilih secara
langsung untuk masa jabatan empat tahun. Pembentukan struktur internal parlemen telah di atur
dalam tata tertib yang disahkan oleh kepala negara.Parlemen memiliki peran sangat penting
dalam menjalankan perpolitikan di Kroasia.49
Tugas parlemen adalah memutuskan pemberlakuan amandemen dan konstitusi,
memberlakukan hukum dan APBN, mengambil keputusan untuk menyatakan perang atau damai,
membuat strategi pertahanan dan keamanan nasional, melakukan pengawasan terhadap sipil dan
angkatan bersenjata, memutuskan perubahan tapal batas negara, dan mengangkat serta
memberhentikan pejabat negara. Selain itu, parlemen juga dapat memberikan amnesti dalam
kasus tindak pidana. Lebih lanjut, Ombudsman diberi wewenang oleh parlemen Kroasia untuk
48
http://www.kemlu.go.id/zagreb/Books/Facts%20Figure-Croatia-3_01.jpg diakses pada 18 Januari 2015
49
http://www.sabor.hr/Default.aspx?sec=713 diakses: 19 Januari 2015
23
melindungi hak-hak konstitusional dan hukum warga negara serta lembaga-lembaga.
Ombudsman dipilih oleh parlemen Kroasia untuk jangka waktu delapan tahun.50
Sumber perekonomian negara Kroasia ditentukan oleh sumber daya alam, tekhnologi dan
perindustrian seperti kapal, konstruksi, petrokimia, dan industri makanan. Selain itu, sumber
ekonomi lainnya berasal dari bidang pariwisata dengan sekitar 10 juta tamu asing yang
berkunjung ke Kroasia setiap tahunnya. Namun demikian, permasalahan yang dihadapi oleh
Kroasia sama seperti negara lainnya yaitu tingginya tingkat pengangguran. Dalam perdagangan
internasional, Kroasia memiliki mitra dagang seperti Italia, Jerman, Slovenia, Austria, Bosnia,
Herzegovina, dan Serbia.51
Produk utama Kroasia adalah pertanian dan peternakan yaitu gandum, jagung, gula,
bunga matahari, kentang, kubis, bawang, tomat, lada, apel, jeruk, zaitun, anggur. Sedangkan
untuk peternakan terdiri dari sapi dan babi yang hasil perahan susunya juga dapat dikonsumsi.
Selain itu, Kroasia juga memproduksi bahan kimia danplastik, peralatan mesin, logam,
elektronik, produk baja, aluminium, kertas, produk kayu, bahan bangunan, tekstil, dan minyak
bumi.52
Dalam bidang militer angkatan bersenjata Kroasia terdiri dari Angkatan Darat (Hrvatska
Kopnena Vojska, HKoV), Angkatan Laut dan pasukan penjaga pantai (Hrvatska Ratna
Mornarica, HRM), Angkatan Udaradan Komando Pertahanan Udara (Hrvatsko Ratno
Zrakoplovstvosaya Protiv Zracna Odbrana), serta Pendidikan dan Komando Pelatihan serta
Komando Logistik.53
50
Ibid.
Ivana Crljenko, dkk., 2013, Croatia land and people, The Miroslav Krleža Institute OF LEXICOGRA
PHYA CIP catalogue record for this book is available in the Online Catalogue ofthe National and University Library
in Zagreb, hal. 89
52
https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/hr.html diakses 23 Januari 2015
53
Ibid.
51
24
BAB III
PROSES MASUKNYA KROASIA MENJADI ANGGOTA UNI EROPA
Bab III ini akan menjelasakan mengenai proses masuknya Kroasia menjadi anggota Uni
Eropa yang terdiri dari dua pembahasan utama. Bagian pertama akan menjelaskan mengenai
sejarah pembentukan Uni Eropa. Selain itu, dalam bagian kedua akan dijelaskan secara
kronologis proses masuknya Kroasia menjadi anggota Uni Eropa yang dimulai dari tahun 2001
hingga 2013. Dengan demikian, dari kedua pembahasan tersebut dapat menjelaskan mengenai
proses masuknya Kroasia menjadi anggota Uni Eropa pada tahun 2013.
A. Sejarah Terbentuknya Uni Eropa
Berakhirnya perang Dunia II memunculkan perubahan hubungan antarnegara dalam
politik internasional. Salah satu perubahannya adalah munculnya organisasi-organisasi
internasional yang bergerak di bidang ekonomi, politik maupun sosial. Selain itu, terdapat pula
organisasi regional seperti Uni Eropa, NAFTA (The North American Free Trade Area), dan
ASEAN (Association of Shoutheast Asian Nations) . Adanya kerjasama yang dibangun
antarnegara ini secara umum dapat memberi implikasi positif terhadap perkembangan masingmasing negara anggota. Salah satu contoh organisasi regional yang akan dibahas adalah
organisasi Uni Eropa. Dalam hal ini, Uni Eropa merupakan sebuah organisasi internasional di
bidang ekonomi dan politik.
Uni Eropa adalah sebuah organisasi internasional yang bergerak di bidang politik dan
ekonomi, terdiri dari 28 anggota negara yang terletak di sekitar benua Eropa. Sebagai sebuah
organisasi Uni Eropa di dasarkan kepada sebuah aturan dan hukum yang mengikat. Dalam
sejarahnya, pasca Perang Dunia II Jean Monnet selaku Penasihat Ekonomi pemerintah negara
25
Perancis, membuat sebuah rencana untuk mengendalikan hasil sumber daya batu bara dan baja
milik perancis dan Jerman. Hal ini dilakukan untuk menghindari efek lebih lanjut dari Perang
Dunia II. Kedua negara kemudian berencana untuk membentuk European Coal and Steel
Community (ECSC). Dikarenakan rencana ECSC ini dianggap belum jelas oleh sebagain negara
maka Inggris tidak ikut berpasrtisipasi dalam ECSC.54
Meskipun demikian, Menteri Luar Negeri Perancis, Robert Schuman mendukung
pembentukan ECSC ini yang kemudian dikenal dengan Schuman Plan pada 9 Mei 1950. Hal ini
tidak berpengaruh bagi Inggris, karena Perdana Menteri Inggris Harold Macmillan mengatakan
bahwa Schuman Plan merupakan gagasan yang belum jelas atau disebut sebagai “a plan to have
a plan”. Berbeda dengan Inggris, enam negara lainnya seperti Belgia, Perancis, Italia,
Luksemburg, Belanda dan Jerman menandatangani perjanjian Paris pada 18 April 1951. Perlu
diketahui bahwa perjanjian Paris ini merupakan awal diresmikannya pembentukan ECSC yang
berlaku pada 23 Juli 1952. Jean Monnet terpilih menjadi pimpinan ECSC.55
Perjanjian Paris ini berisikan penghapusan berbagai hambatan perdagangan antarnegara
anggota dan menciptakan suatu pasar bersama sehingga produk, pekerja, dan modal dari sektor
batu bara dan baja dari negara-negara anggota dapat bergerak dengan bebas tanpa adanya
hambatan.56 Dalam perkembangannya, ECSC berhasil mengembangkan kerjasama ekonomi
antarnegara anggota termasuk kerjasama di bidang energi dan transportasi. Pada dasarnya, tujuan
54
James Maxine dan Matthew Purvis, 2014, The European Union, House of Lords Library Notes, London,
LLN 2014/015, hal. 1-2
55
Ibid. hal.2
http://europa.eu/legislation_summaries/institutional_affairs/treaties/treaties_ecsc_en.htm
pada 14 Januari 2015
56
diakses
26
utama didirikannya ECSC ini adalah untuk menghindari munculnya Jerman sebagai ancaman
terhadap perdamaian di kawasan tersebut.57
Dalam perkembangannya ECSC menjadi sebuah organisasi regional yang sukses sehingga
membuat negara anggota optimis untuk membentuk sebuah organisasi regional di benua Eropa.
Hal ini dibuktikan dengan didirikannya European Defense Community (EDC). Keenam negara
anggota ECSC menandatangani EDC pada 1952. Namun demikian, gagasan ini gagal untuk
diwujudkan karena Majelis Nasional Perancis atau yang dikenal dengan French National
Assembly tidak menyetujui pembentukan EDC. Implikasi dari kegagalan tersebut maka keenam
negara anggota berupaya untuk menciptakan gagasan baru yang berhubungan dengan
pembangunan ekonomi serta penggunaan energy nuklir untuk kemajuan kawasan Eropa. Oleh
karena itu, dibentuklah European Economic Community (EEC) dan European Atomic Energy
Community (EURATOM).58
Pada 1-2 Juni 1955, pertemuan anggota ECSC dilakukan Messina, Italia. Pertemuan ini
dihadiri oleh enam menteri luar negeri masing-masing negara anggota yaitu Belgia, Perancis,
Luksemburg, Belanda dan Jerman. Dalam pertemuan ini menghasilkan keputusan untuk
memperluas kerjasama ke seluruh bidang ekonomi.59 Sesuai dengan tujuan ECSC yang ingin
mengembangkan kerjasama antarnegara anggota ke seluruh bidang ekonomi maka pada 25
Maret 1957 di Roma, yang dihadiri oleh seluruh negara anggota dibentuklah EURATOM.
Tujuan dibentuknya EURATOM adalah kesadaran akan pentingnya tenaga nuklir sebagai
kekuatan di masa depan. Melalui EURATOM berfungsi untuk memenuhi kebutuhan serta
57
Opcit., Nuraeni S., dkk., hal. 139
Utz P. Toepke, 1981, The European Economic Community -- A Profile,Northwestern Journal of
International Law & Business Volume 3 Issue 2, hal. 641-642
59
http://europa.eu/about-eu/eu-history/1945-1959/1955/index_en.htm diakses pada 15 Januari 2015
58
27
mengontrol pasokan semua bahan dan lisensi produksi serta desain reaktor yang dikembangkan
oleh Joint Nuclear Research Center (JNRC).60
Lebih lanjut di tahun yang sama yaitu 1957, negara anggota ECSC juga membentuk EEC
yang didasarkan atas perjanjian Roma. Tujuan utama didirikannya EEC ini adalah memperluas
prinsip ECSC melalui dua hal yaitu, pertama: Tercapainya suatu custom unions yang ditandai
dengan penghapusan custom duties, import quotas, dan berbagai hambatan perdagangan lainnya
di antara negara anggota. Kedua, harmonisasi kebijakan nasional mengenai barang, jasa, pekerja,
dan modal.Selain itu, EEC juga berharap dapat meningkatkan integrasi Eropa, sesuai dengan
penjelasan pada isi perjanjian Roma yaitu “an ever closer union between the peoples of
Europe”.61 Kedua perjanjian yaitu EURATOM dan EEC ini mulai berlaku pada 1 Januari 1958.
Setelah melakukan beberapa pertemuan, maka ditetapkan pada 8 April 1965 ECSC,
EURATOM dan EEC digabung menjadi European Community atau yang dikenal dengan
Masyarakat Eropa. Adanya hal ini berdasarkan pada perjanjian Brussel. Tiga pilar utama yang
disepakati oleh negara anggota yaitu: pertama, sejak 1 Juli 1967 ketiga organisasi tersebut yaitu
ECSC, EURATOM dan EEC digabung menjadi satu organisasi di bawah satu komisi untuk
memudahkan manajemen kebijakan bersama. Kedua, pembentukan Dewan Menteri Uni Eropa
yang akan menggantikan Special Council of Ministers di ketiga organisasi sebelumnya dan
melakukan pergantian masa jabatan selama enam bulan sekali. Selanjutnya yang ketiga,
membentuk Badan Audit European Community untuk menggantikan Badan Audit ECSC,
EURATOM dan EEC.62
60
Mervyn O’ Driscoll, 2002, The European Parliament and the Euratom Treaty:past, present and future,
Energy and Research Series, European Parliament L-2929 Luxembourg, hal. vii
61
Wil James, 2011, History of the European Union, dalam http://www.civitas.org.uk/eufacts/OS/OS3.htm
diakses pada 23 Maret 2015
62
Op.cit., Utz P. Toepke, hal. 642
28
Dalam perkembangannya, pada 1 Januari 1973, Denmark, Irlandia dan Inggris
menandatangani kesepakatan untuk bergabung dalam European Community. Dengan demikian,
total jumlah negara anggota adalah Sembilan negara. Organisasi European Community memberi
kesempatan kepada negara-negara yang berada di benua Eropa untuk bergabung dengan
beberapa syarat utama yaitu menjunjung tinggi prinsip-prinsip demokrasi. Syarat lainnya adalah
menghormati nilai-nilai hak asasi manusia dan mematuhi seluruh ketentuan-ketentuan dan
peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasi European Community. Hal ini tercantum dalam
Joint Declaration of Fundamental Rights yang disepakati oleh seluruh negara anggota pada 15
April 1977.63
Pada 1 Januari 1981, Yunani bergabung menjadi anggota baru dalam European
Community. Selanjutnya, pada tanggal 14 Juni 1985, Belanda, Belgia, Jerman, Luksemburg dan
Perancis menandatangani Schengen Agreement, dimana mereka sepakat untuk secara bertahap
menghapuskan pemeriksaan di perbatasan mereka dan menjamin pergerakan bebas manusia,
baik warga mereka maupun warga negara lain. Perjanjian ini kemudian diperluas dengan
memasukkan Itali (1990), Portugal dan Spanyol (1991), Yunani (1992), Austria (1995),
Denmark, Finlandia, Norwegia dan Swedia (1996).64 Selanjutnya pada 1 Januari 1986, Spanyol
dan Portugal resmi menjadi anggota European Community.
