BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan

advertisement
1
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan metoda diskriptif kuantitatif,
dimana peneliti berusaha untuk mengetahui lebih mendalam masalah air tanah,
yaitu berkenaan dengan kajian daerah terintrusi air laut di wilayah pesisir
Kecamatan Kuta Utara.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Secara administratif lokasi penelitian terletak
di wilayah pesisir
Kecamatan Kuta Utara meliputi Kelurahan Kerobokan Kelod dan Kelurahan
Kerobokan serta Desa Tibu Beneng dan Desa Canggu Kecamatan Kuta Utara,
Kabupaten Badung, Propinsi Bali seperti pada Gambar 4.1
Penelitian ini dilakukan selama 2 (dua) bulan mulai bulan Pebruari sampai
dengan April 2015. Hal ini dimaksudkan bahwa pada bulan tersebut fluktuasi
permukaan air tanah terjadi seiiring dengan adanya pergantian musim. Pada
musim kemarau permukaan air tanah akan mengalami penurunan dan akan
mencapai kedudukan terendah pada periode akhir musim kemarau.
Dampak yang berkaitan dengan kuantitas maupun kualitas air tanah
umumnya dijumpai selama berlangsungnya pengambilan air secara berlebihan
(over exploitation) air tanah di daerah sekitar pantai. Pengambilan air secara
berlebihan dapat menyebabkan penurunan muka air tanah dan lebih lanjut
mengakibatkan intrusi air laut ke arah sumur.
2
Gambar 4.1
Peta Lokasi Penelitian
(Sumber : Peta Dasar Kab. Badung skala 1 : 25.000, Citra Quickbird Archive, 2006)
3
4.3. Penentuan Sumber Data
Penentuan sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder sebagai berikut :
a. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya yaitu: data
pengukuran kedalaman muka air tanah dan pengambilan sampel air sumur
bor/gali (in-situ) serta hasil analisis laboratorium (ex-situ).
b. Data skunder yang dikumpulkan bersumber dari instansi terkait maupun
diperpustakaan.
Data skunder tersebut meliputi :
- Data Iklim ( curah hujan, suhu dan kelembaban) 10 (sepuluh) tahun terakhir
yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Tuban-Denpasar.
- Data jumlah sumur produksi, jumlah pemakaian air tanah diperoleh dari
Dinas Cipta Karya Kabupaten Badung
- Data sosial ekonomi meliputi demografi, mata pencaharian dan pendapatan,
jumlah penduduk, tenaga kerja dan kelembagaan masyarakat diperoleh dari
Kantor Statistik Kabupaten Badung.
- Peta administrasi skala 1 : 25.000, peta penggunaan lahan skala 1 : 25.000,
peta geologi, peta hidrogeologi dan peta jenis tanah masing masing dengan
skala 1 : 250.000 yang diperoleh dari Bappeda dan Litbang Kabupaten
Badung.
4.4. Variabel Penelitian
Adapun variabel penelitian dalam pelaksanaan pemetaan daerah rawan
terintrusi air laut di wilayah pesisir Kecamatan Kuta Utara meliputi :
4
a. Kualitas air tanah
Untuk mendapatkan kualitas air tanah guna mengetahui terindikasinya intrusi
air laut dilakukan analisa terhadap parameter kunci seperti sifat fisika :
tempratur (suhu) dan jumlah zat padat terlarur. Sifat kimia parameternya yaitu
derajat keasaman (pH), klorida (Cl) dan daya hantar listrik.
b. Arah aliran air tanah dengan melakukan pengukuran kedalaman muka air
tanah pada masing masing sumur bor/ gali di daerah penelitian.
c. Selain itu perlu dilakukan interpretasi terhadap peta peta pendukung seperti
peta geologi, giohidrologi untuk mengetahui jenis batuan daerah penelitian,
peta tata guna lahan untuk mengetahui penggunaan lahannya, peta
administrasi untuk mengetahui luas wilayah per desa serta peta demografi
untuk mengetahui jumlah sebaran penduduk.
4.5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang akan dipergunakan dalam penelitian ini dibagi
dalam 2 (dua) tahap yaitu :
a. Pengumpulan dan pengolahan data di lapangan :
Jenis peralatan yang digunakan di lapangan antara lain kamera digital, EC
meter, pH meter, TDS meter, water level meter, GPS untuk menentukan
lokasi pengambilan sampel, alat tulis, jerigen air untuk menampung sampel air
sumur bor/ gali dan kertas tissue.
b. Analisis data dan pembuatan peta.
Jenis peralatan yang digunakan untuk melakukan pengolahan dan analisa data
serta pembuatan peta antara lain : peralatan analisa laboratorium, kalkulator,
komputer, software pembuatan peta (Map Info, Arc GIS) dan lainnya.
5
4.6. Prosedur Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian di wilayah pesisir Kecamatan Kuta Utara
dilakukan tahapan prosedur penelitian sebagai berikut :
4.6.1. Penentuan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan unit
unit lahan. Tujuan dari penentuan unit lahan adalah untuk stratifikasi pengambilan
sampel. Unit lahan dibentuk dari kompilasi peta penggunaan lahan, peta geologi,
peta hidrogeologi dan peta jenis tanah. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 60
sampel yang ditentukan secara proporsional terhadap masing masing luas unit
lahan. Berdasarkan kompilasi peta peta tersebut dihasilkan 6 (enam) kelompok
unit lahan dengan luas keseluruhan 2.241 Ha, sebagai berikut :
a. Kawasan akomodasi pariwisata di wilayah Tibubeneng dan sebagian wilayah
Canggu dengan jenis tanah latosol coklat kekuningan, di daerah alluvium (Qa)
serta berada pada akuifer dangkal seluas 58,6 Ha dengan pengambilan sampel
sebanyak 4 sampel.
b. Kawasan akomodasi pariwisata di wilayah Kerobokan Klod dan Canggu
dengan jenis tanah regosol coklat kelabu, di daerah alluvium (Qa) serta berada
pada akuifer dangkal seluas 291,4 Ha sebanyak 12 sampel.
c. Kawasan sempadan sungai dengan jenis tanah latosol coklat kekuningan dan
sebagian kecil regosol coklat kelabu berada di perbatasan desa Tibubeneng
dan Canggu termasuk dalam geologi batuan gunung berapi (Qpbb) dengan
hidrogeologi pada akuifer produktifitas sedang seluas 376,6 Ha dengan
pengambilan sampel sebanyak 13 sampel.
6
d. Kawasan pemukiman dengan jenis tanah Latosol coklat kekuningan berada di
Tibu beneng, Canggu, Kerobokan dan Kerobokan Kelod termasuk dalam
geologi batuan gunung berapi (Qpbb) dengan hidrogeologi pada akuifer
produktifitas sedang seluas 946,1 Ha dengan pengambilan sampel sebanyak
23 sampel.
e. Kawasan lahan basah dengan jenis tanah latosol coklat kekuningan berada di
Tibubeneng, Canggu dan Kerobokan dengan geologi batuan gunung berapi
(Qpbb) dengan hidrogeologi akuifer produktifitas sedang seluas 568,3 Ha
dengan pengambilan sampel sebanyak 8 sampel.
