skripsi_titis dwi nur nugroho _k4408050

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
RUNTUHNYA REZIM HOSNI MUBARAK TAHUN 2011
(Antara Diktatorisme dan Demokrasi di Mesir)
SKRIPSI
Oleh:
TITIS DWI NUR NUGROHO
K4408050
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit
to user
2012
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
RUNTUHNYA REZIM HOSNI MUBARAK TAHUN 2011
(Antara Diktatorisme dan Demokrasi di Mesir)
Oleh:
TITIS DWI NUR NUGROHO
K4408050
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit
to user
2012
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Titis Dwi Nur Nugroho. K44408050. 2012. “RUNTUHNYA REZIM HOSNI
MUBARAK TAHUN 2011 (Antara Diktatorisme dan Demokrasi di Mesir)”.
Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Juni 2012.
Tujuan penelitian ini antara lain: (a) Mengetahui jalannya pemerintahan
di Mesir pada masa Hosni Mubarak (b) Mengetahui apa saja yang menjadi faktor
penyebab terjadinya revolusi di Mesir (c) Mengetahui jalannya revolusi di Mesir.
Penelitian ini menggunakan metode historis. Langkah-langkah yang
ditempuh dalam metode historis ada empat tahap kegiatan, yaitu: heuristik, kritik,
interpretasi dan historiografi. Sumber data yang digunakan adalah sumber tertulis
yang meliputi buku-buku, majalah dan koran. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah teknik studi pustaka. Analisa data yang digunakan adalah
analisa historis yaitu analisa yang mengutamakan ketajaman dalam
menginterpretasi fakta sejarah.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Pemerintahan Mesir
pada masa Hosni Mubarak memberlakukan hukum darurat
militer dan
mengawasi semua kegiatan politik. Untuk tata negara yang stabil, selama
beberapa dekade Mubarak mendapat sokongan legitimasi dari AS. Hosni Mubarak
memerintah dengan diktator, sehingga menyebabkan kehidupan rakyat Mesir
sengsara, dengan berbagai masalah seperti kemiskinan, pengangguran dan
tindakan yang represif dari polisi (2) Revolusi yang terjadi di Mesir terjadi karena
faktor intern dan ekstern. Faktor intern dipengaruhi oleh rakyat Mesir yang
menginginkan suatu Negara yang demokratis. Rakyat Mesir menderita karena
pemerintahan Mubarak yang korup dan diktator. Sedangkan faktor ekstern yang
mempengaruhi terjadinya revolusi di Mesir adalah revolusi Tunisia. Revolusi
yang terjadi di Tunisia mampu membangkitkan semangat rakyat Mesir dan
menghilangkan rasa takut terhadap pemerintah (3) Rakyat Mesir melakukan
demonstrasi secara besar-besaran dan mengumpulkan massa menggunakan akun
jejaring sosial facebook dan twitter berkumpul di Tahrir Square. Pemerintah
melakukan tindakan yang represif terhadap demonstran, melakukan penculikan,
penganiayaan bahkan terhadap jurnalis yang meliput jalannya revolusi.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Titis Dwi Nur Nugroho. K4408050. 2012. THE COLLAPSE OF HOSNI
MUBARAK’S REGIME IN 2011 (Between Dictatorial and Democracy In
Egypt). Thesis. Teacher Training and Education, University of Sebelas Maret
Surakarta, June, 2012.
The purpose of this research are to know: (a) The course of Hosni
Mubarak’s govermental period, (b) The all factor of revolution in Egypt, (c) The
course of revolution in Egypt.
This research uses the historical method. The steps taken by the historical
method there are four stages of activities: heuristic, criticism, interpretation, and
historiography. Data sources used are written sources which books, magazines
and newspapers. Data collection techniques used is the technique of literature.
Analysis of the data used is the analysis of historical analysis that prioritizes
acuity in interpreting the facts of history.
Based on the research done, it can be concluded that: (1) The Egyptian
government was applying Emergency Law rule and supervising all political
activities at the period of Hosni Mubarak’s presidency. In order to stabilize the
condition of the nation, Mubarak was endorsed by legitimacy from United State.
He governed Egypt very dictatorial cusing the Egyptian society’ life become
insufferable with painful poverty, jobless, and repressive treatment from policy.
(2) The revolution was conducted by both internal and external factor. The
internal was influenced by the Egyptian society it self who desiring a democratic
nation. Their suffering was caused by the corrupt and dictatorial of Hosni
Mubarak’s presidency. In the other hand, the external factor was influenced by the
revolution thet happened in Tunisia. In fact, it provoke the spirit of Egyptian and
eliminated their fear of the Egyptian government. (3) The Egyptian society did a
massive demonstration. They colleted mass to come in Tharir Square using social
network sites such as facebook and twitter. The government treated the
demonstrators respressively. They also kidnapped and tryannized the
demonstrator and even the journalists who was reporting the revolution course.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Pembangkangan kepada tiran adalah kepatuhan kepada Tuhan.
(Thomas Jefferson)
Keberanian itu menular. Ketika seorang pemberani berdiri tegak, yang lain juga
menjadi tegak.
(Billy Graham)
Cara terbaik untuk meramalkan masa depan kita adalah dengan menciptakan
masa depan itu.
(Stephen R. Covey)
Ketika kita berhenti bermimpi, maka saat itu kita berhenti hidup.
(Penulis)
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Ibu, Ayah dan kakakku tercinta yang senantiasa memberi do’a dan kasih sayang
Tea Limostin yang selalu memberikan motivasi, do’a dan menjadi sumber
inspirasiku
Keluarga Besar Abal-abal yang telah menjadi keluarga keduaku
Saudara-saudaraku Sejarah ’08
Almamater
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt yang senantiasa melimpahkan taufik serta
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“RUNTUHNYA REZIM HOSNI MUBARAK TAHUN 2011 (Antara
Diktatorisme dan Demokrasi di Mesir)”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak sehingga dalam kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberi izin penelitian kepada penulis.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi izin
penelitian kepada penulis.
3. Ketua Program Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberi izin penelitian kepada penulis.
4. Drs. Tri Yunianto, M.Hum., selaku Pembimbing I, yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dra. Sri Wahyuni, M.Pd., selaku Pembimbing II, yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Eni Susilowati, Dwi Ari Nur Rakhmawati, Cesilia Dea Afifah Wulandari, Ari
Kurnia, Tea Limostin, Suyono, Doni Setyawan, Tri Pujiyanto, Arif Nur Bakhtiar
yang tergabung dalam the big family of abal-abal. Terimakasih atas persahabatan
yang kita jalani selama ini.
7. Dr. Mas Heri selaku pembimbing Mata Kuliah Penyederhanaan.
8. Anak-anak kos bu “P”, Mas Heri, Kang Jambul, Mas Boy, Korti, Si Jack.
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Teman-teman Pendidikan Sejarah angkatan 2008 yang telah banyak memberikan
motivasi.
10.
Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak mungkin disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti dan pembaca.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................
iv
HALAMAN ABSTRAK.............................................................................
v
HALAMAN MOTTO .................................................................................
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................
viii
KATA PENGANTAR ................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...............................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xiii
DAFTAR BAGAN .....................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................................
1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................
8
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................
8
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka .........................................................................................
10
1. Kekuasaan ...................................................................................................
10
2. Diktatorisme ................................................................................................
14
3. Demokrasi ...................................................................................................
18
4. Revolusi ......................................................................................................
22
B. Kerangka Pemikiran ....................................................................................
26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
commit to user
A. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................................
28
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Metode Penelitian........................................................................................
29
C. Sumber Data ................................................................................................
29
D. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................................
30
E. Teknik Analisis Data ...................................................................................
31
F. Prosedur Penelitian......................................................................................
32
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Mesir ...........................................................................................................
36
1. Sejarah Mesir ..............................................................................................
36
2. Sejarah Politik Mesir Modern .....................................................................
40
B. Pemerintahan Mesir Masa Hosni Mubarak .................................................
52
1. Biografi Hosni Mubarak .............................................................................
52
2. Mesir Masa Hosni Mubarak ........................................................................
55
C. Faktor Penyebab Revolusi Mesir ................................................................
66
D. Jalannya Revolusi Mesir................................................................ .............
76
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan .....................................................................................................
86
B. Implikasi ......................................................................................................
87
C. Saran............................................................................................................
89
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
90
LAMPIRAN ................................................................................................
94
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Tabel Data Negara Mesir ............................................................................ 38
2. Tabel Daftar Partai Politik Mesir ................................................................ 41
3. Tabel Pendapatan Negara-negara Arab dari Minyak Bumi ........................ 73
Tabel Daftar Negara-negara
Pengguna Faceebook Terbesar Tahun 2011 .......................................... 79
Tabel Daftar Pengguna Facebook di Mesir Tahun 2011 ............................ 80
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR BAGAN
Bagan
Halaman
Kerangka Pemikiran .................................................................................... 26
Prosedur Penelitian ..................................................................................... 32
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Lampiran 1 : Peta Negara Mesir ................................................................. 94
2. Lampiran 2 : Jurnal Diplomasi.................................................................... 95
3. Lampiran 3 : Koran ..................................................................................... 117
4. Lampiran 4 : Foto-foto ................................................................................ 132
5. Lampiran 5 : Surat Permohonan Izin Penyusunan Skripsi.......................... 140
6. Lampiran 6 : Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Izin Penyusunan
Skripsi ......................................................................................................... 141
7. Lampiran 7 : Surat Permohonan Izin Penelitian ........................................ 142
8. Lampiran 8 : Surat Permohonan Izin Penelitian dan Observasi ................. 143
commit to user
xv
1
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada zaman modern ini yang disebut diktator adalah orang yang
melakukan kekuasaan sendiri atas negara. Karakteristik dari sistem diktator adalah
tidak ada pertanggungjawaban kekuasaan dan rakyat tidak memiliki wewenang
untuk membatasi kekuasaan penguasa. Dalam pemerintahan diktator, kedaulatan
merupakan milik penguasa dan digunakan untuk kepentingan kekuasaan
penguasa. Dukungan publik diperoleh melalui propaganda dan sistem pendidikan
terkontrol secara absolut. Hanya ada satu partai dan memiliki ciri khusus antara
lain, 1) mengesampingkan oposisi, 2) memerintah dengan kejam, 3)
mengagungkan ras Aria, 4) memasukkan pembangkang ke dalam penjara dan
kamp konsentrasi, 5) membentuk polisi rahasia, 6) melakukan indoktrinasi atas
masyarakat, 7) mengawasi masyarakat secara ketat (Gregorius Sahdan, 2004 : 16).
Diktator yang pernah memerintah antara lain Miguel Primo de Riviera dan
Francisco Franco dari Spanyol, Mustafa Kemal Ataturk dari Turki, Joze Pilsudski
dari Polandia, antonio de Oliviera Salazar dari Portugal, Benito Mussolini dari
Itali, Adolf Hitler dari Jerman, dan Joseph Stalin dari Uni sovyet. Selain itu
diktator yang terkenal di Amerika Latin di antaranya Juan Peron dari Argentina,
Fulgencio Batista dari Kuba, Rafael Trujillo dari Republik Dominika, Porfirio
Diaz dari Mexica, dan Manuel Antonio Noriega dari Panama. Diktator di Timur
Tengah termasuk Sadam Hussein dari Irak, Hafez a-Assad dari Syria, Hosni
Mubarak di Mesir dan Muammar Khadafi di Libya (Diunduh dari situs
Kompas.com, pada tanggal 27 Desember 2011).
Pemerintahan yang diktator akan
semakin sulit untuk menjaga
eksistensinya di zaman yang semakin maju, karena warga negara mulai mengenal
sistem pemerintahan yang jauh lebih bebas, tanpa pengekangan yaitu sistem
demokrasi. Demokrasi sangat mudah mempengaruhi pola pikir politik seseorang
karena dalam demokrasi ini mengacu pada kebebasan untuk melakukan apapun.
Informasi global tentang proses demokratisasi
commit to userdapat dengan mudah didapat dan
1
perpustakaan.uns.ac.id
2
digilib.uns.ac.id
dipelajari, sehingga pengetahuan mengenai demokrasi dapat memicu terjadinya
revolusi dalam pemerintahan terutama pemerintahan yang diktator. Rakyat tentu
menginginkan perubahan dalam pemerintahan, dari pemerintahan yang diktator,
selalu mengekang dalam segala hal, menuju pemerintahan yang bebas dan
demokratis.
Gerakan transisi dari rezim diktator menuju demokrasi bisa disebabkan
oleh revolusi. Revolusi merupakan suatu wujud perubahan yang terjadi secara
besar-besaran. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau
tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dilakukan dengan kekerasan atau
tanpa kekerasan. Karakter kekerasan pada ciri revolusi dipahami sebagai akibat
dari situasi ketika perubahan tata nilai dan norma yang mendadak telah
menimbulkan kekosongan nilai dan norma yang dianut masyarakat. Revolusi
dipahami sebagai kondisi dan keadan bagaimana konflik antar elit atau kelas
frustasi. Kondisi ini yang disebut revolusi dan transformasi sosial. Revolusi yang
terjadi di beberapa negara, salah satunya Mesir, merupakan suatu bentuk revolusi
dengan penggunaan kekerasan, perjuangan, dan percepatan perubahan yang
terjadi (Eisenstadt, 1987 : 49)
Trasnsisi melalui revolusi terjadi karena beberapa hal, 1) rezim tidak
melakukan perubahan dan menentang dengan keras segala bentuk tuntutan
perubahan dalam rezim, 2) pihak oposisi yang berseberangan dengan rezim
menghendaki terjadinya perubahan total dalam rezim sampai ke semua bagian,
mulai dari pergantian birokrasi sampai kepada perubahan bentuk rezim diktator
menjadi lebih demokratis (pergantian penguasa dalam rezim), 3) baik oposisi
maupun pemerintah sama-sama mempertahankan pendiriannya masing-masing, 4)
ketidakpuasan di kalangan oposisi membuat kelompok-kelompok extremis dalam
oposisi memobilisasi massa untuk menyerang rezim diktator seperti yang terjadi
di Mesir (Gregorius Sahdan, 2004 : 44-62).
Proses pendirian demokrasi adalah sebuah proses menginstitusionalkan
ketidakpastian, menempatkan semua kepentingan pada ketidakpastian. Dalam
rezim diktator, sejumlah kelompok, terutama angkatan bersenjata, memiliki
to user apapun yang bertolak belakang
kapasitas untuk mengintervensi commit
hasil konflik
perpustakaan.uns.ac.id
3
digilib.uns.ac.id
dengan program kepentingan pemerintah diktator. Situasi tersebut dapat dilihat
sebagai ketidakpastian dari sudut pandang sejumlah kelompok, kelompok yang
tersisih dari blok kekuasaan dan yang terpaksa memandang intervensi angkatan
bersenjata sebagai yang tidak dapat ditolak. Sejumlah kelompok memiliki kontrol
tinggi atas situasi dalam arti suatu kelompok tidak dipaksa untuk menerima hasilhasil yang diinginkan. Dalam demokrasi, tidak ada satupun kelompok yang
mampu untuk mengintervensi ketika hasil-hasil konflik mengancam kepentingan
pribadi setiap kelompok. Demokrasi berarti bahwa semua kelompok harus
menundukkan kepentingan pada ketidakpastian. Aksi pengasingan kontrol atas
hasil konflik ini yang merupakan langkah menentukan kearah demokrasi
(Guillermo O’Donnell, Philippe C. Schmitter & Laurence Whitehead, 1993 : 810).
Dengan beberapa dasar pemikiran tersebut, dapat dikatakan bahwa
demokrasi tidak kebal terhadap gelombang sejarah. Ada yang runtuh karena
kegagalan politik, menyerah pada perpecahan dari dalam atau dihancurkan oleh
invasi asing. Tetapi negara-negara demokratis juga telah memperlihatkan daya
tahan luar biasa sepanjang waktu, dan telah menunjukkan bahwa dengan
komitmen dan kesadaran pengabdian warga negaranya dapat mengatasi kesulitan
ekonomi yang parah, merujukkan perpecahan sosial etnik, dan jika perlu tegar
dalam zaman perang.
Kawasan Timur Tengah telah lama menjadi tempat pergolakan pemikiran
dan ideologi, terutama dalam menghubungkan antara Islam dan ideologi Barat.
Hal yang tidak bisa diabaikan adalah ideologi Islam kiri yang dipengaruhi oleh
pengaruh Marxisme. Sebagai sebuah teori dan ideoligi, sosialisme Islam baru
muncul di Timur Tengah pada tahun 1960-an, terutama di Mesir. Kelahiran
sosialisme Islam berawal dari pecahnya persatuan Mesir dengan Suriah (Republik
Persatuan Arab) pada tahun 1961. Pada waktu itu presiden Mesir Gamal Abdel
Nasser mengubah titik berat kebijaksanaannya dari cita-cita persatuan Arab
menuju masalah-masalah dalam negeri. Nasser menunjuk sosialisme sebagai cara
yang paling efektif untuk mengubah Mesir menjadi Negara industri modern yang
commit
user warganya. Nasser menjadikan
menjamin keadilan dan persamaan
bagitosemua
perpustakaan.uns.ac.id
4
digilib.uns.ac.id
sosialisme Islam sebagai ideologi resmi Negara Mesir. Mesir mengklaim bahwa
sosialisme bertujuan menghapus perbedaan kelas, membebaskan kaum tertindas,
serta mengamankan hak-hak mereka (Esposito, dan John O., 1999 : 45).
Di Afrika dan Timur Tengah gerakan menuju demokrasi pada dasawarsa
1980 terbatas. Nigeria bergeser kembali dari pemerintahan militer ke
pemerintahan yang dipilih secara demokratis pada tahun 1979, tetapi
pemerintahan ini kemudian digulingkan oleh sebuah kudeta militer pada awal
tahun 1984. Menjelang tahun 1990 sejumlah liberalisasi telah terjadi di Senegal,
Tunisia, Aljazair, Mesir dan Yordania. Pada tahun 1978 pemerintah Afrika
Selatan memulai suatu proses yang lambat untuk mengurangi apartheid dan
memperluas partisipasi politik bagi minoritas bukan kulit putih, tetapi tidak bagi
mayoritas kulit hitam yang sangat besar jumlahnya di negeri itu. Pada tingkatan
yang paling sederhana, demokrasi mensyaratkan beberapa hal, antara lain
berakhirnya sebuah rezim otoriter, dibangunnya sebuah rezim demokrasi, dan
pengkonsolidasian rezim demokratis itu. Sebuah gelombang demokratisasi adalah
sekelompok transisi dari rezim-rezim nondemokratis ke rezim-rezim demokratis,
yang terjadi di dalam kurun waktu tertentu dan jumlahnya secara signifikan lebih
banyak daripada transisi menuju arah sebaliknya (Samuel P. Huntington, 1995 :
13-59).
Dalam dasawarsa 1970 banyak rezim otoriter juga menghadapi masalah
legitimasi karena pengalaman masa lalu negeri tersebut dengan demokrasi. Sedikit
banyak, tubuh politik dalam masyarakat telah terpengaruh demokrasi, sehingga
meskipun rezim demokrasi sebelumnya mengalami kegagalan besar, anggapan
bahwa pemerintah yang benar-benar absah harus berdasarkan pada praktekpraktek demokrasi tetap bertahan. Dengan demikian para penguasa otoriter
terpaksa harus membenarkan rezim diktator dengan menggunakan retorika
demokrasi dan mengklaim bahwa rezim diktator benar-benar demokratis atau
akan menjadi demokratis pada masa yang akan datang begitu pemerintah berhasil
menanggulangi masalah-masalah mendesak yang dihadapi oleh masyarakat.
Revolusi dalam penggulingan rezim sering terjadi di wilayah Arab pada
commit
to user
abad ini, misalnya revolusi Tunisia
(Ben Ali),
Mesir (Hosni Mubarak), dan Libya
perpustakaan.uns.ac.id
5
digilib.uns.ac.id
(Muammar Khadafy). Para penguasa yang digulingkan ini lalai bahwa awalnya
para diktator berangkat dari situasi rakyat biasa, kemudian bergabung dengan
gerakan yang memanfaatkan rakyat miskin, dan kemudian menjadi pimpinan
puncak perubahan (kudeta politik) sampai para diktator berkuasa. Seorang filsuf
politik yaitu Lord Acton dalam Soyomukti dan Iqbal (2011) mengatakan,
“Kekuasaan itu cenderung korup, kekuasaan mutlak akan korup secara mutlak
(power tends to corrupt, absolute power corrupt absolutely)”.
Berdasarkan pendapat para pakar politik di atas, dapat dikatakan bahwa
pada saat diktator berkuasa, kemudian melupakan cita-cita awal untuk merebut
kekuasaan untuk menjadikan negara lebih baik untuk memperjuangkan nasib
rakyat. Secara umum, negara-negara Arab tersebut memang masih memiliki
sistem dan budaya politik yang jauh dari nilai-nilai demokrasi, bahkan sebagian
besar masih mempertahankan corak politik tradisional dan feudal (kerajaan)
dengan kekuasaan mutlak di tangan penguasa. Sebagian besar memang ada yang
memiliki simbol-simbol dan instrument demokrasi yang secara konseptual
digunakan untuk membagi kekuasaan agar tidak terpusat. Tetapi yang berjalan
dalam kenyataan adalah praktik-praktik politik yang amat jauh dari nilai-nilai
demokrasi dan keadilan. Dari banyak Negara di Arab, hanya Libanon, Irak, dan
Palestina yang cukup memberikan kebebasan pada rakyat untuk menentukan
aspirasinya. Sebagian besar Negara di Arab yang telah berbentuk republik dan
memperkenalkan sistem multipartai misalnya Tunisia, Aljazair, Sudan dan Mesir.
Tetapi sitem yang berjalan belum dapat memenuhi kehendak rakyat dalam
maknanya yang sejati, yaitu memenuhi kebutuhan-kebutuhan secara ekonomi,
sosial dan kebudayaan. Masih banyak terjadi kemiskinan, penindasan, korupsi dan
kesewenang-wenangan oleh rezim penguasa (Nuraini Soyomukti, Muhammad
Iqbal, 2011 : 29-31).
Revolusi yang terjadi di Mesir bukanlah revolusi yang pertama kalinya.
Tercatat beberapa kali terjadi revolusi sejak era kerajaan. Pada jaman
pemerintahan raja Taufiq pada tahun 1882 terjadi revolusi dengan pemberontakan.
Ketidakpuasan dan campur tangan asing yaitu Inggris yang mengakibatkan
to user
munculnya golongan Nasional commit
yang melakukan
revolusi dan dipimpin oleh
perpustakaan.uns.ac.id
6
digilib.uns.ac.id
Ahmad Arabi, seorang kolonel dalam pasukan Mesir, walaupun pada akhirnya
Arabi dan kelompoknya dapat dikalahkan oleh tentara Inggris. Setelah Perang
Dunia I pada November 1918, di Mesir muncul seorang tokoh pemimpin yang
dianggap berjuang dan menuntut kemerdekaan dari Inggris yaitu Sa’ad Zaghlul.
Penyebab terjadinya revolusi pada saat itu adalah penangkapan dan pengasingan
Sa’ad Zaghlul oleh Inggris. Revolusi terjadi pada 9 Maret 1919 di Cairo dan
seluruh wilayah Mesir yang membuat Inggris merubah kebijakan politiknya dan
membebaskan Sa’ad Zaghlul, kemudian Sa’ad Zahgul dipilih sebagai perdana
menteri pada tahun 1924 (David Akhmad Ricardo, 2011).
Penjajahan Inggris dan campur tangan asing serta perang yang terjadi di
Palestina tahun 1948, sistem kerajaan yang menindas rakyat dan tidak adanya
demokrasi yang mengakibatkan merosotnya ekonomi serta rusaknya kehidupan
sosial, seluruh factor tersebut membuat rakyat Mesir melakukan revolusi.
Revolusi dilakukan dengan menguasai pusat-pusat pemerintahan dan saranasarana vital serta mengepung istana Abdeen yang pada saat itu Mesir di bawah
kekuasaan raja Farouk sejak 1936. Raja dipaksa untuk menyerahkan jabatannya
kepada anaknya, Fouad II, namun karena Fouad belum cukup dewasa, maka
kekuasaan dipegang junta (dewan pemerintahan) yang dibentuk oleh Dubbath AlAhrar, kelompok revolusioner yang dipimpin Gamal Abdel Nasser. Dewan
pemerintahan melihat bahwa sistem kerajaan sudah tidak cocok dengan kehidupan
rakyat Mesir. Akhirnya dewan pemerintahan mengumumkan berdirinya sistem
negara republik pada 18 Juni 1953, dan Jenderal Muhammad Naguib terpilih
sebagai presiden pertama sampai 1954.
Pemerintahan Naguib berakhir pada tahun 1954 oleh gerakan yang
dipimpin oleh Gamal Abdel Nasser dan Nasser menjadi presiden selanjutnya.
Gamal Abdel Nasser meninggal akibat penyakit jantung pada tanggal 28
September 1970. Nasser digantikan oleh wakilnya yaitu Anwar Sadat, sebagai
presiden Mesir. Pemerintahan Sadat mendapatkan tekanan dan tindakan represif
dari dalam negeri khususnya dari kelompok fundamentalis Islam dan pelajar
Mesir karena tindakannya yaitu melakukan perjanjian Camp David yang dianggap
commit
to user
melakukan hubungan baik dengan
Amerika
Serikat dan menguntungkan Israel.
perpustakaan.uns.ac.id
7
digilib.uns.ac.id
Pada tanggal 6 Oktober 1981, Anwar Sadat terbunuh oleh kelompok radikal
dalam parade militer pada ulang tahun ke-8 perang Yom Kippur. Setelah itu Mesir
dipimpin oleh Hosni Mubarak.
Perekonomian Mesir di bawah kepemimpinan Mubarak, secara makro
mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Mubarak berjuang untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi tinggi untuk menekan tingkat pengangguran. Ekonomi
Mesir secara makro memang relatif masih aman, namun tidak sejalan dengan
distribusi kemakmuran. Ketimpangan sosial sangat terlihat di kalangan rakyat
kelas bawah. Di bawah kebijakan ekonomi Mubarak yang liberal, bisnis di Mesir
mengalami pertumbuhan pesat dalam beberapa tahun terakhir, namun hampir
setengah dari total populasi Mesir, yang berjumlah 80 juta jiwa, hidup di dalam
garis kemiskinan menurut standar PBB US$2 per hari. Dalam dua tahun terakhir,
tingkat kemiskinan di Mesir naik dari 20 persen menjadi 23,4 persen (Diunduh
dari situs www.bbc.com, pada tanggal 23 Maret 2012).
Mubarak berjanji akan menciptakan lapangan kerja, sekaligus menekan
tingkat pengangguran, namun Mubarak tidak menepati janjinya. Kelompok
oposisi Mesir juga menyalahkan rezim Mubarak yang tidak serius memberantas
korupsi. Lembaga Global Coalition Against Corruption mencatat Mesir di
peringkat 105 dalam daftar negara bersih pada 2006, sejajar dengan dua negara
miskin Afrika, Burkina Faso dan Djibouti. Krisis ini bukan semata-mata karena
rezim yang represif, namun juga gabungan dari masalah lain, seperti masalah
ekonomi dan ketimpangan sosial di kalangan banyak warga (David Akmad
Ricardo, 2011 : 128).
