BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1.
Pengertian Stock Split
Stock split merupakan fenomena yang biasa terjadi dalam suat u perusahaan.
Secara sederhana, stock split berarti memecah selem bar saham menjadi n lembar saham.
Stock split mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar saham yang beredar tanpa
transaksi jual beli yang mengubah besarnya modal. Stock split merupakan perubahan
nilai nominal per lembar saham dan menambah jumlah saham yang beredar sesuai
dengan faktor pemecahan (split factor). Harga per lembar saham baru setelah stock split
adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Stock split biasanya dilakukan pada saat harga
saham dinilai terlalu tinggi sehingga akan mengurangi kemampuan investor untuk
membelinya. Dengan demikian, sebenarnya stock split tidak menambah nilai dari
perusahaan atau dengan kata lain stock split tidak mempunyai nilai ekonomis. Untuk
melihat pengertian stock split ini, maka penulis mengemukakan pendapat dari beberapa
ahli ekonomi yang memberikan defenisi dari stock split.
M enurut Sulistyastuti, D. R (2006) “Stock Split adalah pemecahan nilai nominal
saham berdasarkan rasio tertentu.Tujuan emiten melakukan pemecahan nilai nominal
saham adalah untuk meningkatkan likuiditas saham” (h. 27).
Kemudian Darmadji, T. (2004) menyebutkan bahwa “Stock split adalah
pemecahan nilai nominal saham menjadi pecahan yang lebih kecil, misalnya dari Rp
1.000 per saham menjadi Rp 500 per saham atau dari Rp 500 per saham menjadi Rp
1.000 per saham” (h. 131).
8
Harrison dan Horngren (2004) menyatakan “A stock split is an increase in the
number of authorized, issued, and outstanding shares of stock, coupled with a
proportionate reduction in the stock’s par value” (p. 433).
Edmons, M cNair, M ilam, dan Olds (2001) menyatakan sebagai berikut “A more
dynamic way of lowering the market price of a corporation’s stock is trough a stock
split. A stock split merely removes the old shares from the books and replaces them with
new shares” (p. 534).
Secara teoritis stock split tidak memiliki nilai ekonomis karena stock split
hanyalah mengganti saham yang beredar dengan cara menurunkan nilai pari saham
sedangkan saldo modal saham dan laba yang ditahan tetap sama. Banyaknya peristiwa
stock split di pasar modal memberikan indikasi bahwa stock split merupakan alat yang
penting dalam praktik pasar modal karena stock split menjadi salah satu alat manajemen
untuk membentuk harga pasar perusahaan, dan dalam praktik di pasar modal apabila
perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang bagus maka harga akan meningkat lebih
cepat.
Keputusan unt uk melakukan stock split oleh suatu emiten atau perusahaan
merupakan kesepakatan para pemegang saham yang dibicarakan dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUP S). Umumnya pemegang saham mayoritas adalah pihak
pengelola perusahaan tersebut, sehingga dapat dikatakan keputusan ini cenderung
menguntungkan pihak perusahaan, karena dengan melakukan stock split pihak
perusahaan mengharapkan agar saham tersebut menjadi lebih likuid dipasaran. Stock
split adalah langkah perseroan dalam meningkatkan jumlah saham tanpa mengubah
modal pemegang saham dan nilai pasar secara agregat. Bagi para emiten, hal ini
9
berhubungan dengan teori sinyal yang mengungkapkan keterpaduan kebijakan dividen
dan stock split. Secara umum, stock split akan cenderung meningkatkan kinerja pasar.
Pada hari pencatatatan terakhir, kecenderungan harga saham akan naik dibandingkan
dengan harga sekarang. Seberapa besar kenaikannya tergantung target harga stock splitnya.
Bila target harga saham baru sesudah stock split Rp 4.000 maka harga saham
sebelum stock split akan cenderung naik setara Rp 8.000. Namun demikian hari-hari
menuju target tersebut akan terjadi fluktuasi kenaikan dan penurunan harga saham yang
dipengaruhi oleh faktor lain baik peristiwa dalam negeri maupun global. M enuju hari
pencatatan terakhir, harga saham yang terbentuk merupakan harga penyesuaian. Para
investor yang sudah berpengalaman dalam membeli saham dengan tujuan mendapatkan
dividen akan mencari waktu dan harga yang tepat pada kurun waktu tersebut.
