pengembangan modul pembelajaran berbasis tematik terpadu tema

advertisement
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS TEMATIK TERPADU
TEMA “PEDULI TERHADAP MAKHLUK HIDUP” UNTUK SISWA KELAS IV
DI MIT AR ROIHAN LAWANG MALANG
Musa’adatul Fithriyah
Fakultas Agama Islam Universitas Islam Lamongan
Email : [email protected]
Abstract: The development of an integrated thematic learning module is based on
the fact that there are thematic learning problems, one of which is the thematic
learning textbook fourth grade students at MIT Ar-Roihan Lawang Malang. The
textbook quality is one of the problems that is able to hinder the success of the
learning process. The learning module in madrassa or Islamic schools should
have a distinctive characteristic and be developed with the Islamic nuances so
that the purposes of madrasa or Islamic schools could be addressed.This study
specifically aims to (1) result in integrated thematic based-learning modules
themed "Caring for creatures" (2) describing the process of preparing the product
of learning modules (3) testing the product of integrated thematic learning
modules related to the effectiveness, efficiency and attractiveness. This study uses
the method of research and development--as developed by Dick and Carey. The
results showed that the integrated thematic-based learning modules have the high
level of feasibility, effectiveness, efficiency and attractiveness of students. This
could be seen from the results of content expert validation score amounted to
92,1% (very valid), media expert validation score amounted to 85% (very valid),
learning expert validation score amounted to 83,7% (very valid). The results of
field tests conducted by the fourth grade students at MIT Ar-Roihan Lawang
Malang showed an increase in post-test results after using integrated thematic
modules. Statistical data with the t-test analysis as a result of SPSS showing 15
sig. 0000 that is smaller than 0.005, means that there are significant differences
between the results of student achievement before and after using integrated
thematic learning modules. While the level of attractiveness of thematic modules
based on the average of student assessment of all components reached 85.9%
(very good). Based on the overall results of the data analysis, it can be conclude
that the results of the development of learning modules have already fulfilled the
needs effective and efficient learning, especially on thematic learning by using an
integrated thematic approach themed "Caring for Creatures" at MIT Ar-Roihan
Lawang Malang.
Keywords: Development; learning modules, integrated thematic
Pendahuluan
Bahan ajar sebagai prasarana pendidikan mempunyai peranan penting dalam proses
pembelajaran yaitu sebagai acuan bagi siswa dan guru untuk meningkatkan efektivitas
pembelajaran. Bagi siswa, bahan ajar menjadi bahan acuan yang diserap isinya dalam proses
belajar sehingga dapat menjadi pengetahuan. Sedangkan bagi guru, bahan ajar menjadi salah
satu acuan penyampaian ilmu kepada siswa. Hal ini penting sebagaimana diatur dalam UU
SISDIKNAS 11 tahun 2005 yaitu: “Buku pelajaran merupakan buku acuan wajib untuk
digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan
dan ketaqwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan
244
teknologi, kemampuan dan kepekaan estesis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun
berdasarkan standar nasional pendidikan”
Ada banyak bahan ajar yang tersedia di pasaran, tapi belum tentu memenuhi syarat
kelayakan sebagai bahan ajar yang berkualitas baik, termasuk buku ajar yang sudah disusun
secara nasional oleh Depdiknas.Namun demikian tetap dibutuhkan suatu pengembangan
bahan ajar demi memenuhi dan melengkapi upaya pembelajaran bagi siswa.Hal ini
dikarenakan dunia pendidikan adalah dunia yang dinamis sedinamis manusia sebagai subyek
belajarnya dengan berbagai konteks sosial, ekonomi, budaya, politik yang selalu melatar
belakangi sepanjang waktu.1
Selain bahan ajar yang dikembangkan tidak terlepas setiap lembaga pendidikan
termasuk madrasah atau sekolah yang beridentitas Islami,2 ingin mengantarkan
pesertadidiknya menjadi anak sholeh atau berkepribadian Islami.3 Untuk mencapai tujuan
tersebut banyak hal yang harus diperhatikan terutama dalam pengembangan bahan ajar.
Bahan ajar yang dikeluarkan oleh pemerintah sudah baik namun tidak semua karakteristik di
setiap sekolah sama, untuk itu perlu adanya pengembangan bahan ajar yang harus
disesuaikan dengan karakteristik masing-masing sekolah dan siswanya.
Hasil observasi dan wawancara dengan guru tematik kelas IV di MIT Ar-Roihan
Lawang Malang menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran tematik di kelas guru masih
menitikberatkan pada penggunaan buku siswa yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan. Buku tersebut adalah buku resmi yang wajib digunakan oleh guru dalam
menerapkan pembelajaran kurikulum 2013 dengan pendekatan Saintifik, selain buku tersebut
guru juga menggunakan buku tematik penerbit Duta tahun terbit 2014.
Berdasarkan hasil telaah dan wawancara buku tersebut masih terdapat beberapa
permaslahan diantaranya penyajian materi pada buku tersebut bersifat terbatas, dari segi
desain, terdapat keterbatasan gambar ilustrasi untuk mempermudah memahami pokok
bahasan sub tema yang dipelajari khususnya pada tema “Peduli Terhadap Makhluk Hidup”.
Meskipun warna yang digunakan sudah baik dan menarik, namun sebagai pendukung pada
meteri ini sebaiknya pada bagian masing-masing pembahasan materi terdapat gambar
ilustrasi sebagai penjelas dari isi materi.Selain itu ilustrasi gambar yang digunakan
didominasi dengan gambar kartun dan animasi belum gambar kongkrit.
Selain permasalahan di atas, bahan ajar meliputi modul pembelajaran tematik masih
minim diterbitkan oleh pemerintah, dikarenakan pemerintah masih fokus pada penyusunan
bahan ajar bentuk buku paket tematik SD/MI saja,Selain itu juga guru mengaku masih
kesulitan dalam mengembangkan bahan ajar sendiri sesuai dengan kebutuhan siswanya. Hal
ini dikarenakan guru belum bisa secara mandiri membuat bahan ajar.Selain tidak adanya
contoh model produk yang serupa, serta kurangnya pelatihan bagi guru dalam
mengembangkan bahan ajar.
