Cooperative Learning

advertisement
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan proses pembelajaran yang
berpusat pada siswa, terutama untuk mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran yang ditemukan oleh guru dalam hal mengaktifkan siswa yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, serta agresif, dan tidak peduli pada siswa lain.
Menurut Lie (2007:12), pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah
sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat bekerja sama dengan sesama siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang terstruktur,
dalam sistem ini, guru bertindak sebagai fasilitator.
Menurut Lungren (Trianto 2007:47) menyebutkan bahwa unsur-unsur dasar yang
perlu untuk ditanamkan kepada siswa agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan
lebih efektif adalah:
1. Para siswa harus memiliki persepsi sama bahwa mereka “tenggelam” atau
”berenang” bersama.
2. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari
materi yang dihadapi.
3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan
yang sama.
4. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara para anggota kelompok.
10
5. Para siswa akan diberi satu evaluasi atau penghargaan yang akan diikuti
berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerjasama selama belajar.
7. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individu materi
yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Roger dan David Johnson dalam Lie (2007:31), mengatakan bahwa tidak semua
kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning. Untuk mencapai hasil yang
maksimal lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan, yaitu:
1. Saling ketergantungan positif.
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya.
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun
tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
2. Tanggung jawab perseorangan.
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas
dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran cooperative, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang
terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru
dalam penyusunan tugasnya.
3. Tatap muka.
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk
membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran
beberapa kepala akan lebih kaya dari pada hasil pemikiran dari satu kepala. Lebih jauh lagi, hasil kerjasama ini jauh lebih besar daripada jumlah
hasil masing-masing anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masingmasing.
4. Komunikasi antar anggota.
Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan
pendapat mereka.
5. Evaluasi proses kelompok.
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
11
Apabila diperhatikan secara seksama, maka pembelajaran kooperatif mempunyai
ciri-ciri tertentu dibandingkan model lainnya. Arends (Trianto 2007:47) menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif memiliki ciriciri sebagai berikut:
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
3. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam.
4. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.
Menurut Ibrahim, dkk. (Trianto 2007:48-49) terdapat enam langkah utama atau
tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif.
Langkah-langkah itu ditunjukkan pada Tabel 1
Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Fase
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Fase 2
Menyajikan informasi
Fase 3
Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok-kelompok
belajar
Fase 4
Membantu (membimbing)
kerja kelompok dalam belajar
Fase 5
Evaluasi
Fase 6
Memberikan penghargaan
Kegiatan Guru
Guru menyampaikan semua tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar
Guru menyajikan informasi kepada siswa baik
dengan peragaan (demonstrasi) atau teks
Guru menjelaskan siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok agar melakukan perubahan
yang efisien
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mengerjakan tugas
Guru mengevaluasi materi pelajaran yang telah
diberikan kemudian menginformasikan hasil
pekerjaan mereka
Guru memberikan cara-cara untuk menghargai,
baik upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.
12
Dalam perkembangannya pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe, diantaranya adalah Student Team Achievment Division (STAD), Team Games Tournament (TGT), Jigsaw II, Grup Investigation (GI), Team Accelerated Instruction
(TAI), Think Pair Share (TPS), dan Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC).
B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dan koleganya di Universitas Maryland.
Menurut Lyman dalam Nurhadi, Yasin, dan Senduk (2004), terdapat tiga tahapan
pembelajaraan dalam TPS, yaitu think (berpikir), pair (berpasangan), dan share
(berbagi).
Menurut Lie (2007:57) TPS memberikan siswa lebih banyak kesempatan untuk
berpikir sendiri dan bekerja sama dengan orang lain. TPS merupakan salah satu
model pembelajaran yang dikembangkan dari teori konstruktivisme, yang merupakan suatu perpaduan antara belajar secara mandiri dan belajar secara berkelompok.
Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS menurut Lie
(2007:58) antara lain adalah:
1. Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberi tugas yang
sama pada semua kelompok.
2. Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas itu sendiri.
3. Siswa berpasangan dengan salah satu anggota kelompok, dan berdiskusi
dengan pasangannya.
13
4. Kedua pasang kembali bertemu dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasilnya kepada kelompok berempat.
Adapun kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah: 1) Cocok untuk
tugas sederhana, 2) Memberikan siswa lebih banyak waktu untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain, 3) Lebih banyak kesempatan untuk
konstribusi masing-masing anggota kelompok, 4) Meningkatkan partisipasi siswa,
dan 5) Lebih mudah dan cepat terbentuknya kelompok.