Sebagian besar perusahaan dapat mendistribusikan laba atau keunt ungan mereka
kepada pemegang saham dalam bent uk pemecahan saham, dimana pemegang saham
tidak perlu mengeluarkan biaya untuk memperoleh tambahan saham tersebut.. pada niali
saham per value tertentu, secara m urni distribusi saham tersebut hanya mempengaruhi
perusahaan saham secara “ kosmetik “. Hal ini berarti bahwa stock split merupakan
upaya pemolesan oleh perusahaan agar terlihat lebih menarik dimata investor sekalipun
tidak meningkatkan kemakmuran. Tindakan stock split akan menimbulkan efek
fatamorgana bagi investor, yaitu investor akan merasa seoleh-olah menjadi lebih
makmur karena memegang saham dalam jumlah yang lebih banyak. Dengan demikian,
stock split sebenarnya merupakan tindakan perusahaan yang tidak memiliki nilai
ekonomis. Misalnya, jumlah saham yang beredar 1 juta lem bar dengan nilai Rp.1000/lbr,
maka nilai ekuitas perusahaan adalah sebesar 1 juta X Rp.1000 = 1 M. Perusahaan
10
memecah satu lem bar saham menjadi 2 lembar saham , sehingga harga per lembar
saham baru adalah Rp.500- dan jumlah saham yang beredar menjadi sebanyak 2 juta
lembar. Nilai ekuitas perusahaan tidak berubah, yaitu tetap sebesar 2 juta X Rp.500- =
Rp. 1 M.
Kombinasi antara peristiwa pembagian dividen dengan peristiwa stock split
nampaknya merupakan upaya memberikan sinyal yang positif. Dengan pemilihan waktu
dan harga yang tepat dalam kurun waktu tersebut, maka investor akan mendapat dividen
tanpa atau dengan penurunan nilai pada harga sahamnya. Dapat dipastikan hal tersebut
akan terwujud dengan prasyarat tidak terjadi peristiwa politik yang dapat mengejutkan
pasar.
Dengan adanya stock split, saham emiten di pasar akan lebih murah dan
jumlahnya pun akan lebih banyak. Dengan kondisi deperti ini, maka perdagangan saham
pelaku stock split diharapkan bisa lebih likuid dan kemampuannya menggalang dana
untuk perusahaan akan semakin baik. Selain itu, dengan murahnya harga saham tersebut,
kesempatan masyarakat luas untuk ikut memiliki saham ini akan semakin tinggi.
II.2.
Jenis-Jenis Stock Split
M enurut pendapat Erwijaya (1999), pada dasarnya ada dua jenis stock split yang
dapat dilakukan yaitu stock split-up dan stock split-down.
1. Stock split-up adalah penurunan nilai nominal per lembar saham yang
mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. M isalnya stock split
dengan faktor pemecahan 2:1, 3:1, dan 4:1. Stock split dengan faktor pemecahan
2:1 maksudnya adalah dua lembar saham baru (lembar setelah stock split) dapat
ditukar dengan satu lembar saham lama (lembar sebelum stock split). Stock split
11
dengan faktor pemecahan 3:1 maksudnya adalah tiga lembar saham baru (lembar
setelah stock split) dapat ditukar dengan satu lembar saham lama (lembar sebelum
stock split) dan seterusnya.
2.
Stock split-down adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham dan
mengurangi jumlah saham yang beredar. M isalnya pemecahan turun dengan faktor
pemecahan 1:2, 1:3, 1:4. Stock split dengan faktor pemecahan 1:2 maksudnya
adalah satu lembar saham baru (lembar setelah stock split) dapat ditukar dengan
dua lembar saham lama (lembar sebelum stock split). Stock split dengan faktor
pemecahan 1:3 maksudnya adalah satu lembar saham baru (lembar setelah stock
split) dapat ditukar dengan tiga lembar saham lama (lembar sebelum stock split)
dan seterusnya. Para emiten sampai sampai saat ini hanya melakukan stock split
naik (stock splits-up). Dan jarang terjadi kasus reverse stock. (h. 56-57)
New York Stock Exchange (NYSE) juga mengat ur kebijakan mengenai
pemecahan saham. NYSE membedakan stock split menjadi dua, yaitu :
1. Pemecahan saham sebagian (partial stock split) adalah adalah tambahan distribusi
saham yang beredar sebesar 25 % atau lebih kurang dari 100% dari jumlah saham
beredar yang lama.
