PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS TEMATIK TERPADU TEMA “PEDULI TERHADAP MAKHLUK HIDUP” UNTUK SISWA KELAS IV DI MIT AR ROIHAN LAWANG MALANG Musa’adatul Fithriyah Fakultas Agama Islam Universitas Islam Lamongan Email : [email protected] Abstract: The development of an integrated thematic learning module is based on the fact that there are thematic learning problems, one of which is the thematic learning textbook fourth grade students at MIT Ar-Roihan Lawang Malang. The textbook quality is one of the problems that is able to hinder the success of the learning process. The learning module in madrassa or Islamic schools should have a distinctive characteristic and be developed with the Islamic nuances so that the purposes of madrasa or Islamic schools could be addressed.This study specifically aims to (1) result in integrated thematic based-learning modules themed "Caring for creatures" (2) describing the process of preparing the product of learning modules (3) testing the product of integrated thematic learning modules related to the effectiveness, efficiency and attractiveness. This study uses the method of research and development--as developed by Dick and Carey. The results showed that the integrated thematic-based learning modules have the high level of feasibility, effectiveness, efficiency and attractiveness of students. This could be seen from the results of content expert validation score amounted to 92,1% (very valid), media expert validation score amounted to 85% (very valid), learning expert validation score amounted to 83,7% (very valid). The results of field tests conducted by the fourth grade students at MIT Ar-Roihan Lawang Malang showed an increase in post-test results after using integrated thematic modules. Statistical data with the t-test analysis as a result of SPSS showing 15 sig. 0000 that is smaller than 0.005, means that there are significant differences between the results of student achievement before and after using integrated thematic learning modules. While the level of attractiveness of thematic modules based on the average of student assessment of all components reached 85.9% (very good). Based on the overall results of the data analysis, it can be conclude that the results of the development of learning modules have already fulfilled the needs effective and efficient learning, especially on thematic learning by using an integrated thematic approach themed "Caring for Creatures" at MIT Ar-Roihan Lawang Malang. Keywords: Development; learning modules, integrated thematic Pendahuluan Bahan ajar sebagai prasarana pendidikan mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran yaitu sebagai acuan bagi siswa dan guru untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Bagi siswa, bahan ajar menjadi bahan acuan yang diserap isinya dalam proses belajar sehingga dapat menjadi pengetahuan. Sedangkan bagi guru, bahan ajar menjadi salah satu acuan penyampaian ilmu kepada siswa. Hal ini penting sebagaimana diatur dalam UU SISDIKNAS 11 tahun 2005 yaitu: “Buku pelajaran merupakan buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketaqwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan 244 teknologi, kemampuan dan kepekaan estesis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan” Ada banyak bahan ajar yang tersedia di pasaran, tapi belum tentu memenuhi syarat kelayakan sebagai bahan ajar yang berkualitas baik, termasuk buku ajar yang sudah disusun secara nasional oleh Depdiknas.Namun demikian tetap dibutuhkan suatu pengembangan bahan ajar demi memenuhi dan melengkapi upaya pembelajaran bagi siswa.Hal ini dikarenakan dunia pendidikan adalah dunia yang dinamis sedinamis manusia sebagai subyek belajarnya dengan berbagai konteks sosial, ekonomi, budaya, politik yang selalu melatar belakangi sepanjang waktu.1 Selain bahan ajar yang dikembangkan tidak terlepas setiap lembaga pendidikan termasuk madrasah atau sekolah yang beridentitas Islami,2 ingin mengantarkan pesertadidiknya menjadi anak sholeh atau berkepribadian Islami.3 Untuk mencapai tujuan tersebut banyak hal yang harus diperhatikan terutama dalam pengembangan bahan ajar. Bahan ajar yang dikeluarkan oleh pemerintah sudah baik namun tidak semua karakteristik di setiap sekolah sama, untuk itu perlu adanya pengembangan bahan ajar yang harus disesuaikan dengan karakteristik masing-masing sekolah dan siswanya. Hasil observasi dan wawancara dengan guru tematik kelas IV di MIT Ar-Roihan Lawang Malang menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran tematik di kelas guru masih menitikberatkan pada penggunaan buku siswa yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Buku tersebut adalah buku resmi yang wajib digunakan oleh guru dalam menerapkan pembelajaran kurikulum 2013 dengan pendekatan Saintifik, selain buku tersebut guru juga menggunakan buku tematik penerbit Duta tahun terbit 2014. Berdasarkan hasil telaah dan wawancara buku tersebut masih terdapat beberapa permaslahan diantaranya penyajian materi pada buku tersebut bersifat terbatas, dari segi desain, terdapat keterbatasan gambar ilustrasi untuk mempermudah memahami pokok bahasan sub tema yang dipelajari khususnya pada tema “Peduli Terhadap Makhluk Hidup”. Meskipun warna yang digunakan sudah baik dan menarik, namun sebagai pendukung pada meteri ini sebaiknya pada bagian masing-masing pembahasan materi terdapat gambar ilustrasi sebagai penjelas dari isi materi.Selain itu ilustrasi gambar yang digunakan didominasi dengan gambar kartun dan animasi belum gambar kongkrit. Selain permasalahan di atas, bahan ajar meliputi modul pembelajaran tematik masih minim diterbitkan oleh pemerintah, dikarenakan pemerintah masih fokus pada penyusunan bahan ajar bentuk buku paket tematik SD/MI saja,Selain itu juga guru mengaku masih kesulitan dalam mengembangkan bahan ajar sendiri sesuai dengan kebutuhan siswanya. Hal ini dikarenakan guru belum bisa secara mandiri membuat bahan ajar.Selain tidak adanya contoh model produk yang serupa, serta kurangnya pelatihan bagi guru dalam mengembangkan bahan ajar. Pentingnya modul pembelajaran yaitu sebagai bahan latihan untuk siswa lebih memahami materi yang disajikan pada buku tematik yang sudah ada siswa dapat 1 Permendikanas nomor 2.Bab 1 tetang Ketentuan Umum. 2008. Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa (Visi, Misi dan Aksi)(Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2006), 77. 3 M. Ismail Yusanto, et. al, Membangun Kepribadian Islami (Jakarta: Khairul Bayan, sumber pemikiran islam, 2002), 23. 2 AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 245 menggunakan modul pembelajaran secara mandiri.Modul pembelajaranpunpada madrasah atau sekolah Islam harus berbeda dari sekolah pada umumnya yang mana modul pembelajaran itu seharusnya memiliki ciri khas tersendiri yakni dikembangkan dengan nuansaislami agar tujuan Madrasah atau Sekolah Islam yang ingin mengantarkan siswa untuk berkepribadian islami tercapai.4 Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan produk pengembangan berupa modul pembelajaran berbasis tematik terpadu yang dapat digunakan sebagai buku latihan siswa untuk dapat memahami materi tema 3 “Peduli Terhadap Makhluk Hidup”. Tujuan utama tersebut dapat dijabarkan menjadi tujuan-tujuan khusus sbagai berikut; (1) Menghasilkan produk pengembangan berupa modul pembelajaran berbasis tematik terpadu tema “Peduli Terhadap Mahluk Hidup” untuk siswa kelas IVdi MIT Ar-Roihan Lawang Malang. (2) Mendeskripsikan proses penyusunan produk modul pembelajaran berbasis tematik terpadu tema “Peduli Terhadap Mahluk Hidup”dan uji produknya. (3) Menguji produk modul pembelajaran berbasis tematik terpadu tema “Peduli Terhadap Mahluk Hidup”terhadap keefektifan, efesiensi dan daya tarik. Kajian Karakteristik Siswa Usia Madrasah Ibtidaiyah Berikut ini adalah karakteristik belajar siswa Madrasah Ibtidaiyah dari berbagai aspek, kognitif, biologis, dan sosial. a. Karakteristik Belajar Internal Anak Usia Madrasah Ibtidaiyah Karakteristik belajar internal siswa banyak dipengaruhi oleh unsur kognitif dan fisiologis otak.Kemampuan kognitif merupakan sesuatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak.Aspek kognitif merupakan sisi internal yang bertanggung jawab atas pross pembelajaran.Dengan kemampuan kognitif ini, maka anak dipandang sebagai individu yang secara aktif membangun sendiri pengetahuan mereka tentang dunia.Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana kognisi bekerja dan berkembang.5 Menurut teori Piaget, anak usia sekolah dasar berada pada tahap operasional konkrit. Berikutnya karakteristik menurut Piaget anak pada usia 6-12 tahun (masa operasi konkret) ini memiliki kecenderungan sebagai berikut:6 a) Mulai memandang dunia secara obyektif bergeser dari satu aspek ke aspek lain secara refleksif dan memandang unsur-unsur kesatuan secara serentak. b) Mulai berpikir secara operasional, misalnya kelompok elemen menjadi satu kesatuan yang utuh dan dapat melihat hubungan elemen dengan kesatuan/keseluruhan secara bolak-balik. c) Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda. b. Karakteristik Belajar Siswa dari Faktor Eksternal 4 Hasil wawancara dengan bapak Raditya waka Litbang di MIT Ar-Roihan Lawang Malang, tanggal 19 Januari 2015 5 Setiono, Kusdwiratri, Psikologi Perkembangan (kajian teori Piaget, selman, kholberg) (Padjadjaran: Widya Pandjanjaran, 2008), 13. 6 Ali, Mohammad dan Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: PT. Bumi Aksara, . 2006), 29. AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 246 Anak tidak hanya belajar lantaran dorongan internal yang mereka miliki dan kemampuan kognitif yang mengandalkan kerja dua belah otak.Anak juga belajar benyak dari factor-faktor eksternal.Faktor-faktor itu bisa berupa stimuli dari luar dirinya. Menurut Bandura, anak usia tingkat Madrasah Ibtidaiyah cenderung belajar dari atau dengan cara modeling (pemodelan), yaitu menyesuaikan atau mencontohkan perilaku orang lain. Melalui interaksi sosial seorang anak dapat belajar melalui pengamatan (observation learning). Oleh karena itu teori ini dikenal dengan namaOperant Conditioning. Pengamatan sebagai alat pembelajaran tertuju pada suatu model. Ciri model yang berpengaruh terhadap pengamat atau anak adalah model yang tampak menarik, dapat dipercaya, cocok dalam kelompok dan memberikan standar yang meyakinkan sebagai pedoman bagi pengamat. Ada empat elemen-elemen penting yang menurut Bandura perlu diperhatikan dalam pembelajaran melalui pengamatan yaitu: 7 a. Atensi Anak bisa mempelajari sesuatu dengan baik apabila mereka punya atensi (perhatian). Perhatian siswa biasanya tertuju pada apa yang dimodelkan jika guru melakukan dengan baik, menarik serta tahap demi tahap. Dengan atensi yang dia punyai, siswa dengan senang hati menirukan keterampilan yang dilatihkan.Lewat latihan yang menyenangkan inilah siswa bisa mengingat sesuatu dengan baik. b. Retensi Anak-anak usia Madrasah Ibtidaiyah bisa mengingat sesuatu dengan baik lewat latihan dan pembiasaan yang sering disebut retensi. c. Reproduksi Anak usia tingkat Madrasah Ibtidaiyah senang sekali diberi kesempatan untuk menunjukkan apa yang dia kuasai. d. Motivasi Anak belajar sesuatu kalau punya motivasi-motivasi tertentu.Motivasi itu bisa berupa mendapatkan prestasi atau menghindari hukuman. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu atau terintegrasi yang melibatkan beberapa mata pelajaran yang di ikat dalam tema-tema tertentu. Pembelajaran ini melibatkan beberapa kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator dari suatu mata pelajaran atau bahkan beberapa mata pelajaran. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. 8 Menurut Rusman pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah 7 Hanafi.Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam(Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2012), 56. 8 Abdul munir, dkk.,Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik. (Jakarta: DirektoratJenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005), 3. AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 247 dipahaminya.9Mitra Arnold memberikan penjelasan mengenai pembelajaran tematik yaitu pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.10 Bertolak dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Diterapkannya pembelajaran tematik sebagai salah satu model pembelajaran diharapkan membuka ruang yang luas bagi pesertadidik untuk mengalami sebuah pengalaman belajar yang lebih bermakna, berkesan dan menyenangkan. Selain itu, pembelajaran ini membuka peluang bagi pendidikuntuk mengembangkan berbagai strategi dan metodologi yang paling tepat. Pemilihan dan pengembangan strategi pembelajaran yang digunakan harus mempertimbangkan kesesuaian dengan tema-tema yang dipilih sebelumnya atau dengan mata pelajaran lainnya.Dan, disinilah pendidik dituntut lebih kreatif dan variatif dalam menghadirkan suasana pembelajaran yang menggiring pesertadidik mampu memahami kenyataan hidup (konteks) yang dijalaninya baik menyangkut dirinya sebagai pribadi maupun dalam hubungannya dengan keluarga, masyarakat, lingkungan dan alam sekitarnya. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu Pembelajaran terpadu tipe integrated adalah tipe pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi, menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih dalam beberapa bidang studi. Fokus pengintegrasian pada sejumlah keterampilan belajar yang ingin dilatihkan oleh seorang guru kepada siswanya dalam suatu unit pembelajaran untuk ketercapaian materi pelajaran (content).Keterampilan-keterampilan belajar itu menurut Fogarty meliputi keterampilan berpikir, keterampilan sosial, dan keterampilan mengorganisir. 11 Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu Pembelajaran tematik terpadu sebagaimana dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa pembelajaran tematik terpadu merupakan pola pembelajaran yang mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, kreativitas, nilai dan sikap dan pembelajaran dengan menggunakan tema. Dengan demikian, pembelajaran tematik diarahkan agar proses pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa. Dengan menerapkan pembelajaran tematik, siswa dan guru banyak mendapat manfaat, diantaranya: 12 1) Pembelajaran mampu meningkatkan pemahaman konseptual pesertadidik terhadap realitas sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya. Dari proses pembelajaran yang 9 Rusman.Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta: Rajawali Pers, 2011),254. 10 Mitra Arnold, Pembelajaran Tematik di Kelas Rendah, (http:// www. Ditnaga dikti.Org/ditnaga/ files.Wordprees.com), di akses tanggal 24/11/2013 pukul 19.23 11 Trianto, Mengembangkan …hlm 49 12 Abdul Munir, dkk., Pedoman …hlm 15-17 AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 248 2) 3) 4) 5) dilalui, pesertadidik mengembangkan sejumlah pengalaman, membangun pengetahuan, dan pada ahirnya mengembangkan konsep baru tentang suatu realitas. Melalui pembelajaran tematik proses mental anak bekerja secara aktif dalam menghubungkan informasi yang terpisah-pisah menjadi satu kesatuan yang utuh. Pembelajaran tematik mampu meningkatkan keeratan hubungan antar pesertadidik. tematema pembelajaran yang erat hubungannya dengan pola kehidupan sosial, sangat membantu pesertadidik agar mampu beradaptasi dan berganti peran dalam melakukan aktivitas yang berbeda. Pembelajaran tematik membantu guru dalam meningkatkan profesionalismenya. Pembelajaran tematik menumbuhkan kecermatan dan keseriusan guru, baik dalam menemukan tema yang kontekstual, merancang perencanaan pembelajaran, menyiapkan metode pembelajaran yang tepat, merumuskan tujuan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran secara konsisten dengan tema pembelajaran, sampai menyusun instrumen evaluasi yang relevan dengan kegiatan pembelajaran. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik Terpadu Beberapa prinsip yang berkenan dengan pembelajaran tematik terpadu sebagai berikut:13 1) Pembelajaran tematik terpadu memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa mata pelajaran. 2) Pembelajaran tematik terpadu perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin saling terkait. Dengan demikian, materi-materi yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna. Mungkin terjadi, ada materi pengayaan horizontal dalam bentuk contoh aplikasi yang tidak memuat dalam standar isi. Namun perlu diingat, penyajian materi pengayaan seperti ini perlu dibatasi dengan mengacu pada tujuan pembelajaran. 3) Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal. 4) Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan. Artinya, materi yang tidak mungkin dipadukan tidak perlu dipadukan. Karakteristik Model Pembelajaran Tematik Terpadu Sebagai suatu model pembelajaran, pembelajaran tematik terpadu memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:14 1) Berpusat pada siswa Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahankemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. 2) Memberikan pengalaman langsung 13 14 Abdul Majid. Pembelajaran Tematik Terpadu (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2014), 89. Rusman.Model-model ….hlm 258-259 lihat juga di Trianto, Mengembangkan …hlm 91-92 AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 249 Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences).Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. 3) Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas.Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. 4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh.Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. 