BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Pertanian 1

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Produktivitas Pertanian
1. Pengertian Produktivitas
Nurmala, dkk (2012), produktivitas adalah kemampuan tanah
untuk menghasilkan produksi tanaman tertentu dalam keadaan pengolahan
tanah tertentu. Produktivitas merupakan perwujudan dari keseluruhan
faktor-faktor (tanah dan non tanah) yang berpengaruh terhadap hasil
tanaman yang lebih berdasarkan pada pertimbangan ekonomi.
Menurut Dewan Produktivitas Nasional (2009) dalam Farizal
(2015) menjelaskan bahwa produktivitas mengandung arti sebagai
perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keberhasilan
sumber daya yang digunakan (input). Dngan kata lain bahwa produktivitas
memiliki dua dimensi. Dimensi pertama adalah efektivitas yang mengarah
pada pencapaian target berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu.
Yang kedua yaitu efesiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan
input dengan realisasi penggunaan atau bagaimana pekerjaan tersebut
dilaksanakan.
7
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
2. Faktor Produksi dalam Usaha Tani
Menurut Mubyarto (1989), menguraikan beberapa faktor yang
mempengaruhi produksi dalam pertanian diantaranya tanah, modal dan
tenaga kerja.
a. Tanah sebagai faktor Produksi
Tanah merupakan satu faktor produksi seperti modal dan
tenaga kerja yang dibuktikan dari tinggi rendahnya balasa jasa (sewa
bagi hasil) yang sesuai dengan permintaan dan penawaran tanah dalam
masyarakat dan daerah tertentu.
Ada kemungkinan sebidang tanah tidak secara langsung
dipakai sendiri oleh pemilik sebagai modal untuk berusaha tani tetapi
dipakai sebagai alat mencari kredit atau membayar hutang-hutang.
Tanah juga mendapat bagian dari hasil produksi karena jasanya dalam
produksi tersebut. Pembayaran atas jasa produksi tersebut disebut sewa
tanah (rent).
Faktor produksi tanah tidak hanya dilihat dari luas atau
sempitnya saja, namun dari segi lain seperti produktivitas tanah yang
bergantung pada jenis tanah, keadaan pengairan, sarana prasarana,
topografi (tanah dataran tinggi, dataran rendah atau daerah pantai).
Jenis tanah mengarahkan petani kepada pilihan komoditas yang sesuai,
8
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
pilihan teknologi, serta pilihan metode pengolahan tanah, selain itu
juga mempengaruhi petani dalam pemilihan tanaman, pilihan waktu
dan cara bercocok tanam.
b. Modal dalam Produksi Pertanian
Modal adalah uang atau barang yang bersama-sama dalam
faktor produksi tanah dan tenag kerja menghasilkan barang – barang
baru. Modal yang dimiliki petani selain tanah yaitu ternak beserta
kandangnya, cangkul, bajak, dan alat – alat pertanian lainnya bibit,
pupuk, hasil panen yang belum dijual, tanaman yang masih disawah
dan lainnya.
c. Tenaga Kerja dalam Faktor Produksi
Tenaga kerja dalam usaha tani sebagian besar berasal dari
keluarga petani itu sendiri yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak
petani. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani ini merupakan
sumbangan keluarga pada produksi pertanian secra keseluruhan dan
tidak dinilai dengan uang. Faktor tenaga kerja petani yang berasal dari
luar juga berpengaruh terhadap produksi pertanian atau disebut petani
buruh atau penggarap.
Tenaga kerja dalam pertanian adalah pencurahan teaga kerja
dalam proses pertanian yang ditunjukkan untuk menghasilkan produksi
9
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
pertanian. Pencurahan tenaga kerja usahatani dimaksudkan agar proses
produksi dapat berjalan maka tiap tahapan kegiatan usahatani
diperlukan masukan tenaga kerja yang sepadan. Adanya masukan
tenaga kerja yang sepadan diharapkan proses produksi akan berjalan
lebih optimal sehingga produksi padi meningkat.
Sektor agraris merupakan sektor utama mata pencaharian
potensial di Indonesia yang masih dapat dikembangkan di beberapa
wilayah. Pemanfaatan potensi ini dapat dilaksanakan dengan optimal
melalui keterlibatan masyarakat terutama para petani. Kebijakan
pemerintah dalam meningkatkan produksi pertanian didukung dengan
Panca Usaha Tani :
1. Penggunaan Bibit Unggul
2. Pemupukan
3. Pemberantasan Hama dan Penyakit
4. Pengairan
5. Perbaikan Sarana dan Prasarana Bercocok Tanam
Tingkat produksi tanah sawah tidak hanya bergantung pada
kondisi iklim, tetapi unsur hara tanah dan kemampuan pengelolaan
tanah seperti sistem penanaman, irigasi, pembajakan, pemupukan dan
pemanenan (Kawasaki dan Herath, 2011).