Faktor dari dalam negeri yang mendorong terjadinya revolusi di Mesir
antara lain pemerintahan diktator Hosni Mubarak, meluasnya kemiskinan,
tingginya pengangguran, dan inflasi harga pangan serta penangkapan kelompok
oposisi paling besar, Ikwanul Muslimin menjadi faktor utama. Kelompok
Ikhwanul Muslimin ditangkap setelah melakukan pemboikotan terhadap proses
pemilu karena kecurangan yang dilakukan Mubarak. Ikhwanul Muslimin adalah
partai terkuat sebagai lawan politik partai NDP, partai yang diusung Mubarak.
commit
to user
Revolusi di Mesir juga terpengaruh
faktor
dari luar negeri, yaitu krisis politik
8
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang terjadi di Tunisia yang lebih dahulu terjadi revolusi, sehingga memicu rakyat
Mesir untuk melakukan revolusi (Soyomukti, dan Iqbal, 2011).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji
dan meneliti secara mendalam tentang pemerintahan di Mesir pada masa
kekuasaan Hosni Mubarak dan factor terjadinya revolusi serta jalannya revolusi
Mesir dengan judul “Runtuhnya Rezim Hosni Mubarak tahun 2011 (Antara
Diktatorisme dan Demokrasi di Mesir)”.
B. Perumusan Masalah
Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah dan jelas bahasan
pokoknya, maka penulis merumuskan pokok permasalahan seperti akan tampak di
bawah ini:
1. Bagaimanakah pemerintahan di Mesir pada masa Hosni Mubarak?
2. Apa saja yang menjadi faktor penyebab terjadinya revolusi di Mesir?
3. Bagaimanakah jalannya revolusi di Mesir?
C. Tujuan Penelitian
Dengan perumusan masalah diatas maka dapat diperoleh suatu tujuan
penulisan ini adalah untuk mengetahui:
1. Mengetahui jalannya pemerintahan di Mesir pada masa Hosni Mubarak.
2. Mengetahui apa saja yang menjadi faktor penyebab terjadinya revolusi di Mesir.
3. Mengetahui jalannya revolusi di Mesir.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Mendapatkan data yang sahih mengenai analisis pemerintahan di Mesir masa
Hosni Mubarak.
b. Dapat menambah wawasan pembaca khususnya mahasiswa mengenai faktor
revolusi dan jalannya revolusi di Mesir.
commit to user
9
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Manfaat Praktis
a. Menambah perbendaharaan referensi di Perpustakaan Program Sejarah FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Merupakan sumber referensi bagi mahasiswa Program Sejarah FKIP Universitas
Sebelas Maret Surakarta, yang akan meneliti lebih lanjut mengenai pemerintahan
di Mesir masa Hosni Mubarak.
c. Untuk memenuhi salah satu syarat guna meraih gelar sarjana kependidikan pada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan Jurusan PIPS Program Studi Sejarah
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1.
Kekuasaan
a. Pengertian
Harold D. Laswell (1984 : 9) berpendapat bahwa kekuasaan secara
umum berarti ‘’kemampuan pelaku untuk memengaruhi tingkah laku pelaku lain
sedemikian rupa, sehingga tingkah laku pelaku terakhir menjadi sesuai dengan
keinginan dari pelaku yang mempunyai kekuasaan’’. Sejalan dengan itu,
dinyatakan Robert A. Dahl (1978 : 29) bahwa ‘’kekuasaan merujuk pada adanya
kemampuan untuk memengaruhi dari seseorang kepada orang lain, atau dari satu
pihak kepada pihak lain’’.
“Kekuasaan merupakan kemampuan seseorang atau sekelompok orang
untuk memengaruhi pikiran atau tingkah laku orang atau kelompok orang lain,
sehingga orang yang dipengaruhi itu mau melakukan sesuatu yang sebetulnya
orang itu enggan melakukannya. Bagian penting dari pengertian kekuasaan adalah
syarat adanya keterpaksaan, yakni keterpaksaan pihak yang dipengaruhi untuk
mengikuti pemikiran ataupun tingkah laku pihak yang memengaruhi “(Mochtar
Mas’oed dan Nasikun, 1987 : 22). “Kekuasaan merupakan suatu kemampuan
menggunakan sumber-sumber pengaruh yang dimiliki untuk memengaruhi
perilaku pihak lain, sehingga pihak lain berperilaku sesuai dengan kehendak pihak
yang memengaruhi. Dalam pengertian yang lebih sempit, kekuasaan dapat
dirumuskan sebagai kemampuan menggunakan sumber-sumber pengaruh untuk
memengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan, sehingga keputusan
itu menguntungkan dirinya, kelompoknya dan masyarakat pada umumnya”
(Ramlan Surbakti, 1992 : 58)
‘’Kekuasaan merupakan penggunaan sejumlah besar sumber daya (aset,
kemampuan) untuk mendapat kepatuhan dan tingkah laku menyesuaikan dari
orang lain’’ (Charles F. Andrain, 1992 : 130). Kekuasaan pada dasarnya dianggap
sebagai suatu hubungan, karena pemegang kekuasaan menjalankan kontrol atas
commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id
11
digilib.uns.ac.id
sejumlah orang lain. Pemegang kekuasaan bisa jadi seseorang individu atau
sekelompok orang, demikian juga obyek kekuasaan bisa satu atau lebih dari satu.
Menurut Walter S. Jones (1993 : 3) kekuasaan dapat didefinisikan
sebagai berikut :
1) Kekuasaan adalah alat aktor-aktor internasional untuk berhubungan satu
dengan lainnya. Itu berarti kepemilikan, atau lebih tepat koleksi kepemilikan
untuk menciptakan suatu kepemimpinan; 2) Kekuasaan bukanlah atribut politik
alamiah melainkan produk sumber daya material (berwujud) dan tingkah laku
(yang tidak berwujud) yang masing-masing menduduki posisi khusus dalam
keseluruhan kekuasaan seluruh aktor; 3) Kekuasaan adalah salah satu sarana
untuk menancapkan pengaruh atas aktor-aktor lainnya yang bersaing menggapai
hasil yang paling sesuai dengan tujuan masing-masing; dan 4) Penggunaan
kekuasaan secara rasional merupakan upaya untuk membentuk hasil dari peristiwa
internasional untuk dapat mempertahankan atau menyempurnakan kepuasan aktor
dalam lingkungan politik internasional.
Menurut Benedict Anderson (1972 : 48) kekuasaan dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu konsep pemikiran barat dan konsep pemikiran Jawa.
Menurutnya kekuasaan dalam konsep pemikiran Barat adalah abstrak, bersifat
homogen, tidak ada batasnya, dan dapat dipersoalkan keabsahannya. Sedangkan
kekuasaan menurut konsep Jawa adalah konkrit, bersifat homogen, jumlahnya
terbatas atau tetap dan tidak mempersoalkan keabsahan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kekuasaan sangat penting
kedudukannya dalam masyarakat, dengan kekuasaan suatu kelompok dapat
melakukan apa saja yang diinginkan dan dapat memengaruhi perbuatan-perbuatan
kelompok lain agar taat dan patuh terhadap pemegang kekuasaan.
b. Cara memperoleh kekuasaan
Menurut Haryanto (2005 : 22) kekuasaan dapat diperoleh dengan
beberapa cara, yaitu :
1)
Dari kedudukan. Kedudukan dapat memberikan kekuasaan kepada
seseorang atau sekelompok orang karena yang bersangkutan menduduki posisi
tadi. Semakin tinggi kedudukan maka akan semakin besar pula kekuasaan yang
berada pada genggaman orang yang menduduki posisi tersebut. 2) Dari
kepercayaan. Seseorang atau sekelompok
commit toorang
user dapat memiliki kekuasaan karena
yang bersangkutan memang dipercaya untuk memilikinya atas dasar kepercayaan
12
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang dianut masyarakat. Kekuasaan yang bersumber dari kepercayaan hanya
muncul di masyarakat di mana anggota-anggotanya mempunyai kepercayaan yang
dimiliki pemegang kekuasaan.
“Kekuasaan bisa diperoleh dari kekerasan fisik (misalnya, seorang Polisi
dapat memaksa penjahat untuk mengakui kejahatannya karena dari segi
persenjataan polisi lebih kuat); pada kedudukan (misalnya, seorang komandan
terhadap bawahannya, seorang atasan dapat memecat pegawainya); pada
kekayaan (misalnya seorang pengusaha kaya dapat memengaruhi seorang
politikus melalui kekayaannya); atau pada kepercayaan (misalnya,
seorang
pendeta terhadap umatnya)” (Miriam Budiardjo, 1982 : 36).
c. Cara mempertahankan kekuasaan
Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang, sekelompok orang atau suatu
negara terhadap pihak lain, dapat membuat penguasa tersebut berupaya untuk
mencapai
apa
yang
menjadi
keinginan
dan
tujuannya.
Cara
untuk
mempertahankan kekuasaan dapat dilakukan dengan cara damai, antara lain
dengan demokrasi dan mencari dukungan pihak lain, atau dengan kekerasan,
antara lain dengan penindasan dan memerangi pihak yang menentang
kekuasaannya.
“Dalam masyarakat yang tidak demokratis atau masyarakat yang
dipimpin oleh seorang yang diktator, penguasa mempertahankan kekuasaannya
dengan paksaan. Di dalam masyarakat yang tidak demokratis, ada kecenderungan
penguasa untuk masuk terlalu jauh dalam mengatur kehidupan dan kepercayaan
serta pribadi warganya sesuai dengan keinginan penguasa. Dengan paksaan,
warga ditujukan untuk patuh pada penguasa” (Haryanto, 2005 : 57).
“Diantara banyak bentuk kekuasaan, kekuasaan politik merupakan hal
yang paling penting untuk dipertahankan, karena dengan kekuasaan politik,
penguasa dapat memengaruhi kebijakan umum (pemerintah) baik terbentuknya
maupun akibat-akibatnya sesuai dengan tujuan-tujuan pemegang kekuasaan.
Kekuasaan politik tidak hanya mencakup kekuasaan untuk mendapat ketaatan
warga masyarakat, tetapi juga menyangkut pengendalian orang lain dengan tujuan
commit to user
13
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk memengaruhi tindakan dan aktivitas penguasa di bidang administratif,
legislatif dan yudikatif “(Miriam Budiardjo, 1982 : 37).
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan, meskipun dalam
mempertahankan kekuasaan ada berbagai macam cara, namun terdapat beberapa
persamaan yaitu pihak satu ingin selalu memerintah pihak lain, ingin lebih tinggi
dari pihak lain dan menginginkan ketaatan pihak lain.
d. Otoritas penguasa
“Penguasa adalah aktor yang memiliki, menguasai aktor lain dan
memiliki sumber daya yang berwujud maupun tidak berwujud beserta asetnya
untuk memengaruhi peristiwa-peristiwa yang terjadi agar sesuai kehendaknya”
(Walter S. Jones, 1993 : 3)
.‘’Penguasa adalah seseorang yang mempunyai
kemampuan untuk menjalin hubungan dan proses yang menghasilkan ketaatan
dari pihak lain untuk tujuan-tujuan yang ditetapkannya’’ (Ossip K. Flechtheim
dalam Miriam Budiarjo, 1982 : 35).
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa otoritas penguasa adalah
hak, kekuasaan dan wewenang yang sah diberikan padanya untuk membuat
peraturan yang harus ditaati atau diikuti pihak lain atau kekuasaan dan wewenang
yang sah untuk membuat orang atau pihak lain bertindak sesuai dengan yang
diinginkan penguasa.
e. Hancurnya Kekuasaan
Dalam pemikiran Ibnu Khaldun yang dikutip A. Rahman Zainuddin
(1992 : 233) ada beberapa tahapan proses jatuhnya kekuasaan, yaitu :
1) Kekuasaan yang sentralistik, yaitu pemusatan kekuasaan dan kemegahan
berada pada seorang atau sekelompok penguasa, 2) Kekuasaan yang mempunyai
tata cara dan kebiasaan hidup dalam kemegahan, 3) Kekuasaan yang memiliki
pertahanan lemah, tidak mempunyai kekuatan legitimasi. Sehingga tinggal
menantikan kehancurannya.
Ibnu Khaldun menambahkan ciri sebuah kekuasaan yang mendekati
kehancuran yaitu krisis ekonomi dan krisis moral. “Hancurnya kekuasaan tidak
hanya disebabkan oleh faktor internal dalam kekuasaan itu sendiri, akan tetapi
commit to user
bisa dari faktor eksternal, antara lain karena peperangan yang melibatkan dua
14
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
negara atau lebih, konflik dan perang saudara, kudeta (penggulingan kekuasaan)
baik oleh militer maupun sipil dan aksi-aksi demonstrasi yang memungkinkan
pergantian kekuasaan” (Mukhammad Najib, 2001 : 318).
2. Diktatorisme
Diktator berasal dari bahasa latin Dictare, yang menyatakan sebagai
perintah, seorang pemegang kekuasaan mutlak dalam menjalankan pemerintahan
Negara (Ensiklopedia Indonesia, 1989 : 822). Menurut Franz L. Neuman dalam
Jurnal Ilmu Politik (1993 : 39) diktator adalah “pemerintahan oleh seseorang atau
kelompok orang yang menyombongkan diri dan memonopoli kekuasaan dalam
negara dan melaksanakan kekuasaan tersebut tanpa dibatasi”. Pengertian diktator
juga dikemukakan oleh Jules Archer (1985 : 19), diktator adalah seorang
penguasa yang mencari dan mendapatkan kekuasaan mutlak tanpa memperhatikan
keinginan-keinginan nyata dari rakyatnya. Pengertian dari diktator itu sendiri ada
dua macam, yaitu :
1)
Dikatator proletar, di mana antara masyarakat kapitalis dan masyarakat
komunis terdapat suatu masa peralihan dalam suatu transformasi secara
revolusioner dan masyarakat kapitalis menjadi masyarakat komunis, 2) Diktator
militer, yaitu seorang atau segolongan perwira yang menentang tanpa memberi
pertanggungjawaban kepada rakyat, sehingga caranya naik ke pemerintahan
dengan mengadakan kudeta (Miriam Budiardjo, 1989 : 98).
Jules Archer (1985 : 21) mengatakan bahwa sistem kediktatoran
dibedakan menjadi 2 tipe yaitu, “tipe diktator militer, yaitu mendapatkan
kekuasaanya melalaui kekuatan militer, dan tipe diktator politik, yaitu
mendapatkan kekuasaannya melalui pemilihan umum”.
Ciri-ciri negara Diktator menurut Carl J. Frederick dan Z. Bigriewle
Brezinksky dalam Jurnal Ilmu Politik (1993 : 40), adalah sebagai berikut :
1) Suatu ideologi yang menyeluruh yang terdiri dari ajaran-ajaran (doktrin) badan
resmi yang meliputi seluruh aspek vital dan pada kehidupan manusia dalam
masyarakat yang harus dilakukan dan ditaati oleh setiap anggota masyarakat.
Ideologi ini ditujukan untuk membentuk manusia baru paripurna yang berlainan
commit to user
dengan manusia yang sekarang ada dalam masyarakat, 2) Satu partai massa yang
perpustakaan.uns.ac.id
15
digilib.uns.ac.id
dipimpin oleh seorang manusia diktator dengan anggota terdiri dari prosentase
yang relatif kecil dari jumlah penduduknya, yang terdiri dari laki-laki dan wanita
di mana mengabdikan dirinya secara menyeluruh terhadap ideologi dan bersedia
melakukan setiap cara agar supaya diterima oleh umum atau partai tersebut
diorganisir lebih tinggi atau sepenuhnya beserta birokrasi pemerintah, 3) Suatu
sistem teror baik psikis maupun phisik yang dilaksanakan melalui partai dan
pengawasan polisi khusus yang ditujukan terhadap musuh-musuh rezim yang
demonstratif dan juga terhadap golongan penduduk yang tidak
menyetujuinya.Teror itu baik yang dilakukan oleh polisi rahasia maupun oleh
partai yang ditujukan untuk menindas masyarakat secara sitematis dengan
menggunakan ilmu modern.
Abu Daud Busroh (1987 : 67) menyebutkan ciri-ciri negara diktator
adalah sebagai berikut : 1) adanya peradilan khusus untuk mengadili orang yang
melawan rezim yang berkausa, 2) tidak ada kebebasan berserikat dan berkumpul,
3) tidak ada Pemilihan umum. “Dalam sistem kediktatoran kegiatan warga negara
adalah terikat oleh penguasa atas negara, sehingga kebebasan yang melekat pada
dirinya adalah memuji sang penguasa” (Soehino, 1980 : 35). Sebagaimana
diungkapkan adalah suatu pemerintahan di mana dalam menjalankan kekuasaanya
akan selalu berpedoman pada prinsip-prinsip kediktatoran.
Gregorius Sahdan (2004 : 16) menyatakan bahwa karakteristik dari
sistem diktator adalah:
Tidak ada pertanggungjawaban kekusaan dan rakyat tidak memiliki wewenang
untuk membatasi kekuasaan penguasa. Dalam pemerintahan diktator, kedaulatan
merupakan milik penguasa dan digunakan untuk kepentingan kekuasaan
penguasa. Dukungan publik diperoleh melalui propaganda dan sistem pendidikan
terkontrol secara absolut. Hanya ada satu partai dan memiliki ciri khusus antara
lain : a) Mengesampingkan oposisi, b) memerintah dengan kejam, c) memasukkan
pembangkang ke dalam penjara dan kamp konsentrasi, d) membentuk polisi
rahasia, e) melakukan indoktrinasi atas masyarakat, f) mengawasi masyarakat
secara ketat.
Diktatorsime merupakan suatu bentuk pemerintahan yang dikepalai oleh
seorang atau sekelompok kecil orang yang mempunyai kekuasaan mutlak
(absolute) dan bahkan tidak dibatasi sedikitpun oleh konstitusi. Beberapa alasan
commit
to user
mengenai munculnya pemerintahan
diktator
antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id
16
digilib.uns.ac.id
a. Sejumlah penguasa percaya dan yakin bahwa diktator merupakan satu-satunya
cara untuk mempertahankan atau memperkokoh kekuasaan demi terpeliharanya
stabilitas nasional.
b. Pemerintahan diktator diciptakan untuk menggantikan pemerintahan yang dinilai
tidak mampu menyelamatkan Negara dari keadaan darurat ataupun dari ancaman
keamanan.
c. Kediktatoran muncul dari tokoh ambisius yang merasa mampu membangun
kejayaan dan kebesaran bangsa dan negara. Kekuasaan ini biasanya didapat
melalui ssuatu perebutan kekuasaan (kudeta) pada saat Negara dalam keadaan
genting.
d. Pemerintahan diktator juga dapat lahir untuk menutupi ketidakmampuan
pemerintah mengelola negara mengatasi korupsi, gejolak social, kesulitan
keuangan, atau karena memudarnya kepercayaan rakyat terhadap keabsahan
kewenangan dan lembaga tradisional.
e. Beberapa pemerintahan diktator menyatakan diri atas kehendak mulia.
f. Pemerintahan diktator sering juga muncul sebagai kesimpangsiuran keadaan
negara, dari kekacauan yang disebabkan oleh perang atau krisis militer yang tidak
dapat diatasi oleh kekuatan militer yang ada, atau dari kemenangan, dalam suatu
peperangan.
g. Kediktatoran juga dapat dirancang untuk mengawali usaha perubahan dan
modernisasi besar-besaran.
h. Pemerintahan diktator dapat juga diciptakan untuk menghadapi kelompok
pembaharu, kaum revolusioner atau kelompok pembangkang. (Ensiklopedia, 2004
: 353).
Dalam Encyclophedia of Social Sciences (1968 : 161) kediktatoran
mengacu pada dominasi negara yang terbatas oleh individu, kelompok, atau
kelompok kecil. Contoh diktatorial ditemukan di semua zaman dan semua
peradaban. "Diktatur" menandakan tidak hanya prinsip yang mengatur sistem
politik tetapi juga ideologi yang mendasari cara hidup dan ekspresi normatif
perilaku politik. Beberapa ekspresi telah digunakan untuk mengkarakterisasi
fenomena historis diktatorial: commit
tirani,to user
despotisme, otokrasi, Caesarisme,
17
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Fiihrerstaat, otoritarianisme dan totalitarianism. Terlepas dari kediktatoran
konstitusional menetapkan untuk menangani keadaan darurat pemerintah, semua
bentuk kediktatoran dari berbagi segi berikut:
a. Eksklusivitas
dan
kesewenang-wenangan
dalam
menjalankan
kekuasaan.
Kediktatoran dicirikan oleh tidak adanya pembagian kekuasaan, penindasan
bersaing, kelompok-kelompok politik dan sosial yang sah dan lembaga,
konsentrasi kekuasaan politik di tangan seorang diktator atau seorang group
otokratis yang mengatur para pemimpin (elit), dan pemanfaatan suatu alat
otokratis dibimbing dan manipulasi penguasa untuk mengembangkan monopoli
kekuasaan.
b. Penghapusan atau melonggarkan obligasi yuridis kekuasaan politik. Negara
konstitusional dihilangkan, atau revolusioner baru atau kontra hukum dibuat,
hanya sebagai instrumen kekuasaan. Terkait dengan segi ini adalah kesulitan atau
ketidakmungkinan untuk mengatur suksesi diktator secara sah.
c. Penghapusan atau pembatasan substansial kebebasan sipil. Alih-alih kerjasama
sukarela sosial dan politik kelompok-kelompok otonom dan asosiasi dalam
pendirian persemakmuran, penekanan ditempatkan pada kewajiban warga untuk
melakukan kerja wajib atau jasa kolektif.
d. Bentuk, terutama agresif impulsif pengambilan keputusan. Domestik dan asing
untuk kebijakan diikuti oleh diktator dan atau elit politik terkemuka biasanya
dibuat secara impulsif dan terinspirasi oleh aktivisme politik yang dinamis, sering
didasarkan pada sebuah Messianism ideologis dan bertujuan untuk merubah atau
mendisiplinkan masyarakat.
e. Pekerjaan metode politis yang lalim dan kontrol sosial. Metode tersebut berkisar
dari intimidasi untuk propaganda, dari pengenaan kewajiban ketaatan kepada
metode teror.
Nicolo Machiavelli dalam Ensiclopedia of Social Sciences (1968 : 161)
adalah yang pertama kali membedakan antara kediktatoran sebagai lembaga
konstitusional republik dan sebagai bentuk pemerintahan despotik, yang
direkomendasikan untuk diperbaiki penguasa sebagai sarana untuk memulihkan
commit
to user
politik. Monarki absolut umumnya
tidak
dianggap sebagai diktator, karena
18
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pelaksanaan kekuasaan mengenakan legitimasi tradisional. Namun setiap kali
berdaulat mutlak sebenarnya aturan politik, melanggar standar adat otoritas
monarki, pemerintahannya harus disebut dictator.
3. Demokrasi
Pengertian tentang demokrasi dapat dilihat dari tinjauan bahasa
(etimologis) dan istilah (terminologis). Secara etimologis demokrasi terdiri dari
dua kata yang berasal dari Yunani yaitu “demos” yang berarti rakyat atau
penduduk di suatu tempat dan “cratein” atau “cratos” yang berarti kekuasaan
atau kedaulatan.jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara di mana
dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan
tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat.
Demokrasi sering diartikan sebagai penghargaan terhadap hak-hak asasi
manusia, pertisipasi alam pengambilan keputusan dan persamaan hak di depan
hukum. Kemudian muncul idiom-idiom demokrasi seperti egalite (persamaan),
equality (keadilan), liberty (kebebasan), human right (hak asasi manusia) (Nuraini
Soyomukti, Muhammad Iqbal, 2011 : 77)
Menurut Nurcholis Madjid (2002 : 8) “demokrasi bukanlah kata benda,
tetapi lebih merupakan kata kerja yang mengandung makna sebagai proses
dinamis. Karena itu demokrasi harus diupayakan. Demokrasi berarti sebuah
proses melaksanakan nilai-nilai keadaban (civility) dalam bernegara dan
bermasyarakat. Demokrasi adalah proses menuju dan menjaga civil society yang
menghormati dan berupaya merealisasikan nilai-nilai demokrasi”.
Howard Cincotta (1965 : 5) juga berpendapat mengenai demokrasi yang
menyatakan bahwa :
Semua demokrasi adalah sistem ketika warga negara bebas mengambil keputusan
melalui kekuasaan mayoritas, tetapi kekuasaan oleh mayoritas tidak selalu
demokratis: tak seorangpun, misalnya akan menyebut suatu sistem adalah adil
atau jujur yang mengijinkan 51 persen penduduknya menindas sisanya yang 49
persen atas nama mayoritas Pemerintah demokratis tidak mengawasi, mendikte
atau menilai isi tulisan atau ucapan orang. Demokrasi bergantung pada orangorang yang berpendidikan dancommit
berpengetahuan.
Akses warga negara pada
to user
informasi seluas-luasnya memungkinkan untuk berperan penuh pada kehidupan
perpustakaan.uns.ac.id
19
digilib.uns.ac.id
umum masyarakat. Kebodohan menimbulkan rasa apatis. Demokrasi tumbuh
subur pada tenaga warga negara yang ditunjang oleh arus gagasan, data, pendapat
dan spekulasi yang tidak dihalangi. Negara demokratis tidak dapat menjamin
bahwa kehidupan akan memperlakukan setiap orang dengan sama, dan demokrasi
tidak mempunyai tanggung jawab untuk melakukan hal itu.
Demokrasi sesungguhnya adalah seperangkat gagasan dan prinsip
tentang kebebasan, tapi juga mencakup seperangkat praktek dan prosedur yang
terbentuk melalui sejarah panjang dan sering berliku-liku. Artinya, demokrasi
adalah pelembagaan dan kebebasan. Semua demokrasi adalah sistem di mana
warganaya bebas mengambil keputusan melalui kekuasaan mayoritas. Tetapi
kekuasaan oleh mayoritas tidak selalu demokratis: tak seorangpun, misalnya akan
menyebut suatu sistem adalah adil atau jujur yang mengijinkan 51 persen
penduduknya menindas sisanya yang 49 persen atas nama mayoritas Pemerintah
demokratis tidak mengawasi, mendikte atau menilai isi tulisan atau ucapan orang.
Pada abad XIX pengertian demokrasi mengalami perluasan lagi
mengikuti tradisi pemikiran Schumpeterian, dimana demokrasi dimaknai sebagai
proses pengambilan keputusan kolektif yang penuh melalui pemilu yang bebas,
jujur dan adil guna memilih kandidat-kandidat yang berhak untuk memangku
jabatan politik.
Demokrasi berdasarkan definisi ini meliputi dua dimensi, yaitu ;
a. Menyangkut kontestan. Semua kontestan yang terlibat di dalam proses demokrasi
(Pemilu) meiliki kesempatan untuk menarik dukungan dari orang lain dan menaati
aturan bersama “rule of the game” yang telah disepakati.
b. Sebagai pertisipasi untuk mengukur sejauh mana keterlibatan warga Negara dalam
suatu proses politik. Untuk mengukur tingkat partisipasi warga Negara dalam
proses politik, instrument yang digunakan adalah Pemilu.
Seorang anggota senior untuk Proses Pemilihan, Lembaga Demokratik
Nasional untuk urusan Internasional (NDI) Patrick Merloe (2004 : 25), dalam
salah satu pamphlet yang ditulisnya untuk konferensi tentang Pemilu di
Zimbabwe menilai Pemilu sebagai tonggak yang sangat penting dalam peralihan
kekuasaan dari non demokratik kecommit
demokrasi.
