BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Penelitian Terdahulu
Berdasarkan Penelitian oleh Duta Andhika Jawa Dwipa tahun 2013
tentang air minum dari
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro yang berjudul “Kadar Sisa Chlor Dan Kandungan Bakteri
E.Coli Perusahaan Air Minum Tirta Moedal Semarang Sebelum Dan
Sesudah Pengolahan“. Bahwa kadar sisa chlor dan kandungan bakteri
E.Coli yang ada dalam air hasil PDAM Tirta Moedal Semarang sebelum
dan sesudah proses pengolahan belum memenuhi persyaratan kualitas
sesuai dengan standar kualitas air minum dan ada hubungan antara kadar
sisa chlor dan kandungan bakteri E.Coli sesudah pengolahan. Penelitian
ini dilaksanakan selama 8 hari dengan besar sampel sebanyak 32 sampel,
baik sampel air sebelum dan sampel air sesudah pengolahan di PDAM
tirta moedal Semarang. Hasil Penelitian kandungan bakteri E.Coli sebelum
pengolahan adalah 922,56 dan sesudah pengolahan adalah 7,28/ 100 ml
sampel air, sedangkan kadar sisa chlor sebelum adalah 0,000 dan sesudah
pengolahan adalah 0,13. Hasil uji statistik yang digunakan adalah Uji t
sampel berpasangan yaitu suatu uji statistik untuk mengetahui perbedaan
antara kandungan bakteri E.Coli dan kadar sisa chlor sebelum dan sesudah
pengolahan serta Uji korelasi Pearson untuk mengetahui hubungan antara
kandungan bakteri E.Coli dan kadar sisa chlor sesudah pengolahan. Dari
hasil uji statistik diperoleh p = 0,000 dengan _ = 0,05, pada kandungan
bakteri E.Coli dan kadar sisa chlor terdapat perbedaan yang bermakna
antara kandungan bakteri E.Coli dan kadar sisa chlor sebelum dan sesudah
pengolahan.
Berdasarkan Penelitian oleh Benny Syahputra tentang air minum
tahun 2012 dari Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik UNISSULA
yang berjudul “Analisa Sisa Chlor Pada Jaringan Distribusi Air Minum
Pdam Kota Semarang“. Bahwa Konsentrasi sisa chlor pada jaringan
distribusi air minum PDAM Kota Semarang daerah layanan Perumahan
BSB Jatisari belum memenuhi standar baku mutu. Tujuan dari penelitian
ini yaitu untuk menentukan konsentrasi sisa chlor di setiap node dan untuk
mengetahui pengaruh dari jarak reservoir ke konsumen terhadap
konsentrasi sisa chlor. Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif
menggunakan analisis korelasi dan regresi, sedangkan analisis deskriptif
dijelaskan melalui tabel dan grafik. Variabel bebas yang digunakan adalah
jarak distribusi ( jarak reservoir ke konsumen ), sedangkan variabel
terikatnya
adalah
konsentrasi
sisa
chlor.
Hasil
penelitian
juga
menunjukkan konsentrasi sisa chlor pada node terdekat pompa injeksi
adalah 1,19 mg/l, sedangkan pada node terjauh adalah 0,27 mg/l , adanya
hubungan negatif antara jarak reservoir ke konsumen terhadap konsentrasi
sisa chlor, dimana semakin bertambah jarak reservoir ke konsumen maka
konsentrasi sisa chlor akan semakin berkurang. Hubungan ini mempunyai
korelasi yang tidak kuat, artinya ada faktor-faktor lain yang juga ikut
mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut yaitu debit aliran, kecepatan aliran,
dimeter pipa dan koefisien kekasaran dinding pipa. Dari perhitungan
regresi didapatkan persamaan y=-0,002+1,17, itu artinya setiap jarak
reservoir ke konsumen bertambah 1 meter maka konsentrasi sisa chlor
akan berkurang 0,002 mg/l. Dengan demikian, sisa chlor akan habis pada
jarak 585 meter dari reservoir.
B. Landasan Teori
1. Air
Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari
berbagai macam penularan, terutama penyakit perut. Peningkatan
kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolaan terhadap air
diperlukan terutama apabila air berasal dari air permukaan.
Peningkatan kuantitas juga diperlukan karena semakin maju tingkat
hidup seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat kebutuhannya
( Sutrisno, 2010 ).