Selanjutnya klasifikasi unit lahan dan titik pengambilan sampel tersaji pada
Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Peta Unit lahan
(Sumber : Peta Dasar Kab. Badung skala 1 : 25.000, Citra Quickbird Archive, 2006)
7
4.6.2. Penentuan Kualitas Air Tanah
Dalam menentukan kualitas air tanah dan arah aliran air tanah di daerah
penelitian dilakukan tahapan pekerjaan sebagai berikut :
a. Pengambilan data primer berupa sampel air tanah (air sumur bor/ sumur gali)
dan tinggi muka air tanah. Sampel air diambil sebanyak 1 (satu) liter
kemudian ditampung pada sebuah botol plastik. Guna mengetahui kualitas air
sumur yang meliputi parameter yaitu suhu, total dissolved solid (TDS) dan
daya hantar listrik (DHL) diukur secara langsung di lapangan dengan alat
yang sudah disiapkan.
b. Melaksanakan pengukuran tinggi muka air tanah (MAT) masing masing
sampel sumur bor/ gali yang diukur secara langsung di lapangan dengan
menggunakan alat water level meter.
c. Melaksanakan analisa fisika dan kimia di UPT. Laboratorium Kesehatan
Propinsi Bali di Denpasar terhadap parameter fisika yaitu suhu dan TDS serta
parameter kimia yaitu pH, DHL, klorida (Cl) dan kesadahan (CaCo3).
d. Mengumpulkan data skunder dari berbagai sumber antara lain :
- Data Iklim (curah hujan, suhu dan kelembaban) 10 (sepuluh) tahun terakhir
yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Tuban-Denpasar.
- Data jumlah sumur produksi, jumlah pemakaian air tanah diperoleh dari
Dinas Cipta Karya Kabupaten Badung
- Data sosial ekonomi meliputi demografi, mata pencaharian dan pendapatan,
jumlah penduduk, tenaga kerja dan kelembagaan masyarakat diperoleh dari
Kantor Statistik Kabupaten Badung.
8
- Peta administrasi skala 1 : 25.000, peta penggunaan lahan skala 1 : 25.000,
peta geologi, peta hidrogeologi dan peta jenis tanah masing masing dengan
skala 1 : 250.000 yang diperoleh dari Bappeda Kabupaten Badung.
e. Melakukan pengolahan dan analisa data terhadap data dan peta yang sudah
tersedia dengan jalan merumuskan, menulis dan memetakan apa yang
didapatkan sesuai kerangka penelitian yang telah ditentukan.
f. Dari hasil pengolahan data dan pemetaan tersebut juga dilakukan interpretasi
maupun kajian untuk mengetahui sebaran intrusi air laut saat ini dan prediksi
sebaran intrusi air laut pada tahun tahun mendatang.
4.7. Analisis Data
4.7.1. Analisis Data Kualitas dan Kuantitas Air Tanah
Analisis data kualitas air tanah hasil penelitian ini dilakukan melalui beberapa
tahap :
a. Pemeriksaan parameter kualitas air tanah mencakup pemeriksaan parameter
fisik ( suhu dan total dissolved solid/ TDS) dan pemeriksaan parameter kimia
( pH, daya hantar listrik, khlorida dan kesadahan).
b. Hasil pemeriksaan parameter kualitas air tanah dianalisis secara diskriptif dan
dibandingkan dengan baku mutu air kelas I (air yang dapat digunakan sebagai
air baku untuk air minum) sesuai Pergub Bali Nomor 8 tahun 2007.
c. Setelah diketahui hasil analisa 6 (enam) parameter kunci yang kuat
mempengaruhi instrusi air laut seperti suhu, TDS, pH, DHL, Cl dan
kesadahan dibuatkan peta masing masing parameter yang diamati. Parameter
kunci untuk mengetahui terjadinya intrusi air laut seperti Tabel 4.1.
9
d. Selanjutnya tingkat kerusakan kondisi air tanah secara kualitas di daerah
penelitian dibandingkan dengan Tabel 2.1 sampai dengan Tabel 2.3.
Tabel. 4.1
Parameter Kualitas Air yang Dianalisis, Metoda Analisis dan Alat yang Digunakan.
No
Parameter
Satuan
Metoda Analisis
Alat
Sifat Fisika
1.
Temperatur
0
Metoda analisis pemuaian
Termometer
2.
Zat padat
Mg/lt
Metoda analisis grafimetri
Timbangan
C
terlarut
analitik
Sifat Kimia
3.
Klorida (Cl)
Mg/lt
Metoda analisis titrimetri
Buret
4.
pH
-
Metoda analisis potensiometer
pH meter
5.
Kesadahan
Mg/lt
Metoda analisis potensiometer
Buret
µMhos/cm
Metoda konduktivitimeter
EC meter
(CaCo3)
6.
DHL
Sumber : Saeni, 1989
Analisis data kuantitas air tanah hasil penelitian dilakukan melalui beberapa
tahap yaitu :
a. Pengukuran tinggi muka air tanah masing masing sumur bor/ gali yang
dilakukan terhadap semua sampel sumur yang telah ditentukan dalam
penelitian.
b. Pengukuran elevasi sumur dan posisi titik koordinat sumur dilakukan terhadap
semua sampel sumur yang telah ditentukan dalam penelitian.
c. Hasil pengukuran kuantitas air tanah, elevasi sumur dan posisi titik koordinat
sumur dianalisis secara diskriptif dan dibandingkan dengan tingkat kerusakan
kondisi air tanah yang ditetapkan oleh Badan Geologi, Kementerian Energi
Sumberdaya Mineral untuk selanjutnya dibuat peta tinggi muka air tanah dan
arah aliran air tanah.
10
4.7.2. Analisis Prediksi Sebaran Daerah Terintrusi Air laut
Analisis statistika yang digunakan untuk melihat hubungan antara dua atau
lebih variabel yang saling berkorelasi dalam suatu Cekungan Air Tanah (CAT) di
wilayah pesisir Kecamatan Kuta Utara adalah analisis regresi linier sederhana
(simple linier regression). Analisis statistika ini hanya melihat hubungan yang
bersifat linier antara variabel tidak bebas (y) dan variabl bebas (x) untuk
memperkirakan sebaran daerah terintrusi air laut tahun 2022.
Data yang diperlukan dalam menganalisis prediksi sebaran daerah
terintrusi air laut adalah :
a.
Menyiapkan data hasil analisa fisika kimia air tanah masing masing
parameter kunci yang mempengaruhi intrusi air laut yaitu suhu, total
dissolved solid (TDS), pH, daya hantar listrik (DHL), khlorida (Cl),
Kesadahan (CaCo3) yang ada di wilayah penelitian tahun 2001, tahun 2008
dan tahun 2015.
b.
Menyiapkan peta daerah terintrusi air laut eksisting sebagai acuan dalam
memprediksi sebaran daerah terintrusi air laut.
c.
Menyiapkan data muka air tanah beberapa sumur produksi maupun sumur
pantau tahun 2001, tahun 2008 dan tahun 2015.
Berdasarkan interval data 7 (tujuh) tahunan tersebut di atas, dilakukan
analisis statistika dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana (simple
linier regression) guna mendapatkan data prediksi tinggi muka air tanah dan data
prediksi daerah terintrusi air laut pada interval 7 (tujuh) tahun berikutnya yaitu
tahun 2022.
11
4.7.3. Pembuatan Peta Tinggi Muka Air Tanah dan Peta Sebaran Paramater
Kunci yang mempengaruhi Intrusi Air Laut.
Pada tahap ini dibuat peta kedudukan tinggi muka air tanah dan arah
alirannya serta peta sebaran daerah terintrusi air laut degan urutan kerja yaitu :
a. Menentukan titik koordinat geografis lokasi sampel dan memetakan ke dalam
peta dasar digital.
b. Melakukan interpolasi data terhadap tinggi muka air tanah maupun parameter
kunci yang mempengaruhi intrusi air laut dari masing masing sampel yang
sudah ditentukan titik koordinatnya.
c. Membuat peta tematik kondisi saat ini/ eksisting masing masing parameter
kunci yang mempengaruhi intrusi air laut yaitu peta sebaran kisaran suhu,
TDS, pH, DHL, Cl, CaCo3 dan peta daerah terintrusi air laut serta peta
kedudukan muka air tanah dan arah aliran air tanah.
d. Melakukan analisis dan estimasi beberapa tahun ke depan untuk menghasilkan
peta prediksi muka air tanah dan prediksi intrusi air laut di masa mendatang.
