BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Return

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Teoritis
2.1.1
Return Saham
Salah satu faktor yang memotivasi investor dalam melakukan
kegiatan investasi yaitu adanya return saham yang merupakan imbalan
atas keberanian investor untuk menanggung risiko atas investasi yang di
lakukannya. Return saham adalah tingkat keuntungan yang di nikmat oleh
pemodal atas suatu investasi saham yang dilakukannya. Saham (stock atau
share) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atas pemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas
adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut
(tjiptono darmaji, 2008).
Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return
ekspetasi yang belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa yang
akan datang (jogiyanto, 2000). Return saham atau yang biasa disebut
dengan return merupakan pembayaran yang diterima karena hak
kepemilikannya ditambah dengan perubahan dalam harga pasar yang
dibagi dengan harga awal”. Brigham (2006) menyatakan bahwa “Return
atau tingkat pengembalian adalah selisih antara jumlah yang diterima
dengan jumlah yang diinvestasikan”. Hartono (2010) menyatakan bahwa
11
Universitas Sumatera Utara
“Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi”. Return dapat
berupa return realisasi (Realized Return) atau return ekspektasian
(Expected Return). Return realisasi merupakan return yang telah terjadi
yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi sangat penting
karena dapat digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan.
Return ekspektasian adalah return yang diharapkan akan diperoleh
investor dimasa mendatang, jadi return ekspektasian sifatnya belum
terjadi. Return suatu investasi terdiri dari yield atau dividen dan capital
gain (loss). Yield merupakan return yang mencerminkan aliran kas atau
pendapatan yang diperoleh secara periodik Capital gain (loss) adalah
return yang diperoleh dari kenaikan (penurunan) nilai surat berharga
(Tandelilin, 2007).
Pengembalian atau lebih sering disebut return merupakan imbalan
yang diperoleh dari investasi yang dilakukan. Pengembalian ini dibedakan
menjadi dua, yaitu pengembalian yang telah terjadi (actual return) yang
dihitung berdasarkan data historis dan pengembalian yang diharapkan
(Expected Return - ER) akan diperoleh di masa depan.
Komponen pengembalian meliputi :
a. Untung/Rugi modal (capital gain/loss) merupakan keuntungan
(kerugian) bagi investor yang diperoleh dari kelebihan harga jual
(harga beli) di atas harga beli (harga jual) yang keduanya terjadi di
pasar sekunder.
12
Universitas Sumatera Utara
b. Imbal hasil (Yield) merupakan pendapatan atau aliran kas yang
diterima investor secara periodik, misalkan berupa dividen atau
bunga. Yield dinyatakan dalam persentase dari modal yang
ditanamkan.
Secara umum faktor-faktor yang berpengaruh terhadap return
saham terdiri dari faktor fundamental, faktor pasar dan faktor makro.
Karena faktor makro berpengaruh secara lokal terhadap suatu obyek
investasi, maka yang perlu dikaji lebih jauh adalah faktor fundamental
dan faktor pasar.
Faktor fundamental
merupakan faktor
yang
berhubungan dengan kinerja perusahaan emiten, sedangkan faktor pasar
berkaitan dengan kinerja sahamnya (Saniman, 2007). Analisis terhadap
faktor fundamental merupakan salah satu cara melakukan penilaian
saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator terkait
dengan kondisi makro ekonomi dan kondisi industri suatu perusahaan
termasuk berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan.
Dengan demikian analisis fundamental merupakan analisis yang berbasis
pada berbagai data ril untuk mengevaluasi atau memproyeksikan nilai
suatu saham.
2.1.2 Economic Value Added (EVA)
Menurut Wijaya (2009), “Economic Value Added adalah indikator
internal yang mengukur kekayaan pemegang saham suatu perusahaan
dalam jangka waktu tertentu. EVA (Economic Value Added) mengukur
seberapa efisien perusahaan menggunakan modalnya untuk menciptakan
13
Universitas Sumatera Utara
nilai tambah ekonomis. Nilai tambah ekonomis tercipta jika perusahaan
menghasilkan Return on total capital yang melebihi cost of capital.”
Menurut Brigham (2006), “EVA (Economic Value Added) adalah
nilai yang ditambahkan oleh manajemen kepada pemegang saham selama
satu tahun tertentu”. Sebagai pencetus, steward pencetus EVA (Economic
Value Added ) pertama kali (1991) mendefinisikan EVA sebagai berikut:
EVA (Economic Value Added) is the residual income measure that
substracts the cost of capital from the operating profits generated in the
bussiness.” It’s measure to account properly for all of the ways in which
corporate value maybe added or lost. EVA will increase if operating profit
can be made to grow without trying up any more capital,if nem capital is
deverted or liquidate from business activities that do not
cover their cost of capital.
Menurut rudianto (2006 : 340) “ EVA (Economic Value Added)
adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi
dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya
dapat tercapai jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan
biaya modal. EVA (Economic Value Added) ditentukan oleh dua hal yaitu
laba bersih setelah pajak dan tingkat biaya modal. Laba operasi setelah
pajak menggambarkan hasil penciptaan value dalam perusahaan,
sedangkan biaya modal dapat di artikan sebagai pengorbanan yang
dikeluarkan dalam penciptaan value (nilai) tersebut.