2. Air Bersih
Peraturan Menteri Kesehatan RI.No.416/MENKES/PER/IX/1990,
tentang syarat-syarat kualitas air disebutkan bahwa air bersih adalah
air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila setelah
dimasak. Persyaratan air bersih yang dimaksud adalah persyaratan
mikrobiologis, fisik, kimia dan radioaktif. Air bersih yang dikonsumsi
dan dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari harus memenuhi
keseluruhan persyaratan yang telah ditetapkan oleh Permenkes. Air
yang tidak memenuhi salah satu persyaratan tersebut sebelum
digunakan sebagai air minum masih perlu dilakukan pengolahan
selanjutnya. Salah satu syarat sebelum digunakan sebagai air minum
adalah persyaratan mikrobiologi dan yang perlu diperhatikan
keberadaan bakteri coliform dalam air yang diperbolehkan kadar
maksimum 0 per 100 ml untuk air minum dan 10 per 100 ml untuk air
bersih. Organisasi kesehatan dunia ( WHO ) telah menetapkan
kebutuhan air per orang per hari untuk kebutuhan hidup sehat adalah
60 liter. Kebutuhan tersebut harus mencakup kuantitas, kualitas dan
kontinyuitas ( Pramitasari, 2007 ).
3. Sumber Utama Air Baku
a.
Air Angkasa
Air hujan jumlahnya sangat terbatas, dipengaruhi oleh
musim, jumlah, intensitas dan distribusi hujan, serta letak geografis
suatu daerah dan lain-lain. Kualitas air hujan sangat dipengaruhi
oleh kualitas udara atau atmosfir di daerah tersebut. Umumnya
kualitas air hujan relatif baik, namun kurang mengandung mineral
dan sifatnya mirip air suling ( Pitojo, 2002 ).
b. Air Permukaan
Kondisi air permukaan sangat beragam karena banyak
dipengaruhi oleh banyak hal yang berupa elemen metereologi dan
elemen daerah pengairan. Kualitas air permukaan tersebut,
tergantung dari daerah yang dilewati oleh air. Pada umumnya
kekeruhan air permukaan cukup tinggi karena banyak mengandung
lempung dan substansi organik. Sehingga ciri air permukaan yaitu
memiliki padatan terendap ( dissolved solid ) rendah dan bahan
tersuspensi ( suspended solids ) tinggi. Atas dasar kandungan
bahan terendap dan bahan tersuspensi tersebut maka kualitas air
sungai relatif lebih rendah daripada kualitas air danau, rawa, dan
reservoir. Air permukaan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat,
setelah melalui proses tertentu ( Pitojo, 2002 )
c. Air Tanah
Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah, terdapat
di antara butir-butir tanah atau dalam retakan bebatuan. Ciri-ciri air
tanah yaitu memiliki suspended solid rendah dan dissolved solid
tinggi. Permasalah yang timbul pada air tanah adalah tingginya
angka kandungan total dissolved solid ( TDS ) besi, mangan, dan
kesadahan air tanah dapat berasal dari mata air kaki gunung, atau
di sepanjang aliran air sungai atau berasal dari air tanah dangkal
dengan kedalaman 15-30 m, yaitu air sumur gali, sumur bor
tangan, serta yang berasal dari tanah dalam yaitu air sumur bor
yang dalamnya lebih dari 30 m atau bahkan terkadang mencapai
100 m ( Pitojo, 2002 ).
4. Proses Pengolahan Air Bersih
Tujuan
pengolahan
air
bersih
merupakan
upaya
untuk
mendapatkan air bersih dan sehat sesuai dengan standard mutu air.
Proses pengolahan air bersih merupakan proses fisik, kimia, dan
biologi air baku agar memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air
minum ( Mulia, 2005 ).
Sumber air untuk keperluan domestik dapat berasal dari beberapa
sumber, misalnya dari aliran sungai yang relatif masih sedikit
terkontaminasi, berasal dari mata air pegunungan, berasal dari danau,
berasal dari tanah, atau sumber lain, seperti air laut. Air tersebut harus
terlebih dahulu diolah di dalam wadah pengolahan air sebelum
didistribusikan
kepada
pengguna.