12
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
5.1.1. Letak Geografis dan Jenis Tanah
Kecamatan Kuta Utara merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten
Badung, Propinsi Bali yang perkembangan penduduknya sangat pesat akibat dari
urbanisasi, karena daya tariknya sebagai pusat perkotaan dan sebagai kawasan
pariwisata. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Kuta Utara adalah 8°37’07.2" LS
- 8°41’01.8" LS dan 115°07’18.3" BT - 115°10’56.9" BT. Batas administrasi
wilayah Kecamatan Kuta Utara adalah di sebelah Utara berbatasan dengan
Kecamatan Mengwi, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kuta, di
sebelah Timur berbatasan dengan Kota Denpasar dan di sebelah Barat berbatasan
dengan Samudera Hindia (Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung, 2014).
Gambaran umum wilayah penelitian ini dapat dilihat dalam Peta Administrasi
Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung seperti tersaji pada Gambar 5.1.
Topografi wilayah penelitian sebagian besar berada pada wilayah dataran
rendah dengan ketinggian 0-45 meter dari permukaan air laut dengan kemiringan
lereng 0-15%. Jenis tanah di Kecamatan Kuta Utara meliputi dua jenis tanah
yaitu regosol coklat kelabu dengan bahan induk endapan laut, dengan fisiografi
beting pantai dan bentang wilayah adalah datar. Latosol coklat kekuningan
dengan bahan induk abu dan tufa folkan intermedia, fisiografi lungur volkan,
bentang wilayah bergelombang, berbukit dan landai (Peta jenis tanah Bali, 2008).
Peta jenis tanah Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung seperti tersaji pada
Gambar 5.2.
13
Gambar 5.1
Peta Administrasi Kecamatan Kuta Utara
(Sumber : Peta Dasar Kab. Badung skala 1 : 25.000, Citra Quickbird Archive, 2006)
14
Gambar 5.2
Peta Jenis Tanah Kecamatan Kuta Utara
(Sumber : Peta Jenis Tanah Bali skala 1 : 25.000, Citra Quickbird Archive, 2006)
15
5.1.2. Kondisi Geologi dan Hidrologi
Struktur geologi Kecamatan Kuta Utara sebagian besar merupakan produk
gunung api muda yang terdiri dari breksi vulkanik, tufa pasiran dan endapan lahar
(Hadi Wijoyo, 1986). Sebagian kecil daerah pesisir sekitarnya merupakan daerah
alluvial endapan pantai yang tersusun dari pasir. Peta geologi Kecamatan Kuta
Utara akan memperlihatkan formasi bantuan. Pada umumnya di Kecamatan Kuta
Utara jenis batuan yang ada berupa tufa ( Qpbb ), berwarna abu – abu kehitaman,
berukuran pasir halus – sedang, porous dan agak keras. ataupun urutan stratigrafi
daerah penyelidikan yaitu keterdapatan batuan seperti pasir, kerakal, kerikil serta
lempung dan lanau dapat memperkirakan lapisan yang kedap air, akuifug dan
akuifer. Peta geologi Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung
disajikan
Gambar 5.3
Berdasarkan Peta tinjau hidrogeologi Kabupaten Badung (Djaeni, A.
1982), kandungan air tanah di daerah Kecamatan Kuta Utara cukup bervariasi.
Kandungan air tanahnya dapat di kelompokkan menjadi 3 yaitu : kandungan air
sedang dengan debit 5 liter/detik, kandungan air kurang dengan debit 5 liter/detik,
kandungan air sangat sedikit sekali dengan debit < 0,1 liter/detik dan daerah
terpengaruh oleh air laut di Kecamatan Kuta Utara. Peta hidrogeologi Kecamatan
Kuta Utara, Kabupaten Badung tersaji pada Gambar 5.4
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Badung,
penggunaan lahan di Kecamatan Kuta Utara terdiri dari kawasan pemerintahan,
kawasan permukiman, kawasan akomodasi pariwisata, kawasan perdagangan
dan jasa serta kawasan lahan basah. Peta penggunaan lahan Kecamatan Kuta
Utara, Kabupaten Badung tersaji pada Gambar 5.5.
16
Gambar 5.3
Peta Geologi Kecamatan Kuta Utara
(Sumber : Peta Geologi Pulau Bali,, 2006)
17
Gambar 5.4
Peta Hidrogeologi Kecamatan Kuta Utara
(Sumber : Peta Geologi Pulau Bali,, 2006)
18
Gambar 5.5
Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Kuta Utara
(Sumber : Peta Dasar Kab. Badung skala 1 : 25.000, Citra Quickbird Archive, 2006)
19
5.1.3. Keadaan Iklim
Wilayah pesisir Kecamatan Kuta Utara termasuk dalam wilayah Kabupaten
Badung, Bali umumnya beriklim tropis yang dipengaruhi oleh angin muson.
Menurut klasifikasi Schmitd - Ferguson periode 2003 - 2013, wilayah pesisir
Kecamatan Kuta Utara beriklim sedang (Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika Wilayah III Denpasar, 2014). Data mengenai iklim rata-rata bulanan
untuk kawasan Kuta dan sekitarnya selama 10 tahun terakhir (2003-2013) di
sajikan dalam Tabel 5.1.
Tabel 5.1
Data Iklim Rata-rata Bulanan di Stasiun Pengamatan Tuban Selama 10 (Sepuluh)
Tahun (2003-2013).
Lama
Curah
Kelembaban
0
Bulan
Suhu ( C)
Penyinaran
Hujan (mm)
(%)
Matahari (%)
Januari
378,8
27,9
80
63
Februari
280,4
28,1
79
61
Maret
213,7
28,1
79
68
April
148,0
28,1
79
80
Mei
84,2
27,7
78
82
Juni
32,2
26,7
78
83
Juli
22,7
26,3
78
84
Agsutus
16,9
26,1
77
86
September
50,8
26,7
78
83
Oktober
83,4
27,8
78
87
Nopember
212,1
28,4
77
73
Desember
329,8
28,0
80
54
Sumber : Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah
III Denpasar (2014).
20
5.1.4. Keadaan Penduduk
Masalah kependudukan merupakan masalah yang memegang peranan
penting dalam perkembangan suatu daerah khususnya di Negara yang sedang
berkembang. Disatu pihak pertumbuhan penduduk dapat menambah jumlah
tenaga kerja, dilain pihak dapat
menimbulkan permasalahan sosial, ekonomi
maupun masalah lingkungan. Kecamatan Kuta Utara termasuk wilayah
Kabupaten Badung Propinsi Bali terdiri dari 3 (tiga) desa dan 3 (tiga) kelurahan.
Jumlah penduduk di Kecamatan Kuta Utara tahun 2014 tercatat 68.422 jiwa
dengan jumlah Kepala keluarga sebanyak 16.576 KK dengan kepadatan penduduk
rata rata 2.021
jiwa/ Km2. Kecamatan Kuta Utara sebagai pusat kawasan
perkotaan dan kawasan pariwisata menarik perhatian masyarakat untuk mencari
pekerjaan sehingga terjadi urbanisasi. Data kependudukan Kecamatan Kuta Utara
tersaji pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kecamatan
Kuta Utara Tahun 2014
Desa/
Kelurahan
Dusun/
Banjar
(buah)
Luas
Wilayah
(Km2)
Krobokan Klod
10
5,26
8.244
2.002
1.567
Kerobokan
11
5,42
7.955
1.814
1.468
9
5,30
18.309
4.367
3.455
Tibu Beneng
13
6,50
10.010
2.495
1.540
Canggu
7
5,23
5.350
1.263
1.023
Dalung
16
6,15
18.554
4.635
3.017
Total
66
33,86
68.422
16.576
2.021
Kerobokan Kaja
Jumlah
Jumlah
penduduk
KK
(jiwa)
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung, Tahun 2015
Kepadat
an (Jiwa/
Km2)
21
5.1.5. Ketersediaan Air Bersih
Pemenuhan kebutuhan air untuk berbagai keperluan diutamakan dari
sumber air permukaan sedangkan air tanah digunakan sebagai tambahan pasokan
air. Pesatnya perkembangan jasa akomodasi pariwisata seperti hotel, pondok
wisata, restoran dan jasa usaha lainnya serta kepadatan penduduk sangat terkait
dengan jumlah penggunaan air dan sangat berpotensi mempengaruhi keadaan
lingkungan setempat. Penyediaan air bersih di wilayah Kecamatan Kuta utara
diperoleh dari air tanah melalui pembuatan sumur bor/ gali serta pasokan dari
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mangutama Kabupaten Badung.