C. Aktivitas Belajar
Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (Anonim 2001:24-25), aktif adalah giat (bekerja, berusaha), sedangkan keaktivan adalah suatu keadaan atau hal dimana siswa
dapat aktif. Pada penelitian ini keaktivan yang dimaksud adalah keaktivan belajar
siswa. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik dan
relatif tetap, serta ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan,
serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Sardiman (2008) mengungkapkan :
Dalam belajar diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak
mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti
pelajaran, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat
menunjang prestasi belajar.
Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang direncanakan dan disadari untuk
mencapai tujuan belajar, yaitu perbaikan pengetahuan dan keterampilan pada siswa yang melakukan kegiatan belajar. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai
14
begitu saja tanpa diimbangi dengan aktivitas belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran ditentukan dari bagaimana interaksi dalam pembelajaran tersebut, semakin aktif siswa tersebut dalam belajar, maka akan semakin ingat anak akan pembelajaran itu, dan tujuan pembelajaran akan lebih cepat tercapai.
Paul B. Diedrich (Sardiman 2008:101) mengklasifikasikan aktivitas siswa dalam 8
kelas sebagai berikut:
1. Visual Activities misal, membaca, memperhatikan, demonstrasi, percobaan
2. Oral Activities seperti, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3. Listening Activities meliputi, mendengarkan uraian, percakapan, diskusi
4. Writing Activities meliputi, menulis karangan, laporan angket, menyalin.
5. Drawing Activities meliputi, menggambar, membuat peta, grafik, pola,
diagram.
6. Motor Activities meliputi, melakukan percobaan, membuat konstruksi,
membuat model, bemain, berkebun, menari.
7. Mental Activities misalnya, menanggap, mengingat, memecahkan soal,
menganalisa, melihat hubungan, mengambil kesimpulan.
8. Emotional Activities seperti, menaruh minat, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Aktivitas-aktivitas dalam belajar juga dapat dibedakan menjadi aktivitas yang relevan dengan pembelajaran (on task) dan aktivitas yang tidak relevan (off task).
Aktivitas yang relevan dengan pembelajaran (on task), contohnya adalah memperhatikan penjelasan guru, bertanya, mengemukakan pendapat, aktif memecahkan
masalah, berdiskusi dan bekerja sama. Aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran (off task), contohnya adalah tidak memperhatikan penjelasan guru, mengobrol dengan teman, dan keluar masuk kelas. Siswa dikatakan aktif belajar jika
dalam belajarnya siswa banyak melakukan aktivitas yang sesuai dengan pembelajaran (on task). Dengan melakukan banyak aktivitas on task maka siswa mampu
15
memahami, mengingat, dan mengaplikasikan materi yang telah diajarkan
(Nathalia, 2005).
Menurut Memes (2001), terdapat indikator terhadap aktivitas yang relevan dalam
pembelajaran yang meliputi:
1. Interaksi anak dalam mengikuti proses pembelajaran dalam kelompok meliputi kegiatan berdiskusi dan bekerjasama dalam menyelesaikan masalah.
2. Keberanian anak dalam bertanya/mengemukakan pendapat.
3. Partisipasi anak dalam pembelajaran (melihat dan aktif dalam diskusi).
4. Motivasi dan kegairahan anak dalam mengikuti pembelajaran (menyelesaikan tugas dan aktif memecahkan masalah).
5. Hubungan anak dengan anak selama pembelajaran
6. Hubungan anak dengan guru selama pembelajaran.
Menurut Hamalik (2004), penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran pada siswa, sebab:
1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara
integral.
3. Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa.
4. Siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.
5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis.
6. Mempererat hubungan sekolah, masyarakat dan orangtua dengan guru.
7. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkrit sehingga mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan verbalitas.
8. Pengajaran di sekolah menjadi lebih hidup sebagaimana aktivitas dalam
kehidupan masyarakat.
D. Penguasaan Konsep
Konsep merupakan salah satu pengetahuan awal yang harus dimiliki siswa, karena
konsep merupakan dasar dalam merumuskan prinsip-prinsip. Penguasaan konsep
adalah suatu penyerapan ilmu pengetahuan yang dilakukan siswa selama proses
16
pembelajaran berlangsung. Keberhasilan siswa dalam proses penguasaan konsep
dapat dilihat dari suatu tes penguasaan konsep.