2. Pemecahan saham penuh (full stock split) adalah tambahan distribusi saham yang
beredar sebesar 100% atau lebih dari jumlah saham yang beredar lama.
Di Indonesia, para emiten sampai saat ini hanya melakukan stock split naik, dan
belum pernah terjadi kasus stock split turun. Oleh karena itu, dalam penelitian ini hanya
akan menggunakan sample perusahaan yang melakukan stock split naik.
12
II.3.
Alasan Melakukan Stock Split
Para ahli keuangan melakukan penelitian terhadap beberapa manajer perusahaan
yang melakukan stock split. Dari hasil penelitian mereka, dapat disimpulkan berbagai
alasan para manajer perusahaan dalam melakukan stock split adalah sebagai berikut:
1. Sebagian besar manajer perusahaan yang melakukan split percaya bahwa stock
split akan mengembalikan harga saham pada kisaran perdagangan yang optimal
yang selanjutnya dapat menambah daya tarik investor untuk memiliki saham
tersebut sehingga membuat saham likuid untuk diperdagangkan. Hal ini akan
mengubah investor add lot menjadi round lot. Investor add lot adalah investor
yang membeli saham kurang dari 500 lembar saham (< 1 lot). Sedangkan investor
round lot adalah investor yang melakukan pem belian saham minimal 500 lembar
atau minimal 1 lot.
2. Secara teoritis, motivasi yang melatarbelakangi perusahaan melakukan stock split
serta efek yang ditimbulkannya tertuang dalam beberapa hipotesis yakni hipotesis
signaling dan liquidity. Penjelasan ini didukung oleh adanya pandangan bahwa
perusahaan yang melakukan stock split akan menambah daya tarik investor akibat
semakin rendahnya harga saham. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari
Sulistyastuti (2006) yang menyebutkan bahwa “Tujuan emiten melakukan
pemecahan nilai nominal saham adalah untuk meningkatkan likuiditas saham.
Saham yang berharga mahal tidak memiliki likuiditas yang tinggi. Untuk
meningkatkan likuiditasnya, emiten melakukan pemecahan saham” (h. 27).
3. Harga saham yang semakin rendah akan menambah kemampuan saham tersebut
untuk diperjualbelikan setiap saat dan akan meningkatkan efisiensi pasar.
13
4. Pemecahan saham juga seringkali merupakan langkah menjelang merger atau
akuisisi. Harga saham yang relatif sebanding akan memudahkan negoisasi merger
dan akuisisi yang dilakukan dengan cara penukaran saham.
II.4.
Kerugian Dilakukannya Stock Split
Selain keuntungan yang diperoleh dari stock split, terdapat kerugian antara lain:
1. M anfaat yang illusionistis dari stock split yang dilakukan bagi para pemodal adalah
biaya surat saham akan naik karena kepemilikan yang tadinya cukup diwakili
selembar saham kemudian menjadi 2 lembar saham, biaya back office di
perusahaan efek, biaya klirring dan biaya kustodian dipengaruhi oleh jumlah fisik
surat saham yang dikelola.
2. Adanya biaya pemecahan, yang termasuk didalamnya biaya transfer agen untuk
proses sertifikat dan biaya lainnya dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Sedangkan bagi pemegang saham tidak terdapat kerugian akibat dilakukan stock
split.
3. M enurut Darmadji (2004) dampak dari stock split terhadap pemegang saham
adalah :
Jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham menjadi bertambah
banyak dengan nilai nominal per saham yang lebih kecil, tapi bersamaan dengan
itu pula harga saham tersebut secara teoritis akan turun secara proporsional.
Dengan demikian, secara keseluruhan nilai kapitalisasi saham tersebut tidak
mengalami perubahan (h. 132).
II.5.
