PENYELIDIKAN TERPADU DAERAH PANAS BUMI OKA, KAB. FLORES TIMUR-NTT Oleh: Bakrun, Herry Sundhoro, Setiadarma Dirasutisna, Dendi Suryakusuma, Ario Mustang, Timor Situmorang SUBDIT. PANAS BUMI ABSTRACT The geothermal manifestation in this area is in the form of hot spring of Oka, Kawaliwu and Dusun Haras with the surface temperature range from 47-54 °C. Beside the hot springs also discovered an altered rock distinguished by strong smell of sulphur. The stratigraphy of Oka geothermal area consists of 14 rock units and generally consists of volcanic rock which is dominated by quartenary volcanic rock. The oldest rock is the product of the volcanic activities of mount Kadeka which the age of lower quartenary. The cap rocks are estimated in the form of altered rock. Partlly these rocks are found on the surface, mainly as apart of andesite lava of the Kadeka 3 (Qlk3). Locally the andesite lavas have been fractured, so that the fractures are as the access of the acid geothermal fluid to change the fresh rocks become altered rocks. This is supported by geophysical structures in the survey area. The cap rock zone which lay around altered rock generally coincide with the low resistivity (<25 ohm-meter) of Line F with the prospect area is baout 1 km2. Based on the sounding geoelectrical survey, the depth of the upper layer of reservoir is deep (>1000 m) and interpreted as at pyroclastic flow of mount Waikerawak. This interpretasion is supported magnetic datay which shows low anomalies in the area. Hot waters are generally grouped into chloride type and sulphate choride type. The subsurface temperature is estimated around 162 - 173oC based on silica geothermometer. The heat source of the geothermal system is interpreted underneath of the volcanic body of mount Waikerawak or mount Kadeka which have been known as a young volcanic cone (quartenary) and assosiated with altered rock and hot water. The potency of gethermal energy in this area is estimated about 6 MWe which can be used for small scale of electricity or for direct uses. SARI Manifestasi panas bumi di daerah ini berupa mata air panas Oka, Kawaliwu dan Dusun Haras dengan temperatur permukaan berkisar antara 47– 54°C, selain air panas ditemukan juga batuan ubahan yang dicirikan oleh bau belerang yang menyengat. Bentuk morfologi daerah penyelidikan termasuk jenis perbukitan bergelombang tajam – sedang, dengan ketinggian antara 300 – 1300 m dari muka laut dapat dikelompokan kedalanm 3 satuan morfologi yaitu satuan morfologi perbukitan bergelombang tajam, satuan morfologi perbukitan bergelombang lemah-landai dan satuan petadaran. Stratigrafi daerah panas bumi Oka terdiri dari 14 satuan batuan pada umumnya terdiri dari batuan vulkanik yang didominasi oleh batuan hasil aktifitas gunung api Kuarter. Batuan penudung diduga berupa batuan ubahan. Sebagian batuan ini tersingkap di permukaan, terutama pada tubuh lava andesit Kadeka 3 (Qlk3). Tubuh lava ini secara lokal telah terkekarkan, sehingga memudahkan adanya akses fluida panas bumi yang bersifat asam yang merubah batuan segar menjadi batuan alterasi. Hal ini ditunjang oleh adanya beberapa struktur hasil interpretasi pengukuran geofisika. Zona batuan penudung yang berada disekitar alterasi pada umumnya bersesuaian dengan daerah tahanan jenis rendah (<25 Ohm-meter) yaitu lintasan F dengan luas daerah prospek 1 Km2. Namun demikian kedalaman puncak reservoir dari hasil sounding diduga masih dalam (>1000 m) dan diperkirakan terdapat pada aliran piroklasatik G. Waikerawak. Hal ini didukung oleh harga anomali magnet rendah pada lokasi yang sama. Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 33- 1 Tipe airpanas di daerah ini adalah tipe khlorida dan tipe sulfat khlorida. Estimasi suhu bawah permukaan berkisar antara 162 – 173 oC didasarkan pada perhitungan dengan menggunakan unsur geotermometer silika. Sumber panas diduga berada dibawah dari tubuh vulkanik G. Waikerawak atau gunung Kadeka yang diketahui sebagai kerucut muda ( Kuarter) dan berasosiasi dengan batuan ubahan dan air panas. Potensi energi panas bumi di daerah ini sebesar 6 MWe yang bisa dimanfaatkan untuk listrik skala kecil atau untuk “ direct uses “ 1. PENDAHULUAN Flores Timur adalah salah satu Kabupaten di Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur yang tidak memiliki sumber energi fosil seperti minyak bumi, gas dan batubara, maka untuk konsumsi energi daerahnya, harus dipasok bahan bakar dari daerah lain, sehingga subsidinya menjadi lebih mahal. Untuk memenuhi kebutuhan energi yang semakin hari terus meningkat, perlu dicarikan sumber lain dalam penyediaan kebutuhan tersebut. Dari data inventarisasi yang pernah dilakukan sebelumnya diketahui, bahwa daerah Flores Timur ini memiliki sumber panas bumi yang mungkin bisa dikembangkan sebagai energi alternatif. Sub Direktorat Panas Bumi melakukan penyelidikan secara terpadu yang merupakan salah satu kegiatan dari rencana kerja Proyek Inventarisasi Potensi Panas Bumi pada tahun anggaran 2003 yaitu : pemetaan geologi rinci, geokimia dan geofisika pada daerah manifestasi panas bumi Oka, Larantuka, kabupaten Flores Timur- NTT. Secara administratif daerah survei termasuk ke dalam 3 wilayah kecamatan yaitu wilayah Kecamatan Ile Mandiri, Tanjung Bunga dan Larantuka, Kabupaten Flores Timur. Luas daerah penyelidikan adalah 13 x 15 Km2, pada posisi geografis antara 907.6000 mN – 908.9000 mN LS – 487.156 mN – 123o 502.000 BT atau 122o 53’ 30’’o o 01’21.25” BT dan 08 14’30” – 08 21’ 13” LS (gbr.1).. Daerah penyelidikan ini berada didaratan pulau Flores paling timur termasuk dalam peta topografi (Bakosurtanal) skala 1 : 25.000 edisi I tahun 1998 lembar Larantuka no. 2307 - 4-13, Waiklibang no. 2207 – 642 dan Waibalun no. 2207 - 624 ) 1.2 Maksud dan Tujuannya Maksud penyelidikan ini adalah untuk memperoleh/mengumpulkan semua data yang lengkap dan terpadu yang mencakup aspek geologi, geokimia dan geofisika, daerah Oka, Larantuka dan sekitarnya. 2. GEOLOGI Stratigrafi daerah penyelidikan dapat dipisahkan kedalam 14 satuan batuan yang urut - urutannya dari tua ke muda sebagai berikut: Satuan batuan lava G. Kadeka (Qlk1 sampai Qlk3), kemudian lava G.Waikerawak.(Qlke 1), aliran piroklastik G.Waikerawak.(Qake), lava G.Waikerawak (Qlke 2 dan Qlke 3), lava G.Ile Mandiri 1 (QlM 1), Jatuhan Piroklastik Ile Mandiri (Qjm), lava G.Ile Mandiri 2 (QlM 2), Gamping Terumbu (G), Endapan lahar (Lh), hasil longsoran/ Debri Avalanches (Ls) dan yang terakhir adalah Aluvial (Al) (gbr 2). Tujuan dari penyelidikan terpadu ini adalah untuk mengetahui keadaan sistem, fluida dan potensi panas bumi di daerah panas bumi Oka berdasarkan kompilasi data dari beberapa metoda penyelidikan (geologi, geokimia dan geofisika). Hasil akhir yang diperoleh dari ketiga metoda tersebut digunakan sebagai acuan untuk melakukan penyelidikan rinci berikutnya di masa mendatang. Satuan batuan hasil kegiatan vulkanik G.Kadeka yang tersingkap dipantai maupun aktifitas awal dari G.Waikerawak merupakan batuan tertua berumur Kuater bawah yang tersingkap dibagian utara-timurlaut daerah penelitian dan diperkirakan manifestasi berupa ubahan yang terdapat di Riangkotek, sumber panasnya berasal dari tubuh vulkanik tua Waikerawak. 