Cakupan pemenuhan air bersih untuk keperluan jasa usaha pariwisata maupun
keperluan domestik penduduk di Kecamatan Kuta Utara diperoleh dari air tanah
dan air PDAM Tirta Mangutama di Kecamatan Kuta Utara yang dapat dilihat
pada Tabel 5.3 dan Tabel 5.4.
Tabel 5.3
Cakupan Pemenuhan Air Bersih PDAM Kecamatan Kuta Utara sampai dengan
Tahun 2014
Jumlah
Cakupan
Jumlah
Desa/
Jumlah
penduduk
PDAM
Sambungan
Kelurahan
KK
(jiwa)
(%)
PDAM
Krobokan Klod
8.244
2.002
54,90
1.099
Kerobokan
7.955
1.814
53,60
1.119
Kerobokan Kaja
18.309
4.367
57,90
2.528
Tibu Beneng
10.010
2.495
50,82
1.268
Canggu
5.350
1.263
54,31
686
Dalung
18.554
4.635
100
4.635
Total
68.422
16.576
84,33
16.757
Sumber : PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung, 2015
22
Tabel 5.4
Jumlah Sarana Pariwisata, Jumlah Sumur Berijin dan Jumlah Pemakaian Air
Tanah di Kecamatan Kuta Utara
Jumlah
usaha
(buah)
Jumlah
SIPA
berijin
(buah)
Jumlah
sumur
berijin
(buah)
Jumlah pema
kaian air berijin
(m3/bulan)
Krobokan Klod
272
53
80
120.000
Kerobokan
30
3
4
6.000
Kerobokan Kaja
6
4
4
6.000
Tibu Beneng
40
10
12
37.500
Canggu
46
14
15
22.500
Dalung
2
2
2
3.000
396
86
117
195.000
Desa/ Kelurahan
Total
Sumber : Dinas Cipta Karya Kabupaten Badung, 2015
5.1.6. Akomodasi dan Fasilitas Penunjang Pariwisata
Perkembangan kepariwisataan di wilayah pesisir Kecamatan Kuta Utara
telah ditunjang oleh berbagai sarana dan prasarana pariwisata seperti akomodasi
hotel, restoran dan rumah makan. Jumlah hotel berbintang di wilayah pesisir
Kecamatan Kuta Utara tahun 2014 sebanyak 5 buah, hotel non bintang sebanyak
53 buah, villa sebanyak 278 buah dan restoran/ rumah makan sebanya 60 buah
disajikan pada Tabel 5.5.
Kebutuhan air untuk akomodasi pariwisata berupa hotel dibedakan
berdasarkan hotel berbintang dan non bintang. Perhitungan kebutuhan untuk hotel
menurut Buku Status Lingkungan Propinsi Bali Tahun 2001, diasumsikan rata
rata kebutuhan untuk hotel berbintang sebesar 2000 liter/ kamar/ hari dan hotel
non bintang 1000 liter/kamar/hari. Sementara itu kebutuhan air untuk restoran/
rumah makan diperkirakan sebanyak 5 liter/seat/hari (Armadi, 2005).
23
Atas dasar perhitungan tersebut maka jumlah kebutuhan air untuk hotel
berbintang sebanyak 850 m3/ hari. Jumlah kebutuhan air untuk hotel non bintang
sebanyak 2.120 m3 / hari dan jumlah kebutuhan air untuk restoran/ rumah makan
sebanyak 10,50 m3/ hari.
Tabel 5.5
Jumlah Akomodasi Pariwisata di Kecamatan Kuta Utara Tahun 2014
Hotel
Bintang
Hotel non
Bintang
Villa
(buah)
Restoran
(buah)
Krobokan Klod
5
37
187
43
Kerobokan
-
5
22
3
Kerobokan Kaja
-
1
1
4
Tibu Beneng
-
6
30
4
Canggu
-
4
37
5
Dalung
-
-
1
1
Total
5
53
278
60
425
2.120
1.390
2.100
Desa/ Kelurahan
Jumlah kamar/ seat
Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Badung, Tahun 2015
5.2. Posisi Sumur, Elevasi Sumur dan Muka Air Tanah.
Untuk menentukan posisi sumur, elevasi sumur dan kedalaman muka air
tanah dilakukan pengamatan secara langsung ke lokasi sumur sesuai klasifikasi
unit penggunaan lahan sebagai dasar penetapan pengambilan sampel. Pengamatan
posisi sumur, kedalaman sumur, elevasi sumur bor/ sumur gali serta pengamatan
tinggi muka air tanah dilakukan secara langsung di lapangan dengan
menggunakan peralatan seperti water level meter, alat Geografis Posision System
(GPS) sebagaimana Gambar 5.6
24
Gambar 5.6
Alat ukur posisi sumur, elevasi sumur dan muka air tanah
Hasil pengamatan posisi geografis, kedalaman sumur, elevasi sumur dan muka
air tanah sumur bor/ gali pada masing masing kawasan penggunaan lahan di
wilayah pesisir Kecamatan Kuta Utara berdasarkan data laporan pemetaan daerah
rawan terintrusi air laut di Kecamatan Kuta Utara tahun 2008 dan hasil
pengamatan disajikan dalam Tabel 5.6 sampai dengan Tabel 5.10
Tabel 5.6
Pengamatan Kedalaman Sumur, Elevasi Sumur dan Muka Air Tanah pada
Kawasan Pariwisata dengan Jenis Tanah Latosol Coklat.
No.
Sumur
Dalam
sumur
(meter)
Elevasi
(m dpl)
Sb.36
Sb.50
Sb.52
Sb.54
50,0
41,0
50,0
50,0
10,0
13,0
10,0
11,0
MAT Tahun 2001
-4.20
-5.37
MAT Tahun 2008
MAT Tahun 2015
MAT dari per
mukaan laut
Tahun 2015
-7.25
-5.20
-5.65
-6.35
-8.12
-6.90
-5.90
-6.40
1,88
6,10
4,10
4,60
Keterangan :
- Sumber data : Laporan Pemetaan Daerah Rawan Terintrusi Air Laut di
Kecamatan Kuta Utara Tahun 2008 dan hasil pengamatan lapangan
- MAT = Muka Air Tanah dalam satuan meter
25
Tabel 5.7
Pengamatan Kedalaman Sumur , Elevasi Sumur dan Muka Air Tanah pada
Kawasan Pariwisata dengan Jenis Tanah Regosol Coklat Kelabu.
No.