Merloe mengatakan bahwa :
to user
perpustakaan.uns.ac.id
20
digilib.uns.ac.id
“Pemilu merupakan suatu kesempatan untuk menguji bagaimana seperangkat
berfungsi di masa transisi, dan apakah hak asasi manusia yang fundamental
dilindungi dan dipupuk. Ukurannya dalah warga Negara bebas untuk menyatakan
pendapat politik, berserikat, berkumpul, dan bergerak sebagai bagian dari suatu
proses pemilihan”.
Dari definisi Patrick Merloe di atas, setidaknya ada sepuluh elemen yang
menjadi penopang dan instrument utama dari Pemilu ;
a. Pengfungsian lembaga Pemilu
b. Perlindungan dan penghargaan terhadap hak-hak asasi pemilih
c. Partisipasi warga Negara dalam pemilihan
d. Adanya lembaga-lembaga independen yang memantau jalannya Pemilu, seperti
Perss, lembaga Independen Pemantau Pemilu (LIPP)
e. Para calon legislator memiliki kesempatan untuk berkampanye tanpa merasa takut
f. Militer bertindak netral dan professional
g. Polisi bertindak jujur dan bertindak adil terhadap semua kontestan Pemilu
h. Lembaga kehakiman yang mampu menegakkan hukum
i. Kontrol media massa
j. Akses informasi peserta Pemilu
Suatu pemerintahan dikatakan demokratis bila dalam mekanisme
pemerintahan mewujudkan prinsip-prinsip demokrasi. Menurut Masykuri
Abdullah (1999 : 14) “prinsip-prinsip demokrasi terdiri atas prinsip persamaan,
kebebasan, dan pluralism”. Menurut Robert A. Dahl dalam Masykuri Abdullah
(1999 : 15) terdapat beberapa prinsip yang harus ada dalam sistem demokrasi
yaitu : (1) kontrol atas keputusan pemerintah, (2) pemilihan yang teliti dan jujur,
(3) hak memilih dan dipilih, (4) kebebasan menyatakan pendapat tanpa ancaman,
(5) kebebasan mengakses informasi, (6) kebebasan berserikat.
Inu Kencana (1997 : 23) lebih memerinci tentang prinsip-prinsip
demokrasi yaitu : (1) adanya pembagian kekuasaan, (2) adanya pemilihan umum
yang bebas, (3) adanya manajemen yang terbuka, (4) adanya kebebasan individu,
(5) adanya peradilan yang bebas, (6) adanya pengakuan hak minoritas, (7) adanya
pemerintahan yang berdasarkan hukum,
(8)user
adanya pers yang bebas, (9) adanya
commit to
perpustakaan.uns.ac.id
21
digilib.uns.ac.id
beberapa partai politik, (10) adanya musyawarah, (11) adanya persetujuan
parlemen, (12) adanya pemerintahan yang konstitusional, (13) adanya ketentuan
tentang pendemokrasian, (14) adanya pengawasan terhadap administrasi publik,
(15) adanya perlindungan hak asasi, (16) adanya pemerintahan yang bersih, (17)
adanya persaingan keahlian, (18) adanya mekanisme politik, (19) adanya
kebijaksanaan negara, dan (20) adanya pemerintahan yang mengutamakan
tanggung jawab.
Amien Rais dalam Achmad Ubaidillah (2005 124) menambahkan kriteria
lain sebagai parameter demokrasi yaitu : (1) adanya partisipasi dalam pembuatan
keputusan, (2) distribusi pendapatan secara adil, (3) kesempatan memperoleh
pendidikan, (4) ketersediaan dan keterbukaan informasi, (5) mengindahkan
politik, (6) kebebasan individu, (7) semangat kerjasama, (8) hak untuk protes.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat
demokrasi sebagai suatu sistem bermasyarakat dan bernegara serta pemerintahan
memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaan di tangan rakyat baik dalam
penyelenggaraan negara maupun pemerintahan. Kekuasaan pemerintahan berada
di tangan rakyat mengandung pengertian tiga hal :
a. Pemerintahan dari rakyat (govenrment of the people)
Mengandung pengertian yang berhubungan dengan pemerintahan yang
sah dan diakui (legitimate government) dan pemerintahan yang tidak sah dan tidak
diakui (unlegitimate government) di mata rakyat. Pemerintahan yang sah dan
diakui berarti suatu pemerintahan yang mendapat pengakuan dan dukungan yang
diberikan oleh rakyat. Sebaliknya pemerintahan yang tidak sah dan tidak diakui
berarti suatu pemerintahan yang sedang memegang kendali kekuasaan tidak
mendapat pengakuan dan dukungan dari rakyat. Legitimasi bagi suatu
pemerintahan sangat penting karena dengan legitimasi tersebut, pemerintahan
dapat menjalankan birokrasi dan program-programnya sebagai wujud dari amanat
yang diberikan rakyat. Pemerintahan dari rakyat memberikan gambaran bahwa
pemerintah yang sedang memegang kekuasaan dituntut kesadarannya bahwa
pemerintahan tersebut diperoleh melalui pemilihan dari rakyat bukan dari
to user
pemberian wangsit atau kekuasaancommit
supranatural.
22
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Pemerintahan oleh rakyat (government by the people)
Pemerintahan oleh rakyat berarti bahwa suatu pemerintahan menjalankan
kekuasaan atas nama rakyat bukan atas dorongan diri dan keinginannya sendiri.
Selain itu juga mengandung pengertian bahwa dalam menjalankan kekuasaannya,
pe,erintah berada dalam pengawasan rakyatnya. Karena itu pemerintah harus
tunduk kepada pengawasan rakyat (social control). Pengawasan rakyat dapat
dilakukan secara langsung oleh rakyat maupun tidak secara langsung yaitu
melalui perwakilannya di parlemen. Dengan adanya pengawasan oleh rakyat akan
menghilangkan ambisi otoriterianisme para penyelenggara Negara.
c. Pemerintahan untuk rakyat (government for the people)
Mengandung pengertian bahwa kekuasaan yang diberikan oleh rakyat
kepada pemerintah itu dijalankan untuk kepentingan rakyat. Kepentingan rakyat
harus didahulukan dan diutamakan di atas segalanya, untuk itu pemerintah harus
mendengarkan dan mengakomodasi aspirasi rakyat dalam merumuskan dan
menjalankan kebijakan dan program-programnya. Oleh karena itu pemerintah
harus membuka saluran dan ruang kebebasan seluas-luasnya kepada rakyat dalam
menyampaikan aspirasinya baik melalui media pers maupun secara langsung.
4. Revolusi
“Revolusi merupakan wujud perubahan sosial yang paling spektakuler;
sebagai tanda perpecahan mendasar dalam proses historis; pembentukan ulang
masyarakat dari dalam dan pembentukan ulang manusia” (Sztompka, 2004 : 357).
Menurut Sztompka (2004 : 357) revolusi mempunyai lima perbedaan dengan
bentuk perubahan sosial yang lain. Perbedaan tersebut adalah :
a. Revolusi menimbulkan perubahan dalam cakupan terluas; menyentuh semua
tingkat dan dimensi masyarakat : ekonomi, politik, budaya organisasi sosial,
kehidupan sehari-hari, dan kepribadian manusia.
b. Dalam semua bidang tersebut, perubahannya radikal, fundamental, menyentuh inti
bangunan dan fungsi sosial.
c. Perubahan yang terjadi sangat cepat, tiba-tiba seperti ledakan dinamit di tengah
commit to user
aliran lambat proses historis.
perpustakaan.uns.ac.id
23
digilib.uns.ac.id
d. Revolusi merupakan “pertunjukan” paling menonjol; waktunya luar biasa cepat
dan oleh karena itu, sangat mudah diingat.
e. Revolusi membangkitkan emosional khusus dan reaksi intelektual pelakunya dan
mengalami ledakan mobilisasi massa, antusiasme, kegemparan, kegirangan,
kegembiraan, optimisme dan harapan; perasaan hebat dan perkasa; keriangan
aktivisme dan menanggapi kembali makna kehidupan; melambungkan aspirasi
dan pandangan utopia ke masa depan.
Konsep modern mengenai revolusi berasal dari dua tradisi intelektual,
yaitu pandangan sejarah dan pandangan sosiologis. Berdasarkan konsepsi sejarah,
revolusi mempunyai ciri sebagai suatu penyimpangan yang radikal dari suatu
kesinambungan, penghancuran hal yang fundamental (mendasar) serta kejadian
yang menggemparkan dalam periode sejarah. Konsep revolusi secara sosiologis
menunjuk pada gerakan massa yang menggunakan paksaan dan kekerasan
melawan penguasa dan melakukan perubahan dalam masyarakat (Sztompka, 2004
: 358).
Revolusi yang menekankan pada kekerasan dan perjuangan, serta
kecepatan perubahan, memfokuskan pada teknik perubahan. Dalam hal ini,
revolusi merupakan antonim dari evolusi. Beberapa definisi yang tercakup dalam
kelompok ini antara lain: 1) Menurut Johnson, revolusi dimaknai sebagai upayaupaya untuk merealisasikan perubahan dalam konstitusi masyarakat dengan
kekuatan, 2) Menurut Gurr, revolusi merupakan perubahan yang fundamental
(dalam aspek) sosio-politk melalui kekerasan, 3) Menurut Brinton, revolusi
merupakan pergantian yang drastis dan tiba- tiba satu kelompok oleh kelompok
lain dalam pelaksanaan pemerintahan.
Revolusi merupakan suatu wujud perubahan yang terjadi secara besarbesaran. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa
direncanakan terlebih dahulu dan dapat dilakukan dengan kekerasan atau tanpa
kekerasan. Karakter kekerasan pada ciri revolusi dipahami sebagai akibat dari
situasi ketika perubahan tata nilai dan norma yang mendadak telah menimbulkan
kekosongan nilai dan norma yang dianut masyarakat. Revolusi dipahami sebagai
commitantar
to user
kondisi dan keadan bagaimana konflik
elit atau kelas frustasi. Kondisi ini
24
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang disebut revolusi dan transformasi social. Revolusi yang terjadi di beberapa
negara, salah satunya Mesir, dapat dikatakan sebagai revolusi dengan penggunaan
kekerasan, perjuangan, dan percepatan perubahan yang terjadi. Revolusi dapat
diartikan sebagai lawan dari pembaruan, perhatian utamanya adalah pada proses
transformasi fundamental masyarakat. Selain itu, revolusi dapat dimaknai sebagai
lawan dari evolusi, dan yang terakhir dapat dilihat dari tekanan revolusi yaitu pada
penggunaan kekerasan, perjuangan dan kecepatan perubahan yang terjadi
(Eisenstadt, 1987 : 49).
Sztompka (1994 : 61-63) mengemukakan revolusi dapat berupa
peperangan
dan
pemberontakan,
namun
tidak
berarti
revolusi
adalah
pemberontakan dan peperangan. Revolusi selalu memiliki tujuan fundamental
untuk menumbangkan kekuasaan masyarakat atau susunan kekuasaan yang
berkuasa, sedangkan semua jenis gangguan keamanan seperti kerusuhan atau
pemberontakan hanya merupakan bentuk perlawanan kepada penguasa yang
bertujuan menggeser atau mengambil alih kedudukan mereka.
Revolusi membawa dampak pada perubahan melalui kekerasan terhadap
rezim politik yang ada. Perubahan dilakukan melalui penggantian elit politik atau
kelas yang berkuasa. Perubahan secara mendasar pada berbagai bidang
kelembagaan yang ada. Hubungan dengan sistem lama seolah-olah diputuskan
secara radikal. Revolusi juga membawa pengaruh pada bangkitnya kekuasaan
ideologis dan orientasi kebangkitan mengenai gambaran revolusioner. Hal ini
menggambarkan
bahwa
revolusi
tidak
hanya
membawa
transformasi
kelembagaan, melainkan juga perubahan terhadap sistem pendidikan dan moral
sehingga mewujudkan “manusia baru”.
Secara struktural revolusi besar ditandai dengan suatu hubungan yang
erat antara heterodoksi, pemberontakan, perjuangan politik sentral dan
pembangunan kelembagaan. Hubungan yang dibuat jauh lebih erat daripada
hubungan apa pun dalam sejarah. Dalam revolusi ini, gerakan heterodoksi
keagamaan dan intelektual, saling menjalin dengan pemberontakan, perjuangan
politik sentral, dan pertentangan antar elit. Gerakan revolusi ini juga berkaitan erat
commitdan
to user
dengan penyusunan sejumlah symbol
batas-batas kolektivitas politik dan
25
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kebudayaan, dan dengan berbagai pola inovasi kelembagaan di bidang ekonomi,
kependidikan dan ilmu pengetahuan. Akibatnya gerakan pemberontakan, protes,
dan intelektual yang berada dalam revolusi besar cenderung melibatkan berbagai
tema dan orientasi protes yang realistis ke arah pembentukan pusat dan
kolektivitas, serta pembentukan kelembagaan. Hubungan dengan pembangunan
kelembagaan konkrit serta pembentukan dan pelembagaan pusat ini yang
membedakan dengan seluruh gerakan protes lainnya (Eisenstadt, 1986 : 215-216).
Revolusi modern mendorong masyarakat ke arah modernisasi dalam
aspek-aspek organisasi dan simbolis. Seluruh masyarakat paska revolusioner
mengalami pertumbuhan diferensiasi structural dan spesialisasi dengan berdirinya
kerangka keorganisasian universalistis, perkembangan ekonomi pasar industrial
atau semi industrial yang relative terbuka di mana kriteria achievement secara
umum dan kriteria ekonomi, pekerjaan dan pendidikan khususnya, menjadi unsur
yang dominan, dan timbulnya sistem politik terpusat dan sangat birokratis.
Perubahan dalam bidang politik itu terbentuk dalam beberapa pola tertentu, yaitu
dalam kombinasi perubahan symbol dan pola keabsahan suatu rezim, dalam
komposisi kelas yang berkuasa, dalam basis akses ke pusat, dan dalam hubungan
pusat pinggiran.
commit to user
26
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Kerangka Pemikiran
Kekuasaan Diktatorisme
Hosni Mubarak
Demokrasi di Mesir
Penangkapan Kelompok
Ikhwanul Muslimin
menjelang Pemilu
Kemiskinan,
pengangguran, dan korupsi
Krisis Mesir
Revolusi Tunisia
Revolusi Mesir
Jatuhnya Rezim Hosni
Mubarak
Keterangan :
Hosni Mubarak adalah presiden diktator yang menjabat menjadi presiden
Mesir sejak tanggal 14 Oktober 1981 hingga 11 Februari 2011. Sebagai presiden
Mesir, Mubarak dianggap sebagai pemimpin yang paling berkuasa di wilayahnya.
Secara resmi, presiden Republik Arab Mesir dipilih untuk jabatan Kepala Negara
Mesir. Di bawah konstitusi Mesir, seorang presiden juga menjabat Komandan
tertinggi untuk angkatan bersenjata dan kepala Eksekutif pemerintahan Mesir.
Mubarak memegang pemerintahan Mesir dengan diktator, dan Mubarak telah
memerintah Mesir selama 30 tahun. Ini tidak sesuai dengan partai yang diusung
commit to user
Mubarak, yaitu Partai Demokrasi Nasional dan tentunya dengan sistem
27
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemerintahan Demokrasi yang berlaku di Mesir. Penangkapan kaum Ikhwanul
Muslimin juga dilakukan oleh pemerintah. Terbukti bahwa kelompok oposisi
utama di Mesir, Ikhwanul Muslimin terus ditangkapi menjelang pemilu.
Menurut Ikhwanul Muslimin, lebih dari 1.000 anggotanya, termasuk
delapan kandidat parlemen, telah ditahan. Dalam beberapa hari terakhir,
pendukung kelompok itu bentrok dengan pasukan keamanan di sejumlah titik
perkotaan. Pemerintah melakukan pemblokiran terhadap internet dan situs-situs
jejaring sosial, bahkan pesan singkat (SMS) melalui telpon seluler pun diblokir.
Surat kabar dan televisi jiga dikekang. Banyak wartawan lokal maupun asing yang
ditangkap karena menuliskan dan menyiarkan sisi buruk dari pemerintah.
Beberapa aksi pemerintah tersebut menyebabkan kemarahan publik, sehingga
mereka melakukan unujk rasa besar-besaran, menuntut Hosni Mubarak untuk
turun. Faktor ekstern yang juga sangat penting adalah revolusi yang terjadi di
Tunisia yang memberikan inspirasi terhadap rakyat Mesir untuk melakukan
revolusi.
Pada tanggal 11 Februari 2011 Mubarak mundur dan menyerahkan
wewenang kepada militer. Wakil Presiden yang telah ditunjuk pada 30 januari
2011 Omar Suleiman mengumumkan melalui televisi pemerintah bahwa Mubarak
telah mundur dan mengatakan bahwa dewan Militer akan memegang kendali atas
Mesir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan dalam rangka penelitian skripsi yang berjudul
“Runtuhnya Rezim Hosni Mubarak Tahun 2011 (Antara Diktatorisme dan
Demokrasi di Mesir)” ini dilakukan dengan menggunakan metode historis, maka
untuk memperoleh data penelitian, penulis sebagian besar menggunakan studi
pustaka. Adapun perpustakaan yang digunakan sebagai obyek penelitian adalah
sebagai berikut:
a. Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
c. Perpustakaan Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan P. IPS Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
d. Perpustakaan FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
e. Perpustakaan Monumen Pers Surakarta.
f. Buku-buku koleksi pribadi.
2. Waktu Penelitian
Rencana waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejak proposal
disetujui pembimbing yaitu bulan Oktober 2011 sampai dengan Mei 2012.
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam jangka waktu tersebut diantaranya adalah
mengumpulkan sumber, baik sumber primer maupun sekunder, melakukan kritik
untuk menyelidiki keabsahan sumber, menetapkan makna yang saling
berhubungan dari fakta-fakta yang diperoleh dan terakhir menyusun laporan hasil
penelitian.
commit to user
28
29
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Metode penelitian
Dalam setiap penelitian ilmiah selalu diperlukan suatu metode tertentu
yang berkaitan dengan obyek atau pemasalahan yang akan diteliti. Menurut
Koentjaraningrat (1986 : 7) kata metode berasal dari bahasa Yunani, methodos
yang berarti cara atau jalan. Sehubungan dengan karya ilmiah, maka metode
menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara kerja untuk memahami obyek yang
menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.
Menurut Dudung Abdurahman (1999 : 43) metode adalah suatu cara,
jalan, atau petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis. Sedangkan menurut Helius
Sjamsuddin (2007 : 13) metode ada hubungannya dengan prosedur, proses, atau
teknik yang sistematis dalam penyelidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk
mendapatkan obyek yang diteliti.
Penelitian ini merupakan penelitian yang berusaha merekonstruksikan,
mendiskripsikan dan memaparkan kondisi negara Mesir pada saat terjadi Revolusi
meruntuhkan rezim Hosni Mubarak. Peristiwa yang menjadi pokok penelitian
tersebut adalah peristiwa masa lampau, sehingga metode yang digunakan adalah
metode historis atau sejarah.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode
penelitian sejarah adalah kegiatan mengumpulkan, menguji dan menganalisis
secara kritis data peninggalan masa lampau dan menyajikannya sebagai hasil
karya melalui historiografi.
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data
sejarah. Sumber data sejarah sering disebut juga data sejarah. Menurut
Kuntowijoyo kata “data” merupakan bentuk jamak dari kata tunggal datum
(bahasa Latin) yang berarti pemberitaan (Dudung Abdurahman, 1999 : 30).
Menurut Helius Syamsuddin (1996: 73), dalam penelitian sejarah yang
menjadi sumber data adalah sumber sejarah. Sumber sejarah merupakan bahan
mentah (raw material) sejarah yang mencakup segala evidensi atau bukti yang
commit to user
30
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
telah ditinggalkan oleh manusia yang menunjukkan segala aktivitas manusia di
masa lalu yang berupa kata-kata yang tertulis atau kata-kata yang diucapkan/lisan.
Menurut Dudung Abdurrahman (1999 : 31), sumber sejarah dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu : 1) menurut bahannya; sumber tertulis dan sumber
tidak tertulis, 2) menurut asalnya; sumber primer dan sekunder, 3) menurut
tujuannya; sumber formal dan sumber informal.
Dalam penelitian ini digunakan sumber data tertulis, baik primer maupun
sekunder. Sumber tertulis primer berupa surat kabar seperti New York Times,
BBC News, Al Jazeera, Kompas terbitan tahun 2011, Solo Pos terbitan tahun
2011, Republika terbitan tahun 2011 dan majalah News terbitan tahun 2011 .
Selain itu juga digunakan artikel-artikel dan buku-buku yang relevan dengan
penelitian sebagai sumber tertulis sekunder antara lain buku karangan David
Akhmad Ricardo ”Revolusi Mesir Revolusi Rakyat” terbitan tahun 2011, Nuraini
Soyomukti, Muhammad Iqbal ”Pergolakan Politik Jazirah Arab Abad 21” terbitan
2011, Fareed Zakaria ”Masa Depan Kebebasan” terbitan 2002, Eisenstadt
”Revolusi dan Transformasi Masyarakat” terbitan 1987, Guillermo O’Donnell,
Philippe C. Schmitter, Laurence Whitehead “Transformasi Menuju Demokrasi
terbitan 1993, Gregorius Sahdan “Jalan Transisi Demokrasi” terbitan 2004.
Sumber data yang telah diperoleh kemudian dikaji, diklasifikasikan dan
selanjutnya dibandingkan antara sumber yang satu dengan yang lainnya serta
dianalisis data tersebut sehingga diperoleh data sejarah yang akurat yang dapat
digunakan untuk menyusun cerita sejarah yang obyektif, menarik dan dapat
dipertanggungjawabkan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan cara teknik studi pustaka.
Teknik studi pustaka adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis
terutama berupa suart kabar dan juga buku-buku yang berhubungan dengan
masalah penyelidikan. Dalam melakukan studi pustaka diperlukan pengetahuan
tentang perpustakaan sebagai sumber literatur yang diperlukan dalam mencari
userditeliti dari literatur yang tersedia
materi yang berhubungan dengan commit
masalahtoyang
31
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(Hadari Nawawi, 1993 : 133). Studi pustaka merupakan sebuah penelitian di
perpustakaan yang bertujuan mengumpulkan data dengan bantuan bermacammacam material yang terdapat di ruang perpustakaan, misalnya : buku, surat
kabar, majalah dan dokumen. Data tersebut berfungsi sebagai wahana informasi
terhadap materi yang akan dibahas dalam penelitian. Dengan adanya kemajuan
teknologi maka peneliti juga bisa memanfaatkan internet dalam rangka studi
pustaka untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan tema penelitian.
Dalam penelitian historis, pengumpulan data dinamakan heuristik.
Teknik
pengumpulan
digunakan
untuk
menemukan,
menganalisis
dan
mengklarifikasi data. Dalam penelitian ini digunakan teknik kepustakaan atau
studi pustaka. Menurut Koentjaraningrat (1986: 36), keuntungan dari studi
pustaka ini ada empat hal, yaitu : 1. memperdalam kerangka teoritis yang
digunakan sebagai landasan pemikiran, 2. memperdalam pengetahuan akan
masalah yang diteliti, 3. mempertajam konsep yang digunakan sehingga
mempermudah dalam perumusan, 4. menghindari terjadinya pengulangan suatu
penelitian.
E. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang dipergunakan adalah teknik
analisis historis. Menurut Kuntowijoyo yang dikutip oleh Dudung Abdurrahman,
1999 : 64), interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut dengan juga
analisis sejarah. Analisis sendiri berarti menguraikan, dan secara terminologis
berbeda dengan sintesis yang berarti menyatukan. Analisis dan sintesis, dipandang
sebagai metode-metode utama dalam interpretasi. Nugroho Notosusanto (1978 :
38) teknik analisis data historis adalah analisis data sejarah yang menggunakan
kritik sumber sebagai metode untuk menilai sumber-sumber yang digunakan
dalam penulisan sejarah.
Menurut Berkhofer yang dikutip oleh Dudung Abdurrahman (1999 : 64),
analisis sejarah bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh
dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta
itu ke dalam suatu interpretasi yang menyeluruh. Analisis data dilakukan setelah
to user
pengumpulan data yang kemudiancommit
dilanjutkan
dengan proses perbandingan antara
32
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
data yang satu dengan yang lain. Langkah ini dilakukan secara berulang-ulang
hingga didapatkan fakta sejarah yang akurat. Fakta merupakan bahan yang
dijadikan sejarawan sebagai bahan untuk menyusun historiografi. Pengkajian
fakta-fakta sejarah oleh sejarawan tidak terlepas dari unsur subyektifitas, sehingga
diperlukan konsep-konsep dan teori-teori sebagai kriteria penyeleksi.
Sidi Gazalba (1981 : 38) mendefinisikan fakta sebagai usaha pikiran
manusia untuk merumuskan kenyataan itu sendiri dari bahan-bahan yang diwarisi.
Menganalisis dari suatu peristiwa sejarah diperlukan adanya kritik ekstern dan
kritik intern karena setiap peneliti cenderung memiliki unsur subjektifitas
terutama dalam abstraksi fakta. Untuk mengurangi kecenderungan tersebut,
seorang peneliti harus mempunyai kerangka teoritis dan metodologi yang kuat,
sehingga fakta-fakta sejarah yang telah dianalisis akan menjadi suatu penelitian
sejarah yang dapat diakui kebenarannya.
F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah langkah-langkah penelitian dari awal yaitu
persiapan memmbuat proposal sampai pada penulisan hasil penelitian. Empat
tahap yang harus dipenuhi dalam melakukan penelitian yaitu; heuristik, kritik,
interpretasi, dan historiografi. Prosedur penelitian tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
Heuristik
Jejak / Peristiwa
Kritik
Interpretasi
Fakta Sejarah
Sejarah
commit to user
Historiografi
33
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan :
1. Heuristik
Heuristik berasal dari kata Yunani heurishein yang artinya memperoleh.
Dalam pengertian yang lain, heuristik adalah kegiatan menghimpun jejak-jejak
masa lampau dengan cara mengumpulkan bahan-bahan tertulis, tercetak dan
sumber lain yang relevan dengan penelitian.
Pada tahap ini diusahakan mencari dan menemukan sumber-sumber
tertulis berupa buku-buku yang relevan dan surat kabar. Dalam penelitian ini
digunakan sumber data tertulis, baik primer maupun sekunder. Sumber tertulis
primer berupa surat kabar seperti New York Times, BBC News, Al Jazeera, Solo
Pos terbitan tahun 2011, Kompas terbitan tahun 2011, Republika terbitan tahun
2011 dan majalah News terbitan tahun 2011. Sedangkan sumber tertulis sekunder
berupa buku seperti buku karangan David Akhmad Ricardo yang berjudul
“Revolusi Mesir Revolusi Rakyat”, Nuraini Soyomukti, Muhammad Iqbal
”Pergolakan Politik Jazirah Arab Abad 21” terbitan 2011, Fareed Zakaria ”Masa
Depan Kebebasan” terbitan 2002, Eisenstadt ”Revolusi dan Transformasi
Masyarakat” terbitan 1987, Guillermo O’Donnell, Philippe C. Schmitter,
Laurence Whitehead “Transformasi Menuju Demokrasi terbitan 1993, Gregorius
Sahdan “Jalan Transisi Demokrasi” terbitan 2004. Selain itu juga dikumpulkan
artikel-artikel surat kabar serta majalah terbitan 2011 tentang situasi Mesir pada
saat terjadi revolusi.