EVA (Economic Value Added) sangat bermanfaat bagi penilaian
kinerja perusahaan di mana fokus penilaian kinerja adalah penciptaan nilai
(value creation). Penilian kinerja dengan menggunakan pendekatan EVA
(Economic Value Added)
menyebabkan perhatian manajemen sesuai
14
Universitas Sumatera Utara
dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA (Economic Value
Added), para manajer akan berfikir dan juga bertindak seperti hal nya
pemegang saham, yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat
pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai
perusahaan dapat di maksimumkan.
EVA
(Economic
Value
Added)
dapat
juga
untuk
mengidentifikasikan kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian
lebih tinggi dari pada biaya modalnya. Penggunaan EVA (Economic Value
Added) dalam kegiatan proyek akan mendorong para manejer untuk selalu
mengevaluasi atas tingkat resiko proyek yang bersangkutan. Dengan EVA
(Economic Value Added), para manejer harus selalu membandingkan
tingakt pengembalian proyek dengan tingkat biaya modal yang
mencerminkan tingakt resiko proyek tersebut.
Menurut Wijaya (2009) “Dasar pengukuran dengan pendekatan
EVA (Economic Value Added) lebih memfokuskan perhatian pada
penciptaan nilai perusahaan yaitu manajemen perusahaan berupaya
menghasilkan return yang lebih besar dari biaya modalnya”, sehingga
dapat disimpulakan bahwa EVA (Economic Value Added)
merupakan
keuntungan operasional setelah pajak dikurangi dengan biaya modal atau
dengan kata lain EVA (Economic Value Added) merupakan pengukuran
pendapatan sisa (residual income) yang mengurangkan biaya modal
terhadap laba operasi. EVA (Economic Value Added) memfokuskan pada
efektifitas manajerial dalam satu tahun tertentu.
15
Universitas Sumatera Utara
EVA (Economic Value Added)
merupakan pengukuran kinerja
keuangan yang dianggap sesuai dengan harapan kreditur dan pemegang
saham, karena EVA (Economic Value Added) memperhitungkan tingkat
risiko. Semakin tinggi risiko atau cost of capital yang ditanggung
perusahaan, maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian (return) yang
harus diberikan kepada investor atau pemegang saham. Jika tingkat
pengembalian investasi perusahaan tidak mampu menutupi risikonya,
EVA (Economic Value Added) perusahaan itu akan bernilai negatif.
Sebaliknya, tingkat pengembalian investasi yang lebih besar dari cost of
capitalnya, maka akan menghasilkan EVA (Economic Value Added)
positif.
Menurut
Wijaya
(2009),
“Pengukuran
kinerja
keuangan
menggunakan konsep EVA (Economic Value Added) memasukkan unsur
biaya modal dalam perhitungannya” hal tersebut menunjukkan bahwa
pendekatan EVA (Economic Value Added) tidak hanya melihat dari tingkat
pengembalian saja tetapi juga mempertimbangkan tingkat risiko
perusahaan. EVA (Economic Value Added) merupakan indikator mengenai
adanya penciptaan nilai dari suatu investasi.
EVA (Economic Value
Added) yang positif menunjukkan telah terjadi proses nilai tambah pada
perusahaan, karena rate of return lebih besar dari biaya modalnya.
Penggunaan EVA (Economic Value Added) akan mendorong perusahaan
untuk lebih memfokuskan pada penciptaan nilai perusahaan (creating a
firm’s value).
16
Universitas Sumatera Utara
Konsep Economic Value Added (EVA) mengukur nilai tambah
dengan cara mengurangi biaya modal (cost of capital) yang timbul akibat
investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Economic Value Added (EVA)
yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi
pemilik
modal
karena
perusahaan
mampu
menghasilkan
tingkat
pengembalian yang melebihi tingkat modalnya hal ini sejalan dengan
tujuan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Sebaliknya Economic
Value Added (EVA) yang negatif menunjukan bahwa nilai perusahaan
menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah dari biaya modal.
Menurut Mirza
(1999:93) keunggulan yang dimiliki EVA
(Economic Value Added) sebagai alat pengukur kinerja adalah :
a. EVA (Economic Value Added) memfokuskan penilaian terhadap
nilai tambah dengan memperhitungkan biaya modal sebagai resiko
investasi.
b. EVA (Economic Value Added)
dapat diterapkan secra mandiri
tanpa memerlukan data pembanding dari perusahaan lain maupun
standard industri sebagaimana konsep analisis rasio keuangan.
c. Konsep EVA (Economic Value Added) sebagai pengukur kinerja
perusahaan memperhatikan harapan penyedia dana secara adil
dimana derajat keradilan dinyatakan dengan ukuran tertimbang
struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar bukan
pada nilai buku.