Berdasarkan White Paper yang disusun oleh Komisi Eropa dibawah kepemimpinan
Jacques Delors pada tahun 1984, Masyarakat Eropa mencanangkan pembentukan sebuah Pasar
Tunggal Eropa. Single European Act, yang ditandatangani pada bulan Pebruari 1986, dan mulai
berlaku mulai tanggal 1 Juli 1987, terutama ditujukan sebagai suplemen EEC Treaty. Tujuan
utama Single Act adalah pencapaian pasar internal yang ditargetkan untuk dicapai sebelum 31
63
Ibid, hal. 643
http://www.indonesianmission-eu.org/website/page943418664200310095958555.asp.
Januari 2015
64
diakses
17
29
Desember 1992. Treaty on European Union (TEU) yang ditandatangani di Maastricht pada
tanggal 7 Februari 1992 dan mulai berlaku tanggal 1 November 1993, mengubah European
Communities (EC) menjadi European Union (EU). TEU mencakup, memasukkan dan
memodifikasi traktat-traktat terdahulu (ECSC, Euratom dan EEC). Jika Treaties establishing
European Community (TEC) memiliki karakter integrasi dan kerjasama ekonomi yang sangat
kuat, maka TEU menambahkan karakter lain yaitu kerjasama dibidang Common Foreign and
Security Policy (CFSP) dan Justice and Home Affairs (JHA).65
Melalui uraian di atas, setelah adanya penambahan anggota baru yang totalnya adalah 12
anggota maka pada 7 Februari 1992 disepakatilah perubahan dari European Community menjadi
European Union (Uni Eropa). Kesepakatan ini ditandatangani di Maastricht dan berlaku pada 1
November 1993. Hasil utama dari pertemuan tersebut adalah peningkatan keamanan bersama
serta kerjasama di bidang hukum. Selain itu, negara anggota juga sepakat untuk memberikan
wewenang yang lebih besar terhadap Parlemen Eropa untuk memutuskan ketentuan-ketentuan
melalui mekanisme co-decision procedure.66 Dengan demikian, organisasi regional Uni Eropa
secara resmi terbentuk pada 1992 dan hingga saat ini masih banyak negara yang tertarik untuk
bergabung menjadi anggotanya. Untuk lebih jelasnya berikut peta kawasan Uni Eropa.
65
Ibid.
Co-decision procedure yaitu Parlemen dan Dewan Uni Eropa bersama-sama memutuskan suatu
ketetapan hukum. Selain itu ketetapan lainnya adalah hak kebebasan bagi pekerja, pasar tunggal, pendidikan,
penelitian, lingkungan, Trans European Network, budaya dan perlindungan konsumen. Sumber:
http://europa.eu/about-eu/eu-history/1990-1999/index_en.htm diakses pada 23 Januari 2015.
66
30
Gambar III.1. Peta Kawasan Uni Eropa67
Bertitik tolak dari uraian di atas, setiap organisasi memiliki struktur yang berfungsi untuk
pembagian tugas dan tanggung jawab sehingga akan mudah mencapai kepentingan bersama.
67
Ibid.
31
Gambar III.2. Skema Ordinary Legislative Procedure
32
Dari gambar di atas terlihat bahwa prosedur pembentukan hukum di awali oleh Komisi
Eropa yang mengajukan proposal untuk meminta pendapat dari parlemen nasional yang terdiri
dari pemerintah, pengusaha, organisasi sipil masyarakat dan individu. Selain itu, Komisi Eropa
juga meminta pendapat kepadan Komite Ekonomi dan Sosial Eropa dan Komite Regional.
Pendapat – pendapat tersebut kemudian dikumpulkan dan disampaikan kepada Parlemen dan
Dewan Eropa. Setelah itu, Parlemen dan Dewan Eropa mulai membaca dan mendiskusikan
proposal tersebut. Apabila proposal memenuhi persyaratan dan mendapat kesepakatan dari
seluruh pihak maka proposal tersebut dapat diadopsi. Namun demikian, apabila tidak tercapai
kesepakatan di antara kedua pihak maka akan dilakukan siding kosiliasi, sehingga terdapat
kesepakatan bahwa proposal tersebut akan dilanjutkan ke tahap selanjutnya. Pada tahap terkahir
ini, jika Parlemen dan Dewan Eropa setuju maka proposal akan di adopsi jika tidak maka
proposal batal untuk diadopsi.68
B. Proses Masuknya Kroasia Menjadi Anggota Uni Eropa
B.1. Tahun 2000-2004 : Kroasia Mengadopsi Copenhagen Criteria dan Acquis
Communautaire
Secara umum, proses masuknya Kroasia ke dalam Uni Eropa dilakukan dengan
mematuhi semua peraturan yang telah ditetapkan oleh Uni Eropa, memiliki persetujuan dari
lembaga Uni Eropa dan negara-negara anggota Uni Eropa, serta memiliki persetujuan dari warga
negara mereka.69 Dalam sejarahnya Kroasia mulai tertarik untuk menjadi anggota Uni Eropa
yaitu pada 24 November 2000, Kroasia dan Uni Eropa membentuk rancangan Stabilization and
Association Agreement (SAA) untuk Balkan Barat. Dengan adanya kesepakatan tersebut
68
69
Ibid.
http://ec.europa.eu/enlargement/policy/conditions-membership/index_en.htm diakses pada 1 April
2015
33
diharapkan dapat membangun pertumbuhan ekonomi dan politik di wilayah Balkan Barat.
Kesepakatan SAA ini dilakukan dengan bantuan yang diberikan oleh Uni Eropa terhadap
Kroasia. Dengan demikian, untuk pertama kalinya Uni Eropa memberikan bantuan keuangan
kepada Kroasia sebesar 4.65 Billion Euro pada tahun 2000-2006.70
Bertitik tolak dari uraian di atas, pada Februari 2003, Kroasia mengajukan permohonan
untuk menjadi anggota Uni Eropa. Sikap Kroasia ini kemudian memunculkan banyak spekulasi
yang berasal dari masyarakat Kroasia dan Uni Eropa mengenai apakah Kroasia bisa menjadi
anggota Uni Eropa?.71 Upaya Kroasia untuk menjadi anggota Uni Eropa kemudian membuahkan
hasil pada April 2004 yaitu ketika Komisi Eropa menerima permintaan pengajuan keangggotaan
Kroasia. Lebih lanjut, dua bulan kemudian pada Juni 2004 Uni Eropa memberikan status
kandidat kepada Kroasia.72 Dengan adanya hal tersebut maka Kroasia harus menyetujui
Copenhagen Criteria.
Seluruh negara kandidat harus memenuhi kriteria penting dalam proses aksesi yang
tercantum dalam Copenhagen Criteria yang dibentuk pada Juni 1993. Dalam hal ini, isi dari
Copenhagen Criteria adalah negara kandidat harus memiliki:73 pertama, stabilitas lembaga yang
menjamin demokrasi, supremasi hukum, hak asasi manusia, dan menghormati perlindungan bagi
kaum minoritas. Kedua, keberadaan ekonomi pasar yang berfungsi dan kemampuan untuk
menghadapi tekanan kompetitif atas kekuatan pasar di Uni Eropa. Ketiga, negara kandidat harus
70
Thibault Boutherin, 2013, Croatia‟s accession to the European Union: thoughts on Europe at a crossroad,
European issues,Fondation Robert Schuman/European Issues, hal. 2
71
Katarina Ott, 2006, Croatian Accession To The European Union, Institutional Challenges of
participation, Institute of Public Finance, Zagreb, Vol. 4 hal. 5
72
Hrvoje Butkovic dan Visnja Samardzija, 2014, Challenges of Continued EU Enlargement to the Western
Balkand-Croatia‟s Experience, Institute for Development and International Relations (IRMO), Vol. 14 No. 4, hal.
96
73
Paulina Rezler, 2011, The Copenhagen Criteria, Are They Helping or Hurting the European Union?,
Touro International Law Review, Vol.14 No.2, hal. 392
34
memiliki dan mematuhi kewajiban keanggotaan termasuk patuh dengan tujuan politik, ekonomi
dan moneter Uni Eropa.
Copenhagen Criteria yang telah ditetapkan oleh Dewan Eropa dirancang untuk
meminimalisir resiko bagi anggota baru yang dapat menyebabkan ketidakstabilan politik dan
ekonomi sehingga memberatkan Uni Eropa. Selain itu, Copenhagen Criteria ini juga bertujuan
untuk memastikan bahwa negara-negara yang akan bergabung telah siap untuk mengikuti
seluruh aturan Uni Eropa tanpa terkecuali. Kedua tujuan inilah yang memiliki peran penting
dalam proses perluasan organisasi regional Uni Eropa.74
Dengan menyetujui Copenhagen Criteria ini maka secara otomatis Kroasia harus
melakukan banyak peningkatan terhadap kondisi internal negaranya dalam upaya menjaga
stabilitas politik negaranya. Upaya yang dilakukan Kroasia adalah adanya lembaga hukum yang
dapat menjamin nilai-nilai demokrasi, HAM dan hak minoritas. Selain itu, Kroasia juga
berkomitmen untuk berpartisipasi dalam upaya memerangi korupsi di negaranya. Hal ini
dilakukan dengan cara membentuk kerangka hukum dan lembaga yang dapat menangani kasuskasus korupsi.75
Secara keseluruhan kasus korupsi yang terjadi di Kroasia ini biasanya meliputi sektor
peradilan, kesehatan, lembaga pendidikan dan pelayanan administrasi publik. Sebuah survei
dilakukan di Kroasia pada tahun 2008, yang megungkapkan bahwa 51,6% responden meyatakan
telah diminta membayar suap oleh pejabat negara atas pelayanan yang telah diberikan
pemerintah. Selain itu, 21,8% memberikan uang suap kepada dokter dan perawat. Sisa responden
74
Heather Grabbe, 2002, European Union Conditionally and the Acquis Communautaire, International
Political Science Review, Vol. 23 No. 3 hal. 251
75
Angélique Hardy, 2010, Fighting Corruption in Croatia with the Prospect of European Union
Membership: Conditionality and Soft Aquis Communautaire - Lessons Learned from the Previous Enlargements to
Slovenia, Bulgaria and Romania, Hertie School of Governance - Working Papers, No. 52 hal. 47
35
mengatakan tidak mengetahui masalah korupsi di Kroasia.76 Sebagai upaya dalam peningkatan
pencegahan anti korupsi di Kroasia maka pada 2000-2001 dibentuklah Office for Suppression of
Organized Crime and Corruption. Di dalam lembaga ini terdapat jaksa, polisi dan departemen
pemberantasan tindak pidana pencucian uang.77 Dengan adanya hal tersebut diharapkan dapat
meminimalisir terjadinya korupsi di Kroasia.