Sumur
Sb.8
Sb.9
Sb.10
Sb.13
Sb.14
Sb.15
Sb.16
Sb.17
Sb.19
Sb.24
Sb.38
Sb.45
Dalam
sumur
(meter)
40,0
60,0
50,0
30,0
40,0
40,0
50,0
60,0
50,0
50,0
45,0
50,0
Elevasi
(m dpl)
14,0
21,0
18,0
11,0
15,0
15,0
15,0
12,0
15,0
20,0
13,0
14,0
MAT
Tahun
2001
-5.75
-5.80
-8.45
-4.00
-3.55
-6.70
MAT
Tahun
2008
-8.15
-8.40
-11.00
-4.00
-5.60
-5.65
-7.40
-3.95
-5.60
-9.65
-6.60
7.15
MAT
Tahun
2015
-12.00
-13.40
-12.40
-5.15
-9.08
-7.95
-8.15
-5.90
-6.65
-13.20
-7.40
-7.40
MAT dari per
mukaan laut
Tahun 2015
4,00
7,20
5,60
5,85
5,92
7,05
6,85
6,10
8,35
6,80
5,60
6,60
Keterangan :
- Sumber data : Laporan Pemetaan Daerah Rawan Terintrusi Air Laut di
Kecamatan Kuta Utara Tahun 2008 dan hasil pengamatan lapangan
- MAT = Muka Air Tanah dalam satuan meter
Tabel 5.8
Pengamatan Kedalaman Sumur, Elevasi Sumur dan Muka Air Tanah pada
Kawasan Sempadan Sungai.
No.
Sumur
Sg.5
Sb.6
Sb.18
Sb.22
Sb.25
Sb.30
Sb.31
Sb.37
Sb.39
Sb.41
Sb.42
Sb.49
Sg.59
Dalam
sumur
(meter)
25,0
40,0
50,0
40,0
40,0
50,0
47,0
50,0
50,0
50,0
50,0
45,0
19,0
Elevasi
(m dpl)
12,0
11,0
15,0
24,0
27,0
35,0
30,0
16,0
11,0
24,0
22,0
13,0
40,0
MAT
Tahun
2001
-6.25
-5.62
-7.15
-9.85
-12.10
-5.30
-4.05
-12.30
MAT Tahun MAT
2008
Tahun.
2015
-6.40
-6.54
-7.30
-7.89
-8.40
-8.46
-18.63
-6.50
-5.48
-5.90
-6.05
-5.10
-14.20
-7.95
-7.12
-8.10
-9.10
-12.20
-11.12
-19.00
-7.10
-9.16
-7.65
-8.10
-6,70
-16.80
MAT dari per
mukaan laut
Tahun 2015
4,05
3,88
6,90
14,30
14,80
23,88
11,00
8,90
1,84
16,35
13,90
6,30
23,20
Keterangan :
- Sumber data : Laporan Pemetaan Daerah Rawan Terintrusi Air Laut di
Kecamatan Kuta Utara Tahun 2008 dan hasil pengamatan lapangan
- MAT = Muka Air Tanah dalam satuan meter
26
Tabel 5.9
Pengamatan Kedalaman Sumur, Elevasi Sumur dan Muka Air Tanah pada
Kawasan Permukiman.
No.
Sumur
Sb.1
Sb.2
Sb.3
Sb.4
Sb.7
Sb.12
Sb.21
Sb.28
Sb.29
Sb.32
Sb.33
Sg.34
Sb.35
Sg.40
Sb.43
Sg.44
Sb.46
Sb.47
Sb.55
Sb.56
Sg.57
Sg.58
Sb.60
Dalam
sumur
(meter)
40,0
30,0
30,0
40,0
40,0
50,0
40,0
40,0
40,0
40,0
50,0
15,0
60,0
18,0
50,0
50,0
50,0
45,0
50,0
55,0
17,0
18.3
50,0
Elevasi
(m dpl)
17,0
13,0
15,0
16,0
16,0
15,0
15,0
30,0
32,0
34,0
37,0
30,0
37,0
23,0
22,0
22,0
24,0
23,0
13,0
28,0
27,0
29,0
46,0
MAT
Tahun
2001
-9.70
-6.30
-5.10
-5.20
-3.63
-9.30
-6.35
-15.70
-11.30
-10.70
-11.30
-5.90
-6.15
-2.68
-5.40
-6.10
-7.85
-6.35
-9.60
-6.15
-20.00
MAT
Tahun
2008
-9.72
-6.45
-6.12
-7.80
-7.30
-12.10
-5.50
-10.64
-9.75
-15.70
-16.00
-12.05
-13.20
-6.90
-7.63
-5.50
-7.50
-6.60
-8.00
-7.90
-9.70
-7.00
-21.30
MAT
Tahun
2015
-9.92
-7.90
-8.41
-8.40
-10.19
-13.13
-8.20
-11.70
-10.24
-19.30
-17.20
-13.60
-14.15
-8.10
-8.97
-8.48
-10.10
-7.95
-8.85
-9.80
-8.43
-9.11
-22.16
MAT dari per
mukaan laut
Tahun 2015
7,08
5,10
6,59
7,50
5,81
1,87
6,80
18,30
21,76
14,70
19,80
16,40
22,85
14,90
13,03
13,52
13,90
15,05
4,15
18,20
18,57
19,89
23,84
Keterangan :
- Sumber data : Laporan Pemetaan Daerah Rawan Terintrusi Air Laut di Kecamatan
Kuta Utara Tahun 2008 dan hasil pengamatan lapangan
- MAT = Muka Air Tanah dalam satuan meter
Tabel 5.10
Pengamatan Kedalaman Sumur, Elevasi Sumur dan Muka Air Tanah pada
Kawasan Lahan Basah.
No.
Sumur
Dalam
sumur
(meter)
Elevasi
(m dpl)
Sb.11
Sb.20
Sb.23
Sb.26
Sb.27
Sb.48
Sb.51
Sb.53
53,0
60,0
40,0
60,0
40,0
50,0
50,0
54,0
12,0
16,0
25,0
26,0
26,0
11,0
19,0
23,0
MAT
Tahun
2001
-6.30
-6.30
-2.65
-9.50
-9.40
MAT
Tahun
2008
-7.10
-5.00
-8.14
-7.60
-4.96
-5.50
-11.80
-12.15
MAT
Tahun
2015
-8.14
-8.20
-13.00
-12.90
-8.30
-7.05
-15.00
-17.00
MAT dari per
mu kaan laut
Tahun 2015
3,86
7,,80
12,00
13,10
17,70
3,95
4,00
6,00
Keterangan :
- Sumber data : Laporan Pemetaan Daerah Rawan Terintrusi Air Laut di Kecamatan
Kuta Utara Tahun 2008 dan hasil pengamatan lapangan
- MAT = Muka Air Tanah dalam satuan meter
27
5.3. Kualitas Air Sumur Bor/ Gali.
Kualitas air tanah khususnya untuk bahan baku air minum dan keperluan
rumah tangga seperti mandi, masak, cuci dan kakus, harus memenuhi standar
mutu yang baik. Dalam penentuan standar kualitas air dapat diukur dengan
menentukan parameter fisik, kimia, dan mikrobiologi air (Effendi, 2003). Kualitas
air yang diukur melampaui ambang batas maksimum yang diperbolehkan
berdasarkan standar yang ditentukan atau berdasarkan peraturan pemerintah,
maka kualitas air tersebut menurun sesuai peruntukannya, sehingga digolongkan
sebagai air yang tercemar (Fardiaz, 1992).
Pelaku pariwisata maupun masyarakat yang ada di wilayah pesisir
Kecamatan Kuta Utara lebih banyak memanfaatkan air tanah untuk kebutuhan
hotel maupun keperluan domestik rumah tangga. Hasil pengukuran kualitas air
tanah terhadap sampel air sumur pada masing masing unit lahan di wilayah
penelitian disajikan dalam Tabel 5.11 sampai Tabel 5.15.
Tabel 5.11
Hasil Pengukuran Sampel Air Sumur pada Kawasan Pariwisata dengan Jenis
Tanah Latosol Coklat
No.