2. Kritik
Kritik adalah kegiatan untuk menyelidiki apakah data yang diperoleh
autentik dan dapat dipercaya atau tidak. Setelah data yang terkumpul,
diklasifikasikan data yang tidak autentik dan tidak mendukung penelitian dengan
data yang autentik serta mendukung penelitian. Kritik dapat dilakukan dengan dua
cara, yakni kritik ekstern dan kritik intern.
Kritik ekstern adalah kritik terhadap autentisitas sumber, apakah sumber
yang dikehendaki asli atau tidak, utuh atau turunan (salinan). Kritik ekstern
to berdasarkan
user
dilakukan terhadap sumber yang commit
diperoleh
bentuk fisik atau luarnya
34
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berupa bahan (kertas atau tinta) yang digunakan, jenis tulisan, gaya bahasa,
hurufnya, dan segi penampilan yang lain. Uji keaslian sumber dilakukan dengan
pertanyaan : kapan sumber dibuat?, di mana sumber dibuat?, siapa yang
membuat?, dan dari bahan apa sumber dibuat?. Kritik ekstern dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara melihat kapan sumber itu dibuat, di mana sumber itu
dibuat, siapa pengarangnya dan bagaimana latar belakang pendidikan pengarang.
Kritik intern adalah kritik yang berkaitan dengan isi pernyataan yang
disampaikan oleh sejarawan. Kritik intern juga menyangkut apakah sumber
tersebut dapat memberikan informasi yang dibutuhkan. Setelah sumber dinilai
keasliannya, kemudian dilakukan kritik intern untuk dapat memastikan kebenaran
isi sumber, yang dapat ditempuh dengan cara membandingkan sumber sejarah
yang satu dengan sumber sejarah yang lain. Kebenaran isi dari sumber tersebut
dapat dilihat dari isi pernyataan dan berita yang ditulis dari sumber yang satu
dengan sumber yang lain. Kritik intern dalam penelitian ini dilaksanakan dengan
studi komparatif berbagai sumber.
3. Interpretasi
Menurut Nugroho Notosusanto (1978 : 40), interpretasi adalah suatu usaha
menafsirkan dan menetapkan makna serta hubungan dari fakta-fakta yang ada,
kemudian dilakukan perbandingan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain,
sehingga terbentuk rangkaian yang selaras dan logis. Menurut Berkhofer yang
dikutip oleh Dudung Abdurrahman (1999 : 64) bertujuan untuk melakukan
sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan
bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta itu ke dalam suatu interpretasi
yang menyeluruh, sehingga dapat dikatakan sebagai suatu bentuk analisa.
Interpretasi yang dilakukan dalam penelitian adalah kegiatan dalam
metode sejarah untuk menghubungkan antara fakta yang satu dengan yang lain,
sehingga dapat diketahui mengenai keruntuhan rezim Hosni Mubarak yang
diktator dan telah memerintah selam 30 tahun. Fakta-fakta tersebut kemudian
ditafsirkan, diberi makna dan ditemukan arti yang sebenarnya, sehingga dapat
dipahami makna sesuai dengan pemikiran yang relevan, logis dan berdasarkan
commit to user
35
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
obyek penelitian yang dikaji. Dari kegiatan kritik sumber dan interpretasi tersebut
dihasilkan fakta sejarah.
4. Historiografi
Historigrafi merupakan langkah terakhir dari metode sejarah untuk
menyampaikan fakta sejarah dalam bentuk penulisan sejarah berdasarkan bukti
berupa sumber-sumber data sejarah yang dikumpulkan, dikritik, dan diinterpretasi.
Historiografi dalam penelitian diwujudkan dalam bentuk karya ilmiah berupa
skripsi
yang berjudul “Runtuhnya Rezim Hosni Mubarak Tahun 2011
(Antara Diktatorisme dan Demokrasi di Mesir)”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Mesir
1. Sejarah Mesir
Republik Arab Mesir (Jumhuriyah Misr al-‘Arabiyah), merupakan sebuah
Negara yang sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika bagian Timur laut.
Populasi penduduk Mesir berjumlah 81,015,887 jiwa pada thun 2011. Luas
wilayahnya sekitar 1.001.450 km2. Mesir mencakup Semenanjung Sinai
(dianggap sebagai bagian dari Asia Barat Daya), sedangkan sebagian besar
wilayahnya terletak di Afrika Utara. Mesir berbatasan dengan Libya di sebelah
Barat, Sudan di Selatan, jalur Gaza dan Israel di Utara-Timur. Perbatasannya
dengan perairan ialah melalui Laut Tengah di Utara dan Laut Merah di Timur.
Sekitar 90 persen penduduknya memeluk agama Islam (Suni). Seluruh bangsa
Semit yang mengitari Mesir menyebut Mesir dengan nama Misr, begitu pula
dengan bangsa Asyiria. Sedangkan bangsa Aram menyebutnya Misrayin, dan
bangsa Ibrani menyebut Mesir dengan nama Misrayem. Misr dalam bahasa Semit
berarti batas. Bangsa-bangsa Semit yang terdiri dari bangsa-bangsa Asyiria,
Aram, Ibrani dan Arab menyebut daerah yang berada di perbatasan sebagai Misr,
dan menyebut orang-orangnya Misriyiin (orang-orang Mesir). Seperti kata Finish
dalam bahasa Latin yang berarti juga batas. Sedangkan orang-orang Qibti
menyebut Mesir di zaman dahulu dengan istilah Kemy, yang berarti hitam atau
tanah yang hitam (Ensiklopedia Islam, 1993 : 225).
Orang-orang Asyiria dalam peninggalan prasasti Venekia menyebut Mesir
sebagai Hecobtah yang diambil dari sebutan orang-orang Mesir untuk ibukota
Negara Mesir dahulu yaitu Menaf (Memphis) yang berarti “Bait (persemayaman)
Roh Bietah”. Bietah adalah Tuhan Mesir yang menangani serta melindungi
perindustrian di masa dahulu. Sementara orang Yunani menyebut Mesir dengan
nama Egyptus yang didengar dan ambil dari orang-orang sebelumnya dari masa
commit
to user
dahulu. Nama Egyptus ini disebut
berulang-ulang
dalam syair-syair pujangga
36
37
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
besar Yunani, Homerus. Sedangkan kata Qibty berasal dari dibuangnya tanda
rafa’ dari Egyptus yaitu huruf “u-s (waw dan sin)” dan huruf pertama “E (alif)” :
yang dianggap bangsa Arab sebagai huruf istihlak.
Mayoritas penduduk Mesir tinggal di pinggir sungai Nil (sekitar 40.000
km2). Sungai Nil adalah salah satu dari dua sungai terpanjang di dunia, yang
mengalir sepanjang 6.650 km atau 4.132 mil dan membelah Sembilan Negara
yaitu Ethiopia, Zaire, Kenya, Uganda, Tanzania, dan Rwanda. Sungai Nil
mempunyai arti penting dalam sejarah bangsa Mesir (terutama Mesir kuno).
Sungai Nil mempunyai peranan yang sangat penting dalam peradaban, kehidupan
dan sejarah bangsa Mesir sejak ribuan tahun yang lalu. Salah satu sumbangan dari
sungai Nil adalah kemampuannya dalam menghasilkan tanah subur sebagai hasil
sedimentasi di sepanjang daerah aliran sungainya. Dengan adanya tanah subur ini,
penduduk Mesir mengembangkan pertanian hingga peradaban Mesir berkembang.
Sungai Nil merupakan pusat peradaban Mesir sejak awal (Mesir Kuno). Dimulai
dengan unifikasi Mesir Hulu dan Hilir sekitar tahun 3150 SM, peradaban Mesir
selanjutnya berkembang selama kurang lebih tiga millennium. Sebagian besar
daratan merupakan bagian dari gurun Sahara yang jarang dihuni. Mesir terkenal
dengan peradaban kuno dan beberapa monument kuno termegah di dunia,
misalnya Piramid Giza, Kuil Karnak dan Lembah Raja serta Kuil Ramses. Di
Luxor, sebuah kota di wilayah selatan, terdapat artefak kuno yang mencakup
sekitar 65 persen artefak kuno di seluruh dunia. Mesir diakui secara luas sebagai
pusat budaya dan politik utama di wilayah Arab dan Timur Tengah (Ensiklopedia
Islam, 1993 : 226).
Sejak jaman kuno (4.000 tahun SM) Mesir telah mempunyai peradaban
tinggi sehingga dengan potensi geografis dan budayanya. Peranan Mesir dalam
sejarah perkembangan Islam dapat dilihat dalam berbagai bidang, antara lain
bidang politik dan perluasan daerah Islam, bidang ilmu pengetahuan, pendidikan
dan kebudayaan, dan bidang ekonomi perdagangan.
Berikut ini adalah tabel data Negara Mesir :
commit to user
38
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1. Data Negara Mesir
Data Negara Mesir
Nama Negara
Republik Arab Mesir (Jumhuriyat Misr al-Arabiyah)
Letak Geografis
Mesir terletak di belahan utara benua Afrika,
berbatasan dengan Laut tengah (utara), di antara
Libya (barat) dan Jalur Gaza dan Laut Merah (timur),
dan Sudan (selatan). Sebagian wilayah Mesir, yaitu
Semenanjung Sinai, merupakan bagian dari benua
Asia.
Luas Area
Total : 1.001.450 km persegi
Daratan : 995.450 km persegi
Perairan : 6.000 km persegi
Ibukota
Kairo
Kepala Pemerintahan
Presiden
Bahasa Nasional
Arab
Inggris dan Perancis digunakan kaum terdidik
Agama
90% Islam (mayoritas Sunni),
9% Koptik/Kristen Orthodox,
1% Kristen
Jumlah Penduduk
81,015,887 (2011)
dengan pertumbuhan penduduk rata-rata 1,75% pertahun)
Etnis Suku
Mayoritas Mesir, terdapat juga Berber, Nubian,
Bedouin, Beja, Yunani, Armenia dan Eropa lainnya.
Mata Uang
Pound Mesir (US$.1= LE. 5,95)
GNP
EGP. 897 miliar atau USD. 152 miliar (2008)
GDP
LE. 1,38 Triliun atau USD. 233,8 milyar (2010/2011)
GDP perkapita : USD. 6,200 (2010)
Anggaran Belanja
USD. 86,3 miliar (2011)
Jumlah Tenaga Kerja
26,2 juta (2011),
pengangguran 9.7%
Hutang Luar Negeri
USD. 34 miliar (September 2010)
Hutang Dalam negeri
USD. 157,8 miliar (September 2010)
Cadangan Devisa
USD. 28 miliar (April 2011)
(Sumber : KBRI Cairo, 2011 : 5-7)
Jasa terpenting yang disumbangkan Mesir bagi kemajuan umat Islam
adalah hasil kegiatannya dalam bidang pengetahuan, pendidikan, dan kebudayaan.
Sejak masa pemerintahan dinasti Fatimah, Mesir, khususnya Kairo telah menjadi
commitilmiah
to userdunia Islam. Pendirian universitas
pusat intelektual muslim dan kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id
39
digilib.uns.ac.id
Al-Azhar, sebagai universitas tertua di dunia, oleh Jauhar Al-Katib Al-As-Siqili
pada tanggal 7 Ramadhan 361 (22 Juni 972) menjadikan peran penting dalam
peradaban Islam. Pada masa selanjutnya, selama berabad-abad universitas AlAzhar menjadi pusat pendidikan Islam dan tempat pertemuan puluhan ribu
mahasiswa muslim yang datang dari seluruh dunia. Tumbuhnya Mesir sebagai
pusat ilmu keislaman didukung oleh para penguasanya yang sepanjang sejarah
menaruh minat besar terhadap ilmu pengetahuan.
Seorang khalifah dari dinasti Fatimah, Al-Hakim (996-1021), mendirikan
Darul Hikmah, yaitu pusat pengajaran ilmu kedokteran dan ilmu astronomi. Pada
masa inilah muncul Ibnu Yunus (348-399 H/958-1009 M), seorang astronom
besar dan Ibnu Haitam (354-430 H/965-1039 M), seorang tokoh fisika dan optik.
Pada zaman modern, terutama dengan ekspansi Napoleon ke Mesir (1798),
Muhammad Ali bertekad untuk mengadakan alih ilmu pengetahuan dan teknologi
dari Barat ke dunia Islam melalui Mesir. Muhammad Ali mengirim mahasiswa
untuk belajar ke Perancis. Setelah kembali ke Mesir, mereka menjadi guru di
berbagai universitas, terutama di universitas Al-Azhar. Dengan demikian
menyebarlah ilmu-ilmu ke berbagai daerah Islam (Ensiklopedia Islam, 1993 :
228).
Islam masuk ke daerah Mesir pada masa khalifah Umar bin Khattab,
ketika Umar memerintahkan Amr bin As membawa pasukan tentara Islam untuk
mendudukinya. Setelah menduduki Mesir, Amr bin As menjadi amir (gubernur)
pada tahun 632-660 dan menjadikan kota Fustat (dekat Kairo) sebagai ibu
kotanya. Pada masa selanjutnya, yang memerintah Mesir berturut-turut adalah
dinasti Umayyah dan Abbasiyah, dinasti Tulun (868-905), dinasti Ikhsyd (935969), dinasti Fatimah (909-1171), dinasti Ayubiyah (1174-1250) yang ditandai
dengan perang Salib (1096-1273), dan dinasti Mamluk (1250-1517). Pada masa
selanjutnya Mesir menjadi bagian dari Kerajaan Turki Ottoman. Abad modern
(1805-1917) dimulai dengan pemerintahan Muhammad Ali Pasya ketika
Napoleon mendarat di daerah Mesir. Muhammad Ali Paya digantikan oleh
putranya, Said Pasya (memerintah 1854-1863), dan kemudian digantikan oleh
commit to user
40
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sepupu Said Pasya, yaitu Ismail Pasya (1863-1979) (Ensiklopedia Islam, 1993 :
229).
Kekayaan Mesir selalu mengundang bangsa asing untuk datang dan
mengeksploitasi kekayaannya. Penduduk Mesir juga selalu dipandang sebagai
kekuatan politik yang menentukan dalam pecaturan dunia. Mesir pernah berada di
bawah imperium Romawi, khalifah Islam, pernah dijajah Inggris, dan hingga
sekarang masih menjadi pusat pergolakan pemikiran sosial politik dan
keagamaan, serta politik yang juga tidak lepas dari intervensi luar. Selain itu juga
terjadi perubahan sistem politik secara kontinyu.
2. Sejarah Politik Mesir Modern
Negara Mesir dibentuk menjadi sebuah Negara Republik semi presidensial
pada tanggal 18 Juni 1953. Kekuasaan di Mesir diatur dengan sistem semi
presidensial multipartai. Dasar Negara dengan menggunakan Sistem Undangundang yang berbasis pada undang-undang Inggris, Hukum Islam, dan undangundang Napoleon judicial review oleh Pengadilan Tertinggi dan Dewan Negara
(mengawasi pelaksanaan pemerintahan serta kebijakan-kebijakan pemerintah).
Secara eksekutif kekuasaan tertinggi berada di tangan presiden sebagai kepala
Negara dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan yang dipilih untuk masa
jabatan 6 tahun. Calon presiden harus dinominasikan oleh paling sedikit dua
pertiga anggota badan legislatif. Selain itu juga harus memperoleh mayoritas suara
pemilih.
Presiden menunjuk seorang atau lebih wakil presiden. Presiden juga
memilih anggota kabinet, membubarkannya dan membentuk kabinet baru.
Kekuasaan legislatif berada di tangan Majelis Rakyat, sebuah lembaga
unikameral. Lembaga Majelis Rakyat terdiri atas 458 anggota yang dipilih untuk
masa jabatan lima tahun. Rakyat memilih 448 anggota, dan presiden menunjuk 10
orang anggota (Ensiklopedia Nasional Indonesia, 2004 : 280).
Dalam bidang yudikatif, hakim diseleksi oleh menteri kehakiman dan
perlu disetujui presiden. Pada tahun 1956, Mesir menjadi negara Arab pertama
yang menghapus pengadilan Islam dan mahkamah keagamaan lainnya, sedangkan
commit
user
di kebanyakan negara Islam yang
lain,tomahkamah
agamalah yang mengatur
41
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masalah seperti perkawinan, perceraian, dan warisan. Mahkamah tertinggi disebut
Mahkamah Konstitusional Agung. Pemerintahan lokal Mesir terbagi atas 20
provinsi. Setiap provinsi diperintah seorang gubernur yang ditunjuk oleh presiden
yang dibantu sebuah dewan. Partai politik meliputi Partai Demokrasi Nasional
(terkuat), Partai Buruh Sosialis, dan Partai Independen. Semua penduduk yang
berusia 18 tahun ke atas diwajibkan Undang-Undang untuk memberikan suara,
jika tidak akan dihukum (Ensiklopedia Nasional Indonesia, 2004 : 281).
Berikut adalah daftar partai politik yang ada di Mesir :
Tabel 2. Daftar Partai Politik Mesir
Nama Partai
Ketua
Didirikan Tahun
Muhamad Hosni Mubarak
1978
Mr. Khaled Mohyidin
1977
Mr. Mostafa Kamel Murad
1977
Mr. Ibrahim Shoukry
1978
Mr. Mohammad Fouad Seraguldin
1983
Partai Sosial Arab Mesir
Mr. Gamal Eldin Rabie Youssef
1985
Partai Al-Ghad (El Ghad)
Mr. Moussa Moustafa Moussa
-
Partai Rakyat Mesir Baru
Dr. Gen. Abdul Moneim El-Aasar
1990
Mr. Mohammad Abdul 'Aal
1993
Partai Persatuan Demokrasi
Mr. Ibrahim Abdul Moneim Tork
1990
Partai Pemuda Mesir (Young
Mr. Gamal Rabie
1990
Dr. Usama Mohammad Shaltout
1992
Partai Solidaritas (El-Takaful)
Mr. Anwar Afifi
1995
Partai Al-Ummah (The Nation)
Mr. Ahmad Al-Sabahi Awad
1983
Partai Demokrasi Nasional
Partai Persatuan Pembangunan
Nasional
Partai Sosialis Liberal
Partai Buruh Sosial
The Neo Wafd (Wafd Baru)
Partai Keadilan Sosial
Egypt)
Partai Rakyat Demokrasi
Allah
Partai Nasr
Mr. Diaa El-Din Daoud
1992
(Sumber : KBRI Cairo, 2011 : 13-15)
Mesir modern lahir setelah berhasil meninggalkan era kerajaan, ketika
para pemimpin yang berfikir modern berusaha membangun Mesir dengan
landasan-landasan baru. Modernisasi memang dibawa oleh penjajah. Secara
politik, pemerintahan baru disusun dan diimplementasikan dalam sebuah
konstitusi pada tahun 1923 ketika Mesir menganut sistem parlemen. Seusai
Perang Dunia I pada November 1918,
ditoMesir
commit
user muncul pemimpin yang bernama
42
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Saad Zaghlul, yang berjuang menuntut kemerdekaan Mesir dari Inggris.
Kemudian Inggris menangkap Saad Zaghlul dan mengasingkannya, sehingga
membangkitkan kemarahan rakyat Mesir. Maka pada tanggal 9 Maret 1919
terjadilah revolusi besar menentang Inggris di Kairo dan seluruh penjuru Mesir
yang menyebabkan Inggris terpaksa merubah kebijakan politiknya terhadap Mesir
serta membebaskan Saad Zaghlul. Perjuangan ini digerakkan oleh organisasi
politik yang bernama Al-Wafd Al-Misr (Utusan Mesir).
Di bawah pimpinan Saad Zaghlul, Al-Wafd menuntut kebebasan dan
pemerintahan sendiri di Mesir. Untuk meredam tuntutan Wafd, Februari 1922
Inggris memproklamirkan Mesir sebagai Negara Monarki Konstitusional. Mesir
dapat bebas mengelola negara, dangan ketentuan Inggris masih menguasai empat
masalah, yaitu masalah Sudan, keamanan Mesir dari intervensi asing, pengawasan
Terusan Suez, dan penjamin kepentingan asing dan minoritas. Saad Zaghlul
adalah orang pertama kali yang dipilih sebagai perdana menteri. Saad Zaghlul
meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 1927 (M. Hamdan Basyar, 1988 : 85).
Pada
tahun
1936,
perjanjian
Inggris-Mesir
ditandatangani.
Ketidakstabilan politik terus menerus berlanjut karena Inggris terus menanamkan
pengaruhnya dan ingin terlibat dalam politik. Perang Arab-Israel pada tahun 1948
dipicu oleh konflik ketika muncul keputusan PBB pada tahun 1947 yang membagi
wilayah Mandat Inggris atas Palestina. Dalam pembagian tersebut, Yahudi Israel
mendapat 55 persen dari seluruh wilayah tanah meskipun hanya merupakan 30
persen dari seluruh penduduk di Palestina. Sedangkan kota Yerussalem yang
dianggap suci, tidak hanya oleh orang Yahudi tetapi juga orang Muslim dan
Kristen, akan dijadikan kota internasional. Keputusan tersebut ditentang keras
oleh negara-negara Timur Tengah lain dan banyak dari negeri Muslim. Israel
diproklamasikan pada tanggal 14 Mei 1948 dan sehari kemudian diserang oleh
tentara dari Libanon, Suriah, Yordania, Mesir, Irak, dan negara Arab lainnya,
namun Israel dapat memenangkan peperangan ini dan justru merebut kurang lebih
70 persen dari luas total wilayah daerah mandate PBB, Britania Raya, Palestina.
Perang ini menyebabkan banyak kaum Palestina mengungsi dari Israel, tetapi
commit to user
43
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
banyak juga kaum Yahudi yang diusir dari negara-negara Arab lainnya (Muhamad
Iqbal, Nuraini Soyomukti, 2011 : 126).
Pada tahun 1952, terjadi kudeta militer yang dikenal dengan Revolusi
1952. Revolusi ini digerakkan oleh sebagian perwira dengan membentuk
kelompok yang bernama Dhubbath Al-Ahrar (Dewan Jenderal) di bawah
pimpinan Gamal Abdel Nasser untuk merubah dan memperbaiki kondisi di Mesir.
Tanggal 23 Juli 1952 pasukan Dhubbath Al-Ahrar bergerak menguasai pusatpusat pemerintahan dan sarana-sarana vital yang lain, serta mengepung istana
Abdeen.
Kemudian
mengeluarkan
siaran
radio
yang
mengumumkan
pengambilalihan kekuasaan di Mesir. Pada saat itu Mesir diperintah oleh Raja
Farouk yang naik tahta sejak 1936. Raja Farouk dipaksa menyerahkan kekuasaan
kepada anaknya, Fuad II. Namun karena Fuad belum cukup dewasa, maka
pemerintahan diserahkan kepada junta (dewan pemerintahan) yang dibentuk oleh
Dhubbath Al-Ahrar, dan mengumumkan berdirinya sistem negara republik pada
tanggal 18 Juni 1953, dan jenderal Muhammad Naguib terpilih sebagai presiden
pertama sampai tahun 1954. Empat hari setelah kudeta, Dhubbath Al-Ahrar
mengganti namanya menjadi RCC (Revolution Command Council) (Agus R.
Rahman, 2001 : 63).
Pada masa pemerintahan Naguib, terjadi berbagai kebijakan yang kurang
popular.
Pertama, Naguib menyatakan pada bulan Desember 1952 bahwa
konstitusi Mesir tahun 1923 tidak berlaku. Kedua, pada bulan Januari tahun 1953,
Naguib melarang semua partai politik di Mesir. Ketiga, Naguib menghapus sistem
monarki Mesir pada tanggal 18 Juni 1953. Keempat, sebagai akibat penghapusan
sistem monarki, perdana menteri Mohammad Naguib memproklamasikan Mesir
sebagai Negara republik yang mendudukkan Naguib sebagai presiden atau kepala
Negara sekaligus sebagai perdana menteri atau kepala pemerintahannya,
sedangkan Nasser menjabat sebagai deputi perdana menteri dan menteri dalam
negeri. Rezim militer Mesir yang berpusat pada dwi-tunggal Naguib dan Nasser
memperlihatkan tanda-tanda pertarungan kekuasaan di antara keduanya.
Tanda-tanda pertarungan kekuasaan tersebut terlihat ketika bulan Februari
commit
to user
1954 ketika RCC memaksa Naguib
untuk
mengundurkan diri dengan suka rela
44
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dari dunia politik Mesir. Tekanan ini berkahir pada bulan April 1954 ketika
naguib diangkat sebagai presiden dan posisinya sebagai perdana menteri
digantikan oleh Nasser. Perdana menteri Gamal Abdel Nasser memasukkan
sebagian besar perwira-perwira mantan Dhubbath Al-Ahrar ke dalam kabinetnya.
Pada bulan November 1954 pertarungan politik tersebut dimenangkan oleh Nasser
ketika jabatan presiden Mesir yang dipegang Naguib sejak Juni 1953 itu, harus
diserahkan kepada Nasser atas desakan RCC. Muhammad Naguib akhirnya
mundur dari jabatannya setelah diturunkan melalui gerakan yang dilakukan oleh
Gamal Abdel Nasser pada tahun 1954 (Agus R. Rahman, 2001 : 64).
Reformasi politik domestik yang dilakukan Nasser adalah dengan
mengeluarkan konstitusi baru yang kemudian disetujui oleh rakyat melalui
referendum nasional yang diadakan pada tanggal 23 Juni 1956. Selain itu, Nasser
fjuga melakukan reformasi ekonomi dengan menjalankan retribusi tanah, promosi
pembangunan
diberlakukannya
industri
dan
konstitusi
perluasan
Mesir
tahun
kesejahteraan
1956
tersebut,
sosial.
maka
Dengan
Nasser
membubarkan RCC pada bulan Juli 1956. Walaupun RCC sudah dibubarkan,
Mesir tetap diperintah oleh rezim militer di bawah kepemimpinan tunggal Nasser
yang sah karena terpilih dari suara rakyat Mesir sendiri, walaupun hanya melalui
referendum setelah diputuskan sebelumnya oleh kongres partai yang dibentuknya
yaitu ASU (Arab Socialist Union). Dengan ketiadaan partai politik yang lain,
kelompok militer merupakan aktor tunggal dalam perpolitikan di Mesir di bawah
kepemimpinan Nasser.
Presiden Gamal Abdel nasser mendapat prestise yang luar biasa di dalam
maupun di luar negeri. Di dalam negeri, Nasser dikukuhkan sebagai bapak pendiri
Mesir Modern. Sebagai akibat ketiadaan pendukung politik utamanya ketika RCC
dibubarkan, Nasser membentuk ASU sebagai satu-satunya partai politik yang
diakui pemerintah. Pembentukan ASU dimaksudkan untuk menggiring seluruh
komponen masyarakat Mesir baik pelaku ekonomi, politik dan sosial ke dalam
satu barisan front nasional yang dinamakan ASU. Dengan demikian ASU
digunakan sebagai alat politik presiden Nasser untuk menjalankan kebijakannya
commit
to akan
user dieksperimenkan kepada bangsa
terutama pengawalan arah demokrasi
yang
perpustakaan.uns.ac.id
45
digilib.uns.ac.id
Mesir. Sementara itu, prestise luar negerinya dicapai berkaitan dengan dunia Arab
dan non dunia Arab (Agus R. Rahman, 2001 : 66).