Dalam bidang ekonomi yang terdapat dalam Copenhagen Criteria, Kroasia juga
melakukan reformasi ekonomi dalam upaya meningkatkan perekonomian negaranya. Hal ini
ditandai dengan meningkatnya GDP Kroasia dan adanya semakin banyaknya investor yang
melakukan investasi di Kroasia. Dengan membaiknya kondisi ekonomi maka akan berdampak
pada stabilitas politik dalam negeri.78
Selain menyetujui Copenhagen Criteria Kroasia juga mulai mengadopsi Acquis
Communautaire. Pengertian Acquis Communautaire adalah konsep yang sangat penting dalam
organisasi Uni Eropa yang mencakup semua perjanjian, undang-undang, perjanjian internasional,
keputusan pengadilan, ketentuan hak-hak dasar dan prinsip-prinsip dalam perjanjian seperti
kesetaraan dan non-diskriminasi. Dengan kata lain Acquis Communautaire ini dapat dikatakan
sebagai hukum Uni Eropa. Pada awalnya, acquis communautaire setidaknya digunakan pada
empat konteks yaitu the enlargement of the Community (the „accession‟ acquis), the development
of the European construct (the „institutional‟ acquis), association with third countries
(the„Lomé‟ acquis), and the Agreement on the European Economic Area (the „EEA‟ acquis).79
76
Ibid. 46
Laura Stefan, dkk., 2012, Conflicts of Interest and Incompatibilities in Eastern Europe, Romania,
Moldova, Croatia, publication from www.expertforum.ro. Hal. 55
78
Op.cit, Katarina Ott, hal. 8
79
Stephen J. Silvia dan Aaron Beers Samp, 2003, Acquis Communautaire and European Exeptionalism: A
Genealogy, European Union Studies Center , ACES Working Paper Series Paul H. Nitze School of Advanced
International Studies 1717 Massachusetts Ave NW, hal. 18
77
36
Acquis Communautaire mencakup semua perjanjian, semua peraturan perundangundangan yang berlaku saat ini, semua putusan Pengadilan Uni Eropa, semua jenis kesepakatan
atau keputusan dari kebijakan keamanan, kebijakan dalam dan luar negeri. Acquis
Communautaire diterjemahkan ke dalam bahasa resmi Uni Eropa. Konsep Acquis
Commaunautaire ini menjadi hal penting dalam hukum Uni Eropa dan juga semua prinsipprinsip lain yang dikembangkan oleh Mahkamah Uni Eropa. Dengan demikian, negara-negara
anggota terikat untuk menerima keputusan dari Pengadilan Uni Eropa. Adopsi dan pelaksanaan
Acquis Communautaire merupakan dasar dari negosiasi aksesi. Prinsip ini termasuk dalam
Perjanjian Lisbon. Negara-negara kandidat diwajibkan untuk beradaptasi secara infrastruktur,
administratif dan kelembagaan mereka serta membuat perundang-undangan nasional mereka
sesuai dengan undang-undang yang telah ditentukan oleh Uni Eropa.80
Acquis Communautaire telah diterjemahkan ke dalam 22 bahasa resmi Uni Eropa yaitu
Bulgaria, Ceko, Denmark, Belanda, Inggris, Estonia, Jerman, Yunani, Finlandia, Prancis,
Hungaria, Italia, Latvia, Lithuania, Malta, Polish, Portugis, Rumania, Slovak, Slovenia, Spanyol,
dan Swedia. Pada umumnya, seluruh negara anggota dan negara kandidat harus mematuhi
Acquis Communautaire. Lebih lanjut, untuk menjadi anggota Uni Eropa maka setiap negara
kandidat harus menerima Acquis Communautaire secara utuh. Hal ini sesuai dengan artikel 2
Acquis mengenai keangggotaan Uni Eropa yaitu: “From the date of accession, the provisions of
the original treaties and the acts adopted by the institutions of the communities shall be binding
on the new member states and shall apply in those states under the conditions laid down in those
80
Ibid. hal. 20-21
37
treaties and this act”. 81 Dengan demikian, ketentuan perjanjian asli dan tindakan yang diadopsi
oleh lembaga-lembaga komunitas harus mengikat negara-negara anggota baru dan akan berlaku
untuk negara-negara tersebut di bawah kondisi yang ditetapkan dalam perjanjian-perjanjian dan
tindakan ini.
Secara garis besar Acquis Communautaire yang diadopsi Kroasia adalah:82 a) Group 1:
Provisions of the original treaties, Art.2, b) Group 2: Acts adopted by the institutions, Art.2 (This
comprises regulation, directives, decisions and recommendations, c) Group 3: Decision and
agreements adopted by the representatives of the governments of the council, Art 4(3), d) Group
5: Declarations or resolutions…concerning the communities or the Union adopted by common
agreement of the member states , Art 4(3), e) Group 6: Conventions and instruments in the field
of justice and home affairs which are inseparable from the attainment of the objectives of the EU
treaty, Art.3, f) Group 7: Conventions provided for in article (293) of the EC treaty, Art. 4(2), g)
Group 8: Conventions…that are inseparable from the attainment of the objectives of the EC
treaty, Art. 4(2). h) Group 9: Agreements concluded by the present member states related to the
functioning of the union, Art. 4(1), i) Group 10: Agreements concluded by the present member
state….connected with the activities of the union, Art. 4(1), j) Group 11: Agreements and
conventions concluded by any of the communities, with one or more third states, with an
international organization, or with a national of a third state, Art 5(1), k) Group 12: Agreements
and conventions concluded by the present member states and any of the communities , acting
jointly, Art. 5(2), l) Group 13: Agreements concluded by the present member states which are
related to agreements and conventions concluded by the present member states and any of the
81
Vaughne Miller, 2011, The EU‟s Acquis Communautaire, International Affairs and Defence Section,
House of Commons Library, SN/IA/5944, hal. 2-3
82
Christen Boye Jacobsen, 2002, Implementing the Acquis Communautaire the fight over 80.000 pages,
RGSL (Riga Graduate Schooln of Law) working paper, hal. 6-7
38
communities, acting jointly, Art. 5(2), m) Group 14: Internal agreements concluded by the
present member states for the purpose of implementing agreements, n) Group 15: Positions in
relation ti international organizations and those international agreements to which one of the
communities or to which other member states are also parties, Art. 5(4).
Melalui uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Copenhagen Criteria dan Acquis
Communautaire digunakan sebagai alat untuk mengukur kesediaan Kroasia sebagai negara
kandidat untuk menghormati dan melaksanakan perjanjian dan protocol Uni Eropa. Dengan
demikian, aturan-aturan yang terdapat dalam keduanya tidak dapat ditawar karena sifatnya yang
tegas dan mengikat. Lebih lanjut, aturan-aturan di dalam Acquis Communautaire terbagi menjadi
35 bidang dengan kebijakan yang berbeda seperti transportasi, energi, lingkungan dll. Dengan
demikian, adanya persetujuan Kroasia untuk mengadopsi Copenhagen Criteria dan Acquis
Communautaire maka Uni Eropa mulai melakukan monitor khusus terhadap Kroasia.83
B.2. Tahun 2004-2008 : Penundaan Aksesi Kroasia ke dalam Uni Eropa
Pada akhir 2004, proses aksesi Kroasia mengalami kendala dalam permasalahan Hak
Asasi Manusia (HAM) dengan ICTY (International Criminal Tribunal for the former
Yugoslavia). Hal ini disebabkan karena Kroasia melindungi para pelaku kejahatan terhadap
kemanusiaan.Tersangka utamanya yang harus diserahkan Kroasia ke ICTY adalah Jenderal Ante
Gotovina yang dilindungi oleh masyarakat Kroasia karena dianggap sebagai pahlawan dalam
konflik di Balkan pada 1990-an. Alasan inilah yang menyebabkan Kroasia enggan untuk
menyerahkan Jenderal Ante ke ICTY.84 Dengan adanya permasalahan ini maka Kroasia
83
Op.cit., http://ec.europa.eu/enlargement/policy/conditions-membership/index_en.htm diakses pada 1
April 2015
84
Op.cit., Hrvoje Butkovic dan Visnja Samardzija, hal. 97
39
dianggap tidak dapat memenuhi Copenhagen Criteria mengenai penerapan nilai-nilai Demokrasi
dan HAM.
Keengganan Kroasia ini kemudian membuat Uni Eropa mengancam akan menunda
negosiasi terbuka hingga Kroasia dapat bekerjasama dengan ICTY. Dengan adanya sikap tegas
Uni Eropa tersebut, maka Kroasia menunjukkan sikap kooperatif dengan ICTY. Hal ini
dibuktikan dengan penyerahan Jenderal Ante kepada ICTY. Faktanya sikap kooperatif Kroasia
terhadap ICTY inilah yang kemudian menjadi langkah awal dilaksanakannya negosiasi
terbuka.85 Pada Oktober 2005, Kroasia melakukan negosiasi terbuka dengan Uni Eropa
mengenai kelanjutan rencana masuknya Kroasia ke dalam organisasi regional Eropa tersebut. 86
Proses aksesi Kroasia terus berlanjut, pada 2006-2008 Uni Eropa tetap mengontrol
perkembangan Kroasia. Hal ini dilakukan dengan mengirim mandat ke Kroasia untuk memonitor
perkembangan Kroasia khususnya untuk melihat komitmen Kroasia dalam menjunjung tinggi
nilai-nilai demokrasi dan HAM serta meningkatkan keamanan dan perdamaian.87
Pada 2008, Kroasia mengalami masalah bilateral dengan Slovenia. Dalam hal ini,
Slovenia menolak aksesi Kroasia ke dalam Uni Eropa karena adanya masalah persengketaan
wilayah di teluk Piran yang terletak di Utara Laut Adriatik. Adanya hal inilah yang kemudian
menyebabkan tertundanya proses aksesi Kroasia ke dalam Uni Eropa. Menyikapi permasalahan
ini Uni Eropa mendukung penyelesaian yang dapat memberikan hasil terbaik untuk kedua pihak.
Oleh karena itu, pada September 2009, kedua negara akhirnya menandatangani perjanjian
85
Ibid.
Kevin Koerner, 2013, Croatia Facing Challenges on the EU‟s doorstep, Deutsche Bank AG DB,
Research Frankfurt am Main, Germany, hal. 5
87
Ibid.
86
40
perdamaian di Stockholm, Swedia. Isinya adalah kedua negara sepakat untuk menyelesaikan
masalah ini melalui arbitrasi internasional.88
B.3. Tahun 2009-2013 : Kroasia Secara Resmi Menjadi Anggota Uni Eropa
Dengan adanya penyelesaian permasalahan dengan Slovenia tersebut, maka proses
negosiasi aksesi Kroasia kembali dibuka, sehingga Kroasia dapat melanjutkan proses aksesinya
yang berlanjut hingga tahun 2010 tanpa adanya kendala. Lebih lanjut, pada Juni 2011, proses
aksesi Kroasia hampir selesai sehingga The Accession Treaty di tandatangani pada 9 Desember
2011. Dalam perjanjian aksesi Kroasia, maka Uni Eropa memberikan beberapa syarat yang harus
dipenuhi oleh Kroasia, yang terdiri dari:89 (a) Untuk terus menjamin pelaksanaan yang efektif
dari Judicial Reform Strategy dan Action Plan;b) Untuk terus memperkuat independensi,
akuntabilitas, ketidakberpihakan dan profesionalisme peradilan; c) Untuk terus meningkatkan
efisiensi peradilan; d) Untuk terus meningkatkan penanganan kasus kejahatan perang dalam
negeri; e) Untuk terus memastikan track record yang berkelanjutan dengan hasil substansial,
efisien, efektif dan berisi penyidikan, penuntutan dan pengadilan putusan dalam kejahatan dan
korupsi kasus terorganisir di semua tingkatan termasuk korupsi tingkat tinggi, dan di sektorsektor yang rentan seperti pengadaan publik; e) Untuk terus meningkatkan track record dari
langkah-langkah pencegahan diperkuat dalam memerangi korupsi dan konflik kepentingan; f)
Untuk terus memperkuat perlindungan kaum minoritas, termasuk melalui pelaksanaan yang
efektif dari Undang-Undang Konstitusi tentang Hak Minoritas Nasional; g) Untuk terus
mengatasi masalah pengembalian pengungsi; h) Untuk terus meningkatkan perlindungan hak
88
Ibid. hal. 2
Arabella Lang, 2012, European Union, (Croatian Accession and Irish Protocol), Bill 76 0f 2012-13,
Research Paper House of Commons Library, hal. 4-5
89
41
asasi manusia; i) Untuk terus bekerja sama sepenuhnya dengan Pengadilan Kriminal
Internasional untuk bekas negara Yugoslavia..
