BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka 1. Manajemen Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian dari berbagai sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien (Solihin, 2009). 2. Proyek Sebuah proyek merupakan suatu usaha/aktivitas yang kompleks, tidak rutin, dibatasi oleh waktu, anggaran, resources dan spesifikasi performasi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Sebuah proyek juga dapat diartikan sebagai upaya atau aktivitas yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana serta sumber daya yang terssedia, yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu (Nurhayati, 2010) 3. Ruang Lingkup Proyek Menurut Dimyati dan Nurjaman (2014), setiap proyek memiliki tujuan khusus, dan dalam proses pencapaian trujuan tersebuat ada tiga konstrain yang harus dipenuhi, yang dikenal dengan Tade-off Triangle atau Triple Constraint. Triple Constraint adalah usaha pencapaian tujuan yang berdasarkan tiga batsan berikut. 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 8 a. Tepat biaya Proyek harus dikerjakan dengn biaya yang tidak melebihi anggaran, baik biaya setiap item pekerjaan, periode pelaksanaan maupun biaya total sampai akhir proyek. b. Tepat Waktu Proyek harus dikerjakan dengan waktu sesuai dengan jadwal pelaksanaan proyek (schedhule) yang telah direncanakan, yang ditunjukan dalam bentuk prestasi pekerjaan (work progress). c. Tepat Mutu Mutu produk atau disebut sebagai kinerja (performance), harus memenuhi spesifikasi dan kriteria dalam taraf yang disyaratkan oleh pemilik. 4. Manajemen Proyek Manajemen Proyek mengorganisasikan, mengarahkan adalah kegiatan merencanakan, dan mengendalikan sumber daya organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu tertentu dengan sumber daya tertentu (Nurhayati, 2010). Menurut Heizer dan Render (2015) manajemen proyek melibatkan tiga fase, yaitu: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 9 a. Perencanaan. Fase ini meliputi penyiapan tujuan, penggambaran proyek, dan pengorganisasian tim. b. Penentuan jadwal. Fase ini berkaitan dengan orang, uang, dan pasokan untuk aktivitas-aktivitas tertentu dan mengaitkan aktivitas-aktivitas satu sama lain. c. Pengendalian. Disini perusahaan mengawasi sumber daya, biaya, kualitas dan anggaran. Hal itu juga mengubah atau mengubah rancana dan memindahkan sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan akan waktu dan permintaan biaya. 5. Jaringan Kerja Jaringan kerja adalah suatu alat yang digunakan untuk merencanakan, menjadwalkan dan mengawasi kemajuan dari suatu proyek(Nurhayati, 2010). Jaringan dikembangkan dari informasi yang diperoleh dari WBS dan gambar diagram alir dari rencana kerja proyek. Jaringan menggambarkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Kegiatan kegiatan proyek yang harus dilaksanakan 2. Urutan kegiatan yang logois 3. Ketergantungan antar kegiatan 4. Waktu kegiatan melalui lintasan kritis. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 10 6. PERT PERT atau Project Evaluation and Review Technique adalah suatu metode yang bertujuan untuk (semaksimal mungkin) mengurangi adanya penundaan kegiatan(proyek, produksi, dan teknik) maupun rintangan dan perbedaan; mengkordinasikan dan menyelaraskan berbagai bagian sebagai suatu keseluruhan pekerjaan; dan mempercepat selesainya proyek-proyek (Nurhayati, 2010). Menurut Nurhayati (2010) syarat pokok pemakaian PERT ialah mengestimasi harga rata-rata dan variancenya dari pada waktu pelaksanaan kegiatan. Untuk menaksir/menghitung suatu penyelesaian kegiatandiperlukan data tentang tiga estimasi waktu yaitu: 1. Waktu paling optimis (Optimistic time; notasi a) Yaitu waktu penyelesaian pelaksanaan kegiatan dengan anggapan bahwa segala sesuatunya berjhalan lancar tanpa mendapat gangguan sehingga kegiatan tersebut selesau tepat pada waktu yang paling singkat (ideal) 2. Waktu Paling pesimistis (Pesimistic time; notasi b) Yaitu waktu penyelesaian kegiatan dimana segala sesuatunya berjalan serba tidak lancar karena hambatan-hambatan sehingga kegiatan tersebut selesai pada waktu yang cukup lama. 3. Waktu yang paling mungkin (most likely time; notasi m) Yaitu waktu penyelesaian kegiatan yang bisa terjadi dalam pelaksanaan berdasarkan pengalaman-pengalaman masa lampau. