Satelit Altimetri dan Pengembangan Aplikasinya Di

advertisement
Pertemuan Ilmiah Tahunan I
Teknik Geodesi - ITS, Surabaya, 13 Oktober 2004
______________________________________________________________________________________________________________
SATELIT ALTIMETRI DAN APLIKASINYA
DALAM BIDANG KELAUTAN
Eko Yuli Handoko
Program Studi Teknik Geodesi, FTSP-ITS
[email protected]
Abstrak
Satelit altimetri merupakan suatu teknologi penginderaan jauh dalam pemantauan fenomena dan dinamika
lautan secara global dan telah banyak aplikasi satelit altimetri dalam penelitian dinamika lautan, seperti arus,
mean sea level, sea level change, eddies, El-Nino, dan kajian lainnya. Diharapkan dengan adanya informasi
yang diberikan satelit altimetri, kajian terhadap keilmuan yang terkait dengan kelautan akan semakin
berkembang.
Kata kunci: altimetri, aplikasi, kelautan
I.
Pendahuluan
Struktur bumi terdiri dari lapisan litosfer,
hidrosfer dan lapisan atmosfer. Lapisan litosfer
adalah suatu lapisan yang berupa selaput padat
yang terdiri dari batuan, lapisab hidrosfer
adalah lapisan air yang menutupi di sekitar
lapisan litorfer dan bahkan meresap di
dalamnya, sedangkan lapisan atmosfer adalah
lapisan yang menyelubungi seluruh litosfer dan
hidrosfer. Permukaan bumi yang luas terdiri
dari hampir 1/3 daratan dan 2/3 lautan. Dengan
luasan yang meliputi 2/3 dari luas bumi maka
perlu adanya upaya-upaya untuk menggali dan
memanfaatkan sumber daya alam yang
terkandung di dalamnya.
Planet bumi yang selalu berubah secara global
merupakan suatu fenomena. Lautan dan
interaksi dengan atmosfer dan biosfer
memainkan peranan penting dalam sistem
perubahan bumi. Pengetahuan mengenai aspek
global dari sirkulasi lautan masih sangat
kurang. Hal ini dikarenakan sulitnya
pengambilan atau pengamatan data lautan
dimana fluktuasi yang sering terjadi demikikan
cepat dan besar baik secara spasial maupun
temporar. Perlu dilakukan pengembangan
keilmuan yang terkait dengan lautan, seperti
geofisika, oseanografi, meteorologi, geodesi,
geologi dan kajian ilmu lainnya.
Sistem satelit merupakan salah satu pemecahan
permasalahan untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan untuk mempelajari fenomena lautan
secara global. Maka dilunculkan beberapa
satelit yang sesuai dengan tujuan mempelajari
dinamika lautan yaitu satelit altimetri.
Satelit Altimetri mulai berkembang sejak tahun
1973, saat diluncurkannya Satelit Altimetri
yang pertama yaitu Satelit Skylab oleh NASA.
Satelit altimetri pada prinsipnya mempunyai
tujuan untuk memahami secara lebih mendalam
sistem iklim global serta peran yang dimainkan
oleh lautan di dalamnya, yang kemudian
dijabarkan sebagai berikut :
“Kadaster Laut Dalam Perspektif Pemetaan Batas Pantai dan Laut Terkait dengan Perundangan Otonomi Daerah”
137
Pertemuan Ilmiah Tahunan I
Teknik Geodesi - ITS, Surabaya, 13 Oktober 2004
______________________________________________________________________________________________________________
•
•
•
Mengamati sirkulasi lautan secara
global
Memantau volume dari lempengan es
kutub
Mengamati perubahan muka laut ratarata secara global
Sejak peluncuran Skylab pada tahun 1973,
hingga saat ini beberapa satelit altimetri telah
diluncurkan dengan misi-misi tertentu. Seperti
yang ditunjukan pada tabel 1
Dengan kemampuannya untuk mengamati
topografi dan dinamika dari permukaan laut
secara kontinyu, maka satelit altimetri tidak
hanya bermanfaat untuk pemantauan perubahan
muka laut rata-rata (mean sea level) secara
global, tetapi juga akan bermanfaat untuk
beberapa aplikasi geodetik dan oseanografi
lainnya seperti :
• Penentuan topografi permukaan laut (Sea
Surface Topographic)
• Penentuan topografi permukaan es
• Penentuan geoid di wilayah lautan
• Penentuan karateristik arus dan eddies
• Penentuan tinggi dan panjang gelombang
• Studi pasang surut di lepas pantai
• Penentuan kecepatan angin di atas
permukaan laut
• Penentuan batas wilayah laut dan es
• Studi fenomena El nino
• Unifikasi datum tinggi antar pulau
II.