Kroasia telah menyelesaikan syarat-syarat yang telah diajukan Uni Eropa. Hal ini dibahas
oleh Commission‟s Comprehensive Monitoring Report pada Oktober 2012. Dengan demikian,
Komisi Eropa dengan optimis menyatakan bahwa Kroasia telah memenuhi syarat-syarat yang
telah Uni Eropa berikah dengan hasil yang baik. Lebih lanjut, Komisi Eropa juga
mengungkapkan bahwa Kroasia akan menjadi anggota baru Uni Eropa pada 1 Juli 2013. Kroasia
kemudian secara resmi menjadi anggota baru Uni Eropa yang ke -28.90
Dengan adanya aksesi tersebut, Kroasia tidak hanya turut menikmati manfaat dari
keanggotaan Uni Eropa, tetapi juga ikut memikul tanggung jawab yang menyertai
keanggotaannya. Untuk menjadi anggota Uni Eropa, suatu negara harus memiliki demokrasi
yang stabil yang menjamin supremasi hukum, hak asasi manusia serta perlindungan kaum
minoritas. Negara tersebut juga harus memiliki ekonomi pasar yang berfungsi serta administrasi
publik yang mampu menerapkan dan menjalankan undang-undang Uni Eropa. Dengan demikian,
bergabungnya Kroasia dalam UE mengikuti jejak bergabungnya Bulgaria dan Rumania pada
tahun 2007, serta bergabungnya Siprus, Republik Ceko, Estonia, Hongaria, Latvia, Lituania,
Malta, Polandia, Slowakia dan Slovenia pada tahun 2004.91
90
Euroepan Commission, 26/03/2013, Communication from The Commission to the European Union
Parliament and the Council : Monitoring Report on Croatia‟s Accession Preparations, Brussels, hal. 14
91
http://eeas.europa.eu/delegations/indonesia/press_corner/all_news/news/2013/20130701_01_id.htm
diakses 25 Maret 2015
42
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI MASUKNYA KROASIA
MENJADI ANGGOTA UNI EROPA
Bab IV akan memaparkan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi masuknya
Kroasia menjadi anggota Uni Eropa. Pembahasan ini terdiri dari dua bagian yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Pada bagian pertama yaitu faktor internal akan menjelaskan kepentingan
ekonomi dan kepentingan politik Kroasia untuk bergabung menjadi anggota Uni Eropa. Selain
itu, untuk faktor eksternal akan membahas mengenai kebijakan perluasan Uni Eropa. Dengan
adanya pembahasan tersebut maka dapat terlihat faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi
bergabungnya Kroasia untuk menjadi anggota Uni Eropa.
A. Faktor Internal
Sejak memperoleh kemerdekaannya, Kroasia mulai melakukan transisi menuju pasar
bebas, yaitu ditandai dengan bergabungnya Kroasia dalam SAA. Selain itu, hal inilah yang
mejadi awal ketertarikan Kroasia untuk menjadi anggota Uni Eropa. Tujuannya adalah untuk
mencapai tujuan strategis nasional negaranya. Dengan demikian, terdapat dua faktor internal
yang mempengaruhi masuknya Kroasia sebagai anggota Uni Eropa yaitu faktor ekonomi dan
politik.
A.1. Public Opinion
Kroasia menjadi negara anggota Uni Eropa pada tanggal 1 Juli 2013 dan menjadi angota
ke-28. Untuk menandai peristiwa tersebut, berbagai perayaan digelar di Kroasia maupun di
seluruh Eropa. Pada bulan April 2013, untuk pertama kalinya warga Kroasia berpartisipasi dalam
43
pemilihan Parlemen Eropa untuk menentukan 12 anggota yang akan mewakili negara tersebut di
Uni Eropa. Kroasia juga telah menunjuk Komisioner Uni Eropa, dan akan mengambil peran
yang setara dalam pengambilan keputusan dengan 27 negara anggota UE lainnya.92
Selain itu, masyarakat Kroasia memiliki hak atas 375 bagian di seluruh institusi Uni
Eropa. Terdapat lebih dari 9000 aplikasi pelamar dari masyarakat Kroasia yang telah diterima
oleh pemerintah. Dengan adanya hal ini maka European Personnel Selection Office (EPSO),
Kementerian Luar Negeri Kroasia, delegasi Komisi Uni Eropa di Zagreb, the Commission's
Directorate-General for Translation dan Careers Ambassador and media contractors
bekerjasama dalam mengelola proses perekrutan tersebut. Target dalam perekrutan ini adalah
249 orang pada 1 Juli 2018, yang dibagi kedalam beberapa bagian yaitu:93

149 recruitments at administrator level

100 recruitments at assistant level
Selain itu untuk bidang administrasi, adalah:

1 recruitment at Director-General Level

3 recruitments at Director level

13 recruitments at middle-management level
Adanya hal tersebut, maka terlihat antusias masyarakat Kroasia atas begabungnya
Kroasia menjadi anggota Uni Eropa. Presiden Ivo Josipovic juga menyatakan bahwa momen ini
merupakan momen bersejarah bagi Kroasia. Ia juga manyatakan bahwa dengan masuknya
Kroasia menjadi anggota Uni Eropa merupakan proses untuk membuka lembaran baru dalam
92
http://eeas.europa.eu/delegations/indonesia/press_corner/all_news/news/2013/20130701_01_id.htm diakses pada 7
Juli 2015
93
http://europa.eu/rapid/press-release_MEMO-13-593_en.htm?locale=en diakses 8 Juli 2015
44
sejarah yang diharapkan dapat membawa perubahan positif terhadap kondisi politik dan ekonomi
Kroasia.94 Dengan demikian, Kroasia kemudian mengadakan referendum nasional pada tahun
2012. Dalam referendum nasional ini menyatakan bahwa 66,27% pemilih di Kroasia setuju
untuk bergabung dengan Uni Eropa.95
A.2. Tawaran Insentif Ekonomi Bagi Kroasia
Kondisi ekonomi Kroasia pasca merdeka dari Yugoslavia belum stabil. Hal ini yang
kemudian mengakibatkan besarnya angka hutang luar negeri Kroasia yang akan rentan dengan
terjadinya krisis ekonomi. Dengan adanya hal tersebutlah yang menjadi salah satu alasan Kroasia
untuk menjalin hubungan dengan Uni Eropa. Selain itu, Uni Eropa telah menjadi mitra dagang
utama Kroasia antara tahun 1998 dan 2002 perdagangan antara Uni Eropa dan Kroasia
meningkat secara substansial. Impor Uni Eropa dari Kroasia meningkat 38%, dari EUR 1.8
miliar pada tahun 1998 menjadi EUR 2.5 miliar pada tahun 2002. Ekspor Uni Eropa ke Kroasia
tumbuh sebesar 47% dari EUR 4.4 miliar pada 1998 ke EUR 6.5 miliar pada 2002. Pada
Desember 2002, Parlemen Kroasia menyatakan bahwa aksesi Kroasia ke Uni Eropa adalah
tujuan strategis nasional. Sesuai dengan tujuan ini, maka kebijakan ekonomi merupakan tujuan
utama yang harus tercapai. Kebijakan ini dikenal dengan Program Nasional untuk Integrasi
Republik Kroasia ke Uni Eropa yang disusun oleh pemerintah Kroasia. Dengan adannya hal ini
tampaknya akan meningkatkan kesadaran dan komitmen Kroasia untuk meningkatkan koordinasi
antar departemen untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam pemerintahannya sebuah lembaga
koordinasi dibentuk khusus untuk fokus pada isu-isu ekonomi.96
94
95
96
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2013/07/130701_kroasia_eu diakses 7 Juli 2015
Op.cit. Karin Retzer dan Alja Poler De Zwart, 2013.
http://eur-lex.europa.eu/legal-content/EN/TXT/?uri=CELEX:52004DC0257, diakses pada 12 April 2015
45
Untuk menjadi anggota Uni Eropa, Kroasia harus melakukan reformasi ekonomi dalam
upaya mengatasi tekanan dan kekuatan pasar Uni Eropa yang kompetitif. Namun demikian,
secara umum Kroasia mengalami peningkatan GDP (Gross Domestic Product) selama menjalani
proses menjadi anggota Uni Eropa. Sejak tahun 2000 GDP Kroasia berkembang, dibuktikan pada
tahun 2006 pertumbuhan GDP Kroasia meningkat menjadi 4,5%, dibandingkan pada 2005 yaitu
4,3%, dan 3,8% pada 2004. Total pertumbuhan GDP ini didorong oleh pertumbuhan domestik
Kroasia yang terus meningkat. Selain itu, semakin banyak investor asing dan meningkatnya
jumlah ekspor Kroasia menjadi faktor penting dalam peningkatan GDP negaranya.97
Selain itu, pada 2006, rata-rata pendapatan per kapita Kroasia dinyatakan mencapai 49%
dari rata-rata pendapatan negara anggota Uni Eropa. Adanya hal ini merupakan prestasi bagi
Kroasia karena angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan Bulgaria sebesar 33% dan Rumania
sebesar 34% dari rata-rata pendapatan per kapita negara anggota Uni Eropa. Pernyaataan ini juga
membuktikan bahwa angka yang diraih oleh Kroasia lebih tinggi dibandingkan negara kandidat
lainnya seperti Turki sebesar 28% dan Makedonia dengan 26% dari rata-rata pendapatan per
kapita Uni Eropa. Hal inilah yang dapat menggambarkan peningkatan ekonomi Kroasia selama
menjalani proses sebagai Negara kandidat. Upaya ini dilakukan Kroasia dengan tetap memlihara
stabilitas ekonomi negaranya dan menggunakan dana bantuan dari uni Eropa secara efektif.98
Namun demikian, Kroasia masih memiliki proses panjang dalam upaya meningkatkan
perekonomian negaranya karena ia akan masuk ke dalam pasar tunggal Uni Eropa. Dalam hal
ini, perusahaan-perusahaan Kroasia harus mampu bersaing di tingkat perdagangan Eropa.
Sebagai anggota Uni Eropa dan bagian dari peserta pasar tunggal akan menjalani kompetisi
97
Konrad Adenauer Stiftung, 2007, Croatia in the European Union: What can the Citizens Expect?,
Institute for International Relations, Zagreb, hal. 7-8
98
Ibid.
46
dengan perusahaan-perusahaan asing. Adanya keterbukaan pasar ini akan membawa manfaat
yang baik untuk investasi asing di Kroasia bukannya mengancam perkembangan ekonomi di
dalam negeri.99
Keanggotaan Kroasia dalam Uni Eropa memiliki konsekuensi yang berbeda di setiap
segmen, beberapa segmen akan mendapatkan keuntungan sedangkan yang lainnya belum tentu
mendapatkannya.
Oleh
karena
itu,
Kroasia
harus
mempersiapkan
kapasitas
bidang
kewirausahannya agar siap dalam menjalani pasar tunggal Eropa yang bersifat kompetitif. Selain
itu, Kroasia juga akan mengalami dampak sosial yang besar yang ditandai dengan warga
Kroasia akan mendapatkan kesempatan untuk menginvestasikan uang mereka di sekuritas asing
dan lembaga hukum akan mendapatakan kesempatan untuk mengelola aset mereka di lingkungan
yang lebih aman.100
Dalam jurnal yang berjudul Croatia‟s First Year of EU Membership: Have the
Expectations Been Fulfilled?, Visnja Samardzija menyatakan bahwa terdapat tiga faktor
ekonomi yang melatarbelakangi masuknya Kroasia ke dalam Uni Eropa, pertama: meningkatkan
perekonomian kawasan Balkan Barat. Setelah menjadi anggota Uni Eropa, sepertinya Kroasia
dapat menempatkan diri dengan baik. Hal ini dimulai dengan kebijakan Kroasia yang pro-aktif
terhadap wilayah regionalnya. Kroasia berperan sebagai jembatan yang menghubungkan Uni
Eropa dengan Balkan Barat dengan cara mempromosikan kerjasama regional yang didukung
oleh kebijakan perluasan Uni Eropa. Selain itu, Kroasia juga memperkenalkan pendekatan baru
dalam memperkenalkan Uni Eropa di wilayah Balkan Barat yaitu dengan mengadakan seminar
dan workshop yang dikelola oleh Council for Transition Process (Centre of Excellency) yang
99
Ibid.
Ibid., hal. 10
100
47
dibentuk oleh the Ministry of Foreign and European affairs (MFEA). Dengan cara inilah
Kroasia dapat meningkatkan perkembangan ekonomi di wilayah regionalnya.101
Kedua, Kroasia mengajukan kebijakan peningkatan gas regional kepada Uni Eropa.
Dalam hal ini Kroasia mendukung pembangunan Southern Gas Corridor untuk memperlancar
aliran gas ke Kroasia. Dengan adanya hal ini dapat menjamin ketersediaan gas alam dan
memperkuat keamanan energi Kroasia. Dalam hal ini, Rusia menyarankan pembangunan pipa
South Stream, senilai 5,5 miliar meter kubik gas Rusia setiap tahunnya ke Eropa melalui
Balkan.102 Dengan adanya aliran gas yang melalui Balkan maka akan mempermudah akses
Kroasia untuk mendapatkan energi gas sehingga memberi manfaat bagi ketersediaan energi gas
di Krosia.
Ketiga, Setelah terjadinya banjir pada 2014 lalu, yang mengakibatkan kerusakan di
Bosnia dan Herzegovina, Croatia and Serbia maka Kroasia berinisiatif membangun mekanisme
manajemen pencegahan krisis dan penanggulangan bencana alam dengan meminta dukungan
dari Uni Eropa.103 Dengan adanya penanggulangan yang baik terhadap terjadinya bencana alam
maka akan mengurangi kerugian Kroasia apabila terjadi banyak kerusakan setelah bencana. Oleh
karena itu, tujuan Kroasia ini dapat menunjang perkembangan ekonomi negaranya.