Mekanisme Stock Split
Aksi korporasi stock split dapat berperan sebagai salah satu upaya mencapai
pemberdayaan. Stock split dapat menjadikan harga saham secara absolut lebih rendah.
14
Investor yang semula tak dapat menjangkau harga saham, melalui stock split menjadi
terjangkau, hal ini sesuai dengan pendapat Rose, Peter S (2007).
Stock split merupakan perwujudan pemerataan untuk para investor untuk
membeli dan memiliki saham. M elalui stock split frekuensi perdagangan saham
cenderung meningkat atau lebih likuid. Perdagangan saham yang likuid akan cenderung
meningkatkan harga sahamnya. Namun demikian tidak semua jenis saham menjadi lebih
likuid sesudah pemecahan saham .
Sesuai dengan pendapat Nasarudin (2004), mekanisme dan informasi mengenai
kebijakan stock split akan diberitahukan oleh Dewan Direksi berdasarkan dengan hasil
keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Sebagai contoh nilai nominal saham yang semula sebesar Rp. 500,- (lima ratus
Rupiah) menjadi sebesar Rp. 250,- (dua ratus lima puluh Rupiah) per saham. Jika dalam
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) memutuskan adanya perubahan anggaran dasar,
keputusan tersebut di buat dihadapan notaris yang ditunjuk oleh Dewan Direksi.
Perubahan anggaran dasar tersebut harus diterima dan dicatat oleh Direktorat Jenderal
Administrasi Hukum Umum serta didaftarkan dalam daftar perusahaan pada kantor
pendaftaran perusahaan daerah setempat.
Sehubungan dengan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
mengenai persetujuan untuk melakukan konversi sahamnya menjadi catatan elektronik
(tanpa warkat) dalam rekening efek perusahaan efek atau bank custodian dimana
pemegang saham membuka rekening efeknya ("konversi saham") dan pemecahan nilai
nominal saham dari Rp. 500,- (lima ratus Rupiah) per saham menjadi sebesar Rp. 250,(dua ratus lima puluh Rupiah) per saham, Dewan Direksi akan memberitahukan tata cara
konversi saham dan pemecahan nilai nominal saham.
15
II.5.1. Mekanisme Konversi S aham Dan Pemecahan Nilai Nominal S aham
Sebagai contoh keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT.
HANJAYA M ANDALA SAMPOERNA Tbk., yang diselenggarakan pada tanggal 27
Juni 2001 mengenai persetujuan untuk melakukan konversi saham menjadi catatan
elektronik dalam rekening efek perusahaan efek dimana pemegang saham perseroan
membuka rekening efeknya ("konversi saham") dan pemecahan nilai nominal saham
dari Rp. 500,- (lima ratus Rupiah) per saham menjadi Rp. 250,- (dua ratus lima puluh
Rupiah) per saham. Berikut adalah jadwal dan tata cara konversi saham PT. HANJAYA
MANDALA SAM POERNA Tbk., :
1. Periode konversi saham
: 6 Agust - 3 Sept 2001
2. Batas akhir permohonan konversi untuk pemegang saham
terdaftar (dalam bentuk warkat) untuk dapat melakukan
perdagangan saham tanpa warkat
3. Batas akhir perdagangan saham dengan warkat
: 28 Agust 2001
: 3 Sept 2001
4. Dimulainya perdagangan saham tanpa warkat dengan
nominal lama dan pengumuman dalam surat kabar
tentang rencana pemecahan nilai nominal saham
: 4 Sept 2001
5. Batas akhir penyelesaian perdagangan saham
dengan warkat
6. Awal penyelesaian perdagangan saham tanpa warkat
: 7 Sept 2001
: 10 Sept 2001
7. Batas akhir permohonan konversi saham yang biayanya
ditanggung oleh emiten, dan batas akhir permohonan
konversi dan pemecahan nilai nominal saham untuk
pemegang saham terdaftar (dalam bentuk warkat) untuk
16
dapat melakukan perdagangan tanpa warkat dengan nilai
nominal baru di hari pertama
: 17 Sept 2001
8. Akhir perdagangan saham tanpa warkat dengan
nilai nominal lama dan awal permohonan pemecahan
nilai nominal saham
: 21 Sept 2001
9. Awal perdagangan saham tanpa warkat dengan
nilai nominal baru
: 24 Sept 2001
10. Batas akhir penyelesaian transaksi dengan nominal
lama dan recording date yang berhak atas hasil stock split : 27 Sept 2001
11. Pendistribusian saham hasil stock split kerekening efek dan dimulainya/awal penyelesaian
transaksi dengan nilai nominal baru.
