pelaksanaan proses pengkajian keperawatan di

advertisement
PELAKSANAAN PROSES PENGKAJIAN
KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP
RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Rutami*, Setiawan**
*Mahasiswa Fakultas Keperawatan
**Dosen Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara
Phone/Fax: +62 857 6294 9561
E-mail: [email protected]
Abstrak
Proses pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang dilakukan secara sistematis
dengan mengumpulkan data individu secara komperhensif terkait aspek biologis, psikologis, sosial,
maupun spiritual. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan proses pengkajian
keperawatan di ruang rawat inap terpadu RSUP H. Adam malik medan. Penelitian ini menggunakan
pendekatan studi fenomenologi. Partisispan pada penelitian ini sebanyak lima partisipan dan dipilih
dengan metode purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner
data demografi, observasi, dan wawancara mendalam serta direkam dengan menggunakan alat
perekam. Analisa data dilakukan dengan metode Colaizzi. Hasil penelitian dikelompokkan menjadi
empat kategori yaitu faktor pendorong pelaksanaan pengkajian, metode pengumpulan data dalam
pengkajian, manfaat melakukan pengkajian, dan faktor penghambat pelaksanaan proses pengkajian.
Mengingat pentingnya pengkajian maka direkomendasikan agar perawat mendapat pelatihan
keterampilan melakukan pengkajian keperawatan yang komperhensif dan berkesinambungan.
Kata kunci: Fenomenologi, Pengkajian keperawatan, Rawat inap
pengkajian
terhadap
kebutuhan
tersebut. Dan sering sekali hanya
berfokus hanya pada pengkajian
tanda-tanda vital dan pengkajian fisik.
PENDAHULUAN
Perawat sebagai suatu profesi
yang merupakan bagian dari tim
kesehatan bertanggung jawab membantu
klien (Haryanto, 2007). Sumbangan yang
diberikan
perawat adalah
melalui
pelaksanaan proses keperawatan. Proses
keperawatan adalah kerangka berpikir
yang
digunakan
perawat
untuk
melaksanakan fungsi dan tanggung
jawabnya secara mandiri. Tahap pertama
dari
proses
keperawatan
adalah
pengkajian (Hidayat, 2002). Fase dari
pengkajia meliputi: pengumpulan data,
analisis data, pengelompokan data dan
dokumentasi data (Haryanto, 2008).
Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Lestari, Sulisnadewi, I Wayan
(2007) di RSUP Sanglah Denpasar
diperoleh (40 %) data pengkajian kurang
sesuai dengan standar dan perawat sangat
jarang melakukan pengkajian terhadap
kebutuhan sosial dan spiritual pasien.
Padahal pengkajian merupakan kunci
membuat keputusan klinis, mengetahui
keadaan pasien, serta masalah pasien
(Potter & Perry, 2005).
Fenomena
pelaksanaan
pengkajian yang tidak komperhensif di
rumah sakit merupakan hal yang menarik
perhatian peneliti untuk mengetahui lebih
dalam mengenai pelaksanaan proses
pengkajian keperawatan di Ruang Rawat
Inap Terpadu RSUP H. Adam Malik
Medan. Pertanyaan dalam penelitian ini
adalah bagaimanakah pelaksanaan proses
pengkajian keperawatan di Ruang Rawat
Inap Terpadu RSUP H. Adam Malik
Medan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui
pelaksanaan
proses
pengkajian keperawatan di Ruang Rawat
Inap Terpadu RSUP H. Adam Malik
Medan.
Hampir 50% perawat tidak melakukan
52
yang dirumuskan ke dalam kelompok
tema (Polite & Hungler, 2001)
Tingkat
kepercayaan
data
dipertahankan
dengan
prolonged
engagement selama dua minggu, member
checking dilakukan dengan menunjukkan
hasil
penggelompokan
pernyataan
signifikan
kepada
partisispan,
dependability yaitu dengan membuat
catatan selama proses wawancara,
confirmability
dilaukukan
dengan
membicarakan hasil wawancara sampai
tema yang didapat dengan pembimbing
(Polite & Hungler, 2001; Sugiono, 2005).
METODE
Peneliti menggunakan pendekatan
studi fenomenologi untuk menggali lebih
dalam proses pelaksanaan pengkajian
keperawatan di ruang rawat inap.