Selain uraian di atas, adanya European Neighborhood Policy (ENP) juga memiliki
implikasi positif bagi perkembangan ekonomi Kroasia debagai anggota Uni Eropa. Kebijakan ini
memiliki tujuan untuk mempromosikan pemerintahan yang baik dan pembangunan sosial yang
berkesinambungan di lingkungan Eropa melalui empat hal yaitu jalur politik yang lebih dekat,
101
Op.cit., Samardzija Visnja, hal. 4-5
102
Edward Lucas, 2008, The New Cold War Putin‟s Russia the next phase – A Report to the Trilateral
Commission, The Trilateral Commission, hal. 177
103
Ibid.
48
integrasi ekonomi, dukungan untuk mencapaistandar Uni Eropa dan bimbingan menuju
perubahan ekonomi dan sosial.104
Tujuan dari ENP ini adalah Action Plans bilateral antara Uni Eropa dengan negara-negara
tetangganya. Agenda politik dan reformasi ekonomi ditetapkan dengan prioritas jangka pendek
dan menengah yaitu sekitar 3-5 tahun. Berdasarkan wilayah geografisnya, ENP dibagi menjadi
tiga area utama yaitu: pertama, di Eropa Timur mencakup Rusia, Ukraina, Belarus, dan Moldova.
Kedua, Mediterania Selatan yaitu Algeria, Mesir, Israel, Yordania, Libanon, Libya, Maroko,
Suriah, Tunisia dan otoritas Palestina). Ketiga, wilayah Kaukasus Selatan yaitu Armenia,
Azerbaijan dan Georgia.105 Dengan adanya ENP yang semakin memperluas kerjasama ekonomi
antara Uni Eropa dengan negara tetangganya akan berdampak positif bagi peningkatan ekonomi
negara anggota Uni Eropa, termasuk Kroasia.
Bertitik tolak dari uraian di atas, faktor lainnya yang mempengaruhi Kroasia adalah
adanya pasar tunggal atau yang dikenal dengan Single Market. Dalam Single Market Uni Eropa
ini ditujukan untuk pertumbuhan ekonomi, daya saing dan memfasilitasi mobilitas pekerja,
membiayai usaha kecil dan menengah, perlindungan konsumen, perpajakan, transportasi Eropa,
dan perluasan jaringan energi. Lebih lanjut, pasar tunggal memungkinkan perusahaan untuk
beroperasi pada skala yang lebih besar, sehingga meningkatkan kapasitas perusahaan tersebut
untuk berinovasi sehingga dapat menarik banyak investor. Selain itu, kondisi ekonomi akan
semakin produktif dan dapat menghasilkan lapangan pekerjaan.106
104
Roberto Aliboni, 2005, The Geopolitical Implications of the European Neighbourhood Policy, European
Foreign Affairs Review 10, hal. 2
105
European Commission, 21 Mei 2012, The Policy: What is European Neighbourhood Policy, dalam
http://ec.europa.eu/world/enp/policy_en.htm diakses pada 19 April 2015
106
European Commission, Europe’s Single Market Benefits EU Citizens and Business, dalam
http://ec.europe/internal_market/publications/docs/citizens_en.pdf diakses pada 23 April 2015
49
Oleh karena itu, dengan adanya uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kepentingan
internal dalam bidang ekonomi bagi Kroasia adalah meningkatkan meningkatkan perekonomian
negaranya dengan terlibat langsung pada kerjasama ekonomi Uni Eropa dalam ENP dan Single
Market. Dengan demikian, Kroasia mengharapkan kondisi perekonomian negaranya akan stabil.
A.3. Peningkatan Stabilitas Politik
Dalam proses menjadi anggota kandidat Uni Eropa, maka Kroasia merasakan dampak
positif bagi kondisi internal negaranya. Hal ini dikarenakan Kroasia harus memenuhi ketentuan
yang diberikan oleh Uni Eropa. Dalam hal ini, Kroasia juga harus memiliki standar politik yang
sesuai dengan kriteria politik Uni Eropa yaitu stabilitas institusi yang dapat menjamin demokrasi,
peraturan yang berlandaskan hukum dan menghormati serta melindungi kelompok minoritas.
Peningkatan demokrasi ini dibuktikan pada saat Parliamentary elections yang dilaksanakan pada
Desember 2011 dengan proses yang adil dan transparan.107 Pemerintahan yang demokratis
menurut peraturan Uni Eropa adalah pemerintahan yanga melibatkan partisipasi publik,
kesetaraan atau persamaan hak, pemilu yang demokratis, dan kebebasan berpendapat.
Bergabungnya Kroasia menjadi anggota Uni Eropa juga berdampak pada kondisi politik
negaranya, khususnya pada permasalahan korupsi. Seperti yang kita ketahui bahwa untuk
menjadi anggota Uni Eropa maka setiap anggota kandidat harus menyelesaikan permasalahan
korupsi di masing-masing negara. Untuk pertama kalinya, pada 2001-2002 Kroasia membentuk
program anti korupsi dan Action plan for Republic of Croatia yang menyatakan bahwa “political
107
European Commission, 10-10-2012, Communication From The Commission to The European
Parliament and The Council on the Main Findings of the Comprehensive Monitoring Report on Croatia‟s state of
preparedness for EU membership, Brusseles, hal. 4
50
commitment for fight against corruption is as well based on international obligations of the
Republic of Croatia”.108
Pada proses awal, setiap negara kandidat harus mengimplementasikan kesepakatan
internasional yang telah di tetapkan oleh Uni Eropa untuk diterapkan dalam hukum nasional
negaranya. Hal ini yang kemudian mendorong Kroasia untuk menandatangani dan meratifikasi
UNCAC (United Nations Convention Against Corruption), Palermo Protocol (Convention on
Transnational Organized Crime), Convention on Money Laundering Search dan Seizure and
Confiscation of Proceeds of Crime. Dengan mengadopsi hukum tersebut maka tugas Kroasia
adalah membangun sebuah lembaga independen yang ditujukan untuk melawan setiap
permasalahan korupsi. Oleh karena itu, pada 2001 Kroasia membangun USKOK (USKOK
(Office for Suppression of Organized Crime and Corruption) di bawah kuasa kantor kejaksaan,
Police Department for Fight against Economic Crimes and Corruption di bawah the Ministry of
Interior, dan Department for the Suppression of Money Laundering yang berada dalam
kementerian keuangan.109
Dimulai pada 2000 – 2012, setidaknya terdapat tiga pase pembangunan agenda anti
korupsi di Kroasia. Pada pase pertama, pada 2000-2005 yaitu Kroasia fokus pembangunan serta
pengembangan hukum dan lembaga yang bergerak di bidang anti korupsi. Hal ini dibuktikan
diadopsinya Laws on Right to Access the Information dan Suppression of Conflicts of Interest in
the Exercise of Public Office. Selain itu, Law on Suppression of Money Laundering telah
108
Laura Stefan, dkk., 2012, Conflicts of interest and incompatibilities in Eastern Europe, publication from
www.expertforum.ro., British Council, hal. 55-56
109
Ibid.
51
diamandemen sebanyak empat kali, Criminal Law telah diamandemen sebanyak lima kali, dan
the Law on the State Judicial Council telah diamandemen sebanyak dua kali.110
Pase kedua, berlangsung sekitar tahun 2005-2009, fokus pada keberlangsungan
pembangunan hukum dan lembaga independen yang telah dijelaskan sebelumnya. Lebih lanjut,
pada pase ini peningkatan juga dilakukan dengan melakukan amandemen terhadap bebera pa
hukum yaitu Law on Suppression of Conflicts of Interest diamandemen sebanyak 5 kali, dan
Public Procurement Law telah diamandemen sebanyak 3 kali. Selain itu, Kroasia juga
mengadopsi Law on Financing of Political Parties pada 2006, dan Law on Judicial Trainees and
Bar Examination diadopsi pada 2008 dan diamandemen pada 2009. Pase ketiga, yang
berlangsung pada 2009-2012 ini fokus pada efektifitas dan akuntabilitas pembangunan lembaga
hukum. Hal ini dilatarbelakangi olej diadopsinya the National Anti-Corruption Strategy and
Action Plan pada 2008 dan mulai diamandemen pada 2010. Dengan adanya ketiga pase tersebut
maka dapat terlihat bahwa Kroasia memiliki tekad yang serius untuk melawan segala jenis
tindakan korupsi, disamping suntuk memenuhi ketentuan yang diberikan oleh Uni Eropa.111
Dengan demikian, Kroasia memiliki perkembangan yang baik dalam upaya mencegah
permasalahan korupsi.
Kroasia juga mulai meningkatkan implementasi dalam bidang HAM yang disesuaikan
dengan standar regulasi HAM Uni Eropa yang tercantum dalam European Charter of Human
Rights. Didalamnya memuat standar HAM yang harus dipenuhi oleh negara anggota Uni Eropa,
yaitu: pertama, kebebasan berpendapat, kebebasan beragama, kebebasan berekspresi dan
kebebsan berkumpul. Kedua, hak setiap warga negara untuk pendidikan, hak untuk property dan
tempat tinggal, kesetaraan dihadapan hukum, hak untuk akses terhadap jaminan sosial dan
110
111
Ibid., hal. 56-57
Ibid.
52
kesehatan, kebebasan untuk melakukan perpindahan di dalam Uni Eropa, dan hak untuk
pengadilan yang terbuka dan adil. Ketiga, larangan untuk hukuman mati, penyiksaan, kloning
manusia, perbudakan dan buruh anak-anak. Keempat, Hak bagi pekerja untuk memiliki
serikat/perkumpulan dan perlindungan dari pemutusan kerja sepihak.112 Dengan adanya
ketentuan tersebut mengharuskan Kroasia untuk meningkatkan standar HAM yang sesuai dengan
kriteria Uni Eropa.
Setelah melakukan perubahan dalam pembangunan demokrasi, pencegahan korupsi dan
HAM maka Kroasia juga fokus pada perlindungan kaum minoritas. Seperti yang kita ketahui
menurut sensus tahun 2001, 7,5% dari populasi Kroasia adalah anggota dari 16 kelompok
minoritas nasional. Yang paling banyak adalah orang Serbia dengan 4,5% dari total penduduk,
diikuti oleh Bosnia (0,47%), Italia (0,44%), Hungaria (0,37%), Albania (0,34%), dan Slovenia
(0,3%). Kroasia telah meratifikasi semua konvensi Dewan Eropa yang telah ditandatangani,
seperti Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar, Konvensi Kerangka
Perlindungan Minoritas Nasional, Piagam Eropa untuk Regional dan Minoritas Bahasa, serta
konvensi PBB tentang Hak Sipil dan Politik. Selanjutnya, Kroasia telah menyimpulkan
perjanjian bilateral tentang perlindungan minoritas nasional dengan Hungaria dan Italia.
Perjanjian bilateral dengan Serbia dan Montenegro masih dalam persiapan.113
Hukum Konstitusi tentang Hak Minoritas Nasional yang diadopsi pada tanggal 13
Desember 2002, menetapkan kerangka hukum dalam negeri untuk hak-hak minoritas di Kroasia.
Selain itu, Dewan penasehat Minoritas Nasional di tingkat nasional dan badan-badan penasehat
lokal untuk kota / kota dewan didirikan. Pemerintah harus bekerja sama dengan Dewan
112
John McCormick, The European Union Politics and Policies, Philadelphia, Westview Press, 2008, hal.
113
Op.Cit., http://eur-lex.europa.eu/legal-content/EN/TXT/?uri=CELEX:52004DC0257 diakses pada 12
181
April 2015
53
Minoritas Nasional dalam melaksanakan hukum tersebut. Anggota minoritas nasional di Kroasia
menggunakan hak mereka untuk menggunakan bahasa resmi mereka atas dasar kesetaraan di
wilayah kota dan kabupaten. Kelompok minoritas juga memiliki hak untuk pendidikan dalam
bahasa mereka dari pra-sekolah dan seterusnya (sampai pendidikan menengah) sesuai dengan
Konstitusi, yaitu Hukum Konstitusi Hak Minoritas Nasional tahun 2002.114
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor politik yang melatarbelakangi
masuknya Kroasia menjadi anggota Uni Eropa adalah adanya keinginan Kroasia untuk
menciptakan stabilitas politik di internal negaranya. Hal ini dilakukan dengan melaksanakan
syarat yang diberikan Uni Eropa yaitu menerapkan demokrasi, membangun peraturan yang
berlandaskan hukum khususnya dalam melakukan pencegahan korupsi, mengimplementasikan
nilai-nilai HAM sesuai standar Uni Eropa dan yang terakhir adalah melindungi hak minoritas.
