BAB V. KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN V.1

advertisement
BAB V. KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa :
1.
Tingkat ekspresi miR-21 pada plasma darah pasien kanker payudara ditinjau
dari stadium lanjut lebih tinggi daripada stadium awal dengan nilai fold
change 1,32 kali lipat, dan mRNA PTEN pada plasma darah pasien kanker
payudara ditinjau dari stadium lanjut lebih rendah daripada stadium awal
dengan nilai fold change 1,33 kali lipat.
2.
Terdapat perbedaan tingkat ekspresi miR-21 dan mRNA PTEN pada plasma
darah pasien kanker payudara ditinjau dari status reseptor ER negatif dengan
ER positif namun demikian secara statistik tidak ada perbedaan signifikan.
3.
Terdapat perbedaan tingkat ekspresi miR-21 dan mRNA PTEN pada plasma
darah pasien kanker payudara ditinjau dari status reseptor PR negatif dengan
PR positif namun demikian secara statistik tidak ada perbedaan signifikan.
4.
Terdapat perbedaan tingkat ekspresi miR-21 dan mRNA PTEN pada plasma
darah pasien kanker payudara ditinjau dari status reseptor HER2 positif
dengan HER2 negatif namun demikian secara statistik tidak ada perbedaan
signifikan.
5.
Terdapat perbedaan tingkat ekspresi miR-21 dan mRNA PTEN pada plasma
darah pasien kanker payudara ditinjau dari status subtipe kanker payudara
namun demikian secara statistik tidak ada perbedaan signifikan.
69
70
V.2 Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya :
1.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan jumlah sampel
yang lebih besar.
2.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan mekanisme
interaksi antara miR-21 dan mRNA PTEN pada plasma pasien kanker
payudara ditinjau dari status klinikopatologi dan molekuler.
V.3 Ringkasan
V.3.1 Latar Belakang
Kanker payudara merupakan penyakit kompleks yang ditandai dengan
adanya heterogenitas pada perubahan genetik. Kanker payudara menjadi penyebab
utama kematian di dunia. Di Yogyakarta, kanker payudara masih merupakan
penyakit kanker kedua terbanyak, namun khusus di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta, penyakit kanker payudara menduduki tempat pertama keganasan
pada wanita (Aryandono, 2006).
MikroRNA berperan sebagai modulator ekspresi gen sehingga dapat
dijadikan sebagai kandidat diagnostik dan indikator prognostik serta target terapi
yang potensial (Heneghan et al., 2010). Oleh karena itu, miRNA menjadi salah
satu alternatif biomarker kanker yang sangat menjanjikan dimasa mendatang (Mo
et al., 2012) .
71
MiR-21 merupakan satu-satunya miRNA yang mengalami peningkatan
ekspresi dalam semua kanker manusia termasuk kanker payudara (Negrini &
Calin, 2008). Pada patogenesis tumor, miR-21 menunjukkan keterlibatannya
dalam proses tumorigenesis, progresi, dan metastasis.
PTEN (Phosphatase Tensin and Homolog) merupakan gen tumor
supresor yang mengalami delesi atau mutasi dalam berbagai kanker manusia.
Ekspresi PTEN menurun pada sebagian besar tumor padat termasuk kanker
payudara. PTEN diketahui menjadi salah satu mRNA target dari miR-21. Dalam
salah satu studinya, Schwarzenbach et al. (2012) menyatakan bahwa aktivasi
PTEN dapat menghambat perkembangan proliferasi dan pertumbuhan sel kanker
payudara melalui jalur apoptosis yaitu jalur PI3K/Akt.
V.3.2 Tinjauan Pustaka
Kanker payudara merupakan keadaan malignansi yang berasal dari selsel yang terdapat pada payudara. Payudara wanita terdiri dari lobulus-lobulus,
duktus-duktus, lemak dan jaringan konektif, pembuluh darah dan limfe. Pada
umumnya karsinoma berasal dari sel-sel yang terdapat di duktus, beberapa
diantaranya berasal dari lobulus dan jaringan lainnya (Zhang et al., 2014).