Sumur
Suhu
(oC)
TDS
(mg/l)
Hasil Pengamatan
pH
Khlorida
(mg/l)
Sb.36
Sb.50
Sb.52
Sb.54
26,5
26,8
26,8
26,8
553,0
496,0
525,0
589,0
7,00
7,00
7,00
7,00
36,58
26,19
32,56
52,73
349,94
349,94
349,94
339,53
828,0
743,0
789,0
885,0
Rata rata
26,72
540,7
7,00
37,01
347,3
540,7
CaCo3
(mg/l)
DHL
(µMhos/cm)
Keterangan :
- Baku mutu : suhu 26 oC – 29 oC , TDS < 1000 mg/l, pH 6 – 9, Khlorida < 600 mg/l,
Kesadahan (CaCo3) < 500 mg/l dan DHL < 1000 µMhos/cm
- * : Nilai parameter melebihi baku mutu air Klas I Pergub Bali No. 8 Tahun 2007
28
Tabel 5.12
Hasil Pengukuran Sampel Air Sumur pada Kawasan Pariwisata dengan Jenis
Tanah Regosol Coklat Kelabu
No.
Sumur
Sb.8
Sb.9
Sb.10
Sb.13
Sb.14
Sb.15
Sb.16
Sb.17
Sb.19
Sb.24
Sb.38
Sb.45
Hasil Pengamatan
Khlorida
(mg/l)
Suhu
(oC)
TDS
(mg/l)
pH
27,8
28,1
27,0
27,5
27,0
28,2
27,0
27,5
27,1
28,1
27,3
27,3
587
1.006*
867
1.122*
592
1.082*
1.057*
1.098*
764
747
583
702
6,88
6,90
7,20
7,10
7,00
7,20
7,10
7,00
6,80
6,91
7,25
7,04
45,95
78,74
52,04
155,74
58,32
184,17
156,27
176,35
57,62
40,11
47,67
79,01
CaCo3
(mg/l)
DHL
267,96
276,08
280,14
146,16
328,86
340,69
152,25
658,23*
320,74
353,9
412,43
404,10
720
1.211*
1.097*
1.677*
887
1.327*
1.429*
1.398*
1.108*
1.118*
875
1.052*
(µMhos/cm)
Rata rata
27,49
850,5
7,03
94,38
328,5
1158
Keterangan :
- Baku mutu : suhu 26 oC – 29 oC , TDS < 1000 mg/l, pH 6 – 9, Khlorida < 600 mg/l,
Kesadahan (CaCo3) < 500 mg/l dan DHL < 1000 µMhos/cm
- * : Nilai parameter melebihi baku mutu air Klas I Pergub Bali No. 8 Tahun 2007
Tabel 5.13
Hasil Pengukuran Sampel Air Sumur pada Kawasan Sempadan Sungai
No.
Sumur
Sg.5
Sb.6
Sb.18
Sb.22
Sb.25
Sb.30
Sb.31
Sb.37
Sb.39
Sb.41
Sb.42
Sb.49
Sg.59
Suhu
(oC)
27,0
28,0
27,5
28,0
26,8
27,1
26,7
27,3
27,4
27,2
27,3
26,8
27,3
TDS
(mg/l)
473,0
573,0
526,0
486,0
647,0
513,0
384,0
593,0
570,0
720,0
478,0
504,0
678,0
Hasil Pengamatan
Khlorida
(mg/l)
7,05
34,27
7,13
37,93
7,20
45,61
7,08
32,17
7,20
123,65
7,00
34,27
7,07
23,81
7,16
23,66
6,93
42,25
7,14
111,31
7,12
47,32
7,50
22,87
7,10
60,15
pH
CaCo3
(mg/l)
175,8
57,15
251,72
276,08
353,88
329,7
304,5
243,7
331,2
354,13
170,8
329,1
249,9
DHL
(µMhos/cm)
708,0
813,0
781,0
720,0
884,0
768,0
572,0
890,0
856,0
991,0
716,0
754,0
997,0
Rata rata
27,25
549,61 7,13
49,17
255,97
803,84
Keterangan :
- Baku mutu : suhu 26 oC – 29 oC , TDS < 1000 mg/l, pH 6 – 9, Khlorida < 600 mg/l,
Kesadahan (CaCo3) < 500 mg/l dan DHL < 1000 µMhos/cm
- * : Nilai parameter melebihi baku mutu air Klas I Pergub Bali No. 8 Tahun 2007
29
Tabel 5.14
Hasil Pengukuran Sampel Air Sumur pada Kawasan Permukiman
No.
Sumur
Hasil Pengamatan
Suhu (oC)
TDS
(mg/l)
pH
Khlorida
(mg/l)
CaCo3
(mg/l)
DHL
(µMhos/cm)
Sb.1
27,6
529,0
6,93
33,05
286,23
792,0
Sb.2
28,1
586,0
6,92
41,15
298,41
797,0
Sb.4
27,5
582,0
7,00
26,71
168,72
925,0
Sb.7
27,5
172,66
300,44
1.032* 7,00
1.412*
Sb.12
27,4
539,0
7,00
29,47
253,75
792,0
Sb.21
27,4
473,0
7,00
44,73
217,21
703,0
Sb.28
27,6
693,0
6,97
79,90
263,90
1.041*
Sb.29
27,8
663,0
6,87
74,03
243,60
991,0
Sb.32
27,7
466,0
7,10
33,83
243,60
697,0
Sb.33
27,0
748,0
7,00
255,76
573,68* 1.121*
Sg.34
29,0
871,0
7,10
183,99
527,80* 1.305*
Sb.35
27,0
504,0
7,00
33,39
281,34
753,0
Sg.40
29,0
445,0
7,00
39,15
273,50
667,0
Sb.43
27,3
785,0
7,00
102,7
312,50
1.173*
Sg.44
27,3
532,5
1.219* 7,18
500,00* 1.522*
Sb.46
27,0
486,0
6,55
47,49
191,60
716,0
Sb.47
27,1
479,0
6,84
35,09
183,30
719,0
Sb.55
26,5
517,0
7,00
38,33
289,54
770,0
Sb.56
26,8
565,0
7,00
70,54
370,80
842,0
Sg.57
26,3
505,0
7,50
52,99
220,80
750,0
Sg.58
27,2
804,0
6,84
119,8
441,60
1.207*
Sb.60
27,2
405,0
6,88
29,25
229,13
610,0
Rata rata
27,44
623,47 6,98
70,52
299,35
808,38
Keterangan :
- Baku mutu : suhu 26 oC – 29 oC , TDS < 1000 mg/l, pH 6 – 9, Khlorida < 600 mg/l,
Kesadahan (CaCo3) < 500 mg/l dan DHL < 1000 µMhos/cm
- * : Nilai parameter melebihi baku mutu air Klas I Pergub Bali No. 8 Tahun 2007
Tabel 5.15
Hasil Pengukuran Sampel Air Sumur pada Kawasan Lahan Basah
No.
Sumur
Hasil Pengamatan
Suhu (oC)
TDS
(mg/l)
pH
Khlorida
(mg/l)
CaCo3
(mg/l)
DHL
(µMhos/cm)
Sb.11
27,4
345,0
7,00
24,33
176,61
516,0
Sb.20
27,0
522,0
7,00
26,63
286,23
793,0
Sb.23
27,9
599,0
6,89
54,59
331,90
895,0
Sb.26
27,0
483,0
7,00
50,75
309,92
722,0
Sb.27
27,8
347,0
6,82
21,89
239,54
518,0
Sb.48
29,0
618,0
7,20
40,20
318,71
930,0
Sb.51
27,2
545,0
6,95
36,14
354,11
817,0
Sb.53
27,2
544,0
7,03
41,90
314,53
816,0
Rata rata
27,56
500,4
6,98
37,05
291,40
750,9
Keterangan :
- Baku mutu : suhu 26 oC – 29 oC , TDS < 1000 mg/l, pH 6 – 9, Khlorida < 600 mg/l,
Kesadahan (CaCo3) < 500 mg/l dan DHL < 1000 µMhos/cm
- * : Nilai parameter melebihi baku mutu air Klas I Pergub Bali No. 8 Tahun 2007
30
Pengukuran parameter fisika dan kimia bertujuan untuk mengetahui
kualitas air tanah terkait kemungkinan adanya intrusi air laut. Parameter fisika dan
kimia yang diukur adalah suhu, total dissolved solid (TDS), pH, daya hantar listrik
(DHL), khlorida dan kesadahan air tanah. Selanjutnya rata rata parameter fisika
dan kimia yang diukur dapat dijelaskan sebagai berikut :
5.3.1. Suhu
Faktor yang mempengaruhi perbedaan suhu air sumur diantaranya adalah
kedalaman sumur, faktor penyerapan energi panas matahari oleh permukaan tanah
serta faktor ketinggian tempat. Semakin rendah ketinggian tempat potensi curah
hujan yang diterima akan lebih banyak, karena pada umumnya semakin rendah
suatu daerah suhunya akan semakin tinggi (Effendi, 2003).
