perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id RUNTUHNYA REZIM HOSNI MUBARAK TAHUN 2011 (Antara Diktatorisme dan Demokrasi di Mesir) SKRIPSI Oleh: TITIS DWI NUR NUGROHO K4408050 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012 i perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id RUNTUHNYA REZIM HOSNI MUBARAK TAHUN 2011 (Antara Diktatorisme dan Demokrasi di Mesir) Oleh: TITIS DWI NUR NUGROHO K4408050 Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012 ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRAK Titis Dwi Nur Nugroho. K44408050. 2012. “RUNTUHNYA REZIM HOSNI MUBARAK TAHUN 2011 (Antara Diktatorisme dan Demokrasi di Mesir)”. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juni 2012. Tujuan penelitian ini antara lain: (a) Mengetahui jalannya pemerintahan di Mesir pada masa Hosni Mubarak (b) Mengetahui apa saja yang menjadi faktor penyebab terjadinya revolusi di Mesir (c) Mengetahui jalannya revolusi di Mesir. Penelitian ini menggunakan metode historis. Langkah-langkah yang ditempuh dalam metode historis ada empat tahap kegiatan, yaitu: heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Sumber data yang digunakan adalah sumber tertulis yang meliputi buku-buku, majalah dan koran. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik studi pustaka. Analisa data yang digunakan adalah analisa historis yaitu analisa yang mengutamakan ketajaman dalam menginterpretasi fakta sejarah. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Pemerintahan Mesir pada masa Hosni Mubarak memberlakukan hukum darurat militer dan mengawasi semua kegiatan politik. Untuk tata negara yang stabil, selama beberapa dekade Mubarak mendapat sokongan legitimasi dari AS. Hosni Mubarak memerintah dengan diktator, sehingga menyebabkan kehidupan rakyat Mesir sengsara, dengan berbagai masalah seperti kemiskinan, pengangguran dan tindakan yang represif dari polisi (2) Revolusi yang terjadi di Mesir terjadi karena faktor intern dan ekstern. Faktor intern dipengaruhi oleh rakyat Mesir yang menginginkan suatu Negara yang demokratis. Rakyat Mesir menderita karena pemerintahan Mubarak yang korup dan diktator. Sedangkan faktor ekstern yang mempengaruhi terjadinya revolusi di Mesir adalah revolusi Tunisia. Revolusi yang terjadi di Tunisia mampu membangkitkan semangat rakyat Mesir dan menghilangkan rasa takut terhadap pemerintah (3) Rakyat Mesir melakukan demonstrasi secara besar-besaran dan mengumpulkan massa menggunakan akun jejaring sosial facebook dan twitter berkumpul di Tahrir Square. Pemerintah melakukan tindakan yang represif terhadap demonstran, melakukan penculikan, penganiayaan bahkan terhadap jurnalis yang meliput jalannya revolusi. commit to user v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRACT Titis Dwi Nur Nugroho. K4408050. 2012. THE COLLAPSE OF HOSNI MUBARAK’S REGIME IN 2011 (Between Dictatorial and Democracy In Egypt). Thesis. Teacher Training and Education, University of Sebelas Maret Surakarta, June, 2012. The purpose of this research are to know: (a) The course of Hosni Mubarak’s govermental period, (b) The all factor of revolution in Egypt, (c) The course of revolution in Egypt. This research uses the historical method. The steps taken by the historical method there are four stages of activities: heuristic, criticism, interpretation, and historiography. Data sources used are written sources which books, magazines and newspapers. Data collection techniques used is the technique of literature. Analysis of the data used is the analysis of historical analysis that prioritizes acuity in interpreting the facts of history. Based on the research done, it can be concluded that: (1) The Egyptian government was applying Emergency Law rule and supervising all political activities at the period of Hosni Mubarak’s presidency. In order to stabilize the condition of the nation, Mubarak was endorsed by legitimacy from United State. He governed Egypt very dictatorial cusing the Egyptian society’ life become insufferable with painful poverty, jobless, and repressive treatment from policy. (2) The revolution was conducted by both internal and external factor. The internal was influenced by the Egyptian society it self who desiring a democratic nation. Their suffering was caused by the corrupt and dictatorial of Hosni Mubarak’s presidency. In the other hand, the external factor was influenced by the revolution thet happened in Tunisia. In fact, it provoke the spirit of Egyptian and eliminated their fear of the Egyptian government. (3) The Egyptian society did a massive demonstration. They colleted mass to come in Tharir Square using social network sites such as facebook and twitter. The government treated the demonstrators respressively. They also kidnapped and tryannized the demonstrator and even the journalists who was reporting the revolution course. commit to user vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MOTTO Pembangkangan kepada tiran adalah kepatuhan kepada Tuhan. (Thomas Jefferson) Keberanian itu menular. Ketika seorang pemberani berdiri tegak, yang lain juga menjadi tegak. (Billy Graham) Cara terbaik untuk meramalkan masa depan kita adalah dengan menciptakan masa depan itu. (Stephen R. Covey) Ketika kita berhenti bermimpi, maka saat itu kita berhenti hidup. (Penulis) commit to user vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada: Ibu, Ayah dan kakakku tercinta yang senantiasa memberi do’a dan kasih sayang Tea Limostin yang selalu memberikan motivasi, do’a dan menjadi sumber inspirasiku Keluarga Besar Abal-abal yang telah menjadi keluarga keduaku Saudara-saudaraku Sejarah ’08 Almamater commit to user viii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Swt yang senantiasa melimpahkan taufik serta hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “RUNTUHNYA REZIM HOSNI MUBARAK TAHUN 2011 (Antara Diktatorisme dan Demokrasi di Mesir)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak sehingga dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi izin penelitian kepada penulis. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi izin penelitian kepada penulis. 3. Ketua Program Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi izin penelitian kepada penulis. 4. Drs. Tri Yunianto, M.Hum., selaku Pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Dra. Sri Wahyuni, M.Pd., selaku Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Eni Susilowati, Dwi Ari Nur Rakhmawati, Cesilia Dea Afifah Wulandari, Ari Kurnia, Tea Limostin, Suyono, Doni Setyawan, Tri Pujiyanto, Arif Nur Bakhtiar yang tergabung dalam the big family of abal-abal. Terimakasih atas persahabatan yang kita jalani selama ini. 7. Dr. Mas Heri selaku pembimbing Mata Kuliah Penyederhanaan. 8. Anak-anak kos bu “P”, Mas Heri, Kang Jambul, Mas Boy, Korti, Si Jack. commit to user ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9. Teman-teman Pendidikan Sejarah angkatan 2008 yang telah banyak memberikan motivasi. 10. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti dan pembaca. Surakarta, Juni 2012 Penulis commit to user x perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................... i HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iv HALAMAN ABSTRAK............................................................................. v HALAMAN MOTTO ................................................................................. vii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. viii KATA PENGANTAR ................................................................................ ix DAFTAR ISI ............................................................................................... xi DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii DAFTAR BAGAN ..................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 8 C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 8 D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 10 1. Kekuasaan ................................................................................................... 10 2. Diktatorisme ................................................................................................ 14 3. Demokrasi ................................................................................................... 18 4. Revolusi ...................................................................................................... 22 B. Kerangka Pemikiran .................................................................................... 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN commit to user A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 28 xi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id B. Metode Penelitian........................................................................................ 29 C. Sumber Data ................................................................................................ 29 D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 30 E. Teknik Analisis Data ................................................................................... 31 F. Prosedur Penelitian...................................................................................... 32 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Mesir ........................................................................................................... 36 1. Sejarah Mesir .............................................................................................. 36 2. Sejarah Politik Mesir Modern ..................................................................... 40 B. Pemerintahan Mesir Masa Hosni Mubarak ................................................. 52 1. Biografi Hosni Mubarak ............................................................................. 52 2. Mesir Masa Hosni Mubarak ........................................................................ 55 C. Faktor Penyebab Revolusi Mesir ................................................................ 66 D. Jalannya Revolusi Mesir................................................................ ............. 76 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ..................................................................................................... 86 B. Implikasi ...................................................................................................... 87 C. Saran............................................................................................................ 89 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 90 LAMPIRAN ................................................................................................ 94 commit to user xii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Tabel Data Negara Mesir ............................................................................ 38 2. Tabel Daftar Partai Politik Mesir ................................................................ 41 3. Tabel Pendapatan Negara-negara Arab dari Minyak Bumi ........................ 73 Tabel Daftar Negara-negara Pengguna Faceebook Terbesar Tahun 2011 .......................................... 79 Tabel Daftar Pengguna Facebook di Mesir Tahun 2011 ............................ 80 commit to user xiii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR BAGAN Bagan Halaman Kerangka Pemikiran .................................................................................... 26 Prosedur Penelitian ..................................................................................... 32 commit to user xiv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Lampiran 1 : Peta Negara Mesir ................................................................. 94 2. Lampiran 2 : Jurnal Diplomasi.................................................................... 95 3. Lampiran 3 : Koran ..................................................................................... 117 4. Lampiran 4 : Foto-foto ................................................................................ 132 5. Lampiran 5 : Surat Permohonan Izin Penyusunan Skripsi.......................... 140 6. Lampiran 6 : Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Izin Penyusunan Skripsi ......................................................................................................... 141 7. Lampiran 7 : Surat Permohonan Izin Penelitian ........................................ 142 8. Lampiran 8 : Surat Permohonan Izin Penelitian dan Observasi ................. 143 commit to user xv 1 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman modern ini yang disebut diktator adalah orang yang melakukan kekuasaan sendiri atas negara. Karakteristik dari sistem diktator adalah tidak ada pertanggungjawaban kekuasaan dan rakyat tidak memiliki wewenang untuk membatasi kekuasaan penguasa. Dalam pemerintahan diktator, kedaulatan merupakan milik penguasa dan digunakan untuk kepentingan kekuasaan penguasa. Dukungan publik diperoleh melalui propaganda dan sistem pendidikan terkontrol secara absolut. Hanya ada satu partai dan memiliki ciri khusus antara lain, 1) mengesampingkan oposisi, 2) memerintah dengan kejam, 3) mengagungkan ras Aria, 4) memasukkan pembangkang ke dalam penjara dan kamp konsentrasi, 5) membentuk polisi rahasia, 6) melakukan indoktrinasi atas masyarakat, 7) mengawasi masyarakat secara ketat (Gregorius Sahdan, 2004 : 16). Diktator yang pernah memerintah antara lain Miguel Primo de Riviera dan Francisco Franco dari Spanyol, Mustafa Kemal Ataturk dari Turki, Joze Pilsudski dari Polandia, antonio de Oliviera Salazar dari Portugal, Benito Mussolini dari Itali, Adolf Hitler dari Jerman, dan Joseph Stalin dari Uni sovyet. Selain itu diktator yang terkenal di Amerika Latin di antaranya Juan Peron dari Argentina, Fulgencio Batista dari Kuba, Rafael Trujillo dari Republik Dominika, Porfirio Diaz dari Mexica, dan Manuel Antonio Noriega dari Panama. Diktator di Timur Tengah termasuk Sadam Hussein dari Irak, Hafez a-Assad dari Syria, Hosni Mubarak di Mesir dan Muammar Khadafi di Libya (Diunduh dari situs Kompas.com, pada tanggal 27 Desember 2011). Pemerintahan yang diktator akan semakin sulit untuk menjaga eksistensinya di zaman yang semakin maju, karena warga negara mulai mengenal sistem pemerintahan yang jauh lebih bebas, tanpa pengekangan yaitu sistem demokrasi. Demokrasi sangat mudah mempengaruhi pola pikir politik seseorang karena dalam demokrasi ini mengacu pada kebebasan untuk melakukan apapun. Informasi global tentang proses demokratisasi commit to userdapat dengan mudah didapat dan 1 perpustakaan.uns.ac.id 2 digilib.uns.ac.id dipelajari, sehingga pengetahuan mengenai demokrasi dapat memicu terjadinya revolusi dalam pemerintahan terutama pemerintahan yang diktator. Rakyat tentu menginginkan perubahan dalam pemerintahan, dari pemerintahan yang diktator, selalu mengekang dalam segala hal, menuju pemerintahan yang bebas dan demokratis. Gerakan transisi dari rezim diktator menuju demokrasi bisa disebabkan oleh revolusi. Revolusi merupakan suatu wujud perubahan yang terjadi secara besar-besaran. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dilakukan dengan kekerasan atau tanpa kekerasan. Karakter kekerasan pada ciri revolusi dipahami sebagai akibat dari situasi ketika perubahan tata nilai dan norma yang mendadak telah menimbulkan kekosongan nilai dan norma yang dianut masyarakat. Revolusi dipahami sebagai kondisi dan keadan bagaimana konflik antar elit atau kelas frustasi. Kondisi ini yang disebut revolusi dan transformasi sosial. Revolusi yang terjadi di beberapa negara, salah satunya Mesir, merupakan suatu bentuk revolusi dengan penggunaan kekerasan, perjuangan, dan percepatan perubahan yang terjadi (Eisenstadt, 1987 : 49) Trasnsisi melalui revolusi terjadi karena beberapa hal, 1) rezim tidak melakukan perubahan dan menentang dengan keras segala bentuk tuntutan perubahan dalam rezim, 2) pihak oposisi yang berseberangan dengan rezim menghendaki terjadinya perubahan total dalam rezim sampai ke semua bagian, mulai dari pergantian birokrasi sampai kepada perubahan bentuk rezim diktator menjadi lebih demokratis (pergantian penguasa dalam rezim), 3) baik oposisi maupun pemerintah sama-sama mempertahankan pendiriannya masing-masing, 4) ketidakpuasan di kalangan oposisi membuat kelompok-kelompok extremis dalam oposisi memobilisasi massa untuk menyerang rezim diktator seperti yang terjadi di Mesir (Gregorius Sahdan, 2004 : 44-62). Proses pendirian demokrasi adalah sebuah proses menginstitusionalkan ketidakpastian, menempatkan semua kepentingan pada ketidakpastian. Dalam rezim diktator, sejumlah kelompok, terutama angkatan bersenjata, memiliki to user apapun yang bertolak belakang kapasitas untuk mengintervensi commit hasil konflik perpustakaan.uns.ac.id 3 digilib.uns.ac.id dengan program kepentingan pemerintah diktator. Situasi tersebut dapat dilihat sebagai ketidakpastian dari sudut pandang sejumlah kelompok, kelompok yang tersisih dari blok kekuasaan dan yang terpaksa memandang intervensi angkatan bersenjata sebagai yang tidak dapat ditolak. Sejumlah kelompok memiliki kontrol tinggi atas situasi dalam arti suatu kelompok tidak dipaksa untuk menerima hasilhasil yang diinginkan. Dalam demokrasi, tidak ada satupun kelompok yang mampu untuk mengintervensi ketika hasil-hasil konflik mengancam kepentingan pribadi setiap kelompok. Demokrasi berarti bahwa semua kelompok harus menundukkan kepentingan pada ketidakpastian. Aksi pengasingan kontrol atas hasil konflik ini yang merupakan langkah menentukan kearah demokrasi (Guillermo O’Donnell, Philippe C. Schmitter & Laurence Whitehead, 1993 : 810). Dengan beberapa dasar pemikiran tersebut, dapat dikatakan bahwa demokrasi tidak kebal terhadap gelombang sejarah. Ada yang runtuh karena kegagalan politik, menyerah pada perpecahan dari dalam atau dihancurkan oleh invasi asing. Tetapi negara-negara demokratis juga telah memperlihatkan daya tahan luar biasa sepanjang waktu, dan telah menunjukkan bahwa dengan komitmen dan kesadaran pengabdian warga negaranya dapat mengatasi kesulitan ekonomi yang parah, merujukkan perpecahan sosial etnik, dan jika perlu tegar dalam zaman perang. Kawasan Timur Tengah telah lama menjadi tempat pergolakan pemikiran dan ideologi, terutama dalam menghubungkan antara Islam dan ideologi Barat. Hal yang tidak bisa diabaikan adalah ideologi Islam kiri yang dipengaruhi oleh pengaruh Marxisme. Sebagai sebuah teori dan ideoligi, sosialisme Islam baru muncul di Timur Tengah pada tahun 1960-an, terutama di Mesir. Kelahiran sosialisme Islam berawal dari pecahnya persatuan Mesir dengan Suriah (Republik Persatuan Arab) pada tahun 1961. Pada waktu itu presiden Mesir Gamal Abdel Nasser mengubah titik berat kebijaksanaannya dari cita-cita persatuan Arab menuju masalah-masalah dalam negeri. Nasser menunjuk sosialisme sebagai cara yang paling efektif untuk mengubah Mesir menjadi Negara industri modern yang commit user warganya. Nasser menjadikan menjamin keadilan dan persamaan bagitosemua perpustakaan.uns.ac.id 4 digilib.uns.ac.id sosialisme Islam sebagai ideologi resmi Negara Mesir. Mesir mengklaim bahwa sosialisme bertujuan menghapus perbedaan kelas, membebaskan kaum tertindas, serta mengamankan hak-hak mereka (Esposito, dan John O., 1999 : 45). Di Afrika dan Timur Tengah gerakan menuju demokrasi pada dasawarsa 1980 terbatas. Nigeria bergeser kembali dari pemerintahan militer ke pemerintahan yang dipilih secara demokratis pada tahun 1979, tetapi pemerintahan ini kemudian digulingkan oleh sebuah kudeta militer pada awal tahun 1984. Menjelang tahun 1990 sejumlah liberalisasi telah terjadi di Senegal, Tunisia, Aljazair, Mesir dan Yordania. Pada tahun 1978 pemerintah Afrika Selatan memulai suatu proses yang lambat untuk mengurangi apartheid dan memperluas partisipasi politik bagi minoritas bukan kulit putih, tetapi tidak bagi mayoritas kulit hitam yang sangat besar jumlahnya di negeri itu. Pada tingkatan yang paling sederhana, demokrasi mensyaratkan beberapa hal, antara lain berakhirnya sebuah rezim otoriter, dibangunnya sebuah rezim demokrasi, dan pengkonsolidasian rezim demokratis itu. Sebuah gelombang demokratisasi adalah sekelompok transisi dari rezim-rezim nondemokratis ke rezim-rezim demokratis, yang terjadi di dalam kurun waktu tertentu dan jumlahnya secara signifikan lebih banyak daripada transisi menuju arah sebaliknya (Samuel P. Huntington, 1995 : 13-59). Dalam dasawarsa 1970 banyak rezim otoriter juga menghadapi masalah legitimasi karena pengalaman masa lalu negeri tersebut dengan demokrasi. Sedikit banyak, tubuh politik dalam masyarakat telah terpengaruh demokrasi, sehingga meskipun rezim demokrasi sebelumnya mengalami kegagalan besar, anggapan bahwa pemerintah yang benar-benar absah harus berdasarkan pada praktekpraktek demokrasi tetap bertahan. Dengan demikian para penguasa otoriter terpaksa harus membenarkan rezim diktator dengan menggunakan retorika demokrasi dan mengklaim bahwa rezim diktator benar-benar demokratis atau akan menjadi demokratis pada masa yang akan datang begitu pemerintah berhasil menanggulangi masalah-masalah mendesak yang dihadapi oleh masyarakat. Revolusi dalam penggulingan rezim sering terjadi di wilayah Arab pada commit to user abad ini, misalnya revolusi Tunisia (Ben Ali), Mesir (Hosni Mubarak), dan Libya perpustakaan.uns.ac.id 5 digilib.uns.ac.id (Muammar Khadafy). Para penguasa yang digulingkan ini lalai bahwa awalnya para diktator berangkat dari situasi rakyat biasa, kemudian bergabung dengan gerakan yang memanfaatkan rakyat miskin, dan kemudian menjadi pimpinan puncak perubahan (kudeta politik) sampai para diktator berkuasa. Seorang filsuf politik yaitu Lord Acton dalam Soyomukti dan Iqbal (2011) mengatakan, “Kekuasaan itu cenderung korup, kekuasaan mutlak akan korup secara mutlak (power tends to corrupt, absolute power corrupt absolutely)”. Berdasarkan pendapat para pakar politik di atas, dapat dikatakan bahwa pada saat diktator berkuasa, kemudian melupakan cita-cita awal untuk merebut kekuasaan untuk menjadikan negara lebih baik untuk memperjuangkan nasib rakyat. Secara umum, negara-negara Arab tersebut memang masih memiliki sistem dan budaya politik yang jauh dari nilai-nilai demokrasi, bahkan sebagian besar masih mempertahankan corak politik tradisional dan feudal (kerajaan) dengan kekuasaan mutlak di tangan penguasa. Sebagian besar memang ada yang memiliki simbol-simbol dan instrument demokrasi yang secara konseptual digunakan untuk membagi kekuasaan agar tidak terpusat. Tetapi yang berjalan dalam kenyataan adalah praktik-praktik politik yang amat jauh dari nilai-nilai demokrasi dan keadilan. Dari banyak Negara di Arab, hanya Libanon, Irak, dan Palestina yang cukup memberikan kebebasan pada rakyat untuk menentukan aspirasinya. Sebagian besar Negara di Arab yang telah berbentuk republik dan memperkenalkan sistem multipartai misalnya Tunisia, Aljazair, Sudan dan Mesir. Tetapi sitem yang berjalan belum dapat memenuhi kehendak rakyat dalam maknanya yang sejati, yaitu memenuhi kebutuhan-kebutuhan secara ekonomi, sosial dan kebudayaan. Masih banyak terjadi kemiskinan, penindasan, korupsi dan kesewenang-wenangan oleh rezim penguasa (Nuraini Soyomukti, Muhammad Iqbal, 2011 : 29-31). Revolusi yang terjadi di Mesir bukanlah revolusi yang pertama kalinya. Tercatat beberapa kali terjadi revolusi sejak era kerajaan. Pada jaman pemerintahan raja Taufiq pada tahun 1882 terjadi revolusi dengan pemberontakan. Ketidakpuasan dan campur tangan asing yaitu Inggris yang mengakibatkan to user munculnya golongan Nasional commit yang melakukan revolusi dan dipimpin oleh perpustakaan.uns.ac.id 6 digilib.uns.ac.id Ahmad Arabi, seorang kolonel dalam pasukan Mesir, walaupun pada akhirnya Arabi dan kelompoknya dapat dikalahkan oleh tentara Inggris. Setelah Perang Dunia I pada November 1918, di Mesir muncul seorang tokoh pemimpin yang dianggap berjuang dan menuntut kemerdekaan