Pembagian subtipe kanker payudara berdasarkan status ER, PR, dan
HER2 (Li et al., 2013) :
1. Luminal A
: ER(+) dan atau PR(+), dan HER2/Neu(-)
2. Luminal B
: ER(+) dan atau PR(+), dan HER/Neu(+)
3. Her2 overexpression
: ER(-), PR(-), HER2/Neu(+)
72
4. Triple negative
: ER(-), PR(-), HER2/Neu(-)
Penentuan stadium yang paling banyak dipakai saat ini adalah sistem
TNM yang direkomendasikan oleh AJCC (The American Joint Committee on
Cancer). Tiga indikator utamanya adalah “T” (tumor size atau ukuran tumor). “N”
(node atau kelenjar getah bening regional) dan “M” (metastasis atau penyebaran
jauh). Berdasarkan penilaian sebelum dan sesudah operasi serta melalui
pemeriksaan histopatologi (PA) dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Singletary
& Connolly, 2006; AJCC, 2010; Aebi et al., 2011)
Tabel. Stadium Klinis Kanker Payudara
Stadium
0
I
IIA
IIB
IIIA
IIIB
IIIC
IV
T
Tis
T1
T0
T1
T2
T2
T3
T0
T1
T2
T3
T3
T4
T4
T4
Setiap T
Setiap T
N
N0
N0
N1
N1
N0
N1
N0
N2
N2
N2
N1
N2
N0
N1
N2
N3
Setiap N
M
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M1
MikroRNA (miRNA) merupakan molekul RNA berukuran kecil yang
tidak membawa sandi genetik, berukuran antara 18-24 nukleotida. MikroRNA
(miRNA) secara normal berada dalam tubuh dan mengenali mRNA target.
Melekatnya miRNA pada mRNA target akan menghambat translasi mRNA, baik
73
dengan memacu degradasi maupun dengan memblok translasi mRNA (Asaga et
al., 2011).
Reduksi atau delesi miRNA yang berfungsi sebagai tumor supressor
dapat mempengaruhi pembentukan tumor. Reduksi atau eliminasi pada miRNA
mature dapat menyebabkan kerusakan pada tingkatan biogenesis miRNA dan
menyebabkan ekspresi yang tidak tepat pada target miRNA sehingga
menghasilkan peningkatan proliferasi, invasi atau angiogenesis dan penurunan
apoptosis pada target miRNA. Sedangkan amplifikasi atau overekspresi miRNA
yang berperan sebagai onkogen menyebabkan peningkatan jumlah miRNA yang
diproduksi pada waktu dan jaringan yang tidak tepat sehingga akan mengeliminasi
ekspresi target miRNA (Huang et al., 2013).
MiRNA sirkulasi memiliki beberapa karakteristik penting sebagai suatu
biomarker. Pertama, stabil dalam sirkulasi dan tahan disimpan pada suhu -80°C.
Serum miRNA tahan terhadap digesti RNase dan kondisi yang ekstrim seperti pH,
boiling, penyimpanan jangka panjang, dan kondisi freeze-thaw. Kedua, sebagian
besar sekuens miRNA terlindungi diseluruh spesies. Ketiga, dalam beberapa
kasus, perubahan level miRNA dalam sirkulasi dihubungkan dengan penyakit
yang berbeda serta tahapan biologis atau patologis tertentu. Sehingga miRNA
dapat dengan mudah ditentukan dengan berbagai metode (Yu et al., 2011; Mo et
al., 2012).
Beberapa penelitian telah difokuskan pada fungsi biologi miR-21 dan
menunjukan bahwa secara signifikan mengalami peningkatan regulasi di berbagai
kanker manusia, termasuk kanker payudara (Yan et al., 2008; Qian et al., 2009).
74
Berdasarkan data eksperimental, mengindikasikan bahwa miR-21 berperan
penting dalam proliferasi sel tumor, apoptosis, dan invasi. Penghambatan miR-21
dapat menyebabkan gangguan pada siklus sel, peningkatan apoptosis, dan
peningkatan pada kemosensitivitas agen anti kanker. Hal ini memberikan bukti
bahwa miR-21 berfungsi sebagai onkogen di kanker manusia (Chan et al., 2005;
Li et al., 2009; Ren et al., 2010).