: 28 Sept 2001
II.5.2. Tata Cara Kon versi S aham Dan Penukaran S aham Dengan Nilai Nominal
Baru
1. Pemegang saham yang bermaksud untuk melakukan konversi saham dengan nilai
nominal lama wajib mengajukan permohonan konversi saham dan atau penukaran nilai
nominal saham kepada Biro Administrasi Efek,melalui perusahaan efek atau bank
kustodian yang telah terdaftar sebagai pemegang rekening efek Indonesia (KSEI),
yang ditunjuk oleh pemegang saham. Dokumen yang wajib diserahkan kepada Biro
Administrasi Efek oleh perusahaan efek atau bank kustodian atau pemegang saham
yang bersangkutan, antara lain adalah sebagai berikut :
- Asli Surat Kolektif Saham (SKS) dengan nilai nominal lama,
- Asli kormulir penyetoran efek,
17
- Salinan bukti jati diri yang masih berlaku (KTP/SIM /Paspor),
- Surat kuasa bermeterai cukup disertai salinan bukti jati diri yang masih berlaku dari
pemberi kuasa, jika konversi saham dan penukaran nilai nominal saham dilakukan
dengan kuasa,
- Salinan anggaran dasar beserta perubahan-perubahannya, salinan bukti jati diri
direksi (sesuai dengan anggaran dasar) yang masih berlaku bagi pemegang saham
yang berbentuk badan hukum.
2. Biro Administrasi Efek akan memberikan tanda bukti penerimaan permohonan
konversi saham dan atau penukaran nilai nominal saham kepada perusahaan efek atau
bank kustodian atau pemegang saham yang bersangkutan.
3. Pemegang saham yang dapat melakukan konversi saham dan/atau pemecahan nilai
nominal lama adalah pemegang saham yang namanya telah tercatat dalam daftar
pemegang saham.
4. Bagi pemegang saham yang namanya terdaftar dalam daftar pemegang saham, maka
konversi saham dengan nilai nominal lama selama periode konversi, tidak dikenakan
biaya konversi saham. Khusus untuk Saham yang ditransaksikan di bursa efek pada
periode konversi, maka konversi saham sampai dengan 10 (sepuluh) hari bursa setelah
periode konversi berakhir tidak akan dikenakan biaya konversi (periode konversi + 10
hari bursa).
5. Bagi pemegang saham yang namanya belum tercatat dalam buku daftar pemegang
saham, maka akan dilakukan registrasi sekaligus konversi saham, dengan ketentuan
bahwa untuk tindakan registrasi akan dikenakan biaya registrasi serta tambahan waktu
untuk proses registrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
18
6. Biro Administrasi Efek akan melakukan konfirmasi deposit dan/atau penarikan
melalui C-BEST setelah permohonan selesai diproses, selambat-lambatnya 5 (lima)
hari Bursa sejak permohonan diterima Biro Administrasi Efek, dan akan dikreditkan
ke rekening efek perusahaan efek atau bank kustodian di hari yang sama, serta akan
melakukan rekonsiliasi harian dengan KSEI.
7. Biro Administrasi Efek akan mengeluarkan konfirmasi validasi saham kepada
perusahaan efek dan/atau bank kustodian setelah proses permohonan konversi selesai.
8. Pemegang saham yang telah melakukan konversi saham akan menerima informasi
saldo rekening efeknya dari perusahaan efek atau bank kustodian dimana pemegang
saham membuka rekening.
9. Dimulainya penyelesaian perdagangan saham tanpa warkat disesuaikan dengan surat
edaran bersama KSEI-KPEI nomor tertanggal, sehingga efektif awal penyelesaian
perdagangan saham tanpa warkat adalah 5 (lima) hari bursa sejak dimulainya konversi.
II.6.