dari Inggris yaitu Sa’ad Zaghlul. Penyebab terjadinya revolusi pada saat itu adalah penangkapan dan pengasingan Sa’ad Zaghlul oleh Inggris. Revolusi terjadi pada 9 Maret 1919 di Cairo dan seluruh wilayah Mesir yang membuat Inggris merubah kebijakan politiknya dan membebaskan Sa’ad Zaghlul, kemudian Sa’ad Zahgul dipilih sebagai perdana menteri pada tahun 1924 (David Akhmad Ricardo, 2011). Penjajahan Inggris dan campur tangan asing serta perang yang terjadi di Palestina tahun 1948, sistem kerajaan yang menindas rakyat dan tidak adanya demokrasi yang mengakibatkan merosotnya ekonomi serta rusaknya kehidupan sosial, seluruh factor tersebut membuat rakyat Mesir melakukan revolusi. Revolusi dilakukan dengan menguasai pusat-pusat pemerintahan dan saranasarana vital serta mengepung istana Abdeen yang pada saat itu Mesir di bawah kekuasaan raja Farouk sejak 1936. Raja dipaksa untuk menyerahkan jabatannya kepada anaknya, Fouad II, namun karena Fouad belum cukup dewasa, maka kekuasaan dipegang junta (dewan pemerintahan) yang dibentuk oleh Dubbath AlAhrar, kelompok revolusioner yang dipimpin Gamal Abdel Nasser. Dewan pemerintahan melihat bahwa sistem kerajaan sudah tidak cocok dengan kehidupan rakyat Mesir. Akhirnya dewan pemerintahan mengumumkan berdirinya sistem negara republik pada 18 Juni 1953, dan Jenderal Muhammad Naguib terpilih sebagai presiden pertama sampai 1954. Pemerintahan Naguib berakhir pada tahun 1954 oleh gerakan yang dipimpin oleh Gamal Abdel Nasser dan Nasser menjadi presiden selanjutnya. Gamal Abdel Nasser meninggal akibat penyakit jantung pada tanggal 28 September 1970. Nasser digantikan oleh wakilnya yaitu Anwar Sadat, sebagai presiden Mesir. Pemerintahan Sadat mendapatkan tekanan dan tindakan represif dari dalam negeri khususnya dari kelompok fundamentalis Islam dan pelajar Mesir karena tindakannya yaitu melakukan perjanjian Camp David yang dianggap commit to user melakukan hubungan baik dengan Amerika Serikat dan menguntungkan Israel. perpustakaan.uns.ac.id 7 digilib.uns.ac.id Pada tanggal 6 Oktober 1981, Anwar Sadat terbunuh oleh kelompok radikal dalam parade militer pada ulang tahun ke-8 perang Yom Kippur. Setelah itu Mesir dipimpin oleh Hosni Mubarak. Perekonomian Mesir di bawah kepemimpinan Mubarak, secara makro mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Mubarak berjuang untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi untuk menekan tingkat pengangguran. Ekonomi Mesir secara makro memang relatif masih aman, namun tidak sejalan dengan distribusi kemakmuran. Ketimpangan sosial sangat terlihat di kalangan rakyat kelas bawah. Di bawah kebijakan ekonomi Mubarak yang liberal, bisnis di Mesir mengalami pertumbuhan pesat dalam beberapa tahun terakhir, namun hampir setengah dari total populasi Mesir, yang berjumlah 80 juta jiwa, hidup di dalam garis kemiskinan menurut standar PBB US$2 per hari. Dalam dua tahun terakhir, tingkat kemiskinan di Mesir naik dari 20 persen menjadi 23,4 persen (Diunduh dari situs www.bbc.com, pada tanggal 23 Maret 2012). Mubarak berjanji akan menciptakan lapangan kerja, sekaligus menekan tingkat pengangguran, namun Mubarak tidak menepati janjinya. Kelompok oposisi Mesir juga menyalahkan rezim Mubarak yang tidak serius memberantas korupsi. Lembaga Global Coalition Against Corruption mencatat Mesir di peringkat 105 dalam daftar negara bersih pada 2006, sejajar dengan dua negara miskin Afrika, Burkina Faso dan Djibouti. Krisis ini bukan semata-mata karena rezim yang represif, namun juga gabungan dari masalah lain, seperti masalah ekonomi dan ketimpangan sosial di kalangan banyak warga (David Akmad Ricardo, 2011 : 128). Faktor dari dalam negeri yang mendorong terjadinya revolusi di Mesir antara lain pemerintahan diktator Hosni Mubarak, meluasnya kemiskinan, tingginya pengangguran, dan inflasi harga pangan serta penangkapan kelompok oposisi paling besar, Ikwanul Muslimin menjadi faktor utama. Kelompok Ikhwanul Muslimin ditangkap setelah melakukan pemboikotan terhadap proses pemilu karena kecurangan yang dilakukan Mubarak. Ikhwanul Muslimin adalah partai terkuat sebagai lawan politik partai NDP, partai yang diusung Mubarak. commit to user Revolusi di Mesir juga terpengaruh faktor dari luar negeri, yaitu krisis politik 8 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id yang terjadi di Tunisia yang lebih dahulu terjadi revolusi, sehingga memicu rakyat Mesir untuk melakukan revolusi (Soyomukti, dan Iqbal, 2011). Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji dan meneliti secara mendalam tentang pemerintahan di Mesir pada masa kekuasaan Hosni Mubarak dan factor terjadinya revolusi serta jalannya revolusi Mesir dengan judul “Runtuhnya Rezim Hosni Mubarak tahun 2011 (Antara Diktatorisme dan Demokrasi di Mesir)”. B. Perumusan Masalah Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah dan jelas bahasan pokoknya, maka penulis merumuskan pokok permasalahan seperti akan tampak di bawah ini: 1. Bagaimanakah pemerintahan di Mesir pada masa Hosni Mubarak? 2. Apa saja yang menjadi faktor penyebab terjadinya revolusi di Mesir? 3. Bagaimanakah jalannya revolusi di Mesir? C. Tujuan Penelitian Dengan perumusan masalah diatas maka dapat diperoleh suatu tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui: 1. Mengetahui jalannya pemerintahan di Mesir pada masa Hosni Mubarak. 2. Mengetahui apa saja yang menjadi faktor penyebab terjadinya revolusi di Mesir. 3. Mengetahui jalannya revolusi di Mesir. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Mendapatkan data yang sahih mengenai analisis pemerintahan di Mesir masa Hosni Mubarak. b. Dapat menambah wawasan pembaca khususnya mahasiswa mengenai faktor revolusi dan jalannya revolusi di Mesir. commit to user 9 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Manfaat Praktis a. Menambah perbendaharaan referensi di Perpustakaan Program Sejarah FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. b. Merupakan sumber referensi bagi mahasiswa Program Sejarah FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang akan meneliti lebih lanjut mengenai pemerintahan di Mesir masa Hosni Mubarak. c. Untuk memenuhi salah satu syarat guna meraih gelar sarjana kependidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan Jurusan PIPS Program Studi Sejarah Universitas Sebelas Maret Surakarta. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kekuasaan a. Pengertian Harold D. Laswell (1984 : 9) berpendapat bahwa kekuasaan secara umum berarti ‘’kemampuan pelaku untuk memengaruhi tingkah laku pelaku lain sedemikian rupa, sehingga tingkah laku pelaku terakhir menjadi sesuai dengan keinginan dari pelaku yang mempunyai kekuasaan’’. Sejalan dengan itu, dinyatakan Robert A. Dahl (1978 : 29) bahwa ‘’kekuasaan merujuk pada adanya kemampuan untuk memengaruhi dari seseorang kepada orang lain, atau dari satu pihak kepada pihak lain’’. “Kekuasaan merupakan kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk memengaruhi pikiran atau tingkah laku orang atau kelompok orang lain, sehingga orang yang dipengaruhi itu mau melakukan sesuatu yang sebetulnya orang itu enggan melakukannya. Bagian penting dari pengertian kekuasaan adalah syarat adanya keterpaksaan, yakni keterpaksaan pihak yang dipengaruhi untuk mengikuti pemikiran ataupun tingkah laku pihak yang memengaruhi “(Mochtar Mas’oed dan Nasikun, 1987 : 22). “Kekuasaan merupakan suatu kemampuan menggunakan sumber-sumber pengaruh yang dimiliki untuk memengaruhi perilaku pihak lain, sehingga pihak lain berperilaku sesuai dengan kehendak pihak yang memengaruhi. Dalam pengertian yang lebih sempit, kekuasaan dapat dirumuskan sebagai kemampuan menggunakan sumber-sumber pengaruh untuk memengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan, sehingga keputusan itu menguntungkan dirinya, kelompoknya dan masyarakat pada umumnya” (Ramlan Surbakti, 1992 : 58) ‘’Kekuasaan merupakan penggunaan sejumlah besar sumber daya (aset, kemampuan) untuk mendapat kepatuhan dan tingkah laku menyesuaikan dari orang lain’’ (Charles F. Andrain, 1992 : 130). Kekuasaan pada dasarnya dianggap sebagai suatu hubungan, karena pemegang kekuasaan menjalankan kontrol atas commit to user 10 perpustakaan.uns.ac.id 11 digilib.uns.ac.id sejumlah orang lain. Pemegang kekuasaan bisa jadi seseorang individu atau sekelompok orang, demikian juga obyek kekuasaan bisa satu atau lebih dari satu. Menurut Walter S. Jones (1993 : 3) kekuasaan dapat didefinisikan sebagai berikut : 1) Kekuasaan adalah alat aktor-aktor internasional untuk berhubungan satu dengan lainnya. Itu berarti kepemilikan, atau lebih tepat koleksi kepemilikan untuk menciptakan suatu kepemimpinan; 2) Kekuasaan bukanlah atribut politik alamiah melainkan produk sumber daya material (berwujud) dan tingkah laku (yang tidak berwujud) yang masing-masing menduduki posisi khusus dalam keseluruhan kekuasaan seluruh aktor; 3) Kekuasaan adalah salah satu sarana untuk menancapkan pengaruh atas aktor-aktor lainnya yang bersaing menggapai hasil yang paling sesuai dengan tujuan masing-masing; dan 4) Penggunaan kekuasaan secara rasional merupakan upaya untuk membentuk hasil dari peristiwa internasional untuk dapat mempertahankan atau menyempurnakan kepuasan aktor dalam lingkungan politik internasional. Menurut Benedict Anderson (1972 : 48) kekuasaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konsep pemikiran barat dan konsep pemikiran Jawa. Menurutnya kekuasaan dalam konsep pemikiran Barat adalah abstrak, bersifat homogen, tidak ada batasnya, dan dapat dipersoalkan keabsahannya. Sedangkan kekuasaan menurut konsep Jawa adalah konkrit, bersifat homogen, jumlahnya terbatas atau tetap dan tidak mempersoalkan keabsahan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kekuasaan sangat penting kedudukannya dalam masyarakat, dengan kekuasaan suatu kelompok dapat melakukan apa saja yang diinginkan dan dapat memengaruhi perbuatan-perbuatan kelompok lain agar taat dan patuh terhadap pemegang kekuasaan. b. Cara memperoleh kekuasaan Menurut Haryanto (2005 : 22) kekuasaan dapat diperoleh dengan beberapa cara, yaitu : 1) Dari kedudukan. Kedudukan dapat memberikan kekuasaan kepada seseorang atau sekelompok orang karena yang bersangkutan menduduki posisi tadi. Semakin tinggi kedudukan maka akan semakin besar pula kekuasaan yang berada pada genggaman orang yang menduduki posisi tersebut. 2) Dari kepercayaan. Seseorang atau sekelompok commit toorang user dapat memiliki kekuasaan karena yang bersangkutan memang dipercaya untuk memilikinya atas dasar kepercayaan 12 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id yang dianut masyarakat. Kekuasaan yang bersumber dari kepercayaan hanya muncul di masyarakat di mana anggota-anggotanya mempunyai kepercayaan yang dimiliki pemegang kekuasaan. “Kekuasaan bisa diperoleh dari kekerasan fisik (misalnya, seorang Polisi dapat memaksa penjahat untuk mengakui kejahatannya karena dari segi persenjataan polisi lebih kuat); pada kedudukan (misalnya, seorang komandan terhadap bawahannya, seorang atasan dapat memecat pegawainya); pada kekayaan (misalnya seorang pengusaha kaya dapat memengaruhi seorang politikus melalui kekayaannya); atau pada kepercayaan (misalnya, seorang pendeta terhadap umatnya)” (Miriam Budiardjo, 1982 : 36). c. Cara mempertahankan kekuasaan Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang, sekelompok orang atau suatu negara terhadap pihak lain, dapat membuat penguasa tersebut berupaya untuk mencapai apa yang menjadi keinginan dan tujuannya. Cara untuk mempertahankan kekuasaan dapat dilakukan dengan cara damai, antara lain dengan demokrasi dan mencari dukungan pihak lain, atau dengan kekerasan, antara lain dengan penindasan dan memerangi pihak yang menentang kekuasaannya. “Dalam masyarakat yang tidak demokratis atau masyarakat yang dipimpin oleh seorang yang diktator, penguasa mempertahankan kekuasaannya dengan paksaan. Di dalam masyarakat yang tidak demokratis, ada kecenderungan penguasa untuk masuk terlalu jauh dalam mengatur kehidupan dan kepercayaan serta pribadi warganya sesuai dengan keinginan penguasa. Dengan paksaan, warga ditujukan untuk patuh pada penguasa” (Haryanto, 2005 : 57). “Diantara banyak bentuk kekuasaan, kekuasaan politik merupakan hal yang paling penting untuk dipertahankan, karena dengan kekuasaan politik, penguasa dapat memengaruhi kebijakan umum (pemerintah) baik terbentuknya maupun akibat-akibatnya sesuai dengan tujuan-tujuan pemegang kekuasaan. Kekuasaan politik tidak hanya mencakup kekuasaan untuk mendapat ketaatan warga masyarakat, tetapi juga menyangkut pengendalian orang lain dengan tujuan commit to user 13 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id untuk memengaruhi tindakan dan aktivitas penguasa di bidang administratif, legislatif dan yudikatif “(Miriam Budiardjo, 1982 : 37). Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan, meskipun dalam mempertahankan kekuasaan ada berbagai macam cara, namun terdapat beberapa persamaan yaitu pihak satu ingin selalu memerintah pihak lain, ingin lebih tinggi dari pihak lain dan menginginkan ketaatan pihak lain. d. Otoritas penguasa “Penguasa adalah aktor yang memiliki, menguasai aktor lain dan memiliki sumber daya yang berwujud maupun tidak berwujud beserta asetnya untuk memengaruhi peristiwa-peristiwa yang terjadi agar sesuai kehendaknya” (Walter S. Jones, 1993 : 3) .‘’Penguasa adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk menjalin hubungan dan proses yang menghasilkan ketaatan dari pihak lain untuk tujuan-tujuan yang ditetapkannya’’ (Ossip K. Flechtheim dalam Miriam Budiarjo, 1982 : 35). Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa otoritas penguasa adalah hak, kekuasaan dan wewenang yang sah diberikan padanya untuk membuat peraturan yang harus ditaati atau diikuti pihak lain atau kekuasaan dan wewenang yang sah untuk membuat orang atau pihak lain bertindak sesuai dengan yang diinginkan penguasa. e. Hancurnya Kekuasaan Dalam pemikiran Ibnu Khaldun yang dikutip A. Rahman Zainuddin (1992 : 233) ada beberapa tahapan proses jatuhnya kekuasaan, yaitu : 1) Kekuasaan yang sentralistik, yaitu pemusatan kekuasaan dan kemegahan berada pada seorang atau sekelompok penguasa, 2) Kekuasaan yang mempunyai tata cara dan kebiasaan hidup dalam kemegahan, 3) Kekuasaan yang memiliki pertahanan lemah, tidak mempunyai kekuatan legitimasi. Sehingga tinggal menantikan kehancurannya. Ibnu Khaldun menambahkan ciri sebuah kekuasaan yang mendekati kehancuran yaitu krisis ekonomi dan krisis moral. “Hancurnya kekuasaan tidak hanya disebabkan oleh faktor internal dalam kekuasaan itu sendiri, akan tetapi commit to user bisa dari faktor eksternal, antara lain karena peperangan yang melibatkan dua 14 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id negara atau lebih, konflik dan perang saudara, kudeta (penggulingan kekuasaan) baik oleh militer maupun sipil dan aksi-aksi demonstrasi yang memungkinkan pergantian kekuasaan” (Mukhammad Najib, 2001 : 318). 2. Diktatorisme Diktator berasal dari bahasa latin Dictare, yang menyatakan sebagai perintah, seorang pemegang kekuasaan mutlak dalam menjalankan pemerintahan Negara (Ensiklopedia Indonesia, 1989 : 822). Menurut Franz L. Neuman dalam Jurnal Ilmu Politik (1993 : 39) diktator adalah “pemerintahan oleh seseorang atau kelompok orang yang menyombongkan diri dan memonopoli kekuasaan dalam negara dan melaksanakan kekuasaan tersebut tanpa dibatasi”. Pengertian diktator juga dikemukakan oleh Jules Archer (1985 : 19), diktator adalah seorang penguasa yang mencari dan mendapatkan kekuasaan mutlak tanpa memperhatikan keinginan-keinginan nyata dari rakyatnya. Pengertian dari diktator itu sendiri ada dua macam, yaitu : 1) Dikatator proletar, di mana antara masyarakat kapitalis dan masyarakat komunis terdapat suatu masa peralihan dalam suatu transformasi secara revolusioner dan masyarakat kapitalis menjadi masyarakat komunis, 2) Diktator militer, yaitu seorang atau segolongan perwira yang menentang tanpa memberi pertanggungjawaban kepada rakyat, sehingga caranya naik ke pemerintahan dengan mengadakan kudeta (Miriam Budiardjo, 1989 : 98). Jules Archer (1985 : 21) mengatakan bahwa sistem kediktatoran dibedakan menjadi 2 tipe yaitu, “tipe diktator militer, yaitu mendapatkan kekuasaanya melalaui kekuatan militer, dan tipe diktator politik, yaitu mendapatkan kekuasaannya melalui pemilihan umum”. Ciri-ciri negara Diktator menurut Carl J. Frederick dan Z. Bigriewle Brezinksky dalam Jurnal Ilmu Politik (1993 : 40), adalah sebagai berikut : 1) Suatu ideologi yang menyeluruh yang terdiri dari ajaran-ajaran (doktrin) badan resmi yang meliputi seluruh aspek vital dan pada kehidupan manusia dalam masyarakat yang harus dilakukan dan ditaati oleh setiap anggota masyarakat. Ideologi ini ditujukan untuk membentuk manusia baru paripurna yang berlainan commit to user dengan manusia yang sekarang ada dalam masyarakat, 2) Satu partai massa yang perpustakaan.uns.ac.id 15 digilib.uns.ac.id dipimpin oleh seorang manusia diktator dengan anggota terdiri dari prosentase yang relatif kecil dari jumlah penduduknya, yang terdiri dari laki-laki dan wanita di mana mengabdikan dirinya secara menyeluruh terhadap ideologi dan bersedia melakukan setiap cara agar supaya diterima oleh umum atau partai tersebut diorganisir lebih tinggi atau sepenuhnya beserta birokrasi pemerintah, 3) Suatu sistem teror baik psikis maupun phisik yang dilaksanakan melalui partai dan pengawasan polisi khusus yang ditujukan terhadap musuh-musuh rezim yang demonstratif dan juga terhadap golongan penduduk yang tidak menyetujuinya.Teror itu baik yang dilakukan oleh polisi rahasia maupun oleh partai yang ditujukan untuk menindas masyarakat secara sitematis dengan menggunakan ilmu modern. Abu Daud Busroh (1987 : 67) menyebutkan ciri-ciri negara diktator adalah sebagai berikut : 1) adanya peradilan khusus untuk mengadili orang yang melawan rezim yang berkausa, 2) tidak ada kebebasan berserikat dan berkumpul, 3) tidak ada Pemilihan umum. “Dalam sistem kediktatoran kegiatan warga negara adalah terikat oleh penguasa atas negara, sehingga kebebasan yang melekat pada dirinya adalah memuji sang penguasa” (Soehino, 1980 : 35). Sebagaimana diungkapkan adalah suatu pemerintahan di mana dalam menjalankan kekuasaanya akan selalu berpedoman pada prinsip-prinsip kediktatoran. Gregorius Sahdan (2004 : 16) menyatakan bahwa karakteristik dari sistem diktator adalah: Tidak ada pertanggungjawaban kekusaan dan rakyat tidak memiliki wewenang untuk membatasi kekuasaan penguasa. Dalam pemerintahan diktator, kedaulatan merupakan milik penguasa dan digunakan untuk kepentingan kekuasaan penguasa. Dukungan publik diperoleh melalui propaganda dan sistem pendidikan terkontrol secara absolut. Hanya ada satu partai dan memiliki ciri khusus antara lain : a) Mengesampingkan oposisi, b) memerintah dengan kejam, c) memasukkan pembangkang ke dalam penjara dan kamp konsentrasi, d) membentuk polisi rahasia, e) melakukan indoktrinasi atas masyarakat, f) mengawasi masyarakat secara ketat. Diktatorsime merupakan suatu bentuk pemerintahan yang dikepalai oleh seorang atau sekelompok kecil orang yang mempunyai kekuasaan mutlak (absolute) dan bahkan tidak dibatasi sedikitpun oleh konstitusi. Beberapa alasan commit to user mengenai munculnya pemerintahan diktator antara lain : perpustakaan.uns.ac.id 16 digilib.uns.ac.id a. Sejumlah penguasa percaya dan yakin bahwa diktator merupakan satu-satunya cara untuk mempertahankan atau memperkokoh kekuasaan demi terpeliharanya stabilitas nasional. b. Pemerintahan diktator diciptakan untuk menggantikan pemerintahan yang dinilai tidak mampu menyelamatkan Negara dari keadaan darurat ataupun dari ancaman keamanan. c. Kediktatoran muncul dari tokoh ambisius yang merasa mampu membangun kejayaan dan kebesaran bangsa dan negara. Kekuasaan ini biasanya didapat melalui ssuatu perebutan kekuasaan (kudeta) pada saat Negara dalam keadaan genting. d. Pemerintahan diktator juga dapat lahir untuk menutupi ketidakmampuan pemerintah mengelola negara mengatasi korupsi, gejolak social, kesulitan keuangan, atau karena memudarnya kepercayaan rakyat terhadap keabsahan kewenangan dan lembaga tradisional. e. Beberapa pemerintahan diktator menyatakan diri atas kehendak mulia. f. Pemerintahan diktator sering juga muncul sebagai kesimpangsiuran keadaan negara, dari kekacauan yang disebabkan oleh perang atau krisis militer yang tidak dapat diatasi oleh kekuatan militer yang ada, atau dari kemenangan, dalam suatu peperangan. g. Kediktatoran juga dapat dirancang untuk mengawali usaha perubahan dan modernisasi besar-besaran. h. Pemerintahan diktator dapat juga diciptakan untuk menghadapi kelompok pembaharu, kaum revolusioner atau kelompok pembangkang. (Ensiklopedia, 2004 : 353). Dalam Encyclophedia of Social Sciences (1968 : 161) kediktatoran mengacu pada dominasi negara yang terbatas oleh individu, kelompok, atau kelompok kecil. Contoh diktatorial ditemukan di semua zaman dan semua peradaban. "Diktatur" menandakan tidak hanya prinsip yang mengatur sistem politik tetapi juga ideologi yang mendasari cara hidup dan ekspresi normatif perilaku politik. Beberapa ekspresi telah digunakan untuk mengkarakterisasi fenomena historis diktatorial: commit tirani,to user despotisme, otokrasi, Caesarisme, 17 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Fiihrerstaat, otoritarianisme dan totalitarianism. Terlepas dari kediktatoran konstitusional menetapkan untuk menangani keadaan darurat pemerintah, semua bentuk kediktatoran dari berbagi segi berikut: a. Eksklusivitas dan kesewenang-wenangan dalam menjalankan kekuasaan. Kediktatoran dicirikan oleh tidak adanya pembagian kekuasaan, penindasan bersaing, kelompok-kelompok politik dan sosial yang sah dan lembaga, konsentrasi kekuasaan politik di tangan seorang diktator atau seorang group otokratis yang mengatur para pemimpin (elit), dan pemanfaatan suatu alat otokratis dibimbing dan manipulasi penguasa untuk mengembangkan monopoli kekuasaan. b. Penghapusan atau melonggarkan obligasi yuridis kekuasaan politik. Negara konstitusional dihilangkan, atau revolusioner baru atau kontra hukum dibuat, hanya sebagai instrumen kekuasaan. Terkait dengan segi ini adalah kesulitan atau ketidakmungkinan untuk mengatur suksesi diktator secara sah. c. Penghapusan atau pembatasan substansial kebebasan sipil. Alih-alih kerjasama sukarela sosial dan politik kelompok-kelompok otonom dan asosiasi dalam pendirian persemakmuran, penekanan ditempatkan pada kewajiban warga untuk melakukan kerja wajib atau jasa kolektif. d. Bentuk, terutama agresif impulsif pengambilan keputusan. Domestik dan asing untuk kebijakan diikuti oleh diktator dan atau elit politik terkemuka biasanya dibuat secara impulsif dan terinspirasi oleh aktivisme politik yang dinamis, sering didasarkan pada sebuah Messianism ideologis dan bertujuan untuk merubah atau mendisiplinkan masyarakat. e. Pekerjaan metode politis yang lalim dan kontrol sosial. Metode tersebut berkisar dari intimidasi untuk propaganda, dari pengenaan kewajiban ketaatan kepada metode teror. Nicolo Machiavelli dalam Ensiclopedia of Social Sciences (1968 : 161) adalah yang pertama kali membedakan antara kediktatoran sebagai lembaga konstitusional republik dan sebagai bentuk pemerintahan despotik, yang direkomendasikan untuk diperbaiki penguasa sebagai sarana untuk memulihkan commit to user politik. Monarki absolut umumnya tidak dianggap sebagai diktator, karena 18 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pelaksanaan kekuasaan mengenakan legitimasi tradisional. Namun setiap kali berdaulat mutlak sebenarnya aturan politik, melanggar standar adat otoritas monarki, pemerintahannya harus disebut dictator. 