Variasi
sumber
air
akan
mengandung senyawa yang berbeda, maka sudah menjadi kewajiban
pengelola air untuk menjadikan air aman untuk dikonsumsi, yaitu air
yang tidak mengandung bahan berbahaya untuk kesehatan berupa
senyawa kimia untuk mikroorganisme ( Manihar, 2007 )
Ada banyak cara untuk pengolahan air untuk keperluan air bersih,
tergantung pada jenis senyawa atau partikel yang terdapat di dalam air
yang akan diolah dan jenis sumber bahan baku air. Modifikasi
pengolahan air dan pemilihan serta penambahan bahan pengendap
dapat dilakukan untuk efisiensi pengolahan air bersih. Menurut
Manihar ( 2007 ), beberapa bagian atau langkah penting pengolahan
air ( bukan hanya air minum ) yang sering dilakukan untuk
mendapatkan air bersih adalah:
a. Menghilangkan Zat Padat
Sebelum air diolah untuk air bersih, sering ditemukan
bahan baku air mengandung bahan-bahan yang terbawa ke dalam
arus air menuju bak penampungan. Bahan padat yang mengapung
dan melayang dengan ukuran besar tersebut dapat dihilangkan
dengan proses penyaringan ( filtrasi ). Sedangkan untuk bahan
padat ukuran kecil dihilangkan dengan proses pengendapan (
sedimentasi ). Untuk mempercepat proses penghilangan bahan
ukuran kecil yang dikenal sebagai koloid, perlu ditambahkan
koagulan.
Bahan Koagulan yang sering dipakai adalah alum ( tawas).
Tawas di dalam air akan terhidrolisa dan membentuk senyawa
kompleks aluminium yang siap bereaksi dengan senyawa basa di
dalam air. Endapan berupa senyawa aluminium hidroksida akan
terbentuk dan membawa serta mengikat senyawa- senyawa lain
yang tersuspensi ke dalamnya dan mengendap bersama- sama
berupa lumpur.
b. Menghilangkan Kesadahan Air
Kalsium dan Magnesium dalam bentuk senyawa bikarbonat
dan sulfat sering ditemukan dalam air yang menyebabkan
kesadahan air. Salah satu pengaruh kesadahan air adalah dalam
proses pencucian dengan menggunakan sabun karena terbentuknya
endapan garam yang sukar larut bila sabun bereaksi dengan ion
magnesium dan kalsium.
Cara untuk menghilangkan kesadahan air, misalnya air
untuk konsumsi masyarakat digunakan proses penghilangan
kesadahan air dengan penambahan soda Ca(OH2) dan abu soda
Na2CO3 sehingga kalsium akan mengendap sebagai Mg(OH)2.
Bila kesadahan hanya disebabkan oleh kesadahan karbonat maka
cukup
hanya
dengan
menambahkan
Ca(OH)2
untuk
menghilangkannya.
c. Menghilangkan Bakteri Pathogen
Penghilangan mikroba pathogen dapat dilakukan dengan
menggunakan disinfectant. Umumnya bahan- bahan disinfectant
ini bersifat oksidator, sehingga dapat membunuh mikroba
pathogen. Menurut Waluyo bahan- bahan disinfectant yang banyak
dipakai adalah :
1) Kaporit
Chlorin bila ditambahkan ke dalam air akan terhidrolisis
dengan cepat menghasilkan ion chlor dan asam hipochlorit.
2) Ozon
Ozon atau O3 bersifat mudah larut dalam air dan mudah
terdekomposisi pada temperatur dan pH tinggi. Penggunaan
ozon lebih aman dibanding kaporit, terutama bagi mereka yang
sensitif terhadap chlor. Pengolahan dengan proses ozonisasi
dilakukan dengan cara menyaring air, mendinginkannya,
tekanan ditinggikan, dan ozon dipompakan ke dalam wadah air
selama 10- 15 menit. Permasalahannya adalah kelarutan ozon
di dalam air relatif kecil sehingga kekuatan desinfektannya
sangat terbatas. Ozon sangat bereaksi dengan cepat yang
menyebabkan persistensinya di dalam air hanya sebentar saja.
3) Iodine dan Bromin
Sudah sejak lama senyawa ini digunakan sebagai antiseptik
pada luka, meskipun penggunaanya sebagai desinfektan tidak
atau kurang populer sampai saat ini. Dibandingkan dengan
chlorin, penggunaan ion memerlukan biaya lebih besar. Seperti
halnya chlorin dan bromine, efektifitas iodine dalam
membinasakan bakteri dan kista sangat tergantung pada pH.