Teori yang Relevan
Secara teoritis motivasi yang melatarbelakangi perusahaan melakukan stock split
serta dampak yang telah ditimbulkannya tertuang dalam beberapa teori antara lain
Trading Range Theory dan Signalling Theory (Mason, 1998).
Trading Range Theory menyatakan bahwa stock split akan meningkatkan
likuiditas perdagangan saham. Pihak yang mendukung split berkeyakinan bahwa harga
saham yang lebih rendah akan menambah kemampuan saham tersebut untuk
diperjualbelikan setiap saat dan meningkatkan efisiensi pasar, akan menarik investor
menengah dan kecil untuk melakukan investasi.
19
Signalling theory menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal yang positif
karena manajer perusahaan akan menginformasikan prospek masa depan yang baik dari
perusahaan kepada publik yang belum mengetahuinya. Alasan sinyal ini didukung
dengan adanya kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split adalah
perusahaan yang mempunyai kinerja yang baik. Teori ini menyatakan bahwa stock split
memberikan informasi kepada investor tentang peningkatan return masa depan yang
substantial. Jadi jika pasar tereaksi terhadap pengumuman stock split, reaksi ini tidak
semata-mata karena informasi stock split yang tidak mempunyai nilai ekonomis tetapi
karena mengetahui prospek masa depan yang bersangkutan.
Teori yang relevan dengan hasil penelitian ini adalah Trading Range Theory.
Teori ini menyatakan bahwa pihak yang mendukung split berkeyakinan bahwa harga
saham yang lebih rendah akan menambah kemampuan saham tersebut untuk
diperjualbelikan setiap saat dan meningkatkan efisiensi pasar, sehingga akan menarik
investor menengah dan kecil untuk melakukan investasi. Dengan adanya stock split,
saham emiten di pasar akan lebih murah dan jumlahnya pun akan lebih banyak. Dengan
kondisi seperti ini, maka perdagangan saham pelaku stock split diharapkan bisa lebih
likuid dan kemampuannya menggalang dana untuk perusahaan makin baik. Selain itu,
dengan murahnya harga saham tersebut, kesempatan masyarakat luas untuk ikut
memiliki saham ini akan semakin tinggi.
II.7.
Hasil Penelitian-Penelitian Sebelumnya
Dalam pengungkapan suatu teori, hal umum yang dilakukan peneliti adalah
dengan menggunakan atau mengungkapkan teori yang sudah ada dan atau penetapanpenetapan berbagai kalangan yang dipandang ahli dalam hal masalah tersebut. Perlakuan
20
ini juga menunjukkan disiplin prinsip riset yang menyatakan kesinambungan sehingga
penting untuk ditindaklanjuti, karena periset dahulu selain memiliki batasan batasan
yang telah dia kemukakan juga memiliki batasan-batasan masalah atau hal-hal lain yang
menjadi kelemahan hasil penelitiannya.
II.7.1. Hasil Penelitian Terdahulu Mengenai Trading Range Theory dan Signalling
Theory
Dalam mendokumentasikan dan mengkaji penelitian tentang Trading Range
Theory dan Signalling Theory, tidak semua penelitian di area ini mempunyai kesamaan
dan keselarasan hasil. Perbedaan data, cara ataupun alat dalam suatu penelitian ini dapat
membuat suatu hasil yang disajikan berbeda pula antara satu peneliti dengan peneliti
yang lainnya. Dengan kata lain ada yang mendukung teori ini, dan ada pula yang tidak
mendukung teori ini. Keadaan seperti ini menunjukkan bahwa fleksibelitas dalam suatu
penelitian.
Pihak yang mendukung split berkeyakinan bahwa harga saham yang lebih rendah
akan menambah kemampuan saham tersebut untuk diperjualbelikan setiap saat dan
meningkatkan efisiensi pasar, sehingga akan menarik investor menengah dan kecil untuk
melakukan investasi. Oleh sebab itu, perusahaan harus menunjukkan kredibilitasnya.
Salah satu caranya adalah dengan menunjukkan kinerja keuangan yang bagus.
Ewijaya dan Indriantoro (1999) yang mencatat bahwa saham perusahaan kurang
likuid jika harga sahamnya mahal. Pemecahan saham memerlukan biaya, maka hanya
perusahaan yang mempunyai prospek baik saja yang mempu melakukan stock split.