3. Demokrasi Pengertian tentang demokrasi dapat dilihat dari tinjauan bahasa (etimologis) dan istilah (terminologis). Secara etimologis demokrasi terdiri dari dua kata yang berasal dari Yunani yaitu “demos” yang berarti rakyat atau penduduk di suatu tempat dan “cratein” atau “cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan.jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara di mana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat. Demokrasi sering diartikan sebagai penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, pertisipasi alam pengambilan keputusan dan persamaan hak di depan hukum. Kemudian muncul idiom-idiom demokrasi seperti egalite (persamaan), equality (keadilan), liberty (kebebasan), human right (hak asasi manusia) (Nuraini Soyomukti, Muhammad Iqbal, 2011 : 77) Menurut Nurcholis Madjid (2002 : 8) “demokrasi bukanlah kata benda, tetapi lebih merupakan kata kerja yang mengandung makna sebagai proses dinamis. Karena itu demokrasi harus diupayakan. Demokrasi berarti sebuah proses melaksanakan nilai-nilai keadaban (civility) dalam bernegara dan bermasyarakat. Demokrasi adalah proses menuju dan menjaga civil society yang menghormati dan berupaya merealisasikan nilai-nilai demokrasi”. Howard Cincotta (1965 : 5) juga berpendapat mengenai demokrasi yang menyatakan bahwa : Semua demokrasi adalah sistem ketika warga negara bebas mengambil keputusan melalui kekuasaan mayoritas, tetapi kekuasaan oleh mayoritas tidak selalu demokratis: tak seorangpun, misalnya akan menyebut suatu sistem adalah adil atau jujur yang mengijinkan 51 persen penduduknya menindas sisanya yang 49 persen atas nama mayoritas Pemerintah demokratis tidak mengawasi, mendikte atau menilai isi tulisan atau ucapan orang. Demokrasi bergantung pada orangorang yang berpendidikan dancommit berpengetahuan. Akses warga negara pada to user informasi seluas-luasnya memungkinkan untuk berperan penuh pada kehidupan perpustakaan.uns.ac.id 19 digilib.uns.ac.id umum masyarakat. Kebodohan menimbulkan rasa apatis. Demokrasi tumbuh subur pada tenaga warga negara yang ditunjang oleh arus gagasan, data, pendapat dan spekulasi yang tidak dihalangi. Negara demokratis tidak dapat menjamin bahwa kehidupan akan memperlakukan setiap orang dengan sama, dan demokrasi tidak mempunyai tanggung jawab untuk melakukan hal itu. Demokrasi sesungguhnya adalah seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan, tapi juga mencakup seperangkat praktek dan prosedur yang terbentuk melalui sejarah panjang dan sering berliku-liku. Artinya, demokrasi adalah pelembagaan dan kebebasan. Semua demokrasi adalah sistem di mana warganaya bebas mengambil keputusan melalui kekuasaan mayoritas. Tetapi kekuasaan oleh mayoritas tidak selalu demokratis: tak seorangpun, misalnya akan menyebut suatu sistem adalah adil atau jujur yang mengijinkan 51 persen penduduknya menindas sisanya yang 49 persen atas nama mayoritas Pemerintah demokratis tidak mengawasi, mendikte atau menilai isi tulisan atau ucapan orang. Pada abad XIX pengertian demokrasi mengalami perluasan lagi mengikuti tradisi pemikiran Schumpeterian, dimana demokrasi dimaknai sebagai proses pengambilan keputusan kolektif yang penuh melalui pemilu yang bebas, jujur dan adil guna memilih kandidat-kandidat yang berhak untuk memangku jabatan politik. Demokrasi berdasarkan definisi ini meliputi dua dimensi, yaitu ; a. Menyangkut kontestan. Semua kontestan yang terlibat di dalam proses demokrasi (Pemilu) meiliki kesempatan untuk menarik dukungan dari orang lain dan menaati aturan bersama “rule of the game” yang telah disepakati. b. Sebagai pertisipasi untuk mengukur sejauh mana keterlibatan warga Negara dalam suatu proses politik. Untuk mengukur tingkat partisipasi warga Negara dalam proses politik, instrument yang digunakan adalah Pemilu. Seorang anggota senior untuk Proses Pemilihan, Lembaga Demokratik Nasional untuk urusan Internasional (NDI) Patrick Merloe (2004 : 25), dalam salah satu pamphlet yang ditulisnya untuk konferensi tentang Pemilu di Zimbabwe menilai Pemilu sebagai tonggak yang sangat penting dalam peralihan kekuasaan dari non demokratik kecommit demokrasi. Merloe mengatakan bahwa : to user perpustakaan.uns.ac.id 20 digilib.uns.ac.id “Pemilu merupakan suatu kesempatan untuk menguji bagaimana seperangkat berfungsi di masa transisi, dan apakah hak asasi manusia yang fundamental dilindungi dan dipupuk. Ukurannya dalah warga Negara bebas untuk menyatakan pendapat politik, berserikat, berkumpul, dan bergerak sebagai bagian dari suatu proses pemilihan”. Dari definisi Patrick Merloe di atas, setidaknya ada sepuluh elemen yang menjadi penopang dan instrument utama dari Pemilu ; a. Pengfungsian lembaga Pemilu b. Perlindungan dan penghargaan terhadap hak-hak asasi pemilih c. Partisipasi warga Negara dalam pemilihan d. Adanya lembaga-lembaga independen yang memantau jalannya Pemilu, seperti Perss, lembaga Independen Pemantau Pemilu (LIPP) e. Para calon legislator memiliki kesempatan untuk berkampanye tanpa merasa takut f. Militer bertindak netral dan professional g. Polisi bertindak jujur dan bertindak adil terhadap semua kontestan Pemilu h. Lembaga kehakiman yang mampu menegakkan hukum i. Kontrol media massa j. Akses informasi peserta Pemilu Suatu pemerintahan dikatakan demokratis bila dalam mekanisme pemerintahan mewujudkan prinsip-prinsip demokrasi. Menurut Masykuri Abdullah (1999 : 14) “prinsip-prinsip demokrasi terdiri atas prinsip persamaan, kebebasan, dan pluralism”. Menurut Robert A. Dahl dalam Masykuri Abdullah (1999 : 15) terdapat beberapa prinsip yang harus ada dalam sistem demokrasi yaitu : (1) kontrol atas keputusan pemerintah, (2) pemilihan yang teliti dan jujur, (3) hak memilih dan dipilih, (4) kebebasan menyatakan pendapat tanpa ancaman, (5) kebebasan mengakses informasi, (6) kebebasan berserikat. Inu Kencana (1997 : 23) lebih memerinci tentang prinsip-prinsip demokrasi yaitu : (1) adanya pembagian kekuasaan, (2) adanya pemilihan umum yang bebas, (3) adanya manajemen yang terbuka, (4) adanya kebebasan individu, (5) adanya peradilan yang bebas, (6) adanya pengakuan hak minoritas, (7) adanya pemerintahan yang berdasarkan hukum, (8)user adanya pers yang bebas, (9) adanya commit to perpustakaan.uns.ac.id 21 digilib.uns.ac.id beberapa partai politik, (10) adanya musyawarah, (11) adanya persetujuan parlemen, (12) adanya pemerintahan yang konstitusional, (13) adanya ketentuan tentang pendemokrasian, (14) adanya pengawasan terhadap administrasi publik, (15) adanya perlindungan hak asasi, (16) adanya pemerintahan yang bersih, (17) adanya persaingan keahlian, (18) adanya mekanisme politik, (19) adanya kebijaksanaan negara, dan (20) adanya pemerintahan yang mengutamakan tanggung jawab. Amien Rais dalam Achmad Ubaidillah (2005 124) menambahkan kriteria lain sebagai parameter demokrasi yaitu : (1) adanya partisipasi dalam pembuatan keputusan, (2) distribusi pendapatan secara adil, (3) kesempatan memperoleh pendidikan, (4) ketersediaan dan keterbukaan informasi, (5) mengindahkan politik, (6) kebebasan individu, (7) semangat kerjasama, (8) hak untuk protes. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat demokrasi sebagai suatu sistem bermasyarakat dan bernegara serta pemerintahan memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaan di tangan rakyat baik dalam penyelenggaraan negara maupun pemerintahan. Kekuasaan pemerintahan berada di tangan rakyat mengandung pengertian tiga hal : a. Pemerintahan dari rakyat (govenrment of the people) Mengandung pengertian yang berhubungan dengan pemerintahan yang sah dan diakui (legitimate government) dan pemerintahan yang tidak sah dan tidak diakui (unlegitimate government) di mata rakyat. Pemerintahan yang sah dan diakui berarti suatu pemerintahan yang mendapat pengakuan dan dukungan yang diberikan oleh rakyat. Sebaliknya pemerintahan yang tidak sah dan tidak diakui berarti suatu pemerintahan yang sedang memegang kendali kekuasaan tidak mendapat pengakuan dan dukungan dari rakyat. Legitimasi bagi suatu pemerintahan sangat penting karena dengan legitimasi tersebut, pemerintahan dapat menjalankan birokrasi dan program-programnya sebagai wujud dari amanat yang diberikan rakyat. Pemerintahan dari rakyat memberikan gambaran bahwa pemerintah yang sedang memegang kekuasaan dituntut kesadarannya bahwa pemerintahan tersebut diperoleh melalui pemilihan dari rakyat bukan dari to user pemberian wangsit atau kekuasaancommit supranatural. 22 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id b. Pemerintahan oleh rakyat (government by the people) Pemerintahan oleh rakyat berarti bahwa suatu pemerintahan menjalankan kekuasaan atas nama rakyat bukan atas dorongan diri dan keinginannya sendiri. Selain itu juga mengandung pengertian bahwa dalam menjalankan kekuasaannya, pe,erintah berada dalam pengawasan rakyatnya. Karena itu pemerintah harus tunduk kepada pengawasan rakyat (social control). Pengawasan rakyat dapat dilakukan secara langsung oleh rakyat maupun tidak secara langsung yaitu melalui perwakilannya di parlemen. Dengan adanya pengawasan oleh rakyat akan menghilangkan ambisi otoriterianisme para penyelenggara Negara. c. Pemerintahan untuk rakyat (government for the people) Mengandung pengertian bahwa kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah itu dijalankan untuk kepentingan rakyat. Kepentingan rakyat harus didahulukan dan diutamakan di atas segalanya, untuk itu pemerintah harus mendengarkan dan mengakomodasi aspirasi rakyat dalam merumuskan dan menjalankan kebijakan dan program-programnya. Oleh karena itu pemerintah harus membuka saluran dan ruang kebebasan seluas-luasnya kepada rakyat dalam menyampaikan aspirasinya baik melalui media pers maupun secara langsung. 4. Revolusi “Revolusi merupakan wujud perubahan sosial yang paling spektakuler; sebagai tanda perpecahan mendasar dalam proses historis; pembentukan ulang masyarakat dari dalam dan pembentukan ulang manusia” (Sztompka, 2004 : 357). Menurut Sztompka (2004 : 357) revolusi mempunyai lima perbedaan dengan bentuk perubahan sosial yang lain. Perbedaan tersebut adalah : a. Revolusi menimbulkan perubahan dalam cakupan terluas; menyentuh semua tingkat dan dimensi masyarakat : ekonomi, politik, budaya organisasi sosial, kehidupan sehari-hari, dan kepribadian manusia. b. Dalam semua bidang tersebut, perubahannya radikal, fundamental, menyentuh inti bangunan dan fungsi sosial. c. Perubahan yang terjadi sangat cepat, tiba-tiba seperti ledakan dinamit di tengah commit to user aliran lambat proses historis. perpustakaan.uns.ac.id 23 digilib.uns.ac.id d. Revolusi merupakan “pertunjukan” paling menonjol; waktunya luar biasa cepat dan oleh karena itu, sangat mudah diingat. e. Revolusi membangkitkan emosional khusus dan reaksi intelektual pelakunya dan mengalami ledakan mobilisasi massa, antusiasme, kegemparan, kegirangan, kegembiraan, optimisme dan harapan; perasaan hebat dan perkasa; keriangan aktivisme dan menanggapi kembali makna kehidupan; melambungkan aspirasi dan pandangan utopia ke masa depan. Konsep modern mengenai revolusi berasal dari dua tradisi intelektual, yaitu pandangan sejarah dan pandangan sosiologis. Berdasarkan konsepsi sejarah, revolusi mempunyai ciri sebagai suatu penyimpangan yang radikal dari suatu kesinambungan, penghancuran hal yang fundamental (mendasar) serta kejadian yang menggemparkan dalam periode sejarah. Konsep revolusi secara sosiologis menunjuk pada gerakan massa yang menggunakan paksaan dan kekerasan melawan penguasa dan melakukan perubahan dalam masyarakat (Sztompka, 2004 : 358). Revolusi yang menekankan pada kekerasan dan perjuangan, serta kecepatan perubahan, memfokuskan pada teknik perubahan. Dalam hal ini, revolusi merupakan antonim dari evolusi. Beberapa definisi yang tercakup dalam kelompok ini antara lain: 1) Menurut Johnson, revolusi dimaknai sebagai upayaupaya untuk merealisasikan perubahan dalam konstitusi masyarakat dengan kekuatan, 2) Menurut Gurr, revolusi merupakan perubahan yang fundamental (dalam aspek) sosio-politk melalui kekerasan, 3) Menurut Brinton, revolusi merupakan pergantian yang drastis dan tiba- tiba satu kelompok oleh kelompok lain dalam pelaksanaan pemerintahan. Revolusi merupakan suatu wujud perubahan yang terjadi secara besarbesaran. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dilakukan dengan kekerasan atau tanpa kekerasan. Karakter kekerasan pada ciri revolusi dipahami sebagai akibat dari situasi ketika perubahan tata nilai dan norma yang mendadak telah menimbulkan kekosongan nilai dan norma yang dianut masyarakat. Revolusi dipahami sebagai commitantar to user kondisi dan keadan bagaimana konflik elit atau kelas frustasi. Kondisi ini 24 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id yang disebut revolusi dan transformasi social. Revolusi yang terjadi di beberapa negara, salah satunya Mesir, dapat dikatakan sebagai revolusi dengan penggunaan kekerasan, perjuangan, dan percepatan perubahan yang terjadi. Revolusi dapat diartikan sebagai lawan dari pembaruan, perhatian utamanya adalah pada proses transformasi fundamental masyarakat. Selain itu, revolusi dapat dimaknai sebagai lawan dari evolusi, dan yang terakhir dapat dilihat dari tekanan revolusi yaitu pada penggunaan kekerasan, perjuangan dan kecepatan perubahan yang terjadi (Eisenstadt, 1987 : 49). Sztompka (1994 : 61-63) mengemukakan revolusi dapat berupa peperangan dan pemberontakan, namun tidak berarti revolusi adalah pemberontakan dan peperangan. Revolusi selalu memiliki tujuan fundamental untuk menumbangkan kekuasaan masyarakat atau susunan kekuasaan yang berkuasa, sedangkan semua jenis gangguan keamanan seperti kerusuhan atau pemberontakan hanya merupakan bentuk perlawanan kepada penguasa yang bertujuan menggeser atau mengambil alih kedudukan mereka. Revolusi membawa dampak pada perubahan melalui kekerasan terhadap rezim politik yang ada. Perubahan dilakukan melalui penggantian elit politik atau kelas yang berkuasa. Perubahan secara mendasar pada berbagai bidang kelembagaan yang ada. Hubungan dengan sistem lama seolah-olah diputuskan secara radikal. Revolusi juga membawa pengaruh pada bangkitnya kekuasaan ideologis dan orientasi kebangkitan mengenai gambaran revolusioner. Hal ini menggambarkan bahwa revolusi tidak hanya membawa transformasi kelembagaan, melainkan juga perubahan terhadap sistem pendidikan dan moral sehingga mewujudkan “manusia baru”. Secara struktural revolusi besar ditandai dengan suatu hubungan yang erat antara heterodoksi, pemberontakan, perjuangan politik sentral dan pembangunan kelembagaan. Hubungan yang dibuat jauh lebih erat daripada hubungan apa pun dalam sejarah. Dalam revolusi ini, gerakan heterodoksi keagamaan dan intelektual, saling menjalin dengan pemberontakan, perjuangan politik sentral, dan pertentangan antar elit. Gerakan revolusi ini juga berkaitan erat commitdan to user dengan penyusunan sejumlah symbol batas-batas kolektivitas politik dan 25 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id kebudayaan, dan dengan berbagai pola inovasi kelembagaan di bidang ekonomi, kependidikan dan ilmu pengetahuan. Akibatnya gerakan pemberontakan, protes, dan intelektual yang berada dalam revolusi besar cenderung melibatkan berbagai tema dan orientasi protes yang realistis ke arah pembentukan pusat dan kolektivitas, serta pembentukan kelembagaan. Hubungan dengan pembangunan kelembagaan konkrit serta pembentukan dan pelembagaan pusat ini yang membedakan dengan seluruh gerakan protes lainnya (Eisenstadt, 1986 : 215-216). Revolusi modern mendorong masyarakat ke arah modernisasi dalam aspek-aspek organisasi dan simbolis. Seluruh masyarakat paska revolusioner mengalami pertumbuhan diferensiasi structural dan spesialisasi dengan berdirinya kerangka keorganisasian universalistis, perkembangan ekonomi pasar industrial atau semi industrial yang relative terbuka di mana kriteria achievement secara umum dan kriteria ekonomi, pekerjaan dan pendidikan khususnya, menjadi unsur yang dominan, dan timbulnya sistem politik terpusat dan sangat birokratis. Perubahan dalam bidang politik itu terbentuk dalam beberapa pola tertentu, yaitu dalam kombinasi perubahan symbol dan pola keabsahan suatu rezim, dalam komposisi kelas yang berkuasa, dalam basis akses ke pusat, dan dalam hubungan pusat pinggiran. commit to user 26 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id B. Kerangka Pemikiran Kekuasaan Diktatorisme Hosni Mubarak Demokrasi di Mesir Penangkapan Kelompok Ikhwanul Muslimin menjelang Pemilu Kemiskinan, pengangguran, dan korupsi Krisis Mesir Revolusi Tunisia Revolusi Mesir Jatuhnya Rezim Hosni Mubarak Keterangan : Hosni Mubarak adalah presiden diktator yang menjabat menjadi presiden Mesir sejak tanggal 14 Oktober 1981 hingga 11 Februari 2011. Sebagai presiden Mesir, Mubarak dianggap sebagai pemimpin yang paling berkuasa di wilayahnya. Secara resmi, presiden Republik Arab Mesir dipilih untuk jabatan Kepala Negara Mesir. Di bawah konstitusi Mesir, seorang presiden juga menjabat Komandan tertinggi untuk angkatan bersenjata dan kepala Eksekutif pemerintahan Mesir. Mubarak memegang pemerintahan Mesir dengan diktator, dan Mubarak telah memerintah Mesir selama 30 tahun. Ini tidak sesuai dengan partai yang diusung commit to user Mubarak, yaitu Partai Demokrasi Nasional dan tentunya dengan sistem 27 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pemerintahan Demokrasi yang berlaku di Mesir. Penangkapan kaum Ikhwanul Muslimin juga dilakukan oleh pemerintah. Terbukti bahwa kelompok oposisi utama di Mesir, Ikhwanul Muslimin terus ditangkapi menjelang pemilu. Menurut Ikhwanul Muslimin, lebih dari 1.000 anggotanya, termasuk delapan kandidat parlemen, telah ditahan. Dalam beberapa hari terakhir, pendukung kelompok itu bentrok dengan pasukan keamanan di sejumlah titik perkotaan. Pemerintah melakukan pemblokiran terhadap internet dan situs-situs jejaring sosial, bahkan pesan singkat (SMS) melalui telpon seluler pun diblokir. Surat kabar dan televisi jiga dikekang. Banyak wartawan lokal maupun asing yang ditangkap karena menuliskan dan menyiarkan sisi buruk dari pemerintah. Beberapa aksi pemerintah tersebut menyebabkan kemarahan publik, sehingga mereka melakukan unujk rasa besar-besaran, menuntut Hosni Mubarak untuk turun. Faktor ekstern yang juga sangat penting adalah revolusi yang terjadi di Tunisia yang memberikan inspirasi terhadap rakyat Mesir untuk melakukan revolusi. Pada tanggal 11 Februari 2011 Mubarak mundur dan menyerahkan wewenang kepada militer. Wakil Presiden yang telah ditunjuk pada 30 januari 2011 Omar Suleiman mengumumkan melalui televisi pemerintah bahwa Mubarak telah mundur dan mengatakan bahwa dewan Militer akan memegang kendali atas Mesir. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dalam rangka penelitian skripsi yang berjudul “Runtuhnya Rezim Hosni Mubarak Tahun 2011 (Antara Diktatorisme dan Demokrasi di Mesir)” ini dilakukan dengan menggunakan metode historis, maka untuk memperoleh data penelitian, penulis sebagian besar menggunakan studi pustaka. Adapun perpustakaan yang digunakan sebagai obyek penelitian adalah sebagai berikut: a. Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta. b. Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. c. Perpustakaan Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan P. IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. d. Perpustakaan FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. e. Perpustakaan Monumen Pers Surakarta. f. Buku-buku koleksi pribadi. 2. Waktu Penelitian Rencana waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejak proposal disetujui pembimbing yaitu bulan Oktober 2011 sampai dengan Mei 2012. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam jangka waktu tersebut diantaranya adalah mengumpulkan sumber, baik sumber primer maupun sekunder, melakukan kritik untuk menyelidiki keabsahan sumber, menetapkan makna yang saling berhubungan dari fakta-fakta yang diperoleh dan terakhir menyusun laporan hasil penelitian. commit to user 28 29 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id B. Metode penelitian Dalam setiap penelitian ilmiah selalu diperlukan suatu metode tertentu yang berkaitan dengan obyek atau pemasalahan yang akan diteliti. Menurut Koentjaraningrat (1986 : 7) kata metode berasal dari bahasa Yunani, methodos yang berarti cara atau jalan. Sehubungan dengan karya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara kerja untuk memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Menurut Dudung Abdurahman (1999 : 43) metode adalah suatu cara, jalan, atau petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis. Sedangkan menurut Helius Sjamsuddin (2007 : 13) metode ada hubungannya dengan prosedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam penyelidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan obyek yang diteliti. Penelitian ini merupakan penelitian yang berusaha merekonstruksikan, mendiskripsikan dan memaparkan kondisi negara Mesir pada saat terjadi Revolusi meruntuhkan rezim Hosni Mubarak. Peristiwa yang menjadi pokok penelitian tersebut adalah peristiwa masa lampau, sehingga metode yang digunakan adalah metode historis atau sejarah. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian sejarah adalah kegiatan mengumpulkan, menguji dan menganalisis secara kritis data peninggalan masa lampau dan menyajikannya sebagai hasil karya melalui historiografi. C. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sejarah. Sumber data sejarah sering disebut juga data sejarah. Menurut Kuntowijoyo kata “data” merupakan bentuk jamak dari kata tunggal datum (bahasa Latin) yang berarti pemberitaan (Dudung Abdurahman, 1999 : 30). Menurut Helius Syamsuddin (1996: 73), dalam penelitian sejarah yang menjadi sumber data adalah sumber sejarah. Sumber sejarah merupakan bahan mentah (raw material) sejarah yang mencakup segala evidensi atau bukti yang commit to user 30 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id telah ditinggalkan oleh manusia yang menunjukkan segala aktivitas manusia di masa lalu yang berupa kata-kata yang tertulis atau kata-kata yang diucapkan/lisan. Menurut Dudung Abdurrahman (1999 : 31), sumber sejarah dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : 1) menurut bahannya; sumber tertulis dan sumber tidak tertulis, 2) menurut asalnya; sumber primer dan sekunder, 3) menurut tujuannya; sumber formal dan sumber informal. Dalam penelitian ini digunakan sumber data tertulis, baik primer maupun sekunder. Sumber tertulis primer berupa surat kabar seperti New York Times, BBC News, Al Jazeera, Kompas terbitan tahun 2011, Solo Pos terbitan tahun 2011, Republika terbitan tahun 2011 dan majalah News terbitan tahun 2011 . Selain itu juga digunakan artikel-artikel dan buku-buku yang relevan dengan penelitian sebagai sumber tertulis sekunder antara lain buku karangan David Akhmad Ricardo ”Revolusi Mesir Revolusi Rakyat” terbitan tahun 2011, Nuraini Soyomukti, Muhammad Iqbal ”Pergolakan Politik Jazirah Arab Abad 21” terbitan 2011, Fareed Zakaria ”Masa Depan Kebebasan” terbitan 2002, Eisenstadt ”Revolusi dan Transformasi Masyarakat” terbitan 1987, Guillermo O’Donnell, Philippe C. Schmitter, Laurence Whitehead “Transformasi Menuju Demokrasi terbitan 1993, Gregorius Sahdan “Jalan Transisi Demokrasi” terbitan 2004. Sumber data yang telah diperoleh kemudian dikaji, diklasifikasikan dan selanjutnya dibandingkan antara sumber yang satu dengan yang lainnya serta dianalisis data tersebut sehingga diperoleh data sejarah yang akurat yang dapat digunakan untuk menyusun cerita sejarah yang obyektif, menarik dan dapat dipertanggungjawabkan. D. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan cara teknik studi pustaka. Teknik studi pustaka adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis terutama berupa suart kabar dan juga buku-buku yang berhubungan dengan masalah penyelidikan. Dalam melakukan studi pustaka diperlukan pengetahuan tentang perpustakaan sebagai sumber literatur yang diperlukan dalam mencari userditeliti dari literatur yang tersedia materi yang berhubungan dengan commit masalahtoyang 31 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id (Hadari Nawawi, 1993 : 133). Studi pustaka merupakan sebuah penelitian di perpustakaan yang bertujuan mengumpulkan data dengan bantuan bermacammacam material yang terdapat di ruang perpustakaan, misalnya : buku, surat kabar, majalah dan dokumen. Data tersebut berfungsi sebagai wahana informasi terhadap materi yang akan dibahas dalam penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi maka peneliti juga bisa memanfaatkan internet dalam rangka studi pustaka untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan tema penelitian. Dalam penelitian historis, pengumpulan data dinamakan heuristik. Teknik pengumpulan digunakan untuk menemukan, menganalisis dan mengklarifikasi data. Dalam penelitian ini digunakan teknik kepustakaan atau studi pustaka. Menurut Koentjaraningrat (1986: 36), keuntungan dari studi pustaka ini ada empat hal, yaitu : 1. memperdalam kerangka teoritis yang digunakan sebagai landasan pemikiran, 2. memperdalam pengetahuan akan masalah yang diteliti, 3. mempertajam konsep yang digunakan sehingga mempermudah dalam perumusan, 4. menghindari terjadinya pengulangan suatu penelitian. E. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang dipergunakan adalah teknik analisis historis. Menurut Kuntowijoyo yang dikutip oleh Dudung Abdurrahman, 1999 : 64), interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut dengan juga analisis sejarah. Analisis sendiri berarti menguraikan, dan secara terminologis berbeda dengan sintesis yang berarti menyatukan. Analisis dan sintesis, dipandang sebagai metode-metode utama dalam interpretasi. Nugroho Notosusanto (1978 : 38) teknik analisis data historis adalah analisis data sejarah yang menggunakan kritik sumber sebagai metode untuk menilai sumber-sumber yang digunakan dalam penulisan sejarah. Menurut Berkhofer yang dikutip oleh Dudung Abdurrahman (1999 : 64), analisis sejarah bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta itu ke dalam suatu interpretasi yang menyeluruh. Analisis data dilakukan setelah to user pengumpulan data yang kemudiancommit dilanjutkan dengan proses perbandingan antara 32 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id data yang satu dengan yang lain. Langkah ini dilakukan secara berulang-ulang hingga didapatkan fakta sejarah yang akurat. Fakta merupakan bahan yang dijadikan sejarawan sebagai bahan untuk menyusun historiografi. Pengkajian fakta-fakta sejarah oleh sejarawan tidak terlepas dari unsur subyektifitas, sehingga diperlukan konsep-konsep dan teori-teori sebagai kriteria penyeleksi. Sidi Gazalba (1981 : 38) mendefinisikan fakta sebagai usaha pikiran manusia untuk merumuskan kenyataan itu sendiri dari bahan-bahan yang diwarisi. Menganalisis dari suatu peristiwa sejarah diperlukan adanya kritik ekstern dan kritik intern karena setiap peneliti cenderung memiliki unsur subjektifitas terutama dalam abstraksi fakta. Untuk mengurangi kecenderungan tersebut, seorang peneliti harus mempunyai kerangka teoritis dan metodologi yang kuat, sehingga fakta-fakta sejarah yang telah dianalisis akan menjadi suatu penelitian sejarah yang dapat diakui kebenarannya. F. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian adalah langkah-langkah penelitian dari awal yaitu persiapan memmbuat proposal sampai pada penulisan hasil penelitian. Empat tahap yang harus dipenuhi dalam melakukan penelitian yaitu; heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Prosedur penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Heuristik Jejak / Peristiwa Kritik Interpretasi Fakta Sejarah Sejarah commit to user Historiografi 33 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Keterangan : 1. Heuristik Heuristik berasal dari kata Yunani heurishein yang artinya memperoleh. Dalam pengertian yang lain, heuristik adalah kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lampau dengan cara mengumpulkan bahan-bahan tertulis, tercetak dan sumber lain yang relevan dengan penelitian. Pada tahap ini diusahakan mencari dan menemukan sumber-sumber tertulis berupa buku-buku yang relevan dan surat kabar. Dalam penelitian ini digunakan sumber data tertulis, baik primer maupun sekunder. Sumber tertulis primer berupa surat kabar seperti New York Times, BBC News, Al Jazeera, Solo Pos terbitan tahun 2011, Kompas terbitan tahun 2011, Republika terbitan tahun 2011 dan majalah News terbitan tahun 2011. Sedangkan sumber tertulis sekunder berupa buku seperti buku karangan David Akhmad Ricardo yang berjudul “Revolusi Mesir Revolusi Rakyat”, Nuraini Soyomukti, Muhammad Iqbal ”Pergolakan Politik Jazirah Arab Abad 21” terbitan 2011, Fareed Zakaria ”Masa Depan Kebebasan” terbitan 2002, Eisenstadt ”Revolusi dan Transformasi Masyarakat” terbitan 1987, Guillermo O’Donnell, Philippe C. Schmitter, Laurence Whitehead “Transformasi Menuju Demokrasi terbitan 1993, Gregorius Sahdan “Jalan Transisi Demokrasi” terbitan 2004. Selain itu juga dikumpulkan artikel-artikel surat kabar serta majalah terbitan 2011 tentang situasi Mesir pada saat terjadi revolusi. 2. Kritik Kritik adalah kegiatan untuk menyelidiki apakah data yang diperoleh autentik dan dapat dipercaya atau tidak. Setelah data yang terkumpul, diklasifikasikan data yang tidak autentik dan tidak mendukung penelitian dengan data yang autentik serta mendukung penelitian. Kritik dapat dilakukan dengan dua cara, yakni kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern adalah kritik terhadap autentisitas sumber, apakah sumber yang dikehendaki asli atau tidak, utuh atau turunan (salinan). Kritik ekstern to berdasarkan user dilakukan terhadap sumber yang commit diperoleh bentuk fisik atau luarnya 34 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id berupa bahan (kertas atau tinta) yang digunakan, jenis tulisan, gaya bahasa, hurufnya, dan segi penampilan yang lain. Uji keaslian sumber dilakukan dengan pertanyaan : kapan sumber dibuat?, di mana sumber dibuat?, siapa yang membuat?, dan dari bahan apa sumber dibuat?. Kritik ekstern dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melihat kapan sumber itu dibuat, di mana sumber itu dibuat, siapa pengarangnya dan bagaimana latar belakang pendidikan pengarang. Kritik intern adalah kritik yang berkaitan dengan isi pernyataan yang disampaikan oleh sejarawan. Kritik intern juga menyangkut apakah sumber tersebut dapat memberikan informasi yang dibutuhkan. Setelah sumber dinilai keasliannya, kemudian dilakukan kritik intern untuk dapat memastikan kebenaran isi sumber, yang dapat ditempuh dengan cara membandingkan sumber sejarah yang satu dengan sumber sejarah yang lain. Kebenaran isi dari sumber tersebut dapat dilihat dari isi pernyataan dan berita yang ditulis dari sumber yang satu dengan sumber yang lain. Kritik intern dalam penelitian ini dilaksanakan dengan studi komparatif berbagai sumber. 3. Interpretasi Menurut Nugroho Notosusanto (1978 : 40), interpretasi adalah suatu usaha menafsirkan dan menetapkan makna serta hubungan dari fakta-fakta yang ada, kemudian dilakukan perbandingan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain, sehingga terbentuk rangkaian yang selaras dan logis. Menurut Berkhofer yang dikutip oleh Dudung Abdurrahman (1999 : 64) bertujuan untuk melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta itu ke dalam suatu interpretasi yang menyeluruh, sehingga dapat dikatakan sebagai suatu bentuk analisa. Interpretasi yang dilakukan dalam penelitian adalah kegiatan dalam metode sejarah untuk menghubungkan antara fakta yang satu dengan yang lain, sehingga dapat diketahui mengenai keruntuhan rezim Hosni Mubarak yang diktator dan telah memerintah selam 30 tahun. Fakta-fakta tersebut kemudian ditafsirkan, diberi makna dan ditemukan arti yang sebenarnya, sehingga dapat dipahami makna sesuai dengan pemikiran yang relevan, logis dan berdasarkan commit to user 35 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id obyek penelitian yang dikaji. Dari kegiatan kritik sumber dan interpretasi tersebut dihasilkan fakta sejarah. 4. Historiografi Historigrafi merupakan langkah terakhir dari metode sejarah untuk menyampaikan fakta sejarah dalam bentuk penulisan sejarah berdasarkan bukti berupa sumber-sumber data sejarah yang dikumpulkan, dikritik, dan diinterpretasi. Historiografi dalam penelitian diwujudkan dalam bentuk karya ilmiah berupa skripsi yang berjudul “Runtuhnya Rezim Hosni Mubarak Tahun 2011 (Antara Diktatorisme dan Demokrasi di Mesir)” commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN A. Mesir 1. Sejarah Mesir Republik Arab Mesir (Jumhuriyah Misr al-‘Arabiyah), merupakan sebuah Negara yang sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika bagian Timur laut. Populasi penduduk Mesir berjumlah 81,015,887 jiwa pada thun 2011. Luas wilayahnya sekitar 1.001.450 km2. Mesir mencakup Semenanjung Sinai (dianggap sebagai bagian dari Asia Barat Daya), sedangkan sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika Utara. Mesir berbatasan dengan Libya di sebelah Barat, Sudan di Selatan, jalur Gaza dan Israel di Utara-Timur. Perbatasannya dengan perairan ialah melalui Laut Tengah di Utara dan Laut Merah di Timur. Sekitar 90 persen penduduknya memeluk agama Islam (Suni). Seluruh bangsa Semit yang mengitari Mesir menyebut Mesir dengan nama Misr, begitu pula dengan bangsa Asyiria. Sedangkan bangsa Aram menyebutnya Misrayin, dan bangsa Ibrani menyebut Mesir dengan nama Misrayem. Misr dalam bahasa Semit berarti batas. Bangsa-bangsa Semit yang terdiri dari bangsa-bangsa Asyiria, Aram, Ibrani dan Arab menyebut daerah yang berada di perbatasan sebagai Misr, dan menyebut orang-orangnya Misriyiin (orang-orang Mesir). Seperti kata Finish dalam bahasa Latin yang berarti juga batas. Sedangkan orang-orang Qibti menyebut Mesir di zaman dahulu dengan istilah Kemy, yang berarti hitam atau tanah yang hitam (Ensiklopedia Islam, 1993 : 225). Orang-orang Asyiria dalam peninggalan prasasti Venekia menyebut Mesir sebagai Hecobtah yang diambil dari sebutan orang-orang Mesir untuk ibukota Negara Mesir dahulu yaitu Menaf (Memphis) yang berarti “Bait (persemayaman) Roh Bietah”. Bietah adalah Tuhan Mesir yang menangani serta melindungi perindustrian di masa dahulu. Sementara orang Yunani menyebut Mesir dengan nama Egyptus yang didengar dan ambil dari orang-orang sebelumnya dari masa commit to user dahulu. Nama Egyptus ini disebut berulang-ulang dalam syair-syair pujangga 36 37 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id besar Yunani, Homerus. Sedangkan kata Qibty berasal dari dibuangnya tanda rafa’ dari Egyptus yaitu huruf “u-s (waw dan sin)” dan huruf pertama “E (alif)” : yang dianggap bangsa Arab sebagai huruf istihlak. Mayoritas penduduk Mesir tinggal di pinggir sungai Nil (sekitar 40.000 km2). Sungai Nil adalah salah satu dari dua sungai terpanjang di dunia, yang mengalir sepanjang 6.650 km atau 4.132 mil dan membelah Sembilan Negara yaitu Ethiopia, Zaire, Kenya, Uganda, Tanzania, dan Rwanda. Sungai Nil mempunyai arti penting dalam sejarah bangsa Mesir (terutama Mesir kuno). Sungai Nil mempunyai peranan yang sangat penting dalam peradaban, kehidupan dan sejarah bangsa Mesir sejak ribuan tahun yang lalu. Salah satu sumbangan dari sungai Nil adalah kemampuannya dalam menghasilkan tanah subur sebagai hasil sedimentasi di sepanjang daerah aliran sungainya. Dengan adanya tanah subur ini, penduduk Mesir mengembangkan pertanian hingga peradaban Mesir berkembang. Sungai Nil merupakan pusat peradaban Mesir sejak awal (Mesir Kuno). Dimulai dengan unifikasi Mesir Hulu dan Hilir sekitar tahun 3150 SM, peradaban Mesir selanjutnya berkembang selama kurang lebih tiga millennium. Sebagian besar daratan merupakan bagian dari gurun Sahara yang jarang dihuni. Mesir terkenal dengan peradaban kuno dan beberapa monument kuno termegah di dunia, misalnya Piramid Giza, Kuil Karnak dan Lembah Raja serta Kuil Ramses. Di Luxor, sebuah kota di wilayah selatan, terdapat artefak kuno yang mencakup sekitar 65 persen artefak kuno di seluruh dunia. Mesir diakui secara luas sebagai pusat budaya dan politik utama di wilayah Arab dan Timur Tengah (Ensiklopedia Islam, 1993 : 226). Sejak jaman kuno (4.000 tahun SM) Mesir telah mempunyai peradaban tinggi sehingga dengan potensi geografis dan budayanya. Peranan Mesir dalam sejarah perkembangan Islam dapat dilihat dalam berbagai bidang, antara lain bidang politik dan perluasan daerah Islam, bidang ilmu pengetahuan, pendidikan dan kebudayaan, dan bidang ekonomi perdagangan. Berikut ini adalah tabel data Negara Mesir : commit to user 38 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tabel 1. Data Negara Mesir Data Negara Mesir Nama Negara Republik Arab Mesir (Jumhuriyat Misr al-Arabiyah) Letak Geografis Mesir terletak di belahan utara benua Afrika, berbatasan dengan Laut tengah (utara), di antara Libya (barat) dan Jalur Gaza dan Laut Merah (timur), dan Sudan (selatan). Sebagian wilayah Mesir, yaitu Semenanjung Sinai, merupakan bagian dari benua Asia. Luas Area Total : 1.001.450 km persegi Daratan : 995.450 km persegi Perairan : 6.000 km persegi Ibukota Kairo Kepala Pemerintahan Presiden Bahasa Nasional Arab Inggris dan Perancis digunakan kaum terdidik Agama 90% Islam (mayoritas Sunni), 9% Koptik/Kristen Orthodox, 1% Kristen Jumlah Penduduk 81,015,887 (2011) dengan pertumbuhan penduduk rata-rata 1,75% pertahun) Etnis Suku Mayoritas Mesir, terdapat juga Berber, Nubian, Bedouin, Beja, Yunani, Armenia dan Eropa lainnya. Mata Uang Pound Mesir (US$.1= LE. 5,95) GNP EGP. 897 miliar atau USD. 152 miliar (2008) GDP LE. 1,38 Triliun atau USD. 233,8 milyar (2010/2011) GDP perkapita : USD. 6,200 (2010) Anggaran Belanja USD. 86,3 miliar (2011) Jumlah Tenaga Kerja 26,2 juta (2011), pengangguran 9.7% Hutang Luar Negeri USD. 34 miliar (September 2010) Hutang Dalam negeri USD. 157,8 miliar (September 2010) Cadangan Devisa USD. 28 miliar (April 2011) (Sumber : KBRI Cairo, 2011 : 5-7) Jasa terpenting yang disumbangkan Mesir bagi kemajuan umat Islam adalah hasil kegiatannya dalam bidang pengetahuan, pendidikan, dan kebudayaan. Sejak masa pemerintahan dinasti Fatimah, Mesir, khususnya Kairo telah menjadi commitilmiah to userdunia Islam. Pendirian universitas pusat intelektual muslim dan kegiatan perpustakaan.uns.ac.id 39 digilib.uns.ac.id Al-Azhar, sebagai universitas tertua di dunia, oleh Jauhar Al-Katib Al-As-Siqili pada tanggal 7 Ramadhan 361 (22 Juni 972) menjadikan peran penting dalam peradaban Islam. Pada masa selanjutnya, selama berabad-abad universitas AlAzhar menjadi pusat pendidikan Islam dan tempat pertemuan puluhan ribu mahasiswa muslim yang datang dari seluruh dunia. Tumbuhnya Mesir sebagai pusat ilmu keislaman didukung oleh para penguasanya yang sepanjang sejarah menaruh minat besar terhadap ilmu pengetahuan. Seorang khalifah dari dinasti Fatimah, Al-Hakim (996-1021), mendirikan Darul Hikmah, yaitu pusat pengajaran ilmu kedokteran dan ilmu astronomi. Pada masa inilah muncul Ibnu Yunus (348-399 H/958-1009 M), seorang astronom besar dan Ibnu Haitam (354-430 H/965-1039 M), seorang tokoh fisika dan optik. Pada zaman modern, terutama dengan ekspansi Napoleon ke Mesir (1798), Muhammad Ali bertekad untuk mengadakan alih ilmu pengetahuan dan teknologi dari Barat ke dunia Islam melalui Mesir. Muhammad Ali mengirim mahasiswa untuk belajar ke Perancis. Setelah kembali ke Mesir, mereka menjadi guru di berbagai universitas, terutama di universitas Al-Azhar. Dengan demikian menyebarlah ilmu-ilmu ke berbagai daerah Islam (Ensiklopedia Islam, 1993 : 228). Islam masuk ke daerah Mesir pada masa khalifah Umar bin Khattab, ketika Umar memerintahkan Amr bin As membawa pasukan tentara Islam untuk mendudukinya. Setelah menduduki Mesir, Amr bin As menjadi amir (gubernur) pada tahun 632-660 dan menjadikan kota Fustat (dekat Kairo) sebagai ibu kotanya. Pada masa selanjutnya, yang memerintah Mesir berturut-turut adalah dinasti Umayyah dan Abbasiyah, dinasti Tulun (868-905), dinasti Ikhsyd (935969), dinasti Fatimah (909-1171), dinasti Ayubiyah (1174-1250) yang ditandai dengan perang Salib (1096-1273), dan dinasti Mamluk (1250-1517). Pada masa selanjutnya Mesir menjadi bagian dari Kerajaan Turki Ottoman. Abad modern (1805-1917) dimulai dengan pemerintahan Muhammad Ali Pasya ketika Napoleon mendarat di daerah Mesir. Muhammad Ali Paya digantikan oleh putranya, Said Pasya (memerintah 1854-1863), dan kemudian digantikan oleh commit to user 40 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id sepupu Said Pasya, yaitu Ismail Pasya (1863-1979) (Ensiklopedia Islam, 1993 : 229). Kekayaan Mesir selalu mengundang bangsa asing untuk datang dan mengeksploitasi kekayaannya. Penduduk Mesir juga selalu dipandang sebagai kekuatan politik yang menentukan dalam pecaturan dunia. Mesir pernah berada di bawah imperium Romawi, khalifah Islam, pernah dijajah Inggris, dan hingga sekarang masih menjadi pusat pergolakan pemikiran sosial politik dan keagamaan, serta politik yang juga tidak lepas dari intervensi luar. Selain itu juga terjadi perubahan sistem politik secara kontinyu. 2. Sejarah Politik Mesir Modern Negara Mesir dibentuk menjadi sebuah Negara Republik semi presidensial pada tanggal 18 Juni 1953. Kekuasaan di Mesir diatur dengan sistem semi presidensial multipartai. Dasar Negara dengan menggunakan Sistem Undangundang yang berbasis pada undang-undang Inggris, Hukum Islam, dan undangundang Napoleon judicial review oleh Pengadilan Tertinggi dan Dewan Negara (mengawasi pelaksanaan pemerintahan serta kebijakan-kebijakan pemerintah). Secara eksekutif kekuasaan tertinggi berada di tangan presiden sebagai kepala Negara dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan yang dipilih untuk masa jabatan 6 tahun. Calon presiden harus dinominasikan oleh paling sedikit dua pertiga anggota badan legislatif. Selain itu juga harus memperoleh mayoritas suara pemilih. Presiden menunjuk seorang atau lebih wakil presiden. Presiden juga memilih anggota kabinet, membubarkannya dan membentuk kabinet baru. Kekuasaan legislatif berada di tangan Majelis Rakyat, sebuah lembaga unikameral. Lembaga Majelis Rakyat terdiri atas 458 anggota yang dipilih untuk masa jabatan lima tahun. Rakyat memilih 448 anggota, dan presiden menunjuk 10 orang anggota (Ensiklopedia Nasional Indonesia, 2004 : 280). Dalam bidang yudikatif, hakim diseleksi oleh menteri kehakiman dan perlu disetujui presiden. Pada tahun 1956, Mesir menjadi negara Arab pertama yang menghapus pengadilan Islam dan mahkamah keagamaan lainnya, sedangkan commit user di kebanyakan negara Islam yang lain,tomahkamah agamalah yang mengatur 41 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id masalah seperti perkawinan, perceraian, dan warisan. Mahkamah tertinggi disebut Mahkamah Konstitusional Agung. Pemerintahan lokal Mesir terbagi atas 20 provinsi. Setiap provinsi diperintah seorang gubernur yang ditunjuk oleh presiden yang dibantu sebuah dewan. Partai politik meliputi Partai Demokrasi Nasional (terkuat), Partai Buruh Sosialis, dan Partai Independen. Semua penduduk yang berusia 18 tahun ke atas diwajibkan Undang-Undang untuk memberikan suara, jika tidak akan dihukum (Ensiklopedia Nasional Indonesia, 2004 : 281). Berikut adalah daftar partai politik yang ada di Mesir : Tabel 2. Daftar Partai Politik Mesir Nama Partai Ketua Didirikan Tahun Muhamad Hosni Mubarak 1978 Mr. Khaled Mohyidin 1977 Mr. Mostafa Kamel Murad 1977 Mr. Ibrahim Shoukry 1978 Mr. Mohammad Fouad Seraguldin 1983 Partai Sosial Arab Mesir Mr. Gamal Eldin Rabie Youssef 1985 Partai Al-Ghad (El Ghad) Mr. Moussa Moustafa Moussa - Partai Rakyat Mesir Baru Dr. Gen. Abdul Moneim El-Aasar 1990 Mr. Mohammad Abdul 'Aal 1993 Partai Persatuan Demokrasi Mr. Ibrahim Abdul Moneim Tork 1990 Partai Pemuda Mesir (Young Mr. Gamal Rabie 1990 Dr. Usama Mohammad Shaltout 1992 Partai Solidaritas (El-Takaful) Mr. Anwar Afifi 1995 Partai Al-Ummah (The Nation) Mr. Ahmad Al-Sabahi Awad 1983 Partai Demokrasi Nasional Partai Persatuan Pembangunan Nasional Partai Sosialis Liberal Partai Buruh Sosial The Neo Wafd (Wafd Baru) Partai Keadilan Sosial Egypt) Partai Rakyat Demokrasi Allah Partai Nasr Mr. Diaa El-Din Daoud 1992 (Sumber : KBRI Cairo, 2011 : 13-15) Mesir modern lahir setelah berhasil meninggalkan era kerajaan, ketika para pemimpin yang berfikir modern berusaha membangun Mesir dengan landasan-landasan baru. Modernisasi memang dibawa oleh penjajah. Secara politik, pemerintahan baru disusun dan diimplementasikan dalam sebuah konstitusi pada tahun 1923 ketika Mesir menganut sistem parlemen. Seusai Perang Dunia I pada November 1918, ditoMesir commit user muncul pemimpin yang bernama 42 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Saad Zaghlul, yang berjuang menuntut kemerdekaan Mesir dari Inggris. Kemudian Inggris menangkap Saad Zaghlul dan mengasingkannya, sehingga membangkitkan kemarahan rakyat Mesir. Maka pada tanggal 9 Maret 1919 terjadilah revolusi besar menentang Inggris di Kairo dan seluruh penjuru Mesir yang menyebabkan Inggris terpaksa merubah kebijakan politiknya terhadap Mesir serta membebaskan Saad Zaghlul. Perjuangan ini digerakkan oleh organisasi politik yang bernama Al-Wafd Al-Misr (Utusan Mesir). Di bawah pimpinan Saad Zaghlul, Al-Wafd menuntut kebebasan dan pemerintahan sendiri di Mesir. Untuk meredam tuntutan Wafd, Februari 1922 Inggris memproklamirkan Mesir sebagai Negara Monarki Konstitusional. Mesir dapat bebas mengelola negara, dangan ketentuan Inggris masih menguasai empat masalah, yaitu masalah Sudan, keamanan Mesir dari intervensi asing, pengawasan Terusan Suez, dan penjamin kepentingan asing dan minoritas. Saad Zaghlul adalah orang pertama kali yang dipilih sebagai perdana menteri. Saad Zaghlul meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 1927 (M. Hamdan Basyar, 1988 : 85). Pada tahun 1936, perjanjian Inggris-Mesir ditandatangani. Ketidakstabilan politik terus menerus berlanjut karena Inggris terus menanamkan pengaruhnya dan ingin terlibat dalam politik. Perang Arab-Israel pada tahun 1948 dipicu oleh konflik ketika muncul keputusan PBB pada tahun 1947 yang membagi wilayah Mandat Inggris atas Palestina. Dalam pembagian tersebut, Yahudi Israel mendapat 55 persen dari seluruh wilayah tanah meskipun hanya merupakan 30 persen dari seluruh penduduk di Palestina. Sedangkan kota Yerussalem yang dianggap suci, tidak hanya oleh orang Yahudi tetapi juga orang Muslim dan Kristen, akan dijadikan kota internasional. Keputusan tersebut ditentang keras oleh negara-negara Timur Tengah lain dan banyak dari negeri Muslim. Israel diproklamasikan pada tanggal 14 Mei 1948 dan sehari kemudian diserang oleh tentara dari Libanon, Suriah, Yordania, Mesir, Irak, dan negara Arab lainnya, namun Israel dapat memenangkan peperangan ini dan justru merebut kurang lebih 70 persen dari luas total wilayah daerah mandate PBB, Britania Raya, Palestina. Perang ini menyebabkan banyak kaum Palestina mengungsi dari Israel, tetapi commit to user 43 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id banyak juga kaum Yahudi yang diusir dari negara-negara Arab lainnya (Muhamad Iqbal, Nuraini Soyomukti, 2011 : 126). Pada tahun 1952, terjadi kudeta militer yang dikenal dengan Revolusi 1952. Revolusi ini digerakkan oleh sebagian perwira dengan membentuk kelompok yang bernama Dhubbath Al-Ahrar (Dewan Jenderal) di bawah pimpinan Gamal Abdel Nasser untuk merubah dan memperbaiki kondisi di Mesir. Tanggal 23 Juli 1952 pasukan Dhubbath Al-Ahrar bergerak menguasai pusatpusat pemerintahan dan sarana-sarana vital yang lain, serta mengepung istana Abdeen. Kemudian mengeluarkan siaran radio yang mengumumkan pengambilalihan kekuasaan di Mesir. Pada saat itu Mesir diperintah oleh Raja Farouk yang naik tahta sejak 1936. Raja Farouk dipaksa menyerahkan kekuasaan kepada anaknya, Fuad II. Namun karena Fuad belum cukup dewasa, maka pemerintahan diserahkan kepada junta (dewan pemerintahan) yang dibentuk oleh Dhubbath Al-Ahrar, dan mengumumkan berdirinya sistem negara republik pada tanggal 18 Juni 1953, dan jenderal Muhammad Naguib terpilih sebagai presiden pertama sampai tahun 