Tetapi dalam membinasakan virus iodin lebih efektif daripada
chlorin dan bromine.
Bromin merupakan bakterisida dan virusida yang efektif.
Karena kehadiran ammonia dalam air bromin masih lebih
efektif bila dibandingkan dengan chlorin.
4) Desinfektan lain.
Beberapa desinfektan belum atau tidak banyak digunakan
karena kurang efektif atau karena penggunaannya masih
merupakan hal baru. Desinfektan tersebut adalah:
a) Ferrat
Ferrat merupakan garam dari asam ferric (H2FeO4)
dimana Fe bervalensi 6. Sebagai bakterisida dan virusida,
ferrat lebih baik daripada chloramin.
b) Hidrogen Peroksida
Hidrogen peroksida (H2O2) adalah oksidator kuat
yang digunakan pula sebagai desinfektan. Penggunaannya
tidak populer, karena harganya mahal dan konsentrasi
yang diperlukan sebagai desinfektan cukup tinggi.
c) Kalium Permanganat
Kalium
Permanganat
(KMnO4)
merupakan
oksidator kuat yang sudah lama digunakan. Dalam proses
pengolahan air bersih, penggunaan KMnO4 adalah
sebagai oksidator untuk mengurangi kadar Fe dan Mn
dalam air, serta untuk menghilangkan rasa dan bau dari air
yang diolah. Selain itu, kalium permanganat digunakan
pula sebagai algisida. Penggunaannya sangat terbatas
karena harganya mahal, daya bakterisidanya rendah serta
warnanya mengganggu bila digunakan pada konsentrasi
tertentu.
5. Chlorinasi
a. Pengertian
Chlorinasi adalah proses pemberian chlorin ke dalam air
yang telah menjalani proses filtrasi dan merupakan langkah yang
maju dalam proses purifikasi air. Chlorin banyak digunakan dalam
pengolahan limbah industri, air kolam renang, dan air minum di
negara-negara sedang berkembang karena sebagai disinfektan,
biayanya relatif lebih murah, mudah, dan efektif. Senyawasenyawa chlor yang umum digunakan dalam proses chlorinasi,
antara lain, gas chlorin, senyawa hipochlorit, chlor dioksida,
bromin chlorida, dihidroisosianurat dan chloramin ( Chandra,
2006 ).
Chlorinasi
akhir,
yaitu
pemakaian
chlorin
setelah
pengolahan, merupakan metode yang umum. Chlorinasi awal, yaitu
pemakaian chlorin sebelum pengolahan, akan menyempurnakan
koagulasi, mengurangi beban filter dan mencegah tumbuhnya
ganggang ( Linsley, 1991 ).
b. Kegunaan Chlorin
Adapun kegunaan dari chlorin menurut Chandra, 2006 antara lain:
1) Memiliki sifat bakterisidal dan gerimisidal
2) Dapat mengoksidasi zat besi, mangan, dan hidrogen sulfida
3) Dapat menghilangkan bau dan rasa tidak enak pada air
4) Dapat
mengontrol
perkembangan
alga
dan
organisme
pembentukan lumut yang dapat mengubah bau dan rasa pada
air
5) Dapat membantu proses koagulasi
Berdasarkan fungsi di atas, maka untuk kondisi tertentu
chlorinasi juga dapat dibubuhkan sebelum proses pengolahan atau
disebut juga dengan proses pre chlorinasi. Sedangkan untuk
keperluan disinfeksi, pembubuhan chlorine yang dilakukan di
reservoir dikenal sebagai proses post chlorinasi ( Darmasetiawan,
2004 ).
c. Cara Kerja Chlorin
Chlorin di dalam air akan berubah menjadi asam chlorida.
Zat ini kemudian dinetralisasi oleh sifat basa dari air sehingga akan
terurai menjadi ion hidrogen dan ion hipochlorit.
Reaksi kimia yang terjadi:
H2O + Cl2 → HCl + HOCl
HOCl → H+ + OClChlorin sebagai disinfektan terutama bekerja dalam bentuk
asam hipochlorit ( HOCl ) dan sebagian kecil dalam bentuk ion
hipochlorit ( OCl- ). Chlorin dapat bekerja dengan efektif sebagai
disinfektan jika berada dalam air dengan pH sekitar 7. Jika nilai pH
air lebih dari 8,5 maka 90% dari asam hipochlorit itu akan
mengalami ionisasi menjadi ion hipochlorit. Dengan demikian,
khasiat disinfektan yang dimiliki chlorin menjadi lemah atau
berkurang ( Chandra, 2006 ).