5) Bersifat fleksibel Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan buku ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada. 6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik Terpadu Pembelajaran tematik terpadu dalam penerapannya memiliki beberapa kelebihan.Adapun kelebihan pembelajaran tematik terpadu menurut.Depdikbud antara lain sebagai berikut:15 a. Pengalaman dan kegiatan belajar siswa relevan dengan tingkatperkembangannya. b. Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. c. Kegiatan belajar bermakna bagi siswa, sehingga hasilnya dapatbertahan lama. d. Keterampilan berpikir siswa berkembang dalam prosespembelajaran terpadu. e. Kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai lingkungansiswa. f. Keterampilan sosial siswa berkembang dalam proses pembelajaranterpadu, keterampilan sosial ini antara lain: kerja sama,komunikasi, dan mau mendengarkan pendapat orang lain. Selain kelebihan yang dimiliki, menurut Indrawati16 pembelajaran tematik juga memiliki keterbatasan ataukekurangan, terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perencaan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja. Pengertian Modul 15 16 Trianto.Model Pembelajaran… 88. Trianto.Model Pembelajaran…90. AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 250 Modul pembelajaran tematik adalah Modul yang mengandung karakteristik pembelajaran tematik, sehingga mampu mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran tematik.17 Istilah modul dipinjam dari dunia teknologi, yaitu alat ukur yang lengkap dan merupakan satu kesatuan program yang dapat mengukur tujuan. Modul adalah salah satu bentuk bahan ajar berbasis cetakan yang dirancang untuk belajar secara mandiri oleh siswa karena itu modul dilengkapi dengan petunjuk untuk belajar sendiri.Dalam hal ini, siswa dapat melakukan kegiatan belajar sendiri tanpa kehadiran pengajar secara langsung.Bahasa, pola, dan sifat kelengkapan lainnya yang terdapat dalam modul ini diatur sehingga ia seolah-olah merupakan “bahasa pengajar” atau bahasa guru yang sedang memberikan pengajaran kepada murid-muridnya.18 Departemen Pendidikan Nasional mendefinisikan modul sebagai suatu kesatuan bahan belajar yang disajikan dalam bentuk “self- instruction”, artinya bahan belajar yang disusun di dalam modul dapat dipelajari siswa secara mandiri dengan bantuan yang terbatas dari guru atau orang lain.19 Berdasarkan beberapa pandangan mengenai pengertian pengertian modul tersebut, dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran adalah salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara sistematis dan menarik sehingga mudah untuk dipelajari secara mandiri. Karakteristik Modul Pembelajaran Sebagai Produk Pengembangan Modul pembelajaran merupakan salah satu bahan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh siswa secara mandiri. Modul yang baik harus disusun secara sistematis, menarik, dan jelas.Modul dapat digunakan kapanpun dan dimanapun sesuai dengan kebutuhan siswa.Untuk menghasilkan modul yang baik, maka penyusunanya harus sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Depdiknas (2008) sebagai berikut:20 1) Self instructional, Siswa mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain. 2) Self contained, Seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi yang dipelajari terdapat didalam satu modul utuh. 3) Stand alone, Modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain. 4) Adaptif, Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. 5) User friendly, Modul hendaknya juga memenuhi kaidah akrab bersahabat/akrab dengan pemakainya. 6) Konsistensi, Konsisten dalam penggunaan font, spasi, dan tata letak. Struktur Penyusunan Modul Pembelajaran 17 Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik(Jogjakarta: Diva Press, 2013), 297. Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran (Jakarta: Referensi, 2012), 155. 19 Departemen Pendidikan Nasional, Teknik Belajar dengan Modul(2002), 5. 20 Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran…. 155. 18 AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 251 Struktur modul bertujuan untuk memudahkan siswa mempelajari materi.Satu modul dibuat untuk mengajarakan suatu materi yang spesifik supaya siswa mencapai kompetensi tertentu. Struktur penyusunan modul dibagi menjadi tiga bagian diantaranya:21 1) Bagian Pembuka 2) Bagian Inti 3) Bagian penutup a. Judul modul a. Tinjauan umum materi ajar a. Glossarium b. Daftar isi b. Hubungan dengan materi atau b.Tes akhir c. Peta informasi pelajaran yang lain c. Indeks d. Daftar tujuan c. Uraian materi kompetensi d. Penugasan e. Tes awal e. Rangkuman Metode Penelitian 1. Metode Pengembangan Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya Research and Developmentyaitu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah belajar.22 Menurut Punaji, Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru, atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan.23Dengan demikian penelitian pengembangan merupakan salah satu bentuk penelitian yang terkait dengan peningkatan kualitas pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil pendidikan. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk. Jadi penelitian dan pengembangan bersifat longitudinal atau bertahap. 2. Model Pengembangan Model pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang akan dihasilkan. Model pengembangan dapat berupa model prosedural, konseptual, dan model teoritik.24 Pada penelitian ini digunakan model prosedural, yaitu model yang bersifat deskriptif, menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk. Dalam penelitian dan pengmbangan ini menggunakan model penelitian dari Dick and Carey. Model ini dipilih karena memiliki keunggulan langkah-langkah yang sistematis berdasarkan teori-teori dalam pembelajaran dan rancangan pembelajarannya para ranah informasi verbal, keterampilan psikomotorik, keterampilan intelektual dan sikap yang sesuai dengan ranah tujuan pembelajaran. 