Penelitian ini dilaksanakan di
Ruang rawat Inap Terpadu RSUP H.
Adam Malik Medan pada bulan Januari
2012 sampai April 2012. Pemilihan
partisipan
menggunakan
purposive
sampling yaitu partisipan diambil dari
sebagian perawat pelaksana di Ruang
rawat Inap Terpadu RSUP H. Adam malik
Medan yang belatar pendidikan S1
keperawatan dan telah memiliki masa
kerja lebih dari dua tahun setelah
mendapat S1 keperawatan. Jumlah
partisipan sebanyak lima partisispan yang
terdiri dari tiga partisipan dari Rindu A
dan dua partisispan dari Rindu B.
Peneliti adalah instrumen kunci
pada penelitian ini dan
untuk
memaksimalkan
pengumpulan
data,
digunakan (1) Kuesioner Data Demografi
yang meliputi umur, jenis kelamin,
agama, suku, lama masa kerja, dan status
perkawinan, (2) Panduan wawancara
berupa pertanyaan yang akan diajukan
oleh peneliti. Panduan wawancara dibuat
oleh peneliti sendiri. Hal-hal yang akan
ditanyakan berupa pengalaman dalam
melakukan
proses
keperawatan,
pengalaman dalam melakukan pengkajian
pada pasien baru masuk dan pasien yang
telah dirawat lebih dari dua hari, hal yang
menghambat perawat dalam mengkaji
pasien dan hal yang dirasakan pasien jika
telah melakukan pengkajian keperawatan,
dan hambatan dalam melaksanakan proses
pengkajian keperawatan, (3) Lembar
observasi. Hal yang dilihat adalah
pelaksanaan
proses
pengkajian
keperawatan menurut 11 pola fungsi
kesehatan Gordon.
Pengolahan data dilaksanakan
mulai dengan mendengar hasil wawancara
berulang-ulang,
membuat
transkrip
wawancara, membaca dan meninjau
transkrip serta menarik pernyataan yang
signifikan, mengelompokkan pernyataan
yang signifikan, dan mengatur makna
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kelima partisispan adalah perawat
pelaksana
yang
berlatarbelakang
pendidikan S1 keperawatan dan telah
memiliki masa kerja lebih dari dua tahun.
53
Tabel 1. Karakteristik partisipan
Karakteristik
Frekuensi
Umur
Mean
38
Jenis Kelamin
Perempuan
5
Agama
Islam
1
Kristen Protestan
4
Suku
Kristen Protestan
4
Karo
1
Batak Simalungun
2
Batak Toba
2
Lama kerja
Mean
4.25
Status Pernikahan
Menikah
4
Belum menikah
1
Berdasarkan hasil wawancara dan
observasi kepada partisipan di Ruang
Rawat Inap Terpadu RSUP H. Adam
Malik Medan, peneliti mengidentifikasi
pengalaman
pelaksanaan
proses
pengkajian keperawatan, meliputi (1)
faktor pendorong perawat melakukan
proses
pengkajian;
(2)
metode
pengumpulan
data
dalam
proses
pengkajian; (3) manfaat melakukan
pengkajian; dan (4) faktor penghambat
pelaksanaan proses pengkajian.
kelengkapan administrasi. Hal ini tampak
dari pernyataan partisipan.
“Ooh..Kalau pengkajian pasien
baru, kan pada umumnya pasien
dari IGD atau ICU nya yang masuk
ke sini. Jadi di sana pun sudah
dikaji perawatnya dek. Tapi disini
pun wajibnya kita kaji lagi.”
( Partisipan 1)
Metode Pengumpulan Data
dalam Proses Pengkajian
Dalam
mengumpulkan
data
pengkajian
keperawatan,
partisipan
melakukannya dengan mengobservasi
pasien dan melihat data IGD, wawancara
pasien dan keluarga, serta melakukan
pemeriksaan fisik pasien. Dari hasil
wawancara terdapat empat partisipan yang
mengungkapkan bahwa data tentang
pasien
dapat
diketahui
dengan
mengobservasi pasien dan melihat catatan
data observasi pasien dari data IGD. Hal
ini sesuai dengan penuturan partisipan.