Senyawa chlor dalam air akan bereaksi dengan senyawa
organik maupun anorganik tertentu membentuk senyawa baru.
Beberapa bagian chlor akan tersisa yang disebut sisa chlor. Pada
mulanya sisa chlor merupakan chlor terikat, selanjutnya jika dosis
chlor ditambah maka sisa chlor terikat akan semakin besar, dan
pada suatu ketika tercapai kondisi break point chlorination ( titik
batas ). Pertambahan dosis chlor setelah titik ini akan memberi sisa
chlor yang sebanding dengan penambahan chlor ( Nasrullah,
2005 ).
d. Prinsip-Prinsip Pemberian Chlorin
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan ketika
melakukan proses chlorinasi menurut Chandra 2006, antara lain:
1) Air harus jernih dan tidak keruh karena kekeruhan pada air
akan menghambat proses chlorinasi.
2) Kebutuhan chlorin harus diperhitungkan secara cermat agar
dapat dengan efektif mengoksidasi bahan-bahan organik dan
dapat membunuh kuman patogen dan meninggalkan sisa
chlorin bebas dalam air.
3) Tujuan chlorinasi pada air adalah untuk mempertahankan sisa
chlorin bebas sebesar 0,2 mg/l di dalam air. Nilai tersebut
merupakan margin of safety ( nilai batas keamanan ) pada air
untuk membunuh kuman patogen yang mengkontaminasi pada
saat penyimpanan dan pendistribusian air.
4) Dosis chlorin yang tepat adalah jumlah chlorin dalam air yang
dapat dipakai untuk membunuh kuman patogen serta untuk
mengoksidasi bahan organik dan untuk meninggalkan sisa
chlorin bebas sebesar 0,2 mg/l dalam air.
e. Metode Chlorinasi
Pemberian chlorin pada disinfeksi air dapat dilakukan
melalui beberapa cara yaitu dengan pemberian gas chlorin,
chloramin, atau perchloron. Gas chlorin merupakan pilihan utama
karena harganya murah, kerjanya cepat, efisien, dan mudah
digunakan. Gas chlorin harus digunakan secara hati-hati karena gas
ini beracun dan dapat menimbulkan iritasi pada mata. Alat
chlorinasi berbahan gas chlorin ini disebut sebagai chlorinating
equipments. Alat yang sering dipakai adalah Paaterson’s
Chloronome yang berfungsi untuk mengukur dan mengatur
pemberian gas chlorin pada persediaan air ( Chandra, 2006 ).
f. Pendosisan
Dosis chlor harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) Harus dilakukan pengukuran DPC ( Daya Pengikat Chlor )
2) Sisa chlor antara 0,2 – 0,5 mg/l
Prechlorinasi harus dilakukan dengan DPC
Penetapan DPC:
1) Siapkan labu erlenmeyer 500 ml/botol yang berisi sebanyak 3
buah
2) Siapkan larutan kaporit 0,1% ( 0,1 gram/100 ml air )
3) Isi contoh air baku 250 ml yang sudah disaring ke dalam labu
erlenmeyer, tambahkan larutan kaporit masing-masing 0,5
ml;0,75 ml;1,0 ml ke dalam labu erlenmeyer
4) Kocok dan simpan di ruang gelap selama 30 menit
5) Periksa dan catat sisa chlor dari masing-masing labu
erlenmeyer
6) Hitung DPC dengan rumus:
DPC = ([ 1000/250 x V x M ] – D) mg/l
Keterangan:
V = ml larutan kaporit 0,1% yang ditambahkan
M = kadar kaporit dalam air (misalnya = 60%)
D = sisa chlor dalam air
Pendosisan gas chlor:
1) Debit air Instalasi = 1500 l/det
2) Misalnya daya pengikat chlor untuk air baku = 1,8 mg/l
3) Sisa chlor yang diinginkan 0,7 mg/l
4) Dosis (Rs) = 1,8 mg/l + 0,7 mg/l = 2,5 mg/l
5) Chlor aktif gas chlor = 99,9% = 100%
Jumlah gas chlor yang dibutuhkan:
= 1500 l/det x 2,5 mg/l = 3,75 g/det = 13,5 kg/jam
g. Dampak Chlorinasi Air
Proses
chlorinasi
yang
dilakukan
pada
air
yang
mengandung bahan-bahan organik dengan konsentrasi tinggi akan
membentuk senyawa halogen organik yang mudah menguap
( volatile halogenated organics ), biasa disingkat dengan VHO.