Dalam dunia Arab, Mesir di bawah pimpinan Nasser berhasil membangun
kembali semangat dunia Islam terhadap Israel. Sejak terpilih sebagai presiden
pada tahun 1956, Nasser membangkitkan nasionalisme Arab dan Pan-Arabisme,
menasionalisasi Terusan Suez. Perang Suez menghadapkan Mesir pada Perancis,
Inggris, dan Israel yang memiliki kepentingan terhadap Terusan Suez. Krisis ini
berakhir dengan keputusan dunia internasional yang menguntungkan Mesir serta
Terusan Suez resmi berada dalam kedaulatan Mesir. Kemudian Gamal Abdel
Nasser mengadakan proyek insfrastruktur besar-besaran diantaranya adalah
proyek pembangunan bendungan Aswan dengan bantuan Uni Soviet. Gamal
Abdel Nasser menjadi pahlawan Arab dengan keberaniannya, sehingga meskipun
pada perang melawan Israel pada tahun 1967 Mesir kalah dan Nasser ingin
mengundurkan diri dan ingin mundur dari dunia politik, namun rakyat Mesir
menolaknya. Gamal Abdel Nasser kembali memimpin Mesir dalam peperangan
1969-1970. Dalam konteks non dunia Arab, Nasser merupakan salah satu tokoh
pencetus, pendiri dan pembangun gerakan non blok (Muhamad Iqbal, Nuraini
Soyomukti, 2011 : 127).
Individu atau kelompok di Mesir diwajibkan mendukung mobilisasi massa
ke dalam ASU. Jika individu atau kelompok tidak mendukungnya, maka individu
atau kelompok tersebut akan mendapat tekanan politik dari penguasa militer
Mesir. Salah satu kelompok yang menolak model mobilisasi ASU adalah
persaudaraan Islam Ikhwanul Muslimin, sehingga Ikwanul Muslimin menjadi
target tekanan politik selama pemerintahan Nasser. Ikhwanul Muslimin dianggap
sebagai satu elemen yang tidak mendukung model rezim militer yang
dieksperimenkan kepada Mesir. Ketika hubungan dengan Ikhwanul Muslimin
memburuk, pemerintah dan Ikhwanul Muslimin terlibat dalam peperangan
sporadis yang dalam beberapa kesempatan menjadi tindak kekerasan.
Nasser dan para menterinya menjadi sasaran usaha pembunuhan yang oleh
pemerinah dituduhkan kepada Ikhwanul Muslimin dan mengakibatkan terjadinya
commit
to userIkhwanul Muslimin. Pada tahun
penahanan massal serta penindasan
terhadap
perpustakaan.uns.ac.id
46
digilib.uns.ac.id
1966, Nasser bertindak tegas untuk mencabut Ikhwanul Muslimin sampai ke
bawah, menghukum mati Sayyid Qutb, ideolog utama Ikhwanul Muslimin saat itu,
serta tokoh-tokoh lain, menahan dan memenjarakan ribuan orang, dan mengejar
anggota-anggota lain sampai bersembunyi di perasingan. Menjelang akhir periode
Nasser, Negara telah membelenggu lembaga keagamaan dan membungkam
oposisi Islam, bahkan semua oposisi yang lain (John L. Esposito, John O. Voll,
1999 : 234).
Gamal Abdel Nasser adalah seorang pemimpin Mesir yang paling terkenal
sampai sekarang, karena Nasser adalah orang yang secara nyata melawan
pendudukan penjajah asing dari Mesir, termasuk dari Terusan Suez. Perang Suez
pada tahun 1956 merupakan peristiwa bersejarah yang menandai perlawanan
Mesir di bawah Nasser dalam melawan penjajahan asing. Nasser juga merupakan
salah seorang negarawan Arab yang paling terkemuka dalam sejarah. Gamal
Abdel Nasser dilahirkan di Iskandariyah (Alexandria) dan aktif dalam gerakan
Mesir menentang penjajah dan kekuasaan asing ketika kuliah di Akademi Militer.
Ketika terlibat dalam Perang Kemerdekaan melawan Israel pada tahun 1948,
Nasser berpangkat Mayor.
Karakter dan politik Mesir kontemporer sebagian besar dipengaruhi oleh
revolusi tahun 1952 dan pemerintahan Gamal Abdel Nasser dari tahun 1952
hingga tahun 1971. Nasser mendefinisikan kembali hakikat nasionalisme Mesir
dan mempromosikan nasionalisme dan sosialisme Arab baik di dalam maupun di
luar negeri. Nasser menciptakan suatu Negara keamanan yang otoriter dan
memproyeksikan dirinya sebagai seorang pemimpin regional dan dunia.
Meskipun Nasser dan revolusi pada awalnya mendapatkan dukungan dari
Ikhwanul Muslimin, setelah revolusi Ikhwanul Muslimin menentang Nasser
serelah terbukti bahwa Nasser tidak berniat mendirikan Negara Islam, tetapi
mempromosikan nasionalisme dan sosialisme Arab sekuler. Gamal Abdel Nasser
meninggal akibat penyakit jantung dua minggu setelah peperangan usai pada 28
September 1970 (John L. Esposito, John O. Voll, 1999 : 235).
Gamal Abdel Nasser digantikan oleh Muhammad Anwar As-Sadat sebagai
commit
to userjenderal militer yang lahir di Mit
presiden Mesir. Anwar Sadat adalah
seorang
perpustakaan.uns.ac.id
47
digilib.uns.ac.id
Abu al-Kum, Al-Minufiyah, Mesir pada tanggal 25 Desember 1918. Latar
belakang keluarganya yang juga percampuran darah dengan Sudan, kondisinya
miskin dan memiliki saudara sejumlah 12 orang. Pada 1938, Sadat lulus dari
akademi militer kerajaan di Kairo dan kemudian ditugaskan di Korps Isyarat.
Sebagai tentara yang bergabung dengan ‘Gerakan Perwira Bebas’, Sadat juga
terlibat dalam perjuangan untuk membebaskan Mesir dari penjajahan Inggris.
Sadat sempat dipenjara Inggris karena perjuangannya. Sadat juga terlibat dalam
kudeta menggulingkan Raja Farouk pada tahun 1952, tugasnya antara lain
mengambil alih jaringan radio dan mengumumkan pecahnya revolusi kepada
rakyat Mesir.
Pada tahun 1964, Presiden Gamal Abdel Nasser menunjuknya sebagai
wakil presiden, yang dijabat sampai tahun 1966, dan berulang pada tahun 19691970. Setelah Nasser meninggal, Anwar Sadat dilantik menjadi presiden. Di
bawah pimpinan Sadat, Mesir menjadi negara yang sangat diandalkan oleh kaum
Muslim untuk memperjuangkan Palestina dan melawan Israel. Perang dengan
Israel yang paling terkenal terjadi pada tahun 1973. Perang dimulai pada tanggal 6
Oktober 1973 bersamaan dengan hari raya Yahudi (Yom Kippur) yang juga
bertepatan dengan bulan Ramadhan. Perang terjadi ketika Mesir bersama Suriah
menyerbu Israel secara tiba-tiba dengan jumlah tentara yang banyak. Perang ini
dikenal dengan nama “Perang Enam Hari” (Muhamad Muhamad Iqbal, Nuraini
Soyomukti, 2011 : 128).
Sadat berusaha membentuk identitas dan legitimasi politiknya sendiri,
memanfaatkan Islam untuk meningkatkan legitimasinya, dan mengerahkan
dukungan rakyat. Sadat memanfaatkan lembaga keagamaan yang didukung
Negara dan membantu pertumbuhan kembali gerakan Islam, suatu langkah yang
mendorong upaya penegasan kembali Islam politis, bangkitnya Ikhwanul
Muslimin yang telah direhabilitasi namanya, serta tumbuh dan berkembang
organisasi-organisasi Islam yang lebih militan. Sadat banyak menggunakan
lambing-lambang dan retorika Islam. Sadat menyebut dirinya sebagai presiden
Mukmin yang secara teratur difoto ketika sedang melaksanakan sholat Jumat,
commit todalam
user skala yang belum pernah ada
mendorong pembangunan masjid-masjid
perpustakaan.uns.ac.id
48
digilib.uns.ac.id
sebelumnya, melancarakan dan melegitimasi perang Mesir-Israel tahun 1973
sebagai jihad, membebaskan anggota-anggota Ikhwanul Muslimin dari penjara dan
mengizinkan mereka untuk menjalankan fungsi mereka dalam kehidupan
masyarakat, dan mendukung dibentuknya organisasi-organisasi mahasiswa Islam
di kampus-kampus untuk membendung pengaruh Nasseris dan kelompok kiri.
Selain itu, Sadat juga membentuk partai Demokrat Nasional (NDP) pada
bulan Juli 1978 sebagai alat dukungan politiknya dalam perpolitikan Mesir yang
mendudukkan dirinya sebagai ketua NDP. Untuk menghindari persaingan yang
tidak diperlukan sebagai alat politiknya, Sadat mengakhiri status konstitusional
ASU pada tahun 1979. Dengan demikian, presiden Sadat berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk menghapus jejak-jejak politik otoritarianis dari presiden
Mesir yang terdahulu. Akan tetapi kedua partai tersebut menunjukkan hal yang
sama, yaitu sama-sama digunakan sebagai alat politik bagi presiden Mesir untuk
mengendalikan posisi kekuasaan kelompok militer terutama untuk menguasai
proses politik di Mesir (Agus R. Rahman, 2001 : 69).
Dalam perang enam hari, Mesir kalah walaupun jumlah tentaranya lebih
banyak, dan dibantu Uni Soviet. Pada saat terjadi perang juga terjadi krisis energi
karena Raja Arab Saudi, Faisal bin Abdul Aziz, melakukan pembatasan produksi
minyak. Krisis energi muncul dan negara-negara industri kesulitan karena harga
minyak dunia menjadi tinggi. Dua minggu setelah perang dimulai, dewan
keamanan PBB mengadakan rapat dan mengeluarkan resolusi 339 serta gencata
senjata, dan mencegah kekalahan total Mesir. Dalam perang enam hari diketahui
bahwa pihak Mesir dan Suriah 35.000 tentaranya tewas, lebih dari 15.000 cedera,
dan 8.300 tentara ditawan. Angkatan Udara Mesir kehilangan 235 pesawat tempur
dan Suriah 135 pesawat. Meskipun kalah dalam perang, namun Mesir
memperoleh kemenangan dalam pandangan internasional (Muhamad Muhamad
Iqbal, Nuraini Soyomukti, 2011 : 128).
Di dalam perjanjian Camp David 1978, Israel berjanji akan mengundurkan
diri sampai ke perbatasan Internasional dan seluruh daerah Sinai menjadi daerah
demilitarisasi dan diserahkan kepada Mesir. Perdamaian ditandatangani oleh
to user
Perdana Menteri Israel Menachemcommit
Begin dan
Anwar Sadat. Presiden Mesir Anwar
perpustakaan.uns.ac.id
49
digilib.uns.ac.id
Sadat dan Presiden Amerika Jimmy Carter bersama-sama mendapat penghargaan
Nobel untuk perdamaian. Tetapi akibat perjanjian ini, Anwar Sadat mendapat
tekanan dari dalam negeri khususnya dari kelompok fundamentalis Islam dan para
pelajar Mesir yang menganggap Anwar Sadat melakukan penghianatan sehingga
menyebabkan Anwar Sadat mengambil tindakan represif terhadap kelompok
fundamentalis. Tindakan represif yang dilakukan terlalu berlebihan dan oleh
banyak kalangan dianggap melanggar hak asasi manusia (HAM).
Otoriterisme Sadat semakin kuat dan penindasan terhadap penentangnya
semakin luas termasuk para pengkritik kebijakan-kebijakan dalam negeri maupun
luar negeri, dari kaum sekuler maupun kaum agama. Tindakan keras Anwar Sadat
ini mencapai puncaknya pada tahun 1981 ketika Sadat memenjarakan lebih dari
1.500 orang dari berbagai lapisan masyarakat, aktivis Islam, pengacara, dokter,
wartawan, profesor universitas, penentang politik, dan mantan menteri
pemerintah. Penahanan-penahanan tersebut menyebabkan perlawanan Islam yang
semakin radikal, sampai akhirnya berpuncak pada pembunuhan Anwar Sadat pada
tanggal 3 Oktober 1981 oleh anggota Jamaah Al-Jihad ketika parade militer
memperingati perang Yom Kippur. Sejak saat itu, Mesir diperintah oleh Hosni
Mubarak yang merupakan presiden keempat Republik Arab Mesir (John L.
Esposito, John O. Voll, 1999).
Perpolitikan di Mesir pada masa modern tidak dapat dilepaskan dari peran
Amerika Serikat, bahkan sampai saat ini. Amerika memiliki pengaruh yang besar
di negara-negara Islam. Pada saat Amerika bermusuhan dengan Uni Soviet,
Amerika merayu Negara-negara Islam di Timur Tengah untuk masuk ke dalam
kubunya. Mesir merupakan salah satu negara Islam yang masuk dalam pengaruh
Amerika dan bisa dikatakan sebagai negara penghianat bagi Uni Soviet. Sadat
yang menjadi presiden atas bantuan Uni Soviet harus berpaling ke Amerika untuk
mendapatkan bantuan bagi perekonomian Mesir yang pada saat itu sedang lemah.
Hampir dalam setiap kesempatan keberadaannya sangat berharga bagi Amerika.
Pada Perang Teluk II, peran Mesir sangat menjanjikan bagi Amerika.
Amerika dapat mengusir kekuasaan Irak dari Kwait karena bantuan dari
commit
userjarang diperlihatkan dalam setiap
Mesir. Hubungan baik kedua negara
ini to
tidak
perpustakaan.uns.ac.id
50
digilib.uns.ac.id
menjalin hubungan, baik dalam hubungan politik, militer, maupun ekonomi.
Dengan menggandeng Mesir dan Arab Saudi, Amerika seakan memiliki kekuatan
yang cukup besar di Timur Tengah. Perjanjian Camp David yang ditandatangani
oleh Mesir dan Israel menyebabkan terjadinya perubahan kondisi politik di
kawasan Timur Tengah. Negara-negara Arab yang tidak menyetujui perjanjian
tersebut memboikot dan memutuskan hubungannya dengan Mesir. Mesir yang
mengharapkan bahwa dengan perjanjian damainya dengan Israel dapat
menciptakan stabilitas politik di kawasan ini melalui kesediaan Israel untuk
mengembalikan wilayah-wilayah Arab yang didudukinya, sampai saat ini belum
terwujud (Diunduh dari situs www.lontar.ui.ac.id, pada tanggal 8 Mei 2012).
Permasalahan yang dihadapi oleh Mesir untuk melanjutkan proses
perdamaian khususnya setelah perjanjian tersebut adalah mengembalikan
kepercayaan bangsa-bangsa di kawasan yang rawan konflik ini terhadap Mesir, di
samping menjalin hubungan dengan negara-negara besar Iainnya seperti Amerika
Serikat dan Uni Sovyet. Proses perdamaian yang tidak mengalami kemajuan
khususnya selama tahun 1980 an, menuntut Mesir untuk lebih banyak
mengarahkan politik Iuar negerinya ke negara-negara di kawasan Timur Tengah
di samping tetap mempertahankan hubungan baiknya dengan Amerika.
Sedangkan selama tahun 1990-an, Mesir aktif sebagai mediator dan fasilitator
dengan terlibat Iangsung sebagai "Full Partner" dalam berbagai perundingan di
tingkat bilateral dan multilateral. Amerika Serikat sebagai mitra Mesir masih
mempunyai peran yang dominan dalam membantu kelangsungan proses
perdamaian.
Israel yang berkonflik dengan negara-negara Arab, kerap kali dapat
mempengaruhi kebijaksanaan luar negeri AS terhadap Negara-negara di Timur
Tengah yang cenderung merugikan Oleh karena itu, agar Mesir tetap berperan
dalam proses perdamaian untuk mewujudkan stabilitas politik di Timur Tengah
maka Mesir harus menggali potensi (ekonomi) dalam negeri sendiri disamping
dari luar negeri kecuali AS, dan tetap menjaga hubungan baiknya dengan negaranegara tetangga. Amerika memang memiliki pengaruh yang besar dalam dunia
to user di Mesir, namun kekuatan ini
perpolitikan di Timur Tengah, commit
salah satunya
perpustakaan.uns.ac.id
51
digilib.uns.ac.id
bukanlah jaminan untuk mempertahankan dirinya sebagai penguasa dunia karena
di awal abad ke-21 Amerika harus berhadapan dengan berbagai gerakan radikal
Islam, dimana benih-benih perlawanan mereka sudah tumbuh sejak perang dingin
(Diunduh dari situs www.lontar.ui.ac.id, pada tanggal 8 Mei 2012).
Salah satu gerakan Islam yang melakukan perlawanan adalah gerakan
Ikhwanul Muslimin. Organisasi ini didirikan Syeikh Hasan Al-Banna di Kota
Ismailiyah (sebuah Kota di penggir Terusan Suez), Maret 1928, beberapa bulan
setelah ia lulus dari Darul Ulum. Darul Ulum adalah sebuah sekolah tinggi
pendidikan guru di Kairo, dan Ismailiyah adalah kota dimana ia ditempatkan oleh
Departemen Pendidikan Mesir untuk menjadi gru di sebuah SMP. Di dalam
negeri, keberadaan Ikhwanul Muslimin dinilai sebagai ancaman pemerintah karena
ajaran-ajarannya dianggap sebagai ajaran Islam fundamental. Tokoh-tokohnya
sering mendapatkan tekanan-tekanan dan intimidasi dari pemerintah. Bahkan,
pada suatu malam 12 Februari 1949, Al- Banna ditembak mati oleh seorang tak
dikenal di depan gedung Syubban Al- Muslimien di Kairo. Tidak hanya itu
sejumlah tokoh lainnya seperti, Sayyid Quthb, Yusuf Hawadi, dan Abdul Fattah
Ismail dihukum gantung oleh rezim Gamal Abdul Nazer. Karena banyaknya
tekanan dari pemerintah, tidak sedikit aktivis Ikhwanul Muslimin melarikan diri ke
Eropa, Amerika, dan Afrika, yang kemudian membawa ajaran-ajarannya.
Tindakan-tindakan pemerintah Mesir itu banyak yang menduga hasil
rekayasa dan konspirasi Barat untuk melemahkan pergerakan Ikhwanul Muslimin
yang sangat anti imperialisme. Penindasan Oktober 1954 terhadap tokoh-tokah
Ikhwan oleh rezim Naser juga merupakan berkat dorongan AS dengan
mengiming-imingi bantuan. Mesir yang pro Barat terlihat jelas ketika Mesir
mengizinkan terusan Suez dikuasai bebas oleh tangan asing dan mengakui Israel
sebagai negara baru di Timur Tengah. Ikhwanul Muslimin sebagai gerakan Islam
tentunya menjadi sorotan dunia Barat, dan setiap pergerakannya selalu diawasi
dan diantisipasi.
Melaui pemerintah Mesir, akhir-akhir ini beberapa tuduhan dilancarkan
kepada para tokoh Ikhwanul Muslimin guna mempersempit kesempatan anggota
to user2005 Ikhwanul Muslimin berhasil
Ikhwanul Muslimin dalam politik.commit
Pada tahun
52
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengirim kandidatnya sebanyak 88 orang ke parlemen Mesir. Ini adalah
gambaran bahwa kekuatan kelompok ini semakin besar dan bisa dikatakan
sebagai peta kekuatan Islam timur tengah yang mulai bangkit. Atas fenomena ini
pemerintahan Bush, sebagaimana dinukil oleh Surat Kabar Ad Dustour, akan
menyuplai pemerintahan Mesir dengan dana sebesar 2 milyar pertahun guna
meminimalisir kekuatan kelompok Islam ini. Pernyataan Bush itu diutarakan
kepada Hesyam Qasem dan beberapa aktivis HAM Mesir lainnya di Gedung Putih
pada akhir tahun 2007 (Diunduh dari situs www.lontar.ui.ac.id, pada tanggal 8
Mei 2012).
B. Pemerintahan Mesir Masa Hosni Mubarak
1.
Biografi Hosni Mubark
Muhammad Hosni Said Mubarak, lahir di Kafr-El Meselha, Al Monufiyah
pada tanggal 4 Mei 1928. Hosni Mubarak berasal dari keluarga sederhana, yaitu
anak dari seorang pegawai biasa di Kementerian Kehakiman. Pada saat Mubarak
masih anak-anak, Mubarak bercita-cita untuk menjadi seorang dai atau mubaligh.
Dai dalam pengertian kontemporer adalah penceramah agama Islam yang
mengajak umat berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran. Cita-cita untuk
menjadi dai ditanamkan oleh ibu Mubarak, sedangkan ayah Mubarak
menginginkan Mubarak untuk menjadi seorang pejuang pembela Mesir. Mubarak
menyelesaikan pendidikan dasar sampai sekolah menengah di Shabin El-Koum.
Sebelum masuk akademi militer. Mubarak menikah dengan Suzanne Mubarak dan
mempunyai dua orang anak laki-laki yaitu Alaa dan Gamal.
Mubarak membina karirnya melalui militer. Pada usia 21 tahun, Mubarak
berhasil menyelesaikan pendidikan militer di Kairo dengan pangkat letnan dua
pada tahun 1949, dan Mubarak mendapatkan gelar penghormatan Bachelor’s
Degree karena pengetahuannya di dalam pendidikan militer. Bahkan wisuda
Hosni Mubarak juga dihadiri oleh Raja Mesir pada saat itu Raja Farouk. Pada
tahun 1950 Mubarak bergabung dengan Akademi Angkatan Udara dan kembali
commit
to user
meraih gelar kehormatan Bachelor’s
Degree
untuk pengetahuian Avitation dan
53
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengajar di Akademi Angkatan Udara pada periode 1952-1959. Pada tahun 1964,
Mubarak diangkat sebagai Kepala Delegasi Militer Mesir untuk USSR. Setelah
bergabung di Akademi Militer FROUNZ di Uni Soviet, Mubarak menjadi
Komandan Pangkalan Angkatan Udara Barat Kairo pada tahun 1964 dan menjabat
sebagai direktur Akademi Angkatan Udara pada tahun 1968.
Pada tahun 1969, Mubarak menjabat sebagai Kepala Staff Angkatan Udara
dan Komandan Angkatan Udara serta Wakil Menteri Peperangan pada tahun
1972. Pada tahun 1974, Mubarak dipromosikan ke peringkat Letnan Jenderal.
Berkat keberhasilan Komando Mubarak dalam perang Oktober 1973 melawan
Israel, Mubarak menjadi anak emas bagi Presiden Anwar Sadat. Mubarak
kemudian diangkat menjadi wakil Presiden Republik Arab Mesir pada tahun 1975
(Apriadi Tambukara, 2011 : 68).
Pada tahun 1979, Mubarak menjabat sebagai Wakil Partai Demokratik
Nasional (NDP). Mubarak menjabat sebagai presiden Mesir pada tahun 1981,
menggantikan Anwar Sadat yang meninggal pada tanggal 6 Oktober 1981 akibat
ditembak oleh kelompok radikal. Peristiwa tersebut terjadi pada saat Presiden
Sadat, Wakil Presiden Mubarak dan para pembesar negara menyaksikan parade
militer memperingati Hari Pahlawan pada tanggal 6 Oktober 1981 di depan Tugu
“Jundul Majhul” (pahlawan tak dikenal) di Nasr City, Kairo. Presiden Anwar
Sadat kemudian dimakamkan di Tugu Pahlawan tak dikenal tersebut. Dengan
wafatnya Anwar Sadat, sidang darurat gabungan Majlis Al-Sya’ab (DPR) dan
Majlis Al-Syuura (MPR) digelar untuk mengangkat Wakil Presiden Hosni
Mubarak sebagai presiden Mesir.
Hosni Mubarak tercatat sebagai presiden terlama dalam sejarah
pemerintahan Republik Mesir. Sejak perubahan sistem pemerintahan dari kerajaan
ke republik menyusul revolusi tahun 1952, Mesir telah memiliki empat presiden,
yaitu Muhammad Naguib yang menjabat selama satu tahun (1953-1954), Gamal
Abdel Nasser selama 16 tahun (1954-1970), Anwar Sadat selama 11 tahun (19701981), dan Hosni Mubarak selama 30 tahun (1981-2011). Sebelum menjadi
republik,
Mesir
tercatat
pernah memiliki kepala negara yang masa
to user
kepemimpinannya terlama, yaitucommit
Mohamad
Ali, yang dijuluki sebagai Bapak
perpustakaan.uns.ac.id
54
digilib.uns.ac.id
Pendiri Mesir Modern. Mohamad Ali memimpin Mesir selama lebih dari 40
tahun, yaitu dari 1805 samapi Ali wafat pada tahun 1848.
Mubarak merupakan Presiden keempat untuk masa jabatan 30 tahun sejak
menjabat pada tahun 1981. Sebagai presiden Mesir, Mubarak dianggap sebagai
pemimpin yang paling berkuasa di wilayah mesir. Secara resmi, Presiden
Republik Arab Mesir dipilih untuk jabatan Kepala Negara Mesir. Di bawah
Konstitusi Mesir, seorang presiden juga menjabat Komandan tertinggi untuk
Angkatan bersenjata dan kepala eksekutif pemerintahan Mesir. Sampai saat ini
dalam Undang-undang tidak ada batasan konstitusional tentang berapa periode
seorang dapat menjabat sebagai presiden (Apriadi Tambukara, 2011 : 69).
Berikut ini adalah daftar politik dan jabatan Militer yang pernah dijabat
oleh Hosni Mubarak :
a. Menjabat sebagai Presiden Mesir untuk kelima kali (2005)
b. Ketua G-15 (1998-2002)
c. Terpilih sebagai Presiden untuk keempat kali (1999)
d. Ketua Arab Summit sejak Juni (1996)
e. Ketua OAU (organisasi persatuan Afrika) tahun 1993-1994
f. Terpilih sebagai Presiden untuk ketiga kali (1993)
g.
Ketua OAU (organisasi persatuan Afrika) tahun 1989-1990
h. Terpilih sebagai presiden untuk kedua kali (1987)
i. Presiden Partai Nasional Demokratik (1982)
j. Presiden Republik Arab Mesir (1981)
k. Wakil Presiden Partai Demokratik Nasional (1979)
l. Wakil Presiden Republik Arab Mesir (1975)
m. Promosi jabatan Letnan Jenderal (1974)
n. Komandan Angkatan Udara dan Wakil Menteri Pertahanan (1972)
o. Kepala Staf Angkatan Udara (1969)
p. Direktur Akademi Angkatan Udara (1968)
q. Komandan Angkatan Udara Kairo Barat (1964)
r. Bergabung dengan Frunze Military Academy, USSR (1964)
commit to user
55
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
s. Lecturer di Akademi Angakatan Udara (1952-1959) (Diunduh dari situs
http://www.bbc.co.uk/news/world-middle-east-16716089, pada tanggal 3 Maret
2011).
2.
