BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Siaran Pers Kepala BKPM Roadshow Pemasaran Investasi ke 4 Prefektur Jepang Jakarta, 25 Januari 2016 -- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mulai hari ini (25/1) dijadwalkan memulai memulai kegiatan roadshow pemasaran investasi ke empat prefektur di Jepang. Secara berturut-turut, Kepala BKPM akan melakukan promosi investasi ke Aichi (Nagoya), Okoyama, Tokyo dan Saitama. Dalam kunjungan kerja kali ini, Franky dijadwalkan untuk melakukan pertemuan one-on-one dengan 15 perusahaan yang berminat untuk menanamkan modalnya di Indonesia, berbicara di tiga forum bisnis terbatas dengan jumlah partisipan selektif 20 perusahaan, dan bertemu dengan tiga Gubernur Prefektur Jepang. Kepala BKPM menyampaikan bahwa kegiatan pemasaran investasi kali ini merupakan bentuk komitmen pemerintah Indonesia untuk memperkuat hubungan investasi antara kedua negara. “Kunjungan ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan yang dilakukan oleh tiga Gubernur Prefektur Jepang ke BKPM, serta implementasi Nota Kesepahaman yang dilakukan antara BKPM dengan Mizuho Bank dalam rangka kerja sama promosi investasi,” ujarnya dalam keterangan tertulis kepada media, Senin (25/1). Menurut Franky, tiga Gubernur yang dijadwalkan akan ditemui adalah Gubernur dari Prefektur Aichi, Okoyama dan Saitama. Tahun lalu, tiga gubernur prefektur Jepang ini diterima di kantor BKPM, sedangkan tiga Gubernur lainnya dari Prefektur Yamanashi, Ehime dan Kochi diterima saat mendampingi Presiden Joko Widodo menerima 1.100 duta sipil dari Jepang, sehingga total dalam setahun ada enam Gubernur Jepang mengunjungi Indonesia terkait kerja sama ekonomi. Lebih lanjut Franky menyampaikan bahwa kunjungan yang dilakukan didukung penuh oleh perwakilan RI di Jepang, baik KBRI Tokyo maupun KJRI Osaka. “Kantor perwakilan BKPM di Tokyo bekerja sama dengan perwakilan RI serta didukung oleh asosiasi bisnis setempat bekerja sama dalam kegiatan promosi investasi yang akan dilakukan,” imbuhnya. Franky menambahkan bahwa salah satu aspek strategis dari kunjungan kerja kali ini adalah untuk mendorong agar investor Jepang dapat memanfaatkan layanan izin investasi 3 jam yang secara resmi diluncurkan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla pada tanggal 11 Januari 2016 lalu. “Layanan investasi ini akan terus didorong pemanfaatannya. Apalagi komitmen investasi dari Jepang tahun lalu mencapai angka Rp 100,6 triliun, diharapkan tahun ini komitmen berupa izin prinsip yang diterbitkan untuk investor Jepang juga dapat meningkat,” jelasnya. AnD Dari data BKPM, pertumbuhan komitmen investasi Jepang masuk dalam 10 negara prioritas pemasaran yang pada tahun 2015 naik 40% diatas pertumbuhan komitmen investasi PMA yang hanya 29%. Posisi Jepang berada di peringkat ketiga dengan pertumbuhan 95% mencapai US$ 8,1 miliar. Di atas Jepang terdapat Tiongkok sebesar USD 22,2 miliar atau naik 42% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, kemudian Singapura naik 69% menjadi US$ 16,3 miliar. Setelah Jepang, Korea Selatan juga mencatatkan kenaikan komitmen investasi 86% menjadi US$ 4,8 miliar. Diversifikasi Sektor yang Diminati Jepang Sementara itu, dari sisi realisasi, realisasi investasi Jepang di Indonesia pada tahun 2015, mengalami peningkatan sebesar 6% dibandingkan periode 2014. Berdasarkan Data yang dimiliki BKPM, realisasi investasi Jepang tahun 2015 tercatat sebesar US$ 2,87 Milyar, dengan total proyek 2.030 proyek serta menyerap 115.400 tenaga kerja. Kontribusi utama investasi Jepang masih didominasi oleh sektor manufaktur, khususnya sektor Otomotif, elektronika dan permesinan, serta sektor kimia dan farmasi. Menurut Franky, hal yang menggembirakan dari realisasi investasi Jepang adalah lebih bervariasi sektor-sektor usaha yang diminati oleh investor dari negara Matahari Terbit tersebut. Dia merujuk kepada masuknya sektor kawasan industri, perumahan serta perkantoran pada lima terbesar realisasi investasi Jepang berdasar sektor. Jika di tahun 2014 realisasi sektor tersebut tercatat hanya US$ 71 Juta, di tahun 2015 sektor ini mengalami peningkatan 700% hingga menjadi US$ 519 Juta. “Investor Jepang mulai melirik beberapa proyek apartemen khususnya di kawasan Jabodetabek. Semakin kondusifnya iklim investasi, berdampak positif pada pertumbuhan investasi di Indonesia, baik investasi dalam negeri maupun asing. Hal inilah yang melatarbelakangi para investor Jepang untuk melakukan perluasan di beberapa kawasan industri yang sudah ada, serta merambah ke bisnis apartemen. Karena dengan meningkatnya investasi asing (PMA), maka kebutuhan residensial untuk para ekspatriat juga akan semakin meningkat,” jelas Franky. Namun demikian, dari sisi realisasi investasi berdasar negara asal, peringkat Jepang mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu, menjadi peringkat 3 di bawah Singapura dan Malaysia. BKPM mencatat dari sisi realisasi PMA berdasarkan asal negara, tahun 2015 lima peringkat teratas adalah Singapura US$ 5,9 miliar; Malaysia US$ 3,1 miliar; Jepang US$ 2,9 miliar; Belanda US$ 1,3 miliar dan Korea Selatan US$ 1,2 miliar. --Selesai-Untuk keterangan lebih lanjut,hubungi: Ariesta Riendrias Puspasari Kepala Biro Peraturan Perundang-Undangan, Hubungan Masyarakat dan Tata Usaha Pimpinan Jl. Jend. Gatot Subroto No.44 Jakarta 12190 Telepon : 021-5269874 HP : 08161946825 E-mail : [email protected] AnD