1954. Empat hari setelah kudeta, Dhubbath Al-Ahrar mengganti namanya menjadi RCC (Revolution Command Council) (Agus R. Rahman, 2001 : 63). Pada masa pemerintahan Naguib, terjadi berbagai kebijakan yang kurang popular. Pertama, Naguib menyatakan pada bulan Desember 1952 bahwa konstitusi Mesir tahun 1923 tidak berlaku. Kedua, pada bulan Januari tahun 1953, Naguib melarang semua partai politik di Mesir. Ketiga, Naguib menghapus sistem monarki Mesir pada tanggal 18 Juni 1953. Keempat, sebagai akibat penghapusan sistem monarki, perdana menteri Mohammad Naguib memproklamasikan Mesir sebagai Negara republik yang mendudukkan Naguib sebagai presiden atau kepala Negara sekaligus sebagai perdana menteri atau kepala pemerintahannya, sedangkan Nasser menjabat sebagai deputi perdana menteri dan menteri dalam negeri. Rezim militer Mesir yang berpusat pada dwi-tunggal Naguib dan Nasser memperlihatkan tanda-tanda pertarungan kekuasaan di antara keduanya. Tanda-tanda pertarungan kekuasaan tersebut terlihat ketika bulan Februari commit to user 1954 ketika RCC memaksa Naguib untuk mengundurkan diri dengan suka rela 44 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dari dunia politik Mesir. Tekanan ini berkahir pada bulan April 1954 ketika naguib diangkat sebagai presiden dan posisinya sebagai perdana menteri digantikan oleh Nasser. Perdana menteri Gamal Abdel Nasser memasukkan sebagian besar perwira-perwira mantan Dhubbath Al-Ahrar ke dalam kabinetnya. Pada bulan November 1954 pertarungan politik tersebut dimenangkan oleh Nasser ketika jabatan presiden Mesir yang dipegang Naguib sejak Juni 1953 itu, harus diserahkan kepada Nasser atas desakan RCC. Muhammad Naguib akhirnya mundur dari jabatannya setelah diturunkan melalui gerakan yang dilakukan oleh Gamal Abdel Nasser pada tahun 1954 (Agus R. Rahman, 2001 : 64). Reformasi politik domestik yang dilakukan Nasser adalah dengan mengeluarkan konstitusi baru yang kemudian disetujui oleh rakyat melalui referendum nasional yang diadakan pada tanggal 23 Juni 1956. Selain itu, Nasser fjuga melakukan reformasi ekonomi dengan menjalankan retribusi tanah, promosi pembangunan diberlakukannya industri dan konstitusi perluasan Mesir tahun kesejahteraan 1956 tersebut, sosial. maka Dengan Nasser membubarkan RCC pada bulan Juli 1956. Walaupun RCC sudah dibubarkan, Mesir tetap diperintah oleh rezim militer di bawah kepemimpinan tunggal Nasser yang sah karena terpilih dari suara rakyat Mesir sendiri, walaupun hanya melalui referendum setelah diputuskan sebelumnya oleh kongres partai yang dibentuknya yaitu ASU (Arab Socialist Union). Dengan ketiadaan partai politik yang lain, kelompok militer merupakan aktor tunggal dalam perpolitikan di Mesir di bawah kepemimpinan Nasser. Presiden Gamal Abdel nasser mendapat prestise yang luar biasa di dalam maupun di luar negeri. Di dalam negeri, Nasser dikukuhkan sebagai bapak pendiri Mesir Modern. Sebagai akibat ketiadaan pendukung politik utamanya ketika RCC dibubarkan, Nasser membentuk ASU sebagai satu-satunya partai politik yang diakui pemerintah. Pembentukan ASU dimaksudkan untuk menggiring seluruh komponen masyarakat Mesir baik pelaku ekonomi, politik dan sosial ke dalam satu barisan front nasional yang dinamakan ASU. Dengan demikian ASU digunakan sebagai alat politik presiden Nasser untuk menjalankan kebijakannya commit to akan user dieksperimenkan kepada bangsa terutama pengawalan arah demokrasi yang perpustakaan.uns.ac.id 45 digilib.uns.ac.id Mesir. Sementara itu, prestise luar negerinya dicapai berkaitan dengan dunia Arab dan non dunia Arab (Agus R. Rahman, 2001 : 66). Dalam dunia Arab, Mesir di bawah pimpinan Nasser berhasil membangun kembali semangat dunia Islam terhadap Israel. Sejak terpilih sebagai presiden pada tahun 1956, Nasser membangkitkan nasionalisme Arab dan Pan-Arabisme, menasionalisasi Terusan Suez. Perang Suez menghadapkan Mesir pada Perancis, Inggris, dan Israel yang memiliki kepentingan terhadap Terusan Suez. Krisis ini berakhir dengan keputusan dunia internasional yang menguntungkan Mesir serta Terusan Suez resmi berada dalam kedaulatan Mesir. Kemudian Gamal Abdel Nasser mengadakan proyek insfrastruktur besar-besaran diantaranya adalah proyek pembangunan bendungan Aswan dengan bantuan Uni Soviet. Gamal Abdel Nasser menjadi pahlawan Arab dengan keberaniannya, sehingga meskipun pada perang melawan Israel pada tahun 1967 Mesir kalah dan Nasser ingin mengundurkan diri dan ingin mundur dari dunia politik, namun rakyat Mesir menolaknya. Gamal Abdel Nasser kembali memimpin Mesir dalam peperangan 1969-1970. Dalam konteks non dunia Arab, Nasser merupakan salah satu tokoh pencetus, pendiri dan pembangun gerakan non blok (Muhamad Iqbal, Nuraini Soyomukti, 2011 : 127). Individu atau kelompok di Mesir diwajibkan mendukung mobilisasi massa ke dalam ASU. Jika individu atau kelompok tidak mendukungnya, maka individu atau kelompok tersebut akan mendapat tekanan politik dari penguasa militer Mesir. Salah satu kelompok yang menolak model mobilisasi ASU adalah persaudaraan Islam Ikhwanul Muslimin, sehingga Ikwanul Muslimin menjadi target tekanan politik selama pemerintahan Nasser. Ikhwanul Muslimin dianggap sebagai satu elemen yang tidak mendukung model rezim militer yang dieksperimenkan kepada Mesir. Ketika hubungan dengan Ikhwanul Muslimin memburuk, pemerintah dan Ikhwanul Muslimin terlibat dalam peperangan sporadis yang dalam beberapa kesempatan menjadi tindak kekerasan. Nasser dan para menterinya menjadi sasaran usaha pembunuhan yang oleh pemerinah dituduhkan kepada Ikhwanul Muslimin dan mengakibatkan terjadinya commit to userIkhwanul Muslimin. Pada tahun penahanan massal serta penindasan terhadap perpustakaan.uns.ac.id 46 digilib.uns.ac.id 1966, Nasser bertindak tegas untuk mencabut Ikhwanul Muslimin sampai ke bawah, menghukum mati Sayyid Qutb, ideolog utama Ikhwanul Muslimin saat itu, serta tokoh-tokoh lain, menahan dan memenjarakan ribuan orang, dan mengejar anggota-anggota lain sampai bersembunyi di perasingan. Menjelang akhir periode Nasser, Negara telah membelenggu lembaga keagamaan dan membungkam oposisi Islam, bahkan semua oposisi yang lain (John L. Esposito, John O. Voll, 1999 : 234). Gamal Abdel Nasser adalah seorang pemimpin Mesir yang paling terkenal sampai sekarang, karena Nasser adalah orang yang secara nyata melawan pendudukan penjajah asing dari Mesir, termasuk dari Terusan Suez. Perang Suez pada tahun 1956 merupakan peristiwa bersejarah yang menandai perlawanan Mesir di bawah Nasser dalam melawan penjajahan asing. Nasser juga merupakan salah seorang negarawan Arab yang paling terkemuka dalam sejarah. Gamal Abdel Nasser dilahirkan di Iskandariyah (Alexandria) dan aktif dalam gerakan Mesir menentang penjajah dan kekuasaan asing ketika kuliah di Akademi Militer. Ketika terlibat dalam Perang Kemerdekaan melawan Israel pada tahun 1948, Nasser berpangkat Mayor. Karakter dan politik Mesir kontemporer sebagian besar dipengaruhi oleh revolusi tahun 1952 dan pemerintahan Gamal Abdel Nasser dari tahun 1952 hingga tahun 1971. Nasser mendefinisikan kembali hakikat nasionalisme Mesir dan mempromosikan nasionalisme dan sosialisme Arab baik di dalam maupun di luar negeri. Nasser menciptakan suatu Negara keamanan yang otoriter dan memproyeksikan dirinya sebagai seorang pemimpin regional dan dunia. Meskipun Nasser dan revolusi pada awalnya mendapatkan dukungan dari Ikhwanul Muslimin, setelah revolusi Ikhwanul Muslimin menentang Nasser serelah terbukti bahwa Nasser tidak berniat mendirikan Negara Islam, tetapi mempromosikan nasionalisme dan sosialisme Arab sekuler. Gamal Abdel Nasser meninggal akibat penyakit jantung dua minggu setelah peperangan usai pada 28 September 1970 (John L. Esposito, John O. Voll, 1999 : 235). Gamal Abdel Nasser digantikan oleh Muhammad Anwar As-Sadat sebagai commit to userjenderal militer yang lahir di Mit presiden Mesir. Anwar Sadat adalah seorang perpustakaan.uns.ac.id 47 digilib.uns.ac.id Abu al-Kum, Al-Minufiyah, Mesir pada tanggal 25 Desember 1918. Latar belakang keluarganya yang juga percampuran darah dengan Sudan, kondisinya miskin dan memiliki saudara sejumlah 12 orang. Pada 1938, Sadat lulus dari akademi militer kerajaan di Kairo dan kemudian ditugaskan di Korps Isyarat. Sebagai tentara yang bergabung dengan ‘Gerakan Perwira Bebas’, Sadat juga terlibat dalam perjuangan untuk membebaskan Mesir dari penjajahan Inggris. Sadat sempat dipenjara Inggris karena perjuangannya. Sadat juga terlibat dalam kudeta menggulingkan Raja Farouk pada tahun 1952, tugasnya antara lain mengambil alih jaringan radio dan mengumumkan pecahnya revolusi kepada rakyat Mesir. Pada tahun 1964, Presiden Gamal Abdel Nasser menunjuknya sebagai wakil presiden, yang dijabat sampai tahun 1966, dan berulang pada tahun 19691970. Setelah Nasser meninggal, Anwar Sadat dilantik menjadi presiden. Di bawah pimpinan Sadat, Mesir menjadi negara yang sangat diandalkan oleh kaum Muslim untuk memperjuangkan Palestina dan melawan Israel. Perang dengan Israel yang paling terkenal terjadi pada tahun 1973. Perang dimulai pada tanggal 6 Oktober 1973 bersamaan dengan hari raya Yahudi (Yom Kippur) yang juga bertepatan dengan bulan Ramadhan. Perang terjadi ketika Mesir bersama Suriah menyerbu Israel secara tiba-tiba dengan jumlah tentara yang banyak. Perang ini dikenal dengan nama “Perang Enam Hari” (Muhamad Muhamad Iqbal, Nuraini Soyomukti, 2011 : 128). Sadat berusaha membentuk identitas dan legitimasi politiknya sendiri, memanfaatkan Islam untuk meningkatkan legitimasinya, dan mengerahkan dukungan rakyat. Sadat memanfaatkan lembaga keagamaan yang didukung Negara dan membantu pertumbuhan kembali gerakan Islam, suatu langkah yang mendorong upaya penegasan kembali Islam politis, bangkitnya Ikhwanul Muslimin yang telah direhabilitasi namanya, serta tumbuh dan berkembang organisasi-organisasi Islam yang lebih militan. Sadat banyak menggunakan lambing-lambang dan retorika Islam. Sadat menyebut dirinya sebagai presiden Mukmin yang secara teratur difoto ketika sedang melaksanakan sholat Jumat, commit todalam user skala yang belum pernah ada mendorong pembangunan masjid-masjid perpustakaan.uns.ac.id 48 digilib.uns.ac.id sebelumnya, melancarakan dan melegitimasi perang Mesir-Israel tahun 1973 sebagai jihad, membebaskan anggota-anggota Ikhwanul Muslimin dari penjara dan mengizinkan mereka untuk menjalankan fungsi mereka dalam kehidupan masyarakat, dan mendukung dibentuknya organisasi-organisasi mahasiswa Islam di kampus-kampus untuk membendung pengaruh Nasseris dan kelompok kiri. Selain itu, Sadat juga membentuk partai Demokrat Nasional (NDP) pada bulan Juli 1978 sebagai alat dukungan politiknya dalam perpolitikan Mesir yang mendudukkan dirinya sebagai ketua NDP. Untuk menghindari persaingan yang tidak diperlukan sebagai alat politiknya, Sadat mengakhiri status konstitusional ASU pada tahun 1979. Dengan demikian, presiden Sadat berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menghapus jejak-jejak politik otoritarianis dari presiden Mesir yang terdahulu. Akan tetapi kedua partai tersebut menunjukkan hal yang sama, yaitu sama-sama digunakan sebagai alat politik bagi presiden Mesir untuk mengendalikan posisi kekuasaan kelompok militer terutama untuk menguasai proses politik di Mesir (Agus R. Rahman, 2001 : 69). Dalam perang enam hari, Mesir kalah walaupun jumlah tentaranya lebih banyak, dan dibantu Uni Soviet. Pada saat terjadi perang juga terjadi krisis energi karena Raja Arab Saudi, Faisal bin Abdul Aziz, melakukan pembatasan produksi minyak. Krisis energi muncul dan negara-negara industri kesulitan karena harga minyak dunia menjadi tinggi. Dua minggu setelah perang dimulai, dewan keamanan PBB mengadakan rapat dan mengeluarkan resolusi 339 serta gencata senjata, dan mencegah kekalahan total Mesir. Dalam perang enam hari diketahui bahwa pihak Mesir dan Suriah 35.000 tentaranya tewas, lebih dari 15.000 cedera, dan 8.300 tentara ditawan. Angkatan Udara Mesir kehilangan 235 pesawat tempur dan Suriah 135 pesawat. Meskipun kalah dalam perang, namun Mesir memperoleh kemenangan dalam pandangan internasional (Muhamad Muhamad Iqbal, Nuraini Soyomukti, 2011 : 128). Di dalam perjanjian Camp David 1978, Israel berjanji akan mengundurkan diri sampai ke perbatasan Internasional dan seluruh daerah Sinai menjadi daerah demilitarisasi dan diserahkan kepada Mesir. Perdamaian ditandatangani oleh to user Perdana Menteri Israel Menachemcommit Begin dan Anwar Sadat. Presiden Mesir Anwar perpustakaan.uns.ac.id 49 digilib.uns.ac.id Sadat dan Presiden Amerika Jimmy Carter bersama-sama mendapat penghargaan Nobel untuk perdamaian. Tetapi akibat perjanjian ini, Anwar Sadat mendapat tekanan dari dalam negeri khususnya dari kelompok fundamentalis Islam dan para pelajar Mesir yang menganggap Anwar Sadat melakukan penghianatan sehingga menyebabkan Anwar Sadat mengambil tindakan represif terhadap kelompok fundamentalis. Tindakan represif yang dilakukan terlalu berlebihan dan oleh banyak kalangan dianggap melanggar hak asasi manusia (HAM). Otoriterisme Sadat semakin kuat dan penindasan terhadap penentangnya semakin luas termasuk para pengkritik kebijakan-kebijakan dalam negeri maupun luar negeri, dari kaum sekuler maupun kaum agama. Tindakan keras Anwar Sadat ini mencapai puncaknya pada tahun 1981 ketika Sadat memenjarakan lebih dari 1.500 orang dari berbagai lapisan masyarakat, aktivis Islam, pengacara, dokter, wartawan, profesor universitas, penentang politik, dan mantan menteri pemerintah. Penahanan-penahanan tersebut menyebabkan perlawanan Islam yang semakin radikal, sampai akhirnya berpuncak pada pembunuhan Anwar Sadat pada tanggal 3 Oktober 1981 oleh anggota Jamaah Al-Jihad ketika parade militer memperingati perang Yom Kippur. Sejak saat itu, Mesir diperintah oleh Hosni Mubarak yang merupakan presiden keempat Republik Arab Mesir (John L. Esposito, John O. Voll, 1999). Perpolitikan di Mesir pada masa modern tidak dapat dilepaskan dari peran Amerika Serikat, bahkan sampai saat ini. Amerika memiliki pengaruh yang besar di negara-negara Islam. Pada saat Amerika bermusuhan dengan Uni Soviet, Amerika merayu Negara-negara Islam di Timur Tengah untuk masuk ke dalam kubunya. Mesir merupakan salah satu negara Islam yang masuk dalam pengaruh Amerika dan bisa dikatakan sebagai negara penghianat bagi Uni Soviet. Sadat yang menjadi presiden atas bantuan Uni Soviet harus berpaling ke Amerika untuk mendapatkan bantuan bagi perekonomian Mesir yang pada saat itu sedang lemah. Hampir dalam setiap kesempatan keberadaannya sangat berharga bagi Amerika. Pada Perang Teluk II, peran Mesir sangat menjanjikan bagi Amerika. Amerika dapat mengusir kekuasaan Irak dari Kwait karena bantuan dari commit userjarang diperlihatkan dalam setiap Mesir. Hubungan baik kedua negara ini to tidak perpustakaan.uns.ac.id 50 digilib.uns.ac.id menjalin hubungan, baik dalam hubungan politik, militer, maupun ekonomi. Dengan menggandeng Mesir dan Arab Saudi, Amerika seakan memiliki kekuatan yang cukup besar di Timur Tengah. Perjanjian Camp David yang ditandatangani oleh Mesir dan Israel menyebabkan terjadinya perubahan kondisi politik di kawasan Timur Tengah. Negara-negara Arab yang tidak menyetujui perjanjian tersebut memboikot dan memutuskan hubungannya dengan Mesir. Mesir yang mengharapkan bahwa dengan perjanjian damainya dengan Israel dapat menciptakan stabilitas politik di kawasan ini melalui kesediaan Israel untuk mengembalikan wilayah-wilayah Arab yang didudukinya, sampai saat ini belum terwujud (Diunduh dari situs www.lontar.ui.ac.id, pada tanggal 8 Mei 2012). Permasalahan yang dihadapi oleh Mesir untuk melanjutkan proses perdamaian khususnya setelah perjanjian tersebut adalah mengembalikan kepercayaan bangsa-bangsa di kawasan yang rawan konflik ini terhadap Mesir, di samping menjalin hubungan dengan negara-negara besar Iainnya seperti Amerika Serikat dan Uni Sovyet. Proses perdamaian yang tidak mengalami kemajuan khususnya selama tahun 1980 an, menuntut Mesir untuk lebih banyak mengarahkan politik Iuar negerinya ke negara-negara di kawasan Timur Tengah di samping tetap mempertahankan hubungan baiknya dengan Amerika. Sedangkan selama tahun 1990-an, Mesir aktif sebagai mediator dan fasilitator dengan terlibat Iangsung sebagai "Full Partner" dalam berbagai perundingan di tingkat bilateral dan multilateral. Amerika Serikat sebagai mitra Mesir masih mempunyai peran yang dominan dalam membantu kelangsungan proses perdamaian. Israel yang berkonflik dengan negara-negara Arab, kerap kali dapat mempengaruhi kebijaksanaan luar negeri AS terhadap Negara-negara di Timur Tengah yang cenderung merugikan Oleh karena itu, agar Mesir tetap berperan dalam proses perdamaian untuk mewujudkan stabilitas politik di Timur Tengah maka Mesir harus menggali potensi (ekonomi) dalam negeri sendiri disamping dari luar negeri kecuali AS, dan tetap menjaga hubungan baiknya dengan negaranegara tetangga. Amerika memang memiliki pengaruh yang besar dalam dunia to user di Mesir, namun kekuatan ini perpolitikan di Timur Tengah, commit salah satunya perpustakaan.uns.ac.id 51 digilib.uns.ac.id bukanlah jaminan untuk mempertahankan dirinya sebagai penguasa dunia karena di awal abad ke-21 Amerika harus berhadapan dengan berbagai gerakan radikal Islam, dimana benih-benih perlawanan mereka sudah tumbuh sejak perang dingin (Diunduh dari situs www.lontar.ui.ac.id, pada tanggal 8 Mei 2012). Salah satu gerakan Islam yang melakukan perlawanan adalah gerakan Ikhwanul Muslimin. Organisasi ini didirikan Syeikh Hasan Al-Banna di Kota Ismailiyah (sebuah Kota di penggir Terusan Suez), Maret 1928, beberapa bulan setelah ia lulus dari Darul Ulum. Darul Ulum adalah sebuah sekolah tinggi pendidikan guru di Kairo, dan Ismailiyah adalah kota dimana ia ditempatkan oleh Departemen Pendidikan Mesir untuk menjadi gru di sebuah SMP. Di dalam negeri, keberadaan Ikhwanul Muslimin dinilai sebagai ancaman pemerintah karena ajaran-ajarannya dianggap sebagai ajaran Islam fundamental. Tokoh-tokohnya sering mendapatkan tekanan-tekanan dan intimidasi dari pemerintah. Bahkan, pada suatu malam 12 Februari 1949, Al- Banna ditembak mati oleh seorang tak dikenal di depan gedung Syubban Al- Muslimien di Kairo. Tidak hanya itu sejumlah tokoh lainnya seperti, Sayyid Quthb, Yusuf Hawadi, dan Abdul Fattah Ismail dihukum gantung oleh rezim Gamal Abdul Nazer. Karena banyaknya tekanan dari pemerintah, tidak sedikit aktivis Ikhwanul Muslimin melarikan diri ke Eropa, Amerika, dan Afrika, yang kemudian membawa ajaran-ajarannya. Tindakan-tindakan pemerintah Mesir itu banyak yang menduga hasil rekayasa dan konspirasi Barat untuk melemahkan pergerakan Ikhwanul Muslimin yang sangat anti imperialisme. Penindasan Oktober 1954 terhadap tokoh-tokah Ikhwan oleh rezim Naser juga merupakan berkat dorongan AS dengan mengiming-imingi bantuan. Mesir yang pro Barat terlihat jelas ketika Mesir mengizinkan terusan Suez dikuasai bebas oleh tangan asing dan mengakui Israel sebagai negara baru di Timur Tengah. Ikhwanul Muslimin sebagai gerakan Islam tentunya menjadi sorotan dunia Barat, dan setiap pergerakannya selalu diawasi dan diantisipasi. Melaui pemerintah Mesir, akhir-akhir ini beberapa tuduhan dilancarkan kepada para tokoh Ikhwanul Muslimin guna mempersempit kesempatan anggota to user2005 Ikhwanul Muslimin berhasil Ikhwanul Muslimin dalam politik.commit Pada tahun 52 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id mengirim kandidatnya sebanyak 88 orang ke parlemen Mesir. Ini adalah gambaran bahwa kekuatan kelompok ini semakin besar dan bisa dikatakan sebagai peta kekuatan Islam timur tengah yang mulai bangkit. Atas fenomena ini pemerintahan Bush, sebagaimana dinukil oleh Surat Kabar Ad Dustour, akan menyuplai pemerintahan Mesir dengan dana sebesar 2 milyar pertahun guna meminimalisir kekuatan kelompok Islam ini. Pernyataan Bush itu diutarakan kepada Hesyam Qasem dan beberapa aktivis HAM Mesir lainnya di Gedung Putih pada akhir tahun 2007 (Diunduh dari situs www.lontar.ui.ac.id, pada tanggal 8 Mei 2012). B. Pemerintahan Mesir Masa Hosni Mubarak 1. Biografi Hosni Mubark Muhammad Hosni Said Mubarak, lahir di Kafr-El Meselha, Al Monufiyah pada tanggal 4 Mei 1928. Hosni Mubarak berasal dari keluarga sederhana, yaitu anak dari seorang pegawai biasa di Kementerian Kehakiman. Pada saat Mubarak masih anak-anak, Mubarak bercita-cita untuk menjadi seorang dai atau mubaligh. Dai dalam pengertian kontemporer adalah penceramah agama Islam yang mengajak umat berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran. Cita-cita untuk menjadi dai ditanamkan oleh ibu Mubarak, sedangkan ayah Mubarak menginginkan Mubarak untuk menjadi seorang pejuang pembela Mesir. Mubarak menyelesaikan pendidikan dasar sampai sekolah menengah di Shabin El-Koum. Sebelum masuk akademi militer. Mubarak menikah dengan Suzanne Mubarak dan mempunyai dua orang anak laki-laki yaitu Alaa dan Gamal. Mubarak membina karirnya melalui militer. Pada usia 21 tahun, Mubarak berhasil menyelesaikan pendidikan militer di Kairo dengan pangkat letnan dua pada tahun 1949, dan Mubarak mendapatkan gelar penghormatan Bachelor’s Degree karena pengetahuannya di dalam pendidikan militer. Bahkan wisuda Hosni Mubarak juga dihadiri oleh Raja Mesir pada saat itu Raja Farouk. Pada tahun 1950 Mubarak bergabung dengan Akademi Angkatan Udara dan kembali commit to user meraih gelar kehormatan Bachelor’s Degree untuk pengetahuian Avitation dan 53 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id mengajar di Akademi Angkatan Udara pada periode 1952-1959. Pada tahun 1964, Mubarak diangkat sebagai Kepala Delegasi Militer Mesir untuk USSR. Setelah bergabung di Akademi Militer FROUNZ di Uni Soviet, Mubarak menjadi Komandan Pangkalan Angkatan Udara Barat Kairo pada tahun 1964 dan menjabat sebagai direktur Akademi Angkatan Udara pada tahun 1968. Pada tahun 1969, Mubarak menjabat sebagai Kepala Staff Angkatan Udara dan Komandan Angkatan Udara serta Wakil Menteri Peperangan pada tahun 1972. Pada tahun 1974, Mubarak dipromosikan ke peringkat Letnan Jenderal. Berkat keberhasilan Komando Mubarak dalam perang Oktober 1973 melawan Israel, Mubarak menjadi anak emas bagi Presiden Anwar Sadat. Mubarak kemudian diangkat menjadi wakil Presiden Republik Arab Mesir pada tahun 1975 (Apriadi Tambukara, 2011 : 68). Pada tahun 1979, Mubarak menjabat sebagai Wakil Partai Demokratik Nasional (NDP). Mubarak menjabat sebagai presiden Mesir pada tahun 1981, menggantikan Anwar Sadat yang meninggal pada tanggal 6 Oktober 1981 akibat ditembak oleh kelompok radikal. Peristiwa tersebut terjadi pada saat Presiden Sadat, Wakil Presiden Mubarak dan para pembesar negara menyaksikan parade militer memperingati Hari Pahlawan pada tanggal 6 Oktober 1981 di depan Tugu “Jundul Majhul” (pahlawan tak dikenal) di Nasr City, Kairo. Presiden Anwar Sadat kemudian dimakamkan di Tugu Pahlawan tak dikenal tersebut. Dengan wafatnya Anwar Sadat, sidang darurat gabungan Majlis Al-Sya’ab (DPR) dan Majlis Al-Syuura (MPR) digelar untuk mengangkat Wakil Presiden Hosni Mubarak sebagai presiden Mesir. Hosni Mubarak tercatat sebagai presiden terlama dalam sejarah pemerintahan Republik Mesir. Sejak perubahan sistem pemerintahan dari kerajaan ke republik menyusul revolusi tahun 1952, Mesir telah memiliki empat presiden, yaitu Muhammad Naguib yang menjabat selama satu tahun (1953-1954), Gamal Abdel Nasser selama 16 tahun (1954-1970), Anwar Sadat selama 11 tahun (19701981), dan Hosni Mubarak selama 30 tahun (1981-2011). Sebelum menjadi republik, Mesir tercatat pernah memiliki kepala negara yang masa to user kepemimpinannya terlama, yaitucommit Mohamad Ali, yang dijuluki sebagai Bapak perpustakaan.uns.ac.id 54 digilib.uns.ac.id Pendiri Mesir Modern. Mohamad Ali memimpin Mesir selama lebih dari 40 tahun, yaitu dari 1805 samapi Ali wafat pada tahun 1848. Mubarak merupakan Presiden keempat untuk masa jabatan 30 tahun sejak menjabat pada tahun 1981. Sebagai presiden Mesir, Mubarak dianggap sebagai pemimpin yang paling berkuasa di wilayah mesir. Secara resmi, Presiden Republik Arab Mesir dipilih untuk jabatan Kepala Negara Mesir. Di bawah Konstitusi Mesir, seorang presiden juga menjabat Komandan tertinggi untuk Angkatan bersenjata dan kepala eksekutif pemerintahan Mesir. Sampai saat ini dalam Undang-undang tidak ada batasan konstitusional tentang berapa periode seorang dapat menjabat sebagai presiden (Apriadi Tambukara, 2011 : 69). Berikut ini adalah daftar politik dan jabatan Militer yang pernah dijabat oleh Hosni Mubarak : a. Menjabat sebagai Presiden Mesir untuk kelima kali (2005) b. Ketua G-15 (1998-2002) c. Terpilih sebagai Presiden untuk keempat kali (1999) d. Ketua Arab Summit sejak Juni (1996) e. Ketua OAU (organisasi persatuan Afrika) tahun 1993-1994 f. Terpilih sebagai Presiden untuk ketiga kali (1993) g. Ketua OAU (organisasi persatuan Afrika) tahun 1989-1990 h. Terpilih sebagai presiden untuk kedua kali (1987) i. Presiden Partai Nasional Demokratik (1982) j. Presiden Republik Arab Mesir (1981) k. Wakil Presiden Partai Demokratik Nasional (1979) l. Wakil Presiden Republik Arab Mesir (1975) m. Promosi jabatan Letnan Jenderal (1974) n. Komandan Angkatan Udara dan Wakil Menteri Pertahanan (1972) o. Kepala Staf Angkatan Udara (1969) p. Direktur Akademi Angkatan Udara (1968) q. Komandan Angkatan Udara Kairo Barat (1964) r. Bergabung dengan Frunze Military Academy, USSR (1964) commit to user 55 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id s. Lecturer di Akademi Angakatan Udara (1952-1959) (Diunduh dari situs http://www.bbc.co.uk/news/world-middle-east-16716089, pada tanggal 3 Maret 2011). 