Pengukuran suhu air diperlukan karena suhu mempengaruhi reaksi kimia
perairan dan juga berbagai zat yang terlarut didalamnya. Hasil pengukuran
langsung di lapangan (insitu) untuk seluruh lokasi pengamatan di masing masing
unit lahan, ternyata perbedaan fluktuasi suhu tidak signifikan. Pengukuran suhu
ini dilakukan pada jam 07.00 wita sampai 10.00 wita. Menurut Suripin (2004),
suhu air antara 26oC sampai 29oC masih dapat dikatakan normal karena suhu
normal air di alam tropis sekitar 20oC sampai 300C. Suhu dipengaruhi oleh
musim, letak lintang (latitude), ketinggian tempat dari permukaan laut (altitude).
Suhu memberi efek pada konsentrasi oksigen terlarut dan berpengaruh pada
aktifitas bakteri dan kimia toksik di dalam air (Effendi, 2003). Berdasarkan
kriteria baku mutu air kelas I, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku
memiliki suhu antara 26 oC – 29oC.
31
Pengukuran suhu air sumur di kawasan akomodasi pariwisata dengan
jenis tanah latosol coklat rata rata 26,72oC dengan suhu minimal 26,5oC dan suhu
maksimal 26,8oC. Pengukuran suhu air sumur di kawasan akomodasi pariwisata
dengan jenis tanah regosol coklat kelabu rata rata 27,49oC dengan suhu minimal
27oC dan suhu maksimal 28,20oC . Pengukuran suhu air sumur di kawasan
sempadan sungai rata rata 27,25oC dengan suhu minimal 26,7oC dan suhu
maksimal 28,0oC , hasil pengukuran suhu air sumur di kawasan pemukian rata
rata 27,450C dengan suhu minimal 26,3oC dan suhu maksimal 29,0oC serta
pengukuran suhu air sumur di kawasan lahan basah rata rata 27,56oC dengan suhu
minimal 27,2oC dan maksimal 29,0oC. Grafik rata rata pengukuran suhu masing
masing kawasan penggunaan lahan tersaji dalam Gambar 5.7
Suhu
0
C
Kawasan penggunaan lahan (K)
Keterangan:
1 = kawasan akomodasi pariwisata jenis tanah latosol coklat
2 = kawasan akomodasi pariwisata jenis tanah regosol coklat kelabu
3 = kawasan sempadan sungai
4 = kawasan permukiman
5 = kawasan lahan basah
Gambar 5.7 Grafik Hasil Pengukuran Rata-Rata Suhu Air Tanah Sumur Bor/ Gali
pada masing-masing Kawasan Penggunaan Lahan.
32
Gambar 5.7 menunjukkan hasil pengukuran suhu rata-rata pada masingmasing kawasan penggunaan lahan. Rata rata suhu tertinggi terjadi pada kawasan
lahan basah yaitu 27,56 oC sedangkan rata rata suhu terendah terjadi pada
kawasan sempadan sungai yaitu 27,25 oC. Dari hasil penelitian didapatkan kisaran
suhu air tanah antara 26,5oC sampai 29,0oC. Umumnya di wilayah penelitian hasil
pengamatan suhu berada dalam batas normal.
5.3.2
Total Dissolved Solid (TDS)
Zat padat terlarut atau total dissolved solid (TDS) merupakan padatan yang
terdiri dari senyawa organik dan anorganik. Biasanya zat padat terlarut
disebabkan oleh bahan anorganik yang berupa ion-ion yang biasa ditemui dalam
perairan (Fardiaz, 1992). Hasil pengukuran TDS pada masing masing kawasan
penggunaan lahan disajikan dalam Gambar 5.8
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan konsentrasi total
dissolved solid (TDS) pada berbagai kawasan yang diteliti. Rata rata konsentrasi
TDS tertinggi
air sumur berada pada kawasan akomodasi pariwisata dengan
jenis tanah regosol coklat kelabu. Kawasan ini merupakan kawasan yang
memanfaatkan air tanah paling banyak terutama untuk pariwisata dengan nilai
TDS rata rata sebesar 850,50 mg/l. Selanjutnya adalah kawasan permukiman
dengan TDS rata rata sebesar 623,47 mg/l, kawasan sempadan sungai sebesar
549,61 mg/l, kawasan akomodasi pariwisata dengan jenis tanah latosol coklat
sebesar 540,7 mg/l. Sedangkan
kawasan lahan basah mempunyai rata rata
konsentrasi TDS paling rendah yaitu sebesar 500,37 mg/l.
33
Baku mutu
(1000 mg/l)
Konsen
trasi
(mg/l)
Kawasan penggunaan lahan (K)
Keterangan : 1 = kawasan akomodasi pariwisata jenis tanah latosol coklat
2 = kawasan akomodasi pariwisata jenis tanah regosol coklat kelabu
3 = kawasan sempadan sungai
4 = kawasan permukiman
5 = kawasan lahan basah
Gambar 5.8 Grafik Hasil Pengukuran Total Dissolved Solid (TDS) Air Sumur
Bor/ Gali pada masing-masing Kawasan Penggunaan Lahan.
5.3.3. Tingkat Kemasaman (pH)
Keasaman air pada umumnya disebabkan karena adanya gas karbon
dioksida (CO2 ) yang larut dalam air dan menjadi asam karbonat H2CO3. Untuk
menyatakan keasaman dan kebasaan air yaitu dengan mengukur pH air. Syarat pH
untuk keperluan air minum 6,0 - 9,0
Nilai pH suatu perairan menicirikan keseimbangan antara asam dan basa
dalam air dan merupakan pengukuran konsentasi ion hydrogen dalam larutan.
Adanya karbonat hidroksida dan bikarbonat menaikkan kebasaan air. Sementara
adanya asam mineral bebas dan asam karbonat menaikkan keasaman. pH air dapat
mempengaruhi jumlah dan susunan zat dalam lingkungan perairan dan
34
mempengaruhi tersedianya hara-hara serta toksitas dari unsur-unsur renik.
Mengingat nilai pH ditentukan oleh interaksi berbagai zat dalam air, termasuk zatzat yang secara kimia maupun biokimia tidak stabil, maka penentuan pH harus
seketika setelah contoh diambil dan tidak dapat diawetkan. (Saeni, 1989)
Air yang diperuntukkan untuk kebutuhan sehari-hari khususnya sebagai
bahan baku air minum sebaiknya memiliki pH yang netral (±7). Perubahan nilai
pH seringkali diikuti dengan perubahan yang besar dari parameter mutu air yang
lain seperti tingkat kelarutan logam berat, konsentrasi karbondioksida, bikarbonat
dan karbonat sehingga pH merupakan parameter penting sebagai petunjuk kualitas
air baku air minum seperti tersaji pada Gambar 5.9.