21
Sulistyo (2001) menemukan adanya reaksi positif atas pengumuman pemecahan
saham karena pasar melihat perusahaan yang melakukan pemecahan saham adalah
perusahaan yang mempunyai kinerja baik.
Budiyono ( 2004 ) menguji pengaruh pengumuman pemecahan saham terhadap
likuiditas saham yang mengalami pemecahan saham tersebut. Penelitian ini menguji
reaksi pasar terhadap pemecahan saham dengan menggunakan pendekatan harga, yaitu
dengan mengamati harga saham yang tercermin dalam return saham di sekitar event
pemecahan saham.
Namun secara berlawanan pihak yang menentang stock split berkeyakinan bahwa
tingkat harga sekarang belum cukup pasti untuk menjamin berhasilnya split karena
adanya kepastian bisnis. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni dan Hartono
(2000) mencatat pada tahun-tahun terakhir sebelum pemecahan saham tidak ada
pertumbuhan laba yang signifikan.
Sedangkan M c. Nichols dan Dravid (2000) menemukan bukti terhadap
pertumbuhan earning pada seputaran pengumuman saham. Pemecahan saham yang
diikuti dengan peningkatan deviden, ditafsirkan oleh pasar sebagai predictor
peningkatan deviden. Perubahan ini dapat menjadikan informasi tentang kejadian
manajemen terhadap laba di masa yang akan datang
Penelitian Retno M iliasih (2000) mendukung penelitian Wahyu Anggraini dan
Jagianto H.M , yang menyatakan bahwa pengumuman stock split tidak menyebabkan
terjadinya kenaikan earning pada periode sesudah terjadinya stock split maupun sebelum
stock split, abnormal return dan reaksi pasar yang ditunjukkan oleh return market
menunjukkan tidak terdapat hubungan yang positif dengan perubahan earning diseputar
periode pengumuman stock split.
22
II.8.
Hipotesis Penelitian
II.8.1. Stock Split dan Harga S aham
Sutrisno (2002), menyatakan bahwa stock split mengakibatkan terjadinya
penataan kembali harga saham pada rentang yang lebih rendah (h. 54)
Harga pasar saham mencerminkan nilai suatu perusahaan. Semakin tinggi harga
saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan sebaliknya. Harga saham
yang terlalu rendah sering diartikan bahwa kinerja perusahaan kurang baik. Namun bila
harga saham terlalu tinggi dapat mengurangi minat investor untuk berinvestasi sehingga
harga saham sulit untuk meningkat lagi. Dalam mengantisipasi hal tersebut banyak
perusahaan yang melakukan stock split.
Signalling theory menyatakan bahwa stock split memberikan informasi
kepada investor tentang peningkatan return masa depan yang substantial. Jadi jika pasar
tereaksi terhadap pengumuman stock split, reaksi ini tidak semata-mata karena informasi
stock split yang tidak mempunyai nilai ekonomis tetapi karena mengetahui prospek masa
depan yang bersangkutan. Alasan sinyal ini didukung dengan adanya kenyataan bahwa
perusahaan yang melakukan stock split adalah perusahaan yang mempunyai kinerja yang
baik.
Ha1: terdapat perbedaan rata-rata return saham antara sebelum dan sesudah stock
split.
II.8.2. Stock Split dan Likuiditas S aham
Perusahaan emiten melakukan stock split supaya harga sahamnya tidak terlalu
tinggi sehingga volume perdagangan saham meningkat. Beberapa penelitian telah
dilakukan untuk menganalisa efek dari stock split terhadap likuiditas saham yang
23
menemukan
adanya
peningkatan
transaksi
saham
dan
volume
perdagangan
setelahpengumuman stock split sehingga likuiditas saham akan naik. Namun di lain
pihak, ada yang mengatakan bahwa stock split ternyata menurunkan likuiditas saham
sebab setelah stock split, volume perdagangan menjadi lebih rendah, biaya transaksi
secara proporsi meningkat dan bid ask spread saham juga lebih tinggi dari sebelumnya.
Ha2: terdapat perbedaan rata-rata Tradding Volume Activity (TVA) antara
sebelum dan sesudah stock split.
.
24
Download