“Pertama masuk itu memang dikaji
dari awal, ketika pasien masuk itu
dilihatlah, misalnya pengkajian
awal dia datang pake apa?
Oksigenkah?, NGTkah?, terus dia
pake
rostulkah
atau
pake
brankat?”
(Partisipan 2)
Faktor Pendorong Perawat Melakukan
Proses Pengkajian
Partisipan mengungkapkan dua
alasan
yang
mendorong
mereka
melaksanakan
proses
pengkajian
keperawatan
yaitu:
tahap
proses
keperawatan yang harus dijalankan dan
protap rumah sakit dalam menerima
pasien baru. Ada empat partisipan
mengemukakan bahwa proses pengkajian
dilaksanakan sebagai langkah awal dalam
tindakan proses keperawatan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan partisispan.
“Melakukan pengkajian itu apabila
asuhan keperawatan dilakukan. ...”
(Partisipan 3)
Serta
ada
dua
partisipan
menyatakan bahwa pengkajian pada
pasien itu sudah diwajibkan rumah sakit
untuk dikerjakan oleh perawat untuk
“Jadi lihat dari sini (menunjukkan
data dari IGD). Di sini kan ada
status dia, riwayat penyakit dia
juga. Misalnya tanggal lahir pun
kan sudah melihat ini juga kan (
sambil menunjuk berkas). Ini...ini..
ada MRnya, ada alamatnya, ada
tanggalnya. Udah dari sini.”
(Partisipan 4)
Semua partisipan mengungkapkan
bahwa dengan mewawancarai pasien dan
keluarganya ataupun orang terdekat
pasien, perawat dapat mengumpulkan data
yang dibutuhkan untuk melengkapi data
pengkajian. Hal ini sesuai dengan
pernyataan partisispan.
“Pertama
kita
mengkaji,
dipengkajian itu dilakukan secara
anamnese... bisa anamnese bisa
wawancara kepada pasien. Data itu
54
bisa didapat melalui wawancara
kepada pasien bisa juga kepada
keluarga pasien atau autoanamnese
dan allonamnese.”
(Partisipan 3)
Empat partisipan mengungkapkan
pengkajian data pasien dapat dilakukan
juga dengan melakukan pemeriksaan fisik
pasien tersebut. Hal ini sesuai dengan
pernyataan partisispan.
“Habis itu kan paling penting
dilihat head-to-toenya. Apendisitis
misalnya? Dimana? Abdomen.
Cara pemeriksaan pasien itu ada
berapa langkah? Empat kan!
Yasudah itu saja sampai perkusi.
Palpasi,
Auskultasi,
Inspeksi,
Perkusi. Sekarang palpasi apa mau
dilihat?...”
(Partisipan 5)
Manfaat Melakukan Pengkajian
Peneliti menyimpulkan ada empat
manfaat melakukan pengkajian yaitu
kepuasan bagi perawat, menambah
pengetahuan
perawat,
menentukan
diagnosa
pasien,
dan
mengetahui
perkembangan pasien. Tiga partisipan
mengungkapkan
setelah
melakukan
proses pengkajian keperawatan, mereka
merasakan kepuasan tersendiri dalam
dirinya. Hal ini sesuai dengan penuturan
partisipan.
“Apa la ya? Menyenagkan kalau
saya ya! Ya kita merasa data dia
sudah lengkaplah.”
(Partisipan 5)
Dua partisispan mengungkapkan
dengan melakukan proses pengkajian
keperawatan
dapat
menambah
pengetahuan dan pengalaman perawat.
Temuan ini sesuai pernyataan partisispan.
“Misalnya kita tanya, Bapak sakit
apa? Lalu jadi bagaiimana? Ha..itu
kan jadi menambah wawasan sama
pengalaman kita sebenarnya.”
(Partisipan 2)
Dua partisipan mengungkapkan
bahwa
dengan
melakukan
proses
pengkajian keperawatan maka diagnosa
dapat ditegakkan. Hal ini sesuai dengan
penuturan partisipan.
“Kalau sudah pengkajiankan,
dapat daftar masalahnya.”
(Partisispan 2)
Dua pertisipan juga menyatakan
dapat mengevaluasi pasien dengan
melakukan
proses
pengkajian
keperawatan. Hal ini sesuai dengan
penuturan partisispan.