3. Prosedur Penelitian dan Pengembangan 21 Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran…. 165-169. Sugiyono.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2008), 297. 23 Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan(Jakarta: Kencana. 2010), 194. 24 Tim puslit jaknov, Metode Penelitian Pengembangan”(pusat penelitian kebijakan dan inovasi pendidikan badan penelitian dan pengembangan departemen pendidikan nasional, 2008) Dalam www.infokursus.net diakses pada 20.00 tanggal 20 juni 2012, hlm 8 22 AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 252 Metode penelitian yang digunakan yaitu metode Research and Development (penelitian dan pengembangan) dengan menggunakan model Dick and Carey. Prosedur pengembangan dengan model ini terdiri dari 10 langkah tetapi pengembangan produk yang dilaksanakan pada penelitian ini hanya sampai pada 9 tahap saja yaitu: (1) Analisis kebutuhan dan identifikasi tujuan umum, (2) Melakukan analisis pembelajaran, (3) Menganalisis pembelajar dan konteks, (4) Merumuskan tujuan khusus, (5) Menegmbangkan instrumen assesment, (6) Mengembangkan strategi pembelajaran, (7) Mengembangkan dan memilih bahan pembelajran, (8) Merancang dan melakukan evaluasi formatif, (9) Melakukan revisi. 4. Uji Coba Produk Uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan tingkat kevalidan, keefektifan dan efisiensi produk yang dihasilkan. Beberapa kegiatan yang dilakukan untuk uji coba dalam penelitian pengembangan ini antara lain adalah: 1) Desain Uji Coba Uji coba yang dilakukan pada penelitian ini melalui dua tahap, yaitu tahapan subjek uji coba ahli dan subjek uji coba siswa.Uji coba awal dilakukan kepada ahli materi isi, ahli desain pembelajaran dan ahli bahasa.Setelah dilakukan uji coba kepada ahli, kemudian dilakukan revisi berdasarkan saran dan masukan oleh para ahli.Hasil revisi tersebut kemudian di uji coba pada siswa kelas IV meliputi uji coba perorangan dan uji coba lapangan.Tidak dilakukan uji coba lanjut dan diseminasi produk dikarenakan keterbatasan waktu penelitian.Uji coba produk bahan ajar dilakukan secara konvensional.Selanjutnya desain penilaian produk tersebut secara umum dapat dijelaskan pada Gambar berikut ini: 25 2) Subyek Uji Coba Subjek uji coba dalam penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai berikut. a. Ahli Desain Pembelajaran Ahli Desain Pembelajaran dengan kriteria memiliki latar belakang pendidikan dibidang Jurusan Tekhnologi Pembelajaran atau Desain Pembelajaran dan memiliki wawasan tentang berbagai desain media pembelajaran khususnya modul pembelajaran yang dikembangkan pada pembelajaran tematik.Fungsi ahli desain tersebut adalah untuk memvalidasi desain modul pembelajaran. b. Ahli isi/materi Ahli isi/materi memiliki latar belakang pendidikan ahli di bidang pendidikan dasar khususnya pembelajaran tematik.Fungsi ahli isi/materi adalah untuk memvalidasi materi sehingga siswa dapat memahami materi pada modul pembelajaran. c. Guru kelas IV MIT Ar-Roihan Lawang Malang Memiliki kriteria dengan pengalaman mengajar di kelas IV minimal 5 tahun. Guru kelas IV berfungsi sebagai validator modul siswa, hal ini digunakan untuk mengetahui tingkat keterterapan modul pada proses pembelajaran. d. Uji Coba Siswa 25 Yulia Ilfa Rachmania. Pengembangan Bahan Ajar dengan Pendekatan Realistik Pokok Bahasan Segiempat untuk Siswa SMP Kelas VII.(Malang: Program Sarjana UM, 2009), 45. AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 253 Siswa merupakan salah satu subjek uji coba produk untuk mengembangan modul pembelajaran tematik bernuansa Islami melalui modul pembelajaran yang berfungsi untuk mengetahui tingkat keefektifan dan kemenarikan modul ajar yang dikembangkan. Tahap uji coba produk dilakukan dua tahap: (1) Uji coba Perorangan dan (2) uji kelompok kecil dan (3) uji lapangan. 3) Sasaran Uji Coba Pada penelitian ini sasaran penggunaan produk modul pembelajaran tematik adalah siswa kelas IV MIT Ar-Roihan Lawang Malang.Siswa yang dijadikan sasaran merupakan siswa yang duduk di bangku kelas IV. Dalam Uji coba perorangan peneliti mengambil 3 orang, uji kelompok kecil diwakili 6 siswa dan untuk uji coba lapangan peneliti mengambil subjek uji coba sebanyak 17 orang yaitu keseluruhan siswa kelas IV di MIT Ar-Roihan Lawang Malang. 4) Jenis Data Jenis data pada penelitian pengembangan modul tematik ini, berupa data kuantitatif dan data kualitatif26.Data kualitatif dihimpun dari tanggapan kritik, saran, dan komentar dari para ahli terhadap modul tematik melalui angket pertanyaan terbuka. Data kuantitatif dihimpun dengan menggunakan angket pertanyaan tertutup yang berupa pointer-pointer pertanyaan terstruktur yang berisi penilaian produk baik dari segi isi, desain, strategi pembelajaran, maupun tes pencapaian hasil belajar setelah menggunakan produk modul tematik. 5) Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan untuk memperoleh sejumlah data yang diharapkan tersebut akan digunakan sebagai instrumen pegumpul data yakni berupa angket dan tes perolehan prestasi siswa.27 a. Angket Sifat pertanyaan dalam angket meliputi 2 macam, yakni pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup.Angket terbuka berupa hasil wawancara dan observasi saat penggunaan modul diuji cobakan dalam pembelajaran. Adapun angket tertutup yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: 1) Angket penilaian atau tanggapan ahli isi/materi, ahli bahasa dan ahli desain media pembelajaranterhadap modul tematikyang dikembangkan. 2) Angket penilaian atau tanggapan guru kelas IV MIT Ar-Roihan Lawang Malang. 