1.3 Lokasi Daerah Penyelidikan Penyelidikan terpadu ini lebih difokuskan pada daerah vulkanik Kuarter dengan pemunculan manifestasi panas bumi disekitar Oka di bagian selatan dan Kawaliwu dibagian utara. Aliran lava andesit Waikerawak terdapat batuan alterasi/ ubahan hidrotermal yang mengidentifikasikan pada daerah tersebut diduga zona struktur dan akibat aksesnya fluida panas bumi yang bersifat asam hingga merubah batuan segar menjadi batuan alterasi. Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 33- 2 Di daerah ini dicirikan juga oleh bau belerang yang sangat menyengat. Sifat fisik batuan ubahan ini adalah: berwarna putih – putih kekuningan, mengandung mineral lempung kaolin, alunit dan kristobalit, agak kedap air dan tidak memperlihatkan ada panas dipermukaan. Tersingkapnya batuan ubahan yang intensitas sedang - rendah pada tubuh G.Waikerawak, menunjukkan bahwa struktur rekahan yang ada pada tubuh vulkanik ini masih aktif dan sangat memungkinkan terbentuknya sistem panas bumi dan tubuh reservoir sebagai tempat terakumulasi panas dikedalaman. Gejala kenampakan panas bumi di permukaan daerah penelitian terdapat di Oka, desa Bantala, Mokantarak dan Kawaliwu diduga berlatar belakang vulkanik serta struktur geologi (sesar) sabagai kontrol, juga media transfer panas yang muncul sebagai panas bumi dipermukaan. Masa panas dari sisa panas magmatik berakumulasi dengan air tanah membentuk sistem air panas yang terperangkap pada rekahan/retakan batuan. Tubuh reservoir diperkirakan berada pada zona struktur rekahan pada kedalaman >1000 meter. 3. GEOKIMIA Dalam diagram segitiga Cl - SO4 - HCO3 (Giggenbach,1988), tampak bahwa mata air panas Oka 1, Oka 2 dan Oka 3 termasuk ke dalam tipe air panas Khlorida (gbr.3). Sedang untuk membuktikan adanya kontaminasi dari air permukaan atau air laut dapat dibuktikan dengan ploting kedalam segitiga boron yang berada pada posisi immature waters mengindikasikan pengaruh air permukaan sangat besar. Sedang dari perbandingan molar Na/K diperoleh nilai perbandingan antara 5.55 – 10.42, perkiraan temperatur di bawah permukaan harus di atas atau sama dengan 200 oC dan nilai perbandingan ini tidak dapat dipergunakan sehingga rumus geotermometer yang menggunakan unsur Na dan K kurang tepat digunakan untuk perkiraan suhu bawah permukaan (gbr.4), sedang dari perbandingan Na terhadap Li berkisar antara 2,561.54 – 5,727.27 yang merupakan indikasi terhadap suhu bawah permukaan yang tinggi. Jadi dalam perkiraan suhu bawah permukaan hanya unsur SiO2 baik T SiO2 adiabatic cooling atau T SiO2 conductive cooling yang mungkin dapat dipergunakan untuk perkiraan suhu bawah permukaan. Unsur lain yang mendukung perkiraan suhu tinggi adalah kandungan Ca yang berkisar antara 3.26 -9.60 mg/liter dan HCO3 yang relatif rendah dibandingkan dengan unsur kimiawi lainnya yaitu antara 1.58 – 3.76 mg/liter. Berdasarkan pertimbangan bahwa pemakaian rumus yang memasukan perbandingan unsur Na/K harus ≤ 1 dan hasil perhitungan temperatur harus > 200 oC maka pendugaan suhu pada pendugaan suhu bawah permukaan menggunakan Geotermometer “SiO2 adiabatic cooling” dan “SiO2 conductive cooling” yang menunjukan kisaran temperatur minimum antara 162.38 °C – 172.90 °C ( entalpi menengah). Berdasarkan "ratio atomic elements" tidak reaktif yaitu Cl/B (dalam Molar) berkisar antara 168.82 – 1,166.43, nilai nilai ini relatif tinggi sehingga berdasarkan tabel mengenai per-bandingan unsur kimiawi yang merupakan indikasi terhadap suhu disimpulkan bahwa suhu bawah permukaan daerah panas bumi Oka mempunyai suhu tinggi. Pada grafik hasil analisis isotop air panas Deuterium dan 18O memperlihatkan mata