Baku mutu
pH (6-9)
pH
Kawasan penggunaan lahan (K)
Keterangan : 1 = kawasan akomodasi pariwisata jenis tanah latosol coklat
2 = kawasan akomodasi pariwisata jenis tanah regosol coklat kelabu
3 = kawasan sempadan sungai
4 = kawasan permukiman
5 = kawasan lahan basah
Gambar 5.9. Grafik Hasil Pengukuran pH Air Tanah pada Sumur Bor/ Gali pada
masing-masing Kawasan Penggunaan Lahan.
35
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pH pada masing-masing
kawasan penggunaan lahan antara 6,98 sampai 7,19. Nilai pH tertinggi untuk air
sumur bor/ gali didapatkan pada unit penggunaan lahan kawasan sempadan
sungai yaitu nilai pH sebesar 7.50. Selanjutnya kawasan akomodasi pariwisata
dengan jenis tanah
regosol coklat kelabu sebesar 7,03, kawasan akomodasi
pariwisata jenis tanah latosol coklat 7,0 kawasan lahan basah 6,98 dan nilai pH
terendah untuk air sumur bor/ gali didapatkan pada kawasan pemukiman yaitu
nilai pH sebesar 6,55.
Ukuran pH suatu perairan dapat digunakan sebagai indikasi suatu
pencemaran khususnya pencemaran bahan organik. Pemecahan bahan organik
oleh mikroorganisme akan menghasilkan karbon dioksida. Peningkatan karbon
dioksida akan mengakibatkan penurunan nilai pH jika system buffer karbonat di
perairan rendah. Perairan yang mempunyai pH rendah akan dapat meningkatkan
toksisitas beberapa persenyawaan gas-gas tertentu dalam air seperti amoniak.
5.3.4. Daya Hantar Listrik (DHL)
Hasil pengukuran terhadap daya hantar listrik secara langsung di lapangan
(insitu) untuk semua sampel sumur bor/ gali di lokasi penelitian pada masing
masing kawasan penggunaan lahan menunjukkan daya hantar listrik berkisar
antara 516 – 1.677 µMhos/cm.
Grafik hasil pengukuran daya hantar listrik
(DHL) secara rinci untuk setiap sumur bor/ gali sebagaimana Tabel 5.11 sampai
Tabel 5.15 pada masing-masing kawasan penggunaan lahan tersaji dalam
Gambar 5.10
36
Baku mutu
DHL (1000
µMhos/cm)
Konsentrasi
(µMhos/l)
Kawasan penggunaan lahan (K)
Keterangan : 1 = kawasan akomodasi pariwisata jenis tanah latosol coklat
2 = kawasan akomodasi pariwisata jenis tanah regosol coklat kelabu
3 = kawasan sempadan sungai
4 = kawasan permukiman
5 = kawasan lahan basah
Gambar 5.10. Grafik Pengukuran Rata-Rata Daya Hantar Listrik Air Tanah pada
Sumur Bor/ Gali masing-masing Kawasan Penggunaan Lahan
Gambar 5.10 menunjukkan bahwa rata rata daya hantar listrik tertinggi
terdapat pada kawasan akomodasi pariwisata dengan jenis tanah regosol coklat
kelabu sebesar 1.158 µMhos/cm, selanjutnya secara berturut turut terjadi pada
kawasan akomodasi pariwisata dengan jenis tanah latosol coklat sebesar 813
µMhos/cm, kawasan permukiman 808,38 µMhos/cm, kawasan sempadan sungai
sebesar 803,84 µMhos/ cm dan yang terendah terjadi pada kawasan lahan basah
dengan nilai 750,87 µMhos/cm. Kondisi ini menggambarkan bahwa di kawasan
akomodasi pariwisata terjadi peningkatan daya hantar listrik cukup tinggi dari
tahun sebelumnya.
37
5.3.5. Klorida (Cl-)
Ion khlorida tidak secara langsung menyebabkan toksik, tetapi kelebihan
garam terutama garam klorida dapat menyebabkan penurunan kualitas air yang
disebabkan oleh besarnya salinitas. Batas maksimum unsur klorida yang
dianjurkan adalah 200 mg/l, sedangkan batas maksimum yang diperbolehkan
adalah 500 mg/l, (Kodoatie, 1996). Rata rata hasil pengukuran ion khlorida pada
masing-masing kawasan penggunaan lahan tersaji dalam Gambar 5.11.
Baku mutu
Klorida
(500 mg/l)
Konsentrasi
(mg/l)
Kawasan penggunaan lahan (K)
Keterangan : 1 = kawasan akomodasi pariwisata jenis tanah latosol coklat
2 = kawasan akomodasi pariwisata jenis tanah regosol coklat kelabu
3 = kawasan sempadan sungai
4 = kawasan sermukiman
5 = kawasan lahan basah
Gambar 5.11 Grafik Hasil Pengukuran Klorida Air tanah pada Sumur Bor/Gali
masing-masing Kawasan Penggunaan lahan.
Gambar 5.11 menunjukkan grafik perbedaan konsentrasi klorida pada
masing masing kawasan penggunaan lahan, namun perbedaan tersebut masih
berada di bawah batas maksimum yang diperkenankan untuk air bersih minum
38
(fresh) sesuai Pergub Bali Nomor 8 Tahun 2007 yaitu 200 mg/l. Hasil analisa
laboratorium menunjukkan rata rata konsentrasi klorida air tanah tertinggi berada
di kawasan akomodasi pariwisata dengan jenis tanah regosol coklat kelabu
sebesar 94.38 mg/l dengan kisaran antara 40,11 mg/l sampai 184,17 mg/l.
Sedangkan rata rata konsentrasi klorida air tanah terendah berada di kawasan
lahan basah yaitu sebesar 37,01 mg/l dengan kisaran antara 21,89 mg/l sampai
54,59 mg/l.
6.2.6. Kesadahan (CaCo3)
Kesadahan atau kekerasan (total hardness), adanya kandungan calsium
Kesadahan ada dua macam, yaitu kesadahan karbonat dan kesadahan non
karbonat. Air dengan kesadahan tinggi sukar melarutkan sabun, oleh karenanya
air tersebut perlu dilunakkan lebih dahulu. Kesadahan (CaCo3) ditemukan dalam
perairan dalam kondisi terlarut dan koloid. Kesadahan (CaCo3) akan semakin
berbahaya apabila terkontaminasi ke dalam air tanah karena dapat mencemari air
sumur sehingga akan membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsinya
Rata rata konsentrasi CaCo3 pada masing-masing kawasan lahan tersaji dalam
Gambar 5.12
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi CaCo3 air tanah pada
masing masing sumur bor/gali di setiap unit penggunaan lahan berada pada
kisaran 57,15 mg/l sampai 658,23 mg/l. Rata rata konsentrasi CaCo3 tertinggi
terdapat di kawasan akomodasi pariwisata dengan jenis tanah regosol coklat
kelabu yaitu 328,5 mg/l dengan kisaran antara 146,16 mg/ l sampai 658,23 mg/l.
39
Rata rata konsentrasi CaCo3 terendah terdapat di kawasan sempadan sungai yaitu
255,97 mg/l dengan kisaran antara 57,15 mg/ l sampai 353,88 mg/l.
Baku
mutu
CaCo3
(500 mg/l)
Konsen
trasi
(mg/l)
0,3
Kawasan penggunaan lahan (K)
(U))
Keterangan : 1 = kawasan akomodasi pariwisata jenis tanah latosol coklat
2 = kawasan akomodasi pariwisata jenis tanah regosol coklat kelabu
3 = kawasan sempadan sungai
4 = kawasan permukiman
5 = kawasan lahan basah
Gambar 5.12 Grafik Hasil Pengukuran Kesadahan (CaCo3) Air tanah pada
Sumur Bor/Gali masing-masing Kawasan Penggunaan Lahan.
40
Download