3) Angket penilaian atau tanggapan siswa uji coba lapangan b. Tes pencapaian prestasi belajar Tes pencapaian prestasi belajar merupakan tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil post-test yang menunjukkan kemampuan proses dan keefektifan belajar siswa setelah menggunakan modul tematik.Setelah itu, tes perolehan prestasi belajar diuji menggunakan test uji beda untuk membedakan sebelum menggunakan modul tematik hasil pengembangan dan sesudah menggunakan menggunakan modul tematik hasil pengembangan. 26 Wahid Murni dan Nur Ali, Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama dan Umum Dari Teori Menuju Disertai Contoh Hasil Penelitian ( Malang : UM Pres, 2008) 27 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), 124. AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 254 6) Teknik Analisis Data Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul.28Penelitian ini mengarah pada proses menghasilkan produk. Data yang diperoleh kemudian dianalisis. Teknik analisa yang digunakan untuk mengolah data dari hasil uji coba produk adalah sebagai berikut: a. Analisis deskriptif: Pada tahap ini data dihimpun menggunakan angket penilaian tertutup dan angket penilaian terbuka dan data yang diperoleh kemudian di analisis. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan semua pendapat, saran dan tanggapan validator yang didapat dari lembar kritik dan saran. b. Analisis Data Hasil Tes: Analisis data hasil tes digunakan untuk mengukur tingkat perbandingan hasil belajar siswa. Dalam uji coba lapangan pengujian data menggunakan desain eksperimen yang dilakukan dengan cara membandingkan keadaan sebelum dan sesudah menggunakan produk pengembangan (before-after). Penggunaan desain eksperimen (beforeafter) dimaksudkan karena produk pengembangan sebagai bahan remedial. Hasil Penelitian Pengembangan 1. Deskripsi Modul Pembelajaran Tematik Terpadu Hasil Pengembangan a. Bagian Pra-Pendahuluan Modul pembelajaran tematik terpadu tema 3 “peduli terhadap makhluk hidup” terdiri dari 3 subtema yaitu: 1) hewan dan tumbuhan di lingkungan rumahku, 2) keberagaman makhluk hidup di lingkunganku, 3) ayo cintai lingkungan. Pada bagian prapendahuluan, mencakup hasil pengembangan yang meliputi cover depan dan cover belakang, sampul luar, kata pengantar, isi buku dan daftar isi, pedoman siswa, standart kompetensi lulusan dan kopetensi inti kelas IV. b. Bagian Pendahuluan Bagian pendahuluan terdiri dari: 1) Judul tema 3, 2) judul Subtema, 3) ayorenungkan berisi tentang landasan ayat Al-Quran yang ada keterkaitan dengan penjabaran materi yang dipelajari dalam modul, 4) Fokus dan Tujuan pembelajaran. c. Bagian Isi Bagian isi berisi kegiatan belajar yaitu:Ayo Berdoa, eksplorasi konsep, ayo membaca, ayo mengamati, ayo berlatih, ayo melakukan, ayo kerjakan, dan evaluasi. d. Bagian Akhir Pendukung Pada bagian ini, modul dilengkapi dengan komponen lain, yaitu: penugasan, rangkuman, kotak kejujuran, daftar pustaka, daftar gambar, kompetensi dasar, kunci jawaban, penilaian, rubrik penskoran, riwayat penulis. 2. Hasil Validasi Produk Pengembangan Modul Pembelajaran Tematik Terpadu Pengembangan modul pembelajaran tematik terpadu ini telah di validasi oleh para ahli (ahli isi dan ahli desain pembelajaran), guru kelas 4 dan siswa kelas 1Vdi MIT Ar-Roihan Lawang Malang. a. Hasil Validasi Ahli Isi/Materi 28 Sugiyono.Metode Penelitian....hlm.207 AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 255 Validasi isi pada modul pembelajaran ini dilakukan oleh ahli isi/materi yaitu Bapak Dr. Muhammad Walid, MA melalui sebuah format penilaian berupa angket. Berdasarkan hasil penilaian, tanggapan penilaian dari ahli materi mendapat kualifikasi yang baik, karena berdasarkan hasil validasi diperoleh nilai sebesar 92,1% yang berarti modul pembelajaran tematik terpadusangat layak dan tidak perlu revisi. b. Hasil Validasi Ahli Desain Pembelajaran Desain modul pembelajaran ini divalidasi oleh ahli media/desain modul pembelajaran yaitu Ibu Dr. Hj. Samsul Susilo Wati, M. Pd melalui sebuah angket. Berdasarkan hasil penilaian ahli media/desain modul pembelajaran mendapat nilai 85% dan berada pada kualifikasi sangat layak sehingga tidak perlu revisi. c. Hasil Validasi Guru Kelas IV MIT Ar-Roihan Lawang Malang Modul pembelajaran tematik ini divalidasi oleh ahli pembelajaran yaitu Ibu Khusnul Khotimah S.Pd.I selaku guru Tematik kelas IV MIT Ar-Roihan Lawang Malang melalui sebuah angket. Berdasarkan penilaian guru tematik kelas IV sebagai ahli pembelajaran mendapat nilai 83,7% yang berarti modul pembelajaran tematik terpadu berada pada kualifikasi sangat layak dan tidak perlu revisi. d. Tanggapan penilaian siswa kelas IV MIT Ar-Roihan Lawang Malang Tanggapan penilaian siswa kelas IVMIT Ar-Roihan Lawang Malang sebagai objek uji coba terhadap modul pembelajaran tematik dilakukan secara bertahap diantaranya; 1) uji coba perorangan mendapatkan nilai 89,2% (sangat valid/layak), 2) uji coba kelompok kecil mendapatkan nilai 87,3% (sangat vali/layak) dan uji coba lapangan mendapatkan nilai 86,4% yang berarti modul pembelajaran tematik terpadu berada pada kualifikasi sangat layak dan tidak perlu revisi. 3. Hasil Uji Coba Lapangan sebelum dan sesudah menggunakan modul pembelajaran Berbasis Tematik Terpadu kelas IV di MIT Ar-Roihan. Rekapitulasi nilai yang diperoleh siswa kelas IV MIT Ar-Roihan Lawang Malang selama uji coba, baik nilai pre-test maupun post-test adalah sebagai berikut. Tabel 4.13Rekapitulasi Nilai Pre-test dan Post-test Nilai No. Nama Siswa pre-Test Post-Test 1. Jefri Syaputra 60 76 2. Muhammad Altaf 68 92 3. Ali Zainal Abidin 54 82 4. Muhammad Hilmi 78 96 5. M. Ikhwan Ramadhan 51 82 6. Hud Hamzah 58 85 7. Charista Ahmad Rizki 56 82 8. Muzakki, F. 76 83 9. Royyiz SH 68 82 10. Marwan Hanif Musthafa 66 78 11. Gilang Sufi Dzat 61 91 12. Muhammad Rif’ad 48 75 13. Adam Fredyk 51 76 AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 256 14. Muhammad Maulana Atiq 50 76 15. Dava Frizki Pramudia 78 92 16. Muhammad bin Hasan 61 87 Jumlah rata-rata 62 83,4 Adapun data pre-test dalam penelitian pengembangan ini diambil dari nilai rata-rata siswa sebelum