2. Mesir Masa Hosni Mubarak Mubarak tidak melakukan perubahan yang radikal sejak menggantikan Sadat sebagai presiden,. Dalam politik luar negeri, Mubarak tetap melanjutkan visi Anwar Sadat, yaitu menjadi kekuatan moderat di Timur Tengah. Status itulah yang membuat Mesir saat itu dikucilkan sesama negara Arab karena Mesir adalah negara Arab pertama yang berdamai dengan musuh Arab, Israel. Perjanjian damai dengan Israel itu merupakan warisan Sadat pada tahun 1979, yang akhirnya dilanjutkan Mubarak, namun akibat perjanjian itu membuat Mesir dikeluarkan dari Keanggotaan Liga Arab, dan markas Mesir pindah dari Kairo ke Tunisia. Mubarak meningkatkan hubungan dengan Saddam Hussein, pemimpin Irak yang sangat berpengaruh di Dunia Arab. Irak pada dekade 1980 an melawan Iran selama delapan tahun. Ketika Perang Iran-Irak berakhir, hubungan Mesir dan sesama negara Arab membaik. Bahkan pada tanggal 7 Agustus 1981 Saudi Arabia justru menawarkan rencana perdamaian yang salah satu pasalnya hampir sama dengan isi perjanjian Camp David, yaitu mengakui hak hidup dengan damai semua negara di Timur Tengah (Diunduh dari situs www.vivanews.com pada tanggal 21 Maret 2012). Legitimasi pemerintah presiden Mubarak memperlihatkan konteks yang berbeda dari kedua pendahulunya. Hal ini terutama disebabkan oleh identifikasinya terhadap demokrasi. Mubarak selalu menekankan bahwa pengenalan terhadap demokrasi merupakan urusan yang sulit dan hanya dapat dicapai dalam kurun waktu yang panjang. Demokrasi yang diinginkan Mubarak bersifat proporsioanl dengan kemampuan bangsa Mesir untuk menyerap nilai-nilai demokrasi. Hal ini jelas membutuhkan waktu yang lama untuk menerapkannya. Dengan demikian, penerapan praktek demokrasi pada masyarakat Mesir harus mengingat karakteristik perkembangan masyarakat Mesir yang berbeda dengan masyarakat di Negara-negara berkembang yang lain. Ketiga pemimpin Mesir commit to user perpustakaan.uns.ac.id 56 digilib.uns.ac.id tersebut sama-sama menggunakan kekuatan militer sebagai satu unsur yang utama dan membentuk pemerintahan (Agus R. Rahman, 2001 : 71). Keberhasilan terbesar politik luar negeri Mesir pada masa pemerintahan Mubarak terjadi pada 1984 saat Mesir diterima kembali menjadi anggota OKI, dan memulihkan hubungan diplomatik Mesir dengan Yordania pada September 1984 yang didahului pemulihan hubungan Mesir - PLO (Organisasi Pembebasan Palestina). Pada 1990, sekretariat Liga Arab pindah kembali ke Kairo, namun Mubarak tetap mempertahankan hubungan dengan Israel. Mesir di bawah Mubarak akhirnya menjadi kekuatan penting di Timur Tengah. Negara-negara Barat, seperti Amerika Serikat dan Inggris, mengandalkan rezim Mubarak untuk meredam radikalisme negara Arab lain menyangkut konflik Israel dan Palestina (Diunduh dari situs http://www.bbc.co.uk/news/world-middle-east- pada tanggal 21 Maret 2012). Hosni Mubarak memberlakukan hukum darurat militer selama memerintah Mesir, dan semua aktivitas politik dibatasi. Hosni Mubarak menjadi ketua partai NDP sejak tahun 1969, partai yang digunakan sebagai alat kekuasaan. Kekuasaan Hosni Mubarak selama hampir 30 tahun ditandai dengan penindasan politik yang dibenarkan sebagai harga diri sebuah kestabilan negara. Peran Hosni Mubarak dalam memerangi ekstremisme Islam telah membuat Hosni Mubarak dikenal di dunia Barat. Rezim presiden Mubarak merupakan rezim yang paling lama berkuasa di Mesir. Mubarak sudah empat kali memenangkan pemilihan presiden yang dimulai ketika Mubarak menggantikan posisi Anwar Sadat. Posisinya kemudian disahkan pada tahun 1987 (Nuraini Soyomukti, Muhammad Iqbal, 2011 : 47). Masa pemerintahan Mubarak diperpanjang ketika pada tahun 1993 Mubarak kembali mendapat dukungan dari rakyat Mesir. Pada tanggal 26 September 1999, Mubarak kembali mendapat dukungan rakyat mesir untuk kembali memimpin Mesir memasuki era millennium ketiga. Perpolitikan di Mesir masa Mubarak memperlihatkan stabilitas rezim partai pemerintah Partai Demokrasi Nasional (NDP). NDP berhasil mempertahankan posisi dominasi commitumum to user dalam dewan nasional sejak pemilihan tahun 1995. Dominasi NDP dalam perpustakaan.uns.ac.id 57 digilib.uns.ac.id perpolitikan di Mesir berkaitan dengan posisi ketua NDP selalu dipegang oleh Mubarak. Hal ini memperkuat fakta bahwa perpolitikan di Mesir selalu ditentukan oleh presidennya. Selain itu, rezim ini mendapat dukungan utama dari badanbadan Negara baik birokrasi maupun militernya pada semua tingkatan. Walaupun begitu, rezim ini bertugas mengarahkan praktek demokrasi dalam perpolitikan dengan tekanan pada pengendalian sipil terhadap militer (Apriadi Tambukara, 2011 : 71). Pemberian ruang kebebasan untuk membentuk partai politik baru telah dibuka sejak pemerintahan Sadat dan diteruskan oleh Mubarak, namun partisipasi sejumlah partai politik dalam dewan nasional baru muncul pada tahun 1984. Pada masa pemerintahn Mubarak, tiga partai politik baru mendapatkan legalisasi oleh pemerintah pada bulan April 1990. Ketiga partai politk yang baru adalah Green Party (GP), Democratic United Party (DUP), dan Young Egypt Party (YEP). Stabilitas rezim ini dapat digambarkan melalui enam karakteristik : a. Pemilihan Umum ditandai dengan praktek-praktek kecurangan. Dalam sejumlah kasus, terdapat intervensi birokrasi dan agen-agen dari partai pemerintah (NDP). b. Partai pemerintah NDP selalu berhasil memenangkan Pemilihan Umum dengan lebih dari dua per tiga suara nasional atau mayoritas. c. Tingkat keragaman dalam pemilihan umum diperlukan untuk membujuk rakyat Mesir dan dunia luar bahwa Mesir di bawah presiden Mubarak memperlihatkan pelaksanaan pemilihan yang bebas. d. Partai politik oposisi hanya mencapai sukses yang kecil dalam usahanya untuk menjamin bahwa pemilihan umum dilaksanakan dalam satu cara yang dianggapnya fair. e. NDP didukung oleh badan-badan Negara dari semua tingkatan. f. Bersamaan dengan lemahnya posisi kelompok oposisi, rezim penguasa mengembangkan suatu sistem pengelolaan dewan nasional untuk mengurangi kemungkinan tuntutan terhadap aturan ini Hal tersebut berbeda jika para pendukung rezim penguasa mengajukan suatu legislasi yang dicapai dengan lancar. Akan tetapi pemerintah Mubarak tetap commit to user 58 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id menghadapi kendala dari gerakan-gerakan fundamentalis Islam yang mendominasi agenda politik di Mesir (Agus R. Rahman, 2001 : 92-95). Partai-partai politik yang ada di Mesir lebih sebagai partai politik karbitan daripada sungguhan, yang mendorong kemunculannya yaitu lebih bersifat inisiatif perorangan daripada kepentingan nasional. Tugas serta faktor-faktor yang melatarbelakangi pembentukan partai-partai ini sudah tidak ada lagi. Sistem ini seharusnya juga tidak berlaku, menyusul tidak adanya tugas dan faktor-faktor yang melatarbelakanginya. Partai Wafd dibentuk oleh rakyat untuk menuntut kemerdekaan dengan jalan negosiasi. Kemudian dari partai itu berdirilah partai Ahrar Ad Dusturiyin karena adanya Perbedaan dalam cara dan gaya negosiasi. Negosiasi dengan cara, sistem, dan kaidah-kaidahnya itu telah selesai. .Partai Rakyat (Hizbusy Sya'b) terbentuk karena adanya aturan dan undangundang khusus. Undang-undang sebagai aturan dengan segala bentuk dan situasinya telah usai, maka misi pendirian partai itu pun berarti telah selesai. Berdirinya Partai Persatuan(Hizbul Ittihaad) dikarenakan adanya sikap dan kondisi khusus yang menyangkut pertikaian antar golongan dan partai. Kondisikoridisi seperti ini semuanya telah usai dan berkembanglah situasi-situasi baru yang menuntut adanya manhaj (sistem) dan kerja untuk merealisasikannya, Jadi adanya partai-partai ini sama sekali tidak punya arti. Tidak ada gunanya kembali ke masa lalu, sementara masa depan sangat mendesak kita untuk segera beramal dan meniti jalan dengan langkah secepat mungkin (Diunduh dari situs www.konspirasi.com, pada tanggal 6 Juni 2012). Pada tahun 2003, pemerintah membentuk Dewan Nasional Hak Asasi Manusia di Kairo dan dipimpin oleh mantan Sekretaris Jenderal PBB, Boutros Ghali yang bertanggung jawab langsung kepada presiden. Dewan tersebut dikritik keras oleh aktivis lokal yang berpendapat bahwa organisasi tersebut melemahkan kerja para aktivis di Mesir sebagai alat propaganda bagi pemerintah untuk alasan pelanggaran dan memberikan legitimasi hukum represif seperti undang-undang darurat (Apriadi Tambukara, 2011 : 73). Secara nominal kekuasaan mesir di bawah organisasi di bawah sistem commit to kekuasaan user semi presidensial dengan multi partai, dan dibagi antara presiden dan perpustakaan.uns.ac.id 59 digilib.uns.ac.id perdana menteri, namun pada praktiknya kekuasaan tunggal berada di tangan presiden Hosni Mubarak yang selalu terpilih dalam pemilu. Mesir menganut sistem multi partai dalam pemilihan parlemen. Pemilihan presiden tahun 2005 menunjukkan kemenangan Mubarak. Pada akhir Februari 2005, Mubarak mengumumkan pada saluran televisi bahwa Mubarak telah meminta dilakukannya reformasi terhadap undang-undang pemilihan presiden, yang mengisyaratkan kepada banyak pihak bahwa dalam pemilihan berikutnya sangat dimungkinkan calon presiden yang lebih banyak. Mubarak juga mengatakan ingin lebih membuka ruang demokrasi dan kebebasan. Tetapi undang-undang baru ternyata membatasi pencalonan, yang disusun untuk menjegal politisi yang namanya terkenal di Mesir, Ayman Nur. Pada tanggal 7 September 2005, untuk pertama kalinya diselenggarakan pemilihan umum kepresidenan yang diikuti oleh multi kandidat di Mesir. Dalam pemilu ini, Presiden Husni Mubarak yang berkuasa di Mesir sejak tahun 1981, dinyatakan menang dengan meraih suara 88,5 persen suara. Dengan demikian, presiden berusia 77 tahun itu berhak melanjutkan masa kekuasaannya di Mesir. Poin paling mencolok dalam pelaksanaan pemilu kepresidenan di Mesir baru-baru ini adalah rendahnya keikutsertaan rakyat. Persentase keikutsertaan warga Mesir dalam pemilu kepresidenan tersebut sangat rendah, yaitu hanya 23 persen menurut data resmi pemerintah atau 15-18 persen menurut data tidak resmi. Sambutan dingin rakyat Mesir terhadap pemilu ini telah menyebbakan kelompok oposisi mempertanyakan legalitas hasil pemilu tersebut. Memanasnya gelombang pro-reformasi membuat pemerintahan Husni Mubarak terpaksa menyetujui tuntutan kaum oposisi, antara lain mengubah UU pemilihan presiden. Berdasarkan pasal 76 UUD Mesir, pemilihan presiden dimulai dengan pencalonan kandidat oleh parlemen, dan kandidat yang diajukan parlemen inilah yang akan maju dalam referendum. Setelah dilakukan amandemen UUD pada musim semi tahun ini, presiden akan dipilih rakyat Mesir secara langsung melalui pemilihan umum. Amandemen ini disepakati oleh anggota parlemen Mesir dan disepakati juga bahwa untuk pemilu periode pertama, semua syarat yang to usersetiap pemimpin partai berhak ditetapkan itu akan diabaikancommit sehingga 60 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id mendaftarkan diri sebagai kandidat presiden (Diunduh dari situs www.konspirasi.com, pada tanggal 6 Juni 2012). Amandemen UUD Mesir ini kemudian diajukan ke dalam referendum tanggal 15 Juli namun referendum ini hanya diikuti oleh 10 persen warga yang memiliki hak pilih. Dalam proses ini, sempat terjadi bentrokan antara para pendukung Partai Nasional Demokratik yang berkuasa di Mesir dengan para oposan. Itulah sebabnya, partai-partai oposan menuntut agar dilakukan pengawasan internasional terhadap pelaksanaan pemilu kepresidenan. Namun, pemerintah mengabaikan tuntutan ini dan pemilu pertama di Mesir itu dilangsungkan tanpa ada pengawas internasional. Dalam pemilu ini diikutu oleh 3 partai kandidat yaitu Hosni Mubarak (National Democratic Party), Ayman Nour (Al-Ghad), dan Noaman Gooma (Wafd) yang merupakan dua saingan utama Husni Mubarak. Tempat pemungutan suara (TPS) yang disediakan sebanyak 9.865 untuk melayani sekitar 32 juta pemilih terdaftar. Pemberian suara dimulai pukul 08.00 dan dijadwalkan ditutup pada pukul 22.00. Ketiga kandidat harus bertarung di tengah monopoli yang dilakukan oleh pemerintah dalam masalah kampanye. Radio, televisi, dan media cetak pemerintah Mesir sangat berpihak dalam mengkampanyekan Husni Mubarak dan hal ini menjadi sumber kritikan pihak oposisi. Dalam kampanye itu, para kandidat menyuarakan janji-janji yang hampir sama, yaitu janji reformasi ekonomi, perhatian kepada masalah pengangguran, peningkatan penghasilan, dan menurunkan tingkat kemiskinan. Namun, dengan melihat pada proses politik beberapa bulan terakhir ini, termasuk di antaranya kampanye yang tidak seimbang, sangat mudah diprediksi bahwa Husni Mubarak akan berhasil memenangkan pemilu tersebut. Oleh karena itu, poin penting yang sangat mendasar untuk dibahas adalah sangat rendahnya keikutsertaan rakyat dalam pemilu ini. Sebagian pengamat politik menilai bahwa rendahnya partisipasi rakyat Mesir dalam pemilu ini menunjukkan ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah Mesir sebagai penyelenggara pemilu. Hal ini merupakan bel tanda bahaya bagi Husni Mubarak commitsebagai to userpresiden di Mesir. Pemerintahan yang untuk kelima kalinya menjabat perpustakaan.uns.ac.id 61 digilib.uns.ac.id Husni Mubarak harus berusaha menarik kepercayaan rakyat bila tidak ingin situasi negaranya terus memburuk. Sementara itu, sebagian pengamat politik lainnya menyatakan bahwa pemerintah Husni Mubarak masih memiliki waktu hingga pemilihan anggota parlemen bulan November mendatang untuk membuktikan kesungguhan niatnya dalam melakukan reformasi. Poin lain yang menarik dari kemenangan Husni Mubarak adalah bahwa meskipun legalitas pemilu yang hanya diikuti oleh hanya 23 persen rakyat Mesir ini dipertanyakan di dalam negari, AS dan Eropa justru menyambut baik kemenangan Mubarak. Tanggapan Barat ini bertentangan dengan pemilu kepresidenan Iran yang meski diikuti oleh lebih dari 60 persen rakyat dan bebas dari indikasi kecurangan, justru dibalas dengan propaganda media massa Barat yang memburuk-burukkan citra demokrasi di Iran. Hal ini sekali lagi membuktikan standar ganda Barat. Sambutan Barat atas kemenangan Husni Mubarak menunjukkan bahwa Barat memang enggan kehilangan mitra utamanya itu (Diunduh dari situs www.konspirasi.com, pada tanggal 6 Juni 2012). Beberapa organisasi hak asasi manusia lokal dan internasioanl, termasuk Amnesty International dan Human Rights Watch (HRW), telah bertahun-tahun mengkritik hak asasi manusia Mesir. Pada tahun 2005, presiden Hosni Mubarak menghadapi kritik publik yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pada waktu Mubarak mengekang aktivis demokrasi yang menentang kekuasaannya. Beberapa pelanggaran hak asasi manusia yang paling serius, menurut laporan HRW 2006 di Mesir, adalah penyiksa rutin, penahanan sewenang-wenang sebelum diadili oleh pihak keamanan negara dan militer. Pada tahun 2007, kelompok hak asasi manusia amnesty International merilis laporan mengkritik Mesir untuk penyiksaan dan penahan ilegal. Laporan tersebut menuduh bahwa Mesir telah menjadi pusat internasional untuk penyiksaan. Pengerahan pasukan berpakaian preman yang dibayar oleh partai Mubarak, Baltageya, telah menjadi ciri dari pemerintahan Mubarak. Organisasi Mesir untuk Hak Asasi Manusia telah mendokumentasikan 567 kasus penyisaan, termasuk 167 kematian, oleh polisi yang terjadi antara tahun 1993 sampai 2007. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 62 digilib.uns.ac.id Angkatan Bersenjata Mesir mempunyai reputasi yang lebih baik oleh masyarakat dibandingkan dengan polisi, karena dianggap sebagai badan profesional yang melindungi negara, dan yang karena korupsi sistemik dan kekerasan tidak sah. Keempat presiden Mesir sejak tahun 1950 datang dari militer sampai mendapatkan kekuasaan. Personel militer utama pemerintahan Hosni Mubarak meliputi menteri pertahanan Mohamed Hussein Tantawi dan General Sami Hafez Enan sebagai kepala staf angkatan bersenjata. Jumlah total militer Mesir sekitar 468.500 bersenjata aktif personel, dan ditambah cadangan sebesar 479.000. pemerintah di Barat termasuk AS telah menganggap Mubarak sebagai sekutu penting dan pendukung negoisasi perdamaian Israel-Palestina (Apriadi Tambukara, 2011 : 74). Militer Mesir mendapatkan dana bantuan miliaran dolar dari Amerika Serikat, sehingga menjadikan militer Mesir lembaga yang sangat kuat. Militer Mesir memiliki puluhan pabrik senjata dan pabrik yang memproduksi barangbarang kebutuhan masyarakat. Dalam pemilihan presiden tahun 2009, Ali El Deen Hilal Dessouki (Sekretaris Media Partai Nasional Demokrat), menggambarkan Mesir sebagai negara yang menganut sistem politik zaman Fir’aun dan mengatakn bahwa pusat kekuasaan di Mesir adalah tentara. Setelah menjabat sebagai presiden selama 30 tahun, harta kekayaan Hosni Mubarak mencapai Rp 360 triliun. Keluarga Mubarak menyimpan harta kekayaannya dalam berbagai rekening seperti di Amerika, Inggris, Jerman dan Swiss. Istri Mubarak, Suzzane Sabet merupakan salah satu anggota klub milyuner sejak tahun 2000 dengan kekayaan mencapai 5 miliar dolar AS. Sementaara kedua anak Mubarak, Gamal dan Alaa memilki kekayaan sebesar 10 miliar dolar AS. Meyarakat ekonomi kelas atas Mesir adalah kumpulan dari kelompok elit yang diuntungkan oleh relasi ekonomi politik pemerintahan Mubarak yang sarat dengan kolusi dan nepotisme. Kemakmuran sedikit orang ini yang memicu kesenjangan ekonomi dan memperbesar tingginya pengangguran di Mesir. Kekayaan Ahmed Ezz, mantan Sekretaris Organisasi RPN, mencapai 18.000.000.000 pound Mesir; kekayaan mantan Menteri Perumahan Ahmed alcommit to user Maghraby mencapai 11 juta pound Mesir; kekayaan mantan Menteri Pariwisata 63 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Zuhair Garrana mencapai 13.000.000.000 pound Mesir; kekayaan mantan Menteri Perdagangan dan Industri Rashid Mohamed Rashid mencapai 12.000.000.000 pouhnd Mesir dan kekayaan mantan Menteri Dalam Negeri Habib al-Adly mencapai 8.000.000.000 pound Mesir (Apriadi Tambukara, 2011 : 72). Perekonomian Mesir sangat terpusat pada masa pemerintahan mantan presiden Gamal Abdel Nasser dilanjutkan oleh mantan presiden Anwar Sadat dan Mubarak. Tahun 2004-2008 Mubarak melakukan reformasi ekonomi agresif untuk menarik investasi asing dan memfasilitasi pertumbuhan GDP, namun reformasi ekonomi tertunda karena gejolak ekonomi global. Secara internasional penurunan ekonomi Mesir melemah dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi 4,5 persen tahun 2009. Kondisi kehidupan di masyarakat di Mesir ratarata miskin walaupun pertumbuhan ekonomi nasional cukup tinggi. Perekonomian di Mesir terutama tergantung pada sector pertanian, ekspor minyak bumi, pariwisata, dan ada lebih dari tiga juta Rakyat Mesir yang bekerja di luar negeri, terutama di Arab Saudi, Teluk Persia dan Eropa. Populasi penduduk yang tumbuh dengan cepat, keterbatasan lahan pertanian, dan ketergantungan pada sungai Nil, menyebabkan lemahnya sumber daya ekonomi (David Akhmad Ricardo, 2011 : 68). Pemerintah Hosni Mubarak telah menginvestasikan dana dalam komunikasi dan infrastruktur fisik. Mesir telah menerima bantuan asing sejak tahun 1979 dengan rata-rata mencapai $ 2,2 miliar per tahun, dan merupakan negara terbesar ketiga penerima dana bantuan dari Amerika Serikat setelah perang Irak. Pada tahun 1966 populasi Mesir meningkat dari 30.083.419 jiwa menjadi 79.000.000 jiwa pada tahun 2008. Sebagian besar penduduk Mesir tinggal di tepi sungai Nil, tanah yang subur namun terdapat persaingan warga tentang tempat tinggal. Pada akhir tahun 2010, 40 persen dari jumlah penduduk Mesir tinggal dengan pendapatan perkapita sekitar US $ 2 per hari (Diunduh dari situs www.bbc.com pada tanggal 22 Februari 2012). Dalam masa kepemimpinan Mubarak, ekonomi Mesir secara makro mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Mubarak berjuang untuk mencapai commit to user tingkat pengangguran. Ekonomi pertumbuhan ekonomi tinggi untuk menekan perpustakaan.uns.ac.id 64 digilib.uns.ac.id Mesir secara makro memang relatif masih aman, namun tidak sejalan dengan distribusi kemakmuran. Ketimpangan sosial sangat terlihat di kalangan rakyat kelas bawah. Di bawah kebijakan ekonomi Mubarak yang liberal, bisnis di Mesir mengalami pertumbuhan pesat dalam beberapa tahun terakhir, namun hampir setengah dari total populasi Mesir, yang berjumlah 80 juta jiwa, hidup di dalam garis kemiskinan menurut standar PBB US$2 per hari. Dalam dua tahun terakhir, tingkat kemiskinan di Mesir naik dari 20 persen menjadi 23,4 persen. Mubarak berjanji akan menciptakan lapangan kerja, sekaligus menekan tingkat pengangguran, namun Mubarak tidak menepati janjinya. Kelompok oposisi Mesir juga menyalahkan rezim Mubarak yang tidak serius memberantas korupsi. Lembaga Global Coalition Against Corruption mencatat Mesir di peringkat 105 dalam daftar negara bersih pada 2006, sejajar dengan dua negara miskin Afrika, Burkina Faso dan Djibouti. Krisis ini bukan semata-mata karena rezim yang represif, namun juga gabungan dari masalah lain, seperti masalah ekonomi dan ketimpangan sosial di kalangan banyak warga (Diunduh dari situs www.bbc.com pada tanggal 22 Februari 2012). Menurut Peterson Institute For International Economics, masalah dasar Mesir adalah pengangguran golongan muda, dengan jumlah angkatan kerja yang terserap hanya 4 persen per tahun, pengangguran di Mesir 10 kali lebih tinggi untuk lulusan perguruan tinggi. Korupsi dalam Kementerian Dalam Negeri Mubarak telah meningkat sebagai akibat legitimasi sistem kelembagaan yang diperlukan untuk memperpanjang kekuasaan presiden. Munculnya pengaruh bisnis yang kuat dalam partai NDP di pemerintahan dan Majelis Rakyat menyebabkan kemarahan selama bertahun-tahun terhadap Perdana Menteri Ahmed Nazif. Kenyataan yang terjadi di Mesir itu adalah gambaran untuk menunjukkan bahwa Hosni Mubarak memerintah secara otoriter, korup, dan sangat anti demokrasi. Sejak tahun 2010, kelompok oposisi telah melakukan kegiatan-kegitan protes terhadap pemerintahan Mubarak. Hosni Mubarak telah mendapat seorang penentang yang cukup terkenal dan berani, yaitu Mohammad El Baradei, mantan commit to user pemimpin badan atom PBB. 65 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id C. Faktor Penyebab Revolusi di Mesir Revolusi dalam bentuk penggulingan rezim sering terjadi di wilayah Arab dan Afrika Utara pada abad ke-21, misalnya revolusi di Aljazair (Houari Boumedienne), Tunisia (Ben Ali), Libya Muammar Khadafi), Yaman (Ali Abdullah Saleh) dan Mesir (Hosni Mubarak). Secara umum, negara-negara Arab masih memiliki sistem dan budaya politik yang jauh dari nilai-nilai demokrai, bahkan sebagian besar masih mempertahankan corak politik tradisional dan feodal (kerajaan) dengan kekuasaan mutlak di tangan penguasa. Sebagian besar ada yang memiliki simbol-simbol dan instrument demokrasi yang secara konseptual digunakan untuk membagi kekuasaan agar tidak terpusat, namun yang berjalan dalam kenyataannya adalah praktik politik yang diktator. Sistem yang berjalan di negara-negara Arab belum bisa memenuhi kehendak rakyat secara ekonomi, sosial, dan kebudayaan. Masih banyak terjadi kemiskinan, penindasan, korupsi dan kesewenang-wenangan oleh rezim penguasa. Sejak tahun 1990, terjadi program-program pro Barat yang mencabut subsidi dan menyebabkan harga-harga naik (Muhamad Iqbal, Nuraini Soyomukti, 2011 : 31). Pada awalnya, rakyat memang belum berani untuk melakukan protes berupa demonstrasi seperti yang terjadi di Arab. Semua yang menghalangi protes pembangkangan sipil adalah pengahalang psikologis. Rakyat sudah dimiskinkan akibat rezim-rezim yang korup, mengambil kekayaan negara untuk diri sendiri, dan sistem ekonomi yang dijalankan menyebabkan krisis sehingga kemiskinan meningkat, mengakibatkan kenaikan harga bahan pokok. Rakyat belum berani melawan karena mental perlawanan masih rendah. Namun terdapat berbagai macam pemicu yang membuat hambatan psikologis kejiwaan rakyat menghilang, 1. Dengan semakin banyak terlihat orang berani melawan, akan muncul keberanian, dan juga karena ada perasaan tidak sendiri. Pada awalnya seorang akan merasa takut, namun setelah melihat banyak orang berani menunjukkan diri dengan melawan, muncul keberanian dalam setiap individu. 