Pentingnya modul pembelajaran yaitu sebagai bahan latihan untuk siswa lebih
memahami materi yang disajikan pada buku tematik yang sudah ada siswa dapat
1
Permendikanas nomor 2.Bab 1 tetang Ketentuan Umum. 2008.
Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa (Visi, Misi dan Aksi)(Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, 2006), 77.
3
M. Ismail Yusanto, et. al, Membangun Kepribadian Islami (Jakarta: Khairul Bayan, sumber pemikiran islam,
2002), 23.
2
AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015
245
menggunakan modul pembelajaran secara mandiri.Modul pembelajaranpunpada madrasah
atau sekolah Islam harus berbeda dari sekolah pada umumnya yang mana modul
pembelajaran itu seharusnya memiliki ciri khas tersendiri yakni dikembangkan dengan
nuansaislami agar tujuan Madrasah atau Sekolah Islam yang ingin mengantarkan siswa untuk
berkepribadian islami tercapai.4
Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan produk pengembangan berupa modul
pembelajaran berbasis tematik terpadu yang dapat digunakan sebagai buku latihan siswa
untuk dapat memahami materi tema 3 “Peduli Terhadap Makhluk Hidup”. Tujuan utama
tersebut dapat dijabarkan menjadi tujuan-tujuan khusus sbagai berikut; (1) Menghasilkan
produk pengembangan berupa modul pembelajaran berbasis tematik terpadu tema “Peduli
Terhadap Mahluk Hidup” untuk siswa kelas IVdi MIT Ar-Roihan Lawang Malang. (2)
Mendeskripsikan proses penyusunan produk modul pembelajaran berbasis tematik terpadu
tema “Peduli Terhadap Mahluk Hidup”dan uji produknya. (3) Menguji produk modul
pembelajaran berbasis tematik terpadu tema “Peduli Terhadap Mahluk Hidup”terhadap
keefektifan, efesiensi dan daya tarik.
Kajian Karakteristik Siswa Usia Madrasah Ibtidaiyah
Berikut ini adalah karakteristik belajar siswa Madrasah Ibtidaiyah dari berbagai aspek,
kognitif, biologis, dan sosial.
a. Karakteristik Belajar Internal Anak Usia Madrasah Ibtidaiyah
Karakteristik belajar internal siswa banyak dipengaruhi oleh unsur kognitif dan
fisiologis otak.Kemampuan kognitif merupakan sesuatu yang fundamental dan yang
membimbing tingkah laku anak.Aspek kognitif merupakan sisi internal yang bertanggung
jawab atas pross pembelajaran.Dengan kemampuan kognitif ini, maka anak dipandang
sebagai individu yang secara aktif membangun sendiri pengetahuan mereka tentang
dunia.Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan
bagaimana kognisi bekerja dan berkembang.5
Menurut teori Piaget, anak usia sekolah dasar berada pada tahap operasional konkrit.
Berikutnya karakteristik menurut Piaget anak pada usia 6-12 tahun (masa operasi konkret)
ini memiliki kecenderungan sebagai berikut:6
a) Mulai memandang dunia secara obyektif bergeser dari satu aspek ke aspek lain secara
refleksif dan memandang unsur-unsur kesatuan secara serentak.
b) Mulai berpikir secara operasional, misalnya kelompok elemen menjadi satu kesatuan
yang utuh dan dapat melihat hubungan elemen dengan kesatuan/keseluruhan secara
bolak-balik.
c) Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda.
b. Karakteristik Belajar Siswa dari Faktor Eksternal
4
Hasil wawancara dengan bapak Raditya waka Litbang di MIT Ar-Roihan Lawang Malang, tanggal 19 Januari
2015
5
Setiono, Kusdwiratri, Psikologi Perkembangan (kajian teori Piaget, selman, kholberg) (Padjadjaran: Widya
Pandjanjaran, 2008), 13.
6
Ali, Mohammad dan Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: PT. Bumi Aksara, .
2006), 29.
AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015
246
Anak tidak hanya belajar lantaran dorongan internal yang mereka miliki dan
kemampuan kognitif yang mengandalkan kerja dua belah otak.Anak juga belajar benyak dari
factor-faktor eksternal.Faktor-faktor itu bisa berupa stimuli dari luar dirinya. Menurut
Bandura, anak usia tingkat Madrasah Ibtidaiyah cenderung belajar dari atau dengan cara
modeling (pemodelan), yaitu menyesuaikan atau mencontohkan perilaku orang lain. Melalui
interaksi sosial seorang anak dapat belajar melalui pengamatan (observation learning). Oleh
karena itu teori ini dikenal dengan namaOperant Conditioning. Pengamatan sebagai alat
pembelajaran tertuju pada suatu model.
Ciri model yang berpengaruh terhadap pengamat atau anak adalah model yang tampak
menarik, dapat dipercaya, cocok dalam kelompok dan memberikan standar yang meyakinkan
sebagai pedoman bagi pengamat. Ada empat elemen-elemen penting yang menurut Bandura
perlu diperhatikan dalam pembelajaran melalui pengamatan yaitu: 7
a. Atensi
Anak bisa mempelajari sesuatu dengan baik apabila mereka punya atensi (perhatian).
Perhatian siswa biasanya tertuju pada apa yang dimodelkan jika guru melakukan dengan
baik, menarik serta tahap demi tahap. Dengan atensi yang dia punyai, siswa dengan senang
hati menirukan keterampilan yang dilatihkan.Lewat latihan yang menyenangkan inilah
siswa bisa mengingat sesuatu dengan baik.
b. Retensi
Anak-anak usia Madrasah Ibtidaiyah bisa mengingat sesuatu dengan baik lewat latihan
dan pembiasaan yang sering disebut retensi.
c. Reproduksi
Anak usia tingkat Madrasah Ibtidaiyah senang sekali diberi kesempatan untuk
menunjukkan apa yang dia kuasai.
d. Motivasi
Anak belajar sesuatu kalau punya motivasi-motivasi tertentu.Motivasi itu bisa berupa
mendapatkan prestasi atau menghindari hukuman.
Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu atau
terintegrasi yang melibatkan beberapa mata pelajaran yang di ikat dalam tema-tema tertentu.
Pembelajaran ini melibatkan beberapa kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator dari suatu
mata pelajaran atau bahkan beberapa mata pelajaran. Keterpaduan dalam pembelajaran ini
dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. 8
Menurut Rusman pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam
pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui
pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah
7
Hanafi.Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam(Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian
Agama RI, 2012), 56.