17
Universitas Sumatera Utara
Disamping keunggulan, EVA (Economic Value Added) juga
memiliki
kelemahan menurut mirza (1999:99) diantaranya
sebagai
berikut :
a. EVA (Economic Value Added)
hanya mengukur hasil akhir,
sementara aktifitas penentu seperti loyalitas dan referensi
konsumen tidak diperhatikan, fokus EVA terhadap kinerja
keuangan masih kuat sehingga kinerja nonkeuangan seperti
loyalitas dan referensi konsumen belum terlalu diperhatikan.
b. EVA (Economic Value Added) terlalu bertumpu pada keyakinan
bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental
dalam kajian dan mengambil keputusan untuk menjual atau
membeli saham tertentu.
Economic Value Added (EVA) dapat diformulasikan sebagai
berikut :
EVA = NOPAT – Capital Chargers
Profit & Loss
Balance Sheet
a. Menghitung NOPAT (Net operating Profit After Tax)
NOPAT (Net operating Profit After Tax) atau laba bersih
setelah pajak ini dapat di hitung dengan rumus :
NOPAT = EBIT (1-T)
Keterangan :
18
Universitas Sumatera Utara
EBIT : Erning Before Interest and tax( laba sebelum bunga dan
pajak)
T
: Tax atau pajak.
Dimana tingkat pajak dapat diketahui dengan cara :
Beban Pajak
Tingkat pajak (T) =
x 100 %
Laba bersih sebelum pajak
Dalam perhitungan EVA (Economic Value Added) terlebih dahulu
kita harus mengetahui nilai NOPAT perusahaan yang diteliti. Jika pada
laba akuntansi laba dikurang dengan biaya operasional saja, maka EVA
(Economic Value Added) mengurangkan laba setelah pajak dengan biaya
utang dan biaya modal. Sehingga semua biaya yang dikeluarkan untuk
operasi benar-benar telah dihitung.
b. Menghitung capital charges
Rumus :
Capital charges = WACC x investes capital
Keterangan.
WACC (Weighted Average Cost of Capital) adalah tingkat return
minimum berdasarkan porsi masing – masing instrument
pemodalan dalam struktur modal yang harus dihasilkan perusahaan
untuk memenuhi ekspektasi dari kreditur dan pemegang saham
selaku penyedia modal.
19
Universitas Sumatera Utara
c.
Cara menghitung WACC :
WACC = { (D x rd) (1- Tax) + (E x re)}
Dimana :
Total kewajiban
Tingkat modal (D) =
x 100%
Total kewajiban dan ekuitas
beban bunga
Cost of debt (cd) =
x 100%
total kewajiban
total ekuitas
Tingkat modal dan ekuitas (E) =
x 100%
total kewajiban dan ekuitas
Cost of equity (ce)
laba bersih setelah pajak
=
total ekuitas
x
100%
d. Cara menghitung invested capital
e.
Rumus :
Invested capital = total kewajiban & ekuitas – kewajiban jk.pendek
Invested capital adalah penjabaran dari modal, sebagai
modal yang diinvestasikan yakni seluruh keuangan perusahaan yang sudah
terlepas dari kewajiban jangka pendek yang tidak menanggung bunga.
Total kewajiban dan ekuitas menunjukkan beberapa bagian dari setiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang. Pinjaman jk.pendek
tanpa bunga merupakan pinjaman yang digunakan perusahaan yang
20
Universitas Sumatera Utara
pelunasan maupun pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek
dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dan atas
jaminan itu tidak dikenal bunga , seperti hutang usaha / kewajiban segera ,
hutang pajak , biaya yang masih harus di bayar dan lain-lain.
2.1.3 Market Value Added (MVA)
Menurut Brigham (2006) “Market Value Added (MVA) adalah
perbedaan antara nilai pasar saham perusahaan dengan jumlah ekuitas
modal investor yang telah diberikan”. Menurut steward (dalam Rahayu,
2007), “MVA (Market Value Added) merupakan suatu pengukur kinerja
yang tepat untuk menilai sukses tidaknya perusahaan dalam menciptakan
kekayaan bagi pemiliknya” jadi kekayaan atau kesejahteraan pemilik
perusahaan (pemegang saham) akan bertambah bila MVA (Market Value
Added) bertambah. Tujuan utama sebagian besar peusahaan adalah
memaksimalkan kekayaan pemegang saham, tujuan ini jelas memihak
pada keuntungan pemegang saham, akan tetapi juga harus memastikan
sumber daya yang terbatas telah dialokasikan secara efisien yang
menguntungkan perekonomian. Kekayaan pemegang saham akan menjadi
maksimal dengan memaksimalkan perbedaan antara nilai pasar ekuitas
perusahaan dan modal ekuitas yang diinvestasikan investor. Perbedaan
inilah yang disebut MVA (Market Value Added) oleh young (2001) yaitu
“MVA (Market Value Added) adalah perbedaan nilai perusahaan (termasuk
ekuitas dan hutang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam
21
Universitas Sumatera Utara
perusahaan”. Modal yang diinvestasikan adalah jumlah modal yang
disediakan oleh penyedia dana pada tanggal yang sama.
a. Perhitungan Market Value Added (MVA)
Nilai tambah pasar atau MVA (Market Value Added) adalah
perbedaan antara nilai pasar saham perusahaan dengan jumlah ekuitas
modal investor yang telah diberikan. (Brigham, 2006).