Implikasi dari pelaksanaan tersebut adalah terciptanya stabilitas politik yang berpengaruh
terhadap kondisi internal negara yang semakin baik. Pernyataan ini sesuai dengan laporan dari
komisi eropa yang menyatakan bahwa Kroasia telah memiliki kondisi politik yang sesuai dengan
kriteria politik Uni Eropa.115
B. Faktor Eksternal
B.1. Kebijakan Enlargement Uni Eropa
Seperti yang kita ketahui bahwa salah satu kebijakan dalam Uni Eropa adalah
enlargement atau perluasan. Kebijakan ini tercantum dalam pasal 49 Treaty of European Union.
Selain itu, kebijakan ini memiliki peran penting dalam perkembangan Uni Eropa. Tujuannya
adalah untuk membangun integrasi yang lebih erat antar anggota dalam bidang ekonomi.
114
115
Ibid.
Op.Cit., European Commission, 10-10-2012, hal. 18
54
Keanggotaan Uni Eropa terbuka bagi setiap negara Eropa yang ingin menjadi anggota dengan
dua persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu pertama, negara yang bersangkutan harus berada di
benua Eropa, dan kedua, negara tersebut menerapkan prinsip-prinsip demokrasi, penegakan
hukum, penghormatan HAM dan menjalankan segala peraturan perundangan Uni Eropa (acquis
communautaires).116
Uni Eropa memiliki tiga motivasi utama dalam melaksanakan kebijakan perluasan
keanggotaannya, yaitu: pertama, motivasi ekonomi yang ditujukan untuk meningkatkan pasar
domestik agar dapat memperluas perdagangan dan perekonomian. Kedua, motivasi politik dan
keamanan yang ditujukan untuk merangkul negara-negara di sekitar kawasan agar menerapkan
demokrasi sehingga dapat menjaga stabilitas kawasan. Ketiga, motivasi moral, para pemimpin
Uni Eropa merasa bertanggung jawab secara moral untuk membantu negara-negara Eropa
Tengah dan Eropa Timur dalam bertransformasi menjadi negara yang makmur demokratis.117
Ketiga hal inilah yang melatarbelakangi kebijakan Uni Eropa dalam melakukan perluasan
keanggotaan.
Dalam sejarahnya, negara-negara yang memprakarsai berdirinya Uni Eropa adalah
Belgia, Jerman, Prancis, Italia, Luksemburg, dan Belanda. Lebih lanjut, pada 1973, Denmark,
Irlandia, dan Inggris Raya bergabung menjadi anggota Uni Eropa. Yunani pada tahun 1981,
kemudian disusul oleh Spanyol dan Portugal tahun 1986. Perluasan selanjutnya pada tahun 1990
oleh Jerman dan 1995 Austria, Finlandia, dan Swedia resmi menjadi anggota dari Uni Eropa.
Perluasan pada tahun 2004 membawa masuk negara-negara Eropa Timur, seperti; Republik
Ceko, Estonia, Siprus, Latvia, Lithuania, Hongaria, Malta, Polandia, Slovenia, dan Slowakia.
116
http://www.indonesianmission-eu.org/website/page943418664200310095958555.asp diakses 21
April 2015
117
Neill Nugent, The Government and Policies of the European Union, Hampshire, Palgrave Macmillan,
2003, hal. 499
55
Kemudian disusul oleh Bulgaria dan Rumania pada tahun 2007.118 Untuk lebih jelasnya berikut
gambar proses enlargement Uni Eropa dari tahun 1952-2007.
Gambar IV.1. : Proses Enlargement Uni Eropa dari tahun 1952-2007119
Selanjutnya, pada 2013 Kroasia menyusul secara resmi menjadi anggota Uni Eropa.
Dengan demikian, hingga saat ini total anggota Uni Eropa adalah terdiri dari 28 negara angggota.
Adapun Albania, Eslandia, Republik Makedonia bekas Yugoslavia, Montenegro, Serbia dan
Turki merupakan negara-negara kandidat Uni Eropa.120
118
Taufik Adi Susilo, 2009. Mengenal Benua Eropa. Yogyakarta: Garasi, hal.114-115
Florian
Lippold,
dalam
https://www.uniulm.de/fileadmin/website_uni_ulm/mawi.inst.150/lehre/ss11/isp/European_Union_Overview_2011.pdf diakses
17 April 2015
120
http://eeas.europa.eu/delegations/indonesia/documents/more_info/pub_2015_euataglance_id.pdf
diakses 20 April 2015
119
56
Uni Eropa bersifat unik karena para negara anggota tetap menjadi negara-negara
berdaulat yang independen, akan tetapi mereka menggabungkan kedaulatan mereka dan dengan
demikian memperoleh kekuatan dan pengaruh kolektif yang lebih besar. Dalam praktiknya,
penggabungan kedaulatan berarti bahwa negara-negara anggota mendelegasikan sebagian kuasa
mereka dalam hal pengambilan keputusan kepada lembaga-lembaga bersama yang telah
didirikan sehingga keputusan untuk masalah-masalah tertentu yang melibatkan kepentingan
bersama dapat diambil secara demokratis pada tingkat Eropa.121
Jika di total secara keseluruhan negara anggota Uni Eropa adalah sebesar 1000 km
presegi, namun ini belum termasuk Kroasia.
Gambar IV.2 : Luas Wilayah UNI Eropa122
121
122
Ibid.
Op.Cit., Florian Lippold.
57
Selain itu, untuk jumlah penduduk Uni Eropa adalah sekitar 497 juta jiwa pada tahun
2007.
Gambar IV.3: Jumlah Penduduk Uni Eropa Tahun 2007123
Sebagai organisasi regional, Uni Eropa telah berhasil memperluas pengaruhnya di
kawasan Eropa. Hal ini dikarenakan Uni Eropa dapat memberikan jaminan bagi kemakmuran
bersama sehingga dapat meyakinkan negara anggota untuk bergabung ke dalamnya. Selain
mendorong pertumbuhan ekonomi negara anggota dan negara kandidat, Uni Eropa juga
mendukung kekuatan demokratis sehingga tidak akan lagi muncul kediktatoran. Dengan adanya
daya tarik inilah yang membuat negara-negara di sekitar kawasan Eropa ingin bergabung dalam
123
Ibid.
58
Uni Eropa. Berikut adalah negara-negara kandidat dan negara yang akan menjadi anggota Uni
Eropa.124
Gambar IV.4. : Candidate Countries and Potential Candidate of European Union
Dari gambar di atas, terlihat bahwa terdapat lima negara kandidat Uni Eropa, namun
untuk Kroasia telah secara resmi masuk ke dalam Uni Eropa pada 2013, sedangkan Eslandia,
Montenegro, Makedonia dan Turki masih menjadi negara kandidat. Selain itu, untuk BosniaHerzegovina, Serbia, Kosovo dan Albania, termasuk dalam anggota yang memiliki potensi untuk
menjadi anggota Uni Eropa.
Selain uraian di atas, selama proses aksesi, negara kandidat telah menerima dana bantuan
dari Uni Eropa. Tujuan dari dana bantuan ini adalah untuk memperkuat lembaga-lembaga
demokrasi dan supremasi hukum, reformasi administrasi publik, melaksanakan ekonomi
reformasi, mempromosikan kepedulian dan menghormati HAM, hak-hak minoritas dan
124
Stefan Fule, Understanding Enlargment-The European Union‟s Enlargement Policy, European
Commission, Belgium, 2011, hal. 7
59
kesetaraan gender. Lebih lanjut, tujuan lainnya adalah mendukung pengembangan masyarakat
sipil, peningkatan kerjasama, dan memberikan kontribusi untuk stabilitas pembangunan guna
mngurangi kemiskinan. Berikut adalah grafik mengenai dana bantuan yang diberikan Uni Eropa
terhadap negara kandidat.125
Gambar IV.5 : Grafik Dana Bantuan Uni Eropa kepada Negara Kandidat
Perluasan keanggotaan Uni Eropa ini akan memperkokoh posisi Uni Eropa di
perpolitikan internasional. Dengan masuknya negara anggota baru juga akan mengakibatkan
perluasan wilayah sehingga dapat meningkatkan pengaruh Uni Eropa, khususnya dalam
menerapkan demokrasi yang stabil di kawasan. Melalui perluasan keanggotaan ini, Uni Eropa
juga akan memiliki lebih banyak anggota baru yang akan memberikan dorongan terhadap
pertumbuhan dan integrasi ekonomi secara keseluruhan. Bagi para negara anggota, kebijakan
perluasan ini akan meningkatkan aktivitas perdagangan dengan negara-negara kandidat sehingga
akan memberi efek positif dalam perkembangan ekonomi.
125
Ibid. hal. 15
60
Dengan adanya penjelasan di atas mengenai enlargement policy Uni Eropa tersebut telah
menjadi salah satu faktor penting yang dapat menarik negara-negara lain untuk bergabung,
khususnya Kroasia. Hal ini dikarenakan adanya bantuan yang diberikan Uni Eropa kepada para
calon anggota untuk meningkatkan kondisi politik dan ekonomi negara kandidat. Selain itu,
denga menjadi anggota Uni Eropa akan memberikan implikasi positif bagi pertumbuhan
ekonomi dan politik suatu negara.
Selain itu, sejak runtuhnya Uni Soviet dan Yugoslavia, Uni Eropa mulai menjalin
hubungan baik dalam bidang ekonomi, politik dan sosial dengan negara tetangga yang berada di
Eropa Timur. Negara-negara bekas runtuhnya Uni Soviet dan Yugoslavia dapat diabgi menjadi
tiga yaitu negara-negara Baltik yang meliputi Estonia, Lithuania, dan Latvia. Negara-negara
Eropa Tengah atau yang disebut dengan negara-negara Visegard yang meliputi Polandia,
Republik Ceko, Slovakia, Hongaria, dan Slovenia. Sedangkan negara negara Balkan terdiri dari
Albania, Bosnia-Herzegovina, Bulgaria, Kroasia, Kosovo, Makedonia, Montenegro, Rumania,
dan Serbia.126
B.2. Kepentingan Rusia di Kawasan Balkan
Masuknya Kroasia menjadi anggota Uni Eropa, memang menguntungkan negara ini
namun Uni Eropa juga memiliki keuntungan dalam memperluas pengaruhnya pada negaranegara bekas Yugoslavia. Selain adanya kepentingan ekonomi, secara geopolitik, adanya
perluasan Uni Eropa ke wilayah Eropa Timur ditujukan untuk membendung pengaruh Rusia.
Seperti yang kita ketahui bahwa pasca runtuhnya Uni Soviet, Rusia mulai menyatukan negaranegara yang dulunya bergabung dengan Uni Soviet. Secara teritori, geopolitik Rusia terkait
126
A. Bazoki, 2008, Democratization in Central Europe, Taiwan Journal of Democracy, Vol. 4 No. 2, hal. 2
61
Eropa Timur dan Asia Tengah dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu kebijakan geopolitik
terhadap Ukraina dan Georgia, negara-negara bekas Yugoslavia, termasuk Kroasia, dan negara
anggota CIS (Commonwealth Independent State). Dengan demikian, salah satu fokus utama
geopolitik Rusia terhadap negara-negara Balkan seperti Kroasia, Serbia dan Slovenia adalah
Rusia memiliki kepentingan terhadap negera-negara tersebut karena adanya kesamaan ideologi,
dimana Yugoslavia dan Rusia sama-sama menganut ideologi Komunis.127
Bertitik tolak dari uraian di atas, hubungan Uni Eropa dan Rusia tidak terlepas dari
kepentingan energi gas alam yang sangat penting bagi perkembangan kedua negara. Distribusi
ekspor gas Rusia ke Uni Eropa menjadi suatu komoditas utama yang menjamin keberlangsungan
hubungan diantara keduanya. Konsumsi gas Uni Eropa yang tinggi akan membentuk dependensi
gas yang sebagian besar di impor dari Rusia. Hal ini dikarenakan, jumlah gas alam Uni Eropa
tidak mencukupi kebutuhan konsumsi mereka yang terus meningkat. Kebutuhan gas Uni Eropa
ditujukan untuk memfasilitasi sarana rumah tangga, perusahaan-perusahaan dan instansi. Dalam
hal ini gas menjadi penunjang keberlangsungan pembangunan infrastruktur Uni Eropa. Pada
2002 lalu, impor gas Uni Eropa dari Rusia telah mencapai hampir 40% dari kebutuhannya.128
Dengan demikian, adanya antisipasi perluasan pengaruh Rusia di Eropa Tengah, maka Uni Eropa
mulai melakukan pendekatan khususnya terhadap negara bekas Yugoslavia, salah satunya adalah
Kroasia.