2. Adanya reaksi yang berlebihan dari penguasa dan penindas rakyat yang membuat commit to user ketakutan menghilang. Ketika harga diri dihilangkan, rasa takut dan ketertindasan perpustakaan.uns.ac.id 66 digilib.uns.ac.id akan membuat seorang melakukan apa pun. Tindakan represif yang sering dilakukan oleh penguasa menumbuhkan kebencian dari rakyat. Sebagai contoh adalah apa yang dilakukan oleh seorang pemuda di Tunisia, Bouazizi, yang memicu revolusi di Tunisia. Tindakan Bouazizi untuk membakar diri merupakan tindakan yang ekstrem. Bouazizi membakar diri karena gerobak dagangannya disita oleh polisi. Tindakan bunuh diri sering menjadi luapan protes yang secara simbolis dilakukan rakyat. Berita tentang keberanian rakyat yang telah menumbangkan penguasa akan member inspirasi kepada orang yang mendengar. Ketika terdengar bahwa rakyat Tunisia berhasil menumbangkan Ben Ali, maka berita tersebar. Peranan media internet sangat besar. Berjalannya komunikasi dan jejaring sosial dimudahkan oleh penggunaan bahasa yang hampir sama, sehingga pesan perlawanan menyebar ke berbagai negeri, terutama negerinegeri di Arab. Di tengah perkembangan sosial yang cepat akibat dinamika internasional, muncul kontradiksi-kontradiksi sosial di suatu negara sehingga menjadi pemicu munculnya perlawanan. Jejaring sosial yang semakin maju melalui media internet memudahkan pertukaran informasi. Akhir 2010 menjadi awal munculnya perlawanan. Media konvensional memberitakan revolusi yang terjadi di Tunisia melalui saluran televisi satelit regional Timur Tengah. Di sebagian negara Timur Tengah mengalami permasalahan yang sama, yaitu menderita karena rezim penguasa, tingkat pengangguran yang tinggi, populasi kaum muda yang besar, inflasi yang tinggi, dan kesenjangan sosial semakin terlihat antara orang kaya dan orang miskin (Muhamad Iqbal, Nuraini Soyomukti, 2011 : 32). Timur Tengah sedang memasuki masa transisi dan dalam tahap membangun peradaban baru dengan landasan demokrasi, reformasi dan revolusi. Sedangkan yang terjadi di Arab adalah situasi yang berlawanan dengan makna demokrasi. Rakyat Arab tertindas oleh rezim penguasa yang diktator yang memerintah dengan korupsi, kolusi dan nepotisme sehingga sebagian besar rakyat hidup di bawah garis kemiskinan. Keterpurukan ekonomi dan kesenjangan sosial rakyat Arab, khususnya Mesir dan Tunisia akibat pemerintahan otoriter Hosni commit to user perpustakaan.uns.ac.id 67 digilib.uns.ac.id Mubarak dan Ben Ali telah menimbulkan gelombang demonstrasi untuk menuntut mundurnya Mubarak dan Ben Ali. Revolusi yang terjadi di Mesir merupakan akumulasi kekecewaan publik yang selama puluhan tahun dikekang oleh rezim Hosni Mubarak. Akumulasi kekecewaan di Mesir paralel dengan krisis politik yang terjadi di Tunisia, sehingga rakyat Mesir menemukan waktu yang tepat untuk melakukan revolusi. Pemerintahan Hosni Mubarak yang diktator menyebabkan penderitaan bagi rakyat, terutama rakyat miskin. Sistem ekonomi di Mesir tidak mencerminkan keadilan. Terjadi kesenjangan sosial yang sangat telihat antara kelompok elit dengan mayoritas rakyat yang miskin. Pengekangan terhadap kelompok kelas menengah terdidik yang secara intelektual sudah memahami informasi global tentang proses demokratisasi juga mendorong terjadinya revolusi. Akses sosial ekonomi dan informasi di Mesir dangat dibatasi oleh rezim Mubarak (David Akhmad Ricardo, 2011 : 44). Sistem yang digunakan Mubarak dalam pemerintahan di Mesir adalah sistem demokrasi. Demokrasi yang didalamnya memuat tiga pilar, yaitu eksekutif, yudikatif, dan legislatif, belum dapat direalisasikan, bahkan tidak terjadi sama sekali. Mubarak memerintah Mesir dengan diktator, sehingga sangat berseberangan dengan partai yang diusung, yaitu Partai Nasional Demokrat (NDP) (Kompas, 12 Februari 2011). Konstitusi Mesir saat ini tidak menjamin liberalisme konstitusional. Menurut 55 pasal dalam Konstitusi Mesir, seorang presiden memiliki wewenang 63 persen sedangkan 25 persen dimiliki lembaga legislatif. Mubarak dengan menjadi presiden dan ketua umum NDP yang menguasai parlemen bisa memiliki 88 persen wewenang. Pasal 77 yang tidak disentuh Mubarak yang memungkinkan presiden berkuasa seumur hidup. Mesir juga masih memberlakukan undangundang darurat yang selama ini dijadikan alasan untuk meredam kelompokkelompok oposisi dan membungkam kebebasan dengan alasan keadaan darurat. Negara juga menguasai lembaga-lembaga keagamaan (Al-Azhar, Majlis Fatwa, ordo tarekat, dan masjid), sosial dan pers (koran dan televisi). Di Mesir tidak ada user arti yang sebenarnya. Dengan kekuatan masyarakat sipil (civil commit society)to dalam perpustakaan.uns.ac.id 68 digilib.uns.ac.id konstitusi saat ini, negara menguasai rakyatnya dan tidak memberi ruang untuk mendapatkan kebebasan. Kediktatoran Mubarak sangat ditentang oleh rakyat Mesir, terutama oleh golongan-golongan Islam radikal, yang membentuk kelompok-kelompok Islam fundamental (Diunduh dari situs kompas.com, pada tanggal 12 Maret 2012). Presiden Hosni Mubarak adalah salah satu presiden Mesir yang melakukan perlawan ekstrem terhadap gerakan radikalisme Islam. Gerakan-gerakan yang radikal dan keras, yang mereda pada awal periode pemerintahan Mubarak, secara langsung dan berani menentang dan menyerang rezim pada akhir 1980-an dan 1990-an. Organisasi mahasiswa Islam mendominasi himpunan-himpunan mahasiswa universitas. Di Assyut, Minya, Kairo, dan Iskandariyah, mahasiswa mendesak diterapkannya revolusi Islam yang berupa penerapan hukum Islam, reformasi kurikulum, pemisahan jenis kelamin di kelas-kelas, pembatasan pergaulan sosial yang mencampurkan laki-laki dan perempuan, dan pelarangan musik dan konser Barat. Pertumbuhan mahasiswa didorong oleh ketidakmampuan pemerintah menangani realitas sosial ekonomi yang kronis, yang berdampak sangat merugikan bagi lebih dari 50 juta warga Negara Mesir di bawah usia dua puluh tahun. Ratusan ribu pemuda lulusan universitas kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan dan perumahan. Pasangan-pasangan muda sering tinggal bersama keluarga atau menunda perkawinan selama bertahun-tahun hingga dapat menemukan rumah yang memadai (John L. Esposito, John O. Voll, 1999 : 246). Perlawanan Islam militan yang paling keras terhadap pemerintah Mubarak berasal dari Jamaah Islamiyah dan Jamaah Al-Jihad, yang telah menyatakan perang sampai mati terhadap pasukan keamanan dan polisi pada 1990-an. Pemicunya adalah terbunuhnya Ala Mohieddin, dokter muda dan pemimpin Jamaah Islamiyah dan juru bicara Jamaah Islamiyah terkemuka yang ditunjuk oleh Syaikh Omar Abdel Rahman pada tahun 1991. Jamaah Islamiyah menuduh pemerintah yang telah melakukan pembunuhan terhadap Ala. Jamaah Islamiyah mengubah kelompok-kelompok mahasiswa yang aktif di kampus universitas dan dalam dunia politik di masa pemerintahan Sadat menjadi suatu front atau commit to user organisasi yang menghimpun sejumlah kelompok ekstremis yang aktif di perpustakaan.uns.ac.id 69 digilib.uns.ac.id Iskandariyah, Kairo, Asyut, Minya, dan Fayyum. Anggotanya adalah orang-orang muda, kurang berpendidikan, hidup dalam kondisi miskin dan pengangguran, lebih radikal dalam ideologi, dan lebih acak dalam melakukan tindak kekerasan. Pemerintah Mubarak menanggapi secara agresif ancaman dari radikalisme Islam terhadap stabilitas pemerintah dan keamanan regional. Dalam praktiknya, tidak jelas garis pemisah antara Islam moderat dan Islam radikal, antara keamanan Negara dan batas-batas otoritas Negara, antara hukuman kejahatan dan hak asasi manusia. Dalam perang melawan terorisme, tindakan tegas pemerintah dan penahanan massal terhadap para tokoh ekstrimis dan simpatisannya mencakup tokoh-tokoh moderat beserta anggota keluarga terssangka, dalam upaya menakutnakuti kelompok oposisi. Pada tahun 1989, 10.000 aktivis militias Islam ditahan. Laporan dari hak asasi manusia Departemen Luar Negeri AS mengenai Mesir pada tanggal 1 Februari 1994 mencatat bahwa pemerintah Mesir melakukan banyak pelanggaran, termasuk penahanan sewenang-wenang, penyiksaan terhadap ratusan tahanan, penggunaan pengadilan militer untuk mengadili tahanan yang didakwa sebagai teroris. Penyiksaan sistematis, penahanan jangka panjang tanpa tuduhan, ditangkapnya anggota keluarga aktivis Islam militant, dan sensor pers mendorong para pejabat organisasi-organisasi pembela hak asasi manusia nonpemerintah internasional untuk menyatakan pembelaannya terhadap penduduk Mesir (John L. Esposito, John O. Voll, 1999 : 251). Tindakan keras pemerintah Mubarak bukan hanya bermaksud mencabut ekstremisme hingga ke akar-akarnya, namun juga untuk menghadapi dan mengontrol pelembagaan aktivitas Islam, yang dengan jelas tercermin dalam kebijakannya yang berubah-ubah terhaap perhimpunan-perhimpunan profesi. Perhimpunan-perhimpunan di Mesir yang berupa perhimpunan demokratis dan sukarela dari kelompok profesi guru, pengacara, dokter, wartawan, merupakan pilar masyarakat madani Mesir. Pada tahun 1980-an, aktivis-aktivis Islam tampil sebagai kekuatan utama dalam perhimpunan-perhimpunan tersebut. Keberhasilan para aktivis Islam dalam memasuki arus utama sosial politik terlihat dari meningkatnya secara drastic perhimpunan profesi yang berorientasi Islam, yang commit to user mencerminkan jumlah lulusan professional muda. Kehadiran dan dampak aktivis 70 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Islam dapat dirasakan dalam perhimpunan atau sindikat-sindikat profesi tempat aktivis Islam memimpin organisasi para dokter, insinyur, dan juga pengacara. Sindikat-sindikat profesi merupakan sector yang paling maju dalam kehidupan publik di Mesir, yang menikmati kedudukan tinggi dan memiliki suara otonom dan dihormati. Sindikat para pengacara berada di barisan depan dalam kampanye pembelaan hak asasi manusia dan penegakan aturan hukum. Pada tahun 1994, dalam suatu gerakan, pemerintah Mubarak memperluas perangnya bukan hanya terhadap Jamaah Islamiyah, namun juga terhadap kelompok oposisi terkuat di Mesir, yaitu Ikhwanul Muslimin. Dalam suatu tindakan yang merupakan perang besar-besaran, pemerintah berusaha membatasi bukan hanya gerakan yang pernah melakukan tindak kekerasan, namun juga sebuah gerakan yang mendominasi banyak daerah kota, perhimpunan profesi dan tenaga kerja serta fakultas-fakultas universitas. Meskipun sebagian besar takut terhadap kekrasan yang dilakukan pemerintah, Ikhwanul Muslimin berupaya menghindari konfrontasi dan kekerasan , dan sebagai gantinya Ikhwanul Muslimin mnghimbau masyarakat agar menaati prinsip-prinsip demokrasi dan hak asasi manusia (John L. Esposito, John O. Voll, 1999). Perlawanan yang dilakukan pemerintah terhadap Ikhwanul Muslimin berlangsung hingga menjelang mundurnya Hosni Mubarak. Pada tahun 2010 Mubarak melakukan kecurangan menjelang pemilu dengan melakukan penagkapan terhadap kelompok oposisi terbesar Mesir, Ikhwanul Muslimin. Menurut Ikhwanul Muslimin, lebih dari 1.000 anggotanya, termasuk delapan kandidat parlemen telah ditahan. Pendukung Ikhwanul Muslimin bentrok dengan pasukan keamanan di sejumlah titik perkotaan. Kelompok hak asasi manusia Amnesty International menuduh Mesir telah melakukan pengekangan terhadap oposisi, namun pemerintaha beralasan kelompok oposisi melanggar hukum karena menggunakan slogan-slogan agama. Rezim Mubarak mencoba mengintimidasi dan meneror penduduk yang mendukung Ikhwanul Mislimin. Amnesty International memberikan perintah kepada pihak berwenang Mesir untuk tidak melarang rakyat Mesir memberikan suara, seperti yang terjadi di sejumlah TPS commit to user dalam pemilihan umum terakhir tahun 2005 (David Akhmad Ricardo, 2011 : 46). 71 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Penyelenggaraan pemilu presiden di Mesir penuh dengan kecurangan. Kotak-kotak suara sejak awal telah diisi dengan surat suara. Pemerintah telah membeli sura dari rakyat yang pro Mubarak, sedangkan warga yang memilih kandidat oposisi pemerintah diperlakukan dengan cara-cara kekersan oleh pembunuh bayaran. Kecurangan itu telah dicatat oleh kelompok hak asasi manusia. Pemerintah tidak memberikan izin kepada lebih dari lima orang untuk melakukan aksi unjuk rasa damai. Pasukan keamanan selalu berjaga di depan universitas untuk memastikan bahwa tidak ada mahasiswa yang melakukan aksi unjuk rasa dan tidak melakukan aktivitas politik (Whasington Post, 27 Desember 2010). Meluasnya kemiskinan, tingginya pengangguran, korupsi dan inflasi harga pangan ,menjadi alasan utama terjadinya revolusi di Mesir. Situasi ekonomi yang memburuk ini yang menambah kemarahan terhadap pemerintah yang korupsi, kolusi dan nepotisme di dalam pemerintahan di Mesir. Kekuatan ekonomi Negaranegara di Arab, termasuk Mesir, secara umum bersumber dari minyak yang menjadi kebutuhan dunia. Berikut ini adalah data tabel yang menunjukkan bahwa ekonomi kelompok Negara Arab bersumber dari minyak : Tabel 3. Tabel Pendapatan Negara-negara Arab dari Minyak Bumi Country group Total Population GDP (PPP GDP share Per capita population share (%) US$ billion) (%) GDP (PPP US$) (million) Group 1 : Oil 40.2 13.2 1117 45.9 27786 39.9 13.1 332 13.6 8313 156.4 51.5 833 34.2 5328 67.1 22.1 153 6.3 2277 303.6 100 2345 100 8020 economies Group 2 : Mixed oil economies Group 3 : Diversified economies Group 4 : Primary export economies Total commit to user perpustakaan.uns.ac.id 72 digilib.uns.ac.id Group 1 : Oil economies : the Gulf Cooperation Council states (Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Saudi Arabia, and UAE) Group 2 : Mixed oil economies : Algeria dan Libya Group 3 : Diversified economies : Egypt, Jordan, Lebanon, Morocco, Syria, and Tunisia. Group 4 : Primary export economies : Comoros, Djibouti, Mauritania, Sudan, and Yemen. Sumber : (League of Arab States and UNDP, 2008, from the IMF and the CIA World Factbook). Data dari table menunjukkan bahwa ekonomi kelompok Negara yang bersumber sepenuhnya dari minyak seperti Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab secra keseluruhan memiliki pendapatan per kapita yang mencapai 27.786 US$, atau lebih seperempat miliar rupiah per kapita. Libya masuk dalam kelompok Negara mixed oil economies dengan pendapatan per kapita total sebesar 8.313 US$. Mesir dan Tunisia tercatat terbesar ketiga dalam kelompok Negara Arab yang diropang oleh beragam sumber ekonomi dengan penghasilan per kapita sebesar 5.328 US$. Sedangkan Mesir pada tahun 2011, memeiliki estimasi penghasilan per kapita yang turun drastis menjadi 2,892 US$. Yaman yang sepenuhnya mengandalkan ekspor sebagai sumber utama ekonomi negerinya memiliki per kapita sebesar 2.277 US$ (Muhamad Iqbal, Nuraini Soyomukti, 2011 : 118). Menurut laporan UNDP dalam Arab Knowledge Report 2009, dari tahun 1980-an sampai 2011, tingkat pengangguran berada pada level yang tinggi dan bahkan semakin meningkat. Pada tahun 1980-an, Negara-negara seperti Mesir, Tunisia, Aljazair, Yordania, Maroko dan Suriah, jika dibandingkan 57 persen total angkatan kerja, angka pengangguran mencapai 10,6 persen. Pengangguran tertinggi terjadi di Aljazair yaitu 16,5 persen, dan yang terendah Suriah, yaitu 4,8 persen. Pada tahun 1990-an, rata-rata angka pengangguran meningkat menjadi 14,5 persen. Menurut League of Arab States and UNDP,2008, tingkat pengangguran berlanjut pada tahun 2000 yang meningkat menjadi 15,5 persen, dan pada tahun 2011 mencapai 20 persen, sehingga kemarahan rakyat Mesir mngakibatkan gerakan revolusi perlawanan terhadap rezim dictator Hosni commit to user Mubarak yang selama puluhan tahun menyengsarakan rakyatnya sendiri. perpustakaan.uns.ac.id 73 digilib.uns.ac.id Faktor pendorong revolusi yang terjadi di Mesir juga disebabkan karena munculnya bentuk komunikasi baru, media baru, yang semakin berkembang dan berbenturan dengan sistem komunikasi publik yang berkembang secara otoriter. Komunikasi melalui media baru seperti facebook dan twitter menjadi hubungan baru dan menjadi penentang komunikasi yang anti demokrasi. Penggerak revolusi melalui media internet adalah Wael Ghonim, seorang kepala marketing Google kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Pada awalnya, Ghonim membuat laman di facebook dengan nama “We are All Khaled Said”. Khaled Mohamed Said adalah nama seorang pemuda di Mesir yang meninggal dalam kekerasan fisik yang dilakukan oleh polisi di Sidi Gaber daerah Iskandariyah karena Said mengunggah video yang memperlihatkan polisi membagikan narkotika hasil sitaan. Aktivis melakukan demonstrasi dengan memuat slogan “kita semua Khaled Said” yang kemudian membawa perhatian warga Mesir dalam kasus tersebut. Mohamed El Baradei, mantan kepala dari badan Energi Atom Internasional memimpin demonstrasi pada tahun 2010 di Iskandariyah terhadap dugaan pelanggaran oleh polisi dan mengunjungi keluarga Khaled Said sebagai bentuk dukungan dan belasungkawa (Apriadi Tambukara, 2011 : 74). Media di Mesir sangat berperan dalam terjadinya revolusi. Selain media internet, televisi juga mempunyai peran yang penting. Pada awalnya rakyat Mesir hanya melihat berita di televisi Mesir yang cenderung mendukung Mubarak, namun sebagian penduduk yang mempunyai parabola dapat melihat berita dari luar negeri seperti televisi Al-Jazeera dan BBC, akan menentang Mubarak. Sehingga banyak wartawan asing yang ditangkap ketika meliput peristiwa demonstrasi di Mesir sebelum Mubarak mundur. Lebih dari 20 jurnalis asing ditangkap, atau dirusak peralatannya oleh polisi Mesir. Berbeda dengan pengunujk rasa yang menyambut baik wartawan asing untuk meliput demonstrasi. Banyak warga Mesir yang bersedia menjadi penerjemah bahasa Arab ke dalam bahasa Inggris (David Akhmad Ricardo, 2011 : 53). Media sosial di Mesir menjadi tempat untuk menyebarkan kata-kata commit user member dukungan moral atau propaganda, protes, atau provokasi yangto dapat 74 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id emosional kepada rakyat Mesir untuk tujuan organisatoris. Media sosial bukanlah penyebab utama revolusi di Mesir, namun dapat menjadi akslerasi yang terus menguat karena kekuatan jejaring komunikasi, atau jejaring media sosial (social media networking) yang berperan dalam revolusi di Tunisia dan Mesir. Facebook dan Twitter juga tidak menyebabkan revolusi di Mesir, tetapi membantu menyebarkan berita, dan para demonstran mengakui peran facebook dan twitter telah membantu revolusi. Begitu besarnya pengaruh jejaring sosial ini, membuat Hosni Mubarak memerintahkan pejabatnya untuk memblokir seluruh akses internet di Mesir pada Jumat, 28 Januari 2011. Pemblokiran internet dilakukan Hosni Mubarak untuk menghentikan mobilisasi demonstran yang menggunakan media tersebut sebagai alat komunikasi dengan para demonstran lain (Diunduh dari situs vivanews.com, pada tanggal 22 Maret 2012). D. Jalannya Revolusi di Mesir Kelompok oposisi Mesir telah melakukan kegiatan-kegiatan protes terhadap Mubarak sejak tahun 2010. Mubarak mendapatkan calon penantang dalam pemilu yaitu yaitu Mohammed El Baradei, mantan pemimpin badan atom PBB. Sejak bulan Februari El Baradei menyatakan kesiapannya untuk menghadapi Mubarak. Sebagai seorang independen, El Baradei membutuhkan dukungan dari sedikitnya 250 pejabat terpilih pada majelis tinggi dan majelis rendah parlemen dan dari dewan kotapraja, namun semua badan tersebut didominasi oleh Partai Nasional Demokrat, partai Mubarak. Sehingga El Baradei harus berjuang menuntut agas undang-undang pemilu direformasi, dan El Baradei mendapat dukungan dari masyarakat, terutama dari kelompok oposisi (Muhamad Iqbal, Nuraini Soyomukti, 2011 : 135). Pada tanggal 6 September 2010, El Baradei menyerukan pemboikotan terhadap pemilihan anggota parlemen bulan November 2011 dengan mengatakan bahwa pemilu akan dicurangi. El Baradei menekan pemeintah Mesir agar melakukan reformasi demokratis, dan mengatakan pemilu hanya adakan commit user mengesahkan sistem yang berlaku saat toitu, dan tidak akan mencalonkan diri perpustakaan.uns.ac.id 75 digilib.uns.ac.id sebagai presiden tahun 2011 sebelum ada perubahan terhadap konstitusi. Menjelang pemilu parlemen akhir pada tahun 2010, kaum oposisi melakukan pemboikotan terhadap proses pemilu karena kecurangannya. Pemungutan suara di majelis tinggi pada bulan Juni 2010 menunjukkan partai yang berkuasa pimpinan Mubarak menduduki sebagian besar kursi di majelis tinggi. Kelompok-kelompok oposisi mengeluhkan kecurangan, sementara pemerintah menyatakan bahwa pemilu berlangsung adil. Kelompok oposisi Mesir saat itu masih terpecah dengan Ikhwanul Muslimin, blok oposisi terbesar dengan 88 kursi di parlemen, dan partai nasionalis Wafd yang liberal, yang menyatakan akan berperan serta dalam pemilihan umum. Mubarak bereaksi terhadap oposisi dan melakukan tindakan yang represif. Menurut pimpinan Ikhwanul Muslimin, Muhammad Badi, terjadi penangkapan 250 anggota Ikhwanul Muslimin pada bulan Oktober 2010. Ikhwanul Muslimin merupakan partai lawan politik terkuat dari partai Demokrasi Nasional Mubarak. Ikheanul Muslimin juga merupakan salah satu gerakan politik dan Islam yang kuat di Mesir. Sepanjang aktivitas Ikhwanul Muslimin selama 80 tahun, gerakan Ikhwanul Muslimin mampu membangun basis massa yang kuat di tengah rakyat Mesir. Ikhwanul Muslimin bukan satu-satunya kelompok oposisi, masih terdapat kelompok lain baik dari sayap kiri maupun dari liberal. Memasuki tahun 2011, gerakan oposisi semakin besar dalam menggalang opini untuk menggulingkan presiden Hosni Mubarak. Sebuah gerakan penyatuan yang bernama “Front Nasional untuk Perubahan” di bentuk bersama El Baradei untuk pemilihan yang bebas dan adil serta dicabutnya pembatasan konstitusional untuk pemilihan umum. Koalisi itu mencakup beberapa tokoh oposisi seperti George Ishak dari gerakan Kefaya, Ayman Nur yang menjadi runner-up dalam pemilihan presiden 2005, dan Alaa al-Aswany, pengarang buku Yacoubian Building yang dipuji secara internasional (Kompas, 1 Februari 2011). Gelombang demonstrasi yang terjadi pada tanggal 25 Januari 2011 mulai secara tegas menuntut presiden Hosni Mubarak untuk turun dari jabatannya karena dianggap sudah tidak mampu memimpin Mesir. Rakyat Mesir user yang singkat sehingga terjadi menginginkan revolusi dilakukancommit dalamto waktu perpustakaan.uns.ac.id 76 digilib.uns.ac.id demonstrasi secara besar-besaran yang menyebabkan bentrok antara warga Mesir yang pro Mubarak dan anti Mubarak. Kekuatan rakyat semakin besar setelah pihak militer yang semula berada dalam status qou berbalik mendukung gerakan rakyat yang ingin menggulingkan pemerintahan Hosni Mubarak. Pihak militer dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, 31 Januari mengatakan bahwa tuntutan rakyat Mesir adalah sah (Kompas, 2 Februari 2011). Pusat demonstrasi terjadi di lapangan Tahrir (Tahrir Square), Kairo. Tahrir Square mempunyai tempat yang luas dan strategis karena dekat dengan lembaga-lembaga penting Mesir dan kedutaan besar asing. Tahrir Square adalah salah satu tempat bersejarah dan menjadi pusat gerakan sosial politik yang penting di Mesir. Tahrir Square adalah tempat pusat dari aksu kerusuhan tahun 1977, ketika presiden Anwar Sadat mengambil langkah controversial yaitu mengakhiri subsidi bahan makanan dan minyak goring. Tahrir Square juga menjadi pusat lokasi demondtrasi besar menggugat kekuasaan Muhammad Tawfik Pasha, pewaris terakhir dinasti Muhammad Ali pada tahun 1881. Tahrir Square juga menjadi lokasi penting dalam gerakan perlawanan terhadap kolonialisme Inggris pada tahun 1919, dan menjadi pusat demonstrasi mendukung perang melawan Israel pada tahun 1972. Sedangkan pada tahun 2003, digunakan untuk demonstrasi menentang perang Irak. Rakyat Mesir melakukan aksi demonstrasi di Tahrir Square, menuntut agar Hosni Mubarak turun dari jabatannya dan menyerahkan kekuasaannya kepada militer. Demonstrasi besar-besaran ini mengakibatkan diputusnya seluruh jaringan komunikasi di Mesir oleh pihak pemerintah, baik komunikasi telepon maupun internet, karena pemerintah beranggapan bahwa semakin banyaknya demonstran disebabkan karena komunikasi yang dilakukan rakyat terutama melalui jejaring sosial facebook dan twitter. Penyedia-penyedia internet (ISP) terbesar Mesir, yaitu Vodafone-Raya Telcom, Etisalat Misr, Link Egypt, Telecom Egypt, dan Internet Egypt menutup layanan karena instruksi dari presiden. Mesir hanya dapat mengakses internet menggunakan akses broadband atau dial-up melalui jaringan satelit, dan akses ini tidak terjangkau oleh masyarakat Mesir (Kompas, 4 Februari commit to user 2011). 