Mesir Masa Hosni Mubarak
Mubarak tidak melakukan perubahan yang radikal sejak menggantikan
Sadat sebagai presiden,. Dalam politik luar negeri, Mubarak tetap melanjutkan
visi Anwar Sadat, yaitu menjadi kekuatan moderat di Timur Tengah. Status itulah
yang membuat Mesir saat itu dikucilkan sesama negara Arab karena Mesir adalah
negara Arab pertama yang berdamai dengan musuh Arab, Israel. Perjanjian damai
dengan Israel itu merupakan warisan Sadat pada tahun 1979, yang akhirnya
dilanjutkan Mubarak, namun akibat perjanjian itu membuat Mesir dikeluarkan
dari Keanggotaan Liga Arab, dan markas Mesir pindah dari Kairo ke Tunisia.
Mubarak meningkatkan hubungan dengan Saddam Hussein, pemimpin Irak yang
sangat berpengaruh di Dunia Arab. Irak pada dekade 1980 an melawan Iran
selama delapan tahun. Ketika Perang Iran-Irak berakhir, hubungan Mesir dan
sesama negara Arab membaik. Bahkan pada tanggal 7 Agustus 1981 Saudi Arabia
justru menawarkan rencana perdamaian yang salah satu pasalnya hampir sama
dengan isi perjanjian Camp David, yaitu mengakui hak hidup dengan damai
semua negara di Timur Tengah (Diunduh dari situs www.vivanews.com pada
tanggal 21 Maret 2012).
Legitimasi pemerintah presiden Mubarak memperlihatkan konteks yang
berbeda dari kedua pendahulunya. Hal ini terutama disebabkan oleh
identifikasinya terhadap demokrasi. Mubarak selalu menekankan bahwa
pengenalan terhadap demokrasi merupakan urusan yang sulit dan hanya dapat
dicapai dalam kurun waktu yang panjang. Demokrasi yang diinginkan Mubarak
bersifat proporsioanl dengan kemampuan bangsa Mesir untuk menyerap nilai-nilai
demokrasi. Hal ini jelas membutuhkan waktu yang lama untuk menerapkannya.
Dengan demikian, penerapan praktek demokrasi pada masyarakat Mesir harus
mengingat karakteristik perkembangan masyarakat Mesir yang berbeda dengan
masyarakat di Negara-negara berkembang yang lain. Ketiga pemimpin Mesir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
56
digilib.uns.ac.id
tersebut sama-sama menggunakan kekuatan militer sebagai satu unsur yang utama
dan membentuk pemerintahan (Agus R. Rahman, 2001 : 71).
Keberhasilan terbesar politik luar negeri Mesir pada masa pemerintahan
Mubarak terjadi pada 1984 saat Mesir diterima kembali menjadi anggota OKI,
dan memulihkan hubungan diplomatik Mesir dengan Yordania pada September
1984 yang didahului pemulihan hubungan Mesir - PLO (Organisasi Pembebasan
Palestina). Pada 1990, sekretariat Liga Arab pindah kembali ke Kairo, namun
Mubarak tetap mempertahankan hubungan dengan Israel. Mesir di bawah
Mubarak akhirnya menjadi kekuatan penting di Timur Tengah. Negara-negara
Barat, seperti Amerika Serikat dan Inggris, mengandalkan rezim Mubarak untuk
meredam radikalisme negara Arab lain menyangkut konflik Israel dan Palestina
(Diunduh dari situs http://www.bbc.co.uk/news/world-middle-east- pada tanggal
21 Maret 2012).
Hosni Mubarak memberlakukan hukum darurat militer selama memerintah
Mesir, dan semua aktivitas politik dibatasi. Hosni Mubarak menjadi ketua partai
NDP sejak tahun 1969, partai yang digunakan sebagai alat kekuasaan. Kekuasaan
Hosni Mubarak selama hampir 30 tahun ditandai dengan penindasan politik yang
dibenarkan sebagai harga diri sebuah kestabilan negara. Peran Hosni Mubarak
dalam memerangi ekstremisme Islam telah membuat Hosni Mubarak dikenal di
dunia Barat. Rezim presiden Mubarak merupakan rezim yang paling lama
berkuasa di Mesir. Mubarak sudah empat kali memenangkan pemilihan presiden
yang dimulai ketika Mubarak menggantikan posisi Anwar Sadat. Posisinya
kemudian disahkan pada tahun 1987 (Nuraini Soyomukti, Muhammad Iqbal, 2011
: 47).
Masa pemerintahan Mubarak diperpanjang ketika pada tahun 1993
Mubarak kembali mendapat dukungan dari rakyat Mesir. Pada tanggal 26
September 1999, Mubarak kembali mendapat dukungan rakyat mesir untuk
kembali memimpin Mesir memasuki era millennium ketiga. Perpolitikan di Mesir
masa Mubarak memperlihatkan stabilitas rezim partai pemerintah Partai
Demokrasi Nasional (NDP). NDP berhasil mempertahankan posisi dominasi
commitumum
to user
dalam dewan nasional sejak pemilihan
tahun 1995. Dominasi NDP dalam
perpustakaan.uns.ac.id
57
digilib.uns.ac.id
perpolitikan di Mesir berkaitan dengan posisi ketua NDP selalu dipegang oleh
Mubarak. Hal ini memperkuat fakta bahwa perpolitikan di Mesir selalu ditentukan
oleh presidennya. Selain itu, rezim ini mendapat dukungan utama dari badanbadan Negara baik birokrasi maupun militernya pada semua tingkatan. Walaupun
begitu, rezim ini bertugas mengarahkan praktek demokrasi dalam perpolitikan
dengan tekanan pada pengendalian sipil terhadap militer (Apriadi Tambukara,
2011 : 71).
Pemberian ruang kebebasan untuk membentuk partai politik baru telah
dibuka sejak pemerintahan Sadat dan diteruskan oleh Mubarak, namun partisipasi
sejumlah partai politik dalam dewan nasional baru muncul pada tahun 1984. Pada
masa pemerintahn Mubarak, tiga partai politik baru mendapatkan legalisasi oleh
pemerintah pada bulan April 1990. Ketiga partai politk yang baru adalah Green
Party (GP), Democratic United Party (DUP), dan Young Egypt Party (YEP).
Stabilitas rezim ini dapat digambarkan melalui enam karakteristik :
a. Pemilihan Umum ditandai dengan praktek-praktek kecurangan. Dalam sejumlah
kasus, terdapat intervensi birokrasi dan agen-agen dari partai pemerintah (NDP).
b. Partai pemerintah NDP selalu berhasil memenangkan Pemilihan Umum dengan
lebih dari dua per tiga suara nasional atau mayoritas.
c. Tingkat keragaman dalam pemilihan umum diperlukan untuk membujuk rakyat
Mesir dan dunia luar bahwa Mesir di bawah presiden Mubarak memperlihatkan
pelaksanaan pemilihan yang bebas.
d. Partai politik oposisi hanya mencapai sukses yang kecil dalam usahanya untuk
menjamin bahwa pemilihan umum dilaksanakan dalam satu cara yang
dianggapnya fair.
e. NDP didukung oleh badan-badan Negara dari semua tingkatan.
f. Bersamaan dengan lemahnya posisi kelompok oposisi, rezim penguasa
mengembangkan suatu sistem pengelolaan dewan nasional untuk mengurangi
kemungkinan tuntutan terhadap aturan ini
Hal tersebut berbeda jika para pendukung rezim penguasa mengajukan
suatu legislasi yang dicapai dengan lancar. Akan tetapi pemerintah Mubarak tetap
commit to user
58
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menghadapi
kendala
dari
gerakan-gerakan
fundamentalis
Islam
yang
mendominasi agenda politik di Mesir (Agus R. Rahman, 2001 : 92-95).
Partai-partai politik yang ada di Mesir lebih sebagai partai politik karbitan
daripada
sungguhan, yang mendorong kemunculannya yaitu lebih bersifat
inisiatif perorangan daripada kepentingan nasional. Tugas serta faktor-faktor yang
melatarbelakangi pembentukan partai-partai ini sudah tidak ada lagi. Sistem ini
seharusnya juga tidak berlaku, menyusul tidak adanya tugas dan faktor-faktor
yang melatarbelakanginya. Partai Wafd dibentuk oleh rakyat untuk menuntut
kemerdekaan dengan jalan negosiasi. Kemudian dari partai itu berdirilah partai
Ahrar Ad Dusturiyin karena adanya Perbedaan dalam cara dan gaya negosiasi.
Negosiasi dengan cara, sistem, dan kaidah-kaidahnya itu telah selesai.
.Partai Rakyat (Hizbusy Sya'b) terbentuk karena adanya aturan dan undangundang khusus. Undang-undang sebagai aturan dengan segala bentuk dan
situasinya telah usai, maka misi pendirian partai itu pun berarti telah selesai.
Berdirinya Partai Persatuan(Hizbul Ittihaad) dikarenakan adanya sikap dan
kondisi khusus yang menyangkut pertikaian antar golongan dan partai. Kondisikoridisi seperti ini semuanya telah usai dan berkembanglah situasi-situasi baru
yang menuntut adanya manhaj (sistem) dan kerja untuk merealisasikannya, Jadi
adanya partai-partai ini sama sekali tidak punya arti. Tidak ada gunanya kembali
ke masa lalu, sementara masa depan sangat mendesak kita untuk segera beramal
dan meniti jalan dengan langkah secepat mungkin (Diunduh dari situs
www.konspirasi.com, pada tanggal 6 Juni 2012).
Pada tahun 2003, pemerintah membentuk Dewan Nasional Hak Asasi
Manusia di Kairo dan dipimpin oleh mantan Sekretaris Jenderal PBB, Boutros
Ghali yang bertanggung jawab langsung kepada presiden. Dewan tersebut dikritik
keras oleh aktivis lokal yang berpendapat bahwa organisasi tersebut melemahkan
kerja para aktivis di Mesir sebagai alat propaganda bagi pemerintah untuk alasan
pelanggaran dan memberikan legitimasi hukum represif seperti undang-undang
darurat (Apriadi Tambukara, 2011 : 73).
Secara nominal kekuasaan mesir di bawah organisasi di bawah sistem
commit
to kekuasaan
user
semi presidensial dengan multi partai,
dan
dibagi antara presiden dan
perpustakaan.uns.ac.id
59
digilib.uns.ac.id
perdana menteri, namun pada praktiknya kekuasaan tunggal berada di tangan
presiden Hosni Mubarak yang selalu terpilih dalam pemilu. Mesir menganut
sistem multi partai dalam pemilihan parlemen. Pemilihan presiden tahun 2005
menunjukkan kemenangan Mubarak. Pada akhir Februari 2005, Mubarak
mengumumkan pada saluran televisi bahwa Mubarak telah meminta dilakukannya
reformasi terhadap undang-undang pemilihan presiden, yang mengisyaratkan
kepada banyak pihak bahwa dalam pemilihan berikutnya sangat dimungkinkan
calon presiden yang lebih banyak. Mubarak juga mengatakan ingin lebih
membuka ruang demokrasi dan kebebasan. Tetapi undang-undang baru ternyata
membatasi pencalonan, yang disusun untuk menjegal politisi yang namanya
terkenal di Mesir, Ayman Nur.
Pada tanggal 7 September 2005, untuk pertama kalinya diselenggarakan
pemilihan umum kepresidenan yang diikuti oleh multi kandidat di Mesir. Dalam
pemilu ini, Presiden Husni Mubarak yang berkuasa di Mesir sejak tahun
1981, dinyatakan menang dengan meraih suara 88,5 persen suara. Dengan
demikian, presiden berusia 77 tahun itu berhak melanjutkan masa kekuasaannya
di Mesir. Poin paling mencolok dalam pelaksanaan pemilu kepresidenan di Mesir
baru-baru ini adalah rendahnya keikutsertaan rakyat. Persentase keikutsertaan
warga Mesir dalam pemilu kepresidenan tersebut sangat rendah, yaitu hanya 23
persen menurut data resmi pemerintah atau 15-18 persen menurut data tidak
resmi. Sambutan dingin rakyat Mesir terhadap pemilu ini telah menyebbakan
kelompok oposisi mempertanyakan legalitas hasil pemilu tersebut. Memanasnya
gelombang pro-reformasi membuat pemerintahan Husni Mubarak terpaksa
menyetujui tuntutan kaum oposisi, antara lain mengubah UU pemilihan presiden.
Berdasarkan pasal 76 UUD Mesir, pemilihan presiden dimulai dengan
pencalonan kandidat oleh parlemen, dan kandidat yang diajukan parlemen inilah
yang akan maju dalam referendum. Setelah dilakukan amandemen UUD pada
musim semi tahun ini, presiden akan dipilih rakyat Mesir secara langsung melalui
pemilihan umum. Amandemen ini disepakati oleh anggota parlemen Mesir dan
disepakati juga bahwa untuk pemilu periode pertama, semua syarat yang
to usersetiap pemimpin partai berhak
ditetapkan itu akan diabaikancommit
sehingga
60
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mendaftarkan
diri
sebagai
kandidat
presiden
(Diunduh
dari
situs
www.konspirasi.com, pada tanggal 6 Juni 2012).
Amandemen UUD Mesir ini kemudian diajukan ke dalam referendum
tanggal 15 Juli namun referendum ini hanya diikuti oleh 10 persen warga yang
memiliki hak pilih. Dalam proses ini, sempat terjadi bentrokan antara para
pendukung Partai Nasional Demokratik yang berkuasa di Mesir dengan para
oposan. Itulah sebabnya, partai-partai oposan menuntut agar dilakukan
pengawasan internasional terhadap pelaksanaan pemilu kepresidenan. Namun,
pemerintah mengabaikan tuntutan ini dan pemilu pertama di Mesir itu
dilangsungkan tanpa ada pengawas internasional.
Dalam pemilu ini diikutu oleh 3 partai kandidat yaitu Hosni Mubarak
(National Democratic Party), Ayman Nour (Al-Ghad), dan Noaman Gooma
(Wafd) yang merupakan dua saingan utama Husni Mubarak. Tempat pemungutan
suara (TPS) yang disediakan sebanyak 9.865 untuk melayani sekitar 32 juta
pemilih terdaftar. Pemberian suara dimulai pukul 08.00 dan dijadwalkan ditutup
pada pukul 22.00. Ketiga kandidat harus bertarung di tengah monopoli yang
dilakukan oleh pemerintah dalam masalah kampanye. Radio, televisi, dan media
cetak pemerintah Mesir sangat berpihak dalam mengkampanyekan Husni
Mubarak dan hal ini menjadi sumber kritikan pihak oposisi. Dalam kampanye itu,
para kandidat menyuarakan janji-janji yang hampir sama, yaitu janji reformasi
ekonomi, perhatian kepada masalah pengangguran, peningkatan penghasilan, dan
menurunkan tingkat kemiskinan. Namun, dengan melihat pada proses politik
beberapa bulan terakhir ini, termasuk di antaranya kampanye yang tidak
seimbang, sangat mudah diprediksi bahwa Husni Mubarak akan berhasil
memenangkan pemilu tersebut.
Oleh karena itu, poin penting yang sangat mendasar untuk dibahas adalah
sangat rendahnya keikutsertaan rakyat dalam pemilu ini. Sebagian pengamat
politik menilai bahwa rendahnya partisipasi rakyat Mesir dalam pemilu ini
menunjukkan ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah Mesir sebagai
penyelenggara pemilu. Hal ini merupakan bel tanda bahaya bagi Husni Mubarak
commitsebagai
to userpresiden di Mesir. Pemerintahan
yang untuk kelima kalinya menjabat
perpustakaan.uns.ac.id
61
digilib.uns.ac.id
Husni Mubarak harus berusaha menarik kepercayaan rakyat bila tidak ingin
situasi negaranya terus memburuk. Sementara itu, sebagian pengamat politik
lainnya menyatakan bahwa pemerintah Husni Mubarak masih memiliki waktu
hingga pemilihan anggota parlemen bulan November mendatang untuk
membuktikan kesungguhan niatnya dalam melakukan reformasi.
Poin lain yang menarik dari kemenangan Husni Mubarak adalah bahwa
meskipun legalitas pemilu yang hanya diikuti oleh hanya 23 persen rakyat Mesir
ini dipertanyakan di dalam negari, AS dan Eropa justru menyambut baik
kemenangan Mubarak. Tanggapan Barat ini bertentangan dengan pemilu
kepresidenan Iran yang meski diikuti oleh lebih dari 60 persen rakyat dan bebas
dari indikasi kecurangan, justru dibalas dengan propaganda media massa Barat
yang memburuk-burukkan citra demokrasi di Iran. Hal ini sekali lagi
membuktikan standar ganda Barat. Sambutan Barat atas kemenangan Husni
Mubarak menunjukkan bahwa Barat memang enggan kehilangan mitra utamanya
itu (Diunduh dari situs www.konspirasi.com, pada tanggal 6 Juni 2012).
Beberapa organisasi hak asasi manusia lokal dan internasioanl, termasuk
Amnesty International dan Human Rights Watch (HRW), telah bertahun-tahun
mengkritik hak asasi manusia Mesir. Pada tahun 2005, presiden Hosni Mubarak
menghadapi kritik publik yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pada waktu
Mubarak mengekang aktivis demokrasi yang menentang kekuasaannya. Beberapa
pelanggaran hak asasi manusia yang paling serius, menurut laporan HRW 2006 di
Mesir, adalah penyiksa rutin, penahanan sewenang-wenang sebelum diadili oleh
pihak keamanan negara dan militer. Pada tahun 2007, kelompok hak asasi
manusia amnesty International merilis laporan mengkritik Mesir untuk
penyiksaan dan penahan ilegal. Laporan tersebut menuduh bahwa Mesir telah
menjadi pusat internasional untuk penyiksaan. Pengerahan pasukan berpakaian
preman yang dibayar oleh partai Mubarak, Baltageya, telah menjadi ciri dari
pemerintahan Mubarak. Organisasi Mesir untuk Hak Asasi Manusia telah
mendokumentasikan 567 kasus penyisaan, termasuk 167 kematian, oleh polisi
yang terjadi antara tahun 1993 sampai 2007.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
62
digilib.uns.ac.id
Angkatan Bersenjata Mesir mempunyai reputasi yang lebih baik oleh
masyarakat dibandingkan dengan polisi, karena dianggap sebagai badan
profesional yang melindungi negara, dan yang karena korupsi sistemik dan
kekerasan tidak sah. Keempat presiden Mesir sejak tahun 1950 datang dari militer
sampai mendapatkan kekuasaan. Personel militer utama pemerintahan Hosni
Mubarak meliputi menteri pertahanan Mohamed Hussein Tantawi dan General
Sami Hafez Enan sebagai kepala staf angkatan bersenjata. Jumlah total militer
Mesir sekitar 468.500 bersenjata aktif personel, dan ditambah cadangan sebesar
479.000. pemerintah di Barat termasuk AS telah menganggap Mubarak sebagai
sekutu penting dan pendukung negoisasi perdamaian Israel-Palestina (Apriadi
Tambukara, 2011 : 74).
Militer Mesir mendapatkan dana bantuan miliaran dolar dari Amerika
Serikat, sehingga menjadikan militer Mesir lembaga yang sangat kuat. Militer
Mesir memiliki puluhan pabrik senjata dan pabrik yang memproduksi barangbarang kebutuhan masyarakat. Dalam pemilihan presiden tahun 2009, Ali El Deen
Hilal Dessouki (Sekretaris Media Partai Nasional Demokrat), menggambarkan
Mesir sebagai negara yang menganut sistem politik zaman Fir’aun dan mengatakn
bahwa pusat kekuasaan di Mesir adalah tentara. Setelah menjabat sebagai presiden
selama 30 tahun, harta kekayaan Hosni Mubarak mencapai Rp 360 triliun.
Keluarga Mubarak menyimpan harta kekayaannya dalam berbagai rekening
seperti di Amerika, Inggris, Jerman dan Swiss. Istri Mubarak, Suzzane Sabet
merupakan salah satu anggota klub milyuner sejak tahun 2000 dengan kekayaan
mencapai 5 miliar dolar AS. Sementaara kedua anak Mubarak, Gamal dan Alaa
memilki kekayaan sebesar 10 miliar dolar AS. Meyarakat ekonomi kelas atas
Mesir adalah kumpulan dari kelompok elit yang diuntungkan oleh relasi ekonomi
politik pemerintahan Mubarak yang sarat dengan kolusi dan nepotisme.
Kemakmuran sedikit orang ini yang memicu kesenjangan ekonomi dan
memperbesar tingginya pengangguran di Mesir.
Kekayaan Ahmed Ezz, mantan Sekretaris Organisasi RPN, mencapai
18.000.000.000 pound Mesir; kekayaan mantan Menteri Perumahan Ahmed alcommit
to user
Maghraby mencapai 11 juta pound
Mesir;
kekayaan mantan Menteri Pariwisata
63
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Zuhair Garrana mencapai 13.000.000.000 pound Mesir; kekayaan mantan Menteri
Perdagangan dan Industri Rashid Mohamed Rashid mencapai 12.000.000.000
pouhnd Mesir dan kekayaan mantan Menteri Dalam Negeri Habib al-Adly
mencapai 8.000.000.000 pound Mesir (Apriadi Tambukara, 2011 : 72).
Perekonomian Mesir sangat terpusat pada masa pemerintahan mantan
presiden Gamal Abdel Nasser dilanjutkan oleh mantan presiden Anwar Sadat dan
Mubarak. Tahun 2004-2008 Mubarak melakukan reformasi ekonomi agresif untuk
menarik investasi asing dan memfasilitasi pertumbuhan GDP, namun reformasi
ekonomi tertunda karena gejolak ekonomi global. Secara internasional penurunan
ekonomi Mesir melemah dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)
menjadi 4,5 persen tahun 2009. Kondisi kehidupan di masyarakat di Mesir ratarata miskin walaupun pertumbuhan ekonomi nasional cukup tinggi. Perekonomian
di Mesir terutama tergantung pada sector pertanian, ekspor minyak bumi,
pariwisata, dan ada lebih dari tiga juta Rakyat Mesir yang bekerja di luar negeri,
terutama di Arab Saudi, Teluk Persia dan Eropa. Populasi penduduk yang tumbuh
dengan cepat, keterbatasan lahan pertanian, dan ketergantungan pada sungai Nil,
menyebabkan lemahnya sumber daya ekonomi (David Akhmad Ricardo, 2011 :
68).
Pemerintah
Hosni
Mubarak
telah
menginvestasikan
dana
dalam
komunikasi dan infrastruktur fisik. Mesir telah menerima bantuan asing sejak
tahun 1979 dengan rata-rata mencapai $ 2,2 miliar per tahun, dan merupakan
negara terbesar ketiga penerima dana bantuan dari Amerika Serikat setelah perang
Irak. Pada tahun 1966 populasi Mesir meningkat dari 30.083.419 jiwa menjadi
79.000.000 jiwa pada tahun 2008. Sebagian besar penduduk Mesir tinggal di tepi
sungai Nil, tanah yang subur namun terdapat persaingan warga tentang tempat
tinggal. Pada akhir tahun 2010, 40 persen dari jumlah penduduk Mesir tinggal
dengan pendapatan perkapita sekitar US $ 2 per hari (Diunduh dari situs
www.bbc.com pada tanggal 22 Februari 2012).
Dalam masa kepemimpinan Mubarak, ekonomi Mesir secara makro
mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Mubarak berjuang untuk mencapai
commit
to user tingkat pengangguran. Ekonomi
pertumbuhan ekonomi tinggi untuk
menekan
perpustakaan.uns.ac.id
64
digilib.uns.ac.id
Mesir secara makro memang relatif masih aman, namun tidak sejalan dengan
distribusi kemakmuran. Ketimpangan sosial sangat terlihat di kalangan rakyat
kelas bawah. Di bawah kebijakan ekonomi Mubarak yang liberal, bisnis di Mesir
mengalami pertumbuhan pesat dalam beberapa tahun terakhir, namun hampir
setengah dari total populasi Mesir, yang berjumlah 80 juta jiwa, hidup di dalam
garis kemiskinan menurut standar PBB US$2 per hari. Dalam dua tahun terakhir,
tingkat kemiskinan di Mesir naik dari 20 persen menjadi 23,4 persen.
Mubarak berjanji akan menciptakan lapangan kerja, sekaligus menekan
tingkat pengangguran, namun Mubarak tidak menepati janjinya. Kelompok
oposisi Mesir juga menyalahkan rezim Mubarak yang tidak serius memberantas
korupsi. Lembaga Global Coalition Against Corruption mencatat Mesir di
peringkat 105 dalam daftar negara bersih pada 2006, sejajar dengan dua negara
miskin Afrika, Burkina Faso dan Djibouti. Krisis ini bukan semata-mata karena
rezim yang represif, namun juga gabungan dari masalah lain, seperti masalah
ekonomi dan ketimpangan sosial di kalangan banyak warga (Diunduh dari situs
www.bbc.com pada tanggal 22 Februari 2012).
Menurut Peterson Institute For International Economics, masalah dasar
Mesir adalah pengangguran golongan muda, dengan jumlah angkatan kerja yang
terserap hanya 4 persen per tahun, pengangguran di Mesir 10 kali lebih tinggi
untuk lulusan perguruan tinggi. Korupsi dalam Kementerian Dalam Negeri
Mubarak telah meningkat sebagai akibat legitimasi sistem kelembagaan yang
diperlukan untuk memperpanjang kekuasaan presiden. Munculnya pengaruh
bisnis yang kuat dalam partai NDP di pemerintahan dan Majelis Rakyat
menyebabkan kemarahan selama bertahun-tahun terhadap Perdana Menteri
Ahmed Nazif.
Kenyataan yang terjadi di Mesir itu adalah gambaran untuk menunjukkan
bahwa Hosni Mubarak memerintah secara otoriter, korup, dan sangat anti
demokrasi. Sejak tahun 2010, kelompok oposisi telah melakukan kegiatan-kegitan
protes terhadap pemerintahan Mubarak. Hosni Mubarak telah mendapat seorang
penentang yang cukup terkenal dan berani, yaitu Mohammad El Baradei, mantan
commit to user
pemimpin badan atom PBB.
65
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Faktor Penyebab Revolusi di Mesir
Revolusi dalam bentuk penggulingan rezim sering terjadi di wilayah Arab
dan Afrika Utara pada abad ke-21, misalnya revolusi di Aljazair (Houari
Boumedienne), Tunisia (Ben Ali), Libya Muammar Khadafi), Yaman (Ali
Abdullah Saleh) dan Mesir (Hosni Mubarak). Secara umum, negara-negara Arab
masih memiliki sistem dan budaya politik yang jauh dari nilai-nilai demokrai,
bahkan sebagian besar masih mempertahankan corak politik tradisional dan feodal
(kerajaan) dengan kekuasaan mutlak di tangan penguasa. Sebagian besar ada yang
memiliki simbol-simbol dan instrument demokrasi yang secara konseptual
digunakan untuk membagi kekuasaan agar tidak terpusat, namun yang berjalan
dalam kenyataannya adalah praktik politik yang diktator. Sistem yang berjalan di
negara-negara Arab belum bisa memenuhi kehendak rakyat secara ekonomi,
sosial, dan kebudayaan. Masih banyak terjadi kemiskinan, penindasan, korupsi
dan kesewenang-wenangan oleh rezim penguasa. Sejak tahun 1990, terjadi
program-program pro Barat yang mencabut subsidi dan menyebabkan harga-harga
naik (Muhamad Iqbal, Nuraini Soyomukti, 2011 : 31).