Prinsip Satelit Altimetri
Konsep dasar dari satelit altimetri, yaitu
mengukur jarak R dari satelit ke permukaan laut
(Fu & Cazenave, 2001). Satelit Altimetri
mengirim sinyal gelombang pendek yang kuat
ke permukaan laut. Sinyal tersebut mengenai
permukaan laut yang kemudian dipantulkan
kembali ke penerima sinyal pada satelit
altimetri.
Satelit altimetri juga dilengkapi
dengan pencatat waktu yang sangat teliti.
Jarak R dari satelit ke permukaan laut
diestimasi dari perjalanan sinyal dan waktu
tempuh dapat ditunjukan dengan persamaan
berikut :
R = Rˆ − ∑ ∆R j
j
(1)
dimana :
c.t
jarak yang dihitung dengan
Rˆ =
2
mengabaikan refraksi pada kecepatan cahaya
∆R j , j = 1,....... adalah koreksi yang terdiri dari
beberapa komponen refraksi atmosfer dan bias
permukaan laut
Jika H merupakan tinggi satelit terhadap bidang
referensi ellipsoida, dan R merupakan jarak
antara muka laut dan satelit, maka h merupakan
perbedaan muka laut dengan bidang referensi
ellipsoida. (gambar 2)
h= H −R
h = H − Rˆ + ∑ ∆R j
(2)
j
Penentuan ketelitan dari tinggi orbit H
merupakan bagian dari penentuan tinggi muka
laut h. Tentu saja, kemajuan dalam menentukan
ketelitian dari orbit akan meningkatkan
ketelitan dari hasil pengamatan satelit altimetri.
Estimasi ketelitian R dan H belum cukup untuk
aplikasi yang terkati dengan oseanografi.
Tinggi muka laut h pada persamaan (2) masih
merupakan tinggi terhadap permukaan bidang
referensi ellipsoida yang dipengaruhi oleh efek
geofisika. Efek geofisika dari arus laut
geostropik merupakan kajian yang menarik
“Kadaster Laut Dalam Perspektif Pemetaan Batas Pantai dan Laut Terkait dengan Perundangan Otonomi Daerah”
138
Pertemuan Ilmiah Tahunan I
Teknik Geodesi - ITS, Surabaya, 13 Oktober 2004
______________________________________________________________________________________________________________
dalam aplikasi oseanografi. Tinggi muka laut
(sea-surface height) h dipengaruhi oleh
undulasi geoid terhadap bidang ellipsoida hg,
variasi tinggi pasang surut hT dan pengaruh
permukaan laut terhadap tekanan atmosfer ha.
Pengaruh tersebut harus dimodelkan dan
dihilangkan dari h dalam rangka untuk
menyelidiki pengaruh arus geostropik pada
tinggi muka laut. Tinggi muka laut dinamik
dapat diestimasi menggunakan persamaan
berikut :
ƒ
ƒ
hd = h − h g − hT − ha
hd = H − R + ∑ ∆R j − hg − hτ − ha
(3)
j
Altimeter yang di tempatkan pada satelit
mempunyai
frekuensi
tertentu
yang
dipancarkan ke permukaan laut. Pemancaran
gelombang elektronik dilakukan dengan
memancarkan pulsa demi pulsa. Lama waktu
pemancaran disebut lebar pulsa (pulse-width).
Pulsa yang dikirimkan oleh satelit mempunyai
sudut pancaran tertentu yang disebut lebar
berkas pancaran (beam width). Lebar pulsa dan
lebar berkas pancaran ini akan menentukan
besarnya jejak (footprint) yaitu daerah yang
tercakup pada permukaan laut (gambar 3)
III.