air panas Oka 1 sedikit menjauhi garis air meteorik (meteoric water line) atau biasa disebut SMOW ( standard meteoric and oceanic water ) dan menunjukkan adanya pergeseran Oshift menjauhi garis SMOW tetapi masih relative dekat dengan garis tersebut sehingga disimpulkan adanya pengaruh air permukaan atau air laut. Penyelidikan Hg tanah dan CO2 udara tanah dilapangan dimulai dengan pengambilan conto tanah dan udara tanah di daerah penyelidikan pada kedalaman kurang lebih 1 meter, kandungan CO2 dalam udara tanah antara 0.13 – 2.63 % , dengan background value 0.81 % dan threshold value 1.62% dan kandungan unsur Hg tanah antara 72.56 -1128.62 ppb dengan nilai background value 444.25 ppb dan threshold value 690.34 ppb. Sehingga nilai yang berada di atas nilai background dan threshold merupakan indikasi adanya anomali di daerah penyelidikan. Hasil analisis tanah dan udara tanah unsur Hg dan CO2 di plot ke dalam peta (gbr 5 dan gbr 6). 4. GEOFISIKA 4.1 Gayaberat Peta Anomali Sisa memperlihatkan struktur yang agak kompleks, dimana pola konturnya Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 33- 3 mempunyai nilai anomali positif dan negatif serta membentuk kelompok-kelompok tersendiri. Dari keadaan ini dapat ditafsirkan adanya struktur yang muncul atau struktur geologi yang terletak lebih dalam (gbr. 7). Pola anomali ini memperlihatkan kemiripannya dengan anomali Bouguer, hal ini diperkirakan karena pola anomali Bouguer secara tidak dominan memperlihatkan adanya struktur lokal yang berada di daerah penyelidikan. Dari kedua peta ini memperlihatkan kondisi pola kontur yang relatif hampir sama dan diperlihatkan satu buah struktur yang mempunyai arah baratdaya – timurlaut, dua buah mempunyai arah hampir utara – selatan dan dua buah mempunyai arah barat laut - tenggara. Anomali negatif terletak di bagian barat daya, tengah, selatan dan barat laut Dari kelurusan struktur memperlihatkan zona lemah berada disekitar daerah tengah, barat laut, barat daya dan selatan, hal ini diperkirakan adanya struktur yang melintasi daerah penyelidikan. 4.2 Geomagnet Hasil penafsiran dari data geomagnet diperoleh daerah potensial untuk panas bumi ditafsirkan disekitar daerah yang didominasi oleh harga anomali magnet rendah yang terletak di bagian barat daerah penyelidikan (gbr.8). Hal ini didukung oleh terdapatnya manifestasi air panas dibagian barat dan baratdaya daerah penyelidikan, serta dikontrol oleh adanya kelurusan-kelurusan anomali yang ditafsirkan sebagai sesar-sesar. 4.3 Geolistrik dan Head-On Zona tahanan jenis semu rendah (< 25 Ωm) yang terletak di bagian barat daerah penyelidikan juga muncul secara konsisten di semua bentangan AB/2. Pola anomali rendah berada disekitar alterasi dengan perbedaan luas tidak begitu mencolok memperlihatkan anomali tahanan jenis rendah yang semakin melebar dengan membesarnya bentangan AB/2 (gbr.9 dan gbr.10). Pada umumnya penampang-penampang lintasan di daerah ini mempunyai 4 buah lapisan yaitu lapisan pertama merupakan lapisan permukaan dengan variasi tahanan jenis 115 – 175 Ωm, mempunyai ketebalan antara 50 –250 meter. Lapisan kedua mempunyai variasi tahanan jenis 125 – 500 Ωm dengan ketebalan rata-rata 175–225 meter. Lapisan selanjutnya adalah lapisan dengan variasi tahanan jenis 40–120 Ωm pada ketebalan antara 200–300 meter dan lapisan yang paling bawah adalah tahanan jenis dengan variasi 8 – 25 Ωm dengan ketebalan lebih besar dari 500 meter. Pada penampang lainnya lapisan pertama mempunyai tahanan jenis antara 175 – 190 Ωm dengan sisipan tahanan jenis 600 Ωm, mempunyai ketebalan 75–100 meter di bagian tenggara. Lapisan kedua