10
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
3. Produktivitas Lahan Untuk Tanaman Padi
Suprihanto
(2010),
berdasarkan
Balai
Besar
Penelitian
Tanaman Padi Badan Penelitian dan Pengembangan Penelitian
Departemen Pertanian Tahun 2010 jumlah rata – rata varietas padi
gogoh Situ Bagendit adalah 4 -5 toh/Ha. Dimana jika produksi di
bawah dari yang ditetapkan masuk kedalam kategori produktivitas
rendah dan jika produktivitas memenuhi atau melebihi standar yang
ditetapkan masuk kedalam kategori tinggi.
Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 1 tahun 2011 tentang
penetapan dan alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan maka
tingkat produktivitas setiap bentuk lahan pertanian berdasarkan nilai
produktivitas minimum lahan pertanian dapat berproduksi sebesar 3
ton/Ha untuk sawah teknis, 2 ton/Ha untuk sawah setengah teknis dan
sawah tadah hujan.
Tabel 2.1 Klasifikasi Tingkat Produktivitas Lahan Pertanian Sawah
No.
Produktivitas
sawah teknis
(Ton/Ha)
Produktivitas
Sawah setengah
teknis dan tadah
hujan (Ton/Ha)
Kategori
1.
3
2
Rendah
2.
3,1 – 4,9
2,1 – 4
Sedang
3.
5–7
>4 – 6
Tinggi
11
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
4.
>7
>6
Sangat Tinggi
Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011
4. Pertanian Pedesaan
Pertanian tidak dapat dipisahkan dengan pedesaan. Semua
lahan pertanian didominasi di wilayah pedesaan yang masih memiliki
lahan yang luas. Pertanian merupakan sumber penghidupan utama
masyarakat pedesaan. Usaha pertanian dijadikan sebgai lapangan
pekerjaan yang mampu menyerap cukup banyak pekerja.
Pertanian berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam
dengan kontribusi ilmu pengetahuan dan teknologi. Pertanian bukan
hanya sekedar menanam dan memanen, namun lebih luas berkaitan
dengan
filosofi
sebuah
bangsa,
pertimbangan,
humanitarian,
kebudayaan, sprititual, interaksi dengan alam, lingkungan biotik dan
abiotik, memahami kearifan lokal dan ekologis serta persahabatan
dengan segenap unsur kemanusiaan. Memahami pertanian dengan
segala dimensi kemanusiaannya juga merupakan bagian penting untuk
memahami pertanian itu sendiri (Yuwono,2011).
Pertanian tradisional sangat bergantung dengan ketersediaan
sumber daya alam (lahan, air, dan sumber daya hayati lainnya).
Kumpulan petani di desa biasanya menggabungkan dirinya dalam
12
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
sekumpulan petani yang disebut oraganisasi kelompok tani. Kelompok
tani sebagai wadah saling berbagi informasi pertanian, penyuluhan
maupun penyalur bahan pertanian dari pemerintah. Kelompok tani ini
akan memberikan pengaruh besar terhadap produksi pertanian.
Penyuluhan bagi petani dijadikan sebagai wadah pendidikan dan
pengumpul informasi mengenai kegiatan pertanian agar dapat
mengapliksikan informasi tersebut dalam tindakan nyata.
Petani yang dimaksudkan yaitu orang yang bercocok tanam
hasil bumi atau memelihara ternak untuk tercapainya tujuan kehidupan
dari kegiatan itu. Dilihat dari hubungan dengan lahan yang diusahakan
petani dibagi menjadi golongan:
a. Petani pemilik penggarap ialah petani yang mempunyai luas
lahan sendiri seta lahannya tersebut diusahakan atau digarap
sendiri dan status lahannya disebut lahan milik.
b. Petani penyewa ialah petani yang menggarap tanah milik orang
lain atau petani laut dengan status sewa.
c. Petani penyangkap (penggarap) ialah petani yang menggarap
tanah milik otang lain dengan sistem bagi hasil.
d. Petani penggadai ialah petani yang menggarap lahan usahatani
orang lain dengan sistem gadai.
13
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
e. Buruh Tani ialah petani pemilik lahan atau tidak memiliki
lahan usaha tani sendiri yang biasa bekerja di lahan usaha tani
pemilik atau penyewa dengan mendapatkan upah, berupa uang
tau hasil usaha tani, seperti beras atau usaha tani lainnya.
Sistem hubungan dalam pekerjaan petani berdasarkan
kontrak kekeluargaan dan sistem kekerabatan yang kental. Sistem
uapah yang diberikan bisa berupa uang maupun barang hasil tani
lainnya. Hasil upah tersebut juga dapat berpengaruh terhadap
kesejahteraan keluarga petani. Usaha pertanian sangat erat
kaitannya dengan pengelolaan tanah agrikultur yang berhubungan
langsung dengan alam.
B. Syarat Tumbuh Tanaman Padi
Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang
berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Adapun faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan padi menurut AAK (1990) sebagai berikut:
1. Curah Hujan
Tanaman padi dapat hidup dengan baik didaerah yang berhawa
panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata
200 m per bulan atau lebih, dengann distribusi selama 4 bulan, curah hujan
yang dikehendaki per tahun sekitar 1500-2000 mm. Suhu yang baik untuk
14
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
pertumbuhan tanaman sekitar 23 0C, tinggi tempat untuk tanaman padi
sekitar 0-1500 m dpl.