Oleh karena itu, pendekatan Uni Eropa dengan Rusia dilatarbelakangi oleh masalah
keamanan persediaan energi Uni Eropa yang tidak mencukupi. Meski demikian, Uni Eropa tetap
menginginkan pengurangan akan dependensi gas mereka terhadap Rusia. Hal ini terkait
127
John O’Loughlin dan F. Paul Talbot, 2005, Where in the World is Russia? Geopolitical Perceptions
and Preferences of Ordinary Russians, Eurosian, hal. 24-25
128
Debra Johnson dan Paul Robinson, 2005, Perspective on EU-Russia Relations, New York, Routledge,
hal. 185
62
keamanan pengiriman gas dan regulasi yang tidak terlalu berpusat pada aturan Moskow. Kondisi
energi dari Rusia sering tidak stabil dikarenakan adanya permasalahan seperti konflik Ukraina
pada 2006. Terjadinya konflik ini menyebabkan Uni Eropa mengantisipasi akan monopoli Rusia
untuk memotong pasokan gas ke wilayahnya. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pasokan gas
Uni Eropa yang juga dialirkan melalui Ukraina dari Rusia. Dengan adanya permasalahan seperti
inilah yang menyebabkan Uni Eropa semakin yakin untuk mengurangi ketergantungannya
dengan Rusia dalam bidang energi. Oleh karena itu, Uni Eropa melakukan kerjasama dengan
Rusia dalam membangun jalur pipa South Stream. Jalur pipa ini akan dialirkan dari Rusia
melewati Balkan dan daerah sekitarnya menuju Uni Eropa. Dengan demikian, adanya perluasan
Uni Eropa di wilayah Balkan, termasuk Kroasia maka akan memudahkan tercapainya
kepentingan Uni Eropa tersebut. Selain itu, bagi Kroasia keanggotaan di Uni Eropa adalah
jaminan keamanan dan kesejahteraan.129
129
http://dw.de/kroasia-resmi-masuk-uni-eropa/a-16917243 diakses 8 Juli 2015
63
BAB V
PENUTUP
A. Analisa
Setiap negara mengeluarkan kebijakannya untuk mencapai kepentingan nasionalnya
sehingga teori kebijakan luar negeri sangat tepat untuk menganalisa permasalahan dalam skripsi
ini. Selain itu, teori kebijakan luar negeri diartikan sebagai seperangkat rencana yang menjadi
pedoman pemerintah dalam berhubungan dengan aktor-aktor lain dengan tujuan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup negaranya. Bergabungnya Kroasia menjadi anggota Uni
Eropa yang dimulai pada 2003 hingga 2013 merupakan kebijakan Kroasia untuk meningkatkan
perekonomian dan stabilitas politik dalam negeri. Adanya hal ini juga dilakukan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup negara Kroasia sebagai negara yang baru merdeka pada
1991 dengan kondisi politik dan ekonomi yang tidak stabil. Oleh karena itu, keinginan Kroasia
untuk menjadi anggota Uni Eropa merupakan kebijakan luar negeri untuk mencapai kepentingan
nasionalnya.
Sejak berakhirnya Perang Dingin, negara-negara menyadari pentingnya meningkatkan
kerjasama antarnegara yang lebih menguntungkan dibandingkan harus berperang dengan negara
lain. Oleh karena itu, Kroasia menginginkan adanya kerjasama dengan Uni Eropa karena
dianggap lebih menguntungkan. Dalam hal ini, Uni Eropa bertujuan untuk menyatukan negaranegara yang memiliki kedekatan geografis dalam satu kawasan Eropa maka konsep regionalisme
sangat tepat untuk menggambarkan oraganisasi ini.
Dalam proses bergabungnya Kroasia menjadi bagian dari organisasi Uni Eropa maka
Kroasia diminta untuk mengintegrasikan konstitusi negaranya ke dalam Uni Eropa. Selain itu,
64
Kroasia juga harus mengarahkan loyalitas, harapan dan kegiatan politik ke dalam organisasi ini.
Selain itu, integrasi juga dapat didefiniskan sebagai pergerakan menuju kerjasama antar negara,
transfer otoritas kepada institusi supranasional, peningkatan penyamaan nilai serta perubahan
menuju masyarakat global untuk membentuk masyarakat politik yang baru. Hal ini dikarenakan
integrasi yang terjadi antar negara ditujukan untuk mencapai kepentingan bersama. Proses
integrasi ini dipicu oleh adanya latar belakang sejarah yang sama dan letak geografis yang
berdekatan. Dengan adanya kesamaan dari kedua hal tersebut akan semakin mempermudah
terciptanya integrasi. Sama halnya yang terjadi didalam Uni Eropa yaitu negara-negara yang
tergabung didalamnya memiliki latar belakang sejarah yang sama dan letak geografis yang
berdekatan. Oleh karena itu, adanya kerjasama antar negara di kawasan Uni Eropa ini telah
memberikan implikasi positif bagi masing-masing negara anggota. Khususnya negara Kroasia
yang baru secara resmi pada 1 Juli 2013 bergabung menjadi anggota Uni Eropa.
Kebijakan Kroasia untuk bergabung ke dalam Uni Eropa ini telah dilandasi oleh faktor
internal yang terdiri dari public opinion, tawaran insentif ekonomi bagi Kroasia dan peningkatan
stabilitas politik. Dalam proses menjadi anggota Uni Eropa, Kroasia telah mendapat dukungan
dari masyarakatnya dengan harapan agar negara Kroasia dapat meningkatkan kondisi ekonomi
dan politik. Dengan begitu, tujuan mendasar masuknya Kroasia ke dalam Uni Eropa ini untuk
menstabilkan kondisi negaranya. Bergabung sebagai negara anggota Uni Eropa bukan persoalan
yang mudah bagi Kroasia melihat ia sebagai sebuah negara yang belum memiliki kondisi stabil.
Selain itu, Kroasia juga harus melaksanakan syarat dan ketentuan yang diberikan Uni Eropa serta
mengadopsi hukum Uni Eropa ke dalam negaranya, sehingga ia harus melakukan perubahan
terhadap negaranya. Sedangkan untuk faktor eksternal yang mempengaruhinya adalah adanya
perluasan Uni Eropa di kawasan Balkan dan kepentingan Rusia di kawasan tersebut.
65
Kepentingan nasional Kroasia untuk bergabung menjadi anggota Uni Eropa dapat
diidentifikasi dengan melihat jangka waktu yang dibutuhkan untuk mencapainya, yaitu termasuk
ke dalam Core values. Hal ini dikarenakan kepentingan Kroasia tersebut merupakan kepentingan
yang dianggap paling vital bagi negaranya dan menyangkut eksistensinya dalam perpolitikan
internasional.
Di sisi lain, dalam proses transformasi pemerintahan sesuai dengan ketentuan Uni Eropa
maka terdapat beberapa kendala yang dialami oleh Kroasia yaitu, masih lemahnya penegakan
rule of law oleh pemerintah Kroasia. Dengan lemahnya penerapan rule of law dapat dipastikan
bahwa akan terjadi peningkatan dalam kriminalitas seperti korupsi, konflik sosial, kejahatan
yang terorganisir dan perdagangan ilegal. Lebih lanjut, dengan adanya kondisi politik yang tidak
stabil maka berdampak pada kondisi ekonomi yang lemah. Dengan adanya kondisi ekonomi
tersebut maka membutuhkan waktu yang lama untuk menyesuaikan perekonomiannya dengan
negara anggota Uni Eropa lainnya.
B. Kesimpulan
Proses masuknya Kroasia menjadi anggota Uni Eropa berlangsung hampir 10 tahun yang
dimulai pada tahun 2003-2013. Setelah menandatangani Stabilitation and Association Agreement
dengan Uni Eropa pada 2001, Kroasia juga menandatangani EFTA (European Free Trade
Association). Lebih lanjut, pada 2003, Kroasia mulai mengajukan aplikasi untuk menjadi
anggota Uni Eropa dan pada 2004 Komisi Eropa mulai merekomendasikan Kroasia sebagai
negara kandidat. Dengan adanya hal ini maka pada 2005 Uni Eropa mulai melakukan peninjauan
aplikasi Kroasia untuk keanggotaannya.
66
Selama proses menjadi anggota kandidat, Kroasia diteliti sesuai standar Uni Eropa
dengan menggunakan Copenhagen Criteria dan Aqcuis Communatuire. Keduanya berfungsi
sebagai alat untuk menentukan apakah sebuah negara kandidat dapat memenuhi standar untuk
bergabung dengan Uni Eropa. Dengan adanya ketentuan inilah yang kemudian memberikan
perubahan terhadap kondisi sosial, politik dan ekonomi Kroasia karena harus menyesuaikan
dengan persyaratan yang diberikan oleh Uni Eropa.
Dalam perjalanannya menuju keanggotaan Uni Eropa, Kroasia mengalami beberapa
hambatan yang menyebabkan tertundanya proses aksesi. Hal ini dikarenakan, permasalahan
Kroasia dengan ICTY mengenai penyerahan penjahat perang yaitu Jenderal Ante Gotovina ke
ICTY. Adanya ketidaktegasan Kroasia dalam menyelesaikan permasalahan ini dengan ICTY
sehingga menyebabkan Uni Eropa melakukan penundaan aksesi Kroasia. Selain itu, Slovenia
juga menolak pencalonan Kroasia dikarenakan adanya masalah perbatasan antara kedua negara.
Namun demikian, kedua permasalahan ini kemudian dapat diselesaikan oleh Kroasia dan proses
negosiasi aksesi Kroasia ke Uni Eropa kembali di buka.
Setelah memenuhi persyaratan yang diajukan oleh Uni Eropa serta menyelesaikan
permasalahan dengan ICTY dan Slovenia, maka Kroasia mulai menandatangani perjanjian aksesi
pada 2011. Lebih lanjut, setelah mendapat keputusan akhir dari Uni Eropa maka pada 1 Juli
2013, Kroasia secara resmi menjadi anggota Uni Eropa yang ke-28.
Bergabungnya Kroasia menjadi anggota Uni Eropa ini sebenarnya dilatarbelakangi oleh
beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Pada faktor internal yaitu public opinion yang
mendukung keanggotaan Kroasia dalam Uni Eropa. Selain itu, kepentingan ekonomi dan politik.
Kepentingan ekonomi Kroasia adalah untuk meningkatkan perekonomian negaranya dengan cara
67
terlibat langsung dalam ENP dan Single Market. Seperti yang kita ketahui bahwa Uni Eropa
merupakan organisasi regional yang bergerak dan fokus pada bidang ekonomi. Oleha karena itu
dengan bergabungnya Kroasia ke dalam Uni Eropa diharapkan dapat memberi implikasi positif
dalam perkembangan perekonomiannya.
Faktor internal mengenai peningkatan stabilitas politik adalah secara otomatis selama
proses aksesi Kroasia telah melakukan perubahan pada kondisi negaranya. Hal ini dikarenakan
persyaratan yang diberikan Uni Eropa yang terdiri dari menerapkan nilai-nilai demokrasi,
membangun peraturan yang berlandaskan hokum, khususnya dalam melakukan pencegahan
korupsi, mengimplementasikan HAM dan melindungi hak minoritas. Dengan adanya penerapan
hal-hal tersebut maka akan tercipta stabilitas politik yang berpengaruh terhadap kondisi internal
negara Kroasia.
Bertitik tolak dari uraian di atas, faktor eksternal yang mempengaruhi masuknya Kroasia
menjadi anggota Uni Eropa adalah adanya kebijakan perluasan Uni Eropa khususnya di wilayah
Balkan. Seperti yang telah dijelaskan pada bab empat bahwa terdapat tiga motivasi Uni Eropa
dalam melakukan perluasan yaitu motivasi ekonomi, motivasi politik, dan motivasi moral. Selain
itu, adanya perluasan di Eropa Tengah ini juga dilakukan untuk mengantisipasi menyebarnya
pengaruh Rusia di kawasan tersebut, maka dari itu Uni Eropa memiliki fokus yang besar dalam
melakukan perluasan di wilayah ini. Dengan adanya peran aktif Uni Eropa dalam melakukan
perluasan inilah yang kemudian memberikan ketertarikan bagi kroasia untuk bergabung dengan
Uni Eropa. Selain itu, kepentingan Rusia di kawasan juga menjadi salah satu faktor eksternal
yang mempengaruhi bergabungnya Kroasia ke dalam Uni Eropa.