Selain itu, MVA (Market Value Added)
dapat dirumuskan sebagai
berikut:
MVA : (saham beredar) x (harga saham) – total ekuitas saham biasa
Atau
MVA = nilai pasar – modal yang di investasikan
Young (2001) menyatakan investor menyerahkan modal kedalam
perusahaan dengan harapan manajer akan menginvestasikan dengan
produktif.
Nilai
pasar
mencerminkan
keputusan
pasar mengenai
bagaimana manajer yang sukses telah menginvestasikan modal yang sudah
dipercayakan kepadanya, dalam mengubahnya menjadi lebih besar.
Semakin besar MVA (Market Value Added), menunjukkan indikasi MVA
(Market Value Added) semakin baik.
Dari paparan tersebut dapat disimpulkan indikator yang digunakan
untuk mengukur yaitu:
22
Universitas Sumatera Utara
1. Jika Market Value Added (MVA) > 0, bernilai positif, perusahaan
berhasil meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan oleh
penyandang dana.
2. Jika Market Value Added (MVA) < 0, bernilai negatif, perusahaan
tidak berhasil meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan oleh
penyandang dana (Young 2001).
Selain kelebihan nya, MVA (Market Value Added)
juga
mempunyai kelemahan adalah MVA (Market Value Added) hanya dapat
diaplikasikan pada perusahaan yang sudah go public saja.
2.1.4
Inventory Turnover (ITO)
Inventory turnover merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kecepatan perputaran persediaan menjadi kas. Semakin cepat
inventory terjual, semakin cepat investasi perusahaan berubah dan
persediaan menjadi kas (Robert Ang, 1997). ITO (Inventory Turnofer)
mengukur berapa lama rata-rata barang berada di gudang (Husnan,
2006). Artinya semakin tinggi nilai ITO (Inventory turnover) yang
diperoleh semakin efisien perusahaan didalam melaksanakan operasinya.
Dengan kata lain, perusahaan yang nilai perputaran persediaannya makin
tinggi berarti makin efisien dalam kaitannya dengan pengendalian biaya.
Efisiensi dalam pengendalian biaya bagi perusahaan akan berdampak
pada peningkatan perolehan laba (Saniman, 2007).
Kenaikan persediaan disebabkan oleh peningkatan aktivitas atau
karena perubahan kebijakan persediaan. Jika terjadi kenaikan persediaan
23
Universitas Sumatera Utara
yang tidak proporsional dengan peningkatan aktivitas, maka bisa
dikatakan terjadi pemborosan dalam mengelola persediaan. Kondisi
perusahaan yang baik adalah dimana kepemilikan persediaan dan
perputaran adalah selalu berada dalam kondisi yang seimbang. Artinya
jika perputaran persediaan adalah kecil, maka akan terjadi penumpukan
barang dalam jumlah yang banyak di gudang. Namun jika perputaran
terlalu tinggi maka jumlah barang yang tersimpan di gudang akan kecil,
sehingga jika sewaktu-waktu terjadi kehilangan bahan/barang di pasaran
dalam kejadian yang bersifat di luar perhitungan seperti gagal panen,
bencana alam, kekacauan stabilitas politik dan keamanan serta berbagai
kejadian lainnya maka ini bisa mengakibatkan perusahaan terganggu
aktivitas operasionalnya dan lebih jauh berpengaruh pada sisi penjualan
serta perolehan keuntungan (Irham,2012).
ITO (Inventory turnover) dihitung dengan cara membagi harga
pokok penjualan dengan rata-rata persediaan. Rata-rata persediaan
diperoleh dengan menjumlahkan persediaan barang setiap bulan selama
satu tahun kemudian dibagi 12 atau apabila informasi persediaan barang
setiap bulan tidak tersedia, maka rata-rata persediaan diperoleh dengan
menjumlahkan persediaan awal dan akhir kemudian dibagi dua. Hal ini
dikarenakan penjualan terjadi sepanjang tahun, sedangkan angka
persediaan adalah angka pada satu titik waktu tertentu.
2.1.5
Return on asset (ROA)
24
Universitas Sumatera Utara
ROA (Return on asset) merupakan salah satu rasio profitabilitas.
Dalam analisis laporan keuangan, rasio ini paling sering diamati karena
mampu menunjukkan keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan.
ROA (Return on asset)
mengukur kemampuan perusahaan didalam
menghasilkan keuntungan (return) dengan memanfaatkan aktiva yang
dimilikinya. Semakin besar ROA (Return on asset) menunjukkan kinerja
yang semakin baik (Ang, 1997).