“Jadi, kita kaji tingkat kesadaran,
malah bukan setip hari tapi setiap
shift harus dikaji. Ada tidak
peningkatan kesadarannya? Yang
bermasalah dikaji misalnya kalau
tidak
terjadi
peningkatan
kesadaran, apa yang salah dengan
rencana yang kita buat.”
(Partisipan 3)
Faktor
Penghambat
Pelaksanaan
Proses Pengkajian
Faktor-faktor
penghambat
pelaksanaan
proses
pengkajian
keperawatan yaitu kurangnya kemampuan
perawat mengumpulkan data pengkajian
yang komperhensif, enggan mengkaji,
beban kerja yang tinggi, dan mengkaji itu
memakan waktu. Dua partisispan
mengungkapkan bahwa penghambat
terlaksananya
proses
pengkajian
keperawatan
adalah
kurangnya
kemampuan perawat. Hal ini sesuai
dengan penuturan partisispan.
“Tidak semua perawat itu tahu
mengkaji, bisa sih mengkaji dasardasarnya tapi yang dalamdalamnya
tidak.
Itulah
hambatannya. Makanya kadang,
ada kadang pengkajian itu tak
terisi.”
(Partisipan 2)
Tiga partisipan mengungkapkan
bahwa keengganan mengkaji adalah
hambatan dalam melaksanakan proses
pengkajian keperawatan. Hal ini tampak
dari pernyataan partisipan.
“Sebenarnya kalau pengkajian itu,
paling malas itu.”
(Partisipan 2)
Dua partisipan mengungkapkan
beban kerja perawat tinggi sehingga
menghambat
pelaksanaan
proses
pengkajian keperawatan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan partisispan.
“Ya.. karena itu tadi mungkin,
karena kebanyakan pasienya jadi
55
tidak cocok .. tapi paling ... karena
banyak sekali kerjaan. Mana
menemani visite ,mana mengurus
obat, mana melakukan tindakan,
belum lagi yang mengantar
pemeriksaan.”
(Partisipan 2)
Pembahasan
Faktor
pendorong
perawat
melakukan
proses
pengkajian
keperawatan antara lain: tahap proses
keperawatan yang harus dijalankan dan
prosedur tetap rumah sakit dalam
menerima pasien baru. Melakukan
pengkajian adalah proses pertama yang
dilakukan sebelum dapat melakukan
asuhan keperawatan pada pasien (AlfaroLeFevre, 1994).
Metode pengumpulan data yang
dilakukan perawat berdasarkan hasil
wawancara
peneliti
antara
lain
mengobservasi pasien secara langsung,
melihat catatan dari IGD, mewawancarai
pasien dan keluarganya, dan memeriksa
fisik pasien dari kepala sampai ujung kaki
(Kozier et al., 2004). Dengan pelaksanaan
proses pengkajian keperawatan, perawat
mendapatkan beberapa manfaat antara
lain: perawat merasa puas telah dapat
melaksanakan tugasnya (Syaiin, 2008),
bertambahnya
pengetahuan
dan
pengalaman perawat (Kozier et al., 2004),
diketahuinya masalah yang terjadi pada
pasien
sehingga
dapat
ditentukan
diagnosanya, serta dapat dievaluasinya
asuhan keperawatan yang telah dilakukan
(Kozier et al., 2004; Sand-Jecklin et al.,
2010).
Hasil wawancara dengan para
informan didapatkan bahwa faktor yang
menghambat
pelaksanaan
proses
pengkajian keperawatan antara lain:
kurangnya
kemampuan
perawat
mengumpulkan data pengkajian yang
komperhensif, kurang motivasi diri, beban
kerja yang tinggi (Martini, 2007).
Dua partisipan mengungkapkan
bahwa waktu yang mereka punya sempit.
Hal ini tampak pernyataan partisispan.
“Adek tanyalah dengan yang lain,
tak sempat langsung tanya pasien.
Waktu tadi.”