ƒ
ƒ
ƒ
Aplikasi Satelit Altimeter
Beberapa aplikasi penggunaaan data altimetry
yang terkait dengan kajian kelautan (Abidin,
2001; Basith, 2001; Fu & Cazenave,2001;
Naeije, M. et.al., 2002) :
ƒ Penentuan Pasang surut, Sea surface
height , arus permukaan.
ƒ Route/jalur
pelayaran.
Dengan
informasi sea level anomalies dan wave
climate dapat mengoptimasikan jalur
ƒ
ƒ
pelayaran dari suatu tempat ke tempat
lain yang melewati lautan yang luas.
Operasi militer di laut. Dengan bantuan
altimetry akan memberikan hasil lebih
baik dalam prediksi cuaca di lautan
yang
memungkinkan
terjadinya
mesoscale. Hal ini berguna untuk
menentukan kondisi di dalam laut,
terutama untuk jalur kapal selam.
Industri lepas pantai. Informasi waktu
sekarang dan waktu yang akan datang di
lautan merupakan kondisi yang penting
dalam ekplorasi lepas pantai terutama
industri minyak dan gas.
deteksi jalur buangan limbah. Kondisi
angin dan arus sebagai indikator arah
penyebaran buangan limbah yang dapat
menjadi penyebab pencemaran laut.
Seperti tumpahan minyak.
Deteksi penyebaran biota laut. Dengan
memetakan variasi dan penyebaran
mesoscale, termasuk siklon, dan
antisiklon, dapat menditeksi penyebaran
dan perpindahan spesies biota laut
tertentu.
Industri perikanan. Ikan biasanya
terdapat pada permukaan laut yang
dapat didetksi dengan altimetri.
Terintegrasi dengan GIS yang berisi
data batimetri, temperatur, pasang surut
cuaca, dan kondisi laut lainnya, dapat di
prediksi pola penyebaran ikan di laut.
Prediksi topan di laut. Dengan
mengetahui keadaan cuaca, pengukuran
muka laut, dan didukung data atmosfer,
altimetri dapat mengetahui perubahanperubahan yang terjadi pada pola arus,
gelombang, dan perubahan lainnya yang
dapat diprediksi sebagai gejala topan di
laut.
Gejela El-Nino dan variasi iklim global.
“Kadaster Laut Dalam Perspektif Pemetaan Batas Pantai dan Laut Terkait dengan Perundangan Otonomi Daerah”
139
Pertemuan Ilmiah Tahunan I
Teknik Geodesi - ITS, Surabaya, 13 Oktober 2004
______________________________________________________________________________________________________________
IV.
Kemungkinan
Indonesia
Penerapan
di
Indonesia merupakan negara kepulauan yang
membentang dari barat ke timur sepanjang ±
5152 lm, dari utara ke salatan sepanjang ± 1170
km. Karena 70% dari wilayah Indonesia adalah
lautan tempat bertemunya lempeng-lempeng
tektonik yang mempunyai dinamika air laut dan
veriasi topografi baik di daratan maupun di
dasar laut, maka hal ini menjadikan wilayah
Indonesia sebagai wilayah yang menarik untuk
melakukan studi-studi di bidang geodesi,
oseanograafi maupun geofisika (Khafid, 1988
dalam Basith, 2001).
Selain itu, Bakosurtanal telah memiliki sekitar
53 stasion pasang surut baik manual maupun
digital yang tersebar di seluruh pelabuah dan
pantai di Indonesia. Data pengamatan pasang
surut ini digabungkan dengan data satelit
altimetri sehingga informasi yang didapat akan
lebih berguna dan tepat.
VI.
Daftar Pustaka
Abidin, H.Z. 2001. Geodesi Satelit. PT.
Pradnya Paramita, Jakarta
Basith, A. 2001. Model pemrosesan data satelit
altimetri Topex/Poseidon untuk analisis
harmonik pasut. Thesis Magister.
Program Studi Oseanografi dan Saint
Atmosfer. Pascasarjana ITB, Bandung
Fu,l.l. and A. Cazenave. 2001. Satellite
Altimetry and Earth Sciences-Handbook
of
Technique
and
Application.
International
Geophysics
series.
Academic Press, San Diego.
Naeije, M., E. Doornbos, L. Mathers, R.
Scharroo, E. Scharama, P. Visser. 2002.