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 Untuk menemukan waktu aktivitas yang diharapkan, t, distribusi beta menimbang tiga estimasi waktu sebagai berikut : t = (a + 4m + b)/6 Yaitu, waktu yang paing mungkin (m) diberikan bobot empat kali seperti halnya waktu optimis (a) dan waktu pesimis (b). Estimasi waktu t yang dihitung berdasarkan persamaan (3-6) untuk masing-masing aktivitas digunakan dalam jarinagn proyek untuk menghitung semua waktu yang paling awal dan paling lambat. Varian = [(b – a)/6]2 Gambar 2.1. Kurva Distribusi Peluang Beta http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 7. Metode Jalur Kritis (Critical Path Method/CPM) Menurut Schroeder dalam Dimyati dan Nurjaman (2014) Critical Path Method (CPM) adalah metode berdasarkan jaringan yang menggunakan keseimbangan waktu-biaya linear. Setiap kegiatan dapat diselesaikan lebih cepat dari waktu normalnya dengan cara memintas kegiatan untuk sejumlah biaya tertentu. Dengan demikian, jika waktu penyelesaian proyek tidak memuaska, beberapa kegiatan tertentu dapat dipintas untuk mendapat penyelesaian proyek dengan waktu yang lebih sedikit. Menurut Handoko dalam Dimyati dan Nurjaman (2014), dalam proses identifikasi jalur kritis ada beberapa istilah atau pengertian yang digunakan, yaitu sebagai berikut: 1. Earliest Start Time (ES) Waktu paling awal (tercepat) suatu kegiatan dapat dimulai, dengan memperhatikan waktu kegiatan yang diharapkan dan persyaratan urutan pengerjaan. 2. Latest Start Time (LS) Waktu paling lammbat untuk dapat memulai suatu kegiatan tanpa penundaan keseluruhan proyek. 3. Earliest Finish Time (EF) Waktu paling awal kegiatan dapat diselesaikan, atau sama dengan ES + Waktu kegiatan yang diharapkan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 4. Latest Finish Time (LF) Waktu paling lambat untuk dapat menyelesaiakn suatu kegiatan tanpa penundaan penyelesaian proyek secara keseluruhan, atau sama dengan LS + waktu kegiatan yang diharapkan. 8. Kegiatan Pada Titik (Activity On Node (AON)) AON merupakan diagram dimana titik menunjukan kegiatan, berbeda dengan AOA (Activity On Arrow) dimana kegiatan ditunjukan pada panah dalam diagram tersebut. Berikut kegiatan pada konvensi AON: Kegiatan A datang sebelum kegiatan B, yang datang sebelum kegiatan C Kegiatan Y dan kegiatan Z tidak dapat dimulai sebelum kegiatan X diselesaikan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 Kegiatan M tidak dapat dimulai hingga kegiatan J,K dan L selesai Kegiatan Z tidak dapat dimulai hingga kegiatan X dan Y selesai Kegiatan AA tidak dapat dimulai hingga kegiatan X dan Y selesai. 9. Mengidentifikasi Semua Waktu Awal (Forward Pass) ES ID EF ES = Earliest Start (mulai terdahulu) ID = Nama/Simbol Kegiatan SL Description EF = Earliest Finish (selesai terdahulu) LS Dura ttion LF SL = Slack (waktu bebas) Description = Deskripsi Kegiatan LS = Latest Start (mulai terakhir) LF = Latest Finish (selesai terakhir) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 Fungsi dari Forward Pass (Gray dan Larson dalam Chook, 2006): a. Seberapa cepat aktivitas dapat dimulai? (awal mulai-ES) b. Seberapa cepat aktivitas dapat diselesaikan? (awal selesai-EF) c. Seberapa cepat proyek dapat diselesaikan? (waktu yang diharapkan-ET) Dua aturan dalam proses Forward pass: a. Peraturan Waktu Mulai Paling Awal: Sebelum sebuah aktivitas bisa dimulai, semua aktivitas pendahulunya yang terdekat harus sudah selesai (Heizer dan Render, 2015) Jika sebuah aktivitas hanya memiliki aktivitas pendahulu terdekat tunggal, ES sama dengan EF dari aktivitas pendahulunya. Jika sebuah aktivitas memiliki banyak aktivitas pendahulu terdekat, ES merupakan nilai maksimal dari semua nilai EF pendahulunya. Yakni: ES = Maksimal {EF Semua aktivitas pendahulu terdekat} b. Peraturan Waktu Selesai Paling Awal: Waktu Selesai Paling Awal (EF) dari sebuah aktivitas merupakan jumlah dari waktu mulai paling awal (ES) dan waktu aktivitasnya (Heizer dan Render, 2015). Yakni: EF = ES + Waktu Aktivitas http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 10. Menentukan Waktu Paling Akhir (Backward Pass) Menurut Heizer dan Render (2015) Backward Pass dimulai dengan aktivitas terakhir dalam proyek. Untuk masing-masing aktivitas, kita pertama menentukan nilai LF-nya, dikuti dengan nilai LS. Dua peraturan berikut digunakan dalam proses ini. a. Peraturan Waktu Selesai Paling Telat. Peraturan ini juga berdasarkan pada fakta bahwa sebelum sebuah aktivitas bisa dimulai, semua aktivitas sebelumnya harus diselesaikan terlebih dahulu. Jika sebuah aktivitas merupakan sebuah aktivitas pendahulu terdekat untuk hanya satu aktivitas, nilai LF-nya sama dengan LS dari aktivitas yang mengikuti setelahnya. Jika sebuah aktivitas merupakan sebuah aktivitas pendahulu terdekat bagi lebih dari satu aktivitas, nilai LF-nya merupakan nilai minimal dari semua nilai LS dari semua aktivitas yang mengikutinya. Yakni: LF = Min {LS dari LS seluruh kegiatan yang langsung mengikutinya} b. Peraturan Waktu Mulai Paling Lambat. Waktu mulai yang paling lambat (LS) dari sebuah aktivitas merupakan perbedaan dari waktu selesai paling lambat(LF) dan waktu aktivitasnya. Yakni: LS = LF – Waktu Kegiatan Fungsi Backward Pass menurut Gray dan Larson dalam Chook (2006): a. Seberapa lambat aktivitas dapat dimulai? (akhir mulai-LS) b. Seberapa lambat aktivitas dapat selesai? (akhir selesai-LF) c. Kegiatan apa yang merupakan jalur kritis? http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 d. Berapa lama kegiatan bisa ditunda? (kendur atau mengapung-SL) 11. Menghitung Waktu Slack Dan Identifikasi Jalur Kritis Setelah kita menghituung waktu paling awal dan paling telat untuk semua mudah untuk menemukan jumlah dari waktu perpanjangan (slack time) yang dimiliki dari masing-masing aktivitas. Waktu perpanjangan merupakan suatu rentang waktu sebuah aktivitas bisa ditunda tanpa menunda keseluruhan proyek (Heizer dan Render, 2015). Secara matematis adalah: Slack = LS – ES atau Slack = LF – EF Jalur kritis merupakan jalur jaringan yang pada umumnya memiliki waktu slack paling sedikit. 12. Mempersingkat Proyek dan Trade-Off Biaya-Waktu Mempersingkat (crashing) ialah mempersingkat waktu aktivitas kerja dalam sebuah jaringan kerja untuk mengurangi waktu pada jalur kritis sehingga total waktu penyelesaian menjadi berkurang (Heizer dan Render, 2015). Menurutnya dalam memilih aktivitas yang akan dipercepat dan jumlah aktivitas tersebut, seorang manajer perlu memastikan hal-hal berikut: a. Jumlah di mana sebuah aktivitas dipercepat itu dimungkinkan. b. Jika dilakukan, durasi aktivitas yang diperpendek akan memungkinkan kita untuk menyelesaikan proyek sesuai tenggat waktu. c. Biaya total dari mempersingkat sebuah proyek semurah mungkin. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 Dalam mempersingkat suatu proyek melibatkan empat langkah (Heizer dan Render, 2015) sebagai berikut: a. Langkah 1: Menghitung biaya singkat per minggu (atau periode waktu lainnya) untuk masing-masing aktivitas dalam jaringan kerja. Jika biaya singkat adalah sejajar sepanjang waktu, formula berikuit bisa digunakan. b. Langkah 2: Menggunakan waktu aktivitas saat ini, tenukan jalur kritis dalam jaringan proyek. Identifikasi aktivitas-aktvitas kritis. c. Langkah 3: Jika terdapat suatu jalur kritis, kemudian pilih aktivitas pada jalur kritis ini yang (a) masih bisa dipersingkat (crashed) dan (b) memiliki biaya singkat per periode paling kecil. Mempersingkat aktivitas ini selama satu periode. Jika terdapat lebih dari satu jalur kritis, kemudian pilih satu aktivitas dari masing-masing jalur kritis dimana (a) masing-masing aktivitas yang dipilih masih bisa dipercepat dan (b) total biaya singkat per periode dari semua aktivitas yang dipilih merupakan yang paling kecil. Mempersingkat masing-masing aktivitas satu periode. Perhatikan bahwa aktivitas yang sama mungkin umum bagi lebih dari satu jalur kritis. d. Langkah 4: Perbarui semua waktu aktivitas. Jika tenggat waktu yang diinginkan telah tercapai, berhenti. Jika tidak kembali ke Langkah 2. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 Gambar 2.2. Grafik Pertukaran Biaya-Waktu Proyek B. Penelitian Terdahulu Metode analisis pada penelitian ini merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Anggara Hayun (2005) dalam “Perencanaan dan Pengendalian Proyek dengan Metode PERT-CPM : Studi Kasus Fly Over Ahmad Yani, Karawang”, menemukan waktu optimal penyelesaian proyek fly over selama 184 hari dengan biaya Rp700.375.000,-. Setelah dilakukan percepatan waktu dengan menggunakan jaringan kerja, umur proyek berkurang selama 43 hari. Percepatan waktu ini membuat umur proyek menjadi lebih efisien. Penelitian terdahulu terhadap studi waktu optimal dilakukan oleh Leny Maharany dan Fajawati (2006) yang berjudul ”Analisis Optimasi Percepatan Durasi Proyek dengan Metode Least Cost Analysis”. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa percepatan durasi pada pembangunan gedung laboratorium SD Model Kabupaten Kuningan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 adalah 42 hari atau 24% dari durasi normal dengan pengurangan total biaya proyek sebesar Rp22.370.583,82 atau 1,20% dari total biaya proyek normal. Penelitian ini hanya membahas pembangunan gedung laboratorium saja yang berdasarkan hasil analisis biaya total proyek minimalnya sebesar Rp 1.838.118.605,86 dan durasi optimal 125 hari untuk lembur 4 jam dan 133 hari untuk lembur 2 jam dengan biaya proyek minimal Rp1.837.688.612,02. Penelitian terdahulu yang dengan metode Time Cost Trade Off Analysis yang dilakukan Oleh Ariany Frederika (2010) pada Proyek Pembangunan Super Villa, Peti Tenget-Badung yang berjudul “Analisis Percepatan Pelaksanaan Dengan Menambah Jam Kerja Optimum Pada Proyek Konstruksi” Dari hasil analisis didapat biaya optimum pada penambahan satu jam kerja dengan pengurangan biaya dan waktu masingmasing sebesar Rp784.104,16 dan 8 hari, sedangkan waktu optimum didapat pada penambahan dua jam kerja, dengan pengurangan waktu dan biaya masing-masing sebesar 14 hari dan Rp700.377,35. Artinya, percepatan dengan biaya optimum didapat pada penambahan satu jam kerja dan waktu optimum didapat pada penambahan dua jam kerja. Penelitian terdahulu dengan metode PERT dan CPM yang dilakukan oleh Eka Dannyanti (2013) yang berjudul “Optimalisasi Pelaksanaan Proyek dengan Metode PERT dan CPM”. Berdasarkan hasil analisis dengan berbagai alternatif, dapat diketahui bahwa percepatan durasi pembangunan Twin Tower Pasca Sarjana UNDIP adalah selama http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 150 hari kerja dari durasi sebelumnya 175 hari kerja, dan mengalami kenaikan biaya total proyek sebagai berikut: Tabel 2.1 Penelitian terdahulu dengan penerapan metode PERT dan CPM yang dilakukan oleh Irwan Raharja (2014) dengan judul “Analisa Penjadwalan Proyek Dengan Metode PERT Di PT. Hasana Damai Putra Yogyakarta Pada Proyek Perumahan Tirta Sani” diketahui besarnya waktu yang dibutuhkan, besarnya tingkat keyakinan yang dinginkan dalam menentukan waktu setiap kegiatan, pengawasan terdapat aktivitas khususnya yang berada dalam jalur kritis dapat lebih dikonsentrasikan, dan dari segi waktu penyelesaian untuk awal adalah 201 hari dan untuk usulan (dipercepat) adalah selama 168 hari, sehingga terjadi efisiensi waktu selama 33 hari. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 C. Rerangka Pemikiran Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dijabarkan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu yang diharapkan, aktivitas yang termasuk dalam jalur kritis, aktivitas yang dapat ditunda dan biaya yang dihabiskan dari Proyek Pmbuatan Toga Wisuda Universitas Kristen Indonesia (UKI) 2015, maka penulis menjabarkan kerangka pemikiran sebagai berikut : PERHITUNGAN ESTIMASI WAKTU PENYELESAIAN AKTVITAS DENGAN METODE PERT ANALISIS JARINGAN KERJA MENGIDENTIFIKASI WAKTU-WAKTU TERDAHULU, MENENTUKAN WAKTU PALING AKHIR DAN MENGHITUNG WAKTU SLACK IDENTIFIKASI JALUR KRITIS MEMPERSINGKAT WAKTU PROYEK DAN TRADE-OFF BIAYA-WAKTU Gambar 2.3. Reranga Pemikiran Penelitian http://digilib.mercubuana.ac.id/