Senyawa VHO tersebut sebagian besar ditemukan dalam bentuk
trihalomethane ( THM ). Trihalomethane ( THM ) dapat
ditemukan pada jenis air yang berikut:
1) Air Bersih
Pada hasil pemeriksaan terhadap air bersih yang menjalani
proses chlorinasi, baik dengan gas chlorin, natrium hipochlorit
( NaClO ), maupun dengan chlor dioksida ( ClO2 ), ditemukan
adanya senyawa THM. Padahal, sebelum menjalani proses
chlorinasi, kandungan bahan organik air tersebut telah
dihilangkan dan hasil analisis sebelumnya menunjukkan
ketiadaan THM. Kadar THM maksimum yang terdeteksi
adalah 41,8 μg/l ( Chandra, 2006 ).
2) Air Kolam Renang
Pada pemeriksaan terhadap air kolam renang yang telah
menjalani disinfeksi, juga didapat senyawa THM dengan kadar
yang lebih tinggi daripada kadar THM dalam air minum.
Kondisi tersebut akibat lebih besarnya kandungan bahan
organik dalam air kolam renang, selain bahan organik juga
berasal dari keringat dan urin orang yang berenang. Kadar
THM maksimum dalam udara di atas permukaan kolam renang
mencapai 787 μg/m3 ( Chandra, 2006 ).
3) Air Permukaan Dan Air Tanah
Air tanah di beberapa wilayah mengandung bahan organik
dalam konsentrasi yang tinggi yang dapat membahayakan
kesehatan. Dalam tubuh manusia lebih dari 50,6% THM akan
diubah menjadi CO2, tetapi kondisi ini bergantung pada
kepekaan individu. Dampak yang paling cepat pada kesehatan
adalah hilangnya kesadaran, yang dapat diikuti dengan
keadaan koma dan kematian. Kadar total THM 30 μg/l dalam
air minum telah direkomendasikan dengan konsumsi rata-rata
2 liter/hari ( Chandra, 2006 ).
Seperti dikatakan di atas, proses chlorinasi pada air yang
mengandung bahan organik dapat mengakibatkan terbentuknya
trihalomethane ( THM ) yang berbahaya bagi kesehatan.
Untuk menurunkan konsentrasi THM dalam air yang akan
menjalani chlorinasi harus dihilangkan dahulu penyebabnya,
yaitu zat-zat organik ( Chandra, 2006 ).
h. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Chlorinasi
Menurut Waluyo (2009), Kecepatan dan keampuhan dalam
proses chlorinasi tergantung dari beberapa faktor yaitu:
1) Keadaan Mikroorganisme
Faktor- faktor yang mempengaruhi keadaan mikroorganisme,
antara lain:
a) Jenis Mikroorganisme
Jenis mikroorganisme dapat meliputi bakteri, virus,
atau parasit mempunyai kepekaan tertentu terhadap
desinfektan yang berlainan. Misalnya resistensi kista
protozoa lebih besar daripada Enterovirus. Resistensi
Enterovirus lebih besar daripada bakteri enterik.
b) Jumlah Mikroorganisme
Jumlah mikroorganisme yang besar, terutama
mikroba pathogen akan memerlukan dosis desinfektan
yang lebih besar.
c) Penyebaran Mikroorganisme
Mikroorganisme yang menyebar, akan mudah
ditembus oleh desinfektan. Sebaliknya kumpulan bakteri
akan lebih sulit ditembus oleh desinfektan. Bakteri
cenderung membentuk “clam” dengan supended solids
yang ada dalam air yang keruh harus dicurigai sebagai air
yang mempunyai bakteri pathogen lebih banyak.
2) Jenis dan Konsentrasi Desinfektan
Setiap
desinfektan
mempunyai
keunggulan
dan
kelemahannya masing- masing, baik dari segi teknis (pelarutan
dan pembubuhan) mau pun non teknis (harga). Konsentrasi
desinfektan berkaitan dengan waktu kontak.