Radar Altimeter Database System. Final
Report. DEOS/TUDelft. Netherlands
Dengan keadaan ini bahwa penggunaan satelit
di Indonesia dapat dikembangkan lebih lanjut
melihat keadaan Indonesia yang sebagian besar
wilayah laut. Tentunya penelitian kelautan
tentang arus, penentuan datum berdasarkan
muka laut, cuaca, dan aspek lainnya dapat
diteliti lebih lanjut dan berkembang.
V.
Penutup
Kemajuan teknologi penginderaan jauh,
terutapa dengan adanya satelit altimetri dapat
menjadikan kajian keilmuan tentang kelautan di
Indonesia menjadi berkembang dan aplikasiaplikasi yang ada dapat berguna bagi
masyarakat banyak mengingat wilayah
Indonesia yang mempunyai wilayah lautan
yang luas.
“Kadaster Laut Dalam Perspektif Pemetaan Batas Pantai dan Laut Terkait dengan Perundangan Otonomi Daerah”
140
Pertemuan Ilmiah Tahunan I
Teknik Geodesi - ITS, Surabaya, 13 Oktober 2004
______________________________________________________________________________________________________________
Gambar 1. Perubahan muka laut global hasil pengamatan satelit TOPEX/Poseidon
Tabel 1. Misi-misi Satelit Altimetri (SRSRA, 2001 dalam Abidin, 2001)
Misi
Skylab
GEOS-2
Seasat
Geosat
ERS-1
TOPEX
/Poseidon
ERS-2
Geosat
Tahun/Instansi
1973-1974
NASA
1975-1978 /
NASA
1978
NASA
1985-1989
US Navy
1991-kini
ESA
1992-kini
NASA & CNES
1995-kini
ESA
1996-kini /
Tujuan
Pembuktian untuk pertama kali konsep pengukuran radar
altimeter dari satelit
Mengumpulkan data untuk meningkatkan kualitas
parameter geodetic dan geofisik yang diperoleh
sebelumnya
Didesain untuk memberikan data ukuran dari tinggi
gelombang, topografi lautan global, dan geoid lautan
Satelit oseanografik militer yang didesai untuk pemetaan
presisi dan detail dari geoid di wilayah lautan
Didesain untuk analisa muka laut rata-rata dan geoid
lautan
Eksperimen topografi lautan untuk mengukur dan
memetakan muka laut pada dua frekuensi 5.3 dan 13.6
GHz, untuk meningkatkan pengetahuan tentang sirkulasi
lautan berskala luas
Didesain untuk analisa muka laut rata-rata dan geoid
lautan
Untuk memperoleh pengamatan lautan secara kontinyu,
“Kadaster Laut Dalam Perspektif Pemetaan Batas Pantai dan Laut Terkait dengan Perundangan Otonomi Daerah”
141
Pertemuan Ilmiah Tahunan I
Teknik Geodesi - ITS, Surabaya, 13 Oktober 2004
______________________________________________________________________________________________________________
followon
US Navy
dan secara khusus untuk mengukur topografi dinamik dari
arus batas barat serta rings dan eddies-nya, untuk
memperoleh ata tinggi muka laut untuk model-model
numeric, serta memetakan pergerakan El nino di lauatan
pasifik di daerah ekuator
Gambar 2. Prinsip Dasar Pengukuran Satelit Altimetri (Fu & Cazenave, 2001)
“Kadaster Laut Dalam Perspektif Pemetaan Batas Pantai dan Laut Terkait dengan Perundangan Otonomi Daerah”
142
Pertemuan Ilmiah Tahunan I
Teknik Geodesi - ITS, Surabaya, 13 Oktober 2004
______________________________________________________________________________________________________________
Tabel 2. Ketelitan Satelit TOPEX/POSEIDON
Gambar 3. Satelit TOPEX/POSEIDON
“Kadaster Laut Dalam Perspektif Pemetaan Batas Pantai dan Laut Terkait dengan Perundangan Otonomi Daerah”
143
Pertemuan Ilmiah Tahunan I
Teknik Geodesi - ITS, Surabaya, 13 Oktober 2004
______________________________________________________________________________________________________________
Gambar.4 Jalur lintasan Satelit Altimetry TOPEX/POSEIDON
“Kadaster Laut Dalam Perspektif Pemetaan Batas Pantai dan Laut Terkait dengan Perundangan Otonomi Daerah”
144
Download