Pada awalnya, rakyat memang belum berani untuk melakukan protes
berupa demonstrasi seperti yang terjadi di Arab. Semua yang menghalangi protes
pembangkangan sipil adalah pengahalang psikologis. Rakyat sudah dimiskinkan
akibat rezim-rezim yang korup, mengambil kekayaan negara untuk diri sendiri,
dan sistem ekonomi yang dijalankan menyebabkan krisis sehingga kemiskinan
meningkat, mengakibatkan kenaikan harga bahan pokok. Rakyat belum berani
melawan karena mental perlawanan masih rendah. Namun terdapat berbagai
macam pemicu yang membuat hambatan psikologis kejiwaan rakyat menghilang,
1. Dengan semakin banyak terlihat orang berani melawan, akan muncul keberanian,
dan juga karena ada perasaan tidak sendiri. Pada awalnya seorang akan merasa
takut, namun setelah melihat banyak orang berani menunjukkan diri dengan
melawan, muncul keberanian dalam setiap individu.
2. Adanya reaksi yang berlebihan dari penguasa dan penindas rakyat yang membuat
commit
to user
ketakutan menghilang. Ketika harga
diri dihilangkan,
rasa takut dan ketertindasan
perpustakaan.uns.ac.id
66
digilib.uns.ac.id
akan membuat seorang melakukan apa pun. Tindakan represif yang sering
dilakukan oleh penguasa menumbuhkan kebencian dari rakyat.
Sebagai contoh adalah apa yang dilakukan oleh seorang pemuda di
Tunisia, Bouazizi, yang memicu revolusi di Tunisia. Tindakan Bouazizi untuk
membakar diri merupakan tindakan yang ekstrem. Bouazizi membakar diri karena
gerobak dagangannya disita oleh polisi. Tindakan bunuh diri sering menjadi
luapan protes yang secara simbolis dilakukan rakyat. Berita tentang keberanian
rakyat yang telah menumbangkan penguasa akan member inspirasi kepada orang
yang mendengar. Ketika terdengar bahwa rakyat Tunisia berhasil menumbangkan
Ben Ali, maka berita tersebar. Peranan media internet sangat besar. Berjalannya
komunikasi dan jejaring sosial dimudahkan oleh penggunaan bahasa yang hampir
sama, sehingga pesan perlawanan menyebar ke berbagai negeri, terutama negerinegeri di Arab.
Di tengah perkembangan sosial yang cepat akibat dinamika internasional,
muncul kontradiksi-kontradiksi sosial di suatu negara sehingga menjadi pemicu
munculnya perlawanan. Jejaring sosial yang semakin maju melalui media internet
memudahkan pertukaran informasi. Akhir 2010 menjadi awal munculnya
perlawanan. Media konvensional memberitakan revolusi yang terjadi di Tunisia
melalui saluran televisi satelit regional Timur Tengah. Di sebagian negara Timur
Tengah mengalami permasalahan yang sama, yaitu menderita karena rezim
penguasa, tingkat pengangguran yang tinggi, populasi kaum muda yang besar,
inflasi yang tinggi, dan kesenjangan sosial semakin terlihat antara orang kaya dan
orang miskin (Muhamad Iqbal, Nuraini Soyomukti, 2011 : 32).
Timur Tengah sedang memasuki masa transisi dan dalam tahap
membangun peradaban baru dengan landasan demokrasi, reformasi dan revolusi.
Sedangkan yang terjadi di Arab adalah situasi yang berlawanan dengan makna
demokrasi. Rakyat Arab tertindas oleh rezim penguasa yang diktator yang
memerintah dengan korupsi, kolusi dan nepotisme sehingga sebagian besar rakyat
hidup di bawah garis kemiskinan. Keterpurukan ekonomi dan kesenjangan sosial
rakyat Arab, khususnya Mesir dan Tunisia akibat pemerintahan otoriter Hosni
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
67
digilib.uns.ac.id
Mubarak dan Ben Ali telah menimbulkan gelombang demonstrasi untuk menuntut
mundurnya Mubarak dan Ben Ali.
Revolusi yang terjadi di Mesir merupakan akumulasi kekecewaan publik
yang selama puluhan tahun dikekang oleh rezim Hosni Mubarak. Akumulasi
kekecewaan di Mesir paralel dengan krisis politik yang terjadi di Tunisia,
sehingga rakyat Mesir menemukan waktu yang tepat untuk melakukan revolusi.
Pemerintahan Hosni Mubarak yang diktator menyebabkan penderitaan bagi
rakyat, terutama rakyat miskin. Sistem ekonomi di Mesir tidak mencerminkan
keadilan. Terjadi kesenjangan sosial yang sangat telihat antara kelompok elit
dengan mayoritas rakyat yang miskin. Pengekangan terhadap kelompok kelas
menengah terdidik yang secara intelektual sudah memahami informasi global
tentang proses demokratisasi juga mendorong terjadinya revolusi. Akses sosial
ekonomi dan informasi di Mesir dangat dibatasi oleh rezim Mubarak (David
Akhmad Ricardo, 2011 : 44).
Sistem yang digunakan Mubarak dalam pemerintahan di Mesir adalah
sistem
demokrasi. Demokrasi yang didalamnya memuat tiga pilar, yaitu
eksekutif, yudikatif, dan legislatif, belum dapat direalisasikan, bahkan tidak terjadi
sama sekali. Mubarak memerintah Mesir dengan diktator, sehingga sangat
berseberangan dengan partai yang diusung, yaitu Partai Nasional Demokrat
(NDP) (Kompas, 12 Februari 2011).
Konstitusi Mesir saat ini tidak menjamin liberalisme konstitusional.
Menurut 55 pasal dalam Konstitusi Mesir, seorang presiden memiliki wewenang
63 persen sedangkan 25 persen dimiliki lembaga legislatif. Mubarak dengan
menjadi presiden dan ketua umum NDP yang menguasai parlemen bisa memiliki
88 persen wewenang. Pasal 77 yang tidak disentuh Mubarak yang memungkinkan
presiden berkuasa seumur hidup. Mesir juga masih memberlakukan undangundang darurat yang selama ini dijadikan alasan untuk meredam kelompokkelompok oposisi dan membungkam kebebasan dengan alasan keadaan darurat.
Negara juga menguasai lembaga-lembaga keagamaan (Al-Azhar, Majlis Fatwa,
ordo tarekat, dan masjid), sosial dan pers (koran dan televisi). Di Mesir tidak ada
user arti yang sebenarnya. Dengan
kekuatan masyarakat sipil (civil commit
society)to dalam
perpustakaan.uns.ac.id
68
digilib.uns.ac.id
konstitusi saat ini, negara menguasai rakyatnya dan tidak memberi ruang untuk
mendapatkan kebebasan. Kediktatoran Mubarak sangat ditentang oleh rakyat
Mesir, terutama oleh golongan-golongan Islam radikal, yang membentuk
kelompok-kelompok Islam fundamental (Diunduh dari situs kompas.com, pada
tanggal 12 Maret 2012).
Presiden Hosni Mubarak adalah salah satu presiden Mesir yang melakukan
perlawan ekstrem terhadap gerakan radikalisme Islam. Gerakan-gerakan yang
radikal dan keras, yang mereda pada awal periode pemerintahan Mubarak, secara
langsung dan berani menentang dan menyerang rezim pada akhir 1980-an dan
1990-an. Organisasi mahasiswa Islam mendominasi himpunan-himpunan
mahasiswa universitas. Di Assyut, Minya, Kairo, dan Iskandariyah, mahasiswa
mendesak diterapkannya revolusi Islam yang berupa penerapan hukum Islam,
reformasi kurikulum, pemisahan jenis kelamin di kelas-kelas, pembatasan
pergaulan sosial yang mencampurkan laki-laki dan perempuan, dan pelarangan
musik dan konser Barat. Pertumbuhan mahasiswa didorong oleh ketidakmampuan
pemerintah menangani realitas sosial ekonomi yang kronis, yang berdampak
sangat merugikan bagi lebih dari 50 juta warga Negara Mesir di bawah usia dua
puluh tahun. Ratusan ribu pemuda lulusan universitas kesulitan dalam
mendapatkan pekerjaan dan perumahan. Pasangan-pasangan muda sering tinggal
bersama keluarga atau menunda perkawinan selama bertahun-tahun hingga dapat
menemukan rumah yang memadai (John L. Esposito, John O. Voll, 1999 : 246).
Perlawanan Islam militan yang paling keras terhadap pemerintah Mubarak
berasal dari Jamaah Islamiyah dan Jamaah Al-Jihad, yang telah menyatakan
perang sampai mati terhadap pasukan keamanan dan polisi pada 1990-an.
Pemicunya adalah terbunuhnya Ala Mohieddin, dokter muda dan pemimpin
Jamaah Islamiyah dan juru bicara Jamaah Islamiyah terkemuka yang ditunjuk
oleh Syaikh Omar Abdel Rahman pada tahun 1991. Jamaah Islamiyah menuduh
pemerintah yang telah melakukan pembunuhan terhadap Ala. Jamaah Islamiyah
mengubah kelompok-kelompok mahasiswa yang aktif di kampus universitas dan
dalam dunia politik di masa pemerintahan Sadat menjadi suatu front atau
commit to user
organisasi yang menghimpun sejumlah
kelompok ekstremis yang aktif di
perpustakaan.uns.ac.id
69
digilib.uns.ac.id
Iskandariyah, Kairo, Asyut, Minya, dan Fayyum. Anggotanya adalah orang-orang
muda, kurang berpendidikan, hidup dalam kondisi miskin dan pengangguran,
lebih radikal dalam ideologi, dan lebih acak dalam melakukan tindak kekerasan.
Pemerintah Mubarak menanggapi secara agresif ancaman dari radikalisme
Islam terhadap stabilitas pemerintah dan keamanan regional. Dalam praktiknya,
tidak jelas garis pemisah antara Islam moderat dan Islam radikal, antara keamanan
Negara dan batas-batas otoritas Negara, antara hukuman kejahatan dan hak asasi
manusia. Dalam perang melawan terorisme, tindakan tegas pemerintah dan
penahanan massal terhadap para tokoh ekstrimis dan simpatisannya mencakup
tokoh-tokoh moderat beserta anggota keluarga terssangka, dalam upaya menakutnakuti kelompok oposisi. Pada tahun 1989, 10.000 aktivis militias Islam ditahan.
Laporan dari hak asasi manusia Departemen Luar Negeri AS mengenai Mesir
pada tanggal 1 Februari 1994 mencatat bahwa pemerintah Mesir melakukan
banyak pelanggaran, termasuk penahanan sewenang-wenang, penyiksaan terhadap
ratusan tahanan, penggunaan pengadilan militer untuk mengadili tahanan yang
didakwa sebagai teroris. Penyiksaan sistematis, penahanan jangka panjang tanpa
tuduhan, ditangkapnya anggota keluarga aktivis Islam militant, dan sensor pers
mendorong para pejabat organisasi-organisasi pembela hak asasi manusia nonpemerintah internasional untuk menyatakan pembelaannya terhadap penduduk
Mesir (John L. Esposito, John O. Voll, 1999 : 251).
Tindakan keras pemerintah Mubarak bukan hanya bermaksud mencabut
ekstremisme hingga ke akar-akarnya, namun juga untuk menghadapi dan
mengontrol pelembagaan aktivitas Islam, yang dengan jelas tercermin dalam
kebijakannya yang berubah-ubah terhaap perhimpunan-perhimpunan profesi.
Perhimpunan-perhimpunan di Mesir yang berupa perhimpunan demokratis dan
sukarela dari kelompok profesi guru, pengacara, dokter, wartawan, merupakan
pilar masyarakat madani Mesir. Pada tahun 1980-an, aktivis-aktivis Islam tampil
sebagai kekuatan utama dalam perhimpunan-perhimpunan tersebut. Keberhasilan
para aktivis Islam dalam memasuki arus utama sosial politik terlihat dari
meningkatnya secara drastic perhimpunan profesi yang berorientasi Islam, yang
commit to user
mencerminkan jumlah lulusan professional
muda. Kehadiran dan dampak aktivis
70
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Islam dapat dirasakan dalam perhimpunan atau sindikat-sindikat profesi tempat
aktivis Islam memimpin organisasi para dokter, insinyur, dan juga pengacara.
Sindikat-sindikat profesi merupakan sector yang paling maju dalam kehidupan
publik di Mesir, yang menikmati kedudukan tinggi dan memiliki suara otonom
dan dihormati. Sindikat para pengacara berada di barisan depan dalam kampanye
pembelaan hak asasi manusia dan penegakan aturan hukum.
Pada tahun 1994, dalam suatu gerakan, pemerintah Mubarak memperluas
perangnya bukan hanya terhadap Jamaah Islamiyah, namun juga terhadap
kelompok oposisi terkuat di Mesir, yaitu Ikhwanul Muslimin. Dalam suatu
tindakan yang merupakan perang besar-besaran, pemerintah berusaha membatasi
bukan hanya gerakan yang pernah melakukan tindak kekerasan, namun juga
sebuah gerakan yang mendominasi banyak daerah kota, perhimpunan profesi dan
tenaga kerja serta fakultas-fakultas universitas. Meskipun sebagian besar takut
terhadap kekrasan yang dilakukan pemerintah, Ikhwanul Muslimin berupaya
menghindari konfrontasi dan kekerasan , dan sebagai gantinya Ikhwanul Muslimin
mnghimbau masyarakat agar menaati prinsip-prinsip demokrasi dan hak asasi
manusia (John L. Esposito, John O. Voll, 1999).
Perlawanan yang dilakukan pemerintah terhadap Ikhwanul Muslimin
berlangsung hingga menjelang mundurnya Hosni Mubarak. Pada tahun 2010
Mubarak
melakukan
kecurangan
menjelang
pemilu
dengan
melakukan
penagkapan terhadap kelompok oposisi terbesar Mesir, Ikhwanul Muslimin.
Menurut Ikhwanul Muslimin, lebih dari 1.000 anggotanya, termasuk delapan
kandidat parlemen telah ditahan. Pendukung Ikhwanul Muslimin bentrok dengan
pasukan keamanan di sejumlah titik perkotaan. Kelompok hak asasi manusia
Amnesty International menuduh Mesir telah melakukan pengekangan terhadap
oposisi, namun pemerintaha beralasan kelompok oposisi melanggar hukum karena
menggunakan slogan-slogan agama. Rezim Mubarak mencoba mengintimidasi
dan meneror penduduk yang mendukung Ikhwanul Mislimin. Amnesty
International memberikan perintah kepada pihak berwenang Mesir untuk tidak
melarang rakyat Mesir memberikan suara, seperti yang terjadi di sejumlah TPS
commit
to user
dalam pemilihan umum terakhir tahun
2005
(David Akhmad Ricardo, 2011 : 46).
71
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penyelenggaraan pemilu presiden di Mesir penuh dengan kecurangan.
Kotak-kotak suara sejak awal telah diisi dengan surat suara. Pemerintah telah
membeli sura dari rakyat yang pro Mubarak, sedangkan warga yang memilih
kandidat oposisi pemerintah diperlakukan dengan cara-cara kekersan oleh
pembunuh bayaran. Kecurangan itu telah dicatat oleh kelompok hak asasi
manusia. Pemerintah tidak memberikan izin kepada lebih dari lima orang untuk
melakukan aksi unjuk rasa damai. Pasukan keamanan selalu berjaga di depan
universitas untuk memastikan bahwa tidak ada mahasiswa yang melakukan aksi
unjuk rasa dan tidak melakukan aktivitas politik (Whasington Post, 27 Desember
2010).
Meluasnya kemiskinan, tingginya pengangguran, korupsi dan inflasi harga
pangan ,menjadi alasan utama terjadinya revolusi di Mesir. Situasi ekonomi yang
memburuk ini yang menambah kemarahan terhadap pemerintah yang korupsi,
kolusi dan nepotisme di dalam pemerintahan di Mesir. Kekuatan ekonomi Negaranegara di Arab, termasuk Mesir, secara umum bersumber dari minyak yang
menjadi kebutuhan dunia.
Berikut ini adalah data tabel yang menunjukkan bahwa ekonomi kelompok
Negara Arab bersumber dari minyak :
Tabel 3. Tabel Pendapatan Negara-negara Arab dari Minyak Bumi
Country group
Total
Population
GDP (PPP
GDP share
Per capita
population
share (%)
US$ billion)
(%)
GDP (PPP
US$)
(million)
Group 1 : Oil
40.2
13.2
1117
45.9
27786
39.9
13.1
332
13.6
8313
156.4
51.5
833
34.2
5328
67.1
22.1
153
6.3
2277
303.6
100
2345
100
8020
economies
Group 2 :
Mixed oil
economies
Group 3 :
Diversified
economies
Group 4 :
Primary export
economies
Total
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
72
digilib.uns.ac.id
Group 1 : Oil economies : the Gulf Cooperation Council states (Bahrain, Kuwait,
Oman, Qatar, Saudi Arabia, and UAE)
Group 2 : Mixed oil economies : Algeria dan Libya
Group 3 : Diversified economies : Egypt, Jordan, Lebanon, Morocco, Syria, and
Tunisia.
Group 4 : Primary export economies : Comoros, Djibouti, Mauritania, Sudan,
and Yemen.
Sumber : (League of Arab States and UNDP, 2008, from the IMF and the CIA
World Factbook).
Data dari table menunjukkan bahwa ekonomi kelompok Negara yang
bersumber sepenuhnya dari minyak seperti Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab
Saudi dan Uni Emirat Arab secra keseluruhan memiliki pendapatan per kapita
yang mencapai 27.786 US$, atau lebih seperempat miliar rupiah per kapita. Libya
masuk dalam kelompok Negara mixed oil economies dengan pendapatan per
kapita total sebesar 8.313 US$. Mesir dan Tunisia tercatat terbesar ketiga dalam
kelompok Negara Arab yang diropang oleh beragam sumber ekonomi dengan
penghasilan per kapita sebesar 5.328 US$. Sedangkan Mesir pada tahun 2011,
memeiliki estimasi penghasilan per kapita yang turun drastis menjadi 2,892 US$.
Yaman yang sepenuhnya mengandalkan ekspor sebagai sumber utama ekonomi
negerinya memiliki per kapita sebesar 2.277 US$ (Muhamad Iqbal, Nuraini
Soyomukti, 2011 : 118).
Menurut laporan UNDP dalam Arab Knowledge Report 2009, dari tahun
1980-an sampai 2011, tingkat pengangguran berada pada level yang tinggi dan
bahkan semakin meningkat. Pada tahun 1980-an, Negara-negara seperti Mesir,
Tunisia, Aljazair, Yordania, Maroko dan Suriah, jika dibandingkan 57 persen total
angkatan kerja, angka pengangguran mencapai 10,6 persen. Pengangguran
tertinggi terjadi di Aljazair yaitu 16,5 persen, dan yang terendah Suriah, yaitu 4,8
persen. Pada tahun 1990-an, rata-rata angka pengangguran meningkat menjadi
14,5 persen. Menurut League of Arab States and UNDP,2008, tingkat
pengangguran berlanjut pada tahun 2000 yang meningkat menjadi 15,5 persen,
dan pada tahun 2011 mencapai 20 persen, sehingga kemarahan rakyat Mesir
mngakibatkan gerakan revolusi perlawanan terhadap rezim dictator Hosni
commit to user
Mubarak yang selama puluhan tahun menyengsarakan rakyatnya sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id
73
digilib.uns.ac.id
Faktor pendorong revolusi yang terjadi di Mesir juga disebabkan karena
munculnya bentuk komunikasi baru, media baru, yang semakin berkembang dan
berbenturan dengan sistem komunikasi publik yang berkembang secara otoriter.
Komunikasi melalui media baru seperti facebook dan twitter menjadi hubungan
baru dan menjadi penentang komunikasi yang anti demokrasi. Penggerak revolusi
melalui media internet adalah Wael Ghonim, seorang kepala marketing Google
kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Pada awalnya, Ghonim membuat laman
di facebook dengan nama “We are All Khaled Said”. Khaled Mohamed Said
adalah nama seorang pemuda di Mesir yang meninggal dalam kekerasan fisik
yang dilakukan oleh polisi di Sidi Gaber daerah Iskandariyah karena Said
mengunggah video yang memperlihatkan polisi membagikan narkotika hasil
sitaan.
Aktivis melakukan demonstrasi dengan memuat slogan “kita semua
Khaled Said” yang kemudian membawa perhatian warga Mesir dalam kasus
tersebut. Mohamed El Baradei, mantan kepala dari badan Energi Atom
Internasional memimpin demonstrasi pada tahun 2010 di Iskandariyah terhadap
dugaan pelanggaran oleh polisi dan mengunjungi keluarga Khaled Said sebagai
bentuk dukungan dan belasungkawa (Apriadi Tambukara, 2011 : 74).
Media di Mesir sangat berperan dalam terjadinya revolusi. Selain media
internet, televisi juga mempunyai peran yang penting. Pada awalnya rakyat Mesir
hanya melihat berita di televisi Mesir yang cenderung mendukung Mubarak,
namun sebagian penduduk yang mempunyai parabola dapat melihat berita dari
luar negeri seperti televisi Al-Jazeera dan BBC, akan menentang Mubarak.
Sehingga banyak wartawan asing yang ditangkap ketika meliput peristiwa
demonstrasi di Mesir sebelum Mubarak mundur. Lebih dari 20 jurnalis asing
ditangkap, atau dirusak peralatannya oleh polisi Mesir. Berbeda dengan
pengunujk rasa yang menyambut baik wartawan asing untuk meliput demonstrasi.
Banyak warga Mesir yang bersedia menjadi penerjemah bahasa Arab ke dalam
bahasa Inggris (David Akhmad Ricardo, 2011 : 53).
Media sosial di Mesir menjadi tempat untuk menyebarkan kata-kata
commit
user member dukungan moral atau
propaganda, protes, atau provokasi
yangto dapat
74
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
emosional kepada rakyat Mesir untuk tujuan organisatoris. Media sosial bukanlah
penyebab utama revolusi di Mesir, namun dapat menjadi akslerasi yang terus
menguat karena kekuatan jejaring komunikasi, atau jejaring media sosial (social
media networking) yang berperan dalam revolusi di Tunisia dan Mesir. Facebook
dan Twitter juga tidak menyebabkan revolusi di Mesir, tetapi membantu
menyebarkan berita, dan para demonstran mengakui peran facebook dan twitter
telah membantu revolusi. Begitu besarnya pengaruh jejaring sosial ini, membuat
Hosni Mubarak memerintahkan pejabatnya untuk memblokir seluruh akses
internet di Mesir pada Jumat, 28 Januari 2011. Pemblokiran internet dilakukan
Hosni Mubarak untuk menghentikan mobilisasi demonstran yang menggunakan
media tersebut sebagai alat komunikasi dengan para demonstran lain (Diunduh
dari situs vivanews.com, pada tanggal 22 Maret 2012).
D. Jalannya Revolusi di Mesir
Kelompok oposisi Mesir telah melakukan kegiatan-kegiatan protes
terhadap Mubarak sejak tahun 2010. Mubarak mendapatkan calon penantang
dalam pemilu yaitu yaitu Mohammed El Baradei, mantan pemimpin badan atom
PBB. Sejak bulan Februari El Baradei menyatakan kesiapannya untuk
menghadapi Mubarak. Sebagai seorang independen, El Baradei membutuhkan
dukungan dari sedikitnya 250 pejabat terpilih pada majelis tinggi dan majelis
rendah parlemen dan dari dewan kotapraja, namun semua badan tersebut
didominasi oleh Partai Nasional Demokrat, partai Mubarak. Sehingga El Baradei
harus berjuang menuntut agas undang-undang pemilu direformasi, dan El Baradei
mendapat dukungan dari masyarakat, terutama dari kelompok oposisi (Muhamad
Iqbal, Nuraini Soyomukti, 2011 : 135).
Pada tanggal 6 September 2010, El Baradei menyerukan pemboikotan
terhadap pemilihan anggota parlemen bulan November 2011 dengan mengatakan
bahwa pemilu akan dicurangi. El Baradei menekan pemeintah Mesir agar
melakukan reformasi demokratis, dan mengatakan pemilu hanya adakan
commit
user
mengesahkan sistem yang berlaku
saat toitu,
dan tidak akan mencalonkan diri
perpustakaan.uns.ac.id
75
digilib.uns.ac.id
sebagai presiden tahun 2011 sebelum ada perubahan terhadap konstitusi.
Menjelang pemilu parlemen akhir pada tahun 2010, kaum oposisi melakukan
pemboikotan terhadap proses pemilu karena kecurangannya. Pemungutan suara di
majelis tinggi pada bulan Juni 2010 menunjukkan partai yang berkuasa pimpinan
Mubarak menduduki sebagian besar kursi di majelis tinggi. Kelompok-kelompok
oposisi mengeluhkan kecurangan, sementara pemerintah menyatakan bahwa
pemilu berlangsung adil. Kelompok oposisi Mesir saat itu masih terpecah dengan
Ikhwanul Muslimin, blok oposisi terbesar dengan 88 kursi di parlemen, dan partai
nasionalis Wafd yang liberal, yang menyatakan akan berperan serta dalam
pemilihan umum.
Mubarak bereaksi terhadap oposisi dan melakukan tindakan yang represif.
Menurut pimpinan Ikhwanul Muslimin, Muhammad Badi, terjadi penangkapan
250 anggota Ikhwanul Muslimin pada bulan Oktober 2010. Ikhwanul Muslimin
merupakan partai lawan politik terkuat dari partai Demokrasi Nasional Mubarak.
Ikheanul Muslimin juga merupakan salah satu gerakan politik dan Islam yang kuat
di Mesir. Sepanjang aktivitas Ikhwanul Muslimin selama 80 tahun, gerakan
Ikhwanul Muslimin mampu membangun basis massa yang kuat di tengah rakyat
Mesir. Ikhwanul Muslimin bukan satu-satunya kelompok oposisi, masih terdapat
kelompok lain baik dari sayap kiri maupun dari liberal.
Memasuki tahun 2011, gerakan oposisi semakin besar dalam menggalang
opini untuk menggulingkan presiden Hosni Mubarak. Sebuah gerakan penyatuan
yang bernama “Front Nasional untuk Perubahan” di bentuk bersama El Baradei
untuk pemilihan yang bebas dan adil serta dicabutnya pembatasan konstitusional
untuk pemilihan umum. Koalisi itu mencakup beberapa tokoh oposisi seperti
George Ishak dari gerakan Kefaya, Ayman Nur yang menjadi runner-up dalam
pemilihan presiden 2005, dan Alaa al-Aswany, pengarang buku Yacoubian
Building yang dipuji secara internasional (Kompas, 1 Februari 2011).
Gelombang demonstrasi yang terjadi pada tanggal 25 Januari 2011 mulai
secara tegas menuntut presiden Hosni Mubarak untuk turun dari jabatannya
karena dianggap sudah tidak mampu memimpin Mesir. Rakyat Mesir
user yang singkat sehingga terjadi
menginginkan revolusi dilakukancommit
dalamto waktu
perpustakaan.uns.ac.id
76
digilib.uns.ac.id
demonstrasi secara besar-besaran yang menyebabkan bentrok antara warga Mesir
yang pro Mubarak dan anti Mubarak. Kekuatan rakyat semakin besar setelah
pihak militer yang semula berada dalam status qou berbalik mendukung gerakan
rakyat yang ingin menggulingkan pemerintahan Hosni Mubarak. Pihak militer
dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, 31 Januari mengatakan bahwa tuntutan
rakyat Mesir adalah sah (Kompas, 2 Februari 2011).