Fungsi utama dari PTEN adalah memblokir jalur PI3K dengan
dephosphorylasi
phosphatidylinositol
phosphatidylinositol-4,5-bisphosphate
3,4,5-triphosphate
(PIP2),
sehingga
(PIP3)
berperan
menjadi
dalam
menangkal fungsi PI3K. (Salmena et al., 2008; Molinari & Frattini, 2013).
Inaktivasi PTEN menyebabkan hilangnya aktivitas lipid phosphatase dan
akumulasi PIP3, sehingga terjadi phosphorylasi Akt. Akibatnya, inaktivasi PTEN
merangsang perkembangan siklus sel, proliferasi, pertumbuhan sel, dan sintesis
protein yang dilakukan oleh Akt. Selain itu, disisi lain inaktivasi PTEN mencegah
sel-sel kanker dari apoptosis dengan menghambat jalur apoptosis (Li et al., 2012).
Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah teknik biologi molekuler
untuk mengamplifikasi sekuen DNA spesifik menjadi ribuan sampai jutaan copy
sekuen DNA. Teknik ini menggunakan metode enzimatis yang diperantarai
primer. Prinsip dasar PCR adalah sekuen DNA spesifik diamplifikasi menjadi dua
copy selanjutnya menjadi empat copy dan seterusnya. Pelipatgandaan ini
membutuhkan enzim spesifik yang dikenal polimerase. Polimerase adalah enzim
yang mampu menggabungkan DNA cetakan tunggal, membentuk untaian molekul
DNA yang panjang. Enzim membutuhkan primer serta DNA cetakan seperti
75
nukleotida yang terdiri dari empat basa, yaitu: Adenine (A), Thymine (T),
Cytosine (C), dan Guanine (G) (Gibbs, 1990).
Metode PCR dibedakan menjadi dua, yaitu: PCR konvesional dan Real
Time qPCR. Analisis hasil amplifikasi fragmen DNA pada PCR konvensional
dilakukan dengan visualisasi di agar elektroforesis sedangkan dengan Real Time
qPCR, jumlah DNA yang diamplifikasi dapat dideteksi dan diukur di setiap siklus
proses PCR (Fraga et al., 2008).
V.3.3 Landasan Teori
Kanker payudara dapat terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain: (1) faktor genetik, (2) hormon, (3) lingkungan. Kanker payudara merupakan
penyakit heterogen yang memiliki entitas patologis dan heterogenitas yang
tercermin pada perbedaan komposisi jenis sel dan proporsi; perbedaan
kemampuan proliferasi antara sel-sel kelenjar dan mioepitel;
proliferasi sel
progenitor; respon terapi dan hasil klinis pasien (Mcpherson et al., 2000; Zhang
et al., 2014)
Diketahui bahwa miR-21 berfungsi sebagai onkogen melalui mekanisme
represi regulasi terhadap target gen tumor supresor. Dan hal ini menjelaskan
adanya hubungan antara ekspresi berlebih mir-21 dan prognosis yang buruk pada
pasien kanker payudara (Chan et al., 2005; Li et al., 2009; Ren et al., 2010).
Sejauh ini, ada beberapa gen yang telah diidentifikasi sebagai target miR21 pada berbagai jenis kanker termasuk kanker payudara. Salah satu gen target itu
adalah PTEN yang menjadi target langsung dari miR-21. Ekspresi berlebih PTEN
76
dapat menginduksi apoptosis sehingga dapat menekan perkembangan sel kanker
(Meng et al., 2007; Zhang et al., 2012).
Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah teknik biologi molekuler
untuk mengamplifikasi sekuen DNA spesifik menjadi ribuan sampai jutaan copy
sekuen DNA. Teknik ini menggunakan metode enzimatis yang diperantarai
primer. Metode PCR dibedakan menjadi dua, yaitu: PCR konvesional dan Real
Time qPCR. Analisis hasil amplifikasi fragmen DNA pada PCR konvensional
dilakukan dengan visualisasi di agar elektroforesis sedangkan dengan Real Time
qPCR, jumlah DNA yang diamplifikasi dapat dideteksi dan diukur di setiap siklus
proses PCR (Fraga et al., 2008). Pada saat proses analisis RNA, perlu dilakukan
suatu tindakan untuk meminimalisir variasi yang mungkin terjadi dengan cara
normalisasi. Normalisasi dapat dilakukan dengan cara menyeragamkan jumlah
sel yang akan diekstraksi, Penyeragaman jumlah total RNA yang akan digunakan
dalam proses Real Time qPCR, Standarisasi RNA dengan menggunakan
housekeeping genes sebagai indikator.
V.3.4 Cara Penelitian
Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu: isolasi total RNA,
sintesis cDNA, analisis ekspresi miR-21 dan mRNA PTEN menggunakan Real
Time qPCR. Analisis Real Time qPCR untuk miR-21 menggunakan metode two
step Real Time qPCR sedangkan mRNA PTEN menggunakan metode one step
Real Time qPCR.
77
V.3.5 Hasil Penelitian dan Pembahasan
V.3.5.1 Interaksi Antara miR-21 dan mRNA PTEN
Berdasarkan
database
microRNA
(http://www.mirbase.org)
maka
diperoleh sekuens miR-21, sedangkan sekuens mRNA PTEN diperoleh dari gene
bank (http://www.ncbi.nlm.nih.gov). Metode analisis bioinformatika dilakukan
untuk menunjukkan bahwa miR-21 mempunyai target penempelan pada sekuens
mRNA PTEN yang memiliki panjang 5.572 nukleotida melalui prediksi
miRanda/mirtarbase (www.mirtarbase.mbc.nctu.edu.tw). Penempelan tersebut
terutama pada sekuens 3’UTR (untranslated region) sepanjang 3.332 nukleotida
yang berada pada posisi 2.240 – 5.572 nukleotida mRNA PTEN. Berdasarkan
analisis bioinformatika diketahui bahwa situs penempelan miR-21 terjadi pada
posisi nukleotida ke 423 – 440 dari seluruh sekuens 3’UTR yang berjumlah 3.332
nukleotida atau berada pada posisi 2.663 – 2.680 dari seluruh sekuens mRNA
PTEN yang berjumlah 5.572 nukleotida.
V.3.5.2 Amplifikasi miR-21 dan mRNA PTEN
78
Kurva amplifikasi miR-21 dan mRNA PTEN ditunjukan pada gambar
berikut:
miR-16
miR-21
β-actin
mRNA PTEN
Gambar. Kurva amplifikasi ekspresi miR-21 dan mRNA PTEN dengan Real Time
qPCR
Rata-rata siklus amplifikasi pada miR-16 dan miR-21 adalah 26,88 dan 27,04
sedangkan pada β-actin dan mRNA PTEN sebesar 31,00 dan 32,75. Nilai melting
temperature yang optimum untuk miR-21 adalah 67,50°C – 68,50°C dan 69,50°C
– 70,00°C untuk miR-16 (reference gene), sedangkan melting temperature
optimum pada mRNA PTEN adalah 80,00°C – 81,50°C dan untuk β-actin
(reference gene) adalah 78,50°C – 80,00°C. Spesifisitas dan deteksi kontaminasi
pada reaksi real time PCR dapat diidentifikasi melalui kurva melt peak yang
spesifik pada kisaran suhu tertentu..
V.3.5.4 Ekspresi miR-21 dan mRNA PTEN Pada Plasma Kanker Payudara
79
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode CT comparatif
menunjukkan bahwa miR-21 mengalami peningkatan ekspresi (upregulated) pada
stadium lanjut dibandingkan dengan stadium awal. Pada stadium lanjut miR-21
mengalami peningkatan ekspresi (up-regulated) sebesar 1,32 kali lipat
dibandingkan stadium awal dan untuk mRNA PTEN menunjukkan bahwa terjadi
penurunan ekspresi (downregulated) mRNA PTEN pada stadium lanjut
dibandingkan stadium awal sebesar 1,33 kali lipat. Namun demikian, berdasarkan
perhitungan statistik, tingkat ekspresi miR-21 dan mRNA PTEN antara stadium
awal dan stadium lanjut terlihat tidak ada perbedaan yang substansial dengan P
value miR-21 dan mRNA PTEN > 0,05.