menggunakan modul tematik terpadu tema peduli terhadap makhluk hidup. Nilai post-test diambil setelah siswa melakukan pembelajaran menggunakan modul tematik terpadu tema peduli terhadap makhluk hidup yang dikembangkan.Selanjutnya data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan uji-t sampel berpasangan melalui program SPSS 15. Adapun H0 dan H1 dari penelitian ini adalah sebagai berikut: H0 = tidak ada perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan buku ajar Tematik Terpadu. H1 = ada perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan buku ajar Tematik Terpadu. Jika signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak.. Hasil yang diperoleh dari analisis statistik menggunakan uji-t sampel berpasangan SPSS 16 adalah sebagai berikut. Tabel 4.14 Hasil Statistik Penilaian UjiT-Testterhadap Pre-Test dan Post-Test Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Mean Pair 1 Sebelum 62,31 16 9,322 2,330 Sesudah 83,69 16 7,050 1,762 Error Paired Samples Correlations Pair 1 Sebelum Sesudah & N Correlation Sig. 16 ,641 ,007 Paired Samples Test Paired Differences T AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 df Sig. (2- 257 Pair Sebelum 1 Sesudah – Mean Std. Std. Deviat Error ion Mean -21,375 7,238 1,809 95% Confidence Interval of the Difference tailed) Lower Upper -25,232 15 ,000 17,518 11,813 Berdasarkan tabel 4.13.dan hasil analisis SPSS 15 di atas pada tabel 4.14, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata siswa sebelum dan sesudah menggunakan buku ajar terdapat perbedaan. Nilai rata-rata siswa meningkat dari 62,31 menjadi 83,6.Dengan demikian kesimpulannya adalah modul pembelajaran tematik terpadu yang dikembangkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV MIT Ar-Roihan Lawang Malang. Berdasarkan hasil analisis SPSS 15 uji-t pada tabel 4.14 sampel berpasangan menunjukkan bahwa signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000.Hal ini bisa dilihat pada bagian Paired Samples Test Sig. (2-tailed) sebesar 0,000. Karena signifikansi kurang dari 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulan dari hasil analisis SPSS 15 adalah bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan modul tematik terpadu yang dikembangkan. Dari paparan analisis rata-rata nilai siswa sebelum dan sesudah menggunakan modul pembelajaran tematik pada tabel 4.13,dan analisis nilai menggunakan SPSS 15 pada tabel 4.14 dapat disimpulkan bahwa, modul pembelajaran tematik yang dikembangkan mampu memfasilitasi dan membantu siswa meningkatkan hasil belajar. Dengan demikian, modul pembelajaran tematik terpadu yang dikembangkan ini dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran tematik. Penutup Pendekatan tematik terpadu pada kurikulum 2013 yang terangkum dalam proses mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan harus diterapkan di madrasah ibtidaiyah. Sementara banyak guru mapupun siswa belum memiliki bahan ajar modul pembelajaran tematik terpadu yang dikembangkan berdasarkan analisis kebutuhan dan karakteristik siswa Madrasah Ibtidaiyah.Karena itu modul pembelajaran tematik terpadu bernuansa Islami yang ditawarkan belum ada dan keberadaannya sangat dibutuhkan untuk kepentingan belajar. Oleh karena itu peneliti dapat menyimpulkan dari rumusan masalah sebagai berikut; 1. Kondisi bahan ajar di sekolah Madrasah Ibtidaiyah belum ada yang menggunakan produk bahan ajar berupa Modul Pembelajaran Tematik Terpadu Bernuansa Islam pada pembelajaran tematik Kelas IV MI di MIT Ar-Roihan Lawang Malang. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas pembelajaran tematik kelas IV MIT Ar-Roihan Lawang Malang menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran di kelas guru masih menitikberatkan pada penggunaan buku siswa yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Buku tersebut adalah buku tematik resmi yang wajib digunakan oleh guru dalam menerapkan pembelajaran kurikulum 2013. Selain buku AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 258 tersebut selain buku tersebut guru juga menggunakan buku tematik penerbit Duta tahun terbit 2014 dari kedua buku tersebut memiliki kelemahan yang sangat jelas yaitu belum memenuhi karakteristik siswa Madrasah Ibtidaiyah. Untuk itu seorang guru harus mampu menyiasati akan perubahan-perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan, karena sejatinya pendidikan itu selalu dinamis dan berkembang. Jadi, tidak ada alasan bagi seorang guru tidak bisa atau tidak mampu untuk selalu berinovasi mengembangkan bahan ajar yang didesain untuk keperluan belajar. Salah satu hal yang dapat dilakukan guru adalah dengan cara mengembangkan buku latihan bentuk modul pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik sesuai dengan karakteristik siswa khususnya siswa Madrasah Ibtidaiyah. 2. Proses pembuatan produk modul pembelajaran berbasis tematik ini melalui tahap uji coba para ahli yaitu ahli materi/Isi, ahli media, dan guru kelas. Adapun jumlah keseluruhan penilaian para ahli yaitu: Hasil validasi ahli materi/isi adalah 92,1% (Sangat valid), Hasil validasi ahli media adalah 85% (Sangat valid), Validasi guru kelas adalah 83,7% (Sangat valid). Nilai ini berarti menunjukkan kevalidan dan kesahihan modul pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti berada pada kategori “Sangat Valid” dan layak untuk dipakai untuk kepentingan pembelajaran para siswa. 