Prastowo (2002:86) Return on asset (ROA) adalah kemampuan
perusahaan memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Rasio ini
mengukur tingkat kembalian investasi yang dilakukan oleh perusahaan
dengan menggunakan seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya. Rasio yang
tinggi menunjukkan efisiensi manajemen asset yang berarti efesiensi
manajemen (Hanafi 2003:85). Penilaian Return On Asset (ROA) dapat
dirumuskan sebagai berikut
Return On Asset (ROA) = Laba bersih
Total aktiva
Return On Asset (ROA) menggambarkan kinerja keuangan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan
untuk operasional perusahaan. Semakin tinggi ROA (Return on asset)
menunjukkan perusahaan dalam keadaan bagus dan semakin efektif dalam
memanfaatkan aktivanya untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak,
dengan semakin meningkatnya ROA (Return on asset) maka profitabilitas
25
Universitas Sumatera Utara
perusahaan semakin baik oleh karena itu, perusahaan selalu berupaya
untuk meningkatkan ROA (Return on asset).
Kinerja keuangan perusahaan yang baik dalam menghasilkan laba
bersih aktiva yang digunakan akan berdampak pada pemegang saham
perusahaan. ROA (Return on asset) yang semakin tinggi menunjukkan
bahwa kinerja perusahaan semakin baik sehingga dapat mempengaruhi
investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Pembelian saham
perusahaan oleh para investor yang menanamkan dananya pada
perusahaan tersebut, maka harga saham perusahaan akan meningkat,
dengan kata lain ROA (Return on asset) akan berdampak positif terhadap
return saham.
2.1.6
Debt to Equity Ratio (DER)
Menurut Ang (1997) Debt to Equity Ratio (DER) merupakan
perbandingan antara total hutang terhadap total shareholders equity yang
dimiliki perusahaan. Total hutang disini merupakan total hutang jangka
pendek dan total hutang jangka panjang. Sedangkan Shareholders Equity
adalah total modal sendiri (total modal saham disetor dan laba ditahan) yang
dimiliki oleh perusahaan.
Menurut hasan (2006 :70) Rasio Leverage adalah rasio yang
mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan utang. Beberapa analis
menggunakan istilah rasio solvabilitas, yang berarti kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya.
26
Universitas Sumatera Utara
Debt to equity ratio adalah ratio yang memberikan gambaran
mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan atau keseimbangan
proporsi antara aktiva yang didanai oleh kreditor dan yang didanai oleh
pemilik perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya
suatu utang (Prastow, 2002:84).
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Husnan,
2006:70) :
Debt to Equity Ratio (DER) = Total kewajiban
Modal Sendiri
Nilai suatu perusahaan akan meningkat dengan meningkatnya
DER (Debt to Equity Ratio) karena adanya efek dari corporate tax shield.
Hal ini disebabkan karena dalam keadaan pasar sempurna dan ada pajak,
umumnya bunga yang dibayarkan akibat penggunaan hutang dapat
dipergunakan untuk mengurangi penghasilan yang dikenakan pajak.
Dengan demikian apabila terdapat dua perusahaan dengan laba operasi
yang sama, tetapi perusahaan yang satu menggunakan hutang dan
membayar bunga sedangkan perusahaan yang lain tidak, maka perusahaan
yang membayar bunga akan membayar pajak penghasilan yang lebih kecil,
sehingga menghemat pendapatan. Akan tetapi hal ini bukan berarti
perusahaan dapat menentukan batas hutang dengan seenaknya, berusaha
untuk tetap menyeimbangkan antara cost dan benefit harus tetap
dilakukan. Dengan pengelolaan perusahaan yang baik, maka DER (debt to
27
Universitas Sumatera Utara
equity ratio)
yang tinggi akan dapat meningkatkan keuntungan bagi
perusahaan.
DER (debt to equity ratio) mengukur tingkat leverage terhadap
modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Semakin rendah rasio ini berarti
semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh
pemegang saham dan semakin besar perlindungan bagi kreditor (margin
of safety) jika terjadi penyusutan nilai aktiva atau kerugian besar (Van
Horne, 2005). DER (debt to equity ratio) dihitung dengan membandingkan
total utang perusahaan (termasuk kewajiban jangka pendek) dengan
ekuitas pemegang saham.
2.2
Penelitian Terdahulu
Beberapa peneliti melakukan penelitian yang berkaitan dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi return saham. Hasil dari beberapa
penelitian yang sudah ada dilakukan sebelumnya akan digunakan sebagai
bahan referensi dan perbandingan dengan penelitian ini.
Penelitian yang dilakukan frengky (2015) yang meneliti tentang
“pengaruh Return On Equity, Return On Asset, dan Earning Pershare
terhadap return saham pada perusahaan otomotof dan komponen yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode 2010-2013. Variabel
yang digunakan Return on Equity, Return On Asset, dan Earning Per
Share sebagai variabel independent dan return saham sebagai variabel
dependen. Hasil penelitian ini menunjukkan dari hasil uji simultan
diperoleh kesimpulan bahwa Return On Asset (ROA), Return On Equity
28
Universitas Sumatera Utara
(ROE), dan Earning Per Share (EPS) secara simultan berpengaruh
terhadap return saham. Berdasarkan hasil uji parsial diperoleh kesimpulan
bahwa Return On Asset (ROA) secara parsial memiliki pengaruh
signifikan dan negatif terhadap return saham, Return On Equity(ROE)
secara parsial berpengaruh signifikan dan memiliki tanda positif terhadap
return saham sedangkan Eraning Per Share(EPS) secara parsial tidak
berpengaruh terhadap return saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Daniel (2013) yang meneliti tentang
pengaruh Economic Value added (EVA) dan Market Value Added (MVA)
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
untuk periode 2009-2012. Variabel yang digunakan Economic Value
Added (EVA), Market Value Added (MVA) sebagai variabel independen
dan return saham sebagai variabel dependen. Dari hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa secara parsial diketahui Market Value Added (MVA)
berpengaruh signifikan terhadap return saham, Economic Value Added
(EVA) secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return
saham, sedangkan secara simultan Economic Value Added (EVA), Market
Value Added (MVA) secara simultan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap return saham.