2. Temperatur
Suhu mempunyai peranan yang penting dalam pertumbuhan
tanaman. Suhu yang panas merupakan temperatur yang sesuai dengan
tanaman padi, misalnya daerah tropika yang dilalui garis khatulistiwa
seperti negara Indonesia.
Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada suhu 23 0 ke atas,
sedangkan di Indonesia pengaruh suhu terhadapa tanaman padi tidak
begitu terasa karena suhu yang hampir konstan sepanjang tahun. Salah satu
pengaruh suhu terhadap tanaman padi yaitu kehampaan padi.
3. Tinggi Tempat
Menurut Junghun, hubungan tinggi tempat dengan tanaman padi
sebagai berikut:

Daerah antara 0-650 m dengan suhu antara 26,50-22,50C termasuk
96% dari luas tanah di Jawa, cocok untuk tanaman padi.

Daerah antara 650-1500 m dengan suhu antara 22,50-18,50 masih
cocok untuk tanaman padi.
4. Sinar Matahari
15
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
Tanaman padi memerlukan sinar matahari. Hal ini sesuai dengan
syarat tumbuh tanaman padi yang hanya dapat hidup di daerah berhawa
panas. Di samping itu, sinar matahari untuk berlangsungnya proses
fotosintesis, terutama pada tanaman berbunga sampai pada pemasakan
buah. Proses pembungaan dan pemasakan buah berkaitan erat dengan
intensitas penyinaran dan keadaan awan.
5. Angin
Angin mempunyai pengaruh positif dan negatif terhadap tanaman
padi. Pengaruh positif, terutama pada proses penyerbukan dan pembuahan,
tetapi angin juga berpengaruh negatif, karena penyakit yang disebabkan
oleh bakteri atau jamur yang ditularkan oleh angin, dan apabila terjadi
angin kencang pada saat tanaman berbunga, buah dapat menjadi hampa
dan tanaman roboh.
6. Musim
Musim sangat berhubungan erat dengan hujan yang berperan
penting dalam penyediaan air dan hujan dapat berpengaruh pada
penyerbukan dan pembuahan sehingga tanaman padi pada musim kemarau
akan menghasilkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan penanaman padi
pada musim hujan, dengan catatan pengairan baik.
16
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
Pada musim kemarau, penyerbukan dan pembuahan tidak
terganggu oleh hujan, sehingga presentase terjadinya buah lebih besar dan
produksi padi akan meningkat. Namun yang perlu diperhatikan yaitu
adanya pengairan untuk tanaman padi. Sedangkan pada musim hujan
sebaliknya, proses penyerbukan dan pembuahan sangat terganggu sebab
menimbulkan bunga padi juga terganggu, sebab membukanya padi juga
terganggu, maka produksi padi pada musim hujan relatif lebih rendah
walaupun pengairan dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.
C. Iklim
Iklim adalah kondisi rata – rata keadaan cuaca dalam jangka waktu
yang cukup panjang minimal 30 tahun yang bersifat tetap. Iklim
merupakan kebiasaan alam yang digerakkan oleh gabungan beberapa
unsur yaitu radiasi matahari, temperatur, kelembaban awan, awan,
presifikasi, evaporasi, tekanan, dan angin. (Kartasapoetra:2008)
Faktor iklim merupakan kunci penentu untuk hasil proses produksi
diantaranya fluktuasi radiasi matahari, curah hujan dan suhu menyebabkan
defisit air, banjir, perubahan dalam kadar air tanah, hama dan penyakit
wabah yang kendala pertumbuhan tanaman dan dapat mewakili 15 - 80%
dari variasi produksi antar-tahunan (Oerke et al. 2012;. gommes et al,
2010; Yoshida dan Parao, 1976;. Lansigan et al, 2000 dalam
(Chung,2015)).
17
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
Unsur – unsur tersebut berbeda pada tempat satu dengan tempat
lainnta. Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya faktor iklim atau
pengendali iklim, yaitu:
1. Ketinggian tempat
2. Latitude atau garis lintang
3. Daerah tekanan
4. Arus laut
5. Permukaan tanah
Meskipun semua unsur penting, hubungan yang menyatakan
kecukupan panas dan air banyak mempengaruhi klasifikasi iklim.
1. Klasifikasi iklim menurut Mohr
Mohr (1933) dalam Kartasapoetra (2008) menggolongkan
iklim berdasarkan bulan basan bulan kering. Bulan basah adalah bulan
yang curah hujannya melebihi 100 mm sedangkan bulan kering adalah
bulan yang curah hujannya kurang dari 60 mm.