8
Abdul munir, dkk.,Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik. (Jakarta: DirektoratJenderal Kelembagaan
Agama Islam, 2005), 3.
AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015
247
dipahaminya.9Mitra Arnold memberikan penjelasan mengenai pembelajaran tematik yaitu
pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga
dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.10
Bertolak dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
tematik merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa
mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.
Diterapkannya pembelajaran tematik sebagai salah satu model pembelajaran
diharapkan membuka ruang yang luas bagi pesertadidik untuk mengalami sebuah
pengalaman belajar yang lebih bermakna, berkesan dan menyenangkan. Selain itu,
pembelajaran ini membuka peluang bagi pendidikuntuk mengembangkan berbagai strategi
dan metodologi yang paling tepat.
Pemilihan dan pengembangan strategi pembelajaran yang digunakan harus
mempertimbangkan kesesuaian dengan tema-tema yang dipilih sebelumnya atau dengan mata
pelajaran lainnya.Dan, disinilah pendidik dituntut lebih kreatif dan variatif dalam
menghadirkan suasana pembelajaran yang menggiring pesertadidik mampu memahami
kenyataan hidup (konteks) yang dijalaninya baik menyangkut dirinya sebagai pribadi maupun
dalam hubungannya dengan keluarga, masyarakat, lingkungan dan alam sekitarnya.
Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran terpadu tipe integrated adalah tipe pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan antar bidang studi, menggabungkan bidang studi dengan cara
menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling
tumpang tindih dalam beberapa bidang studi. Fokus pengintegrasian pada sejumlah
keterampilan belajar yang ingin dilatihkan oleh seorang guru kepada siswanya dalam suatu
unit pembelajaran untuk ketercapaian materi pelajaran (content).Keterampilan-keterampilan
belajar itu menurut Fogarty meliputi keterampilan berpikir, keterampilan sosial, dan
keterampilan mengorganisir. 11
Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran tematik terpadu sebagaimana dijelaskan pada pembahasan sebelumnya
bahwa pembelajaran tematik terpadu merupakan pola pembelajaran yang mengintegrasikan
pengetahuan, keterampilan, kreativitas, nilai dan sikap dan pembelajaran dengan
menggunakan tema. Dengan demikian, pembelajaran tematik diarahkan agar proses
pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa. Dengan menerapkan
pembelajaran tematik, siswa dan guru banyak mendapat manfaat, diantaranya: 12
1) Pembelajaran mampu meningkatkan pemahaman konseptual pesertadidik terhadap realitas
sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya. Dari proses pembelajaran yang
9
Rusman.Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta: Rajawali Pers,
2011),254.
10
Mitra Arnold, Pembelajaran Tematik di Kelas Rendah, (http:// www. Ditnaga dikti.Org/ditnaga/
files.Wordprees.com), di akses tanggal 24/11/2013 pukul 19.23
11
Trianto, Mengembangkan …hlm 49
12
Abdul Munir, dkk., Pedoman …hlm 15-17
AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015
248
2)
3)
4)
5)
dilalui, pesertadidik mengembangkan sejumlah pengalaman, membangun pengetahuan,
dan pada ahirnya mengembangkan konsep baru tentang suatu realitas.
Melalui pembelajaran tematik proses mental anak bekerja secara aktif dalam
menghubungkan informasi yang terpisah-pisah menjadi satu kesatuan yang utuh.
Pembelajaran tematik mampu meningkatkan keeratan hubungan antar pesertadidik. tematema pembelajaran yang erat hubungannya dengan pola kehidupan sosial, sangat
membantu pesertadidik agar mampu beradaptasi dan berganti peran dalam melakukan
aktivitas yang berbeda.
Pembelajaran tematik membantu guru dalam meningkatkan profesionalismenya.
Pembelajaran tematik menumbuhkan kecermatan dan keseriusan guru, baik dalam
menemukan tema yang kontekstual, merancang perencanaan pembelajaran, menyiapkan
metode pembelajaran yang tepat, merumuskan tujuan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran secara konsisten dengan tema pembelajaran, sampai menyusun instrumen
evaluasi yang relevan dengan kegiatan pembelajaran.
Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik Terpadu
Beberapa prinsip yang berkenan dengan pembelajaran tematik terpadu sebagai
berikut:13
1) Pembelajaran tematik terpadu memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan dunia siswa
dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang
beragam dari beberapa mata pelajaran.
2) Pembelajaran tematik terpadu perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang
mungkin saling terkait. Dengan demikian, materi-materi yang dipilih dapat
mengungkapkan tema secara bermakna. Mungkin terjadi, ada materi pengayaan horizontal
dalam bentuk contoh aplikasi yang tidak memuat dalam standar isi. Namun perlu diingat,
penyajian materi pengayaan seperti ini perlu dibatasi dengan mengacu pada tujuan
pembelajaran.
3) Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan
karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal.
4) Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan. Artinya, materi yang tidak
mungkin dipadukan tidak perlu dipadukan.
Karakteristik Model Pembelajaran Tematik Terpadu
Sebagai suatu model pembelajaran, pembelajaran tematik terpadu memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut:14
1) Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan
pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar
sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahankemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
2) Memberikan pengalaman langsung
13
14
Abdul Majid. Pembelajaran Tematik Terpadu (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2014), 89.
Rusman.Model-model ….hlm 258-259 lihat juga di Trianto, Mengembangkan …hlm 91-92
AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015
249
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct
experiences).Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata
(konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3) Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu
jelas.Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat
berkaitan dengan kehidupan siswa.
4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam
suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep
tersebut secara utuh.Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5) Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan buku ajar
dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya
dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan
minat dan kebutuhannya..
Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran tematik terpadu dalam penerapannya memiliki beberapa
kelebihan.Adapun kelebihan pembelajaran tematik terpadu menurut.Depdikbud antara lain
sebagai berikut:15
a. Pengalaman dan kegiatan belajar siswa relevan dengan tingkatperkembangannya.
b. Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
c. Kegiatan belajar bermakna bagi siswa, sehingga hasilnya dapatbertahan lama.
d. Keterampilan berpikir siswa berkembang dalam prosespembelajaran terpadu.
e. Kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai lingkungansiswa.
f. Keterampilan sosial siswa berkembang dalam proses pembelajaranterpadu, keterampilan
sosial ini antara lain: kerja sama,komunikasi, dan mau mendengarkan pendapat orang lain.