mempunyai tahanan jenis antara 425 – 450 Ωm dengan ketebalan 150-300 meter, kemudian lapisan ketiga mempunyai tahanan jenis 60–75 Ωm dengan ketebalan 300 – 450 Ωm dan lapisan yang paling bawah mempunyai ketebalan lebih besar dari 500 meter dengan tahanan jenis 10 –15 Ωm. Penampang ini ke arah baratlaut dibatasi oleh struktur dan mempunyai harga tahanan jenis yang relatif lebih kecil , terutama pada titik amat F-3000 dan F-3500 (gbr. 11). Pada titik F-2500 lapisan hampir sama dengan ujung tenggara penampang ini. Profil-profil nilai tahanan jenis sebenarnya hasil pengukuran Head-On akan memberikan nilai tahanan jenis semu ρAC, ρBC, ρAC-AB dan ρBC-AB , bila ρAC dan ρBC atau ρAC-AB dan ρBCAB di plot terhadap lintasan untuk setiap AB/2 dan terdapat perpotongan kedua kurva tahanan jenis, perpotongan itu menunjukkan adanya struktur. Posisi perpotongan yang diperoleh untuk masing-masing AB/2 kemudian dibuat penampang AB/4 untuk dapat menentukan dip dari struktur yang diukur. Penampang tahanan jenis semu /o ( AC-AB) dan /o ( BC-AB) dari lintasan W, dibuat berdasarkan ploting perpotongan antara kurva (gbr.12) hasil pengukuran dengan sumbu kedalaman sama dengan AB/4. Pada penampang lintasan W, tampak 3 sesar. Sesar yang pertama terdapat pada titik amat W 800 pada kedalaman yang berhubungan dengan bentangan AB/2= 200 m sampai AB/2= 800 m, dengan kemiringan 80o arah barat. Sesar yang kedua terdapat pada titik amat W 1300 pada kedalaman yang berhubungan dengan bentangan yang sama dengan kemiringan 80o, dengan arah barat. Sesar ketiga terdapat pada titik amat W-1600 dan W-1700 dengan kemiringan 65o ke arah timur. 5. SISTEM PANAS BUMI Air meteorik dapat langsung meresap kebawah permukaan melalui struktur, rekahan dan porositas batuan menjadi air tanah yang terperangkap jauh dibawah permukaan. Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 33- 4 Keadaan air tanah yang terperangkap didaerah penyelidikan cukup dalam terbukti dari kebanyakan sungai-sungai utama merupakan sungai musiman diseluruh wilayah penelitian, kecuali pada tubuh tua G. Waikerawak sebelah tenggara dan sebelah barat G. Kadeka terdapat sumber mata air dingin. Air tanah kemudian terpanasi oleh sumber panas dari sisa magma yang membentuk G. Ile Kadeka dan G. Ile Karawak di bagian barat daerah penyelidikan. Air yang sudah terpanasi mengalir ke dalam batuan reservoir (batuan tersier), kemudian mengalir melalui sesarsesar normal dan muncul sebagai outflow berupa mata airpanas Oka dan Kawaliwu Batuan penudung berupa batuan ubahan muncul di permukaan pada tubuh lava andesit Kadeka 3 (Qlk3) yang mengidentifikasikan zona struktur dan adanya akses fluida panas bumi yang bersifat asam hingga merubah batuan segar menjadi batuan alterasi, hal ini ditunjang oleh adanya beberapa struktur hasil interpretasi pengukuran geolistrik (sounding) dan head-on. Tubuh lava andesit Kadeka 3 merupakan batuan penudung dari suatu sistem panas bumi, kemudian reservoir dari hasil sounding diduga masih dalam dan berada dibawah lapisan ini (>1000 meter). Sumber panas diperkirakan berada dibawah dari tubuh vulkanik G. Waikerawak atau gunung Kadeka sebagai kerucut muda ( Kuarter) yang tercermin dari adanya batuan ubahan dan air panas. 