Pusat demonstrasi terjadi di lapangan Tahrir (Tahrir Square), Kairo.
Tahrir Square mempunyai tempat yang luas dan strategis karena dekat dengan
lembaga-lembaga penting Mesir dan kedutaan besar asing. Tahrir Square adalah
salah satu tempat bersejarah dan menjadi pusat gerakan sosial politik yang penting
di Mesir. Tahrir Square adalah tempat pusat dari aksu kerusuhan tahun 1977,
ketika presiden Anwar Sadat mengambil langkah controversial yaitu mengakhiri
subsidi bahan makanan dan minyak goring. Tahrir Square juga menjadi pusat
lokasi demondtrasi besar menggugat kekuasaan Muhammad Tawfik Pasha,
pewaris terakhir dinasti Muhammad Ali pada tahun 1881. Tahrir Square juga
menjadi lokasi penting dalam gerakan perlawanan terhadap kolonialisme Inggris
pada tahun 1919, dan menjadi pusat demonstrasi mendukung perang melawan
Israel pada tahun 1972. Sedangkan pada tahun 2003, digunakan untuk
demonstrasi menentang perang Irak.
Rakyat Mesir melakukan aksi demonstrasi di Tahrir Square, menuntut agar
Hosni Mubarak turun dari jabatannya dan menyerahkan kekuasaannya kepada
militer. Demonstrasi besar-besaran ini mengakibatkan diputusnya seluruh jaringan
komunikasi di Mesir oleh pihak pemerintah, baik komunikasi telepon maupun
internet, karena pemerintah beranggapan bahwa semakin banyaknya demonstran
disebabkan karena komunikasi yang dilakukan rakyat terutama melalui jejaring
sosial facebook dan twitter. Penyedia-penyedia internet (ISP) terbesar Mesir, yaitu
Vodafone-Raya Telcom, Etisalat Misr, Link Egypt, Telecom Egypt, dan Internet
Egypt menutup layanan karena instruksi dari presiden. Mesir hanya dapat
mengakses internet menggunakan akses broadband atau dial-up melalui jaringan
satelit, dan akses ini tidak terjangkau oleh masyarakat Mesir (Kompas, 4 Februari
commit to user
2011).
77
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pemerintah juga menutup siaran televisi Al-Jazeera di Mesir pada hari
Minggu, 30 Januari 2011 menteri informasi Mesir Anas al-Fikki mengeluarkan
perintah penghentian operasi stasiun televisi Al-Jazeera di Mesir. Perintah
penutupan siaran televisi dilakukan setelah ada dugaan bahwa televisi Al-Jazeera
telah memicu aksi massa anti pemerintah yang sebelumnya juga terjadi di Tunisia.
Kartu pers semua anggota staf Al-Jazeera di Mesir juga ditarik, dan operator
satelit Nilesat telah menghentikan relai terhadap program siaran Al-Jazeera,
namun saluran siarannya masih dapat dilihat di Kairo melalui Arabsat. Siaran AlJazeera sangat terkenal di dunia Arab, karena liputannya yang luas, dalam, dan
informatif tentang pergolakan takyat Tunisia, termasuk Mesir. Sehingga Mubarak
memerintahkan menterinya untuk menutup saluran televisi Al-Jazeera. Para
aktivis dapat mengatasi masalah pemblokiran terhadap internet dan televisi
dengan memanfaatkan situs-situs proxy (situs perantara yang tidak diblokir),
menggunakan software khusus, atau membuka jaringan Virtual Private Network
yang tidak terproteksi. Internet dapat diakses kembali pada tanggal 2 Februari
2011 (Kompas, 1 Februari 2011).
Peran media sangat penting dalam revolusi yang terjadi di Mesir, terutama
melalui situs facebook. Dalam check facebook, Mesir bukanlah Negara dengan
pengguna facebook yang besar. Hanya ada 5,2 juta pengguna dari total 84,3 juta
penduduk Mesir. Berikut adalah table pengguna facebook pada tahun 2011 :
Tabel 4. Daftar Negara-negara Pengguna Faceebook Terbesar Tahun 2011
10 Negara terbesar
Kawasan Arab
AmerikaSerikat
152.189.880
Mesir
5.651.800
Indonesia
35.174.940
Arab Saudi
3.486.820
Inggris
28.940.400
Israel
3.188.840
Turki
26.417.820
Maroko
3.013.100
Filipina
22.651.600
Tunisia
2.202.420
Meksiko
22.081.200
UEA
2.054.520
India
22.057.280
Jordania
1.301.500
Perancis
21.216.420
Libanon
1.227.300
Italia
18.438.760
Kuwait
682.100
Kanada
17.381.700
Irak
625.780
commit to user
78
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(Sumber : www.checkfacebook.com, 8 Maret 2011)
Pengguna akun facebook di Mesir memang cukup besar. Pengguna
terbanyak adalah kaum laki-laki dengan jumlah pengguna 7.255.140 orang atau
sejumlah 64,4%, sedangkan kaum perempuan 1.008.680 orang atau sejumlah
35,6%. Pengguna akun facebook terbesar adalah rakyat Mesir dengan rata-rata
umur antara 18-24 tahun, dan yang kedua adalah antara umur 25-34 tahun.
Berikut ini adalah data pengguna facebook di Mesir :
Tabul 5. Data Pengguna Facebook di Mesir.
Umur
Jumlah
Persentase
13-15 tahun
1.076.060 orang
9,5%
16-17 tahun
1.203.480 orang
10,6%
18-24 tahun
4.417.960 orang
39,0%
25-34 tahun
3.075.720 orang
27,1%
35-44 tahun
1.005.200 orang
8,9%
45-54 tahun
371.400 orang
3,3%
55-64 tahun
123.100 orang
1,1%
65 tahun keatas
69.260 orang
0,6%
(Sumber : www.checkfacebook.com, 8 Maret 2011)
Demonstrasi yang semakin besar mengakibatkan tindakan yang semakin
represif dari polisi. Di ibukota Kairo, polisi menembakkan gas air mata, peluru
karet, dan meriam air untuk membubarkan massa. Kantor berita Associated Press
melaporkan di dekat masjid Giza polisi melakukan tindak represif dengan
menganiaya pendukung tokoh oposisi Mohamed El Baradei. Kerusuhan juga
terjadi di Iskandariyah dan di Suez. Pada tanggal 25 Januari 2011 dilaporkan 48
orang tewas dan 1000 orang ditahan, dalam bentrokan yang terjadi antara
demonstran dan polisi. korban tewas berasal dari kedua belah pihak, seperti 3
orang polisi yang tewas dikeroyok massa di kota Rafah. Di Kairo, polisi kemudian
ditarik dan digantikan oleh tentara Mesir. Polisi melepaskan tembakan kea rah
commitKementerian
to user
masa yang berusaha menyerbu gedung
Dalam Negeri di Kairo pada
perpustakaan.uns.ac.id
79
digilib.uns.ac.id
tanggal 29 Januari 2011. Lebih dari 60 persen kantor polisi di Mesir dibakar
massa (Diunduh dari situs www.nytimes.com, pada tanggal 16 April 2011).
Di kota Suez pengunjuk rasa membakar kantor polisi dan mencuri senjata
yang kemudian digunakan untuk melawan polisi. Mesir mendapatkan bantuan
senjata pembubar massa dari Israel untuk mengendalikan unjuk rasa besarbesaran. International Network for Rights dan Development menyatakan bahwa
tiga unit pesawat Israel mendarat di bandara Internasional Mina dengan membawa
perlengkapan untuk membubarkan dan menekan massa dalam jumlah besar yang
penggunaannya dilarang secara internasional. Israel juga mengizinkan Mesir
untuk mengerahkan pasukan ke Semenanjung Sinai walaupun telah terjadi
kesepakatan bilateral yang menyatakan bahwa Mesir hanya dapat menempatkan
polisi di kawasan tersebut. Tel Aviv menyatakan bahwa langkah tersebut
dilakukan untuk mencegah terjadinya revolusi di Mesir, karena Israel mempunyai
hubungan baik dengan Mesir semenjak Mesir dipimpin Mubarak (David Akhmad
Ricardo, 2011 : 66).
Kementerian Luar Negeri Israel telah mengirimkan pesan kepada diplomat
Israel di luar negeri untuk mengingatkan Negara-negara tempat Israel bertugas
bahwa mempertahankan stabilitas rezim di Mesir menjadi kepentingan Barat dan
Timur Tengah. Mesir merupakan Negara kekuatan utama di dunia Arab. Israel
merasa apabila Mubarak turun dari jabatannya, akan merusak perdamaian Mesir –
Israel, karena satu-satunya pihak yang mendukung perdamaian hanya Mubarak
dan orang-prang di lingkaran Mubarak. Ketakutan utama Israel adalah apabila
golongan Islam fundamentalis seperti Ikhwanul Muslimin berkuasa di Mesir pasca
Mubarak. Berbagai kalangan di Israel menyayangkan sikap Presiden AS dan
pemimpin-pemimpin Eropa karena seolah meninggalkan Mubarak di tengah krisis
Mesir (Kompas, 1 Februari 2011).
Bentrok juga terjadi antara massa pro Mubarak dan anti Mubarak. Masa
pendukung Mubarak menggelar aksi di depan gedung stasiun televisi milik
pemerintah di pusat kota Kairo, kemudian bergerak kearah Tahrir Square, yang
dijadikan tempat berkumpul massa anti Mubarak. Ribuan massa pro Mubarak
commit tobarikade
user
masuk ke Lapangan Tahrir dan menembus
yang didirikan oleh kelompok
perpustakaan.uns.ac.id
80
digilib.uns.ac.id
oposisi. Masa demonstran dari kedua kubu terlibat bentrok dengan melempari
batu dan botol, juga pukulan kayu dan tangan kosong. Sejumlah pria mengndarai
kuda dan unta berlari kea rah massa anti Mubarak membawa senjata yang
digunakan untuk menghalau massa anti Mubarak, namun tentara hanya melihat
tanpa reaksi apapun. Massa anti Mubarak yang bersenjatakan batu dan kayu,
melawan massa pro Mubarak yang bersenjata lebih mematikan, dan menggunakan
bom Molotov dan blok beton (Kompas, 5 Februari 2011).
Massa pro Mubarak juga menyerang wartawan dan jurnalis asing di Kairo.
Seorrang wartawan dari Belgia ditahan massa pro Mubarak. Wartawan ini
dianiaya karena dituduh sebagai mata-mata. Seorang wartawan Mesir juga
menjadi korban pengeroyokan di lapangan Tahrir. Penyerangan juga dialami oleh
jurnalis dari BBC, ABC News dan CNN. Diantara para wartawan ini yang menjadi
korban tewas adalah wartawan CNN Anderson Cooper dan Hala Gorani.
Penyerangan terhadap para jurnalis dan wartawan ini mengundang perhatian dari
dunia Internasional. Kelompok jurnalis Internasional menuduh bahwa serangan
terhadap wartawan dilakukan oleh pemerintah yang masih berkuasa. Menurut
Mohamed Abdel Dayem, Koordinator Komite Perlindungan Jurnalis Timur
Tengah dan Afrika Utara, pemerintah Mesir sedang berupaya melakukan strategi
untuk menghilangkan kesaksian atas tindakan represif pemerintah. Serangan
terhadap wartawan adalah salah satu cara untuk mengintimidasi pemberitaan.
Human Rights Watch mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa polisi Mesir
telah menangkap setidaknya 97 jurnalis, aktivis, dan pengunjuk rasa (Diunduh
dari situs www.query.nytimes.com, pada tanggal 16 April 2012).
Puluhan wartawan dari seluruh dunia mengalami tindak kekerasan ketika
meliput perkembangan demonstrasi anti pemerintah di Kairo. Penyerangan
wartawan ini terorganisasi dan bertujuan untuk menggagalkan wartawan yang
meliput berita yang terjadi di Mesir. Komite Perlindungan Jurnalis (Commite to
Protect Journalists) yang berpusat di New York, AS, melaporkan pada hari
Kamis 3 Februari 2011, dalam waktu 24 jam telah terjadi 30 penahanan, 26
penyerangan, dan 8 insiden penyitaan perlengkapan peliputan terhadap wartawan
to user
dari berbagai Negara termasuk commit
Indonesia.
Wartawan dari Indonesia menjadi
perpustakaan.uns.ac.id
81
digilib.uns.ac.id
korban penyitaan alat liputan, dan kamera dikembalikan setelah kartu memori
kamera diambil. Commite to Protect Journalists juga mengatakan bahwa agenagen pemerintah Mesir, baik yang berseragam maupun berpakaian sipil,
memasuki dua hotel tempat menginap wartawan internasional untuk menyita
peralatan peliputan.
Seorang wartawan stasiun televisi dari Swedia, Bert Sundstrom, dirawat di
rumah sakit setelah menjadi korban penusukan. Lima wartawan Perancis ditahan
dan diinterogasi oleh aparat keamanan Mesir. Wartawan harian The New York
Times dan Washington Post dari Amerika, Le Monde dan Le Figaro dari Perancis,
serta koresponden Al Jazeera juga ditahan aparat. Dua reporter stasiun televisi
Fox News, Greg Palkot dan Olaf Wiig, terluka parah karena aksi pengeroyokan
massa di dekat Tahrir Square. Dua jurnalis dari Denmark juga diserang massa pro
Mubarak ketika perjalanan menuju Iskandariyah (Kompas, 5 Februari 2011).
Demonstrasi yang terjadi di Mesir menyebabkan perekonomian Mesir
lumpuh total. Pasar modal, bank, dan pabrik-pabrik di Mesir sama sekali tidak
beroperasi. Bank Investasi Credit Agricole memperkirakan kerugian akibat krisis
di Mesir mencapai 310 juta dolar AS (Rp 2,8 triliun) per hari. Dalam laporan yang
dirilis, bank tersebut memperkirakan pertumbuhan ekonomi Mesir thun 2011 dari
sebelumnya 5,3 persen, hanya menjadi 3,7 persen. Kerugian lain juga disebabkan
karena pemutusan jaringan internet oleh pemerintah. Organisasi untuk kerjasama
Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memperkirakan, kerugian akibat pemutusan
jaringan internet mencapai 18 juta dolar AS per hari (Kompas, 5 Februari 2011).
Pada tanggal 11 Februari 2011 Hosni Mubarak menyatakan turun dari
jabatannya, dan pasukan militer akan mengambil alih kekuasaan, yang dikatakan
melalui wakil presiden Omar Sulaiman dalam televisi pemerintah. Pernyataan
Omar Sulaiman adalah sebagai berikut, “Dalam masa-masa sulit yang sedang
dihadapi Negara ini, presiden Hosni Mubarak telah memutuskan untuk
meninggalkan posisi kepresidenan. Presiden Hosni Mubarak telah menugaskan
Dewan Agung Militer untuk mengarahkan berbagai urusan Negara”. Berita
pengunduran diri Mubarak ini disambut gembira oleh massa demonstran di
commit
to user juga disambut baik oleh dunia
lapangan Tahrir. Pengunduran diri
Mubarak
perpustakaan.uns.ac.id
82
digilib.uns.ac.id
Internasional. Para demonstrans dianggap sukses dalam melakukan revolusi di
Mesir. Presdien Barack Obama menilai bahwa perubahan ke arah demokrasi akan
terjadi di Mesir (Diunduh dari situs www.query.nytimes.com, pada tanggal 16
April 2012).
Mubarak dalam pidatonya menyatakan tidak mundur, tetapi menyerahkan
kekuasaannya kepada Wapres Omar Suleiman, mantan kepala intelijen, dan
mengajukan amandemen konstitusi. Dewan Tertinggi Militer menyatakan
mendukung pengalihan kekuasaan Presiden Mubarak kepada Wapres Suleiman
tersebut. Beberapa jam sebelum taklimat pengunduran diri, Mubarak bersama
keluarganya telah meninggalkan ibu kota Kairo ke Sharm El Sheikh (500 km arah
timur Kairo). Militer Mesir yang telah menerima kekuasaan dari Presiden Hosni
Mubarak pada Jumat 11 Februari 2011 malam langsung membubarkan kabinet
pimpinan Perdana Menteri Ahmed Shafiq. Ahmed Shafiq ditunjuk Presiden
Mubarak menyusul pengunduran diri kabinet pimpinan PM Ahmed Nazif pada 28
Januari. Menurut kantor berita Mesir, MENA, selain pembubaran kabinet,
(Diunduh dari situs Kompas.com, pada tanggal 20 Mei 2012).
Kekuasaan diserahkan kepada pihak Militer setelah Mubarak turuh dari
jabatannya. Militer Mesir yang memegang kekuasaan de facto sejak protes mulai
membesar kemudian menjadi pihak yang menerima kekuasaan dari rezim
Mubarak. Militer kemudian menjalankan sebuah pemerintahan darurat atau
transisional. Militer menjadi pengawal penting bagi proses reformasi politik
Mesir. Mesir berada dalam status darurat militer, dengan dewan militer yang
berkuasa bertindak sebagai otoritas tertinggi, meskipun kebebasan Ikhwanul
Muslimin dan Partai Keadilan adalah pemenang dalam pemilihan parlemen.
Parlemen baru tetap tunduk kepada dewan militer yang berkuasa, meskipun para
jenderal telah berjanji untuk menyerahkan kekuasaan untuk warga sipil pada akhir
Juni 2012, dengan beberapa batasan masih terdefinisi.
Militer dipercaya karena secara organisasi sangat efektif dan efisien.
Militer lebih dipercaya rakyat waktu itu dibandingkan dengan Wakil Presiden
Omar Suleiman untuk kemudian membentuk pemerintahan transisi. Omar
user
Suleiman dipandang sebagai commit
“orang toMubarak”
dan dikhawatirkan akan
83
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
membentuk pemerintahan dari loyalis NDP untuk mempertahankan status quo.
Militer telah menyatakan penolakan terhadap perpindahan kekuasaan secara cepat
kepada sipil dan akan terus memegang kekuasaan sampai pemilu digelar. Militer
memang menjanjikan demokrasi tetapi tidak menyebutkan secara jelas bagaiman
demokrasi akan dibangun dan jangka waktunya. Dengan demikian, militer tampak
tidak ingin melepaskan begitu saja kekuasaan yang dipegang (Apriadi Tambukara,
2011 : 88).
Menguatnya Ikhwanul Muslimin di sisi lain merupakan alasan bagi militer
untuk memperlama kekuasaan militer. Ikhwanul Muslimin pasca runtuhnya
autokrasi Mubarak kemudian membentuk partai politik sebagai persiapan pemilu
demokratis yang akan digelar. Militer Mesir memiliki garis koordinasi dengan
kepentingan AS mengingat besarnya bantuan militer AS terhadap Mesir. Dengan
kata lain, ada kemungkinan AS meminta militer Mesir untuk memperlambat
proses transisi sambil menyusun strategi baru untuk Mesir ke depan. Hal ini
merupakan salah satu mekanisme campur tangan asing bagi pembentukan rezim
demokrasi melalui cara agenda-setting powers. Bagi AS kebijakan terhadap Mesir
merupakan dilema antara mewujudkan demokrasi di satu sisi dan menekan
kelompok radikal Islamis di sisi lain.
Kekhawatiran jika demokrasi menghasilkan Ikhwanul Muslimin sebagai
pemenang juga melanda Israel yang merupakan sekutu terdekat AS. Namun
militer menjamin bahwa hubungan Mesir-Israel tetap berjalan seperti dahulu.
Artinya, militer berusaha mempertahankan status quo di berbagai bidang.
Direpresinya kaum Islamis (Ikhwanul Muslimin) menunjukkan keinginan
mempertahankan komposisi politik domestik sekaligus hubungan dengan AS dan
Israel. Hal ini menunjukkan bahwa gerakan politik Islam selalu dihalang-halangi
untuk berkuasa (Diunduh dari situs www.bbc.com, pada tanggal 20 Mei 2012).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pemerintahan Mesir pada masa Hosni Mubarak memberlakukan hukum darurat
militer dan mengawasi semua kegiatan politik. Di bawah kekuasaan Mubarak,
Mesir mengalami transformasi politik menuju kestabilan yang tinggi. Mesir masa
Hosni Mubarak pada awalnya mengalami berbagai perkembangan yang positif
dan menunjukkan pemerintahan yang lebih mengarah ke dalam jalur demokrasi.
Mubarak membawa Mesir menjadi negara moderat yang terbuka bagi Barat
(Amerika Serikat) bahkan Israel. Mubarak juga berhasil membuat Mesir diterima
kembali dalam pergaulan bangsa Arab setelah sempat terkucil akibat kebijakan
damai dengan Israel yang dibuat pada masa Anwar Sadat. Ekonomi Mesir
tumbuh pesat berkat bantuan dari AS. Mubarak memberangus aktivitas oposisi,
terutama oposisi Islamis yang tergabung dalam Ikhwanul Muslimin. Untuk tata
negara yang stabil, selama beberapa dekade Mubarak mendapat sokongan
legitimasi dari AS. Mesir terus menerima bantuan yang besar, terutama bantuan
belanja militer. Mubarak secara jitu mencegah agenda-agenda demokratisasi
dengan
cara
memberangus
oposisi
dan
kaum
garis
keras
terhadap
pemerintahannya. Hosni Mubarak memerintah dengan diktator, sehingga
menyebabkan kehidupan rakyat Mesir sengsara, dengan berbagai masalah seperti
kemiskinan, pengangguran dan tindakan yang represif dari polisi.
2. Revolusi yang terjadi di Mesir terjadi karena beberapa faktor, yaitu faktor intern
dan ekstern. Faktor intern dipengaruhi oleh rakyat Mesir yang menginginkan
suatu Negara yang demokratis. Rakyat Mesir menderita karena pemerintahan
Mubarak yang korup dan diktator. Kenaikan harga pangan, tingkat pengangguran
yang tinggi, meluasnya kemiskinan, perlakuan yang represif dari polisi terhadap
rakyat sipil menjadi pendorong yang kuat untuk melakukan revolusi. Sedangkan
commit
to userrevolusi di Mesir adalah revolusi
faktor ekstern yang mempengaruhi
terjadinya
84
85
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tunisia. Revolusi yang terjadi di Tunisia mampu membangkitkan semangat rakyat
Mesir dan menghilangkan rasa takut terhadap pemerintah.
3. Revolusi di yang terjadi di Mesir pada tahun 2011 berbeda dengan revolusi yang
terjadi sebelumnya karena revolusi pada tahun 2011 digerakkan oleh rakyat Mesir.
Rakyat Mesir melakukan demonstrasi secara massive dan mengumpulkan massa
menggunakan akun jejaring sosial facebook dan twitter. Pemerintah melakukan
tindakan yang represif terhadap demonstran, melakukan penculikan, penganiayaan
bahkan terhadap jurnalis yang meliput jalannya revolusi, namun tidak
menghalangi tekad rakyat untuk menurunkan kekuasaan diktator Hosni Mubarak.
Bentrok juga terjadi antara massa anti Mubarak dan pro Mubarak, sehingga
menewaskan ratusan korban jiwa. Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk
menghalau demonstran, termasuk menggunakan senjata penghalau massa buatan
Amerika yang diberikan oleh Israel. Pusat pergerakan demonstran adalah Tahrir
Square dengan menggelar aksi unjuk rasa menentang rezim Hosni Mubarak.
Perekonomian di Mesir lumpuh total pada saat terjadi revolusi. Setelah 18 hari,
Mubarak menyatakan mundur dari jabatannya, yang disampaikan oleh wakil
presiden Omar Sulaiman melalui televisi nasional. Setelah Mubarak turun dari
jabatannya, pemerintahan sementara diserahkan kepada pihak militer sampai
dilakukan pemilihan umum.
B. Implikasi
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan muncul implikasi yang dapat
dipandang dari berbagai segi sebagai berikut :
1. Teoritis
Kekuasaan merupakan suatu alat yang dapat digunakan oleh seseorang
untuk
bertindak
sesuai
keinginannya.
Kekuasaan
yang
absolut
dalam
pemerintahan atau pemerintahan yang diktator sudah sulit untuk bertahan di
zaman yang modern ini. Suatu bentuk pemerintahan yang demokratis lebih
diinginkan rakyat, karena dapat menampung aspirasi rakyat. Revolusi sering
digunakan sebagai alat untuk menumbangkan kediktatoran di berbagai Negara
commit to user
86
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk mencapai suatu negara yang demokratis. Revolusi dapat dilakukan dengan
berbagai cara, sesuai dengan kondisi di suatu negara.
Revolusi yang terjadi di Mesir merupakan akumulasi kekecewaan rakyat
terhadap pemerintahan Hosni Mubarak yang diktator. Hosni Mubarak telah lama
menyengsarakan rakyat, sehingga ketakutan rakyat mulai hilang dan berani
melawan pemerintah dengan melakukan aksi demonstrasi besar-besaran menuntut
agar Hosni Mubarak turun dari jabatannya sebagai presiden. Rakyat Mesir
menginginkan pemerintahan yang demokratis, karena selama pemerintahan
Mubarak rakyat Mesir dikekang dengan berbagai aturan yang diberikan
pemerintah. Banyak kelompok-kelompok organisasi massa yang diboikot oleh
pemerintah karena dianggap mengancam kekuasaan diktator Hosni Mubarak.
2. Praktis
Implikasi praktis dari hasil penelitian tentang Runtuhnya Rezim Hosni
Mubarak pada tahun 2011 adalah rezim Hosni Mubarak runtuh karena kekuasaan
Mubarak telah menyengsarakan rakyat sehingga rakyat memberontak dengan
menggelar aksi demonstrasi besar-besaran. Pemerintahan yang diktator dan jauh
dari nilai demokrasi dinilai sudah tidak pantas untuk memerintah pada zaman
yang sudah sangat modern. Rakyat Mesir menginginkan suatu pemerintahan yang
demokratis dan dapat mensejahterakan kehidupan rakyat.
Implikasi praktis dari penelitian ini terhadap pendidikan adalah sebagai
wacana baru bagi perkembangan demokrasi di Negara-negara di dunia pada
umumnya dan Negara-negara Timur Tengah pada khususnya, sehingga mampu
menilai, bahwa suatu pemerintahan yang dipimpin dengan kekuasaan yang
diktator sudah sulit untuk bertahan, karena rakyat menginginkan suatu
pemerintahan yang demokratis, mendengar dan melayani rakyat sehingga rakyat
dapat hidup dengan sejahtera.
Implikasi praktis yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai
bahan pertimbangan Negara-negara di dunia dan Indonesia bahwa suatu
pemerintahan harus disesuaikan dengan kondisi rakyat, tidak memerintah dengan
sewenang-wenang dan mengutamakan kepentingan rakyat sehingga dapat
commit to user
mensejahterakan kehidupan rakyatnya.
87
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka peneliti memberikan saran
sebagai berikut:
Bagi Peneliti lain :
Bagi peneliti sejarah yang ingin meneliti tentang sejarah Mesir terutama
yang berkaitan dengan perkembangan politik di Mesir, ternyata masih banyak
tema-tema penelitian tentang politik yang patut ditonjolkan namun belum
terungkap secara mendalam dalam penelitian ini, terutama mengenai sejarah
partai-partai politik mulai dari dibentuknya partai politik, yaitu pada masa
kepemimpinan Anwar Sadat dan perkembangannya di Mesir sampai Mubarak
turun dari jabatan presiden. Oleh karena itu bagi peneliti yang tertarik untuk
meneliti tema-tema tersebut hendaknya dikaji lebih lanjut.
commit to user
Download