Penelitian yang dilakukan oleh bambang (2011) yang meneliti
tentang keuangan konvensional, Economic Value Added dan return saham
dengan variabel ROA (Return On Asset), ROE (Return On Equity), RI
(Residual Income) dan EVA (Economic Value Added) sebagai variabel
29
Universitas Sumatera Utara
independen dan return saham sebagai variabel dependen. Hasil penelitian
nya menunjukkan bahwa ROA ((return on asset),) berpengaruh positif dan
secara statistik signifikan terhadap return saham, Sedangkan EVA
(economic value added) berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
terhadap return saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Susilowati (2011) menyatakan
bahwa ROA (Return On Asset) berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap return saham dan penelitian yang dilakukan penelitian yang
dilakukan Saputra (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis
pengaruh Economic Value Added dan Market Value Added terhadap
Return Saham menyatakan bahwa Economic Value Added (EVA) dan
Market Value Added (MVA) tidak berpengaruh terhadap Return saham.
Penelitian yang
dilakukan oleh Yulris (2012) yang meneliti
tentang analisis Current Ratio (CR) dan Debt to Equity Ratio (DER)
terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia untuk periode 2007-2009. Menggunakan variabel Current
Ratio (CR) dan Debt Equity Ratio (DER) sebagai variabel independen dan
return saham sebagai variabel dependen. Menunjukkan hasil berdasarkan
penghitungan uji F dan Uji t menunjukkan bahwa variabel Current Ratio
(CR) dan Debt To Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap
return saham baik secara simultan maupun secara parsial.
Penelitian yang dilakukan oleh wibisono (2015) yang meneliti
tentang pengaruh Inventory TurnOver (ITO), Return On Asset (ROA) dan
30
Universitas Sumatera Utara
Debt to Equity Ratio (DER) terhadap return saham pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia untuk periode tahun
2008 – 2013. Menggunakan variabel inventory turnover (ITO), Return On
Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) sebagai variabel independen
dan return saham sebagai variabel dependen. Menunjukkan hasil ITO
(Inventory TurnOver) tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap return saham, ROA (Return On Asset) berpengaruh positif
signifikan terhadap return saham, DER (Debt to Equity Ratio)
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham, Inventory
Turnover, Return On Asset, dan Debt to Equity Ratio terdapat pengaruh
secara simultan dan signifikan terhadap return saham.
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
Judul
Variabel
1.
Frengky
(2015)
Pengaruh return on
equity, return on asset,
dan earning per share
terhadap return saham
pada perusahaan
otomotof dan
komponen yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia(BEI) untuk
periode 2010-2013.
Hasil Penelitian
Var. independen
a.Return on
Equity (ROE)
b.Return on
Asset
c.Earning per
Share.
Var.dependen
a. Retun saham.
Return on asset
(ROA), Return on
Equity (ROE), dan
Earning per Share
(EPS) secara
simultan
berpengaruh
terhadap return
saham.
Hasil uji parsial
Return On Asset
(ROA) memiliki
pengaruh
signifikan dan
negative terhadap
return saham,
Return On Equity
31
Universitas Sumatera Utara
2
3
Daniel
(2013)
Bambang
(2011)
Pengaruh Economic
Value Added (EVA)
dan Market Value
Added (MVA) pada
perusahaan
manufaktur yang
terdaftsr di Bursa Efek
Indonesia (BEI) untuk
periode 2009-2012.
Var.independen
a. Economic
Value Added
(EVA)
b. Market Value
Added (MVA)
Kinerja keuangan
konvesional.Economic
Value added, dan
return saham dengan
studi kasus pada
perusahaan industry
makanan dan minuman
yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
Var. independen
a.Return On
Asset (ROA)
b. Return On
Equity (ROE)
c. Residual
Income (RI)
var.dependen
a. return saham
var.dependen
a. return saham
(ROE)
berpengaruh
signifikan dan
memiliki tanda
positif terhadap
return saham
sedangkan
Earning Per
Share(EPS)tidak
berpengaruh
terhadap return
saham.
Secara parsial
diketahui Market
Value Added
(MVA), Economic
Value Added
(EVA)
berpengaruh
signifikan
terhadap return
saham,
sedangkan secara
simultan
Economic Value
Added (EVA),
Market Value
berpengaruh dan
signifikan
terhadap return
saham.
Return On
Asset(ROA),
dan Residual
Income (RI)
berpengaruh
positif terhadap
return saham, .