Tabel 2.2
Bulan Basah dan Bulan Kering Menurut Mohr
Region With
Fierce
Strong
Dry Period
Sound
Weak
More/Less
Distinct
Wet Month
18
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
V
IV
III
II
Ib
Dr
W
Dr
W
Dr
W
Dr
W
Dr
6-7
4-5
4-6
4-7
2-4
4-9
1-2
4-11 0
Ia
W
Dr
W
7-11
0
12
Mohr (1933) mengklasifikasikan wilayah menjadi 6 golongan
berdasarkan jumlah bulan basah dan bulan kering dalam satu tahun. Dr
merupakan kategori untuk bulan kering sedangkan W untuk kategori
bulan basah.
2. Klasifikasi iklim menurut Schimdt-fergusson
Dasar klasifikasi iklim menurut Schimdt-fergusson (Tjasyono,
2004) dengan menjumlahkan bulan basah dan bulan kering kering
dalam periode waktu tertentu kemudian dihitung rata – ratanya, dengan
rumus:
Q=
Dari harga Q, Schimidt dan Fergusson (1951) menentukan jenis iklim
yang ditandai degan iklim A sampai iklim H sebagia berikut:
A : 0 ≤ Q < 0,143
.......
A : Sangat Basah
B : 0,143 ≤ Q < 0,333
.......
B : Basah
C : 0,333 ≤ Q < 0,6000
.......
C : Agak Basah
19
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
D : 0,6000 ≤ Q < 1,000
.......
D : Sedang
E : 1,000 ≤ Q < 1,670
.......
E : Agak Kering
F : 1,670 ≤ Q < 3,000
.......
F : Kering
G : 3,000 ≤ Q < 7,000
.......
G : Sangat Kering
H : 7,000 ≤ Q
.......
H : Luar Biasa Kering
3. Klasifikasi iklim menurut Oldeman
Klasifikasi
iklim
Oldeman terutaman digunakan untuk
keperluan pertanian di Indonesia. Klasifikasi iklim menurut Oldeman
dengan penentuan bulan basah dan bulan kering sebagai berikut:
a. Bulan basah adalah bulan dengan curah hujan lebih dari 200
mm
b. Bulan kering adalah bulan dengan curah hujan kurang dari 100
mm.
Tabel 2.3 Klasifikasi Curah Hujan Menurut Oldeman
No. Zone
Bulan Basah
Bulan Kering
Periode Tanaman
1.
A
>9 bulan
0-2 bulan
Bisa ditanami padi
terus menerus
2.
B
7-9 bulan
1-5 bulan
Hanya
dapat
ditanami padi 2
periode dalam satu
tahun
20
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
3.
C
5-6 bulan
1-7 bulan
Dapat ditanami padi
2 kali panen dalam
satu tahun, dimana
penanaman
padi
yang jatuh dibawah
200 mm perbulan
dilakukan
dengan
sistem gogoh rancah
4.
D
3-4 bulan
1-9 bulan
Hanya
dapat
ditanami padi satu
kali tanam
5.
E
<3 bulan
0-12 bulan
Penanaman
sangat
dianjurkan
adanya irigasi
baik
padi
tidak
tanpa
yang
D. Musim
1. Pengertian Musim
Kata musim itu sendiri jika merujuk pada KBBI adalah sebagai
waktu tertentu yang bertalian dengan keadaan iklim, masa, waktu (ketika
terjadi suatu peristiwa). Menurut Wirdjohamidjojo dan Swarinoto arti
musim adalah selang waktu dengan cuaca yang paling sering atau
mencolok.
Musim adalah periode dengan unsur iklim yang mencolok,
misalnya dengan musim panas maka unsur iklim yang mencolok adalah
suhu udara yang tinggi, dalam musim hujan iklim yang mencolok yaitu
curah hujan yang berlimpah. Indonesia hanya mempunyai sebutan musim
21
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
hujan, musim pancaroba pertama, musim kemarau, dan musim pancaroba
kedua berdasarkan ragam curah hujan yang berlimpah (Tjasyono, 2004).
Musim sangat berkaitan dengan hujan yang berperan dalam
penyediaan air dan berperan penting dalam pembentukan buah sehingga
sering terjadi bahwa penanaman padi pada musim kemarau mendapatkan
hasil yang lebih tinggi daripada penanaman padi pada musim hujan,
dengan catatan pengairan baik.
Adanya hubungan yang erat antara informasi cuaca, iklim dan
musim terhadap sektor pertanian maka keluarlah INPRES No. 5
Berdasarkan Instruksi Presiden atau INPRES No.5 Tahun 2011 Tentang
Upaya Mengamankan Produksi Gabah/Beras Nasional serta Antisipasi dan
Respon Cepat untuk Menghadapi Kondisi Iklim Ekstrim yang berisi
bahwa BMKG wajib melakukan analisa kondisi iklim ekstrim dan
diseminasi informasi peningkatan dini iklim ekstrim kepada Kementrian
Pertanian dan instansi terkait.