V.3.5.5 Ekspresi miR-21 Ditinjau Berdasarkan Karakteristik Molekuler
Tingkat ekspresi miR-21 dapat dianalisis melalui 2 metode, yaitu dengan
metode CT komparatif dan metode statistik. Berdasarkan analisa menggunakan
metode CT komparatif diperoleh nilai fold change untuk setiap variabel. Pada
reseptor estrogen ER(-), ekspresi miR-21 menurun (downregulated)1,14
dibandingkan ER(+) dan hal yang sama juga terjadi pada reseptor progesteron
PR(-) dengan nilai ekspresi miR-21 menurun (downregulated) 1,63 kali lipat
dibandingkan PR(+). Ekspresi miR-21 pada Her2(+) meningkat (up-regulated)
1,38 kali lipat dibandingkan Her2(-), sedangkan ekspresi miR-21 ditinjau dari
subtipe menunjukkan ada perbedaan ekspresi melalui perhitungan metode CT
komparatif akan tetapi berdasarkan perhitungan statistik terlihat bahwa ekspresi
80
miR-21 ditinjau dari status molekuler tidak ada perbedaan signifikan dengan P
value > 0,05.
V.3.5.6 Ekspresi mRNA PTEN Ditinjau Dari Karakteristik Molekuler
Pada reseptor estrogen ER(-), ekspresi mRNA PTEN meningkat (upregulated) 1,96 kali lipat dibandingkan ER(+) dan hal yang sama juga terjadi pada
reseptor progesteron PR(-) dengan nilai ekspresi mRNA PTEN meningkat (upregulated) 2,02 kali lipat dibandingkan PR(+). Ekspresi mRNA PTEN pada
Her2(+) meningkat (up-regulated) 1,60 kali lipat dibandingkan Her2(-) sedangkan
ekspresi miR-21 ditinjau dari subtipe menunjukkan ada perbedaan ekspresi
melalui perhitungan metode CT komparatif akan tetapi berdasarkan perhitungan
statistik terlihat bahwa ekspresi miR-21 ditinjau dari status molekuler tidak ada
perbedaan signifikan dengan P value > 0,05.
V.3.6 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Tingkat ekspresi miR-21 pada plasma darah pasien kanker payudara ditinjau
dari stadium lanjut lebih tinggi daripada stadium awal dengan nilai fold change
1,32 kali lipat, dan mRNA PTEN pada plasma darah pasien kanker payudara
ditinjau dari stadium lanjut lebih rendah daripada stadium awal dengan nilai
fold change 1,33 kali lipat.
81
2. Terdapat perbedaan tingkat ekspresi miR-21 dan mRNA PTEN pada plasma
darah pasien kanker payudara ditinjau dari status reseptor ER negatif dengan
ER positiff namun demikian secara statistik tidak ada perbedaan signifikan.
3. Terdapat perbedaan tingkat ekspresi miR-21 dan mRNA PTEN pada plasma
darah pasien kanker payudara ditinjau dari status reseptor PR negatif dengan
PR positif namun demikian secara statistik tidak ada perbedaan signifikan.
4. Terdapat perbedaan tingkat ekspresi miR-21 dan mRNA PTEN pada plasma
darah pasien kanker payudara ditinjau dari status reseptor HER2 positif dengan
HER2 negatif namun demikian secara statistik tidak ada perbedaan signifikan.
5. Terdapat perbedaan tingkat ekspresi miR-21 dan mRNA PTEN pada plasma
darah pasien kanker payudara ditinjau dari status subtipe kanker payudara
namun demikian secara statistik tidak ada perbedaan signifikan.
V.3.7 Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya :
1.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan jumlah sampel
yang lebih besar.
2.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan mekanisme
interaksi antara miR-21 dan mRNA PTEN pada plasma pasien kanker
payudara ditinjau dari status klinikopatologi dan molekuler.
Download