Return On Equity
(ROE)
berpengaruh
negative dan
Economic Value
Added (EVA)
berpengaruh
32
Universitas Sumatera Utara
4
Susilowati
(2011)
Reaksi signal rasio
profitabiliyas dan rasio
solvabilitas terhadap
return saham pada
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia untuk
periode 2006-2008.
Var.independen
a.Earning Per
Share (EPS)
b. Net Profit
Margin (NMP)
c. Return On
Asset (ROA)
d. Return On
Equity (ROE)
e. Debt to Equity
Ratio(DER)
var.dependen
a. return saham
5
6
Yulris
(2012)
Prasetya
wibisono(
2015
Analisis Current
Ratio(CR) dan Debt
Equity Ratio (DER)
terhadap return saham
perusahaan
manufaktur
yang terdaftar di bursa
efek indonesia untuk
periode 2007-2009.
Var. independen
a.Current
Ratio(CR)
b. Debt Equity
Ratio (der)
Pengaruh Inventory
TurnOver (ITO),
Return On
Asset(ROA), dan Debt
to Equity Ratio
(DER)terhadap return
saham pada
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di bursa efek
Indonesia untuk
periode tahun 2008 –
Var. independen
a.Inventory
TurnOver(ITO
b. Return On
Asse(ROA)
c. debt to equity
ratio(DER)
var. depende
a. return saham.
var.dependen
a. return saham
positif tetapi
tidak signifikan
terhadap return
saham.
Debt to Equity
Ratio (DER)
berpengaruh
signifikan
terhadap return
saham sedangkan
Earning Per
Share (EPS), Net
Profit Margin
(NMP), Return
On Asset (ROA)
Return On
Equity(ROE)
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap return
saham.
Current Ratio
(CR) dan Debt To
Equity Ratio
(DER)
berpengaruh
signifikan
terhadap return
saham, baik
secara simultan
maupun secara
parsial.
ITO (Inventory
TurnOver) tidak
berpengaruh
positif dan tidak
signifikan
terhadap return
saham, ROA
berpengaruh
positif signifikan
terhadap return
saham, DER
berpengaruh
33
Universitas Sumatera Utara
2013
negatif dan
signifikan
terhadap return
saham,
Inventory
Turnover, Return
On Asset, dan
Debt to Equity
Ratio terdapat
pengaruh secara
simultan dan
signifikan
terhadap return
saham
sumber : diolah oleh Peneliti
2.3
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan suatu hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin
diteliti. Kerangka konsep menjelaskan secara teoritis hubungan antara
variabel yang diteliti. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Inventory
Turn Over (ITO), Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio
(DER) , sedangkan variabel dependen adalah return saham, maka penulis
menyusun kerangka konseptual (theoretical Frame work) sebagai berikut
34
Universitas Sumatera Utara
Economic Value Added (X1)
Market Value Added (x2)
H1
H2
Inventory Turn Over (x3)
H3
Return on Asset (x4)
H4
Debt to Equity ratio (x5)
H5
H6
Return
saham
(Y)
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.3.1
Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Return
saham
Bila
perusahaan
mampu
menghasilkan
tingkat
pengembalian yang lebih besar dari biaya modalnya, hal ini
menandakan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi
pemilik modal oleh karena itu hal ini menarik minat investor dan
calon investor untuk menanamkan dananya kedalam perusahaan
tersebut dan hal ini mendorong terjadinya permintaan terhadap
saham yang bersangkutan semakin banyak maka harga saham
cenderung meningkat di pasar modal.
Berdasarkan hal tersebut dan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Lehn (1996) dan penelitian Dody (1996) yang
35
Universitas Sumatera Utara
menemukan bahwa terdapat hubungan positif
EVA (Economic
value Added) dengan return sahan artinya semakin tinggi nilai
EVA yang diciptakan perusahaan maka harga saham akan
mengalami kenaikan yang pada akhirnya memberikan return
saham yang tinggi.
2.3.2 Pengaruh Market Value Added (MVA) Terhadap Return Saham
MVA (Market Value Added) merupakan selisih antara nilai pasar
dengan modal sendiri yang disetor oleh pemegang saham. Nilai pasar
saham adalah perkalian jumlah saham beredar dengan harga saham. Harga
saham didapat dari harga saham rata-rata dalam satu tahun ( Husnan
2004).
MVA (Market Value Added) positif menunjukkan bahwa saham
perusahaan tersebut dinilai oleh investor lebih besar dari pada nilai buku
perlembarnya. Hal ini akan meningkatkan minat investor untuk
menanamkan sahamnya
di perusahaan karena (Market Value added)
MVA adalah ukuran kinerja perusahaan yang memperlihatkan penilaian
pasar modal pada waktu tertentu dari EVA yang akan datang sehingga jika
EVA positif maka MVA juga positif.
36
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Pengaruh Inventory Turn Over (ITO) terhadap Return saham
Inventory turnover merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kecepatan perputaran persediaan menjadi kas. Semakin cepat
inventory terjual, Semakin cepat investasi perusahaan berubah dan
persediaan menjadi kas (Ang, 1997). Perusahaan yang nilai perputaran
persediaannya makin tinggi berarti makin efisien dalam kaitannya dengan
pengendalian biaya, efisiensi dalam pengendalian biaya bagi perusahaan
akan berdampak pada peningkatan perolehan laba (Saniman, 2007).