Selain kelebihan yang dimiliki, menurut Indrawati16 pembelajaran tematik juga
memiliki keterbatasan ataukekurangan, terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada
perencaan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan
evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja.
Pengertian Modul
15
16
Trianto.Model Pembelajaran… 88.
Trianto.Model Pembelajaran…90.
AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015
250
Modul pembelajaran tematik adalah Modul yang mengandung karakteristik
pembelajaran tematik, sehingga mampu mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran
tematik.17
Istilah modul dipinjam dari dunia teknologi, yaitu alat ukur yang lengkap dan
merupakan satu kesatuan program yang dapat mengukur tujuan. Modul adalah salah satu
bentuk bahan ajar berbasis cetakan yang dirancang untuk belajar secara mandiri oleh siswa
karena itu modul dilengkapi dengan petunjuk untuk belajar sendiri.Dalam hal ini, siswa dapat
melakukan kegiatan belajar sendiri tanpa kehadiran pengajar secara langsung.Bahasa, pola,
dan sifat kelengkapan lainnya yang terdapat dalam modul ini diatur sehingga ia seolah-olah
merupakan “bahasa pengajar” atau bahasa guru yang sedang memberikan pengajaran kepada
murid-muridnya.18
Departemen Pendidikan Nasional mendefinisikan modul sebagai suatu kesatuan bahan
belajar yang disajikan dalam bentuk “self- instruction”, artinya bahan belajar yang disusun di
dalam modul dapat dipelajari siswa secara mandiri dengan bantuan yang terbatas dari guru
atau orang lain.19
Berdasarkan beberapa pandangan mengenai pengertian pengertian modul tersebut,
dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran adalah salah satu bentuk bahan ajar yang
dikemas secara sistematis dan menarik sehingga mudah untuk dipelajari secara mandiri.
Karakteristik Modul Pembelajaran Sebagai Produk Pengembangan
Modul pembelajaran merupakan salah satu bahan belajar yang dapat dimanfaatkan
oleh siswa secara mandiri. Modul yang baik harus disusun secara sistematis, menarik, dan
jelas.Modul dapat digunakan kapanpun dan dimanapun sesuai dengan kebutuhan siswa.Untuk
menghasilkan modul yang baik, maka penyusunanya harus sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan oleh Depdiknas (2008) sebagai berikut:20
1) Self instructional, Siswa mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak
lain.
2) Self contained, Seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi yang dipelajari
terdapat didalam satu modul utuh.
3) Stand alone, Modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus
digunakan bersama-sama dengan media lain.
4) Adaptif, Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu
dan teknologi.
5) User friendly, Modul hendaknya juga memenuhi kaidah akrab bersahabat/akrab dengan
pemakainya.
6) Konsistensi, Konsisten dalam penggunaan font, spasi, dan tata letak.
Struktur Penyusunan Modul Pembelajaran
17
Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik(Jogjakarta: Diva Press, 2013), 297.
Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran (Jakarta: Referensi, 2012), 155.
19
Departemen Pendidikan Nasional, Teknik Belajar dengan Modul(2002), 5.
20
Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran…. 155.
18
AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015
251
Struktur modul bertujuan untuk memudahkan siswa mempelajari materi.Satu modul
dibuat untuk mengajarakan suatu materi yang spesifik supaya siswa mencapai kompetensi
tertentu. Struktur penyusunan modul dibagi menjadi tiga bagian diantaranya:21
1) Bagian Pembuka
2) Bagian Inti
3) Bagian penutup
a. Judul modul
a. Tinjauan umum materi ajar
a. Glossarium
b. Daftar isi
b. Hubungan dengan materi atau b.Tes akhir
c. Peta informasi
pelajaran yang lain
c. Indeks
d. Daftar tujuan
c. Uraian materi
kompetensi
d. Penugasan
e. Tes awal
e. Rangkuman
Metode Penelitian
1. Metode Pengembangan
Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya Research and
Developmentyaitu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu,
dan menguji keefektifan produk tersebut yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
belajar.22
Menurut Punaji, Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D)
adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru, atau
menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan.23Dengan
demikian penelitian pengembangan merupakan salah satu bentuk penelitian yang terkait
dengan peningkatan kualitas pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil pendidikan.
Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis
kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di
masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk. Jadi
penelitian dan pengembangan bersifat longitudinal atau bertahap.
2. Model Pengembangan
Model pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang akan
dihasilkan. Model pengembangan dapat berupa model prosedural, konseptual, dan model
teoritik.24 Pada penelitian ini digunakan model prosedural, yaitu model yang bersifat
deskriptif, menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk.
Dalam penelitian dan pengmbangan ini menggunakan model penelitian dari Dick and Carey.
Model ini dipilih karena memiliki keunggulan langkah-langkah yang sistematis berdasarkan
teori-teori dalam pembelajaran dan rancangan pembelajarannya para ranah informasi verbal,
keterampilan psikomotorik, keterampilan intelektual dan sikap yang sesuai dengan ranah
tujuan pembelajaran.
3. Prosedur Penelitian dan Pengembangan
21
Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran…. 165-169.
Sugiyono.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2008), 297.
23
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan(Jakarta: Kencana. 2010), 194.
24
Tim puslit jaknov, Metode Penelitian Pengembangan”(pusat penelitian kebijakan dan inovasi pendidikan
badan penelitian dan pengembangan departemen pendidikan nasional, 2008) Dalam www.infokursus.net diakses
pada 20.00 tanggal 20 juni 2012, hlm 8
22
AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015
252
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode Research and Development
(penelitian dan pengembangan) dengan menggunakan model Dick and Carey. Prosedur
pengembangan dengan model ini terdiri dari 10 langkah tetapi pengembangan produk yang
dilaksanakan pada penelitian ini hanya sampai pada 9 tahap saja yaitu: (1) Analisis
kebutuhan dan identifikasi tujuan umum, (2) Melakukan analisis pembelajaran, (3)
Menganalisis pembelajar dan konteks, (4) Merumuskan tujuan khusus, (5) Menegmbangkan
instrumen assesment, (6) Mengembangkan strategi pembelajaran, (7) Mengembangkan dan
memilih bahan pembelajran, (8) Merancang dan melakukan evaluasi formatif, (9) Melakukan
revisi.