Dengan adanya INPRES tersebut diharapkan BMKG dapat
memberikan informasi prakiraan iklim yang tepat dan akurat guna
mengurangi kejadian gagal panen serta dapat meningkatkan produksi dan
efisiensi pertanian. Informasi prakiraan iklim dalam hal ini adalah berupa
informasi awal musim.
22
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
Dan Dialah yang menurunkan air "hujan" dari langit lalu kami
tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami
keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami
keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari
mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebunkebun anggur, dan (kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa
dan tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah,
dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang
beriman. (QS. Al Anam ayat 99)
2. Penentuan Musim
Awal musim tanam umumnya ditentukan berdasarkan awal
musim hujan dan musim kemarau yang ditetapkan oleh BMKG.
BMKG menetapkan awal musim hujan sebagai kejadian tiga kali
dasarian hujan >50 mm berurutan sehingga masuknya awal musim
hujan adalah dasarian pertama di mana hujan >50 mm. Kriteria awal
musim kemarau adalah kejadian tiga kali dasarian hujan < 50 mm.
Syahbuddin et al. (2013) dalam Zurmaini dan Syahbudin (2016) dalam
menentukan awal tanam potensial apabila curah hujan telah melebihi 35
mm/ dasarian selama tiga dasarian berturut-turut mulai bulan
September. Namun, dari beberapa kriteria penentuan waktu tanam
23
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
tersebut, kriteria jumlah curah hujan saja tidak cukup untuk
menentukan awal musim tanam karena kondisi hujan selama musim
tanam sangat menentukan kondisi pertanaman.
3. Pranata Mangsa
Petani di daerah Jawa Tengah mengenal satuan waktu yang
didasarkan pada tahun surya (Tahun Syamsiah) terutama untuk
penentuan musim yang berhubungan dengan masa cocok tanam. Pada
tahun 1855 tahun surya (Syaka) oleh Sunan Paku Buwono VII
dimodifikasi dengan nama “Pranata Mangsa” yang dapat dijadikan
pedoman keteraturan waktu untuk menentukan musim bagi petani
dalam bercocok tanam.
Adapun pembagian pranata mangsa menurut Sunan Paku
Buwono VII dalam buku Kosmografi (2004) sebagai berikut:
1) Mangsa Kasa
: 22/23 Juni – 2 Agustus
2) Mangsa Karo
: 2/3 Agustus – 25 Agustus
3) Mangsa Katiga (Katelu)
: 25/26 Agustus – 18 September
4) Magsa Kapat
: 18/19 September – 13 Oktober
5) Mangsa Kalima
: 13/14 Oktober – 9 November
6) Mangsa Kanem
: 9/10 November – 22 Desember
7) Mangsa Kapitu
: 22/23 Desember – 3 Februari
8) Mangsa Kawulo
: 3/4 Februari – 1 Maret
24
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
9) Mangsa Kasanga
: 1/2 Maret – 26 Maret
10) Mangsa Kasepuluh
: 26/27 Maret – 19 April
11) Mangsa Desta
: 19/20 Maret – 12 Mei
12) Mangsa Sada
: 12/13 Mei – 22 Juni
Oleh masyarakat Jawa khusunya di sekitar Gunung Merbabu –
Merapi atau daerah yang beriklim Am (Kopen) masuknya musim ditandai
dengan kehadiran bintang tertentu selama satu tahun pergesearn musim.
Secara keseluruhan pranata mangsa mencerminkan ontologi menurut
konsepsi Jawa serta archetip (modal awal) alam pikiran petani yang
dilukiskan dengan simbol berupa watak – watak mangsa.
Satu tahun = 365 hari terbagi atas 4 musim utama yaitu katiga
(musim kemarau), labuh (panca roba = musim antara), rendeng (musim
penghujan) dan mareng (panca roba = masa antara), setiap musim dapat
dibagi lagi menjadi tiga musim khas atau mangsa, sehingga diperoleh 12
jumlah mangsa dalam satu tahun (Daljoeni dan Suyitno, 1986 dalam
Kosmografi, 2004).
4. Peranan Musim Terhadap Tanaman
Menurut
(Banowati
dan
Sriyanto,
2013)
tanaman
sangat
diperngaruhi oleh fenomena geosfer, suatu lingkungan (geografi) atau
kawasan sempit tempat tumbuhnya. Lingkungan merupakan aspek
25
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
keruangan (tempat) yang menentukan kondisi dan situasi tempat hidup
makhluk hidup.
a. Suhu
Suhu
merupakan
pengukuran
intensitas
cahaya.
Dalam
hubungannya dengan kehiudpan organisme, suhu yang dapat dimanfaatkan
untuk pertumbuhan tanaman pertanian sampai dengan 400C. Di bawah
atau di atas suhu tersebut tanaman pertanian akan menurun drastis. Suhu
untuk pertumbuhan tanaman dibedakan dalam 3 hal yakni suhu normal,
suhu kritis, dan suhu tempoperiodisme.
1. Suhu dimana tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan
karakteristiknya.
1) Titik 00 bagi tanaman, pada suhu ini pertumbuhan tanaman akan
berhenti.