68
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Breuning, Marijke, Foreign Policy Analysis A Comparative Introduction, New York: Palgrave
Macmillan, 2007.
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan, Kuantitatif dan Kualitatif, Jakarta: PT Raja Grafindo,
Persada, 2008.
Griffiths, Martin and Terry O’ Callaghan, International Relations: The Key Concepts, New
York: Routledge, 2002.
Haas, Ernest B, The Uniting of Europe: Political, Social, and Economic Forces in 1950-57,
Stanford, California: Stanford University Press, 1958.
Holsti, K.J., International Politics A Framework For Analysis dalam Sixth Edition, Printed in
the United State of America: Prentice –Hall.Inc, 1992.
Johnson, Debra dan Paul Robinson, Perspective on EU-Russia Relations, New York: Routledge,
2005.
Kostich, Lazo M., The Holocaust in the “Independent State of Croatia”, Chicago: published by
Liberty, 1981.
Kusumohamidjojo, Budiono, Logika Hubungan Internasional: Kekuasaan, Ekonomi Politik
Internasional, dan Tatanan Dunia 2, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993.
Latif, Yudi, Negara Paripurna, Historisitas, Rasionalitas dan Aktualitas Pancasila, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2011.
McCormick, John, The European Union Politics and Policies, Philadelphia: Westview Press,
2008.
Moleong, Lexy .J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.
Morghentau, Hans Joacim, Politics Among Nations: the Struggle for Power and Peace. Mc.
Graw-Hill, Inc, 1993.
Rosenau, James N., International Politics and Foreign Policy a Reader in Research and Theory,
London: a Division of Macmillan Publishing Co., Inc, 1969.
S., Nuraeni, dkk., Regionalisme dalam Studi Hubungan Internaisonal, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2010.
Sacco, Joe, Zona Aman Gorazde, Perang di Bosnia Timur 1992-1995, Bandung: PT Mizan
Pustaka, 2000.
Susilo, Taufik Adi, Mengenal Benua Eropa, Yogyakarta: Garasi, 2009.
Jurnal dan Artikel
Aliboni, Roberto, The Geopolitical Implications of the European Neighbourhood Policy,
European Foreign Affairs Review 10, 2005.
Anderson, David, The Colapse of Yugoslavia: Background and Summary, Forreign Affairs
Defence and Trade Group, Research paper No. 14, 1995.
Banac, Ivo, Independent Croatia: History, Issues and Policy, International Relations Quaterly,
Delkelet Europa – Shouth –East Europe, Vol. 2 No.1, 2011.
Bazoki, A., Democratization in Central Europe, Taiwan Journal of Democracy, Vol. 4 No. 2,
2008.
Boškovska, Nada, dkk., The Cold War and the Postcolonial Moment – Prehistory, Aims and
Achievements of the Non-Aligned Movement 50 Years after Belgrade The Cold War and
the Postcolonial Moment – Prehistory, Aims and Achievements of the Non-Aligned
Movement 50 Years after Belgrade diakses dari http://hsozkult.geschichte.huberlin.de/tagungsberichte/id=3719&view=pdf, 2011.
Boutherin, Thibault, Croatia’s accession to the European Union: thoughts on Europe at a
crossroad, European issues, Fondation Robert Schuman, 2013.
Butkovic, Hrvoje dan Visnja Samardzija, Challenges of Continued EU Enlargement to the
Western Balkand-Croatia’s Experience, IRMO, Vol. 14 No. 4, 2014.
Center for European Studies, What Happen to Yugoslavia? The War, The Peace, and The Future,
at Chapel Hill, 2004.
Cetin, Onder, 1941 Resolutions of El-Hidaje in Bosnia and Herzegovina as a Case of Traditional,
Conflict Transformation, European Journal of Economic and Political Studies, Vol. 3 No.
2, 2010.
Crljenko, Ivana, Croatia Land and People, The Miroslav Krleža Institute of Lexicographyin
association with the Ministry of Foreign and European Affairs of the Republic of
Croatia : Zagreb, www.croatia.eu., 2013.
Djilas, Aleksa, Tito's Last Secret: How Did He Keep the Yugoslavs Together?, Diakses dalam
http://www.foreignaffairs.com/articles/51216/aleksa-djilas/tito-s-last-secret-how-did-hekeep-the-yugoslavs-together, 1995.
Driscoll, Mervyn O’, The European Parliament and the Euratom Treaty: past, present and
future, Energy and Research Series, European Parliament L-2929 Luxembourg, 2002..
European Commission, Communication From The Commission to The European Parliament
and The Council on the Main Findings of the Comprehensive Monitoring Report on
Croatia’s state of preparedness for EU membership, Brusseles, 10-10-2012.
Euroepan Commission, Communication from The Commission to the European Union
Parliament and the Council : Monitoring Report on Croatia’s Accession Preparations,
Brussels, 26-03-2013.
European Commission, The Policy: What is European Neighbourhood Policy, dalam
http://ec.europa.eu/world/enp/policy_en.htm, 21-05-2012.
European Commission, Europe’s Single Market Benefits EU Citizens and Business, dalam
http://ec.europe/internal_market/publications/docs/citizens_en.pdf , 23-04-2015
Fule, Stefan, Understanding Enlargment-The European Union’s Enlargement Policy, European
Commission, Belgium, 2011.
Gagnon, V.P., Ethnic Nationalism and International Conflict: The Case of Serbia, International
Security Journal, Vol. 19 No. 3, 1995.
Gochhayat, Artatrana, Regionalism and sub regionalism: A theoretical framework with special
reference to India, academic journal, African Journal of Political Science and
International Relations, Vol. 8 (1), 2014.
Grabbe, Heather, European Union Conditionally and the Acquis Communautaire, International
Political Science Review, Vol. 23 No. 3, 2002.
Grdović,
Ana
dkk.,
A
Foreign
Researcher’s
Guide
to
Croatia,
3rd
Edition,
http://ec.europa.eu/euraxessPublished by: Agency for Mobility and EU Programmes
Library of the European Commission (Credit © European Union), 2011.
Hardy, Angélique, Fighting Corruption in Croatia with the Prospect of European Union
Membership: Conditionality and Soft Aquis Communautaire - Lessons Learned from the
Previous Enlargements to Slovenia, Bulgaria and Romania, Hertie School of Governance
- Working Papers, No. 52, 2010.
Jacobsen, Christen Boye, Implementing the Acquis Communautaire the fight over 80.000 pages,
RGSL (Riga Graduate Schooln of Law) working paper, 2002.
James, Wil, History of the European Union, CIVITAS Institute for the Study of Civil Society
2007, http://www.civitas.org.uk/eufacts/OS/OS3.htm, 2011.
Jenny,
Just
the
Facts
–
Croatian
Accession
to
the
EU,
dalam
http://www.europeanmovement.ie/just-the-facts-croatian-accession/ , 2013.
Koerner, Kevin, Croatia Facing Challenges on the EU’s doorstep, Deutsche Bank AG DB,
Research Frankfurt am Main, Germany, 2013.
Lang, Arabella, European Union, (Croatian Accession and Irish Protocol), Bill 76 0f 2012-13,
Research Paper House of Commons Library, 2012.
Lippold,
Florian,
dalam
https://www.uni-
ulm.de/fileadmin/website_uni_ulm/mawi.inst.150/lehre/ss11/isp/European_Union_Overv
iew_2011.pdf diakses 17 April 2015
Lucas, Edward, The New Cold War Putin’s Russia the next phase – A Report to the Trilateral
Commission, The Trilateral Commission, 2008.
Maxine, James dan Matthew Purvis, The European Union, House of Lords Library Notes,
London, LLN 2014/015, 2014.
Miller, Vaughne, The EU’s Acquis Communautaire, International Affairs and Defence Section,
House of Commons Library, SN/IA/5944, 2011.
Nugent, Neill, The Government and Policies of the European Union, Hampshire, Palgrave
Macmillan, 2003.
Ognyanova, Irina, Nationalism and National Policy in Independent State of Croatia (19411945), IWM Junior Visiting Fellows Conferences, Vol. VI No. 5, 2000.
O’Loughlin, John dan Talbot, F. Paul, Where in the World is Russia? Geopolitical Perceptions
and Preferences of Ordinary Russians, European, 2005.
Ott, Katarina, Croatian Accession To The European Union, Institutional Challenges of
participation, Institute of Public Finance, Zagreb, Vol. 4, 2006.
Petricusic, Antonija, 2008, Nation-Building in Croatia and the Treatment of Minorities: Rights
and Wrongs, Journal of L’Europe en formation, 2008.
Radeljic, Branislav, Europe 1989-2009: Rethinking the Break-up of Yugoslavia,
European
Studies, Vol. 9, No. 1, 2010.
Retzer, Karin dan Alja Poler De Zwart, Croatia set to join the European Union: What this means
for data protection compliance, Morrison & Foerster LLP | mofo.com Attorney
Advertising, 2013.
Rezler, Paulina, The Copenhagen Criteria, Are They Helping or Hurting the European Union?,
Touro International Law Review, Vol.14, 2011.
Samardzija, Visnja, Croatia’s First Year of EU Membership: Have the Expectations Been
Fulfilled?, Trans European Policy Studies Association , TEPSA Policy Paper, Zagreb,
2014.
Shimko, Keith L., International Relations, Perspectives and Controversies, Houghton Mifflin
Company, 2005.
Silvia, Stephen J.
dan Aaron Beers Samp,
Acquis Communautaire and European
Exeptionalism: A Genealogy, European Union Studies Center , ACES Working Paper
Series Paul H. Nitze School of Advanced International Studies 1717 Massachusetts Ave
NW, 2003.
Stefan, Laura, dkk., Conflicts of Interest and Incompatibilities in Eastern Europe, Romania,
Moldova, Croatia, publication from www.expertforum.ro, 2012.
Stiftung, Konrad Adenauer, Croatia in the European Union: What can the Citizens Expect?,
Institute for International Relations, Zagreb, 2007.
Thorp, Arabella, Croatia : the Closing Stages of EU Accession, International Affairs and
Defence Section, SN/IA/6157, House of Commons Library, 2011.
Toepke, Utz P., The European Economic Community -- A Profile,Northwestern Journal of
International Law & Business Volume 3 Issue 2, 1981.
Wammen, Nicolai, 20 Years that Changed Europe The Copenhagen Criteria and the
Enlargement of the European Union, Conference Report, Copenhagen, 2013.
Website
http://www.kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=MultilateralCooperation&IDP=3&P=Mu
ltilateral&l=id diakses pada 15 Januari 2015
http://www.kemlu.go.id/zagreb/Books/Facts%20Figure-Croatia-3_01.jpg
diakses
pada
18
Januari 2015
http://www.sabor.hr/Default.aspx?sec=713 diakses: 19 Januari 2015
https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/hr.html diakses 23 Januari
2015
http://europa.eu/legislation_summaries/institutional_affairs/treaties/treaties_ecsc_en.htm diakses
pada 14 Januari 2015
http://europa.eu/about-eu/eu-history/1945-1959/1955/index_en.htm diakses pada 15 Januari
2015
http://www.indonesianmission-eu.org/website/page943418664200310095958555.asp. diakses 17
Januari 2015
http://europa.eu/about-eu/eu-history/1990-1999/index_en.htm diakses pada 23 Januari 2015.
http://ec.europa.eu/enlargement/policy/conditions-membership/index_en.htm diakses pada 1
April 2015
http://eeas.europa.eu/delegations/indonesia/press_corner/all_news/news/2013/20130701_01_id.h
tm diakses 25 Maret 2015
http://eur-lex.europa.eu/legal-content/EN/TXT/?uri=CELEX:52004DC0257, diakses pada 12
April 2015
http://eur-lex.europa.eu/legal-content/EN/TXT/?uri=CELEX:52004DC0257 diakses pada 12
April 2015
http://www.indonesianmission-eu.org/website/page943418664200310095958555.asp diakses 21
April 2015
http://eeas.europa.eu/delegations/indonesia/documents/more_info/pub_2015_euataglance_id.pdf
diakses 20 April 2015
http://eeas.europa.eu/delegations/indonesia/press_corner/all_news/news/2013/20130701_01_id.h
tm diakses pada 7 Juli 2015
http://dw.de/kroasia-resmi-masuk-uni-eropa/a-16917243 diakses 8 Juli 2015
http://europa.eu/rapid/press-release_MEMO-13-593_en.htm?locale=en diakses 8 Juli 2015
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2013/07/130701_kroasia_eu diakses 7 Juli 2015
http://eur-lex.europa.eu/legal-content/EN/TXT/?uri=CELEX:52004DC0257, diakses pada 12
April 2015
Download