4. Uji Coba Produk
Uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dapat digunakan
sebagai dasar untuk menetapkan tingkat kevalidan, keefektifan dan efisiensi produk yang
dihasilkan. Beberapa kegiatan yang dilakukan untuk uji coba dalam penelitian pengembangan
ini antara lain adalah:
1) Desain Uji Coba
Uji coba yang dilakukan pada penelitian ini melalui dua tahap, yaitu tahapan subjek uji
coba ahli dan subjek uji coba siswa.Uji coba awal dilakukan kepada ahli materi isi, ahli
desain pembelajaran dan ahli bahasa.Setelah dilakukan uji coba kepada ahli, kemudian
dilakukan revisi berdasarkan saran dan masukan oleh para ahli.Hasil revisi tersebut
kemudian di uji coba pada siswa kelas IV meliputi uji coba perorangan dan uji coba
lapangan.Tidak dilakukan uji coba lanjut dan diseminasi produk dikarenakan keterbatasan
waktu penelitian.Uji coba produk bahan ajar dilakukan secara konvensional.Selanjutnya
desain penilaian produk tersebut secara umum dapat dijelaskan pada Gambar berikut ini: 25
2) Subyek Uji Coba
Subjek uji coba dalam penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai berikut.
a. Ahli Desain Pembelajaran
Ahli Desain Pembelajaran dengan kriteria memiliki latar belakang pendidikan dibidang
Jurusan Tekhnologi Pembelajaran atau Desain Pembelajaran dan memiliki wawasan
tentang berbagai desain media pembelajaran khususnya modul pembelajaran yang
dikembangkan pada pembelajaran tematik.Fungsi ahli desain tersebut adalah untuk
memvalidasi desain modul pembelajaran.
b. Ahli isi/materi
Ahli isi/materi memiliki latar belakang pendidikan ahli di bidang pendidikan dasar
khususnya pembelajaran tematik.Fungsi ahli isi/materi adalah untuk memvalidasi
materi sehingga siswa dapat memahami materi pada modul pembelajaran.
c. Guru kelas IV MIT Ar-Roihan Lawang Malang
Memiliki kriteria dengan pengalaman mengajar di kelas IV minimal 5 tahun. Guru
kelas IV berfungsi sebagai validator modul siswa, hal ini digunakan untuk mengetahui
tingkat keterterapan modul pada proses pembelajaran.
d. Uji Coba Siswa
25
Yulia Ilfa Rachmania. Pengembangan Bahan Ajar dengan Pendekatan Realistik Pokok Bahasan Segiempat
untuk Siswa SMP Kelas VII.(Malang: Program Sarjana UM, 2009), 45.
AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015
253
Siswa merupakan salah satu subjek uji coba produk untuk mengembangan modul
pembelajaran tematik bernuansa Islami melalui modul pembelajaran yang berfungsi
untuk mengetahui tingkat keefektifan dan kemenarikan modul ajar yang
dikembangkan. Tahap uji coba produk dilakukan dua tahap: (1) Uji coba Perorangan
dan (2) uji kelompok kecil dan (3) uji lapangan.
3) Sasaran Uji Coba
Pada penelitian ini sasaran penggunaan produk modul pembelajaran tematik adalah
siswa kelas IV MIT Ar-Roihan Lawang Malang.Siswa yang dijadikan sasaran merupakan
siswa yang duduk di bangku kelas IV. Dalam Uji coba perorangan peneliti mengambil 3
orang, uji kelompok kecil diwakili 6 siswa dan untuk uji coba lapangan peneliti
mengambil subjek uji coba sebanyak 17 orang yaitu keseluruhan siswa kelas IV di MIT
Ar-Roihan Lawang Malang.
4) Jenis Data
Jenis data pada penelitian pengembangan modul tematik ini, berupa data kuantitatif
dan data kualitatif26.Data kualitatif dihimpun dari tanggapan kritik, saran, dan komentar
dari para ahli terhadap modul tematik melalui angket pertanyaan terbuka. Data kuantitatif
dihimpun dengan menggunakan angket pertanyaan tertutup yang berupa pointer-pointer
pertanyaan terstruktur yang berisi penilaian produk baik dari segi isi, desain, strategi
pembelajaran, maupun tes pencapaian hasil belajar setelah menggunakan produk modul
tematik.
5) Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh sejumlah data yang diharapkan
tersebut akan digunakan sebagai instrumen pegumpul data yakni berupa angket dan tes
perolehan prestasi siswa.27
a. Angket
Sifat pertanyaan dalam angket meliputi 2 macam, yakni pertanyaan terbuka dan
pertanyaan tertutup.Angket terbuka berupa hasil wawancara dan observasi saat
penggunaan modul diuji cobakan dalam pembelajaran. Adapun angket tertutup yang
dibutuhkan adalah sebagai berikut:
1) Angket penilaian atau tanggapan ahli isi/materi, ahli bahasa dan ahli desain media
pembelajaranterhadap modul tematikyang dikembangkan.
2) Angket penilaian atau tanggapan guru kelas IV MIT Ar-Roihan Lawang Malang.
3) Angket penilaian atau tanggapan siswa uji coba lapangan
b. Tes pencapaian prestasi belajar
Tes pencapaian prestasi belajar merupakan tes yang digunakan untuk mengukur
pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Tes digunakan untuk
mengumpulkan data tentang hasil post-test yang menunjukkan kemampuan proses dan
keefektifan belajar siswa setelah menggunakan modul tematik.Setelah itu, tes perolehan
prestasi belajar diuji menggunakan test uji beda untuk membedakan sebelum
menggunakan modul tematik hasil pengembangan dan sesudah menggunakan
menggunakan modul tematik hasil pengembangan.
26
Wahid Murni dan Nur Ali, Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama dan Umum Dari Teori Menuju
Disertai Contoh Hasil Penelitian ( Malang : UM Pres, 2008)
27
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), 124.
AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015
254
6) Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber
data lain terkumpul.28Penelitian ini mengarah pada proses menghasilkan produk. Data
yang diperoleh kemudian dianalisis. Teknik analisa yang digunakan untuk mengolah data
dari hasil uji coba produk adalah sebagai berikut:
a. Analisis deskriptif: Pada tahap ini data dihimpun menggunakan angket penilaian
tertutup dan angket penilaian terbuka dan data yang diperoleh kemudian di analisis.