Setiap
tanaman
memiliki
tingkat
pertumbuhan
perkecamabahan yang berbeda-beda, misalnya tanaman gandum
antara 00-30C sedangkan jangung membutuhkan suhu pertumbuhan
yanb biak antara 90-100C (Sriyanto, 2005)
2) Suhu minimum bagi tanaman, tiap tanamana tidak akan
berkembang pada suhu di bawah minimal. Suhu tanaman
menghendaki periode tertentu untuk berkembang, contoh tanaman
jagung menghendaki suhu minimal 100C untuk berbunga.
26
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
3) Suhu optimal bagi tanaman, pertumbuhan tanaman sangat
bergantung dari suhu yang dibatasi maksimal. Temperatur untuk
pertumbuhan optimal jagung antara 24-300C (Sriyanto, 2009).
4) Jumlah suhu, sampai akhir pertumbuhannya tanaman memerlukan
jumlah suhu tertentu.
2. Suhu kritis, pada umumnya tanaman tidak akan tumbuh lagi pada suhu
di bawah 00C, apabila suhu turun lagi tanaman akan mati. Itulah yang
disebut suhu kritis rendah, atau sebaliknya pada suhu 500 ke atas
tanaman juga akan mati (suhu kritis atas).
3. Tempoperiodisme adalah tanaman membutuhkan suhu tertentu untuk
masa-masa tertentu. Pada masa muda tanaman memerlukan suhu yang
agak rendah, sedangkan pada masa berbunga dan berbuah memerlukan
suhu yang tinggi.
b. Sinar Matahari
Sinar matahari merupakan sumber energi yang menyebabkan
tanaman dapat membentuk gula (fotosintesis). Lamanya sinar matahari
ditentukan oleh panjangnya hari (tergantung dari daerahnya). Beberapa hal
yang menyebabkan sinar matahari mempengaruhi tanaman, yakni:
1) Terik atau kerasnya sinar matahari, setiap tanaman memiliki daya
tahan yang berbeda terhadap kerasnya sinar matahari. Ada yang
27
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
tumbuh baik di alam terbuak atau sebaliknya ada yang
membutuhkan peneduh untuk dapat tumbuh.
2) Lama atau panjangnya sinar matahari (fotoperiodisme), menurut
reaksi tanaman sesuai dengan panjangnya sinar matahari dapat
dibedakan menjadi tiga, yakni: tanaman yang memerlukan
penyinaran panjang (padi-padian), tanaman yang memerlukan
penyinaran pendek, dan tanaman yang memerlukan penyinaran
netral.
c. Kelembaban Udara dan Curah Hujan
Kelembaban udara wajib diketahu petani untuk menentukan
masa panen dan memperhitungkan waktu cendawan atau jamur yang
dapat merugikan. Taraf kelembaban udara dapat ditentukan dengan
perbandingan antara uap air dalam udara dan jumlah uap air maksimal
yang dapat ditahan oleh udara pada suhu tertentu. Air merupakan
salah satu unsur terbesar bagi tanaman, kandungan air tiap jenis
tanaman berbeda namun rata-rata berkisar antara 90% untuk tanaman
muda sampai kurang dari 10% untuk tanaman padi yang sudah tua.
Air memberikan pengaruh bagi tanaman dalam bentuk tiga
hal yaitu:
28
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
1) Kebutuhan tanaman akan air. Air yang dibutuhkan oleh tanaman
mengandung butir-butir tanah, air hujan atau air irigasi. Air yang
dibutuhkan tidak hanya banyak namun pembagiannya yang merata
untuk menstabilkan pertumbuhan tanaman.
2) Masa-masa kritis, tanaman selalu membuthkan air menuntut masa
vegetasinya, sebab pada msa itulah tanaman terbentuk dan tanaman
sendirilah yang mengandung air bukan bijinya.
3) Pengaruh taraf higromestris (kelembaban), kelembaban berfungsi
mengatur penguapan pada permukaan tanah dan penguapan daun.
Bila kelembaban udar tinggi sangat menguntungkan tumbuhnya
cendawan yang berarti sangat merugikan petani. Tingkat
kelembaban penting saat musim panas atau tidak perlu kelembaban
tinggi.
d. Angin
Angin memiliki fungsi penting dan peranan karena ada gesekan
dengan permukaan tanah, batuan, sifat-sifat fisiografi utama dan massa
tumbuhan, maka angin cenderung meningkatkan kecepatan dengan
semakin tinggi dari permukaan tanah.
Angin dapat menyebabkan erosi tanah, dari segi fisiologi
mengurangi pertumbuhan dengan mengganti udara basah dengan udara
29
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
kering dan meningkatkan transpirasi dan menurunkan tuhror sel-sel
tumbuhan yang dipengaruhi. Pengaruh utama kaitan dengan pertanian
adalah mengatur penguapan/temperatur, membantu penyerbukan,
lebih-lebih penyerbukan silang seperti jagung, membawa uap air,
sehingga udara panas lebih sejuk, membawa gas-gas yang sangat
dibutuhkan oleh tanaman.