Penguasaan konsep dasar dengan baik akan membantu siswa dalam pembentukan
konsep-konsep yang lebih kompleks untuk menemukan suatu prinsip. Dengan
memiliki suatu penguasaan konsep, siswa akan mampu untuk mengartikan dan
menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi
suatu buah pikiran dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu.
Menurut Sagala (2007:71) Penguasaan konsep adalah buah pemikiran seseorang
atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan
produk pengetahuan yang meliputi prinsip hukum dari suatu teori, konsep tersebut
diperoleh dari fakta, peristiwa, dan pengalaman melalui generalisasi dan berfikir
abstrak.
Piaget dalam Dimyati dan Madjiono (2002:13) menyatakan bahwa pengetahuan
dibentuk oleh individu. Individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi
dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.
Posner dalam Suparno (1997:50) menyatakan bahwa dalam proses belajar terdapat
dua tahap perubahan konsep yaitu tahap asimilasi dan akomodasi. Pada tahap asimilasi, siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka miliki untuk berhadapan dengan fenomena yang baru. Pada tahap akomodasi, siswa mengubah konsepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka hadapi.
17
E. Hidrokarbon
1.
Senyawa karbon (senyawa organik).
Setiap organisme hidup mengandung karbon, atas dasar inilah dahulu orang
membagi senyawa-senyawa kimia menjadi dua golongan besar, yaitu golongan senyawa organik dan senyawa anorganik.
2.
Kekhasan atom karbon.
Bahan yang berasal dari makhluk hidup umumnya mengandung karbon. Adanya unsur karbon dan hidrogen dalam sampel organik secara lebih pasti dapat
ditunjukkan melalui percobaan sederhana, yaitu uji pembakaran. Pembakaran
sampel organik akan mengubah karbon (C) menjadi karbon dioksida (CO2)
dan hidrogen (H) manjadi air (H2O). Gas CO2 dapat dikenali karena mengkeruhkan air kapur, sedangkan air dapat dikenali dengan kertas kobalt karena
mengubah warna kertas kobalt dari biru menjadi merah muda (pink). Selain
karbon dan hidrogen, unsur yang sering terdapat dalam senyawa karbon adalah oksigen, nitrogen, fosfor, halogen dan beberapa unsur logam.
Dalam tabel sistem periodik unsur (SPU), karbon terletak pada periode 2 dan
golongan IVA. Terletak pada posisi tersebut, baik periode maupun golongannya memberikan keistimewaan pada sifat atom karbon.
Kekhasan atom karbon antara lain adalah:
a. Karbon memiliki 4 elektron valensi, oleh karena itu untuk mencapai konfigurasi oktet, karbon dapat membentuk 4 ikatan kovalen
18
b. Atom karbon mempunyai jari-jari atom yang relatif kecil, sehingga ikatan
kovalen yang dibentuk atom karbon relatif kuat, dan atom karbon dapat
membentuk ikatan rangkap dua dan tiga.
Berdasarkan jumlah atom karbon yang diikatnya, atom karbon dengan 4 ikatan kovalen tunggal dibedakan atas :
a. Atom C primer
(1o) : Atom C yang terikat pada satu atom C lain.
b. Atom C sekunder
(2o) : Atom C yang terikat pada dua atom C lain.
c. Atom C tersier
(3o) : Atom C yang terikat pada tiga atom C lain.
d. Atom C kuarterner (4o) : Atom C yang terikat pada empat atom C lain.
3.
Penggolongan senyawa hidrokarbon.
Hidrokarbon adalah golongan senyawa karbon yang paling sederhana. Hidrokarbon hanya terdiri dari unsur karbon (C) dan hidrogen (H). Walaupun hanya terdiri dari dua jenis unsur, hidrokarbon merupakan suatu kelompok senyawa yang besar.
Berdasarkan bentuk rantai atom karbonnya, hidrokarbon digolongkan
menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Hidrokarbon alifatik.
Senyawa hidrokarbon yang memiliki rantai C terbuka.
b. Hidrokarbon alisiklik.
Senyawa hidrokarbon yang memiliki rantai C tertutup.
19
c. Hidrokarbon aromatik.
Senyawa hidrokarbon alisiklik yang memiliki ikatan kovalen terkonjungasi dan memenuhi kaidah Huckel (n = 4n+2), dimana untuk senyawa aromatik, nilai n harus bilangan bulat.
Berdasarkan jenis ikatan antar atom karbonnya, hidrokarbon digolongkan
menjadi:
a. Hidrokarbon Jenuh.