3. Pengembangan modul pembelajaran berbasis tematik terpadu dapat meningkatkan efektivitas siswa dalam mempelajari produk bahan ajar yang dikembangkan oleh peneliti. Hal ini dibuktikan dengan perolehan dari penilaian pretest (tes awal) dan posttest (tes akhir) yang diberikan peneliti kepada siswa sebelumdan sesudah menggunakan produk modul pembelajaran.Perolehan hasil belajar berdasarkan uji coba lapangan yang diukur menggunakan tes pencapaian hasil belajar menunjukkan rata-rata post-test83,4lebih baik bila dibanding dengan pre-test yang mencapai nilai 62.Diperkuat dengan analisis data menggunakan SPSS 15.00Signifikansi yang diperoleh adalah 0,000. Signifikansi yang diperoleh kurang dari 0,05 sehingga diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pre-test dan skor post-test. Dengan demikian, ada perbedaan perolehan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan modul pembelajaran tematik terpadu. Untuk Uji coba perorangan terkait kemenarikan modul pembelajaran berbasis tematik terpadu diperoleh nilai sebesar 89,2%, Uji coba kelompok kecil lapangan terkait kemenarikan modul tematik terpadu diperoleh nilai 87,3 dan uji coba lapangan terkait daya tarik modul tematik terpadu diperoleh nilai sebesar 86,4%. Daftar Rujukan Akbar, Sa’dun. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013. Alamsyah, Iqbal Ahmad. Pengembangan Modul Pembelajaran Tematik Dengan Tema Selalu Berhemat Energi Untuk Siswa Kelas IV SD.Thesis, program studi PGSD, Universitas Negeri Malang, 2014. Ali, Mohammad dan Asrori. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006 Amiruddin, Zen. Statistik Pendidikan Pendidikan. Yogyakarta: Teras, 2010. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Prakte, Jakarta: Rineka Cipta, 1993. AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 259 Arnold, Mitra. Pembelajaran Tematik di Kelas Rendah, (http:// www.Ditnaga dikti.Org/ditnaga/ files.Wordprees.com, 1997. Asyhar, Rayandra. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran.Jakarta: Referensi, 2001 B. Subali, dkk. Pengembangan CD Pembelajaran Lagu Anak Untuk Menumbuhkan Pemahaman Sains Anak. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, prodi Fisika UNNES n0.8, 2012. Borg & Gall, M.D., Gall, J.P. Educational Research .An Introduction. Arlington Street, Boston: Pearson Education, Inc, 2003. Carey, Walter Dick and Lou. The Systematic Design of InstructionGlecview, Ilionis: Scot, Foresman and Company USA, 1987. Degeng, I Nyoman Sudana. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable. (Jakarta: Depdikbud, 1989. Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahanya.Jatinegara-Jakarta: CV. Darussunah, 2006 Departemen Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Djumransjah. Pengantar Filsafat Pendidikan. Malang: Bayumedia, 2004. Dokumen Kurikulum, Kompetensi Dasar Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, 2013 F. J. Monks, A. M. P. Knoers (trj Siti Rahayu Haditono). Perkembangan Peserta Didik Pengantar dalam berbagai Bagiannya. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press, 2004. Hajar, Ibnu. Panduan Lengkap Kurikulum Tematik untuk SD/MI. Jogjakarta: Diva Press, 2013. Hanafi. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2012. Hani Handoko. Manajemen.Yogyakarta: BPFE, 2003. Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin. Menghidupkan Ilmu-ilmu Agama Islam, Jilid I, alih bahasa H. Moh.Zuhri.Semarang: CV. Asy-Syifa’, 1990. Iskandar, Srini M. Kecenderungan Pembelajaran di Sekolah Dasar.Depdikbud, 1998 Majid, Abdul. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014. Moh.Yamin. Menggugat Pendidikan Indonesia, belajar dari Paolo Frire dan Ki Hajar Dewantara.Jogyakarta: AR-Ruzz Media, 2009. Munir, Abdul.dkk. Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik. Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005. Perbadi, Benny A. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat, 2010. Permendikanas nomor 2.Bab 1 tetang Ketentuan Umum. 2008. Permendikbud No.54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan SD/MI. Permendikbud No.67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI. Prastowo, Andi. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Jogjakarta: Diva Press, 2013. Purwanto. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan Pengembangan dan Pemanfaatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. Rusman. Model-model pembelajaran: mengembangkan profesionalisme guru. Jakarta: Rajawali Pers, 2011. AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 260 Setiono, Kusdwiratri. Psikologi Perkembangan (kajian teori Piaget, selman, kholberg). Padjadjaran: Widya Pandjanjaran, 2008. Setyosari, Punaji. Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan Edisi Ketiga.Jakarta: Kencana, 2010.. Setyosari.Punaji. Metode Penelitian Pendidikan Pengembangan.Jakarta: Kencana, 2013. Shaleh, Abdul Rachman. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa (Visi, Misi dan Aksi). Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2006. Suaidinmath. Pembelajaran Tematik Terpadu Pada Kurikulum 2013. Lihat di http://suaidinmath.wordpress.com/2013/09/03/pembelajaran-tematik-terpadupada/kurikulum-2013/ di akses tanggal 04 April 2015. Subana dkk, Statistik Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia, 2005. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2008. Sumantri, Mulyani & Permana, Johar. Stretegi Belajar Mengajar. Depdikbud, 1999. Thobari dan Mustafa. Belajar dan Pembelajaran, Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011. Tim puslit jaknovMetode Penelitian Pengembangan”, pusat penelitian kebijakan dan inovasi pendidikan badan penelitian dan pengembangan departemen pendidikan nasional, 2008. Dalam www.infokursus.net. Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. (Jakarta: Prenada Media Group, 2009. Trianto. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2009. Wahidmurni dan Nur Ali, Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama dan Umum Dari Teori Menuju Disertai Contoh Hasil Penelitian.Malang : UM Pres, 2008. Wahidmurni. Cara Mudah Menulis Proposal dan Laporan Penelitian Lapangan; Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif (Skripsi, Thesis, dan Disertasi). Malang: UM Press, 2008. Yusanto, M. Ismail, et. al, Membangun Kepribadian Islami. Jakarta: Khairul Bayan, 2002 AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015