Pertanian sangat rentan dengan perubahan iklim berkaitan
dengan tiga hal yaitu: biofisik, genetik, dan manajemen. Pertanaian
merupakan tanaman semusim sehingga sangat rentan dengan adanya
perubahan kelebihan dan kekurangan air. Secara teknis kerentanan
berkaiatan dengan sistem penggunaan lahan dan sifat tanah, pola
tanam, teknologi pengelolaan tanah, air, dan tanaman, serta varietas
tanaman (Las eta l 2008). Perubahan iklim global memerikan dampak
utama yang berkaitan dengan pertanian yaitu perubahan pola curah
hujan, meningkatnya kejadian iklim esktrim (banjir dan kekeringan),
dan peningktan suhu udara dan permukaan air laut (Salinger, 2005
Surmaini, dkk, 2010).
E. Pengaruh Musim Terhadap Produktivitas
Musim sangat berhubungan erat dengan hujan yang berperan
penting dalam penyediaan air dan hujan dapat berpengaruh pada
penyerbukan dan pembuahan sehingga tanaman padi pada musim kemarau
30
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
akan menghasilkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan penanaman padi
pada musim hujan, dengan catatan pengairan baik.
Pada musim kemarau, penyerbukan dan pembuahan tidak
terganggu oleh hujan, sehingga presentase terjadinya buah lebih besar dan
produksi padi akan meningkat. Namun yang perlu diperhatikan yaitu
adanya pengairan untuk tanaman padi. Sedangkan pada musim hujan
sebaliknya, proses penyerbukan dan pembuahan sangat terganggu sebab
menimbulkan bunga padi juga terganggu, sebab membukanya padi juga
terganggu, maka produksi padi pada musim hujan relatif lebih rendah
walaupun pengairan dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Curah hujan sangat mempengaruhi kegiatan pertanian dan produksi
tanaman pangan lahan kering di Jawa Barat. Namun demikian curah hujan
mempunyai variabilitas yang besar baik secara spasial maupun temporal.
Oleh karena itu seringkali curah hujan tersebut menjadi faktor pembatas
dalam kegiatan pertanian dan produksi tanaman pangan lahan kering.
Salah satu upaya agar curah hujan tersebut tidak menjadi faktor pembatas
atau sedikitnya tidak menjadi kendala dalam kegiatan pertanian dan
produksi tanaman adalah menyelaraskan semua kegiatan pertanian dengan
karakteristik curah hujan yang ada (Oldeman, 1975; Amin, 2003; Boer,
2003).
31
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
Dalam
upaya
menyelaraskan
kegiatan
pertanian
dengan
karakteristik curah hujan yang ada tersebut harus didukung oleh basis
informasi karakteristik curah hujan yang memadai. Informasi karakteristik
curah hujan tersebut adalah perubahan pola curah hujan dan prediksinya di
masa datang; kecenderungan jangka panjang curah hujan. Selanjutnya
karakteristik curah hujan tersebut akan mempengaruhi perubahan
ketersediaan air.
Iklim telah mengalami perubahan yang sangat signifikan sebagai
akibat dari perubahan lingkungan dan ekosistem. Sejalan dengan itu suhu
permukaan bumi juga mengalami peningkatan yang sangat drastis.
Pemanasan global tersebut terutama sebagai akibat dari adanya akumulasi
gas-gas rumah kaca di atmosfer. Adanya perubahan iklim dan pemanasan
global tersebut tentu saja sangat mempengaruhi pola curah hujan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Hal itu tentu saja berdampak pula
terhadap sistem pertanian tanaman pangan lahan kering.
F. Penelitian Yang Terdahulu
1. Penelitian terkait dengan penelitian ini pernah dilakukan oleh Yulianto
dan Sudibykto (2010) dengan judul Kajian dampak variabilitas curah
hujan terhadap produktivitas padi sawah tadah hujan di Kabupaten
Magelang dengan menggunakan metode deskripsi kuantitatif dan
kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak yang
32
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
ditimbulkan oleh varibilitas curah hujan terhadap produktivitas padi
sawah tadah hujan serta mengetahui pola adaptasi bidang pertanian
yang sesuai dengan hasil bahwa varibilitas curah hujan tidak terlalu
berpengaruh terhadap produktivitas padi sawah tadah hujan.
2. Penelitian selanjutnya oleh Nafisha (2015) dengan judul Kajian
pengaruh pola curah hujan terhadap produktivitas pertanian padi
Kecamatan Pagebarang Kabupaten Tegal dengan menggunakan
metode deskripsi kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh pola curah hujan terhadap produktivitas
padi. Hasil penelitian menunjukkan pola curah hujan memberikan
pengaruh terhadap produktivitas padi.