Jika semua ikatan antar karbonnya merupakan ikatan tunggal ( −C−C−),
maka digolongkan sebagai hidrokarbon jenuh.
b. Hidrokarbon Tak Jenuh.
Jika terdapat satu saja ikatan rangkap (−C=C−) atau ikatan rangkap tiga
(−C≡C−) disebut hidrokarbon tak jenuh.
4.
Tata nama senyawa alkana, alkena, dan alkuna
Dikarenakan jumlah senyawa hidrokarbon yang sangat banyak, maka diperlukan suatu sistem tertentu untuk memberi nama senyawa-senyawa hidrokarbon tersebut. Oleh karena itu komisi tata nama dari himpunan kimia sedunia
(IUPAC = International Union of Pure and Applied Chemistry) telah merumuskan tata nama sistematis untuk senyawa karbon. Nama yang diturunkan
dari aturan ini disebut nama sistematik atau nama IUPAC.
5.
Keisomeran senyawa alkana, alkena, dan alkuna
Senyawa yang berbeda tetapi mempunyai rumus molekul sama disebut isomer (Yunani : iso = sama dan meros = bagian). Keisomeran terjadi karena
20
senyawa dengan rumus molekul sama dapat mempunyai struktur atau konfigurasi yang berbeda.
Oleh karena itu, keisomeran dibedakan atas:
a. Keisomeran struktur.
Keisomeran karena perbedaan struktur, dapat berupa isomer kerangka dan
isomer posisi
b. Keisomeran ruang.
Keisomeran karena perbedaan konfigurasi, dapat berupa isomer geometris
6.
Sifat fisik dan kimia senyawa alkana, alkena, dan alkuna.
Kita membedakan sifat-sifat zat ke dalam sifat fisis dan sifat kimia. Sifat fisis
mencakup keadaan fisik senyawa tersebut. Adapun sifat kimia mencakup
reaksi-reaksi yang dapat dialami senyawa tersebut.
Adapun sifat senyawa Hidrokarbon adalah sebagai berikut:
a. Senyawa hirokarbon tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut nonpolar, seperti kloroform.
b. Hubungan struktur senyawa hidrokarbon dengan sifat fisisnya adalah :
1) Semakin panjang suatu rantai senyawa hidrokarbon, maka Mr senyawa
tersebut akan semakin besar, ini berakibat kepada semakin tingginya
titik didih dan titik leleh senyawa tersebut.
2) Semakin banyak cabang yang dimiliki oleh senyawa hirokarbon, maka
titik didih dan titik leleh senyawa tersebut akan semakin rendah.
21
Sifat kimia mencakup reaksi-reaksi yang dapat dialami zat tersebut:
a. Senyawa alkana mengalami reaksi pembakaran, subsitusi, eliminasi dan
perengkahan
b. Senyawa alkena mengalami reaksi pembakaran, adisi, dan polimerisasi
c. Senyawa alkuna mengalami reaksi pembakaran, adisi, dan polimerisasi
(sumber: Purba 2007:98-141)
F. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Media pembelajaran adalah alat bantu untuk menyampaikan pesan kepada siswa
yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran yang
digunakan dalam prosess pembelajaran ini adalah LKS. LKS digunakan untuk
memudahkan guru untuk menyampaikan materi pelajaran dan mengefisienkan
penggunaan waktu, serta akan menimbulkan interaksi antara guru dengan siswa
dalam pembelajaran. Melalui LKS, siswa dituntut untuk dapat mengemukakan
pendapat dan mampu untuk mengambil kesimpulan. Dalam hal ini LKS merupakan salah satu media pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Menurut Sriyono (1992), LKS adalah salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Menurut Prianto dan Harnoko (1997), manfaat dan tujuan LKS antara lain:
1. Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar.
2. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.
22
3. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar.
4. Membantu guru dalam menyusun pelajaran.
5. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
6. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajarai melalui kegiatan belajar.
7. Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.
Menurut Sudjana (Djamarah dan Zain, 2006), fungsi LKS adalah :
1. Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
2. Sebagai alat bantu untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih
menarik perhatian siswa.
3. Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam
menangkap pengertian yang diberikan guru.
4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi lebih aktif dalam pembelajaran.
5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan pada siswa.
6. Untuk mempertinggi mutu belajar mengajar, karena hasil belajar yang
dicapai siswa akan tahan lama, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi.
Download