Informasi mengenai tingkat perputaran persediaan dapat digunakan
sebagai dasar untuk menentukan apakah persediaan lambat dalam proses
penjualan atau pemakaiannya pada kegiatan perusahaan. Semakin tinggi
nilai ITO (Inventory turnover) mengindikasikan penjualan yang lancar dan
kinerja perusahaan yang baik, sehingga meningkatkan keuntungan.
Peningkatan keuntungan ini akan direspon positif oleh investor, sehingga
harga saham cenderung naik dan return saham akan meningkat pula.
2.3.4 Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap return saham
Return On Asset merupakan ukuran kemampuan perusahaan
didalam menghasilkan keuntungan (return) bagi perusahaan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Semakin besar ROA (Return On
Asset) menunjukkan kinerja yang semakin baik (Robert Ang, 1997).
Semakin tinggi nilai ROA (Return On Asset) menunujukkan bahwa
semakin efisien perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya guna
memperoleh laba. Semakin efisien perusahaan berarti semakin baik kinerja
37
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Kinerja perusahaan yang semakin baik dan nilai perusahaan
yang meningkat akan memberikan harapan naiknya harga saham
perusahaan tersebut yang pada akhirnya akan berdampak kepada kenaikan
return saham (Saniman, 2007). Hal ini menarik bagi investor untuk
memiliki saham tersebut. Karena peningkatan ini akan dinikmati juga oleh
pemegang saham. Tentunya investor akan lebih tertarik untuk memiliki
saham perusahaan yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan
yang lebih tinggi jika banyak investor tertarik maka permintaan akan
saham tersebut akan meningkat dan hrga saham akan cenderung
meningkat yang diikuti dengan peningkatan return sahamnya.
2.3.5 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap return saham
Debt to equity ratio menunjukkan perbandingan antara hutang
dengan modal sendiri (Husnan, 2002). Merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur tingkat leverage dalam menunjukan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang, yang dimana rasio
DER (Debt to equity ratio) menghubungkan antara total debt dengan total
equitas (Farkhan , 2012). Semakin tinggi DER menunjukkan semakin
besar total utang terhadap total ekuitasnya (Ang, 1997). Semakin tinggi
rasio DER (Debt to equity ratio), menunjukkan semakin besar penggunaan
utang dalam pendanaan perusahaan dan ketergantungan perusahaan
dengan pihak luar. Ketergantungan akan pihak luar meningkatkan risiko
dan beban yang harus ditanggung oleh kreditur. Hal ini akan mengurangi
minat kreditur (investor) untuk menanamkan modalnya pada perusahaan,
38
Universitas Sumatera Utara
sehingga akan menurunkan harga saham perusahaan yang berakibat pada
return saham.
2.3.6 Pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added
(MVA), Inventory Turn Over (ITO), Return On Asset (ROA), dan
Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return saham
Return saham tingkat keuntungan yang dinikmat oleh pemodal atas
suatu investasi saham yang dilakukannya. Secara simultan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Lehn (1996) dan penelitian Dody (1996) yang
menemukan bahwa terdapat hubungan positif EVA (Economic value
Added) dengan return saham artinya semakin tinggi nilai EVA (Economic
value Added), jika EVA (Economic value Added)
positif maka
MVA(Market Value Added) (Market Value Added) juga positif. Semakin
tinggi nilai ITO (Inventory Turn Over) mengindikasikan penjualan yang
lancar dan kinerja perusahaan yang baik, sehingga meningkatkan
keuntungan. Peningkatan keuntungan ini akan direspon positif oleh
investor, sehingga harga saham cenderung naik dan return saham akan
meningkat pula. Semakin tinggi nilai ROA (Return On Asset)
menunujukkan bahwa semakin efisien perusahaan dalam memanfaatkan
aktivanya guna memperoleh laba yang pada akhirnya akan berdampak
kepada kenaikan return saham (Saniman, 2007) dan Debt to Equity Ratio
(DER) tinggi berpengaruh terhadap return saham yang di hasilkan
perusahaan.
39
Universitas Sumatera Utara
2.4
Pengembangan Hipotesi
Pengembanga hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara
terhadap masalah yang akan diuji kebenaran melalui analisis data yang
relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian.
hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah
H1
: Ada pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Return
saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2012-2014.
H2
: Ada pengaruh Market value Added (MVA) terhadap Return saham
pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2012-2014.
H3
: Ada pengaruh Inventory Turn Over (ITO) terhadap Return saham
pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2012-2014.
H4
: Ada pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap saham pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar Return di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2012-2014.
H5
: Ada Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return
saham
pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2014.
40
Universitas Sumatera Utara
H6 : Ada pengaruh Economic value Added (EVA) ,Market value Added
(MVA) ,Inventory Turn Over (ITO) ,Return On Asset (ROA), Debt to
Equity Ratio (DER) secara bersama-sama terhadap return saham pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) tahun 2012-2014.
41
Universitas Sumatera Utara
Download