77 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Pemerintah juga menutup siaran televisi Al-Jazeera di Mesir pada hari Minggu, 30 Januari 2011 menteri informasi Mesir Anas al-Fikki mengeluarkan perintah penghentian operasi stasiun televisi Al-Jazeera di Mesir. Perintah penutupan siaran televisi dilakukan setelah ada dugaan bahwa televisi Al-Jazeera telah memicu aksi massa anti pemerintah yang sebelumnya juga terjadi di Tunisia. Kartu pers semua anggota staf Al-Jazeera di Mesir juga ditarik, dan operator satelit Nilesat telah menghentikan relai terhadap program siaran Al-Jazeera, namun saluran siarannya masih dapat dilihat di Kairo melalui Arabsat. Siaran AlJazeera sangat terkenal di dunia Arab, karena liputannya yang luas, dalam, dan informatif tentang pergolakan takyat Tunisia, termasuk Mesir. Sehingga Mubarak memerintahkan menterinya untuk menutup saluran televisi Al-Jazeera. Para aktivis dapat mengatasi masalah pemblokiran terhadap internet dan televisi dengan memanfaatkan situs-situs proxy (situs perantara yang tidak diblokir), menggunakan software khusus, atau membuka jaringan Virtual Private Network yang tidak terproteksi. Internet dapat diakses kembali pada tanggal 2 Februari 2011 (Kompas, 1 Februari 2011). Peran media sangat penting dalam revolusi yang terjadi di Mesir, terutama melalui situs facebook. Dalam check facebook, Mesir bukanlah Negara dengan pengguna facebook yang besar. Hanya ada 5,2 juta pengguna dari total 84,3 juta penduduk Mesir. Berikut adalah table pengguna facebook pada tahun 2011 : Tabel 4. Daftar Negara-negara Pengguna Faceebook Terbesar Tahun 2011 10 Negara terbesar Kawasan Arab AmerikaSerikat 152.189.880 Mesir 5.651.800 Indonesia 35.174.940 Arab Saudi 3.486.820 Inggris 28.940.400 Israel 3.188.840 Turki 26.417.820 Maroko 3.013.100 Filipina 22.651.600 Tunisia 2.202.420 Meksiko 22.081.200 UEA 2.054.520 India 22.057.280 Jordania 1.301.500 Perancis 21.216.420 Libanon 1.227.300 Italia 18.438.760 Kuwait 682.100 Kanada 17.381.700 Irak 625.780 commit to user 78 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id (Sumber : www.checkfacebook.com, 8 Maret 2011) Pengguna akun facebook di Mesir memang cukup besar. Pengguna terbanyak adalah kaum laki-laki dengan jumlah pengguna 7.255.140 orang atau sejumlah 64,4%, sedangkan kaum perempuan 1.008.680 orang atau sejumlah 35,6%. Pengguna akun facebook terbesar adalah rakyat Mesir dengan rata-rata umur antara 18-24 tahun, dan yang kedua adalah antara umur 25-34 tahun. Berikut ini adalah data pengguna facebook di Mesir : Tabul 5. Data Pengguna Facebook di Mesir. Umur Jumlah Persentase 13-15 tahun 1.076.060 orang 9,5% 16-17 tahun 1.203.480 orang 10,6% 18-24 tahun 4.417.960 orang 39,0% 25-34 tahun 3.075.720 orang 27,1% 35-44 tahun 1.005.200 orang 8,9% 45-54 tahun 371.400 orang 3,3% 55-64 tahun 123.100 orang 1,1% 65 tahun keatas 69.260 orang 0,6% (Sumber : www.checkfacebook.com, 8 Maret 2011) Demonstrasi yang semakin besar mengakibatkan tindakan yang semakin represif dari polisi. Di ibukota Kairo, polisi menembakkan gas air mata, peluru karet, dan meriam air untuk membubarkan massa. Kantor berita Associated Press melaporkan di dekat masjid Giza polisi melakukan tindak represif dengan menganiaya pendukung tokoh oposisi Mohamed El Baradei. Kerusuhan juga terjadi di Iskandariyah dan di Suez. Pada tanggal 25 Januari 2011 dilaporkan 48 orang tewas dan 1000 orang ditahan, dalam bentrokan yang terjadi antara demonstran dan polisi. korban tewas berasal dari kedua belah pihak, seperti 3 orang polisi yang tewas dikeroyok massa di kota Rafah. Di Kairo, polisi kemudian ditarik dan digantikan oleh tentara Mesir. Polisi melepaskan tembakan kea rah commitKementerian to user masa yang berusaha menyerbu gedung Dalam Negeri di Kairo pada perpustakaan.uns.ac.id 79 digilib.uns.ac.id tanggal 29 Januari 2011. Lebih dari 60 persen kantor polisi di Mesir dibakar massa (Diunduh dari situs www.nytimes.com, pada tanggal 16 April 2011). Di kota Suez pengunjuk rasa membakar kantor polisi dan mencuri senjata yang kemudian digunakan untuk melawan polisi. Mesir mendapatkan bantuan senjata pembubar massa dari Israel untuk mengendalikan unjuk rasa besarbesaran. International Network for Rights dan Development menyatakan bahwa tiga unit pesawat Israel mendarat di bandara Internasional Mina dengan membawa perlengkapan untuk membubarkan dan menekan massa dalam jumlah besar yang penggunaannya dilarang secara internasional. Israel juga mengizinkan Mesir untuk mengerahkan pasukan ke Semenanjung Sinai walaupun telah terjadi kesepakatan bilateral yang menyatakan bahwa Mesir hanya dapat menempatkan polisi di kawasan tersebut. Tel Aviv menyatakan bahwa langkah tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya revolusi di Mesir, karena Israel mempunyai hubungan baik dengan Mesir semenjak Mesir dipimpin Mubarak (David Akhmad Ricardo, 2011 : 66). Kementerian Luar Negeri Israel telah mengirimkan pesan kepada diplomat Israel di luar negeri untuk mengingatkan Negara-negara tempat Israel bertugas bahwa mempertahankan stabilitas rezim di Mesir menjadi kepentingan Barat dan Timur Tengah. Mesir merupakan Negara kekuatan utama di dunia Arab. Israel merasa apabila Mubarak turun dari jabatannya, akan merusak perdamaian Mesir – Israel, karena satu-satunya pihak yang mendukung perdamaian hanya Mubarak dan orang-prang di lingkaran Mubarak. Ketakutan utama Israel adalah apabila golongan Islam fundamentalis seperti Ikhwanul Muslimin berkuasa di Mesir pasca Mubarak. Berbagai kalangan di Israel menyayangkan sikap Presiden AS dan pemimpin-pemimpin Eropa karena seolah meninggalkan Mubarak di tengah krisis Mesir (Kompas, 1 Februari 2011). Bentrok juga terjadi antara massa pro Mubarak dan anti Mubarak. Masa pendukung Mubarak menggelar aksi di depan gedung stasiun televisi milik pemerintah di pusat kota Kairo, kemudian bergerak kearah Tahrir Square, yang dijadikan tempat berkumpul massa anti Mubarak. Ribuan massa pro Mubarak commit tobarikade user masuk ke Lapangan Tahrir dan menembus yang didirikan oleh kelompok perpustakaan.uns.ac.id 80 digilib.uns.ac.id oposisi. Masa demonstran dari kedua kubu terlibat bentrok dengan melempari batu dan botol, juga pukulan kayu dan tangan kosong. Sejumlah pria mengndarai kuda dan unta berlari kea rah massa anti Mubarak membawa senjata yang digunakan untuk menghalau massa anti Mubarak, namun tentara hanya melihat tanpa reaksi apapun. Massa anti Mubarak yang bersenjatakan batu dan kayu, melawan massa pro Mubarak yang bersenjata lebih mematikan, dan menggunakan bom Molotov dan blok beton (Kompas, 5 Februari 2011). Massa pro Mubarak juga menyerang wartawan dan jurnalis asing di Kairo. Seorrang wartawan dari Belgia ditahan massa pro Mubarak. Wartawan ini dianiaya karena dituduh sebagai mata-mata. Seorang wartawan Mesir juga menjadi korban pengeroyokan di lapangan Tahrir. Penyerangan juga dialami oleh jurnalis dari BBC, ABC News dan CNN. Diantara para wartawan ini yang menjadi korban tewas adalah wartawan CNN Anderson Cooper dan Hala Gorani. Penyerangan terhadap para jurnalis dan wartawan ini mengundang perhatian dari dunia Internasional. Kelompok jurnalis Internasional menuduh bahwa serangan terhadap wartawan dilakukan oleh pemerintah yang masih berkuasa. Menurut Mohamed Abdel Dayem, Koordinator Komite Perlindungan Jurnalis Timur Tengah dan Afrika Utara, pemerintah Mesir sedang berupaya melakukan strategi untuk menghilangkan kesaksian atas tindakan represif pemerintah. Serangan terhadap wartawan adalah salah satu cara untuk mengintimidasi pemberitaan. Human Rights Watch mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa polisi Mesir telah menangkap setidaknya 97 jurnalis, aktivis, dan pengunjuk rasa (Diunduh dari situs www.query.nytimes.com, pada tanggal 16 April 2012). Puluhan wartawan dari seluruh dunia mengalami tindak kekerasan ketika meliput perkembangan demonstrasi anti pemerintah di Kairo. Penyerangan wartawan ini terorganisasi dan bertujuan untuk menggagalkan wartawan yang meliput berita yang terjadi di Mesir. Komite Perlindungan Jurnalis (Commite to Protect Journalists) yang berpusat di New York, AS, melaporkan pada hari Kamis 3 Februari 2011, dalam waktu 24 jam telah terjadi 30 penahanan, 26 penyerangan, dan 8 insiden penyitaan perlengkapan peliputan terhadap wartawan to user dari berbagai Negara termasuk commit Indonesia. Wartawan dari Indonesia menjadi perpustakaan.uns.ac.id 81 digilib.uns.ac.id korban penyitaan alat liputan, dan kamera dikembalikan setelah kartu memori kamera diambil. Commite to Protect Journalists juga mengatakan bahwa agenagen pemerintah Mesir, baik yang berseragam maupun berpakaian sipil, memasuki dua hotel tempat menginap wartawan internasional untuk menyita peralatan peliputan. Seorang wartawan stasiun televisi dari Swedia, Bert Sundstrom, dirawat di rumah sakit setelah menjadi korban penusukan. Lima wartawan Perancis ditahan dan diinterogasi oleh aparat keamanan Mesir. Wartawan harian The New York Times dan Washington Post dari Amerika, Le Monde dan Le Figaro dari Perancis, serta koresponden Al Jazeera juga ditahan aparat. Dua reporter stasiun televisi Fox News, Greg Palkot dan Olaf Wiig, terluka parah karena aksi pengeroyokan massa di dekat Tahrir Square. Dua jurnalis dari Denmark juga diserang massa pro Mubarak ketika perjalanan menuju Iskandariyah (Kompas, 5 Februari 2011). Demonstrasi yang terjadi di Mesir menyebabkan perekonomian Mesir lumpuh total. Pasar modal, bank, dan pabrik-pabrik di Mesir sama sekali tidak beroperasi. Bank Investasi Credit Agricole memperkirakan kerugian akibat krisis di Mesir mencapai 310 juta dolar AS (Rp 2,8 triliun) per hari. Dalam laporan yang dirilis, bank tersebut memperkirakan pertumbuhan ekonomi Mesir thun 2011 dari sebelumnya 5,3 persen, hanya menjadi 3,7 persen. Kerugian lain juga disebabkan karena pemutusan jaringan internet oleh pemerintah. Organisasi untuk kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memperkirakan, kerugian akibat pemutusan jaringan internet mencapai 18 juta dolar AS per hari (Kompas, 5 Februari 2011). Pada tanggal 11 Februari 2011 Hosni Mubarak menyatakan turun dari jabatannya, dan pasukan militer akan mengambil alih kekuasaan, yang dikatakan melalui wakil presiden Omar Sulaiman dalam televisi pemerintah. Pernyataan Omar Sulaiman adalah sebagai berikut, “Dalam masa-masa sulit yang sedang dihadapi Negara ini, presiden Hosni Mubarak telah memutuskan untuk meninggalkan posisi kepresidenan. Presiden Hosni Mubarak telah menugaskan Dewan Agung Militer untuk mengarahkan berbagai urusan Negara”. Berita pengunduran diri Mubarak ini disambut gembira oleh massa demonstran di commit to user juga disambut baik oleh dunia lapangan Tahrir. Pengunduran diri Mubarak perpustakaan.uns.ac.id 82 digilib.uns.ac.id Internasional. Para demonstrans dianggap sukses dalam melakukan revolusi di Mesir. Presdien Barack Obama menilai bahwa perubahan ke arah demokrasi akan terjadi di Mesir (Diunduh dari situs www.query.nytimes.com, pada tanggal 16 April 2012). Mubarak dalam pidatonya menyatakan tidak mundur, tetapi menyerahkan kekuasaannya kepada Wapres Omar Suleiman, mantan kepala intelijen, dan mengajukan amandemen konstitusi. Dewan Tertinggi Militer menyatakan mendukung pengalihan kekuasaan Presiden Mubarak kepada Wapres Suleiman tersebut. Beberapa jam sebelum taklimat pengunduran diri, Mubarak bersama keluarganya telah meninggalkan ibu kota Kairo ke Sharm El Sheikh (500 km arah timur Kairo). Militer Mesir yang telah menerima kekuasaan dari Presiden Hosni Mubarak pada Jumat 11 Februari 2011 malam langsung membubarkan kabinet pimpinan Perdana Menteri Ahmed Shafiq. Ahmed Shafiq ditunjuk Presiden Mubarak menyusul pengunduran diri kabinet pimpinan PM Ahmed Nazif pada 28 Januari. Menurut kantor berita Mesir, MENA, selain pembubaran kabinet, (Diunduh dari situs Kompas.com, pada tanggal 20 Mei 2012). Kekuasaan diserahkan kepada pihak Militer setelah Mubarak turuh dari jabatannya. Militer Mesir yang memegang kekuasaan de facto sejak protes mulai membesar kemudian menjadi pihak yang menerima kekuasaan dari rezim Mubarak. Militer kemudian menjalankan sebuah pemerintahan darurat atau transisional. Militer menjadi pengawal penting bagi proses reformasi politik Mesir. Mesir berada dalam status darurat militer, dengan dewan militer yang berkuasa bertindak sebagai otoritas tertinggi, meskipun kebebasan Ikhwanul Muslimin dan Partai Keadilan adalah pemenang dalam pemilihan parlemen. Parlemen baru tetap tunduk kepada dewan militer yang berkuasa, meskipun para jenderal telah berjanji untuk menyerahkan kekuasaan untuk warga sipil pada akhir Juni 2012, dengan beberapa batasan masih terdefinisi. Militer dipercaya karena secara organisasi sangat efektif dan efisien. Militer lebih dipercaya rakyat waktu itu dibandingkan dengan Wakil Presiden Omar Suleiman untuk kemudian membentuk pemerintahan transisi. Omar user Suleiman dipandang sebagai commit “orang toMubarak” dan dikhawatirkan akan 83 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id membentuk pemerintahan dari loyalis NDP untuk mempertahankan status quo. Militer telah menyatakan penolakan terhadap perpindahan kekuasaan secara cepat kepada sipil dan akan terus memegang kekuasaan sampai pemilu digelar. Militer memang menjanjikan demokrasi tetapi tidak menyebutkan secara jelas bagaiman demokrasi akan dibangun dan jangka waktunya. Dengan demikian, militer tampak tidak ingin melepaskan begitu saja kekuasaan yang dipegang (Apriadi Tambukara, 2011 : 88). Menguatnya Ikhwanul Muslimin di sisi lain merupakan alasan bagi militer untuk memperlama kekuasaan militer. Ikhwanul Muslimin pasca runtuhnya autokrasi Mubarak kemudian membentuk partai politik sebagai persiapan pemilu demokratis yang akan digelar. Militer Mesir memiliki garis koordinasi dengan kepentingan AS mengingat besarnya bantuan militer AS terhadap Mesir. Dengan kata lain, ada kemungkinan AS meminta militer Mesir untuk memperlambat proses transisi sambil menyusun strategi baru untuk Mesir ke depan. Hal ini merupakan salah satu mekanisme campur tangan asing bagi pembentukan rezim demokrasi melalui cara agenda-setting powers. Bagi AS kebijakan terhadap Mesir merupakan dilema antara mewujudkan demokrasi di satu sisi dan menekan kelompok radikal Islamis di sisi lain. Kekhawatiran jika demokrasi menghasilkan Ikhwanul Muslimin sebagai pemenang juga melanda Israel yang merupakan sekutu terdekat AS. Namun militer menjamin bahwa hubungan Mesir-Israel tetap berjalan seperti dahulu. Artinya, militer berusaha mempertahankan status quo di berbagai bidang. Direpresinya kaum Islamis (Ikhwanul Muslimin) menunjukkan keinginan mempertahankan komposisi politik domestik sekaligus hubungan dengan AS dan Israel. Hal ini menunjukkan bahwa gerakan politik Islam selalu dihalang-halangi untuk berkuasa (Diunduh dari situs www.bbc.com, pada tanggal 20 Mei 2012). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemerintahan Mesir pada masa Hosni Mubarak memberlakukan hukum darurat militer dan mengawasi semua kegiatan politik. Di bawah kekuasaan Mubarak, Mesir mengalami transformasi politik menuju kestabilan yang tinggi. Mesir masa Hosni Mubarak pada awalnya mengalami berbagai perkembangan yang positif dan menunjukkan pemerintahan yang lebih mengarah ke dalam jalur demokrasi. Mubarak membawa Mesir menjadi negara moderat yang terbuka bagi Barat (Amerika Serikat) bahkan Israel. Mubarak juga berhasil membuat Mesir diterima kembali dalam pergaulan bangsa Arab setelah sempat terkucil akibat kebijakan damai dengan Israel yang dibuat pada masa Anwar Sadat. Ekonomi Mesir tumbuh pesat berkat bantuan dari AS. Mubarak memberangus aktivitas oposisi, terutama oposisi Islamis yang tergabung dalam Ikhwanul Muslimin. Untuk tata negara yang stabil, selama beberapa dekade Mubarak mendapat sokongan legitimasi dari AS. Mesir terus menerima bantuan yang besar, terutama bantuan belanja militer. Mubarak secara jitu mencegah agenda-agenda demokratisasi dengan cara memberangus oposisi dan kaum garis keras terhadap pemerintahannya. Hosni Mubarak memerintah dengan diktator, sehingga menyebabkan kehidupan rakyat Mesir sengsara, dengan berbagai masalah seperti kemiskinan, pengangguran dan tindakan yang represif dari polisi. 2. Revolusi yang terjadi di Mesir terjadi karena beberapa faktor, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern dipengaruhi oleh rakyat Mesir yang menginginkan suatu Negara yang demokratis. Rakyat Mesir menderita karena pemerintahan Mubarak yang korup dan diktator. Kenaikan harga pangan, tingkat pengangguran yang tinggi, meluasnya kemiskinan, perlakuan yang represif dari polisi terhadap rakyat sipil menjadi pendorong yang kuat untuk melakukan revolusi. Sedangkan commit to userrevolusi di Mesir adalah revolusi faktor ekstern yang mempengaruhi terjadinya 84 85 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tunisia. Revolusi yang terjadi di Tunisia mampu membangkitkan semangat rakyat Mesir dan menghilangkan rasa takut terhadap pemerintah. 3. Revolusi di yang terjadi di Mesir pada tahun 2011 berbeda dengan revolusi yang terjadi sebelumnya karena revolusi pada tahun 2011 digerakkan oleh rakyat Mesir. Rakyat Mesir melakukan demonstrasi secara massive dan mengumpulkan massa menggunakan akun jejaring sosial facebook dan twitter. Pemerintah melakukan tindakan yang represif terhadap demonstran, melakukan penculikan, penganiayaan bahkan terhadap jurnalis yang meliput jalannya revolusi, namun tidak menghalangi tekad rakyat untuk menurunkan kekuasaan diktator Hosni Mubarak. Bentrok juga terjadi antara massa anti Mubarak dan pro Mubarak, sehingga menewaskan ratusan korban jiwa. Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk menghalau demonstran, termasuk menggunakan senjata penghalau massa buatan Amerika yang diberikan oleh Israel. Pusat pergerakan demonstran adalah Tahrir Square dengan menggelar aksi unjuk rasa menentang rezim Hosni Mubarak. Perekonomian di Mesir lumpuh total pada saat terjadi revolusi. Setelah 18 hari, Mubarak menyatakan mundur dari jabatannya, yang disampaikan oleh wakil presiden Omar Sulaiman melalui televisi nasional. Setelah Mubarak turun dari jabatannya, pemerintahan sementara diserahkan kepada pihak militer sampai dilakukan pemilihan umum. B. Implikasi Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan muncul implikasi yang dapat dipandang dari berbagai segi sebagai berikut : 1. Teoritis Kekuasaan merupakan suatu alat yang dapat digunakan oleh seseorang untuk bertindak sesuai keinginannya. Kekuasaan yang absolut dalam pemerintahan atau pemerintahan yang diktator sudah sulit untuk bertahan di zaman yang modern ini. Suatu bentuk pemerintahan yang demokratis lebih diinginkan rakyat, karena dapat menampung aspirasi rakyat. Revolusi sering digunakan sebagai alat untuk menumbangkan kediktatoran di berbagai Negara commit to user 86 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id untuk mencapai suatu negara yang demokratis. Revolusi dapat dilakukan dengan berbagai cara, sesuai dengan kondisi di suatu negara. Revolusi yang terjadi di Mesir merupakan akumulasi kekecewaan rakyat terhadap pemerintahan Hosni Mubarak yang diktator. Hosni Mubarak telah lama menyengsarakan rakyat, sehingga ketakutan rakyat mulai hilang dan berani melawan pemerintah dengan melakukan aksi demonstrasi besar-besaran menuntut agar Hosni Mubarak turun dari jabatannya sebagai presiden. Rakyat Mesir menginginkan pemerintahan yang demokratis, karena selama pemerintahan Mubarak rakyat Mesir dikekang dengan berbagai aturan yang diberikan pemerintah. Banyak kelompok-kelompok organisasi massa yang diboikot oleh pemerintah karena dianggap mengancam kekuasaan diktator Hosni Mubarak. 2. Praktis Implikasi praktis dari hasil penelitian tentang Runtuhnya Rezim Hosni Mubarak pada tahun 2011 adalah rezim Hosni Mubarak runtuh karena kekuasaan Mubarak telah menyengsarakan rakyat sehingga rakyat memberontak dengan menggelar aksi demonstrasi besar-besaran. Pemerintahan yang diktator dan jauh dari nilai demokrasi dinilai sudah tidak pantas untuk memerintah pada zaman yang sudah sangat modern. Rakyat Mesir menginginkan suatu pemerintahan yang demokratis dan dapat mensejahterakan kehidupan rakyat. Implikasi praktis dari penelitian ini terhadap pendidikan adalah sebagai wacana baru bagi perkembangan demokrasi di Negara-negara di dunia pada umumnya dan Negara-negara Timur Tengah pada khususnya, sehingga mampu menilai, bahwa suatu pemerintahan yang dipimpin dengan kekuasaan yang diktator sudah sulit untuk bertahan, karena rakyat menginginkan suatu pemerintahan yang demokratis, mendengar dan melayani rakyat sehingga rakyat dapat hidup dengan sejahtera. Implikasi praktis yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan Negara-negara di dunia dan Indonesia bahwa suatu pemerintahan harus disesuaikan dengan kondisi rakyat, tidak memerintah dengan sewenang-wenang dan mengutamakan kepentingan rakyat sehingga dapat commit to user mensejahterakan kehidupan rakyatnya. 87 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id C. Saran Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: Bagi Peneliti lain : Bagi peneliti sejarah yang ingin meneliti tentang sejarah Mesir terutama yang berkaitan dengan perkembangan politik di Mesir, ternyata masih banyak tema-tema penelitian tentang politik yang patut ditonjolkan namun belum terungkap secara mendalam dalam penelitian ini, terutama mengenai sejarah partai-partai politik mulai dari dibentuknya partai politik, yaitu pada masa kepemimpinan Anwar Sadat dan perkembangannya di Mesir sampai Mubarak turun dari jabatan presiden. Oleh karena itu bagi peneliti yang tertarik untuk meneliti tema-tema tersebut hendaknya dikaji lebih lanjut. commit to user