3. Penelitian yang lain oleh Wirawan dkk (2014) dengan judul Analisis
Produktivitas Tanaman Padi di Kabupaten Badung Provinsi Bali
dengan metode linier berganda dan rata – rata tes dengan 550 titik data
sekunder dan sampel 41 dari responden dengan hasil bahwa variabel
yang memiliki hubungan positif dengan produksi yaitu jumlah, benih
dan pupuk sedangkan variabel yang memiliki hubungan negative yaitu
pestisida dan hama tanaman.
4. Penelitian selanjutnya oleh Thamrin dan Ardilla (2016) dengan judul
Analisi Faktor Produksi Padi Sawah Tadah Hujan Melalui Pendekatan
PTT dengan pendekatan pengolahan tanaman terpadu dengan
33
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
mengggunakan fungsi produksi Cobb Douglass dan efisiensi ekonomi.
Hasil penelitian secara statistik diperoleh nilai R-Square 0,95 yang
mengidentifikasi bahwa secara simultan produksi padi sawah tadah
hujan dipengaruhi oleh luas lahan, benih, pupuk, tenaga kerja,
pestisida.
5. Penelitian yang lain oleh Chung et all (2015) dengan judul Impact of
Seasonal Climate Varibility on Rice Production in the Central
Highlands of Vietnam. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
menentukan dampak varibilitas iklim musiman pada produksi padi di
Distrik Nam Dong Vietnam. Metode yang digunakan dengan Least
Square untuk menentukan hubungan antara faktor iklim dan hasil
panen padi di dua musim tumbuh yang berbeda. Hasil penelitian
menunjukan bahwa averain (rata-rata curah hujan), avemaxT ((suhu
maksimum rata-rata)) dan aveminT (suhu minimum rata-rata) memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap hasil padi. Hasil sementara curah
hujan memiliki hubungan yang positif dengan hasil panen pada dan
temperatur tinggi terpengaruh hasil padi dari dua musim tumbuh.
6. Penelitian lain juga dilakukan oleh Kawasaki dan Herath, (2011)
dengan judul Impact Assessment Of Climate Change On Rice
Production In Khon Kaen Province, Thailand. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis dampak perubahan iklim terhadap produksi padi,
34
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
profitabilitas usahatani, dan praktik adaptasi perubahan iklim bagi
petani padi. Metode yang digunakan dengan survei kuesioner yang
diberikan kepada petani disebelas Kabupaten di Provinsi Khon Kaen.
Hasil penelitian menunjukan varietas padi akan meningkat apabila
ditanam sesuai dengan keadaan iklim/ musim.
7. Khomsatun, (2017) dengan judul Kajian Komparasi Produktivitas
Pertanian Padi Antara Musim Hujan dan Musim Kemarau di
Kecamatan Kedungreja Kabupaten Cilacap. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perbedaan produktivitas padi antara dua musim
tersebut. Metode penelitian ini menggunakan metode survei kuesioner
untuk mengetahui hasil dari produksi padi. Hasil penelitian dengan
menggunakan uji t menunjukan terdapat produktivitas padi pada
musim hujan lebih banyak dibandingkan musim kemarau.
35
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
G. Landasan Teori
Menurut AAK (1990), Musim sangat berhubungan erat dengan
hujan yang berperan penting dalam penyediaan air dan hujan dapat
berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan sehingga tanaman padi
pada musim kemarau akan menghasilkan hasil yang lebih tinggi
dibandingkan penanaman padi pada musim hujan, dengan catatan
pengairan baik.
Faktor iklim merupakan kunci penentu untuk hasil proses produksi
diantaranya fluktuasi radiasi matahari, curah hujan dan suhu menyebabkan
defisit air, banjir, perubahan dalam kadar air tanah, hama dan penyakit
wabah yang kendala pertumbuhan tanaman dan dapat mewakili 15 - 80%
dari variasi produksi antar-tahunan (Oerke et al. 2012;. gommes et al,
2010; Yoshida dan Parao, 1976;. Lansigan et al, 2000 dalam
(Nguyen,2015)).
Kekeringan mempengaruhi budidaya padi, produksi padi dan
bertanggung jawab atas serangan hama (tikus) dan wabah penyakit (blast,
hawar pelepah, bintik-bintik coklat, dll) yang secara langsung memberikan
kontribusi untuk hasil padi rendah (Chung, 2015).
36
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
H. Kerangka Pikir
Musim
Musim Hujan
Musim Kemarau
Perbedaan Produktivitas
Padi
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
37
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
I. Hipotesis
Menurut Arikunto (2010) hipotesis dapat diartikan sebagai suatu
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai
terbukti berdasarkan data yang terkumpul.
1. Hipotesis
Alternatif
(Ha):
Terdapat
perbedaan
yang
signifikan
produktivitas pertanian padi antara musim hujan dan musim kemarau di
Kecamatan Kedungreja Kabupaten Cilacap.
2. Hipotesis
Nol
(Ho): Tidak terdapat perbedaan yang signifikan
produktivitas pertanian padi antara musim hujan dan musim kemarau di
Kecamatan Kedungreja Kabupaten Cilacap.
38
Kajian Komparasi Produktivitas…, Siti Khomsatun, FKIP, UMP, 2017
Download