5.1 Model Panas Bumi Penampang model panas bumi menggambarkan bentuk dan posisi akumulasi panas di zona-zona hancuran sepanjang struktur rekahan. Penampang model ini dihubungkan dengan dua vulkanik berarah yaitu timur – barat, sehingga dapat menampakan/menggambarkan posisi reservoir bawah permukaan (gbr. 13). Masa panas dari sisa panas magmatik akibat kegiatan vulkanik, berakumulasi pada daerah dikedalaman tertentu dengan pengaruh fluida dan air tanah membentuk sistem panas bumi yang terperangkap pada rekahan/retakan batuan dan diperkirakan sebagai reservoir dengan kedalaman dibawah 1000 meter. Air yang telah terpanasi akan naik kembali kepermukaan dan muncul sebagai mata air panas. Dugaan adanya daerah akumulasi panas dibawah permukaan terindikasi pemunculan batuan ubahan dan mata air panas dipermukaan seperti Oka di selatan dan Kawaliwu di utara, desa Sinarhading yang merupakan daerah penekukan morfologi. 6. POTENSI SUMBER DAYA PANAS BUMI Perkiraan potensi panas bumi dapat dihitung dari nilai suhu bawah permukaan dan luas daerah aktif yang didapat dari zona maksimum pada peta Hg tanah dan CO2 udara tanah yang ada korelasinya dengan anomali rendah hasil pengukuran geolistrik, sehingga diperoleh perkiraan maksimum dan minimum sebagai berikut: Pendugaan suhu reservoir ( TRes) berkisar dari 162.38o C sampai 172.80o C Luas daerah potensi (A ) ± 0.074. km 2 dan dari rumus tersebut di atas diperoleh nilai maksimum dan minimum sebagai berikut : Luas daerah prospek berdasarkan hasil pengukuran geolistrik (mapping AB/2=1000 meter) untuk tahanan jenis < 25 Ohm-meter adalah 1 Km2 . Luas daerah prospek 1 Km2, asumsi ketebalan reservoir untuk wilayah Indonesia Timur adalah 1 Km2, Factor Recovery (Rf=0.5) dan konversi termal ke listrik = 0.1 (10%). Q = 0.11585 * 1 * (173-120) Mwe = 6 MWe Naiknya panas kepermukaan berlangsung tanpa terperangkap pada lapisan batuan wadah (reservoir) melalui cara konduktif, konvektif dan radiasi sebagai kehilangan panas dipermukaan. Pengukuran panas yang lepas kepermukaan secara terperinci pada setiap lokasi pemunculan, sehingga akan memberikan suatu gambaran penyerapan temperatur kenampakan yang teralir kepermukaan. Penghitungan panas atau energi yang hilang di suatu lokasi akan sangat besar manfaatnya dalam memperkirakan energi cadangan yang tersimpan dibawah permukaan. 7. KESIMPULAN 1. Dari hasil pengamatan lapangan satuan batuan terdiri dari aliran lava. dan aliran piroklastik dari aktifitas gunung api yang terdapat didaerah ini menunjukkan adanya struktur strato vulkano. Penyebarannya terutama di sebelah baratdaya daerah penyelidikan berupa lava andesit berwarna abu gelap, segar dan sebagian telah mulai melapuk, porfiritik, kompak, berkomposisi plagioklas dan piroksen Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 33- 5 2. Sumber panas diperkirakan berada dibawah dari tubuh vulkanik G. Waikerawak atau gunung Kadeka sebagai kerucut muda ( Kuarter) yang tercermin dari adanya batuan ubahan dan air panas. 3. Tipe air panas yang terdapat di daerah penyelidikan dapat dimasukan ke dalam tipe khlorida dan tipe sulfat – khlorida. 4. Terdapat korelasi antara anomali rendah hasil pengukuran geolistrik dengan anomali Hg dan CO2, hasil pengukuran geokimia. 5. Dari perhitungan dengan menggunakan unsur geotermometer silika disimpulkan bahwa perkiraan suhu bawah permukaan berkisar antara 162.38o C – 172.90o C. 6. Munculnya air panas Sinar Hading dan alterasi di bagian barat laut daerah penyelidikan ini diperkirakan adanya struktur sesar yang mempunyai arah tenggara – barat laut dan ditunjang oleh densitas tinggi yang muncul disekitar G. Waikerawak sebagai sumber panas 7. Daerah prospek berada disekitar alterasi yang mempunyai tahanan jenis rendah (<25 Ohm-meter) berada disekitar alterasi yaitu lintasan F, ditunjang oleh harga anomali magnet rendah yang terletak dibagian barat daerah penyelidikan. 8. Struktur Utama dari hasil pengukuran Head-On pada lintasan Z berarah hampir utara-selatan dengan kemiringan ke arah timur. Pada lintasan W terdapat dua buah struktur besar dengan kemiringan hampir tegak lurus berarah utara-selatan. 