3) Waktu Kontak
Desinfektan agar dapat berfungsi dengan optimal harus
mempunyai waktu kontak yang cukup dengan air yang
diproses. Waktu kontak ditentukan sebagai waktu yang
tersedia untuk interaksi antara chlor dengan bahan – bahan
pereduksi chlor dalam air. Waktu kontak air dengan
desinfektan yang dibubuhkan, jika digunakan chlor atau
senyawa chlor waktu kontak diantara 30 – 60 menit, sebelum
air digunakan, dengan mempertahankan sisa chlor paling
sedikit 0,3- 0,5 mg/ l Cl2 setelah waktu kontak tersebut.
4) Faktor Lingkungan
Faktor- faktor lingkungan yang mempengaruhi desinfeksi
antara lain:
a) Suhu
Makin tinggi suhu air, makin tinggi pula efektifitas
desinfektan
b) pH
Setiap desinfektan akan berfungsi dengan optimal
pada pH tertentu, misalnya ozon lebih stabil pada pH
rendah (pH= 6). Sedangkan pada chlorin daya basminya
semakin menurun bila pH nya makin bertambah. Bila pH
larutan ≥ 7, maka akan terbentuk chloramin, sedangkan
pada pH ≤ 6 maka akan terbentuk dichloramin
c) Kualitas Air
Air yang mengandung zat organik dan unsur
lainnya, akan mempengaruhi besarnya clorine demand
sehingga diperlukan konsentrasi chlorin yang makin
tinggi.
d) Pengolahan Air
Proses pendahuluan yang dilakukan desinfeksi,
misalnya pengendapan dan filtrasi, akan mempengaruhi
hasil akhir yang akan dicapai. Selain itu saat yang tepat
bagi penambahan chlorin yang akan mempengaruhi pula
akhir yang akan dicapai.
6. Teknik Pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel terdiri dari 3 macam antara lain :
a. Grab Sampling ( Sampel Sesaat )
Yaitu sampel yang diambil secara langsung dari obyek
yang akan diteliti dan hasil pengujian sampelnya hanya dapat
menggambarkan karakteristik sampel pada sat pengambilan.
Sampel sesaat hanya dapat dilakukan jika kondisi lokasi
pengambilan diasumsikan homogen / konstan. Jika kondisi
heterogen / fluktuatif, pengambilan sampel sesaat dilakukan pada
waktu
yang
berbeda
sehingga
didapatkan
sampel
yang
representatif. Misal, air diambil sesaat pada satu lokasi tertentu.
b. Composite Sampling
Yaitu
campuran
dari
beberapa
waktu
pengamatan.
Pengambilan sampelnya dapat dilakukan secara manual ataupun
secara otomatis dengan menggunakan peralatan yang dapat
mengambil sampel pada waktu-waktu tertentu dan sekaligus dapat
mengukur debit air. Pengambilan sampel secara otomatis hanya
dilakukan jika ingin mengetahui gambaran tentang karakteristik
kualitas air secara terus menerus.
c. Integrated Sampling ( Sampel Gabungan Tempat )
Sampel gabungan yang diambil secara terpisah dari
beberapa tempat dengan volume yang sama.
( Hefni Effendi, 2003 )
7. Cara Pengambilan Sampel Secara Fisik Atau Kimia
a. Alat harus steril artinya alat harus dicuci dahulu sampai bersih
dengan aquades. Dicuci sebnayak tiga kali sehingga didalam botol
tidak ada bahan pencemar lain selain air sampel tersebut.
b. Tidak boleh ada aerasi secara langsung
c. Botol diisi penuh, agar tidak ada udara , tidak ada pengocokan agar
tidak ada reaksi.
d. Sejurang kurangnya 1 liter – 5 liter tergantung jumlah parameter
yang diperiksa.
e. Pelabelan
f. Dimasukkan kotak ( suhu kamar 20oC )
C. Kerangka Konsep
Pembubuhan kaporit
1. Kadar Sisa Chlor
2. Suhu
Jaringan pipa PDAM di
daerah BTA Terung
Baru Magetan
3. pH
1. Waktu
2. Jarak
3. Debit
Keterangan :
Diteliti
Tidak diteliti
Download