(Partisipan 4)
Hasil
observasi
peneliti
mendapatkan bahwa perawat rawat inap
hanya mengkaji pola persepsi kesehatanmanajemen, pola eliminasi, pola aktivitaslatihan, pola kognitif- persepsi, dan pola
nilai-kepercayaan. Pola fungsi kesehatan
yang tidak dikaji yaitu pola nutrisimetabolisme, pola tidur-istirahat, pola
persepsi diri-konsep diri, pola peranhubungan, pola seksualitas-reproduksi,
dan pola koping-toleransi stres. Partisipan
juga tidak melakukan validasi data
pengkajian yang partisipan dapatkan.
Tabel 2. Hasil observasi langsung
Perilaku yang diobservasi
Frekuensi
1. Mengkaji
a. Pola persepsi kesehatan2
manajemen kesehatan
b. Pola nutrisi-metabolisme
0
c. Pola eliminasi
5
d. Pola aktivitas-latihan
1
e. Pola kognitif-persepsi
5
f. Pola tidur-istirahat
0
g. Pola persepsi diri-konsep
0
diri
h. Pola peran-hubungan
0
i. Pola
seksualitas0
reproduksi
j. Pola
koping-toleransi
0
stres
k. Pola nilai-kepercayaan
5
2. Memvalidasi
3. Mencatatan
dan
mendokumentasian
informasi
0
5
56
Martini. (2007). Hubungan Karakteristik
Perawat, Sikap, Beban Kerja,
Ketersediaan Fasilitas dengan
Pendokumentasian
Asuhan
Keperawatan di Rawat Inap
BPRSUD Kota Salatiga .Tesis.
Juli
5,
2012
dari
Http://eprints.undip.ac.id/18127/
1/MARTINI.pdf.
SIMPULAN DAN SARAN
Pelaksanaan proses pengkajian
keperawatan di ruang rawat inap
merupakan
kegiatan
komperhensif
perawat yang membutuhkan ilmu dan seni
keperawatan yang baik.
Mengingat pentingnya pengkajian
maka direkomendasikan agar perawat
mendapat
pelatihan
keterampilan
melakukan pengkajian keperawatan yang
komperhensif dan berkesinambungan.
Polite, D. F., Beck, C. T., & Hungler, B.
P. (2001). Essentials of Nursing
Research: Methode, Appraisal,
and
Utilization.Lippincott.
Philadelphia
Melalui informasi yang didapat dari
penelitian ini maka disarankan untuk
melakukan penelitian action research
untuk
menguji
keefktifitasan
penerapan suatu model pengkajian
keperawatan di ruang rawat inap.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar
Fundamental
Keperawatan,
Edisi 4. Jakarta : EGC
DAFTAR RUJUKAN
Alfaro-LeFevre, R. (1994). Applying
Nursing Process : a step by step
guide. J.B Lippincott
Sand-Jecklin, K .et al. (2010). Educating
Nursing Students about Health
Literacy: From the Classroom
to the Patient Bedside . OJIN:
The Online Journal of Issues in
Nursing Vol. 15 No. 3. Juli 10,
2012
dari
http://search.proquest.com.
Haryanto.
(2007).
Konsep
dasar
keperawatan dengan pemetaan
konsep (concept mapping).
Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A. A. A. (2002). Pengantar
dokumentasi
proses
keperawatan. Jakarta:EGC
Kozier,
Sugiono. (2005). Memahami Penelitian
Kualitatif.
Bandung:
ALFABETA
Barbara
et.al.
(2004).
Fundamentals
of
nursing:
Conepts, Process, and Practice.
Seventh Edition. New Jersey:
PEARSON
Sugiyanto, Z. (2005). Perilaku Dokter
Dalam Mengisis Kelengkapan
Data Rekam Medis, RSU
Ungaran. (Tesis ).
Syaiin, S. (2008). Pengaruh Kepuasan
Kerja terhadap Kinerja Pegawai
Klinik Spesialis Bestari Medan
Tahun 2007. Tesis. Juli 6, 2012
Http://repository.usu.ac.id/.
Lestari, A. S., Sulisnadewi, N. L. K., & I
Wayan, S. ( 2007). Hubungan
Tingkat Pengetahuan Perawat
dengan
Pelaksanaan
Dokumentasi
Proses
Keperawatan di RSUP Sanglah
Denpasar.
Jurnal
Ilmiah
Keperawatan Vol.2 Juni 2009
Gempar. Oktober 23, 2011 dari
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/j
urnal/210916.pdf
57
Download