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan semua pendapat,
saran dan tanggapan validator yang didapat dari lembar kritik dan saran.
b. Analisis Data Hasil Tes: Analisis data hasil tes digunakan untuk mengukur tingkat
perbandingan hasil belajar siswa. Dalam uji coba lapangan pengujian data
menggunakan desain eksperimen yang dilakukan dengan cara membandingkan
keadaan sebelum dan sesudah menggunakan produk pengembangan (before-after).
Penggunaan desain eksperimen (beforeafter) dimaksudkan karena produk
pengembangan sebagai bahan remedial.
Hasil Penelitian Pengembangan
1. Deskripsi Modul Pembelajaran Tematik Terpadu Hasil Pengembangan
a. Bagian Pra-Pendahuluan
Modul pembelajaran tematik terpadu tema 3 “peduli terhadap makhluk hidup” terdiri
dari 3 subtema yaitu: 1) hewan dan tumbuhan di lingkungan rumahku, 2) keberagaman
makhluk hidup di lingkunganku, 3) ayo cintai lingkungan. Pada bagian prapendahuluan, mencakup hasil pengembangan yang meliputi cover depan dan cover
belakang, sampul luar, kata pengantar, isi buku dan daftar isi, pedoman siswa, standart
kompetensi lulusan dan kopetensi inti kelas IV.
b. Bagian Pendahuluan
Bagian pendahuluan terdiri dari: 1) Judul tema 3, 2) judul Subtema, 3) ayorenungkan
berisi tentang landasan ayat Al-Quran yang ada keterkaitan dengan penjabaran materi
yang dipelajari dalam modul, 4) Fokus dan Tujuan pembelajaran.
c. Bagian Isi
Bagian isi berisi kegiatan belajar yaitu:Ayo Berdoa, eksplorasi konsep, ayo membaca,
ayo mengamati, ayo berlatih, ayo melakukan, ayo kerjakan, dan evaluasi.
d. Bagian Akhir Pendukung
Pada bagian ini, modul dilengkapi dengan komponen lain, yaitu: penugasan,
rangkuman, kotak kejujuran, daftar pustaka, daftar gambar, kompetensi dasar, kunci
jawaban, penilaian, rubrik penskoran, riwayat penulis.
2. Hasil Validasi Produk Pengembangan Modul Pembelajaran Tematik Terpadu
Pengembangan modul pembelajaran tematik terpadu ini telah di validasi oleh para ahli
(ahli isi dan ahli desain pembelajaran), guru kelas 4 dan siswa kelas 1Vdi MIT Ar-Roihan
Lawang Malang.
a. Hasil Validasi Ahli Isi/Materi
28
Sugiyono.Metode Penelitian....hlm.207
AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015
255
Validasi isi pada modul pembelajaran ini dilakukan oleh ahli isi/materi yaitu Bapak Dr.
Muhammad Walid, MA melalui sebuah format penilaian berupa angket.
Berdasarkan hasil penilaian, tanggapan penilaian dari ahli materi mendapat kualifikasi
yang baik, karena berdasarkan hasil validasi diperoleh nilai sebesar 92,1% yang berarti
modul pembelajaran tematik terpadusangat layak dan tidak perlu revisi.
b. Hasil Validasi Ahli Desain Pembelajaran
Desain modul pembelajaran ini divalidasi oleh ahli media/desain modul pembelajaran
yaitu Ibu Dr. Hj. Samsul Susilo Wati, M. Pd melalui sebuah angket.
Berdasarkan hasil penilaian ahli media/desain modul pembelajaran mendapat nilai 85%
dan berada pada kualifikasi sangat layak sehingga tidak perlu revisi.
c. Hasil Validasi Guru Kelas IV MIT Ar-Roihan Lawang Malang
Modul pembelajaran tematik ini divalidasi oleh ahli pembelajaran yaitu Ibu Khusnul
Khotimah S.Pd.I selaku guru Tematik kelas IV MIT Ar-Roihan Lawang Malang melalui
sebuah angket.
Berdasarkan penilaian guru tematik kelas IV sebagai ahli pembelajaran mendapat nilai
83,7% yang berarti modul pembelajaran tematik terpadu berada pada kualifikasi sangat
layak dan tidak perlu revisi.
d. Tanggapan penilaian siswa kelas IV MIT Ar-Roihan Lawang Malang
Tanggapan penilaian siswa kelas IVMIT Ar-Roihan Lawang Malang sebagai objek uji coba
terhadap modul pembelajaran tematik dilakukan secara bertahap diantaranya; 1) uji coba
perorangan mendapatkan nilai 89,2% (sangat valid/layak), 2) uji coba kelompok kecil
mendapatkan nilai 87,3% (sangat vali/layak) dan uji coba lapangan mendapatkan nilai
86,4% yang berarti modul pembelajaran tematik terpadu berada pada kualifikasi sangat
layak dan tidak perlu revisi.
3. Hasil Uji Coba Lapangan sebelum dan sesudah menggunakan modul pembelajaran
Berbasis Tematik Terpadu kelas IV di MIT Ar-Roihan.
Rekapitulasi nilai yang diperoleh siswa kelas IV MIT Ar-Roihan Lawang Malang selama uji
coba, baik nilai pre-test maupun post-test adalah sebagai berikut.
Tabel 4.13Rekapitulasi Nilai Pre-test dan Post-test
Nilai
No.
Nama Siswa
pre-Test
Post-Test
1.
Jefri Syaputra
60
76
2.
Muhammad Altaf
68
92
3.
Ali Zainal Abidin
54
82
4.
Muhammad Hilmi
78
96
5.
M. Ikhwan Ramadhan
51
82
6.
Hud Hamzah
58
85
7.
Charista Ahmad Rizki
56
82
8.
Muzakki, F.
76
83
9.
Royyiz SH
68
82
10. Marwan Hanif Musthafa
66
78
11. Gilang Sufi Dzat
61
91
12. Muhammad Rif’ad
48
75
13. Adam Fredyk
51
76
AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015
256
14. Muhammad Maulana Atiq
50
76
15. Dava Frizki Pramudia
78
92
16. Muhammad bin Hasan
61
87
Jumlah rata-rata
62
83,4
Adapun data pre-test dalam penelitian pengembangan ini diambil dari nilai rata-rata
siswa sebelum menggunakan modul tematik terpadu tema peduli terhadap makhluk hidup.