9. Diperkirakan panas bumi di daerah ini mempunyai kedalaman >1000 meter. 12. Luas Daerah Prospek 1 Km2 dengan potensi terduga sebesar 6 MWe 8. SARAN Disarankan agar dilanjutkan penyelidikan terpadu kearah barat yaitu Ile Padung, Ile Angie wilayah desa Blepanawa, kecamatan Larantuka, mengingat dari data inventarisasi yang baru bahwa kenampakan manifestasi dipermukaan berupa tanah panas maupun lumpur panas cukup menarik ( temp. 93 oC ) Dari hasil inventarisasi gas yang menghasilkan perkiraan suhu bawah diisarankan permukaan 193.44o C. penyelidikan lanjutan di arahkan ke daerah barat dari daerah penyelidikan panas bumi Oka ( Daerah Desa Blepenawa). DAFTAR PUSTAKA 1. Bemmelen, van R.W., 1949. The Geology of Indonesia. Vol. I A. The Hague. Netherlands. 2. Chasin, M., 1974. Inventarisasi Kenampakan Gejala Panas Bumi Daerah Flores. Direktorat Geologi. Bandung. 3. Fournier, R.O., 1981. Application of Water Geochemistry Geothermal Exploration and Reservoir Engineering, “Geothermal Sistem: Principles and Case Histories”. John Willey & Sons. New York. 4. Giggenbach, W.F., 1988. Geothermal Solute Equilibria Deviation of Na-KMg – Ca Geo- Indicators. Geochemica Acta 52. pp. 2749 – 2765. 5. Lawless, J., 1995. Guidebook: An Introduction to Geothermal Sistem. Short course. Unocal Ltd. Jakarta. 6. Mahon K., Ellis, A.J., 1977. Chemistry and Geothermal Sistem. Academic Press Inc. Orlando. 7. Noya., Y & Koesoemadanata,. S 1991 Peta geologi Regional Lembar Pantar dan Wetar skala 1 : 250.000,. Pusat Penelitian dan Pengembangan geologi. 8. Santoso MS, 1978 Inventarisasi Kenampakan Panas Bumi di sekitar Flores Timur, P. Lomblen, P. Adonara dan P. Solor, Nusatenggara Timur, Direktur Geologi, Bdg. 9. Suwarna, N., Santosa, S. dan Koesoemadinata, S., 1990. Peta Geologi Regional Bersistem Lembar Ende, Nusa Tenggara Timur. Skala 1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung. 10. Telford, W.M. et al, 1982. Applied Geophysics. Cambridge University Press. Cambridge 11. Purwanto S dkk (1994) Peta Hidrogeologi Lembar Waikukang dan Dilli; Direktorat Geologi Tata Lingkungan, Bandung. 12. Parasnis D.S, 1971 : Principle of Applied Geophysics, publisher Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 33- 6 LOKASI PENYELDIKAN Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Penyelidikan Gambar 5 Peta Sebaran Hg tanah Daerah Panas Bumi Oka-NTT Gambar 2 Peta Geologi Daerah Panas Bumi OkaLarantuka Cl Ma Gambar 6 Peta Sebaran CO2 udara tanah Daerah Panas Bumi Oka-NTT tu r ew 80 at e er Vo Ph 40 lca ni c wa ter s rs 60 i ph er al 20 wa te rs Steam heated waters 20 SO4 40 60 80 HCO3 Gambar 2.1.3 Diagram segitiga tipe air panas daerah Panas Bumi Oka, Flores segitiga Timur, NTT Gambar 3. Diagram Cl, SO4, HCO3 Na/1000 80 % Na K 60 Full equilibrium 160° T Km T Kn 0° 22 10 0° Partial equilibrium Gambar 7. Peta Anomali Sisa Daerah Panas Bumi Oka-NTT we ir bo x 40 20 Immature waters ROCK K/100 20 40 60 % Mg 80 Mg Gambar 2.1.4 Diagram segitiga kandungan relatif Na, K, Mg daerah Panas Bumi Oka, Flores Timur, NTT Gambar 4. Diagram segitiga Na, K, Mg Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 33- 7 Gambar 8. Peta Anomali Magnetik Daerah Panas Bumi Oka-NTT Gambar 11 Penampang Tahanan Jenis Sebenarnya Lintasan F,B,C Gambar 12. Penampang Head-On Lintasan W Gambar 9. Peta Sebaran Tahanan Jenis Semu AB/2=250 m Gambar 10. Peta Sebaran Tahanan Jenis Semu AB/2=1000 m Gambar 13. Model Tentatif Panas Bumi OkaLarantuka, NTT Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 2003 33- 8