Nilai post-test diambil setelah siswa melakukan pembelajaran menggunakan modul tematik
terpadu tema peduli terhadap makhluk hidup yang dikembangkan.Selanjutnya data yang
diperoleh akan dianalisis menggunakan uji-t sampel berpasangan melalui program SPSS 15.
Adapun H0 dan H1 dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 = tidak ada perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan buku ajar
Tematik Terpadu.
H1 = ada perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan buku ajar
Tematik Terpadu.
Jika signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak..
Hasil yang diperoleh dari analisis statistik menggunakan uji-t sampel berpasangan
SPSS 16 adalah sebagai berikut.
Tabel 4.14
Hasil Statistik Penilaian UjiT-Testterhadap Pre-Test dan Post-Test
Paired Samples Statistics
Mean
N
Std.
Deviation
Std.
Mean
Pair 1 Sebelum 62,31
16
9,322
2,330
Sesudah 83,69
16
7,050
1,762
Error
Paired Samples Correlations
Pair 1 Sebelum
Sesudah
&
N
Correlation Sig.
16
,641
,007
Paired Samples Test
Paired Differences
T
AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015
df
Sig.
(2-
257
Pair Sebelum
1
Sesudah
–
Mean
Std. Std.
Deviat Error
ion
Mean
-21,375
7,238 1,809
95% Confidence
Interval of the
Difference
tailed)
Lower
Upper
-25,232
15 ,000
17,518 11,813
Berdasarkan tabel 4.13.dan hasil analisis SPSS 15 di atas pada tabel 4.14, dapat dilihat
bahwa nilai rata-rata siswa sebelum dan sesudah menggunakan buku ajar terdapat perbedaan.
Nilai rata-rata siswa meningkat dari 62,31 menjadi 83,6.Dengan demikian kesimpulannya
adalah modul pembelajaran tematik terpadu yang dikembangkan mampu meningkatkan hasil
belajar siswa kelas IV MIT Ar-Roihan Lawang Malang.
Berdasarkan hasil analisis SPSS 15 uji-t pada tabel 4.14 sampel berpasangan
menunjukkan bahwa signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000.Hal ini bisa dilihat pada
bagian Paired Samples Test Sig. (2-tailed) sebesar 0,000. Karena signifikansi kurang dari
0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulan dari hasil analisis SPSS 15 adalah bahwa
ada perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan modul tematik terpadu
yang dikembangkan.
Dari paparan analisis rata-rata nilai siswa sebelum dan sesudah menggunakan modul
pembelajaran tematik pada tabel 4.13,dan analisis nilai menggunakan SPSS 15 pada tabel
4.14 dapat disimpulkan bahwa, modul pembelajaran tematik yang dikembangkan mampu
memfasilitasi dan membantu siswa meningkatkan hasil belajar. Dengan demikian, modul
pembelajaran tematik terpadu yang dikembangkan ini dapat meningkatkan efektivitas
pembelajaran tematik.
Penutup
Pendekatan tematik terpadu pada kurikulum 2013 yang terangkum dalam proses
mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan harus
diterapkan di madrasah ibtidaiyah. Sementara banyak guru mapupun siswa belum memiliki
bahan ajar modul pembelajaran tematik terpadu yang dikembangkan berdasarkan analisis
kebutuhan dan karakteristik siswa Madrasah Ibtidaiyah.Karena itu modul pembelajaran
tematik terpadu bernuansa Islami yang ditawarkan belum ada dan keberadaannya sangat
dibutuhkan untuk kepentingan belajar. Oleh karena itu peneliti dapat menyimpulkan dari
rumusan masalah sebagai berikut;
1. Kondisi bahan ajar di sekolah Madrasah Ibtidaiyah belum ada yang menggunakan produk
bahan ajar berupa Modul Pembelajaran Tematik Terpadu Bernuansa Islam pada
pembelajaran tematik Kelas IV MI di MIT Ar-Roihan Lawang Malang. Berdasarkan hasil
wawancara dengan guru kelas pembelajaran tematik kelas IV MIT Ar-Roihan Lawang
Malang
menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran di kelas guru masih
menitikberatkan pada penggunaan buku siswa yang diterbitkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Buku tersebut adalah buku tematik resmi yang wajib
digunakan oleh guru dalam menerapkan pembelajaran kurikulum 2013. Selain buku
AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015
258
tersebut selain buku tersebut guru juga menggunakan buku tematik penerbit Duta tahun
terbit 2014 dari kedua buku tersebut memiliki kelemahan yang sangat jelas yaitu belum
memenuhi karakteristik siswa Madrasah Ibtidaiyah. Untuk itu seorang guru harus mampu
menyiasati akan perubahan-perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan, karena
sejatinya pendidikan itu selalu dinamis dan berkembang. Jadi, tidak ada alasan bagi
seorang guru tidak bisa atau tidak mampu untuk selalu berinovasi mengembangkan bahan
ajar yang didesain untuk keperluan belajar. Salah satu hal yang dapat dilakukan guru
adalah dengan cara mengembangkan buku latihan bentuk modul pembelajaran yang
efektif, efisien dan menarik sesuai dengan karakteristik siswa khususnya siswa Madrasah
Ibtidaiyah.
2. Proses pembuatan produk modul pembelajaran berbasis tematik ini melalui tahap uji coba
para ahli yaitu ahli materi/Isi, ahli media, dan guru kelas. Adapun jumlah keseluruhan
penilaian para ahli yaitu: Hasil validasi ahli materi/isi adalah 92,1% (Sangat valid), Hasil
validasi ahli media adalah 85% (Sangat valid), Validasi guru kelas adalah 83,7% (Sangat
valid). Nilai ini berarti menunjukkan kevalidan dan kesahihan modul pembelajaran yang
dikembangkan oleh peneliti berada pada kategori “Sangat Valid” dan layak untuk dipakai
untuk kepentingan pembelajaran para siswa.
3. Pengembangan modul pembelajaran berbasis tematik terpadu dapat meningkatkan
efektivitas siswa dalam mempelajari produk bahan ajar yang dikembangkan oleh peneliti.
Hal ini dibuktikan dengan perolehan dari penilaian pretest (tes awal) dan posttest (tes
akhir) yang diberikan peneliti kepada siswa sebelumdan sesudah menggunakan produk
modul pembelajaran.Perolehan hasil belajar berdasarkan uji coba lapangan yang diukur
menggunakan tes pencapaian hasil belajar menunjukkan rata-rata post-test83,4lebih baik
bila dibanding dengan pre-test yang mencapai nilai 62.Diperkuat dengan analisis data
menggunakan SPSS 15.00Signifikansi yang diperoleh adalah 0,000. Signifikansi yang
diperoleh kurang dari 0,05 sehingga diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara rata-rata skor pre-test dan skor post-test. Dengan demikian, ada
perbedaan perolehan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan modul
pembelajaran tematik terpadu. Untuk Uji coba perorangan terkait kemenarikan modul
pembelajaran berbasis tematik terpadu diperoleh nilai sebesar 89,2%, Uji coba kelompok
kecil lapangan terkait kemenarikan modul tematik terpadu diperoleh nilai 87,3 dan uji
coba lapangan terkait daya tarik modul tematik terpadu diperoleh nilai sebesar 86,4%.
Daftar Rujukan
Akbar, Sa’dun. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013.
Alamsyah, Iqbal Ahmad. Pengembangan Modul Pembelajaran Tematik Dengan Tema Selalu
Berhemat Energi Untuk Siswa Kelas IV SD.Thesis, program studi PGSD, Universitas
Negeri Malang, 2014.
Ali, Mohammad dan Asrori. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2006
Amiruddin, Zen. Statistik Pendidikan Pendidikan. Yogyakarta: Teras, 2010.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Prakte, Jakarta: Rineka Cipta,
1993.
AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015
259
Arnold, Mitra. Pembelajaran Tematik di Kelas Rendah, (http:// www.Ditnaga
dikti.Org/ditnaga/ files.Wordprees.com, 1997.
Asyhar, Rayandra. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran.Jakarta: Referensi, 2001
B. Subali, dkk. Pengembangan CD Pembelajaran Lagu Anak Untuk Menumbuhkan
Pemahaman Sains Anak. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, prodi Fisika UNNES
n0.8, 2012.
Borg & Gall, M.D., Gall, J.P. Educational Research .An Introduction. Arlington Street,
Boston: Pearson Education, Inc, 2003.
Carey, Walter Dick and Lou. The Systematic Design of InstructionGlecview, Ilionis: Scot,
Foresman and Company USA, 1987.
Degeng, I Nyoman Sudana. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable. (Jakarta: Depdikbud,
1989.
Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahanya.Jatinegara-Jakarta: CV. Darussunah,
2006
Departemen Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Djumransjah. Pengantar Filsafat Pendidikan. Malang: Bayumedia, 2004.
Dokumen Kurikulum, Kompetensi Dasar Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, 2013
F. J. Monks, A. M. P. Knoers (trj Siti Rahayu Haditono). Perkembangan Peserta Didik
Pengantar dalam berbagai Bagiannya. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press,
2004.
Hajar, Ibnu. Panduan Lengkap Kurikulum Tematik untuk SD/MI. Jogjakarta: Diva Press,
2013.
Hanafi. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Kementerian Agama RI, 2012.
Hani Handoko. Manajemen.Yogyakarta: BPFE, 2003.
Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin. Menghidupkan Ilmu-ilmu Agama Islam, Jilid I, alih
bahasa H. Moh.Zuhri.Semarang: CV. Asy-Syifa’, 1990.
Iskandar, Srini M. Kecenderungan Pembelajaran di Sekolah Dasar.Depdikbud, 1998
Majid, Abdul. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014.
Moh.Yamin. Menggugat Pendidikan Indonesia, belajar dari Paolo Frire dan Ki Hajar
Dewantara.Jogyakarta: AR-Ruzz Media, 2009.
Munir, Abdul.dkk. Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik. Jakarta: Direktorat
Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005.
Perbadi, Benny A. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat, 2010.
Permendikanas nomor 2.Bab 1 tetang Ketentuan Umum. 2008.
Permendikbud No.54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan SD/MI.
Permendikbud No.67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI.
Prastowo, Andi. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Jogjakarta: Diva Press, 2013.
Purwanto. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan Pengembangan dan Pemanfaatan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Rusman. Model-model pembelajaran: mengembangkan profesionalisme guru. Jakarta:
Rajawali Pers, 2011.
AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015
260
Setiono, Kusdwiratri. Psikologi Perkembangan (kajian teori Piaget, selman, kholberg).
Padjadjaran: Widya Pandjanjaran, 2008.
Setyosari, Punaji. Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan Edisi Ketiga.Jakarta:
Kencana, 2010..
Setyosari.Punaji. Metode Penelitian Pendidikan Pengembangan.Jakarta: Kencana, 2013.
Shaleh, Abdul Rachman. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa (Visi, Misi dan Aksi).
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2006.
Suaidinmath. Pembelajaran Tematik Terpadu Pada Kurikulum 2013. Lihat di
http://suaidinmath.wordpress.com/2013/09/03/pembelajaran-tematik-terpadupada/kurikulum-2013/ di akses tanggal 04 April 2015.
Subana dkk, Statistik Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia, 2005.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2008.
Sumantri, Mulyani & Permana, Johar. Stretegi Belajar Mengajar. Depdikbud, 1999.
Thobari dan Mustafa. Belajar dan Pembelajaran, Pengembangan Wacana dan Praktik
Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Tim puslit jaknovMetode Penelitian Pengembangan”, pusat penelitian kebijakan dan inovasi
pendidikan badan penelitian dan pengembangan departemen pendidikan nasional, 2008.
Dalam www.infokursus.net.
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. (Jakarta: Prenada Media Group,
2009.
Trianto. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher,
2009.
Wahidmurni dan Nur Ali, Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama dan Umum Dari
Teori Menuju Disertai Contoh Hasil Penelitian.Malang : UM Pres, 2008.
Wahidmurni. Cara Mudah Menulis Proposal dan Laporan Penelitian Lapangan; Pendekatan
Kualitatif dan Kuantitatif (Skripsi, Thesis, dan Disertasi). Malang: UM Press, 2008.
Yusanto, M. Ismail, et. al, Membangun Kepribadian Islami. Jakarta: Khairul Bayan, 2002
AKADEMIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2015
Download